BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. 1. Berbagai konsep dan metode dalam pendekatan psikoterapi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. 1. Berbagai konsep dan metode dalam pendekatan psikoterapi"

Transkripsi

1 410 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Berbagai konsep dan metode dalam pendekatan psikoterapi dewasa ini memiliki padanannya dalam wejangan kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram, bahkan dalam membentuk rasa yang menjadi sehat atau pribadi yang menjadi sehat. 2. Kandha takon dengan ngudari reribet antara bangkokan (terapis) dan pelajar (klien) memiliki dasar psikoterapi yang ditawarkan kawruh jiwa. 3. Psikoterapi kawruh jiwa ini di samping bersifat dialog atau sharing antar individu yang disebutnya sebagai kandha takon interpersonal, yang dilakukan antara sang bangkokan (terapis) dengan sang pelajar (klien) dan sifat hubungannya egaliter tanpa merasa menjadi guru dan murid (sirnaning raos aku kowe). Psikoterapi kawruh jiwa ini juga bersifat introspektif dengan nyawang karep sebagai sarana dalam ngudari reribet sebagai proses terapeutis. Kandha takon intrapersonal ini bisa dikatakan sebagai self therapist. Artinya adalah bahwa terapi ini mampu digunakan untuk menterapi dirinya sendiri tanpa harus selalu tergantung kepada bangkokan (istilah psikiologi dan kedokiteran yaitu psikolog atau psikiater) sebagai terapisnya dalam memberikan kesembuhan berbagai persoalan batin, mental, pikiran dan persoalan hidup lainnya.

2 Dinamika pengalaman ngudari reribet dalam kawruh jiwa sebagai pasinaon raos yaitu bagaimana memahami sifat kelima panca indera manusia yang meliputi mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengaran, hidung sebagai alat penciuman, lidah sebagai alat pencecap, dan tangan sebagai alat peraba. Kelima panca inderawi ini yang diiringi dengan pengalaman rasa hidup ini bertugas sebagai juru catat yang menangkap realitas inderawi yang kemudian membentuk catatan-catatan. Catatan-catatan ini bisa benar juga bisa salah (cathetan leres lan cathetan lepat). Catatan yang benar yaitu catatan yang menempatkan semat, drajat, kramat dan dzakar sebagai kebutuhan raga. Catatan semat, drajat, kramat sebagai kebutuhan raga yaitu menjalankan hidup bertindak sesuai dengan prinsip enam sa, yaitu sabutuhe, saperlune, sacukupe, sabenere, samesthine, sakepenake (sebutuhnya, seperlunya, secukupnya, sebenarnya, semestinya dan seenaknya). Catatan dzakar sebagai kebutuhan raga yaitu menjalani rasa hidup untuk mendapatkan keturunan. Sementara catatan yang salah yaitu catatan yang menempatkan semat, drajat, kramat dan dzakar sebagai kebutuhan jiwa. Catatan semat, drajat, kramat sebagai kebutuhan jiwa yang terjadi kecemplung gagasan (meri pambeg, ungkul-ungkulan, getun sumelang, tatu, slamuran) dan cenderung menabrak perasaan orang. Catatan dzakar sebagai kebutuhan jiwa maka yang terjadi barencoh. Termasuk juga cathetan tatu. Semua catatan-catatan ini tumbuh subur di kramadangsa.

3 412 Ketika catatan-catatan ini kena ketempelan karep kemudian catatancatatan ini pengen diperhatikan atau direwes, ketika direwes catatan ini hidup berkembang dan kenyang kemudian tidur pules. Namun apabila catatan ini tidak direwes lagi alias diabaikan dan tidak diperhatikan kemudian catatan itu sekarat dan mati. Woh ing karep ini adalah langgeng bungah susah dan wataknya mulur apabila tercapai keinginannya dan mungkret apabila tidak tercapai keinginannya. Karep ini sifatnya njiyat dan lelakonnya bersifat gegayuhan ketika berinteraksi dengan salumuhing bumi dan sakarubing langit yang bentuk interaksinya dengan orang dan benda. Karep ini apabila ketempelan ing pikir dalam gegayuhannya menginginkan sesuatu yang wohnya menyesuaikan dengan keadaan yang ada, nyata, logis dan masuk akal untuk bisa diraih. Dinamika internalnya yaitu dari catatan yang ditangkap oleh kelima panca inderawi ini membentuk potret (gambar) didalam pikiran (yang tidak nyata) dan apabila potret ini ketempelan karep maka potret (gambar) ini pengen direwes yang keinginannnya untuk diwujudkan dan apabila terwujud kemudian kenyang dan tidur pulas. Walaupun karep ini ketika tercapai senang dan susah yang silih berganti yang wataknya mulur mungkret karena woh ing karep ini adalah langgeng bungah susah. Apabila karep yang wohnya itu langgeng bungah susah dalam gegayuhan menginginkan sesuatu, ketika ketempelan ing pikir maka wohnya menggunakan cara yang logis, masuk akal dan menyesuaikan kemampuannya yang ada dan nyata.

4 413 Sementara karep apabila ketempelan ing gagasan pengennya bungah sajege yang mengira seolah-olah apabila tercapai akan senang selamanya dan apabila tertimpa kesulitan dan penderitaan akan mengira susah selamanya, pengandaian seperti ini cenderung kecemplung gagasan dan lari dari kenyataan. Wataknya gagasan ini raos karep mulur yang wohnya yaitu barang yang tidak nyata, tidak masuk akal dan menginginkannya dengan mengindahkan kaidah berpikir yang lurus. Dinamika internalnya yaitu karep ini yang wohnya itu langgeng bungah susah dalam gegayuhan menginginkan sesuatu, ketika ketempelan gagasan maka wohnya karep mulur dan pengennya bungah sajege tanpa mengindahkan kemampuan. Woh ing gagasan memahaminya dengan cara nyawang karep untuk ngudar-ngudari reribet dalam membedakan antara potret (gambar yang tidak nyata) dengan potret yang ketempelan gagasan (gambar yang seolah-olah nyata) Sampai kemudian kelima inderawi ini yang membentuk catatan dalam bentuk potret ini mampu udar dari berbagai karep yang ketempelan gagasan. Kemudian kelima panca inderawi ini sifatnya kembali ke semula yaitu mata ketika memandang hanya sekedar gambar, telinga ketika mendengar hanya sekedar bunyi, hidung ketika mencium hanya sekedar aroma, lidah ketika mencecap hanya sekedar cicip, tangan ketika memegang hanya sekedar peraba. Artinya kembali netral.

5 414 Wohnya dari ngudari reribet ini yaitu saiki kene ngene yo gelem, sehingga catatan yang ada di dalam pikiran, suasana yang sedang menyelimuti perasaan dan berbagai hal yang menjadi keinginannya bisa berdamai dengan dirinya sendiri (raos tentrem). 5. Kawruh jiwa seluruhnya bertitik tolak dari pengamatannya terhadap rasanya sendiri. Metode yang digunakan adalah model pengalaman kawruh jiwa yang empirik eksperiensial dengan nyawang karep yang bercorak weruh dewe, ngerti dewe dan krasa dewe yang didasarkan pada pengalaman dan percobaannya dalam interaksinya dengan persepsi menanggapi rasanya sendiri terhadap rasanya orang lain di dalam rasanya sendiri dan interaksinya dengan persepsi menanggapi gagasan rasa pikirannya sendiri. 6. Bentuk kumpul bersama membahas persoalan rasa yang dikembangkan dalam kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram adalah kegitan kandha-takon, yang di dalamnya merupakan dialog antar peserta pelajar kawruh jiwa sebagai sarana mengutarakan persoalan (reribet) dalam memahami dan mengetahui asal mula suatu permasalahan. Kandha-takon ini merupakan bentuk dialog dalam mencandra rasanya masing-masing yang meliputi dimensi interpersonal yaitu bagaimana mencandra persepsi rasanya dirinya sendiri dalam bentuk sharing antar peserta. Berikutnya, dimensi intrapersonal yang meliputi bagaiamana memahami persepsi menaggapi rasanya sendiri terhadap rasanya orang lain di dalam rasanya sendiri dan bagaimana memahami persepsi

6 415 menanggapi gagasan rasa pikirannya sendiri dalam bentuk nyawang karep yang istilah lainnya adalah introspeksi. Kondisi dalam kandhatakonnya bersifat luluh (istilah kawruh jiwanya: sirnaning raos aku-kowe) dan relasinya egaliter yang berarti tanpa merasa menjadi guru dan murid, karena guru, muridnya pribadi dan murid, gurunya pribadi. Mencandra rasa dalam kegiatan kandha-takon ini adalah bagaimana seseorang memahami dan menyadari rasa yang ada di dalam pikiran (bentuknya gagasan), keinginan (karep), tubuh dan rasa yang ada di dalam rasa. Tujuannya adalah melatih kepekaan dan keberanian melihat diri sendiri secara nyata apa adanya dan mampu memilah-milahnya. 7. Metode yang dikembangkan adalah bagaimana meneliti dan menelusuri sebab-sebab yang menjadi kesulitannya. Kemudian bagaimana cara memilah-milah dalam menyelesaikan persoalan (ngudari reribet). Metodenya dengan cara nyocokaken raos (mencocokkan rasa). a. Apabila permasalahnnya itu menyangkut ada pada rasa dirinya orang lain (interpersonal) maka cara kandha-takonnya dengan njujug raos (njujug raosipun tiyang sanes sejatine njujug raosipun piyambak) yang tujuannya langsung mengena hingga sampai pada rasanya (dumugi raosraosipun) seseorang pada saat menceritakan pengalaman reribetnya dengan persoalan rasanya. Caranya dengan menggiring rasa seseorang dengan reribetnya agar dirinya weruh, ngerti dan krasa dewe dengan persoalan yang sedang dihadapi dan membenarkan secara nyata adanya persoalan tersebut dengan segala ketidaknyamanan rasanya, karena

7 416 sudah sesuai dan cocok dengan sebab dan kejadiannya (sebab kedadosan). Hal ini dipahami agar seseorang bisa berdamai dengan permasalahannya dan bisa menerima secara sadar keadaan yang sedang dialaminya dengan sepenuh hati tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain (saiki, kene, ngene yo gelem). b. 1). Apabila permasalahnya itu menyangkut rasanya sendiri dengan rasanya orang lain di dalam rasanya sendiri (intrapersonal) maka caranya yaitu bagaimana nyawang karep untuk nyocokaken raos sami awakipun piyambak (raos ungkul-ungkulane raos meri pambegan, rumaos leres, raos kosok wangsul) dengan raos tiyang sanes (raos ungkulungkulane raos meri pambegan, rumaos leres, raos kosok wangsul) mengenai semat, drajat, kramat yang sifatnya sewenang-wenang. Caranya dengan menelusuri dan memilah-milah yang menjadi sebab kesulitannya yaitu yang mana kondisi rasanya sendiri dengan memilahkan yang mana kondisi rasanya orang lain dengan membenarkan kesesuaian dan kecocokan adanya peristiwa dengan alur sebab dan kejadiannya (sebab kedadosan). Ketika raos saminya sudah bisa dipahami dan dirasakan, kemudian bisa menerima secara sadar keadaan tersebut dengan sepenuh hati tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain (saiki, kene ngene yo gelem). b. 2). Apabila permasalahnya itu menyangkut gagasan rasa pikirannya sendiri (intrapersonal) caranya yaitu bagaimana nyawang karep pada gagasan rasa pikiran sendiri yang tidak nyata (ilusi masa silam yang

8 417 bentuknya raos getun dengan cathetan tatunya dan kecemplung gagasan cilaka getun, dan delusi masa depan yang bentuknya raos sumelang dengan kecemplung gagasan cilaka magang) dengan meneliti dan menelusuri sebab-sebab timbulnya gagasan dengan cara nyocokaken raos pada kondisi pikirannya yang nyata saat ini dan bisa menerima secara sadar keadaan dengan sepenuh hati tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain (saiki, kene, ngene yo gelem). Dengan demikian, kemudian cara ngudari reribet dengan nyocokaken raos melalui njujug raos. Baik itu secara interpersonal yang bentuknya kandha-takon maupun secara intrapersonal yang bentuknya nyawang karep dengan mencandra rasanya sendiri dengan cara mencandra rasanya orang lain di dalam rasanya sendiri dan mencandra gagasan rasa pikirannya sendiri melalui kandha-takon untuk menemukan solusi ini disebut dengan mawas diri. Mawas diri melalui kandha-takon inilah yang menjadi sebuah konsep psikoterapi kawruh jiwa yang berbasiskan rasa. 8. Pendekatan kawruh jiwa mawas diri dengan kandha takon melalui nyawang karep untuk nyocokaken raos dalam ngudari reribetnya sebagai jalan psikoterapi kawruh jiwa yang tujuannya untuk terciptanya kondisi harmoni di antara raga (yang di dalamnya ada rasa karep), manah (yang di dalamnya ada kraos), dan pikir (yang di dalamnya ada gagasan). Model psikoterapinya untuk menerima secara penuh dan sadar (rewes nggeleng) sebab dan kejadian yang nyata dari sebuah peristiwa yang dialami

9 418 sedang berlangsung tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang lain (saiki, kene, ngene yo gelem). Tujuannya agar sang kramadangsa ini tabirnya terbuka (Aku Weruh) untuk menyingkapkan dirinya dengan sendirinya dalam wujud manusia tanpa ciri (manungsa tanpa tenger) agar rasa keaku-an dan gagasan dari barang yang tidak nyata yang nempel pada karamadangsa tereliminir dan tercerahkan dengan sendirinya yang mewujud sebagai pribadi yang sehat, enak, damai, tentram, tabah dan bahagia. 9. Kawruh jiwa mawas diri melalui nyawang karep dengan jalan kandha-takon untuk nyocokaken raos dalam ngudari reribet sebagai sebuah psikoterapi kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram ini pemahamannya untuk menjembatani gap (celah atau jurang), (bahasa kawruh jiwa menyebutnya raos kosok wangsul, psikoanalisis Freud menyebutnya dualitas cinta dan benci yang menjadi cikal bakal teori ambivalensi) antara yang bersifat konseptual dengan yang bersifat praktek keseharian. Dengan demikian berarti adanya pemahaman untuk menjembatani gap dengan cara mengafirmasi (affirmation) menuju kongruensi (congruent), yang dalam bahasa kawruh jiwanya menyebutnya luluh (sirnaning raos aku-kowe) antara yang konseptul teoritik versus yang empirik eksperiensial, teori Vs praktek, conscious Vs unconscious, masa lalu Vs masa depan, demen Vs sengit, raos getun Vs raos sumelang, yang diinginkan Vs yang terjadi, kudune Vs nyatane, baik Vs buruk, benar Vs salah, raos beja Vs raos cilaka, dan sebagainya. Dengan memahami gap

10 419 ini, sehingga rasa bisa lebih tenteram dan berdamai dengan dirinya dan rasa bisa menjadi lebih sehat dan selalu memfokuskannya pada saiki, kene, ngene yo gelem yang telah sesuai dengan alur sebab kedadosan (sebab dan kejadian) dari sebuah kasunyatan (kenyataan) yang ada. 10. Kandha takon melalui nyawang karep untuk nyocokaken raos dalam ngudari reribet sebagai proses mawas diri yang menjadi sebuah Psikoterapi Kawruh Jiwa KI Ageng Suryomentaram. Psikoterapinya terletak pada kemampun individu dalam ngudari reribet rasanya sendiri dan rasanya orang lain sebagai proses terapeutik dalam mencandra dan memecahkan berbagai persoalan.

11 420 B. SARAN 1. Bersifat Teoritis Penelitian ini mengambil Responden dari komunitas pelajar kawruh jiwa yang turun temurun memahami dan menerapkan kawruh jiwanya. Bagi peneliti bisa juga dikombinasi dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan alat ukur dengan cara merumuskan aspek-aspek ngudari reribet sebagai bagian dari mawas diri. Bisa juga membandingkan dengan model pendekatan psikoterapi Barat dewasa ini. Apabila berminat dengan kajian Hermeneutika bisa juga membandingkannya dengan teks misalnya dari tokoh negeri sendiri, yaitu teks Sasangka Jati Soenarto yang sudah dikembangkan oleh Soemantri Hardjoprakoso dengan Candra Jiwanya. Bisa juga yang berbasiskan Psikologi Budhism yang kemudian berkembang menjadi Zen Meditation, Naikan dan Morita Therapy. Kemudian, bisa juga membandingkan dengan teks Krisnamurti. Selanjutnya yang berbasiskan psikologi agama khususnya yang berkaitan dengan tasawuf Islam misalnya dalam teks Ihya Ulumuddin Al Ghazali khususnya bab Ajaibul Qulub, Kimyatusy Sya'adah dan bab Ikhlas. Teks tasawuf karya Ibnu Athaillah Al Sakandari, teks tasawuf karya Al Harits Al Muhasibi, teks tasawuf karya Ibnu Arabi. Tujuannya untuk melihat seperti apa dinamika psikologisnya dalam memahami persepsi keinginan, pikiran, gagasan dan perasaan yang kemudian diarahkan pada ngudari reribet sebagai sebuah psikoterapi yang menjadi konsep berpikir.

12 Bersifat Praktis Pada dasarnya manusia itu berani menghadapi penderitaan, kepahitan, dan kegetiran hidup yang disebabkan paham dan mengertinya karakteristik rasa senang dan rasa susah yang silih berganti dan tidak selamanya. Keinginan adalah bersifat abadi, dan menjalani hidup tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebab dalam hidup ini tidak ada yang pantas dicari, dihindari, ataupun ditolak secara mati-matian. Apabila ada sesuatu hasrat dan harapan yang dianggapnya penting, urgen, berharga, berguna bagi diri, namun belum mampu untuk diraih, ataupun sesuatu hal yang dianggap luka batin, kegagalan, kepahitan, kegetiran, kekecewaan masa silam dan kini atau hal-hal yang tidak disukai menghampiri dalam hidup, tidak perlu menjadi amat bersedih, menyesal, frustrasi, atau bahkan bertindak melampaui batas dengan menganiaya diri, bahkan sampai bunuh diri. Karena tidak ada kegembiraan yang terus-menerus, namun juga tidak ada kesedihan yang terus-menerus, keduanya silih berganti. Jadi dalam hidup ini tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan. Pemahaman tersebut akan sangat efektif untuk membesarkan hati pihak yang sedang tertimpa kesusahan berat, karena ia mengetahui bahwa kesusahannyapun tidak akan berkepanjangan dan tidak akan selamanya.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi,maka peneliti melakuikan analisis data. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil

Lebih terperinci

Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa

Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY VOLUME 1, NO. 2, MEI 2015: 120 134 ISSN: 2407-7798 Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram Abdul Kholik¹, Fathul Himam² Program Magister Psikologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Santrock, 1995). Masa remaja, menurut Monks, dkk berlangsung antara usia 12-21

BAB I PENDAHULUAN. (Santrock, 1995). Masa remaja, menurut Monks, dkk berlangsung antara usia 12-21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja yang sedang bertumbuh-kembang mempunyai kondisi yang dinamis. Banyak hal yang terkait dengan dinamika tersebut. Di satu sisi remaja sedang mencari jati

Lebih terperinci

BAB I. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menyebabkan batas-batas antar

BAB I. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menyebabkan batas-batas antar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menyebabkan batas-batas antar manusia secara mudah mampu ditembus. Hampir setiap orang mampu melihat kejadian di belahan

Lebih terperinci

Menurut data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, prevalensi penderita gangguan jiwa berat di Indonesia

Menurut data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, prevalensi penderita gangguan jiwa berat di Indonesia Menurut data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, prevalensi penderita gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 per mil. Prevalensi terbanyak adalah Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang tercatat dalam Handbook of Psychotherapy (Herink, 1980). Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang tercatat dalam Handbook of Psychotherapy (Herink, 1980). Sekarang 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai tahun 1980 ada lebih dari 250 pendekatan dalam psikoterapi yang tercatat dalam Handbook of Psychotherapy (Herink, 1980). Sekarang sudah milenium ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Indonesia ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Indonesia ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di Indonesia ada 3.878.652 siswa (http://www.depkominfo.go.id) yang tersebar di 34 propinsi pada tahun 2009. Jumlah

Lebih terperinci

MAWAS DIRI KAWRUH JIWA SEBAGAI TEKNIK PSIKOTERAPI UNTUK MENGURANGI BULLYING PADA SISWA

MAWAS DIRI KAWRUH JIWA SEBAGAI TEKNIK PSIKOTERAPI UNTUK MENGURANGI BULLYING PADA SISWA Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 57-66 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 MAWAS DIRI KAWRUH JIWA SEBAGAI TEKNIK PSIKOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita bersambung atau cerbung merupakan salah satu bentuk hasil karya sastra. Karya sastra pada umumnya merupakan sebuah dunia tersendiri yang berusaha dilahirkan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Deskripsi Umum Objek Penelitian Teknik Pengelolaan Stres Dalam. Ajaran Kawruh jiwa Suryomentaram Pada Anggota Paguyuban

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Deskripsi Umum Objek Penelitian Teknik Pengelolaan Stres Dalam. Ajaran Kawruh jiwa Suryomentaram Pada Anggota Paguyuban BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian Teknik Pengelolaan Stres Dalam Ajaran Kawruh jiwa Suryomentaram Pada Anggota Paguyuban Pelajar kawruh jiwa Malang 1. Deskripsi Lokasi a. Letak

Lebih terperinci

Jurnal Bimbingan Konseling

Jurnal Bimbingan Konseling Jurnal Bimbingan Konseling 4 (2) (2015) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk INDIGENOUS KONSELING ( STUDI PEMIKIRAN KEARIFAN LOKAL KI AGENG SURYOMENTARAM DALAM KAWRUH

Lebih terperinci

DITA DWI SAPUTRI. Universitas PGRI Yogyakarta. ABSTRAK

DITA DWI SAPUTRI. Universitas PGRI Yogyakarta. ABSTRAK PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE MULUR MUNGKRET DI KELAS VI SD SENDANGSARI PAJANGAN BANTUL (TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN PEMIKIRAN KI AGENG SURYOMENTARAM) DITA DWI SAPUTRI Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama islam yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuannya serta perkembangan dan penemuan teknologi dengan. baik di bidang ekonomi maupun budaya, sehingga terkadang mereka

BAB I PENDAHULUAN. kemajuannya serta perkembangan dan penemuan teknologi dengan. baik di bidang ekonomi maupun budaya, sehingga terkadang mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan era keterbukaan dunia dengan segala kemajuannya serta perkembangan dan penemuan teknologi dengan gencarnya untuk memudahkan segala akses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Penciptaan Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah Subhanallah Wa Ta ala. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia dengan makhluk lainnya

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Angka pernikahan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Meskipun

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Angka pernikahan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Meskipun 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Angka pernikahan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Meskipun demikian, tingginya angka pernikahan juga sejalan dengan peningkatan jumlah kasus perceraian

Lebih terperinci

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK KUMPULAN KATA-KATA BIJAK Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus. Pikiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cinta adalah sebuah perasaan natural yang dirasakan oleh seseorang terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, saling memiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap,

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diawali dengan keprihatinan peneliti akan penyandang tunanetra, dan dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap, tidak berguna dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog BAB IV ANALISIS Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog terhadap Praktik Ruqyah Syar iyyah Di Kalimantan Selatan, berikut peneliti memberikan analisis terhadap apa yang

Lebih terperinci

Herly Setiawan Universitas PGRI Yogyakarta

Herly Setiawan Universitas PGRI Yogyakarta PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS RAOS GETUN, SUMELANG, MERI, PAMBEGAN DI KELAS VI SD SENDANGSARI PAJANGAN BANTUL YOGYAKARTA (KAJIAN TERHADAP KONSEP DAN PEMIKIRAN KI AGENG SURYOMENTARAM) Herly Setiawan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Kesehatan Mental di Tempat Kerja Kesehatan Mental di Tempat Kerja Oleh: Bahril Hidayat, M.Psi., Psikolog Dosen Fakultas Agama Islam, Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Riau Konsep Naskah Dialog yang disampaikan dalam

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

B B A I P n e d n a d h a u h l u u l a u n La L t a a t r a Be B l e a l k a a k n a g n Ma M s a a s l a a l h

B B A I P n e d n a d h a u h l u u l a u n La L t a a t r a Be B l e a l k a a k n a g n Ma M s a a s l a a l h 1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradapan bangsa

Lebih terperinci

FILSAFAT SURYOMENTARAM: SATU ALTERNATIF ANALISIS KARYA SASTRA

FILSAFAT SURYOMENTARAM: SATU ALTERNATIF ANALISIS KARYA SASTRA 1 FILSAFAT SURYOMENTARAM: SATU ALTERNATIF ANALISIS KARYA SASTRA Oleh Nurhadi Pendahuluan Di Indonesia, khususnya di Jawa, sebetulnya ada teori psikologi maupun filsafat yang dikemukakan oleh seorang Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Dari pemeriksaan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap Rafilus diperoleh

BAB V. Kesimpulan. Dari pemeriksaan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap Rafilus diperoleh BAB V Kesimpulan Ihwal jungkir-balik dalam Rafilus adalah persoalan ruang (spasial) cerita. Dari pemeriksaan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap Rafilus diperoleh bukti-bukti bahwa persoalan jungkir-balik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak yang normal baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak yang normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

Apa Saja Manfaat Hipnotis? Dan Mengapa Anda Perlu Mempelajarinya?

Apa Saja Manfaat Hipnotis? Dan Mengapa Anda Perlu Mempelajarinya? Apa Saja Manfaat Hipnotis? Dan Mengapa Anda Perlu Mempelajarinya? Banyak orang mengira yang menganggap hipnotis adalah ilmu gaib atau identik dengan kejahatan yang banyak diberitakan media masa. Beberapa

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga

Lebih terperinci

Awal beliau menekuni bidang Aura tentu saja dikarenakan karena Bakat Lahir yang beliau miliki dalam melihat dan merasakan Aura seseorang.

Awal beliau menekuni bidang Aura tentu saja dikarenakan karena Bakat Lahir yang beliau miliki dalam melihat dan merasakan Aura seseorang. Ratu Aura merupakan Pakar energy aura yang berbeda dengan pakar buka aura yang lainnya. Ratu Aura hadir dengan metode buka Aura yang lebih praktis, cepat dan efektif. Wanita cantik, berwibawa, cerdas serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai bentuk aspirasi, apresiasi, dan pandangannya terhadap suatu peristiwa dan perasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, sehat, tanpa kekurangan apapun. Akan tetapi, terkadang ada hal yang mengakibatkan anak tidak berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap masyarakat menjadi berubah, masyarakat yang biasanya melihat film hanya untuk hiburan semata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Konsep Seni dan Pengalaman Nilai Estetis Parker

BAB VI PENUTUP. A. Konsep Seni dan Pengalaman Nilai Estetis Parker BAB VI PENUTUP Berdasarkan hasil kajian terhadap pemikiran Parker maka kesimpulan dari penelitian ditemukan sebagai berikut: A. Konsep Seni dan Pengalaman Nilai Estetis Parker 1. Konsep seni merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak Judul : Oedipus Complex pada Paul didalam novel Sons and Lovers karangan D.H. Lawrence DATA REDUKSI Data Reduksi dibawah ini adalah untuk menyederhanakan penjelasan peneliti. No Oedipus Complex Keterangan

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu 441 BAB V P E N U T U P Kajian dalam bab ini memuat catatan-catatan kesimpulan dan saran, yang dilakukan berdasarkan rangkaian ulasan, sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan, dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen

BAB IV KESIMPULAN. efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen BAB IV KESIMPULAN Cerpen Tomochan no Shiawase karya Yoshimoto Banana dianalisis menggunakan teori struktural dan teori kognitif sosial Albert Bandura mengenai efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Persepsi keluarga terhadap anak dengan ID Keluarga dapat memiliki persepsi yang benar maupun salah terhadap anak dengan ID, khususnya terkait dengan disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau selalu membutuhkan orang lain dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang

BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN A. Kerangka Teoritik Dalam ilmu sosiologi mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai anggota masyarakat, individu harus mematuhi norma-norma yang berlaku, agar tercapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang beraneka ragam sebagai makhluk hidup. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan untuk mendapat penghargaan dalam relasi

Lebih terperinci

menyukai tokoh animasi kartun Spongebob karena

menyukai tokoh animasi kartun Spongebob karena BAB IV TINJAUAN PERSEPSI VISUAL ANAK-ANAK DAN PESAN MORAL PADA FILM ANIMASI KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS 1.1. Deskripsi Penemuan Pada Penelitian Deskriptif Berdasarkan pengamatan melalui metode analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bagi manusia merupakan sesuatu yang penting, karena melalui sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis

Lebih terperinci

Landasan Agama Bimbingan dan Konseling

Landasan Agama Bimbingan dan Konseling Landasan Agama Bimbingan dan Konseling (Mata Kuliah Landasan BK, pertemuan ke-3) Oleh: Agus Basuki, M.Pd www.uny.ac.id Landasan agama membahas tentang kemuliaan manusia sebagaimana ditunjukkan oleh kaidah-kaidah

Lebih terperinci

MENJADI MANUSIA OTENTIK

MENJADI MANUSIA OTENTIK MENJADI MANUSIA OTENTIK Penulis : Reza A.A. Wattimena G. Edwi Nugrohadi A. Untung Subagya Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya komunikasi adalah sarana

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian

Lebih terperinci

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

MANUSIA DAN KEGELISAHAN Nama : Musafak NPM : 35412164 Kelas : 1ID08 A.Pengertian Kegelisahan : 1 Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas.

Lebih terperinci

THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) TERAPI ADLER

THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) TERAPI ADLER THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) GERALD COREY TERAPI ADLER ALFRED ADLER ( 1870-1912 ) Pengembang psikodinamika pada terapi (8-10) thn.

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan

Lebih terperinci

BAB 2 KETRAMPILAN INTERPERSONAL

BAB 2 KETRAMPILAN INTERPERSONAL BAB 2 KETRAMPILAN INTERPERSONAL 1. DEFINISI KETRAMPILAN INTERPERSONAL Ketrampilan interpersonal didefinisikan sebagai ketrampilan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku,

Lebih terperinci