ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : ADRIANTO BUDI P NIM. F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN Surakarta, 8 Maret 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Dwi Prasetvani. SE., MSi NIP

3 HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, 12 April 2010 Tim Penguji Skripsi: 1. Dr. AM. Susilo. M.S NIP Dwi Prasetvani, SE., Msi NIP Dra. Nunung Sri Mulyani NIP Ketua Pembimbing Anggota

4 MOTTO Seseorang menjadi kuat karena banyak kawannya (HR. Ibnu Abi Addunia dan Asysyihaab) Diatas sisa-sisa rencana kita yang gagal, kita naik ke langit dan ternyata bahwa kekalahan-kekalahan kita adalah kemenangankemenangan yang gemilang (AB. Alcott) Anda jangan sekali-kali punya niat menjadi kaya dalam berwirausaha, sebab uang dan kekayaan bukanlah tujuan utama (NN) Hidup merupakan suatu pilihan, semua pilihan ada pada hati dan pikiran pribadi kita sendiri (Penulis) 4

5 PERSEMBAHAN Karya ini kuhadiahkan untuk : 1. Ayah (Alm) dan Ibuku Tercinta 2. Adikku Tersayang 3. Sahabat dan teman-temanku. 4. Triana Paramytha 5. Almamaterku 5

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya sehingga dengan kemampuan yang ada, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dwi Prasetyani, SE., MSi selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini semoga Allah SWT membalasnya dan memberikan kemuliaan kepadanya. 2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. 6

7 4. Izza Mafruah, SE., MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingannya. 6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 7. Ibuku yang selalu senantiasa memberikan dorongan, nasehat, doanya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Almarhum Ayah yang menjadi inspirasi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik dan penulis yakin beliau juga pasti selalu berdoa untuk penulis. Adikku yang menemani penulis selama ini dalam berbagai kesempatan. 8. Triana Paramytha yang selalu sabar menemani serta memberi dorongan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman EP angkatan 2006 khususnya anak-anak EP HOLICS, temanteman HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2006, 2007 dan 2008 serta semua sahabat-sahabatku, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, Maret

8 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii ABSTRAK... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 9 C. Tujuan Penelitian... 9 D. Manfaat Penelitian... 9 BAB II. TELAAH PUSTAKA A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pengertian PDRB Jenis PDRB B. Variabel Yang Mempengaruhi PDRB Produksi a. Pengertian Produksi b. Faktor Produksi c. Fungsi Produksi Investasi a. Pengertian Investasi b. Jenis Investasi

9 c. Teori Investasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) a. Pengertian Usaha Mikro b. Pengertian Usaha Kecil c. Pengertian Usaha Menengah C. Penelitian Terdahulu D. Kerangka Teoritis E. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data C. Definisi Operasional Variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nilai Produksi Nilai Investasi Jumlah UMKM D. Metode Analisis Data Metode Analisis Deskripsi Data Metode Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Square) Uji Statistik a. Uji t Statistik b. Uji F Statistik c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas b. Uji Heteroskedastisitas c. Uji Autokorelasi BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah

10 1. Keadaan Goegrafis dan Administratif Jumlah dan Komposisi Penduduk Perkembangan PDRB Jawa Tengah B. Analisis Data dan Pembahasan Analisis Deskriftif Data a. Perkembangan Nilai Produksi UMKM b. Perkembangan Nilai Investasi UMKM c. Perkembangan Jumlah UMKM Metode Regresi Linier Berganda a. Uji Statistik ) Uji t Statistik ) Uji F Statistik ) Koefisien Determinasi (R 2 ) b. Uji Asumsi Klasik ) Uji Multikolineritas ) Uji Heteroskedastisitas ) Uji Autokorelasi Intepretasi Hasil Estimasi Secara Ekonomi a. Pengaruh Nilai Produksi terhadap PDRB b. Pengaruh Nilai Investasi terhadap PDRB c. Pengaruh Jumlah UMKM terhadap PDRB Keterbatasan Penelitian BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 10

11 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) Menurut Berbagai Departemen dan Lembaga Tabel 1.2 Distribusi PDRB Menurut Skala Usaha dan Sektor (%)... 6 Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Provinsi Jawa Tengah Tahun Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Tengah Tahun Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Jawa Tengah dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 4.3 Kepadatan Penduduk Jawa Tengah Tahun Tabel 4.4 Nilai PDRB Jawa Tengah atas dasar harga konstan dan harga berlaku tahun (Juta Rupiah) Tabel 4.5 Perkembangan Nilai Produksi UMKM Tahun Tabel 4.6 Perkembangan Nilai Investasi UMKM Tahun Tabel 4.7 Perkembangan Jumlah UMKM Thun Tabel 4.8 Hasil Persamaan Regresi PDRB Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser Tabel 4.10 Hasil Uji The Breusch-Godfrey (BG)

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Proses Produksi Gambar 2.2 Kurva Marginal Efficiency of Capital Gambar 2.3 Kurva Marginal Efficiency of Investment Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F

13 ABSTRAK ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TANGAH TAHUN Adrianto Budi P F Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Tengah. Untuk membuktikan hipotesis penelitian digunakan model ekonometrika menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% disimpulkan bahwa nilai produksi UMKM mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Tengah, hasil analisis ini tidak sesuai dengan teori, dimana berdasarkan teori, nilai produksi mempunyai hubungan positif dengan produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Tengah. Nilai investasi UMKM mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Tengah, hasil analisis ini sudah sesuai dengan teori. Jumlah UMKM mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Tengah, hasil analisis ini sudah sesuai dengan teori Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Tengah, saran yang dapat diajukan adalah Pemerintah dapat mengusahakan peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Tengah dengan membuat suatu kebijakan yaitu perlu menerapkan peraturan serta memberikan pelayanan yang lebih kepada sektor UMKM, diharapkan nantinya sektor UMKM ini mampu memberikan sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lebih dari sektor-sektor lain. Kata kunci : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Tengah, Nilai Produksi, Nilai Investasi, Jumlah UMKM, Ordinary Least Square. 13

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara dan menjadi sasaran utama pembangunan bagi banyak negara berkembang. Pelaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi bagi penduduknya. Dalam usaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pasti ditemukan berbagai hambatan khususnya pada negara yang sedang berkembang. Hambatan yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah dalam hal pendanaan untuk melakukan pembangunan. Hambatan itulah yang juga dialami oleh Indonesia dalam usahanya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sebelum krisis moneter tahun 1997, kegiatan pembangunan nasional Indonesia secara nyata membawa keberhasilan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Keberhasilan tersebut antara lain ditunjukkan oleh tingginya laju pertumbuhan ekonomi dan disertai semakin meningkatnya kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun pada pertengahan tahun 1997, krisis moneter telah melanda Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi sehingga membawa perubahan mendasar pada sendi-sendi kehidupan politik bangsa dan negara serta perekonomian nasional. (Wahyu Widyaningsih, 2002) 14

15 Pada saat banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami pengunduran bahkan gulung tikar, masih terdapat beberapa jenis unit usaha yang masih bertahan dalam krisis tersebut. Salah satu unit usaha yang masih mampu bertahan serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi saat ini adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Perhatian kepada UMKM memberikan makna tersendiri pada pertumbuhan ekonomi dan menekan kemiskinan. Bahkan pertumbuhan dan modernisasi sektor UMKM sering diartikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang memiliki income perkapita yang masih rendah. Definisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat dikemukakan oleh beberapa instansi yang memiliki pendekatan yang berbeda. Beberapa perbedaan definisi tersebut dapat dirangkum sebagai berikut : 1). BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan dasar tenaga kerja yang dipekerjakan sebagai kriteria pembeda Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 2). Departemen Perindustrian menggunakan dasar kriteria finansial dalam bentuk investasi barang modal dan investasiper tenaga kerja; 3). Bank Indonesia menggunakan kriteria aset dan finansial sebagai faktor pembeda antara jenis UMKM; 4). Departemen Perdagangan menggunakan faktor modal aktif usaha dagang sebagai pembeda jenis UMKM; selain itu terdapat kriteria komprehensi yang dibuat oleh Bank Dunia untuk membedakan UMKM dengan sekaligus menggunakan kriteria pekerja, aset dan omset secara bersamaan. Ikhtisar perbedaan definisi tersebut ditunjukkan oleh tabel 1.1 di bawah ini : 15

16 Tabel 1.1. Pengertian UMKM menurut berbagai Departemen dan Lembaga Lembaga Istilah Pengertian Umum (1) (2) (3) Usaha Mikro UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BPS Menteri Negara Koperasi dan UKM Bank Indonesia (PBI No.7/39/PBI/2005) Bank Dunia Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Mikro Usaha Menengah Usaha Mikro Usaha Kecil Sumber : Kantor Bank Indonesia Solo (2006) Aset Rp 50 juta di luar tanah dan bangunan Omset Rp 300 juta / tahun Aset Rp 500 juta di luar tanah dan bangunan Omset Rp 2,5 Miliar / tahun Aset Rp 10 Miliar di luar tanah dan bangunan Omset Rp 50 Miliar / tahun Pekerja < 5 orang, termasuk tenaga kerja keluarga Pekerja 5-9 orang Pekerja orang Aset < Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan Omset < Rp 1 Miliar / tahun Independen Aset < Rp 200 juta Omset : Rp 1-10 Miliar per tahun Dijalankan oleh rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana dan mudah keluar masuk industri. Aset < Rp 200 juta Omset < Rp 1 Miliar Usaha Menengah Untuk kegiatan industri, aset < Rp 5 Miliar. Untuk lainnya (termasuk jasa), aset < Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan Omset < 3 Miliar per tahun Usaha Mikro Pekerja < 10 orang Aset < $ Omset < $ per tahun Usaha Kecil Pekerja < 50 orang Aset < $ 3 juta Omset < $ 3 juta per tahun Usaha Menengah Pekerja < 300 orang Aset < $ 15 juta Omset < $ 15 juta per tahun 16

17 Pengembangan UMKM diharapkan dapat mengurangi distorsi pasar. Dimana distorsi pasar tersebut telah meimbulkan suatu bias dalam pengembangan teknik produksi yang menekankan pada pendekatan labor intensive. Penghilangan distorsi pasar akan mendorong terciptanya penciptaan lapangan kerja baik secara umum maupun di dalam lingkungan keluarga maupun mendorong timbulnya bantuan pendanaan antar perusahaan yang pada akhirnya mempercepat terbentuknya human and community development. (Bank Indonesia, 2005 : 2) UMKM dianggap menjadi salah satu jenis unit usaha yang mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia karena (i) peran UMKM yang dinilai mampu menghadapi badai krisis ekonomi 1998; (ii) perannya dalam memulihkan perekonomian nasional baik dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja; (iii) peran UMKM dianggap penting untuk mengembangkan ekonomi rakyat yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup dan mengurangi tingkat kemiskinan. (Indarani, 2008) Selain itu usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data empiris yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan. Pertama, jumlah industri yang banyak dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi & UMK 2004, jumlah UMKM tercatat juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensi yang besar dalam penyerapan tenaga 17

18 kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap juta tenaga kerja atau 99,5% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 55,87% dari total PDB. Keempat, bahwa UMKM mampu menyediakan kebutuhan barang dan jasa untuk masyarakat atau sebesar 57% kebutuhan barang dan jasa disediakan oleh UMKM. Kelima, UMKM memberikan kontribusi sebesar 2-4% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kekuatan-kekuatan inilah yang dapat digali dan dikembangkan mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar. (Bank Indonesia, 2005 : 3) Tabel 1.2 dibawah dapat memberi gambaran yang jelas mengenai seberapa pentingnya usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) di dalam perekonomian dapat diukur dari sumbanganya terhadap pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB). Dapat dilihat bahwa usaha kecil (UK) memiliki spesialisasi dalam produksi pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pangsa PDRB-nya di dua sektor tersebut selalu diatas 50%. Sedangkan usaha menengah (UM) tidak punya satu sektor pun sebagai sektor dominannya karena sumbangan output dari dari kelompok usaha ini terhadap PDRB di semua sektor selalu berada dibawah 50%, walaupun di beberapa sektor rasio outputnya terhadap PDRB lebih tinggi dibandingkan UK. Sementara itu, jumlah sektor konsentrasi dari usaha besar (UB) dengan pangsa PDRB-nya di atas 50% lebih banyak daripada yang dimiliki UK, yakni di 18

19 pertambangan, industri manufaktur, listrik, gas dan suplai air bersih dan jasajasa lainnya. Tabel 1.2. Distribusi PDRB Menurut Skala Usaha dan Sektor (%) Sektor UK UM UB Total UK UM UB Total UK UM UB Total Pertanian. peternakan. kehutanan & perikanan Pertambangan & penggalian Industri manufaktur Listrik. gas & air bersih Bangunan Perdagangan. hotel & restoran Transportasi & komunikasi Keuangan. sewa & perusahaan jasa Jasa-jasa lainnya Sumber : Menegkop & UKM (Bank Indonesia, 2005 : 34) Kesenjangan pembangunan dan pendapatan antar penduduk bukan hanya merupakan masalah pembangunan nasional, tetapi juga oleh Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian integral Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga grand strategy Trilogi Pembangunan yang dicanangkan Pemerintah Indonesia juga membawa implikasi kebijakan bagi Jawa Tengah, terlebih kebijakan pembangunan yang cenderung sentralistik sebelum era reformasi maka lingkungan strategis kebijakan nasional tersebut sangat berpengaruh terhadap strategi pembangunan di Jawa Tengah. (Wahyu Widyaningsih, 2002) Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia pertengahan tahun 1997, memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi di atas tujuh persen per tahun. Selama lima belas tahun ( ) mengalami fluktuasi, terlebih pada 19

20 Tahun 1998 terjadi penurunan PDRB akibat krisis ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi yang pada Tahun 1992 di atas 7 % pada Tahun 1993 turun menjadi 6,10 % dan kemudian naik lagi pada Tahun 1994 dan Tahun 1995, yaitu sebesar 6,96 % dan 7,34 %. Akan tetapi, pada Tahun 1996 dan Tahun 1997 kembali mengalami penurunan menjadi 7,30 % dan 3,03 %. Bahkan pada Tahun 1998 saat terjadinya puncak krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi yang cukup besar sehingga menjadi minus 11,74 %. Kemudian dari Tahun mulai membaik yaitu pada Tahun 2002 sebesar 3,55 %, Tahun 2003 sebesar 4,98 %, Tahun 2004 sebesar 5,13 %, hingga Tahun 2005 menjadi sebesar 5,35 % dan pada Tahun 2006 sebesar 5,33 %. Perkembangan laju pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Tengah dari Tahun dapat dilihat dalam tabel 1.3 berikut ini : Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Nilai Persen (Juta Rupiah) ,808,551,494, ,026,353,386, ,345,174,480, ,013,952,640, ,862,203,720, ,129,838,900, ,065,273,350, ,394,513,740, ,941,667,090, ,305,176,400, ,955,936,769, ,312,469,564, ,895,971,099, ,611,149,691, ,609,592,172, Sumber : BPS (Jawa Tengah Dalam Angka Tahun Beberapa Edisi, diolah) 20

21 Jumlah UMKM dalam 3 tahun terakhir juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,5 % tiap tahunnya. Pada 2002 tercatat sebanyak unit dan pada tahun 2004 sebanyak unit usaha. Peningkatan jumlah unit usaha ini juga diikuti dengan kenaikan jumlah tenaga kerja di sektor UMKM. Pada tahun 2004 jumlah pekerja di sektor UMKM sebanyak orang dan pada tahun 2006 sebanyak orang. Ini menunjukkan bahwa UMKM selalu mengalami peningkatan di semua sektor setiap tahunnya. Penelitian ini akan menganalisis peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini juga melihat lebih jauh apabila variabel-variabel independen tersebut digunakan untuk menganalisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah. Dengan melihat segala fenomena yang menarik mengenai peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI DAN JUMLAH UMKM TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

22 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah? 2. Bagaimana pengaruh nilai produksi, nilai investasi dan jumlah UMKM terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh nilai produksi, nilai investasi dan jumlah UMKM terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi kepada para pengambil kebijakan makro ekonomi, akademisi dan pemerhati dunia usaha mengenai UMKM yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. 2. Menjadi referensi dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis. 22

23 3. Bagi penulis, untuk mendalami dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dan turut memperkaya khasanah penelitian yang ada. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wacana yang dapat berguna bagi pembaca. 23

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1. Pengertian PDRB PDRB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDRB berbeda dengan Produk Domestik Regional Bruto karena tidak menghitung perpindahan pendapatan antar negara dan dengan itu menilai sebuah wilayah berdasarkan produksi yang dilakukannya daripada pendapatan yang diterimanya. PDRB nominal merujuk kepada jumlah nilai uang yang dihabiskan untuk PDRB, PDRB asli merujuk pada suatu langkah untuk mengkoreksi angka tersebut dengan melibatkan efek dari inflasi agar dapat memperkirakan jumlah barang dan jasa yang sebenarnya menjadi basis perhitungan PDRB. Produk Domestik Regional Bruto atau Gross Domestic Regional Product adalah suatu alat ukur pertumbuhan ekonomi bagi suatu Daerah Tingkat I ataupun Tingkat II. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari nilai pendapatan nasionalnya. 24

25 Produk Domestik Regional Bruto adalah besarnya nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh penduduk yang ada di wilayah tersebut, baik kegiatan produksi oleh warga negara sendiri atau dari warga negara Asing. (Algifri, 1998 : 14) 2. Jenis Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dibedakan menjadi 3 bagian menurut dengan jenisnya : a. Pengertian Menurut Produksi Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi didalam suatu daerah dalam jangka waktu tertentu, ini dibagi menjadi 9 lapangan usaha : 1. Sektor Petanian 2. Sektor Pertambangan 3. Sektor Industri Pengolahan 4. Sektor Listrik. Gas dan Air 5. Sektor Bangunan / Konstruksi 6. Sektor Perdagangan 7. Sektor Angkutan dan Komunikasi 8. Sektor Lembaga Keuangan Persewaan dan Jasa 9. Sektor Jasa-jasa 25

26 b. Pengertian Menurut Pendapatan Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam rangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali faktor pendapatan diatas termasuk pula komponen jangka waktu tertentu (satu tahun). c. Pengertian Pengeluaran Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga di lembaga swasta serta tidak mempengaruhi konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap dari ekspor netto di suatu wilayah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto yang lain adalah PDRB atas dasar harga konstan dan PDRB atas dasar harga yang berlaku. a) PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga berlaku sesuai dengan tahun yang bersangkutan. b) PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atas pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas harga tetap di suatu tahun tertentu. 26

27 PDRB per kapita yaitu PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Perhitungan PDRB atas dasar harga konstan satu tahun dasar sangat penting karena bisa untuk melihat perubahan riil dari tahun ke tahun dari agregat ekonomi yang diamati. Hal ini berarti dapat pula melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. B. Variabel Yang Mempengaruhi PDRB 1. Produksi a. Pengertian Produksi Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. (Sri Adiningsih, 1991 : 3-4) Produksi dapat pula didefinisikan sebagai penciptaan guna. Guna berarti kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Proses perubahan bentuk faktor-faktor produksi dinamakan proses produksi. (Ari Sudarman, 1991 : 119). Produksi tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat, tetapi termasuk di dalamnya produksi jasa. Kemampuan barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat diperbesar melalui penciptaan : 27

28 a. Guna bentuk (form utility) yaitu guna yang diciptakan karena adanya perubahan bentuk suatu barang. b. Guna tempat (place utility) yaitu guna yang diciptakan karena adanya perpindahan tempat penggunaan suatu barang. c. Guna waktu (time utility) yaitu guna yang diciptakan karena adanya perubahan waktu dalam penggunaan barang. d. Guna pemilikan (possessive utility) yaitu guna yang diciptakan karena adanya perpindahan hak milik suatu barang. Produksi juga dapat didefinisikan sebagai transformasi atau pengubahan faktor produksi menjadi barang produksi atau proses dimana masukan (input) diubah menjadi luaran (output). (Suparmoko, 1997 : 91). Suatu proses produksi dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiarto, 2002 : 202) Input Fungsi Produksi output (kapital, tenaga kerja, (dengan teknologi (barang & jasa) Tanah dan sumber alam, tertentu) Kewirausahaan). Gambar 2.1 Proses Produksi Selain itu, produksi juga dapat ditinjau dari pengertian secara ekonomis. Ditinjau dari pengertian secara ekonomis, produksi merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia 28

29 untuk memperoleh hasil yang terjamin kualitasnya maupun kuantitasnya serta terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan. Adanya hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan output yang dihasilkan dinyatakan dalam suatu fungsi produksi. b. Faktor Produksi Faktor produksi yang dimaksud adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi 4 golongan (Sadono Sukirno, 2007 : 7) a. Tanah dan sumber alam Tanah dan sumber alam merupakan faktor produksi yang disediakan oleh alam. Faktor produksi ini meliputi tanah. hasil hutan dan sumber daya alam yang dapat dijadikan modal. b. Tenaga Kerja Keberhasilan pembangunan ekonomi akan dipengaruhi oleh banyak faktor produksi. Faktor produksi tersebut diantaranya adalah penduduk (Sumber Daya Manusia). Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia adalah penduduk dalam usia kerja. Dari segi penduduk sebagai faktor produksi maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi, hanya penduduk usia kerja dalam arti sudah bekerja atau mencari kerja. 29

30 c. Modal Modal adalah faktor produksi buatan yang merupakan input sekaligus output dalam perekonomian (Paul Samuelson & William D. Nordhaus, 1996 : 36). Modal dalam kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu modal tetap dan modal variabel. Perbedaan ini disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Misalnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan bahan penolong atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. Besar kecilnya modal sangat tergantung dari berbagai hal, antara lain : 1. Skala Usaha Besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai, makin besar skala usaha maka semakin besar pula modal yang dipakai. 2. Macam Komoditas Komoditas tetentu dalam produksi juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. 30

31 3. Tersedianya Kredit Kredit sangat menentukan suatu usaha. Dalam banyak kegiatan sering dijumpai adanya pengusaha yang kekurangan modal dan untuk pemecahannya diperlukan kredit. d. Keahlian Kewirausahaan Keahlian kewirausahaan meliputi kemahiran para pengusaha mengorganisasikan berbagai faktor produksi tanah dan sumber alam, tenaga kerja dan modal sehingga usahanya tersebut berhasil dan berkembang serta dapat menyediakan barang dan jasa. c. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X), variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input (Soekartawi, 2003 : 17). Definisi lain fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan sifat keterikatan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti yang berikut (Sadono Sukirno, 2001 : 194) Q = f ( K. L. R. T ) Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah kekayaan alam dan T adalah teknologi yang digunakan. 31

32 Dalam membicarakan fungsi produksi yaitu hubungan antara masukan (faktor produksi) dan luaran (barang produksi), dapat dibedakan antara pengertian jangka pendek dan jangka panjang. Yang dimaksud dengan jangka pendek adalah bahwa dalam proses produksi terdapat faktor produksi yang sifatnya tetap (fixed input) dimana faktor produksi yang jumlahnya dapat diubah-ubah (variable input). Sedangkan yang dimaksud jangka panjang adalah bahwa dalam proses produksi terdapat faktor produksi yang bersifat dapat diubah jumlahnya. 2. Investasi a. Pengertian Investasi Dalam teori ekonomi istilah investasi diartikan sebagai suatu kegiatan pengeluaran yang dilaksanakan oleh produsen untuk membeli barang-barang modal (seperti bahan baku/inventori. peralatan/ equipment. bangunan/building) guna memperoleh usaha. Menurut Sadono Sukirno (1996: 107), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran/pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Menurut Boediono (1986: 86), investasi adalah pengeluaran oleh sektor produksi untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa untuk 32

33 tujuan investasi yaitu untuk penambahan stok yang digunakan untuk perluasan usaha/pabrik. Menurut Michael Todaro, salah satu dimensi pilihan paling penting menaruh perhatian pada pilihan antara konsumsi untuk masa kini dan masa yang akan datang. Sumber daya akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi dimasa yang akan datang dikenal dengan sebutan investasi. Dalam prakteknya, dalam dunia usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam 1 tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut (Sadono Sukirno, 1999) : a. Pembangunan berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lain. c. Pertumbuhan nilai struktur barang yang belum terwujud, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional. Peranan investasi ini bersumber dari 3 fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian antara lain (Sadono Sukirno, 2006 : 367) : 33

34 a. Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertumbuhan dalam kesempatan kerja. b. Pertumbuhan barang dan modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas memproduksi di masa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertumbuhan produksi nasional dan kesempatan kerja. c. Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Perkembangan ini akan memberi sumbangan penting ke atas kenaikan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat. b. Jenis Investasi Investasi dalam penggolongannya dapat dilihat dari berbagai segi, seperti segi pengeluaran, pendapatan nasional dan segi wujudnya. a. Investasi dilihat dari segi pengeluarannya (Samuelson, 1994: 143) 1) Investasi bruto, adalah investasi yang menunjukkan tambahantambahan seluruh modal. 2) Investasi netto, adalah investasi hasil pengurangan antara investasi bruto dengan penyusutan. yaitu pengurangan nilai dengan barang-barang modal setiap saat karena ada kerusakan. b. Investasi dilihat dari segi pendapatan nasional negara (Soediyono,1995: 81) 34

35 1) Induce Investment Investasi yang nilainya berubah akibat dari meningkatnya permintaan produksi yang ada. Misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat disuatu tempat/negara menjadikan kenaikan kebutuhan barang-barang tertentu yang berarti kenaikan permintaan suatu barang (kenaikan suatu barang mendorong meningkatnya investasi). 2) Automos Investment Adalah investasi yang nilainya akan berubah sebagai akibat dari adanya penemuan-penemuan barang seperti teknologi baru ataupun produk barang atau tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional. Yang termasuk dalam investasi ini adalah rehabilitasi prasarana jalan, irigasi dan sebagainya. c. Investasi dilihat dari segi wujudnya (Guritno Mangkoesoebroto, 1992: 79) 1) Investasi riil Adalah investasi terhadap barang tahan lama (barang modal) yang akan digunakan dalam proses produksi, yang termasuk dalam investasi ini adalah : a) Investasi tetap perusahaan, yaitu investasi terdiri dari pengeluaran perusahaan-perusahaan atau mesin-mesin tahan lama serta perlengkapan mesin lainnya. 35

36 b) Investasi untuk perumahan, yaitu investasi untuk pembangunan tempat tinggal atau perumahan. c) Investasi persediaan perusahaan, yaitu investasi yang terdiri dari stok modal atau barang-barang modal yang tahan lama. 2) Investasi financial Adalah investasi terhadap surat-surat berharga seperti saham atau obligasi. c. Teori Investasi Teori Investasi Keynes Teori investasi Keynes berkaitan dengan apakah suatu proyek penanaman modal atau investasi layak atau tidak untuk dilakukan. Teknik untuk mengetahui apakah suatu proyek itu menguntungkan atau tidak, yaitu dengan membandingkan profitabilitas relatif proyekproyek dengan mendiskontir hasil-hasil di masa depan. adapun teknikteknik mendiskontir yang dikemukakan Keynes yaitu (Endar Supriyanto, ): 1) Nilai di masa depan dari sejumlah nilai sekarang Tujuan utama dari seseorang yang menambahkan modalnya adalah untuk menerima jumlah uang yang lebih besar dimasa yang akan datang. Ini berarti seseorang yang memutuskan meminjamkan uangnya dengan harapan untuk memperolehnya. Apabila uang tidak diinvestasikan lebih dari satu tahun, maka bunga yang diperoleh adalah bunga majemuk atau Compounding of 36

37 Interest, yaitu bunga yang ditanamkan atas bunga. Rumus untuk nilai di masa depan dari sejumlah nilai sekarang adalah sebagai berikut (Soediyono, 1992: 173) Dimana : n C = P(1+ 1 ) m C P I M N = nilai masa depan dari sejumlah nilai sekarang = jumlah pokok pada tahun pertama = tingkat bunga tahunan = berapa kali bunga ditawarkan dalam satu tahun = jumlah periode dimana bunga diterima Sehingga dapat disimpulkan jika bunga mengalami kenaikan maka nilai C juga akan naik, sedangkan jika tingkat bunga nol berarti tidak ada manfaat di masa depan dari dana yang di investasikan. Nilai di masa depan dari sejumlah nilai sekarang dapat diketahui dengan menggunakan tabel compounding faktor. 2) Marginal Efficiency of Capital (MEC) Suatu usulan investasi dapat dinilai dengan tingkat diskonto yang mempersamakan pengeluaran tunai sekarang dengan nilai sekarang dari penerimaan tunai masa depan. Karena suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu usulan investasi untuk dipertimbangkan maka skedul MEC dapat dibuat, dimana biasanya usuan-usulan investasi disusun secara berurutan berdasarkan tingkat hasil dari hasil yang terbesar ke hasil yang terkecil. Skedul 37

38 MEC mempunyai kemiringan yang negative, karena usulan-usulan investasi disusun dari urutan tingkat hasil yang diharapkan dari yang terbesar ke yang terkecil. Skedul MEC dapat digambarkan sebagai berikut (Endar Supriyanto, 2006: 13) Gambar 2.2. Kurva Marginal Efficiency of Capital R Dimana : R I 0 MEC I = Tingkat Keuntungan = Banyaknya Investasi MEC = Marginal Efficiency of Capital 3) Perubahan-perubahan MEC MEC dapat berubah karena ada beberapa faktor antara lain (Endar Supriyanto, 2006: 13) : i. Biaya aktiva sekarang ii. Jumlah dana yang dihasilkan selama umur aktiva yang dapat digunakan iii. Distribusi jumlah dana-dana yang dihasilkan kurva MEC naik jika biaya aktiva naik, maka jumlah dana yang dihasilkan kurva MEC berlereng negatif jika biaya aktiva naik. Jumlah dana- 38

39 dana yang dihasilkan terpusat sepanjang periode bekerjanya aktiva tersebut. Faktor-faktor yang menentukan bentuk kurva MEC dipengaruhi oleh tindakan permintaan. kekuatankekuatan pasar dan pengharapan-pengharapan. 4) Marginal Efficiency of Investment (MEI) Dalam skedul Marginal Efficiency of Capital terkandung asumsi bahwa industri barang modal mampu menawarkan peralatan dalam jumlah yang tidak terbatas pada biaya rata-rata yang konstan. Tetapi sangat mungkin bahwa rata-rata biaya akan barang modal baru akan naik akibat peningkatan penggunaan fasilitas produksi, maka MEC dari seluruh usulan investasi akan turun dan MEC akan menjadi lebih curam daripada jika biaya penawaran barang modal baru dalam keadaan konstan. Pengaruh dari suatu kenaikan biaya penawaran terhadap tingkat hasil yang diharapkan dari usulan investasi dinamakan Marginal Efficiency of Investmen yang dapat digambarkan sebagai berikut (Endar Supriyanto, 2006: 17) Gambar 2.3. Kurva Marginal Efficiency of Investment P 2 S 2 P 1 S 1 MEC MEI 0 I 1 I 2 I 1 I 2 39

40 3. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pengertian dan batasan mengenai usaha mikro, kecil dan menengah terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Uraian mengenai pengertian dan batasan tersebut dapat dilihat di bawah ini : A. Usaha Mikro 1. Pengertian Usaha Mikro Usaha mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40 / KMK.O6 / 2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Disamping itu hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). 2. Ciri-ciri usaha mikro Ditinjau dari berdasarkan aspek permodalannya, usaha mikro berbeda dengan usaha kecil maupun usaha menengah. Adapun ciri-ciri usaha mikro menurut Tanjung (2008) adalah : Jenis barang / komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti 40

41 Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP 3. Contoh usaha mikro Contoh-contoh usaha mikro perlu diketahui untuk memudahkan identifikasi dalam pengumpulan data lapangan. Beberapa contoh usaha mikro antara lain : Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar Peternakan ayam, itik dan perikanan 41

42 Usaha-usaha jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi) Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya peningkatan fungsi intermediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha mesih tetap berjalan dan bahkan terus berkembang b. Tidak sensitif terhadap suku bunga c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. 42

43 B. Usaha Kecil 1. Pengertian Usaha Kecil Usaha kecil menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berskala kecil yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Usaha kecil memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha kecil memiliki hasil penjualan tahunan mencapai lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) serta dapat menerima kredit dari bank maksimal diatas Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). 2. Ciri-ciri usaha kecil Ciri-ciri usaha kecil menurut Tanjung (2008), antara lain : Jenis barang / komoditi yang diusahakan sudah tetap tidak mudah berubah Lokasi / tempat usaha umumnya sudah menetap dan tidak berpindah-pindah 43

44 Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga serta sudah membuat neraca usaha Sumber daya manusianya (pengusahanya) memiliki pengalaman dalam berwirausaha Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning Selanjutnya menurut Jatmiko (2005) dikemukakan bahwa karakteristik dari usaha kecil pada umumnya adalah : a. Dikelola oleh pemiliknya. b. Modal terbatas. c. Jumlah tenaga kerja terbatas. d. Berbasis keluarga atau rumah tangga. e. Lemah dalam pembukuan. f. Manajemen usaha sangat tergantung pada pemilik. 3. Contoh usaha kecil Beberapa contoh usaha kecil atau industri kecil yang ada di Indonesia antara lain : Usaha tani pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja 44

45 Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan Peternakan ayam, itik dan perikanan Koperasi berskala kecil C. Usaha Menengah 1. Pengertian Usaha Menengah Usaha menengah sebagaimana dimaksud Inpres No. 10 Tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar. Usaha menengah memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua miliar lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp ,00 (lima puluh miliar rupiah) serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp ,00 (lima miliar rupiah). 45

46 2. Ciri-ciri usaha menengah Secara umum ciri-ciri usaha menengah menurut Tanjung (2008) meliputi : Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern serta dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll. 3. Contoh usaha menengah Usaha menengah memiliki permodalan yang lebih kuat dibandingkan usaha mikro dan usaha kecil, sehingga jenis usaha atau 46

47 macam usaha menengah mampu menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu : Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah Pedagang di pasar grosir (agen) termasuk ekspor dan impor Usaha EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar provinsi Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan Secara umum pengertian UMKM adalah usaha yang memproduksi barang dan jasa yang menggunakan bahan baku utama berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, bakat dan karya seni tradisional dari daerah setempat. Adapun ciri-ciri UMKM meliputi : a. Bahan baku mudah diperoleh. b. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih teknologi. c. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun. d. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. e. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal / domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor. 47

48 f. Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni budaya daerah setempat. g. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat. h. Secara ekonomis menguntungkan. C. Penelitian Terdahulu a. Penelitian Ninik Suprihatin (2006) Penelitian dengan judul Pengaruh investasi. ekspor dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur berkesimpulan bahwa investasi, ekspor dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Nilai koefisien regresi variabel investasi adalah 0,241 sehingga bila investasi naik 1 persen maka PDRB akan naik sebesar 0,241 %. Nilai koefisien regresi variabel ekspor adalah 0,287 sehingga bila ekspor naik 1 persen maka PDRB akan naik sebesar 0,287 %. Nilai koefisien regresi variabel tenaga kerja adalah 0,823 sehingga bila tenaga kerja naik 1 persen maka PDRB akan naik sebesar 0,823 %. b. Penelitian Wahyu Widyaningsih (2002) Penelitian dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Jawa Tengah dapat diambil kesimpulan bahwa investasi, ekspor dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDRB di Jawa Tengah. Nilai koefisien regresi variabel investasi adalah 0,44 sehingga bila investasi naik 1 persen maka PDRB akan naik sebesar 48

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Usaha Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE 1981-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI DAMPAK PENDAPATAN DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI SUMATERA BARAT SELAMA PERIODE 1993-2008 Oleh : GLIANTIKA 07 951 022 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1992-2012 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1. Usaha Mikro Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM Pasal 1 angka1 yang dimaksud dengan Usaha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN 1985-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN JASMAN SARIPUDDIN HASIBUAN Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : jasmansyaripuddin@yahoo.co.id ABSTRAK Sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau

Lebih terperinci

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 No. 21 / VII / 24 Maret 2004 INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 (Disusun melalui kerjasama BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

IKM Dalam Bidang Ekonomi

IKM Dalam Bidang Ekonomi IKM Dalam Bidang Ekonomi Paper Halaqoh Disusun pada tanggal, 2 Agustus 2013 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH Oleh M. Kholil Mahasiswa Semester 3 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008-2013 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi Syarat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA. PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. CABANG SOLO. Skripsi

ANALISIS PERMINTAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA. PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. CABANG SOLO. Skripsi ANALISIS PERMINTAAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. CABANG SOLO Skripsi Diajukan Sebagai Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, ekonomi di Indonesi sangat mengalami keterpurukan sektor-sektor pendorong ekonomi juga ikut terpuruk namun sektor industri adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( ) PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional dan Perhitungannya Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional Pengertian Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Lebih terperinci