SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan"

Transkripsi

1 MODEL PEMBELAJARAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KOMPETENSI KEJURUAN MEKANIK OTOMOTIF PADA SISWA KELAS X SMK MIFTAHUL ULUM BOARDING SCHOOL DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ahmad Saefudin Pendidikan Teknik Mesin FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

2 Skripsi ini diajukan oleh: PENGESAHAN Nama : Ahmad Saefudin NIM : Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin Judul : Model Pembelajaran PAKEMUntuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Pada Siswa Kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak Tahun Pelajaran 2012/2013. Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Panitia Ujian Ketua : Dr. M. Khumaedi, M. Pd ( ) NIP Sekretaris : Wahyudi, S. Pd, M. Eng ( ) NIP Dewan Penguji Pembimbing I : Drs. Agus Suharmanto, M. Pd ( ) NIP Pembimbing II : Drs. Karsono, M. Pd ( ) NIP Penguji Utama : Drs. Boenasir, M. Pd ( ) NIP Penguji Pendamping I : Drs. Agus Suharmanto, M. Pd ( ) NIP Penguji Pendamping II : Drs. Karsono, M. Pd ( ) NIP Ditetapkan di Semarang, Tanggal, 24 Juni 2013 Mengesahkan, Dekan Fakultas Teknik Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd NIP ii

3 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa isi dari skripsi ini merupakan hasil karya tulis ilmiah yang telah saya susun sendiri dan bukan merupakan hasil jiplakan dari karya tulis ilmiah orang lain. Berbagai pendapat serta temuan dari orang ataupun pihak lain yang ada di dalam karya tulis ilmiah ini dikutip dan dirujuk berdasarkan pedoman kode etik etika penyusunan karya tulis ilmiah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun. Semoga karya tulisini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semarang, Juni 2013 Peneliti Ahmad Saefudin NIM iii

4 ABSTRAK AhmadSaefudin Model Pembelajaran PAKEMUntuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Pada Siswa Kelas X SMKMiftahul Ulum Boarding School Demak Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Agus Suharmanto, M.Pd, Pembimbing II: Drs. Karsono, M.Pd. Permasalahan yang diungkap dalam skripsi ini adalah tentang Model Pembelajaran PAKEM Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Pada Siswa Kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotifuntuk siswa yang diberi pembelajaran konvensional/ceramah biasa dengan pembelajaran PAKEM. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refklesi. Cara pengumpulan data dari penelitian tindakan kelas ini berupa tes dan observasi. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini menujukkan bahwa model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan prestasi belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional/ceramah biasa, hal ini ditunjukkan dengan hasil rata-rata kelas yang dicapai, untuk model pembelajaran konvensional/ceramah biasa hanya mendapatkan nilai rata-rata kelas hanya 60% sedangkan dengan model pembelajaran PAKEM dapat mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 89,73%. Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan adalah pertama Sebaiknya sekolah menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PAKEM karena terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada kompetensi kejuruan mekanik otomotif. Kedua guru diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran PAKEMpada materi-materi yang lain agar siswa lebih memahami keterkaitan suatu topik dengan topik lain.ketiga bagi siswa yang memiliki prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan model pembelajaran PAKEMkurang memuaskan hendaknya lebih termotivasi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kata kunci: Model Pembelajaran PAKEM, Kejuruan Mekanik Otomotif iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Qs. Al Insyirah: 6-8). Persembahan : Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Bapak (Alm) dan Ibu tercinta,yang tak pernah henti dari doa dan usaha. 2. Mbak Am, Mbak luk dan Adik Nur yang selalu memberi motivasi dalam hidupku. 3. Cayank-ku adek ema beserta keluarga besarnya. 4. Samsudduha, Bagus A., Ari P., dan temanteman Pendidikan Teknik Mesin angkatan Keluarga Besar KOPMA UNNES. v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semuanya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan skripsi yang berjudul: Model Pembelajaran Pakem Untuk Meningkatkan PrestasiBelajar Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Pada Siswa Kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak Tahun Pelajaran 2012/2013. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak sekali hambatan dan tantangan yang penulis temui, namun bantuan dari semua pihak yang akhirnya penulis dapat mengatasinya. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M. Hum,Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu. 2. Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd,Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. M. Khumaedi, M. Pd, Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin, yang telah memberi izin melaksanakan penelitian dan kelancaran administrasi skripsi. 4. Drs. Agus Suharmanto, M. Pd, Selaku Dosen Pembimbing I, yang penuh keikhlasan dalam memberikan saran, petunjuk, dan bimbingan sehingga dapat tersusun skripsi ini dengan baik. vi

7 5. Drs. Karsono, M.Pd, Selaku dosen pembimbing II, yang tulus dan penuh kesabaran telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi sehingga dapat tersusun skripsi ini dengan baik. 6. Drs. Boenasir, M.Pd, Selaku dosen penguji, yang tulus dan penuh kesabaran telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi sehingga dapat tersusun menjadi lebih sempurna. 7. A. Uzair Masyhuri, S. Ag, Selaku Kepala SMKMiftahul Ulum Boarding School Demak yang telah memberikan ijin penelitian, memberikan waktu dan kerjasamanya selama penelitian. 8. Didik Setiawan,S. Pd, selaku guru program keahlian teknik mekanik otomotif di SMKMiftahul Ulum Boarding School Demak yang telah membantu dalam pengumpulan data. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca semua. Semarang, Juni 2013 Penulis vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ABSTRAK... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... i ii iii iv v vi DAFTAR ISI.... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... x xi xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Batasan Masalah... 4 C. RumusanMasalah... 5 D. Tujuan Penelitian... 5 E. Manfaat Penelitian... 6 F. Penegasan Istilah... 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Belajar... 8 B. Prestasi Belajar... 9 C. Metode Pembelajaran viii

9 D. Model Pembelajaran PAKEM E. Garis Besar Model Pembelajaran PAKEM F. Contoh Model Pembelajaran PAKEM G. Penerapan Model Pembelajaran PAKEM H. Kerangka Berpikir I. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Metode Pengumpulan Data C. Analisis Data D. Kriteria Keberhasilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil PTK Siklus I Hasil PTK Siklus II B. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Jangka Sorong Gambar 1.1. Prinsip Pengukuran Vernier (a) Gambar 1.2. Prinsip Pengukuran Vernier (b) Gambar 1.3. Prinsip Pengukuran Vernier (c) Gambar 1.4. Membaca Nilai Hasil Pengukuran Gambar 1.5. Proses Pengukuran Jangka Sorong Yang Baik Gambar 1.6. Proses Pengukuran Diameter Luar Yang Baik Gambar 1.7. Proses Pengukuran Diameter Dalam Gambar 1.8. Proses Pengukuran Kedalaman Gambar 2. Konstruksi Mikrometer Luar Gambar 2.1. Prinsip Pengukuran Mikrometer Luar Gambar 2.2. Memeriksa Tanda Gambar 2.3. Menyetel Titik Gambar 2.4. Menyetel Titik Gambar 2.5. Membaca Hasil Pengukuran Gambar 2.6. Contoh Pembacaan Hasil Pengukuran Gambar 2.7. Konstruksi Mikrometer Dalam Gambar 3. Siklus pelaksanaan PTK Gambar 4. Diagram Nilai Rata-rata Kelas Siklus I Gambar 5. Diagram Nilai Rata-rata Kelas Siklus II x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Garis Besar Model Pembelajaran PAKEM Tabel 2. Contoh Model Pembelajaran PAKEM Tabel 3. Nilai Rata-rata Kelas Siklus I Tabel 4. Nilai Rata-rata Kelas Siklus II xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (Diskusi I) Lampiran 3. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Diskusi I) Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa (Diskusi II) Lampiran 6. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Diskusi II) Lampiran 7. Pengembangan Silabus Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Lampiran 9. Materi Jangka Sorong dan Mikrometer Lampiran 10. Lembar Formatif Lampiran 11. Kunci Jawaban Lembar Formatif Lampiran 12. Daftar Siswa Lampiran 13. Daftar Pembagian Kelompok Lampiran 14. Lembar Observasi Siswa (Siklus I) Lampiran 15. Lembar Observasi Siswa (Siklus II) Lampiran 16. Analisis Uji Kompetensi I (Siklus I) Lampiran 17. Analisis Uji Kompetensi II (Siklus II) Lampiran 18. Daftar Nilai Diskusi Kelompok Lampiran 19. Surat Permohonan ijin Observasi dan Penelitian Lampiran 20. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian Lampiran 21. Foto Penelitian xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer oleh sebagian besar siswa SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak dianggap sebagai pelajaran yang sulit, hal ini karena kompetensi kejuruan mekanik otomotif berhubungan dengan perhitungan yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar dalam materi yang diajarkan. Selain itu siswa juga kurang memahami obyek langsung dalam kompetensi kejuruan mekanik otomotif dan juga dimungkinkan siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan serta kurang terampil dalam menjalankan secara prosedur, untuk itu guru perlu memberikan informasi yang lebih jelas dalam mengajar pada pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer, selain itu juga dalam mengajarkan materi disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan kompetensi kejuruan mekanik otomotif kedalam kehidupan sehari-hari, hal ini menyebabkan kesulitan bagi siswa karena pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer dirasa kurang bermakna. Dalam menyampaikan bahan ajar, guru diharapkan memilih metode yang tepat, dari pengalaman para guru 1

14 2 kejuruan mekanik otomotif di SMK Miftahul Ulum Boarding SchoolDemak guru dalam melakukan pembelajaran dikelas tidak mengaitkan dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa serta siswa juga kurang diberi kesempatan untuk mengkonstruksikan ide-ide dalam pembelajaran dikelas, hal itu penting dilakukan agar pembelajaran di SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak lebih bermakna karena apabila belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif terpisah dengan pengalaman sehari-hari maka siswa cepat lupa. Kenyataan tersebut didukung pula dengan kurangnya alat peraga atau fasilitas yang diperlukan, selain itu juga kadang jam pelajaran yang kurang mendukung, penggunaan dan kompetensi kejuruan mekanik otomotif benar-benar menjadi mata pelajaran yang kurang disenangi para siswa. Akibatnya siswa kurang tertarik atau berminat terhadap pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer, sehingga prestasi pelajarannya juga rendah. Kegiatan analisa kesulitan belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif dipandang sebagai salah satu upaya yang efektif dan tepat dalam mengatasi kesulitan belajar, karena melalui pendekatan ini guru dapat memahami keadaan siswa secara mendalam. Dengan pemahaman ini guru dapat memberikan bantuan atau bimbingan dengan tepat. Setelah peneliti mengadakan observasi melalui wawancara dengan guru kejuruan mekanik otomotif kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak, peneliti mendapat penjelasan bahwa pembelajaran kompetensi kejuruan

15 3 mekanik otomotif pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer di SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak belum mencapai prestasi yang memuaskan. Pandangan siswa terhadap mata pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif sebagai momok, sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif pada saat kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, selain itu juga kurangnya alat peraga di sekolah mengakibatkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan. Pembelajaran yang selama ini diterapkan hanya sekedar ceramah berupa pemberian materi kemudian dilanjutkan dengan praktik. Kondisi pembelajaran seperti ini hanyalah monoton, kurang menarik apalagi ditambah dengan konsentrasi siswa yang kurang optimal.akibatnya yang terjadi adalah kejenuhan yang berdampak secara langsung padaprestasi belajar siswa. Begitu pula dengan kondisi kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak yang telah dijelaskan oleh guru kejuruan mekanik otomotif, kelas tersebut mencapai rata-rata 70 dan itu hanya 60% dari jumlah siswa dikelas yang tercapai ketuntasan belajar. Berkaitan dengan rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer yang berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar siswa, memerlukan metode atau pendekatan yang secara alami disukai dan diminati. Salah satu alternatif yang digunakan untuk menumbuhkan minat dan meningkatkan prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada materi penggunaan dan

16 4 pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer adalah PAKEM. PAKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Asmani, 2013: 59). PAKEM kepanjangan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif berarti dalam proses pembelajaran, kreatif berarti dalam proses mengemukakan gagasan, efektif berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai, menyenangkan berarti suasana dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).Sistem manajemen berbasis sekolah (MBS), didalamnya memuat PAKEM yang merupakan Model atau sistem pengelolaan yang diterapkan didalam dunia pendidikan kita sekarang ini. Berdasarkan uraian diatas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tentang Model Pembelajaran PAKEM Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif pada Siswa Kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka peneliti perlu membatasi beberapa masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitumodel pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar kompetensi kejuruan

17 5 mekanik otomotifpada siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/2013. C. Rumusan Masalah Apakah model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotifpada siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/2013? D. Tujuan Penelitian Tujuanyang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotifuntuk siswa yang diberi pembelajaran konvensional/ceramah biasa? 2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotifyang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PAKEM? 3. Untuk mengetahui adakah peningkatan prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotifuntuk siswa yang diberi pembelajaran PAKEM?

18 6 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitianinidiharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, guru, siswa dan sekolah sebagai berikut: 1. Bagi Pembaca Sebagai bahan kajian bagi para pembaca. 2. Bagi Guru Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas guru dapat sedikit demi sedikit mengetahui variasi metode pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas, serta dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga mampu memberikan layanan yang terbaik bagi siswa. 3. Bagi Siswa Untuk menumbuhkan kebiasaan bekerja sama dan berkomunikasi dalam kelompok serta meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 4. Bagi Sekolah a. Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan prestasi siswa. b. Mendapat masukan tentang penelitian yang dapat memajukan sekolah.

19 7 F. Penegasan Istilah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan serta untuk menjadikan satuan pandangan dan pengertian sehubungan dengan penelitian ini, maka perlu ditegaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Model Pembelajaran PAKEM adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dilibatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar yang nantinya akan tercipta suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif serta situasi pembelajaran yang menyenangkan dan juga dapat memanfaatkan alat peraga (jangka sorong dan micrometer), jadi dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi secara langsung antara guru dan siswa. PAKEM merupakan suatu singkatan dari P: Pembelajaran, A: Aktif, K: Kreatif, E: Efektif, dan M: Menyenangkan (Indrawati dan Setiawan, 2009: 9). 2. Meningkatkan Prestasi Belajar Meningkatkan prestasi belajar adalah kemampuan seseorang yang diperoleh dari proses belajar (Suryabrata,2002).Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam mempelajari suatu ilmu atau pengetahuan dan setelah berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat memperoleh nilai tes kognitif pada akhir pembelajaran. 3. Kompetensi kejuruan mekanik otomotif Kompetensi kejuruan mekanik otomotif adalah salah satu kompetensi yang diajarkan di SMK Miftahul Ulum Boarding School khususnya materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur (jangka sorong dan mikrometer).

20 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Belajar Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan tingkah laku adalah hasil belajar, artinya seseorang diartikan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya (Sumiati dan Asra, 2008: 38). Perubahan tingkah laku itu dapat berlaku dalam waktu yang relatif, disertai usaha orang tersebut sehingga dari yang tidak mampu menjadi mampu mengerjakannya. Kegiatan dan usaha bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal. Suatu pembelajaran dikatakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan apabila sejumlah tujuan dapat tercapai dengan baik secara aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yakni bahwa (Winataputra, 1992: 2). 1. Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu. 2. Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman, dan 3. Bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku individu yang mungkin. 8

21 9 B. Prestasi Belajar Prestasi belajar sangat tergantung pada situasi dan kondisi belajar. Apabila prestasi belajar siswa ingin menjadi baik, maka guru perlu membuat situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa tersebut dapat meraih prestasi yang lebih baik. Guru harus menggunakan strategi dan metode mengajar yang sesuai untuk siswa dan dapat menciptakan situasi belajar menjadi menyenangkan. Menurut Asrori (2008:100) prestasi adalah perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan karena bakat dan kemampuan sangat menentukan prestasi seseorang. Sementara itu, belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni, dkk. 2007: 2).Prestasi belajar dapat terlihat dari hasil yang telah dicapai dimana tingkah laku sebelum dan sesudahnya menunjukan perbedaan berupa bakat dan kemampuan yang dimiliki. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dari nilai tes kognitif pada akhir pembelajaran, setelah siswa memperoleh perlakuan. Pengertian prestasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh individu secara maksimal setelah beriteraksi dengan lingkungannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain: a. Faktor Internal, meliputi: 1) Kondisi Fisiologis(faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu). 2) Kondisi Psikologis (seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar), seperti: kecerdasan, motivasi, minat, bakat b. Faktor Eksternal, meliputi: 1) Faktor Lingkungan Sosial (sekolah, masyarakat, keluarga) 2) Faktor Lingkungan Nonsosial (alamiah, Instrumental, materi Pelajaran(Baharuddin dan Wahyuni, 2010: 19).

22 10 Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, sehingga siswa mampu mewujudkan suatu kemampuan yang baik, untuk itu diperlukan manajemen yang baik pula. Karakteristik yang berbeda dari tiap individu baik fisik maupun psikis dan tingkat kemampuan serta minat belajar yang berbeda memerlukan perhatian yang khusus bagi guru untuk menjaga agar perkembangan siswa berlangsung baik sesuai dengan kemampuan. Perubahan tingkah laku sebagai prestasi belajar dalam penelitian ini adalah akibat dari kegiatan belajar berupa kemampuan kognitif yang berupa keterampilan intelektual dan kemampuan sikap yaitu keaktifan siswa pada proses pembelajaran dalam memecahkan masalah pada materipenggunaan dan pemeliharaan alat ukurdengan menggunakan jangka sorong dan mikrometersiswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak dengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM. C. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara untuk menyampaikan materi pelajaran agar tujuan dari proses belajar mengajar dapat tercapai. Metode pembelajaran ini lebih menitik beratkan pada siswa belajar proses, bukan hanya belajar produk, karena belajar produk hanya menekankan pada segi kognitif sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan).

23 11 Adapun prinsip-prinsip dalam menggunakan metode pembelajaran adalah: 1. Setiap metode pembelajaran mempunyai tujuan, arti pemilihan, dan penggunaannya berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai. 2. Pemilihan suatu metode yang memberikan pengajaran kesempatan belajar bagi siswa, harus berdasarkan pada keadaan siswa, pribadi guru dan lingkungan belajar. 3. Metode pengajaran dapat dilaksanakan lebih efektif apabila menggunakan alat bantu pengajaran atau audiovisual. 4. Didalam kegiatan belajar mengajar tidak ada metode mengajar yang paling baik, metode dianggap paling baik apabila dapat mencapai tujuan bahan ajar. 5. Penilaian hasil belajar menetukan pula efesiensi dan efektivitas suatu metode pengajaran. 6. Penggunaan metode pengajaran hendaknya bervariasi, artinya guru sebaiknya menggunakan berbagai macam metode sekaligus sehingga dapat mengembangkan berbagai aspek pola tingkah laku. Pemilihan metode pembelajaran yang akan diterapkan tentu saja ditentukan dengan materi pelajaran, tujuan pembelajaran maupun sarana dan prasarana yang tersedia. Menurut Sumiati dan Asra(2008: 91) Adapun ciri-ciri dalam menggunakan metode pembelajaran adalah: 1. Adanya keterlibatan siswa dalam meyusun atau membuat perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi. 2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap. 3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran. 4. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberian kemudahan)dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan dikelas. 5. Biasanya menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara bervariasi.

24 12 D. Model Pembelajaran PAKEM Pembelajaran disekolah melibatkan interaksi langsung antara guru dan siswa, interaksi terjadi dua arah dengan menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan konsep yang disampaikan. Dalam bagian ini akan diuraikan tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur. PAKEM merupakan rangkaian kegiatan penyampaian materi pelajaran yang bertujuan memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif belajar sehingga memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan kognitif dan manual serta menumbuhkan kreatifitas siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi seperti bertanya terhadap sesuatu yang ingin dicapai dalam suasana yang menyenangkan. Menurut Indrawati dan Setiawan (2009: 12) Dalam PAKEM terdapat empat pilar utama, yaitu: (a) Aktif, (b) Kreatif, (c) Efektif, dan (d) Menyenangkan. Sedangkan huruf P merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai pengorganisasian penciptaan atau pengaturan suatu kondisi yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. 1. Pembelajaran Aktif Pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa dari pada berpusat pada guru. 2. Pembelajaran Kreatif Pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Menurut Indrawati dan Setiawan (2009: 14) Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa, antara lain: a. Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan pada gagasan dan pengetahuan baru. b. Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa. c. Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa. d. Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa. e. Memberi waktu yang cukup untuk siswa berfikir dan menghasilkan karya. f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas siswa.

25 13 3. Pembelajaran Efektif Pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti dicantumkan dalam tujuan pembelajaran). 4. Pembelajaran yang Menyenangkan Menurut Dave Meire dalamindrawati dan Setiawan (2009:16) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal.ciri-ciri suasana belajar yang menyenangkan dan tidak menyenangkan di antaranya adalah sebagai berikut: Ciri suasana belajar menyenangkan a. Rileks b. Bebas dari tekanan c. Aman d. Menarik e. Bangkitnya minat belajar f. Adanya keterlibatan penuh g. Perhatian peserta didik tercurah h. Lingkungan belajar yang menarik i. Bersemangat j. Perasaan gembira k. Konsentrasi tinggi Ciri-ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan a. Tertekan b. Perasaan terancam c. Merasa tidak berdaya d. Tidak bersemangat e. Malas/tidak bersemangat f. Jenuh/bosan g. Suasana pembelajaran monoton h. Pembelajaran tidak menarik siswa Untuk mengaktifkan siswa, kata kunci yang dapat dipegang oleh guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir dan berbuat. Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagi fasilitator. Siswa akan lebih memahami materi pelajaran apabila siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan yang ada pada dirinya lewat pengalaman belajar mereka. Dalam pembelajaran aktif siswa lebih aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan sehingga kegiatan siswa lebih

26 14 dominan dari kegiatan dalam mengajar.kreatif merupakan pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas bisa dikembangkan sehingga memberi suasana yang kondusif untuk siswa belajar. Dengan bermodal pada pengalaman dan pengetahuan serta berkreasi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sehingga tercipta tujuan belajar yang dengan baik.pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti dicantumkan dalam tujuan pembelajaran). Unsur pembelajaran efektif antara lain:fisi guru tentang kemampuan belajar, Keterampilan mengelola kelas, Waktu belajar yang tersedia, Pilihan Kegiatan guru, Variasi metode yang digunakan.pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi siswa. Dengan adanya motivasi yang baik, siswa akan lebih mudah dan senang belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif. Motivasi dalam pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi seseorang agar terdorong untuk belajar lebih baik dan mempengaruhi diri siswa supaya timbul dorongan untuk belajar, sehingga di peroleh pengertian, pengetahuan sikap dan penguasaan kecakapan, agar lebih dapat mengatasi kesulitan-kesulitan. Menurut Suyadi (2010: 228) Beberapa prinsip yang menjadi karakteristik dari konsep edutainment, yakni: (a) Konsep edutainmentadalah suatu rangkaian pendekatan dalam pembelajaran untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar sehingga diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar. (b) Konsep dasar edutainmentberupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan yang didasari 3 asumsi yang menjadi landasannya, yakni: 1) Perasaan gembira 2) Mengembangkan emosi positif anak

27 15 3) Optimalisasi potensi nalar anak secara jitu mampu membuat loncatan prestasi belajar secara berlipat ganda. (c) Anak didik yang dimotivasi dengan tepat dan diajarkan dengan cara yang benar, maka mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam proses belajar edutaiment suasana gembira akan mempengaruhi cara otak dalam proses, menyimpan, dan mengambil informasi dengan mudah. Perasaan gembira akan mempercepat pembelajaran, sedangkan perasaan negative, seperti terancam, takut, sedih, merasa tidak mampu akan memperlambat belajar bahkan menghentikannya.ketika kita mengembangkan emosi positif anak didalam proses belajar mengajar akan melibatkan emosi positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan. Emosi positif ini dapat meningkatkan kekuatan otak, keberhasilan dan kekuatan diri pada setiap individu. Dengan optimalisasi potensi nalar anak secara jitu mampu membuat loncatan prestasi belajar secara berlipat ganda adanya seseorang menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, maka akan menghasilkan lompatan prestasi belajar. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah proses pembelajaran dimana guru harus menciptakan suasana pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya mengemukakan gagasan, kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian/konsentrasinya secara penuh dalam belajar serta suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar.

28 16 Menurut Suherman (2010: ) keunggulan-keunggulan model pembelajaran PAKEM sebagai berikut: a. Keunggulan-keunggulan model pembelajaran PAKEM 1) Meningkatkan kualitas kemampuan atau unjuk kerja guru 2) Relevan dipakai dalam implementasi kurikulum Pendidikan Dengan kata lain, pembelajaran dengan menggunakan metode PAKEM dirasa lebih menyenangkan. Penggunaan beberapa media dan sumber pembelajaran yang beragam dalam metode PAKEM sangat membantu siswa untuk mempermudah proses belajarnya. Dalam metode pembelajaran ini, siswa juga diberi kesempatan untuk ikut berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa memiliki kesempatan untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya dan mengembangkan keterampilannya. Secara garis besar, ada dua tuntutan kemampuan yang harus dikuasai oleh guru berkenaan dengan pengembangan desain model pembelajaran PAKEM bagi peningkatan hasil belajar siswa. Pertama, kemampuan mengembangkan segenap aspek-aspek pembelajaran yang terkandung dalam desain model pembelajaran PAKEM. Kedua, kemampuan mengimplementasikan model pembelajaran PAKEM di kelas. Adanya tuntutan yang demikian menyebabkan guru tak bisa melaksanakan tugas sekedarnya, akan tetapi berusaha memfasilitasi kegiatan belajar terutama terhadap materi pembelajaran yang tingkat kesulitan di atas ratarata. Model pembelajaran PAKEM dapat dipakai sebagai wahana atau instrumen untukmencapai tujuan pendidikan disekolah karena secara khusus dirancang untuk

29 17 meningkatkan hasil belajar secara aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan memberi kesempatan berlatih kepada siswa untuk melakukan kegiatan motorik disertai pemikiran yang kreatif terhadap sesuatu materi yang sedang diajarkan memungkinkan wawasan pengetahuan dan keterampilan siswa tentang materi yang sedang dibahas akan semakin luas. Demikia pula, siswa akan terlatih atau terbiasa memecahkan berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi sehari-hari di masyarakat. Sedangkan kelemahan dari Pembelajaran PAKEM menurut Asmani (2013: 120). sebagai berikut b. Kelemahan PAKEM Dalam pembelajaran model PAKEM, seorang guru untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan ilmu dan wawasannya, sehingga mampu memberikan inspirasi dan motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya. Apabila guru pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai. Kelemahan lainnya adalah program ini mengharuskan seorang guru untuk berperan aktif, proaktif, dan kreatif dalam mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana, namun tetap relevan dengan tema pelajaran yang sedang dipelajari. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Hal ini jelas sekali bahwa keaktifan, proaktif dan kreatif seorang guru dapat menjadi sebuah bumerang bagi guru, ketika seorang guru tidak memiliki kemampuan untuk memanajemen dan menguasai hal-hal yang harus ada untuk melakukan metode pembelajaran PAKEM. Guru yang tidak memiliki daya kreasi yang tinggi tidak mampu melakukan metode pembelajaran ini dengan baik di dalam kelas.

30 18 E. Garis Besar Model Pembelajaran PAKEM Menurut Indrawati dan Setiawan (2009: 17) secara garis besar PAKEM digambarkan sebagai berikut: Guru 1. Guru sebagai fasilitator Siswa 1.a)Siswa lebih mendomonasi dan mewarnai pembelajaran Lingkungan (kelas indoor/outdoor, laboratorium) 1.b)Guru mengatur lingkungan kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan ajar yang menarik 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat belajar 3. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok 4. Guru menerapkan berbagai strategi/model pembelajaran 5. Guru memotivasi siswa melalui kegiatan yang menantang kemampuan siswa untuk berfikir kreatif, kritis, dan mampu memecahkan masalah 6. Guru menggunakan berbagai macam strategi mengajar 2.a) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat 3.a.) Siswa giat dan dinamis mengikuti pembelajaran 4.a) Secara fisik dan mental aktif ditandai dengan tercurahnya konsentrasi yang tinggi 5.a) Siswa berani mengemukakan gagasan 3.b) Kelas dibuat semenarik mungkin 4.b) Lingkungan digunakan sebagai sumber pembelajaran 6.b) Tata letak/formasi

31 19 termasuk pembelajaran yang lebih interaktif dalam kelompok serta lebih banyak praktik 6.a) Siswa tidak malu terlibat aktif dalam kegiatan kelas diubah dan disesuaikan dengan kegiatan Tabel 1. Garis besar model pembelajaran PAKEM F. Contoh Kegiatan PBM dan Kemampuan Guru yang Bersesuaian dengan Kriteria PAKEM Komponen Pembelajaran Guru merancang dan mengelola PBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan PAKEM Guru melaksanakan PBM dengan merancang kegiatan untuk siswa yang beragam, misalnya: a. Melakukan percobaan b. Diskusi kelompok c. Memecahkan masalah d. Mencari informasi di perpustakaan e. Menulis laporan/cerita/puisi f. Mengamati objek di luar kelas g. Berkunjung ke luar kelas (musium) Sesuai dengan mata pelajaran, Guru menggunakan berbagaimedia/sumber belajar, misal: a. Alat pabrikan atau alat yang dibuat sendiri b. Gambar/film/foto c. Kasus/ceritera d. Nara sumber e. Lingkungan sekitar f. Siswa melakukan percobaan: a. Menggunakan alat b. Mengamati c. Mengelompokkan d. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri

32 20 e. Menarik kesimpulan f. Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri g. Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri h. Melakukan wawancara i. Membuat produk Guru memberi kesempatan kepada siswa untukmengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa Guru mengaitkan PBM dengan pengalaman siswa sehari-hari Guru menilai PBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus Siswa melakukan: a. Diskusi b. Mengajukan pertanyaan terbuka c. Mengajukan saran/ide d. Membuat karangan bebas/karya lain a. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan b. Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan a. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri b. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari a. Guru memantau proses belajar/kerja siswa b. Guru memberikan umpan balik Tabel 2. Contoh Model Pembelajaran PAKEM G. Penerapan Model PAKEM Dalam Pembelajaran Kompetenai Kejuruan Mekanik Otomotif 1. Jangka Sorong Jangka sorong kadang-kadang disebut juga dengan nama lain, yaitu: Vernier Caliper, mistar geser, mistar ingsut, jangka geser atau schuifmaat. Prinsipnya

33 21 sama seperti mistar ukur yaitu dengan adanya skala linier pada batangnya, sedangkan perbedaannya terletak pada cara pengukuran obyek ukur. Pada jangka sorong dibuat rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensor untuk menjepit benda ukur sewaktu melakukan pengukuran. Pembacaan skala linier (skala utama) dilakukan melalui garis indeks yang terletak pada peluncur (yang bersatu dengan rahang ukur gerak dan kecermatan pembacaannya dapat lebih baik dari mistar ukur (lebih kecil dari 0,5 mm). Jangka sorong dibuat dengan kecermatan yang berbeda-berbeda yang tergantung pada pembagian skala noniusnya. Jangka sorong yang lazim diproduksi ialah jangka sorong yang dengan kecermatan 0,05mmdan 0,10 mm (Katman, 2009: 28). (Kosim, 2005: 18) Gambar: 1. Jangkasorong Beberapa hal yang harus diperhatikan sewaktu menggunakan jangka sorong adalah: a. Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik tanpa bergoyang. b. Periksa kedudukan nol serta kesejajaran dari permukaan kedua rahang.

34 22 c. Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung dari rahang ukur (harus agak kedalam). d. Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat sehingga memungkinkan pembengkokan harang ukur ataupun lidah ukur kedalaman. Kecermatan pengukuran tergantung atas penggunaan tekanan yang cukup dan tetap. Hal ini dapat dicapai dengan cara latihan sehingga ujung jari yang menggerakkan peluncur dapat merasakan tekanan pengukuran yang baik. Apabila ada gunakan mur penggerak halus. e. Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah jangka sorong diangkat dari obyek ukur dengan hati-hati (setelah peluncur dimatikan). Miringkanlah mistar ingsut ini sehingga bidang skala nonius hampir sejajar dengan bidang pandangan, dengan demikian mempermudah penentuan garis nonius yang menjadi segaris dengan garis skala utama (Rochimdan Soctarto, 1980: 162). Selain daripada itu karena jangka sorong adalah alat ukur maka jangan disalahgunakan, misal untuk menggaris, memukul maupun untuk mengukur poros yang masih berputar pada mesin bubut. a. Prinsip pengukuran jangka sorong Skala utama (main scale) dan skala vernier digunakan untuk mengukur jarak kecil dengan cara mencari perbedaan antara dua tanda. Metode ini disebut prinsip pengukuran vernier. Sebagai contoh, skala utama untuk setiap garis berjarak 1 mm, sedangkan skala vernier jarak antara garis adalah 0,9.mm. karena

35 23 itu jarak garis pada skala utama lebih besar 0,1 mm daripada jarak garis skala vernier ialah : (1 mm -0,9 mm = 0,1 mm). (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 11) Gambar1.1.Prinsip pengukuran vernier (a) Pertamakali dilakukan set awal, yaitu angka nol pada skala utama harus lurus dengan angka nol pada skala venier. Jika skala vernier digerakkan kekanan sampai angka 1 lurus dengan angka 1 Skala utama seperti gambar di bawah, hasilnya terdapat celah 0,1 mm disebelah kiri. (Kosim, 2005: 18) Gambar 1.2.Prinsip pengukuran vernier (b) Bila skala vernier digeser ke kanan lagi sampai angka 5 lurus dengan angka 5 pada skala utama, hasilnya celah 0,5 mm diantara dua angka nol.

36 24 (Kosim, 2005: 18) Gambar 1.3. Prinsip pengukuran vernier (c) Pada umumnya, satu strip untuk skala utama adalah 1 mm dan satu strip skala vernier = 0,95 mm (19/20 mm), dikalikan 20 strip menjadi 19 mm. Jadi perbedaan antara jarak satu strip skala utama dengan jarak satu strip skala vernier ialah : 1 mm 0,95 mm = 0,05 mm. b. Membaca nilai hasil pengukuran Seperti gambar di bawah, nilai di depan koma diambil dari penunjukkan angka 0 vernier, yaitu 25 mm sedangkan angka di belakang koma diambil dari titik dimana kedua garis skala vernier dan skala utama bertemu yaitu 7 jadi pembacaan adalah 25,7 mm. (Kosim, 2005: 19) Gambar 1.4. Membaca nilai hasil pengukuran c. Mengoprasikan jangka sorong a. Sebelum di ukur bersihkanlah benda yang diukur dan jangka sorongnya. b. Sebelum digunakan, periksalah bahwa skala vernier bergeser dengan bebas, dan angka 0 pada kedua skala bertemu dengan tepat.

37 25 c. Sewaktu mengukur, usahakan benda yang diukur sedekat mungkin ke skala utama. Pengukuran diujung gigi pengukur, menghasilkan pembacaan kurang akurat. (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 18) Gambar 1.5. Proses pengukuran jangka sorong yang baik d. Tempelkan caliper tegak lurus dengan benda yang diukur. 1) Mengukur diameter luar (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 18) Gambar 1.6. Proses pengukuran diameter luar yang baik 2) Mengukur diameter dalam

38 26 3) Mengukur kedalaman (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 19) Gambar 1.7. Proses pengukuran diameter dalam (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 19) Gambar 1.8. Proses pengukuran kedalaman e. Untuk mencegah salah baca, bacalah langsung dari atas strip yang tepat. f. Untuk mencegah karat, bersihkan caliper dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah dipakai. 2. Mikrometer Mikrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai kecermatan yang lebih baik daripada jangka sorong. Pada umumnya mempunyai kecermatan sampai 0,01 mm, jadi sebetulnya tidak dapat mengukur sampai kecermatan satu mikrometer (meskipun nama alat ini adalah mikrometer). Kadang-kadamg ada pula yang dibuat dengan kecermatan 0,005 mm, 0,002 mm, 0,001 mm dan bahkan sampai 0,0005 mm. Meskipun demikian, karena keterbatasan dari ketelitian pembuatan ulir yang merupakan komponen utama dari sistem pengubah mikrometer ini maka derajat kepercayaan atas hasil pengukuran akan turun

39 27 apabila mikrometer tersebut mempunyai kecermatan yang lebih kecil dari 0,005 mm. Proses pengukuran dengan memakai mikrometer biasa dan dilakukan oleh operator yang belum ahli, biasanya akan mempunyai kesalahan rambang lebih dari satu mikrometer, dengan demikian kecermatan pembagian skala sampai dengan satu mikrometer menjadi tidak berarti. Pengukuran yang menghendaki kecermatan sampai satu mikrometer atau lebih memerlukan alat ukur yang lebih peka seperti Johansson. Komponen terpenting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan memutar silinder putar satu kali maka poros ukur akan bergerak linier panjang satu kisaran sesuai dengan kisar (pitch) dari ulir utama (biasanya 0,5 mm). Meskipun ulir utama ini dibuat dengan teliti akan tetapi kesalahan selalu ada. Untuk sepanjang ulir utama kesalahan kisar pada suatu tempat akan berbeda dengan kesalahan kisar ditempat lain. Apabila poros ukur digerakkan mulai dari nol sampai batas akhir maka kesalahan kisar ini akan terkumpul sehingga menimbulkan kesalahan yang disebut sebagai kesalahan kumulatip. Oleh karena itu untuk membatasi kesalahan kumulatip kisar maka biasanya panjang dari ulir utama (jarak dari poros ukur) hanya dibuat sampai 25 mm (Rochim dan Soctanto, 1980: 169). Mikrometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu mikrometer luar (outside micrometer) danmikrometerdalam (inside micrometer). Kemudianfungsi dari mikrometer luar adalah untuk mengukur dimensi luar, sedangkan mikrometer dalam berfungsi untuk mengukur dimensi dalam. Keduamikrometerinimemilikiketelitian yang samayaitu 0,01 mm.

40 28 a. MikrometerLuar 1) Konstruksimikrometerluar Konstruksi Mikrometer luar ialah seperti pada gambar di bawah ini. Mikrometer luar biasannya digunakan untuk mengukur bagian luar suatu benda kerja, baik yang berbentuk persegi maupun bulatdari 0 sampai 25 mm. (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 20) Gambar 2.Konstruksimikrometerluar 2) Prinsippengukuran Prinsip kerja alat ini mirip dengan mur dan baut sepertipadagambar di bawah, jikaberputarsatukali, bautbergeraksebanyaksatuulir. Jikajarakulirialah 1 mm, bautbergerak 2 mm danseterusnya.inilahprinsippengukurandenganmikrometer.padabendasebenar nya, murberarti inner sleeve danbautialah spindle. (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 20) Gambar 2.1. Prinsippengukuranmikrometerluar

41 29 Jarakulir inner sleeve ialah 0,5 mm.sedangkan,disekeliling thimble skala di bagidalam 50 strip. Jika thimble berputarsatu kali, spindle bergeraksebanyaksatu strip, bila spindle bergesersatu strip dari thimble makaberartibergerak 0,01 mm (0,5 x 1/50). 3) Pemeriksaandankalibrasimikrometer a. MemeriksaTanda 0 Sebelumdipakai, mikrometerharusdikalibrasiterlebihdahulu.bersihkan anvil dan spindle dengankainbersih. Kemudianputar ratchet stopper sampai anvil dan spindle bersentuhan.putarkan stopper 2 atau 3 kali sampaidiperolehpenekanan yang cukup.kuncilah spindle padaposisiinidengan lock clamp. Mikrometer telah dikalibrasi dengan benar jik atitik 0 thimble lurus dengan garis pada outer sleeve. (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 24)

42 30 Gambar 2.2. Memeriksatanda 0 b. MenyetelTitik 0 (1) Jikakesalahannya 0,02 mm ataukurang. Kuncilah spindle dengan lock clamp. Kemudiandenganmemakaipenyetelputarlah outer sleeve sampaitanda 0 thimble lurusdengangaris. Setelahpenyetelanselesai, periksalahkembalitanda 0. (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 25) Gambar 2.3. Menyeteltitik 0 (2) Jikakesalahannyamelebihi 0,02 mm. kuncilah spindle dengan lock clamp, kendorkan stopper sampai thimble bebas, luruskantanda 0 thimble dengangarispada outer sleeve, dankencangkankembaliratchet stopper. Setelahpenyetelanselesai, periksalahkembalititik 0.Untukmenyakinkanbahwamikrometertelahdikalibrasidenganbenar.

43 31 (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 25) Gambar 2.4. Menyeteltitik 0 4) Membacahasilpengukuran Jarak strip di atasgarispada outer sleeve adalah 1 mm, danjarak strip di bawahgarisadalah 0,05 mm (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 22) Gambar 2.5. Membacahasilpengukuran Sedangkannilaisatu strip pada thimble adalah 0,01 mm. nilaihasilukurialahjumlahpembacaanketigaskalatersebut. Gambar 2.6. Contohpembacaanhasilpengukuran (Kosim, 2005: 18)

44 32 5) Penangananmikrometerluar (1) Sebelumdipakai, periksalahtitik 0 jikaperlulakukankalibrasi. (2) Sebelummengukur, bersihkanbenda yang akandiukurdengankainbersih. (3) Jepitlahmikrometerdengan frame, putarlah thimble kearahbenda yang akandiukur, danputarlah ratchet stopper sampaimenyentuh spindle. Putarlahkembali stopper 2 sampai 3 kali agar penekananlebihmeyakinkan, kemudianbaca. (4) Ulangilahpengukuranbeberapa kali agar kesalahannyasekecilmungkin. b. MikrometerDalam Mikrometerdalamadalahalat yang digunakanuntukmengukur diameter dalamdarisuatubendakerja.ujung mulutnyaberbentuk radius, sehinggabisamasukkedalamlubangdengantepat. (Tim Fakultas Teknik UNY, 2004: 21) Gambar 2.7.Konstruksimikrometerdalam

45 33 H. KerangkaBerfikir Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan meningkatkan hasil kemampuan memecahkan masalah pada pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif, perlu dipilih metode belajar yang tepat karena dengan pemilihan metode yang tepat diharapkan dapat menambah ketertarikan, minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajarannya adalah pembelajaran PAKEM, karena dalam pembelajaran yang efektif siswa diharapkan aktif dalam menyelesaikan masalah serta dapat tercipta suasana yang menyenangkan sehingga dapat mencapai pembelajaran suatu tujuan. Disamping pemilihan metode mengajar, keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah juga ketepatan memilih alat peraga. Karena pemilihan alat peraga yang tepat juga akan mempengaruhi rangsangan berfikir siswa dalam memahami konsep-konsep dalam pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif sehingga prestasi belajar yang diperoleh dapat meningkat. Berdasarkan kerangka berfikir diatas pembelajaran PAKEM menekankan pada siswa yang aktif, kreatif serta suasana yang efektif dan menyenangkan dengan dibantu dengan alat peraga agar siswa dapat secara aktif dan kreatif dalam mengerjakan tugas. I. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

46 : 64). Jadi jawaban ini bersifat bisa benar, bisa juga salah. Hipotesis akan ditolak jika salah dan akan diterima jika benar. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah jikamenggunakan model pembalajaran PAKEM kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada siswa kelas X SMK miftahul ulum boarding school Demak tahun pelajaran 2012/2013 maka terjadi peningkatan prestasi belajar.

47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada dasarnya metode penelitian merupakan suatu hal atau aspek yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian, terlebih tujuan penelitian secara umum untuk mencari dan membuktikan kebenaran ilmiah, oleh sebab itu sebelum peneliti mengadakan penelitian maka harus menentukan metode penelitian yang tepat, sedangkan penelitian yang diambil peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Suhardjono (2006: 57)Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.sedangkan, menurut Muhtar dalam Tiya (2008: 135) Karakteristik yang unik dari penelitian tindakan kelas, yakni adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. 1. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas X yang terdiri dari 63siswa. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak siswa kelas X tahun pelajaran 2012/

48 36 3. Faktor yang Diselidiki Faktor-faktor yang ingin diselidiki sebagai berikut: a. Faktor siswa, antara lain: 1) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta prestasi belajar siswa dalam materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer. 2) Peningkatan prestasi belajar berupa kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah siswa setelah menggunakan model PAKEM dalam pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/ Rencana Tindakan Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai yaitu peningkatan hasil belajar pada kemampuan kognitif siswa.

49 37 Berikut ini adalah siklus pelaksanaan PTK Permasalahana n Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I Siklus I Refleksi I Pengamatan/ pengumpulan data I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Siklus II Refleksi II Pengamatan/ pengumpulan data II Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutka ke siklus berikutnya Gambar 3. Siklus pelaksanaan PTK Berdasarkan gambar diatas, siklus pada kegiatan PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi (Suhardjono, 2006: 74). Berikut kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut: (a) Perencanaan tindakan Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

50 38 (b) Pelaksanaan tindakan Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan dengan baik dan tampak wajar. (c) Pengamatan/pengumpulan data Tahapan ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan dan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. (d) Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Dalam penelitian ini dibuat rancangan tindakan yang meliputi beberapa tahap sebagai berikut: a. Persiapan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: 1) Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi kompetensi kejuruan mekanik otomotif, bersama-sama guru bidang studi menentukan bentuk pemecahan masalah berupa penerapan pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan model pembelajaran PAKEM pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer.

51 39 2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran (membuat program rencana pembelajaran, LKS, menyiapkan alat dan bahan untuk media pembelajaran dan instrumen). 3) Menyusun pedoman untuk guru, lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa. 4) Menyusun kisi-kisi evaluasi dan lembar kerja siswa (LKS). 5) Menyusun soal evaluasi dan lembar kerja siswa. b. Pelaksanaan Alur penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Siklus I a) Perencanaan tindakan I (1) Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran melalui metode PAKEM dengan menggunakan alat peraga pada materi yang akan diajarkan yaitu penggunaan dan pemeliharaan alat ukur menggunakan jangka sorong dan mikrometer dengan membuat rencana pembelajaran. (2) Menyusun lembar kerja yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalah yang diberikan yaitu materi yang dipelajari. (3) Membentuk kelompok-kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang anggota. (4) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan antara lain alat peraga, laptop, LCD dan lain-lain.

52 40 b) Pelaksanaan tindakan I (1) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, serta tugas masing-masing anggota. (2) Siswa memilih tempat yang sesuai. (3) Guru menyampaikan tujuan proses pembelajaran melalui metode PAKEM. (4) Guru memberi motivasi pada siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompok. (5) Guru memberi latihan pemecahan masalah kepada kelompok dengan membagi lembar kerja dan alat peraga. (6) Siswa mengerjakan latihan kelompok dengan memanfaatkan alat peraga. (7) Guru meminta siswa untuk saling kerja sama dengan menyelesaikan latihan. (8) Setiap kelompok diminta untuk meninjau kembali penyelesaian dari permasalahan yang diberikan oleh guru. (9) Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaian didepan kelas. (10) Guru memberi latihan soal secara individu untuk mengetahui apakah seluruh anggota kelompok sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan atau belum.

53 41 c) Pengamatan/pengumpulan data I (1) Pengamatan terhadap respon siswa tentang penggunaan model pembelajaran PAKEM. (2) Pengamatan terhadap keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. d) Refleksi I Refleksi atau perenungan merupakan analisis hasil pengamatan dari lembar kerja dan evaluasi pada siklus I. Kesimpulan dari analisa data pengamatan digunakan untuk membuat rencana tindakan lanjut pada siklus berikutnya dengan langkah-langkah yang tetap sama, dan begitu seterusnya sampai pada siklus II, hal ini diharapkan agar pembelajaran melalui model pembelajaran PAKEM keaktifan dan prestasi belajar siswa akan meningkat. 2) Siklus II a) Perencanaan tindakan II Siklus ini merupakan penyempurnaan dari siklus I, tetapi telah diadakan revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang ada, guru memberikan pengantar tentang segala sesuatu yang akan dikerjakan pada saat tindakan kelas. Hal ini disampaikan sebagai berikut: (1) Mempersiapkan rencana pengajaran dengan materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer berdasarkan refleksi siklus I. (2) Mempersiapkan media, misalnya berupa alat peraga, laptop, LCD

54 42 dan lain-lain. Pada tahap perencanaan ulang ini setelah merefleksi hasil dari siklus I yang masih terdapat banyak kekurangan dan perlu dilakukan beberapa perbaikan. Beberapa perbaikan tersebut meliputi kegiatan identifikasi penyebab masalah dan membuat revisi instrumen yang menguatkan kegiatan pada siklus I, maka dilakukan perencanaan ulang pada siklus II. b) Pelaksanaan tindakan II (1) Mengajarkan materi pelajaran penggunaan dan pemeliharaan alat ukur menggunakan jangka sorong dan mikrometer dengan model pembelajaran PAKEM dan memanfaatkan alat peraga. (2) Menggunakan model PAKEM untuk mengajar materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer. (3) Memberi soal tes untuk mengetahui hasil setelah diadakan pembahasan lagi. c) Pengamatan/pengumpulan data II Pengamatan atau observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pada observasi hampir sama dengan siklus I tetapi lebih memperhatikan perubahan hasil yang diinginkan.

55 43 d) Refleksi II Setelah siklus II diharapkan kesalahan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM dapat diminimalkan serta keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat ditingkatkan. Pada siklus II merupakan tindakan refleksi dari siklus I. Data ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus tersebut. Jika analisis data siklus II ini mengalami peningkatan data yang signifikan dari yang sebelumnya yaitu analisis data pada siklus I maka penelitian tersebut dianggap berhasil dan tidak perlu melakukan siklus berikutnya. B. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini diperoleh dari: 1. Sumber Data Dalam penelitian sumber data diambil dari siswa, guru dan peneliti. 2. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari: a. Hasil pengamatan observasi. b. Hasil lembar kerja. c. Hasil evaluasi.

56 44 3. Cara Pengumpulannya a. Data hasil belajar siswa diambil dari hasil tes evaluasi berupa: 1) Metode Dokumentasi Metode dokumenter adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2006: 231). Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama, serta nilai pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/ ) Metode Tes Metode tes digunakan untuk mengambil data hasil belajar kemampuan kognitif siswa berupa nilai dari materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/2013, sekaligus untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa. b. Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan kelas dan tentang keaktifan siswa diambil dari lembar observasi dan lembar kerja. c. Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil dari hasil pengamatan dan hasil evaluasi.

57 45 C. Analisis Data 1. Data Aktivitas Siswa Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengetahui proses belajar mengajar. Analisis ini dilakukan pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif persentase. Adapun perhitungan persentase keaktifan siswa adalah: Persentase (%) =. x 100% Keterangan: n= jumlah indikator yang dilakukan N = Jumlah seluruh indikator % = Tingkat yang ingin dicapai Kriteria penafsiran variabel penelitian ini ditentukan: a) > 75% : Keaktifan siswa tinggi b) 65% - 75% : Keaktifan siswa sedang c) < 65% : Keaktifan siswa kurang(ali, 1984: 184) 2. Data MengenaiHasil Belajar Data mengenai hasil belajar dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar secara klasikal.

58 46 Adapun rumus yang digunakan adalah: a. Menghitung nilai rata-rata Untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus: = Keterangan: = Rata-rata nilai = Jumlah seluruh nilai N = Jumlah siswa (Arikunto, 2002: 244) b. Menghitung ketuntasan belajar 1) Ketuntasan Belajar Individu Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dapat ditentukan ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan: Ketuntasan belajar individu = Jumlah nilai yang diperoleh setiap siswa Jumlah seluruh nilai X 100 % 2) Ketuntasan Belajar Klasikal Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan: Ketuntasan belajar klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajar individu Jumlah siswa X 100 %

59 47 Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut (Mulyasa, 2006: 99). D. Kriteria Keberhasilan Untuk mengetahui keberhasilan peningkatan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran PAKEM padamateri penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometerkonsep yang diterapkan guru maka dapat dilihat dari indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan yang dilihat dari penelitian ini adalah: 1. Kemampuan siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demaktahun pelajaran 2012/2013sebelum diterapkan model pembelajaran PAKEM pada konsep pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif nilai rata-rata kelasnya hanya 70 dan itu hanya 60% dari jumlah siswa di kelas tersebut mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan setelah diterapkannya model PAKEM pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer diharapkan nilai rata-rata kelas dapat mencapai 85% dan 75dari jumlah siswa kelas tersebut mencapai ketuntasan belajar. 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat meningkat, yang dilihat dari lembar pengamatan observasi.

60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak, dibawah ini dijelaskan hasil penelitian tindakan kelas yang diawali dengan siklus I kemudian dilanjutkan di siklus II. 1. Hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Siklus I a. Perencanaan tidakan I Tahap perencanaan tindakan I ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif yang berlangsung selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah: (1) Menyusun rencana pembelajaran kompetensi pada penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer. (2) Menyiapkan alat peraga. (3) Membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi siswa. (4) Membuat perangkat tes tentang penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer yang berupa kisi-kisi 48

61 49 soal tes pedoman penskoran dan penilaian untuk mengetahui prestasi belajar siswa. (5) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I. b. Pelaksanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I adalah aktifitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran, sehingga proses belajar menjadi lebih menarik, siswa menjadi lebih aktif, sumber belajar lebih bermanfaat, penyajian materi lebih mudah di ikuti dan dipahami. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan menerapkan model pembelajaran PAKEM pada siklus I ini sesuai dengan perencanaan yang disusun. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah: (1) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, serta tugas masingmasing anggota. (2) Siswa memilih tempat yang sesuai. (3) Guru menyampaikan tujuan proses pembelajaran melalui metode PAKEM. (4) Guru memberi motivasi pada siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompok. (5) Guru memberi latihan pemecahan masalah kepada kelompok dengan membagi lembar kerja dan alat peraga. (6) Siswa mengerjakan latihan berkelompok dengan memanfaatkan alat peraga. (7) Guru meminta siswa untuk saling kerja sama dalam menyelesaikan latihan.

62 50 (8) Setiap kelompok diminta untuk meninjau kembali penyelesaiandari permasalahan yang diberikan oleh guru. (9) Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaian didepan kelas. (10) Guru memberi latihan soal secara individu berupa tes untuk mengetahui apakah seluruh anggota kelompok sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan atau belum. (11) Guru bekerjasama dengan peneliti untuk melakukan pengambilan nilai dari aktifitas siswa dalam proses pembelajaran berupa lembar observasi siswa. c. Pengamatan/pengumpulan data I Pada setiap pertemuan penelitian, peneliti mencatat setiap kegiatan secara menyeluruh pada model pembelajaran PAKEM sebagai salah satu model pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif di SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak. Pada siklus ini didapat hasil sebagai berikut: a) Siswa 1) Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa tidak dapat mengajukan dan menjawab pertanyaan secara langsung. 2) Siswa kurang memperhatikan media yang digunakan. 3) Kegiatan belajar kurang optimal. 4) Dalam kegiatan belajar mengajar siswa kurang aktif untuk mengikutinya.

63 51 b) Kelas dengan menggunakan media 1) Jarak papan tulis dengan tempat duduk siswa terlalu jauh sehingga membuat siswa menjadi tidak fokus terhadap media tersebut dan cendrung menengok pekerjaan temannya. 2) Terbatasnya waktu sehingga ada beberapa materi yang belum dijelaskan secara keseluruhan. 3) Pencapaian nilai berupa tes sebesar 83,29%nilai rata-rata kelas sedangkan 69,84%ketuntasan belajar klasikal (lampiran 16). 4) Pencapaian nilai pada aktifitas siswa dalam proses pembelajaran berupa lembar observasi siswa sebesar 61,53% indikator yang dilakukan dan 38,46% indikator yang tidak dilakukan (lampiran 14). Hasil belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada pembelajaran dengan model pembelajaran PAKEMdapat dilihat pada tabel 3. Nilai Tabel 3. Nilai Rata-rata Kelas Siklus I Tes Observasi Tidak dilakukan Rata-rata Klasikal Dilakukan Jumlah 524, Hasil (%) 83,29 69,84 61,53 38,46 Maksimal Manimal Tabel 3. Memperlihatkan bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus I hanya 83,29% dengan nilai tertinggi 86 dan terendah 48. Demikian juga dengan ketuntasan belajar klasikal yang dicapai sebesar 69,84% dengan nilai tertinggi 86 serta nilai terendah 75. Data ini menunjukkan

64 52 bahwa sebelum dilakukan pembelajaran pada siklus II berangkat dari kondisi awal yang sama untuk mengevaluasi kekurangan pada siklus sebelumnya serta meningkatkan hasil belajar dari ketuntasan minimal yaitu 75.Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16. Pencapaian Nilai Klasikal Rata-rata Tidak dilakukan Dilakukan Tes Observasi Gambar 4.Diagram Nilai Rata-rata Kelas Siklus I d. Refleksi I Untuk penelitian pada siklus II: (1) Peneliti dan guru kelas saling bertukar pendapat, supaya pada siklus II dapat lebih baik dari prestasi belajar maupun pemahaman siswa dibanding pada siklus I. Selain itu, juga diharapkan dapat mencapai indikator belajar yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut yaitu pada mata pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif yang standart nilainya 75 untuk mencapai ketuntasan belajar indivudu.

65 53 (2) Waktu yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran sebaiknya diatur dengan sebaik-baiknya, sehingga dalam menyampaikan materi tidak terlalu cepat. (3) Jarak papan tulis dengan media yang diberikan akan diatur sehingga siswa akan menjadi lebih fokus terhadap media tersebut. (4) Sebelum materi dimulai, guru hendaknya menguasai materi dan hendaknya guru harus mengkondisikan kelas supaya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal. (5) Guru dapat interaksi dengan siswa. Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa pelaksanaan siklus I berlangsung cukup baik tetapi kurang kondusif. Hasil nilai rata-rata kelas83,29%dan persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 69,84 % dan belum memenuhi indikator keberhasilan (lampiran 16). Dengan demikian kegiatan pada siklus I perlu diulang agar kemampuan siswa dan prestasi belajar siswa dalam materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer dengan menerapkan model pembelajaran PAKEM dapat lebih meningkat.

66 54 2. Hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Siklus II a. Perencanaan tindakan II Perencanaan tindakan pada siklus II ini didasarkan pada temuan hasil siklus I adapun rencana kegiatan (tindakan) yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Memberi perbaikan rencana pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan model pembelajaran PAKEM pada siklus I. (2) Menyiapkan alat peraga. (3) Menyiapkan lembar observasi siswa. (4) Menyiapkan perangkat tes yaitu uji kompetensi II yang akan digunakan dalam evaluasi prestasi belajar siklus II. (5) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II. b. Pelaksanaan tindakan II Tindakan yang dilakukan peneliti pada siklus II yaitu memberi umpan balik mengenai prestasi yang diperoleh pada siklus I. Melaksanakan proses pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif sesuai dengan rencana pembelajaran, memotivasi siswa agar berpartisipasi lebih aktif dan bersungguh-sungguh dalam memahami materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sehingga prestasi belajar dapat meningkat. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah: (1) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, serta tugas masingmasing anggota.

67 55 (2) Siswa memilih tempat yang sesuai. (3) Guru menyampaikan tujuan proses pembelajaran melalui metode PAKEM. (4) Guru memberi motivasi pada siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompok. (5) Guru memberi latihan pemecahan masalah kepada kelompok dengan memanfaatkan alat peraga. (6) Siswa mengerjakan latihan berkelompok dengan memanfaatkan alat peraga. (7) Guru meminta siswa untuk saling kerja sama dalam menyelesaikan latihan. (8) Setiap kelompok diminta untuk meninjau kembali penyelesaian dari permasalahan yang diberikan oleh guru. (9) Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaian didepan kelas. (10) Guru memberi latihan soal secara individu berupa tes untuk mengetahui apakah seluruh anggota kelompok sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan atau belum. (11) Guru bekerjasama dengan peneliti untuk melakukan pengambilan nilai dari aktifitas siswa dalam proses pembelajaran berupa lembar observasi siswa. c. Pengamatan/pengumpulan data II Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I yang meliputi lembar observasi siswa. Ada beberapa kemajuan pada siklus I serta kelemahan yang masih muncul yang menjadi pusat sasaran dalam observasi siklus II.

68 56 Berdasarkan lembar observasi siswa siklus II (lampiran 15) didapat temuan pada lembar observasi siswa bahwa siswa dengan cepat dapat merespon dengan memperhatikan serta berdiskusi dengan baik, selain itu siswa juga cenderung lebih aktif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih cermat dalam menggunakan alat ukur dengan jangka sorong dan mikrometer. Suasana kelas yang kondusif dan terkendali, dengan demikian proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan juga tampak lebih jelas hal ini dapat dilihat dari beraninya siswa menjawab pertanyaan guru atau menyelesaikan soal. Sedangkan, pada lembar observasi siswa didapat temuan bahwa siswa dapat meningkat keaktifannya yaitu dengan guru meningkatkan bimbingan dan perhatian saat proses pembelajaran berlangsung. Guru juga telah menggunakan waktu dengan tepat sehingga materi yang disampaikan dengan baik. Hasil observasi mencapai 92,30% indikator yang dilakukan sedangkan 7,69% indikator yang tidak dilakukan (lampiran 15), ini berarti bahwa kemampuan siswa jauh lebih baik dari siklus I dan penyampaian materi dapat diterima oleh siswa dengan baik. Untuk analisis data hasil uji kompetensi II terdapat padalampiran 17. Berdasarkan dari analisis uji kompetensi II(lampiran 17) dari 63 siswa yang mengikuti tes uji kompetensi II, diperoleh hasil bahwa jumlah siswayang mendapat nilai 75 adalah 55 siswa dan yang mendapat nilai 75 ada 8 siswa dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 89,73 %.

69 57 Berikut adalah tabel hasil belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif pada siklus II dengan model pembelajaran PAKEMdapat dilihat dibawah ini. Nilai Tabel 4. Nilai Rata-rata Kelas Siklus II Tes Observasi Tidak dilakukan Rata-rata Klasikal Dilakukan Jumlah 565, Hasil (%) 89,73 87,30 92,30 7,69 Maksimal Manimal Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus II mencapai 89,73% dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 65. Demikian juga dengan ketuntasan belajar klasikal nilai yang dicapai sebesar 87,30% dengan nilai tertinggi 90 serta nilai terendah 75. Data ini menunjukkan bahwa pada siklus II pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan model pembelajaran PAKEM dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai yang diharapkan. Pencapaian Nilai Klasikal Rata-rata Tidak dilakukan Dilakukan Tes Observasi Gambar 5.Diagram Nilai Rata-rata Kelas Siklus II

70 58 d. Refleksi II Pada siklus II ini sudah mencapai pada nilai yang diharapkan, dan siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik khususnya saat mengikuti pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan model pembelajaran PAKEM, dibandingkan dari pada siklus I yang nilai rata-rata kelasnya 83,29%dan ketuntasan belajar klasikal yang dicapai sebesar 69,84%.Sedangkan, pencapaian nilai pada aktifitas siswa dalam proses pembelajaran berupa lembar observasi siswa sebesar 61,53% indikator yang dilakukan dan 38,46% indikator yang tidak dilakukan (lampiran 14). Berdasarkan dari analisis uji kompetensi II (lampiran 17) dari 63 siswa yang mengikuti tes uji kompetensi II, diperoleh hasil bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 75 adalah 55 siswa dan yang mendapat nilai 75 ada 8 siswa dan pencapaian nilai berupa tes sebesar 89,73% nilai rata-rata kelas dan 87,30% ketuntasan belajar klasikal (lampiran 17). Sedangkan, pencapaian nilai pada aktifitas siswa dalam proses pembelajaran berupa lembar observasi siswa sebesar 92,30% indikator yang dilakukan dan 7,69% indikator yang tidak dilakukan (lampiran 15), ini berarti bahwa kemampuan siswa jauh lebih baik dari siklus I dan penyampaian materi dapat diterima oleh siswa dengan baik. Jadi penelitian ini selesai hanya sampai pada siklus II karena sudah mencapai indikator yang diharapkan. B. Pembahasan Dalam kegiatan model pembelajaran PAKEM pada kompetensi kejuruan mekanik otomotif khususnya, materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur

71 59 menggunakan jangka sorong dan mikrometer pada siklus I terlihat bahwa prestasi belajar siswa masih belum sesuai dengan harapan. Nilai rata-rata pada siklus I baru mencapai (83,29%)dan persentase belajar klasikal baru mencapai (69,84%). Proses belajar mengajar pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometermesti telah dioptimalkan kegiatannya dengan cara merefleksi dan menganalisa hasil kegiatan pembelajaran yang kemudian diakhiri pertemuan pada siklus I diadakan tes uji kompetensi tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Keadaan ini terjadi karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru khususnya pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sehingga materi tersebut tidak dapat diterima oleh siswa secara maksimal. Namun setelah menggunakan model pembelajaran PAKEMdengan memanfaatkan alat peraga prestasi belajar siswa mulai sedikit meningkat dibandingkan sebelum memanfaatkan alat peraga. Pada siklus II terlihat bahwa kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran sudah mengalami peningkatan, hal ini dapat kita lihat dari pencapaian hasil nilai rata-rata kelas yaitu (89,73%) persentase ketuntasan belajar klasikal (87,30%) hal itu berarti menunjukkan bahwa dalam siklus II ini sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Meningkatnya prestasi belajar pada siswa menggunakan model pembelajaran PAKEM dengan memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif ini disebabkan oleh meningkatnya

72 60 motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data, dapat dilihat adanya perubahan perilaku belajar siswa yaitu siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, siswa lebih tertarik dan senang dengan pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif yang dilakukan oleh guru dikelas, siswa menjadi lebih mudah menerima materi yang diajarkan, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan perilaku yang kurang baik (seperti gaduh, berbicara dengan teman dan mengantuk pada saat pembelajaran) dapat berkurang. Namun streatment yang sama tidak memiliki hasil yang sama pada siswa yang berbeda. Hal ini tergantung pada kondisi awal siswa. Ada siswa yang awalnya pandai menunjukkan peningkatan sedikit, dan ada juga yang kurang pandai menunjukkan peningkatan yang tinggi, atau siswa yang pandai juga menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil pada siklus I dan siklus II(lihat di lampiran 16 dan lampiran 17). Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwamodel pembelajaran PAKEM dengan memanfaatkan alat peraga sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi penggunaan dan pemeliharaan alat ukur menggunakan jangka sorong dan mikrometer pada mata pelajaran kompetensi kejuruan mekanik otomotif siswa kelas X SMKMiftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini disebabkan karena siswa mudah memahami materi dengan memanfaatkan alat peraga sehingga pada akhirnya berdampak meningkatkan sikap siswa dalam menyenangi materi, meningkatkan

73 61 minat, semangat dan motivasi sikap siswa dalam mempelajari materi yang sedang diajarkan serta keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hamalik dalam Arsyad (2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

74 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa: 1. Peningkatan prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotifuntuk siswa yang diberi pembelajaran konvensional/ceramah biasa sebesar nilai rata-rata kelas hanya 60%.. 2. Model pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak Pada Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Tahun Pelajaran 2012/2013 telah mencapai nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 83,29% sedangkan, siklus II sebesar 89,73%. 3. Terdapat atau ada peningkatan prestasi belajar belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotifdengan diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas X SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak tahun pelajaran 2012/

75 63 B. Saran Saran yang dapat penyusun sumbangkan sehubungan dengan hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Sebaiknya sekolah menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PAKEM karena terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada kompetensi kejuruan mekanik otomotif. 2. Guru diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran PAKEMpada materi-materi yang lain agar siswa lebih memahami keterkaitan suatu topik dengan topik lain. 3. Bagi siswa yang memiliki prestasi belajar kompetensi kejuruan mekanik otomotif dengan model pembelajaran PAKEMkurang memuaskan hendaknya lebih termotivasi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

76 DAFTAR PUSTAKA Ali, Muh Penelitian Kependidikan & Strategi. Bandung. Angkasa. Anni Catharina Tri, Achmad Rifa i, Eddy Purwanto dan Daniel Prunomo Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma mur Tip Aplikasi PAKEM.Jogjakarta:Diva Press. Asrori, Mohammad Psikologi Pembelajaran. Bandung. CV Wacana Prima. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Baharuddin dan E. N Wahyuni Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Indrawati dan Wanwan Setiawan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenagkan. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik. Katman, Th Modul Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Ukur. Bandar Lampung: Erlangga. Kosim Modul Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Ukur. Yogyakarta: Depdiknas: Dirjen Dikmen, Proyek pengembangan Kurikulum. Mulyasa, E KurikulumBerbasisKompetensiKonsep, KarakteristikdanImplementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rochim dan Soctarto Teknik Pengukuran (Metrologi industry). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suherman, Ayi.2010.Model Pembelajaran PAKEM dalam Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan.Volume 11,No.1. April 2010: Tersedia di [Diakses ]. Suhardjono Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sumiati dan Asra Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. 64

77 65 Suryabrata, S Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suyadi Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Ukur. Yogyakarta: Depdiknas: Dirjen Dikmen, Proyek pengembangan Kurikulum. Tiya, Kadir Peningkatan Prestasi Belajar Matemetika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Pada Siswa SMP Satria Kendari. Jurnal Jurusan FMIPA/Matematika Kendari.Volume 7,No.2. Agustus 2008: Tersedia unhalu.ac.id [Diakses ]. Winataputra, U. S dan Rustana Ardiwinata Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam..

78 Lampiran PENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK MIFTAHUL ULUM BOARDING SCHOOL

79 66 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK MIFTAHUL ULUM BOARDING SCHOOL Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Kelas : X (Sepuluh) Semester : I (satu) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Waktu Pelaksanaan : 30 Juli 2012 Standart Kompetensi : Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur jangka sorong Kompetensi Dasar : Pengukuran dimensi dan variabel menggunakan perlengkapan yang sesuai Indikator : Mengenal jangka sorong Mengenal bagian-bagian komponen jangka sorong Mengenal prinsip pengukuran jangka sorong Dapat membaca nilai hasil pengukuran jangka sorong Mengenal pengukuran pada jangka sorong I. Tujuan Pembelajaran : Siswa mengetahui pengertian jangka sorong Siswa mengetahui bagian-bagian komponen jangka sorong

80 67 Siswa mengetahui prinsip kerja jangka sorong Siswa dapat membaca nilai hasil pengukuran jangka sorong Siswa dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong II. Materi Pembelajaran : o Pengertian jangka sorong o Nama-nama komponen jangka sorong o Prinsip pengukuran jangka sorong o Pembacaan nilai hasil pengukuran jangka sorong o Pengukuran pada jangka sorong III. Strategi Pembelajaran : 1. Model : PAKEM 2. Pendekatan : Kooperatif learning 3. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, latihan IV. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran PAKEM Tahap Rincian Kegiatan Pembelajaran Guru Siswa Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan salam Guru mengabsen siswa Guru o Siswa mendengarkan serta menjawab salam dari guru o Siswa mengacungkan telunjuk jarinya serta mengucapkan hadir o Siswa memperhatikan Waktu (menit) 10

81 68 menginformasikan mata informasi yang pelajaran, materi dan diberikan guru tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Eksplorasi Guru membagi kelas o Siswa menempatkan menjadi tujuh sampai diri sesuai kelompok delapan kelompok yang telah dibagi Guru memberikan o Siswa mendengarkan 15 materi bahan diskusi materi bahan diskusi tentang jangka sorong tentang jangka sorong yang disampaikan Elaborasi guru Guru memberikan Lembar Kerja Siswa o Siswa mendiskusikan (LKS) untuk lembar kerja siswa didiskusikan (LKS) Guru melakukan 15 bimbingan o Siswa konsultasi dikelompok satu kepada guru sampai dengan kelompok delapan secara bergantian Guru merancang o Siswa mengumpulkan presentasi tiap hasil kerja kelompok 25 kelompok kepada guru Guru meminta o Siswa masing-masing mempresentasikan kelompok untuk hasil kerja kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok Konfirmasi Guru mengevaluasi o Siswa menyimak

82 69 LKS yang dikerjakan evaluasi dari guru 15 siswa Guru memberikan o Siswa mengerjakan latihan soal kepada latihan soal dari guru siswa Penutup Guru bersama siswa o Siswa membuat membuat kesimpulan kesimpulan dari hasil diskusi Guru menutup o Siswa menjawab 10 pelajaran dengan salam dari guru salam V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat : Jangka sorong Laptop LCD proyektor dan lain-lain. Bahan : Balok ukur standart Sumber Belajar : Modul penggunaan dan pemeliharaan alat ukur Teknik pengukuran (Metrologi Industri) Toyota New step 1 VI. Penilaian Prosedur Penilaian

83 70 a. Penilaian Kognitif Teknik : Pertanyaan lisan dan tulisan Bentuk : Pilihan Ganda dan Jawaban Singkat b. Penilaian Afektif o Teknik : Observasi o Bentuk : Non tes o Instrumen : penilaian terlampir c. Alat Penilaian Lembar soal Kunci jawaban d. Kriterian Penilaian o Pilihan ganda, jumlah soal 20. Skor 2 perolehan skor 40 o Isian, jumlah soal 3. Skor 20 perolehan skor 60 o Jadi jumlah nilainya 100

84 71 LEMBAR KERJA SISWA (DISKUSI I) Satuan Pendidikan : SMK Miftahul Ulum Boarding School Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Kelas : X (Sepuluh) Semester : I (satu) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Waktu Pelaksanaan : 6 Agustus 2012 INDIKATOR PEMBELAJARAN Mengenal jangka sorong Mengenal bagian-bagian komponen jangka sorong Mengenal prinsip pengukuran jangka sorong Dapat membaca nilai hasil pengukuran jangka sorong RANGKUMAN MATERI Jangka Sorong Jangka sorong kadang-kadang disebut juga dengan nama lain, yaitu: Vernier Caliper, mistar geser, mistar ingsut, jangka geser atau schuifmaat. Alat ukur ini merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman lubang dan jarak antara dua buah titik yang membutuhkan ketelitian hingga 0,02 mm dan 0,001 inch. Vernier kaliper mempunyai dua skala pengukuran yaitu skala utama dan skala vernier atau skala nonius. Untuk menentukan hasil pengukuran tetap harus memperhatikan pembacaan dua skala tersebut. Faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong antara lain: faktor si

85 72 pengukur, benda yang diukur, faktor lingkungan, cara menggunakan alat ukur. Berikut adalah gambar jangka sorong dan bagiannya. Gambar: 1. Jangka sorong a. Prinsip pengukuran Skala utama (main scale) dan skala vernier digunakan untuk mengukur jarak kecil dengan cara mencari perbedaan antara dua tanda. Metode ini disebut prinsip pengukuran vernier. Sebagai contoh, skala utama untuk setiap garis berjarak 1 mm, sedangkan skala vernier jarak antara garis adalah 0,9.mm. karena itu jarak garis pada skala utama lebih besar 0,1 mm daripada jarak skala vernier ialah : (1 mm -0,9 mm = 0,1 mm). Gambar1.1. Prinsip pengukuran vernier (a) Pertama kali dilakukan set awal, yaitu angka nol pada skala utama harus lurus dengan angka nol pada skala venier. Jika skala vernier digerakkan kekanan sampai angka 1 lurus dengan angka 1 Skala utama seperti gambar di bawah, hasilnya terdapat celah 0,1 mm sebelah kiri. Gambar1.1. Prinsip pengukuran vernier (b)

86 73 b. Membaca hasil pengukuran, antara lain: Seperti gambar di bawah, nilai di depan koma diambil dari penunjukkan angka 0 vernier, yaitu 25 mm sedangkan angka di belakang koma diambil dari titik dimana kedua garis skala vernier dan skala utama bertemu yaitu 7 jadi pembacaan adalah 25,7 mm. Gambar 1.2. Membaca nilai hasil pengukuran Kesimpulan: Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer dilaksanakan dengan tujuan: 1) Siswa mengetahui pengertian jangka sorong 2) Siswa mengetahui masing-masing komponen jangka sorong 3) Siswa mengetahui prinsip kerja jangka sorong 4) Siswa dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong Contoh : Jika jangka sorong menunjukkan kedudukan skala utama dan skala nonius seperti gambar dibawah ini, berapakah hasil pengukuran? Penyelesaian: Hasil pengukuran sebagai berikut. 1. Skala utama Perhatikan kedudukan garis skala nol pada skala nonius terhadap garis skala pada skala utama. Jarak pergeseran rahang sorong ialah 4 cm + 6 mm = 46 mm.

87 74 2. Skala nonius Garis skala ke-8 sebaris dengan garis skala pada skala utama. Jarak pergeseran tambahan rahang sorong = 8 x 0,05 mm = 0,40 mm Hasil pengukuran = 46 mm + 0,40 mm = 46,40 mm. Jadi kedudukan skala ini menunjukkan bahwa tebal atau jarak yang diukur ialah 46,40 mm. PETUNJUK PENYELESAIAN 1) Diskusikan dengan kelompokmu untuk mengerjakan soalsoal berikut. 2) Kerjakan pada lembar yang telah disediakan. 3) Kerjakan soal-soal berikut. LATIHAN (a) Jelaskan secara singkat mengenai alat ukur jangka sorong? (b) Gambarkan hasil pengukuran dari 75,60 mm beserta nama bagian-bagian komponennya?

88 75 KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA (DISKUSI I) (a) Jangka sorong merupakan alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, dan mengukur kedalaman. Vernier caliper mempunyai 2 skala pengukuran, yaitu skala utama dan skala vernier. Alat ini mampu mengukur dengan ketelitian hingga 0,05 mm untuk sistem satuan internasional (SI) dan 1/6 inci untuk satuan British. (b) Hasil pengukuran sebagai berikut. Skala utama Jarak pergeseran rahang sorong ialah 7 cm + 5 mm = 75 mm. Skala nonius Garis skala ke-12 sebaris dengan garis skala pada skala utama. Jarak pergeseran tambahan rahang sorong = 12 x 0,05 mm = 0,60 mm Hasil pengukuran = 75 mm + 0,60 mm = 75,60 mm. Jadi kedudukan skala ini menunjukkan bahwa tebal atau jarak yang diukur ialah 75,60 mm.

89 76 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK MIFTAHUL ULUM BOARDING SCHOOL Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Kelas : X (Sepuluh) Semester : I (satu) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Waktu Pelaksanaan : 30 Juli 2012 Standart Kompetensi : Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur mikrometer Kompetensi Dasar : Pengukuran dimensi dan variabel menggunakan perlengkapan yang sesuai Indikator : Mengenal mikrometer Mengenal bagian-bagian komponen mikrometer Mengenal prinsip pengukuran mikrometer Dapat mengkalibrasi mikrometer Dapat membaca nilai hasil pengukuran mikrometer I. Tujuan Pembelajaran : Siswa mengetahui pengertian mikrometer Siswa mengetahui bagian-bagian komponen mikrometer Siswa mengetahui prinsip kerja mikrometer

90 77 Siswa dapat mengkalibrasi mikrometer Siswa dapat melakukan pengukuran denganmikrometer II. Materi Pembelajaran : o Pengertian mikrometer o Nama-nama komponen mikrometer o Prinsip kerjamikrometer o Kalibrasi mikrometer o Membaca hasil pengukuran mikrometer III. Strategi Pembelajaran : 1. Model : PAKEM dengan gambar gerak (video) 2. Pendekatan : Kooperatif learning 3. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, latihan IV. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran PAKEM Tahap Rincian Kegiatan Pembelajaran Guru Siswa Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan salam Guru mengabsen siswa Guru menginformasikan mata pelajaran, materi dan tujuan pembelajaran o Siswa mendengarkan serta menjawab salam dari guru o Siswa mengacungkan telunjuk jarinya serta mengucapkan hadir o Siswa memperhatikan informasi yang diberikan guru Waktu (menit) 10

91 78 Kegiatan Inti Eksplorasi Guru membagi kelas o Siswa menempatkan menjadi tujuh sampai diri sesuai kelompok delapan kelompok yang telah dibagi Guru memberikan o Siswa mendengarkan materi bahan diskusi tentang mikrometer materi bahan diskusi tentang jangka sorong 15 yang disampaikan Elaborasi guru Guru memberikan Lembar Kerja Siswa o Siswa mendiskusikan (LKS) untuk lembar kerja siswa didiskusikan (LKS) Guru melakukan bimbingan dikelompok satu o Siswa konsultasi kepada guru 15 sampai dengan kelompok delapan secara bergantian Guru merancang o Siswa mengumpulkan presentasi tiap hasil kerja kelompok kelompok Guru meminta o kepada guru Siswa 25 masing-masing mempresentasikan kelompok untuk hasil kerja kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok Konfirmasi Guru mengevaluasi o Siswa menyimak LKS yang dikerjakan evaluasi dari guru siswa Guru memberikan o Siswa mengerjakan 15 latihan soal kepada latihan soal dari guru

92 79 siswa Penutup Guru bersama siswa o Siswa membuat membuat kesimpulan kesimpulan dari hasil diskusi Guru menutup o Siswa menjawab 10 pelajaran dengan salam dari guru salam V. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat : mikrometer Laptop LCD proyektor dan lain-lain. Bahan : Balok ukur standart Sumber Belajar : Modul penggunaan dan pemeliharaan alat ukur Teknik pengukuran (Metrologi Industri) Toyota New step 1 VI. Penilaian Prosedur Penilaian a. Penilaian Kognitif Teknik : Pertanyaan lisan dan tulisan Bentuk : Pilihan Ganda dan Jawaban Singkat

93 80 b. Penilaian Afektif o Teknik : Observasi o Bentuk : Non tes o Instrumen : penilaian terlampir c. Alat Penilaian Lembar soal Kunci jawaban d. Kriterian Penilaian o Pilihan ganda, jumlah soal 20. Skor 2 perolehan skor 40 o Isian, jumlah soal 2. Skor 30 perolehan skor 60 o Jadi jumlah nilainya 100

94 81 LEMBAR KERJA SISWA (DISKUSI II) Satuan Pendidikan : SMK Miftahul Ulum Boarding School Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Kelas : X (Sepuluh) Semester : I (satu) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Waktu Pelaksanaan : 3 September 2012 INDIKATOR PEMBELAJARAN Mengenal mikrometer Mengenal bagian-bagian komponen mikrometer luar Mengenal bagian-bagian komponen mikrometer dalam Mengenal prinsip pengukuran mikrometer Dapat membaca hasil pengukuran mikrometer RANGKUMAN MATERI Mikrometer Mikrometer adalah alat ukur untuk mengukur diameter (dalam/luar) maupun kedalaman lubang dengan tingkat akurasi bisa mencapai tiga angka dibelakang koma (0,001 mm). Mikrometer merupakan alat ukur linier langsung. Berikut adalah konstruksi mikrometer. Gambar 2. Konstruksi mikrometer dalam dan luar

95 82 a. Prinsip Pengukuran Seperti pada gambar di bawah, jika berputar satu kali, baut bergerak sebanyak satu ulir. Jika jarak ulir ialah 1 mm, baut bergerak 2 mm dan seterusnya. Inilah prinsip pengukuran dengan mikrometer. Pada benda sebenarnya, mur berarti inner sleeve dan baut ialah spindle. Gambar 2.1. Prinsip Pengukuran Mikrometer Luar Jarak ulir inner sleeve ialah 0,5 mm. Sedangkan disekeliling thimble skala di bagi dalam 50 strip. Jika thimble berputar satu kali, spindle bergerak sebanyak satu strip, bila spindle bergeser satu strip dari thimble maka berarti bergerak 0,01 mm (0,5 x 1/50). b. Membaca hasil pengukuran, antara lain: o Jarak strip di atas garis pada outer sleeve adalah 1 mm, dan jarak strip di bawah garis adalah 0,05 mm. Gambar 2.1. Membaca Hasil Pengukuran o Sedangkan nilai satu strip pada thimble adalah 0,01 mm. nilai hasil ukur ialah jumlah pembacaan ketiga skala tersebut. Gambar 2.2. Contoh Pembacaan Hasil Pengukuran

96 83 Kesimpulan: Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer dilaksanakan dengan tujuan: 1) Siswa mengetahui pengertian mikrometer 2) Siswa mengetahui masing-masing komponen mikrometer 3) Siswa mengetahui prinsip kerja mikrometer 4) Siswa dapat melakukan pengukuran dengan mikrometer Contoh : Jika Mikrometer menunjukkan kedudukan skala utama dan skala putar (thimble) seperti gambar dibawah ini, berapakah hasil pengukuran? Penyelesaian: Hasil pengukuran sebagai berikut: 1. Skala utama Perhatikan kedudukan skala diatas garis (skala utama) terhadap thimble. Jarak pergeseran pada skala utama ialah 5,00 mm. Kemudian perhatikan pula pada kedudukan skala dibawah garis (skala utama) terhadap thimble. Jarak pergeseran pada skala utama 0,50 mm. 2. Skala thimble Garis skala ke-20 pada garis skala thimble sebaris dengan garis skala utama. Jarak pergeserannya menunnjukkan = 20 x 0,01 mm = 0,20 mm

97 84 Hasil pengukuran = 5,00 mm + 0,50 mm + 0,20 mm = 5,70 mm. Jadi kedudukan skala ini menunjukkan bahwa diameter benda yang diukur ialah 5,70 mm. PETUNJUK PENYELESAIAN 1) Diskusikan dengan kelompokmu untuk mengerjakan soalsoal berikut. 2) Kerjakan pada lembar yang telah disediakan. 3) Kerjakan soal-soal berikut. LATIHAN (a) Jelaskan secara singkat mengenai alat ukur mikrometer? (b) Gambarkan hasil pengukuran dari 7,65 mm beserta nama bagian-bagian komponen dari mikrometer luar?

98 85 KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA (DISKUSI II) (a) Mikrometer adalah alat ukur untuk mengukur diameter (dalam/luar). Mikrometer merupakan piranti untuk mengukur komponen-komponen mesin yang di pasang sangat rapat satu sama lain, atau benda kerja yang sangat kecil ukurannya. (b) Hasil pengukuran sebagai berikut: 1. Skala utama Perhatikan kedudukan skala diatas garis (skala utama) terhadap thimble. Jarak pergeseran pada skala utama ialah 7,00 mm. Kemudian perhatikan pula pada kedudukan skala dibawah garis (skala utama) terhadap thimble. Jarak pergeseran pada skala utama 0,50 mm. 2. Skala thimble Garis skala ke-15 pada garis skala thimble sebaris dengan garis skala utama. Jarak pergeserannya menunnjukkan = 15 x 0,01 mm = 0,15 mm Hasil pengukuran = 7,00 mm + 0,50 mm + 0,15 mm = 7,65 mm. Jadi kedudukan skala ini menunjukkan bahwa diameter benda yang diukur ialah 7,65 mm.

99 86 Atau dengan menggunakan penyelesaian yang lain, Pembacaan skala diatas garis : 7,00 mm Pembacaan skala dibawah garis : 0,50 mm Pembacaan skala thimble : 0,15 mm + = 7,65 mm

100 87 PENGEMBANGAN SILABUS PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester : SMK Miftahul Ulum Boarding School : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif : X (Sepuluh) : I (satu) Standart Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Pembelajaran Materi Pembelajaran Tes Sumber Belajar Penggunaan dan Pengukuran Mengenal jangka Siswa mengetahui - Pengertian jangka - Jelaskan secara - Toyota Service pemeliharaan alat dimensi dan sorong pengertian jangka sorong singkat mengenai Training ukur jangka variabel sorong alat ukur jangka sorong& menggunakan sorong? Mikrometer pelengkapan Mengetahui Siswa mengetahui - Fungsi jangka - Jangka sorong - Toyota Service yang sesuai fungsi jangka fungsi jangka sorong merupakan alat Training sorong sorong yang berfungsi untuk mengukur? Mengenal Siswa mengetahui - Nama-nama - Dibawah ini bagian-bagian komponen jangka komponen jangka merupakan bagian komponen sorong sorong dari komponen jangka sorong pada jangka sorong - Toyota Service

101 88 adalah? Training - Skala utama dan Mengenal prinsip Siswa mengetahui - Prinsip skala vernier pengukuran prinsip kerja jangka pengukuran digunakan untuk jangka sorong sorong jangka sorong mengukur jarak kecil dengan cara - Toyota Service mencari perbedaan Training antara... tanda. - Berapakah nilai Dapat membaca yang ditunjukkan nilai hasil Siswa dapat - Pembacaan nilai pada perhitungan pengukuran melakukan hasil pengukuran jangka sorong di jangka sorong pengukuran dengan jangka sorong bawah ini dalam jangka sorong cm? Modul Bekerja dengan Mesin - Pada gambar Umum Mengenal Siswa dapat - Pengukuran pada dibawah ini pengukuran pada mengenal jangka sorong merupakan jangka sorong pengukuran pengukuran pada padajangka sorong vernier caliper dengan pengukuran? - Toyota Service Training

102 89 Mengenal - Pengertian mikrometer Siswa mengetahui mikrometer - Jelaskan secara pengertian singkat mengenai mikrometer alat ukur Mengenal - Nama komponen- mikrometer? bagian-bagian Siswa mengetahui komponen - Sebutkan nama komponen bagian-bagian mikrometer luar bagian-bagian - Toyota Service mikrometer luar komponen - Nama komponen- komponen dari Training Mengenal mikrometer luar komponen mikrometer luar bagian-bagian Siswa mengetahui mikrometer - Apa nama bagian komponen bagian-bagian dalam alat yang - Toyota Service mikrometer komponen ditunjukkan Training dalam mikrometer dalam dengan huruf d dibawah ini - Modul - Penggunaan dan - Prinsip a b c Pemeliharaan Alat Ukur Siswa mengetahui pengukuran Mengenal prinsip pengukuran prinsip kerja mikrometer mikrometer e - Pada jarak ulir d mikrometer - Kalibrasi

103 90 Dapat Siswa dapat mikrometer inner sleeve mengkalibrasi melakukan memiliki ukuran - Toyota Service mikrometer mengkalibrasi sebesar... mm. Training Dapat membaca dengan mikrometer Siswa dapat melakukan - Membaca hasil pengukuran - Sebutkan tahapantahapan dalam mengkalibrasi - Toyota Service hasil pengukuran pengukuran dengan mikrometer? Training mikrometer mikrometer - Berapakah nilai yang ditunjukkan micrometer di bawah ini? - Toyota Service Training

104 91 KISI-KISI SOAL No. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Indikator Jumlah Soal Nomor Soal 1. 1.a Siswa Kompetensi X/1 Jangka sorong mengetahui kejuruan - Pengertian jangka sorong Mengenal jangka sorong 2 1, 2 pengertian mekanik - Nama-nama komponen jangka Mengenal bagian-bagian 4 3, 5, 7, 8 jangka soong otomotif sorong komponen jangka sorong 1.b Siswa - Fungsi komponen jangka Mengenal prinsip pengukuran mengetahui sorong jangka sorong 2 4, 11 fungsi masing- - Prinsip pengukuran jangka Dapat membaca nilai hasil masing sorong pengukuran jangka sorong 3 12, 2(II), 6 komponen - Pembacaan nilai hasil Mengenal pengukuran pada jangka sorong pengukuran jangka sorong jangka sorong 2 9, 10 1.c Siswa - Pengukuran pada jangka mengetahui sorong prinsip kerja jangka sorong 1.d Siswa dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong 2.a Siswa

105 92 2. mengetahui Mikrometer pengertian - Pengertian mikrometer Mengenal mikrometer mikrometer - Nama komponen-komponen Mengenal bagian-bagian 2.b Siswa mikrometer komponen mikrometer 3 13, 14,19 mengetahui - Fungsi komponen mikrometer Mengenal prinsip pengukuran fungsi masing- - Kalibrasi mikrometer mikrometer 1 18 masing - Membaca hasil pengukuran komponen Dapat mengkalibrasi mikrometer 4 15, 16, 17, mikrometer 2.c Siswa mengetahui Dapat membaca hasil pengukuran mikrometer (II) prinsip kerja mikrometer 2 20, 3(II) 2.d Siswa dapat melakukan pengukuran dengan mikrometer

106 93

107 94

108 95

109 96 LEMBAR FORMATIF Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Kelas : X Semester : I (Satu) Alokasi Waktu : 2x45 menit Waktu Pelaksanaan : Senin, 6 Agustus 2012 I. Pilihlah jawaban di bawah ini dengan menyilang di depan huruf a, b, c atau d! 1. Jangka sorong merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur... A. Diameter luar, diameter sisi dalam & diameter kedalaman B. Diameter sisi luar, diameter sisi dalam & diameter sisi kedalaman C. Diameter sisi luar, diameter sisi dalam & mengukur kedalaman D. Diameter luar, diameter dalam & mengukur kedalaman E. Diameter luar, diameter sisi dalam & diameter kedalaman 2. Istilah lain dari jangka sorong adalah... A. Jangka Kaki D. Screw Picth Gauge B. Straight Edge E.Vernier caliper C. Jangka Bengkok 3. Dua skala pengukur pada vernier caliper adalah... A. Skala utama dan skala ingsut B. Skala utama dan skala pertama C. Skala utama dan skala vernier D. Skala awal dan skala kedua E. Skala biasa dan skala luar biasa 4. Vernier calipermampu mengukur dengan ketelitian hingga... mm. A. 0,5 D.0,01 B. 0,05 E. 0,1 C. 0, Dibawah ini merupakan bagian dari komponen pada jangka sorong adalah... A. Pengukur diameterdalam, pengukur diameterluar, dan sekrup pengunci B. Pengukur kedalaman, pengukur diameter luar, dan baut pengunci C. Pengukur kedalaman, pengukur diameterluar, dan baut

110 97 D. Pengukur diameterkedalaman, inner sleeve, dan baut tambahan E. Pengukur diameterkedalaman, pengukur diameterluar, dan mur baut 6. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pengukuran benda ukur dengan menggunakan jangka sorong... A. Faktor si pengukur, Benda yang diukur, Pengaruh lingkungan, Cara menggunakan alat ukur B. Faktor ukur, Benda yang diukur, Pengaruh sosial, Cara kerja alat ukur C. Faktor si pengukur, Benda yang diambil, Pengaruh suhu, Cara menggunakan alat ukur D. Faktor si pengukur, Benda yang diukur, Pengaruh alat, Cara menggunakan alat ukur E. Faktor si pengukur, Benda yang diukur, Pengaruh lingkungan, konstruksi alat ukur 7. Nama lain dari skala utama adalah... A. Scale straight D.Edge scale B. Main scale E.main Straight C. Main scale 8. Skala utama dan skala vernier digunakan untuk mengukur jarak kecil dengan cara mencari perbedaan antara... tanda. A. Lima D.dua B. Empat E.satu C. tiga 9. Hal-hal yang bukan merupakan cara penanganan vernier caliper yang baik adalah... A. Sebelum digunakan bersihkanlah benda yang diukur dan caliper B. Tempatkan caliper secara miring dengan benda yang diukur C. Sewaktu mengukur, usahan benda yang diukur sedekat mungkin ke skala utama D. Untuk mencegah salah baca, bacalah langsung dari atas strip yang tepat E. Bersihkan caliper dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah dipakai 10. Pada gambar dibawah ini merupakan pengukuran pada vernier caliper dengan pengukuran... A. Pengukuran diujung gigi pengukur B. Mengukur diameter luar

111 98 C. Mengukur diameter dalam D. Mengukur kedalaman E. Mengukur sisi bagian diameter 11. Pada skala utama jangka sorong untuk setiap garisnya berjarak... mm. A. 1 D. 4 B. 2 E. 5 C Berapakah nilai yang ditunjukkan pada perhitungan jangka sorong di bawah ini dalam cm? A. 52,8 B. 5,28 C. 528 D. 0,528 E. 0, Alat ukur untuk mengukur diameter (dalam/luar) maupun kedalaman lubang adalah... A. Meteran D. Dial indikator B. Mistar E. Mikrometer C. Kaliper 14. Pada umumnya mikrometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu... A. Mikrometer tunggal dan mikrometer ganda B. Mikrometer ingsut dan mikrometer pangsut C. Mikrometer awal dan mikrometer kedua D. Mikrometer luar dan mikrometer dalam E. Mikrometer kedalaman dan mikrometer keluaran 15. Mikrometer memiliki ketelitian...mm. A. 0,01 D. 0,002 B. 0,001 E. 0,005 C. 0, Tingkat pengukuran micrometer adalah... A. 20 mm D. 35 mm B. 25 mm E. 50 mm C. 30 mm

112 Pada jarak ulir inner sleeve memiliki ukuran sebesar... mm. A. 0,1 D.0,5 B. 0,01 E.0,05 C. 0, Apa nama bagian alat yang ditunjukkan dengan huruf d dibawah ini... A. Grid B. Sleeve C. Clamp a b c D. Thimble E. Anvil e d 19. Mikrometer dalam adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam dari suatu benda kerja. Ujung mulutnya berbentuk... A. Lonjong D.Vertikal B. Oval E.Horisontal C. Radius 20. Dibawah ini cara untuk menangani mikrometer yang benar adalah... A. Sebelum di ukur perhatikan alat ukur yang akan dipakai dengan benda kerjanya B. Dipakai secara langsung dengan benda kerja yang akan diukur C. Sewaktu mengukur, usahakan benda yang diukur sedekat mungkin ke skala vernier D. Sebelum dipakai, periksalah titik 0 jika perlu lakukan kalibrasi E. Tempelkan tegak lurus dengan benda yang diukur II. Isilah titik-titik pada soal-soal berikut dengan jawaban yang benar! 1. Sebutkan tahapan-tahapan dalam mengkalibrasi mikrometer? 2. Berapakah nilai yang ditunjukkan jangka sorong di bawah ini?

113 3. Berapakah nilai yang ditunjukkan micrometer di bawah ini? 100

114 101 KUNCI JAWABAN LEMBAR FORMATIF I. PILIHAN GANDA 1. D 11. A 2. E 12. A 3. C 13. E 4. B 14. D 5. B 15. A 6. A 16. B 7. C 17. D 8. D 18. E 9. B 19. C 10. C 20. D II. ISIAN 1. a.) Memeriksa Tanda 0 Sebelum dipakai, mikrometer harus dikalibrasi terlebih dahulu. Bersihkan anvil dan spindle dengan kain bersih. Kemudian putar ratchet stopper sampai anvil dan spindle bersentuhan. Putarkan stopper 2 atau 3 kali sampai diperoleh penekanan yang cukup. Kuncilah spindle pada posisi ini dengan lock clamp. Mikrometer telah dikalibrasi dengan benar jika titik 0 thimble lurus dengan garis pada outer sleeve. Gambar 2.2. Memeriksa Tanda 0 b) Menyetel Titik 0 Jika kesalahannya 0,02 mm atau kurang. Kuncilah spindle dengan lock clamp. Kemudian dengan memakai penyetel putarlah outer sleeve

115 102 sampai tanda 0 thimble lurus dengan garis. Setelah penyetelan selesai, periksalah kembali tanda 0. Gambar 2.3. Menyetel Titik 0 Jika kesalahannya melebihi 0,02 mm. kuncilah spindle dengan lock clamp, kendorkan stopper sampai thimble bebas, luruskan tanda 0 thimble dengan garis pada outer sleeve, dan kencangkan kembali ratchet stopper. Setelah penyetelan selesai, periksalah kembali titik. 0 untuk menyakinkan bahwa mikrometer telah dikalibrasi dengan benar. 2. Skala utama Jarak pergeseran rahang sorong ialah 7 cm + 5 mm = 75 mm. Skala nonius Garis skala ke-12 sebaris dengan garis skala pada skala utama. Jarak pergeseran tambahan rahang sorong = 12 x 0,05 mm = 0,60 mm Hasil pengukuran = 75 mm + 0,60 mm = 75,60 mm. Jadi kedudukan skala ini menunjukkan bahwa tebal atau jarak yang diukur ialah 75,60 mm. 3. Pembacaan skala diatas garis : 7,00 mm Pembacaan skala dibawah garis : 0,50 mm Pembacaan skala thimble : 0,15 mm + = 7,65 mm

116 103 Lampiran DAFTAR SISWA KELAS X SMK MIFTAHUL ULUM BOARDING SCHOOL DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NO. NIS NAMA Mohammad Shofiyullah Ahmad Najiyullah Tri Sumarlin Musyafak Eka Risaldi Muhammad Ravi Aldy Irwan Hadi Kusuma Faizal Khalid Juli Pangestu Luthfi Abdul Khakim Agus Prasetyo Rijal Alfiansyah Ahmad Wahyudi Fathur Rozak Muchammad Kumaeni Shochichul Anam Maftukh Ridlo Amru Dhakirin Kabul Ali Suhadak Ainul Yakin Afriatul Kakim Muhammad Fakhrurozi Muhammad Khoironi Nur Fuad Mustain Syaifuddin Muhammad Majid Muhammad Zaenury Ahmad Aris Mahmud Joko Wardoyo Imam Safi'i Abdul Gofur Ahmad Muntaha Alfin Maulana Ricky Adya Sukima Ahmad Sukron Khoerul Umam

117 Khoirul Ilmi Ahmad Syafi'i Muhammad Zazuli Ahmad Nizaruddin Abdurrohman Misbachun Niam M. Nurul Kakim M. Fahrul Maulana Sunawar Ahmad Ribowo Nur Yasin Winarno Suyitno Eko Wahyu Budiyono Mustakim Riyan Efendy M. Nur Abidin Nurus Siyam M. Abdul Malik M. Saptono Adi Agus Setiawan Rahmad Ramadhan Muhammad Mujiono Abdul Mufid Alif Fuad Hakim Joko Prasetyo 104

118 105 PEMBAGIAN KELOMPOK SISWA KELAS X SMK MIFTAHUL ULUM BOARDING SCHOOL DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 KELOMPOK 1 Juli Pangestu Ahmad Mutaha Khoirul Ilmi Ahmad Nizaruddin Irwan Hadi Kusuma KELOMPOK 2 Mohammad Shofiyullah Abdul Ghofur Afriatul Kakim Shochichul Anam Tri Sumarlin KELOMPOK 3 Khoerul Umam Kabul Ali Suhadak Eka Risaldi Ainul Yakin KELOMPOK 4 Muhammad Zaenury Musyafak Imam Syafi'i Ahmad Sukron KELOMPOK 5 Fathur Rozak Muchammad Kumaeni Muhammad Ravi Aldy Ahmad Aris Mahmud KELOMPOK 6 Mustain Amru Dhakirin Muhammad Zazuli Ricky Adya Sukima KELOMPOK 7 Abdurrohman Muhammad Majid Syaifuddin Faizal Khalid KELOMPOK 8 Ahmad Najiyullah Nur Fuad Muhammad Fakhrurozi Ahmad Syafi'i KELOMPOK 9 Agus Prasetyo Joko Wardoyo Ahmad Wahyudi Rijal Alfiansyah Lutfi Abdul Khakim

119 106 KELOMPOK 10 Muhammad Khoironi Alfin Maulana Maftukh Ridlo Eko Wahyu Budiyono KELOMPOK 11 Misbachun Niam Riyan Efendy Ahmad Ribowo M. Nur Abidin KELOMPOK 12 Suyitno Sunawar Rahmad Ramadhan Muhammad Mujiono KELOMPOK 13 Abdul Mufid M. Saptono Adi M. Abdul Malik M. Fahrul Maulana KELOMPOK 14 Nur Yasin Winarno Mustakim Agus Setiawan KELOMPOK 15 Alif Fuad Hakim Joko Prasetyo M. Nurul Kakim Nurus Siyam

120 107 LEMBAR OBSERVASI UNTUK SISWA SIKLUS I Sekolah : SMK Miftahul Ulum Boarding School Kelas/Semester : X TKR/I Tahun Pelajaran : 2012/2013 Materi Pokok : Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur jangka sorong dan mikrometer Petunjuk Penilaian: Isi kolom aspek yang dinilai dengan tanda cek list ( ). NO ASPEK YANG DINILAI Siswa mendengarkan serta menjawab salam dari guru Siswa mengacungkan telunjuk jarinya serta mengucapkan hadir Siswa memperhatikan informasi yang diberikan guru Siswa menempatkan diri sesuai kelompok yang telah dibagi Siswa mendengarkan materi bahan diskusi tentang jangka sorong dan mikrometer yang disampaikan guru Siswa mendiskusikan lembar kerja siswa (LKS) Siswa konsultasi kepada guru Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok kepada guru Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok Siswa menyimak evaluasi dari guru Siswa mengerjakan latihan soal dari guru Siswa membuat kesimpulan Siswa menjawab salam dari guru PENILAIAN SIKLUS I Tidak Dilakukan dilakukan

121 108 Persentase (%) =. x 100% Persentase (%) =. x 100% Keterangan: na= jumlah indikator yang dilakukan nb = jumlah indikator yang tidak dilakukan N = Jumlah seluruh indikator % = Tingkat persentase yang ingin dicapai a. Indikator yang dilakukan Persentase (%) = x 100% = 61,53 % b. Indikator yang tidak dilakukan Persentase (%) =. x 100% = 38,46 %

122 109 LEMBAR OBSERVASI UNTUK SISWA SIKLUS II Sekolah : SMK Miftahul Ulum Boarding School Kelas/Semester : X TKR/I Tahun Pelajaran : 2012/2013 Materi Pokok : Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur jangka sorong dan mikrometer Petunjuk Penilaian: Isi kolom aspek yang dinilai dengan tanda cek list ( ). NO ASPEK YANG DINILAI Siswa mendengarkan serta menjawab salam dari guru Siswa mengacungkan telunjuk jarinya serta mengucapkan hadir Siswa memperhatikan informasi yang diberikan guru Siswa menempatkan diri sesuai kelompok yang telah dibagi Siswa mendengarkan materi bahan diskusi tentang jangka sorong dan mikrometer yang disampaikan guru Siswa mendiskusikan lembar kerja siswa (LKS) Siswa konsultasi kepada guru Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok kepada guru Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok Siswa menyimak evaluasi dari guru Siswa mengerjakan latihan soal dari guru Siswa membuat kesimpulan Siswa menjawab salam dari guru PENILAIAN SIKLUS I Tidak Dilakukan dilakukan

123 110 Persentase (%) =. x 100% Persentase (%) =. x 100% Keterangan: na= jumlah indikator yang dilakukan nb = jumlah indikator yang tidak dilakukan N = Jumlah seluruh indikator % = Tingkat persentase yang ingin dicapai a. Indikator yang dilakukan Persentase (%) = x 100% = 92,30 % b. Indikator yang tidak dilakukan Persentase (%) =. x 100% = 7,69 %

124 Lampiran 16 ANALISA UJI KOPETENSI I (SIKLUS I) Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Materi : Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Ukur Kelas/Semester : X/1 111 No. Respon den Ketuntasan Skor yang diperoleh % Jumla Belajar Nilai Ketercapaia h Skor Tida n Ya k , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5 75

125 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

126 , , , , , , , , , , , ,6 76 Jumlah Skor Jumlah Skor Maksi mal % Skor tercapai , ,3 98, ,14 83,29 72,14 69,8 4 30,16

127 114 Keterangan: 1. Indikator keberhasilan Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mendapat nilai 75 (% ketuntasan belajar individu 75% dan 85% dari jumlah siswa kelas X mencapai ketuntasan belajar). Nilai rata-rata kelas adalah: = Jumlah seluruh nilai N = Jumlah siswa X = = =83,29 % Karena persentase (%) ketercapaian 83,29 % maka dinyatakan belum tuntas nilai rata-rata kelas. 2. Ketuntasan belajar a. Ketuntasan belajar individu % Ketuntasan belajar individu = Contoh: Siswa Ahmad Wahyudi dengan nilai jumlah skor 76 Jumlah skor maksimal 100 % ketercapaian = = 76 % Karena persentase (%) ketercapaian 76 % maka Ahmad Wahyudi dinyatakan tuntas individu.

128 115 b. Ketuntasan belajar klasikal Jumlah siswa yang tuntas belajar individu 44. Jumlah seluruh siswa 63 % Ketercapaian = % ketercapaian = = 69,84 %

129 Lampiran 17 ANALISA UJI KOPETENSI II (SIKLUS II) Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Mekanik Otomotif Materi : Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Ukur Kelas/Semester : X/1 116 No. Respon den Ketuntasan Skor yang diperoleh % Jumlah Belajar Nilai Ketercapaia Skor Tida n Ya k , , , , , , , , , , , , , , , ,6 76

130 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

131 , , , , , , , , , , , ,8 78 Jumlah Skor Jumlah Skor Maksi mal % Skor tercapai , , , ,7 3 78,59 87,3 0 12,70

132 119 Keterangan: 1. Indikator keberhasilan Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mendapat nilai 75 (% ketuntasan belajar individu 75% dan 85% dari jumlah siswa kelas X mencapai ketuntasan belajar). Nilai rata-rata kelas adalah: = Jumlah seluruh nilai N = Jumlah siswa X = = =89,73 % Karena persentase (%) ketercapaian 89,73 % maka dinyatakan tuntas nilai rata-rata kelas. 2. Ketuntasan belajar a. Ketuntasan belajar individu % Ketuntasan belajar individu = Contoh: Siswa Ahmad Wahyudi dengan nilai jumlah skor 80 Jumlah skor maksimal 100 % ketercapaian = = 80 % Karena persentase (%) ketercapaian 80 % maka Ahmad Wahyudi dinyatakan tuntas individu.

133 120 b. Ketuntasan belajar klasikal Jumlah siswa yang tuntas belajar individu 55. Jumlah seluruh siswa 63 % Ketercapaian = % ketercapaian = = 87,30 %

134 121 SIKLUS I NO. NIS NAMA Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Diskusi 1 Latihan 1 Diskusi Mohammad Shofiyullah Ahmad Najiyullah Tri Sumarlin Musyafak Eka Risaldi Muhammad Ravi Aldy Irwan Hadi Kusuma Faizal Khalid Juli Pangestu Luthfi Abdul Khakim Agus Prasetyo Rijal Alfiansyah Ahmad Wahyudi Fathur Rozak Muchammad Kumaeni Shochichul Anam Maftukh Ridlo Amru Dhakirin Kabul Ali Suhadak Ainul Yakhin Afriatul Kakim Muhammad Fakhrurozi Muhammad Khoironi Nur Fuad Mustain Syaifuddin Muhammad Majid Muhammad Zaenury Ahmad Aris Mahmud Joko Wardoyo Imam Syafi'i Abdul Gofur Ahmad Muntaha Alfin Maulana Ricky Adya Sukima

135 Ahmad Sukron Khoerul Umam Khoirul Ilmi Ahmad Syafi'i Muhammad Zazuli Ahmad Nizaruddin Abdurrohman Misbachun Niam M. Nurul Kakim M. Fahrul Maulana Sunawar Ahmad Ribowo Nur Yasin Winarno Suyitno Eko Wahyu Budiyono Mustakim Riyan Efendy M. Nur Abidin Nurus Siyam M. Abdul Malik M. Saptono Adi Agus Setiawan Rahmad Ramadhan Muhammad Mujiono Abdul Mufid Alif Fuad Hakim Joko Prasetyo

136 123

137 124 YAYASAN MIFTAHUL ULUM DEMAK (YAMUD) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MIFTAHUL ULUM BOARDING SCHOOL Alamat: Jl. P. Diponegoro No. 17 Jogoloyo Wonosalam Demak Hp , smkmubsdemak@ymail.com Nomor : 016/SMK.MUBS/YAMUD/IX/2012 Lampiran : - Hal : Keterangan Telah Melakukan Penelitian Kepada, Yth. Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang Di tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan surat ijin penelitian dari kampus UNNES Gunungpati Semarang No: 2200/UN37.1.5/PP/2012, dengan ini kami menerangkan bahwa, mahasiswa yang tercantum dibawah ini : Nama : Ahmad Saefudin Nim : Prodi : Pend. Teknik Mesin Benar-benar telah melakukan penelitian pada instansi yang kami pimpin: Hari/tanggal : Senin s.d. Kamis/6 Agustus s.d. 6 September 2012 Tempat : SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak Demikian surat keterangan dari kami. Atas perhatian dan kebijaksanaan Bapak kami sampaikan terima kasih. Demak, 8September 2012 Kepala Sekolah SMK Miftahul Ulum Boarding School Demak A. Uzair Masyhuri, S. Ag

138 FOTO PENELITIAN 125

139 FOTO PENELITIAN 126

140 FOTO PENELITIAN 127

MENGUKUR DENGAN MIKROMETER

MENGUKUR DENGAN MIKROMETER MENGUKUR DENGAN MIKROMETER 1. Cara-cara menggunakan mikrometer Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu mengukur dengan menggunakan mikrometer, yakni: a. Permukaan benda ukur dan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 1 KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG

PRAKTIKUM 1 KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG PRAKTIKUM 1 KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG A. KOMPETENSI DASAR Mengkalibrasi, menggunakan dan membaca hasil pengkuran jangka sorong dengan prosedur yang benar B. SUB KOMPETENSI DASAR 1. Mengkalibrasi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 1 KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG A. KOMPETENSI DASAR Mengkalibrasi, menggunakan dan membaca hasil pengkuran jangka sorong dengan prosedur yang benar B. SUB KOMPETENSI DASAR 1. Mengkalibrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO IMPLEMENTASI TEKNIK PEMBELAJARAN TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE PADA MATA PELAJARAN LISTRIK OTOMOTIF Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

MENGUKUR DENGAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI

MENGUKUR DENGAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI MENGUKUR DENGAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI SMK PGRI1 NGAWI A. JANGKA SORONG (VERNIER CALIPER) 1. Bagian bagian mistar geser Keterangan: Beam (Batang/rangka) Fixed jaw (rahang tetap) Sliding Jaw (rahang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah merupakan salah satu pelaksana pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar Pada Universitas Kristen Satya Wacana. Disusun oleh : PURWATI

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar Pada Universitas Kristen Satya Wacana. Disusun oleh : PURWATI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PENERAPAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 KANDANGAN KECAMATAN PURWODADI KABUPATENGROBOGAN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR

PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR KODE MODUL OPKR-10-010C SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BODI OTOMOTIF PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pembudayaan karakter nilai kehidupan manusia. Karena sampai saat ini dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam berusaha

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 1 UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV PADA MATERI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI METODE TEBAK KATA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DI SD NEGERI 3 PLIKEN SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tujuan proses pembelajaran yang terdiri dari 3 ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotoris. Ranah kognitif (cognitive) berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal 22 Oktober Menyetujui, NIP NIP

PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal 22 Oktober Menyetujui, NIP NIP PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul " Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Imogiri " telah disetujui oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (Numbered Heads Together) DI SMK NEGERI 8 PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif

Lebih terperinci

oleh Widowati Kusuma Wardhani

oleh Widowati Kusuma Wardhani PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PIYUNGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

Lebih terperinci

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda ALAT UKUR PRESISI Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk

Lebih terperinci

metrik adalah pada satuan waktu, dimana keduanya menggunakan besaran detik, menit dan jam untuk satu satuan waktu.

metrik adalah pada satuan waktu, dimana keduanya menggunakan besaran detik, menit dan jam untuk satu satuan waktu. 239 BAB 5 5.1. Alat Ukur Orang-orang yang bergerak pada bidang teknik akan selalu berhubungan dengan bidang pengukuran. Dalam dunia ilmu pengetahuan teknik, ada dua sistem penggukuran yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010:

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010: BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut N. Purwanto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab II Pengukuran Linier

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab II Pengukuran Linier BAB II Tujuan: Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab II diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan beberapa macam alat ukur linier langsung. 2. Menggunakan, membaca skala ukur dan memelihara alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Veny Rosita Febriratna NIM

SKRIPSI. Oleh Veny Rosita Febriratna NIM PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TEMA SIKAP DEMOKRATIS MELALUI PENERAPAN METODE SIMULASI DENGAN MEDIA GAMBAR DI SDN SUMBERSARI 01 JEMBER

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KESELAMATAN KERJA DI SMK N 3 YOGYAKARTA ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi segenap sendi-sendi kehidupan, menuntut adanya upaya metodis yang terarah dan teroganisir

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA NYATA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GRUJUGAN KIDUL 2 BONDOWOSO SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA NYATA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GRUJUGAN KIDUL 2 BONDOWOSO SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA NYATA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GRUJUGAN KIDUL 2 BONDOWOSO SKRIPSI Oleh Siska Desi Wijayanti NIM 070210204336 PROGRAM S1 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN 02 TAPANREJO DALAM MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN 02 TAPANREJO DALAM MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN 02 TAPANREJO DALAM MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL OLEH AHMAD DENNIS WIDYA PRADANA NIM 110151411533 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh Ahmad Utman Subandi NIM 090210204229

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Sri Atyanti NIM

SKRIPSI. Oleh: Sri Atyanti NIM TINGKAT KESEGARAN JASMANI PESERTA DIDIK KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI SROWOLAN KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM :

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM : SKRIPSI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) MATERI CINTA TANAH AIR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING SISWA KELAS IV SDN 3 BADEGAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : FERIKA SARI NIM

SKRIPSI. Oleh : FERIKA SARI NIM PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TAPANREJO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : FERIKA SARI NIM 100210204028

Lebih terperinci

SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENGAWASI MUTU BUSANA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENGAWASI MUTU BUSANA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENGAWASI MUTU BUSANA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Metode Demontrasi, Hasil belajar, Siswa Kelas V.

ABSTRAK. Kata Kunci : Metode Demontrasi, Hasil belajar, Siswa Kelas V. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG MELALUI METODE DEMONTRASI MENGGUNAKAN BENDA KONGKRIT SISWA KELAS V SD NEGERI TEGALOMBO 05 DUKUHSETI PATI SKRIPSI untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS XH MAN 2 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh Alfianita Imansari NIM 100210302076

Lebih terperinci

PENERAPAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SERANG

PENERAPAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SERANG PENERAPAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Hj. Nur aeni, M. Pd MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SERANG Abstrak Pembelajaran matematika disekolah belum menampilkan pembelajaran yang kreatif menantang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sekarang ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan, terutama yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia yakni guru dan siswa. Untuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI Oleh: Yuliana Retnaningsih 09144100067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN A. Kesalahan Pengukuran Menurut Soetojo dan Sustini (1993: 1), pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BUKU KERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI DI SMK WIDYA PRAJA UNGARAN Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Lebih terperinci

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS 4 SD NEGERI UJUNG-UJUNG 02 KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini telah menuntut seluruh bangsa menuju ke arah dunia yang lebih maju dengan berbagai macam tantangan yang dihadapi. Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : PURWANTO K

Skripsi. Oleh : PURWANTO K UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS INTEGRAL MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK II MELALUI PEMBELAJARAN MODEL KONSTRUKTIVISME MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang. Oleh: Faiz Jelang Ramadhan

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang. Oleh: Faiz Jelang Ramadhan KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MEDIA CD PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN MATERI MENGANALISIS PELUANG USAHA PADA KELAS XI SMK PALEBON SEMARANG SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada kelas V menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Pendapatan nilai siswa cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VIIB SMPN 2 RAMBIPUJI SKRIPSI

PENERAPAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VIIB SMPN 2 RAMBIPUJI SKRIPSI PENERAPAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VIIB SMPN 2 RAMBIPUJI SKRIPSI Oleh Inne Illian Retna NIM 070210402082 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMK Negeri 3 Cimahi Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester/Jurusan : XI / 1 / Perhotelan Pertemuan/Tanggal : 7-9 Alokasi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika berperan untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika berperan untuk mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki peran penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika berperan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Bayat yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat,

Lebih terperinci

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI JANGKA SORONG I. DASAR TEORI Jangka sorong merupaakan salah satu alat ukur yang dilengkapi dengan skala nonius, sehingga tingkat ketelitiannya mencapai 0,02 mm dan ada juga yang ketelitiannya 0,05 mm.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Diana Safitri NIM

SKRIPSI. Oleh. Diana Safitri NIM PENERAPAN MODEL CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING AND EXTENDING (CORE) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS X 3 SMAN 1 BANGOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XI

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XI PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Arif Ramadhan NIM : K1209009 Jurusan/Program studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menyatakan bahwa skripsi saya yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM KELAS VII SMP NEGERI 2 BAKI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SDN KAYEN 01 PATI TAHUN 2013

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SDN KAYEN 01 PATI TAHUN 2013 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SDN KAYEN 01 PATI TAHUN 2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Yogyakarta, 11 Juni 2012 Pembimbing Skripsi. Dwi Yunairifi, M.Si NIP

PERSETUJUAN. Yogyakarta, 11 Juni 2012 Pembimbing Skripsi. Dwi Yunairifi, M.Si NIP UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM POKOK BAHASAN VOLUME BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V B SD PUCUNG IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci