UNIVERSITAS INDONESIA PENURUNAN NILAI PIUTANG USAHA PT X SETELAH BERLAKUNYA PSAK 50 (REVISI 2006) DAN PSAK 55 (REVISI 2006) LAPORAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA PENURUNAN NILAI PIUTANG USAHA PT X SETELAH BERLAKUNYA PSAK 50 (REVISI 2006) DAN PSAK 55 (REVISI 2006) LAPORAN MAGANG"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PENURUNAN NILAI PIUTANG USAHA PT X SETELAH BERLAKUNYA PSAK 50 (REVISI 2006) DAN PSAK 55 (REVISI 2006) LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi IRENE CLARESTA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2012

2 HALAMAIY PERI{YATAAN ORISINALITAS Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama Irene Claresta NPM Tanda Tangan Tanggal 25 Januari20lz

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan kasih-nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Tanpa ada bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, laporan magang ini mungkin tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-nya saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. 2. Ibu Selvy Monalisa sebagai dosen pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan dalam penyusunan laporan magang ini. 3. Bapak Markus Handowo Dipo dan Ibu Rahfiani Khairurizka selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan laporan magang ini. 4. Dosen dan staf pengajar FEUI lainnya yang telah mengajarkan saya berbagai ilmu akademis dan non akademis. 5. Pak Taufik selaku Manajer, Thomas, Rendy, Natali, Felicia, Grace, Nadia selaku senior di Kantor Akuntan Publik Ernst & Young tempat saya menjalankan magang selama tiga bulan. Tanpa bimbingan dan dukungan kalian, laporan magang ini juga belum tentu dapat terselesaikan dengan baik. 6. Kedua orang tua saya dan Evan yang selama ini memberi dukungan moril dan materil pada saya selama proses perkuliahan dan penyusunan laporan magang ini. Terima kasih buat Mama dan Papa yang selalu dengan sabar mau menunggu saya pulang ketika lembur selama magang. 7. Lia dan Netty yang selalu memberikan masukan, dukungan, dan semangat pada saya selama penyusunan laporan magang. Terima kasih banyak karena selama ini kalian selalu mau meluangkan waktu untuk memberikan saran dan saling bertukar pendapat. iv

5 8. Teman-teman kos Alamanda: Tephi dan Kitty yang sedang berjuang menyusun skripsi dan juga Dian yang akan menyusun skripsi di semester depan. Terima kasih banyak karena selama ini kalian memberikan saya dorongan semangat untuk menyelesaikan laporan magang. 9. Teman-teman kuliah saya lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga turut membantu saya secara langsung maupan tidak langsung dalam penyusunan laporan magang. Akhir kata, saya berharap Tuhan bersedia membalas kebaikan hati semua pihak yang telah membantu saya. Saya berharap laporan magang saya dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang. Depok, 25 Januari 2012 Penulis v

6 IIALAMAN PERI{YATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI : ::3i1Yy:1:l::1Y_:: Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis karya kene Claresta Akuntansi Akuntansi Ekonomi Laporan Magang demi pengernbangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk mernberikan kepada IIak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right'1atas karya ilmiah saya yang berjudul : PENURUNAAI NILAI PIUTANG USAHA PT X SETELAH BERLAKUNYA PSAK 50 (REVrSr 2006) DAN PSAK ss (REyrSr 2006) beserta perangkat yang ada fiika diperlukan). Denlan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selamatetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Depok Pada tanggal 25 Januai 2012 Yang menyatakan {-ry* (Irene Claresta) vi

7 ABSTRAK Nama : Irene Claresta Program Studi : Akuntansi Judul : Penurunan Nilai Piutang Usaha PT X setelah Berlakunya PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) Salah satu hal yang diatur dalam PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang diberlakukan secara efektif mulai 1 Januari 2010 adalah mengenai penurunan nilai dan tidak tertagihnya aset keuangan di mana perusahaan melakukan penilaian penurunan nilai secara individu dan kolektif. Laporan magang ini membahas mengenai siklus penjualan dan pencatatan piutang usaha PT X, kebijakan akuntansi PT X, penentuan penurunan nilai piutang usaha yang dilakukan PT X dengan menggunakan tabel umur piutang dan penentuan yang seharusnya dilakukan PT X berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006). Laporan ini juga membahas perbedaan jumlah cadangan penyisihan piutang tidak tertagih menurut PT X dan menurut auditor. Karena jumlahnya tidak material maka tidak dilakukan penyesuaian atas jumlah tersebut. Kata kunci: Penurunan nilai, piutang usaha, cadangan penyisihan piutang tidak tertagih vii

8 ABSTRACT Name : Irene Claresta Study Program : Accounting Title : Impairment of PT X s Account Receivable Post SFAS No. 50 (Revised 2006) and SFAS No. 55 (Revised 2006) One of the things that is governed by SFAS No. 50 (Revised 2006) and SFAS No. 55 (Revised 2006) which have been effectively started on January 1, 2010 is about impairment and uncollectible of financial assets where the company has to do impairment assessment individually and collectively. This internship report discusses about sales cycle and recording of account receivable in PT X, accounting policy of PT X, determination of account receivable impairment that is done by PT X with aging schedule and the determination that should have been done by PT X according to SFAS No. 50 (Revised 2006) and SFAS No. 55 (Revised 2006). This report also discusses about the difference in amount of allowance for doubtful accounts according to PT X and auditor. Because the amount is not material therefore no adjustment is made for that amount. Key words: Impairment, account receivable, allowance for doubtful accounts viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii KATA PENGANTAR...iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi ABSTRAK...vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Pelaksanaan Magang Tujuan Penulisan Laporan Magang Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Perumusan dan Pembatasan Masalah Sistematika Penulisan LANDASAN TEORI Definisi Aset Piutang Usaha Pengakuan Piutang Usaha Pengukuran Piutang Usaha Metode Direct Write-off Allowance Method (Metode Penyisihan untuk Piutang Tidak Tertagih) Evaluasi Penurunan Nilai PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) Pengakuan Awal Aset Keuangan dan Pengukuran setelah Pengakuan Awal Aset Keuangan Penurunan Nilai dan Tidak Tertagihnya Aset Keuangan Teori Audit Proses Audit Materialitas Audit atas Akun Piutang Usaha PROFIL PERUSAHAAN DAN AKTIVITAS MAGANG Profil Perusahaan Kantor Akuntan Publik Ernst & Young Profil Perusahaan Klien Profil Perusahaan PT X Profil Perusahaan Entitas Anak PT X Aktivitas Magang...28 ix

10 3.3.1 Prosedur Audit Kantor Akuntan Publik Ernst & Young atas Akun Piutang Usaha dan Piutang Lain PT X Tanggung Jawab Peserta Magang PEMBAHASAN Siklus Penjualan dan Pencatatan Piutang Usaha PT X Siklus Penjualan PT X Pencatatan Jurnal Piutang Usaha PT X Kebijakan Akuntansi PT X Klasifikasi Instrumen Keuangan PT X Pengakuan dan Pengukuran Piutang Usaha PT X Penurunan Nilai Piutang Usaha PT X Penurunan Nilai Piutang PT X Berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) Perbedaan Penentuan Penurunan Nilai Piutang Sebelum dan Setelah Diterapkannya PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) Penyajian Cadangan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada PT X Per 30 Juni KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...49 DAFTAR REFERENSI...50 LAMPIRAN...51 x

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Contoh Tabel Umur Piutang Tabel 4.1 Tabel Umur Piutang PT X Per 30 Juni Tabel 4.2 Daftar Piutang Usaha Luar Negeri PT X Per 30 Juni Tabel 4.3 Daftar Piutang Usaha Dalam Negeri PT X Per 30 Juni xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Flowchart Siklus Penjualan PT X xii

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang Saat ini persaingan dalam dunia kerja semakin ketat kerena tuntutan dalam dunia kerja yang semakin besar. Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang baik sehingga perusahaan dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam beroperasi. Sumber daya manusia yang dicari oleh perusahaan diharapkan tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan yang cukup di bidangnya, tetapi juga kemampuan dan keterampilan untuk dapat menerapkan ilmu tersebut dalam dunia kerja. Oleh karena itu, agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja, Fakultas Ekonomi mempersiapkan berbagai program tugas akhir seperti program magang. Program magang di FEUI merupakan salah satu tugas akhir yang dapat dipilih oleh mahasiswa FEUI yang telah berhasil lulus minimal 120 SKS dan dengan IPK minimal sebesar 2,75. Tugas akhir lain yang dapat dipilih oleh mahasiswa adalah penyusunan skripsi atau studi mandiri. Program magang yang berbobot enam SKS ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan yang selama ini mereka peroleh dari kuliah ke dalam dunia kerja nyata. Menurut penulis, melalui program magang ini, para mahasiswa akan mendapatkan banyak pembelajaran yang mungkin tidak diperoleh dari perkuliahan. Selain itu, program magang ini merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan gambaran bagaimana dunia kerja sesungguhnya dan mempersiapkan diri mereka bagaimana menghadapi dunia kerja. 1.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang Setelah mahasiswa menjalani program magang, mahasiswa diwajibkan untuk menulis laporan magang yang berkaitan dengan aktivitas magang yang dijalani oleh mahasiswa. Penulisan laporan magang ini merupakan salah satu komponen penilaian dalam program magang. Selain itu, penulisan laporan magang ini bertujuan sebagai bentuk pertanggungjawaban mahasiswa atas program magang yang telah dilalui. Tujuan lain dari laporan magang ini adalah 1

14 2 untuk memberikan gambaran mengenai aktivitas-aktivitas magang yang dijalankan oleh penulis serta berbagai masalah yang ditemui oleh penulis selama magang berlangsung. 1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Penulis menjalani magang selama kurang lebih tiga bulan dari tanggal 10 Juni hingga 26 Agustus Pelaksanaan magang ini berlangsung selama periode semester pendek Penulis melaksanakan magang pada setiap hari kerja dari Senin hingga Jumat pada pukul Penulis bertugas untuk menjalani magang pada sebuah Kantor Akuntan Publik di Jakarta yaitu Kantor Akuntan Publik Ernst & Young Indonesia. Ernst & Young memiliki enam bidang jasa yaitu advisory, assurance, tax, transactions, strategic growth, dan speciality. Selama pelaksanaan magang, penulis bekerja pada divisi assurance di mana penulis bertugas untuk membantu pelaksanaan audit pada PT X. 1.4 Perumusan dan Pembatasan Masalah Selama magang berlangsung, penulis mendapatkan tugas untuk membantu prosedur audit pada akun-akun antara lain kas, piutang dagang, piutang lain-lain, pembayaran dimuka, dan piutang dari pihak-pihak yang berelasi. Selain itu, penulis juga melaksanakan berbagai prosedur seperti sales cutoff, pengiriman konfirmasi, stock opname, serta membantu proses penyusunan laporan keuangan PT X. Dari pelaksanaan magang selama tiga bulan, penulis memilih topik mengenai Penurunan Nilai Piutang Usaha PT X setelah Berlakunya PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006). PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) berlaku sejak tanggal 1 Januari Melalui penerapan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) perusahaan menentukan penurunan nilai piutang dengan melakukan penilaian penurunan nilai piutang secara individu dan kolektif. Perusahaan mempertimbangkan penurunan nilai piutang berdasarkan individu atau per pelanggan. Topik ini diangkat oleh penulis karena topik ini adalah topik yang paling menarik bagi penulis. Penulis menemukan bahwa ternyata PT X belum sepenuhnya menerapkan penentuan penurunan nilai piutang seperti yang

15 3 ditetapkan oleh PSAK terbaru. PT X masih menyisihkan piutang berdasarkan umur piutang (aging schedule). Penulis tertarik untuk melihat bagaimana seharusnya penurunan nilai piutang berdasarkan PSAK terbaru yang seharusnya diterapkan oleh PT X. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui dampak dari tidak dilaksanakannya penentuan penurunan nilai piutang berdasarkan PSAK terbaru pada penyajian cadangan penyisihan piutang tidak tertagih di laporan posisi keuangan. Laporan magang ini akan membahas mengenai penentuan penurunan nilai piutang yang sebenarnya digunakan PT X, penentuan penurunan nilai piutang yang seharusnya digunakan oleh PT X berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), serta dampak dari perbedaan kedua metode tersebut terhadap penyajian nilai cadangan penyisihan piutang tidak tertagih dalam laporan keuangan. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan magang ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1: Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang pelaksanaan magang, tujuan penulisan laporan magang, waktu dan tempat pelaksanaan magang, perumusan dan pembatasan masalah, serta sistematika penulisan. Bab 2: Landasan Teori Bab ini membahas mengenai definisi aset, pengakuan piutang usaha, pengukuran piutang usaha, dan evaluasi penurunan nilai. Selain itu, akan dibahas mengenai klasifikasi aset keuangan menurut PSAK 50 (revisi 2006), pengelompokan instrumen keuangan menurut PSAK 55 (revisi 2006), pengakuan awal aset keuangan dan pengukuran setelah pengakuan awal aset keuangan, serta penurunan nilai dan tidak tertagihnya aset keuangan. Bab ini juga akan membahas proses audit, materialitas, dan audit atas akun piutang usaha.

16 4 Bab 3: Profil Perusahaan Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai profil dan jasa-jasa yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik Ernst & Young Indonesia. Selain itu, bab ini akan membahas mengenai latar belakang PT X dan Entitas Anak sebagai klien dari Kantor Akuntan Publik Ernst &Young. Prosedur audit yang dilaksanakan Kantor Akuntan Publik Ernst & Young atas akun piutang usaha dan piutang lain PT X serta aktivitas-aktivitas magang yang telah dilaksanakan oleh penulis selama magang berlangsung juga dibahas pada bab ini. Bab 4: Pembahasan Bab ini akan menjelaskan mengenai bagaimana siklus penjualan dan pencatatan piutang usaha pada PT X, klasifikasi instrumen keuangan PT X serta pengakuan dan pengukuran piutang usaha PT X menurut PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006). Penentuan penurunan nilai piutang yang digunakan PT X dan penentuan penurunan nilai piutang PT X berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006). Perbedaan penentuan penurunan nilai piutang sebelum dan setelah diterapkannya PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006). Bab ini terakhir membahas mengenai penyajian cadangan penyisihan piutang tidak tertagih pada PT X per 30 Juni Bab 5: Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya serta saran-saran yang bisa diberikan kepada PT X, Kantor Akuntan Publik Ernst & Young, dan Fakultas Ekonomi.

17 2.1 Definisi Aset BAB 2 LANDASAN TEORI Kieso et. al (2011) mendefinisikan aset sebagai sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat dari suatu kejadian masa lampau dan sumber daya tersebut diharapkan menghasilkan manfaat ekonomis di masa yang akan datang bagi perusahaan. Perusahaan kemudian membagi aset ke dalam dua klasifikasi yaitu aset lancar (current asset) dan aset tidak lancar (non-current asset). Aset lancar merupakan kas dan aset lainnya yang akan digunakan perusahaan untuk dikonsumsi, diubah menjadi uang tunai, ataupun dijual dalam satu siklus operasi atau satu tahun, yang mana yang lebih lama waktunya. Komponen dari aset lancar ini antara lain persediaan barang dagangan, piutang, beban dibayar di muka, investasi jangka pendek, serta kas dan setara kas. 2.2 Piutang Usaha Menurut Kieso et. al (2011), piutang yang merupakan aset keuangan dan juga instrumen keuangan diklasifikasikan perusahaan menjadi piutang lancar (current receivable) dan piutang tidak lancar (non-current). Piutang lancar diharapkan akan ditagih oleh perusahaan dalam siklus operasi saat ini ataupun dalam satu tahun, yang mana yang lebih lama. Piutang usaha (trade receivable) dibagi menjadi dua oleh perusahaan yaitu piutang dagang (account receivable) yang merupakan janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang telah dibelinya dan piutang wesel (notes receivable) yang berupa janji tertulis untuk membayar sejumlah uang pada tanggal yang telah ditentukan. Selain itu, terdapat piutang nonusaha (non-trade receivable) yang muncul dari berbagai transaksi. Piutang nonusaha tersebut antara lain uang muka kepada karyawan, uang muka kepada Entitas Anak, dividen dan piutang bunga, deposito sebagai jaminan pembayaran, deposito untuk melindungi kemungkinan kerugian, serta klaim atas perusahaan asuransi atas kerugian yang dialami. 5

18 Pengakuan Piutang Usaha Jumlah yang dicatat sebagai piutang usaha adalah harga pertukaran antara dua pihak, di mana harga pertukaran merupakan jumlah yang harus dibayar oleh debitor. Perusahaan memberikan diskon dagang (trade discount) untuk mengubah harga sesuai dengan jumlah barang yang dibeli, menyembunyikan harga tagihan dari pesaing, serta untuk mengurangi perubahan pada katalog. Ketika perusahan memberikan diskon dagang, perusahaan mencatat piutang sebesar jumlah harga normal dikurangi diskon yang diberikan. Misalnya jika perusahaan menjual barang dagangannya dengan harga Rp500 dan memberikan diskon dagang sebesar Rp50, maka perusahaan akan mencatat piutang dagang sebesar Rp450. Selain diskon dagang, perusahaan juga memberikan diskon tunai (cash discount) atau diskon penjualan (sales discount) dengan tujuan untuk mendorong pembayaran lebih cepat. Contoh dari diskon tunai ini adalah 2/10, n/30 yang berarti jika pembeli membayar barang dagangan dalam waktu sepuluh hari, maka mereka akan mendapatkan diskon sebesar dua persen. Arti dari n/30 adalah piutang akan jatuh tempo dalam waktu 30 hari. Perusahaan dapat mencatat diskon tunai ini dengan metode kotor atau metode neto. Perusahaan yang mencatat diskon tunai dengan metode kotor ini akan mencatat penjualan dan piutang dagang pada jumlah kotor. Ketika perusahaan menerima pembayaran dari pelanggan dalam periode diskon, perusahaan baru akan mencatat diskon penjualan. Diskon penjualan ini merupakan pengurang dari penjualan pada laporan laba rugi. Metode neto berbeda dengan metode kotor. Metode neto menganggap barang yang dijual secara kredit memiliki harga yang lebih tinggi daripada barang yang dijual secara tunai. Pembeli akan membayar barang seharga tunai jika pelanggan membayar barang yang dibelinya pada periode diskon. Perusahaan akan mencatat penjualan dan piutang secara neto. Sebaliknya, jika pembayaran dilakukan setelah periode diskon lewat, maka perusahaan akan mencatat piutang usaha pada debit sebesar jumlah diskon yang tidak terambil dan kredit pada akun diskon penjualan yang hangus (sales discount forfeited). Akun diskon penjualan yang hangus ini merupakan bagian dari pendapatan dan beban lain-lain.

19 7 Metode neto ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini adalah penjualan yang dicatat secara neto menggambarkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan dan nilai piutang dicatat mendekati nilai yang dapat direalisasi. Kelemahan dari metode neto adalah metode ini membutuhkan pencatatan dan analisis yang lebih banyak sehingga lebih jarang digunakan oleh perusahaan. Perusahaan sebaiknya mengukur piutangnya pada nilai wajar dengan mendiskontokan uang kas yang akan diterimanya di masa yang akan datang. Sejumlah uang yang akan diterima perusahaan pada masa yang akan datang memiliki nilai yang berbeda jika uang tersebut diterima perusahaan sekarang. Perusahaan pada praktik nyata mengabaikan pendapatan bunga yang merupakan pendapatan diperoleh setelah periode penjualan. Hal ini disebabkan karena jumlah diskon untuk aset lancar tidak material bagi pendapatan bersih Pengukuran Piutang Usaha Perusahaan mengukur dan melaporkan piutang jangka pendek pada nilai kas yang dapat direalisasi yaitu jumlah bersih yang diharapkan akan dapat diterima dalam bentuk kas. Perusahaan belum tentu dapat menagih seluruh piutang yang dimilikinya kepada pelanggan karena berbagai hal misalnya ketika pelanggan mengalami kesulitan keuangan karena kondisi ekonomi yang memburuk. Oleh karena itu, perusahaan mencatat piutang yang tidak dapat tertagih dengan mencatat beban penyisihan piutang tidak tertagih (bad debt expense atau uncollectible account expense) pada debit. Metode dalam menentukan jumlah yang tidak tertagih dibagi menjadi dua yaitu direct write-off dan allowance method Metode Direct Write-off Perusahaan mencatat jumlah piutang yang tidak dapat tertagih langsung dengan mencatat beban penyisihan piutang tidak tertagih di debit dan piutang usaha di kredit. Metode ini menunjukkan kerugian sesungguhnya dari piutang yang tidak dapat tertagih.

20 8 Metode direct write-off memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini adalah metode ini sederhana dan mudah untuk diterapkan perusahaan. Selain itu, metode ini tidak mencatat estimasi, melainkan fakta. Metode ini juga digunakan untuk tujuan pajak. Kelemahan yang dimiliki metode ini adalah metode ini tidak mencocokkan biaya dengan pendapatan pada periode bersangkutan. Oleh karena itu, metode ini tidak tepat untuk digunakan perusahaan. Metode ini hanya tepat ketika jumlah piutang yang tidak dapat tertagih tidak material Allowance Method (Metode Penyisihan untuk Piutang Tidak Tertagih) Metode ini mengestimasikan jumlah piutang yang tidak dapat tertagih pada akhir setiap periode. Metode ini menyajikan piutang pada laporan posisi keuangan pada nilai kas yang dapat terealisasi yaitu jumlah neto kas yang diharapkan akan diterima oleh perusahaan. IFRS mewajibkan dilaksanakannya metode penyisihan ketika nilai piutang yang tidak dapat tertagih material. Hal penting dari metode ini antara lain: Perusahaan mencocokkan biaya yang diperoleh dari estimasi piutang dagang tidak tertagih dengan pendapatan dalam periode akuntasi yang sama ketika perusahan mencatat pendapatan tersebut. Pada akhir periode, perusahaan mencatat jurnal penyesuaian yaitu mencatat jumlah yang diestimasikan tidak dapat tertagih pada beban penyisihan piutang tidak tertagih di debit dan cadangan penyisihan piutang tidak tertagih (allowance for doubtful accounts) di kredit. Perusahaan akan mencatat jumlah piutang yang dihapus karena tidak dapat tertagih pada cadangan penyisihan piutang tidak tertagih di debit dan piutang usaha di kredit ketika perusahaan melakukan penghapusan piutang. Jika ternyata dari piutang yang telah dihapus pelanggan dapat melunasinya, maka akan dicatat dua jurnal. Jurnal yang pertama membalik jurnal penghapusan piutang. Jurnal yang kedua mencatat penagihan piutang seperti biasa. Hal ini hanya mempengaruhi laporan posisi keuangan perusahaan.

21 9 Dalam menentukan estimasi piutang yang tidak tertagih, perusahaan dapat menggunakan dua dasar yaitu persentase penjualan atau persentase dari piutang. Dasar penentuan berdasarkan persentase penjualan lebih menekankan pada laporan keuangan di mana dilakukan pencocokan beban pada pendapatan. Sebaliknya, persentase piutang lebih menekankan pada laporan posisi keuangan. Perusahaan yang menggunakan pendekatan persentase penjualan (laporan laba rugi) akan mengestimasikan berapa persentase dari penjualan kredit yang tidak dapat tertagih berdasarkan kebijakan kredit dan pengalaman masa lampau. Misalkan perusahaan mengestimasikan lima persen dari penjualan tidak dapat tertagih. Penjualan kredit yang dilakukan perusahaan pada 20XX sebesar Rp Maka pada 31 Desember 20XX, perusahaan akan mencatat jurnal penyesuaian, yaitu: 31 Desember 20XX Beban penyisihan piutang tidak tertagih Rp5.000 (5% x Rp ) Cadangan penyisihan piutang tidak tertagih Rp5.000 Jika pada 31 Desember 20XX perusahaan sebelumnya sudah memiliki cadangan penyisihan piutang tidak tertagih di kredit sebesar Rp4.000, maka saldo akhir dari cadangan penyisihan piutang tidak tertagih adalah sebesar Rp9.000 (Rp Rp5.000) Setelah pembahasan mengenai pendekatan persentase penjualan, berikut akan dijelaskan pendekatan persentase piutang. Pendekatan persentase piutang atau pendekatan laporan posisi keuangan memiliki kelebihan yaitu pendekatan ini mengestimasi nilai piutang yang dapat terealisasi secara tepat. Akan tetapi, pendekatan ini juga memiliki kekurangan yaitu tidak memenuhi konsep mencocokan biaya atas pendapatan. Metode ini dapat diterapkan dengan menggunakan composite rate atau aging schedule (tabel umur) piutang. Dalam tabel umur piutang perusahaan menerapkan persentase yang berbeda pada berbagai kategori umur piutang berdasarkan pengalaman masa lampau. Misalkan sebuah perusahaan memiliki tabel umur piutang sebagai berikut pada 31 Desember 20XX.

22 10 Umur Tabel 2.1 Contoh Tabel Umur Piutang Jumlah dalam Rupiah Persentase yang diestimasikan tidak dapat tertagih Jumlah yang harus ada di penyisihan (Rupiah) Di bawah 60 hari % hari % hari % 300 Lebih dari 120 hari % 500 Saldo akhir cadangan penyisihan piutang tidak tertagih Sumber: Intermediate Accounting, Volume 1, IFRS Edition (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2011) (telah diolah kembali) Jumlah yang harus ada di penyisihan diperoleh dengan mengalikan jumlah piutang dengan persentase yang diestimasikan tidak dapat tertagih. Dari Tabel 2.1, perusahaan harus melaporkan nilai saldo akhir cadangan penyisihan piutang tidak tertagih pada 31 Desember 20XX sebesar Rp Jika sebelum penyesuaian dilakukan, perusahaan memiliki saldo cadangan penyisihan piutang tidak tertagih di kredit sebesar Rp500, maka jurnal penyesuaian perusahaan: 31 Desember 20XX Beban penyisihan piutang tidak tertagih Rp850 (Rp1.350-Rp500) Cadangan penyisihan piutang tidak tertagih Rp850 Sebaliknya, jika sebelum penyesuaian perusahaan memiliki saldo cadangan penyisihan piutang tidak tertagih di debit sebesar Rp100, maka perusahaan akan membuat jurnal penyesuaian seperti: 31 Desember 20XX Beban penyisihan piutang tidak tertagih Rp1.450 (Rp100 + Rp1.350) Cadangan penyisihan piutang tidak tertagih Rp1.450

23 Evaluasi Penurunan Nilai Menurut Kieso et. al (2011), IASB memberikan petunjuk bagi perusahaan untuk menilai apakah piutang dapat dianggap sebagai tidak tertagih. Perusahaan menilai penurunan nilai pada piutang pada setiap periode pelaporan. Perusahaan menilai apakah ada bukti objektif bahwa kejadian yang menimbulkan kerugian telah terjadi. Kejadian tersebut dapat berupa: Renegosiasi persyaratan pembayaran piutang karena pembeli mengalami kesulitan keuangan. Pembeli mengalami masalah keuangan yang serius. Menurunnya aliran kas yang diestimasi akan diperoleh di masa datang dari sekelompok piutang. Penurunan nilai piutang akan terjadi ketika timbul dampak negatif atas aliran kas yang diestimasi akan diterima dari pelanggan di masa yang akan datang yang timbul dari suatu kejadian yang merugikan. Proses penilaian penurunan nilai yang harus dilakukan menurut IASB yaitu: Piutang yang signifikan secara individu harus dinilai penurunan nilainya secara terpisah dan jika mengalami penurunan nilai, harus diakui oleh perusahaan. Piutang yang tidak signifikan secara individu dapat tetapi tidak harus dinilai secara individu. Piutang yang secara individu dinilai yang tidak mengalami penurunan nilai dikelompokkan ke dalam kelompok aset yang memiliki karakteristik risiko kredit sejenis dan dinilai secara kelompok apakah terjadi penurunan nilai. Piutang yang tidak dinilai secara individu harus dinilai secara kolektif untuk penurunan nilai. 2.3 PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) PSAK 50 (Revisi 2006) mendefinisikan instrumen keuangan sebagai kontrak yang menambah nilai aset keuangan dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas. PSAK 50 (Revisi 2006) mengklasifikasikan aset menjadi empat kategori yaitu: a. Kas

24 12 b. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain c. Hak kontraktual: Untuk menerima kas atau aset keuangan dari entitas lain Untuk mempertukarkan kewajiban atau aset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi memberi keuntungan entitas tersebut d. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan: Nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah variabel dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk tujuan ini, instrumen ekuitas yang diterbitkan tidak termasuk instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima atau menyerahkan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas di masa depan. PSAK 55 (Revisi 2006) mengelompokkan instrumen keuangan ke dalam empat kategori antara lain: a. Aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset atau kewajiban keuangan yang termasuk dalam kategori ini adalah aset yang memenuhi salah satu kondisi berikut yaitu aset atau kewajiban diklasifikasikan dalam kelompok yang diperdagangkan dan pada saat pengakuan awal telah ditetapkan entitas pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset atau kewajiban keuangan dapat diklasifikasikan dalam kelompok yang diperdagangkan jika diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dibeli atau dijual kembali dalam waktu dekat. Selain itu, kriteria lainnya adalah aset atau kewajiban tersebut merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan ada bukti tentang pola ambil untung dalam jangka pendek terkini. Kriteria ketiga adalah aset dan kewajiban merupakan derivatif,

25 13 kecuali derivatif yang merupakan instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif atau kontrak jaminan keuangan. Aset dan kewajiban yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah aset dan kewajiban yang memenuhi tiga persyaratan. Menurut PSAK 55 (Revisi 2006), persyaratan pertama adalah jika kontrak memiliki satu atau lebih derivatif melekat. Akan tetapi, jika derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas yang dipersyaratkan kontrak atau jika permisahan derivatif melekat tidak diperkenankan, maka instrumen keuangan tersebut tidak dapat diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Persyaratan kedua adalah ketika pengakuan awal ditetapkan entitas pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dihasilkan informasi yang lebih relevan karena pendekatan ini mengeliminasi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan yang timbul karena penggunaan dasar yang berbeda. Syarat terakhir adalah aset atau kewajiban keuangan dikelola dan dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal pada entitas dan manajemen kunci. b. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo Menurut PSAK 55 (Revisi 2006) investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran telah ditentukan atau tetap dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas memiliki kemampuan dan intensi positif untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Ada tiga pengecualian dari kategori ini yaitu investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok siap dijual, dan investasi yang memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. c. Pinjaman yang diberikan atau piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang merupakan aset keuangan non derivatif dengan pembayaran yang telah ditentukan atau tetap dan tidak memiliki kuotasi pasar aktif. Menurut PSAK 55 (Revisi 2006), ada tiga pengecualian dari

26 14 kategori ini. Pengecualian pertama adalah pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan entitas untuk dijual dalam waktu dekat, diklasifikasikan dalam kelompok yang diperdagangkan, serta pinjaman yang diberikan dan piutang yang ditetapkan entitas sebagai sebagai aset keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal. Pengecualian yang kedua adalah pinjaman yang diberikan dan piutang yang ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual ada saat pengakuan awal. Pengecualian terakhir adalah pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang dikarenakan penurunan kualitas piutang dan pinjaman yang diberikan, serta diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual. d. Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual Aset ini merupakan aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai piutang atau pinjaman yang diberikan, aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, atau investasi yang diklasifikasikan ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo Pengakuan Awal Aset Keuangan dan Pengukuran setelah Pengakuan Awal Aset Keuangan PSAK 55 (Revisi 2006) menetapkan bahwa entitas mengakui aset keuangan dan kewajiban keuangan pada neraca, jika dan hanya jika, entitas menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pada saat pengakuan awal aset keuangan dan kewajiban keuangan, entitas mengukur aset dan kewajiban tersebut pada nilai wajarnya. Jika aset dan kewajiban keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang bisa diatribusikan langsung dengan penerbitan aset keuangan, perolehan, atau kewajiban keuangan. Entitas mengukur aset keuangan termasuk derivatif yang diakui sebagai aset pada nilai wajarnya tanpa dikurangi biaya transaksi yang mungkin timbul saat penjualan atau pelepasan lain setelah pengakuan awal. Terdapat tiga aset yang

27 15 dikecualikan dari pendekatan ini. Pengecualian pertama berlaku pada pinjaman yang diberikan dan piutang, di mana aset keuangan ini diukur dengan biaya perolehan diamortisasi dengan metode suku bunga efektif. Pengecualian kedua adalah investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo yang juga diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan suku bunga efektif. Pengecualian yang terakhir adalah investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan pengukuran nilai wajar tidak dapat dilakukan secara handal, serta derivatif yang terkait dengan dan diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Aset yang masuk ke dalam pengecualian ketiga ini diukur pada biaya perolehan Penurunan Nilai dan Tidak Tertagihnya Aset Keuangan PSAK 55 (Revisi 2006) menetapkan bahwa entitas harus mengevaluasi apakah ada bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai pada setiap tanggal neraca. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, ada bukti objektif tentang penurunan nilai tersebut yang ditimbulkan satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset. Peristiwa yang merugikan tersebut menimbulkan dampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006), sulit untuk mengidentifikasikan satu peristiwa tertentu yang mengakibatkan penurunan nilai karena penurunan nilai diakibatkan oleh dampak kombinasi beberapa peristiwa. Entitas tidak mengakui kerugian yang diperkirakan timbul akibat peristiwa masa datang. Bukti objektif menurut PSAK 55 (Revisi 2006) antara lain: Kesulitan keuangan signifikan yang dialami pihak peminjam atau penerbit Pelanggaran kontrak, misalnya terjadi wanprestasi atau tunggakan pembayaran bunga atau pokok Pemberian keringanan atau konsesi oleh pihak pemberi pinjaman kepada pihak peminjam karena kesulitan keuangan yang dialami oleh pihak peminjam

28 16 Adanya kemungkinan bahwa peminjam akan melakukan reorganisasi keuangan atau dinyatakan pailit Hilangnya pasar aktif aset keuangan karena kesulitan keuangan Munculnya indikasi dari data yang dapat diobservasi bahwa adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset yang dimaksud, sekalipun penurunan tersebut belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut Ada kemungkinan bahwa data yang dapat diobservasi untuk mengestimasi jumlah kerugian penurunan nilai terbatas atau tidak lagi relevan dengan situasi terkini. Oleh karena itu, entitas menggunakan pertimbangan berdasarkan pengalaman sebelumnya untuk mengestimasi kerugian penurunan nilai. Selain itu, entitas juga menggunakan pertimbangan berdasarkan pengalaman sebelumnya untuk menyesuaikan data yang dapat diobservasi tentang kelompok aset keuangan untuk mencerminkan keadaan saat ini. a. Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi Jika ada bukti objektif bahwa terjadi kerugian penurunan nilai atas piutang dan pinjaman yang diberikan atau investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, maka kerugian diukur. Pengukuran kerugian dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto dengan suku bunga efektif awal dan aset tersebut. Nilai aset dikurangi langsung atau dengan pos cadangan serta jumlah kerugian diakui pada laporan laba rugi. Untuk aset keuangan ini, entitas menentukan apakah ada bukti objektif penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual. Selain itu, untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual, entitas juga harus menentukan apakah terdapat bukti penurunan secara individual atau kolektif. Aset yang dinilai secara individual, baik yang signifikan maupun yang tidak signifikan, jika entitas tidak menentukan adanya bukti objektif tentang penurunan nilai aset tersebut, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset yang memiliki karakteristik risiko kredit sejenis. Kemudian, entitas menilai penurunan nilai kelompok secara kolektif. Aset dinilai secara individual

29 17 penurunan nilainya dan kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jika jumlah kerugian penurunan nilai berkurang pada periode berikutnya, maka kerugian harus dipulihkan. Pemulihan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan pos cadangan, tetapi pemulihan tersebut tidak boleh menyebabkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan dilakukan. Entitas mencatat jumlah pemulihan aset keuangan ini pada laporan laba rugi. Pedoman Aplikasi PSAK 55 (Revisi 2006) menjelaskan bahwa proses estimasi terhadap penurunan nilai mempertimbangkan seluruh eksposur pinjaman yang diberikan, bukan hanya yang berkualitas rendah. Hasil dari proses estimasi tersebut dapat berupa satu nilai kerugian atau kisaran (range). Selain itu, menurut Pedoman Aplikasi PSAK 55 (Revisi 2006), arus kas masa datang dan kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi entitas secara kolektif, diestimasi berdasarkan kerugian historis yang pernah dialami aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sama dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut. b. Aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan Pada aset ini, entitas mengukur jumlah kerugian penurunan nilai berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dan estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa. Menurut PSAK 55 (Revisi 2006), kerugian penurunan nilai ini tidak dapat dipulihkan. c. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual Jika terdapat bukti objektif bahwa aset mengalami penurunan nilai dan penurunan nilai wajar aset keuangan dalam kelompok ini telah diakui secara langsung, maka kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui secara langsung dalam ekuitas harus dikeluarkan dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi sekalipun aset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya.

30 18 PSAK 55 (Revisi 2006) menyatakan bahwa jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari ekuitas dihitung dari selisih antara biaya perolehan (setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi) dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi. 2.4 Teori Audit Proses Audit Arens et. al (2009) menyatakan bahwa auditing merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria yang ditentukan. Proses audit terbagi ke dalam empat tahap sebagai berikut: a. Merencanakan dan mendesain pendekatan audit. Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari proses penilaian risiko yang berhubungan dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, pemahaman akan bisnis dan industri klien, penilaian risiko bisnis klien, dan pelaksanaan prosedur analistis awal untuk menilai inherent risk dan acceptable audit risk. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit, inherent risk, control risk, dan fraud risk untuk mengembangkan perencanaan dan program audit. b. Melaksanakan test of controls dan substantive test of transactions. Test of controls bertujuan untuk memperoleh bukti yang mendukung pengendalian spesifik dan substantive test of transactions bertujuan untuk memperoleh bukti yang mendukung kebenaran nilai moneter dari transaksi. Ketika pengendalian dianggap tidak efektif atau ketika auditor menemukan adanya penyimpangan, tes substantif dapat dikembangkan di tahap ini atau di tahap berikutnya dengan mempertimbangkan dampaknya pada laporan auditor atas pengendalian internal. c. Melaksanakan prosedur analitis dan test of detail of balances Sasaran dari tahap ini adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang cukup untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki di laporan keuangan disajikan secara wajar. Sifat dan luas dari pekerjaan akan tergantung pada temuan

31 19 dari tahap sebelumnya. Prosedur analitis substantif menilai kewajaran dari transaksi dan saldo. Test of detail of balances menguji salah saji keuangan pada saldo di laporan keuangan. d. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit Tahap keempat ini memiliki beberapa bagian. Bagian yang pertama adalah melakukan tes tambahan untuk presentasi dan penyajian. Auditor menjalankan tes substantif untuk memperoleh bukti yang memadai bahwa informasi yang tersaji dalam catatan kaki menunjukkan transaksi dan saldo yang sesungguhnya. Bagian kedua dari tahap keempat adalah mengumpulkan bukti akhir yang terdiri dari: menjalankan prosedur analitis final, mengevaluasi asumsi goingconcern, memperoleh surat representasi klien, dan membaca informasi yang terdapat pada laporan tahunan untuk memastikan bahwa informasi tersebut konsisten dengan laporan keuangan. Bagian berikutnya adalah menerbitkan laporan audit dan mengomunikasikan kekurangan pengendalian internal yang signifikan kepada komite audit dan manajemen senior Materialitas Materialitas adalah besarnya salah saji atau penghilangan dari informasi akuntansi yang memungkinkan pertimbangan dari orang yang mengandalkan informasi tersebut berubah atau terpengaruh karena adanya salah saji tersebut. Terdapat lima tahap dalam menerapkan materialitas dalam audit, yaitu: a. Tahap pertama adalah menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas yaitu jumlah maksimum di mana auditor percaya bahwa laporan bisa saja salah saji dan salah saji tersebut masih belum mempengaruhi keputusan dari pengguna. Dasar untuk penentuan materialitas dapat menggunakan pendapatan bersih setelah pajak, penjualan bersih, laba kotor, dan aset total. Selama audit, auditor dapat mengubah pertimbangan awal saldo materialitas. Istilah ini yang disebut sebagai pertimbangan materialitas yang diperbaiki. b. Tahap kedua adalah mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke segmen (tolerable misstatement). Hal ini dapat membantu

32 20 auditor untuk menentukan bukti audit yang sesuai untuk dikumpulkan. Tolerable misstatement merupakan jumlah pertimbangan awal materialitas yang dialokasikan pada akun-akun. c. Tahap ketiga adalah mengestimasikan salah saji total di segmen. d. Tahap keempat adalah mengestimasi salah saji gabungan. e. Tahap kelima adalah membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal materialitas. Salah saji terbagi menjadi dua yaitu known misstatement dan likely misstatement. Known misstatement adalah salah saji di mana auditor dapat menentukan jumlah salah saji dari suatu akun. Likely misstatement terdiri dari dua tipe yaitu salah saji yang timbul dari perbedaan pertimbangan auditor dan manajemen dalam mengestimasi nilai akun serta salah saji proyeksi berdasarkan tes auditor atas sampel dari populasi. Sampling error adalah risiko sampel tidak secara akurat mewakili populasi Audit atas Akun Piutang Usaha Tujuan audit terkait saldo untuk akun piutang usaha terdiri dari: Completeness: semua piutang usaha yang ada tercatat. Detail tie-in: piutang usaha dalam daftar umur piutang usaha sesuai dengan jumlah yang tertera dalam master file dan jumlah ditotalkan secara benar serta sesuai dengan buku besar. Existence: piutang usaha yang dicatat benar-benar ada. Classification: piutang usaha diklasifikasikan secara benar. Accuracy: saldo piutang usaha dicatat secara akurat. Cutoff: piutang usaha dicatat pada periode yang sesuai. Realizeable value: piutang usaha dicatat pada nilai yang dapat direalisasikan. Rights: klien memiliki hak atas piutang usaha. Untuk setiap tujuan audit terkait saldo untuk akun piutang dagang, dapat dilakukan beberapa tes. Tujuan completeness dapat dipenuhi melalui pelaksanaan produr analitis. Tes untuk tujuan detail tie-in adalah dengan melakukan prosedur footing pada kolom yang ada di daftar umur piutang usaha dan membandingkan

33 21 totalnya dengan buku besar. Selain itu, auditor dapat menelusuri sampel dari saldo individu ke dokumen pendukung seperti faktur penjualan duplikat untuk memastikan nama pelanggan, jumlah, dan umur piutang. Tujuan audit yang ketiga yaitu existence dapat dipenuhi melalui pengiriman konfirmasi saldo piutang pelanggan. Ketika pelanggan tidak merespon terhadap konfirmasi, auditor dapat melihat dokumen pendukung untuk memverifikasi pengiriman barang dan bukti dari penerimaan kas berikut untuk menentukan apakah piutang tertagih. Tes yang dilakukan auditor untuk tujuan audit classification adalah melihat apakah klien telah secara tepat memisahkan piutang dari pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan piutang usaha klien. Untuk tujuan accuracy, auditor dapat mengirimkan konfirmasi kepada pelanggan. Untuk tujuan cutoff, ada tiga pendekatan yang dilakukan auditor: Menentukan kriteria yang tepat untuk cutoff. Mengevaluasi apakah klien telah menerapkan prosedur yang cukup untuk menentukan cutoff yang masuk akal. Menguji apakah cutoff benar. Untuk tujuan piutang usaha dinyatakan pada nilai yang dapat direalisasikan, auditor dapat menyiapkan audit schedule untuk menganalisis akun penyisihan untuk piutang yang tidak dapat tertagih. Auditor mengevaluasi kecukupan dari penyisihan dengan melihat akun pada daftar umur piutang untuk menentukan piutang mana yang belum dibayar pada tanggal laporan posisi keuangan berikutnya. Untuk menguji apakah klien memiliki hak untuk piutang, auditor dapat meninjau notulen rapat, berdiskusi dengan klien, dan mengirimkan konfirmasi pada bank.

34 BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN DAN AKTIVITAS MAGANG 3.1 Profil Perusahaan Kantor Akuntan Publik Ernst & Young Pada saat pelaksanaan magang, penulis ditempatkan untuk bekerja pada Kantor Akuntan Publik Ernst & Young yang berlokasi di Jakarta. Kantor Akuntan Publik Ernst & Young merupakan salah satu KAP (Kantor Akuntan Publik) Big Four yang ada di Indonesia. KAP Ernst & Young telah menjadi Limited Liability Partnership sejak tahun 1989 melalui merger antara KAP Ernst & Whinney dengan Arthur Young & Co. KAP ini berpusat di London, Inggris. Ernst & Young menawarkan berbagai macam jasa bagi kliennya, antara lain: a. Business Advisory Services Divisi ini memberikan saran bagi klien untuk mencapai sasarannya dan memperoleh peningkatan berkelanjutan. Divisi ini membantu klien untuk mengatur risiko, mengubah kinerja bisnis dan mempertahankan peningkatan kinerja. Jasa yang diberikan kepada klien di divisi ini adalah jasa untuk mengembangkan dan menerapkan program manajemen risiko dalam pengambilan keputusan dan kegiatan operasional klien. Divisi Business Advisory Services ini juga memberikan jasa kepada klien untuk meninjau dan mengubah fungsi audit internalnya agar klien lebih siap menghadapi berbagai tantangan. b. Assurance Services Divisi ini menggunakan pendekatan di mana audit yang didesain bagi setiap klien berfokus pada risiko yang paling signifikan bagi laporan keuangan dan penting bagi profil risiko klien. Pendekatan audit berbasis risiko tersebut adalah pendekatan yang terintegrasi sebab pengujian atas pengendalian internal klien yang mendasari audit atas laporan keuangan telah dipertimbangkan. Selain itu, jasa lain yang diberikan adalah membantu klien menghadapi masalah fraud, kepatuhan terhadap hukum, dan perselisihan bisnis. Divisi ini menginvestigasi aktivitas keuangan yang tidak biasa, mencari bukti elektronik dan meninjau laporan keuangan. Dalam divisi Assurance Services ini, terdapat empat grup antara lain: Banking, Commerce, and Insurance (BCI) 22

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Piutang Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud. BAB II LANDASAN TEORI Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas, Standar Akuntansi

Lebih terperinci

PIUTANG. Slide 4-1. Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting

PIUTANG. Slide 4-1. Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Dosen : Christian Ramos Kurniawan PIUTANG 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Piutang Piutang adalah klaim kepada pelanggan atau pihakpihak lain

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang  Herry (2009:266) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1 Modul ke: 03Fakultas Nama Ekonomi dan Bisnis Audit II Competing The Test In The Sales And Collection Cycle:Accounts Receivable (Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha)

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh paragraf

Lebih terperinci

FINANCIAL INSTRUMENT

FINANCIAL INSTRUMENT Pelaporan Akuntans Keuangan- Financial Instrument 1 FINANCIAL INSTRUMENT Dwi Martani Latar Belakang Revisi PSAK 50-55 2 Perkembangan standar Internasional IFRS 30 dan 39 Investor melakukan investasi secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N JURNAL Perusahaan menjual produk seharga Rp. 100.000,- dengan harga pokok 60% dari harga

Lebih terperinci

CASH and RECEIVABLES

CASH and RECEIVABLES CHAPTER 7 CASH and RECEIVABLES Bab ini membahas mengenai elemen dari Laporan Keuangan, yaitu current assets Cash and Cash Equivalents and Receivables. Untuk kas, kata kuncinya adalah internal kontrol dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen 1 LAPORAN KEUANGAN - Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Laporan Aset dan Kewajiban Laporan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha SA 0 Kelangsungan Usaha SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 KELANGSUNGAN USAHA (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Tinjauan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 : 1198 ) adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, ( sesudah mempelajari, menyelidiki

Lebih terperinci

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa?

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa? RECEIVABLES 1. Apa itu receivables? - Receivables merupakan financial asset. - Receivables adalah klaim yang dimiliki terhadap konsumen dan lainnya, atas uang, barang atau jasa. 2. Ada berapa jenis receivables?

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar, umumnya berupa kas yang masih akan diterima di masa yang akan datang dan terdapat

Lebih terperinci

AUDITING INVESTASI. SA Seksi 332. Sumber: PSA No. 07

AUDITING INVESTASI. SA Seksi 332. Sumber: PSA No. 07 SA Seksi 332 AUDITING INVESTASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN TERHADAP KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mengaudit investasi dalam efek, yaitu efek utang dan efek ekuitas,

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT ANUGERAH JASA AUTOMOTIVE DI MAKASSAR

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT ANUGERAH JASA AUTOMOTIVE DI MAKASSAR ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT ANUGERAH JASA AUTOMOTIVE DI MAKASSAR Oleh : Nova Chandra Email : novachandra59@yahoo.com Pembimbing I : Faridah Email : faridah_ku@yahoo.com

Lebih terperinci

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables)

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables) RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables) Receivable yang timbul dari penjualan kredit biasanya diklasifikasikan sebagai account receivable atau notes receivable.

Lebih terperinci

AKUTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AKUTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN AKUTANSI PERPAJAKAN Akuntansi Pajak atas Piutang Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Magister Akuntansi 04 Kode MK Dr. Suhirman Madjid, SE,MSi,Ak, CA Abstract

Lebih terperinci

Investasi Stock. Pertemuan ke 7

Investasi Stock. Pertemuan ke 7 Investasi Stock Pertemuan ke 7 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Surat Utang Investasi di Instrumen Ekuitas Latihan dan Pembahasan.. 2 Mahasiswa mampu : Tujuan Pemelajaran 1.

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang Banyak perusahaan menjual produknya secara kredit agar dapat meningkatkan volume penjualannya, sehingga penerimaan kas pun akan lebih meningkat. Penjualan kredit tidak

Lebih terperinci

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS AGUNG YUDIVIANTHO 0806432101 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Nur Fadilla, Sofatul Lail Lisa, Rohmania Nur Laily, Fitriya Indah Wahyuni nurfadilajuniandra@gmail.com Abstrak Instrumen keuangan adalah

Lebih terperinci

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING LIMITED HEARING PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan 14 November 2006 TUJUAN PSAK 50 (1998) Vs PSAK 50 (2006) Menyamakan pengaturan akuntansi dan pelaporan investasi efek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah badan atau organisasi yang didirikan untuk menyediakan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Globalisasi perekonomian di

Lebih terperinci

PT PARAMITA BANGUN SARANA Tbk

PT PARAMITA BANGUN SARANA Tbk PT PARAMITA BANGUN SARANA Tbk Laporan Keuangan Interim Pada Tanggal 30 Juni 2017 Dan Untuk Periode Enam Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal Tersebut (tidak diaudit) (Mata Uang Rupiah Indonesia) Have been

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Akuntansi Pajak atas Piutang Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com

Lebih terperinci

Investasi Stock. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 7. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Investasi Stock. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 7. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Investasi Stock - Pertemuan 7 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Surat Utang Investasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Penjualan barang dan jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa sampai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi BAB II BAHAN RUJUKAN Akuntansi berasal dari kata accounting, yang artinya bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Berikut klasifikasi dari transaksi pada siklus penjualan dan penagihan :

BAB II PEMBAHASAN. Berikut klasifikasi dari transaksi pada siklus penjualan dan penagihan : BAB I PENDAHULUAN Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai laba adalah dengan melakukan penjualan. Penjualan merupakan salah satu usaha perusahaan untuk mencapai tujuan perusahan, sebab penjualan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahuntahun yang berakhir pada tanggal tersebut

LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahuntahun yang berakhir pada tanggal tersebut DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen 1 LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahuntahun yang berakhir pada tanggal tersebut Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

TAKSIRAN KERUGIAN PIUTANG TAK TERTAGIH (Uncollectible Accounts)

TAKSIRAN KERUGIAN PIUTANG TAK TERTAGIH (Uncollectible Accounts) (Tulisan ini dimaksudkan untuk menanggapi materi yang disampaikan oleh rekan-rekan saya, juri Akuntansi LKS Tingkat Nasional pada pertemuan dengan guru-guru pedamping pada tanggal 22 November 2011 di SMK

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. Kecuali ditentukan lain, entitas harus menerapkan amandemen dalam

Lebih terperinci

Investasi - Bonds Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Investasi - Bonds Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Investasi - Bonds - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Utang Investasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. 1.1 Data Responden. : Irwan Syafrudin. : Tax Accounting Manager. 1.2 Hasil Wawancara

LAMPIRAN A. 1.1 Data Responden. : Irwan Syafrudin. : Tax Accounting Manager. 1.2 Hasil Wawancara LAMPIRAN 80 81 LAMPIRAN A WAWANCARA EVALUASI KETEPATAN PELAPORAN KEUANGAN TERHADAP STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM SEBAGAI DASAR PENGUNGKAPAN KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus Pada PT Jasa

Lebih terperinci

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN 30 JUNI 2012 (TIDAK DIAUDIT) DAN 31 DESEMBER 2011 (DIAUDIT) DAN (Mata Uang Rupiah) PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian akuntansi

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian akuntansi BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi 2.1.1 Pengertian akuntansi Akuntansi berasal dari kata asing yaitu accounting, yang artinya bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SPR 00 Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 00 PERIKATAN UNTUK REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan

Lebih terperinci

PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN OVERVIEW Ringkasan perubahan Standar Akuntansi Standar akuntansi yang berlaku efektif sebelumnya Cakupan Standar akuntansi yang berlaku efektif saat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan kredit, oleh karena itu besar kecilnya penjualan kredit akan berpengaruh langsung terhadap jumlah piutang. Piutang merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

Trade Debt & Other Debt AUDIT

Trade Debt & Other Debt AUDIT Trade Debt & Other Debt AUDIT PEMERIKSAAN PIUTANG DAN PIUTANG LAINNYA 2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 7-1 Konsep Piutang *SAK* Menurut sumber terjadinya Piutang

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG USAHA YANG TAK TERTAGIH PADA PT DS

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG USAHA YANG TAK TERTAGIH PADA PT DS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG USAHA YANG TAK TERTAGIH PADA PT DS OLEH: MARIA JESSICA VIANNEY SIDHARTA 3205013008 PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN PENDAHULUAN BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN Siklus investasi instrumen keuangan adalah siklus investasi pada sekuritas obligasi atau saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain, baik

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-v AKUNTANSI PIUTANG AKUNTANSI PAJAK. Iwan Efriandy, SE.,M.Si.Ak.CA

Pertemuan ke-v AKUNTANSI PIUTANG AKUNTANSI PAJAK. Iwan Efriandy, SE.,M.Si.Ak.CA AKUNTANSI PIUTANG PIUTANG Merupakan bagian dari aset lancar yang diharapkan dapat direalisasikan dalam siklus aset operasi berjalan. Jenis piutang menurut sumber terjadinya: Piutang usaha (account receivable-a/r):

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan tidak terlepas dari perekonomian suatu negara. Perusahaan baru akan tumbuh secara cepat jika memiliki perekonomian yang baik dan sehat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 31 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN Instrumen Keuangan: Pengungkapan ED PSAK (Revisi 0) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. INSTRUMEN KEUANGAN: PENGUNGKAPAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf -

Lebih terperinci

Modul ke: Receivables. Fakultas FASILKOM. Ermian Challen, SE,Ak.,M.Ak. Program Studi Sistem Informasi

Modul ke: Receivables. Fakultas FASILKOM. Ermian Challen, SE,Ak.,M.Ak. Program Studi Sistem Informasi Modul ke: 14 Auliffi Fakultas FASILKOM Receivables Ermian Challen, SE,Ak.,M.Ak Program Studi Sistem Informasi Piutang Pengantar Akuntansi Penggolongan Piutang 2-1 Penggolongan Piutang Piutang (receivables)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahap penyelesaian audit sangat mempengaruhi keberhasilan hasil audit. Tahap ini sangat penting dan dilaksanakan setelah pelaksanaan audit atas berbagai siklus. Keputusan

Lebih terperinci

Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang Pada Unit Bisnis Infrastruktur PT PLN Batam

Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang Pada Unit Bisnis Infrastruktur PT PLN Batam Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang Pada Unit Bisnis Infrastruktur PT PLN Batam Shinta Wahyu Hati 1) Yulia Nababan 2) Jurusan Manajemen Bisnis, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 shinta@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP PERIODE : JANUARI JUNI 2018

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP PERIODE : JANUARI JUNI 2018 SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP 2017 2018 PERIODE : JANUARI JUNI 2018 1. Kelompok Mata Kuliah : Akuntansi 2. Nama Mata Kuliah : Pengantar Akuntansi 2 3. Kode Mata Kuliah : EKO

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 PERENCANAAN

Lebih terperinci

PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2014

PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2014 PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK Lampiran 1/1 LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN ASET 31 Desember 31 Desember

Lebih terperinci

REKSA DANA ABERDEEN INDONESIA MONEY MARKET FUND (d/h REKSA DANA NISP DANA SIAGA)

REKSA DANA ABERDEEN INDONESIA MONEY MARKET FUND (d/h REKSA DANA NISP DANA SIAGA) Laporan Keuangan Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 Beserta Laporan Auditor Independen DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN TENTANG

Lebih terperinci

Pencatatan dan Pelaporan Piutang

Pencatatan dan Pelaporan Piutang Akuntansi Pengantar Pencatatan dan Pelaporan Piutang Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS Warsidi 8-1 Tujuan Pembelajaran 1. Mengidentifikasi jenis-jenis piutang. 2. Menjelaskan bagaimana pengakuan piutang

Lebih terperinci

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK

PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK PT SEKAWAN INTIPRATAMA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN 30 JUNI 2014 (TIDAK DIAUDIT) DAN 31 DESEMBER 2013 (DIAUDIT) DAN (Mata Uang Rupiah) Approved by: PT SEKAWAN INTIPRATAMA

Lebih terperinci

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET DANAREKSA BTN03 KPR BTN

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET DANAREKSA BTN03 KPR BTN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember dan Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember dan Catatan Aset Bank

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. uang. Pada tingkat pribadi kita mengenai kredit, maka kredit adalah siap tersedia

BAB II BAHAN RUJUKAN. uang. Pada tingkat pribadi kita mengenai kredit, maka kredit adalah siap tersedia 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian piutang Piutang dihasilkan melalui berbagai macam transaksi dua hal yang paling umum yaitu penjualan barang dagang atau jasa dengan kredit dan meminjamkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang a. Pengertian Piutang Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan penjualan

Lebih terperinci

Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital

Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital Owners Equity 1 A. Karakteristik Siklus Perolehan dan Pembayaran Capital Siklus ini meliputi perolehan dan pembayaran kembali capital

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB XIV AKUNTANSI PIUTANG

BAB XIV AKUNTANSI PIUTANG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AKUNTANSI BAB XIV AKUNTANSI PIUTANG Drs. Heri Yanto, MBA, PhD Niswah Baroroh, SE, M.Si Kuat Waluyojati, SE, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut

LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen 1 LAPORAN KEUANGAN Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan

Lebih terperinci

PT PARAMITA BANGUN SARANA Tbk

PT PARAMITA BANGUN SARANA Tbk Laporan Keuangan Interim Pada Tanggal 31 Maret 2018 Dan Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal Tersebut (tidak diaudit) (Mata Uang Rupiah Indonesia) FINAL DRAFT Have been reviewed and approved

Lebih terperinci

PT ALKINDO NARATAMA TBK

PT ALKINDO NARATAMA TBK ARSYAD & REKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PT ALKINDO NARATAMA TBK LAPORAN KEUANGAN INTERIM BESERTA LAPORAN AKUNTAN INDEPENDEN 30 SEPTEMBER 2011 (DIREVIEW), 31 DESEMBER 2010 (DIAUDIT) DAN UNTUK SEMBILAN BULAN

Lebih terperinci

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN PSAK 71 Instrumen Keuangan Direncanakan Efektif 1 Januari 2019 Klasifikasi dan pengukuran untuk instrumen keuangan. Klasifikasi amortized cost dan fair

Lebih terperinci

REKSA DANA TERPROTEKSI LIPPO TERPROTEKSI III LAPORAN KEUANGAN Untuk periode terhitung tanggal 4 April 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 Beserta

REKSA DANA TERPROTEKSI LIPPO TERPROTEKSI III LAPORAN KEUANGAN Untuk periode terhitung tanggal 4 April 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 Beserta LAPORAN KEUANGAN Beserta LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN Beserta LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Manajer Investasi dan Bank Kustodian Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

Afifudin, SE., M.SA.,Ak.

Afifudin, SE., M.SA.,Ak. Afifudin, SE., M.SA.,Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193 Malang 65144, Telp. 0341-571996, 551932, Fax. 552249 E_mail: afifudin26@gmal.com atau afifudin_aftariz@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

Lebih terperinci

PT GOLDEN RETAILINDO Tbk. Laporan Keuangan Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2012 Dan 2011 Dan Laporan Auditor Independen

PT GOLDEN RETAILINDO Tbk. Laporan Keuangan Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2012 Dan 2011 Dan Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Dan Laporan Auditor Independen LAPORAN KEUANGAN Dan Laporan Auditor Independen Daftar Isi Laporan Auditor Independen Halaman Laporan Posisi Keuangan... 1-2 Laporan Laba Rugi Komprehensif...

Lebih terperinci

PT GOLDEN RETAILINDO Tbk. Laporan Keuangan Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012 Dan Laporan Auditor Independen

PT GOLDEN RETAILINDO Tbk. Laporan Keuangan Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2013 Dan 2012 Dan Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Dan Laporan Auditor Independen LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Laporan No. ASR/L-102/14 Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi PT Golden Retailindo Tbk Kami telah mengaudit laporan keuangan

Lebih terperinci

PT MITRA PEMUDA TBK DAN ENTITAS ANAK

PT MITRA PEMUDA TBK DAN ENTITAS ANAK PT MITRA PEMUDA TBK DAN ENTITAS ANAK Laporan Keuangan Konsolidasian Tanggal 31 Desember 2016 Dan Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal Tersebut Beserta Laporan Auditor Independen (Mata Uang Rupiah Indonesia)

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan ini sudah direvisi dengan PSAK 1 (revisi 1998) - Penyajian Laporan Keuangan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK PENDAHULUAN 01 Pernyataan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. IV.1.1. Penyajian Instrumen Keuangan Terdapat beberapa perubahan pada pos instrumen

Lebih terperinci

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Audit atas Estimasi Akuntansi SA Seksi 342 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Sumber: PSA No. 37 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit kompeten

Lebih terperinci