BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1Koperasi Pengertian Koperasi Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau berusaha. Jadi kata cooperation dapat diartikan bekerja bersama-sama atau usaha bersama untuk kepentingan bersama. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis. Berikut ini adalah beberapa pengertian koperasi sebagai pegangan untuk mengenal koperasi lebih jauh. koperasi Menurut pendapat Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, (2001 : 17) tentang suatu perkumpulan yang beranggotakan orang perorangatau badan hukum, yang memeberikan kebebasan kepada anggota untukmasuk dan keluar, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankanusaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Hal ini juga ditambahkan oleh ILO dalam Revrisond Baswir, (2000 : 2 ) tentang pengertian koperasi suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan. 8

2 Pengertian koperasi di Indonesia dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian yang menyebutkan bahwa koperasi koperasi badan usaha yang beranggotakan orang - orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Menurut Undang-undang no 17 tahun 2012 pasal 1, tentang pengertian badanhukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untukmenjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan koperasi dalam penelitian ini adalah perkumpulan orang atau badan usaha yang memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai kesejahteraan ekonomi yang berlandaskan asas kekeluargaan Tujuan Koperasi Menurut UU 17 Tahun 2012 Pasal 4 koperasi bertujuan, Meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Menurut Untung, (2004: 5) koperasi pada hakekatnya, Melayani semua kebutuhan anggota pada tingkat terbaik, baik dalam tingkat kondisi ekonomi, sosial maupun kondisi politik yang beragam. Pengertian tersebut maka keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya dapat diukur daripeningkatan kesejahteraan anggota. Kesejahteraan bermakna 9

3 sangat luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya., hal ini karena pada umumnya sifat dar manusia yang tidak akan pernah puas terhadap keadaan, maka dari itu kesejahteraan selalu dikejar tanpa batas. Walaupun demikian, menurut Arifin dkk, (2001: 19) keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan anggota melibatkan koperasi. Menurut pengertian teori ekonomi klasik, tingkat kesejahteraan itu dapat ditandai dengan tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan riil seseorang atau masyarakat meningkat, maka kesejahteraan ekonomi seseorang atau masyarakat tersebut juga meningkat. Dengan demikian, tujuan koperasi itu diwujudkan dalam bentuk meningkatnya pendapatan riil para anggotanya. Pengertian kesejahteraan yang bersifat abstrak dan relatif tersebut dapat diubah menjadi pengertian yang lebih nyata dalam bentuk pendapatan, sehingga pengukurannya dapat dilakukan dengan lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan tujuan koperasi dalam penelitian ini adalah untuk menyejahterakan anggotanya melalui pelayanan usaha, dalam hal ini maka pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum Peran Koperasi Menurut Untung, (2004 : 5) Koperasi pada umumnya dinyatakan Melayani kebutuhan semua anggota pada tingkat terbaik, baik dalam kondisi ekonomi, sosial maupun kondisi politik yang beragam. 10

4 Koperasi dibentuk sesuai dengan kebutuhan anggotanya (dengan kosekwensi bentuknya beragam sehingga tidak harus sama bentuknya, dan ketentuan dirumuskan sebagai standar acuan dengan mencakup syarat minimum yang harus dipenuhi), maupun berdasarkan pengalaman atau mengakomodasi unsur-unsur budaya lokal. Menurut Pandji, dkk (2003: 164) dijabarkan bahwa peran koperasi yang paling penting adalah untuk mengatur penggunaan sumber-sumber secara efektifyang diberikan oleh pemerintah pusat dan untuk memobilisasikan sumber-sumbersetempat secara cukup dalam proses pembangunan. Koperasi juga dapat memainkan perannya dalam memberikan input-input produksi dan pelayanan yang diperlukan oleh para anggotanya maupun mengelola input-input dan pelayanan yang berasal dari berbagai saluran dalam sistem lembaga. Selanjutnya, koperasi dapat meningkatkan kemampuan para anggotanya dalam berorganisasi secara efektif, sehingga para anggotanya mempunyai kesempatan yang besar dalam mengartikulasikan kebutuhan-kebutuhan dan tutuan mereka. Koperasi juga dapat berperan sebagai penghubung antara penduduk dan lembaga-lembaga nasional yang menguasai sumber-sumber dan kebijakan. Dengan demikian, koperasi dapat memberikan sumbangannya bagi keberhasilan pembangunan dalam konteks memperbaiki atau meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan-kesempatan kerja dan memberikan pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan penduduk. 11

5 Menurut Undang-undang No 25 tahun 1992 pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran dari koperasi adalah sebagai berikut: 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dan koperasi sebagai soko gurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 5. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa. Namun dari berbagai peran koperasi tersebut akan dapat terwujud jika ada peran serta dari masyarakat dan anggotanya, tanpa adanya dukungan serta peran serta dari masyarakat dan anggotanya maka koperasi tidak akan dapat berkembang. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan peran koperasi dalam penelitian ini adalah sebagai motivator, inovator, dan fasilitator. memotivasi anggotanya dalam berwirausaha dengan mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki, sehingga koperasi mampu menumbuhkan ide-ide baru yang baru dan inovatif dalam hal berwirausaha, dan menjadi fasilitator artinya koperasi dapat memfasilitasi anggota dalam mengembangkan minat kemampuannya Prinsip Koperasi Menurut UU No.17 Tahun 2012 passal 6 ayat 1 tentang prinsip koperasi Ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi. Prinsip koperasimerupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai 12

6 badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakaanya dari badan usaha lain. Menurut ICA dalam Untung (2005: 7) prinsip prinsip koperasi adalah sebagai berikut: 1. Keanggotaan yang Sukarela dan Terbuka. Koperasi-koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik, atau agama. 2. Pengendalian oleh anggota secara demokrasi. Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota. 3. Partisipasi Ekonomi Anggota. Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut. Anggota merupakan pemilik sekaligus pengguna yang memenuhi kebutuhannya melalui koperasi. 4. Otonomi dan Kemandirian. Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah, atau memupuk modal dari sumber luar, koperasi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan mempertahankan otonomi mereka. 5. Pendidikan, Pelatihan dan Penerangan. Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan penerangan kepada masyarakat umum tentang hakikat perkoperasian dan manfaat koperasi. 6. Kerja Sama antar Koperasi. Koperasi melayani para anggotanya secara kolektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerja sama melalui organisasi koperasi tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. 7. Kepedulian terhadap Masyarakat. Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan, melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskan rapat anggota. 13

7 Sedangkan prinsip-prinsip koperasi menurut UU Peraturan koperasi No17 Tahun 2012Pasal 6 menyebutkan sebagai berikut: 1. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis. 3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi. 4.Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen. 5.Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi. 6.Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat GerakanKoperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional. 7.Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan prinsip koperasi dirumuskan dalam penelitian ini adalah agar menjadi landasan bagi berjalannya sebuah koperasi dalam menjalankan sebagaimana fungsinya yaitu untuk menyejahterakan anggotanya baik dari segi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya Jenis Koperasi Karakteristik koperasi berbeda dengan badan usaha lain. Perbedaan antara koperasi dengan bentuk perusahaan lainnya tidak hanya terletak pada landasan dan asasnya, tapi juga pada prinsip-prinsip pengelolaan organisasi dan usaha yang dianut. Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut dari asas kekeluargaan yang dianutnya. 14

8 Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan ongkos ( bunga) yang ringan. Akan tetapi untuk dapat memberikan pinjaman itu koperasi memerlukan modal. Modal koperasi yang utama adalah simpanan anggota sendiri. Dari uang simpanan yang dikumpulkan bersama sama itu diberikan pinjaman kepada anggota yang perlu dibantu. Fungsi pinjaman di dalam koperasi adalah sesuai dengan tujuan - tujuan koperasi pada umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan anggotanya. Misalnya : a. Dengan pinjaman itu seorang petani dapat membeli pupuk, benih unggul, pacul dan alat alat pertanian lainnya yang akan membantu meningkatkan hasil usaha taninya. Hal ini berarti akan membantu menaikkan pendapatannya. Pendapatan yang bertambah berarti memperbaiki kehidupannya. b. Dengan uang pinjaman, maka nelayan akan dapat membeli jaringan penangkapan ikan yang baik sehingga diharapkan pendapatannya dapat bertambah. c. Dengan uang pinjaman, maka seseorang buruh atau karyawan akan dapat membeli barang yang tak dapat dibeli dari upah atau gajinya. Dengan mengangsur pinjaman itu setiap bulan, ia akan memiliki barang barang untuk keperluan anaknya. 15

9 Dalam memberikan pelayanan pelayanan itu pengurus koperasi simpan pinjam selalu berusaha supaya ongkos ( bunga) yang ditetapkan serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh para anggotanya. Selain itu pengurus koperasi harus memperhatikan agar pinjaman itu betul betul digunakan untuk hal hal yang bermanfaat. Koperasi simpan pinjam ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Tujuan koperasi simpan pinjam adalah : 1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan dengan syarat syarat yang ringan 2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri 3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka 4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian Prinsip koperasi simpan pinjam Usaha koperasi yang dikelola oleh para anggota dengan membentuk kepengurusan koperasi melalui rapat anggota yang terlaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi. Prinsip koperasi terdiri dari : 16

10 1. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian laba ( sisa hasil usaha)dilakukan secara adil dan sebanding dengan besar jasa para anggota. 4. Kemandirian. 5. Pendidikan perkoperasian. 6. Kerjasama antar koperasi. Manfaat koperasi simpan pinjam terdiri dari : 1. Anggota dapat memperoleh pinjaman dengan mudah dan tidak berbelit- belit. 2. Proses pembagian bunga adil, karena disepakati dalam rapat anggota 3. Pada saat peminjaman dana, tidak menggunakan syarat adanya jaminan. Manajemen koperasi simpan pinjam Ruang lingkup kegiatan usaha koperasi simpan pinjam secara umum adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang terbentukpenyaluran pinjaman terutama dari dan untuk anggota. Kegiatan dari sisi pasiva, koperasi simpan pinjam melakukan kegiatan penghimpunan dana baik dari anggota ataupun masyarakat umum. Bentuk penghimpunan dana ini bisa berupa tabungan atau simpanan sedangkan dari masyarakat bisa berbentuk pinjaman modal usaha. Sedangkan kegiatan dari sisi aktiva adalah melakukan upaya untuk memperoleh laba dengan cara 17

11 mengalokasikan dari hasil penghimpunan dana yang disalurkan kepada anggota dalam bentuk pinjaman. Dilihat secara rincinya, kegiatan koperasi adalah sebagai berikut : 1. Koperasi simpan pinjam di tuntut mampu melayani penyimpangan dan juga penarikan dana oleh anggota sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan. 2. Koperasi simpan pinjam juga menyalurkan dana yang terkumpul dari anggota yang di masa datang akan diterima kembali secara bertahap. Dikedua kegiatan tersebut, harus dikelola sedemikian rupa agar kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana berjalan dengan seimbang Pengembangan Koperasi Menurut Anoraga, 2007 : 66 tentang pengembangan koperasi adalah Tanggung jawab dari setiap pengurus yang membutuhkan motivasi dan kreativitas. Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap pengurus, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan koperasi yang semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah pengembangan koperasi yang besar. Selanjutnya pengembangan ini juga diarahkan pada pengembangan kemampuan koperasi masing masing dalam pemupukan modal sendiri dan dalam usaha memperoleh kredit denga syarat yang memadai. Koperasi koperasi sangat memerlukan kredit baik untuk pengadan sarana produksi yang diperlukan maupun kegiatan pemasaran yang diselenggarakan. Sementara itu, pengembangan dikoperasi ialah meningkatkan fungsi pelayanan koperasi koperasi dan koperasi Unit Desa kepada anggota masing 18

12 masing dan masyarakat sekitarnya yang memberikan dampak membantu peningkatan kesejahteraan mereka melalui kegiatan usaha yang dilakukan secara efektif dan efisien. Pengembangan koperasi untuk meningkatkan kemampuan koperasi, terutama koperasi- koperasi Unit Desa, untuk mendukung usaha usaha koperasi dalam upaya pemantapan, peningkatan dan perluasan peranan koperasi diberbagai sektor usaha seperti pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, argo industri, industri kecil dan kerajinan rakyat, pertambangan rakyat, listrik pedesaan, asuransi serta pengadaan dan penyaluran alat alat produks, disamping pengadaan dan penyaluran bahan bahan kebutuhan pokok dan konsumsi. Langkah langkah yang diambil dalam melaksanakan pengembangan koperasi adalah : a. Mengupayakan struktur permodalan yang lebih seimbang antara modal yang barasal dari luar dan modal dari dalam. Dengan perbandingan yang lebih seimbang antara modal dari dalam dan modal dari luar koperasi diharapkan akan semakin mampu mengurangi ketergantungan pada dana dari bank yang biayanya mahal. Dalam upaya mengurangi ketergantungan ini, maka bank koperasi dibina dan ditingkatkan kemampuannya b. Mengupayakan struktur permodalan yang lebih seimbang antara modal yang berasal dari luar dan modal dari dalam. Dengan perbandingan yang lebih seimbang antara modal dari dalam dan modal dari luar koperasi diharapkan semakin mampu mengurangi ketergantungan pada dana dari bank dan yang biayanya mahal 19

13 c. Meningkatkan pembinaan dalam pemupukan modal melalui simpanan wajib dan menggalakkan kesadaran menabung di pihak anggota sendiri d. Membantu koperasi atau KUD untuk mengembangkan kegiatan simpan pinjam e. Mendorong pengembangan kegiatan usaha koperasi di daerah - daerah terpencil, seperti daerah pemukiman transmigrasi, perkampungannelayan dan sebagainya Dalam pelaksanaan langkah langkah ini diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing dan juga kemampuan kerja sama koperasi koperasi tersebut, baik dengan bank maupun dengan perusahan perusahan lain baik swasta maupun negara Anggota Koperasi Menurut Untung, 2004: 33 tentang anggota koperasi adalah Pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Keanggotaan koperasi bersifat pribadi dan keanggotaan tersebut tidak dapat dipindahtangankan. Keanggotaan koperasi tidak dapat juga diwariskan walaupun manakala seorang anggota meninggal dunia, maka para ahli warisnya berhak menerima sisa hasil usaha, simpanan pokok dan simpanan wajib ataupun sisa hasil penyelesaian dalam hal terjadi pembubaran Koperasi, namun hak dari para ahli waris tersebut adalah berdasarkan title umum. Syarat-syarat sebagai anggota koperasi : 1. Warga Negara Indonesia 2. Mampu melakukan tindakan hukum 3. Bersedia mematuhi anggaran dassar dan anggaran rumah tangga 4. Bersedia mematuhi aturan-aturan yang berlaku 5. Berkeinginan memajukan koperasi 20

14 6. Tidak ada paksaan dari pihak lain Keanggotaan koperasi, dapat berakhir apabila : 1. Meninggal dunia 2. Bertentangan dengan tujuan koperasi 3. Mengundurkan diri 4. Selalu merugikan koperasi 5. Diperhentikan oleh pengurus karena melanggar peraturan yang berlaku. Setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi sebagaiman telah diatur dalam anggaran dasarnya. Adapun kewajiban dari anggota kperasi menurut UU Perkop No 17 Tahun 2012 pasal 29 adalah sebagai berikut : 1. Mematuhi anggaran dasar dan rumah tangga serta keputusan yang telahdisepakati dalam rapat anggota. 2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi. 3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan asas kekeluargaan. Hak anggota koperasi telah ditentukan dalam UU Perkop No 17 Tahun 2012 pasal 29 adalah sebagai berikut: 1. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam RapatAnggota. 2. Mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar RapatAnggota baik diminta atau tidak. 3. Memilih dan atau dipilih menjadi Pengawas atau Pengurus. 4. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam AnggaranDasar. 5. Memanfaatkan jasa yang disediakan oleh Koperasi. 6. Mendapat keterangan mengenai perkembangan Koperasi sesuai denganketentuan dalam Anggaran Dasar. 21

15 7. Mendapatkan Selisih Hasil Usaha Koperasi dan kekayaan sisa hasilpenyelesaian Koperasi. Keanggotaan dalam koperasi bersifat terbuka terhadap semua masyarakat, seorang yang telah menjadi anggota koperasi harus mau untuk ikut bersama-sama mengembangkan koperasinya dengan mau menggunakan jasa Koperasi dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaannya. Untuk Kewajiban dan hak anggota dalam koperasi kewajiban dan hak tersebut tidak dapat dikurangi atau dihilangkan oleh para pengurus koperasi, karena hak-hak tersebut melekat pada keanggotaan setiap anggota koperasi. Adanya kewajiban dan hak anggotakoperasi itu adalah cerminan bahwa koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi yang demokratis. 2.2 Partisipasi Anggota Pengertian Partisipasi Anggota Partisipasi anggota merupakan kesediaan anggota itu untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota koperasi yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Menurut Anoraga dan Nanik (2003: 111) bahwa : jika ternyata hanya sedikit yang demikian, maka partisipasi anggota koperasi tersebut dikatakan buruk atau rendah. Partisipasi anggota menurut Keith Davis dalam Arsad Matdoan, (2011: 29) bahwa: Partisipasi didefinisikan sebagai individu keterlibatan mental dan emosional dalam situasi kelompok yang mendorong dia untuk berkontribusi tujuan dan berbagi tanggung jawab untuk mereka. 22

16 Pendapat tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertangung jawab. Partisipasi anggota sering disebut sebagai alat pengembangan maupun sebagai tujuan akhir itu sendiri. Menurut Castilo dalam Jochen (2003:39), beberapa penulis menyakini bahwa partisipasi adalah kebutuhan dan hak asasi manusia yang mendasar. Menurut Hendar dan Kusnadi (2005: 64), partisipasi memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan koperasi, tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Koperasi merupakan alat yang digunakan oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang telah disepakati bersama. Sukses tidaknya, berkembang tidaknya, bermanfaat tidaknya dan maju mundurnya suatu koperasi akan sangat bergantung sekali pada peran partisipasi aktif dari para anggotanya. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah kesediaan anggota untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaannya secara bertanggung jawab. Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertangung jawab. Partisipasi memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan koperasi. Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif 23

17 2.2.2 Dimensi Partisipasi Menurut Hendar & Kusnadi (2005: 92-93) partisipasi meliputi 4 dimensi, yaitu : sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta perorangan/sekelompok orang. Dimensi-dimensi partisipasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya, dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya, dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya, dan dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya. 1) Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya Dipandang dari sifatnya,yaitu partisipasi dapat berupa, partisipasi yang dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary). Partisipasi yang dipaksakan (forced) apabila tidak dipaksa oleh situasi dan kondisi, maka partisipasi tidak akan sesuai dengan prinsip koperasi yang terbuka dan sukarela serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela. Sifat kesukarelaan ini menuntut kemampuan manajemen koperasi dalammerangsang aktivitas partisipasi anggota. Tanpa rangsangan partisipasi yang efektif, partisipasi dalam koperasi tidak akan berjalan. 2) Dimensi partisipasi dipandang dari bentuknya Dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat dibedakan menjadi partisipasi formal (formal participation) dan partisipasi informal (informal participation). Partisipasi formal telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan. Sedangkan partisipasi informal hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang partisipasi. 24

18 Pada koperasi, kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksanakan secara bersama-sama. Manajemen partisipasi bisa merangsang partisipasi anggota secara formal maupun informal, tergantung situasi dan kondisi serta aturan-aturan partisipasi yang diberlakukan. 3) Dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya Dipandang dari pelaksanaannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, menyampaikan ide-ide, informasi, keinginan, harapan, saran, dan lain-lain kepada pihak yang menjadi pimpinannya.sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi apabila ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota. Pada koperasi, partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung dapat dilaksanakan secara bersama-sama tergantung pada situasi dan kondisi serta aturan yang berlaku. Partisipasi langsung dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas koperasi (membeli atau menjual kepada koperasi), memberikan saransaran atauinformasi dalam rapat-rapat, memberikan kontribusi modal, memilih pengurus, dan lain-lain. Partisipasi tidak langsung terjadi apabila jumlah anggota terlalu banyak, anggota tersebar di wilayah kerja koperasi yang begitu luas, atau koperasi yang terintegrasi, sehingga diperlukan perwakilan-perwakilan untuk menyampaikan aspirasinya. 4) Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya Dipandang dari segi kepentingannya, partisipasi dalam koperasi dapat berupa partisipasi kontributif (contributif participation) dan partisipasi intensif 25

19 (incentif participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul sebagai akibat peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Dalam kedudukannya sebagai pemilik, (a) para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau danadana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi) (b) mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi kontributif. Partisipasi kontributif dan partisipasi insetif mempunyai hubungan yang sangat erat, yaitu : 1.Kontribusi keuangan baik yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela para anggota maupun yang berasal dari usaha Koperasi, sangat diperlukan untuk perkembangan usaha Koperasi ( partisipasi kontribusi dalam penanaman modal) 2. Setelah modal yang terkumpul tersebut digunakan oleh Koperasi, proses pengambilan keputusan mengenai penetapan tujuan dan kebijaksanaan serta proses pengawasan jalannya perusahaan Koperasi harus melibatkan anggota karena anggota sebagai pemilik Koperasi ( partisipasi kontributif anggota dalam pengambilan keputusan) 3.Tetapi untuk mendukung pertumbuhan Koperasi, anggota sebagai pelanggan harus memanfaatkan setiap pelayanan yang diberikan oleh Koperasi ( partisipasi insetif). Semakin banyak anggota memanfaatkan 26

20 pelayanan Koperasi, manfaat yang diperoleh anggota tersebut akan semakin banyak, apabila ini terjadi, kesadaran dalam pelaksanaan partisipasi kontributif akan semakin meningkat. Keeratan hubungan antara partisipasi kontributif dengan partisipasi insetif menyebabkan Koperasi harus berusaha meningkatkan pelayanan yang diberikan sehingga manfaatnya dapat dirasakan anggota. Akibatnya anggota akan semakin meningkatkan partisipasi insetif dalam pemanfaatan unit usaha Kopersi, sehingga secara otomatis akan timbul kesadaran anggota untuk berperan aktif dalam kontribusi modal dan pengambilan keputusan yang menunjang perkembangan Koperasi ( partisipasi kontributif) Alferd Hanel dalam Arsad Matdoan ( 2011 : 11) memberikan dimensi dimensi partisipasi anggota dalam prinsip identitas : 1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik ( Owner), para anggota : a. Memberikan kontribusi pada pembentukan dan pertumbuhan Koperasinya dalam bentuk kontribusi keuangan ( penyertaan modal, pembuatan cadangan, simpanan) b. Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan keputusan, dan dalam pengawasan terhadap kehidupan Koperasi 2. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan ( User), para anggota memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan oleh Koperasi dalam menunjang kepentingan. Setiap anggota dan calon anggota akan mempertimbangkan untuk memasuki dan mempertahankan/memelihara hubungannya dengan Koperasi, apabila insetif yang diperoleh lebih besar daripada kontribusi yang harus diberikan. Insetif dan kontribusi akan dinilai oleh setiap anggota sesuai 27

21 kebutuhan, kepentingan dan tujuan yang dirassakan, yang tentunya dipengaruhi oleh lingkungan anggota yang bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan dimensi partisipasi dalam penelitian ini adalah dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta perorangan/sekelompok orang. Dilihat dari sifatnya, partisipasi dapat berupa partisipasi yang dipaksakan dan partisipasi sukarela. Apabila dipandang dari sifat keformalannya, partisipasi dapat bersifat formaldan dapat pula bersifat informal. Berdasarkan pelaksanaannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dari segi kepentingannya, partisipasi dalam koperasi dapat berupa partisipasi kontributif dan partisipasi intensif Pentingnya Partisipasi Anggota Menurut Anoraga dan Nanik (2003:112) ciri-ciri anggota yang berpartisipasi baik yaitu sebagai berikut: 1) Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur. 2) Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing. 3) Menjadi pelangan koperasi yang setia. 4) Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif. 5) Menggunakan hak untuk mengawasi jalanya usaha koperasi, menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, peraturan- peraturan lainya dan keputusan-keputusan bersama lainya. Hal ini juga ditambahkan oleh Hendar & Kusnadi (2005: 95) bahwa : Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam organisasi. 28

22 Tanpa dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan programprogram manajemen tidak akan berhasil dengan baik. Mengenai pentingnya partisipasi dalam kehidupan koperasi ditegaskan Hendar & Kusnadi (2005: 97) bahwa: Koperasi adalah badan usaha (perusahaan) yang pemilik dan pelanggannya adalah sama, yaitu para anggota dan merupakan prinsip identitas koperasi yang sering digambarkan dalam lambang segi tiga (Tri-angel Identity of Cooperative). Jadi, Pelanggan = Pemilik = Anggota dimana ketiga pihak tersebut orangnya adalah sama. Koperasi merupakan alat yang digunakan oleh para anggota untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang telah disepakati bersama. Sesuai dengan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa : Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Menurut Deputi Pengembangan SDM (2010: 1-2) menyatakan bahwa : koperasi sebagai perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan anggota dengan berbagai variasinya maupun keterpencaran jarak anggota dalam proses pelayanan atas kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi memberi pelayanan kepada anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih prima dibanding dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota. Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang tersedia di koperasi pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh perusahaan koperasi. 29

23 Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan penelitian ini adalahmenunjukkan bahwa partisipasi anggota sangat penting bagi suatu organisasi. Semua program yang harus dilaksanakan oleh manajemen perlu memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen yang ada dalam organisasi. Tanpa dukungan semua unsur atau komponen, pelaksanaan programprogram manajemen tidak akan berhasil dengan baik Rangsangan Partisipasi Setiap anggota koperasi akan mengambil keputusan untuk berpartisipasi, terlibat, ikut serta untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif hubungannya dengan organisasi koperasi, jika insentif yang diperoleh anggota sama besar atau lebih dari kontribusi yang diberikannya. Sehubungan dengan itu, Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia / SDM (2010: 3) rangsangan partisipasi dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh perusahaan koperasi dapat menjadi rangsangan penting bagi anggota untuk ikut memberikan kontribusinya bagi pemupukan modal dan pertumbuhan koperasi. Insentif perangsang yang dikehendaki oleh anggota berkait erat dengan seberapa besar upaya pemenuhan kebutuhan oleh perusahaan koperasi dapat dirasakanoleh anggota secara subyektif yang dapat meningkatkan kepentingan ekonomi atau usaha rumah tangga anggota. 2) Insentif juga dapat dirasakan dalam bentuk layanan barang dan jasa di perusahaan koperasi sama sekali tidak tersedia di pasar atau tidak disediakan oleh lembaga lain. 3) Insentif rangsangan dapat berwujud pelayanan barang dan jasa disediakan dengan harga, kualitas, dan kondisi yang lebih baik, lebih menguntungkan dibandingkan dengan barang dan jasa yang ditawarkan di pasar atau lembaga lain non koperasi. Sebaliknya, jika pelayanan barang dan jasa di koperasi yang tidak memenuhikebutuhan anggota, harga yang lebih tinggi atau dengan kondisi yang lebih buruk daripada yang ditawarkan di pasar atau lembaga non 30

24 koperasi, menyebabkan partisipasi anggota semakin menurun. Koperasi sebagai badan usaha harus memperhatikan kondisi ini sebagai upaya perbaikan layanan, sehingga perbaikan layanan kepada anggota merupakan keharusan bukan beban usaha, agar Partisipasi Anggota semakin besar sehingga anggota semakin memiliki usaha koperasi dan berkontribusi dalam pemanfaatan pelayanan usaha koperasi secara terus menerus. Selain yang disebutkan, ada beberapa perangsang lain bagi kontribusi anggota terhadap koperasi yaitu (Tiktik S.P & Abd. Rachman S., 2002: 60): 1) Kontribusi para anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam bentuk saran keuangan (mungkin sumber daya dan tenaga kerja) akan dinilai oleh para anggota atas dasar biaya opportunitas. 2) Partisipasi dalam penetapan tujuan-tujuan, dalam pembuatan keputusan mengenai berbagai kegiatan, dan dalam pengawasan tata kehidupam koperasinya dapat merupakan suatu insentif atau suatu kontribusi: a) Jika anggota diberi kemungkinan untuk memasukkan tujuantujuannya bagi koperasi menjadi tujuan dari kelompok dan dari organisasi koperasi, maka ia anggap kesempatan partisipasi tersebut sebagai perangsang (insentif-manfaat). b) Jika partisipasinya dalam rapat-rapat dan diskusi-diskusi kelompok memakan waktu dan biaya, maka para anggota akan mempertimbangkan biaya opportunitasnya (kontribusi) Kecakapan/kemampuan anggota sehubungan dengan partisipasi efektif dalam koperasi, ditinjau dari peran anggota sebagai pemilik (Tiktik S.P & Abd. Rachman S., 2002: 60) yaitu : 1) Kesediaannya untuk bekerjasama dan kesiapannya untuk mengubah perilaku tradisional dan ikut serta dalam suatu organisasi swadaya yang inovatif dan berorientasi pada anggota 2) Sumber daya yang tersedia padanya untuk memberi kontribusinya pada pembentukan perusahaan koperasi 3) Tingkat pendidikannya dan informasi yang dibutuhkannya agar mampu turut serta secara aktif dalam diskusi-diskusi dan keputusankeputusan yang berhubungan dengan penetapan sasaran, perumusan kebijakan, dan pengendalian atas prestasi perusahaan koperasi. 31

25 2.2.5 Cara Meningkatkan Partisipasi Anggota Menurut Hendar dan Kusnadi (2005: 66) terdapat berbagai macam cara untuk dapat meningkatkan partisipasi, yang di antaranya dengan menggunakan materi dan non materi. Peningkatan partisipasi dengan menggunakan materi dapat melalui pemberian bonus, tunjangan, komisi dan insentif serta lainnya. Peningkatan partisipasi nonmateri, yaitu dengan cara memberikan suatu motivasi kepada semua komponen atau unsur yang ada dalam suatu lingkungan tertentu. Beberapa cara untuk meningkatkan partisipasi anggota yang termuat dalam buku saku Koperasi dari Departemen Sumber Daya Manusia (2010: 4) adalah melalui : 1) Upaya pelibatan secara aktif seluruh komponen dan anggota koperasi dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan. 2) Keterlibatan dan keaktifan anggota dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan secara langsung bersama segenap anggota merupakan upaya bersama untuk merancang bangun secara bersama pola dan struktur pelayanan koperasi terhadap anggota, kerangka kerja perusahaan, dan indikasi kinerja keberhasilan koperasi sebagai badan usaha. 3) Proses perencanaan usaha dan pengambilan keputusan yang partisipatif dan kolaboratif dari segenap anggota dan pengurus, pengelola akan meningkatkan kesadaran pemanfaatan pelayanan dan rasa tanggung jawab semua pihak untuk memperjuangkan kemajuan dan perkembangan koperasi, dengan kesadaran, semangat kebersamaan, dan tanggung jawab segenap anggota inilah yang meningkatkan partisipasi anggota sehingga pada ujung- ujungnya mampu menumbuh kembangkan koperasi. Menurut Hendar&Kusnadi (2005: ) dijelaskan bahwa untuk meningkatkan partisipasi anggota melalui peningkatan partisipasi insentif dan kontributif : 32

26 1) Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkanpartisipasi insentif adalah : a) Menyediakan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh anggota yang relatif lebih baik dari para pesaingnya di pasar b) Meningkatkan harga pelayanan kepada anggota, misalnya : (1) Menetapkan harga jual yang relatif lebih murah dari harga umum (2) Harga beli yang relatif lebih tinggi dari harga umum (3) Pemberian bunga kredit yang lebih rendah dari bunga umum (4) Pemberian bunga tabungan minimal sama dengan tingkat bunga umum disertai pelayanan yang lebih baik (5) Pemberian diskon atau potongan harga untuk anggota c) Menyediakan barang barang yang tidak tersedia di pasar bebas wilayah koperasi atau tidak disediakan oleh pemerintah d) Berusaha memberikan deviden per anggota (SHU per anggota) yang meningkat dari waktu ke waktu e) Memperbesar alokasi dana dari aktivitas bisnis koperasi dengan non anggota melalui pemberian kredit dengan bunga yang relatif lebih murah dan jangka pengembalian lebih lama f) Menyediakan berbagai tunjangan ( bila mampu) keanggotaan, seperti tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, dan lain-lain 2) Beberpa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi koontributif : a) Menjelaskan tentang maksud, tujuan perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan b) Meminta tanggapan dan saran tentang perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan c) Meminta informasi tentang segala sesuatu dari semua anggota dalam usaha membuat keputusan dan mengambil keputusan Menurut Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 4) secara praktek dan kenyataan di lapangan, pelibatan atau keterlibatan perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan bersama dalam koperasi tidaklah mudah. 33

27 Tidak dapat dipungkiri bahwa proses partisipatif dan kolaboratif dalam menyusun perencanaan usaha dari koperasimemerlukan waktu, biaya, dan tenaga. Oleh karena itu, penanaman kesadaran diri terhadap anggota, pengurus, pengelola, dan pengawas terhadap upaya pencapaian tujuan usaha koperasi secara bersama haruslah dipahami sebagai kebutuhan dan tujuan bersama. Anggota perlu menyadari tujuan pelayanan usaha yang dilakukan oleh pengurus dan pengelola, sementara pengurus juga harus menyampaikan secarautuh perencanaan usaha yang dimaksud sedemikian rupa hingga anggota dapat memahami, menyadari, dan ikut bertanggung jawab atas upaya pencapaian tujuan usaha termaksud. Dengan demikian komunikasi yang efektif dari interaksi antara anggota dan perusahaan koperasi dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan secara bersamaan dan bertanggung jawab menjadi kebutuhan sekaligusprasyarat bagi partisipasi anggota. Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 5) juga mengatakan bahwa kepuasan dan nilai guna juga seringkali menjadi faktor yang mempengaruhi keterlibatan anggota dalam perencanaan usaha atau proses pengambilan keputusan koperasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat sekelompok orang yang masih kurang puas atau kurangmenerima suatu keputusan. Oleh karenanya, ada baiknya bagi pihak yang merasa kurang puas dapat diminta tanggapan atau sarannya atas perencanaan usaha dan keputusan yang akan atau telah diambil, tentunya disesuaikan dengan situasi, dan kondisi, dan tingkat relevansinya. Cara ini berarti membuka peluang dan penghargaanterhadap ketidakpuasan, sehingga tanggapan dan saran yang diajukan 34

28 dari yang kurang puas menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi penyempurnaan keputusan yang akan atau telah diambil oleh koperasi. Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia (2010: 5) juga menyatakan bahwa peningkatan partisipasi anggota berhubungan erat dengan tingkat pelayanan, sementara pelayanan berhubungan pula dengan beban kerjaatau daya dukung yang ada di koperasi. Salah satu yang berkait denganini adalah pengaturan fungsi dan peran dari pengelola dalam memberikan pelayanan prima bagi anggota, sehingga diperlukan pengaturan atau pendelegasian kewenangan yang jelas dan proporsional. Semua unsur pengelola koperasi harus memiliki fungsidan tugas yang jelas dan merasakan bahwa fungsi tersebut merupakan kepercayaan dari anggota koperasi. Demikian pula, anggota harus meyakini bahwa apa yang dilakukan oleh pengelola koperasi kepada diri anggota merupakan tugas yang telah didelegasikan kepada pengurus dan memberikan kepercayaan kepada pengelola koperasi memberikan pelayanan prima kepada anggota koperasi. Dalam Buku Saku Koperasi (2010: 5) yang ditulis oleh Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia menyatakan bahwa upaya peningkatan partisipasi anggota akan berhasil manakala ada kesesuaian antara anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Kesesuaian ini dapat dilihat dari unit, tingkat kemauan, dan kemampuan dari pelayanan yang disediakan oleh koperasi. Kompetensi dan motivasi anggota dalam mengemukakan minat kebutuhanya kepada koperasi terefleksikan dalam keputusan manajemen koperasi dalam memberikan layanan barang dan jasa kepada anggota koperasi. Anggota mengemukakan pendapat, saran dan kritik yang membangun bagi koperasi, dan 35

29 selanjutnya manajemen koperasi mampu menindak lanjuti dan menyelesaikannya secara efektif dan professional hingga dirasakan manfaatnya oleh anggota koperasi. Misalnya adalah jika unit usaha yang tersedia di koperasi memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan anggota, manajemen, maupun program koperasi, maka akan diikuti dengan tingkat partisipasi anggota yang tinggi pula. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan meningkatkan partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah cara meningkatkan partisipasi anggota dapat melalui pemberian bonus, tunjangan, komisi dan dengan cara memberikan suatu motivasi kepada semua komponen atau unsur yang ada dalam suatu lingkungan tertentu Indikator Partisipasi Anggota Menurut Anoraga dan Nanik (2003: 115), pengukuran partisipasi anggota berkaitan dengan peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Dalam kedudukannya sebagai pemilki : a) Para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi). b) Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi kontributif. Dalam kedudukannya sebagai pelanggan / pemakai, para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh 36

30 perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi insentif. Pendapat yang sama dikemukakan Hanel dalam Any Meilani dan Sri Ismulyaty, (2002: 13) bahwa : Indikator partisipasi anggota yaitu memberikan kontribusi keuangan pada koperasi, mengambil bagian dalam menetapkan tujuan koperasi, memanfaatkan potensi yang telah disediakan koperasi dalam menunjang kepentingannya. 1. Partisipasi dalam Pengambilan keputusan Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan merupakan aktivitas keikutsertaan anggota dalam memberikan saran dan kritik atas pengelolaan usaha Koperasi. Menurut Undang Undang No. 25 Tahun 1992 pada pasal 5 tentang prinsip prinsip Koperasi, salah satunya berbunyi Pengelolaan dilakukan secara demokratis, artinya pengelolaan Koperasi dilakukan atass kehendak dan keputusan para anggota. Hal ini menunjukkan bahwa anggota harus memberikan keputusan dalam rapat anggota tentang kebijaksanaan pengelolaan Koperasi, baik di bidang kelembagaan maupun di bidang usaha. Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan akan mendorong terlaksananya program kerja Koperasi. Hal ini dimungkinkan adanjya kesadaran atau pemahaman Koperasi sekaligus peningkatan kesejahteraan. 2. Partisipasi dalam Permodalan Partisipasi merupakan kesadaran anggota sehingga Koperasi harus dapat memberikan rangsangan khusus agar anggota dapat berpartisipasi secara efektif. Partisipasi anggota dalam Koperasi dapat dinyatakan melalui penyertaan modal 37

31 yaitu peran aktif anggota membayar simpanan yang telah ditentukan, dan peran aktif anggota dalam pemanfaatan pelayanan barang dan jasa yang disediakan Koperasi. Koperasi bukanlah kumpulan modal, namun modal merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan Koperasi. Menurut Undang undang No. 25 Tahun 1992 pada pasal 41, bahwa Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Salah satu faktor yang menyebabkan Koperasi sulit berkembang karena lemahnya permodalan Koperasi. Terbatasnya modal yang dimiliki Koperasi disebabkan kurangnya partisipasi anggota dalam pemupukan modal, sehingga akhirnya program Koperasi yang sudah direncanakan sulit trealisasi dan tujuan Koperasi sulit dicapai. Keterbatasan modal menyebabkan Koperasi belum mampu memenuhi kebutuhan anggota, mekanisme permodalan Koperasi dapat ditujukan pada Gambar 2.2 berikut ini : Modal Sendiri 1. Simpanan Pokok 2. Simpanan Wajib 3. Dana Cadangan 4. Donasi Modal Koperasi Modal Kerja SHU Modal Luar 1. Anggota 2. Koperasi 3. Bank 4. Lembaga Keuangan Non Bank 5. Penerbitan Obilgasi 6. Sumber Lain Investasi 38

32 Gambar 2.2 Mekanisme Permodalan Koperasi Sumber : Berhand Limbong 2010 : 92 Gambar 2.2 menjelaskan bahwa jenis permodalan Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang menggambarkan kekuatan permodalan Koperasi. Modal pinjaman merupakan modal investasi yang penggunaannya harus didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan pengembalian modal pinjaman tersebut. 3. Partisipasi dalam Pelayanan Pelayanan pada anggota antara lain diwujudkan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan anggotanya, Koperasi bertindak sebagai penjual yang berperan memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan anggota dengan harga yang semurah murahnya yang mengguntungkan anggota, demikian pula halnya pada Koperasi pemasaran, dalam menampung hasil produksi anggotanya tidak bertindak sebagai pembeli, karena antara Koperasi dengan anggotanya tidak terjadi proses jual beli, sebab Koperasi di sini berperan menjualkan produk anggota dengan harga yang minimal sama dengan harga di pasar setempat. Partisipasi anggota dalam membeli barang dan jasa akan meningkatkan total penjualan Koperasi. Kondisi tersebut, diwujudkan oleh koperasi melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan para anggotanya, yaitu dapat memenuhi kebutuhan anggota yang belum tersedia di pasar atau kalau tersedia ditawarkan di pasar. Pada koperasi yang menyediakan pelayanan kredit, maka bunga atau manfaat yang diperoleh oleh anggota Koperasi harus lebih baik 39

33 dibandingkan dengan badan usaha lainnya yang menyediakan jasa kredit. Jika Koperasi menawarkan jasa pelayanan yang sesuai dengan kepentingan anggota, maka anggota akan lebih banyak memanfaatkan jasa pelayanan yang diberikan oleh Koperasi, sebagaimana menurut Ropke ( 2003 : 104 ) bahwa : partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas, dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan Koperasi sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan daripada anggotanya. Sebaliknya apabila barang dan jasa yang disediakan oleh Koperasi tidak sesuai dengan keinginan anggota, dalam arti disediakan dengan harga yang tidak menguntungkan, atau disediakan dengan kondisi yang lebih jelek daripada pesaing Koperasi maka anggota akan bersikap : a. Tidak memanfaatkan jasa pelayanan perusahaan Koperasi b. Tidak memberikan kontribusi kearah pertumbuhan pelayanan c. Tidak akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan proses pengawasan Tujuan menjadi anggota Koperasi antara alain untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dibandingkan jika tidak menjadi anggota, maka Koperasi di tuntut dapat memberiikan pelayanan bagi para anggotanya. Usaha Koperasi untuk memberikan pelayanan yang sebaik baiknya harus di dukung partisipasi aktif para anggotanya, dan untuk meningkatkan partisipasi insentif para anggota dengan jalan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan anggotanya. 4. Partisipasi dalam Pengawasan Partisipasi pengawasan adalah bentuk partisipasi anggota dalam hal mengawasi jalannya roda organisasi. Kriteria untuk mengukur partisipasi pengawasan di Koperasi meliputi : 40

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koperasi Bagi Indonesia koperasi merupakan suatu badan usaha yang menerapkan sifat gotong royong dan cara bekerjanya bersifat kekeluargaan. Kata koperasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang ekonomi yang beranggotakan orang-orang bergabung secara sukarela dan atas persamaan hak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Koperasi 1. Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal 1 Ayat 1, pengertian koperasi adalah badan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini akan menjelaskan mengenai pengertianpengertian yang mendasar mengenai prosedur pelaksanaan simpan pinjam, tinjauan pustaka ini penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Partisipasi Anggota a. Pengertian Partisipasi Anggota Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikutsertakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur laporan pelaksanaan simpan pinjam yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 KATA PENGANTAR Persoalan menyangkut tata kehidupan

Lebih terperinci

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu :

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu : Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (decision maker) dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Credit Union (CU). 2. Sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation yang 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi Anggota pada Koperasi Sekolah 2.1.1 Pengertian Partisipasi Anggota Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation yang artinya mengikutsertakan

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi URAIAN MATERI A. Pengertian Koperasi Kata Koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu co dan operation. Co berarti bersama, operation berarti usaha. Kalau kedua kata itu dirangkai, maka koperasi dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Koperasi Ttani Sari Ngaglik sebagai pusat pelayanan perekonomian untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Istilah koperasi menurut etimologi berasal dari bahasa Inggris, co yang berarti bersama dan operation yang berarti usaha, koperasi berarti

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S. Ekonomi untuk SMA/MA kelas X Oleh: Alam S. 2 10 Ba b 3 Tujuan Pembelajaran Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: menjelaskan pengertian landasan, asas, tujuan, nilai, dan prinsip koperasi,

Lebih terperinci

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. AKUNTANSI PERKOPERASIAN PSAK NO. (REVISI ) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) AKUTANSI PERKOPERASIAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi merupakan wadah usaha bersama yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN 1 KOPERASI SISWA Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 15 MEI 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada

I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut membangun perekonomian di negara Indonesia. Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada prinsip Koperasi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Dewasa ini banyak badan usaha yang berdiri di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi, misalnya perusahaan negara, perusahaan swasta lainnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Koperasi Pada hakekatnya koperasi merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat diperlukan dan penting untuk dipertahankan, koperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Koperasi Pertanyaan mengenai apakah yang dimaksud dengan Koperasi? memiliki jawaban yang berbeda-beda dan

Lebih terperinci

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota sangat berkaitan dengan kaidah-kaidah koperasi. Hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Definisi Koperasi adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Definisi Koperasi adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. AD/ART KOPERASI: MENGENAL KOPERASI DI INDONESIA Definisi Koperasi adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. UU No. 12 tahun 1967 tentang Pokok - Pokok Perkoperasian, Koperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Landasan, dan Jenis Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang Pokokpokok Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG

BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN, SERTA TINJAUAN UMUM TENTANG STATUS BADAN HUKUM

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sejarah dan Definisi Koperasi 2.1.1 Sejarah Koperasi Menurut Amidipradja Talman (1985:22) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah : Badan usaha yang berbeda dengan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA ANGGARAN DASAR Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU Pasal 1 (1) Badan Usaha ini adalah koperasi Pekerja dan Pengusaha Media dengan nama Koperasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation, yang berarti usaha bersama. Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

MANAJEMEN DALAM KOPERASI

MANAJEMEN DALAM KOPERASI MANAJEMEN DALAM KOPERASI APA ITU MANAJEMEN? Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Pentingnya Koperasi bagi

Pentingnya Koperasi bagi Bab 8 Pentingnya Koperasi bagi Kesejahteraan Masyarakat Tahuka kamu apa koperasi itu? Apa tujuan didirikannya koperasi? Apa alasan dibuatnya koperasi? Koperasi merupakan organisasi dari anggota, oleh anggota

Lebih terperinci

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI Pendirian koperasi didasarkan oleh keinginan dari beberapa orang yang bersepakat bergabung, mengelola kegiatan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB III. Pelaksanaan Kerja Praktek. Koperasi sebagai salah satu pilar penyangga perekonomian nasional memiliki ketentuanketentuan

BAB III. Pelaksanaan Kerja Praktek. Koperasi sebagai salah satu pilar penyangga perekonomian nasional memiliki ketentuanketentuan BAB III Pelaksanaan Kerja Praktek 3.1 Tinjauan Umum Koperasi Koperasi sebagai salah satu pilar penyangga perekonomian nasional memiliki ketentuanketentuan pokok tersendiri dalam menjalankan fungsi social

Lebih terperinci

Koperasi 1

Koperasi  1 1 Koperasi Outline Materi Materi 1: Fungsi dan Peran Koperasi Secara Umum Materi 2: Landasan Koperasi di Indonesia Materi 3: Fungsi Koperasi di Indonesia Materi 4: Prinsip Koperasi Menurut Rochdale Materi

Lebih terperinci

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut: Overview Koperasi 1 Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal 33 ayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Sebagai suatu badan usaha, BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentu ingin mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Koperasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BENGKAYANG, bahwa

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR Dalam pengelolaan sebuah koperasi pegawai seperti KOWAR, sangat dibutuhkan pelaku-pelaku yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang besar dalam mengelola koperasi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi I. PEMOHON 1. Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan gerakan ekonomi yang sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DALAM PERMODALAN TERHADAP SISA HASIL USAHA Studi Kasus pada KPRI Setia Kawan Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DALAM PERMODALAN TERHADAP SISA HASIL USAHA Studi Kasus pada KPRI Setia Kawan Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DALAM PERMODALAN TERHADAP SISA HASIL USAHA Studi Kasus pada KPRI Setia Kawan Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya N. DEWI ATI QOTUL JANAH 083403134 Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB VI : ORGANISASI KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENGERTIAN ORGANISASI Menurut Stoner organisasi didefinisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan Organisasi ; kesatuan (entity)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN DAN PELAYANAN KOPERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARGO SUMBING MANDIRI KECAMATAN TEMBARAK, KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional sekarang ini banyak melibatkan koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

PUSTAKA ELEKTRONIK YAYASAN ENAMGE UNTUK PRAKTISI MANAJEMEN S.D.M.

PUSTAKA ELEKTRONIK YAYASAN ENAMGE UNTUK PRAKTISI MANAJEMEN S.D.M. PUSTAKA ELEKTRONIK YAYASAN ENAMGE UNTUK PRAKTISI MANAJEMEN S.D.M. UU 25/1992 ttg PERKOPERASIAN Acuan Informasi Tanpa Tuntutan Dikinikan: 11 Juni 2004 IP Umum Rekrutmen K-3 PP-KKB-PK-Konvensi TK Wanita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi sekarang ini khususnya dalam bidang ekonomi.

Lebih terperinci

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PAPER KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT Disusun oleh: Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H. NIP. 19570214 199302 2 001 Merupakan Bahan untuk Penyuluhan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Koperasi ini bernama KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut KOPERASI.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi yang berawal dari kata co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja, sehingga koperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut. BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Pengertian Kinerja Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kinerja diartikan sebagai berikut : a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan b. Kemampuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terdapat beberapa bentuk badan usaha. Badan usaha sendiri dapat didefinisikan kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala

Lebih terperinci

ANGGOTA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI

ANGGOTA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI 5 PENINGKATAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI MILIK PERPUSTAKAAN EKSTENSI FE UND1P Abstract Cooperative is a corporation that has a distinctive characteristic of

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 116, 1992 (PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warganegara. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rentabilitas 2.1.1 Pengertian Rentabilitas Koperasi tiap tahun diharuskan oleh undang-undang hukum dagang membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

Lebih terperinci

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK 1 ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH Oleh Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK Tujuan penelitian adalah sebagai bahan kajian dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi 2.1.1. Definisi Koperasi Dilihat asal kata, istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris coorperation yang berarti usaha bersama. Dengan arti lain segala bentuk

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Koperasi a. Pengertian Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi dalam memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi dalam memperoleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi dikenal sebagai organisasi usaha yang bersama berjuang dalam bidang ekonomi dengan jalan yang tepat untuk membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan di berbagai bidang dengan titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Koperasi dan UKM merupakan salah satu sektor yang mampu menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan ditengah krisis global

Lebih terperinci