ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 240 Menit ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN Penulis : Drs.Bambang Warsita, M.Pd Pengkaji Materi : Dr. Purwanto, M.Pd Pengkaji Media : Dra. Mariana Soemitro Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 2011 Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 1

2 A. PENDAHULUAN Halo, apa kabar? Mudah-mudahan Anda dalam keadaan sehat walafiat. Kami yakin Anda tentu sudah siap untuk mempelajari modul ini. Kali ini Anda akan mempelajari modul yang berjudul Analisis Kebutuhan Sistem Pembelajaran. Modul ini membahas tentang: 1) konsep dan esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran, 2) prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran, mulai dari tujuan, strategi, media, dan evaluasi, 3) model-model analisis kebutuhan sistem pembelajaran, dan 4) langkah-langkah analisis kebutuhan sistem pembelajaran, yaitu mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun instrumen, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, serta menyusun laporan hasil. Agar memudahkan untuk dipelajati modul analisis kebutuhan sistem pembelajaran ini dibagi menjadi 5 kegiatan belajar, yaitu: a. Kegiatan belajar 1, membahas tentang konsep dan esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran. b. Kegiatan belajar 2, membahas tentang prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran. c. Kegiatan belajar 3, membahas tentang model-model analisis kebutuhan sistem pembelajaran. d. Kegiatan belajar 4, membahas tentang penyusunan rancangan analisis kebutuhan sistem pembelajaran. e. Kegiatan belajar 5, membahas tentang pelaksanaan analisis kebutuhan sistem pembelajaran. Modul ini dapat Anda pelajari secara mandiri. Dalam mempelajari modul ini sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai dari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-1 yang membahas tentang konsep dan esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran dan mengerjakan soal-soal latihannya serta telah yakin memahaminya, barulah Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari materi pembelajaran Kegiatan Belajar-2. Anda dapat melanjutkan mempelajari Kegiatan Belajar-2 setelah Anda memahami materi Kegiatan Belajar-1 Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 2

3 dan dapat menjawab soal-soal tugasnya dengan benar. Demikian seterusnya, Anda dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya. Jika Anda telah dapat menyelesaikan kegiatan belajar sebelumnya. Satu hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi pembelajaran yang sulit Anda pahami. Cobalah terlebih dahulu mendiskusikan materi pembelajaran yang sulit dengan sesama peserta Diklat atau teman sejawat. Apabila memang masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan nara sumber Diklat pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka. Di dalam modul ini tersedia soal tugas dan hendaknya semua soal tugas ini Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan mengerjakan semua soal tugas yang ada Anda akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau pemahamannya terhadap materi yang disajikan dalam modul dan dapat membantu Anda mengetahui bagian-bagian mana dari materi yang disajikan di dalam modul yang masih belum sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, apabila semua soal tugas di setiap Kegiatan Belajar sudah selesai Anda kerjakan, periksalah jawaban Anda dengan menggunakan Kunci Tugas yang disediakan pada bagian akhir dari modul ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar, lalu gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi setiap Kegiatan Belajar. Rumus Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100% Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 90 % % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup - 69 % = kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami materi Kegiatan Belajar. Anda dapat 5 meneruskan mempelajari Kegiatan Belajar selanjutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80% Anda harus bersabar untuk mengulangi mempelajari materi Kegiatan Belajar, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai. Kemudian kerjakan kembali soal tugasnya. Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 3

4 Manfaat mempelajari modul ini membantu Anda untuk dapat melakukan analisis kebutuhan sistem/model teknologi pembelajaran. Selain itu, Anda dapat memperoleh suatu pendekatan yang sistematis, efektif dan efisien dalam menentukan kebutuhan akan sistem atau model pembelajaran. Modul ini juga akan membantu Anda dalam menyusun rancangan analisis kebutuhan sistem pembelajaran mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun instrumen, mengumpulkan data, mengolah dan menganálisis data, serta menulis laporan hasil analisis kebutuhan sistem pembelajaran. Oleh karena itu, pentingnya atau kegunaan menguasai modul analisis kebutuhan sistem pembelajaran bagi Anda Pejabat Fungsional PTP adalah memudahkan tugas Anda merancang media pembelajaran, merancang model pembelajaran, merancang model Diklat, dan sebagainya. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul ini adalah sekitar 15 x 45 menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran secara tatap muka adalah 4 x 45 menit. Oleh karena itu, Anda dapat membuat catatan-catatan mengenai hal-hal yang perlu didiskusikan selama kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Keberhasilan Anda dalam mempelajari modul ini tentunya tergantung pada keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang materi yang belum Anda pahami kepada nara sumber pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan Anda serta berusaha menyelesaikan semua tugas yang ada dalam modul dengan baik. Yakinlah bahwa Insya Allah Anda akan berhasil dengan baik apabila memiliki semangat belajar yang tinggi. Jangan lupa berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kemudahan belajar. Selamat Belajar, Semoga Sukses! Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 4

5 KEGIATAN BELAJAR-2 PRINSIP-PRINSIP ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah Anda mempelajari materi Kegiatan Belajar-2 yang membahas tentang prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran, Anda dapat: a. Menjelaskan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran. b. Menjelaskan implementasi atau penerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran tehadap tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi. 2. Uraian Materi a. Prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran Anda ingat, analisis kebutuhan sistem pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang sistematis dan sistemik dalam memecahkan masalah-masalah dalam sistem pembelajaran. Nah, sekarang coba Anda sebutkan prinsip-prinsip apa saja yang harus Anda perhatikan bila akan melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan sistem pembelajaran itu? Prinsip-prinsip yang harus Anda perhatikan dalam melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan sistem pembelajaran adalah berorientasi pada pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya, yang meliputi: tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi. Dengan kata lain, secara rinci prinsip-prinsip yang harus Anda perhatikan dalam melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan sistem pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Tujuan Pembelajaran Hasil yang diperoleh dari kegiatan analisis kebutuhan dalam konteks pembelajaran adalah kompetensi-kompetensi dasar suatu mata pelajaran. Hasil kegiatan analisis kebutuhan instruksional yaitu daftar pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang masih belum dikuasi peserta Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 5

6 didik dan perlu dikuasi peserta didik (Suparman, 2004). Kompetensi dasar inilah yang akan menjadi dasar acuan tahap selanjutnya yaitu perumusan tujuan pembelajaran. Apa fungsi tujuan pembelajaran itu? Anda tahu? Ya, tujuan pembelajaran berfungsi sebagai sesuatu yang akan dicapai, selain itu berfungsi sebagai kreteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, tujuan pembelajaran sebagai acuan atau dasar dalam menyusun strategi pempelajaran, termasuk metode, media pembelajaran dan materi pelajaran serta evaluasi pembelajaran. 2) Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pembelajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan, dapat dikuasai oleh peserta didik secara efektif dan efisien (Suparman, 2004). Oleh karena itu, dalam menerapkan strategi pembelajaran harus memperhatikan komponen utama strategi pembelajaran, yaitu: 1) urutan kegiatan pembelajaran, 2) metode, 3) media, dan 4) waktu (Suparman, 2004). Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus Anda perhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen umum strategi pembelajaran yakni: a) kegiatan pembelajaran pendahuluan, b) penyampaian informasi, c) partisipasi peserta didik d) tes, dan 5) kegiatan tindak lanjut (Suparman, 2004). 3) Media pembelajaran Media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran. Media dapat berbentuk orang atau guru, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media audio visual (video), multimedia, dan sebagainya. Hal-hal yang perlu Anda pertimbangkan dalam menentukan dan memilih media pembelajaran adalah: 1) ketepatan atau kesesuaian dengan Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 6

7 tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi pelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) ketersediaan waktu menggunakannya, dan 6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik. Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk: (1) membuat konsep yang abstrak menjadi kongkrit, (2) melampaui batas indera, waktu, dan ruang, (3) menghasilkan keseragaman pengamatan, (4) memberi kesempatan peserta didik mengontrol arah maupun kecepatan belajarnya, (5) membangkitkan keingintahuan dan motivasi belajar, dan (6) dapat memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh dari yang abstrak hingga yang kongkrit. 4) Evaluasi pembelajaran Menurut Cronbach (1977) dan Alkin (1969), yang dikutip Sudjana (2006) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan, memperoleh dan menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. Oleh karena itu, evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Selain itu, evaluasi merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik (Gronlund, 1990). Evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. b. Implementasi atau penerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran Selanjutnya bagaimana Anda menerapkan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran itu? Untuk itu uraian materi pembelajaran berikut akan membantu Anda dalam menerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam penentuan atau perumusan tujuan pembelajaran, penentuan dan pemilihan strategi pembelajaran, penentuan Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 7

8 dan pemilihan media pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar. Secara rinci akan diuraikan sebagai berikut: 1) Tujuan pembelajaran Kegiatan analisis kebutuhan pembelajaran akan mengihasilkan beberapa kompetensi dasar atau kompetensi umum dari suatu mata pelajaran. Kompetensi umum sering disebut dengan Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau Tujuan Pembelajaran Umum (TPU). TIU terjemahan dari general instructional objective adalah tujuan akhir (goal) yang akan dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan satu mata pelajaran tertentu dalam jangka waktu tertentu (Situmorang, 2007). Dengan kata lain, TIU adalah target yang harus dicapai dari setiap mata pelajaran. Apa contohnya? Misalnya, target yang harus dicapai dari mata kuliah Media Pembelajaran; mata pelajaran Kimia; mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Nah, pertanyaannya bagaimana menerapkan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam menentuan atau perumusan TIU yang akan dicapai dari setiap mata pelajaran? Apakah TIU tersebut kita tentukan sendiri, atau memang ada acuan yang dapat digunakan? Salah satu penerapan prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam menentukan atau perumusan TIU adalah perumusan TIU harus sistematis. Oleh karena itu, ada dua pendekatan yang dapat Anda jadikan acuan dalam menetukan TIU, yaitu berdasarkan kurikulum baku dari suatu satuan pendidikan dan atau dirancang sesuai dengan kebutuhan (Situmorang, 2007). Pendekatan pertama, TIU ditentukan berdasarkan kurikulum baku dari suatu satuan pendidikan tertentu. Misalnya, untuk pendidikan dasar dan menengah, TIU mata pelajarannya mengacu pada kurikulum yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk perguruan tinggi TIU mata kuliahnya mengacu kepada kurikulum yang dikembangkan oleh konsursium pendidikan tinggi; sedangkan untuk pendidikan dan latihan (Diklat) TIU mata pelajarannya mengacu kepada Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 8

9 kurikulum yang dikembangkan oleh lembaga yang bersangkutan, dan sebagainya. Pendekatan kedua, TIU mata pelajaran dirancang sesuai dengan kebutuhan tertentu. Misalnya TIU untuk mata pelajaran yang sifatnya khusus (spesifik), seperti mata pelajaran Cara produksi media audio, cara menulis naskah video, teknik produksi multimedia pembelajaran, dan sebagainya. Dikatakan khusus, karena mata pelajaran ini berdiri sendiri (tidak menyatu dengan mata pelajaran lain) untuk mencapai tujuan akhirnya. Bagaimana menentukan dan merumuskan TIU? Idealnya untuk menentukan TIU yang akan dicapai harus melibatkan tiga unsur yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu peserta didik, pendidik, dan masyarakat yang akan dilayani (Suparman, 2004). Ketiga unsur ini akan menjadi sumber informasi dalam menentukan TIU yang akan dicapai dari setiap mata pelajaran yang akan Anda kembangkan. Hanya dengan cara demikian, TIU yang dirumuskan dapat memenuhi kebutuhan semua pihak. a) Kebutuhan peserta didik terpenuhi, karena TIU yang dirumuskan dapat memberi makna dalam kehidupan peserta didik, karena disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu untuk mencapainya sangat mungkin, karena telah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik. b) Kebutuhan pendidik dalam hal ini pengajar dan pengelola program terpenuhi, karena TIU yang dirumuskan telah mempertimbangkan SDM yang akan megelola, baik dari segi kualifikasi pengajarnya maupun dari segi kemampuan pengelolanya. Selain itu telah pula dipertimbangkan dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan. c) Kebutuhan masyarakat yang akan dilayani terpenuhi, karena kemampuan peserta didik setelah mengambil mata pelajaran tertentu benar-benar dapat memenuhi kebutuhan angkatan kerja. Khususnya untuk kulaifikasi yang dibutuhkan (Situmorang, 2007). Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 9

10 Satu hal yang harus Anda ingat, dalam menentukan atau merumuskan TIU supaya dirancang berdasarkan pendekatan bagaimana peserta didik belajar bukan bagaimana guru/pendidik harus mengajar. Dengan demikian, proses pembelajaran selalu berpusat kepada peserta didik (student centre), bukan pada guru (teacher centre). Melalui penentuan atau perumusan TIU yang baik, seorang guru/pendidik akan dapat memberikan layanan pembelajaran secara profesional, karena mereka mempunyai landasan dasar teoritis yang kuat untuk melakukan setiap tahapan pembelajarannya. Selanjutnya dengan penentuan atau perumusan TIU yang baik, Anda tahu apa target yang harus dicapai dan apa yang dapat dilakukan secara lentur (fleksibel) dalam mencapai target tersebut. Bagaimana rumusan TIU yang dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut? TIU yang Anda rumuskan harus dapat dicapai oleh peserta didik, dapat diajarkan oleh pendidik, dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Apa kriteria dalam merumuskan TIU? Satu rumusan TIU yang baik harus memenuhi kriteria- kriteria sebagai berikut: a) Rumusan TIU harus mengandung dua unsur, yaitu siapa audiencenya (subjek yang belajar) dan apa behavior (perubahan tingkah laku yang diharapkan). b) Rumusan TIU harus merupakan kompetensi umum dari suatu kemampauan tertentu atau dengan kata lain TIU merupakan gabungan (sintesis) dari beberapa kompetensi khusus. c) Rumusan TIU harus terdiri dari kata kerja (verb) dan diikuti kata benda (object). Kata kerja yang digunakan harus kata operasional, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan hasilnya dapat diukur (measureble) dan diamati (observeble). Contoh kata kerja oprasional yang dimaksud antara lain: menyebutkan, menunjukkan, menjelaskan, membedakan, menerapkan, menganalisis, mengidentifikasi, menyimpulkan, mengevaluasi, dsb. Penulisan kata benda (object) harus dapat memberi keterangan dari prilaku yang Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 10

11 akan dicapai, sehingga rumusan TIU menjadi jelas dan rasional. Coba Anda berikan contoh? Berikut ini beberapa contoh penulisan kata kerja (verb) yang diikuti oleh kata benda (object). Menyusun (v) rencana proyek (o); menjelaskan (v) tujuan penelitian(o); menerapkan (v) prinsip-prinsip manejemen perbankan (o); menyelesaikan (v) berbagai kasus dalam pemberian kredit (o); mengevaluasi (v) kinerja perusahaan (o), dan sebagainya (Situmorang, 2007). TIU dalam kawasan apapun harus dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja aktif dan operasional serta yang menunjukkan kegiatan yang dapat diamati/dilihat (Suparman, 2004). Selain itu tujuan harus berorientasi pada hasil belajar, bukan pada proses pembelajaran. Artinya berupa perilaku (behavior) yang diharapkan dikuasai peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu TIU harus merupakan kompetensi atau kemampuan yang hasilnya dapat diukur (measurable) dan dapat diamati (observable). Dapat diukur, artinya kemampuan yang dihasilkan oleh peserta didik harus dapat dinilai baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif, hasil yang diperoleh peserta didik diukur berdasarkan tingkat (prosentase) penguasaannya terhadap tujuan pembelajaran. Sedang secara kualitatif mencerminkan kualitas penguasaan terhadap materi pembelajaran (Situmorang, 2007). 2) Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran harus memberikan kemudahan bagi peseta didik. Aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah pembelajaran mempunyai bentuk kongkrit dengan mengembangkan strategi pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk belajar. Sementara itu strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu mata pelajaran (Seels & Richey, 2000). Strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen pembelajaran. Dalam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran tergantung pada situasi Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 11

12 belajar, sifat materi, dan jenis belajar yang dikehendaki. Selain itu perlu pula mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Dick and Carey, 1990). Oleh karena itu strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar (Uno, 2007). Oleh karena itu, secara umum strategi pembelajaran diartikan setiap kegiatan yang dipilih, yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik dalam menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu (Kozma, 1978). Bagaimana implementasi atau penerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam memilih atau menentukan strategi pembelajaran? Bentuk penerapannya adalah strategi pembelajaran yang Anda kembangkan harus memberikan kemudahan bagi peseta didik untuk belajar. Oleh karena itu, implementasinya dalam kegiatan pembelajaran, strateginya mencakup empat aspek: 1) Urutan kegiatan pembelajaran, yang berisikan urutan kegiatan guru dalam menyampaikan materi atau isi pelajaran kepada peserta didik. 2) Metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien. Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 12

13 3) Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 4) Waktu yang digunakan guru dan peserta didik untuk menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Suparman, 2004). Disisi lain, strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu (Miarso, 2004). Oleh karena itu, strategi pembelajaran sebagai suatu pendekatan guru terhadap penggunaan informasi, mulai dari pemilihan sumber belajar sampai pada menetapkan peranan peserta didik dalam pembelajaran. Sebagai contoh adalah penerapan pendekatan komunikatif dengan strategi pembelajaran tematik dalam pembelajaran bahasa Inggris di SD. Guru SD dituntut untuk memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang memadai dan memiliki berbagai keterampilan dalam menyajikan materi pelajaran Bahasa Inggris secara komunikatif dan kontekstual. Agar proses pembelajaran komunikatif, guru SD hendaknya kreatif dalam menyiapkan dan mengelola kegiatan pembelajaran, memilih dan memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sekitar peserta didik, menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif (merangsang, menantang dan menyenangkan), mendorong peserta didik berperan secara aktif. Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 13

14 Strategi pembelajaran menurut konstruktivistik menekankan penggunaan pengetahuan secara bermakna, urutan pembelajaran mengikuti pandangan peserta didik, dan menekankan proses, serta aktivitas belajar dalam konteks nyata, bukan mengikuti urutan dalam buku teks (Degeng, 2007). Bagaimana realitasnya di sekolah? Pembelajaran di sekolah masih banyak guru yang menggunakan strategi pembelajaran untuk menghabiskan materi pembelajaran sehingga kurang memberi makna bagi peserta didik. Oleh karena itu, agar aktivitas pembelajaran mampu memberikan makna bagi peserta didik yang belajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan peserta didik sehari-hari. Pembelajaran harus memberikan manfaat bagi peserta didik yang belajar (DePorter, 1999). Untuk itu, guru harus dapat menciptakan keterkaitan suatu topik dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan merayakan setiap keberhasilan peserta didik sebagai kunci dalam strategi pembelajaran yang bermakna. Akhirnya, pentingnya strategi pembelajaran adalah untuk menentukan semua langkah dan kegiatan yang perlu dilakukan, sehingga dapat memberi pengalaman belajar kepada peserta didik. Jadi strategi pembelajaran adalah keputusan guru dalam menetapkan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan, sarana dan prasarana yang akan digunakan, termasuk jenis media yang digunakan, materi yang diberikan, dan metodologi yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Diharapkan peserta didik dapat mendapatkan pengalaman yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh guru (seperti: metode, sarana dan prasarana, materi, media, dan sebagainya) agar peserta didik difasilitasi (dipermudah) dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 14

15 Sampai disini, apakah Anda dapat memahami uraian materi yang baru saja Anda pelajari?jika sudah paham, Anda dapat melanjutkan ke uraian berikutnya! 3) Media pembelajaran Implementasi atau penerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran selain dalam penentuan dan pemilihan strategi pembelajaran, berkaitan pula dalam menentukan alat atau media pembelajaran. Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media dapat berupa alat-alat elektronik, gambar, buku, model dan sebagainya. Ada beberapa pengelompokan media pembelajaran yang dilakukan, seperti pengelompokan ke dalam: (a) media cetak dan non-cetak, (b) media elektronik dan non-elektronik, (c) media projected dan non-projected, dan (d) media tradisional dan modern. Apa sajakah jenis-jenis media pembelajaran itu? Anda tahu? Media pembelajaran dapat juga dibedakan dari yang sudah jarang dipergunakan sampai dengan jenis media yang paling banyak digunakan secara luas, yaitu: (1) foto/gambar, (2) sketsa, (3) diagram, (4) bagan (chart), (5) grafik (graphs), (6) kartun, (7) poster, (8) peta dan globe, (9) papan planel (flannel board), (10) papan buletin (bulletin board), (11) transparansi (OHP), (12) slide (film bingkai), (13) film, (14) audio atau radio, (15) video (VCD) atau TV, (16) multimedia, (17) internet, dan sebagainya. Bagaimana implementasi atau penerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam pemilihan atau penggunaan media pembelajaran? Media pembelajaran harus memberi kemudahan dalam pencapaian tujuan belajar. Mengingat media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran itu beraneka ragam, maka guru harus melakukan pemilihan berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti: (1) tujuan/kompetensi yang harus dikuasai, (2) tinggi rendahnya kemampuan media dalam mencapai tujuan, atau dukungan terhadap isi pelajaran, (3) Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 15

16 kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru dalam menggunakannya, (5) ketersediaan waktu menggunakannya, dan (6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik. Pemilihan media pembelajaran dapat juga didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: a) Biaya yang lebih murah baik pada saat pembelian maupun pemeliharaan. b) Kesesuaian dengan metode pembelajaran. c) Kesesuaian dengan karakteristik siswa. d) Pertimbangan praktis, seperti kemudahan untuk dipindahkan, kesesuaian dengan fasilitas yang ada di kelas, kemampuan penggunaannya, daya tahannya, dan kemudahan baik dalam perbaikan maupun perawatan. e) Ketersediaan media tersebut berikut suku cadangnya di pasaran dan ketersediaannya bagi peserta didik. Nah, lalu bagaimana dengan evaluasi pembelajarannya? Untuk mengetahui itu kita pelajari uraian berikut! 4) Evaluasi pembelajaran Menurut Ralph Tyler (1950) yang dikutip Sudjana (2006) evaluasi adalah proses untuk menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai, dan upaya mendokumentasikan kecocokan antara hasil belajar peserta didik dengan tujuan program. Artinya evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan telah tercapai. Jika belum, bagian mana yang belum dan apa sebabnya. Evaluasi hasil belajar merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran. Tanpa evaluasi hasil belajar, kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik sulit untuk diukur. Artinya evaluasi hasil belajar berfungsi untuk mengukur keberhasilan belajar seseorang atau sekelompok peserta didik. Menurut Anda, apa tujuan evaluasi hasil belajar? Tujuan utama evaluasi adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 16

17 telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, serta mendiagnosis kesulitan belajar. Sedangkan tujuan evaluasi hasil belajar adalah: 1) untuk mengetahui pencapaian indikator atau kompetensi yang telah ditetapkan, 2) memperoleh umpan balik bagi guru, untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran, 3) memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik, dan 4) sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan) (Soekamto, 2004). Selain itu, tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan peserta didik. Namun, dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada guru/instruktur sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab lembaga/ sekolah yang telah meluluskan. Bagaimana penerapan prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalan evaluasi hasil belajar? Mengingat evaluasi hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik. Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses pembelajaran atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pembelajaran (Zainul & Nasution, 2001). Oleh karena itu, evaluasi hasil belajar harus menggunakan instrumen evaluasi yang valid dan reliabel. Apa bentuk instrumen evaluasi hasil belajar? Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berupa tes maupun non-tes. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian, sedangkan non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 17

18 singkat, benar salah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi, pilian ganda biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya bagaimana instrumen evaluasi hasil belajar yang baik? Penyusunan instrumen tes atau nontes, guru/pendidik harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya). Kualitas tes ditentukan oleh konsistensi (reliabilitas) dari jawaban bila diteskan dalam waktu dan keadaan yang berlainan. Apa reliabilitas itu? Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen tes tersebut dalam menilai apa yang dinilai. Artinya kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Reliabilitas tes adalah ketepatan dari suatu alat ukur dalam mengukur sesuatu yang harus diukur. Reliabilitas tes dinyatakan dengan koefisien yang selanjutnya disebut dengan koefisien reliabilitas. Selain itu, kualitas tes juga ditentukan oleh validitas butir tes. Validitas butir tes ini digunakan untuk mengetahui apakah butir tes telah sesuai untuk mengukur apa yang akan diukur berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, salah satu penerapan prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalan evaluasi hasil belajar adalah evaluasi hasil belajar yang menggunakan instrument evaluasi yang valid dan reliabel. Sampai disini, uraian materi Kegiatan Belajar-2 telah Anda pelajari. Nah, untuk mengingat kembali apa yang telah Anda pelajari, bacalah rangkuman berikut! Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 18

19 Rangkuman Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis kebutuhan sistem pembelajaran adalah berorientasi pada pencapaian tujuan yang ditetapkan, meliputi tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Implementasi atau penerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam menentuan atau perumusan tujuan pembelajaran adalah Anda harus merumuskan tujuan pembelajaran secara sistematis dengan berdasarkan pada kurikulum baku dari suatu satuan pendidikan, atau dirancang sesuai dengan kebutuhan tertentu, dan berdasarkan pendekatan bagaimana peserta didik itu belajar. Bentuk implementasi atau penerapan prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam memilih atau menentukan strategi pembelajaran adalah Anda harus mengembangkan strategi pembelajaran yang memberikan kemudahan bagi peseta didik untuk belajar. Oleh karena itu, dalam memilih atau menentukan strategi pembelajaran harus mempertimbangkan situasi belajar, sifat materi, dan jenis belajar yang dikehendaki. Selain itu, perlu pula mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran tertentu. Implementasi atau penerapan prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam pemilihan atau penggunaan media pembelajaran adalah Anda harus menggunakan media pembelajaran yang dapat memberi kemudahan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam melakukan pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti: (1) tujuan/kompetensi yang harus dikuasai, (2) tinggi rendahnya kemampuan media dalam mencapai tujuan, atau dukungan terhadap isi pelajaran, (3) kemudahan memperoleh Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 19

20 media, (4) keterampilan guru dalam menggunakannya, (5) ketersediaan waktu menggunakannya, dan (6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik. Implementasi atau penerapan prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar adalah dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar Anda harus menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar atau penguasaan kompetensi peserta didik. Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, evaluasi hasil belajar harus menggunakan instrumen evaluasi yang valid dan reliabel. A. B. C. GLOSARIUM Analisis kebutuhan suatu kegiatan ilmiah yang melibatkan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber informasi untuk mengetahui kesenjangan antara keadaan yang seharusnya terjadi dengan keadaan yang senyatanya terjadi Analisis kebutuhan sistem pembelajaran pendekatan yang sistematis dan sistemik dalam memecahkan kesenjagan dalam sistem pembelajaran Analisis pembelajaran Proses menjabarkan prilaku umum menjadi prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis Esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran suatu pendekatan yang sistematis, efektif dan efisien dalam menentukan kebutuhan akan sistem pembelajaran Identifikasian masalah upaya memetakan masalah-masalah serta menyusunnya berdasarkan skala perioritas, sehingga proses pemecahan masalah menjadi sitematis dan tepat sasaran Implementasi langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran di lapangan Kebutuhan kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 20

21 Kebutuhan pembelajaran kebutuhan yang memerlukan penyelesaian dengan melaksanakan kegiatan instruksional/pembelajaran Model adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk mewujudkan suatu proses Pengembangan proses menerjemahkan spesifikasi desain menjadi kenyataan (bentuk fisik) Pembelajaran proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lengkungan belajar atau usaha untuk membuat peserta didik belajar Sistem pembelajaran suatu set peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses belajar Sumber Acuan Abidin, zaenal, Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran dalam Desain Sistem Pembelajaran, Jurnal Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007 (website: http// Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke 10, Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta, 1996 Cronbach, Lee J., Educational Psychology 3rd Edition. New York: Harcourt Brace Jovanovich Inc., 1977 Degeng, Nyoman.S, Paradigma Pendidikan:dari Behavioristik ke Konstruktivistik, Bahan presentasi, Univ. Negeri Malang, DePorter, Bobbi, & Hermacki, Mike, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terj. Alwiyah Abdurrahman, Bandung, Penerbit Kaifa, Dick, Walter and Carey Lou, The Systematic Design of instruction 3 rd Ed, Includes Bibliographical References, USA, Walter Dick and Lou Carey Kozma, Robert B., Lawrence W. Belle and George W. Williams. Instructional Techniques in Higher Education. New Jersey: Educational Technology Publications Inc., 1978 Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 21

22 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, Morrison, Gary. R, Steven M, Ross, Jerrold E Kemp : Designing Effective Instruction, Third Edition John Wiley and Sons, inc printed in the USA Model Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh, Jakarta: Pustekkom-PPPPTK Bahasa, Pribadi, Benny A., Model ASSURE Untuk Mendesain Pembelajaran Sukses, Jakarta: PT. Dian Rakyat, Seels, Barbara B. & Richey, Rita C., Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya, Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, R. Rahardjo, Yusufhadi Miarso, Jakarta: Penerbit IPTPI & LPTK, Smaldino, E. Sharon, Lowther, Deborah L, Russell, James D, Instructional Technology and Media for Learning. Pearson: Prentice Hall, Inc., 2008 Singarimbun, Masri, & Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit LP3ES, 1989 Situmorang, Robinson, GBPP, Teknik Pengembangan dan Pemanfaatannya Untuk Mencapai Kompetensi dalam Pembelajaran, Jakarta. Pustekkom Depdiknas, Sudirdjo, Sudarsono, Televisi sebagai suatu sumber belajar untuk menunjang penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, Jakarta: Desertasi Program Pasca Sarjana IKIP Jakarta, Suparman, M. Atwi, Desain Instruksional, Jakarta: Pusat Penerbitan universitas Terbuka, Supriatna, Dadang, & Mulyadi, Mochamad, Konsep Dasar Desain Pembelajaran (Bahan ajar untuk Diklat E-Training PPPPTK TK dan PLB), Bandung: Penerbit PPPPTK TK & PLB, 2009 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Penerbit Alpabeta, Sudjana, Djudju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Soekamto, Toeti, Evaluasi Hasil Belajar, Jakarta: Pelatihan PEKERTI Universitas Negeri Jakarta, Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 22

23 Trianto. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Pustaka Ilmu, 2007 Trianto. Model Pembelajaean Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Surabaya: Pustaka Ilmu, 2007 Tri Wijaya, Agustina, Media Pembelajaran Huruf Hiragana dan Katakana untuk Pemula Berbasis Multimedia Menggunakan Macromedia Flash, Yogyakarta: Skripsi UNY, 2011 Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara, Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Penerbit PT. Reneka Cipta, Warsita, Bambang, Pendidikan Jarak Jauh: Perancangan, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi Diklat, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, ADDIE Instructional Design Model. Retrived December Website: Website: diunduh pada tanggal 9 Januari 2012 Website: di unduh pada 31 Oktober 2011 Website: Website: egory&id=31&itemid=35 Website: Website: Website: diunduh 13 Februari 2012 Website: tanggal 21 Maret 2012 diunduh Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP) 23

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN Modul: 01 240 Menit ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN Penulis : Drs.Bambang Warsita, M.Pd Pengkaji Materi : Dr. Purwanto, M.Pd Pengkaji Media : Dra. Mariana Soemitro Pusat Teknologi Informasi dan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN Penulis : Drs.Bambang Warsita, M.Pd Pengkaji Materi : Dr. Purwanto, M.Pd Pengkaji Media : Dra. Mariana Soemitro Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN Penulis : Drs.Bambang Warsita, M.Pd Pengkaji Materi : Dr. Purwanto, M.Pd Pengkaji Media : Dra. Mariana Soemitro Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan

Lebih terperinci

RAFNIS, M.Kom NIP HP :

RAFNIS, M.Kom NIP HP : TUGAS DIKLAT CALON PEJABAT FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN ( PTP) MATERI Analisis Kebutuhan Sistem Pembelajaran Fasilitator : Drs. Bambang Warsito, M.Pd TUGAS KB 2 : Prinsip - Prinsip AKSP

Lebih terperinci

Tugas2_PT206B_

Tugas2_PT206B_ Analisis pembelajaran Menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63) kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI

PERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DIKTAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DR. MUKMINAN MUHAMMAD NURSA BAN, M.Pd JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 i KATA PENGANTAR Diktat Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN 240 Menit ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN Penulis : Drs.Bambang Warsita, M.Pd Pengkaji Materi : Dr. Purwanto, M.Pd Pengkaji Media : Dra. Mariana Soemitro Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi

Lebih terperinci

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah

Lebih terperinci

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M.

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M. Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan Kegiatan Belajar 1 IKA KURNIAWATI, M.Pd Modul Pelatihan 7 PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KB 1 KONSEP,

Lebih terperinci

MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN. Pendahuluan

MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN. Pendahuluan TUGAS II PERENCANAANN PEMBELAJARAN B (PT 206 B) Nama : Barnabas Victor Monim Gregorius Bintang MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN Pendahuluan Mengapa pembelajaran? Ada beberapa alasan yang melatar belakanginya;

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh : Asep Herry Hernawan A. Pendahuluan Proses pembelajaran merupakan proses yang yang ditata dan diatur sedemikian rupa menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Indramayu Kelas X yang beralamat di Jl. Pabean No 15, Indramayu. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

: Pengembangan, Media Komputer Pembelajaran, Video

: Pengembangan, Media Komputer Pembelajaran, Video PENGEMBANGAN MEDIA KOMPUTER PEMBELAJARAN TENTANG TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR KAMERA VIDEO PADA MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN SISWA KELAS XI MULTIMEDIA SMK IPIEMS Yuniar Eka Fauzi 1, Rusijono 2 Kurikulum

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT Merina Pratiwi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS Hanafi 1, I Nyoman Sudana Degeng 2, dan Anselmus J.E. Toenlioe 3 Teknologi Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES. JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 2 Januari Juni 2015, h. 43-58 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

merancang MODUL PEMBELAJARAN yang efektif dan menarik Uwes A. Chaeruman

merancang MODUL PEMBELAJARAN yang efektif dan menarik Uwes A. Chaeruman merancang MODUL PEMBELAJARAN yang efektif dan menarik Uwes A. Chaeruman http://teknologipendidikan.net http://teknologipendidikan.web.id MODUL pembelajaran is any self-contained instructional unit design

Lebih terperinci

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 2. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M.

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 2. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M. Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan Kegiatan Belajar 2 IKA KURNIAWATI, M.Pd Modul Pelatihan 7 PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KB 2 FORMAT,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI GERAK LURUS UNTUK KELAS X SMA

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI GERAK LURUS UNTUK KELAS X SMA PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI GERAK LURUS UNTUK KELAS X SMA Annisa Rahim 1), Jufrida 2), dan Nova Susanti 3) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 25 Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru Tri Andari Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi baru terutama multimedia, mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa peserta

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN GURU KELAS TK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN GURU KELAS TK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN GURU KELAS TK BAB V PEMANFAATAN DAN PEMILIHAN MEDIA HERMAN RUSMAYADI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini secara keseluruhan merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakanya penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini

Lebih terperinci

E-EDUCATION BERBASIS MULTIMEDIA (KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN) Oleh : Niam Wahzudik PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era global

E-EDUCATION BERBASIS MULTIMEDIA (KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN) Oleh : Niam Wahzudik PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era global E-EDUCATION BERBASIS MULTIMEDIA (KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN) Oleh : Niam Wahzudik PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era global sekarang ini kita harus berhubungan dengan teknologi termasuk

Lebih terperinci

UNIT 8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN

UNIT 8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN 1 UNIT 8 MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN Saudara-saudara mahasiswa saat ini terjadi pergeseran paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran yang mempunyai implikasi terhadap

Lebih terperinci

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN : TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aryulina Diah, Muslim Choirul, Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Aryulina Diah, Muslim Choirul, Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta DAFTAR PUSTAKA Aryulina Diah, Muslim Choirul, 2007. Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta. Borg,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari kata Yunani methodos yang merupakan sambungan kata depan meta (secara harfiah berarti menuju, melalui, mengikuti sesudah) dan kata benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Pembelajaran Assure Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

Pengaruh Desain Pembelajaran Assure Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar 44 INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016 Pengaruh Desain Pembelajaran Assure Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Reza Syehma Bahtiar Dosen Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian dan pengembangan. Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Research

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X ABSTRACT PENDAHULUAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X Farida Haryati 1, Mujiyono Wiryotinoyo 2, Sudaryono 2 1 SMA N 1 Kota Jambi, 2 Universitas Jambi ABSTRACT This article is

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN Oleh: Regina Tutik Padmaningrum*) Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: regina_tutikp@uny.ac.id Media pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN : 2086-2407 Vol. 3 No. 1 April 2012 IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN Zaenal Abidin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Tempat Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jepon yang terletak di Kelurahan Jepon, Kecamatan

Lebih terperinci

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh,

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh, PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL oleh, Ni Nyoman Parwati dan I Nengah Suparta Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematikan

Lebih terperinci

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung pada kelas 4

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PELATIHAN DALAM ORGANISASI (Tinjauan Teori Pembelajaran Orang Dewasa)

PENGELOLAAN PELATIHAN DALAM ORGANISASI (Tinjauan Teori Pembelajaran Orang Dewasa) I. PENGELOLAAN PELATIHAN Manajemen dipahami sebagai kegiatan untuk mendayagunakan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana serta berbagai potensi lainnya yang tersedia atau yang dapat disediakan untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 ALASTUWO KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang makanan lauk pauk dan sayuran tradisional di SMA N 11 Yogyakarta, maka penelitian

Lebih terperinci

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI OPERASI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SIANTAR T.A. 2012/2013 Gayus Simarmata FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VIDEO ANIMASI TUTORIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA DIKLAT AUTOCAD DASAR

PENGEMBANGAN VIDEO ANIMASI TUTORIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA DIKLAT AUTOCAD DASAR 162 PENGEMBANGAN VIDEO ANIMASI TUTORIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA DIKLAT AUTOCAD DASAR M. Ridwan*, Indrati Kusumaningrum**, Risma Apdeni*** Email: mhdridwan33@yahoo.com ABSTRACT Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT. Nurul Septiana

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT. Nurul Septiana ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) BIOLOGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KELAS X DAN XI PADA MAN SAMPIT Nurul Septiana Prodi TBG Jurusan PMIPA Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangkaraya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang diberikan sebagai metode pembelajaran dimana siswa akan mengenal, mengidentifikasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn Mukhamad Murdiono, M. Pd. Jurusan PKn dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Yang saya dengar, saya lupa Yang saya lihat, saya ingat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI Suci Rohayati & Dhiah Fitrayati Universitas Negeri Surabaya senouchi3@gmail.com Abstrak Melalui kegiatan

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS

PENILAIAN BERBASIS KELAS PENILAIAN BERBASIS KELAS Oleh: Kana Hidayati, M.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY A. Pendahuluan Sebagai konsekwensi desentralisasi pendidikan, saat ini sejumlah pembaharuan pendidikan terus

Lebih terperinci

Penggunaan Media Dalam Pembelajaran...(Friza Muhammad)

Penggunaan Media Dalam Pembelajaran...(Friza Muhammad) PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Oleh: Friza Muhammad 13604224008 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

THE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) Arini Pakistyaningsih, SH., MM.

THE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) Arini Pakistyaningsih, SH., MM. THE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) The Systematic Design of Instruction Chapter One Arini Pakistyaningsih, SH., MM. A. Model Pendekatan Dick dan Carey Sistem Untuk Merancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aktifitas proses belajar mengajar sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aktifitas proses belajar mengajar sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas proses belajar mengajar sebagai sarana pengembangan berbagai aspek kehidupan manusi. Proses pembelajaran di lembaga pendidikan

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional pada Materi Konsep Dasar Fisika Inti dan Struktur Inti Mata Kuliah Fisika Atom dan Inti Wulan Sari 1), Jufrida ), dan Haerul Pathoni 3) 1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DAN KEAKTIFAN BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2009/2010 NASKAH

Lebih terperinci

Drs Doddy Rusmono, MLIS

Drs Doddy Rusmono, MLIS Pelatihan Penulisan MODUL Mata Kuliah Semester 1 TA 2009/2010 Program Studi Perpustakaan dan Informasi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar-4 Perancangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran

Kegiatan Belajar-4 Perancangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Kegiatan Belajar-4 Perancangan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran A. Petunjuk belajar Untuk memudahkan pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran guna tercapainya kompetensi yang harus dicapai oleh

Lebih terperinci

Safrina Yulistiani 1 Prodi Pendidikan Matematika UPGRIS

Safrina Yulistiani 1 Prodi Pendidikan Matematika UPGRIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTU SOFWARE PREZI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SEMESTER II Safrina Yulistiani 1 Prodi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN ( 5 JP

MEDIA PEMBELAJARAN ( 5 JP Selamat datang dalam MEDIA PEMBELAJARAN ( 5 JP ) BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP Tujuan Setelah Kegiatan Bimtek Peserta dapat : 1. Menjelaskan konsep media pembelajaran

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI READING GUIDE BERBASIS KOMIK DENGAN MODUL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD AL-ISLAM 2 JAMSAREN TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 2, No. 1, April 2017, 17-22

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 2, No. 1, April 2017, 17-22 P-ISSN: 2528-5688 E-ISSN: 2528-5696 VOLT Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 2, No. 1, April 2017, 17-22 PENGUJIAN VALIDITAS, PRAKTIKALITAS,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA POKOK PEMBELAJARAN ALJABAR DI SMP

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA POKOK PEMBELAJARAN ALJABAR DI SMP PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA POKOK PEMBELAJARAN ALJABAR DI SMP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Pencarian Bilangan Pecahan

Pencarian Bilangan Pecahan Pencarian Bilangan Pecahan Ringkasan Unit Siswa ditugaskan sebuah profesi yang menggunakan pecahan bilangan dalam pekerjaannya. Mereka meneliti, meringkas, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan penemuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Media maket Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Yang Dibimbing Oleh Drs. Masjhudi, M.Pd. Oleh Kelompok

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN AMAY SUHERMAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

MEDIA PEMBELAJARAN AMAY SUHERMAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA MEDIA PEMBELAJARAN AMAY SUHERMAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA IDENTITAS MATA KULIAH Nama mata kuliah : Media Pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA. (Studi Eksperimen di Kelas VIII MTsN Karangkendal) SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA. (Studi Eksperimen di Kelas VIII MTsN Karangkendal) SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi Eksperimen di Kelas VIII MTsN Karangkendal) SKRIPSI NURWATI NIM: 58451034 FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN TADRIS MATEMATIKA INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang datanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yaitu langkah atau cara yang digunakan untuk mendapatkan data, menganalisis data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah di dalam judul skripsi. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan

PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan PEDOMAN SINGKAT PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, perencanaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas. Peneliti secara kolaborasi

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Miri, dengan subyek penerima tindakan kelas adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan analisis data dan penyajian secara kuantitatif/statistik.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan analisis data dan penyajian secara kuantitatif/statistik. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif non hipotesis. Artinya bahwa penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Pembuatan CD Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Febriana Sandy

Pembuatan CD Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Febriana Sandy PEMBUATAN CD INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA BELAJAR SISWA KELAS 1 TEMA KELUARGAKU STUDI KASUS SD NEGERI TASIKMADU 2 KOTA MALANG Febriana Santi Wahyuni 1), Sandy Nataly Mantja 2) 1,2) Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel

METODE PENELITIAN. Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel 69 III. METODE PENELITIAN 3. Pendekatan Penelitian Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel representasi ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK MATERI EKOSISTEM KELAS VII A SMP N 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah media

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah media 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran berbasis multimedia yang nantinya digunakan pada pembelajaran pemanenan. Adapun

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Belajar Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Belajar Muhammad Jarnawi email : i.am.jarnawi@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh rerata sebesar 72,43 lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang. tinggi dari pada media kartu konsep bergambar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh rerata sebesar 72,43 lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang. tinggi dari pada media kartu konsep bergambar. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan media audiovisual

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam melakukan penelitian ini guru sekaligus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DAN NESTED BERBANTUAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI STATISTIKA SISWA SMA N 2 PEKALONGAN Moh. Aminudin 1) 1) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada hari hari efektif dalam kegiatan belajar mengajar semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO STOP MOTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO STOP MOTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO STOP MOTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Anggun Shunu Pratama Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Shunupratama25@gmail.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL SEBAGAI MEDIA DALAM BELAJAR MANDIRI MATERI BUNYI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL SEBAGAI MEDIA DALAM BELAJAR MANDIRI MATERI BUNYI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL SEBAGAI MEDIA DALAM BELAJAR MANDIRI MATERI BUNYI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Ninda Ekawati, Supurwoko, Daru Wahyuningsih Pendidikan Fisika, FKIP, UNS Jl. Ir. Sutami No. 36A,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Peneliti menetapkan dua jenis lokasi untuk penelitian ini, lokasi pertama merupakan lokasi pengembangan produk, yaitu di SLB Bina Kasih Kota Bandung. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang reliabilitas

Lebih terperinci

Ferry Ferdianto, S.T., M.Pd. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Cirebon ABSTRAK

Ferry Ferdianto, S.T., M.Pd. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Cirebon ABSTRAK Jurnal Euclid, vol.2, No.2, p.306 MEDIA AUDIO VISUAL PADA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS IX Ferry Ferdianto, S.T., M.Pd. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Cirebon ferry@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci