ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING PADA KELOMPOK TANI SEHATI DI DESA SIRNAGALIH KABUPATEN BOGOR MELPI PIRGO SERLI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING PADA KELOMPOK TANI SEHATI DI DESA SIRNAGALIH KABUPATEN BOGOR MELPI PIRGO SERLI"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING PADA KELOMPOK TANI SEHATI DI DESA SIRNAGALIH KABUPATEN BOGOR MELPI PIRGO SERLI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Melpi Pirgo Serli NIM H

4 ABSTRAK MELPI PIRGO SERLI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI. Ayam Buras merupakan salah satu alternatif pilihan pangan bergizi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Peningkatan produksi ayam buras tidak sebanding dengan peningkatan jumlah konsumsi yang semakin meningkat menyebabkan permintaan daging ayam buras saat ini belum dapat terpenuhi. Salah satu cara agar permintaan daging ayam buras dapat dipenuhi yaitu dengan mengubah sistem pemeliharaan ayam buras. Kelompok Tani Sehati merupakan salah satu Kelompok Tani yang memanfaatkan peluang untuk membudidayakan ayam buras dengan menggunakan sistem pemeliharaan yang intensif. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kelayakan usaha dari Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis kualitatif untuk menganalisis kelayakan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dan analisis kuantitatif yang didasarkan pada kriteria investasi dan analisis nilai pengganti. Hasil dari analisis kelayakan menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Kata kunci : kelayakan, ayam buras, Kelompok Tani Sehati ABSTRACT MELPI PIRGO SERLI. Financial Feasibility Analysis of Native Chicken Farm at Sehati Farmers Group in Sirnagalih Village Bogor Regency. Supervised by TINTIN SARIANTI. Native chicken is an alternative choice of nutritious food which is needed by the people. The increasing production of native chicken is not balanced with the increasing number of consumption causes the demand for native chicken meat has yet to be fulfilled. One of the effort to fulfilled the chicken meat demand is by changing the system of chicken raising. Sehati Farmers group is one of the farmer groups that using intensive maintenance system to cultivates the native chicken. The purpose of this study to analyze the feasibility at Sehati Farmers Group in Sirnagalih Village, Bogor regency. Data analysis method which are used on this research is qualitative analysis method to analyze feasibility based on nonfinancial aspect such as market aspect, technical aspect, management aspect, law aspect, and also social, economic, and enviromental aspect and quantitative analysis based on investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility analysis show that Sehati Farmers Group farm is feasible to run. Keyword: feasibility, native chicken, Sehati Farmers Group

5 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING PADA KELOMPOK TANI SEHATI DI DESA SIRNAGALIH KABUPATEN BOGOR MELPI PIRGO SERLI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor : Melpi Pirgo Serli : H Disetujui oleh Tintin Sarianti, SP, MM Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. Ketua Departemen Agribisnis Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah karunia dan hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Februari 2013 ini ialah studi kelayakan, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Buras Pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh anggota Kelompok Tani Sehati yaitu Bapak Mahpudin, Ibu Tati, Bapak Dedi, Bapak Epi, dan anggota kelompok lainnya selaku responden yang telah memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan data, Bapak Maksal selaku perwakilan unit pelaksana teknis (UPT) yang telah memberikan informasi dan data mengenai kelompok ternak yang ada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari. Terima kasih kepada teman satu bimbingan dan sahabat-sahabat Agribisnis 46 atas dukungan dan semangat yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga atas perhatian, doa, dan dukungan yang tiada hentinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2013 Melpi Pirgo Serli

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 8 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8 TINJAUAN PUSTAKA 8 Kajian Studi Kelayakan Usaha 8 Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek nonfinansial 8 Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek finansial 12 KERANGKA PEMIKIRAN 14 Kerangka Pemikiran Teoritis 14 Jenis-Jenis Ayam Buras 14 Usaha Peternakan Ayam Buras 17 Sistem Pemeliharaan Ayam Buras 18 Teori Investasi 18 Studi Kelayakan Bisnis 20 Teori Biaya dan Manfaat 24 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 26 Kerangka Pemikiran Operasional 32 METODOLOGI PENELITIAN 35 Lokasi dan Waktu Penelitian 35 Jenis dan Sumber Data 35 Metode Pengumpulan Data 35 Metode Pengolahan Data 36 Analisis Kelayakan Aspek Nonfinansial 36 Analisis Kelayakan Aspek Finansial 41 Asumsi Dasar yang Digunakan 44 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 45 Kondisi Umum Wilayah Penelitian 45 Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati 46 HASIL DAN PEMBAHASAN 48 Analisis Aspek Kelayakan Nonfinansial 48 Aspek Pasar 48 Aspek Teknis 51 Aspek Manajemen 62 Aspek Hukum 64 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 65 Analisis Kelayakan Finansial 66 Arus Kas (Cashflow) 67 Analisis Laba Rugi 79 Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 81

10 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) 83 SIMPULAN DAN SARAN 85 Simpulan 85 Saran 86 DAFTAR PUSTAKA 86

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 PDRB Peternakan Tahun Menurut Provinsi a 1 Tabel 2 Data Populasi Ternak Di Provinsi Jawa Barat a 2 Tabel 3 Populasi Ayam Buras Kabupaten Bogor a 3 Tabel 4 Populasi Ayam Buras Kecamatan Kabupaten Bogor 2012 a 3 Tabel 5 Data Kelompok Peternak Ayam Buras Kabupaten Bogor 2012 a 4 Tabel 6 Kandungan Zat Gizi Ayam Per 100 Gram a 5 Tabel 7 Rincian Biaya Investasi Kelompok Tani Sehati 68 Tabel 8 Rincian Biaya Instalasi Air 69 Tabel 9 Rincian Biaya Variabel Kelompok Tani Sehati 73 Tabel 10 Rincian Biaya Tetap Kelompok Tani Sehati 75 Tabel 11 Rincian Penerimaan Kelompok Tani Sehati 78 Tabel 12 Nilai Sisa Usaha Peternakan Kelompok Tani Sehati 79 Tabel 13 Rincian Biaya Penyusutan Investasi 80 Tabel 14 Hasil Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 83 Tabel 15 Hasil Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) 85 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Skema Jenis Ayam Buras Dan Ayam Ras 15 Gambar 2 Fungsi Investasi 19 Gambar 3 Kurva Tingkat Bunga, Investasi, dan Tabungan 20 Gambar 4 Fungsi Biaya 25 Gambar 5 Hubungan Antara NPV dan IRR 31 Gambar 6 Kerangka Pemikiran Operasional 34 Gambar 7 Lingkungan Lokasi Kandang 53 Gambar 8 Persiapan Kandang 54 Gambar 9 DOC yang Telah Dikandangkan 54 Gambar 10 Ayam 30 Hari Kandang Tanpa Pemanas 55 Gambar 11 Pengobatan Terhadap Penyakit 57 Gambar 12 Penimbangan Ayam Siap Dijual 57 Gambar 13 Semawar Untuk Pemanas DOC 59 Gambar 14 Layout Peternakan Kelompok Tani Sehati 61 Gambar 15 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati 62 Gambar 16 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati Yang Baru 63 Gambar 17 Hubungan Antara NPV dan IRR Hasil Kriteria Investasi 82

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Aktivitas Peternakan Pada Kelompok Tani Sehati 89 Lampiran 2 Biaya Reinvestasi Kelompok Tani Sehati 92 Lampiran 3 Proyeksi Laba Rugi Kelompok Tani Sehati 93 Lampiran 4 Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) 94 Lampiran 5 Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam 97 Lampiran 6 Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Ayam 100 Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis 103

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi Pertanian pada PDB atas dasar harga berlaku ( **) memberikan kontribusi terbesar kedua menurut Lapangan Usaha dari 9 sektor. Sembilan sektor tersebut adalah sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan baik migas maupun non migas, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu subsektor pertanian yang terus berkembang dalam pembangunan nasional adalah subsektor peternakan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor Peternakan terhadap PDB. Nilai PDB subsektor peternakan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2008 kontribusi peternakan pada PDB sebesar miliar rupiah, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi miliar rupiah dan terus meningkat hinga tahun 2010 menjadi miliar rupiah (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011). Salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan kontribusi terhadap subsektor peternakan adalah Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki peranan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam sektor peternakan. Data PDRB peternakan tahun menurut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 PDRB peternakan tahun (atas dasar harga berlaku) menurut provinsi a Provinsi 2006 b 2007 b 2008 b 2009 c 2010 d Total Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Sumatera Utara Lampung Aceh Bali NTT a Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (data diolah); b Milyar rupiah; c Angka sementara (milyar rupiah); d Angka sangat sementara (milyar rupiah)

14 2 Tabel 1 menunjukkan bahwa PDRB peternakan untuk Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2010 dengan total PDRB Peternakan sebesar miliar rupiah. Provinsi Jawa Barat dilihat dari total PDRB Peternakan memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Perkembangan subsektor peternakan tidak terlepas dari peranan ternak unggas. Menurut jenisnya, ternak dikelompokkan menjadi ternak besar (sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda), ternak kecil (kambing, domba, babi), ternak unggas (ayam buras, ayam ras peterlur, ayam ras pedaging, itik) dan aneka ternak (kelinci, burung puyuh, merpati) (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu jenis ternak yang banyak dikembangkan di Provinsi Jawa Barat) adalah ternak unggas yaitu ayam buras. Data populasi ternak di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data populasi ternak di Provinsi Jawa Barat a Ternak Besar Ternak Kecil Ternak Unggas Aneka Ternak Jenis 2010 b 2011 b sapi potong sapi perah kerbau kuda kambing domba babi ayam buras ayam ras peterlur ayam ras pedaging itik kelinci burung puyuh merpati a Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (data diolah); b Ekor Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah populasi ayam buras di Provinsi Jawa Barat menempati urutan kedua terbanyak dibudidayakan. Pada tahun 2010 jumlah ayam buras yang dibudidayakan sebanyak ekor,

15 3 kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Provinsi Jawa Barat banyak yang membudidayakan ayam buras. Salah satu kabupaten di Jawa Barat yang membudidayakan ayam buras adalah Kabupaten Bogor. Data populasi ayam buras di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Populasi ayam buras Kabupaten Bogor tahun a Tahun Populasi b Persentase pertumbuhan % a Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat ; b Ekor Tabel 3 menunjukkan jumlah populasi ayam buras di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sebanyak ekor, kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi ekor. Laju pertumbuhan populasi ayam buras di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sampai 2011 cukup besar yaitu 8.97%. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Kabupaten Bogor terus menambah populasi ternak ayam buras untuk dibudidayakan. Salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang masyarakatnya banyak bergerak dalam usaha budidaya ayam buras adalah Kecamatan Tamansari. Tabel 4 Populasi ayam buras per kecamatan Kabupaten Bogor tahun 2012 a Kecamatan Ayam Buras b Cisarua Nanggung Pamijahan Cibungbulang Tamansari Megamendung Cigombong Gunung Sindur Klapanunggal Ciomas Parung Panjang Tenjo Ciawi Dramaga a Sumber: Buku Data Peternakan Tahun 2012 (data diolah); b Ekor

16 4 Tabel 4 menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah populasi ayam buras terbanyak kelima dengan jumlah populasi sebesar ekor. Masyarakat Kecamatan Tamansari membudidayakan ayam buras secara berkelompok maupun perorangan. Salah satu kelompok peternak yang mengembangkan usaha ayam Buras di Kecamatan Tamansari adalah Kelompok Tani Sehati. Kelompok Tani Sehati melakukan budidaya ayam buras secara berkelompok dengan sistem pemeliharaan yang intensif. Kelompok Tani Sehati merupakan kelompok yang paling banyak membudidayakan ayam buras di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari. Data kelompok peternakan ayam buras di Kabupaten Bogor tahun 2012 Tabel 5 Data kelompok peternakan ayam buras Kabupaten Bogor tahun 2012 a Kecamatan Desa Nama Kelompok Ternak Jumlah b Tamansari Sirnagalih Sehati Megamendung Sukakarya Bina Karya 400 Cigombong Ciburuy Motekar 389 Cisarua Citeko Jembar Alam 200 Gunung Sindur Rawa Kalong Tani Maju 100 Klapanunggal Nambo Hidayah Alam 200 Parung Panjang Parung Cemani Laras 200 Tenjo Tapos Suka Makmur 200 Ciawi Ciawi Tani Makmur 200 Dramaga Sinarsari Harapan Mulya 200 Ciomas Parakan Sugih 34 a Sumber: Buku Data Peternakan Tahun 2012 (data diolah); b Ekor Tabel 5 menunjukkan bahwa Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari merupakan kelompok yang paling banyak membudidayakan ayam buras dengan jumlah populasi ekor. Jenis ayam buras yang di budidayakan oleh Kelompok Tani Sehati adalah ayam buras. Ayam buras sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Menurut Sujionohadi dan Setiawan (2003), jenis ayam buras sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Kutai. Pada saat itu, ayam buras merupakan salah satu jenis upeti dari kadipaten-kadipaten untuk pusat kerajaan. Sistem upeti ini salah satu mekanisme yang menyebabkan ayam buras terjaga kelestariaannya. Keharusan menyerahkan upeti ini menyebabkan ayam buras selalu dibudidayakan. Ayam buras mempunyai banyak kelebihan atau keunggulan dibandingkan dengan ayam ras. Menurut Nurcahyono dan Widyastuti (2003), ayam buras umumnya mempunyai ketahanan tubuh yang lebih kuat

17 5 terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras, sehingga penggunaan obat-obat kimia untuk ayam buras juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ayam broiler. Selain itu ayam buras lebih tahan terhadap perubahan cuaca atau iklim, sehingga selama ini cara pemeliharaan ayam buras umumnya masih bersifat ekstensif atau tradisional yaitu makanan ayam buras diberikan dari sisa makanan dapur dan lainnya di sekitar pekarangan rumah bahkan bebas berkeliaran tanpa dikandangkan. Hal inilah yang membedakan ayam buras dengan ayam ras. Ayam ras hanya dapat dibudidayakan dengan sistem pemeliharaan yang intensif, karena ayam ras rentan terhadap perubahan cuaca atau iklim. Jika dibandingkan dengan kandungan zat gizi ayam broiler dan ayam buras. Ayam buras memiliki kandungan lemak yang rendah dan protein yang tinggi dibandingkan ayam broiler. Tabel 6 Kandungan zat gizi ayam per 100 gram a Jenis Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Ayam buras Ayam broiler a Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dalam Cahyono 2002 Tabel 6 menunjukkan bahwa daging ayam buras lebih banyak memiliki kandungan protein yaitu 37.9 gr dibandingkan ayam broiler yaitu sebesar 37 gr dan memiliki kandungan lemak yang lebih rendah yaitu 9 gr dibandingkan ayam broiler yaitu 14.7 gr. Ayam buras juga lebih sehat dibandingkan ayam broiler karena ayam buras mempunyai kadar kolesterol yang lebih rendah, sehingga orang yang mengkonsumsi daging ayam buras tidak menyebabkan gemuk. Jika dilihat dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki ayam buras, ayam buras memiliki peluang usaha cukup besar, karena masyarakat lebih menyukai telur maupun daging ayam buras dibandingkan ayam broiler (Sudaryani dan Santosa 2003). Selain itu jumlah konsumsi ayam buras per kapita per tahunnya terus meningkat. Jumlah konsumsi ayam buras pada tahun 2009 sebesar kg/kapita meningkat pada tahun 2010 menjadi kg/kapita dan terus meningkat hingga tahun 2011 menjadi kg/kapita (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin terbukanya peluang usaha peternakan ayam buras. Permasalah penting yang menyebabkan ayam buras tidak lebih berkembang dibandingkan dengan ayam broiler yaitu teknik pemeliharaan yang digunakan. Teknik pemeliharaan ayam buras biasanya dilakukan secara ekstensif sehingga menyebabkan sulitnya untuk melakukan pengawasan dan pengendalian penyakit karena umumnya ayam buras dibiarkan bebas berkeliaran, sehingga akan menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi (Sudaryani dan Santosa 2003). Ternak ayam buras di Indonesia bisa lebih berkembang dengan mengubah teknik pemeliharaannya (Sudaryani dan Santosa 2003). Sistem

18 6 pemeliharaan ayam buras dengan cara intensif mampu memberikan penghasilan yang berarti bagi pengusaha atau peternak. Hal ini dikarenakan, jika pemeliharaan ayam buras dilakukan secara intensif maka ternak akan mendapatkan pemeliharaan yang baik yaitu ayam akan dikandangkan terus menerus selama hidupnya. Makanan, minuman, dan kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh peternak. Menurut Sudaryani dan Santosa (2003) pendapatan usaha ayam buras dengan pemeliharaan secara intensif akan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan cara ekstensif. Selain itu usaha ternak ayam buras dengan cara berkelompok akan mampu mengurangi biaya produksi, karena input yang digunakan akan dibeli dalam jumlah yang banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih murah. Kelompok Tani Sehati ini mencoba untuk mengubah cara pandang masyarakat setempat bahwa ternak ayam buras pedaging memiliki peluang usaha jika dibudidayakan secara intensif. Usaha peternakan ayam buras pedaging yang dilakukan dengan cara intensif perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam hal pembuatan kandang dan peralatan. Untuk memastikan bahwa peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati telah memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati baik dari aspek nonfinansial maupun aspek finansial. Perumusan Masalah Potensi pasar daging ayam dapat dilihat dari laju petambahan jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya tuntutan ketersediaan bahan pangan, baik hewani maupun hayati. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan masyarakat juga akan mempengaruhi peningkatan konsumsi daging ayam. Di samping itu, daya serap pasar daging ayam juga dapat dilihat dari preferensi masyarakat, hari-hari besar keagamaan, dan bermacam-macam pesta rakyat. Kelezatan dagingnya sudah dikenal sehingga selalu dapat meningkatkan jumlah permintaan akan daging ayam buras (Sudaryani dan Santosa 2003). Oleh sebab itu, ayam buras memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang terus meningkat. Kelompok Tani Sehati yang menyadari akan potensi daging ayam buras mencoba melakukan usaha pembudidayaan ayam buras pedaging secara berkelompok. Usaha pembudidayaan ayam buras pedaging yang dilakukan Kelompok Tani Sehati dengan sistem pemeliharaan yang intensif. Usaha pemeliharaan ayam buras pedaging dengan sistem pemeliharaan yang intensif membutuhkan biaya untuk pembuatan kandang dan pembelian peralatan. Kelompok Tani Sehati yang membudidayakan ayam buras pedaging ini terbentuk pada tahun Jumlah ternak ayam buras pedaging yang dibudidayakan sekitar ekor. Kelompok Tani Sehati memperoleh bantuan modal dari Pemerintah melalui Program SMD (Sarjana Membangun Desa). Bantuan modal yang diperoleh digunakan oleh kelompok tani sehati untuk pembuatan kandang ayam, pembelian DOC (Day Old Chik), pembelian pakan, serta biaya lainnya yang dikeluarkan

19 7 terkait dengan pembudidayaan ayam buras pedaging. Besarnya dana yang diperoleh yaitu Rp Besarnya dana yang dikeluarkan untuk usaha peternakan ayam buras pedaging ini belum dilakukan analisis kelayakan usaha baik dari sarjana membangun desa (SMD) maupun dari pihak Kelompok Tani Sehati. Oleh karena itu penelitian mengenai kelayakan usaha menjadi penting untuk dilakukan, mengingat besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dengan menggunakan sumber modal dari pemerintah. Selain itu, dalam menjalankan usahnya Kelompok Tani Sehati tidak terlepas dari lingkungan bisnis yang senantiasa berubah. Sehingga terdapat beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dari variabel input dan output yang tentunya dapat mempengaruhi kelayakan usaha dari aspek finansial. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis switching value untuk melihat seberapa besar perubahanperubahan pada variabel input dan output produksi, terutama pada harga jual ayam buras pedaging dan harga pakan ayam buras pedaging yang boleh terjadi agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati masih tetap layak untuk dijalankan. Berdasakan kondisi yang dijelaskan pada uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging kelompok tani sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor jika dilihat dari aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging kelompok tani sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor jika dilihat dari aspek finansial? 3. Seberapa besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada variabel-variabel yang penting seperti penurunan harga jual ayam buras pedaging dan peningkatan harga pakan ayam buras pedaging pada usaha peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati agar masih tetap layak untuk dijalankan? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian pada Kelompok Tani Sehati adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor berdasarkan aspek nonfinansial. 2. Menganalisis kelayakan usaha budidaya ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati berdasarkan aspek finansial. 3. Menganalisis besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada variabel-variabel yang penting seperti penurunan harga jual ayam buras pedaging dan peningkatan harga pakan ayam buras pedaging pada usaha peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati agar masih tetap layak untuk dijalankan

20 8 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Menjadi bahan referensi dan bahan bacaan yang memberikan manfaat ilmu bagi para pembaca. 2. Menjadi bahan masukan bagi pemilik usaha ternak untuk melakukan pengembangan bisnis yang dimiliki sehingga dapat berkembang dari skala usaha maupun kualitas usaha. 3. Menjadi bahan pembelajaran untuk menambah pengalaman bagi penulis dalam mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup usaha ayam buras yang dilakukan oleh Kelompok Ternak Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Peneliltian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dan nonfinansial. Kelayakan nonfinansial yang akan dibahas dibatasi pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sedangkan kelayakan finansial yang akan dibahas dibatasi pada perhitungan laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan tingkat pengembalian atau Payback Periode. Selain itu dilakukan juga analisis nilai pengganti (switching value). TINJAUAN PUSTAKA Kajian Studi Kelayakan Usaha Kajian mengenai studi kelayakan usaha dilihat dipilih berdasarkan penelitian- penelitian yang membahas mengenai analisis kelayakan usaha pada bisnis yang bergerak di bidang pertanian. Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek nonfinansial Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis kelayakan usaha diantaranya dilakukan oleh Saputra (2011) dan Sianturi (2011). Saputra (2011) meneliti mengenai kelayakan investasi pada peternakan ayam broiler sedangkan Sianturi (2011) meneliti mengenai kelayakan usaha ayam ras petelur. Pada penelitian yang dilakuan Saputra (2011) dan Sianturi (2011) jenis ayam yang dijadikan penelitian berbeda yaitu ayam ras pedaging (broiler) dan ayam ras petelur. Akan tetapi terdapat kesamaan diantara keduanya yaitu sama-sama ingin melihat kelayakan usaha yang dijalankan. Analisis kelayakan usaha yang mereka lakukan tidak hanya dari sisi aspek finansial saja tetapi dari aspek nonfinansial juga. Aspek

21 9 nonfinansial yang dilihat adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial serta lingkungan. 1. Aspek Pasar Dari sisi aspek pasar penelitian Saputra (2011) mengenai ayam broiler milik Bapak Marhaya dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan pemasaran output. Pada peternakan Bapak Marhaya sudah terjalin kerjasama dengan perusahaan Dramaga Unggas Farm. Berapapun jumlah ternak yang diusahakan oleh Bapak Marhaya, Dramaga Unggas Farm pasti akan membeli ayam broiler tersebut. Sehingga untuk pasar ayam broiler Bapak Marhaya sudah terjamin, karena sudah memiliki pasar yang tetap. Pemasaran output yang dilakukan oleh Bapak Marhaya hanya kepada Dramaga Unggas Farm saja. Hal ini dilihat dari saluran pemasaran ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak Marhaya. Menurut Saputra (2011) usaha peternakan Bapak Marhaya layak berdasarkan aspek pasarnya. Hal tersebut dilihat dari permintaan ayam broiler kepada Bapak Marhaya oleh Dramaga Unggas Farm. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) mengenai ayam ras petelur pada Dian Layer Farm yang dilihat dari peluang pasar dan bauran pemasarannya. Peluang pasar Dian Layer Farm memiliki prospek yang baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya pesaing DLF dalam usaha peternakan ayam ras petelur disekitar daerah peternakan yaitu Desa Sukadamai. Selain itu, jumlah permintaan telur kepada DLF terus meningkat, hal ini dilihat dari informasi permintaan telur atau market share dari DLF. Menurut Sianturi (2011) DLF juga layak secara pasar, karena dilihat dari jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat meningdikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh DLF. Hingga saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang ada di perusahaan. Dari penelitian Saputra (2011) pada usaha peternakan Bapak Marhaya yang pasarnya sudah terjamin dan penelitian Sianturi (2011) pada DLF yang belum ada jaminan pasar yang pasti, keduanya menyimpulkan bahwa usaha yang dijalankan oleh Bapak Marhaya maupun DLF layak secara aspek pasar dilihat dari apabila output dari usaha tersebut masih memiliki permintaan maka usaha tersebut dapat dikatakan layak secara pasar. Hasil analisis dari kedua penelitian tersebut dapat ditarik sebuah indikator layaknya aspek pasar adalah masih adanya permintaan dari output yang dihasilkan. 2. Aspek Teknis Pada aspek teknis, penelitian Saputra (2011) pada usaha peternakan Bapak Marhaya dilihat dari penentuan lokasi budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan prasarana, serta proses pembesaran ayam broiler. Dari lokasi budidaya, usaha peternakan Bapak Marhaya memiliki lokasi yang cukup strategis. Hal ini dilihat dari lokasi kandang yang didirikan cukup jauh dari pemukiman warga sehingga tidak menimbulkan polusi. Selain itu, lokasi menuju kekandang mudah dilalui oleh sarana transportasi.

22 10 Kualitas air di lokasi kandang memenuhi standar baku. Luasan produksi usaha peternakan ayam broiler Bapak Marhaya sebanyak ekor ayam broiler, yang mana sudah memenuhi skala ekonomis minimum. Letak sumber bahan baku yang dipakai peternakan milik Bapak Marhaya adalah pasokan dari sebuah perusahaan kemitraan Dramaga Unggas Farm yang terletak di jalan Raya Dramaga, sehingga mudah untuk dijangkau. Sarana prasarana dan pemeliharaan yang dilakukan pada peternakan Bapak Marhaya sudah sesuai dengan teori budidaya ayam yang kebanyakan dilakukan oleh peternakan lainya. Sehingga menurut Sianturi (2011) usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Marhaya layak secara teknis. DLF mampu memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis sehingga layak secara teknis. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis dilihat dari lokasi kandang, budidaya dan teknologi saja. Tidak jauh berbeda dengan penelitian Saputra (2011) dimana untuk melihat lokasi kandang yang baik dan strategis yaitu apabila kandang yang didirikan berada jauh dari tempat pemukiman warga, kemudian budidaya ayam ras petelur yang dilakukan oleh DLF sudah sesuai dengan prosedur. Teknologi yang digunakan oleh DLF yaitu mesin pembuat pakan dan saluran instalasi air yang memudahkan dalam proses produksi. Menurut Saputra (2011) DLF telah memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis. Sehingga usaha DLF secara teknis dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Dari kedua hasil penelitian Saputra (2011) dan Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis secara tidak langsung dapat dikatakan layak apabila lokasi kandang yang didirikan berada jauh dari tempat pemukiman warga, kemudian budidaya yang dilakukan harus sudah sesuai dengan idealnya atau umumnya budidaya usaha ternak yang dilakukan, serta teknologi yang digunakan sudah tepat guna. Hasil kedua penelitian, indikator yang dilihat pada aspek teknis berbeda-beda, namun indikator utama aspek teknis dapat dikatakan layak dilihat dari penentuan lokasi usahanya. Apabila lokasi usahanya sesuai dengan usaha yang dijalankan maka secara teknis dapat dikatakan layak, selain lokasi usaha indikator kedua adalah akses terhadap sarana dan prasarana, kemudahan dalam akses terhadap sarana dan prasarana juga akan menentukan layak atau tidaknya suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya, indikator ketiga adalah dilihat dari proses budidaya yang dilakukan. Apabila budidaya yang dilakukan menghasilkan suatu output maka secara teknis dapat dikatakan layak. 3. Aspek Manajemen Pada aspek manajemen penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2011) di peternakan Bapak Marhaya masih sangat sederhana. Struktur organisasi yang disusun sangatlah sederhana yaitu Bapak Marhaya sebagai pemilik peternakan dan satu orang yang mengurus kegiatan operasional peternakan dengan bantuan dan pengawasan pemilik. Jika dilihat secara kasat mata memang sangat

23 sederhana, akan tetapi mampu membuat kegiatan pembesaran ayam broiler mampu berjalan dengan lancar. Dilihat dari pengelolaannya usaha milik Bapak Marhaya juga layak secara manajemen yaitu sudah mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankannya. Penelitian yang dilakukan Sianturi (2011) aspek manajemen yang dilakukan sudah sangat baik. Struktur organisasi yang dimiliki sudah terdapat job description masing-masing pekerja dan wewenang yang cukup jelas sehingga memberikan kemudahan dan koordinasi diantara karyawan. Sehingga DLF layak secara manajemennya. Dari kedua penelitan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha milik Bapak Marhaya dan DLF layak secara manajemen apabila mampu menjalankan usaha dengan baik dan menghasilkan output dari usaha yang dijalankan tersebut. Indikator layaknya aspek manajemen dari kedua penelitian tersebut dapat dilihat dari struktur organisasinya. Meskipun struktur organisasinya sederhana maupun tidak sederhana apabila dalam menjalankannya dapat menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, maka secara manajemen usaha tersebut dapat dikatakan layak. 4. Aspek Hukum Pada aspek hukum penelitian Saputra (2011) Sampai saat ini Bapak Marhaya belum terdaftar sebagai peternak ayam broiler di Dinas Kabupaten Bogor. Ijin yang dilakukan baru berupa ijin lisan dari masyarakat sekitar melalui Kepala Desa. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) perusahaan DLF telah memiliki ijin yang cukup dalam menjalankan usahanya, akan tetapi ada beberapa ijin yang perlu diurus agar tidak terjadi permasalahan nantinya. Dari kedua penelitan aspek hukum usaha Bapak Marhaya dan DLF layak dilakukan dilihat dari ijin yang dimiliki walaupun belum semuanya terpenuhi, tetapi setidaknya dari lingkungan sekitar dan Kepala Desa sudah memberikan ijin. Sehingga akan memudahkan untuk memproses ijin selanjutnya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan indikator layaknya aspek hukum yang utama dilihat dari ijin masyarakat sekitar, RT/RW, serta kepala desa. Apabila ijin tersebut sudah didapatkan maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Indikator selanjutnya adalah hukum lainnya yang diperlukan pada usaha yang dijalankan. Apabila semua hukum yang harus dilakukan sudah dimiliki maka usaha tersebut dapat dikatakan layak secara aspek hukum. 5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pada aspek sosial dan lingkungan penelitian Saputra (2011) pada ternak ayam broiler milik Bapak Marhaya memiliki dampak positif dan negatif, dimana dampak negatifnya usaha ternak Bapak Marhaya menghasilkan bau yang menyebabkan polusi, dan dampak positifnya mampu mempekerjakan seorang karyawan sebagai anak kandang. Sampai saat ini usaha ternak Bapak Marhaya belum mendapatkan komplain dari masyarakat sekitar mengenai bau kotoran ayam, karena pada usaha peternakan Bapak Marhaya selalu dibersihkan setiap kali habis panen, dan untuk menghindari 11

24 12 timbulnya permasalahan dengan warga dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Bapak Marhaya memberikan ayam broiler saat panen pada rumah-rumah warga yang berada disekitar lokasi kandang ternak. Pada aspek ekonominya dilihat dari penyerapaan tenaga kerja. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) juga layak secara aspek sosial, hal ini dikarenakan lokasi DLF yang berada diatas bukit dan sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau. Selain itu DLF memiliki tenag kerja khusus untuk membersihkan kotoran ayam setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit, dan juga DLF memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dijadikan pupuk kandang sama halnya pada peternakan milik Bapak Marhaya. Aspek ekonominya dilihat dari penyerapan tenaga kerja yang dimiliki oleh Bapak Marhaya. Serta aspek lingkungannya dilihat dari bagaimana Bapak Marhaya mengelola limbah dari usaha yang dijalankannya. Dari kedua penelitian indikator aspek sosial adalah dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari adanya usaha yang dijalankan dan bagaimana menanganinya. Indikator aspek ekonomi dilihat dari penyerapan tenaga kerja dari adanya usaha. Indikator aspek lingkungan adalah bagaimana pengelolaan limbah yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan. Apabila suatu usaha dapat menangani dampak dari usahanya dengan baik, dan mampu menyerap tenaga kerja, serta mampu mengelola limbah yang dihasilkannya dengan baik maka secara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan. Kajian studi kelayakan berdasarkan aspek finansial Kajian Pada penelitian ini juga akan melakukan analisis aspek kelayakan nonfinansial. Analisis kelayakan nonfinansial tidak jauh berbeda dengan penelitan sebelumnya. Pada aspek finansial akan dilakukan perhitungan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, dan akan dimasukan kedalam arus kas (cashflow). Arus kas (cashflow) ini terdii dari komponen arus penerimaan (inflow) dan arus pengeluaran (outflow). Hasil arus kas yang diperoleh akan dilakukan analisis aspek finansial melalui analisi laba rugi, penilian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Interna Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP), serta dilakukan perhitungan analisis nilai pengganti (switching value). Perbedaan pada penelitian ini dilakukan pada peternakan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati, dimana pada penelitian terdahulu kepemilikan usaha hanya dimiliki oleh pemilik sehingga keuntungan secara pasti akan dikuasai oleh pemilik usaha. Berbeda halnya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada usaha ternak kelompok dengan modal yang digunakan berasal dari pemerintah. Selain itu juga, perbedaan pada penelitian sebelumnya dimana usaha yang dijalankan memiliki jumlah ternak yang lebih banyak dari pada Kelompok Tani Sehati, dan juga usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati ini baru dijalankan, sehingga belum ada data historis mengenai perubahan-

25 perubahan baik dari komponen arus penerimaan (inflow) maupun dari arus pengeluaran (outflow). Sehingga pada penelitian ini hanya dilakukan analisis nilai pengganti (switching value) saja. Hasil dari analisis nilai pengganti akan terlihat komponen mana yang lebih sensitif terhadap layak atau tidaknya usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. 1. Analisis laporan laba rugi Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. Penelitian terdahulu yang menganalisis laporan laba rugi untuk menilai analisis kelayakan usahanya yaitu Karmidi (2012) yang meneliti tentang analisis kelayakan peternakan ayam broiler pada kemitraan inti plasma studi kasus plasma Agus Suhendar dan penelitian Matjuri (2012) yang meneliti tentang analisis kelayakan usaha ayam broiler berkualitas organik pada perusahaan CV Tritunggal Sejahtera. Pada kedua penelitian modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri sehingga dalam perhitungan laporan laba rugi tidak ada biaya bunga. Hasil penelitian Matjuri (2012) CV Tritunggal Sejahtera memperoleh keuntungan sebesar Rp pe tahun. Pada penelitian Karmidi (2012) peternakan Agus Suhendar memperoleh laba bersih selama 5 tahun sebesar Rp Dari kedua penelitian analisis laporan laba rugi hanya digunakan untuk nilai pajak yang diperoleh. Karena nilai pajak tersebut nantinya akan dimasukkan pada analisis cashflow. 2. Analisis kriteria penilaian investasi Analisis kriteria penilaian investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan cashflow. Ada beberapa penelitian yang melakukan analisis kelayakan usaha dengan menilai analisis kriteria investasi yang dilakukan. Penelitian Mariyah (2010) melakukan analisis finansial budidaya ayam petelur di Kalimantan Timur dengan hasil NPV pada skala usaha pemeliharaan ekor ternak sebesar Rp dan NPV pada skala usaha pemeliharaan ekor sebesar Rp Hasil perhitungan NPV yang didapatkan berdasarkan jumlah ternak yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala usaha yang dijalankan maka hasil NPV yang diperoleh semakin besar pula. IRR yang diperoleh pada skala pemeliharaan ekor sebesar 47% dan IRR pada skala pemeliharaan ekor sebesar 30%. Hasil Net B/C rasio pada skala pemeliharaan ekor adalah 2.27 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 2.27 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C rasio pada skala pemeliharaan ekor adalah 1.53 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1.53 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Hasil perhitungan IRR dan Net B/C pada skala usaha yang lebih besar akan menghasilkan IRR dan Net B/C yang semakin kecil. Pada hasil perhitungan payback periode (PP) pada skala pemeliharaan ekor yaitu 2 tahun 3 bulan dan pada skala pemeliharaan ekor selama 2 tahun 10 bulan. 13

26 14 3. Analisis nilai pengganti (switching value) Setelah melakukan analisis kriteria investasi perlu dilakukan analisis nilai pengganti (switching value) untuk melihat variabel atau komponen inflow atau outflow manakah yang paling mempengaruhi kelayakan suatu usaha yang dijalankan. Analisis nilai pengganti ini merupakan lanjutan dari analisis sensitivitas. Namun pada analisis sensitivitas diperlukan data historis untuk menentukan perubahan-perubahan pada komponen inflow dan outflow. Sehingga penelitian pada analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati ini hanya digunakan analisis nilai pengganti dikarenakan tidak adanya data historis sebelumnya yang mengindikasikan perubahanperubahan pada komponen inflow dan outflow. Penelitian yang melakukan perhitungan switching value pada analisis kelayakan usaha yaitu Komalasari (2008) yang meneliti tentang analisis finansial peternakan ayam broiler terpadu. Pada penelitian Komalasari (2008), usaha peternakan ayam broiler terpadu tersebut dengan kapasitas ekor. Perubahan-perubahan pada komponen inflow adalah penurunan harga jual ayam broiler dan perubahan pada komponen outflow adalah kenaikan harga DOC ayam broiler. Hasil penelitian Komalasari (2008) menunjukkan hasil perhitungna analisis switching value pada perubahan penurunan harga jual ayam broiler yang masih dapat terjadi yaitu sebesar 11.08% dan kenaikan harga DOC yang boleh terjadi yaitu sebesar 62.73%. Dari hasil analisis switching value mengindikasikan bahwa usaha peternakan ayam broiler terpadu lebih sensitif bila terjadi perubahan penurunan harga jual ayam broiler dibandingkan dengan terjadinya kenaikan harga DOC. Pada analisis nilai pengganti guna melihat perubahan maksimum yang boleh terjadi agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati agar masih tetap layak untuk dijalankan. Variabel yang akan dilihat perubahannya yaitu dari komponen inflow (penurunan harga jual ayam buras pedaging) dan outfow (peningkatan harga pakan ayam buras pedaging). Dari hasil tersebut akan terlihat seberapa besar perubahan maksimum yang akan terjadi. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Jenis-Jenis Ayam Buras Menurut Cahyono (2002), ayam buras terdiri dari beragam jenis, bentuk, ukuran, warna bulu, dan produktivitas. Menurut sejarah, ayam buras sudah dikenal rakyat sejak zaman kerajaan Kutai. Pemberian nama

27 15 ayam buras diawali dengan masuknya ayam ras ke Indonesia. Untuk memudahkan pembedaanya maka kelompok ayam domestik disebut ayam buras (bukan ras). Ayam buras berasal dari hasil domestikasi (ayam tidak komersial/liar) empat spesies, yakni Gallus varius (ayam hutan hijau), Gallus gallus (ayam hutan merah), Gallus lavayetti (ayam hutan jingga ceyklon). Setelah sekian lama mengalami perkembangan pada kondisi lingkungan yang berbeda maka terbentuklah beraneka ragam jenis ayam buras dengan karakteristik yang khas pada setiap jenis. Dari situlah muncul jenis ayam kampung, kedu, nunukan, pelung, bekisar, dan ayam hias. Gambar skema jenis ayam buras dan ayam ras yang ditulis secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 1. Ayam Hias Tipe Penghibur Ayam Kampung Tipe Dwiguna Ayam Buras Ayam Nunukan Tipe Dwiguna Keluarga Ayam Ayam Kedu Ayam Pelung Tipe Dwiguna Tipe Dwiguna Tipe Petelur Ayam Ras Tipe Pedaging Tipe Dwiguna Gambar 1 Skema jenis ayam buras dan ayam ras Sumber: Bambang Cahyono 2002 Menurut Cahyono (2002), ciri khas dari setiap jenis ayam buras berbeda-beda, hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Ayam Hias Ayam hias banyak macamnya dengan ukuran badan dan warna bulu yang beragam pula. Ayam ini umumnya tidak dipotong sebagai unggas penghasil daging maupun telur. Jenis ini lebih cocok dipelihara sebagai ternak kesayangan, karena memiliki warna, bulu, suara, ataupun bentuk badan yang menarik. Jenis - jenis ayam hias antara lain ayam katai dan bekisar. Ayam bekisar merupakan hasil persilangan antara ayam hutan hijau jantan dengan ayam kampung betina, sedangkan ayam katai terdiri dari katai hitam, katai putih, katai nanking, katai berbulu kukuk, katai inggris dan katai jepang.

28 16 2. Ayam Kampung Menurut Cahyono (2001), ayam kampung memiliki ukuran tubuh yang kecil dan bentuknya agak ramping. Berat badannya mencapai 1.4 kg pada umur 4 bulan, dan produksi telurnya mencapai 135 butir/tahun. Berat badan ayam kampung yang disukai masyarakat berkisar kg. Jenis ayam kampung ini memiliki bulu warna putih, hitam, cokelat, kuning kemerahan, kuning, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Pada ayam jantan memiliki jengger yang bergerigi dan berdiri tegak, serta berukuran agak besar. Sedangkan pada ayam betina memiliki jengger kecil dan tebal, tegak, serta berwarna merah cerah. Pada ayam jantan memiliki pial (gelambir) yang berukuran sedang dan berwarna merah cerah, sedangkan pada ayam betina memiliki pial sangat kecil dan berwarna merah cerah. Warna kulit kuning pucat, muka merah, kaki agak panjang dan kuat. Jenis ayam kampung merupakan tipe ayam dwiguna, yaitu dapat diusahakan untuk pedaging maupun untuk petelur. 3. Ayam Nunukan Ayam nunukan diduga berasal dari dataran Cina. Jenis ayam ini pada mulanya dikembangkan di daerah nunukan di pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ciri khas ayam nunukan adalah pada anakannya, yang sampai umur 12 minggu tidak berbulu (berbulu kapas). Jenis ini dapat dibudidayakan untuk pedaging dan petelur. Dagingnya tebal dan berat badannya rata-rata mencapai 20-30% lebih berat dari ayam kampung yaitu ayam jantan dewasa kg, dan betina dewasa kg. Produksi telurnya yaitu butir/tahun. Ayam nunukan dewasa memiliki warna bulu yang bermacam-macam, yaitu merah tua, merah muda, merah kekuningan dengan bulu hitam pada sayap dan ekor. Bentuk jengger ada yang besar, tebal, agak kecil dan tipis. Bulu sayap ekor ayam betina tumbuh sempurna, sedangkan jantan tidak sempurna (bulu ekor pendek tampak seperti daging), kulit dan paruhnya berwarna kuning (Cahyono 2002). 4. Ayam Kedu Ayam Kedu bermula di desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Warna bulu ayam kedu ada yang hitam, putih dan lurik. Ayam kedu hitam yang masih muda berbulu hitam mengkilap, tetapi bila telah dewasa warna bulu pada bagian kepala dan leher berubah menjadi kemerah-merahan dan bulu kepalanya akan berubah menjadi merah, jengger dan pialnya berwarna hitam pada yang betina, sedangkan pada yang jantan jengger dan pialnya berwarna merah. Salah satu jenis kedu hitam adalah ayam kedu cemani. Seluruh bagian tubuh ayam ini berwarna hitam, bahkan darahnya pun berwarna hitam. Ayam kedu putih bulunya berwarna putih mulus, jengger, pial dan mukanya berwarna merah. Ayam kedu dapat dijadikan ayam petelur dan dwiguna (petelur dan pedaging). Ciri fisik ayam kedu tipe dwiguna adalah dada lebar, kedua sayap kuat tertutup, sayap rata atau miring ke belakang, kaki

29 17 pendek, kulit kaki agak mulus, tapak kaki berdaging tebal, bertelur agak lambat (setelah berumur 6 bulan), ukuran badan besar dan daging tebal, ayam betina umur 2 tahun beratnya mencapai 2,5 kg, sedangkan jantan umur 2 tahun beratnya antara 3-3,5 kg (Cahyono, 2002). 5. Ayam pelung Ayam pelung biasanya dipelihara sebagai hewan klangenan, terutama yang jantan. Suara pelung jantan tergolong indah dan merdu yaitu suara yang nyaring, panjang dan berirama sedangkan yang betina biasa saja. Ayam pelung dapat dijadikan sebagai ayam petelur dan pedaging. Memiliki tubuh yang besar dan daging tebal serta produksi telur sebanyak 144 butir/tahun. Berat badan betina pada umur 2 bulan mencapai 370 g, jantan 395 g. Pada umur 5 bulan berat badan ayam betina mencapai 1,6 kg dan jantan 1,8 kg. Berat telur ayam pelung per butir rata-rata 41 g. Ayam pelung memiliki warna bulu hitam dan kuning, kulit karkas berwarna kuning pucat, karkas dari ayam jantan bulat memanjang dan betina bulat lonjong. Kaki agak panjang dan kuat, pada ayam jantan memiliki jengger agak besar, berdiri tegak dan bagian pinggirnya bergerigi, sedangkan betina kecil, tebal dan berwarna merah (Cahyono 2002). Usaha Peternakan Ayam Buras Perkembangan ayam buras saat ini tidak sebagus perkembangan ayam ras, begitupula dengan konsumsi ayam buras pedaging saat ini memang tidak sebanyak akan konsumsi ayam ras pedaging. Hal ini dikarenakan, produksi yang dilakukan saat ini diperoleh dari pemeliharaan secara umbaran di halaman rumah. Kalaupun ada yang khusus membesarkan ayam buras, populasi yang dipelihara tidak terlalu banyak, paling hanya puluhan ekor saja. Menurut Ade M. Zulkarnain, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) bisnis ayam buras sangat menjanjikan. Peternak di Sukabumi itu pernah mensurvei ke beberapa pusat perdagangan ayam buras di Jatinegara, Pulogadung, dan Pademangan semua di Jakarta. Hasilnya " Permintaan dan pasokan tidak seimbang", ujarnya. Ada banyak faktor yang membuat pasar ayam buras terbuka lebar. Di antaranya, ayam buras telah menembus pasar swalayan di berbagai kota besar di Pulau Jawa. Sehingga citra ayam buras di pasar tradisional perlahan mulai luntur. Cita rasa daging ayam buras sangat lezat dan gurih yang jauh mengungguli ayam ras, hal ini membuat ayam buras diminati oleh masyarakat. Selain itu, banyak rumah makan dan restoran menyajikan menu berbahan baku ayam buras. Baik itu dimasak menjadi ayam goreng, ayam sayur, atau aneka olahan daging (Trubus Exo, 2010). Usaha peternakan ayam buras ditujukan untuk peternakan rakyat. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah No 77 tahun Usaha peternakan ayam buras yang terdiri dari usaha budidaya, pembibitan dan persilangan ayam buras, dalam pelaksanaannya hanya dibatasi untuk usaha mikro, kecil, dan koperasi, serta jumlah pemeliharaan ayam buras yang

30 18 dilakukan oleh peternak maksimal ekor untuk satu orang peternak. Hal senada juga dikemukakan oleh Menteri Pertanian Suswono bahwa peternakan ayam buras hanya diperuntukkan pada peternakan rakyat (Trubus Exo, 2010). Perkembangan usaha ternak ayam buras dilakukan dengan cara memperbaiki kondisi pemeliharaan yang lebih baik dengan memperhatikan kondisi ayam dan lingkungan. Perkembangan usaha ternak ayam buras yang semakin meningkat dilihat dari semakin banyaknya rumah makan yang menjual masakan ayam buras sebagai menu utama. Oleh karena itu perlu dilakukannya sistem pemeliharaan ayam buras yang intensif. Sistem Pemeliharaan Ayam Buras Pemeliharaan ayam buras pada umumnya dilakukan sebagai hewan ternak hanya untuk konsumsi dan hobbi. Menurut Nurcahyono (2002) sistem pemeliharaan ayam buras dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu diantaranya: 1. Sistem pemeliharaan ekstensif Sistem pemeliharaan secara ekstensif yaitu ayam buras dibiarkan bebas berkeliaran mencari makanan sendiri. Ayam-ayam ini pada sore hari akan pulang ke kandang. Sistem pemeliharaan secara ekstensif ini keuntungan tidak dipedulikan. Ayam hanya berfungsi sebagai piaraan sampingan, jika keadaan mendesak, ayam dijual atau dipotong. 2. Sistem pemeliharaan semiintensif Sistem pemeliharaan semiintensif yaitu kebutuhan ayam terhadap pakan sebagiaan disediakan oleh pemelihara. Pada pagi hari ayam diberi pakan sekadarnya, lalu dilepas untuk mencari pakan sendiri pada siang hari. Meskipun dilepas diluar kandang, ayam ini masih dibatasi ruang geraknya oleh pagar di sekitar kandang. Sistem ini telah memungkinkan ayam terlindung dari serangan pemangsa. Pada sore hari ayam akan masuk ke kandang. Biasanya ayam diberi pakan lagi. 3. Sistem pemeliharaan intensif Sistem pemeliharaan secara intensif yaitu semua kebutuhan ayam disediakan oleh pemeliharanya. Ayam tidak lagi dibiarkan mencari pakan di lingkungan sekitar, karena kebutuhan hidup ayam disediakan di dalam kandang. Pemeliharaan secara intensif lebih baik dibandingkan dengan pemeliharaan secara ekstensif maupun semiintensif. Hal ini agar peternak lebih fokus terhadap usaha ternak yang dijalankannya. Sehingga hasil yang dihasilkan akan lebih baik dari pada pemeliharaan yang ekstensif. Teori Investasi Investasi dapat didefinisikan dengan suatu kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Setiap bisnis maupun proyek yang dijalankan,

31 19 pasti akan mengeluarkan biaya investasi. Biaya investasi yang dikeluarkan biasanya berjumlah besar misalnya membeli lahan, membuat gedung atau pabrik, dan lain sebagainya. Untuk memenuhi hal tersebut maka harus diperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan investasi yaitu aspek uang yang merupakan aspek yang ditanam dan diharapkan manfaatnya dikemudian hari, aspek waktu yang digunakan untuk menilai kelayakan. Investasi adalah awal dari kegiatan ekonomi maupun kegiatan bisnis bagi pelaku usaha yang menjalankannya. Investasi dapat dilakukan oleh semua pihak baik oleh masyarakat sebagai kegiatan bisnis dan pemerintah sebagai penyelenggara kegiatan untuk pelayanan kebutuhan bagi masyarakat. Masyarakat melakukan investasi dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu barang dan jasa, dan untuk memenuhi keinginan. Investasi sangat erat hubungannya dengan tingkat suku bunga. Besarnya tingkat suku bunga akan membuat seseorang membuat suatu pilihan terhadap uang yang dimilikinya. Seseorang yang mempunyai uang akan memutuskan untuk menginvestasikan uangnya pada kegiatan bisnis atau menabung uangnya ke pada bank tertentu, yang nantinya akan dilihat pilihan mana yang akan memberikan manfaat terbesar dari uang yang dimiliki. Tingkat suku bunga (r) Fungsi investasi I(r) Gambar 2 Fungsi investasi Sumber: Mankiw 2007 Investasi (I) Kurva pada Gambar 2 menggambarkan fungsi investasi. Kurva fungsi investasi berbentuk miring ke bawah. Dari pola hubungan antara investasi dan tingkat suku bunga dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan investasi merupakan fungsi dari suku bunga dan hubungan antara dua variabel itu merupakan hubungan negatif. Hal ini mempunyai arti bahwa bila hal-hal lain tetap (ceteris paribus), pada tingkat suku bunga yang lebih rendah volume investasi akan lebih besar, sedangkan pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi volume investasi akan lebih rendah. Tingkat suku bunga dan investasi sangat berhubungan dalam hal pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan suatu usaha. Uang yang dimiliki akan

32 20 digunakan untuk suatu usaha dimana nantinya akan memberikan manfaat atau menabungkan uangnya dan akan mendapatkan manfaat juga. Namun, apabila menabungkan uang ke bank besarnya manfaat sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Sedangkan, apabila menginvestasikan uang untuk suatu usaha atau kegiatan bisnis, besarnya tingkat suku bunga yang akan diperoleh dapat lebih kecil ataupun lebih besar dari tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga (r) Tabungan (S) Tingkat suku bunga Keseimbangan r e Fungsi investasi I(r) Investasi (I) Gambar 3 Kurva tingkat bunga, investasi, dan tabungan Sumber: Mankiw 2007 Pada Gambar 3 menjelaskan hubungan antara tingkat suku bunga, investasi, dan tabungan. Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai biaya untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana semakin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis atau proyek adalah suatu proses kegiatan investasi yang direncanakan untuk dilaksanakan, dengan menggunakan berbagai sumber daya yang ada dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan dari proses tersebut diharapkan akan memberikan benefit atau manfaat di masa yang akan datang kepada pemilik selama jangka waktu tertentu. Proyek merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada

33 untuk memperoleh manfaat. Gittinger (1986), mengungkapkan bahwa kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode tertentu. Secara umum bisnis maupun proyek yang dilakukan pasti membutuhkan sejumlah uang yang disebut biaya-biaya yang dikeluarkan demi keperluan proyek dengan harapan dapat memberikan manfaat. Suatu kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan bisnis ataupun proyek harus diperhitungkan, guna melihat apakah bisnis yang dilakukan memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan usaha atau proyek selama umur bisnis atau proyek tersebut (Ibrahim 1998). Penentuan panjangnya umur bisnis berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis ada tiga cara (Nurmalina et al 2010): 1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering dipakai, ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kirakira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis. 2. Umur Teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi 3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10% maka present value akan kecil sekali karena nilai DF-nya kecil mendekati nol. Studi kelayakan proyek merupakan suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat dibutuhkan oleh berbagai pihak, antara lain (Umar 1997): 1. Pihak Investor Studi kelayakan yang telah dibuat dan ternyata layak untuk dilaksanakan, maka jika usaha tersebut membutuhkan dana dapat mengajukannya kepada investor. Calon investor yang ditawarkan tentu akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena calon investor mempunyai kepentingan langsung sehubungan dengan keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkan. 2. Pihak Kreditor Pendanaan proyek juga dapat diajukan kepada pihak kreditor seperti pihak bank. Pihak bank juga perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat tersebut, termasuk 21

34 22 mempertimbangkan sisi-sisi lain, misalnya bonafitditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan sebelum memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak. 3. Pihak Manajemen Perusahaan Pembuatan suatu studi kelayakan bisnis dapat dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan selain dibuat sendiri oleh pihak internal perusahaan. Guna untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan selanjutnya terhadap bisnis yang dijalankan. 4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Studi kelayakan bisnis yang disusun perlu memperhatikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. Bagi masyarakat hasil studi kelayakan bisnis merupakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat. 5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga menganalisis manfaat yang akan didapat atau biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Proyek-proyek yang diusulkan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pada umumnya masih bersifat makro (secara umum masih didasarkan pada skala prioritas dan kebutuhan dari masing-masing daerah) yang masih memerlukan penjabaran dan penelaahan serta penilaian dari segi analisis proyek sampai seberapa jauh proyekproyek yang diusulkan ini dapat memberikan benefit, baik yang bersifat social benefit maupun financial benefit. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian-penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek jika dilaksanakan akan berhasil. Indikator keberhasilan dalam menilai sebuah proyek yang berjalan beragam. Penentuan keberhasilan pelaksanaan proyek tergantung dari sudut pandang subyek yang melakukan kegiatan investasi. Investor swasta akan menganggap suatu proyek berhasil dilaksanakan apabila memberikan manfaat ekonomis bagi pihak pelaksana, sedangkan menurut pemerintah atau lembaga- lembaga nonprofit akan cenderung kearah manfaat sosial yang dirasakan masyarakat secara luas. Ibrahim (1998) mengatakan layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. Proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit pada umunya adalah proyek-proyek yang benefitnya dihitung dari segi manfaat yang diberikan proyek tersebut terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan usaha/proyek yang dinilai dari segi financial benefit adalah usaha-usaha yang dinilai dari segi keuntungan yang dapat diperoleh bagi pelaksana bisnis. Proses kegiatan studi kelayakan investasi adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh pemilik modal (investor) swasta, mulai dari kegiatan identifikasi proyek, studi persiapan, evaluasi akhir dan laporan hasil

35 evaluasi kepada pihak manajemen. Laporan hasil evaluasi investasi kepada pihak manajemen adalah sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen apakah rencana investasi tersebut layak atau tidak layak dilaksanakan (Sinaga 2009). Menurut Gittinger (1986) rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, disebut sebagai "siklus proyek". Siklus ini merupakan tahap-tahap atau urutan-urutan yang dilalui didalam kegiatan suatu bisnis yaitu: 1. Identifikasi Tahap pertama dalam suatu siklus adalah mendapatkan proyekproyek yang potensial. usulan-usulan mengenai bisnis bisa datang dari beberapa sumber, yaitu dari para ahli dalam bidang teknis dan pimpinan-pimpinan setempat yang dikenal (Gittinger 1986). Setelah identifikasi potensi bisnis dilakukan, maka perlu diidentifikasi berbagai tempat atau lokasi yang dirasakan dan diperkirakan dapat memberikan keuntungan bila dilakukan kegiatan bisnis di lokasi tersebut. Ide untuk pengadaan kegiatan bisnis yang baru juga diperoleh dari usulan-usulan untuk memperluas kegiatan-kegiatan yang telah ada, teknologi baru yang mungkin dapat diterapkan pada bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010). 2. Persiapan dan Analisa Setelah dilakukan identifikasi atas proyek, maka dimulailah proses persiapan yang lebih mendetail, serta analisa daripada rencanarencana proyek. Tahap ini meliputi semua kegiatan yang perlu dilakukan terhadap pelaksanaan suatu bisnis yang akan dilaksanakan. Hal ini biasanya diawali dengan pembuatan studi kelayakan bisnis dari kegiatan bisnis di lokasi tertentu yang sudah ditentukan, meliputi berbagai aspek seperti aspek teknis, aspek pasar, aspek finansial dan lainnya (Nurmalina et al 2010). Langkah pertama yang biasa digunakan dalam persiapan dan analisa suatu proyek adalah melakukan studi kelayakan yang akan memberikan informasi yang cukup untuk menentukan dimulainya perencanaan yang lebih lanjut. Studi kelayakan harus menegaskan tujuan-tujuan daripada proyek secara jelas dan harus difokuskan pada persoalan apakah cara-cara yang dipilih sudah sesuai untuk mencapai tujuan tersebut, dan studi kelayakan akan membantu perencana bisnis meniadakan alternatif-alternatif lain yang tidak menguntungkan. Apabila hasil studi kelayakan telah menunjukkan proyek yang mana yang lebih menguntungkan, maka perencanaan dan analisa dapat dimulai secara terperinci (Gittinger 1986). Persiapanpersiapan dari suatu rencana harus disiapkan dan direncanakan secara baik, agar penundaan pelaksanaan dapat dicegah dan sumberdaya dapat dihemat. Pengaturan waktu atas studi kelayakan harus dipertimbangkan. 3. Penilaian Setelah suatu proyek dipersiapkan, biasanya dilakukan suatu pengkajian atau suatu penilaian tersendiri. Hal ini memberikan kesempatan untuk memeriksa kembali tiap-tiap aspek daripada 23

36 24 rencana suatu proyek, akan tetapi mungkin akan melibatkan informasi baru apabila spesialis-spesialis dari team penilaian merasa bahwa sebagaian data diragukan atau sebagaian dari asumsi itu tidak tepat. Apabila team penilai menyimpulkan bahwa rencana proyek tersebut masuk akal, investasi bisa diteruskan. Tetapi jika team penilai menemukan kekurangan yang cukup serius, kemungkinan perlu bagi analis untuk merubah rencana proyek atau mengembangkan suatu rencana yang sama sekali baru (Gittinger 1986). 4. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap yang terpenting dalam suatu siklus yang direncanakan, karena apabila suatu proyek sudah direncanakan dengan baik akan tetapi tidak dilaksanakan maka proyek tersebut tentunya tidak akan terealisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam tahap ini adalah bahwa bisnis yang akan dilaksanakan harus diusahakan untuk dapat mencapai manfaat yang telah ditetapkan, bisnis yang akan dilaksanakan mempunyai pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, baik pengaruh positif maupun negatif. Pelaksanaan bisnis harus fleksibel mengingat bahwa keadaan yang selalu terus berubah. Perubahan ini dapat bersifat teknis, perubahan harga, perubahan lingkungan ekonomi dan politik yang nantinya akan merubah cara pelaksanaan dari suatu bisnis yang telah direncanakan (Nurmalina et al 2010). 5. Evaluasi Tahap paling akhir dalam siklus suatu pengembangan kegiatan bisnis adalah evaluasi. kegiatan bisnis yang telah dilaksanakan perlu dilakukan tahap evaluasi secara sistematis apakah bisnis yang telah dilakukan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan apakah masih memberikan manfaat selama umur bisnis tersebut masih ada. Evaluasi yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pelaksana bisnis untuk menilai apakah masukan yang dapat digunkan untuk rencana bisnis yang akan datang. Evaluasi suatu bisnis tidak harus dilakukan pada periode akhir bisnis, tetapi dapat dilakukan pada saat bisnis yang sedang berjalan (Nurmalina et al 2010). Teori Biaya dan Manfaat Gittinger (1986) mendefinisikan biaya adalah segala sesuatu yang dapat mengurangi tujuan dari bisnis yang dijalankan. Biaya yang dikeluarkan sebelum bisnis berjalan dan selama kegiatan operasional bisnis berlangsung. Boediono (1998) menyatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan.

37 25 Biaya TC TVC TFC Gambar 4 Fungsi biaya sumber : Boediono 1998 Q Gambar 4 menunjukkan bahwa biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variable serta total biaya. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu. Biaya jenis ini tidak pernah berubah dalam hubungannya dengan jumlah satuan yang diproduksikan. Komponen biaya tetap meliputi sewa, penyusutan, pajak, dan sebagainya. Biaya variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding degan bertambahnya volume kegiatan. Jenis biaya ini jumlahnya bertambah sesuai dengan bertambahnya volume produksi sehingga biaya-biaya per satuannya cenderung bertambah pula. Biaya total (Total Cost) adalah jumlah total biaya tetap (Fixed Cost) dan total biaya variabel (Variabel Cost). Komponen biaya variabel meliputi biaya-biaya seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya adalah suatu korbanan yang mengurangi manfaat yang mungkin diterima. Biaya dapat dibedakan menjadi: 1. Biaya modal, merupakan dana untuk investasi yang penggunannya bersifat jangka panjang. Contoh biaya modal seperti dana yang digunakan untuk pembelian tanah, pembuatan bangunan maupun pabrik, serta pembelian mesin. Biaya modal yang dikeluarkan biasanya dalam jumlah besar dimana dapat dikatakan sebagai biaya investasi dalam menjalankan suatu usaha. Jumlah uang yang dikeluarkan dalam hal pembelian tanah, pembuatan bagunan maupun pabrik pasti membutuhkan dana atau modal dalam jumlah yang besar. 2. Biaya operasional atau modal kerja, merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat kegiatan proyek mulai dilaksanakan. Contoh biaya operasional seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya operasional ini nantinya akan dibagi menjadi dua komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap ini akan dikeluarkan setiap kali melakukan suatu proses

38 26 produksi dan besaran biaya yang dikeluarkan tidak diperngaruhi apabila terdapat penambahan input seperti jumlah input yang digunakan. Adapun biaya tetap ini seperti biaya sewa lahan dan lain sebagainya. Biaya variable ini selalu berubah-ubah tergantung dari input yang digunakan seperti jumlah bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan output. 3. Biaya lainnya, merupakan biaya selain biaya modal dan operasional yang dikeluarkan selama proyek berjalan. Contoh dari biaya lainnya seperti pajak. Jenis biaya dalam evaluasi proyek pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung (Ibrahim 1998). Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan proyek, seperti biaya investasi, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan proyek. Biaya tidak langsung adalah biaya yang perlu diperhitungkan dalam menganalisis proyek, seperti biaya polusi udara karena adanya proyek, biaya untuk mengatasi pencemaran, bising, dan berbagai biaya lainnya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif atas keberadaan proyek.manfaat adalah suatu hasil yang diperoleh dari kegiatan bisnis yang dapat menambah pendapatan suatu kegiatan bisnis. Gittinger (1986) menyatakan bahwa manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan bisnis. Dilihat dari sifatnya, manfaat proyek dapat digolongkan menjadi (Ibrahim 1998) : 1. Manfaat langsung (direct benefits) Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek. Semua manfaat yang diperoleh sebagai tujuan utama dalam pembangunan proyek dinamakan juga manfaat langsung. 2. Manfaat tidak langsung (indirect benefits) Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier effects dari proyek yang dibangun terhadap kegiatan pembangunan lainnya. Usaha peternakan ayam buras juga pasti terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima dari kegiatan usaha tersebut. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha ternak ayam buras dengan pemeliharaan secara intensif, salah satunya adalah sewa kandang (jika status kandang adalah sewa). Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan adalah biaya pembelian pakan ternak, DOC, dan biaya pemeliharaan. Manfaat atau penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usaha ternak ayam buras ini adalah hasil penjualan ayam buras dan kotorannya. Sehingga penerimaannya adalah hasil perkalian antara jumlah ayam buras yang dihasilkan dikalikan dengan harga ayam buras. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis adalah menyangkut beberapa aspek yang mungkin saling terlibat antara satu dengan lainnya. Aspek-aspek yang berkaitan satu sama lainnya menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman

39 27 modal atau investasi tersebut dan dengan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagai dalam dua kelompok yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. 1. Aspek-aspek Nonfinansial Studi Kelayakan Pada tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain saling berkaitan. Secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut (Nurmalina et al 2010): a. Aspek Teknis Teknik merupakan penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan melalui pengetahuan, dan pengalaman praktis yang diterapkan untuk mendesain objek atau proses yang berguna. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek dan output berupa barang-barang nyata dan jasajasa. Hal itu sangat penting, dan kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas agar analisa secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi proyek dan letak pabrik yang paling menguntungkan. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal perkiraan biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. b. Aspek Pasar Aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan dengan kata lain aspek pasar sangat penting dilakukan karena tidak ada proyek binsis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh proyek atau bisnis tersebut. Pada dasarnya pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya antar penjual dan pembeli, atau tempat di mana kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran saling bertemu untuk membentuk suatu harga (Umar 1997). Pemasaran kegiatan bisnis diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran, serta dapat menghasilkan jumlah hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan. Aspek-aspek pasar yang perlu dipelajari dalam pelaksanaan suatu bisnis antara lain dari segi permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (Nurmalina et al 2010). c. Aspek Manajemen Aspek manajemen yang dievaluasi ada dua macam, yang pertama manajemen saat pembangunan proyek, dan kedua

40 28 manajemen saat proyek telah dioperasionalkan. Banyak terjadi proyek-proyek gagal dibangun maupun dioperasikan bukan disebabkan karena aspek lain, tetapi karena lemahnya manajemen (Umar 1997). Suatu proyek yang dijalankan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pasti menggunakan input-input yang biasa disebut faktor produksi. Faktor produksi seperti uang, tanah, gedung, mesin dan bahan baku lainnya adalah benda mati, jika tanpa manusia yang menjalankannya maka faktor produksi tersebut tidak dapat beroperasi, karena itulah suatu manajemen sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu organisasi bisnis maupun proyek. Dalam aspek organisasi dan manajemen yang perlu diuraikan adalah bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari gagasan usaha/proyek yang direncakan secara efisien. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan maka dapat disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan proyek atau usaha tersebut. Berdasarkan pada struktur organisasi yang ditetapkan, kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan (Ibrahim 1998). d. Aspek Hukum Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman dengan jaminan sertifikat, akta, dan ijin lainnya. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010). e. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu, aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi binis (Nurmalina et al 2010). Aspek ekonomi mempelajari seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang terserap oleh usaha yang dilaukan. Aspek lingkungan mempelajari mengenai pengaruh usaha terhadap lingkungan, apakah pelaksanaan suatu usaha menciptakan lingkungan yang semakin baik atau justru merusak lingkungan di sekitar lokasi usaha. Setiap pelaku usaha, harus memperhatikan masalah dampak lingkungan yang merugikan, karena lingkungan itu sendiri nantinya akan mempengaruhi jalannya usaha tersebut dalam jangka panjang.

41 2. Aspek Finansial Studi Kelayakan Analisis finansial dalam suatu usaha dilakukan untuk mengetahui pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang dijalankan. Selain itu, analisis finansial juga berperan dalam mengetahui perkiraan dan aliran kas dari suatu bisnis. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila memberikan keuntungan finansial, sedangkan dinyatakan tidak layak bila tidak memberikan keuntungan finansial, jika usaha tersebut dilihat secara privat. Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) digunakan untuk menghitung berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis, juga untuk mempelajari struktur pembiayaan yang bagaimana yang paling menguntungkan, yaitu dengan menentukan berapa dana yang harus disiapakan lewat pinjaman dari pihak yang lain (jika kekurangan modal untuk membiayai bisnis yang dijalankan) dan berapa dana dari modal sendiri. Pada analisis kelayakan finansial perlu dilakukan rincian biaya yang dikeluarkan maupun manfaat yang diterima melalu arus kas (Cashflow). Setelah itu dilakukan analisis finansial dari suatu bisnis dapat menggunakan analisis laba rugi, analisis kriteria kelayakan investasi serta analisis nilai pengganti (switching value) a. Arus Kas (Cashflow) Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung dalam bisnis tersebut. Aliran penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow) tersebut dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow), yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi kondisi kas pada suatu peride tertentu (Nurmalina et al 2010). Suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur yaitu i. Arus penerimaan (Inflow) Arus penerimaan atau inflow didalamnya akan dimasukkan setiap komponen yang merupakan pemasukan dalam bisnis. Komponen yang termasuk ke dalam inflow antara lain: nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa, salvage value (Nurmalina et al 2010). ii. Arus pengeluaran (Outflow) Arus pengeluran adalah aliran yang menunjukkan pengurangan pada kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan bisnis. Komponen yang terdapat dalam outflow diantarnya: biaya investasi, biaya operasional (biaya tetap maupun biaya variable), dan biaya lainnya yang telah dikeluarkan. iii. Manfaat Bersih (Net benefit) Manfaat bersih adalah total manfaat yang diperoleh dari total inflow dikurangi total outflow. 29

42 30 b. Analisis laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah suatu proses keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu usaha perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output diantaranya adalah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku (Nurmalina et al 2010). Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum, dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harga tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Pengurangan laba operasi setelah bunga dan pajak akan menghasilkan laba bersih. c. Analisis kriteria kelayakan investasi Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi (Nurmalina et al 2010). Menurut Nurmalina (2010) beberapa kriteria investasi diantaranya sebagai berikut: i. NPV (Net Present Value) Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari suatu usaha (Nurmalina et al 2010). Menurut Sinaga (2009) Net Present Value adalah selisisih arus penerimaan dan pengeluaran selama umur proyek (masa waktu pembangunan proyek ditambah masa operasional selama umur ekonomisnya) yang sudah dihitung dengan nilainya sekarang (sudah di present value) dengan menggunakan discount factor. Perhitungan NPV yang dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha peternakan ayam buras pedaging.jika NPV menghasilkan nilai positif maka investasi tersebut dapat dijalankan atau diteruskan, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka investasi yang dilakukan tidak layak untuk dilakukan. ii. IRR (Internal Rate of Return) Internal Rate of Return adalah cara untuk menghitung besarnya tingkat keuntungan rata-rata bersih (Return on Investment) yang dihasilkan proyek tiap tahun selama umur ekonomis proyek tersebut. Para pemiliki modal atau

43 31 lembaga-lembaga keuangan internasional (IMF, World Bank, atau lembaga-lembaga keuangan non bank) dalam memberikan pinjaman untuk suatu investasi, pada dasarnya menggunakan penilaian apakah proyek-proyek yang dibiayai dengan pinjaman tersebut layak atau tidak, dengan melihat besarnya IRR yang dihasilkan proyek dengan memperhatikan Cash flow dan Payback period investasi (Sinaga 2009). Perhitungan IRR dilakukan untuk mengetahui kemampuan usaha peternakan ayam buras pedaging dalam menghasilkan persentase keuntungan bersih rata-rata tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek. Investasi dikatakan layak, jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku di pasar modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku di pasar modal maka bisnis tersebut tidak layak dilaksanakan. Hasil nilai IRR akan menghasilkan nilai NPV yang nol. Hubungan antara IRR dan NPV dapat dilihat pada Gambar 5. NPV+ NPV 1 IRR i = Discount Rate (%) NPV 2 i 1 i 2 NPV - Gambar 5 Hubungan Antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al 2010 iii. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) Perhitungan Net B/C berfungsi untuk melihat perbandingan antara jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam buras pedaging dengan keseluruhan jumlah manfaat yang diperoleh.

44 32 Usaha ini dikatakan layak, jika perhitungan Net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan satu. iv. PP (Payback Period) Perhitungan Payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi modal kembali, dilihat dari keuntungan bersih proyek sesudah diperhitungkan pajak perusahaan. Semakin cepat investasi kembali, maka semakin baik bagi pemilik modal. d. Analisis nilai pengganti (switching value) Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang digunakan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output atau penurunanproduksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al 2010). Perhitungan nilai pengganti (switching value) mengacu pada seberapa besar perubahan terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. Pada kondisi NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C sama dengan satu. Dengan melakukan analisis switching value, dapat diketahui besarnya perubahan maksimum dari komponen inflow maupun outflow yang masih boleh terjadi agar mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan. Hasil analisis ini juga dapat mengetahui perubahan komponen mana (inflow atau outflow) yang paling sensitif terhadap layak atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan Kerangka Pemikiran Operasional Kegiatan bisnis budidaya ayam buras pedaging memiliki peluang yang baik. Cita rasa daging ayam buras pedaging lebih lezat dan gurih yang jauh mengungguli ayam ras membuat ayam buras pedaging lebih diminati oleh masyarakat. Meningkatnya segala kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh perubahan peningkatan pendapatan membuat masyarakat ingin hidup lebih sehat. Ayam buras pedaging merupakan alternatif pilihan bagi masyarakat sebagai penyedia pangan bergizi dalam bentuk daging maupun telur yang sangat dibutuhkan. Produksi ayam buras pedaging yang semakin meningkat diiringi dengan konsumsi yang semakin meningkat juga, sehinggga belum bisa memenuhi permintaan daging ayam buras saat ini. Salah satu cara agar permintaan daging ayam buras pedaging dapat dipenuhi yaitu dengan mengubah sistem pemeliharaan ayam buras. Saat ini masih sedikitnya orang yang memelihara ayam buras pedaging dalam jumlah banyak. Hal ini disebabkan karena sistem pemelihara ayam buras pedaging saat ini masih banyak menggunakan sistem ekstensif yang kebanyakan memelihara dalam jumlah yang kecil. Pengusahaan ayam buras pedaging

45 pada umumnya masih dilakkukan secara tradisional baik dipedesaan maupun diperkotaan. Salah satu kelompok yang mengusahakan ayam buras pedaging dengan cara intensif adalah Kelompok Tani Sehati. Usaha peternakan ayam buras pedaging yang menggunakan cara pemeliharaan ayam buras secara intensif memerlukan kandang ternak yang membutuhkan biaya yang cukup besar untuk biaya investasi. Kandang yang dibangun oleh kelompok tani sehati sebanyak 3 buah kandang dengan sumber modal usaha yang berasal dari Pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa). Analisis studi kelayakan usaha perlu dilakukan terhadap usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha ayam buras pedaging dari Kelompok Tani Sehati baik dari aspek nonfinansial maupun finansial. Mengingat investasi yang dikeluarkan cukup besar. Sehingga penelitian kelayakan usaha menjadi penting untuk dilakukan. Selain itu modal yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati berasal dari Pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa) yang belum dilakukan analisis kelayakan baik dari pihak Kelompok Tani Sehati maupun dari pihak Sarjana Membangun Desa (SMD) Penelitian kelayakan usaha tersebut meliputi aspek nonfinansial dan finansial. Aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial dan lingkungan. Aspek-aspek non-finansial akan dipaparkan secara deskriptif. Pada aspek pasar, variabelvariabel yang akan dianalisis meliputi penawaran dan permintaan yang akan menunjukkan adanya peluang pasar serta pemasaran output. Pada aspek teknis, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi lokasi peternakan, proses produksi, serta tata letak (layout). Pada aspek manajemen, variabelvariabel yang akan dianalisis meliputi struktur organisasi, job description, dan sistem pembagian pendapatan kelompok. Pada aspek hukum, variabelvariabel yang akan dianalisis meliputi bentuk badan usaha dan perijinan usaha. Pada aspek sosial dan lingkungan, akan dikaji pengaruh usaha terhadap lingkungan sekitar. Aspek finansial akan dilakukan dengan merinci semua pengeluaran maupun penerimaan yang disusun pada arus kas (cashflow). Kemudian baru dapat dilakukan analisis kelayakan usaha menggunakan perhitungan analisis laba rugi, analisis kriteria investasi yang terdiri dari: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C serta Payback Period (PP). Setelah melakukan kegiatan analisis aspek finansial dan didapatkan hasil mengenai kelayakan usaha pada kondisi saat ini. Setelah analisis tersebut dilakukan selanjutnya akan dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). Setelah analisis kelayakan finansial tersebut dilakukan, selanjutnya adalah menganalisis nilai pengganti (switching value), guna melihat batas maksimum dari perubahan komponen inflow dan outflow yang nantinya akan mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan dari sisi inflow yaitu terjadinya penurunan harga produk sedangkan pada sisi outflow yaitu terjadinya peningkatan harga pakan ayam buras pedaging. Hasil dari seluruh analisis kelayakan usaha, yang meliputi analisis aspek nonfinansial dan aspek finansial, akan digunakan untuk menentukan apakah usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati di Desa 33

46 34 Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat layak untuk dijalankan atau tidak. Jika hasil analisis adalah layak, maka usaha peternakan ayam buras kelompok dapat terus direalisasikan. Akan tetapi, jika hasil dari analisis adalah tidak layak, maka kelompok perlu melakukan evaluasi dan menyiapkan solusi sehingga usaha menjadi layak untuk dijalankan. Ada pun kerangka pemikiran mengenai kelayakan investasi pada peternakan ayam buras tersebut ditunjukan pada Gambar Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi daging ayam yang bergizi menyebabkan permintaan ayam buras meningkat. 2. Peningkatan permintaan daging ayam buras tidak dapat diimbangi dengan pasokan ayam buras yang cukup Perlu dilakukan usaha pembudidayaan ayam buras pedaging dengan teknik pemeliharaan yang intensif Kelompok Tani Sehati merupakan kelompok yang mengusahakan ayam buras pedaging dengan teknik pemeliharaan yang intensif Besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh Kelompok Tani Sehati Analisis Kelayakan Usaha Aspek Nonfinansial Aspek Finansial 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen 4. Aspek Hukum 5. Aspek Sosial, ekonomi, & Budaya 1. Arus Kas (Cashflow) 2. Analisis Laporan Laba Rugi 3. Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 4. Analisi Switching value Layak Dilanjutkan Tidak Layak Tinjauan Ulang Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional

47 35 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupatan Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan, diantaranya: pertama, populasi ternak ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati memiliki jumlah ternak yang paling banyak, dibandingkan di desa lainnya di Kecamatan Taman Sari. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah ternak yang diusahakan Kelompok Tani Sehati yaitu ekor. Kedua, pemilihan lokasi tersebut juga dikarenakan sistem pemeliharaan yang dilakukan pada Kelompok Tani Sehati dengan pola intensif yang mengakibatkan adanya biaya investasi kandang. Ketiga, sumber modal yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati berasal dari Pemerintah melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampaiapril 2013 untuk pengumpulan data dan analisis data. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi tentang peternakan ayam buras pedaging yang diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara langsung dengan para anggota kelompok ternak sehati dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Data primer yang diambil antara lain yaitu data jumlah penjualan ayam per periode, biaya operasional ternak ayam, biaya investasi yang dikeluarkan, dan sebagainya. Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan, Unit Pelayanan Teknis (UPT), internet, literatur yang relevan seperti jurnal, buku teks, majalah, surat kabar dan sebagainya serta penelitian-penelitan terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung, wawancara mendalam dan survey. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sedangkan untuk data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan browsing internet. Pengambilan data dengan metode pengamatan langsung dilokasi penelitian, yakni dengan wawancara dan pengamatan langsung dengan berbagai pihak yang terkait atau instansi lain yang terkait dengan penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging ini. Selain itu, data juga dikumpulkan melalui penelusuran

48 36 pustaka ataupun literatur di perpustakaan IPB, instansi terkait dan media cetak maupun internet. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan sifat data.data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek kelayakan non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Analisis secara kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati secara finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi, penilaian kriteria investasi yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi ( Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan masa pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan juga analisis nilai pengganti (Switching value). Data yang diperoleh diolah dengan menggunkaan Microsoft Excel dan kalkulator. Analisis Kelayakan Aspek Nonfinansial Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek nonfinansial disesuaikan dengan skala usaha proyek atau bisnis, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka analisis kelayakan nonfinansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek social dan lingkungan. 1. Aspek Pasar Analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada usaha peternakan ayam buras pedaging kelompok tani sehati terdapat beberapa hal yang perlu dikaji. Pertama, berkaitan dengan adanya permintaan baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan proyeksi permintaan. Kedua, berkaitan dengan penawaran baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor, bagaimana perkembangannya pada masa lalu dan perkiraan masa yang akan datang. Ketiga, berkaitan dengan harga yaitu apakah terdapat kecenderungan perubahan harga. Keempat, berkaitan dengan program pemasaran yang telah dilakukan apakah ada perubahan dengan yang akan dilakukan, mencakup strategi pemasaran dan bauran pemasarannya. Kelima, berkaitan dengan perkiraan penjualan yang bisa dicapai peternakan ayam buras pedaging kelompok tani sehati. Menurut Jumingan (2009), jika dari hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan dari produk maupun output yang dihasilkan maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil di masa yang akan datang.

49 Sehingga dapat disimpulkan indikator dari layak atau tidaknya usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati secara aspek pasar dilihat dari ada atau tidaknya permintaan akan ayam buras pedaging kepada Kelompok Tani Sehati. Selain itu dari hasil penelitian Sianturi (2011) dan Saputra (2011) layak atau tidaknya pada aspek pasar suatu usaha yang dijalankan dilihat dari banyaknya permintaan. Sehingga berdasarkan kedua peneliti tersebut aspek pasar juga dilihat dari adanya permintaan dari output yang dihasilkan. Sehingga pada penelitian ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati dikatakan layak secara pasar apabila output yang dihasilkan yaitu ayam buras pedaging masih adanya permintaan akan output tersebut. 2. Aspek Teknis Aspek teknis ini mencakup proses pembangunan proyek atau usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut dibangun. Aspek teknis yang akan dilakukan mencakup lokasi usaha, bagaimana proses produksi dilakukan, tata letak (layout), serta kriteria pemilihan mesin dan peralatan atau teknologi yang digunakan. Menurut Jumingan (2009), penilaian aspek teknis dilihat dari apakah lokasi yang digunakan untuk pendirian usaha sudah pada lokasi yang tepat, mesin dan peralatan yang digunakan apakah sudah sesuai, tersedia bahan baku dan penolong dalam jumlah yang cukup dan kontinu sehingga tidak mengganggu proses produksi, serta proses budidaya apakah sudah dilakukan sesuai dengan proses budidaya yang umum dilakukan. Apabila dalam usaha ternak ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati memenuhi kriteria tersebut, maka usaha ternak ayam buras yang dilakukan layak secara teknis. Menurut Cahyono (2002) untuk usaha peternakan ayam buras, faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aspek teknis yaitu faktor lingkungan hidup ternak. Lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan ayam buras adalah yang memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: a. Lokasi kandang harus terbuka dan cukup luas sehingga udaranya segar, bersih, dan tidak lembab. b. Lokasi tidak berdekatan dengan keramaian yang dapat menimbulkan kebisingan. c. Akses jalan menuju lokasi kandang dapat dijangkau dengan mudah. d. Lokasi harus bersih atau tidak berdekatan dengan tanaman atau bangunan-bangunan tinggi yang dapat menghalangi sinar matahari masuk ke kandang. Apabila lokasi usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati sudah sesuai dengan lingkungan hidup ternak ayam buras pedaging, maka secara lokasi pendirian kandang layak untuk dijalankan. Selain lokasi kandang perlu dilihat apakah teknologi yang digunakan sudah sesuai untuk usaha ternak ayam buras pedaging. 37

50 38 Menurut Harianto dan Krista (2011) ada lima alat yang dapat digunakan untuk memanaskan DOC ayam buras pedaging yaitu gasolek, semawar, pemanas batu bara, pemanas kayu bakar, dan lampu bohlam. Selain itu perlu dilihat juga proses budidaya yang dilakukan apakah sudah baik. Menurut Harianto dan Krista (2011) suatu usaha layak secara teknis budidayanya apabila menghasilkan output yaitu ayam buras pedaging tidak melebihi batas mortalitas maksimum. Mortalitas maksimum usaha peternakan ayam buras pedaging yaitu sebesar 10%. Apabila usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati memiliki tingkat mortalitas diatas 10% maka secara teknis budidaya tidak layak untuk dijalankan. Setelah itu perlu melihat apakah bangunan kandang yang dibangun sudah sesuai untuk usaha peternakan ayam buras pedaging. Ada dua jenis kandang yang dapat digunakan untuk usaha peternakan ayam buras pedaging yaitu kandang postal dan kandang panggung. Setelah itu dilihat apakah penempatan (layout) peralatan, kandang, serta sarana dan prasarana sudah sesuai dengan letaknya. Apabila dalam menjalankan usahanya secara teknis Kelompok Tani Sehati sudah memenuhinya maka usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati layak secara teknis. 3. Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk kelayakan suatu proyek investasi. Karena walaupun suatu proyek investasi telah dinyatakan layak untuk diusahakan tanpa dukungan dengan manajemen yang baik, maka bukan tidak mungkin proyek tersebut tidak akan berjalan dengan lancar bahkan mengalami kegagalan. Aspek manajemen yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut sumberdaya manusia (SDM) yang digunakan dalam kegiatan peternakan ayam buras pedaging oleh Kelompok Tani Sehati, serta fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan pengawasan yang diterapkan dalam proses operasional maupun non operasional. Dalam hal ini termasuk bahan kajian adalah mengenai pembagian kerja di kelompok ternak sehati. Menurut Mulyono (2002) dalam manajemen bisnis ayam buras perlu dilihat dari apakah suatu usaha ternak ayam buras tersebut sudah menjalankan fungsi manajemen. Apabila fungsi manajemen sudah dilakukan maka usaha ternak ayam buras dikatakan layak pada aspek manajemen. Adapun fungsi manajemen menurut Mulyono (2002) yaitu : a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan tindakan menentukan sasaran dan arah tindakan yang akan dijadikan pedoman. Di dalam perencanaan ini dituntut adanya keberanian dan kemampuan dalam mengasumsikan, meramalkan dan lain

51 sebagainya. Misalnya dalam merencanakan pakan maupun teknologi yang akan digunakan. b. Pengorganisasian (Organizing) Yaitu tindakan mengatur atau mengorganisir, termasuk membagi pekerjaan kepada semua pihak-pihak, kelompok, atau unit-unit yang terlibat. Pengorganisasian tersebut menyangkut tugas, wewenang, dan tanggung jawab; menetapkan dan memutuskan; serta merinci hubungan-hubungan yang diperlukan sehingga tercipta keterpaduan dalam melaksanakan tugas sesuai bidang masing-masing. Contoh pengorganisasian dalam usaha ayam buras yaitu harus ada pembagian tugas, dalam hal siapa yang menyediakan bibt atau DOC, menyediakan sarana peternakan, melakukan vaksinasi, menangani hasil, dan memasarkan hasil. Pembagian ini diatur berikut jadwal dan waktunya. c. Kepemimpinan (Leading) Kaitannya dengan kepemimpinan ialah peternak pada dasarnya bukan hanya tenaga kerja, tetapi juga manajer yang harus dapat mengambil keputusan dan memimpin usaha. d. Pengawasan (Controlling) Dalam prakteknya semua kegiatan belum tentu dilaksanakan sesuai yang direncanakan. Oleh sebab itu, harus ada pengawasan agar tetap mengikuti rencana yang telah ditetapkan.apabila Kelompok Tani Sehati dapat melakukan fungsi manajemen dengan baik pada kegiatan usahanya maka usaha peternakan ayam buras yang dijalankan pada aspek manajemen layak untuk dijalankan. Menurut Mulyono (2002) ada tiga hal yang perlu dilakukan manajemen pada usaha peternakan ayam buras yaitu manajemen produksi, manajemen keuangan, dan manajemen pemasaran. Manajemen produksi layak apabila mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, manajemen keuangan layak apabila dalam menjalankan usahanya mengetahui besarnya biaya dan manfaat yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi, serta manajemen pemasaran dikatakan layak apabila mampu memasarkan output yang dihasilkan. Apabila Kelompok Tani mampu menjalankan ketiga manajemen tersebut dengan melakukan fungsi manajemen dengan baik. Maka secara manajemen layak untuk dijalankan. Pada Penelitian Sianturi (2011) dan Saputra (2011) aspek manajemen dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki, dan dilihat dari aspek manjemen tersebut dapatkah menghasilkan output dari usaha yang dijalankan. Apabila mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankan maka secara aspek manajemen layak untuk dijalankan. 39

52 40 4. Aspek Hukum Aspek hukum ini meliputi badan hukum pengusahaan peternakan ayam buras milik kelompok tani sehati meliputi ijin-ijin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha peternakan ayam buras. Menurut Harianto dan Krista (2011) dalam menjalankan usaha ternak ayam buras pedaging penting untuk mendapatkan keabsahan usaha. Jenis ijin yang diperlukan antara lain surat keterangan ijin lingkungan, surat keterangan usaha dan tanda pendaftaran usaha peternakan rakyat. Selain perijinan resmi dari pihak terkait, ijin lain yang cukup mendasar dan penting adalah ijin dari masyarakat sekitar yang berdekatan langsung dengan peternakan dan juga ijin ke perangkat desa atau RT/RW setempat. Persetujuan dari masyarakat sekitar akan memudahkan ijin dari tingkat selanjutnya, yaitu kelurahan dan kecamatan. Apabila usaha ternak ayam buras sudah memiliki ijin-ijin tersebut maka usaha ternak ayam buras layak secara hukum. Indikator layaknya usaha dari aspek hukum, yaitu apabila Persyaratan hukum seperti ijin usaha, kepemilikan dokumen-dokumen tersebut sudah dipenuhi oleh peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati maka dapat dikatakan layak dilihat dari aspek hukum. 5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Analisis proyek investasi akan selalu ingin mempertimbangkan secara teliti pengaruh yang akan merugikan suatu proyek pada golongan-golongan tertentu dalam daerah-daerah tertentu (Gittinger, 1986). Pada aspek ini, analisis akan dilakukan untuk menilai apakah peternakan ayam buras pedaging milik Kelompok Tani Sehati memiliki dampak positif atau negatif setelah dan sebelum adanya investasi. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik kelompok maupun masyarakat luas termasuk pemerintahan. Menurut Jumingan (2009) sikap masyarakat yang mendukung adanya usaha petenakan, maka usaha peternakan tersebut layak dilaksanakan secara sosial dan lingkungan. Apabila dalam pengusahaan ternak ayam buras mampu mengelola limbah kegiatan produksinya dengan baik, sehingga tidak ada komplain dari masyarakat sekitar, dan dengan adanya kelompok memberikan manfaat bagi masyarakat, sehingga masyarakat sekitar mendukung usaha peternakan ayam yang dilakukan oleh kelompok, maka peternakan ayam buras pedaging milik Kelompok Tani Sehati ini layak untuk dijalankan pada aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan pada aspek ekonomi dilihat dari seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang diserap oleh adanya usaha yang dijalanakan.

53 41 Analisis Kelayakan Aspek Finansial Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis yang dijalankan. Analisis finansial mengkaji berbagai kebutuhan dana yang digunakan dalam usaha peternakan ayam buras pedaging, baik kebutuhan dana untuk biaya tetap, biaya investasi, biaya variabel, dan biaya lainnya. Analisis ini dilakukan dengan membuat cash flow dengan rincian inflow dan outflow. Menilai kelayakan usaha dilihat dari analisis laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). 1. Arus kas (Cashflow) Arus kas berisi tentang semua pengeluaran maupun penerimaan dalam menjalankan suatu usaha. Hasil rincian arus kas (cashflow) akan memudahkan kita melihat apa saja yang menjadi penerimaan pada Kelompok Tani Sehati dan pengeluaran Kelompok Tani Sehati. Baik itu pengeluaran untuk biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya yang digunakan untuk menjalankan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. 2. Analisis laporan laba rugi Laporan laba rugi berisi tentang penerimaan, pengeluaran, dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi (Nurmalina et al 2010). Nurmalina (2010) menyatakan bahwa laporan laba/rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Hasil analisis laporan laba rugi ini untuk menilai berapa manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya dan dari hasil analisis laporan laba rugi akan diperoleh besarnya pajak yang akan digunakan dalam perhitungan arus kas (cashflow). 3. Analisis kriteria kelayakan investasi Menurut Nurmalina (2010), analisi kriteria kelayakan investasi terdiri dari: a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Menurut Ibrahim (1998), NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Net Benefit merupakan selisih antara cash inflow dengan cash outflow yang terjadi pada setiap tahun. Net Benefit selanjutnya didiscounted dengan opportunity cost of capital menghasilkan present value. Jumlah dari hasil present value net benefit menghasilkan NPV. Menurut (Nurmalina et al 2010) penentuan nilai NPV dapat dituliskan sebagai berikut :

54 42 Keterangan : NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t B t = Manfaat pada tahun t (Rp) C t = Biaya pada tahun t (Rp) t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,...,n) i = Tingkat suku bunga (%) n = Umur proyek Dalam evaluasi suatu proyek investasi, apabila perhitungan NPV 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Jika nilai NPV = 0, maka proyek tersebut berada pada posisi tidak menguntungkan dan tidak merugikan, dengan kata lain proyek tersebut berada pada posisi break event point (BEP) dimana TR=TC. Jika nilai NPV 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. b. Internal Rate of Return (IRR) IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan persentase keuntungan setiap tahunnya dan menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR ditentukan dengan mencari nilai discounted factor yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Untuk menentukan berapa tepatnya tingkat bunga tersebut adalah dengan menggunakan metoda interpolasi, yakni dengan menyisipkan tingkat bunga diantara bunga yang menghasilkan NPV positif dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (Umar 1997). Metode tersebut diformulasikan dengan rumus berikut (Nurmalina et al 2010): IRR = i 1 + [ * (i 1 i 2 )] Keterangan : IRR = Tingkat pengembalian internal NPV ı = Nilai Net Present Value yang positif NPV 2 = Nilai Net Present Value yang negatif i 1 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV positif i 2 = Tingkat suku bunga pada tahun NPV negatif Suatu usaha dinyatakan layak untuk dikembangkan jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku. Jika IRR sama dengan tingkat suku bunga berlaku maka usaha dinyatakan tidak untung atau tidak rugi. Sedangkan usaha dinyatakan tidak layak untuk dikembangkan jika IRR kurang dari tingkat suku bunga berlaku. c. Net B/C Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah manfaat nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah manfaat sekarang yang bernilai negatif. Net B/C ratio digunakan untuk melihat berapa besar manfaat

55 43 bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Untuk menghitung Net B/C ratio dihitung terlebih dahulu benefit bersih yang telah di discount factor untuk setiap tahun. Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang bernilai postifif dengan net benefit yang telah di discount bernilai negatif. (Ibrahim 1998). Rumusnya adalah sebagai berikut (Nurmalina et al 2010): Net B/C = n t= n t= Bt Ct +i t B t C t +i t [B t C t >0] [B t C t <0] Keterangan: B t = Manfaat pada tahun t (Rp) C t = Biaya pada tahun t (Rp) t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,...,n) i = Tingkat suku bunga (%) n = Umur proyek Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C 1, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C 1. d. Payback Period Payback period adalah waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal dalam bentuk aliran kas yang didasarkan atas total penerimaan dikurangi semua biaya. Semakin pendek payback period, menunjukkan bahwa investasi yang dikeluarkan dalam proyek tersebut semakin cepat kembali. Untuk menghitung payback period mula-mula dihitung arus penerimaan kas, kemudian manfaat bersih dikumulatifkan dari tahun ke tahun dan dihitung rata ratanya. Nilai Payback period dapat dihitung dari pembagian investasi dengan net benefit rata-rata (Nurmalina et al 2010). Periode pengembalian dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al 2010) : PP = I AB Keterangan : I = Total investasi dalam proyek A b = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya Payback period tidak dipakai untuk menilai layak tidaknya suatu proyek tetapi melihat berapa lama proyek dapat mengembalikan biaya investasinya. Perhitungan payback period belum memperhitungkan nilai waktu akan uang.

56 44 4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut NPV yang dihasilkan sama dengan nol, Net B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga (pinjaman atau deposito). Analisis nilai pengganti dilakukan dengan cara mengubah besarnya suatu komponen inflow dan outflow misalnya saja kenaikan harga pakan ataupun kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga jual dari produk yang dihasilkan ataupun penurunan volume produksi yang dihasilkan. Besarnya perubahan ditentukan secara trial dan error (coba-coba) hingga diperoleh nilai perubahan maksimum yang dapat ditoleransi oleh suatu usaha dari sudut pandang finansial sehingga usaha masih dinyatakan layak untuk dijalankan (Nurmalina et al 2010). Analisis switching value yang akan dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Variabel yang dianggap paling mempengaruhi pada komponen inflow yaitu variabel harga jual ayam buras pedaging, sedangkan variabel yang paling mempengaruhi pada komponen outflow yaitu variabel harga pakan ayam buras pedaging jenis Shinta BR 21 E. Asumsi Dasar yang Digunakan Analisis kelayakan usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati menggunakan beberapa asumsi, yaitu: 1. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam buras pedaging adalah modal dari pemerintah yaitu sebesar Rp Biaya investasi dan biaya operasional semuanya menggunakan dana tersebut. Sehingga ayam yang dipelihara adalah ayam milik bersama. 3. Sistem pemeliharaan yang dilakukan yaitu sistem pemeliharaan intensif dengan menggunakan kandang bersama. 4. Pembagian pendapatan per anggota kelompok yaitu hasil penjualan ayam dibagi jumlah anggota kelompok. 5. Satu kali musim panen ayam buras pedaging yaitu selama tiga bulan. Satu bulan digunakan untuk istirahat kandang. Sehingga dalam satu tahun hanya 3 kali musim. 6. Umur bisnis pada analisis kelayakan usaha ternak ayam buras pedaging yang dipakai berdasarkan umur teknis dari bangunan kandang yang merupakan investasi terpenting dan memiliki umur teknis paling lama. Umur bisnis dari analisis kelayakan usaha ternak ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati adalah sepuluh tahun. 7. Data yang digunakan adalah data 2 siklus usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati.

57 45 8. Pada tahun pertama hanya dilakukan 2 kali siklus, untuk tahun kedua sampai tahun kesepuluh akan dilakukan 3 kali siklus dalam 1 tahun. 9. Jumlah ayam yang diternak untuk tahun kedua sampai tahun kesepuluh sebanyak ekor diasumsikan tetap. 10. Tingkat mortalitas ayam buras pedaging untuk ternak ekor sebesar 8,53% diasumsikan konstan. Sehingga jumlah ternak sampai panen yang tersisa sebanyak ekor ayam buras pedaging dengan bobot per ekor ayam sebesar kg. 11. Penjualan yang dilakukan per kg bukan per ekor ayam buras pedaging. Harga 1 kg ayam buras pedaging sebesar Rp menggunakan harga tertimbang. 12. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan, yang berlaku pada awal tahun 2012 dan awal tahun Diasumsikan konstan selama umur bisnis. 13. Tingkat suku bunga yang dipakai pada perhitungan cashflow adalah tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia selama satu tahun, dari bulan Mei 2012 sampai April 2013 yaitu sebesar 5,75 persen. Alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito dikarenakan Kelompok Tani Sehati menggunakan modal dari pemerintah yang diberikan sebagai modal untuk usaha kelompok, modal yang digunakan diberikan tanpa harus dikembalikan kepada pemerintah sehingga modal yang digunakan bukan pinjaman. 14. Penyusutan investasi dihitung berdasakan metode garis lurus Penyusutan= B 15. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : a. Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). b. Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Usaha peternakan ayam buras jenis pedaging ini terletak di Kampung Kabandungan, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

58 46 Desa Sirnagalih merupakan salah satu desa dari 8 desa yang terletak di Kecamatan Tamansari. Batas-batas wilayah Desa Sirnagalih yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kota Batu, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukamantri, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tamansari, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pasir Eurih Jumlah penduduk Desa Sirnagalih saat ini sebesar jiwa dengan laki laki dan perempuan. Mayoritas penduduk Desa Sirnagalih beragama islam dan merupakan penduduk asli daerah. Dari total jumlah penduduk Desa Sirnagalih % telah pernah mengikuti jejang pendidikan. sebanyak jiwa telah menamatkan pendidikan tingkat SMA / sederajat yang terbagi lagi menjadi 358 jiwa tamat akademik dan perguruan tinggi sebanyak 212 jiwa. Hal ini menandakan bahwa masyarakat Desa Sirnagalih memiliki jenjang pendidikan yang baik dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Luas Wilayah Desa Sirnagalih yaitu Ha yang dimanfaatkan sebagai perumahan (59.60 Ha), sawah (48.80 Ha), kebun atau ladang (49.90 Ha), perkantoran (0.8 Ha), kolam atau empang (0.2 Ha), sedangkan sisanya dipakai untuk keperluan umum seperti tempat peribadahan, bangunan pendidikan, jalan, lapangan olahraga, dan pemakaman. Sedangkan untuk usaha peternakan hampir seluruh masyarakat Desa Sirnagalih memanfaatkan halaman belakang rumah yang dijadikan untuk beternak. Sedikit sekali masyarakat Desa Sirnagalih yang memanfaatkan suatu lahan khusus untuk dijadikan usaha ternak. Salah satu komoditi ternak yang banyak dibudidayakan di Desa Sirnagalih adalah ayam buras pedaging. Sebanyak 297 orang penduduk Desa Sirnagalih yang berprofesi sebagai petani juga termasuk peternak. Profesi yang paling banyak diminati oleh penduduk Desa Sirnagalih adalah pedagang, buruh, pengrajin, pegawai negeri, dan lain-lain. Meskipun masyarakat yang profesi utamanya bukan petani, mereka juga memelihara ternak ayam buras pedaging walaupun hanya berjumlah kurang dari 10 ekor. Menurut Unit Pelaksana Teknis (UPT) Desa Sirnagalih yang terbagi menjadi 4 Dusun, 12 Rukun Warga (RW) dan 52 Rukun Tetangga (RT) setiap rumah pasti memiliki ternak ayam buras pedaging. Total ayam buras pedaging yang dibudidayakan oleh seluruh masyarakat Desa Sirnagalih sebanyak ekor yang tidak diusahakan secara intensif, melainkan hanya diumbar dihalaman rumah saja. Hal ini menunjukkan bahwa ternak ayam buras pedaging memiliki potensi untuk dikembangkan di Desa Sirnagalih. Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati Kelompok Tani Sehati merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan dengan berkelompok yang bergerak dalam bidang agribisnis khususnya usaha budidaya ayam buras pedaging. Kelompok Tani Sehati ini terbentuk pada tanggal 23 Oktober 2010 dan baru dikukuhkan pada tanggal 10 Januari Asal mula terbentuknya Kelompok Tani Sehati yaitu atas idenya

59 Bapak Mahpudin. Bapak Mahpudin adalah ketua Kelompok Tani Sehati. Pada awalnya Bapak Mahpudin sudah mempunyai kelompok ternak bersama teman-temannya tetapi tidak dalam sebuah kelompok yang resmi, yaitu Bapak Mahpudin dan teman-temannya sama-sama memelihara ayam buras pedaging dirumah masing-masing dan setelah panen baru dijual secara bersama. Suatu hari Bapak Mahpudin ikut sosialisasi yang diadakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan disarankan untuk membuat kelompok. Bapak Mahpudin bersama 30 teman yang lainnya akhirnya membentuk kelompok dan kemudian kelompok tersebut dibagi menjadi dua yaitu Kelompok Tani Sehati dan Kelompok Tani Setia yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sentosa. Ibu Hj Tati Idawati selaku bendahara Kelompok Tani Sehati yang aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke Dinas Peternakan mendengar bahwa ada informasi mengenai bantuan dana dari Pemerintah untuk membangun dan memberdayakan masyarakat yang mempunyai profesi sebagai petani. Kegiatan pemerintah yang ingin memberdayakan masyarakat dikenal dengan program Sarjana Membangun Desa (SMD). Dana pemerintah melalui Program Sarjana Membangun Desa dapat dilakukan apabila memiliki sebuah kelompok yang sudah terkukuhkan secara resmi dari kepala desa dan memiliki kandang bersama untuk budidaya ayam buras pedaging. Proses pengajuan dana melalui Program Sarjana Membangun Desa dilakukan dengan mengajukan proposal yang dibuat oleh Kelompok Tani Sehati. Bantuan dana dari pemerintah yang diterima oleh Kelompok Tani Sehati adalah sebesar Rp Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Kelompok Tani Sehati, alasan Kelompok Tani Sehati memilih ayam buras pedaging sebagai ternak yang diusahakan bersama karena ayam buras pedaging lebih baik diusahakan pada usaha skala kecil dibandingkan dengan memelihara ayam broiler. Beternak ayam broiler dengan skala usaha kecil tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang sudah ada, terutama dalam penentuan harga. Harga jual yang ditawarkan oleh perusahaanperusahaan besar lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler yang dipelihara dalam jumlah yang kecil. Pemeliharaan ayam broiler dalam jumlah kecil akan mengakibatkan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan. Proses pemeliharaan ayam buras pedaging tidak terlalu sulit dibandingkan dengan ayam ras, namun pemeliharaannya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan ayam ras yaitu kurang lebih tiga bulan dari mulai pembersihan kandang hingga panen. Target pasar ayam buras pedaging sudah merupakan untuk pangsa pasar menegah keatas, dikarenakan ayam buras pedaging lebih dikenal lebih sehat dibandingkan ayam broiler, sehingga harga daging ayam buras pedaging lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras pedaging. Selain itu, Bapak Mahpudin selaku ketua juga sangat menyenangi atau hobi beternak ayam buras pedaging sehingga dari hobi tersebut beliau dapat menjadikannya sebuah peluang usaha. Maksud dan tujuan dari pendirian kelompok tani sehati ini oleh Bapak Mahpudin adalah untuk mensejahterahkan para anggotanya. Fasilitas dari peternakan ayam buras pedaging adalah kandang ternak, gudang penyimpanan pakan maupun peralatan dan saung yang digunakan untuk istirahat bagi kelompok selama menunggu proses pemeliharaan ayam 47

60 48 buras pedaging. Sumber modal yang digunakan berasal dari Pemerintah melalui program SMD (Sarjana Membangun Desa). Sampai saat ini, pencarian tambahan modal dari pihak kedua belum dilakukan. Kegiatan budidaya yang dilakukan Kelompok Tani Sehati yaitu dengan pola pemeliharaan intensif. Usaha peternakan ayam buras pedaging yang dikelola tergolong dalam peternakan skala kecil karena berkapasitas ekor. Lokasi kandang didirikan pada lahan milik Ibu Haji Tati yang merupakan salah satu anggota kelompok yang tergabung dalam Kelompok Tani Sehati. Kelompok Tani Sehati menyewa lahan tersebut untuk dibangung kandang ayam milik kelompok. Alasan pemilihan Lokasi kandang ini dikarenakan berada jauh dari masyarakat yaitu sekitar 500 meter dari lokasi jalan raya. Hal tersebut sangat mendukung untuk perkembangan ayam karena jauh dari kebisingan yang dapat menimbulkan ayam stress dan juga bau yang ditimbulkan dari kotoran ayam tidak menimbulkan polusi bagi masyarakat sekitar. Jalan menuju lokasi peternakan cukup menunjang sehingga memudahkan transportasi. Selain itu, anggota Kelompok Tani Sehati kebanyakan tinggal di dekat lokasi kandang tersebut sehingga memudahkan para anggota untuk ke kandang jika tidak memiliki kendaraan pribadi. Kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati yaitu sebanyak 3 buah kandang dengan bentuk persegi panjang. Kandang yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati merupakan kandang postal. Ukuran kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati berbeda beda yaitu 6m x 13m dan 6m x 15m dan untuk kandang DOC 4m x 5m, dengan total kapasitas kandang yaitu ekor ayam buras. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Kelayakan Nonfinansial Analisis mengenai aspek nonfinansial dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha peternakan ayam buras pedaging yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari layak untuk dilaksanakan. Aspek nonfinansial yang akan dikaji lebih dalam antara lain adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Aspek Pasar Pasar menjadi aspek yang penting dalam kajian suatu kelayakan karena aspek ini menentukan keberlangsungan kegiatan bisnis dimasa yang akan datang. Suatu usaha yang menghasilkan suatu produk atau output perlu menganalisis keadaan pasar untuk produk atau output yang dihasilkannya. Begitupula dengan bisnis ayam buras pedaging yang dijalankan oleh Kelompok Tani Sehati. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai

61 komponen-komponen dari aspek pasar pada usaha peternakan Kelompok Tani Sehati yaitu meliputi permintaan dan penawaran, serta pemasaran output. 1. Permintaan dan Penawaran Potensi dan prospek pasar pada ayam buras cukup terbuka lebar, terutama potensi untuk pasar domestik. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya konsumsi ayam buras per kapita yaitu dari kg/kapita pada tahun 2009 menjadi kg/kapita pada tahun 2010 kemudian meningkat lagi pada tahun 2011 menjadi kg/kapita (Dirjen peternakan 2012). Pada tahun berikutnya diperkirakan konsumsi per kapita ayam buras akan semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat. Penjualan pada Kelompok Tani Sehati yang dilakukan masih pada pasar domestik saja, yaitu berasal dari Kebon Jeruk, Tangerang, Sukabumi, dan masyarakat sekitar Bogor. Permintaan akan ayam buras pedaging dari Kebon Jeruk dan Tangerang biasanya dalam jumlah yang besar kepada Kelompok Tani Sehati dibandingkan dengan penjualan kepada konsumen langsung. Kebon Jeruk dan Tangerang biasanya dalam jumlah ratusan ekor yaitu ekor ayam buras pedaging, untuk jumlah puluhan ekor biasanya berasal dari daerah sekitar yang langsung datang ke Kelompok Tani Sehati. Ada juga permintaan ayam buras pedaging dari perusahaan yang ingin melakukan kerjasama. Permintaan ayam buras dari perusahaan merupakan suatu jalinan kerjasama yang ditawarkan oleh perusahaan kepada Kelompok Tani Sehati. Kerjasama yang ditawarkan dari perusahaan maupun dari pengumpul yaitu Kelompok Tani Sehati harus menghasilkan ayam buras per hari bukan per siklus produksi. Berdasarkan wawancara dengan ketua Kelompok Tani Sehati jumlah ayam yang diminta yaitu 500 ekor ayam buras per hari kepada Kelompok Tani Sehati. Dilihat dari segi permintaan, Kelompok Tani Sehati masih belum bisa memenuhi banyaknya permintaan ayam buras yang datang kepada mereka.. Hal ini dikarenakan usaha peternakan ayam buras pedaging yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati masih baru dilaksanakan. Sehingga hasil produksi yang bisa dihasilkan berdasarkan siklus produksi saja. Satu siklus produksi, jumlah ternak yang dibudidayakan sebanyak ekor. Dari ekor ayam buras pedaging yang dibudidayakan, ekor yang mampu dihasilkan. Untuk saat ini jumlah ternak yang mampu dibudidayakan hanya ekor saja, hal ini dikarenakan jumlah kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati masih sangat sedikit. Apabila Kelompok Tani Sehati melakukan pengembangan usaha dengan menambah jumlah kandang yang digunakan maka semakin banyak kapasitas ternak yang mampu dibudidayakan, sehingga dapat memenuhi permintaan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Dilihat dari sisi permintaan ayam buras pedaging Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan, karena 49

62 50 masih banyaknya permintaan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati. Dilihat dari sisi penawaran, jumlah ayam buras pedaging yang mampu ditawarkan sesuai dengan kapasitas ternak yang mampu dibudidayakan, sehingga dilihat dari sisi penawaran Kelompok Tani Sehati layak dijalankan. 2. Pemasaran Output Output yang dihasilkan oleh usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yaitu ayam buras dan kotoran ayam. Namun untuk kotoran ayam tidak dijadikan sebagai pendapatan. Kotoran yang dikumpulkan tidak dijual tetapi digunakan untuk pupuk bagi para petani. Kotoran tersebut diberikan kepada para petani di daerah dekat lokasi kandang yang menginginkannya. Penjualan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yaitu kepada pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen langsung. Ayam buras dijual kepada pedagang besar yang ada di Tangerang, Sukabumi, dan Kebun Jeruk. Pemasaran yang dilakukan hanya melalui telepon saja. Satu minggu sebelum ayam siap dijual Bapak Mahpudin sudah menelepon para pelanggannya juga sudah mencari informasi mengenai harga jual ayam buras. Biaya pengangkutan ayam yang siap dijual ditanggung oleh para pembeli, sehingga Kelompok Tani Sehati tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk mengantarkan ayam ke lokasi tujuan. Pedagang besar biasanya akan meminta kriteria ayam yang harus di penuhi oleh Kelompok Tani Sehati yaitu ayam yang beratnya 0.8 kg sampai 1 kg saja dan memiliki bulu ayam yang bagus. Ayam buras yang dijual kepada para pedagang pengecer biasanya berjumlah puluhan ekor saja. Umumnya pedagang pengecer yang datang ke Kelompok Tani Sehati adalah para pedagang ayam buras yang berasal dari Pasar Anyar. Sedangkan, ayam buras yang dijual langsung kepada konsumen yaitu masyarakat sekitar di Desa Sirnagalih. Umunnya konsumen datang langsung ke kandang untuk membeli ayam buras. Ayam buras yang dijual oleh Kelompok Tani Sehati yaitu dalam satuan berat kilogram. Kisaran harga jual ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati yaitu Rp sampai Rp Dilihat dari pemasaran output ayam buras pedaging, Kelompok Tani Sehati sudah memiliki pelanggan tetap sehingga memudahkan untuk memasarkan ayam buras pedaging yang dihasilkan. Sehingga pemasaran yang dilakukan layak untuk dijalankan. Berdasarkan uraian hasil analisis aspek pasar, pada aspek pasar usaha ternak ayam buras pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Menurut Jumingan (2009) indikator suatu usaha dapat dikatakan layak secara pasar dilihat dari adanya permintaan dari output yang dihasilkan. Output yang dihasilkan oleh usaha Kelompok Tani Sehati adalah ayam buras pedaging. Saat ini permintaan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati masih sangat banyak. Dilihat dari sisi penawaran, jumlah ternak yang mampu ditawarkan sesuai dengan kapasitas kandang yang dimiliki sehingga dilihat dari sis penawaran layak dijalankan. Apabali ingin

63 51 memenuhi permintaan yang buras pedaging, maka Kelompok Tani Sehati harus menambah jumlah kandang ternak ayam burasnya. Selain itu dilihat dari pemasaran yang dilakukan, Kelompok Tani Sehati sudah memiliki pelanggan tetap. Sehingga hasil analisis aspek pasar pada Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Aspek Teknis Aspek teknis yang akan dikaji berkaitan dengan sumberdaya produksi yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati untuk budidaya ayam buras. Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dianalisis meliputi lokasi peternakan, proses produksi yang dilakukan, teknologi yang digunakan, serta tata letak (layout). 1. Lokasi Peternakan Sebelum memulai usaha peternakan ayam buras sebaiknya dilakukan persiapan dengan baik dan matang, terutama dalam menentukan lokasi yang memenuhi syarat. Tahap persiapan ini sangat menentukan kelanjutan beternak ayam buras untuk jangka panjang. Sehingga, dalam menentukan lokasi peternakan diperlukan kecermatan agar memperoleh lokasi peternakan yang ideal. Menurut Harianto dan Krista (2011) syarat utama lokasi peternakan ayam buras yang baik adalah jauh dari rumah warga agar peternakan yang dijalankan tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar dan peternakan itu sendiri. Populasi ayam buras yang cukup banyak akan menimbulkan suara berisik. Selain itu, menimbulkan polusi udara (berupa bau yang tidak sedap) yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.lokasi kandang yang didirikan oleh Kelompok Tani Sehati merupakan lahan milik salah satu anggota kelompok. Jalan menuju lokasi kandang banyak terdapat aliran air sungai yang digunakan untuk mengairi sawah para petani. Persawahan yang ada didekat lokasi kandang merupakan mata pencaharian warga sehingga, lahan di dekat lokasi kandang untuk jangka waktu beberapa tahun ke depan tidak akan didirikan rumah ataupun bangunan publik lain yang berpotensi untuk mengancam keberadaan peternakan ayam buras. Lokasi kandang juga sangat baik, karena memperoleh sinar matahari yang cukup. Sinar matahari bermanfaat untuk mencegah penyakit akibat kelembapan yang terlalu tinggi. Sinar matahari yang cukup akan membuat kandang menjadi hangat dan penyakit tidak bisa bertahan hidup. Selain mencegah kemunculan penyakit, sinar matahari juga bermanfaat bagi metabolisme tubuh ayam. Jarak lokasi kandang ke jalan raya yaitu sekitar 500 meter, jalan sekitar kandang merupakan jalan yang telah diaspal, sehingga hal ini memudahkan transportasi untuk masuknya bahan baku yaitu DOC dan transportasi untuk penjualan ayam. Sumber DOC ayam buras yang dibeli oleh Kelompok Tani Sehati yaitu berasal dari

64 52 PT Ayam Buras Indonesia namun, sekarang Kelompok Tani Sehati membeli dari PT Unggul. Pembelian DOC dilakukan hanya melalui via telepon dari ketua kelompok. Selain itu akses untuk membeli saprodi baik pakan, obat-obatan dan peralatan sangat mudah didapatkan. Pembelian pakan biasanya dilakukan melalui telepon juga, dan untuk obat-obatan dan peralatan ayam buras biasanya langsung dibeli di toko saprodi. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Kelompok Tani sehati digunakan untuk mendukung kelancaran usaha peternakan ayam buras yang dijalankan. Adapun sarana dan prasaran yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan operasional yaitu ketersedian listrik dan air. Listrik yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu berasal dari rumah milik anggota kelompok yang tinggal disebelah kandang. Lisrik dibutuhkan untuk penerangan pada malam hari, serta digunakan untuk menyalakan mesin pompa air. Air yang digunakan kelompok berasal dari sumur yang berada dekat dari kandang ayam. Sehingga untuk kebutuhan air bersih dapat terpenuhi dengan baik. Sarana dan prasarana yang dimiliki juga oleh Kelompok Tani Sehati yaitu kandang, tempat pakan, tempat minum, alat pemanas, alat penyemprot dan berbagai peralatan lainnya. Pemanas buatan yang ada di kandang DOC yang digunakan oleh Kelompok yaitu Semawar. Satu buah semawar dapat menghangatkan 500 ekor DOC. Pemanas ini berbentuk seperti bunga mawar. Bagian atasnya dilengkapi kanopi dengan diameter sekitar satu meter. Kanopi ini berfungsi untuk mengoptimalkan panas yang dihasilkan. Hasil analisis aspek teknis dari lokasi kandang pada usaha peternakan ayam buras Kelompok Tani Sehati layak untuk dijalankan. Indikator untuk melihat lokasi kandang didirikan sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan ayam buras menurut Cahyono (2002), yaitu: a. Lokasi usaha peternakan ayam buras pada Kelompok Tani Sehati ini berada di tengah persawahan dan cukup luas, sehingga udara segar, bersih dan tidak lembab. b. Lokasi tidak berdekatan dengan keramaian yang dapat menimbulkan kebisingan, seperti keramaian lalu lintas. Lokasi yang berdekatan dengan keramaian dapat menyebabkan ayam stres, dan ini akan berpengaruh terhadap produksi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7 c. Akses jalan menuju lokasi kandang dapat dijangkau dengan mudah. Jalan menuju kandang Kelompok Tani Sehati sudah diaspal dan lebar. Hal ini memudahkan transportasi yang keluar dan masuk ke kandang. Jalan menuju lokasi kandang dapat dilihat pada gambar 7. Selain itu akses terhadap input faktor produksi mudah didapatkan.

65 53 d. Lokasi harus bersih atau tidak berdekatan dengan tanaman atau bangunan-bangunan tinggi yang dapat menghalangi sinar matahari masuk ke kandang. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7 e. Lokasi kandang harus mempunyai sumber air bersih dan listrik untuk penerangan. Kelompok Tani Sehati memiliki sumur sendiri yang dibangun bersama kelompok di dekat kandang. Selain itu, listrik yang digunakan berasal dari rumah salah satu anggota kelompok. Gambar 7 Lingkungan lokasi kandang Sumber: Kelompok Tani Sehati Proses Produksi Pada ayam buras pedaging tahap proses produksi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati antara lain: a. Tahap persiapan Pemeliharaan ayam buras yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati diawali dengan persiapan kandang. Tahap persiapan kandang yang dilakukan sebelum DOC masuk kandang yaitu diawali dengan pembersihan kandang dari sisa-sisa kotoran pemeliharaan ayam sebelumnya, pencucian dengan air yang sudah dicampur dengan deterjen. Selesai pencucian dilanjutkan dengan penyemprotan kandang dengan desinfektan kemudian dikeringkan terlebih dahulu, baru ditaburi dengan kapur. Terakhir dari persiapan kandang yaitu pengistirahatan kandang kurang lebih selama dua minggu.

66 54 Gambar 8 Persiapan kandang Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013 b. DOC masuk (Tahap pemeliharan pertama) Sebelum DOC masuk kandang seluruh peralatan dicuci bersih, setelah kegiatan sterilisasi lalu dilakukan pemasangan pembatas untuk ayam DOC, pembatas dibuat melingkar menggunakan seng, setelah itu lantai kandang diberi alas berupa sekam padi dengan ketebalan 2 cm. Sekam yang digunakan jangan terlalu tebal karena, kebiasaan ayam yang suka mengais-ngais tanah atau sekam nantinya akan menyebabkan anak ayam yang lainnya dapat tertimbun dan menyebabkan kematian. Selanjutnya dilakukan pemasangan alat pemanas dan tirai kandang menggunakan terpal. Beberapa jam sebelum DOC tiba alat pemanas sudah mulai dinyalakan agar pada saat DOC masuk ke dalam kandang suhu ruangan dalam kandang sudah terasa hangat. Gambar 9 DOC yang telah dikandangkan sumber: Kelompok Tani Sehati 2013 Tempat minum yang sudah dipersiapkan diisi dengan air gula merah. Satu Kg gula merah dapat digunakan utuk ekor ayam. Gula merah yang sudah dimasak dicampur kedalam air, dan dimasukan ketempat minum ayam. Hal ini dilakukan untuk memulihkan kondisi dan energi DOC setelah menempuh perjalanan dari perusahaan pembibitan

67 55 ke perusahaan peternakan ayam. Saat DOC tiba, DOC ditimbang secara acak dan dihitung jumlahnya. Berat badan anak ayam berkisaran 30 gram, biasanya DOC dimasukkan kedalam dus, setiap dus berisi 100 ekor ayam. Setelah itu DOC diletakan di tempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya. DOC tersebut dibiarkan beberapa saat agar bisa beradapatasi dengan lingkungan yang baru ditempatinya. Setelah beradaptasi, DOC tersebut diberi air gula merah yang sudah disiapkan, selang 2 jam kemudian DOC diberikan pakan diatas nampan sebanyak 1-2 gam per ekor DOC. Letak pakan dan letak minum diatur sedemikian rupa agar memudahkan DOC untuk menjangkaunya. Tahapan pemeliharaan ayam setiap minggunya berbedabeda. Adapun yang membedakanya antara lain jumlah pakan yang diberikan, penggunaan layar dan pembatasan yang dilebarkan seiring bertambahnya tubuh ayam, dan pemanas yang diatur suhunya sesuai dengan kondisi cuaca di lokasi kandang. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap penyakit seperti pemberian vitamin, vaksin, dan obat-obatan. Tirai atau layar dipasang terus menerus dari pagi sampai malam hari selama tiga hari dari kedatangan DOC. Penggunaan layar atau tirai setelah umur 3 hari sudah mulai dibuka sedikit demi sedikit disesuaikan dengan kondisi atau suhu lingkungan di daerah tersebut. Pada umumnya umur 15 hari alat pemanas sudah mulai dilepas tergantung dengan kondisi atau suhu lingkungan. Apabila musim hujan pemanas masih tetap dipakai agar ayam tetap merasakan panas, bahkan penggunaan alat pemanas bisa mencapai umur 20 hari. Penimbangan berat badan ayam dilakukan setiap minggu dengan maksud untuk mengetahui perkembangan berat badan ayam selama pemeliharaan. c. Tahap Pemeliharaan Kedua Perbedaan pada tahap pemeliharaan kedua dengan tahap pemeliharaan pertama hanya pada pemanas. Gambar 10 Ayam 30 hari kandang tanpa pemanas Sumber: Kelompok Tani Sehati 2012

68 56 Pada tahap pemeliharaan kedua ayam buras pedaging sudah berumur 30 hari dimana pada umur tersebut sudah tidak digunakan lagi pemanasnya. Sehingga tidak ada lagi pengaturan suhu pada pemanas. Selainnya pada tahap pemeliharan pertama dan kedua juga sama. Pengawasan terhadap penyakit juga dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati. Berdasarkan pengalaman beternak, penyakit yang sering menyerang ayam buras pedaging di Kelompok Tani Sehati adalah penyakit gumboro yang menyerang sistem kekebalan tubuh ayam pada saat umur ayam hari, sehingga ayan yang terserang gumboro biasanya menunjukkan gejala badan lesu disertai kehilangan nafsu makan, tubuh ayam terlihat gemetar, sering mengalami diare sehingga bulunya terlihat kotor dan kusam. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu dengan menjaga kebersihan kandang, perlatan, pakan, air minum, memisahkan ayam yang sakit, membakar ayam yang mati akibat penyakit ini serta dengan memberikan vaksin khusus gumboro yang dicekokan ke mulut ayam. Penyakit lain yang menyerang ayam buras pada Kelompok Tani Sehati yaitu penyakit CRD (cronic respiratory disease) yang biasa dikenal dengan penyakit ngorok. Penyakit CRD yaitu ayam menderita pilek, dan disertai bunyi ngorok, serta ayam juga kelihatan diam seperti mati. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh virus myeoplasma galli septicum. Virus ini menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Pencegahan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu tidak menggunakan DOC yang mempunyai penyakit CRD, sebelumnya kelompok pernah membeli DOC dari salah satu perusahaan yang mempunyai penyakit CRD. Selain itu penyakit kolera sering menyerang ayam pada Kelompok Tani Sehati. Gejala penyakit kolera yaitu ayam mencret dengan tinja berwarna kekuningan, kemudian menjadi kecokelatan atau kehijauan yang disertai bau busuk, nafsu makan ayampun menurun. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri salmonella multocida. Bakteri ini sangat mudah menular dan menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Pengobatan yang dilakukan yaitu meneteskan NDB-1 ke mata ayam atau mencampurkannya kedalam minuman ayam. Kemudian diberikan NDB-2 apabila ayam terserang penyakit kolera lagi. Penyakit yang menyerang ayam buras pada Kelompok Tani Sehati sampai menyebabkan kematian yaitu Kanibalisme dan saling patuk. Hal ini disebabkan ayam yang diletakkan pada satu kandang yang terlalu padat dan jadwal pemberian makan yang tidak teratur. Namun, sekarang

69 57 penjadwalan pemberian pakan sudah diatur dan dicatat setiap harinya. Gambar 11 Pengobatan terhadap penyakit Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013 d. Pemanenan Persiapan panen juga dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati, ayam yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Sehati pada umur 70 hari ada yang sudah mulai panen, karena sudah mencapai bobot badan 0,8-1 kg. Penjualan dilakukan sesuai dengan permintaan. Satu minggu sebelum ayam siap dijual, ayam ditimbang terlebih dahulu bobot badannya, kemudian dipisahkan kekandang lainnya. Sedangkan umur 80 hari semua ayam sudah siap dijual. Gambar 12 Penimbangan ayam siap dijual Sumber: Kelompok Tani Sehati 2013 Hasil analisis aspek teknis, menurut Harianto dan Krista (2011), tahap-tahap yang harus dilakukan adalah tahap persiapan kandang (membersihkan kandang, memasang alas kandang dan tirai atau terpal DOC, memasang pembatas, menyiapkan pemanas,

70 58 menyiapkan tempat pakan dan minum), tahap pemeliharaan (pemberian pakan dan minum, vaksinasi, obat dan vitamin dan pengaturan kepadatan) hingga tahap panen. Secara umum, teknik budidaya yang dilakukan oleh Kelompok Tani Sehati sudah sama. Sehingga secara proses budidaya usaha ternak ayam buras pada Kelompok Tani Sehati ini layak untuk dilakukan, namun perlu mempelajari dan mencari informasi mengenai penanganan penyakit ayam buras. 3. Teknologi Teknologi yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati yaitu pemanas untuk DOC. Pemanas untuk DOC yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati sudah tepat guna untuk memanaskan 1500 ekor DOC ayam buras. Menurut Harianto dan Krista (2011) pemanas buatan wajib ada di kandang DOC. Fungsinya diibaratkan sebagai pengganti indukan alami untuk memberi kehangatan bagi anak ayam yang baru menetas. Menurut Harianto dan Krista (2011), jenis-jenis pemanas yang bisa digunakan antara lain: a. Infra Red Gas Brooder (Gasolek) Gasolek merupakan salah satu jenis pemanas yang banyak digunakan saat ini. Bahan bakarnya menggunakan gas (elpiji). Panas yang dipancarkan berupa sinar infra merah (infra red). Satu gasolek dapat menghangatkan ekor DOC. b. Semawar Pemanas ini berbentuk seperti bunga mawar. Mudah dioperasikan serta dapat diatur panasnya menggunakan regulator, untuk mengoperasikannya menggunakan gas (elpiji). Satu semawar dapat menghangatkan 500 ekor DOC. c. Pemanas Batu Bara Pemanas ini berbahan bakar batu bara. Kapasitas pemanasannya untuk 500 ekor DOC. Kelebihan dari pemanas baru bara ini adalah panas yang dihasilkan cukup merata. Sebaliknya, kekurangannya adalah operasional penggunaannya cukup memakan waktu dibandingkan dengan menggunakan gasolek dan semawar. Selain itu juga sulit didapatkan. d. Pemanas Kayu Bakar Cara pengoperasianya dapat memasukkan kayu kedalam drum, lalu dibakar. pemanas ini bisa digunakan untuk menghangatkan 500 DOC. Kelemahannya penggunaannya memakan waktu, dan panas yang dihasilkan tidak bisa diatur besar kecilnya. e. Lampu Bohlam Hanya digunakan untuk kandang kotak panggung dan jumlah ternak yang relatif sedikit.

71 59 Menurut Harianto dan Krista (2011) gasolek dan semawar merupakan teknologi yang paling baik saat ini digunakan. Alasan Kelompok Tani Sehati tidak menggunakan gasolek melainkan semawar yaitu harga gasolek sedikit lebih mahal dan takut karena panas yang dipancarkan berupa infra merah. Oleh karena itu teknologi yang digunakan oleh Kelompok Tani Sehati tepat guna. Tiga buah semawar dapat menghangatkan ekor DOC dan mampu mengoperasikannya dengan baik. Sehingga teknologi secara teknis dapat dikatakn layak. Gambar 13 Semawar untuk pemanas DOC Sumber: Kelompok Tani Sehati Pembuatan Kandang dan Tata Letak (Layout) Kandang yang didirikan oleh Kelompok Tani Sehati terbuat dari bahan baku jaring kawat untuk menutupi bagian samping kandang, dan bagian atas digunakan asbes, dan bagian bawah kandang digunakan tanah yang nantinya akan dilapisi sekam padi. Alasan kelompok menggunakan kawat agar ayam tidak keluar dari kandang dan mudah di gantikan apabila rusak. Sebelumnya bagian samping kandang digunakan bambu akan tetapi, kelompok mendapatkan kesulitan untuk memperhatikan ayam dari kejauhan. Asbes yang digunakan untuk menjaga agar pada siang hari ayam tidak merasa terlalu panas dibandingkan menggunakan seng, dan pada malam hari ayam tidak terlalu kedinginan. Kelompok Tani Sehati tidak ingin menggunakan semen untuk lantai kandangnya, dikarenakan jika menggunakan semen, kandang harus dibersihkan setiap hari dan apabila basah akan menyebabkan bau. Apabila menggunakan sekam padi maka ayam tidak begitu merasa kedinginan dibandingkan menggunakan lantai yang beralaskan semen dan tidak menyebabkan bau yang menyengat. Kandang yang dimiliki oleh Kelompok Tani Sehati adalah kandang postal. Menurut Priyatno (2002), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang meliputi ukuran, lantai dan alas kandang, dinding kandang, dan atap kandang.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR AGUS SETIAWAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR AGUS SETIAWAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR AGUS SETIAWAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO I G.M. BUDIARSANA Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Analisis feasibilitas merupakan metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE) PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online Nama : Rizal Alan Yahya Kelas : S1-SI-09 NIM : 11.12.6004 Tugas : Lingkungan Bisnis Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online 1 A. Abstrak Tujuan dari pembuatan toko online ini adalah untuk pengembangan

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Oleh: Suhardi, SPt.,MP

Oleh: Suhardi, SPt.,MP Oleh: Suhardi, SPt.,MP Ayam Puyuh Itik Itik Manila (entok) Angsa Kalkun Merpati (semua jenis burung) Burung Unta Merak, bangau, dll Unggas atau khususnya ayam dalam sistematika taksonomi termasuk dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan KATA PENGANTAR Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan setiap tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan yang

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam ras petelur dan pedaging

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini

PENDAHULUAN. anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya banyak menderita anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini dikarenakan kurangnya mengkonsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BISNIS PETERNAKAN BEBEK BISNIS PETERNAKAN BEBEK DI SUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS OLEH : AGUNG NUR ROHMAN 11.01.2897 PROGRAM STUUDI TEKNIK INFORMATIKA (D3) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA A. Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki banyak potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan maupun tumbuhan dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci