PENGARUH POLA KOMUNIKASI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA NON FISIK PADA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT. VALE INDONESIA TBK. Oleh NILA NOVIANTY H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH POLA KOMUNIKASI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA NON FISIK PADA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT. VALE INDONESIA TBK. Oleh NILA NOVIANTY H"

Transkripsi

1 PENGARUH POLA KOMUNIKASI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA NON FISIK PADA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT. VALE INDONESIA TBK Oleh NILA NOVIANTY H PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PENGARUH POLA KOMUNIKASI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA NON FISIK PADA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT. VALE INDONESIA TBK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh NILA NOVIANTY H PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

3 RINGKASAN NILA NOVIANTY. H Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, sehingga perusahaan dalam mengelola usahanya dituntut untuk senantiasa mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya, salah satunya sumber daya manusia (SDM) bermutu. Kemampuan berkomunikasi dari karyawan merupakan salah satu unsur pembentuk mutu SDM. Manajer dan karyawan perlu memiliki kemampuan membangun komunikasi efektif sebagai dasar dalam memimpin dan mengelola organisasi dengan baik. Efektivitas komunikasi dalam perusahaan tidak terlepas dari pola komunikasi yang terjalin di perusahaan tersebut. PT. Vale Indonesia Tbk yang dulunya bernama PT. International Nickel Indonesia Tbk. (PT. INCO) merupakan perusahaan pertambangan nikel yang terkemuka di dunia. Perwujudan visi dan misi, serta tujuan Vale Indonesia tidak akan lepas dari SDM yang dimilikinya. Perusahaan tambang nikel ini merupakan perusahaan bertaraf internasional, maka SDM yang dimiliki berasal dari berbagai negara dengan latar belakang budaya dan bahasa berbeda-beda, maka komunikasi haruslah berjalan dengan baik, agar dapat membangun lingkungan kerja yang nyaman bagi para karyawannya untuk saling berhubungan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi pola komunikasi pada Departemen Human Resource (HR) PT. Vale Indonesia Tbk, (2) Mengkaji persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja di Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk dan (3) Menganalisis pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik di Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. Data pada penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh 36 responden dan data sekunder diperoleh dari buku-buku, literatur dan website. Pengolahan data dilakukan dengan Analisis Deskriptif dan Regresi Linear Berganda. Dari hasil uji regresi linear berganda didapatkan bahwa pola komunikasi berupa pola komunikasi dari atas ke bawah, bawah ke atas, diagonal, horizontal dan informal berpengaruh secara nyata terhadap lingkungan kerja non fisik, serta pola komunikasi diagonal tidak memiliki pengaruh terhadap lingkungan kerja di departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk.

4 Judul Nama NIM : Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. : Nila Novianty : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis MS. Dipl. Ing. DEA NIP Mengetahui: Ketua Departemen Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP Tanggal Lulus:

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sorowako, Sulawesi Selatan pada tanggal 10 November 1987 dengan nama lengkap Nila Novianty. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Latang Larigi dan Ibu Nasrah. Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Al-Ikhwan ( ), selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Sorowako (YPS) Lawewu ( ) dan melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama YPS Singkole ( ). Pada tahun 2003, melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas YPS Singkole dan lulus pada tahun Pada tahun 2006, melanjutkan pendidikan di Program Keahlian Komunikasi Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lulus pada tahun Setelah lulus pendidikan Diploma III, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB. Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, FEM IPB. Penulis cukup aktif di organisasi kemahasiswaan EXOM bidang sosial dan olahraga. iii

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia dan limpahan rahmat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan skripsi ini, merupakan salah satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna baik dari tata cara penulisan, pengalaman, pengetahuan maupun isinya. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca. Bogor, Maret 2012 Penulis iv

7 UCAPAN TERIMA KASIH Segala Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik itu bimbingan moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing.DEA., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini 2. Bapak Prof.Dr.Ir. WH Limbong, MS., dan Dr.Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 3. Keluargaku tercinta bapak, mama dan adik-adikku (Ari dan Ivit) yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya. 4. Ibu Riri dan seluruh staff Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. 5. Sahabat-sahabat terbaikku (Fandy, Ulan, Cika, Ina, Ira, Cici, Isya, Shinta, Erny, Litty, Uni, Ulva, Yuni, Timeh, Ratih) terima kasih untuk dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 6. Saudaraku Hasniar Hatta, terimakasih atas bantuan dan dukungannya 7. Anak-anak Kostan C9 (Tika dan Eby) yang telah membantu dalam segala hal. 8. Teman-teman satu bimbingan (Ola, Dini, Daniar, Erwin, Putra, Hendra). 9. Seluruh teman-teman di Program Alih Jenis Manajemen Angkatan 7 khususnya kepada Iyum dan Ka Hestika, terimakasih atas bantuannya. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan semua pihak. Amin v

8 DAFTAR ISI RINGKASAN RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Proses Komunikasi Fungsi Komunikasi Peran Komunikasi Pola Komunikasi Faktor Penghambat Komunikasi Lingkungan Kerja Jenis Lingkungan Kerja Indikator Lingkungan Kerja Penelitian Terdahulu yang Relevan III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Uji Validitas Uji Reliabilitas Skala Pengukuran Analisis Deskriptif Regresi Linear Sederhana Regresi Linear Berganda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Visi dan Misi PT. Vale Indonesia Tbk Produk PT. Vale Indonesia Tbk vi

9 4.1.3 Mekanisme Kerja PT INCO Tbk Karakteristik Responden Jenis Kelamin Responden Usia Responden Masa Kerja Responden Tingkat Pendidikan Responden Pola komunikasi pada Departemen Human Resource Vale Indonesia Tbk Pola Komunikasi dari Atas ke Bawah Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas Pola Komunikasi Diagonal Pola Komunikasi Horizontal Pola Komunikasi Informal Lingkungan Non Fisik Uji Asumsi Klasik Uji normalitas Uji Multikoliniearitas Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Pola Komunikasi terhadap Lingkungan Non Fisik Analisis Linear Sederhana Analisis Linear Berganda Uji Hipotesis Uji F Uji t Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Bobot nilai jawaban karyawan Nilai skor rataan Skor rataan untuk pola komunikasi Skor rataan untuk pola komunikasi atas ke bawah Skor rataan untuk pola komunikasi bawah ke atas Skor rataan untuk pola komunikasi diagonal Skor rataan untuk pola komunikasi horizontal Skor rataan untuk pola komunikasi informal Hasil rataan skor lingkungan kerja non fisik Hasil uji multikoliniearitas Output Model Summary X Hasil analisis regresi linear sederhana X Output Model Summary X Hasil analisis regresi linear sederhana X Output Model Summary X Hasil analisis regresi linear sederhana X Output Model Summary X Hasil analisis regresi linear sederhana X Output Model Summary X Hasil analisis regresi linear sederhana X Output Model Summary regresi linear berganda Hasil analisis regresi linear berganda Hasi uji F Hasil rekapitulasi hasil pola komunikasi viii

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Proses komunikasi Kerangka pemikiran penelitian Karakteristik karyawan berdasarkan usia responden Karakteristik karyawan berdasarkan masa kerja responden Karakteristik karyawan berdasarkan tingkat pendidikan Normalitas plot Hasil uji heteroskedastisitas ix

12 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Panduan pertanyaan Kuesioner Data jawaban responden Uji validitas dan reliabilitas Analisis regresi linear sederhana Analisis regresi linear berganda x

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, sehingga perusahaan dalam mengelola usahanya dituntut untuk senantiasa mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang dimaksud adalah finansial, fisik, manusia dan kemampuan teknologi. Diantara keempat sumber daya tersebut sumber daya manusia (SDM) memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan, SDM membuat sumber daya perusahaan lainnya dapat berjalan. Apabila SDM diabaikan, maka perusahaan tidak akan berhasil dalam mencapai tujuan dan sasaran maka perusahaan harus memiliki SDM bermutu. Kemampuan berkomunikasi dari karyawan merupakan salah satu unsur pembentuk mutu SDM. Manajer dan karyawan perlu memiliki kemampuan membangun komunikasi efektif sebagai dasar dalam memimpin dan mengelola organisasi dengan baik (Mangkuprawira, 2007). Semakin kompleks suatu organisasi, atau perusahaan, maka semakin penting juga peran komunikasi di dalamnya. Hal ini terjadi, karena organisasi atau perusahaan merupakan kumpulan orang yang bekerjasama dan mempunyai tujuan tertentu yang harus dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam fungsi-fungsi manajemen. Kelompok orang-orang ini memerlukan kemampuan komunikasi yang baik. Seberapa efektif komunikasi yang terjadi akan menentukan, apakah perusahaan mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, atau tidak (Tubbs and Moss, 2001). Komunikasi dikatakan efektif apabila gagasan dan maksud yang disampaikan seseorang kepada orang lain dapat dimengerti dan maknanya dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan. Efektivitas komunikasi dalam perusahaan tidak terlepas dari pola komunikasi yang terjalin di perusahaan tersebut. Pola komunikasi tersebut dapat berupa komunikasi formal dan informal. Seorang pemimpin atau manajer secara rutin berkomunikasi dengan bawahannya untuk menyampaikan berbagai macam informasi yang berkaitan

14 2 dengan perusahaan, maka seorang pemimpin dituntut untuk berkomunikasi lebih baik kepada bawahannya, agar informasi yang disampaikan lebih jelas dan berdampak pada lingkungan kerja kondusif, akibat adanya komunikasi yang baik antara pemimpin dan bawahan. Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai, apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja di bagi menjadi dua yaitu, lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Dalam menjalin hubungan-hubungan tersebut diperlukan pola komunikasi yang baik. PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai PT International Nickel Indonesia, Tbk (PT. INCO) merupakan perusahaan pertambangan nikel yang terkemuka di dunia dan merupakan bagian dari Vale, perusahaan pertambangan terbesar kedua di dunia. Perwujudan visi dan misi serta tujuan PT. Vale Indonesia tidak akan lepas dari SDM yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan tambang nikel ini merupakan perusahaan sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA), maka SDM yang dimiliki berasal dari berbagai negara dengan latar belakang budaya dan bahasa berbeda-beda, maka komunikasi haruslah berjalan dengan baik, agar dapat membangun lingkungan kerja yang nyaman bagi para karyawannya untuk saling berhubungan. Dengan mengetahui pengaruh pola komunikasi yang ada dalam

15 3 perusahaan terhadap lingkungan kerja non fisik di PT. Vale Indonesia pada akhirnya diharapkan perusahaan akan mencapai tujuan yang diinginkan Perumusan Masalah Peran komunikasi dalam suatu perusahaan sangatlah penting. Dalam dunia bisnis, baik perusahaan kecil, sedang dan besar, orang-orang yang ada dalam perusahaan tidak akan terlepas dari kegiatan komunikasi. Melihat pentingnya peranan komunikasi, maka PT. Vale Indonesia sebagai perusahaan bertaraf internasional harus mengetahui pola komunikasi yang diterapkan, apakah sudah terjalin dengan baik atau belum. Keberhasilan komunikasi yang berlangsung secara efektif dan efisien merupakan alat perekat organisasi yang juga mempengaruhi nama baik (goodwill) organisasi bersangkutan (Purwanto, 2003). Departemen yang ada di PT. Vale Indonesia terdiri dari 4 kelompok besar yakni kelompok operation, business services & organizational development, financial, dan special project. Masing-masing kelompok besar ini terdiri dari beberapa departemen, salah satunya adalah Human Resource and Employee Relations Department (HR) yang berada pada kelompok business services & organizational development. Departemen ini terdiri dari empat (4) section yang mengurus masalah cuti karyawan, pelatihan (training), tunjangan hari tua serta seleksi dan penerimaan karyawan. Karena departemen ini terdiri dari beberapa section dan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda, maka diperlukan komunikasi yang efektif antar karyawan. Efektifitas komunikasi dapat dilihat dari bagaimana pola komunikasi yang terjalin pada Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. Pola komunikasi terdiri dari komunikasi formal dan informal. Selain itu, PT. Vale Indonesia harus berupaya menciptakan suasana lingkungan kerja kondusif, baik lingkungan kerja fisik maupun non fisik. Lingkungan fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara langsung, maupun secara tidak langsung seperti pencahayaan, tata ruang dan suhu udara. Lingkungan non fisik berkaitan dengan hubungan kerja, baik

16 4 hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri (Nitisemito, 2000). Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pola komunikasi pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk? 2. Bagaimana persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja non fisik di Departemen Human Resorce PT. Vale Indonesia? 3. Apakah terdapat pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik di Departemen Human Resorce PT. Vale Indonesia Tbk? 1.3. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi pola komunikasi pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. 2. Mengkaji persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja non fisik Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. 3. Menganalisis pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik di Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada Departemen HR PT. Vale Indonesia dengan fokus pada komunikasi formal, informal dan lingkungan kerja non fisik pada Departemen HR PT. Vale Indonesia.

17 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi menurut Himstreet and Baty dalam Purwanto (2003), komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyalsinyal, maupun perilaku atau tindakan. Menurut Bovee, komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan. Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Dalam penyampaian atau penerimaan informasi ada dua (2) pihak yang terlibat, yaitu : 1. Komunikator : orang atau kelompok orang yang menyampaikan informasi atau pesan. 2. Komunikan : orang atau kelompok orang yang menerima pesan. Pada umumnya, pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dan proses pemindahan pesannya dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal Proses Komunikasi Menurut Bovee dan Thill dalam Purwanto (2003), proses komunikasi terdiri atas enam (6) tahap, yaitu : 1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan 3. Pengirim menyampaikan pesan 4. Penerima menerima pesan 5. Penerima manafsirkan pesan 6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim

18 6 Ke-6 tahapan dalam proses komunikasi tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram pada Gambar 1. Tahap 1 Pengirim mempunyai gagasan Tahap 2 Pengirim mengubah ide menjadi gagasan SALURAN dan MEDIA Tahap 6 Penerima mengirim ide pesan Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan Tahap 3 Pengirim mengirim pesan Tahap 4 Penerima menerima pesan Gambar 1. Proses komunikasi (Purwanto, 2003) Penjelasan mengenai 2003) proses (Purwanto,2003) komunikasi menurut Bovee dan Thill adalah : Tahap Pertama : Pengirim mempunyai suatu ide/gagasan Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide, atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan. Ide-ide yang ada dalam benak disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada dalam jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi terhadap kenyataan. Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide menjadi suatu pesan Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna maka pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal dan latar belakang budaya. Tahap Ketiga : Pengirim Menyampaikan Pesan Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada yang

19 7 cukup panjang. Panjang pendeknya saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyampaikan pesan-pesan yang panjang dan kompleks secara lisan, pesanpesan tersebut dapat terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya. Di samping itu, dalam menyampaikan suatu pesan, berbagai media komunikasi (media tulisan maupun lisan) dapat digunakan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan. Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Para penerima pesan harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pesan-pesan yang disampaikan. Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan didalam benak pikiran penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar, bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud pengirim pesan. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan Fungsi Komunikasi Menurut William I Gorden dalam Mulyana (2005), fungsi komunikasi adalah : a. Fungsi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang

20 8 menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat lainnya (keluarga, kelompok belajar, kelompok tempat tinggal dan sosial secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. b. Fungsi Ekspresif Fungsi komunikasi ekspresif adalah untuk menyatakan ekspresi dari seseorang ketika melakukan proses komunikasi. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyatakan perasaan (emosi). Perasaan tersebut dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. c. Fungsi Ritual Komunikasi ritual merupakan sebuah fungsi komunikasi yang digunakan untuk pemenuhan jati diri manusia sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Individu yang melakukan komunikasi ritual berarti menegaskan komitmennya kepada tradisi keluarga, suku, bangsa dan ideologi, atau agamanya. d. Fungsi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku, atau menggerakan tindakan, serta menghibur. Bila diringkas, kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat instrumen). Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja digunakan untuk menciptakan atau membangun hubungan, namun untuk menghancurkan hubungan tersebut Concrad dalam Tubbs (2001), mengidentifikasi tiga (3) fungsi komunikasi dalam organisasi, yaitu : a. Fungsi Perintah Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Dua (2) jenis komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah pengarahan

21 9 dan umpan balik. Tujuannya untuk memengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi perintah adalah koordinasi antara sejumlah anggota yang saling bergantung dalam organisasi tersebut. b. Fungsi relasional Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota organisasi lain. c. Fungsi manajemen ambigu Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan yang melekat dalam organisasi Peran Komunikasi Menurut Mintzberg dalam Stoner, et al (1996) didefinisikan tentang peran komunikasi dalam tiga (3) peran manajerial, yaitu : a. Dalam peran antar pribadi, manajer bertindak sebagai tokoh dan pemimpin dari unit organisasinya, berinteraksi dengan karyawan, pelanggan, pemasok dan rekan sejawat dalam organisasi. b. Dalam peran informal, manajer mencari informasi dari rekan sejawat, karyawan dan kontrak pribadi yang lain, mengenai segala sesuatu yang mungkin memengaruhi pekerjaan dan tanggungjawabnya c. Dalam peran pengambilan keputusan, manajer mengimplementasikan proyek baru, menangani gangguan dan mengalokasikan sumber daya kepada anggota unit dan departemen. Berdasarkan peran komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki arti penting, terutama dalam peran antar pribadi, informal dan pengambilan keputusan. Dalam hal ini, komunikasi digunakan sebagai alat dalam penyampaian maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu hal penting untuk digunakan dalam penyampaian suatu pesan kepada orang lain.

22 Pola Komunikasi Secara umum, pola komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi informal (Purwanto, 2003). 1. Saluran komunikasi formal Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggungjawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari manajer kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah (downward communication), komunikasi dari bawah ke atas (upward communication), komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. a. Komunikasi dari atas ke bawah Secara sederhana, transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah. Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggungjawab dan kewenangan dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengokoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Jalur komunikasi yang berasal dari atas (manajer) ke bawah (karyawan) merupakan penyampaian pesan yang dapat berbentuk perintah, instruksi maupun prosedur untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya. Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi ke bawah mempunyai lima (5) tujuan pokok, yaitu : 1) Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu 2) Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan 3) Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional 4) Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan

23 11 5) Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai b. Komunikasi dari Bawah ke Atas Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari karyawan yang selanjutnya akan disampaikan ke jalur yang lebih tinggi. Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan secara tepat, sudah sepantasnya bila manajer memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawah. Keterlibatan karyawan (bawahan) dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu cara positif dalam upaya membantu pencapaian tujuan organisasi. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas para manajer harus percaya penuh kepada bawahannya. Kalau tidak, informasi apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat, karena yang akan muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut. c. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi lateral adalah komunikasi yang terdiri antara bagianbagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi, memperngaruhi dan memberikan informasi kepada bagian, atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Di dalam prakteknya, terdapat kecenderungan bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya, manajer suka melakukan tukar-menukar informasi dengan rekan kerjanya di Departemen atau Divisi yang berbeda, terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam suatu organisasi perusahaan. Komunikasi horizontal bersifat

24 12 koordinatif di antara anggota yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun diantara beberapa departemen. d. Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi berskala besar manakala terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut. Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : 1) Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional 2) Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi 2. Saluran Komunikasi Informal Keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi tidak dapat dielakkan. Jaringan ini dapat pula digunakan oleh para manajer untuk memonitor para karyawannya dalam melakukan tugasnya. Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi, tanpa memedulikan jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Hal-hal yang diperbincangkan biasanya bersifat umum seperti mengobrol tentang humor, keluarga, anak-anak, olahraga, musik, film, acara di TV dan juga kadang kala mereka membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam perusahaan. Sumber informasi dalam komunikasi informal adalah desas-desus atau selentingan (Purwanto 2003) Faktor Penghambat Komunikasi Faktor faktor penghambat komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam empat (4) masalah utama yang mencakup antara lain masalah dalam mengembangkan pesan, penyampaian pesan, penerimaan pesan dan penafsiran pesan (Purwanto, 2003). Masalah tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

25 13 1. Masalah dalam Mengembangkan Pesan Sumber masalah potensial dalam mengembangkan suatu pesan adalah dalam meformulasikan suatu pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu pesan dapat mencakup munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada, atau masih asing dengan audiens adanya pertentangan emosional atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan. 2. Masalah dalam Menyampaikan Pesan Komunikasi dapat juga terganggu karena munculnya masalah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Masalah yang paling jelas disini adalah faktor fisik yaitu media yang digunakan dalam berkomunikasi. Masalah lain yang muncul dalam penyampaian suatu pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang saling berlawanan atau bermakna ganda. 3. Masalah dalam Menerima Pesan Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan dengan suara dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima. Selain itu gangguan atau masalah penerimaan pesan dapat muncul berkaitan dengan kesehatan si penerima pesan. Misalnya pendengaran yang kurang baik, maka penglihatan yang mulai kabur, atau bahkan sakit kepala. 4. Masalah dalam Menafsirkan Pesan Suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan, masalah terbesar terletak pada mata rantai terakhir, saat suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa, dan pernyataan emosional dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman antara pemberi dan penerima pesan Lingkungan Kerja Menurut Nitisemito (2000), lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Menurut Sedarmayati (2001), lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,

26 14 lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan, maupun kelompok. Dari pendapat tersebut, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja, baik berbentuk fisik, ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja Jenis Lingkungan Kerja Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua (2) yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik (Sedarmayanti, 2001) a. Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan fisik dibagi menjadi dua (2) kategori, yakni : 1) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan, seperti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya 2) Lingkungan perantara, atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelambaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain-lain b. Lingkungan Kerja Non Fisik Lingkungan kerja non fisik adalah keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerjasama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri (Nitisemito, 2000)

27 Indikator Lingkungan kerja Beberapa indikator-indikator lingkungan kerja (Sedarmayanti, 2001) : 1. Penerangan 2. Suhu Udara 3. Suara bising 4. Penggunaan warna 5. Ruang gerak yang diperlukan 6. Keamanan kerja 7. Hubungan Karyawan 2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan Nindya (2009) melakukan penelitian berjudul Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT. X Tbk Unit Bisnis Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi, mengetahui persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja produktif pada dan menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi yang ada dengan lingkungan kerja yang produktif. Penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi pada PT. X Tbk Unit Bisnis adalah menggunakan pola komunikasi organisasi formal. Pola Komunikasi yang paling sering digunakan adalah pola komunikasi dari bawah ke atas (upward communication). Lingkungan kerjanya pun sudah sangat baik. Lingkungan kerja sudah produktif, hal ini dapat dilihat dari bagaimana perusahaan sudah memberikan kenyamanan dan ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam bekerja. Berdasarkan penilaian hasil uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja yang produktif. Untuk pola komunikasi informal tidak ada hubungan sama sekali dengan lingkungan kerja produktif. Hubungan yang paling kuat yaitu antara pola komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) dengan lingkungan kerja produktif.

28 16 Mulyadi (2010) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Motivasi Karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk, cabang Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola komunikasi di PT. Bank Muamalat Tbk, mengidentifikasi motivasi karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk dan menganalisis pengaruh pola komunikasi terhadap motivasi karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk, Cabang Bogor. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menyimpulkan secara umum pola komunikasi yang terjadi di BMI berjalan dengan baik. Secara parsial terdapat tiga (3) peubah pola komunikasi yang berpengaruh terhadap motivasi karyawan yaitu komunikasi dari atas ke bawah, horizontal dan informal. Pola komunikasi diagonal dan bawah ke atas tidak berpengaruh terhadap motivasi karyawan.

29 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Vale Indonesia Tbk. Memiliki visi, misi dan tujuan yang dapat terwujud, apabila didukung oleh SDM bermutu. PT. Vale Indonesia terdiri dari berbagai departemen salah satunya adalah Human Resource and Employee Relation Department (HR). Departemen HR ini sendiri terdiri dari berbagai section yang mengurus keperluan seperti tunjangan hari tua, cuti karyawan, penerimaan dan seleksi karyawan, serta pelatihan/training untuk itu setiap section harus dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya masingmasing. Salah satu bentuk pengelolaan terhadap SDM yang dimiliki adalah dengan berupaya menciptakan pola komunikasi efektif, agar para karyawan dapat mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Secara umum, pola komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua saluran, yaitu formal dan informal. Saluran komunikasi formal terdiri atas komunikasi dari atas ke bawah (downward communication), komunikasi dari bawah ke atas (upward communication), komunikasi horizontal (sideways communication) dan komunikasi diagonal. Sedangkan saluran komunikasi informal merupakan suatu jaringan komunikasi dimana orang-orang yang ada dalam suatu organisasi tanpa memperdulikan jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas (Purwanto, 2003) Lingkungan kerja sendiri terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri (Nitisemito, 2000) yang merupakan lingkungan kerja non fisik. Komunikasi yang baik ini dapat dilihat dari pola komunikasi yang terjalin pada departemen HR PT. Vale Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

30 18 PT. Vale Indonesia Visi dan Misi Sumber Daya Manusia Departemen Human Resource and Employee Relation Section 1 Section 2 Section 3 Section 4 Pola Komunikasi Saluran Komunikasi Formal 1. Downward communication 2. Upward communication 3. Komunikasi horizontal 4. Komunikasi diagonal Saluran Komunikasi Informal Desas-desus atau selentingan Analisis Regresi Linear Berganda Lingkungan Kerja Rekomendasi Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

31 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. yang berlokasi di Sorowako Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilakukan selama bulan November 2011 sampai Januari Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan metode wawancara menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara langsung (Lampiran 1 dan 2). Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan membaca bukubuku, literatur, maupun website yang berkaitan dengan penelitian, yaitu gambaran umum perusahaan dan landasan teori yang diperlukan. Teknik pengambilan contoh yang dipakai dalam penelitian ini adalah non probability sampling, yaitu tidak semua unsur populasi mempunyai kesempatan sama untuk dipilih menjadi contoh. Jenis non probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu adalah teknik pengambilan contoh berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan penentuan contoh, jumlah responden sebanyak 36 orang yang berasal dari berbagai tingkatan jabatan, yaitu general manajer, manajer, senior staff, staff, dan non staff Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah terkumpul dari kuesioner diolah dan dianalisis. Analisis yang pertama adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya dengan analisis deskripstif, analisis linear sederhana dan berganda Uji validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keabsahan suatu instrumen penelitian. Instrumen dianggap valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan dan mampu memperoleh data yang tepat dari peubah yang akan diteliti. Uji validitas digunakan untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat

32 20 hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner (Umar, 2005), adalah : a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur b. Melakukan uji coba pengukuran kepada sejumlah responden. c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. d. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus korelasi Product Moment Pearson. Untuk mengukur korelasi antar pertanyaan dengan skor total digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, yaitu : r n xy x y itung = n x 2 x 2 n y 2 y 2.(3) Dimana : r hitung = Angka korelasi n = Jumlah responden X = Skor pertanyaan tiap nomor Y = Skor total e. Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut valid atau nyata. Hasil uji kuesioner penelitian menunjukkan bahwa dari semua atribut menunjukkan angka yang valid baik untuk peubah X maupun Y yaitu dimana r hitung > r tabel (r tabel 0,361). Analisis data untuk membuktikan tingkat validitas dilakukan dengan alat bantu program Statistical Package for the Social Science (SPSS) Versi Perhitungan lengkap uji validitas setiap peubah dapat dilihat pada Lampiran Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat diandalkan. Uji realibilitas digunakan untuk mengukur ketepatan, atau kejituan suatu instrumen, jika digunakan untuk mengukur himpunan obyek yang sama secara berkali-kali akan mendapatkan hasil serupa.

33 21 Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur memiliki kemampuan memberikan hasil pengukuran konsisten. Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach (Umar, 2005). Rumus yang digunakan adalah : r 11= k k 1 Dimana : r 11 k σ t 2 1 σ b 2 σ t 2... (4) = Reliabilitas instrumen = Banyak butir pertanyaan = Ragam total σ b 2 = Jumlah ragam butir Rumus ragam yang digunakan : σ 2 = x2 x 2 n..(5) n Dimana : σ 2 N X = Ragam = Jumlah responden = Nilai skor yang dipilih Menurut Sakaran dalam Priyatno (2009) reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Dari hasil analisis reliabilitas masing-masing peubah independen dan dependen menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel, karena reliabilitas untuk semua variabel lebih dari 0,6. Perhitungan uji realibilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban responden adalah dalam kuesioner adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seorang terhadap peubah penelitian yang telah dijabarkan dalam item-item

34 22 pernyataan. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan lima (5) pilihan jawaban yang diberi bobot tertentu. Selanjutnya bobot ini akan dihitung untuk memperoleh skor nilai jawaban-jawaban responden. Rincian bobot dan skala dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bobot Nilai Jawaban Karyawan Jawaban Responden Bobot Nilai Sangat setuju/sangat sering 5 Setuju/sering 4 Ragu-ragu/cukup sering 3 Tidak setuju/kadang-kadang 2 Sangat tidak setuju/tidak pernah 1 Bobot nilai pada setiap jawaban karyawan dihitung untuk mendapatkan skor rataan. Skor rataan digunakan untuk mengelompokkan jawaban karyawan terhadap masing-masing kriteria. Cara menghitung skor rataan dengan rumus berikut : x = fi.wi...(1) fi Keterangan : x = skor rataan terbobot fi = Frekuensi pada kategori ke-i wi = Bobot untuk kategori ke-i (1, 2, 3, 4, dan 5) Hasil nilai skor rataan kemudian ditentukan rentang skala dengan rumus berikut : RS = (m n) b Keterangan: RS = Rentang skala...(2) m = Angka tertinggi dalam pengukuran n = Angka terendah dalam pengukuran b = Banyaknya kelas (kategori jawaban)

35 23 Tabel 2. Nilai Skor Rataan Skor Rataan Penilaian Penilaian 1,00-1,80 Sangat tidak baik Tidak Pernah 1,81-2,60 Tidak baik Kadang-kadang 2,61-3,40 Cukup baik cukup sering 3,41-4,20 Baik sering 4,21-5,00 Sangat baik sangat sering Analisis Deskriptif Mengetahui karakteristik responden, pola komunikasi dan lingkungan kerja digunakan analisis secara kualitatif, yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan analisis tabel rataan skor hasil kuesioner yang diolah menggunakan Microsoft Excel Regresi Linear Sederhana Pengaruh pola komunikasi untuk masing-masing saluran komunikasi terhadap lingkungan kerja Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk, menggunakan analisis linear sederhana dengan persamaan : Keterangan : Ŷ = a+b 1 X 1... (6) Ŷ = a+b 2 X 2... (7) Ŷ = a+b 3 X 3... (8) Ŷ = a+b 4 X 4... (9) Ŷ = a+b 5 X 5... (10) Ŷ a = Lingkungan kerja non fisik = intercept b 1...b 5 = slope, kemiringan garis regresi/ koefisien regresi X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 = pola komunikasi dari atasan ke bawahan = pola komunikasi dari bawahan ke atasan = pola komunikasi diagonal = pola komunikasi horizontal = pola komunikasi informal

36 Regresi Linear Berganda Pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk, menggunakan persamaan regresi linear berganda, yaitu : Ŷ = b+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 + b 5 X 5 +Ɛ... (11) Keterangan : Y = lingkungan kerja b 0 = intercept b 1...b 5 = slope, kemiringan garis regresi/ koefisien regresi X k Ɛ = pola komunikasi (komunikasi atas ke bawah, bawah ke atas, diagonal, horizontal dan informal) = error (galat) Perhitungan regresi linear berganda menggunakan SPSS versi 16.0 Berdasarkan persamaan regresi yang telah dibuat, maka disusun hipotesis yang akan digunakan pada penelitian, yaitu : Ho : Tidak terdapat pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik H 1 : Terdapat pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik Perhitungan statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah : a. Uji F (pengujian serentak) Uji F digunakan untuk menguji secara serentak apakah saluran-saluran dari komunikasi, yaitu komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, komunikasi diagonal dan juga komunikasi informal berpengaruh terhadap lingkungan kerja karyawan PT. Vale Inco Tbk. b. Uji t (parsial) Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap peubah bebas, berarti untuk mengetahui apakah peubah bebas secara individu mempunyai pengaruh berarti terhadap peubah respon. t hitung dicari dengan rumus berikut :

37 25 Dimana: t hitung = b i Sb i... (12) b i : koefisien regresi masing-masing peubah Sb i : Simpangan baku dari b i Keputusan diambil dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika t hitung > t tabel, Ho ditolak, terima H 1 b. Jika t hitung < t tabel, Ho diterima Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastis dalam suatu model regresi (Priyatno, 2009). a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya antar peubah independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear sempurna, atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi, atau bahkan 1). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga (Priyatno, 2009). Cara untuk uji metode multikolinearitas adalah : 1) Membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r 2 ) dengan nilai determinasi secara serentak (R 2 ). Apabila nilai r 2 tidak terjadi multikolinearitas antar peubah independen. < R 2 maka 2) Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Salah satu cara untuk memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola Scatterplot. Analisis Scatterplot dapat menyatakan model regresi liniear berganda terbebas dari heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas

38 26 seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Priyatno, 2009). c. Uji Normalitas Uji normalitas persamaan regresi dikatakan baik, jika mempunyai data peubah bebas dan data peubah terikat berdistribusi mendekati normal, atau normal, sama sekali. Salah satu cara untuk menguji asumsi adalah dengan melihat pada normal probability plot, jika garis data riil mengikuti garis diagonal, maka data dikatakan berdistribusi normal (Sunyoto, 2002).

39 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT. Vale Indonesia Tbk. PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai PT International Nickel Indonesia, Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan dan produksi nikel. Perusahaan ini didirikan pada Juli Saat ini PT. Vale Indonesia beroperasi di Pulau Sulawesi di bawah perjanjian Kontrak Karya (KK) dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan menandatangani perjanjian KK pertama dengan pemerintah pada 27 Juli 1968, lalu pada 15 Januari 1996 menandatangani perjanjian modifikasi dan perpanjangan kontrak awal KK, yang berlaku mulai 1 April 2008 sampai 28 Desember Pada awalnya, luas area konsesi awal perusahaan adalah sebesar Ha di tiga (3) Provinsi Sulawesi dengan rincian Ha di Sorowako, Sulawesi Selatan; Ha di Pomalaa, Sulawesi Tenggara; dan Ha di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Pada tahun 2010, pemerintah menyetujui pelepasan area KK dari total sekitar hektar, atau sekitar 12,8 % dari luas total KK. Setelah pelepasan lahan tersebut, luas total area KK PT. Vale Indonesia saat ini Ha. Tahapan operasional mencakup kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel menjadi nikel dalam matte tingkat menengah, yang mengandung rataan 78% nikel dan 20% sulfur/belerang, Seluruh produksi Vale Indonesia dikirim ke Jepang yang dilakukan di bawah kontrak jangka panjang. Vale Canada (sebelumnya Vale Inco Limited), anak perusahaan dari Vale yang bergerak dalam bisnis logam dasar dan produsen nikel kedua terbesar di dunia, merupakan pemegang saham mayoritas (58,73%) Vale Indonesia dan sisanya dimiliki oleh Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (20,09 %), publik dan lainnya (21,18%).

40 Visi, Misi dan Nilai PT. Vale Indonesia Tbk. Visi dari PT. Vale Indonesia adalah menjadi perusahaan sumber daya alam (SDA) nomer satu di dunia yang memberikan manfaat jangka panjang, melalui keunggulan dan semangat hidup untuk manusia dan lingkungan hidup. Misi perusahaan adalah mengubah SDA menjadi kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan. Nilai-nilai yang dipegang oleh perusahaan adalah : a. Hidup sangat berharga b. Menghargai SDA c. Cintai bumi kita d. Melakukan hal yang benar e. Meningkatkan kinerja bersama-sama f. Mewujudkan tujuan bersama-sama Produk PT. Vale Indonesia Tbk Biji nikel laterit yang ditambang PT. Vale Indonesia Tbk, mengandung unsur nikel berkadar rataan 1,95 Ni, disamping unsur kimia lainnya. Proses pengolahan nikel PT. Vale Indonesia Tbk adalah pyrometalurgy yaitu dengan menggunakan panas/api produksi sehingga menghasilkan logam nikel dalam bentuk matte nikel sulfida, berkadar minimal 75% Ni. Nikel murni merupakan logam keras dan berkilauan dengan ciri yang menarik antara lain : Mallable (dapat dibentuk), Ductilable (dapat ditarik menjadi kawat), Tensile Strength (mempunyai daya rentang yang tinggi), Rust Proof (mempunyai sifat tahan terhadap karat). Nikel dan senyawanya digunakan dalam: stainless steel, disebut juga baja putih yaitu suatu paduan nikel dan besi dan unsur kimia lain; alloy, logam campuran untuk mendapatkan sifat tertentu; catalyst, sebagai bahan yang membantu mempercepat proses reaksi kimia; ni, plating, pelapisan nikel pada permukaan pelat besi; coin, mata uang logam; electric heating unit, unit pemanas listrik; accumulator dan baterai/aki.

41 Mekanisme Kerja PT. Vale Indonesia Tbk PT. Vale Indonesia Tbk dipimpin oleh seorang President & Chief Executive Officer (CEO) yang bertanggungjawab mengarahkan, serta mengkoordinir segala kegiatan pada semua departemen dan unit-unitnya. Departemen yang ada di PT Vale Indonesia Tbk terdiri dari empat kelompok besar, yakni kelompok operation (operasional), kelompok business services & organizational development (pelayanan bisnis dan pengembangan organisasi), kelompok financial (keuangan) dan kelompok special project (proyek khusus) dimana fungsi dan kegiatannya dibagi atas empat (4) kategori, yaitu : a. Kelompok Operation Dipimpin oleh Vice President Operation yang bertanggung jawab serta mengkoordinir segala kegiatan pada setiap departemen serta unit-unitnya yang bertugas menyediakan, memelihara dan mengadakan peralatan siap pakai serta melaksanakan pengolahan dari nikel laterit menjadi nikel matte. Kelompok ini membawahi empat (4) departemen, yaitu : 1) Mining Department 2) Maintenance Department 3) Process Plant Department 4) Logistic Department b. Kelompok Special Project Dipimpin oleh Vice President Special Project yang bertanggungjawab dan mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan oleh setiap departemen yang dibawahinya, seperti memantau kemajuan proyek yang sedang berlangsung, pengadaan kebutuhan perusahaan, baik berupa barang atau jasa serta memantau sistem pengolahan informasi kepegawaian, logistik produksi dan pengolahan sistem komputer di tambang dan pembangkit listrik. c. Kelompok Financial Dipimpin oleh Vice President Chief Financial Officer yang bertanggung jawab mengawasi dan mengkoordinir biaya-biaya produksi, penggajian, akuntansi properti, pengelolaan uang kas, membuat dan mengawasi arus

42 30 kas keuangan dari semua bagian dari PT INCO Tbk. Kelompok ini menangani bagian : 1) Accounting services 2) Property and pyroll 3) Financial accountant 4) Singapore accountant 5) Cash management accountant 6) Internal audit d. Kelompok Business Services & Organizatioal Development Dipimpin oleh Vice President Business Services & Organizational Development yang bertanggungjawab mengarahkan, mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan pemerintah dan pelayanan umum, serta administrasi kepegawaian dan hubungan industrial. Departemen ini mengadakan pelatihan dan pengembangan SDA/karyawan. Kelompok ini membawahi : 1) Safety and environment control Department 2) Human Relations and Employee Relations Department 3) Medical Services Department 4) Security and Plant Protection Department 5) External Relations Department 4.2. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah karyawan Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk dari berbagai tingkatan jabatan sebanyak 36 orang. Identitas responden yang didapatkan meliputi jenis kelamin, usia, masa kerja dan tingkat pendidikan Jenis Kelamin Responden Karyawan pria berjumlah 20 orang (56%) dan wanita 16 orang (44%). Data tersebut menunjukkan bahwa pada departemen ini karyawan pria lebih banyak dari wanita.

43 Usia Responden Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa karyawan di departemen ini dominan berusia tahun (41%) dan relatif lebih sedikit usia di atas 51 tahun (11%). Data sebaran karyawan menurut usia dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia Masa Kerja Responden Pada departemen ini lebih dominan karyawan yang telah bekerja antara 1-11 tahun 52% dan relatif sedikit pada karyawan telah bekerja lebih dari 33 tahun 12%. Data sebaran karyawan menurut masa kerja dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

44 Tingkat Pendidikan Responden Data sebaran karekteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan Gambar 5 karyawan dengan tingkat pendidikan S1 lebih dominan 64%, sedangkan diploma 20%, S2 dan SMA masing-masing 8%. Karyawan yang tingkat pendidikannya SMA merupakan karyawan yang telah bekerja lebih dari 33 tahun Pola Komunikasi pada Department Human Resource PT. Vale Indonesia Pola komunikasi terdiri dari saluran komunikasi formal (komunikasi dari atas ke bawah, bawah ke atas, diagonal dan horizontal) dan komunikasi formal. Analisis mengenai pola komunikasi yang ada di Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk dilakukan dianalisis menggunakan rataan skor (Tabel 2) dan diinterpretasikan dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian untuk pola komunikasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skor Rataan untuk Pola Komunikasi Pola Komunikasi Rataan Skor Atas ke bawah 3,63 Formal Bawah ke atas 3,41 Diagonal 3,34 Horizontal 3,56 Informal 3,09 Rataan skor 3,41

45 33 Pada Tabel 3, rataan skor untuk pola komunikasi yang terjadi pada Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk, yaitu pola komunikasi formal dan informal 3,41. Angka ini berada pada rentang 3,41 4,20, berarti secara keseluruhan komunikasi pada berjalan dengan baik. Komunikasi atas ke bawah menunjukkan skor tertinggi, yaitu 3,63 dan yang terendah adalah pola komunikasi informal 3,09. Komunikasi atas ke bawah menunjukkan angka paling besar diantara pola komunikasi yang lain, maka komunikasi dari atas ke bawah lebih sering dilakukan daripada pola komunikasi yang lain. Komunikasi horizontal menunjukkan angka rataan terbesar kedua setelah yaitu, 3,56. Angka ini menunjukkan pola komunikasi dari bawah ke atas pun sering dilakukan. Komunikasi dari bawah ke atas 3,41, artinya komunikasi ini sering dilakukan. Komunikasi diagonal 3,34 masih berada pada rentang skala 2,6 3,4 yang berarti komunikasi berjalan dengan cukup sering. Komunikasi informal 3,09 angka ini lebih kecil dibandingkan pola komunikasi yang lainnya, namun demikian masih berada pada rentang skala 2,6 3,4 berarti komunikasi informal cukup sering dilakukan Pola Komunikasi dari Atas ke Bawah Komunikasi dari atas ke bawah merupakan komunikasi dari seorang pemimpin kepada bawahannya. Jalur komunikasi yang berasal dari atas (manajer) ke bawah (karyawan) merupakan penyampaian pesan yang dapat berbentuk perintah, instruksi maupun prosedur untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengokoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Skor rataan untuk berbagai kriteria pada pola komunikasi dari atas ke bawah dapat dilihat pada Tabel 4.

46 34 Tabel 4. Skor Rataan untuk Pola Komunikasi Atas ke Bawah No. Skor Pernyataan Rataan 1 Memberi instruksi/tugas secara lisan dan tulisan kepada bawahan 3,81 2 Mengajukan ide atau gagasan kepada bawahan secara lisan dan tulisan 3,81 3 Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada bawahan 3,53 4 Memberikan penjelasan mengenai pekerjaan secara lisan dan tulisan kepada bawahan 3,61 5 Memberikan pendapat kepada bawahan secara lisan dan tulisan 3,50 6 Menerima keluhan mengenai masalah pekerjaan dari bawahan secara lisan dan tulisan 3,56 Total rataan skor 3,63 Tabel 4 memberikan instruksi/tugas secara lisan dan tulisan kepada bawahan merupakan kriteria yang mendapatkan skor terbesar (3,81), artinya atasan sering memberikan tugas/instruksi kepada bawahannya. Instruksi/tugas kerja ini dilakukan baik secara tulisan atau pun secara lisan. Pemberian intruksi/tugas secara lisan biasanya melalui tatap muka langsung, ketika melakukan rapat, saat brieafing, atau melalui telepon dan secara tulisan melalui , atau memo. Mengajukan ide dan gagasan kepada bawahan secara lisan dan tulisan memiliki rataan skor 3,81, artinya hal ini sering dilakukan oleh atasan. Biasanya pemimpin mengajukan ide, atau gagasan pada saat rapat internal departemen HR, reguler meeting, atau saat melakukan diskusidiskusi. Para pemimpin biasanya mengajukan ide-ide, atau gagasan kepada bawahan untuk meningkatkan kinerja section atau departemen HR secara keseluruhan. Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada bawahan cukup sering dilakukan pada departemen ini (rataan skor 3,53). Para atasan memberikan pujian bertujuan agar bawahan merasa hasil kerjanya dihargai dan membuat karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Memberikan penjelasan mengenai pekerjaan secara lisan dan tulisan merupakan aktivitas yang memiliki skor 3,61, artinya hal ini sering pula

47 35 dilakukan. Dalam memberikan tugas baik secara lisan, ataupun tulisan pemimpin, selalu memberikan penjelasan mengenai pekerjaan yang diberikan untuk memudahkan bawahan melaksanakan tugasnya, atau pada saat bawahan mengajukan keluhan mengenai pekerjaan yang diberikan. Penjelasan ini dilakukan secara langsung, atau tatap muka dengan bawahan atau melalui . Mengajukan pendapat kepada bawahan secara lisan dan tulisan sering dilakukan oleh pemimpin pada departemen ini hal ini, yang dilihat dari rataan skor yang diperoleh (3,50). Sama halnya ketika mengajukan ide, atau gagasan, para pemimpin seringkali mengajukan pendapat pada rapatrapat internal departemen HR, reguler meeting, atau saat diskusi. Menerima keluhan mengenai masalah pekerjaan dari bawahan secara lisan dan tulisan mendapatkan skor 3,56, artinya aktivitas ini sering dilakukan. Secara keseluruhan, pola komunikasi dari atas ke bawah pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia menunjukkan angka relatif besar (3,63). Hal ini menunjukkan komunikasi dari atasan ke bawahan berjalan dengan baik Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas Komunikasi dari bawah ke atas berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawahan menuju ke atasan atau pimpinan. Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari karyawan yang selanjutnya akan disampaikan ke jalur yang lebih tinggi. Skor rataan untuk pola komunikasi dari bawah ke atas dapat dilihat pada Tabel 5.

48 36 Tabel 5. Skor Rataan untuk Pola Komunikasi Bawah ke Atas Skor No Rataa. Pernyataan n 1 Memberi laporan secara lisan dan tulisan kepada atasan 3,72 2 Mengajukan ide atau gagasan kepada atasan secara lisan dan tulisan 3,47 3 Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada atasan 3,14 4 Menerima tugas/instruksi secara lisan dan tulisan dari atasan 3, Memberikan pendapat secara lisan dan tulisan kepada atasan Mengemukakan masalah pekerjaan kepada atasan secara lisan dan tulisan 3,17 3,53 Total rataan skor 3,41 Rataan skor tertinggi untuk pola komunikasi dari bawah ke atas adalah 3,72, yaitu memberikan laporan secara lisan dan tulisan kepada atasan. Angka ini berarti bawahan sering memberikan laporan kepada atasannya. Laporan ini diberikan secara langsung kepada atasan, atau melalui telepon, atau . Mengajukan ide dan gagasan kepada atasan secara lisan dan tulisan memiliki rataan skor 3,47, artinya bawahan sering mengajukan ide, atau gagasannya. Pengajuan ide atau gagasan ini dilakukan saat meeting internal Departemen HR, meeting reguler, atau saat diskusi setiap section. Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada atasan mendapatkan skor rataan terendah (3,14), namun masih menunjukkan bahwa bawahan cukup sering memberikan pujian kepada atasannya. Pada departemen HR tidak hanya atasan yang selalu memberikan pujian untuk memotivasi bawahannya tetapi, bawahanpun melakukan hal yang sama. Menerima instruksi/tugas dari atasan mendapatkan rataan skor sebesar 3,42, artinya bawahan sering mendapatkan tugas, atau instruksi dari atasan. Tugas atau instruksi ini diberikan atasan secara langsung atau melalui telepon, memo, atau . Memberikan pendapat kepada atasan baik secara lisan atau pun tulisan kepada atasan mendapatkan skor 3,17 cukup sering, yang berarti bawahan sering mengutarakan pendapatnya

49 37 kepada atasan. Biasanya bawahan mengutarakan pendapatnya saat berdiskusi dengan atasan, meeting internal Departemen HR, ataupun meeting reguler. Mengemukakan masalah pekerjaan kepada atasan mendapatkan skor 3,53, yang berarti bawahan cukup sering mengemukakan masalah mengenai pekerjaan kepada atasannya. Bawahan biasanya mengemukakan masalah mengenai pekerjaan secara langsung kepada atasan saat berdiskusi, atau melalui dan telepon. Secara keseluruhan komunikasi antara bawahan dan atasan memiliki rataan skor 3,41. Angka ini menunjukkan bahwa komunikasi antara bawahan dengan atasan berjalan dengan cukup baik Pola Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal pada departemen HR terjadi dengan seluruh departemen yang ada di PT. Vale Indonesia. Skor rataan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Skor Rataan untuk Pola Komunikasi Diagonal No. 1 2 Pernyataan Atasan dari departemen lain sering memberikan kritikan dan masukan yang bermanfaat kepada karyawan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan sebaliknya Terdapat saling ketergantungan antar bagian atau departemen yang ada dalam perusahaan Skor Rataan 3,17 3, Komunikasi antara karyawan dengan atasan dari departemen lain membuat penyebaran informasi menjadi lebih cepat Karyawan menerima atau memberikan laporan kepada atasan departemen lain Komunikasi diagonal memungkinkan individu dari berbagai departemen membantu menyelesaikan masalah dalam perusahaan Menerima atau mendapat keluhan mengenai masalah pekerjaan dari departemen lain, atau sebaliknya 3,25 3,36 3,31 3,17 Total rataan skor 3,34

50 38 Rataan skor pada aktivitas memberikan kritik dan masukan yang bermanfaat kepada karyawan lain mendapatkan skor 3,17, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa atasan dari departemen lain cukup sering memberikan kritik, atau masukan kepada karyawan di departemen HR. Kritik dan masukan didapatkan ketika meeting dengan beberapa departemen. Selain itu dilakukan melalui telepon, atau . Terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau departemen yang ada dalam perusahaan mendapatkan rataan skor tertinggi 3,81 dimana saling ketergantungan itu seringkali terjadi. Aktivitas ini berhubungan dengan menerima dan memberikan laporan kepada departemen lain yang memiliki skor 3,36 (cukup sering dilakukan). Hal ini dikarenakan departemen HR selalu berhubungan dengan semua departemen yang ada di PT. Vale Indonesia, karena departemen ini mengurus masalah kepegawaian seperti cuti karyawan, training, atasan, atau karyawan yang akan melakukan perjalanan bisnis atau training di kota lain, karyawan yang akan pensiun, semuanya melalui departemen HR. Rataan skor untuk pernyataan komunikasi antara karyawan dengan atasan dari departemen lain membuat penyebaran informasi menjadi lebih cepat adalah 3,25, artinya cukup sering terjadi. Penyebaran informasi dapat berlangsung secara tatap muka ketika meeting antar departemen, atau melalui telepon dan . Nilai rataan skor pada aktivitas komunikasi memungkinkan individu dari berbagai departemen membantu menyelesaikan masalah dalam perusahaan 3,31, artinya aktivitas ini cukup sering terjadi. Diharapkan dengan adanya bantuan dari departemen lain membuat kinerja baik departemen HR, ataupun departemen lain menjadi lebih baik untuk memberikan dampak positif pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Menerima atau mendapat keluhan mengenai masalah pekerjaan dari manajer departemen lain, atau sebaliknya mendapatkan rataan skor 3,17. Nilai rataan skor tersebut menunjukkan aktivitas pun cukup sering terjadi. Keluhan misalnya datang dari senior staff Departemen Accounting apabila data mengenai karyawan yang cuti, pensiun belum segera dilaporkan. Selain

51 39 itu, jika ada hak-hak karyawan yang harus segera dibayar bila belum mendapat approval dari departemen HR, maka tidak dapat segera dibayarkan. Hal-hal inilah yang kadang-kadang menimbulkan keluhan pada Departemen HR. Secara keseluruhan, kegiatan komunikasi diagonal pada Departemen HR PT. Vale Indonesia berjalan dengan cukup baik (total skor rataan 3,34). Komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi berskala besar, manakala terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut Pola Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar, atau sederajat dalam suatu organisasi. Pola komunikasi ini terjadi antara sesama general manajer, manajer, senior staff, staff, atau sesama karyawan non staff pada Departemen HR. Hasil skor rataan untuk pola komunikasi horizontal dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Skor Rataan Untuk Pola Komunikasi Horizontal No Pernyataan Para bawahan atau atasan saling bertemu untuk mengkoordinasikan tugas Para bawahan atau atasan berkumpul mendiskusikan penyelesaian masalah pekerjaan Para atasan atau bawahan saling bertemu untuk berbagi informasi mengenai pekerjaan Para atasan atau bawahan saling memberikan pujian atas prestasi yang didapatkan atau pekerjaan yang telah dilakukan Para atasan atau bawahan saling memberikan masukan atau pendapat mengenai pekerjaan Para atasan atau bawahan saling mendengar keluhan mengenai masalah pekerjaan Skor Rataan 3,33 3,86 3,72 3,33 3,58 3,53 Total rataan skor 3,56 Pada Tabel 7 terdapat enam (6) aktivitas pada komunikasi horizontal. Aktivitas yang mendapatkan skor tertinggi adalah 3,86, yaitu para bawahan, atau atasan berkumpul untuk mendiskusikan penyelesaian masalah pekerjaan. Hal ini berarti aktivitas ini sering dilakukan. Biasanya

52 40 para bawahan, maupun atasan sering melakukan diskusi-diskusi, baik bertemu langsung, melalui meeting atau melalui telepon, atau . Aktivitas saling bertemu untuk berbagi informasi mengenai pekerjaan mendapatkan rataan skor 3,72. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas ini sering dilakukan. Saling berbagi informasi biasanya lebih banyak dilakukan secara langsung, atau tatap muka oleh karyawan, pertukaran informasi ini didukung oleh kedekatan tempat duduk dari masing-masing karyawan sehingga pertukaran informasi menjadi lebih cepat. Aktivitas selanjutnya adalah para atasan, atau bawahan saling memberikan masukan atau pendapat mengenai pekerjaan yang mendapatkan skor rataan 3,58. Masukan atau pendapat ini diberikan untuk meningkatkan kinerja dari masing-masing individu dan memudahkan dalam penyelesaian pekerjaan. Para atasan atau bawahan saling memberikan pujian dan saling bertemu untuk mengkoordinasikan tugas mendapat skor 3,33, artinya aktivitas ini sering dilakukan. Di departemen HR, antara sesama atasan, atau karyawan sangat terbuka untuk memberikan pujian satu sama lain. Selain dapat membuat hubungan kerja baik, juga memotivasi agar lebih meningkatkan kinerja. Para atasan dan bawahan saling mendengar keluhan mengenai pekerjaan. Nilai skor rataan 3,53 menunjukkan kedua aktivitas ini sering terjadi. Banyaknya tugas yang harus dikerjakan membuat seringnya karyawan mengeluh. Secara keseluruhan skor rataan dari seluruh aktivitas pola komunikasi horizontal adalah 3,56. Hal ini berarti pola komunikasi horizontal di Departemen HR PT. Vale Indonesia ini berjalan dengan baik Pola Komunikasi Informal Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi, tanpa mempedulikan jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Hal-hal yang diperbincangkan biasanya bersifat umum seperti mengobrol tentang humor, keluarga, anak-anak, olahraga, musik, film, acara di TV dan juga kadang

53 41 kala membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja yang ada dalam perusahaan. Sumber informasi dalam komunikasi informal adalah desas-desus, atau selentingan (Purwanto 2003). Skor rataan untuk pola komunikasi informal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Skor Rataan Pola Komunikasi Informal No. Skor Pertanyaan Rataan 1 Atasan dan bawahan dapat berkomunikasi tanpa mempedulikan jabatan dalam perusahaan 3,11 2 Atasan dan bawahan saling berbagi informasi mengenai halhal diluar pekerjaan 3,56 3 Desas-desus digunakan sebagai sumber informasi dalam organisasi 2,61 4 Penyebaran desas-desus berlangsung cepat dalam organisasi 3,06 5 Desas-desus memuat banyak informasi 2,86 6 Penyebaran desas-desus dipengaruhi oleh pentingnya situasi 3,36 Total rataan skor 3,09 Berdasarkan aktivitas pola komunikasi informal pada tabel tersebut atasan dan bawahan dapar berkomunikasi tanpa memperdulikan jabatan dalam perusahaan cukup sering dilakukan dengan skor rataan 3,11 dan saling berbagi informasi menganai hal-hal diluar pekerjaan mendapatkan skor rataan 3,56, artinya sering dilakukan. Atasan dan bawahan bebincang dengan suasana yang lebih santai ketika jam istirahat, ketika menunggu waktu meeting dimulai, atau disela-sela waktu kerja. Hal-hal yang dibicarakan mengenai acara olahraga, humor, hobi atau acara-acara TV. Nilai rataan skor untuk desas-desus digunakan sebagai sumber informasi dalam organisasi adalah 2,61, artinya aktivitas ini cukup sering terjadi. Penyebaran desas desus berlangsung cepat dalam organisasi mempunyai rataan skor 3,06 dan memuat banyak informasi 2,86, yang berarti kedua aktivitas ini cukup sering terjadi. Penyebaran desas-desus dipengaruhi oleh pentingnya situasi memiliki rataan skor 3,36 artinya cukup sering terjadi. Secara keseluruhan komunikasi informal yang terjadi di Departemen HR PT. Vale Indonesia berlangsung dengan cukup baik dengan total skor

54 42 3,09. Komunikasi informal biasanya dilakukan untuk mengurangi ketegangan dan stress kerja Lingkungan Non Fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Lingkungan kerja non fisik adalah keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Hasil rataan skor pada lingkungan kerja non fisik dapat dilahat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Rataan Skor Lingkungan Kerja Non Fisik No 1 2 Pernyataan Hubungan saya dengan atasan, bawahan, atau karyawan yang setingkat berjalan dengan baik Atasan saya selalu memberi kesempatan untuk menuangkan ide, gagasan atau pendapat dalam setiap proses pengambilan keputusan 3 Atasan saya selalu mempertimbangkan pendapat, saran, atau gagasan yang disampaikan oleh bawahan Saya selalu bekerja dengan nyaman tanpa tekanan, atau paksaan dari pihak manapun di perusahaan Ketika berbicara secara tatap muka dengan atasan, bawahan atau karyawan setingkat saya selalu dalam kondisi stabil Atasan saya selalu memberikan perintah atau petunjuk dalam keadaan emosi yang stabil (tidak marah-marah, dan sebagainya) Saya dapat bertanya tanpa rasa takut, jika ada sesuatu mengenai pekerjaan saya yang tidak saya mengerti Komunikasi antar semua tingkat jabatan berjalan dengan baik Saya selalu mendapat pujian atas pekerjaan yang saya lakukan dan membuat saya senang dan termotivasi untuk bekerja Rataan skor 4,25 4,28 4,22 4,14 4,03 4,14 4,03 4,25 4,06 Berdasarkan Tabel 9, hasil keseluruhan pada rataan skor untuk semua pernyataan adalah 4,16. Hal ini berarti lingkungan kerja pada Departemen HR PT. Vale Indonesia telah berjalan dengan baik. Suasana yang diciptakan membuat karyawan merasa nyaman untuk melaksanakan

55 43 tugasnya. Komunikasi dirasakan terjalin dengan sangat baik, begitu juga hubungan seluruh karyawan dari berbagai tingkatan jabatan. Karyawan dapat bekerja dengan tenang tanpa adanya tekanan dan rasa takut karena dalam memberikan tugas/instruksi atasan berada dalam kondisi yang stabil. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi karyawan adalah dengan memberikan pujian, di departemen ini atasan maupun bawahan sering memberikan pujian, sehingga membuat karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik Uji Asumsi Klasik Uji penyimpangan asumsi klasik digunakan asumsi klasik untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dan heteroskedastis dalam suatu model regresi (Priyatno, 2009) Uji Normalitas Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan cara mencermati titik-titik data pada Normal P-Plot (NPP). Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika garis data riil mengikuti garis diagonal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Normal p-plot Pada gambar NPP menunjukkan data berdistribusi secara normal, karena titik-titik mengikuti garis diagonal. Hal ini berarti data dalam

56 44 penelitian adalah baik dan layak digunakan karena memiliki distribusi normal Uji Multikoliniearitas Multikolinearitas (kolinearitas ganda) berarti adanya hubungan linear yang sempurna di antara peubah-peubah bebas dalam model regresi. Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara peubah-peubah bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Multikolinearitas diuji dengan melihat nilai Tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF yang kurang dari 10, sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. Hasil perhitungan uji multikolineritas pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji Multikoliniearitas Peubah Tolerance VIF Kriteria Hasil X1 0,171 5,852 X2 0,152 6,579 X3 0,723 1,384 X4 0,319 3,135 X5 0,611 1,637 Berdasarkan nilai VIF yang kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas antar peubah independen pada model regresi Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain yang tetap atau disebut homoskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 7. Tolerance > 0,1 VIF < 10 Tidak ada masalah multikolineritas

57 45 Gambar 7. Hasil uji heteroskedastisitas Dari hasil pengolahan data pada Gambar 7, yaitu analisis pada Scatterplot menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari heteroskedastisitas yang ditunjukkan dari titik-titik data yang menyebar di atas dan di bawah, atau di sekitar angka 0 dan penyebaran titik-titik tidak berpola. Model yang didapatkan adalah tidak terdapat pola tertentu pada grafik Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik pada departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. dianalisis dengan menggunakan metode analisis liniear sederhana (Lampiran 5) dan berganda (Lampiran 6). Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peubah independen terhadap peubah dependen. Peubah independen pada penelitian ini terdiri dari pola komunikasi dari atas ke bawah (X 1 ), bawah ke atas (X 2 ), diagonal (X 3 ), horizontal (X 4 ) dan komunikasi informal (X 5 ). Peubah dependen dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja non fisik (Y) di Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk.

58 Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik dengan Analisis Regresi Linear Sederhana Pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik pada departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. dengan menggunakan metode analisis liniear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing pola komunikasi (komunikasi dari bawahan ke atasan, atasan ke bawahan, diagonal, horizontal dan informal). Hasil perhitungan regresi linear sederhana dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0, dimana hasil untuk masing-masing pola komunikasi adalah : 1. Pengaruh pola komunikasi dari atasan ke bawahan terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Hasil analisis perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh pola komunikasi dari atasan ke bawahan (X 1 ) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11. Output Model Summary Nilai R square 0,459 menunjukkan sumbangan pengaruh pola komunikasi dari atasan ke bawahan terhadap lingkungan kerja non fisik 45,9% dan sisanya 54,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 12. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Berdasarkan hasil pengolahan regresi linear sederhana pada Tabel 12, pola komunikasi dari atasan ke bawahan memiliki nilai nyata 0,000 < 0,05

59 47 maka komunikasi dari atasan ke bawahan berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Persamaan regresi untuk pola komunikasi dari atasan ke bawahan adalah : Ŷ = 2, ,443X 1 Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan pola komunikasi dari atasan ke bawahan akan meningkatkan lingkungan kerja non fisik 0, Pengaruh pola komunikasi dari bawahan ke atasan terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Hasil analisis perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh pola komunikasi dari bawahan ke atasan (X 2 ) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14. Tabel 13. Output Model Summary Nilai R square 0,442 menunjukkan sumbangan pengaruh pola komunikasi dari bawahan ke atasan terhadap lingkungan kerja non fisik 44,2% dan sisanya (55,8%) dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 14. Hasil Uji Regresi Sederhana Hasil pengolahan regresi linear sederhana pada Tabel 14, pola komunikasi dari bawahan ke atasan memiliki nilai nyata 0,000 < 0,05 maka komunikasi dari bawahan ke atasan berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Persamaan regresi untuk pola komunikasi dari bawahan ke atasan adalah :

60 48 Ŷ = 2, ,497X 2 Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan pola komunikasi dari bawahan ke atasan akan meningkatkan lingkungan kerja non fisik 0, Pengaruh pola komunikasi diagonal terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Hasil analisis perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh pola komunikasi diagonal (X 3 ) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16. Tabel 15. Output Model Summary Nilai R square 0,276 menunjukkan sumbangan pengaruh pola komunikasi diagonal terhadap lingkungan kerja non fisik 27,6% dan sisanya (72,4%) dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 16. Hasil Uji Regresi Pola komunikasi diagonal memiliki nilai nyata 0,001 < 0,05 maka komunikasi diagonal berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Persamaan regresi untuk pola komunikasi diagonal adalah : Ŷ = 2, ,406X 3 Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan pola komunikasi diagonal akan meningkatkan lingkungan kerja non fisik 0,406.

61 49 4. Pengaruh pola komunikasi horizontal terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh pola komunikasi horizontal (X 4 ) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel 17 dan 18. Tabel 17. Output Model Summary Nilai R square 0,609 menunjukkan sumbangan pengaruh pola komunikasi horizontal terhadap lingkungan kerja non fisik 60,9% dan sisanya (39,1%) dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 18. Hasil Uji Regresi Pola komunikasi horizontal memiliki nilai nyata 0,000 < 0,05 maka komunikasi horizontal berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Persamaan regresi untuk pola komunikasi horizontal adalah : Ŷ = 2, ,759X 3 Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan pola komunikasi horizontal akan meningkatkan lingkungan kerja non fisik 0, Pengaruh pola komunikasi informal terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. Perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh pola komunikasi informal (X 5 ) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20.

62 50 Tabel 19. Output Model Summary Nilai R square 0,085 menunjukkan sumbangan pengaruh pola komunikasi informal terhadap lingkungan kerja non fisik 8,5% dan sisanya (91,5%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Tabel 20. Hasil Uji Regresi Berdasarkan hasil regresi sederhana nilai nyata komunikasi informal 0,084 > 0,05 maka komunikasi informal tidak berpengaruh nyata terhadap lingkungan kerja non fisik. Secara keseluruhan analisis regresi linear sederhana untuk masingmasing pola komunikasi didapatkan bahwa pola komunikasi horizontal merupakan pola komunikasi yang memiliki kontribusi paling besar (60,9%) terhadap lingkungan kerja non fisik, sedangkan terkecil adalah pola komunikasi informal (8,5%) Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik dengan Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peubah independen terhadap peubah dependen. Jika pada regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing pola komunikasi maka regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola komunikasi secara

63 51 keseluruhan terhadap lingkungan kerja non fisik. Hasil regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 21 dan 22. Tabel 21. Output Model Summary R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara dua atau lebih variabel independen terhadap peubah dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungan semakin erat, sebaliknya jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Angka R pada tabel tersebut menunjukkan angka 0,847 (84,7%), artinya korelasi antara pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik memiliki hubungan erat, karena medekati 1. Nilai R square 0,671 menunjukkan sumbangan pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik 67,1% dan sisanya (32,9%) dijelaskan oleh peubah lain yang tidak diteliti Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan hasil pengolahan regresi liniear berganda pada Tabel 12 X 2 (komunikasi dari bawah ke atas) memiliki nilai nyata 0,085 dan X 3 (komunikasi diagonal) 0,056 tidak berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik karena nilai nyatanya lebih dari 0,05, maka persamaan model regresi linear berganda pada penelitian ini adalah : Ŷ = 0, ,407 X 1 + 0,482 X 4 + 0,181 X 5 Persamaan model regresi dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

64 52 1. Komunikasi dari atas ke bawah (X 1 ) memiliki t hitung 2,655 dengan tingkat nyata 0,013. t hitung > t tabel ( 2,655 > 1,697) dan nilai nyatanya kurang dari 0,05 maka komunikasi dari atas ke bawah memiliki pengaruh nyata terhadap lingkungan non fisik Departemen HR PT. Vale Indonesia. Nilai koefisien beta yang dimiliki bernilai 0,407, artinya setiap kenaikan komunikasi dari atas ke bawah sebesar satu satuan akan meningkatkan lingkungan kerja non fisik 0, Komunikasi horizontal (X 4 ) memiliki t hitung 2,886 dan nilai nyata 0,007. t hitung > t tabel (2,886 > 1,697) dan nilai nyata kurang dari 0,05 maka komunikasi horizontal memiliki pengaruh nyata terhadap lingkungan kerja non fisik. Nilai koefisien beta yang dimiliki bernilai 0,482 Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan komunikasi horizontal sebesar satu satuan akan terjadi peningkatan lingkungan kerja non fisik 0, Komunikasi informal (X 5 ) memiliki t hitung 2,321 dengan nilai nyata 0,027. t hitung (2,339 > 1,697) dan nilai nyata kurang dari 0,05 maka komunikasi informal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap lingkungan kerja non fisik. Nilai koefisien yang dimiliki 0,181, berarti apabila terjadi peningkatan komunikasi informal sebesar satu satuan, akan terjadi peningkatan lingkungan kerja non fisik 0,181. Pada analisis regresi linear berganda didapatkan bahwa komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang paling berpengaruh diantara pola komunikasi yang lainnya, nilai koefisien adalah 0,482 dan nilai nyata 0,007. Seringnya para karyawan berinteraksi, atau berkomunikasi dengan rekan sejabatan dan karena penelitian ini merupakan penelitian tentang SDM di sebuah perusahaan membuat komunikasi horizontal memiliki pengaruh yang cukup besar bagi lingkungan kerja non fisik. Dalam perusahaan, terdapat kecenderungan dalam melaksanakan pekerjaan para karyawan saling berbagi informasi dengan rekan sejabatan, terutama apabila muncul masalah-masalah dalam perusahaan. Secara praktis dapat dikatakan komunikasi horizontal yang dominan dalam melancarkan komunikasi dalam

65 53 organisasi untuk mendukung kepemimpinan dalam pencapaian tujuan organisasi. Selain komunikasi horizontal, komunikasi dari atasan kepada bawahan juga berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan ide, gagasan, atau informasi kepada para bawahannya, sehingga bawahan dapat memahami pesan yang disampaikan dengan baik. Bagaimana cara atasan berkomunikasi untuk memberikan tugas, atau instruksi kepada bawahan berpengaruh pada lingkungan kerja non fisik. Untuk komunikasi dari bawahan ke atasan tidak berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik, karena yang memegang peranan dalam hubungan antara atasan dan bawahan adalah seorang pemimpin dan bagaimana cara pemimpin berkomunikasi, atau menyampaikan pesan terhadap bawahannya. Selain komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi diagonal juga tidak berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Hubungan antara atasan dan bawahan yang berbeda bagian, atau departemen dalam perusahaan tidak berkontribusi dalam mempengaruhi lingkungan kerja non fisik pada suatu departemen. Hubungan dengan karyawan dalam satu bagian, atau departemen yang lebih penting daripada hubungan dengan karyawan dari departemen lain, sehingga membuat komunikasi diagonal tidak berpengaruh pada lingkungan kerja non fisik. Dalam keadaan tertentu selain komunikasi formal, komunikasi informal juga dapat berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik di perusahaan. Walaupun kontribusinya kecil tetapi komunikasi informal dapat digunakan untuk mencairkan suasana dan mengurangi stres kerja. Selain itu komunikasi informal dapat digunakan oleh atasan untuk memonitor para karyawan dalam melakukan tugas dan lebih mengenal bawahannya sehingga memudahkan dalam mengarahkan bawahannya.

66 Uji Hipotesis Uji F dan uji t digunakan untuk menguji hipotesi apakah pola komunikasi tidak berpengaruh atau berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Hipotesis penelitian adalah : Ho : Tidak terdapat pengaruh antara pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik H 1 : Terdapat pengaruh antara pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik Uji F Uji F digunakan untuk menguji secara serentak apakah pola komunikasi dari atasan ke bawahan (X 1 ), bawahan ke atasan (X 2 ), diagonal (X 3 ), horizontal (X 4 ), dan informal (X 5 ), berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Hasil uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Uji F Hasil uji F menunjukkan nilai F dengan nilai nyata 0,000 < 0,05, sehingga terima terima H 1 tolak H 0. Jadi, dapat disimpulkan terdapat pengaruh antara pola komunikasi (X 1, X 2, X 3, X 4 dan X 5 ) terhadap lingkungan kerja non fisik Uji t Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap peubah bebas Hal ini berarti bahwa uji t dapat mengetahui, apakah peubah independen secara individu mempunyai pengaruh berarti terhadap peubah dependen. Hasil uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 22. Berdasarkan uji t pola komunikasi yang memiliki nilai nyata kurang dari 0,05 adalah pola komunikasi atas ke bawah (X 1 ) 0,013, horizontal (X 4 )

67 55 0,007 serta komunikasi informal (X 5 ) 0,027 dengan demikian terima H 1, pola komunikasi inilah yang berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. Sedangkan pola komunikasi dari bawah ke atas (X 2 ) memiliki nilai nyata 0,085 dan pola komunikasi diagonal 0,056 yang berarti lebih besar daripada 0,05 maka terima H 0 komunikasi diagonal dan bawah ke atas tidak memiliki pengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk Implikasi Manajerial Dalam dunia bisnis, baik perusahaan kecil, sedang dan besar, orangorang yang ada dalam perusahaan tidak terlepas dari kegiatan komunikasi yang merupakan faktor penting bagi pencapain tujuan organisasi. Hasil rekapitulasi dari keseluruhan penelitian tentang pola komunikasi dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Rekapitulasi Hasil Pola Komunikasi pada Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk Formal Pola Komunikasi Rataan skor Interpretasi Secara keseluruhan pola komunikasi baik formal maupun informal yang ada pada departemen HR PT. Vale Indonesia berjalan dengan baik berada pada rentang skala 3,41 4,2. Pola komunikasi yang paling berpengaruh adalah pola komunikasi formal daripada komunikasi informal. Pola komunikasi informal memiliki rataan skor 3,09, angka ini berada pada rentang skala 2,61 3,40, artinya berjalan dengan cukup baik. Pengaruh Terhadap Lingkungan kerja non fisik atas ke bawah 3,63 Baik Berpengaruh bawah ke atas 3,41 Baik Tidak Berpengaruh diagonal 3,34 Cukup baik Tidak berpengaruh horizontal 3,56 Baik Berpengaruh Informal 3,09 Cukup baik Berpengaruh Kesimpulan 3,41 Baik

68 56 Seorang pemimpin yang menggunakan saluran komunikasi ke bawahan memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan perusahaan. Peran pemimpin penting di departemen HR PT. Vale Indonesia, seberapa jauh proses komunikasi itu berhasil dengan baik ditentukan oleh kondisi dan perilaku atasan, atau manajer sebagai pengirim gagasan, media yang dipakai, isi pesan, cara pesan disampaikan dan suasana komunikasi itu sendiri. Apabila pemimpin dalam kondisi emosi yang tidak baik, tentunya membuat bawahan merasa tidak nyaman untuk melakukan interaksi. Dalam mencapai keberhasilan tujuan perusahaan para pemimpin harus percaya kepada bawahannya. Pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan, seorang pemimpin harus dapat memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawahan. Pada departemen HR PT. Vale Indonesia pimpinan memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk memberikan pendapat, atau gagasannya, sehingga para bawahan merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Pada departemen HR PT. Vale Indonesia komunikasi horizontal bersifat koordinatif diantara karyawan yang memiliki posisi sederajat. Tujuan dari komunikasi horizontal, antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada rekan sejabatan. Intensitas pertemuan secara tatap muka dan kedekatan tempat duduk membuat penyebaran informasi menjadi lebih cepat dan komunikasi menjadi lebih efektif. Selain komunikasi formal, komunikasi informal, komunikasi informal ternyata cukup berpengaruh pada lingkungan kerja, komunikasi informal pada departemen HR Vale Indonesia digunakan sebagai penghilang ketegangan dalam bekerja dan untuk lebih mendekatkan hubungan antara sesama karyawan. Selain itu komunikasi informal biasanya digunakan atasan untuk lebih mengenal karakter orang yang dipimpinnya. Namun yang perlu diwaspadai pada komunikasi formal adalah penyebaran desas-desus yang

69 57 bersifat negatif, maka peran pemimpin sangat dibutuhkan dalam menangani dan mengendalikan desas desus yang terjadi di perusahaan. Lingkungan kerja non fisik pada pada departemen HR Vale Indonesia dirasakan baik. Semua ini tentunya tidak terlepas dari komunikasi yang terjalin oleh seluruh karyawan dari semua jenjang jabatan. Hubungan antara seluruh karyawan dirasakan berjalan dengan baik. Sikap pemimpin yang selalu memberikan kesempatan kepada seluruh pegawai untuk memberikan pendapat, pujian atau bahkan kritikan membuat bawahan merasa dihargai dan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Pola komunikasi baik komunikasi formal, maupun informal yang ada di departemen HR PT. Vale Indonesia memberikan pengaruh cukup besar pada lingkungan kerja non fisik di perusahaan, maka komunikasi efektif perlu ditingkatkan diantara semua jenjang jabatan, sehingga tercapai kesepahaman dalam penyampaian pesan, hubungan baik antara seluruh pegawai dari berbagai tingkatan manajemen tetap dijaga dalam meningkatkan kinerja karyawan dan mencapai tujuan perusahaan.

70 58 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Pada pola komunikasi formal, komunikasi dari atasan ke bawahan, bawahan ke atasan dan komunikasi horizontal berjalan dengan baik, sedangkan komunikasi diagonal dan informal berjalan dengan cukup baik. Secara umum, pola komunikasi pada Departemen HR PT. Vale Indonesia telah berjalan dengan baik dan lebih sering menggunakan pola komunikasi formal daripada informal. b. Lingkungan kerja non fisik pada Departemen HR PT. Vale Indonesia ini sudah baik, sehingga memberikan rasa nyaman bagi semua karyawan dilihat dari bagaimana persepsi karyawan menilai lingkungan kerja non fisik pada departemen ini. c. Berdasarkan analisis regresi linear berganda dapat disimpulkan bahwa semua pola komunikasi baik, formal dan informal berpengaruh nyata terhadap lingkungan kerja non fisik. Pola komunikasi yang berpengaruh adalah komunikasi dari atasan ke bawahan, horizontal dan pola komunikasi informal disisi lain pola komunikasi dari bawah ke atas dan diagonal tidak berpengaruh nyata terhadap lingkungan kerja non fisik departemen HR PT. Vale Indonesia. 2. Saran a. Komunikasi yang ada di departemen HR PT. Vale Indonesia sudah berjalan dengan baik, namun sebaiknya top manajemen lebih mendekatkan diri dengan bawahannya agar tidak terjadi kesenjangan antara bawahan dengan atasan melalui kegiatan family gathering dan diskusi diskusi dalam suasana santai. b. Pola komunikasi, baik formal, maupun informal terus ditingkatkan, agar terjalin hubungan harmonis satu dengan yang lain, dengan menciptakan lingkungan kerja produktif melalui reguler meeting, forum-forum interaksi manajer dan karyawan.

71 59 c. Departemen HR PT. Vale Indonesia perlu memperluas akses dan pendayagunaan saluran komunikasi dan informasi yang mudah digunakan dan dipahami oleh semua karyawan diantaranya paperless online office internal dan millist departemen.

72 60 DAFTAR PUSTAKA Mangkuprawira, TB.S dan A.V. Hubeis Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor. Mulyadi Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Motivasi Karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk, Cabang Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyana. D Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Remaja Rosdakarya, Bandung. Nindya Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT. X Tbk Unit Bisnis Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nitisemito, A Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Priyatno, D Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. ANDI, Yogyakarta Purwanto, D Komunikasi Bisnis. Erlangga, Jakarta. Sedarmayanti Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju, Bandung. Stoner, J.A.F, et al Manajemen Jilid II (Terjemahan). PT. Prenhallindo, Jakarta. Sunyoto, D Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Medpres, Yogyakarta Tubbs, S. L. dan S, Moss Human Communication (Terjemahan). PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Umar, H Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

73 LAMPIRAN 61

74 62 Lampiran 1. Panduan Pertanyaan Pertanyaan ditujukan kepada karyawan dari berbagai jabatan baik general manajer, manajer, senior staff, staff, dan non staff pada Departemen HR Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk. 1. Bagaimana hubungan anda dengan atasan? 2. Apakah atasan anda sering memberikan kesempatan untuk mengutarakan ide, saran atau kritik, jika sedang berdiskusi atau rapat? 3. Bagaimana cara atasan anda memberikan pengarahan, penghargaan atas prestasi kerja selama ini? 4. Bagaimana hubungan anda dengan rekan sekerja anda? 5. Apakah anda sering berkomunikasi dengan dengan rekan sekerja anda di luar pekerjaan? 6. Menurut anda bagaimana komunikasi yang terjalin di perusahaan? 7. Apakah yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja kondusif? 8. Bagaimana kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam bekerja? 9. Bagaimana menurut anda mengenai suasana kerja di tempat anda bekerja?

75 63 Lampiran 2. Kuesioner penelitian PENGARUH POLA KOMUNIKASI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA NON FISIK PADA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA Tbk. No : Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh : Peneliti NRP Departemen Fakultas Perguruan tinggi : Nila Novianty : H : Manajemen : Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor yang akan digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif melalui pola komunikasi. Atas kerjasama dan bantuan Anda, saya ucapkan terima kasih. I. IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah dengan memberi tanda checklist ( ) Nama pada kolom jawaban : yang tersedia yang sesuai dengan keadaan Anda yang Nama : Jenis Kelamin : pria wanita Usia : a tahun c b d. 51 Masa kerja : a tahun c tahun b tahun d. 34, sebutkan... Pendidikan terakhir : a. SMA b. Diploma c. S1 d. S2 d. Lainnya, sebutkan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi menurut Himstreet and Baty dalam Purwanto (2003), komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Vale Indonesia Tbk. Memiliki visi, misi dan tujuan yang dapat terwujud, apabila didukung oleh SDM bermutu. PT. Vale Indonesia terdiri dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Panduan Pertanyaan Pertanyaan ditujukan kepada karyawan dari berbagai jabatan baik general manajer, manajer, senior staff, staff, dan non staff pada Departemen HR Human Resource

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian PT Sinar Sosro adalah perusahaan pelopor untuk minuman teh dalam kemasan. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri minuman di Indonesia, PT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT. Sinar Sosro memiliki visi untuk menjadi perusahaan minuman kelas dunia yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, kapan saja, dimana saja, serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Peran pemimpin pendidikan menjadi sangat urgen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Pemimpin pendidikan dalam sebuah institusi pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Dinamika Berkah Solusindo yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Bank Sahabat Sampoerna Cabang Puri yang beralamat di Jalan Puri Indah Raya Blok A/15, Kembangan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Aditma Graha Lestari yang beralamat di Komplek Ruko Puri Kembangan Indah No. 168 D, Kembangan Selatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT Astra International Tbk Auto2000 Daan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT Astra International Tbk Auto2000 Daan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Astra International Tbk Auto2000 Daan Mogot Jakarta Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Oktober 2016 Juni

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek / Subyek Penelitian Obyek yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Kampus Terpadu, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian adalah suatu bentuk populasi yang berada dalam letak geografis tertentu dengan karakteristik yang sesuai dengan penelitian yang akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2011:62), desain asosiatif kausal berguna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2013. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT. Vale Indonesia Tbk. PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai PT International Nickel Indonesia, Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Memotivasi karyawan dianggap penting karena motivasi terkait dengan kinerja karyawan. Motivasi bisa mengakibatkan kepuasan dan ketidakpuasan karyawan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasikan permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejak Maret 2017 sampai dengan Agustus Semesta Jl. Kemanggisan raya no 19 Jakarta Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejak Maret 2017 sampai dengan Agustus Semesta Jl. Kemanggisan raya no 19 Jakarta Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan pencarian dan pengumpulan data, pengelolaan data dan penulisan hasil laporan, sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Muamalah Indonesia, Tbk Cabang Malang, Jl. Kawi Atas, No. 36A Malang. Obyek penelitian yang diambil adalah karyawan PT.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni 2016 sampai dengan bulan November 2016. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kausalitas. Menurut Umar (2005,p105) berguna untuk menganalisis hubungan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terakhir mengenai lingkungan kerja dan kompensasi terhadap kinerja

BAB III METODE PENELITIAN. terakhir mengenai lingkungan kerja dan kompensasi terhadap kinerja BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu DanTempat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan di PT.Serayu Metalindo Steel agar penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan,maka penulis membatasi ruang lingkup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat eksplanasi. Menurut Sugiyono (2013), penelitian eksplanasi adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan bisnis di sektor pertambangan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan PT. Aneka Tambang Tbk membutuhkan karyawan yang berkompetensi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, Sugiyono (2010:11) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan PT. Inhutani I Kantor Direksi Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Dengan penelitian asosiatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yang bertujuan mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir, dan interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Adapun lokasi perusahaan tempat penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan dan dalam proses penelitian yaitu: Nama Perusahaan Alamat Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian adalah di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Riau Pekanbaru. 3.2 Data Dan Sumber Data a. Data Data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ini dimulai dengan melihat visi dan misi PT Sinar Sosro Kantor Penjualan Bogor. Visi dan misi perusahaan merupakan suatu arahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di Perusahaan Konveksi Mella Desa Jungsemi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di Perusahaan Konveksi Mella Desa Jungsemi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Perusahaan Konveksi Mella Desa Jungsemi Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. 3.2. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas ( Variabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT TELKOM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi, termasuk jaringan internet. Sejalan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sampel dan Populasi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sampel dan Populasi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan metode 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Populasi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan metode kuantitatif. Pada penelitian ini data primer didapat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh penilaian kinerja terhadap kinerja kinerja manajerial dengan reward sebagai variabel intervening pada Inspektorat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fungsi variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu: Variabel Independen (Independent Variable)

BAB III METODE PENELITIAN. fungsi variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu: Variabel Independen (Independent Variable) 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002 : 63), variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa pendekatan, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Tujuan analisis penelitian ini adalah menjawab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyusunan metode dalam pengumpulan data, penyusunan instrumen, hingga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyusunan metode dalam pengumpulan data, penyusunan instrumen, hingga BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dilihat dari cakupan jenis eksplanasi ilmunya, penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yang bertujuan untuk mencari penjelasan dalam bentuk hubungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT MBK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan mikro. Sebagai suatu perusahaan, PT MBK mempunyai visi, misi, dan tujuan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1.1. Inventarisasi Aset Inventarisasi aset terdiri dari 2 (dua) aspek yaitu inventarisasi fisik dan inventarisasi yuridis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. menemukan ukuran variabel-variabel OCB dan bertujuan untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN. Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. menemukan ukuran variabel-variabel OCB dan bertujuan untuk menguji BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 1.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Kasus pada Wisatawan Domestik di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor) Oleh EKA TAMIA MAHAKAMI H24104056 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015 di PT. Asuransi Ramayana Tbk. Cabang Tendean yang merupakan perusahaan asuransi kerugian. B. Desain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dinamika yang terjadi pada industri telekomunikasi seluler di Indonesia ditunjukkan dengan suatu respon yaitu semakin banyak dan beragamnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1. Objek dan Subjek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Menurut Umar (2003) objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui responden. Responden memberikan respon verbal dan atau tertulis sebagai tanggapan atas pernyataan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dikarenakan responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Dikarenakan responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kampus Universitas Islam Negeri Malang

Lebih terperinci

36 Kompensasi. Variabel kompensasi ini terdiri dari Gaji, Reward dan Insentif. 1. Gaji Menurut Hasibuan (2007) gaji adalah balas jasa yang dibayar sec

36 Kompensasi. Variabel kompensasi ini terdiri dari Gaji, Reward dan Insentif. 1. Gaji Menurut Hasibuan (2007) gaji adalah balas jasa yang dibayar sec BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September-Desember 2014. Penelitian ian ini dilaksanakan pada CV.Sumber Buah Serang, Jl. Cinanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (independent), yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yaitu mengubah konsep-konsep yang masih berupa abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuki meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan dan menguji antar variabel yang dihipotesiskan (Supriyanto dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan dan menguji antar variabel yang dihipotesiskan (Supriyanto dan 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode yang paling tepat untuk memecahkan permasalahan yang ada. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini. Kegiatan penelitian dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini. Kegiatan penelitian dimulai dari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah gambaran utama yang digunakan untuk menganalisa penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini. Kegiatan penelitian dimulai dari merumuskan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian 4.1.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor 3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor sebagai perusahaan yang bergerak di bidang katering, juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Raya Kembangan No.2 Jakarta Barat Blok B Lt.13.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Raya Kembangan No.2 Jakarta Barat Blok B Lt.13. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian bulan Maret - Juli 2015, Tempat yang diteliti adalah Kantor Kepegawaian Kota Administrasi Jakarta Barat, yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berkembang dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2004 PT. Bank Danamon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berkembang dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2004 PT. Bank Danamon BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Adira Finance tbk. Berdiri pada bulan Maret 1990, yang beralamat di Graha Adira Menteng Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitaif asosiatif. Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitaif asosiatif. Kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih BMT Sidogiri pasuruan yang berada di jalan sidogiri barat RT 003/02, kraton kabupaten pasuruan.obyek yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan karyawan Koperasi Prima Mandiri Pati. Penentuan jenis populasi ini didasarkan atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini penulis mengambil tempat pada PT.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini penulis mengambil tempat pada PT. 46 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam Penelitian ini penulis mengambil tempat pada PT. Perindustrian & Perdagangan Bangkinang di Pekanbaru yang berada dijalan Taskurun/Duku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang berada di Jl.Perdagangan No.09 Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau pada 10 Maret 2013 sampai selesai.

BAB III METODE PENELITIAN. yang berada di Jl.Perdagangan No.09 Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau pada 10 Maret 2013 sampai selesai. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PD. Bank Perkreditan Rakyat Rokan Hilir, yang berada di Jl.Perdagangan No.09 Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Waktu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Waktu penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian adalah di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah Cooper dan Emory

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengukuran kualitas website Untag. Secara singkat dapat dilihat pada Gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. pengukuran kualitas website Untag. Secara singkat dapat dilihat pada Gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang tahap penelitian yang dilakukan dalam pengukuran kualitas website Untag. Secara singkat dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Pemilihan lokasi didasarkan atas wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan. PT BFI Finance Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan asosiatif. Menurut (Sugiyono2007, p11), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. juga terdapat data-data yang berasal dari pihak Solo Grand Mall dan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. juga terdapat data-data yang berasal dari pihak Solo Grand Mall dan BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dimana perhitungan dengan angka-angka diperkirakan lebih obyektif karena untuk menentukan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Indriantoro (2009) populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Indriantoro (2009) populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Indriantoro (2009) populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Saat ini SDM berperan aktif dan menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam pencapaian visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, SDM suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi tempat penelitian adalah di PT GETEKA FOUNINDO Jl. Pulo Ayang Kav AA2 no. 1 Kawasan Industri Pulogadung. Waktu penelitian bulan November

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data 49 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuisioner.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat di klasifikasikan dari berbagai sudut pandang. Adapun jenis penelitian yang dilakukan di PT. Harta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenis penelitian diatas, tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif.

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenis penelitian diatas, tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif. III. METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian Berdasarkan jenis penelitian diatas, tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PKS Sei Tapung yang berlokasi di Desa Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. PKS Sei Tapung yang berlokasi di Desa Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten 80 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) PKS Sei Tapung yang berlokasi di Desa Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting karena hal ini menentukan berhasil atau tidaknya hasil penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Butik Kharisma Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajahmada No. 134, Semarang. Obyek penelitian ini adalah karyawan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang

III. METODE PENELITIAN. dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan pakaian bukanlah sekedar untuk memenuhi kebutuhan saja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang bersifat eksplanatory

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang bersifat eksplanatory 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tipe penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang bersifat eksplanatory research. Penelitian eksplanatory merupakan tipe penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil uji itas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, perumusan masalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. explanatory (tingkat penjelasan). Menurut Sugiyono (2011), penelitian menurut

III. METODOLOGI PENELITIAN. explanatory (tingkat penjelasan). Menurut Sugiyono (2011), penelitian menurut III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatory (tingkat penjelasan). Menurut Sugiyono (2011), penelitian menurut tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) explanative research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil

BAB III METODE PENELITIAN. besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Berdasarkan metode penelitian, jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dimana tujuannya untuk menganalisa pengaruh variabel motivasi, persepsi, dan sikap

Lebih terperinci