BAB I P E N D A H U L U A N. tata kehidupan pemerintahan Indonesia dengan kedudukan yang sangat kokoh,
|
|
- Fanny Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Yogyakarta, telah diterima sebagai suatu realita dalam tata kehidupan pemerintahan Indonesia dengan kedudukan yang sangat kokoh, karena ditopang dengan landasan yang sangat kuat baik landasan historis, kultural, politis maupun yuridis. Dalam struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah istimewa yang setingkat dengan daerah provinsi. Secara historis, berdirinya Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wujud integrasi antara dua kerajaan di Yogyakarta yaitun Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman dengan Negara Kesatuan RI berdasarkan kesepahaman antara Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII disatu pihak dan Presiden Soekarno dipihak lain. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbentuk dari gabungan 2 (dua) kerajaan di Yogyakarta itu keberadaanya secara konstitusional dijamin dalam UUD 1945 Pasal 18 dan Penjelasannya yang secara tegas menyatakan sebagai berikut. Pasal 18 Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa. Penjelasan Pasal 18 :
2 2 I. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Di daerah-daerah yang bersifat autonom (streek dan locale rechtsgemeenschaapen) atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan undangundang. Di daerah-daerah yang bersifat autonom akan diadakan badan perwakilan daerah oleh karena di daerah-pun, pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan. II. Dalam territoir Negara Indonesia terdapat ± 250 Zelfbesturende lanschappen dan Volksgemeens-chappen seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan leh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan Negara yang mengenai daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut. Pengintegrasian Kasultanan Yogyakarta dan Puro Pakualaman ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Daerah istimewa Yogyakarta membawa konsekuensi betapapun menyandang status sebagai daerah istimewa, namun kedudukannya tetap merupakan sub-ordinat atau bagian dari Negara Republik Indonesia. Secara teoretik, dalam konsep negara kesatuan (unitary state) pemberian status istimewa atau khusus kepada suatu wilayah negara tidak sampai pada menempatkan wilayah (daerah) itu menjadi bagian wilayah negara yang bersifat negara, seperti negara bagian pada konsep negara federal (federal state). Dibentuknya daerah-daerah khusus atau istimewa dalam bingkai konsep negara kesatuan secara praksis memunculkan keaneka-ragaman pola penyelenggaraan pemerintahan daerah, serta lahir daerah-daerah dengan kewenangan pemerintahan yang sangat luas (apalagi jika berlaku pula prinsip otonomi seluas-luasnya) seperti Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar NRI 1945, sehingga mengesankan terjadinya praktek bernegara dalam negara. Oleh karena itu, mengangkat masalah eksistensi dan pembentukan daerah-daerah yang bersifat khusus atau istimewa, terutama
3 3 pemebentukan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam hubungannya dengan penerapan konsepsi negara kesatuan menurut Undang-Undang Dasar 1945 menjadi materi yang menarik untuk dikaji dan didalami. Menurut Lay, dkk 77 pada tataran yuridis formal, geneologis predikat keistimewaan Yogyakarta dapat dirujuk pada Amanat Sri Paduka Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII. Kedua amanat tersebut dapat dipreskripsikan sebagai novum hukum yang menyatakan bahwa status Yogyakarta, dalam ranah yuridis formal, telah mengalami perubahan dari sebuah daerah Zelfbesturende Landschappen atau Daerah Swapraja menjadi sebuah daerah yang bersifat istimewa di dalam teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara lebih generik, keistimewaan Yogyakarta memiliki akar yang kuat dalam konstitusi. Pasal 18B ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 menegaskan, Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dengan undang-undang. Pasal 18B ayat (1) Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai pijakan konstitusional pembentukan daerah khusus dan /atau istimewa, oleh beberapa pengamat ketatanegaraan dipandang sebagai ketentuan yang bertentangan dengan konsep negara kesatuan yang merupakan salah satu asas pokok ketatanegaraan Republik Indonesia. Prasodjo berpendapat 77 Lay, dkk., 2008, Keistimewaan Yogyakarta, Naskah Akademik Rancangan Undang- Unadng Keistimewaan Yoyakarta, Monograph on Politic and Government, Vo. 2 No. 1, JIP FISIPOL UGM dan Program S2 Politik Lokal dan Otonomi, Yogyakarta, hlm. 24.
4 4 seperti dikutip Hendratno 78 bahwa Pasal 18B ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menyebutkan negara mengakui keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kesamaan dengan konsep diversity in unity (keragaman dalam kesatuan) dalam sistem federal. Pemberian status otonomi khusus maupun status keistimewaan terhadap daerah-daerah seperti Aceh, Papua dan Daerah Istimewa Yogyakarta dianggap lebih mengarah pada model bentuk susunan negara federal yang berarti bertentangan dengan konsep negara kesatuan sebagaimana dianut UUD NRI Dimungkinkannya penyelenggaraan pemerintahan daerah (menurut peraturan perundang-undangan) secara tidak linier dan tidak seragam, sehingga setiap daerah bebas berkembang secara berbeda sesuai dengan potensi dan karakteristik masingmasing merupakan argumentasi untuk menyatakan bahwa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dipraktekkan pemerintahan yang federalistis. Sementara itu, realita perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah di banyak negara yang menerapkan prinsip otonomi dengan memberikan otonomi berbeda atau dengan pola pengaturan yang tidak sebanding atas satu 78 Hendratno, 2009, Negara Kesatuan, Desentralisasi, dan Federalisme,:Graha Ilmu dan Universitas Pancasila Press, Jakarta, hlm.238
5 5 daerah/wilayah dengan daerah/wialayah lainnya dianggap sebagai praktek penyelenggaraan pemerintahan yang cukup umum. Praktek itu berlangsung baik di dalam bentuk negara kesatuan yang didesentralisasikan, maupun di dalam negara yang menganut asas Negara Federal. Pemberian otonomi yang berbeda atau pola pengaturan yang tidak sebanding dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ini dalam khasanah ilmu politik dan pemerintahan menurut Wehner sebagaimana dikutip oleh Lay dkk 79. disebut assymetrical decentralization, assymetrical devolution atau assymetrical federalis, atau secara umum assymetrical intergovernmental arrangements. Praktek ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar NRI 1945, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, meskipun menganut konsep negara kesatuan namun secara jelas menggambarkan dianutnya pola otonomi asimetris (pola pengaturan yang tidak sebanding) sebagaimana diterapkan beberapa Negara. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta dan beberapa daerah provinsi lain seperti Provinsi Aceh, Papua, dan DKI dengan kewenangan urusanurusan pemerintahan yang bersifat istimewa atau khusus yang dimiliki, sehingga berbeda dengan daerah-daerah provinsi lain menjadi materi yang semakin menarik untuk dikaji dan 79 Lay dkk., Loc. Cit.
6 6 diadalami secara ilmiah. Lebih daripada itu, sistem Undang- Undang Dasar NRI 1945 yang dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah secara tersirat (implicit) nampak menganut pola otonomi asimetris dalam bingkai konsep negara kesatuan, secara factual masih sering dipermasalahkan. Berkait dengan penyelenggaraan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 yang dalam konteks ini dapat dikatakan merupakan perwujudan pola desentralisasi asimetris, terbukti sampai saat ini masih menyisakan banyak persoalan yang bersumber dari belum dapat dibentuknya Peraturan Daerah Istimewa (Turunan) sebagai pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Daerah Istimewa DIY Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan DIY. Keaneka-ragaman bentuk kelembagaan pemerintah daerah yang terekspresi pada struktur organisasi perangkat daerah Provinsi Aceh, Papua dan DKI, sehingga menjadi salah satu ciri khas keistimewaan atau kekhususan suatu daerah, untuk DIY meskipun kelembagaan Pemerintah Daerah DIY merupakan salah satu urusan keistimewaan (Pasal 7 ayat (2) huruf b) ternyata sampai saat ini belum dapat terbentuk. Keadaan tersebut dalam penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY tentu menjadi kendala pelaksanaan program-program dan kegiatan keistimewaan secara optimal. Pengembalian rapel honor dana
7 7 keistimewaan oleh Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam IX dalam kapasitasnya sebagai penjaga kebudayaan, karena berdasarkan klarifikasi KPK berindikasi gratifikasi sehubungan dengan jabatan beliau sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, dapat disimpulkan disebabkan karena belum terakomodasi dan terwadahinya keberadaan lembaga Keraton sebagai warisan budaya bangsa ke dalam kelembagaan Pemerintah Daerah DIY. Oleh karena itu, mengkaji dan membahas masalah ini dengan mengaitkan penerapan konsep negara kesatuan yang berpola asimetris menjadi sangat urgen dan relevant dengan upaya pengembangan hasanah ilmu ketatanegaraan dan kebutuhan praksis Pemerintah DIY dalam melakukan penataan kelembagaan Pemerintah Daerah sebagai implementasi kewenangan dalam urusan keistimewaan. Berdasarkan pertimbangan dan latar belakang permasalahan tersebut di atas, dengan memilih Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai obyek materi kajian, maka permasalahan tersaebut penyusun angkat menjadi pokok kajian dalam penyusunan tesis dengan judul Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Corak Khusus Imlementasi Konsep Negara Kesatuan.
8 8 B. Rumusan Masalah Selaras dengan disiplin ilmu yang menjadi bidang konsentrasi penyusun yakni ilmu hukum ketatanegaraan, dengan pertimbangan latar berlakang masalah tersbut di atas, maka dalam penyusunan tesis ini dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagimanakah implementasi konsep negara kesatuan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya dalam pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Seberapa jauhkah toleransi penerapan pola otonomi asismetris dalam implementasi konsep negara kesatuan, terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY? 3. Kelembagaan keistimewaan apakah yang dapat dibentuk oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka pelaksanaan kewenangan keistimewaan urusan kelembagaan Pemerintah Daerah DIY? C. Keaslian Penelitian Dalam kurun waktu lebih kurang satu setengah dasa warsa terakhir, terhitung sejak runtuhnya rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto (tahun 1998), eksistensi DIY muncul kembali menjadi topik pembicaraan aktual, khususnya di kalangan masyarakat Yogyakarta. Berbagai opini ataupun wacana berkait dengan masalah substansi keistimewaan DIY, peoses suksesi kepeminpinan, penyelengaraan pemerintahan keistimewaan sampai dengan dana istimewa bagi DIY telah banyak dikemukkan oleh para pakar, pengamat, politisi, lembaga sosial maupun masyarakat umum yang
9 9 peduli terhadap eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui berbagai media dan forum ilmiah. Dari literatur yang penyusun telusuri, diketahui telah banyak pengamat maupun ilmuwan yang meneliti dan membahas tentang Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian besar penulis dalam membahas tentang DIY lebih banyak terfokus pada tinjauan historis tentang DIY, masalah eksistensi DIY dalam struktur ketatanegaraan RI dan sistem pemerintahannya, serta asumsiasumsi teoretik tentang substansi keistimewaan DIY yang secara formal belum diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan kepentingan makro DIY ke depan, seperti dengan pelaksanaan demokratisasi, desentralisasi, pluralisme, dan pemberdayaan masyarakat. Beberapa pakar dan lembaga sosial yang telah melakukan kajian itu antara lain ialah PARWI Foundation dalam bukunya yang berjudul Masa Depan Yogyakarta Dalam Bingkai Keistimewaan 80, Institute for Research and Empowerment (IRE) 81 dalam bukunya yang berjudul Membongkar Mitos Keistimewaan Yogyakarta, dan Thontowi 82 dengan buku yang berjudul Apa Istimewanya Yogya. Kajian tentang keistimewaan Yogyakarta dalam perspektif sejarah, antara lain terdapat dalam buku yang ditulis oleh Porwokoesoemo dan Soewarno. Sementara itu, analisis yuridis terhadap keistimewaan DIY 80 Sukri at.al., 2002, Masa Depan Yogyakarta Dalam Bingkai Keistimewaan, Cetakan I, Unit Penerbitan PARWI Foundation, Yogyakarta 81 Rozaki dan Hariyanto (Ed.), 2003, Membongkar Mitos Keistimewaan Yogyakarta, Cetakan I, Institute for Research and Empowerment (IRE), Yogyakarta 82 Thontowi, 2007, Apa Istimewanya Yogya?, Pustaka FAHIMA, Yogyakarta.
10 10 diantaranya dilakukan oleh Sujamto 83 dalam bukunya yang berjudul Daerah Istimewa Dalam Negara Kesatuan dan Handoyo 84 dalam buku yang berjudul Kilas Balik Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Sebuah Tinjauan Historis Yuridis). Pembahasan terbaru mengenai Daerah Istimewa Yogyakarta disusun oleh Hadiwijoyo 85 dalam buku yang berjudul Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Sebuah Pendekatan Sejarah Hukum dan Teori Kekuasan ; dan Ni matul Huda 86 dalam buku yang berjudul Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Perdebatan Konstitusi dan Perundang-undangan di Indonesia. Substansi materi bahasan dalam buku Hadiwijoyo lebih berfokus pada uraian sejarah pemerintahan Daerah Yogyakarta dalam ketanegaraan Indonesia, sedangkan kajian dalam bukunya Ni matul Huda lebih ditekankan pada pembahasan mengenai perdebatan landasan konstitusional maupun yuridis formal berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai keberadaan atau eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penelitian ini merupakan kombinasi penelitian hukum normatif dan sosiologis dengan fokus pembahasan tentang penerapan konsep Negara kesatuan dalam pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta serta implementasi kewenangan keistimewaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Sebagai basis kajian terhadap 83 Sujamto, 1988, Daerah Istimewa Dalam Negara Kesatuan, PT. Bina Aksara, Jakarta. 84 Handoyo, 1998, Kilas balik Keistimewaan Daerah istimewa Yogyakarta (Sebuah Tinjauan Historis dan Yuridis), Univ. Atma Jaya, Yogyakarta, 85 Hadiwijoyo, 2013, Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Sebuah Pendekatan Sejarah Hukum dan Teori Kekuasaan, Cetakan I, Graha Ilmu, Yogyakarta 86 Ni matul Huda, 2013,.Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Perdebatan Konstitusi dan Peruhdang-undangan di Indonesia, Cetakan I Mei, Nusamedia, Yogyakarta
11 11 implementasi keistimewaan DIY, dalam tesis ini terlebih dahulu dikaji dan dibahas eksistensi DIY dalam kerangka konsep negara kesatuan berdasarkan sistem UUD NRI Selanjutnya pembahasan dikaitkan dengan penerapan prinsip otonomi daerah menurut UUD NRI 1945 dan UU No. 32 Tahun 2004 yang menampakkan dianutnya pola pengaturan otonomi yang tidak sebanding atau yang dalam hasanah ilmu politik dan pemerintahan popular dengan sebutan otonomi asimetris. Dari penelusuran literatur yang penyusun lakukan, ternyata tidak ditemukan karya ilmiah tentang Daerah Istimewa Yogyakarta yang sama dengan kajian dan pembahasan yang penyusun lakukan dalam menyusun tesis ini. Dapat dikemukakan bahwa meskipun obyek penelitian ini mengenai Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi karena variabel tergantung yang menjadi pokok bahasannya berbeda dengan kajian-kajian oleh sarjana-sarjana tersebut di atas, serta dengan sudut pandang atau perspektif kajian yang berbeda, maka penelitian ini telah memperlihatkan keasliannya. Sekurang-kurangnya penelitian ini dapat dikatakan sebagai pengkhususan kajian tentang DIY dari karya-karya sebelumnya, karena variabelnya mengenai penerapan konsep negara kesatuan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah, khususnya di DIY dengan kewenangan keistimewaan yang dimilikinya. Pembahasan dalam tesis ini juga mengangkat permasalahan implementasi keistimewaan DIY dalam kerangka negara kesatuan RI yang dikaitkan dengan pembentukan kelembagaan Pemerintah Daerah DIY dalam rangka pelaksanaan kewenangan keistimewaannya. Orisinalitas penelitian ini tampak lebih nyata karena obyek kajiannya adalah tentang implementasi konsep negara kesatuan dalam
12 12 pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikaitkan dengan penataan kelembagaan Pemerintah Daerah DIY dalam rangka pelaksanaan kewenangan keistimewaan yang dimilikinya berdasarkan UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. D. Manfaat Penelitian Pada masa-masa awal berlakunya UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, meneliti dan mengkaji tentang pelaksanaan substansi keistimewaan DIY yang dikaitkan dengan pelaksanaan otonomi DIY serta eksistensi DIY dalam kerangka konsepsi negara kesatuan, baik secara teoretik maupun praksis memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Diperoleh informasi dan data yang akurat dan komprehensif tentang pola penerapan konsep negara kesatuan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut UUD NRI 1945, khususnya dalam pembentukan daerah-daerah dengan otonomi khusus istimewa, terutama pembentukan Daerah istimewa Yogyakarta. 2. Dapat diketahui seberapa jauh penjabaran pokok-pokok ajaran konsep negara kesatuan dalam pelaksanaan otonomi daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004, dan dalam pelaksanaan kewenangan keistimewaan DIY menurut UU No. 13 Tahun Dapat diperoleh pengetahuan tentang tingkat kesesuaian dan keselarasan antara substansi keistimewaan DIY dengan karakter konsep negara kesatuan, sehingga dapat dikenali kekhasan atau corak khusus
13 13 implementasi konsep negara kesatuan dalam ketatanegaraan RI menurut UUD NRI Sebagai sarana untuk berkontribusi mengemukakan wacana berdasarkan kajian keilmuan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, terutama kepada Pemerintah Daerah DIY dalam rangka penataan kelembagaan Pemerintah Daerah DIY sebagaimana Undang-Undang No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. 5. Sebagai wahana untuk memperluas cakrawala keilmuan dengan menyumbangkan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum tatanegara. 6. Sebagai dasar pijakan untuk melakukan penelitian dan pengkajian lanjut sesuai dengan perkembangan teori ilmu hukum dan praktek ketatanegaraan, khususnya dalam penyelenggaraan kewenangan dalam urusan keistimewaan DIY. E. Tujuan Penelitian Penilitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Mengumpulkan data yang relevan guna melakukan analisis yuridis (normatif), politis dan sosiologis berkait dengan penerapan konsep Negara kesatuan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya dalam pembentukan dan penyelenggaran pemerintahan daerah di DIY berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 13 Tahun 2012; 2. Melakukan analisis yuridis, politis dan sosiologis terhadap penerapan konsep negara kesatuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya dalam pembentukan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah
14 14 di DIY, sehingga dapat diperoleh kejelasan tentang corak khusus implementasi konsep negara kesatuan dalam sistem UUD NRI 1945; 3. Melakukan analisis yuridis dan politis mengenai kelembagaan Pemerintah Daerah DIY dalam rangka pelaksanaan urusan keistimewaan bidang kelembagaan yang perlu dibentuk sesuai dengan karakteristik DIY berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 telah banyak membawa perubahan bagi bangsa Indonesia terhadap beberapa hal. Salah
Lebih terperinciKAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Negara Kesatuan (Unitary State) sebagai salah satu asas pokok
178 BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan tersebut dalam Bab IV di atas, sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan dalam penyusunan tesis ini dapat dikemukakan kesimpulan
Lebih terperinciPasal 18 UUD 49 dan Pasal 18, 18A dan B (Amandemen) Harsanto Nursadi
Pasal 18 UUD 49 dan Pasal 18, 18A dan B (Amandemen) Harsanto Nursadi 1 BAB PEMERINTAH DAERAH Pembagian daerah Indonesia atas dasar daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya
Lebih terperinciKAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian
Lebih terperinciDIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI
DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi disampaikan dalam acara Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi 2 DPR RI, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, 3
Lebih terperinciDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Penulis: Suryo Sakti Hadiwijoyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Hal tersebut merupakan penegasan
Lebih terperinciRUANG KAJIAN PEMERINTAH PUSAT BERUSAHA MENGHAPUS KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Pitoyo. Abstract
RUANG KAJIAN PEMERINTAH PUSAT BERUSAHA MENGHAPUS KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Pitoyo Abstract To continue process and describing the existence of Daerah Istimewa Yogyakarta, this writing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ide negara kesatuan muncul dari adanya pemikiran dan keinginan dari warga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide negara kesatuan muncul dari adanya pemikiran dan keinginan dari warga masyarakat suatu negara untuk membentuk suatu negara yang dapat menjamin adanya persatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
Lebih terperinciLAPORAN. Penelitian Individu
LAPORAN Penelitian Individu Aspek Kelembagaan dalam Penyerahan Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan di Daerah Otonomi Khusus Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn. PUSAT
Lebih terperinciBAB III URGENSI PASAL 16 DAN 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DIY DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
56 BAB III URGENSI PASAL 16 DAN 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DIY DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA A. Gubernur dan Wakil Gubernur DIY Dilarang Turut Serta Dalam Perusahaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
184 BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta PA.VIII/No.K.898/I/A 1975 tentang larangan kepemilikan tanah
Lebih terperinciPEMILIHAN KEPALA DAERAH (GUBERNUR) SECARA LANGSUNG DAN KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
PEMILIHAN KEPALA DAERAH (GUBERNUR) SECARA LANGSUNG DAN KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciNo Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5339 DAERAH ISTIMEWA. PEMERINTAHAN. Pemerintah Daerah. Yogyakarta. Keistimewaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan
Lebih terperinciyang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNDANG- UNDANG NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. administrasi Pemerintahan di Indonesia berdasarkan Pasal 18 Undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin maraknya upaya Desentralisasi Pemerintah Indonesia dalam pembangunan Bangsa ini berimplikasi pada Dasar Hukum pembagian wilayah administrasi Pemerintahan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi Republik Indonesia. Amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali (1999-2002) berdampak pada perubahan perundang-undangan
Lebih terperinciPandangan Umum Terhadap Konsep Otonomi Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia
Pandangan Umum Terhadap Konsep Otonomi Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia Oleh : Sri Maulidiah Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang aspek ketatanegaraan. Amademen terhadap UUD 1945 menjadi momok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah era reformasi berbagai perubahan telah dilakukan di dalam berbagai bidang aspek ketatanegaraan. Amademen terhadap UUD 1945 menjadi momok terhadap perubahan
Lebih terperinciKONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2
KONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU
Lebih terperinciBAB III. A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
BAB III PENETAPAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membentang dari Sabang sampai Merauke terbagi dalam provinsi- provinsi yang berjumlah
Lebih terperinciDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HISTORIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS FORUM MASYARAKAT YOGYAKARTA DI JAKARTA DAN SEKITARNYA (FORMAYA) 2011 Tim Penyusun : 1. Drs. H. Tukiman, Ws. SH. MM. MH 2. Prof. Dr. dr. Daldiyono
Lebih terperinciKajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta
Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 yang disusun oleh BPUPKI dan disahkan PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 dinyatakan Pembagian daerah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945), Negara Indonesia secara tegas dinyatakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis konflik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik hukum berasal dari kata konflik dan hukum. Konflik berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis konflik diartikan
Lebih terperinciSENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2
SENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia desentralisasi dan sentralisasi telah beberapa kali mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber hukum bagi pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proklamasi itu telah mewujudkan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suku, bahasa, dan adat istiadat yang beragam. Mengingat akan keragaman tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara plural dengan segenap masyarakat heterogen yang dilatar belakangi oleh banyaknya pulau, agama, suku, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pokok permasalahan utama. Instruksi Gubernur tersebut pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Instruksi Gubernur DIY PA.VIII/No.K.898/I/A 1975 yang berisikan larangan kepemilikan bagi WNI nonpribumi / WNI keturunan menjadi pokok permasalahan utama.
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciPELAKSANAAN OTONOMI DESA PADA MASA HINDIA BELANDA SAMPAI MASA REFORMASI
PELAKSANAAN OTONOMI DESA PADA MASA HINDIA BELANDA SAMPAI MASA REFORMASI SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010.
BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Dalam tatanan Hukum Pertanahan Nasional, hubungan hukum antara orang, baik warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA), serta perbuatan hukumnya
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PROSES PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012
TINJAUAN YURIDIS PROSES PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 Email: a.khisni00@yahoo.com Abstract The Republic of Indonesia
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta I. PEMOHON Muhammad Sholeh, S.H...... selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: Imam Syafii,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
Lebih terperinciBAB IV KETENTUAN OTONOMI DAERAH MENURUT UU NO 32/2004 DALAM MENGUATKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
digilib.uns.ac.id BAB IV KETENTUAN OTONOMI DAERAH MENURUT UU NO 32/2004 DALAM MENGUATKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. Kebijakan Otonomi Daerah Menurut UU No 32/2004 Landasan Yuridis otonomi daerah
Lebih terperinciPenerbit Universitas Pancasila
NEGARA KESATUAN, DESENTRALISASI, DAN FEDERALISME Oleh : Edie Toet Hendratno Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat berbagai macam hak-hak atas tanah di atas Tanah
Lebih terperinciKebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani*
Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani* Sekilas Pandang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah juga Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, merupakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menjawab rumusan masalah sebagai berikut :
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menjawab rumusan masalah sebagai berikut : Pertama, terkait Penerapan Desentralisasi Asimetris Terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Bab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaturan terhadap sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Bab VI tentang
Lebih terperinciKEWENANGAN GUBERNUR DALAM URUSAN AGAMA DI DAERAH SKRIPSI
KEWENANGAN GUBERNUR DALAM URUSAN AGAMA DI DAERAH SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Reguler Mandiri Universitas Andalas Oleh : FERY WIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah yang dilaksanakan dalam Negara kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Otonomi Daerah yang dilaksanakan dalam Negara kesatuan Republik Indonesia telah diatur kerangka landasannya dalam UUD 1945 (Amandemen Kedua), yaitu: Pasal
Lebih terperinciPASANG SURUT OTONOMI DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA (Tinjauan Sejarah Hukum Pemerintahan Daerah)
Sejarah Hukum, Pemerintahan Daerah 46 PASANG SURUT OTONOMI DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA (Tinjauan Sejarah Hukum Pemerintahan Daerah) Oleh : Afif Syarif, SH,MH. ABSTRAK Pembagian
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA B U K U :
183 DAFTAR PUSTAKA B U K U : Amiruddin dan Asikin, Zainal, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Grafindo Persada, Asshidiqqie, Jimly, 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan kebijakan publik dan penyelenggaraan negara. Namun, pasca
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi tahun 1998 lalu, telah banyak membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap sistem ketetanegaraan Indonesia. Sistem ketatanegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedudukan Daerah Istimewa Yogyakarta telah diterima sebagai suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan Daerah Istimewa Yogyakarta telah diterima sebagai suatu realita dalam tata kehidupan pemerintahan Indonesia dengan kedudukan yang sangat kokoh, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS
EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH YANG MEMILIKI OTONOMI KHUSUS Dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia, tercatat beberapa daerah yang memiliki otonomi khusus
Lebih terperinciBab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia.
Lebih terperinciResensi Buku DESA DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANG DI INDONESIA
Resensi Buku DESA DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANG DI INDONESIA Judul : Hukum Pemerintahan Desa: Dalam Indonesia Sejak Kemerdekaan Hingga Era Reformasi Penulis : Dr. Ni matul Huda, S.H., M.Hum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.penggunaan tanah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kebutuhan manusia akan tanah dimulai ketika manusia hidup sampai dengan meninggal. Di wilayah Republik Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih
BAB I PENDAHULUAN Tidak mungkin ada monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun nilai demokrasi ( Suara Yogya, 26/11/2010). Itulah pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi
Lebih terperinciPENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai
105 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Lembaga perwakilan rakyat yang memiliki hak konstitusional untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang adalah Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Dewan Perwakilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago state) di Asia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago state) di Asia Tenggara yang memilki 13.478 pulau besar dan kecil serta memiliki jumlah penduduk sekitar 240 Juta
Lebih terperinciPENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sebagai hukum dasar yang digunakan untuk penmbentukan dan penyelenggaraan Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar, yang pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi
Lebih terperinciGUBERNUR Kedudukan, Peran dan Kewenangannya
GUBERNUR Kedudukan, Peran dan Kewenangannya Oleh : Suryo Sakti Hadiwijoyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 Hak Cipta 2011 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS JURIDIS DINAMIKA PENGATURAN PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH DAN DAERAH DI INDONESIA
BAB IV ANALISIS JURIDIS DINAMIKA PENGATURAN PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH DAN DAERAH DI INDONESIA A. Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah dan Daerah Dalam Konstitusi Republik
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi bidang pemerintahan daerah salah satunya adalah tuntutan demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan di daerah itu sendiri, terutama optimalisasi peran
Lebih terperinciKonferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 02 Desember 2010
Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, 2-12-2010 Kamis, 02 Desember 2010 KONFERENSI PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUU KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai sejarah pembentukan berbeda dengan wilayah provinsi yang lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah wilayah setingkat Provinsi yang mempunyai sejarah pembentukan berbeda dengan wilayah provinsi yang lain di Indonesia. Propinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unsur penting dalam negara hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive power) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara
Lebih terperinciDESAIN DAERAH KHUSUS/ ISTIMEWA DALAM SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT KONSTITUSI
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, April 2016, Halaman 85-92 p-issn : 2086-2695, e-issn : 2527-4716 DESAIN DAERAH KHUSUS/ ISTIMEWA DALAM SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT KONSTITUSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUDNRI Tahun 1945), Negara Indonesia ialah
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KAJIAN TENTANG POLITIK HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dian Putri Pratama, Retno Saraswati, Suparno*) dianputripratama20@gmail.com Jurusan Ilmu Hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari organisasi tingkat atas kepada tingkat bawahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diundangkannya PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan. Daerah yang didalamnya memuat pasal-pasal yang mengatur tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak diundangkannya PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya memuat pasal-pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa (Bab XI Pasal 200 s.d
Lebih terperinciKAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Rizkyana Zaffrindra Putri 1, Lita Tyesta A.L.W. 2 litatyestalita@yahoo.com ABSTRAK Undang-Undang
Lebih terperinciSabdatama dan Sabdaraja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Raisa Rizani. Sabdatama dan Sabdaraja... 17 Sabdatama dan Sabdaraja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Raisa Rizani Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan
136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tanah untuk tempat berpijak, membangun tempat tinggal, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai sisi kehidupan manusia bergantung pada tanah. Semua manusia membutuhkan tanah untuk tempat berpijak, membangun tempat tinggal, dan memanfaatkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat Fred Isjwara, yang dikutip oleh Ni matul Huda dalam buku yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kesatuan dan tetap dipertahankan walaupun telah terjadi perubahan dalam Undang-Undang Dasar 1945, seperti yang tertuang dalam Pasal 1
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun
BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan
Lebih terperinciKEDUDUKAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
KEDUDUKAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Abd. Rais Asmar Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Email:rais.asmar@uin-alauddin.ac.id Abstract Governor is administration of the district
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelfbesturende
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penjelasan Umum UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa antara lain berisi ketentuan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 18B ayat (2) menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 25A Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 25A Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa wilayah Indonesia di bagi atas daerah - daerah dengan wilayah batas - batas dan hak - haknya ditetapkan dengan
Lebih terperinciRelevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2
Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1 Tunjung Sulaksono 2 A. Pendahuluan Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek dan dimensi
Lebih terperinciReposisi Peraturan Desa dalam Kajian Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 & Undang-undang No. 12 Tahun 2011
REPOSISI PERATURAN DESA DALAM KAJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2004 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 1 Oleh : Dr. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum 2 Pendahuluan Ada hal yang menarik tentang
Lebih terperinciMEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)
MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) I Pembahasan tentang dan sekitar membangun kualitas produk legislasi perlu terlebih dahulu dipahami
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggal 18 Agustus 1945 para pemimpin bangsa, negarawan pendiri NKRI dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah berhasil merumuskan konstitusi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. 3 Dalam tipe pemerintahan seperti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia menganut sistem presidensial. Sistem presidensial adalah sistem pemerintahan yang terpusat pada kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus
Lebih terperinciPROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at
PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at Latar Belakang dan Tujuan Otonomi Khusus Otonomi khusus baru dikenal dalam sistem pemerintahan Negara Indonesia di era reformasi. Sebelumnya, hanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pemberian landasan berpijak dalam penulisan penelitian ini, maka akan Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri pembahasan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal
Lebih terperinci