BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. 3 Dalam tipe pemerintahan seperti
|
|
- Surya Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia menganut sistem presidensial. Sistem presidensial adalah sistem pemerintahan yang terpusat pada kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. 3 Dalam tipe pemerintahan seperti ini, dasar hukum dari kekuasaan eksekutif dikembalikan pada pemilihan rakyat. 4 Pemilihan langsung oleh rakyat ini juga sesuai dengan bentuk negara republik sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disingkat UUD 1945), dimana pemegang kekuasaan eksekutif tidak ditunjuk berdasarkan keturunan. Sistem presidensial di Indonesia menempatkan presiden yang tidak lagi dibedakan fungsinya sebagai kepala negara dengan fungsinya sebagai kepala pemerintahan yang memiliki kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan negara. Presiden adalah pemegang kekuasaan yang terpusat (concentration of power and responsibility upon the president). Pasal 4 UUD 1945 adalah dasar bahwa kekuasaan pemerintahan negara dipegang oleh lembaga kepresidenan yang terdiri dari dua jabatan yaitu presiden dan wakil presiden. Keberadaan jabatan wakil presiden dalam sistem presidensial di Indonesia menarik untuk dikaji karena mengatur wakil presiden dan presiden 3 Ahmad Sukardja, 2012, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Fikih Siyasah, Sinar Grafika, Jakarta, hlm Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta, hlm
2 2 bersama-sama dalam Bab III mengenai kekuasaan pemerintah negara. Jabatan wakil presiden sendiri sebenarnya tidak dikenal dalam sistem presidensial murni sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan, karena pemerintahan bersifat tunggal, bukan jamak bahkan terpusat pada presiden. 5 Akan tetapi dalam negara-negara yang menganut sistem presidensial, jabatan wakil presiden dipandang perlu adanya. Gagasan mengenai perlunya keberadaan jabatan wakil presiden dapat dilihat pada saat para pembentuk UUD 1945 menawarkan gagasan tentang masalah jumlah wakil presiden dalam rancangan UUD 1945 yang dibacakan pada tanggal 13 Juli 1945 yang berbunyi: Pasal 4 ayat (2): Dalam melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang atau dua orang Wakil Presiden. Pasal 4 ayat (3): Jika ada 2 orang Wakil Presiden, maka susunannya adalah Wakil Presiden I dan Wakil Presiden II. 6 Berpijak pada pasal rancangan UUD 1945 tersebut, selanjutnya disepakati bahwa rumusan Pasal 4 UUD 1945 baik sebelum maupun sesudah amandemen adalah sebagai berikut: Pasal 4 ayat (1): Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Pasal 4 ayat (2): Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. 7 Lebih lanjut UUD 1945 menentukan kualifikasi, alasan pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden berserta mekanisme pemberhentiannya dan sumpah jabatan yang sama antara keduanya. Akan tetapi yang menjadi perbedaan 5 Agus Surono, 2008, Hubungan Presiden dan Wakil, Penerbit Fakultas Hukum Universitas Al- Azhar Indonesia, Jakarta, hlm Mohammad Yamin, dalam Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1988, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta, hlm Pasal 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3 3 diantara keduanya adalah UUD 1945 sebagai hukum tertinggi memberi kewenangan kepada jabatan presiden dalam Pasal 10 sampai Pasal 15 serta Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Sedangkan UUD 1945 tidak mengatur lebih lanjut terkait kedudukan dan kewenangan wakil presiden selain tugasnya untuk membantu presiden dalam menjalankan pemerintahan. Hal inilah yang membuat kedudukan dan kewenangan wakil presiden tidak jelas bahkan seolah-olah tidak sejajar dengan presiden, karena tugasnya hanya membantu. Permasalahan lain adalah UUD 1945 juga tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kewenangan yang dimiliki wakil presiden. Kedudukan dan kewenangan wakil presiden yang sifatnya abu-abu ini membuat wakil presiden sebagai suatu jabatan yang berfungsi-tidaknya tergantung pada kebijakan presiden. Bahkan apabila dibandingkan jabatan lain yang juga memiliki tugas membantu presiden yaitu menteri, pengaturan menteri lebih jelas karena sudah ditentukan dalam Pasal 17 UUD 1945 yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Padahal wakil presiden adalah unsur pimpinan pemerintahan yang sifatnya mandiri karena dipilih langsung oleh rakyat, akan tetapi dalam praktik ketatanegaraan Indonesia, seolah-olah presiden merupakan the first man dan wakil presiden merupakan the second man. Wakil presiden baru bisa tampil sebagai the first man apabila presiden mangkat, berhenti,
4 4 diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, sampai habis masa jabatan. 8 Kemudian apabila dilihat dari sejarah ketatanegaraaan Indonesia, kedudukan dan kewenangan wakil presiden yang pernah ada memiliki sifat-sifat yang berbeda, yaitu wakil presiden selaku partner kerja yang sejajar dengan presiden seperti Wakil Presiden Mohammad Hatta pada era Presiden Soekarno, wakil presiden dengan kewenangan yang sangat terbatas pada era Presiden Soeharto dimana wakil presiden bersifat seremonial dan wakil presiden dengan kewenangan yang mulai menguat seperti pada era reformasi. Ni matul Huda mengemukakan pendapatnya bahwa konsep jabatan wakil presiden di Indonesia sebagai berikut: Wakil presiden semata-mata hanya diposisikan sebagai pembantu presiden, karena undang-undang dasar tidak memberikan rambu-rambu yang tegas apa yang harus dikerjakan oleh wakil presiden, sehingga semua tugas pemerintahan wakil presiden digantungkan pada pemberian dari presiden. 9 Wakil presiden dengan peran yang paling kuat di era reformasi adalah Jusuf Kalla saat beliau menjabat sebagai wakil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kuatnya kedudukan dan kewenangan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam menjalankan tugas pemerintahannya dipengaruhi oleh sistem pemilihan presiden dan wakil presiden yang dilakukan dengan sistem paket sejak tahun 2004, tidak lagi ditunjuk oleh presiden seperti pada era orde baru. Sehingga dapat dikatakan, dinamika hubungan kerja antara presiden dengan wakil presiden 8 Hikmawan S.P., Wakil Presiden Bagaikan Raja, diakses 11 Mei Ni matul Huda, 2004, Politik Ketatanegaraan Indonesia Kajian Terhadap Dinamika Perubahan UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta, hlm. 66.
5 5 berpengaruh pada kedudukan dan kewenangan wakil presiden, yaitu sebagai the second man atau ban serep atau sebagai wakil presiden yang memiliki kapasitas yang sama kuatnya dengan presiden sehingga disebut matahari kembar. Tidak adanya pengaturan secara tegas dan rinci yang diberikan UUD 1945 serta tidak adanya suatu produk perundang-undangan yang memberikan porsi kewenangan konstitusional wakil presiden, membuat jabatan wakil presiden tersebut menjadi tidak jelas. 10 Padahal dalam perkembangannya, wakil presiden menjadi jabatan yang memiliki peranan penting dan memerlukan suatu pengaturan untuk dapat melakukan suatu tindakan hukum melalui fungsinya. Dengan adanya peraturan perundang-undangan mengenai lembaga kepresidenan yang relevan dengan perkembangan ketatanegaraan Indonesia, diharapkan terjadi kejelasan mengenai kedudukan dan kewenangan wakil presiden dalam menjalankan tugas pemerintahannya sehingga nantinya ada kejelasan mengenai pola hubungan kerja antara presiden dan wakil presiden sebagai dua jabatan mandiri dalam lembaga kepresidenan namun keduanya tidak terpisahkan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas sangat menarik dan penting untuk dilakukan sebuah penulisan hukum mengenai Urgensi Pengaturan Lembaga Kepresidenan terkait Kedudukan dan Kewenangan Wakil Presiden dalam Sistem Presidensial di Indonesia. 10 Dhanang Ali Maksum, 2015, Tugas dan Fungsi Wakil Presiden di Indonesia, Jurnal Lex Crimen Vol. IV/No.1/Jan-Mar/2015, hlm. 123.
6 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan permasalahan pokok yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana desain jabatan wakil presiden dalam sistem presidensial? 2. Apa urgensi pengaturan lembaga kepresidenan mengenai kedudukan dan kewenangan wakil presiden? C. Tujuan Penelitian Penulis menggolongkan tujuan penelitian ini menjadi dua golongan yaitu tujuan subjektif dan objektif: 1. Tujuan Subjektif Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan menganalisis jabatan wakil presiden dalam sistem presidensial. b. Untuk mengetahui dan menganalisis urgensi pengaturan lembaga kepresidenan terkait kedudukan dan kewenangan wakil presiden. D. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan dan pengamatan penulis, berdasarkan hasil penelusuran pustaka di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tidak ditemukan penulisan hukum yang berjudul Urgensi Pengaturan Lembaga
7 7 Kepresidenan terkait Kedudukan dan Kewenangan Wakil Presiden dalam Sistem Presidensial di Indonesia. Namun ada beberapa penulisan hukum yang berkaitan dengan penulisan hukum yang penulis lakukan, antara lain: 1. Penulisan hukum yang disusun oleh Hiroanto Alifridiadi 11 dengan judul Kedudukan dan Kewenangan Wakil Presiden Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia (Status and Authority of Vice President in the Republic of Indonesia s Constitutional System) dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah kedudukan dan kewenangan wakil presiden dalam UUD 1945? 2) Apakah wakil presiden dapat menerbitkan produk hukum? 3) Bagaimanakah konsekuensi yuridis jika seorang wakil presiden menerbitkan suatu produk hukum yang bersifat pengaturan (regelling) dan penetapan (beschikking)? 12 Kesimpulan penulisan hukum tersebut sebagai berikut: 1) Kedudukan dan kewenangan yang dimiliki oleh Wakil Presiden Republik Indonesia yaitu: a. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UUD 1945, wakil presiden menurut UUD 1945 memiliki peranan sebagai pihak yang membantu presiden dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Pengertian membantu presiden dalam menjalankan tugas pemerintahan ini, kedudukan wakil 11 Hiroanto Allifridiadi, 2010, Kedudukan dan Kewenangan Wakil Presiden Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia (Status and Authority of Vice President in the Republic of Indonesia s Constitutional System), Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak diterbitkan. 12 Ibid., hlm. 9.
8 8 presiden ini tidak sama dan bahkan lebih tinggi dari kedudukan menteri yang sama-sama merupakan pembantu presiden sebagaimana disebutkan dalam Pasal 17 ayat (1) UUD b. Kedudukan wakil presiden menurut UUD 1945 adalah sama dengan kedudukan presiden yang dimana presiden dan wakil presiden merupakan satu pasangan yang dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum (Pasal 6A ayat (1) UUD 1945). c. Wakil presiden yang terpilih bersama-sama dengan presiden memegang jabatan selama lima tahun (Pasal 7 UUD 1945). 2) Kewenangan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam menerbitkan suatu produk hukum: a. Berdasarkan tata urut peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, khususnya Pasal 7 ayat (1) tidak ditemukan suatu bentuk produk hukum yang dikeluarkan oleh wakil presiden. Undang-undang tersebut pada dasarnya lebih mengatur kepada produk hukum yang sifatnya mengatur (regelling). Sehingga dengan demikian dalam hal pembentukan produk hukum yang bersifat regelling, wakil presiden tidak memiliki kewenangan. Berkaitan dengan kewenangan wakil presiden dalam menerbitkan suatu produk hukum, khususnya yang sifatnya mengatur (regelling), maka harus memperoleh pelimpahan kewenangan dari presiden. Dalam hal ini, wakil presiden adalah sebagai pihak yang mewakili presiden sesuai
9 9 penugasan yang diberikan untuk melaksanakan tugas tertentu untuk dan/atau atas nama presiden. b. Dalam hal pembentukan produk hukum yang sifatnya penetapan (beschikking), Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan tidak mengatur secara khusus mengenai kewenangan wakil presiden. Dengan demikian, kalaupun wakil presiden dapat menerbitkan produk hukum yang bersifat penetapan, cakupannya hanya terbatas dan bersifat teknis dalam ruang lingkup istana wakil presiden. 3) Konsekuensi yuridis dalam hal wakil presiden menerbitkan suatu produk hukum yang berbentuk regelling dan beschikking: a. Dalam hal wakil presiden menerbitkan produk hukum yang sifatnya pengaturan (regelling), sebenarnya wakil presiden tidak memiliki kewenangan. Bila wakil presiden akan menerbitkan suatu produk hukum yang sifatnya mengatur, harus didahului dengan pelimpahan kewenangan dari presiden terlebih dahulu. Kalaupun terjadi kondisi yang demikian dimana wakil presiden menerbitkan suatu produk hukum yang ternyata tidak ada dasar pelimpahan kewenangan yang diberikan dari presiden kepadanya, maka produk hukum tersebut sudah seharusnya dinyatakan batal dan tidak berlaku. b. Dalam hal wakil presiden menerbitkan suatu produk hukum yang berupa keputusan (beschikking), maka produk hukum tersebut harus ditembuskan atau dilaporkan kepada presiden sebagai laporan.
10 10 Pengawasan terhadap produk hukum seperti ini, dapat dilakukan oleh presiden terhadap suara keputusan tersebut atau melalui pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang melalui Mahkamah Agung maupun kepada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). c. Pada praktik ketatanegaraan yang terjadi, ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla mengeluarkan Surat Keputusan Wakil Presiden Nomor 1 Tahun 2004, surat keputusan tersebut kemudian mengundang kontroversi politik dan kemudian sebagian anggota DPR bahkan mengusulkan hak interpelasi atas surat keputusan tersebut. DPR menilai bahwa penerbitan surat keputusan oleh wakil presiden tersebut telah melampaui kewenangan yang dimiliki oleh seorang wakil presiden Penulisan hukum yang disusun oleh Muhammad Khibran 14 dengan judul Kewenangan Wakil Presiden selaku Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi dalam Menerbitkan Produk Hukum dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2004 dapat dikategorikan sebagai kualifikasi keadaan bahaya? 13 Ibid., hlm Muhammad Khibran, 2012, Kewenangan Wakil Presiden selaku Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi dalam Menerbitkan Produk Hukum, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak diterbitkan.
11 11 2) Apakah kedudukan wakil presiden sebagai Ketua Bakornas Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi dapat menerbitkan suatu produk hukum? 3) Bagaimana upaya perlawanan terhadap produk hukum yang telah diterbitkan oleh wakil presiden selaku Ketua Bakornas Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi, khususnya Surat Keputusan Wakil Presiden Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Nasional Penanganan Bencana Aceh? 15 Kesimpulan penulisan hukum tersebut sebagai berikut: 1) Bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam pada Desember tahun 2004 dapat dikategorikan sebagai keadaan-keadaan kualifikasi keadaan bahaya, hal tersebut terlihat dari : a. Dampak gempa bumi dan gelombang tsunami yang demikian masif, sehingga dapat dikategorikan sebagai keadaan-keadaan khusus yang dapat membahayakan hidup negara seperti disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Prp Tahun b. Pemerintah Indonesia pada tanggal 31 Desember 2004 menerapkan kebijakan ruang udara terbuka (open sky policy). 2) Kedudukan wakil presiden selaku Ketua Bakornas PBP dapat menerbitkan suatu produk hukum, hanya sebatas peraturan kebijakan (beleidsregel) yang diambil berdasarkan asas kebebasan bertindak. 15 Ibid., hlm. 13.
12 12 3) Upaya perlawanan terhadap Surat Keputusan Wakil Presiden Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Nasional Penanganan Bencana Aceh dapat dilakukan melalui mekanisme Pengadilan Tata Usaha Negara dikarenakan Surat Keputusan Wakil Presiden Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Nasional Penanganan Bencana Aceh merupakan peraturan kebijakan (beleidsregel) yang berbentuk penetapan (beschikking) dengan alas pengujian yang digunakan adalah asas-asas umum pemerintahan yang baik. 16 Penulisan-penulisan hukum di atas cenderung menitikberatkan pada kewenangan wakil presiden dalam menerbitkan produk hukum dan konsekuensi yuridis atas produk hukum tersebut, sedangkan penulisan hukum ini menitikberatkan pada kedudukan dan kewenangan wakil presiden dan lembaga kepresidenan menurut praktik ketatanegaraan di Indonesia selama ini. Memang ada poin rumusan masalah penelitian hukum pertama yang mirip dengan poin rumusan masalah penulis, yaitu rumusan masalah mengenai kedudukan dan kewenangan Wakil Presiden Republik Indonesia, namun yang menjadi pembeda adalah penulis menganalisis desain jabatan wakil presiden dalam sistem presidensial secara umum. Selain itu dalam menganalisis kewenangan wakil presiden, penulis mengkaji melalui UUD 1945, peraturan perundang-undangan, praktik ketatanegaraan dan pendapat para ahli yang terkait pokok bahasan. Selain itu penulis juga mengkaji keterkaitan urgensi adanya pengaturan lembaga kepresidenan dengan kedudukan dan kewenangan wakil presiden dalam sistem 16 Ibid., hlm
13 13 presidensial di Indonesia. Maka penulisan hukum ini berbeda dengan penulisanpenulisan hukum yang telah penulis cantumkan tersebut. Namun demikian, penulisan hukum ini dilakukan dengan itikad baik dan menjunjung tinggi orisinalitas sesuai dengan etik penulisan dan akademik dengan tidak melakukan plagiasi maupun kejahatan lainnya. Kutipan maupun pemikiran dari penelitian hukum sebelumnya akan dicantumkan dengan jelas pada catatan kaki. Apabila dikemudian hari terdapat penelitian serupa, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya serta menambah literatur ilmu hukum. E. Manfaat Penelitian Penulisan hukum ini nantinya penulis harapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca penulisan hukum ini, yang kemudian penulis bagi ke dalam dua bagian, yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis Penulisan hukum ini menambah wawasan penulis berkaitan dengan jabatan wakil presiden dan lembaga kepresidenan dalam sistem presidensial di Indonesia. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Hukum Tata Negara Penulis berharap penulisan hukum ini nantinya dapat memperluas wawasan masyarakat dalam bidang hukum tata negara dan dapat
14 14 memberi sumbangan bagi pemikiran hukum tata negara nantinya dalam ius constituendum atau hukum yang dicita-citakan. 2. Manfaat Praktis Bagi masyarakat, semoga dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan yang meningkatkan wawasan masyarakat dalam memahami sistem presidensial dan lembaga kepresidenan di Indonesia terlebih mengenai wakil presiden.
BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya segala sesuatu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Indonesia berdasarkan atas sistem konstitusi (peraturan dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara senantiasa memiliki seperangkat kaidah yang mengatur susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan kenegaraan untuk menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sebagai hukum dasar yang digunakan untuk penmbentukan dan penyelenggaraan Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar, yang pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945), Negara Indonesia secara tegas dinyatakan sebagai
Lebih terperinciPENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN
1 PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN NUR MOH. KASIM JURUSAN ILMU HUKUM ABSTRAK Fitri Lameo.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaku sepenuhnya dari kedaulatan rakyat Indonesia, Presiden sebagai kepala
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu perubahan mendasar dari UUD 1945 pasca amandemen adalah kedudukan Presiden yang bukan lagi sebagai mandataris dari MPR. Sebelum amandemen, MPR merupakan
Lebih terperinciUlangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran
Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah diubah pada tahun 1999 sampai dengan 2002 merupakan satu kesatuan rangkaian perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi. Dalam paham ini, rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Pasal 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara adalah suatu organisasi yang terdiri dari masyarakat yang mempunyai sifat-sifat khusus antara lain sifat memaksa, dan sifat monopoli untuk mencapai tujuannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konstitusi menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konstitusi menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dalam dunia akademik begitu banyak akademisi atau ahli yang membahas ciri konsep negara hukum. Pada kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciPENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai
105 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Lembaga perwakilan rakyat yang memiliki hak konstitusional untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang adalah Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Dewan Perwakilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berhentinya Presiden Soeharto di tengah-tengah krisis ekonomi dan moneter menjadi awal dimulainya era reformasi di Indonesia. 1 Dengan adanya reformasi, masyarakat berharap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat awal kemerdekaan, para pendiri bangsa telah sepakat menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep mengenai kedaulatan di dalam suatu negara, berkembang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mengenai kedaulatan di dalam suatu negara, berkembang cukup kompleks di seluruh dunia. Berbagai pandangan seperti kedaulatan Tuhan, kedaulatan negara, kedaulatan
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN WAKIL PRESIDEN MENURUT SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
PERTANGGUNGJAWABAN WAKIL PRESIDEN MENURUT SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA (Studi Pertanggungjawaban Wakil Presiden Pasca Perubahan UUD 1945) Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dituangkan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mendaulat diri sebagai negara hukum sebagaimana dituangkan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar NRI 1945 1. Hal
Lebih terperincikeberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara
Gagasan Judicial Review Pembentukan MK tidak dapat dilepaskan dari perkembangan hukum & keratanegaraan tentang pengujian produk hukum oleh lembaga peradilan atau judicial review. keberadaan MK pd awalnya
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan
BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 2.1 Sejarah Singkat Organisasi Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) baru diperkenalkan oleh pakar hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen menyatakan
Lebih terperinciSEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)
Lebih terperinciKEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945
KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945 Oleh : Masriyani ABSTRAK Sebelum amandemen UUD 1945 kewenangan Presiden selaku kepala Negara dan kepala pemerintahan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia ialah membangun sebuah Negara hukum. Cita-cita Negara hukum itu dicantumkan dalam tiap-tiap
Lebih terperinciKEMERDEKAAN HAKIM SEBAGAI PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN PASCA AMANDEMEN UUD TAHUN 1945 Oleh: A. Mukti Arto
KEMERDEKAAN HAKIM SEBAGAI PELAKU KEKUASAAN KEHAKIMAN PASCA AMANDEMEN UUD TAHUN 1945 Oleh: A. Mukti Arto I. Pendahuluan Pada tahun 1999 2002 dilakukan amandemen terhadap UUD Tahun 1945 yang merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan pengertian bahwa pola yang diambil tidak menyimpang dari negara berdasarkan hukum pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggal 18 Agustus 1945 para pemimpin bangsa, negarawan pendiri NKRI dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah berhasil merumuskan konstitusi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat empat provinsi yang diberikan dan diakui statusnya sebagai daerah otonomi khusus atau keistimewaan yang berbeda dengan Provinsi lainnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi demokrasi di berbagai negara umumnya ditandai dengan terjadinya perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas kekuasaan kehakiman.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUDNRI 1945) pada Pasal 1 Ayat (2) mengamanatkan bahwa kedaulatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:
34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan
Lebih terperinciTugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan
Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006/PUU-IV TAHUN 2006 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai
Lebih terperinciMENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1
MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1 Oleh: Siti Awaliyah, S.Pd, S.H, M.Hum Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang A. Pengantar Kedaulatan merupakan salahsatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciBAB III PROFIL LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT
1 BAB III PROFIL LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai profil lembaga perwakilan rakyat sejak orde lama, orde baru, hingga saat ini. Bagaimana perkembangan lembaga perwakilan rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUDNRI Tahun 1945), Negara Indonesia ialah
Lebih terperinciBAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN
BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN A. Komisi Yudisial Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen. Lembaga ini banyak berkaitan dengan struktur yudikatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber hukum bagi pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proklamasi itu telah mewujudkan Negara
Lebih terperinciKEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA
KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA HERLAMBANG P. WIRATRAMAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SISTEM KETATANEGARAAN 2017 POIN DISKUSI Memahami teori kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. (untuk selanjutnya disingkat UUD 1945 ) mengamanatkan bahwa negara
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 (untuk selanjutnya disingkat UUD 1945 ) mengamanatkan bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Politik hukum sebagai kerangka umum yang akan membentuk hukum (legal
165 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Politik hukum sebagai kerangka umum yang akan membentuk hukum (legal frame work), mempunyai peranan penting. Politik hukum sebagai upaya mewujudkan ius contituendum (hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan
Lebih terperinciTINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA
TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA oleh Susi Zulvina email Susi_Sadeq @yahoo.com Widyaiswara STAN editor Ali Tafriji Biswan email al_tafz@stan.ac.id A b s t r a k Pemikiran/konsepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya, dimana Gurbenur dan Wakil Gurbenur tidak dipilih secara demokrasi tetapi merupakan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bahwa dengan dibentuknya koalisi partai
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN Oleh Tim Peneliti Fakultas Hukum Unpad Ketua Tim : Atip Latifulhayat, S.H., LL.M., Ph.D. Wakil Ketua Tim:
Lebih terperinciCita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.
Disampaikan dalam acara Sosialisasi Peningkatan Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara Bagi Pengurus dan Kader Penggerak Masyarakat Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) yang diselenggarakan oleh Mahkamah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dalam tinjauan pustaka akan dicari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan semata, hal ini berdasarkan penjelasan umum tentang sistem pemerintahan negara Indonesia
Lebih terperinciMPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)
JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang
Lebih terperinciPROSPEK KEWENANGAN MPR DALAM MENETAPKAN KEMBALI KETETAPAN MPR YANG BERSIFAT MENGATUR*
Jurnal Hukum POSITUM Vol. 1, No. 1, Desember 2016, Hal 39-50 P-ISSN : 2541-7185 E-ISSN : 2541-7193 PROSPEK KEWENANGAN MPR DALAM MENETAPKAN KEMBALI KETETAPAN MPR YANG BERSIFAT MENGATUR* Hernadi Affandi**
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah yang sangat luas dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa, etnis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korupsi masih menjadi masalah mendasar di dalam berjalannya demokrasi di Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi menjadi terhambat.
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unsur penting dalam negara hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive power) dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan
Lebih terperinciGAGASAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PEMASYARAKATAN KONSTITUSI. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.
GAGASAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PEMASYARAKATAN KONSTITUSI Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. MENGAPA DAPAT DINILAI PENTING 1. Indonesia adalah negara yang sangat besar dengan penduduk terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) tehadap Undang-Undang Dasar (UUD). Kewenangan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada satu peristiwa penting dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1999 yang
Lebih terperinciPengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia
Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia Chrisdianto Eko Purnomo 278 Abstract This research effort to search the contents president power restriction in achieving
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945 yang menyatakan,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945
TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 Di susun oleh : Nama : Garna Nur Rohiman NIM : 11.11.4975 Kelompok : D Jurusan Dosen : S1-TI : Tahajudin Sudibyo, Drs Untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan
Lebih terperinciLembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial
Lembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 11 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Wewenang Presiden
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan bersama bangsa-bangsa dewasa ini semakin tidak mengenal batas
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kehidupan bersama bangsa-bangsa dewasa ini semakin tidak mengenal batas negara dan cenderung pada terbentuknya suatu sistem global sehingga mendorong semakin
Lebih terperinciKEDUDUKAN,TUGAS DAN PERTANGGUNG JAWABAN WAKIL PRESIDEN MENURUT UUD Oleh : Lusia Indrastuti, SH.MSI.MH.*)
KEDUDUKAN,TUGAS DAN PERTANGGUNG JAWABAN WAKIL PRESIDEN MENURUT UUD 1945 Oleh : Lusia Indrastuti, SH.MSI.MH.*) Abstract : Vice president is a government officer one level below president. Vice president
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan
Lebih terperincie. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;
UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Hal tersebut merupakan penegasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang diundangkan pada tanggal 29 Desember
Lebih terperinciPresiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017
Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia Herlambang P. Wiratraman 2017 Pokok Bahasan Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Wewenang Presiden dan Wakil Presiden Kedudukan
Lebih terperinciIlham Imaman Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala. Andri Kurniawan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA Vol. 1(1) Agustus 2017, pp. 206-211 ISSN : 2597-6885 (online) MEKANISME PEMAKZULAN (IMPEACHMENT) PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN OLEH MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan sejarah Indonesia, khususnya pada era Orde Baru terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk permasalahannya berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis pada abad ke-18 (delapan belas), memunculkan gagasan dari para pakar hukum dan negarawan untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan
Lebih terperinciKAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Rizkyana Zaffrindra Putri 1, Lita Tyesta A.L.W. 2 litatyestalita@yahoo.com ABSTRAK Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cita-cita, gagasan, konsep, bahkan ideologi. Cita-cita, gagasan, konsep bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara yang merdeka dan berdaulat bukan sekedar antithesis terhadap kolonialisme, melainkan membawa berbagai cita-cita, gagasan,
Lebih terperinciPANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik
Lebih terperinciResensi Buku DESA DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANG DI INDONESIA
Resensi Buku DESA DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANG DI INDONESIA Judul : Hukum Pemerintahan Desa: Dalam Indonesia Sejak Kemerdekaan Hingga Era Reformasi Penulis : Dr. Ni matul Huda, S.H., M.Hum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1
UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1 Oleh: Manunggal K. Wardaya 2 manunggal.wardaya@gmail.com 0857 28 456 999 1. Pendahuluan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Lebih terperinciMEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)
MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) I Pembahasan tentang dan sekitar membangun kualitas produk legislasi perlu terlebih dahulu dipahami
Lebih terperinciLATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )
LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. MPR terdiri atas a. anggota DPR dan anggota DPD b. anggota DPR dan Presiden c. Presiden dan Wakil Presiden d. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi e.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan, atas dasar Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 maka Presiden berhak membentuk beberapa lembaga-lembaga pemerintahan
Lebih terperinciPANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA
PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia Presiden
Lebih terperinciBAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU
62 BAB III KONSEKUENSI YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Nomor 52/PUU-IX/2011 TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BATU 3.1. Kekuatan berlakunya Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap Peraturan Perundang-undangan
Lebih terperinciKEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh : RAMA PUTRA No. Mahasiswa : 03 410 270 Program Studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum.negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya
Lebih terperinci