Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta. Dari nama daerah ini yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun ) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa). Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri, di jaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat 1

2 berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan hukumnya adalah : 1.Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia. 2.Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 ( yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah). 3.Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 ( yang dibuat bersama dalam satu naskah ). 2

3 Dari 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949, Yogyakarta menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia, justru dimasa perjuangan bahkan mengalami saat-saat yang sangat mendebarkan, hampir-hampir saja Negara Republik Indonesia tamat riwayatnya. Oleh karena itu pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang berkumpul dan berjuang di Yogyakarta mempunyai kenangan tersendiri tentang wilayah ini. Apalagi pemuda-pemudanya yang setelah perang selesai, melanjutkan studinya di Universitas Gajah Mada, sebuah Universitas Negeri yang pertama didirikan oleh Presiden Republik Indonesia, sekaligus menjadi monumen hidup untuk memperingati perjuangan Yogyakarta. Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan peranan yang sangat menentukan di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta. Dengan dasar pasal 18 Undang-undang 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Propisni Daerah Istimewa Yogyakarta menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat I, tetap lestari dengan mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati. Pasal 18 undang-undang dasar 1945 itu menyatakan bahwa pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hakhak asal-usul dalam Daerah-daerah yang bersifat Istimewa. 3

4 Sebagai Daerah Otonom setingkat Propinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman. Sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram. Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua 4

5 setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam. Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pemerintahan SBY mengeluarkan suatu pernyataan bahwa tidak mungkin ada sistem Monarki (Kerajaan) dalam negara yang berdasarkan Demokrasi, yang merupakan sistem resmi negara ini. Pernyataan tersebut terlontar saat membuka sidang kabinet terbatas yang membahas tentang rancangan undang-undang keistimewaan Yogyakarta (RUUK DIY). Dengan adanya pernyataan ini pihak Keraton Yogyakarta merasa tersindir, lalu Sri Sultan HB X merasa perlu mericek ulang statusnya sebagai gubernur di Yogya, yang terpilih tanpa proses demokrasi apapun. Tidak hanya itu, protes keras oleh banyak warga Yogyakarta juga bermunculan terhadap pernyataan SBY yang terkesan mencari perkara itu.pro dan kontra Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta mengerucut pada satu tema, gubernur dipiliha langsung oleh rakyat atau ditetapkan. Keistimewaan DIY itu sendiri berkaitan dengan sejarah dari aspekaspek lain yang harus diperlakukan secara khusus sebagaimana pula yang diatur dalam undang-undang dasar. 5

6 1.2 Hasil Penelitian. Sebagaimana disebutkan dalam tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui Citra Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Pasca Rancangan Undang-Undng Keistimewaan Yogyakarta (Yang Berstudi kasus Di di Daerah Istimewa Yogyakarta Utara, Kecamatan Pakem, Kelurahan Purwobinangun, Desa Purwobinangun, Dusun Sembung). Maka penelitian ini di fokuskan pada Citra Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Pasca Rancangan Undang-Undng Keistimewaan Yogyakarta dengan cara menganalisa data-data dan hasil wawancara yang mendalam dari narasumber yang menyangkut Citra Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Pasca Rancangan Undang-Undng Keistimewaan Yogyakarta, didasarkan pada satu sumber utama dan sumber sumber lain yang dijadika sebagai data pelengkap atas sumber utama. Dalam penelitian ini mempunyai jenis citra yaitu, Citra yang berlaku (curren image) adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber utama adalah Hartato Prayugo yang berprofesi sebagai Dosen, Sedangkan narasumbr lainnya tokoh masyarakat dusun sembung yakni Darsono dan Sari Wulandari Sebagai Karyawan Swasta. 6

7 4.2.1 Hasil wawancara dengan narasumber Narasumber Hartanto Prayugomengenai persetujuan tentang RUUK Yogyakarta, menjelaskan bahwa : melihat dari sejarah kota Yogyakarta yang dulunya adalah sebuah kerajaan aayau kesultanan dimana keberadaannya sudah ada sebelumnegara Republik Indonesia berdiri yang dipimpin oleh seorang Sultan yang sudah turun temurun dan menjadi panutan bagi masyarakat Yogyakarta sampai sekarangpun masyarakat Yogyakarta masih menganggap bahwa Sultan Yogyakarta ini adalah raja mereka, sehingga masyarakat Yogyakarta beranggapan sangat tidak etis apabila Yogyakarta dipimpin oleh seseorang yang bukan merupakan keturunan sah dari Kesultanan Yogyakarta. Oleh karena itu dengan diberlakukannya Rencana Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta merupakan pengakuan resmi dari pemerintah Republik Indonesia. 1 Narasumber Darsono tentang pandangan mereka dengan diberlakukannya RUUK Yogyakarta, menjelaskan bahwa : Keistimewaan Yogyakarta yang ada selama ini adalah suatu identitas diri yang di miliki oleh Yogyakarta, bukan hanya itu, keistimewaan yang ada pada Yogyakarta selama ini juga menjadi suatu nilai historis yang sampai pada saat ini melekat pada kehidupan masyarakat di Yogyakarta. Keistimewaan itu juga yang menjadi ciri khas kota Yogyakarta selama ini, apabila ciri khas dari suatu 1 Hasil wawancara dengan Hartanto Prayugo, Dosen, Tanggal 28 Desember 2012 jam

8 daerah dihilangkan maka daerah tersebut akan tidak mempunyai identitas atau akan kehilangan identitasnya, oleh karena itu masyarakat Yogyakarta berusaha untuk tetap mempertahankan identitas daerahnya. 2 Narasumber Hartanto Prayugotentang bagaimana jika RUUK Yogyakarta ditiadakan, menjelaskan, Kota Yogyakarta di kenal sebagai salah satu kota yang mempunyai system pemerintahan yang berbentuk kerajaan yang lebih di kenal luas dengan nama Kesultanan Yogyakarta, dimana kota tersebut dipimpin oleh seseorang Sultan yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono XI, system pemerintahan ini sudah lama diterapkan di Yogyakarta, sejak awal kota Yogyakarta berdiri dan masih berlangsung sampai pada saat ini. Dengan adanya RUUK Yogyakarta ini masyarakat Yogyakarta merasa bahwa pemerintah telah merubah kebudayaan yang selama ini telah ditrapkan, apabila RUUK Yogyakarta ini berlaku maka akan menghilangkan kebudayaan yang selama ini telah diterapkan di Yogyakarta, bukan hanya itu saja, apabila RUUK Yogyakarta itu berlaku akan berdampak pada hilangnya identitas Kota Yogyakarta yang ini dikenal dengan kota yang memiliki system pemerintahan yang 2 Hasil wawancara dengan darsono, Tokoh Masyarakat, Tanggal 29 Desember 2012 Jam

9 berbentuk kerajaan yang menjadi ciri khas atau identitas kota Yogyakarta selama ini. 3 Narasumber Sari Wulandari mengenai peran keistimewaan Yogyakarta dalam kehidupan bermasyarakat, menjelaskan, Rakyat Jogyakarta mau nya tidak ada pilkada karena Jogja itu kerajaanyang sudah ada bahkan sebelum Indonesia ada dan dinyatakan merdeka. Nah, sekarang kenapa dilupakan mengenai hal tersebut? Wajar aja warga jogja kecewa, selain itu rakyat jogja juga sayang dan loyalitas terhadap rajanya, ya pasti kecewa kalau rajanya dizolimi. Rakyat Yogya tetap tidak menyetujui diberlakukannya RUUK Yogyakarta, karena selama ini Yogyakarta telah mempunyai system pemerintahannya sendiri, apabila diberlakukannya RUUK Yogyakarta, maka akan merubah system pemerintahan yang selama ini telah ada dan berlaku di Yogyakarta, tidak ada yang ingin apabila sesuatu yang sudah lama diterapka dan menjadi sebuah tradisi bersama dirubah begitu saja, hal ini jelas membuat masyarakar Yogyakarta merasa sangat kecewa, karena masyarakat Yogyakarta telah menerapkan tradisi bersama ini dan mempertahankannya sejak Yogyakarta didirikan sampai pada saat ini. Masyarakat Yogyakarta tidak ingin melupakan dan menghilangkan tradisi atau system pemerintahan yang sudah ada ini, karena dengan adanya system 3 Hasil wawancara dengan Hartanto Praygo, Dosen, Tanggal 28 Desember 2012 jam

10 pemerintahan yang sudah ada dan berlaku saat ini dapat melestarikan budaya atau tradisi yang sudah ada. 4 Narasumber Darsono tentang jika status provinsi Yogyakarta disamakan dengan provisni lain di Indonesia, menjelaskan bahwa : Pada dasarnya masyarakat Yogyakarta masih menganggap Sultan dalah raja mereka sehingga tidak mungkin Yogyakarta akan dipimpin oleh seseorang yang bukan merupakan keturunan Kesultanan Yogyakarta yang mempunyai hak menjadi raja Kesultanan Yogyakarta karena adanya keterikatan budaya yang masih sangat dipegang oleh masyarakat Yogyakarta. Selain itu sejarah panjang tentang Kesultanan Yogyakarta yang ada sejak berabad-abad yang lalu dan juga perjuangan Kesultan Yogyakarta dalam mendukung berdirinya Republik Indonesia sehingga hampir keseluruhan masyarakat Yogyakarta akan menolak penyamaan status provinsi Yogyakarta ini disamakan dengan provinsi lainnya yang ada di Indonesia saat ini. 5 Narasumber Hartanto Prayugo tentang bagaimana sistem yang ada dalam RUUK Yogyakarta, menjelaskan, Melihat fakta sejarah tentang Kesultanan Yogyakarta yang menganut sistem kerajaan dan sampai saat ini Kesultanan Yogyakarta ini belum pernah menyatakan bubar walaupun Kesultanan Yogyakarta menyatakan masuk kedalam wilayah Republik Indonesia tetapi tidak 4 Hasil wawancara dengan Sari Wulandari, Karyawa Swasta, Tanggal 30 September 2012 jam Hasil wawancara dengan Darsono, Tooh Masyarakat, Tanggal 29 Desember 2012 Jam

11 menghilangkan sistem yang dianut oleh Kesultanan Yogyakarta itu sendiri. Oleh karena itu masyarakat Yogyakarta akan menerima RUUK Yogyakarta dengan tidak merubah sistem pemerintah daerah Yogyakarta terutama dalam menentukan gubernurdaerah Istimewa Yogyakarta. 6 Narasumber Sari Wulandari tentang keadaan kota Yogyakarta pasca RUUK Yogyakarta, menjelaskan, Sampai saat ini masyarakat Yogyakarta dapat menerima RUUK Yogyakarta dengan baik dikarenakan pada RUUK Yogyakarta telah mengakomodir permintaan masyarakat Yogyakarta dalam menjalankan pemerintahan daerah Yogyakarta terutama dalam menentukan gubernur yang akan memimpin Daerah Istimewa Yogyakarta nantinya. 7 Narasumber Sari Wulandari tentang dampak penetapan RUUK Yogyakarta terhadap kehidupan masyarakat Yogyakarta, menjelaskan, Masyarakat Yogyakarta tidak bereaksi secara berlebihan dalam menerima RUUK Yogyakarta sehingga kehidupan masyarakat Yogyakarta berjalan secara normal dan tidak gejolak dari dampak ditetapkannya RUUK Yogyakarta ini. 8 Narasumber Hartanto Prayugo tentang bagimana pemerintah pusat merespon aspirasi masyarakat Yogyakarta dalam RUUK Yogyakarta, menjelaskan, 6 Hasil wawacara engan Hartanto Prayugo, Dosen, Tanggal 28 Desember 2012 jam Hasil wawancara dengan Sari Wulandari, Karyawan Swasta, Tanggal 30 Deseber 2012 jam Hasil wawancara dengan Sari Wulandari, Karyawan Swasta, Tanggal 30 Deseber 2012 jam

12 Masyarakat Yogyakarta dapat menerima hasil kompromi pemerintah pusat menjawab keinginan dan kemauan masyarakat Yogyakarta dalam menentukan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga tertuang dalam RUUK Yogyakarta dan merupakan jalan terbaik bagi pemerintah pusat dan masyarakat Yogyakarta sendiri. 9 Narasumber Darsono tentang keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menjelaskan, Setelah masyarakat Yogyakarta menunggu cukup lama akhirnya pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya dapat mengambil keputusan yang dapat diterima oleh masyarakat Yogyakarta dan juga dengan telah disahkannya RUUK Yogyakarta oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia semakin memperkuat keberadaan Kesultanan Yogyakarta sebagai suatu wilayah yang memiliki keisitimewaan dan patut untuk dipertahankan keisitimewaannya. 10 Narasumber Sari Wulandari tentang citra pemerintah Susilo Bambang Yudhono pasca RUUK Yogykarta, menjelaskan, Citra pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sempat menurun. Hal tersebut bukan karena orang lain ataupun siapapun, tapi karena diri Susilo Bambang Yudhoyono sendiri yang membuat citra dirinya menurun. Contohnya saja, mengenai pidato presiden yang bilang tidak mungkin Indonesia menganut sistem monarki karena berbenturan 9 Hasil wawancara dengan Hartanto Prayugo, Dosen, Tanggal 28 Desember 2012 jam Hasil wawancara dengan Darsono, Tokoh Masyarakat, Tanggal 29 Desember 2012 jam

13 dengan konstitusi dan demokrasi, Lah emangnya tata administrasi pemerintahan DIY itu menganut monarki? Secara tidak langsung hal inilah yang membuat pencitraan Susilo Bambang Yudhoyono menurun dan juga pernyataan beliau yang menyalahkan media dan masyarakat yang terlalu berlebihan menanggapi kata monarki dan minta agar jangan terprovokasi. Padahal SBY sendiri yang menciptakan pemikiran itu, bukan media dan masyarakat. Jangan menyalahkan media dan masyarakat sebab media dan masyarakat hannya mencerna apa yang telah dikatakan oleh SBY pada pidatonya. Tetapi semua itu akhirnya dapat ditebus dengan disahkannya RUUK Yogyakarta yang menjawab semua kebimbangan masyarakat Yogyakarta. 11 Narasumber Darsono tentang identitas Daerah Istimewa Yogyakarta setelah RUUK Yogyakarta ditetapkan, menjelaskan, Dengan diberlakukannya RUUK Yogyakarta menjadi UUK Yogyakarta maka identitas Yogyakarta sebagai daerah istimewa semakin jelas dan mempunyai kekuatan hukum karena dalam UUK Yogyakarta ini juga jelas menerangkan keistimewaan yang dimiliki Yogyakarta harus tetap dilestarikan sebagai suatu warisan budaya yang mempunyai nilai historis yang tinggi yang akan sangat disayangkan apabila disia-siakan Hasil wawancara dengan Sari wulandari, Karyawan Swasta, Tanggal 30 Desember 2102 jam Hasil wawancara dengan Darsono, Tokoh Masyarakat, Tanggal 29 Desember 2012 jam

14 4.3 Pembahasan Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta Ditinjau Dari Perspektif sejarah Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan pernyataan mengenai status keistimewaan Yogyakarta yaitu bahwa tidak boleh adanya suatu sistem monarki yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan konstitusi, beragam reaksi muncul dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia ada pandangan yang membenarkan pernyataan Presiden tersebut dan bahkan tidak sedikit pula yang menentang pernyataan itu serta menyatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Telah melupakan sejarah masa lalu. 13 Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa pernyataan Presiden tersebut diungkapkan pada saat sidang kabinet terbatas untuk membahas rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta pada tanggal 26 November Tanggapan yang menyatakan bahwa Presiden Susilo Bambanmg Yudhoyono telah melupakan sejarah masa lalu sangat penting bagi setiap orang untuk melihat kembali sejarah masa lalu itu untuk menjernihkan dan mengingatkan kita kembali tentang sejarah asal mula terjadinya dan terbentuknya status keistimewaan Yogyakarta. Dengan demikian, maka kritikan serta masukan terhadap Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta dapat diberikan secara proporsional dan profesional. Sejarah keistimewaan Yogyakarta berawal dari zaman sebelum kemerdekaan, dimana wilayah kesultanan Yogyakarta merupakan wilayah negara tersendiri yang dikendalikan dan bertanggung jawab secara langsung kepada

15 pemerintah Hindia Belanda. 14 Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 maka pada tanggal 18 atau 19 Agustus 1945, sultan Hamengku Buwono IX (HB IX) dan Sri Paduka Paku Alam VIII (PA VIII) mengirimkan ucapan selamat kepada Soekarno-Hatta atas Kemerdekaan Indonesia dan atas terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Selain itu juga dikirimkan ucapan terima kasih kepada KRT Rajiman Widiodiningrat (mantan ketua BPUPKI) dan penguasa Jepang Nampoo-Gun Sikikan Kakka dan Jawa Saiko Sikikan beserta stafnya. Pada 19 Agustus 1945 Yogyakarta Kooti Hookookai mengadakan sidang dan mengambil keputusan yang pada intinya bersukur kepada Tuhan atas lahirnya Negara Indonesia, akan mengikuti tiap-tiap langkah dan perintahnya, dan memohon kepada Yuhan agar Indonesia kokoh dan abadi. 15 Di Jakarta pada 19 Agustus 1945 terjadi pembicaraan serius dalam sidang PPKI membahas kedudukan Kooti. Sebenarnya kedudukan Kooti sendiri sudah di jamin oleh UUD, namun belum di atur dengan rinci. Dalam sidang itu Pangeran Puruboyo, wakil dari Yogyakarta Kooti, meminta pada pemerintah pusat supaya Kooti dijadikan 100% otonom, dan hubungan dengan pemerintah pusat secara rinci akan diatur dengan sebaik-baiknya. Usul tersebut langsung ditolak oleh Soekarno karena bertentangan dengan bentuk negara kesatuan yang telah disahkan sehari sebelumnya. Puruboyo menerangkan bahwa banyak kekuasaan 14 Saafroedin Bahar et al, Loc, Cit 15 PJ. Swarno, 1994, Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta : sebuah tinjauan historis. Yogyakarta: Kanisius, hlm 7 15

16 sudanh diserahkan Jepang kepada Kooti, sehingga jika diambil kembali akan menimbulkan keguncangan. 16 Ketua panitia kecil PPKI untuk Perancang Susunan Daerah dan Kementrian Negara, Oto Iskandardinata, dalam sidang itu menaggapi bahwa soal Kootimemang sangat sulit dipecahkan maka Panitia Kecil PPKI tersebut tidak membahasnya lebih lanjut dan menyerahkannya kepada beleid Presiden. Akhirnya dengan dukungan Muhammad Hatta, Suryohadimijoyo,dan Soepomo, kedudukan Kooti ditetapkan status quo sampai dengan terbentuknya Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Pada hari itu juga Soekarano mengeluarkan piagam penetapan kedudukan bagi kedua penguasa tahta Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Piagam tersebut baru diserahkan pada 6 September 1945 setelah sikap resmi dari penguasa monarki dikeluarkan yang dikenal dengan amanat 5 September Ituah sejarah singkat perjalanan Keistimewaan Yogyakarta yang sampai saat ini masih dalam polemik terutama setelah meninggalnya Sri Paduka Paku Alam VIII pada tahun Polemik yang sangat krusial adalah terkait denganm masalah jabatan Gubernur. Ada yang menghendaki bahwa jabatan Gubernur DIY hendaknya dipisahkan dengan Kesultanan dan Kadipaten Paku Alaman. Kesultanan dan Kadipaten Paku Alaman dijadikan sebagai sebuah lembaga budaya untuk mempertahankan tradisi dan budaya di Yogyakarta. Perdebatan mengenai hal tersebut dapat dilihat dari draf RUU Keistimewaan Yogyakarta, dimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) yakni 16 Saafrodin Bahar et. Al, Loc, Cit Lihat juga Huda, Ni matul, Op. Cit, hlm Saafrodin Bahar et.al, Loc Cit 16

17 mewujudkan tata pemerintahan yang demokratis sebagaimana yang dimaksud pada pasal 3 ayat (1) huruf a. Adapun bunyi ketentuan pasal 3 ayat (2) draf RUU Keistimewaan Yogyakarta yakni : Tata pemerintahanyang demokratis sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) huruf a, diwujudkan melalui : a. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur secara langung. b. Pengisian anggota DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui pemilihan umum. c. Pemisahan kekuasaan antara lembaga penyelenggara politik dan pemerintah dengan Kesultanan dan Paku Alaman. d. Mekanisme checks and balances antara pemerintah daerah provinsi dan DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan e. Pembukaan ruang parisipasi dan kontrol warga masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan dengan memanfaatkan media kultural. Dari ketentuan pasal 3 ayat (2) huruf a draf RUUK di atas dapat diketahui bahwa pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Yogyakarta dipilih secara langsung oleh rakyat. Begitu pula halnya dengan DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut juga dipilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat. Menjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam nantinya dapat dipilih dan mencalonkan diri sebagai calon gubernur rumusan Bab IV draf RUUK tentang bentuk dan susunan pemerintahan DIY pada pasal 11 ayat (2) yang menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Istimewa Yogyakarta terdiri atas Parardhya, Pemerintah Daerah 17

18 Provinsi, dan DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang dimaksud Parardhaya dapat dilihat dari rumusan pasal 1 angka 8 draf RUUK yaitu : Parardhya Keistimewaan Yogyakarta, selanjutnya disebut Parardhya, adalah lembaga yang terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono dan Adipati Paku Alam sebagai satu kesatuan yang mempunyai fungsi, sebagai simbol, pelindung dan penjaga budaya, serta pengayon dan pemersatu masyarakat daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu kewenangan parardhya adalah memberikan rekonendasi untuk penindakan Gubernur atau Wakil Gubernur yang melakukan penyimpangan. 18 Kewenanan lainnya adalah mengusulkan pemberhentian gubernur atau wakil Gubernur setelah diputuskan oleh badan peradilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena terbukti melanggar sumpah atau janji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban, tidak lagi memenuhi syarat, atau melanggar larangan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. 19 Kemudian yang menjadi kewenangan prardhya dalam keterkaitannya dengan pengisian jabatan DIY. Parardhya memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak peroranganbakal calon atau bakal-bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur. 20 Selain kewenangan tersebut parardhya juga dilarang untuk mengurus dan anggota partai politik. 21 Walaupun secara implisit tidak ditemukan bahwa Sultan Hamengku Buwono dan Sri Paduka Paku Alam tidak dapat mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur maka dengan adanya kewenangan tersebut di atas 18 Pasal 13 huruf c draf RUUK DIY 19 Pasal 17 ayat (1) huruf d draf RUUK DIY 20 Pasal 29 ayat (2) huruf d draf RUUK DIY 21 Pasal 19 a draf RUUK DIY 18

19 dapat dipahami bahwa jabatan Gubernur dan Parardhya merupakan suatu lembaga yang terpisah atau dengan kata lain bahwa Sultan Hamengku Buwono dan Sri Paduka Paku Alam nantinya tidak boleh mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Terkait dengan pembahasa tentang tinjauan RUUK DIY dari sudut pandang sejarah, maka kembali melihat terhadap konsep naskah Amanat 5 september 1945 yang menjadi landasan awal berintregrasinya Kesultanan Yogyakarta dan Paku Alaman ke dalam wilayah Negara Kesatua Republik Indonesia. Sein itu pula, sejarah pemerintahan Yogyakarta setelah berintregrasinya Yoggyakarta ke dalam NKRI juga telah menempatkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Gubernur hingga tahun 1998 dan kemudian digantikan oleh Sri Paduka Paku Laman VIII hingga tahun 1998.baru setelah wafatnya Sri Paduka Paku Alaman VIII pada tahun 1998 itulah muncul polemik mengenai pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX, 5 Sptember 1945 diktum 2 berbunyi sebagai berikut : Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubungan dengan keadaan pada dewasa ini segara urusan pemerintah dalam Negeri Ngajogjakarta Hadiningrat mulai saat ini berada ditangan kami dan kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya. Begitu pula halnya bunyi diktum 2 Mnat Sri Paduka Paku Alam VIII yakni 19

20 Bahwa kami sebagai kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Paku Alaman dan oleh karena itu berhubungan dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Paku Alaman mulai saat ini berada ditangan kami dan kekuasan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya. Dari bunyi diktum 2 amanat 5 September 1945 tersebut maka penulis berpendapat bahwa sudah memang seharusnya yang menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah Sultan Kesultana Yogyakarta dan Adipati Kadipaten Paku alaman. Hal inilah yang menjadi ciri khas keistimewaan yang dimiliki oleh Yogyakarta. Sehingga maalah yang membenturkan antara prinsip demokrasi dan sejarah Keistimewaan Yogyakarta sangat lah tidak tepat. Apalagi yang mengungkapkan statemen tersebut adalah seorang Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan di Indonesi. Hal ini akan mengancam intregrasi bangsa, apalagi dengan adanya hembusan referendum oleh masyarakat Yogyakarta. Tentunya hal ini akan berdampak buruk bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalimat kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam diktum 2 amanat 5 September 1945 tersebut harus dipahami sebagai bentuk kerelaan Sultan dan Adipati untuk bergabung dengan NKRI akan tetapi tetap memegang jabatan sebagai kepala daerah dan bertnggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia sebagaimana yang terdapat pada diktum 3 amanat 5 September 1945 yang penggalannya berbunyi Kami bertanggung djawab atas Negeri Kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia. 20

21 Dengan demikian, penulis sangat tidak sependapat dengan Draft RUUK DIY yang hendak memisahkan institusi keraton dan kepatian menjadi sebuah lembaga yang disebut parardhya dengan jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Penulis beranggapan hal ini bertentangan dengan sejarah ketatanegaraan Indonesia dan sejarah pemerintahan daerah istimewa Yogyakarta Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta Ditinjau Dari Persfektif Konstitusi (UUD 1945) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus. Sebagai sebuah Provinsi dalm wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia, pelaksanaan pemerintahan daerah di Daerah Istimewa Yoyakarta juga harus tunduk kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun Selain Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat juga daerah lainnya yang diakui secara khusus dalam konsep otonomi khusus yaitu Provinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Papua serta Provinsi Papua Barat. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 berlaku bagi semua daerah tersebut selamatidak diatur tersendiri dalam Undang-Undang lain. 22 Ketentuan tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah di Daerah l Undang Nomor 32 Tahun Hal ini disebabkan karena hingga saat ini undang-undang keistimewaan Yogyakarta belum ditetapkan. Padahal daerah 22 Pasal 225 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

22 lainnya sebagimana yang disebutkan pada Pasal 225 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang tersendiri. DKI Jakarta diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN 4744), kekhususan bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diatur Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (LN 2006 No.62; TLN 4633). Sementara itu, kekhususan Provinsi Papua diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Tahun 2001 No. 135 dan Tambahan Lembaran Negara No. 4151) yang telah diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 2008 (LN Tahun 2008 No. 57 dan TLN No. 4843). Dengan demikian, maka praktis hanya DIY saja yang tidak diatur dalam Undang-undang tersendiri, sehingga pada tahun 2007 terjadi tuntutan untuk segera dibentuknya Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta agar memiliki kejelasan dalam tata pemerintahannya sebagaimana yang terjadi pada daerah otonomi khusus lainnya. 23 Hingga saat ini RUUK DIY tersebut belum dibahasdi DPR untuk mendapatkan persetujuan bersama antara DPR dan Presiden. Puncaknya polemik terjadi ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan statemen tentang keistimewaan Yogyakarta yang tidak boleh bertentangan dengan demokrasi mendapat kecaman dari berbagai pihak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpandangan bahwa Gubernur DIY harus dipilih secara demokratis sesuai dengan amanat Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun Hal

23 ini juga seperti yang dikemukakan oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dalam wawancara dengan JPNN berikut ini: Keistimewaan jogja ini, kalau definisi monarki yang sederhanaitu kan, goverment by the one, jadi dari raja secara turun temurun, kan seperti itu. Di satu pihak ada demokrasi, ada tuntutan dari UUD pasal 18, mengatakan gubernur dipilih secara demokratis. Itu bukan kata presiden, tapi UUD. Jadi presiden mempertimbangkan kondisi monarki dengan amanat UUD itu, itu yang akan dibahas dan belum disimpulkan. 24 Ketentuan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 berbunyi sebagai berikut: Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan dipilih secara demokratis. Rumusan pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tersebut memang memerintahkan agar kepala daerah dipilih secara demokratis. Hal inilah yang kemudian dianut dalam draft RUUK DIY Pasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa Gubernur DIY dipilih secara langsung oleh rakyat, sebagaimana Gubernur Provinsi lainnya yang juga dipilih secaralangsung oleh rakyat bedasarkan ketentuan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Argumentasi yang menyatakan bahwa Gubernur harus dipilih secara demokratis beradasarkan amanat konstitusi pasal 18 ayat (4) juga tidak salah. Akan tetapi penulis juga berpendapat bahwa penyimpangan dari ketentuan ini juga dapat terjadi jika kita juga memperhatikan ketentuan pasal 18B ayat (1) 24 http// 23

24 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi: Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah yang bersifat khusus juga didasarkan pada ketentuan Pasal 18B ayat (1) Undang- Undang Dasar 1945 ini, misalnya Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang menurut ketentuan Pasal 227 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa DKI Jakarta berstatus sebagai daerah otonom dan dibagi kedalam wilayah administrasi setingkat kota yang dipimpin oleh Walikota yang tidak dipilih langsung oleh rakyat dan tidak bersifat otonom. Ketentuan Pasal 227 ayat (2) tersebut berbunyi : Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara berstatus sebagai daerah otonom, dan dalam wilayah administrasi tersebut tidak dibentuk daerah yang berstatus otonom. Jika kita mengacu pada pola yang diterapkan di DKI Jakarta yang tidak menganut konsep pembagian wilayah Provinsi ke dalam wilayah kabupaten/kota yang otonom sebagaimana yang disebutkan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar tahun Berikut ini bunyi ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945: (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. 24

25 (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penulis berpendapat bahwa tidak dibentuknya daerah otonom dalam wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dikarenakan kekhususan yang melekat pada DKI Jakarta sebagai ibukota negara. Kekhususan tersebut tentunya juga berdasarkan pengakuan oleh Pasal 18B ayat (1) undang-undang Dasar Tahun Kekhususan DKI Jakarta juga dapat dilihat dari pengisian jabatan Walikota wilayah administratif yang tidak dipilih langsung sebagaimana yang berlaku pada Walikota-Walikota lainnya di Indonesia. Jika kita membandingkan konsep kekhususan DKI Jakarta dengan konsep keistimewaan Yogyakarta pada masa sebelumnya merupakan suatu hal yang juga sama-sama konstitusional. Hal ini dikarenakan kekhususan yang dimiliki oleh DKI Jakarta selaku Ibukota Negara dan Keistimewaan Yogyakarta berdasarkan aspek historis. Kedua-duanya merupakan sistem pemerintahan daerah yang konstitusional, yaitu sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 18B ayat (1). Penulis berpendapat bahwa Pasal 18B ayat (1) tersebut merupakan pengeculian terhadap ketentuan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang mana satu samalain berdiri sendiri. Dengan demikian, penulis tidak sependapat terhadap draf RUUK DIY yang hendak memisahkan institusi Keraton Jogja dan Kadipaten Paku Alaman dengan jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY dengan mempertahankan argumentasi Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun Padahal 25

26 ketentuan Pasal 18B ayat (1) dapat dijadikan landasan konstitusioanl bagi pemerintah untuk menetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY dalam draft RUUK DIY tersebut dari Sultan Kasultanan Yogyakarta dan dari Adipati Kadipaten Paku Alaman sebagaimana yang telah berlaku selama ini. Terkait dengan nilai-nilai demokrasi, Yogyakarta juga bukan merupakan suatu bentuk pemerintahan yang monarki absolut yang tidak dapat dikontrol oleh rakyat. Gubernur juga tetap dapat dikontrol oleh rakyat melalui DPRD DIY dan tetap bertanggungjawab secara langsung kepada Presiden sebagaimana yang terdapat dalam Amanat 5 September Hal yang berbeda hanyalah mekanisme pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yang menjadi ciri keistimewaan yang dimiliki oleh Yogyakarta, yaitu berasal dari Sultan Kasultanan Yogyakarta dan Adipati Kadipaten Paku Alaman. 26

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 184 BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta PA.VIII/No.K.898/I/A 1975 tentang larangan kepemilikan tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 telah banyak membawa perubahan bagi bangsa Indonesia terhadap beberapa hal. Salah

Lebih terperinci

BAB III URGENSI PASAL 16 DAN 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DIY DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

BAB III URGENSI PASAL 16 DAN 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DIY DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA 56 BAB III URGENSI PASAL 16 DAN 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DIY DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA A. Gubernur dan Wakil Gubernur DIY Dilarang Turut Serta Dalam Perusahaan

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PEMERINTAH PUSAT BERUSAHA MENGHAPUS KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Pitoyo. Abstract

RUANG KAJIAN PEMERINTAH PUSAT BERUSAHA MENGHAPUS KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Pitoyo. Abstract RUANG KAJIAN PEMERINTAH PUSAT BERUSAHA MENGHAPUS KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Pitoyo Abstract To continue process and describing the existence of Daerah Istimewa Yogyakarta, this writing

Lebih terperinci

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HISTORIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS FORUM MASYARAKAT YOGYAKARTA DI JAKARTA DAN SEKITARNYA (FORMAYA) 2011 Tim Penyusun : 1. Drs. H. Tukiman, Ws. SH. MM. MH 2. Prof. Dr. dr. Daldiyono

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi disampaikan dalam acara Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi 2 DPR RI, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, 3

Lebih terperinci

Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta

Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 yang disusun oleh BPUPKI dan disahkan PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 dinyatakan Pembagian daerah Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta I. PEMOHON Muhammad Sholeh, S.H...... selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: Imam Syafii,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG -UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN.. TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RANCANGAN UNDANG -UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN.. TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN UNDANG -UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN.. TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sebagai hukum dasar yang digunakan untuk penmbentukan dan penyelenggaraan Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar, yang pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide negara kesatuan muncul dari adanya pemikiran dan keinginan dari warga

BAB I PENDAHULUAN. Ide negara kesatuan muncul dari adanya pemikiran dan keinginan dari warga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide negara kesatuan muncul dari adanya pemikiran dan keinginan dari warga masyarakat suatu negara untuk membentuk suatu negara yang dapat menjamin adanya persatuan

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012 BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat malam, salam sejahtera bagi kita

Lebih terperinci

Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 02 Desember 2010

Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 02 Desember 2010 Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, 2-12-2010 Kamis, 02 Desember 2010 KONFERENSI PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUU KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih BAB I PENDAHULUAN Tidak mungkin ada monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun nilai demokrasi ( Suara Yogya, 26/11/2010). Itulah pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi

Lebih terperinci

BAB III. A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III. A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta BAB III PENETAPAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis konflik

BAB I PENDAHULUAN. bahasa latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis konflik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik hukum berasal dari kata konflik dan hukum. Konflik berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis konflik diartikan

Lebih terperinci

POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DISUSUN OLEH : NAMA : AHMAD TOHA NIM : 11.12.5642 JURUSAN : S1 SISTEM INFORMASI KELOMPOK : H DOSEN : MOHAMMAD IDRIS.P, DRS,

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Keistimewaan Yogyakarta Sebagaimana yang telah menjadi pengetahuan bersama bahwa pemerintahan di Yogyakarta sudah ada jauh sebelum lahirnya Republik Indonesia.

Lebih terperinci

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Penulis: Suryo Sakti Hadiwijoyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat empat provinsi yang diberikan dan diakui statusnya sebagai daerah otonomi khusus atau keistimewaan yang berbeda dengan Provinsi lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010. BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Dalam tatanan Hukum Pertanahan Nasional, hubungan hukum antara orang, baik warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA), serta perbuatan hukumnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Oleh : Drs. M. Qosim *) 1. Pendahuluan Keberadaan sebuah kerajaan kecil seperti Kadipaten Pakualaman

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. tata kehidupan pemerintahan Indonesia dengan kedudukan yang sangat kokoh,

BAB I P E N D A H U L U A N. tata kehidupan pemerintahan Indonesia dengan kedudukan yang sangat kokoh, 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Yogyakarta, telah diterima sebagai suatu realita dalam tata kehidupan pemerintahan

Lebih terperinci

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5339 DAERAH ISTIMEWA. PEMERINTAHAN. Pemerintah Daerah. Yogyakarta. Keistimewaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah

yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNDANG- UNDANG NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya, dimana Gurbenur dan Wakil Gurbenur tidak dipilih secara demokrasi tetapi merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PROSES PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012

TINJAUAN YURIDIS PROSES PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TINJAUAN YURIDIS PROSES PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 Email: a.khisni00@yahoo.com Abstract The Republic of Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PERINGATAN EMPAT PULUH TAHUN IKATAN WARGA WATES (IWWT) KULONPROGO, YOGYAKARTA DI BANDUNG

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PERINGATAN EMPAT PULUH TAHUN IKATAN WARGA WATES (IWWT) KULONPROGO, YOGYAKARTA DI BANDUNG BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PERINGATAN EMPAT PULUH TAHUN IKATAN WARGA WATES (IWWT) KULONPROGO, YOGYAKARTA DI BANDUNG Wates, 5 Mei 2013 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi 2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi merupakan

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI DI KABUPATEN KULONPROGO. Wates, 11 Maret 2011

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI DI KABUPATEN KULONPROGO. Wates, 11 Maret 2011 BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI DI KABUPATEN KULONPROGO Wates, 11 Maret 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat siang, salam sejahtera bagi kita semua. Yang

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 42/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 42/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 42/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membentang dari Sabang sampai Merauke terbagi dalam provinsi- provinsi yang berjumlah

Lebih terperinci

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah BAB VI KESIMPULAN Dari pengungkapan sejumlah fakta dan rekonstruksi yang dilakukan, penelitian ini menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut ini : Sultan Hamengku Buwono VII adalah seorang raja yang

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DAERAH (GUBERNUR) SECARA LANGSUNG DAN KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

PEMILIHAN KEPALA DAERAH (GUBERNUR) SECARA LANGSUNG DAN KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA PEMILIHAN KEPALA DAERAH (GUBERNUR) SECARA LANGSUNG DAN KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan Istilah sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan ketatanegaraan.

Lebih terperinci

KETENTUAN PERTIMBANGAN ATAU PERSETUJUAN DALAM UNDANG-UNDANG KEMENTERIAN NEGARA

KETENTUAN PERTIMBANGAN ATAU PERSETUJUAN DALAM UNDANG-UNDANG KEMENTERIAN NEGARA KETENTUAN PERTIMBANGAN ATAU PERSETUJUAN DALAM UNDANG-UNDANG KEMENTERIAN NEGARA Oleh: Zaqiu Rahman Naskah diterima : 07 November 2014; disetujui : 14 November 2014 Postur Kabinet Pemerintahan yang Baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi Republik Indonesia. Amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali (1999-2002) berdampak pada perubahan perundang-undangan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani*

Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani* Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani* Sekilas Pandang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah juga Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, merupakan

Lebih terperinci

CATATAN RAPAT KERJA RUUK DIY KOMISI II DPR-RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI KOPO, 16 FEBRUARI 2012

CATATAN RAPAT KERJA RUUK DIY KOMISI II DPR-RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI KOPO, 16 FEBRUARI 2012 CATATAN RAPAT KERJA RUUK DIY KOMISI II DPR-RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI KOPO, 16 FEBRUARI 2012 Tahun Sidang : 2012-2013 Masa Persidangan : III Rapat Ke : - Sifat Jenis Rapat Dengan : Terbuka : Rapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS RAKYAT PAPUA BARAT DALAM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS RAKYAT PAPUA BARAT DALAM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS RAKYAT PAPUA BARAT DALAM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA http://nasional.inilah.com I. PENDAHULUAN Provinsi Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia bagian timur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara mengakui

Lebih terperinci

BAB II PROFIL UMUM PENELITIAN A. SEJARAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa.

BAB II PROFIL UMUM PENELITIAN A. SEJARAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. BAB II PROFIL UMUM PENELITIAN A. SEJARAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat propinsi yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1.1 Profil Daerah Istimewa Yogyakarta. Peta 2.1

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1.1 Profil Daerah Istimewa Yogyakarta. Peta 2.1 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1.1 Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Peta 2.1 1. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaannya dalam konteks historis dimulai dari sejarah berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBENTUKAN DIY DALAM NKRI. tidak dapat dipungkiri. Sejak kebangkitan nasional 20 Mei 1908 para elite-elite

BAB II PEMBENTUKAN DIY DALAM NKRI. tidak dapat dipungkiri. Sejak kebangkitan nasional 20 Mei 1908 para elite-elite 34 BAB II PEMBENTUKAN DIY DALAM NKRI A. Dasar Pembentukan DIY dalam NKRI Peran Yogyakarta dalam pergulatan politik bangsa Indonesia memang tidak dapat dipungkiri. Sejak kebangkitan nasional 20 Mei 1908

Lebih terperinci

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. 1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pemberian landasan berpijak dalam penulisan penelitian ini, maka akan Penulis uraikan mengenai rangkaian teori yang akan digunakan dalam menelusuri pembahasan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya urusan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA 23 BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA A. Masa Tahun 1945-1949 Masa Tahun 1945-1949 sebagai masa berlakunya UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 menghendaki sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 17 Agustus Penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 17 Agustus Penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Desa merupakan entitas penting dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberadaan desa telah ada sebelum NKRI diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat berbagai macam hak-hak atas tanah di atas Tanah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH SEBAGAI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara mengakui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara mengakui dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA Dosen: Muhammad Idris Disusun Oleh: Nama : Dimas Pandu W. NIM : 11.01.3005 Kelompok : B Kelas : 11-D3TI-03 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PENETAPAN PANCASILA Dosen: Muhammad Idris

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah

Lebih terperinci