BAB 3 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 11 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Software Quality Control Seperti yang telah dimukakan di awal, bahwa kualitas adalah suatu parameter yang tidak mudah pengukurannya, yang disebabkan oleh banyaknya variable yang dapat mempengaruhi proses pengukuran. Terlebih lagi apabila produk yang diukur adalah software, dimana software adalah suatu objek yang abstrak. Berdasarkan ISO-9126 Software Product Evaluation Standard yang dibuat oleh International Standard Organization (ISO) tahun 1991, kualitas suatu software dapat didefinisikan dari pengukuran sejumlah atribut/variabel yaitu: a. Kemampuan software untuk memberikan solusi (Functionality) Software didesign untuk menggantikan sistem manual yang sudah ada menjadi sistem komputerisasi yang jauh lebih cepat dan sistematis. Namun seberapa jauh software tersebut dapat menggantikan sistem manual? Tidak sedikit software yang tidak dapat menggantikan sistem manual secara utuh. Biasanya hal tersebut dapat diindikasikan dengan adanya proses manual di tengah-tengah proses komputerisasi. Hal itu dilakukan pengguna software untuk mengatasi masalah tersebut. Suatu software yang baik seharusnya sudah dapat mengantisipasi hal tersebut dan telah menyediakan modul-modul yang dapat memenuhi semua kebutuhan user.

2 12 b. Ketahanan software dalam kurun waktu tertentu (Reliability) Yang dimaksud dengan reliability di sini adalah kemampuan software untuk tetap berfungsi sebagaimana mestinya dalam kurun waktu tertentu walaupun terjadi perubahan-perubahan yang cukup mendasar di dalam sistem. Contoh : di dalam software transaksi jual beli suatu perusahaan dagang, biasanya kita melihat adanya simbol mata uang, katakanlah Rp (Rupiah), apa yang terjadi apabila beberapa waktu yang akan datang perusahaan tersebut berkembang dan memerlukan simbol mata uang $ (Dollar) sebagai pilihan tambahan? Apakah software tersebut sudah diberi fasilitas tersebut? Ataukah harus dimodifikasi lagi oleh developer? c. Kenyamanan pemakaian (Usability) Usability biasa kita kenal dengan user friendly. Yang dimaksud dengan usability adalah kemampuan software untuk dapat digunakan oleh kalangan manapun dengan tingkat kemudahan tertentu. Tingkat kenyamanan tertinggi akan tercapai apabila orang yang bahkan tidak biasa menggunakan komputer dapat menggunakan software tersebut dengan nyaman. d. Ektifitas software (Efficiency) Efektifitas software adalah kemampuan software untuk menggunakan resource komputer (memori, prosesor, Hard Disk, dll) secara efektif dan efisien. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan hardware yang digunakan. Semakin efektif suatu software, maka semakin rendah pula kebutuhan spesifikasi hardware nya, dan sebaliknya.

3 13 e. Kemudahan perawatan (Maintainability) Kemampuan software untuk dapat dimodifikasi oleh developer apabila diperlukan suatu fasilitas tambahan/update. Tidak jarang developer software melakukan perbaikan ataupun penambahan dan pengurangan fasilitas pada produk software mereka. Oleh karena itu, kemudahan untuk merevisi produk sangat diperlukan. Akan sangat menyulitkan apabila setiap ada revisi, maka user harus mengambil ulang ataupun developer harus memberikan ulang semua modul, file, bahkan file aplikasi itu sendiri. Biasanya developer hanya memberikan suatu software lain yang biasa kita kenal dengan sebutan patch, dimana patch ini berukuran jauh lebih kecil dari software induk dan berfungsi untuk merevisi software induk dengan sendirinya sehingga dapat mempermudah proses perawatan software. f. Kemampuan untuk dapat beroperasi di manapun (Portability) Kemampuan software untuk dapat dipindahkan ke unit komputer lain termasuk pada sistem operasi yang berbeda, seperti Microsoft Windows, Macintosh, ataupun Linux, dan dapat digunakan pada beberapa unit komputer sekaligus. Selain keenam atribut di atas, wikipedia juga menambahkan beberapa atribut lainnya seperti : a. Mudah dimengerti (Understandability) Suatu software akan mudah dimengerti apabila tujuan dari software tersebut jelas. Seluruh desain dan dokumentasi sebaiknya dipaparkan ke dalam sebuah tulisan, yang biasanya kita kenal dengan user manual, dimana

4 14 di dalamnya tercantum segala sesuatu yang dapat memudahkan user untuk dapat dengan mudah mengerti bagaimana software tersebut beroperasi, bagaimana cara menggunakannya, bagaimana mengatasi permasalahan yang muncul, dan sebagainya. b. Kelengkapan (completeness) Suatu software harus sudah menyertakan semua library yang digunakan dalam pembuatan code nya. Apabila tidak, maka ketika software tersebut dipindahkan ke komputer lain, misal ke komputer client, software tersebut tidak akan berjalan dengan semestinya karena kekurangan modul/library yang diperlukan. c. Keseragaman code (consistency) Suatu software yang baik memiliki symbol/notasi/code yang seragam di dalam code maupun struktur database-nya. Hal ini sangat berguna untuk proses pembuatan software itu sendiri, dimana apabila code atau struktur database suatu software tidak seragam, maka akan membingungkan programmer software itu sendiri dan akan mengakibatkan kesalahankesalahan yang seharusnya tidak terjadi. d. Dapat diuji (testability) Suatu software yang baik haruslah dapat diuji/dievaluasi kinerjanya. Biasanya tingkat kemudahan pengujian suatu software bergantung pada desain software tersebut. Semakin sederhana desain software, semakin

5 15 mudah untuk diuji, dan sebaliknya semakin rumit desain suatu software, maka akan semakin sulit proses pengujiannya. e. Keamanan data (security) Suatu software yang baik harus dapat menjaga keamanan data client nya terhadap pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Hal ini bisa dibuat dengan membatasi hak akses user, memberikan password, dan lain sebagainya. 3.2 Statistic Process Control (SPC) Statistik process control atau yang sering disebut dengan statistik pengendalian kualitas merupakan aplikasi dari teknik statistik yang mengontrol suatu proses. Peta kontrol merupakan awal dari SPC. Ini merupakan salah satu metode pengendalian kualitas pertama yang dipakai dibidang industri modern. Konsep dasar SPC ialah berdasarkan data yang ada pada operasi yang normal, dengan apa yang terjadi sekarang ini. Data tersebut diperoleh dengan mengambil sampel/contoh dari data dimana suatu operasi sedang berjalan. Data yang dikumpulkan dari operasi pada kondisi normal digunakan untuk menyusun peta kontrol dan batasan kontrol. Peta kontrol dan batasan kontrol sendiri disusun berdasarkan teori statistik yang relevan atau berkaitan dengan data yang dimasukkan. Batasan kontrol ini dirancang sedemikian rupa sehingga jika operasi yang sedang berlangsung tidak terlalu berbeda dengan operasi normal, maka statistik yang dihitung dari data yang sedang berlangsung berada didalam batasan kontrol. Sebaliknya, jika operasi yang sedang berlangsung menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan operasi yang berjalan pada saat normal, maka

6 16 statistik yang dihitung dari data yang sedang berlangsung berada diluar batasan kontrol. Kondisi seperti ini dikatakan sebagai kondisi diluar kontrol. Dalam teori statistic process control, kondisi diluar kontrol biasanya disebabkan oleh sebab-sebab yang telah diketahui dengan pasti, atau bisa juga dikarenakan oleh sebab-sebab khusus, seperti misalnya perubahan dari bahan baku, degradasi atau penyalahgunaan mesin, pergantian operator / user dari suatu mesin, dan lain-lain. Jika kondisi diluar kontrol ini terjadi, maka biasanya proses produksi akan dihentikan untuk mencegah adanya produksi yang tidak sesuai dengan kualitas yang seharusnya, lalu pihak terkait dari perusahaan akan melakukan penyelidikan untuk mencari tahu apa penyebab dari kondisi tersebut terjadi, serta menghilangkan penyebab tersebut. Sehingga dengan demikian maka kualitas dari produk yang dihasilkan akan tetap terjaga. Untuk kasus univariate, dimana hanya ada satu varibabel yang perlu dimonitor dan dikontrol, ada banyak sekali peta kontrol yang tersedia. Untuk variabel atribut, peta kontrol yang populer mencakup fraction defective chart (p chart) dan count chart (c chart). Untuk varibel yang kontinu, peta kontrol yang populer antara lain X-bar chart dan R charts, dan X-bar dan S charts. Akan tetapi pada pembahasan selanjutnya univariat tidak akan dibahas lebih jauh karena metode yang dipakai merupakan bagian dari multivariat. Di dunia industri, variabel yang harus dikontrol dalam proses merupakan multivariat. Sebagai contoh pada perusahaan perakitan mobil. Dimensi dari bagian-bagian yang harus diproses merupakan multivariat dan mempunyai hubungan yang erat. Didalam industri kimia, banyak sekali variabel proses, seperti temperatur, tekanan, dan konsentrasi.

7 17 Sayangnya, pada dunia industri dalam mengatasi multivariat dan hubungan yang erat ini biasanya memakai satu peta kontrol univariat untuk setiap variabelnya. Pendekatan ini menjadikan ada banyak sekali peta kontrol dan dapat membingungkan pengguna / pemakai serta dapat menyebabkan kesalahan keputusan. Oleh sebab itulah perlu dipakainya metode yang bisa mendeteksi untuk multivariat variabel. 3.3 Mahalanobis Distance Taguchi System (MTS) Mahalanobis Taguchi system (Taguchi dan Jugulum, 2002) adalah multivariat data berdasarkan pengenalan pola dan diagnosis sistem yang diajukan oleh pakar kualitas Jepang yang bernama Genichi Taguchi. Pada pendekatan ini, beberapa variabel dalam jumlah besar dari multivariat data dikumpulkan. Lalu data tersebut dikelompokkan berdasarkan untuk yang sehat atau grup yang normal dan data satunya lagi merupakan data untuk grup yang tidak normal atau tidak sehat. Sebagai contoh, pada diagnosis penyakit liver, untuk setiap pasien, banyak sekali tes medikal yang dilakukan. Berarti, setiap pasien yang dilakukan tes memiliki multivariat data. Dalam pendekatan MTS, data-data dari tes diambil dari jumlah orang / sampel yang besar. Pasien yang diketahui sehat dimasukkan pada grup yang disebut grup normal dan tes data yang akan dilakukan akan menjadi patokan bagi untuk membuat batas pengukuran bagi populasi yang sehat. Batas pengukuran ini dihitung menggunakan Mahalanobis distance. Dalam MTS, mahalanobis distance dibuat sedimikian rupa sehingga rata-rata jarak untuk mahalanobis distance untuk grup yang normal kira-kira sama dengan

8 18 1, dimana Taguchi menyebutnya unit space. Untuk objek yang tidak normal, skala dari Mahalanobis distance ialah lebih dari 1. Dalam pendekatan MTS, dianjurkan orang memulai dengan jumlah variabel yang besar / banyak agar kesempatan / peluang untuk data multivariat mempunyai data yang penting cukup besar. Variabel penting dalam kasus ini ialah dapat membuat skala Mahalanobis distance cukup lebar untuk objek abnormal / tidak normal. Lalu percobaan Taguchi s orthogonal array digunakan untuk menyaring variabelvariabel yang ada untuk memperoleh variabel-variabel yang penting. Setelah percobaan orthogonal, grup yang lebih kecil dari variabel-variabel yang penting dipilih untuk sebagai variabel yang perlu untuk dimonitor untuk mendeteksi jika pada masa yang akan datang terdapat kejadian abnormal. Tidak seperti analisa diskriminant, MTS tidak menganggap bahwa grup abnormal merupakan bagian dari populasi yang berbeda karena Dr. Taguchi berpendapat bahwa untuk setiap situasi abnormal adalah kasus yang berbeda. Tidak ada distribusi peluang tertentu digunakan untuk menentukan garis batas sebagai pembeda antara kondisi normal dengan kondisi tidak normal. 3.4 Prinsip kerja Mahalanobis Distance Taguchi System (MTS) Metode Mahalanobis Distance-Taguchi terdiri dari 4 tahap proses. Tiga tahap pertama merupakan bagian dari Mahalanobis Distance, yaitu pembuatan garis batas jarak Mahalanobis, abnormal grup tes, dan penyaringan variabel. Sedangkan tahap ke-4 adalah menentukan nilai ambang dengan quality loss function dan menentukan bagaimana proses dari pengawasan kedepan.

9 Tahap 1 : Membuat garis batas jarak Mahalanobis Pada tahap ini, data kasar variabel-variabel yang diperoleh dari objek yang sehat atau normal dikumpulkan, yang nantinya akan kita sebut dengan objek yang sehat atau normal. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat skala garis batas pengukuran untuk populasi yang sehat. Sebagai contoh, pada analisa kualitas software, kita mengumpulkan data-data dari software yang dianggap baik. Pada umumnya, data kasar yang kita kumpulkan mempunyai format seperti diilustrasikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Format data kasar didalam Mahalanobis Taguchi System Variabel (karakteristik) Object X 1 X2 Xi X p-1 Xp 1 X 11 X 12 X 1i X 1,p-1 X 1,p 2 X 21 X 22 X 2i X 2,p-1 X 2,p K X k1 X k2 X ki X k,p-1 X k,p N X N1 X N2 X Ni X N,p-1 XN,p Average X 1 X 2 X i X p-1 X p Standard deviation S 1 S 2 S i S p-1 S p

10 20 Rumus umum rata-rata dan standar deviasi: X 1 = N i x ki n k = 1 dan S i = N k = 1 ( x ki x N 1 i ) 2 Dengan mengurangi nilai rata-rata dan membagi dengan standar diviasi, maka kita dapatkan data yang telah standar seperti diilustrasikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Data standar Variabel Standar (karakteristik) Objek Z 1 Z 2 Z p 1 Z 11 Z 12 Z 1p 2 Z 21 Z 22 Z 2p K Z k1 Z k2 Z kp N Z N1 Z N2 Z Np Dengan Z ki X X ki i = untuk semua k = 1,..., N, i = 1,...,p S i Jelas terlihat bahwa ini adalah proses serupa dari normalisasi untuk analisis data multivariat.

11 21 Lalu, matriks korelasi dari sampel dibuat dari variabel standar untuk grup yang sehat, yaitu : 1 r21 R =... rp 1 r r p r1 p r 2 p... 1 Dimana r ij = 1 N 1 N k = 1 Z ki Z kj Lalu untuk observasi multivariat, x o = ( x o1, x o2,..., x op ) Kita dapat menghitung skala Mahalanobis distance dengan cara : Langkah 1. Normalisasi x o = ( x o1, x o2,..., x op ) T dengan mengurangi X = ( X 1, X 2,..., X p ) T, dan membagi dengan S 1,S 2,., S p dari set data grup yang sehat. Maka kita akan mendapatkan data observasi normal yang baru seperti berikut : z x X T = ( z01, z02,..., z0 p ) =,..., s1 x 0 p X s p p T Langkah 2. Menghitung skala dari Mahalanobis distance (MD) untuk observasi : 1 MD0 = z p T 0 R 1 z 0

12 22 Catatan : Skala dari Mahalanobis distance adalah Mahalanobis distance umum untuk variabel normal dibagi p, dimana p adalah jumlah variabel yang dihitung. Untuk observasi normal yang baru z 0, Mahalanobis distance umum adalah : D T 1 0 = z0 R z0 Alasan untuk hal ini ialah untuk semua observasi z yang sehat, rata-rata dari skala mahalanobis distance kira-kira sama dengan satu, dimana : 1 E( MD) = E z p T 1 R Z = Tahap 2 : Pengukuran Mahalanobis Sampel Abnormal Tujuan dari metode Mahalanobis-Taguchi adalah secara efektif mengenali observasi baru yang tidak normal dengan melihat besarnya skala dari Mahalanobis distance. Sangatlah pasti bahwa skala Mahalanobis distance secara signifikan lebih besar untuk observasi yang tidak normal. Setelah menetapkan garis batas untuk jarak Mahalanobis, kita perlu melakukan tes apakah skala Mahalanobis cukup sensitif untuk observasi tidak normal. Dalam tahap ini, kita mengumpulkan data multivariat dari objek yang tidak normal. Sebagai contoh, untuk optimalisasi software quality control, kita melakukan tes pada software yang dinilai kurang baik dan mengumpulkan hasil tes nya. Setelah data baru dikelompokkan untuk data yang tidak normal, kita menghitung skala Mahalanobis distance untuk setiap observasi tidak normal. Dapat dipastikan bahwa data baru yang dihitung berdasarkan skala Mahalanobis distance lebih besar dari pada 1, apabila lebih besar maka lebih baik.

13 23 Bagaimana bila data baru yang dihitung berdasarkan skala Mahalanobis distance tidak mencapai nilai lebih besar dari pada 1 untuk sampel tidak normal? Jika hal itu terjadi, maka hal tersebut mengidentifikasikan bahwa variabel yang kita pilih tidak dapat membedakan antara data yang diperoleh dari objek yang normal dengan yang tidak normal. Dalam kasus tersebut, kita harus menambahkan variabel baru dengan harapan variabel baru tersebut dapat memberikan nilai yang lebih baik. Setelah kita menambahkan variabel yang baru, kita harus kembali lagi melakukan langkah pertama, menghitung objek yang sehat dengan variabel yang baru, dan mengatur data yang kasar seperti dijelaskan pada Tabel 3.1 dan menghitung ulang variabel standar serta menentukan garis batas Mahalanobis. Kita harus mengulang proses ini sampai jarak antara skala Mahalanobis distance untuk grup yang sehat dengan yang tidak sehat menjadi cukup besar. Taguchi tidak mencantumkan seberapa besar lebar tersebut secara eksplisit. Bagaimanapun juga, jika dilihat dari cara kerja metode Mahalanobis-Taguchi, jika ada bagian yang dilampaui, jika batas atas dari MD untuk grup yang sehat lebih besar dari batas bawah dari MD untuk grup yang tidak sehat, ini akan menyebabkan banyak kesulitan bagi metode Mahalanobis - Taguchi. Untuk observasi objek yang tidak normal, jika skala dari Mahalanobis distance terlalu besar, hal ini tidak selalu berarti bahwa observasi tersebut merupakan objek yang jelek. Oleh sebab itu, jika ada observasi baru yang mempunyai nilai skala yang tinggi, kita tidak bisa langsung menilai bahwa ini objek yang jelek. Kita perlu melihat terlebih dahulu variabel-variabel yang

14 24 menyebabkan skala Mahalanobis distance menjadi tinggi dan juga jenis dari ketidaknormalan tersebut, sebelum kita mengambil keputusan Tahap 3 : Penyaringan variable menggunakan Taguchi orthogonal array Setelah melewati tahap 1 dan 2, kita pasti sudah mendapatkan nilai skala dari jarak Mahalanobis serta sensitivitasnya melalui kondisi yang tidak normal pada level yang cukup memuaskan. Akan tetapi, kita mungkin memiliki terlalu banyak variabel. Untuk proses pengamatan selanjutnya, semakin banyak variabel berarti semakin tinggi pengeluaran atau biaya untuk pengawasan dan pencegahan. Sebagai contoh, pada optimalisasi software quality control, jika kita mengidentifikasikan ada banyak variabel yang perlu diamati sehingga diperlukan juga banyak tes yang perlu dilakukan untuk mendapatkan nilai dari masingmasing variabel terserbut, maka akan semakin banyak biaya maupun waktu yang diperlukan untuk memperoleh nilai-nilai yang diperlukan. Sedangkan masingmasing variabel memiliki peran dan kapasitas yang berbeda dalam mempengaruhi kualitas suatu software. Beberapa variabel mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kualitas suatu software dibandingkan dengan variabel lainnya. Melihat hal ini, sangat penting untuk menyaring variabel yang dapat memberikan kontribusi yang tidak begitu banyak terhadap proses pengamatan sehingga biaya untuk proses pengamatan selanjutnya dan pencegahan bisa lebih rendah. Taguchi orthogonal array ada berbagai macam, tergantung dari banyaknya variabel yang akan diamati. Antara lain L 4, L 8, L 9,L 12, L 16, L 18, L 27,L 32, L 36 (Six Sigma and Beyond vol V, hal ). Pada umumnya

15 25 semakin tinggi nilai othogonal maka semakin banyak varibel yang dapat diamati atau disaring. Sebagai contoh kita menggunakan L 8. Misalkan kita mempunyai 5 variabel, X 1, X 2, X 3, X 4, X 5. Dengan menggunakan observasi dari grup yang normal kita dapat menetapkan garis batas Mahalanobis, juga mendapatkan nilai matrik R serta R -1. X = ( X 1, X 2,..., X 5 ) T, dan membagi dengan S 1,S 2, S 3, S 4,S 5 dari grup normal data. Kita juga mendapatkan n multivariat data dari grup yang tidak normal. Kita memiliki kumpulan data tersebut dari obserbvasi yang tidak normal : x 1 = ( x 11, x 12,..., x 15 ) x 2 = ( x 21, x 22,..., x 25 ).... x n = ( x n1, x n2,..., x n5 ) Kita akan memilih level 2 orthogonal array dengan lebih dari 5 kolom, sehingga 5 variabel dapat dipenuhi. Pada contoh ini, kita mimilih array L 8 (2 7 ) dan percobaan penyaringan diilustrasikan pada Tabel 3.3.

16 26 Tabel 3.3 Tampilan dari tipe Orthogonal Array untuk penyaringan variabel Kolom L8 Array Skala Mahalanobis distance S/N Expt. Run X 1 X 2 X 3 X 4 X n Ŋ MD 11 MD 12 MD 1n Ŋ MD 21 MD 22 MD 2n Ŋ MD 81 MD 82 MD 8n Ŋ 8 Pada tampilan orthogonal array, level 1 berarti inclusion dan level 2 berarti exclusion dari koresponding variabel. Kolom yang kosong berarti tidak ada variabel yang ditempatkan didalamnya. Untuk percobaan array orthogonal seperti digambarkan pada Tabel 3.3, untuk percobaan pertama yang dilakukan, setting dari orthogonal array ialah , untuk X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, yang berarti bahwa semua atau kelima variabel digunakan untuk menghitung skala Mahalanobis distance untuk n objek yang tidak normal. Untuk percobaan kedua yang dilakukan, setting dari orthogonal array ialah untuk X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, yang berarti hanya X 1, X 2, X 3, yang digunakan untuk menghitung skala Mahalanobis distance untuk n objek yang

17 27 tidak normal. X 4, X 5 tidak digunakan dalam perhitungan. Dan seterusnya sampai percobaan ke-8. Seperti percobaan Taguchi orthogonal array lainnya, signal-to-noise ratio (S/N) digunakan sebagai alat ukur untuk memilih variabel yang penting. Seperti digambarakan pada Tabel 3.3 untuk setiap percobaan yang dijalankan, dari 1 sampai 8, n skala Mahalanobis distance dicari / dihitung untuk semua n objek yang tidak normal dengan variabel yang dipilih, yaitu MD 11,..., MD in. Dengan terminologi Taguchi, skala dari Mahalanobis distance memiliki karakteristik semakin besar semakin baik, karena dari obsevasi yang tidak normal, semakin besar skala Mahalanobis distance, semakin mudah sensitivitas dari skala Mahalanobis diukur. Berikut merupakan rumus dari signal-to-noise ratio yang digunakan : 2 n 1 1 η i = log10 untuk semua i = 1,2,...,8. n j= 1 MDij

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas dan kuantitas, dua kata yang hampir serupa dan sering kali

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas dan kuantitas, dua kata yang hampir serupa dan sering kali 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dan kuantitas, dua kata yang hampir serupa dan sering kali digunakan secara berdampingan dalam kehidupan kita sehari-hari, memiliki suatu fungsi yang sama

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Agar penelitian berjalan dengan lebih terarah dan sistematis, maka digunakan flowchart sebagai pedoman dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berbagai macam industri mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Kebutuhan Sarana Untuk menjalankan aplikasi, pengguna harus memenuhi beberapa persyaratan perangkat keras dan perangkat lunak. Persyaratan tersebut akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu universitas, salah satu analisis yang dapat dilakukan untuk melihat perkembangan prestasi akademik seorang mahasiswa adalah dengan memantau nilai

Lebih terperinci

Manajemen kualitas proyek (Project Quality Management)

Manajemen kualitas proyek (Project Quality Management) Manajemen kualitas proyek (Project Quality Management) Manajemen kualitas proyek merupakan knowledge area yang sulit untuk didefinisikan. ISO mendefinisikan kualitas sebagai totalitas karakteristik dari

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMELIHARAAN SOFTWARE

PENTINGNYA PEMELIHARAAN SOFTWARE Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir. Imam Suroso, Msc (CS) Kelas : R-50 PENTINGNYA PEMELIHARAAN SOFTWARE Disusun Oleh : Artadi Nugraha P056121791.50 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS

Lebih terperinci

APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN TAGUCHI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR PDAM TIRTA MON PASE LHOKSUKON ACEH UTARA. Halim Zaini 1

APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN TAGUCHI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR PDAM TIRTA MON PASE LHOKSUKON ACEH UTARA. Halim Zaini 1 APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN TAGUCHI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR PDAM TIRTA MON PASE LHOKSUKON ACEH UTARA Halim Zaini 1 1 Staf Pengajar email : halimzain60@gmail.com ABSTRAK Kualitas air PDAM Tirta Mon

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 69 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Pakar Spesifikasi sistem (hardware dan software) sangat perlu diperhatikan agar prototipe sistem pakar dapat berjalan dengan baik. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Kualitas Kualitas adalah sesuatu yang terus menerus dicari oleh manusia. Manusia mencari pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dirinya, begitu pula

Lebih terperinci

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Administrasi Desa Berbasis Client Server di Desa Kaliurang

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Administrasi Desa Berbasis Client Server di Desa Kaliurang ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN ADMINISTRASI DESA BERBASIS CLIENT SERVER DI DESA KALIURANG ( Analyses and Design Of Village Administration in Information System Services Based on Client

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

Auditing. Obyektif. 3.1 Phase Audit Sistem Informasi

Auditing. Obyektif. 3.1 Phase Audit Sistem Informasi HOME DAFTAR ISI B3 Auditing Obyektif Mengetahui phase-phase dalam audit sistem informasi Mengetahui proses evaluasi dan pengujian dalam audit sistem informasi 3.1 Phase Audit Sistem Informasi Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap menggambarkan jalannya proses penelitian atau pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebenarnya tidaklah mudah mendefinisikan kualitas secara tepat. Konsep

BAB II LANDASAN TEORI. Sebenarnya tidaklah mudah mendefinisikan kualitas secara tepat. Konsep 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Sebenarnya tidaklah mudah mendefinisikan kualitas secara tepat. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk

Lebih terperinci

Modul ke: Aplikasi Komputer. Sistem Operasi Komputer. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Nursidhi, SPd, MDs. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: Aplikasi Komputer. Sistem Operasi Komputer. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Nursidhi, SPd, MDs. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: 03 Agus Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Aplikasi Komputer Sistem Operasi Komputer Nursidhi, SPd, MDs. Program Studi MANAJEMEN Sistem Operasi Pengertian sistem operasi sendiri adalah seperangkat program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membantu setiap pekerjaan dalam bidang komputerisasi. Dalam hal ini laptop

BAB I PENDAHULUAN. dalam membantu setiap pekerjaan dalam bidang komputerisasi. Dalam hal ini laptop BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa teknologi informasi dan komputer merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK Pemrosesan gambar secara digital telah berkembang dengan cepat. Pengolahan gambar ini didukung dengan kemajuan teknologi perangkat keras yang signifikan. Produk produk pengolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Dewasa ini fungsi komputer semakin dimanfaatkan dalam segala bidang. Baik di bidang pendidikan, bisnis, ataupun penelitian. Penggunaan komputer kini tidak lagi terbatas

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN SISTEM INFORMASI PENCATATAN PERJANJIAN SEWA MOBIL PADA 7 RENTAL

ANALISA DESAIN SISTEM INFORMASI PENCATATAN PERJANJIAN SEWA MOBIL PADA 7 RENTAL ANALISA DESAIN SISTEM INFORMASI PENCATATAN PERJANJIAN SEWA MOBIL PADA 7 RENTAL (Design Analysis of information for vehicle rental contract documentation at 7 rental s) Andyka Risky Pratama* 1 Jl. Zainal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

TUGAS UJIAN INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

TUGAS UJIAN INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TUGAS UJIAN INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN UJIAN AKHIR TRIWULAN (TAKE HOME) URGENSI MAINTAINABILITY DARI SUATU SOFTWARE Oleh: Soetjie Poernama Sari P056101301.45 Dosen: Dr. Ir. Arif Imam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

1. Mana di bawah ini yang bukan termasuk dalam kelompok pengendalian umum:

1. Mana di bawah ini yang bukan termasuk dalam kelompok pengendalian umum: Latihan Soal 1 1. Mana di bawah ini yang bukan termasuk dalam kelompok pengendalian umum: 1 a. Pengendalian organisasi. b. Pengendalian administrative. c. Pengendalian substantive d. Pengendalian hardware

Lebih terperinci

Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional. 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer. telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat

Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional. 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer. telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat L1 Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional No. Pertanyaan Y T Keterangan 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat diselesaikan tepat waktu dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan antara perusahaan industri satu dengan yang lainnya menyebabkan semakin banyak dan beragam industri saat ini yang berusaha untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 Persyaratan Produk

BAB 1 Persyaratan Produk BAB 1 Persyaratan Produk Teknologi pengolahan citra digital sudah berkembang sangat pesat pada saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk pengolahan citra digital yang ditawarkan di pasaran.

Lebih terperinci

OPTIMASI MULTI RESPON DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI-GREY PADA PROSES FOAMING PRODUK SPONGE SHEET SLAA UNTUK MENURUNKAN BIAYA KERUGIAN

OPTIMASI MULTI RESPON DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI-GREY PADA PROSES FOAMING PRODUK SPONGE SHEET SLAA UNTUK MENURUNKAN BIAYA KERUGIAN OPTIMASI MULTI RESPON DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI-GREY PADA PROSES FOAMING PRODUK SPONGE SHEET SLAA UNTUK MENURUNKAN BIAYA KERUGIAN Andri Maulana Novianto 1*) dan Bobby Oedy P. Soepangkat 2) Manajemen

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM Analisa merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem dan merupakan tahap fundamental yang dapat menentukan kualitas sistem informasi yang dikembangkan. Analisa sistem adalah sebuah

Lebih terperinci

REKAYASA KUALITAS DALAM PENENTUAN SETTING MESIN DENGAN METODE TAGUCHI (PRODUK KAIN POLYESTER) Rudy Wawolumaja, Lindawati

REKAYASA KUALITAS DALAM PENENTUAN SETTING MESIN DENGAN METODE TAGUCHI (PRODUK KAIN POLYESTER) Rudy Wawolumaja, Lindawati REKAYASA KUALITAS DALAM PENENTUAN SETTING MESIN DENGAN METODE TAGUCHI (PRODUK KAIN POLYESTER) Rudy Wawolumaja, Lindawati Abstrak Penelitian ini dilakukan di pabrik tekstil, P. X Bandung. Masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software Dalam pembuatan program aplikasi ini digunakan komputer dengan spesifikasi hardware sebagai berikut: 1) Processor : Pentium IV 2.80

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu: BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Penerimaan dan Pembayaran Siswa/Siswi Baru yaitu: A. Software

Lebih terperinci

SOFTWARE QUALITY ASSURANCE

SOFTWARE QUALITY ASSURANCE SOFTWARE QUALITY ASSURANCE Software Maintenance TKB5351 Penjaminan Mutu Perangkat Lunak Chalifa Chazar www.script.id chalifa.chazar@gmail.com Introduction Berapa lama waktu operasional perangkat lunak?

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SPC DAN TAGUCHI DALAM IDENTIFIKASI FAKTOR KECACATAN PRODUK RIM

PENERAPAN METODE SPC DAN TAGUCHI DALAM IDENTIFIKASI FAKTOR KECACATAN PRODUK RIM PENERAPAN METODE SPC DAN TAGUCHI DALAM IDENTIFIKASI FAKTOR KECACATAN PRODUK RIM Cahyono dan Mulki Siregar Teknik Industri Universitas Islam Jakarta cahyono76@gmail.com Abstrak Meminimalkan produk cacat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Sistem seperti yang ditulis dalam buku analisis dan disain sistem informasi Jogianto HM didefinisikan sebagai kumpulan dari elemenelemen yang berinteraksi untuk

Lebih terperinci

STRUKTUR SISTEM OPERASI

STRUKTUR SISTEM OPERASI STRUKTUR SISTEM OPERASI STRUKTUR SISTEM OPERASI 1. Komponen-Komponen Sistem a. Manajemen Proses Proses adalah keadaan ketika sebuah program sedang di eksekusi. Sebuah proses membutuhkan beberapa sumber

Lebih terperinci

Pengukuran Perangkat Lunak. Pengantar

Pengukuran Perangkat Lunak. Pengantar Pengukuran Perangkat Lunak Rekayasa Perangkat Lunak STMIK-AUB SURAKARTA Pengantar Pengukuran adalah suatu hal pokok pada perekayasaan perangkat lunak atau software. Jangkauan luas pengukuran pada perangkat

Lebih terperinci

FORMAT LAPORAN KERJA PRAKTEK

FORMAT LAPORAN KERJA PRAKTEK FORMAT LAPORAN KERJA PRAKTEK JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM 2008 FORMAT LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMBUKAAN Bagian ini memuat: Halaman Judul Halaman Pengesahan Pembimbing Halaman

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI. pada jaringan komputer berbasis Windows, oleh karena itu diperlukan spesifikasi

BAB 4 IMPLEMENTASI. pada jaringan komputer berbasis Windows, oleh karena itu diperlukan spesifikasi BAB 4 IMPLEMENTASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Program Aplikasi Pencarian Rute Terpendek dirancang untuk dapat berjalan pada jaringan komputer berbasis Windows, oleh karena itu diperlukan spesifikasi tertentu

Lebih terperinci

BAB I Gambaran Pemeriksaan SI (Overview of Information System Auditing)

BAB I Gambaran Pemeriksaan SI (Overview of Information System Auditing) BAB I Gambaran Pemeriksaan SI (Overview of Information System Auditing) Gbr.2.1. Performance Information System Reason AKS - bab 2 Hal : 1 Information System Auditing Defined Audit SI adalah proses mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Dalam perkembangan dunia yang semakin pesat ini, komputer menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan segala permasalahan di semua bidang kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 54 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah : Processor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pencaharian penduduk Propinsi D. I. Yogyakarta sebagian besar terletak pada sektor agraris. Contoh sektor agraris adalah pertanian, perikanan ataupun perkebunan.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat menyebabkan kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat dan akurat

Lebih terperinci

Pemrograman dengan C++ Builder 2004 Taryana S Pendahuluan C++ Builder adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk pengembangan dengan

Pemrograman dengan C++ Builder 2004 Taryana S Pendahuluan C++ Builder adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk pengembangan dengan 1.1. Pendahuluan C++ Builder adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk pengembangan dengan memanfaatkan keistimewaan konsep- konsep antar muka grafis dalam Microsoft Windows. Aplikasi yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. aplikasi sistem informasi geografis ini adalah : a. Spesifikasi perangkat keras minimum : memori 64 MB.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. aplikasi sistem informasi geografis ini adalah : a. Spesifikasi perangkat keras minimum : memori 64 MB. 92 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Perangkat keras (Hardware) Perangkat keras yang dibutuhkan untuk mengoperasikan program aplikasi sistem informasi geografis ini adalah : a. Spesifikasi

Lebih terperinci

Sistem, Sub Sistem dan Supra Sistem

Sistem, Sub Sistem dan Supra Sistem Bab 2 Teguh Wahyono PPTI UKSW MEMAHAMI SISTEM INFORMASI Bab ini menjelaskan tentang : Pengertian Sistem. Parameter sebuah sistem. Klasifikasi sistem. Pengendalian sistem Pengertian Sistem Informasi. Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Barcode adalah suatu representasi data ke dalam suatu citra (image) yang dapat dibaca oleh mesin, citra ini memiliki data-data tertentu mengenai suatu produk. Barcode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan otonomi yang dimiliki perusahaan daerah untuk mengelola air minum menghadapi masalah pemetaan. Masalah pemetaan ini disebabkan oleh pembagian wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat berkembangnya terutama mengenai sistem informasinya. Ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat berkembangnya terutama mengenai sistem informasinya. Ini BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini di Indonesia perkembangan akan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat berkembangnya terutama mengenai sistem informasinya. Ini membuat suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut (Ladjamudin, 2005), Sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Jogiyanto 2001: 1) Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Jogiyanto 2001: 1) Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Definisi sistem ada dua pendekatan yaitu menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen atau elemen. Untuk pendekatan yang menekankan pada prosedur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama Statistical Process Control (SPC) ialah untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Kualitas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan

Lebih terperinci

Perbedaan pengembangan software dengan pengembangan sistem informasi

Perbedaan pengembangan software dengan pengembangan sistem informasi Perbedaan pengembangan software dengan pengembangan sistem informasi Oleh : SITI JAMILLAH Setiap perusahaan senantiasa melakukan pengembangan terhadap sistemnya untuk memperbaiki sistem yang lama yang

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah. Desain Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Kontrak Kuliah. Desain Sistem. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Kontrak Kuliah Desain Sistem Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Desain Sistem Setelah tahap analisis selesai, maka analis sistem mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Setelah itu tiba waktunya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI.1. Tinjauan Pustaka Ghani (013) dalam jurnal berjudul Philosophy of Taguchi Approach and Method in Design of Experiment mengungkapkan persaingan dunia usaha saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan yang teridentifikasi adalah PT. Vonex Indonesia belum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan yang teridentifikasi adalah PT. Vonex Indonesia belum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada Bab I bahwa permasalahan yang teridentifikasi adalah PT. Vonex Indonesia belum memiliki cara untuk mengatur proses stabilitasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pihak-pihak yang terkait dengan transaksi transfer: a. Remitter/Applicant, yaitu pemilik dana (pengirim) yang akan

BAB III LANDASAN TEORI. Pihak-pihak yang terkait dengan transaksi transfer: a. Remitter/Applicant, yaitu pemilik dana (pengirim) yang akan 12 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Transfer Bank Transfer adalah pemindahan dana antar rekening di suatu tempat ke tempat yang lain, baik untuk kepentingan nasabah atau untuk kepentingan bank itu sendiri. Pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang komplek menjadi

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Analisis System Mulyadi, S.Kom, M.S.I Analisa Sistem Analisis sistem - teknik pemecahan masalah yang menguraikan sistem ke dalam beberapa komponen dengan tujuan mempelajari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN. menggunakan komputer Notebook Compaq Presario M2232AP dengan spesifikasi

BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN. menggunakan komputer Notebook Compaq Presario M2232AP dengan spesifikasi 59 BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software Implementasi dan pengujian rancangan program aplikasi dilakukan dengan menggunakan komputer Notebook Compaq Presario M2232AP

Lebih terperinci

BAB 4 IMPELEMENTASI DAN EVALUSAI. aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut : a. Prosesor intel premium Ghz atau yang setara.

BAB 4 IMPELEMENTASI DAN EVALUSAI. aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut : a. Prosesor intel premium Ghz atau yang setara. BAB 4 IMPELEMENTASI DAN EVALUSAI 4.1 Implementasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Hardware Spesifikasi minimum hardware yang digunakan untuk menjalankan aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut : a. Prosesor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem a. Sistem adalah merupakan suatu kumpulan atau himpunan dari unsurunsur atau variable-variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK DOSEN : WACHYU HARI HAJI, S.KOM, MM UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Mukhamat

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) ( X Print) A 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) ( X Print) A 6 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 6 Perbandingan Diagram Kontrol X Shewhart dan X VSSI (Variable Sample Size and Sampling Interval) dalam Pengendalian Kualitas

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 Kebutuhan Implementasi Tahap implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan perancangan sistem dan dapat dipandang sebagai suatu usaha dalam mewujudkan sistem yang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan metode pendekatan mundur ini, dibuat dan diuji pada komputer dengan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan metode pendekatan mundur ini, dibuat dan diuji pada komputer dengan 52 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Komputer Rancangan program aplikasi optimalisasi biaya produksi cetak dengan menggunakan metode pendekatan mundur ini, dibuat dan diuji pada komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada penelitian untuk kerja praktek yang dilakukan sebelumnya telah dibuat sebuah aplikasi penjadwalan sidang otomatis dengan menggunakan algoritma genetik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari sistem informasi yang

BAB III ANALISIS SISTEM. Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari sistem informasi yang BAB III ANALISIS SISTEM Analisis sistem didefinisikan sebagai penguraian dari sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

KUALITAS PERANGKAT LUNAK. Ni Wayan Sumartini Saraswati

KUALITAS PERANGKAT LUNAK. Ni Wayan Sumartini Saraswati KUALITAS PERANGKAT LUNAK Ni Wayan Sumartini Saraswati DEFINISI DARI IEEE The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) mendefinisikan kualitassebagai the degree to which a system, component

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tujuan, latar belakang, gambaran sistem, batasan masalah, perincian tugas yang dikerjakan, dan garis besar penulisan skripsi. 1.1. Tujuan 1. Merancang dan merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Data Pengertian data adalah : Data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktifitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan dasar-dasar yang digunakan dalam pembuatan kerja praktek ini. Sebagai langkah awal menyusun Laporan Kerja Praktek perlu dipahami terlebih dahulu mengenai

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dapat menunjang berjalannya sistem agar berjalan secara optimal. Dimana

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dapat menunjang berjalannya sistem agar berjalan secara optimal. Dimana BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Dalam menjalankan suatu sistem perlu diperhatikan sistem spesifikasi apa saja yang dapat menunjang berjalannya sistem agar berjalan secara optimal. Dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam urutan proses pembangunan software, pengujian software adalah tahap yang dilakukan setelah implementasi atau pengkodean. Pengujian software atau software

Lebih terperinci

PRODI S1 STATISTIKA FMIPA-ITS RENCANA PEMBELAJARAN Perancangan Kualitas Kode/sks : SS141413/ (2/1/0 ) Dosen : SS Semester : V

PRODI S1 STATISTIKA FMIPA-ITS RENCANA PEMBELAJARAN Perancangan Kualitas Kode/sks : SS141413/ (2/1/0 ) Dosen : SS Semester : V RP-S1-SI-06 Kurikulum 2014, Edisi : September-2014.Revisi : 00 Hal: 1 dari 8 A. CAPAIAN PEMBELAJARAN : CP 1.2 : Menentukan optimasi melalui perancangan eksperimen. CP15.2 : Mampu mengelola dan bekerja

Lebih terperinci

Konsep Dasar Malware Analysis

Konsep Dasar Malware Analysis 8/19/2011 Konsep Dasar Malware Analysis Mochammad Firdaus Agung Pengertian serta penjelasan metode secara umum mengenai Malware Analysis Konsep Dasar Malware Analysis Mochammad Firdaus Agung Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi sudah merupakan satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi merupakan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek merupakan suatu tata cara mengorganisir dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk menyelesaikan proyek dari awal sampai selesainya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan dalam memperoleh berbagai data untuk diproses menjadi informasi yang lebih akurat sesuai permasalahan yang akan diteliti.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini komputer semakin banyak dimanfaatkan baik pada perusahaan menengah ke atas maupun pada perusahaan kecil. Komputer berfungsi untuk mengolah data-data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi software, hardware, metode, dan teknik dalam penelitian. 3.1.1 Perangkat Lunak/Software Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. harus dijalankan diantaranya adalah: hal-hal yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. harus dijalankan diantaranya adalah: hal-hal yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut: BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 Implementasi sistem Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakan sistem supaya siap untuk dioperasikan. Dalam implementasi perancangan aplikasi web E-Commerce

Lebih terperinci

Gambar Tampilan Layar Cari Data Tabel Pemeliharaan Menu Grup Gambar Tampilan Layar Data Tabel Pemeliharaan Menu Grup

Gambar Tampilan Layar Cari Data Tabel Pemeliharaan Menu Grup Gambar Tampilan Layar Data Tabel Pemeliharaan Menu Grup 490 Pemeliharaan Menu Pemeliharan menu digunakan untuk mendefinisikan kode-kode dari halaman group menu dan halaman menu (menu item) yang ada dalam lingkup user. Tampilan halamanya adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan informasi yang tepat, akurat dan cepat semakin dibutuhkan oleh semua orang dengan intensitas yang semakin meningkat seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Implementasi aplikasi Control Chart proses produksi PT. Dharma Gravire ini memerlukan beberapa sarana pendukung, seperti perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK 1.1. Pendahuluan Informasi untuk suatu perusahaan peminjaman bus sangatlah penting. Dikarenakan sering adanya keterlambatan datangnya bus ataupun bentroknya jadwal peminjaman sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP KEKUATAN TARIK BENANG KARUNG PLASTIK PADA MESIN EXTRUDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI DI PT

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP KEKUATAN TARIK BENANG KARUNG PLASTIK PADA MESIN EXTRUDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI DI PT ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP KEKUATAN TARIK BENANG KARUNG PLASTIK PADA MESIN EXTRUDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI (PERSERO) PK. ROSELLA BARU SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan informasi yang tepat, akurat dan cepat semakin dibutuhkan oleh semua orang dengan intensitas yang semakin meningkat seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Jogiyanto H.M (2001:2) Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan 1.1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Sistem informasi adalah sekumpulan fungsi yang bekerja secara bersamasama didalam mengelola, mengumpulkan, menyimpan, memproses, serta melakukan pendistribusian informasi.

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. yang baru, maka di bawah ini akan diuraikan piranti-piranti yang mendukung

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. yang baru, maka di bawah ini akan diuraikan piranti-piranti yang mendukung BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem yang Digunakan Setelah pada bab sebelumnya menjelaskan tentang analisis dan desain sistem yang baru, maka di bawah ini akan diuraikan piranti-piranti yang mendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi,

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Entity Relationship Diagram Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan teknik yang digunakan untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi, biasanya oleh System Analys

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Menurut Jogiyanto (2005:638), Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci