VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA"

Transkripsi

1 VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN JUNITA NADITIA. Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau). Dibimbing Oleh RIZAL BAHTIAR. Sungai Siak merupakan sungai yang mengalir di Provinsi Riau yang ditetapkan sebagai sungai yang terdalam di Indonesia dengan kedalaman 8 12 meter. Sungai Siak sebagai sungai besar yang melintasi Kota Pekanbaru ibukota Provinsi Riau dimana keberadaan sungai ini menunjang sistem perekonomian di Kota Pekanbaru. Tujuan dari penelitian ini, yaitu : (1) mengetahui penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru, (2) mengetahui preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru, (3) menghitung nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga April Penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan ekosistem sungai dan preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sementara itu, untuk menghitung nilai ekonomi total (total economic value) menggunakan metode valuasi ekonomi. Penilaian masyarakat di sekitar Sungai terhadap keberadaan dari ekosistem Sungai Siak dimana sejauh ini ekosistem Sungai Siak mengalami perubahan, seluruh responden yang diwawancarai mengaku merasakan perubahan dari ekosistem sungai. Hal ini dibuktikan sebanyak 60 % responden atau 39 responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak dalam keadaan yang buruk. Sebanyak 49,24 % responden atau 32 responden mengaku perubahan dari ekosistem sungai terjadi sekitar 0-10 tahun yang lalu. Perubahan dari ekosistem sungai dalam bentuk perubahan dari kualitas air sungai dan lingkungan akibat pencemaran, berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity), dan intensitas terjadinya banjir yang semakin meningkat. Sebanyak 100 % responden atau seluruh responden menyatakan setuju terhadap perbaikan dari ekosistem Sungai Siak. Perubahan dari ekosistem Sungai Siak berpengaruh buruk terhadap perekonomian dari masyarakat yang tinggal dan menjadikan Sungai Siak sebagai sumber matapencahariannya. Preferensi masyarakat terhadap kelestarian dari ekosistem sungai dimana masyarakat menginginkan perbaikan dari kualitas air dan lingkungan yang sudah tercemar, penambahan jumlah ikan dan udang, perbaikan sistem drainase untuk mencegah terjadinya banjir. Diperoleh nilai ekonomi total (total economic value) dari ekosistem Sungai Siak Kota Pekanbaru sebesar Rp ,11 per tahun. Nilai ekonomi total (total economic value) terdiri dari nilai ekonomi kegunaan (use value) dan nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) dimana nilai ekonomi kegunaan (use value) sebesar Rp ,54 per tahun yang merupakan penjumlahan dari manfaat langsung (direct use value) sebesar Rp ,54 per tahun dan manfaat tidak langsung (indirect use value) sebesar Rp ,00 per tahun. Nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) sebesar Rp ,57 per tahun yang merupakan iii

3 penjumlahan dari manfaat keberadaan sebesar Rp ,71 per tahun dan manfaat pilihan sebesar Rp ,86 per tahun. Kata kunci : Sungai, Ekosistem sungai, Valuasi ekonomi, Nilai ekonomi total iv

4 VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 v

5 Judul Skripsi : Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai (Studi kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) Nama NRP : Junita Naditia : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus : vi

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Junita Naditia H ii

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan, dukungan, dan membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada : 1. Ibunda (drh. Sri Mulyati), Ayahanda (Dedih Hermawan, SP, MM), Adik (Shine Rani Diansari) atas segala perhatian, doa, kesabaran, pengorbanan, segala kasih sayang, cinta dan nasehat yang bertujuan memberikan yang terbaik bagi penulis. 2. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, kritik, perhatian, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen penguji komisi pendidikan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 4. Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. 5. Teman-teman satu bimbingan skripsi. 6. Teman-teman ESL 44 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa, bantuan, dan kebersamaanya selama ini. 7. Dosen-dosen dan staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi. vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya juga telah memberikan kemudahan atas segala kesulitan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun terutama untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya. Bogor, Juli 2011 Junita Naditia H viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PERNYATAAN... RINGKASAN... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Pengertian Ekosistem Klasifikasi Ekosistem Sungai Pengertian Sungai Klasifikasi Sungai Karakteristik Sungai Fungsi dan Manfat Sungai Ekosistem Sungai Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Konsep Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel i ii iii v vi vii viii ix xi xiii xiv ix

10 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Valuasi Ekonomi Contingent Valuation Method Metode Nilai Pasar Metode Biaya Pengganti V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kondisi dan Pemanfaatan Sungai Siak Keadaan Umum Kecamatan yang dilalui Sungai Siak di Kota Pekanbaru Kecamatan Payung Sekaki Kecamatan Lima Puluh Kecamatan Rumbai Pesisir Kecamatan Rumbai Kecamatan Senapelan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Preferensi Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Kelestarian Ekosistem Sungai Siak Analisis Estimasi Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak Manfaat Langsung Manfaat Tidak Langsung Manfaat Pilihan Manfaat Keberadaan VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Matriks Metode Analisis Data Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Payung Sekaki Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Lima Puluh Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun xi

12 16 Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Senapelan Tahun Harga Jenis-Jenis Tangkapan di Sungai Siak Nilai Manfaat Ekonomi Ikan dan Udang Nilai Ekonomi Air Baku PDAM Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Sungai Siak Nilai Sektor Pengendali Banjir Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak xii

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Nilai Ekonomi Total Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Asal Penduduk Tingkat Pendidikan Tingkat Penghasilan Kondisi Ekosistem Sungai Siak Perubahan Ekosistem Sungai Siak Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak Pembagian Nelayan xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kuisioner Responden Peta Hidrologi/Jaringan Sungai Kota Pekanbaru Nilai Manfaat Nelayan Ikan dan Udang Nilai Manfaat Nelayan Ikan Nilai Manfaat Nelayan Ikan Keramba Nilai Air Baku PDAM Nilai Manfaat Pilihan Nilai Manfaat Keberadaan Dokumentasi Penelitian xiv

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai sebagai sumber kehidupan yang ada di bumi yang memiliki banyak manfaat yang berguna bagi kehidupan manusia. Sungai merupakan perairan mengalir dari tingkatan lebih atas yang menunjukkan bagian hulu dan kemudian mengarah ke bawah yang menunjukkan bagian hilir. Di Indonesia terdapat sedikitnya sungai utama dan anak sungai, dari sungai utama panjang totalnya mencapai km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai km 2. Sungai juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati (biodiversity), nilai ekonomi budaya, transportasi, dan juga pariwisata 1. Walaupun luasannya tidak sebesar laut, tetapi sungai berperan penting dalam kehidupan. Ekosistem sungai sebagai habitat dari makhluk hidup, terdiri dari berbagai komponen abiotik dan biotik yang saling berkaitan dan saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk suatu unit yang fungsional. Apabila fungsinya terganggu akan menyebabkan rusaknya keseimbangan alam. Saat ini pemanfaatan sungai dilakukan secara berlebihan tanpa memikirkan dampak dan akibatnya. Banyak sungai yang rusak dan tercemar akibat limbah oleh rumah tangga maupun oleh perusahaan perusahaan atau industri yang ada di sekitar sungai. Rusaknya ekosistem sungai berdampak negatif khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Ekosistem sungai yang rusak menyebabkan menurunnya jumlah debit air secara fluktuatif pada musim hujan dan kemarau, penurunan cadangan air serta penurunan jasa lingkungan. 1 Alamendah. Diakses pada tanggal 20 Desember 2010

16 Sektor ekonomi juga ikut berimbas akibat rusaknya ekosistem sungai. Menurut perspektif ekonomi, Fauzi (2006) menyatakan pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumber daya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada salah satu sungai yang ada di Pulau Sumatera, yaitu Sungai Siak yang berada di Provinsi Riau, yang termasuk ke dalam sungai strategis secara nasional dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas ,04 ha dengan panjang 572 km. Selain itu sungai ini juga ditetapkan sebagai sungai terdalam di Indonesia dengan kedalaman 8-12 m. Kondisi ekosistem Sungai Siak dahulu sangat baik. Seiring bertambahnya waktu mengalami banyak perubahan. Perkembangan penduduk dan ekonomi mempengaruhi perubahan ekosistem Sungai Siak secara signifikan yang kemudian mendorong berkembangnya kawasan industri dan permukiman. Masyarakat di bagian hulu sungai bergantung pada sektor pertanian yang lebih dominan terutama usaha tani tanaman semusim dan juga perkebunan rakyat seperti perkebunan kelapa sawit, karet, dan gambir. Di bagian hilir, kehidupan sosial ekonomi masyarakat lebih beragam, karena adanya kegiatan industri, pertambangan, dan pengangkutan atau jasa transportasi yang semakin memacu berkembangnya kegiatan perkotaan. Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dan pusat perdagangan regional, telah mendorong tumbuhnya pusat-pusat perdagangan di sepanjang bagian hilir Sungai Siak Perumusan Masalah Sungai Siak merupakan salah satu sungai besar di Indonesia yang melintasi Kota Pekanbaru Ibukota Provinsi Riau. Keberadaan sungai ini 2

17 menunjang sistem perekonomian di Kota Pekanbaru. Sungai Siak termasuk sungai yang cukup dalam sehingga dapat dilayari oleh kapal-kapal besar seperti kapal tengker pengangkut minyak maupun kapal peti kemas. Dahulunya Sungai Siak memiliki kedalaman sekitar 30 meter, tetapi akibat adanya sedimentasi kedalamannya menjadi sekitar 8-12 meter. Maraknya kegiatan penambangan pasir di sungai juga salah satu yang mengakibatkan sedimentasi. Menurut Fauzi (2006), kontribusi air terhadap pembangunan ekonomi dan sosial sangat vital. Awal peradaban manusia dan lahirnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi juga dimulai dari sumber-sumber air, seperti sungai dan mata air. Intinya sungai tidak lepas pengaruhnya dari perekonomian. Kerusakan Sungai Siak berdampak kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penduduk yang bermatapencaharian nelayan tidak bisa lagi menangkap ikan dan udang karena ikan dan udang yang hidup di Sungai Siak sudah banyak yang punah yang diakibatkan oleh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar sungai. Pencemaran menyebabkan turunnya kualitas air Sungai Siak. Sampahsampah buangan rumah tangga semakin merusak ekosistem sungai. Terlihat dari perubahan warna yang hitam kepekatan dan aroma yang tidak sedap. Meningkatnya kemajuan perekonomian, industri, dan juga teknologi berdampak bagi ekosistem Sungai Siak. Pertumbuhan ekonomi yang tidak berwawasan lingkungan semakin memperparah kerusakan ekosistem sungai tersebut. Jika dibiarkan lebih lama dan tanpa penanganan yang lebih lanjut maka ekosistem Sungai Siak akan mengalami kerusakan yang semakin parah. Hal ini tidak hanya akan merugikan masyarakat yang tinggal di ekosistem tetapi 3

18 masyarakat Kota Pekanbaru yang selama ini juga ikut merasakan manfaat dari sungai tersebut. Untuk itu perlu dilakukan valuasi ekonomi terhadap ekosistem sungai untuk menghitung besarnya nilai ekonomi total atas manfaat barang dan jasa ekosistem sungai dan juga untuk mengetahui penilaian serta pandangan masyarakat mengenai keberadaan Sungai Siak. Dilakukan dengan metode valuasi karena terdapatnya sumberdaya yang memiliki manfaat tangible (manfaat yang sudah terukur) dan intangible (manfaat yang tidak terukur dengan jelas). Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010) nilai ekonomi total dari ekosistem sungai merupakan nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan yang mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumberdaya alam dan lingkungan di ekosistem sungai. Pendekatan nilai ekonomi total sebagai dasar untuk menduga, dimana setiap individu memiliki beberapa nilai untuk ekosistem sungai. Penghitungan valuasi ekonomi dilakukan agar masyarakat dapat mengetahui fungsi dan manfaat dari ekosistem Sungai Siak yang sesungguhnya tidak hanya sebatas dari manfaat langsung saja. Masyarakat juga dapat memahami dampak serta kegiatan yang dilakukan menyangkut pemanfaatan ekosistem sungai. Disamping itu, digunakan sebagai pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan serta pemanfaatan ekosistem sungai agar berkelanjutan dan untuk memotivasi pemerintah serta masyarakat turut berperan dalam mengurangi kerusakan ekosistem sungai. Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru? 4

19 2. Bagaimana preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru? 3. Berapa nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru. 2. Mengetahui preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru. 3. Menghitung nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan tersebut, maka hasil penelitian bermanfaat bagi pihak yang terkait antara lain : 1. Penelitian bermanfaat sebagai media penerapan teknik penilaian ekonomi (economic valuation) terhadap pemanfaatan ekosistem sungai. 2. Penelitian ini merupakan suatu syarat bagi peneliti untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan rujukan terhadap aplikasi dan metode-metode kuantitatif dalam menilai manfaat yang bersifat tangible dan intangible. 5

20 1.5. Batasan Penelitian Batasan-batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian : 1. Untuk manfaat langsung (direct use value) yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung nilai tangkapan ikan dan udang, dan nilai air baku. 2. Untuk manfaat tidak langsung (indirect use value) yang digunakan dalam penelitian ini adalah manfaat wilayah atau sektor pengendali banjir. 3. Untuk nilai bukan kegunaan (non-use value) yang dihitung meliputi manfaat keberadaan (existence value) dan manfaat pilihan (option value). 4. Untuk manfaat keberadaan (existence value) yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai keberadaan dari ekosistem sungai. 5. Untuk manfaat pilihan (option value) yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) dari ekosistem sungai. 6. Nilai sungai sebagai sarana transportasi tidak dihitung dalam penelitian karena cakupan penelitiannya sangat luas. 6

21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Pengertian Ekosistem Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya yang tidak hidup saling berinteraksi berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain yang merupakan suatu sistem. Dalam hal ini makhluk hidup lazim disebut dengan biotik, dari asal kata bi berarti hidup. Lingkungan yang tidak hidup disebut abiotik dari asal kata a dan bi berarti tidak hidup. Di dalam sistem tersebut terdapat dua aspek penting, yaitu arus energi (aliran energi) dan daur materi atau disebut juga daur mineral atau siklus mineral ataupun siklus bahan disamping adanya sistem informasi. Aliran energi dapat terlihat dari struktur makanan, keragaman biotik, dan siklus bahan (yakni pertukaran bahan-bahan antara bagian yang hidup dan tidak hidup). Sistem tersebut disebut ekosistem (Irwan, 2010). Menurut Undang Undang Lingkungan Hidup (UULH) 1982, ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Jasa ekosistem adalah manfaat yang diperoleh manusia dari suatu ekosistem. Manfaat ini termasuk jasa penyediaan, pengaturan, kultural dan jasa pendukung. Jasa penyediaan adalah hasil yang diperoleh manusia dari ekosistem, misalnya pangan, kayu bakar, serat, air tawar, dan sumberdaya genetik. Jasa pengaturan adalah manfaat yang diperoleh manusia dari hasil pengaturan proses ekosistem, termasuk mempertahankan kualitas udara, pengaturan iklim, kontrol terhadap erosi, pengaturan terhadap penyakit, dan penjernihan air. Jasa kultural adalah manfaat non-material yang diperoleh manusia dari ekosistem melalui 7

22 pengkayaan spiritual, perkembangan kognitif, refleksi, rekreasi, dan pengalaman estetika. Jasa pendukung adalah jasa yang diperlukan untuk memproduksi semua jasa ekosistem lainnya, misalnya produksi primer, produksi oksigen, dan pembentukan tanah (Millenium Asessment, 2003) Klasifikasi Ekosistem Pengelompokan ekosistem yang dikaitkan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat dibagi menjadi ekosistem alami dan ekosistem buatan (Irwan, 2010). Ekosistem alami adalah ekosistem yang belum pernah ada campur tangan manusia. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sudah banyak dipengaruhi manusia misalnya Kota Jakarta, atau kota lain, danau buatan, sawah atau ekosistem pertanian. Perbedaan antara ekosistem alami dan ekosistem buatan akan dijelaskan sebagai berikut : a. Ekosistem Buatan Komponen-komponennya biasanya kurang lengkap, memerlukan subsidi energi, memerlukan pemeliharaan atau perawatan, mudah terganggu, dan mudah tercemar. Ekosistem buatan lebih rentan terhadap perubahan atau tidak mantap. b. Ekosistem Alami Komponen-komponennya lebih lengkap, tidak memerlukan pemeliharaan atau subsidi energi karena dapat memelihara dan memenuhi diri sendiri, dan selalu dalam keseimbangan. Ekosistem ini lebih mantap, tidak mudah terganggu, tidak mudah tercemar, kecuali jika ada bencana alam. Batas dari suatu ekosistem dapat ditinjau dari kelengkapan komponen yang ada. Selama masih ada komponen-komponen ekosistem didalamnya, maka lokasi tersebut dapat disebut 8

23 ekosistem. Dalam hal ini ekosistem dibagi menjadi ekosistem lengkap dan ekosistem tidak lengkap. Berdasarkan habitat ekosistem dapat dibagi : 1. Ekosistem mangrove. 2. Ekosistem pantai. 3. Sungai dan Danau. 4. Ekosistem rawa gambut. 5. Ekosistem rawa air tawar. 6. Hutan dataran rendah. 7. Hutan dataran rendah yang tidak umum. 8. Gunung. 9. Gua. Pada dasarnya di Indonesia terdapat empat kelompok utama ekosistem (Irwan, 2010), yaitu: 1. Ekosistem Bahari/Pantai yang terdiri dari : a. Ekosistem Laut Dalam. b. Pantai Pasir Dangkal. c. Pantai berbatu-batu. d. Terumbu Karang. e. Pantai Lumpur. f. Hutan Bakau. g. Hutan Air Payau. 2. Ekosistem Darat Alami a. Vegetasi Daratan Rendah (Pamah) seperti : Hutan Rawa Air Tawar, Vegetasi Terna Rawa, Hutan Tepi Sungai, Hutan Sagu, Hutan Rawa 9

24 Gambut, Komunitas Danau, Vegetasi Pantai Pasir dan Karang, Hutan Dipterocarpaceae Pamah, Hutan Kerangas, Hutan pada Batu Gamping, dan Hutan Batuan Ultra Basa. b. Vegetasi pegunungan terdiri dari : Hutan Pegunungan Bawah, Hutan Pegunungan Atas, Hutan Nothofagus, Hutan Subalpin Bawah, Hutan Subalpin Atas, Padang Rumput Semak Tepi Hutan, Padang Rumput dengan Paku Pohon, Padang Rumput Merumpun Corprosmabrassii dechampsia klossii, Padang Rumput Merumpun Gaultheria mundula-poa nivicola, Padang Rumput dan Terna, Vegetasi Lumut-Kerak, Vegetasi Euphrasia lamiitetramlopium distichum, Vegetasi pada Tebing Batu, Padang Rawa Subalpin, Padang Rumput Rawa Gambut, Vegetasi Perdu Rawa Gambut, Vegetasi Carpha alpina,vegetasi Carex gaudichaudiana, Vegetasi Danau, Padang Rumput Alpin Pendek, Padang Rumput Alpin Merumpun, Komunitas Kerangas Tetramolopium-Rhacomitrium, Komunitas Kerangas Perdu Kerdil, Tundra Alpin Kering, Tundra Alpin Basah. c. Vegetasi Monsun, yaitu Hutan Monsun, Savana, dan Padang Rumput. 3. Ekosistem Suksesi merupakan ekosistem yang terjadi akibat modifikasi lingkungan fisik, yang terdiri dari : Ekosistem Suksesi Primer, Ekosistem Suksesi Sekunder 4. Ekosistem Buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia 2, terdiri dari: a. Danau, Hutan Tanaman, Hutan kota. 2 Ekosistem. Diakses pada tanggal 18 Februari

25 b. Agroekosistem, yaitu Sawah Tadah Hujan, Sawah Irigasi, Sawah Surjan, Sawah Rawa, Sawah Pasang Surut, Kolam, Tambak, Kebun, Pekarangan, Perkebunan Sungai Pengertian Sungai Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air, 2006) Klasifikasi Sungai Berikut merupakan klasifikasi sungai 3, yaitu : a. Berdasarkan sumber air 1. Sungai Hujan : sumber airnya berasal langsung dari air hujan. Contoh : sungai-sungai di perbukitan kapur, Gunung Kidul, Yogyakarta. 2. Sungai Gletser : sumber airnya berasal dari salju yang mencair/pencairan es. Contoh : Sungai Memberamo di Papua. 3. Sungai Campuran : sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser (es/salju). Contoh : Sungai Memberamo dan Digul di Papua. 3 Geografi. Diakses pada tanggal 20 Desember

26 b. Berdasarkan kontinuitas aliran/debit air 1. Sungai Ephemeral : sungai yang mengalir jika hanya ada hujan. 2. Sungai Intermitten : sungai yang mengalir pada musim hujan, sedangkan musim kemarau kering. 3. Sungai Perenial : sungai yang mengalir sepanjang tahun karena musim hujan dan musim kemarau selalu ada. Contoh : sungai-sungai di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sungai ini terdiri dari sungai permanen yang mengalir sepanjang tahun antara musim hujan dan musim kemarau dengan beda alirannya kecil dan sungai periodik dimana antara musim hujan dan musim kemara beda alirannya besar. c. Berdasarkan pola aliran 1. Pola aliran radial/menjari Radial Sentrifugal, pola aliran yang meninggalkan pusat, seperti di daerah vulkan/gunung berbentuk kerucut. Radial Sentripetal, pola aliran yang menuju pusat, seperti pada daerah basin/ledokan. 2. Pola aliran dendritik : pola aliran ini tidak teratur, biasanya terdapat di dataran atau daerah pantai. 3. Pola aliran trellis : merupakan pola aliran sungai yang berbentuk sirip daun trellis, biasanya terdapat pada daerah gunung lipatan. 4. Pola aliran rektangular : merupakan pola aliran sungai yang berbentuk sudut siku-siku atau hampir siku siku, terdapat di daerah patahan atau pada batuan yang tingkat kekerasannya berbeda. 12

27 5. Pola aliran annular : pola aliran sungai yang melingkar, biasanya terdapat di daerah kubah (domes). d. Berdasarkan arah aliran 1. Sungai Konsekuen : sungai yang mengalir sesuai dengan kemiringan batuan daerah yang dilaluinya. Contoh : Sungai Progo ketika menuruni lereng Gunung Merapi. 2. Sungai Subsekuen : sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen dan bermuara pada sungai konsekuen. Contoh : Sungai Opak di Yogyakarta. 3. Sungai Obsekuen : sungai yang mengalir berlawanan dengan arah kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai subsekuen. 4. Sungai Resekuen : merupakan anak sungai subsekuen dan alirannya searah/sejajar dengan sungai konsekuen. 5. Sungai Insekuen : sungai yang alirannya teratur dan tidak terikat dengan lapisan batuan yang dilaluinya. e. Berdasarkan struktur geologi 1. Sungai Anteseden : sungai yang dapat mengimbangi pengangkatan daerah lapisan batuan yang dilaluinya. Jadi setiap terjadi pengangkatan maka air sungai akan mengikisnya. Contoh : Sungai Oya di Yogyakarta yang mengikis Plato Wonosari. 2. Sungai Reverse : sungai yang tidak dapat mengimbangi adanya pengangkatan. Contoh : Sungai Bengawan Solo dulunya bermuara di Laut Selatan, sekarang muaranya di Laut Jawa. 13

28 Karakteristik Sungai Sebuah sungai menurut Mulyanto (2006), dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda sifat-sifatnya, yaitu : a. Hulu sungai berarus deras dan turbulent atau torrential river yang dapat berupa sungai jeram atau rapids river, sungai jalin atau braided river. b. Sungai alluvial merupakan sungai yang mengalir pada dataran yang diendapkan oleh sungai itu sendiri. c. Sungai pasang surut atau tidal river, yaitu sungai yang arus dan tingkatannya dipengaruhi oleh pasang surut. d. Muara sungai atau estuary, yaitu perairan yang terhubung bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. e. Mulut sungai atau tidal inlet, yaitu bagian laut yang langsung berhubungan dengan muara dimana terjadi interaksi antara gelombang laut dan aliran air yang keluar masuk melewati muara. f. Delta sungai yang berupa daratan yang terbentuk oleh sedimentasi di dalam muara dan mulut sungai. Delta ini perlu ditinjau karena berpengaruh terhadap sifat-sifat sungai dimana delta itu terbentuk di dalam muaranya. Perbedaan antara sebuah sungai dengan sungai lainnya dapat disebabkan karena : a. Perubahan waktu, misalnya sebuah sungai akan lebih landai karena proses erosi dan sedimentasi yang terjadi sepanjang waktu. b. Letak topografis dari sungai dan DAS nya. c. Perbedaan akibat pengaruh luar, misalnya karena perubahan iklim dan kondisi geologi dari lembah dimana sungai itu mengalir. 14

29 Fungsi dan Manfaat Sungai Menurut Mulyanto (2006) ada dua fungsi utama sungai yang diberikan oleh alam kepada sungai, yaitu mengalirkan air dan mengangkut sedimen hasil erosi pada DAS dan alurnya, yang keduanya berlangsung secara bersamaan dan saling mempengaruhi. a. Mengalirkan Air Air hujan yang jatuh pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) akan terbagi menjadi akumulasi-akumulasi yang tertahan sementara di situ sebagai air tanah dan air permukaan, serta runoff yang akan memasuki alur sebagai debit sungai dan terus dialirkan ke laut. b. Mengangkut Sedimen Hasil Erosi pada DAS dan Alurnya Bersama masuknya runoff ke dalam sungai akan terbawa juga material hasil erosi yang terbawa olehnya. Material sedimen ini sebagian akan terbawa air banjir keluar alur aliran untuk diendapkan menjadi dataran alluvial atau di dalam daerah retensi yang lama-lama akan mengisinya sehingga timbul dataran baru. Sebagian besar lainnya akan terbawa sampai ke laut atau perairan dimana sungai bermuara dan diendapkan menjadi delta di situ. Transportasi sedimen ini tidak akan terjadi langsung dari hulu ke hilir seketika, tetapi akan terjadi secara berantai di dalam proses pengendapan dan penggerusan yang terjadi di dalam dan di sepanjang alur sungai. Dengan demikian sungai itu disamping menjadi mata rantai didalam siklus hidrologi, juga berperan serupa didalam siklus erosi. 15

30 Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010), manfaat sungai bagi manusia adalah sebagai berikut : a. Sumber air baku air minum (PDAM). b. Sumber air bagi pengairan wilayah pertanian atau irigasi. c. Sumber tenaga listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). d. Tempat untuk mengembangbiakkan dan menangkap ikan guna memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani. e. Tempat rekreasi, melihat keindahan air terjun. f. Tempat berolahraga, seperti berperahu pada arus deras, lomba dayung. g. Tempat untuk memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari bagi penduduk yang tinggal di tepi sungai, seperti mencuci, mandi, dsb. h. Sarana pendidikan dan penelitian. i. Sumber plasma nutfah (keanekaragaman hayati). j. Tempat ritual kebudayaan. k. Air baku industri dan pertambangan. l. Sumber tambang galian C (pasir,kerikil). m. Penggelontoran. n. Transportasi air. o. Pengendali banjir. p. Pasar terapung Ekosistem Sungai Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010), sungai termasuk salah satu bagian dari wilayah keairan. Wilayah keairan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok yang berbeda berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. 16

31 Sudut pandang yang biasa digunakan dalam pengelompokan jenis wilayah keairan ini antara lain adalah morfologi, ekologi, dan antropogenik (campur tangan manusia pada wilayah keairan tersebut). Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak mengalir, misalnya danau, telaga, embung, sungai mati, anak sungai yang mengalir hanya pada musim penghujan, rawa, dan lain-lain. Adapun yang termasuk wilayah keairan yang dinamis atau mengalir adalah sungai permukaan, sungai bawah tanah, laut dengan arus lautnya, dan lain sebagainya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010). Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, wilayah sungai merupakan gabungan dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Sedangkan sistem alur sungai (gabungan antara alur badan sungai dan alur sempadan sungai) merupakan sistem river basin yang membagi DAS menjadi beberapa sub-das yang lebih kecil. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan km Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Nilai dari suatu barang dan jasa sangat membantu seorang individu masyarakat atau organisasi dalam mengambil suatu keputusan. Penilaian ekonomi sumberdaya alam merupakan peralatan teknis yang dapat dipercaya dan logis untuk digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Nilai atau perhitungan moneter dapat 17

32 menunjukkan keperdulian yang kuat terhadap aset sumberdaya alam dan lingkungan, dapat menjadi pendukung untuk pemihakan/advokasi terhadap kualitas lingkungan, sebagai dasar pembanding secara kuantitatif dalam bentuk moneter terhadap beberapa alternatif pilihan dalam pemutusan suatu kebijakan atau pemanfaatan dana (NRMP, 2001) dalam (Yunus, 2005). Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka, sebagai rekomendasi tertentu pada kegiatan perencanaan dan pengelolaan (Yunus, 2005). Ada tiga langkah yang dikemukakan oleh Ruitenbeek (1991) dalam menilai suatu ekosistem secara ekonomi, yaitu : 1. Identifikasi manfaat dan fungsi ekosistem. 2. Kuantifikasi segenap manfaat kedalam nilai uang. 3. Pilihan dan evaluasi kebijakan pemanfaatan sumberdaya alam yang terkandung dalam ekosistem itu. Untuk menghitung nilai ekonomi total (TEV), dibedakan menjadi nilai kegunaan (use value) dan nilai bukan kegunaan (non-use value). Nilai kegunaan, yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung sedangkan nilai bukan kegunaan, yaitu manfaat pilihan, manfaat keberadaan, dan manfaat warisan. 18

33 Sumber : dimodifikasi dari Barton (1994) Gambar 1. Nilai Ekonomi Total 1. Manfaat langsung (direct use) Berdasarkan barang dan jasa dari sumberdaya alam dan lingkungan yang digunakan secara langsung oleh individu (Pearce dan Moran, 1994). Berupa barang yang bernilai konsumtif, seperti produk makanan, kayu untuk bahan bakar atau konstruksi maupun hewan dan barang yang tidak bernilai konsumtif (nonkonsumtif) seperti kegiatan rekreasi, transportasi, dan kebudayaan. Manfaat langsung cenderung lebih sering dimanfaatkan oleh orang yang berkunjung atau individu yang tinggal di sekitar ekosistem tersebut. 2. Manfaat tidak langsung (indirect use) Jasa dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang mengacu pada manfaat luar dari ekosistem itu sendiri (Pearce dan Moran, 1994). Sebagai contoh 19

34 penghalang badai oleh ekosistem hutan mangrove, penyimpan karbon, dan fungsi hidrologi dari suatu hutan. 3. Manfaat pilihan (options value) Nilai dimana individu memiliki keinginan untuk membayar barang dan jasa dari suatu sumberdaya dan lingkungan untuk melindunginya sebagai pilihan untuk memanfaatkannya di masa yang akan datang (Pearce dan Moran, 1994). 4. Manfaat keberadaan (existence value) Nilai yang diberikan oleh seorang masyarakat lebih karena keberadaan dari sumberdaya alam dan lingkungan tanpa harus menggunakannya. Besar nilai ini didasarkan pada persepsi atau anggapan yang dirasakan oleh masyarakat baik dari sisi sosial maupun budaya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010). 5. Manfaat warisan (bequest value) Suatu manfaat yang dapat diwariskan untuk generasi yang akan datang (Barton, 1994) dalam (Laksono, 2010). Barang dan jasa dari sumberdaya alam dan lingkungan yang tetap dipertahankan secara turun-temurun hingga kegenerasi selanjutnya. TEV diukur dengan menggunakan preferensi dari individu. Untuk barang dan jasa yang memiliki nilai pasar, individu menunjukkan preferensinya dengan membeli barang dan jasa tersebut. Harga yang mereka bayarkan setidaknya merupakan indikator terendah dari willingness to pay (WTP) yang bersedia mereka bayarkan atas manfaat yang diperoleh dari barang dan jasa. Untuk sumberdaya alam dan lingkungan yang tidak memiliki pasar, terdapat metode penilaian ekonomi yang dapat digunakan, yaitu dengan menunjukkan nilai ekonomi dalam satuan moneter (EFTEC, 2005). 20

35 2.5. Konsep Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Valuasi ekonomi adalah nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran. Valuasi ekonomi dilakukan karena sumberdaya bersifat public good, terbuka dan tidak mengikuti hukum kepemilikan dan tidak ada mekanisme pasar dimana harga dapat berperan sebagai instrumen penyeimbang antara permintaan dan penawaran. Selain itu, manusia dipandang sebagai homoeconomicus yang cenderung memaksimalkan manfaat total (Kusumastanto, 2000) dalam (Putrantomo, 2010). Menurut (Suparmoko, 2000) ada beberapa alasan mengapa satuan moneter diperlukan dalam valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Tiga alasan utamanya adalah : 1. Satuan moneter dapat digunakan untuk menilai tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan. 2. Satuan moneter dapat dari manfaat dan biaya sumberdaya alam dan lingkungan sehingga menjadi pendukung untuk keberpihakan terhadap kualitas lingkungan. 3. Satuan moneter dapat dijadikan sebagai bahan pembanding secara kuantitatif terhadap beberapa alternatif suatu kebijakan tertentu termasuk pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Valuasi ekonomi bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik, menggambarkan keuntungan dan 21

36 kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program pengelolaan sumberdaya alam sekaligus bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam (Yunus, 2005). Valuasi ekonomi dengan menggunakan nilai uang sebagai indikasi penerimaan dan kehilangan manfaat atau kesejahteraan akibat kerusakan lingkungan (Pearce dan Turner, 1993) dalam (Yunus, 2005). 22

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pemanfaatan ekosistem Sungai Siak yang tidak berkelanjutan menyebabkan banyak terjadi kerusakan-kerusakan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap ekosistem sungai. Penilaian atau persepsi masyarakat sekitar sungai terhadap Sungai Siak sangat penting karena dengan mengetahui penilaian dari masyarakat dapat dilihat sejauhmana pemahaman masyarakat mengenai pentingnya keberadaan sungai. Dengan melakukan pendekatan valuasi ekonomi yaitu mengidentifikasikan manfaat yang ada pada ekosistem Sungai Siak, menghitung nilai ekonomi total (total economic value) yang terdiri dari nilai kegunaan (use value) dan nilai bukan kegunaan (non-use value). Pendekatan ini tidak hanya menilai dari barang dan jasa yang memiliki nilai pasar (moneter) saja, tetapi juga untuk barang dan jasa yang tidak memiliki pasar. Identifikasi manfaat dari ekosistem sungai dilakukan secara langsung dengan melihat barang dan jasa yang ada ditempat tersebut. Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui pemanfaatan sungai hanya secara langsung saja, untuk itu dilakukan analisis untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap kelestarian dari ekosistem sungai. Penggalian manfaatmanfaat yang ada pada ekosistem sungai diharapkan dapat meningkatkan nilai serta manfaat dari sungai serta pemahaman masyarakat yang tinggal di sekitar sungai dan juga sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan ekosistem sungai. Diagram kerangka operasional valuasi ekonomi ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau disajikan pada Gambar 2. 23

38 Penilaian Masyarakat terhadap Sungai Siak Preferensi Masyarakat terhadap Kelestarian dari Ekosistem Sungai Siak Identifikasi Manfaat Ekosistem Sungai Nilai Kegunaan (Use Value) Nilai Bukan Kegunaan (Non-Use Value) Manfaat Langsung (Direct Use Value) Manfaat tidak Langsung (Indirect Use Value) Manfaat Warisan (Bequest Value) Manfaat Pilihan (Option Value) Manfaat Keberadaan (Existence Value) - Nilai tangkapan ikan Wilayah sektor pengendali banjir Nilai biodiversity Nilai keberadaan - Nilai tangkapan udang - Nilai air baku Nilai Ekonomi Total dari Manfaat Ekosistem Sungai Siak Kebijakan Pengelolaan dari Ekosistem Sungai Siak Bahasan dalam penelitian Diluar bahasan penelitian Gambar 2. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian 24

39 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk dalam 13 sungai prioritas utama di Indonesia. Mempertimbangkan Sungai Siak sebagai sungai yang mengalir di Kota Pekanbaru dan pusat jalur perekonomian regional yang sedang berkembang pesat. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada responden dengan bantuan kuesioner, observasi secara langsung dengan mengamati dan mencatat hasil pengamatan di lapangan. Data sekunder bersumber dari dinas dan instansi yang terkait, studi pustaka mengenai literatur literatur tentang karakteristik ekosistem sungai Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dimana pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan pertimbangan tertentu dan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian. Metode ini dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Siak. Jumlah responden yang diambil sebanyak 65 responden dengan pembagian 50 responden merupakan nelayan dan 15 responden merupakan masyarakat yang tidak memanfaatkan sungai secara langsung dan tinggal di ekosistem Sungai Siak. Menurut Nasution (2003) jumlah sampel yang sering 25

40 digunakan yaitu sebanyak 10 % dari jumlah populasi. Jika populasinya besar maka sampel yang diambil dapat kurang dari 10 % Metode Pengolahan dan Analisis Data Tabel 1. Matriks Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data Jenis Data 1 Mengetahui penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan dari ekosistem Sungai Siak. Wawancara terhadap responden dengan media kuisioner Analisis Deskriptif Primer 2 Mengetahui preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian dari ekosistem Sungai Siak Wawancara terhadap responden dengan media kuisioner Analisis Deskriptif Primer 3 Menghitung nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem Sungai Siak di kota Pekanbaru. Wawancara terhadap responden dengan media kuisioner, Instansi dan Dinas yang terkait. Metode Valuasi Ekonomi Primer dan Sekunder Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan penilaian masyarakat mengenai keberadaan dari ekosistem sungai serta untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap kelestarian dari ekosistem sungai. Selain itu, analisis deskriptif yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi riil lokasi dan objek penelitian. 26

41 Analisis Valuasi Ekonomi Nilai ekonomi total terdiri dari dua bagian, yaitu nilai kegunaan (use value) dan nilai bukan kegunaan (non-use value). Untuk menghitung nilai ekonomi total (total economic value) menurut Pearce and Moran (1994) dari ekosistem Sungai Siak digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : TEV = UV + NUV TEV = (DUV + IUV) + (OV + EV) TEV UV = Total economic value (nilai ekonomi total) = Use value (nilai kegunaan) NUV = Non use value (nilai bukan kegunaan) DUI IUV OV EV = Direct use value (manfaat langsung) = Indirect use value (manfaat tidak langsung) = Option value (manfaat pilihan) = Existence value (manfaat keberadaan) Nilai Kegunaan (use value) terdiri dari : 1) Manfaat langsung (direct use value) Untuk memperoleh manfaat langsung digunakan rumus : Keterangan : DUV = Direct use value DUVi = Manfaat langsung ke i sampai ke n i = Jumlah manfaat langsung (1, 2, 3. n) 27

42 2) Manfaat tidak langsung (indirect use value) Untuk menghitung manfaat tidak langsung digunakan rumus : Keterangan : IUV = Indirect use value IUVi = Manfaat tidak langsung ke i sampai ke n i = Jumlah manfaat tidak langsung (1, 2, 3.n) Nilai Bukan Kegunaan (non- use value) terdiri dari : 1) Manfaat pilihan (option value) Untuk memperoleh manfaat pilihan digunakan rumus : Keterangan : OV = Option value WTPi = Willingness to pay dari responden ke i sampai ke n i = Responden (1, 2, 3,.n) 2) Manfaat keberadaan (existence value) Untuk memperoleh manfaat keberadaan digunakan rumus : Keterangan : EV = Existence value WTPi = Willingness to pay dari responden ke i sampai ke n i = Responden (1, 2, 3,.n) 28

43 Contingent Valuation Method CVM adalah teknik yang sering digunakan untuk menilai manfaat yang tidak memiliki pasar (non-market value) yang diperoleh dari barang dan jasa lingkungan. Metode ini menggunakan teknik berbasis survei yang memperkirakan manfaat sosial yang diberikan akibat perubahan pada tingkat barang dan jasa lingkungan pada pasar sehingga barang dan jasa lingkungan tersebut tersedia untuk dikonsumsi (Hitzhusen, 2007). Metode CVM yang digunakan WTP (willingness to pay), yaitu berdasarkan kesediaan untuk membayar dari responden terhadap nilai bukan kegunaan (non-use value) dari ekosistem sungai yang terdiri dari manfaat keberadaan (existence value) dan manfaat pilihan (option value). Berikut tahapan untuk menentukan WTP (willingness to pay) : 1. Membuat Pasar Hipotesis Membuat hipotesis pasar mengenai ekosistem sungai yang akan dievaluasi. Pasar hipotetik berguna untuk membangun suatu alasan bagi masyarakat untuk membayar suatu barang atau jasa lingkungan dimana barang atau jasa lingkungan tersebut tidak memiliki nilai dalam mata uang. Dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner, kuisioner berisi informasi lengkap mengenai kondisi ekosistem sungai. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Nilai penawaran didapatkan dengan menggunakan rujukan dari jurnal asing. Untuk mendapatkan besarnya nilai penawaran maka digunakan metode bidding game, yaitu metode tawar menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai terkecil hingga nilai terbesar sehingga mencapai nilai WTP (willingness to pay) maksimum yang sanggup dibayarkan responden. Tujuannya adalah untuk 29

44 memperoleh WTP atau nilai maksimum keinginan untuk membayar atas nilai bukan kegunaan (non-use value) dari ekosistem sungai. 3. Menghitung nilai rataan (mean) WTP Menghitung nilai rataan WTP setiap individu yang disurvei. Nilai ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai WTP yang kemudian dibagi dengan jumlah responden. 4. Penjumlahan Data Pada penjumlahan data dimana nilai rata rata penawaran dikonversikan terhadap total kepala keluarga yang ada di ekosistem Sungai Siak Metode Nilai Pasar Metode ini digunakan untuk menghitung manfaat langsung dari ekosistem sungai yang memiliki harga pasar, seperti hasil tangkapan ikan, hasil tangkapan udang, dan air baku. Data-data yang diperlukan untuk menghitung manfaat ikan maupun udang adalah banyaknya tangkapan ikan dan udang, harga dari masingmasing tangkapan kemudian biaya (cost) yang dikeluarkan untuk mendapatkan ikan maupun udang. Keterangan : NM = {( ) ( )} ={(X 1 P 1 ) - (X 1 C 1 ) + (X 2 P 2 ) - (X 2 C 2 )} NM X 1 X 2 P 1 P 2 C 1 = Nilai manfaat dari tangkapan ikan dan udang (rupiah/kg/tahun) = Tangkapan ikan (kg/tahun) = Tangkapan udang (kg/tahun) = Harga ikan (rupiah/kg) = Harga udang (rupiah/kg) = Biaya penangkapan ikan (rupiah) 30

45 C 2 = Biaya penangkapan udang (rupiah) Jumlah/hasil tangkapan dan biaya (cost) diperoleh dengan wawancara kepada responden menggunakan kuisioner. Harga pasar dari hasil tangkapan diperoleh dari survei harga pada pasar setempat sedangkan nilai air baku (NAB), data data yang dibutuhkan adalah harga dasar air dan biaya (cost) yang dikeluarkan untuk mendapatkan air. Keterangan : NAB = Nilai air baku (rupiah/m 3 ) Pj = Harga air (rupiah/m 3 ) Cij = Biaya (rupiah/m 3 ) Metode Biaya Pengganti Dalam hal ini, metode penggantian digunakan untuk memperkirakan biaya penggantian dari ekosistem sungai yang terkena dampak. Bangunan pengendali banjir yang dibangun di pinggiran sungai terdiri dari beberapa wilayah sektor dimana masing-masing sektor terdiri dari tanggul banjir, pompa banjir, pintu air, saluran banjir, bangunan pelengkap, pengamanan tebing yang berguna untuk mencegah rembesan air sungai pada tanah dan juga untuk melindungi properti yang ada di sekitar sungai. Jadi biaya pengganti untuk ekosistem sungai dihitung dari berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membangun wilayah sektor pengendali banjir. 31

46 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas administrasi : Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan Barat : Kabupaten Kampar Jumlah penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2009 sebesar jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 632,26 km 2 berdasarkan pengukuran/pematokan di lapangan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) Tingkat I Riau (Pekanbaru dalam Angka, 2010). Kota Pekanbaru berada pada posisi yang strategis sebagai jalur transportasi karena terdapat Sungai Siak sebagai jalur pelayaran yang sempit dan strategis yang merupakan jalur pelayaran nasional dan internasional dengan kunjungan kapal yang relatif padat yang membawa bahan kebutuhan pokok serta kegiatan ekonomi dari masyarakat Provinsi Riau Kondisi dan Pemanfaatan Sungai Siak Di sepanjang bantaran Sungai Siak di Kota Pekanbaru sudah padat oleh pemukiman dari masyarakat dan kegiatan ekonomi. Sungai Siak membelah kota Pekanbaru menjadi dua bagian, bagian sebelah utara Sungai Siak dan bagian sebelah selatan Sungai Siak. Sungai Siak selain berfungsi sebagai jalur 32

47 transportasi juga sebagai sumber air minum dan sumber air bagi industri. Sungai Siak mempunyai kedalaman rata-rata 8-12 meter, lebar meter (Status Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru, 2007) dan kecepatan arus sebesar 4 meter per detik dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar ,84 ha. Perairan Sungai Siak dipengaruhi oleh pasang surut dari muaranya dan juga dipenuhi oleh anak-anak sungai yang berasal dari daerah rawa gambut disekitarnya. Hal ini menyebabkan warna air Sungai Siak menjadi coklat kemerahan dan umumnya bersifat asam dengan ph 4,5-6. Sungai ini mengalir dari barat ke timur serta memiliki beberapa anak sungai (Lampiran 2), yaitu : 1. Sungai Umban Sari 2. Sungai Sago 3. Sungai Sibam 4. Sungai Air Hitam 5. Sungai Teleju 6. Sungai Sail 7. Sungai Senapelan 8. Sungai Limau 9. Sungai Tanjung Datuk 10. Sungai Tenayan 11. Sungai Pangambangan 12. Sungai Setukul 13. Sungai Kelulud 33

48 Pemanfaatan dari Sungai Siak, antara lain : 1. Sumber air bersih bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Siak 2. Sumber air baku bagi PDAM Pekanbaru 3. Sumber air baku bagi industri 4. Sumber mata pencaharian bagi nelayan di sepanjang Sungai Siak 5. Sarana transportasi sungai Pemanfaatan Sungai Siak sebagai sarana transportasi seperti yang dilakukan masyarakat sejak dulu merupakan alternatif yang cukup baik karena merupakan alat transportasi yang murah dan efisien. Transportasi sungai tidak memerlukan perkerasan dan pengaspalan seperti transportasi darat dengan biaya yang sangat mahal. Kegiatan transportasi air di Sungai Siak sangat beragam, diantaranya untuk angkutan umum, angkutan kayu, angkutan minyak, angkutan barang, perahu-perahu nelayan, dan juga kapal kontainer Keadaan Umum Kecamatan yang Dilalui Sungai Siak di Kota Pekanbaru Sungai Siak melalui beberapa kecamatan di Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru terdiri dari 12 wilayah kecamatan dengan 58 kelurahan, kecamatan yang dilalui Sungai Siak hanya 5 kecamatan dengan 12 kelurahan. Berikut adalah kecamatan yang dilalui oleh Sungai Siak : 1. Kecamatan Payung Sekaki 2. Kecamatan Lima Puluh 3. Kecamatan Rumbai 4. Kecamatan Rumbai Pesisir 5. Kecamatan Senapelan 34

49 Kecamatan Payung Sekaki Kecamatan Payung Sekaki memiliki luas sebesar 15,19 km 2, terdiri dari dua kelurahan yang dilalui Sungai Siak, yaitu Kelurahan Tampan dan Kelurahan Air Hitam. Wilayah ini merupakan endapan sungai dan rawa yang sebagian besar merupakan daerah rawan genangan dan banjir. Jumlah penduduk di Kecamatan Payung Sekaki sebanyak jiwa (Kecamatan Payung Sekaki dalam Angka, 2010). Berikut data luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009 Kelurahan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap km 2 Tampan 9, Air Hitam 5, Sumber : Kantor Camat Payung Sekaki, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, pada Kelurahan Tampan penduduk laki laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Pada kelurahan Air Hitam penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Tampan lebih banyak dari penduduk yang ada di Kelurahan Air Hitam (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Tampan Air Hitam Sumber : Kantor Camat Payung Sekaki, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah rumah tangga pada setiap kelurahan, yaitu sebanyak Kepala Keluarga (KK) pada Kelurahan Tampan dan KK pada Kelurahan Air 35

50 Hitam, dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 5 jiwa dari kedua kelurahan tersebut (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan, Rumah Tangga dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009 Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tampan Air Hitam Sumber : Kantor Camat Payung Sekaki, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jenis Pekerjaan di kecamatan ini beragam mulai dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, pertanian lainnya, industri pengolahan, dan lain sebagainya. Berikut jumlah penduduk usia 15 tahun keatas menurut lapangan pekerjaan dari Kelurahan Tampan dan Kelurahan Air Hitam (Tabel 5). Tabel 5. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Payung Sekaki Tahun 2009 Lapangan Pekerjaan Kelurahan Tampan Air Hitam Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Sumber : Kantor Camat Payung Sekaki, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru,

51 Kecamatan Lima Puluh Kecamatan Lima Puluh terdiri dari dua kelurahan yang dilalui Sungai Siak, yaitu Kelurahan Tanjung Rhu dan Kelurahan Pesisir dengan luas wilayah sebesar 2,54 km 2. Wilayah ini juga merupakan endapan sungai dan rawa yang sebagian besar merupakan daerah rawan genangan dan banjir. Kepadatan penduduk tiap kilometer dari Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak jiwa dan Kelurahan Pesisir sebanyak jiwa. Berdasarkan Tabel 6 jumlah penduduk yang ada pada dua kelurahan ini sebanyak jiwa (Kecamatan Lima Puluh dalam Angka, 2010). Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009 Kelurahan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap km 2 Tanjung Rhu 1, Pesisir 0, Sumber : Kantor Camat Lima Puluh, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah penduduk (Tabel 7) pada Kelurahan Tanjung Rhu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada pada Kelurahan Pesisir. Penduduk yang ada pada Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak jiwa dan penduduk yang ada pada Kelurahan Pesisir sebanyak jiwa. Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Tanjung Rhu Pesisir Sumber : Kantor Camat Lima Puluh, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru,

52 Jumlah rumah tangga yang ada pada Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak Kepala Keluarga (KK) dan Kelurahan Pesisir sebanyak KK. Rata-rata jiwa per rumah tangga dari kedua kelurahan tersebut sebanyak 5 jiwa (Tabel 8). Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan, Rumah Tangga dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009 Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tanjung Rhu Pesisir Sumber : Kantor Camat Lima Puluh, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jenis pekerjaan dari penduduk sangat beragam, terdiri dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan lain sebagainya. Mayoritas pekerjaan dari masyarakat usia 15 tahun keatas yang ada pada Kelurahan Tanjung Rhu dan Kelurahan Pesisir dalam bidang perdagangan. Pada Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak jiwa sedangkan pada Kelurahan Pesisir sebanyak jiwa (Tabel 9). Tabel 9. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2009 Lapangan Pekerjaan Kelurahan Tanjung Rhu Pesisir Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya 0 0 Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Sumber : Kantor Camat Lima Puluh, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru,

53 Kecamatan Rumbai Pesisir Kecamatan Rumbai Pesisir yang dilalui oleh Sungai Siak terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Meranti Pandak, Kelurahan Tebing Tinggi Okura, dan Kelurahan Limbungan. Total luas wilayah dari ketiga kelurahan sebesar 149,36 km 2 dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa (Kecamatan Rumbai Pesisir dalam Angka, 2010). Morfologi wilayah ini merupakan wilayah yang terbentuk dari endapan sungai dan rawa yang rawan terhadap banjir. Kepadatan penduduk tiap kilometer berbeda-beda, Kelurahan Tebing Tinggi Okura memiliki jumlah kepadatan yang paling kecil dibandingkan dua kelurahan lainnya, yaitu 35 jiwa per km 2 sedangkan Kelurahan Meranti Pandak memiliki tingkat kepadatan yang paling besar dibandingkan dua kelurahan lainnya, yaitu sebesar jiwa per km 2 (Tabel 10). Tabel 10. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009 Kelurahan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap km 2 Meranti Pandak 3, Tebing Tinggi Okura Limbungan 5, Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, pada Kelurahan Meranti Pandak jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Kelurahan Tebing Tinggi Okura, jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa. Kelurahan Limbungan, jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Meranti 39

54 Pandak lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang ada pada dua kelurahan lainnya (Tabel 11). Tabel 11. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Meranti Pandak Tebing Tinggi Okura Limbungan Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah rumah tangga (Tabel 12) yang paling besar pada Kelurahan Meranti Pandak dengan jumlah rumah tangga sebanyak Kepala Keluarga (KK) dan jumlah rumah tangga yang paling kecil pada Kelurahan Tebing Tinggi Okura sebanyak KK. Kelurahan Tebing Tinggi Okura dan Kelurahan Limbungan memiliki rata-rata jiwa per rumah tangga yang sama, yaitu 4 jiwa. Tabel 12. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009 Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Meranti Pandak Tebing Tinggi Okura Limbungan Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Mayoritas pekerjaan dari penduduk usia 15 tahun keatas (Tabel 13) pada Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Limbungan dalam bidang perdagangan. Jumlah masing-masing sebanyak jiwa untuk Kelurahan Meranti Pandak dan jiwa untuk Kelurahan Limbungan. Pada Kelurahan Tebing Tinggi Okura 40

55 mayoritas pekerjaan dari masyarakat dalam bidang perkebunan sebanyak jiwa. Tabel 13. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun 2009 Kelurahan Lapangan Pekerjaan Meranti Pandak Tebing Tinggi Okura Limbungan Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, Kecamatan Rumbai Kecamatan Rumbai memiliki luas sebesar 4,291 km 2, yang terdiri dari dua kelurahan, yaitu Kelurahan Sri Meranti dan Kelurarahan Palas. Kecamatan ini juga merupakan daerah yang rawan genangan dan banjir. Jumlah penduduk yang ada pada dua kelurahan ini sebanyak jiwa (Kecamatan Rumbai dalam Angka, 2010) dengan kepadatan tiap kilometer untuk Kelurahan Sri Meranti jiwa per km 2 dan Kelurahan Palas 199 jiwa per km 2 (Tabel 14). 41

56 Tabel 14. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009 Kelurahan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan tiap km 2 Sri Meranti 0, Palas 3, Sumber : Kantor Camat Rumbai, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Berdasarkan jenis kelamin, penduduk di Kelurahan Sri Meranti yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Pada Kelurahan Palas sebanyak jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Berikut pembagian jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin (Tabel 15). Tabel 15. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sri Meranti Palas Sumber : Kantor Camat Rumbai, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah rumah tangga yang ada di masing-masing kelurahan, yaitu KK pada Kelurahan Sri Meranti dan KK pada Kelurahan Palas dimana jumlah penduduk Kelurahan Sri Meranti lebih banyak daripada jumlah penduduk yang ada pada Kelurahan Palas. Rata-rata jiwa per rumah tangga dari masingmasing kelurahan, yaitu sebanyak 4 jiwa (Tabel 16). 42

57 Tabel 16. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009 Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Sri Meranti Palas Sumber : Kantor Camat Rumbai, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Lapangan pekerjaan yang ada di kecamatan ini beragam mulai dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, pertanian lainnya, industri pengolahan, perdagangan, jasa, angkutan, dan lainnya. Berdasarkan Tabel 17, jumlah penduduk usia 15 tahun keatas menurut lapangan pekerjaan dan kelurahan, pada Kelurahan Sri Meranti mayoritas jenis pekerjaan penduduk dalam bidang jasa sebanyak jiwa dan pada Kelurahan Palas mayoritas pekerjaan penduduk dalam bidang perdagangan sebanyak jiwa. Tabel 17. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Tahun 2009 Lapangan Pekerjaan Kelurahan Sri Meranti Palas Pertanian Tanaman Pangan 0 0 Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Sumber : Kantor Camat Rumbai, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru,

58 Kecamatan Senapelan Kecamatan Senapelan terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Kampung Dalam, Kelurahan Kampung Bandar, dan Kelurahan Kampung Baru dengan luas total wilayah sebesar 2,84 km 2. Daerah ini sama seperti empat kecamatan diatas, yang merupakan daerah yang terbentuk dari endapan sungai dan rawa serta rawan banjir dan genangan lokal. Jumlah penduduk dari tiga kelurahan yang ada di kecamatan ini sebanyak jiwa (Kecamatan Senapelan dalam Angka, 2010). Kelurahan Kampung Baru memiliki kepadatan penduduk yang paling besar dibandingkan dua kelurahan lainnya sebanyak jiwa per km 2 sedangkan Kelurahan Bandar memiliki kepadatan penduduk yang paling kecil sebanyak jiwa per km 2 (Tabel 8). Tabel 18. Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009 Kelurahan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap Km 2 Kampung Dalam 0, Kampung Bandar 1, Kampung Baru 0, Sumber : Kantor Camat Senapelan, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah penduduk (Tabel 19) berdasarkan jenis kelamin pada Kelurahan Kampung Dalam sebanyak jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Pada Kelurahan Kampung Bandar, penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak Jumlah penduduk paling banyak, ada pada Kelurahan Kampung Baru dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. 44

59 Tabel 19. Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Kampung Dalam Kampung Bandar Kampung Baru Sumber : Kantor Camat Senapelan, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Pada Kelurahan Kampung Dalam jumlah rumah tangga sebanyak 689 Kepala Keluarga (KK), Kelurahan Kampung Bandar sebanyak KK, dan Kelurahan Kampung baru sebanyak KK. Tiga kelurahan tersebut memiliki rata-rata jiwa per rumah tangga yang sama, yaitu 5 jiwa per rumah tangga (Tabel 20). Tabel 20. Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009 Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Kampung Dalam Kampung Bandar Kampung Baru Sumber : Kantor Camat Senapelan, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Berdasarkan lapangan pekerjaan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas (Tabel 21), mayoritas pekerjaan dari ketiga kelurahan yang ada pada Kecamatan Senapelan dalam bidang jasa. Penduduk Kelurahan Kampung Baru yang bekerja pada bidang jasa sebanyak jiwa, penduduk Kelurahan Kampung Dalam sebanyak 988 jiwa, dan penduduk Kelurahan Kampung Dalam sebanyak 543 jiwa. 45

60 Tabel 21. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Senapelan Tahun 2009 Kelurahan Lapangan Pekerjaan Kampung Kampung Dalam Kampung Bandar Baru Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Sumber : Kantor Camat Senapelan, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru,

61 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar sungai. Berdasarkan survei di lapangan yang dilakukan di sepanjang ekosistem Sungai Siak dengan sampel sebanyak 65 responden, responden yang diwawancarai tidak semuanya penduduk asli. Sebagian besar responden sebesar 76,92 % merupakan penduduk asli yang dari lahir hingga saat ini tinggal di daerah tersebut dan sisanya sebesar 23,08 % bukan merupakan penduduk asli. Gambar 3 menunjukkan persentase penduduk asli dan bukan penduduk asli dari responden yang ada di ekosistem Sungai Siak. 23,08 % 76,92 % Penduduk Asli Bukan Penduduk Asli Sumber : Data Primer, diolah (2011) Gambar 3. Asal Penduduk Dilihat dari tingkat pendidikan responden diperoleh responden yang tidak sekolah sebesar 23,08 %, responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 53,85 %, responden dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 21,54 %, dan responden 47

62 dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 1,53 %. Keterangan mengenai tingkat pendidikan dari responden dapat dilihat pada Gambar 4. 1,53 % 21,54 % 23,08 % 53,85 % Sumber : Data Primer, diolah (2011) Gambar 4. Tingkat Pendidikan Dilihat dari tingkat penghasilan yang diperoleh responden, sebanyak 4,6 % responden memiliki penghasilan lebih kecil dari Rp ,00. Sebanyak 50,8 % responden memilki penghasilan Rp ,00 Rp ,00, sebanyak 40 % responden memiliki penghasilan Rp ,00 Rp ,00, sebanyak 3,07 % responden memiliki penghasilan Rp ,00 Rp ,00, dan sebanyak 1,53 % responden memiliki penghasilan lebih besar Rp ,00. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai tingkat penghasilan dari responden dapat dilihat pada Gambar 5. Tidak Sekolah SD SMP SMA 48

63 40 % 3,07 % 1,53 % 4,6 % 50,8 % < Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 Rp ,00-Rp ,00 > Rp ,00 Sumber : Data Primer, diolah (2011) Gambar 5. Tingkat Penghasilan Diperoleh penilaian masyarakat mengenai kondisi ekosistem Sungai Siak saat ini, sebagian besar responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak dalam keadaan yang buruk dengan persentase sebanyak 60 % responden, sebanyak 12,3 % responden menyatakan kondisi ekosistem sungai baik, 13,85 % responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak sangat buruk, 13,85 % responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak cukup baik. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai persepsi dari responden terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak dapat dilihat pada Gambar % 13,85 % 13,85 % 12,3 % Sangat Baik Cukup Baik Baik Buruk Sangat Buruk Sumber : Data Primer, diolah (2011) Gambar 6. Kondisi Ekosistem Sungai Siak 49

64 Dari seluruh responden yang berhasil diwawancarai mengaku merasakan perubahan dari ekosistem Sungai Siak. Sebanyak 49,24 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar 0-10 tahun yang lalu, 35,38 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar tahun yang lalu, dan sebanyak 15,38 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar tahun yang lalu. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 7. 15,38 % 49,24 % 35,38 % 0-10 tahun tahun tahun Sumber : Data Primer, diolah (2011) Gambar 7. Perubahan Ekosistem Sungai Siak Dulunya kondisi ekosistem Sungai Siak jauh lebih baik daripada sekarang, bahkan air sungai dapat dimanfaatkan sebagai air minum dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga oleh masyarakat. Air Sungai Siak saat ini tidak dapat digunakan lagi sebagai air minum oleh masyarakat yang tinggal di sekitar sungai karena telah mengalami perubahan baik secara fisik dan biologi. Udara di sekitar sungai dulunya juga bersih, tidak seperti sekarang yang tercemar oleh asap dari pabrik-pabrik dan juga asap yang berasal dari kebakaran hutan yang ada di 50

65 ekosistem Sungai Siak. Jumlah tangkapan ikan dan udang yang diperoleh nelayan saat ini juga mengalami penurunan. Sungai Siak memiliki karakteristik yang istimewa karena melintasi lima kabupaten/kota dalam satu provinsi. Banyaknya beban pencemaran yang masuk mengakibatkan kualitas air semakin menurun, diantaranya adalah limbah cair dari pabrik/industri yang berada di sepanjang Sungai Siak. Di Kota Pekanbaru terdapat tiga pabrik karet dan satu pabrik kayu lapis yang berada di tepi Sungai Siak dan menjadikan Sungai Siak sebagai media pembuangan limbah (Status Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru, 2007). Banjir juga sering terjadi apabila curah hujan tinggi, namun apabila tidak turun hujan dalam beberapa minggu maka akan terjadi kekeringan. Penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity) seperti hilangnya vegetasi-vegetasi yang ada di ekosistem sungai, penurunan jumlah ikan dan udang yang ada di Sungai Siak dikarenakan pencemaran oleh limbah industri serta penangkapan dengan penggunaan bom atau racun sehingga sangat merugikan bagi nelayan lainnya yang tidak mencari ikan dan udang dengan bom ataupun racun. Beberapa masyarakat mengatakan perbedaan jumlah tangkapan ikan dan udang sekarang dengan jumlah tangkapan 10 tahun yang lalu sangat berbeda sejak adanya pencemaran di Sungai Siak. Dulunya tangkapan ikan dan udang yang diperoleh dapat menopang kehidupan ekonomi dari nelayan sekarang hal itu tidak memungkinkan lagi karena penurunan jumlah tangkapan. 51

66 6.2. Preferensi Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Kelestarian Ekosistem Sungai Siak Masyarakat yang ada di sekitar ekosistem Sungai Siak sangat menginginkan adanya perbaikan terhadap ekosistem Sungai Siak. Kondisi ekosistem yang semakin mengkhawatirkan menyebabkan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat dan berpengaruh buruk terhadap perekonomian dari masyarakat yang tinggal dan menjadikan Sungai Siak sebagai sumber matapencahariannya. Berdasarkan survei di lapangan, 100% responden setuju dengan adanya perbaikan terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak Setuju Tidak Setuju 10 0 Masyarakat Sumber : Data Primer, diolah (2011) Gambar 8. Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak Masyarakat menginginkan perbaikan pada kondisi air sungai karena air sungai sudah tercemar parah oleh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar Sungai Siak. Kasus limbah yang parah terjadi pada tahun 2004, berdasarkan penuturan dari beberapa responden pada saat kasus terjadi ribuan ekor ikan dan udang dari berbagai jenis mati mengapung di sepanjang Sungai 52

67 Siak. Selain menyebabkan penurunan jumlah ikan maupun udang yang ada di Sungai Siak. Hal ini sangat berakibat buruk terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Jumlah tangkapan yang diperoleh oleh nelayan mengalami penurunan dan menyebabkan pendapatan nelayan berkurang bahkan ada beberapa dari nelayan yang beralih profesi. Perbaikan kondisi air sungai yang tercemar limbah agar dapat digunakan seperti dulu sebagai air minum dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dari masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Adanya sampah-sampah rumah tangga juga sangat mengganggu kondisi ekosistem Sungai Siak dan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir, banyak ditemukan sampah-sampah yang mengapung pada sungai maupun anak-anak Sungai Siak. Masyarakat juga menginginkan peran serta dari pemerintah dalam mengatasi penangkapan ikan yang menggunakan bom maupun racun. Masyarakat mengaku saat ini belum ada bukti nyata dari pemerintah dalam penegakan peraturan yang mengatur tentang penangkapan ikan di Sungai Siak. Saat ini masih banyak nelayan-nelayan yang menggunakan bom atau racun, penggunaan bom atau racun menyebabkan penurunan kualitas air sungai, jumlah ikan serta udang dalam jumlah yang besar. Untuk itu masyarakat mengharapkan dari pemerintah agar melakukan penertiban terhadap nelayan-nelayan yang menggunakan bom atau racun serta penertiban terhadap pabrik-pabrik yang membuang limbah ke Sungai Siak. Selain itu masyarakat juga menginginkan adanya penambahan jumlah ikan dan udang di Sungai Siak dengan cara penambahan benih ke sungai dikarenakan jumlah ikan dan udang yang semakin sedikit karena adanya pencemaran. 53

68 Penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity) di ekosistem Sungai Siak juga terjadi akibat penebangan hutan oleh perusahaan dan penebangan hutan secara liar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Vegetasi alami dari ekosistem Sungai Siak juga semakin berkurang akibat pencemaran sungai dan hempasan gelombang dari kapal-kapal yang berlayar melintasi sungai padahal vegetasi sangat dibutuhkan untuk mencegah banjir dan erosi dari tebing Sungai Siak. Banjir yang kerap terjadi sangat mengganggu kehidupan dari masyarakat yang tinggal di ekosistem Sungai Siak. Banjir terjadi setiap tahun tiap musim hujan. Apabila beberapa minggu tidak hujan maka akan terjadi kekeringan sehingga debit air menjadi kecil dan pasokan air baku PDAM menjadi terganggu. Hal ini terjadi karena terganggunya fungsi hidrologis dari DAS Sungai Siak. Fungsi hidrologis terganggu karena adanya konversi hutan menjadi perkebunan monokultur, yaitu perkebunan kepala sawit. Pendangkalan atau sedimentasi terhadap Sungai Siak juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, saat musim hujan sungai tidak mampu menampung air, sehingga air meluap keluar dan terjadi banjir. Masyarakat mengharapkan agar segera dilakukan perbaikan terhadap ekosistem Sungai Siak agar kondisi Sungai Siak kembali bersih dan baik seperti dahulu. Jumlah ikan dan udang di Sungai Siak diharapkan semakin bertambah banyak daripada sekarang. Ekosistem Sungai Siak juga kembali bersih dari berbagai macam pencemaran baik pencemaran terhadap air maupun terhadap udara. Perbaikan sistem drainase dan bangunan pencegah banjir yang telah ada agar dapat berfungsi maksimal sehingga tidak terjadi lagi banjir dimasa yang akan datang sehingga kehidupan dari masyarakat dapat kembali nyaman serta 54

69 kesejahteraan dari masyarakat yang tinggal di ekosistem Sungai Siak dapat meningkat seiring dengan perbaikan ekosistem sungai. Kebijakan dalam mempertahankan sumberdaya alam dari ekosistem Sungai Siak, antara lain : 1. Adanya kawasan lindung berupa sempadan sungai dengan adanya vegetasivegetasi alami yang berfungsi memperbaiki kualitas air, mempercepat aliran hujan ke dalam tanah, mencegah banjir, sebagai tempat hidup bagi biota-biota sungai serta melindungi properti-properti yang ada dibagian luar sempadan sungai. 2. Membatasi jumlah beban pencemar, pemantauan kualitas air, dan juga mengadakan program peningkatan kualitas air. 3. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap alat-alat tangkap yang digunakan nelayan agar tidak terjadi penyalahgunaan dalam penangkapan ikan yang dapat merusak ekosistem Sungai Siak Analisis Estimasi Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak Manfaat Langsung Nilai manfaat langsung diperoleh dengan menghitung manfaat langsung yang diterima oleh masyarakat sekitar Sungai Siak. Manfaat langsung meliputi manfaat penangkapan ikan dan udang serta manfaat dari air baku yang dikelola oleh PDAM Tirta Siak. Berdasarkan wawancara langsung dengan 50 orang nelayan berikut jenis-jenis tangkapan ikan dan udang yang biasa diperoleh nelayan, yaitu ikan baung (Mystus nemurus), ikan tapah (Wallago leerie), ikan betutu (Oxyeleotris marmorat), ikan selais (Kryptopterus apogon Blkr), ikan pantau (Rasbora borneesis), ikan juara (Pangisius pdyuranodon), ikan gabus 55

70 (Channa striatus) dan udang (Macrobrachium rosenbergii). Perhitungan manfaat penangkapan ikan dan udang dihitung dengan menggunakan harga pasar yang diperoleh dengan melakukan observasi di pasar-pasar yang ada di sekitar sungai, berikut Tabel 22 harga jenis-jenis tangkapan yang biasa diperoleh nelayan di Sungai Siak. Tabel 22. Harga Jenis-Jenis Tangkapan di Sungai Siak No Jenis Ikan Harga (Rp/kg) 1 Baung Tapah Betutu Selais Pantau Juara Gabus Udang Sumber : Data Primer, diolah (2011) Nelayan-nelayan dalam melakukan penangkapan ikan dan udang menggunakan berbagai macam peralatan, seperti sampan, pompong, jaring, pancing, jala, tangguk, belat, dan sebagainya. Umur dari pemakaian alat-alat berbeda untuk masing-masing nelayan, tergantung pemakaian dari nelayan tersebut. Berdasarkan survei dari 50 orang nelayan, nelayan yang menangkap ikan dan juga menangkap udang memiliki persentase sebesar 66 %, nelayan yang menangkap ikan saja sebesar 30 %, dan nelayan ikan keramba sebesar 4 %. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai pembagian nelayan dapat dilihat pada Gambar 9. 56

71 4 % 30 % 66 % Sumber : Data Primer, diolah (2011) Gambar 9. Pembagian Nelayan Sesuai hasil wawancara terhadap responden, diperoleh jumlah total tangkapan ikan baung sebanyak ,50 kg/tahun, untuk ikan selais sebanyak 8.997,75 kg/tahun, ikan tapah sebanyak 2.832,2 kg/tahun, ikan juara sebanyak 1.391,65 kg/tahun, ikan betutu sebanyak 1.465,6 kg/tahun, ikan pantau sebanyak 2.041,2 kg/tahun, ikan gabus sebanyak kg/tahun, dan udang sebanyak 3332,05 kg/tahun. Nilai manfaat dari nelayan yang menangkap ikan dan udang sebesar Rp ,18 (Lampiran 3) dan nelayan yang menangkap ikan saja, diperoleh nilai manfaat tangkapan ikan sebesar Rp ,84 (Lampiran 4). Nelayan Ikan dan Udang Nelayan Ikan Nelayan Ikan Keramba Nelayan ikan keramba membudidayakan jenis ikan baung. Ikan ini dibudidayakan karena sangat digemari oleh masyarakat di Provinsi Riau sebagai makanan khas masyarakat melayu serta untuk memenuhi permintaan dari rumah makan melayu yang ada di Kota Pekanbaru sehingga kebutuhan akan ikan baung semakin meningkat, dan ikan ini merupakan ikan air tawar yang cocok dibudidayakan di Sungai Siak. Nilai manfaat dari ikan keramba sebesar Rp ,00 dengan total ikan keramba sebanyak kg/tahun (Lampiran 5). 57

72 Jumlah nelayan yang ada di ekosistem Sungai Siak Kota Pekanbaru sebanyak 127 jiwa (Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Riau, 2011). Penjumlahan manfaat dari nelayan ikan dan udang, nelayan ikan serta nelayan ikan keramba dibagi dengan 50 responden kemudian nilai rata-rata (mean) dikalikan dengan total seluruh nelayan yang ada di ekosistem Sungai Siak sehingga diperoleh nilai manfaat ekonomi total dari ikan dan udang sebesar Rp ,48 per tahun. Keterangan mengenai nilai manfaat ekonomi total dari ikan dan udang di Sungai Siak dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Manfaat Ekonomi Ikan dan Udang No Mata Pencaharian Nilai Manfaat 1 Nelayan Ikan dan Udang ,18 2 Nelayan Ikan ,84 3 Nelayan Ikan Keramba ,00 Total ,02 Rata-Rata ,46 Jumlah Nelayan 127 Manfaat Ikan dan Udang ,48 Sumber : Data Primer, diolah (2011) Penyediaan air bersih di Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terdapat di setiap provinsi di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah yang diberi tanggung jawab dalam mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Pengawasan dan pemonitoran dari PDAM dilakukan oleh aparat pemerintah dari masing-masing daerah. Air baku di Kota Pekanbaru dikelola oleh PDAM Tirta Siak dimana air baku berasal dari Sungai Siak. Air baku tersebut diolah menjadi air bersih/air minum yang kemudian didistribusikan ke rumah tangga, industri, perusahaan, kantor pemerintahan, dan sebagainya yang ada di Kota Pekanbaru. Berikut nilai 58

73 ekonomi air Sungai Siak sebagai bahan baku air minum di Kota Pekanbaru sebagaimana tampak pada Tabel 24. Tabel 24. Nilai Ekonomi Air Baku PDAM No. Keterangan Harga per unit (Rp/m 3 ) Nilai Total (Rp/tahun) 1 Harga jual air minum 2.674, ,18 2 Total biaya 1.247, ,45 Biaya pengolahan air : a. Biaya bahan kimia ,00 b. Upah tenaga kerja ,00 c. Penyusutan mesin ,45 d. Rupa-rupa biaya pengolahan air ,00 e. Biaya pemeliharaan pengolahan air ,00 Biaya langsung usaha : a. Biaya operasi sumber air ,00 b. Biaya pemeliharaan sumber air ,00 c. Biaya baku air ,00 Biaya transmisi dan distribusi : a. Biaya pemakaian bahan dan perlengkapan ,00 b. Biaya pemeliharaan transmisi dan ,00 distribusi Pemeliharaan gedung dan peralatan : a. Pemeliharaan inventaris kantor ,00 b. Pemeliharaan kendaraan dinas ,00 c. Pemeliharaan bangunan ,00 d. Pemeliharaan instalasi umum ,00 e. Pemeliharaan taman dan bangunan ,00 3 Keuntungan usaha (15%* Rp. 187, , ,36) 4 Nilai/Harga air baku 1.239, ,06 Catatan : Jumlah Produksi air minum ,57 m 3 /tahun Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Siak, diolah (2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari PDAM Tirta Siak, harga air minum Rp 2.674,00 per m 3 dan jumlah produksi air minum sebanyak ,57 m 3 per tahun, sehingga nilai total dari penerimaan, yaitu sebesar Rp ,18 per tahun. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah air, yaitu sebesar Rp ,45 per tahun dengan total biaya per unit sebesar Rp ,36 per m 3. Biaya-biaya itu mencakup biaya pengolahan air, biaya langsung usaha, biaya transmisi dan distribusi serta biaya pemeliharaan gedung dan peralatan. Keuntungan usaha yang dihitung sebagai balas jasa terhadap modal 59

74 yang dipasok oleh produsen sebesar 15% x Rp ,45 per tahun = Rp ,67 per tahun. Diperoleh nilai/harga air baku, yaitu sebesar Rp ,06 per tahun dengan harga per unit sebesar Rp 1.239,53 per m 3 (Lampiran 6). Untuk keterangan lebih lanjut mengenai nilai manfaat langsung ekosistem Sungai Siak dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 25. Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Sungai Siak No Manfaat Nilai Manfaat Rp/tahun Persentase (%) 1 Penangkapan Ikan dan Udang ,48 22,77 2 Air baku PDAM ,06 77,23 Total ,54 100,00 Sumber : Data Primer, diolah (2011) Manfaat Tidak Langsung Banjir di Sungai Siak sering terjadi disetiap musim hujan. Hal ini karena secara topografi Kota Pekanbaru terletak pada dataran rendah. Selain itu saluran drainase dan anak-anak sungai mengalir tidak lancar yang menyebabkan genangan lokal di daerah rawan banjir. Permasalahan banjir ini telah mengganggu aktifitas dan perekonomian dari masyarakat Kota Pekanbaru, untuk mengontrol air sungai agar tidak terjadi banjir maka dibangun beberapa bangunan pengendali banjir. Bangunan pengendalian banjir yang ada di Kota Pekanbaru terbagi menjadi enam sektor dengan luas kawasan sebesar 1860 ha. Sektor-sektor pengendali banjir dibagi berdasarkan daerah yang rawan banjir, sektor-sektor ini berada pada Kecamatan Senapelan, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Payung Sekaki, dan Kecamatan Rumbai Pesisir sebanyak dua tempat. Masing-masing dari sektor pengendali banjir yang dibangun memiliki ketahanan 60

75 selama 20 tahun. Untuk keterangan mengenai nilai dari sektor-sektor pengendali banjir dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Nilai Sektor Pengendali Banjir No Pengendali Banjir Lokasi Luas (Ha) Biaya 1 Sektor 1, Kecamatan Senapelan ,00 2 Sektor 2, Kecamatan Lima Puluh ,00 3 Sektor 3, Kecamatan Rumbai ,00 4 Sektor 4, Kecamatan Rumbai Pesisir ,00 5 Sektor 5, Kecamatan Rumbai Pesisir ,00 6 Sektor 6, Payung Sekaki ,00 Total ,00 Nilai ekonomi per tahun ,00 Sumber : Balai Wilayah Sungai, diolah (2011) Jadi, manfaat tidak langsung dari sektor-sektor pengendali banjir yang ada di ekosistem Sungai Siak sebesar Rp ,00 per tahun Manfaat Pilihan Manfaat pilihan dari ekosistem Sungai Siak diperoleh dari willingness to pay (WTP) yang diajukan kepada masyarakat. Diperoleh nilai WTP yang berbeda-beda dari responden, berdasarkan tingkat pendidikan. Nilai manfaat yang diberikan responden yang tidak sekolah sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SD sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SMP sebesar Rp ,00 Rp ,00, dan responden yang tingkat pendidikannya SMA sebesar Rp ,00. Nilai rata-rata (mean) dari manfaat pilihan dikalikan dengan jumlah kepala keluarga. Dari hasil perhitungan didapat total nilai manfaat pilihan sebesar Rp ,86 per tahun (Lampiran 7). 61

76 Manfaat Keberadaan Manfaat keberadaan dari Ekosistem Sungai Siak juga diperoleh dengan willingness to pay (WTP). Nilai WTP berdasarkan tingkat pendidikan dari responden. Nilai manfaat dari responden yang tidak sekolah sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SD sebesar Rp ,00 Rp ,00, responden yang tingkat pendidikannya SMP sebesar Rp ,00 Rp ,00, dan responden yang tingkat pendidikannya SMA sebesar Rp ,00. Nilai rata-rata (mean) dari manfaat keberadaan dikalikan dengan jumlah kepala keluarga. Sehingga diperoleh nilai total dari manfaat keberadaan sebesar Rp ,71 per tahun (Lampiran 8). Tabel 27. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak No Manfaat Nilai Manfaat (Rp/tahun) Persentase (%) 1 Manfaat Langsung ,54 31,65 2 Manfaat Tidak Langsung ,00 61,40 3 Manfaat Pilihan ,86 3,50 4 Manfaat Keberadaan ,71 3,45 Total ,11 100,00 Sumber : Data Primer, diolah (2011) Dari hasil perhitungan (Tabel 27), diperoleh nilai ekonomi total (total economic value) dari ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru sebesar Rp ,11 per tahun. Manfaat langsung yang terdiri dari manfaat ikan dan udang serta manfaat air baku PDAM sebesar Rp ,54 per tahun, manfaat tidak langsung yang berasal dari manfaat dari sektor pengendali banjir sebesar Rp ,00 per tahun. Nilai ekonomi kegunaan (use value) merupakan penjumlahan dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung sehingga diperoleh nilai ekonomi kegunaan sebesar Rp ,54 per tahun. 62

77 Manfaat keberadaan dari ekosistem Sungai Siak sebesar Rp ,71 per tahun. Nilai manfaat yang paling besar diperoleh dari manfaat pilihan dengan nilai manfaat sebesar Rp ,86 per tahun. Sehingga nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) yang merupakan penjumlahan antara manfaat keberadaan dan manfaat pilihan sebesar Rp ,57 per tahun. 63

78 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1) Penilaian masyarakat di sekitar Sungai terhadap keberadaan dari ekosistem Sungai Siak dimana sejauh ini ekosistem Sungai Siak mengalami perubahan, seluruh responden yang diwawancarai mengaku merasakan perubahan dari ekosistem sungai. Hal ini dibuktikan sebanyak 60 % responden atau 39 responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak dalam keadaan yang buruk. Sebanyak 49,24 % responden atau 32 responden mengaku perubahan dari ekosistem sungai terjadi sekitar 0-10 tahun yang lalu. Perubahan dari ekosistem sungai dalam bentuk perubahan dari kualitas air sungai dan lingkungan akibat pencemaran, berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity), dan intensitas terjadinya banjir yang semakin meningkat. 2) Sebanyak 100 % responden atau seluruh responden menyatakan setuju terhadap perbaikan dari ekosistem Sungai Siak. Perubahan dari ekosistem Sungai Siak berpengaruh buruk terhadap perekonomian dari masyarakat yang tinggal dan menjadikan Sungai Siak sebagai sumber matapencahariannya. Preferensi masyarakat terhadap kelestarian dari ekosistem sungai dimana masyarakat menginginkan perbaikan dari kualitas air dan lingkungan yang sudah tercemar, penambahan jumlah ikan dan udang, perbaikan sistem drainase untuk mencegah terjadinya banjir. 3) Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai ekonomi total (total economic value) dari ekosistem Sungai Siak Kota Pekanbaru sebesar Rp ,11 per 64

79 tahun. Nilai ekonomi total (total economic value) terdiri dari nilai ekonomi kegunaan (use value) dan nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) dimana nilai ekonomi kegunaan (use value) sebesar Rp ,54 per tahun yang merupakan penjumlahan dari manfaat langsung (direct use value) sebesar Rp ,54 per tahun dan manfaat tidak langsung (indirect use value) sebesar Rp ,00 per tahun. Nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) sebesar Rp ,57 per tahun yang merupakan penjumlahan dari manfaat keberadaan sebesar Rp ,71 per tahun dan manfaat pilihan sebesar Rp ,86 per tahun Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disarankan : 1) Pengelolaan serta pemeliharaan dari ekosistem Sungai Siak agar berkelanjutan keadaan, sifat serta fungsi dari ekosistem sungai sekaligus tetap terjaga baik dalam hal kualitas maupun kuantitas sehingga memberikan manfaat kepada masyarakat pada saat ini maupun dimasa yang akan datang. 2) Pemerintah diharapkan mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat untuk menangani masalah perubahan ekosistem Sungai Siak dan upaya pelestarian dari ekosistem Sungai Siak. 3) Perlu adanya penegakan aturan yang lebih kuat oleh pemerintah terhadap penyalahgunaan pemanfaatan dari ekosistem Sungai Siak. 65

80 4) Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat yang berada di sekitar ekosistem Sungai Siak mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan ekosistem sungai. 66

81 DAFTAR PUSTAKA Alamendah. Kerusakan Sungai dan Daerah Aliran Sungai di Indonesia. Diakses pada tanggal 20 Desember Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Pekanbaru. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah. Pekanbaru. Badan Pusat Statistik Kecamatan Lima Puluh dalam Angka Badan Pusat Statistik. Pekanbaru Kecamatan Payung Sekaki dalam Angka Badan Pusat Statistik. Pekanbaru Kecamatan Rumbai dalam Angka Badan Pusat Statistik. Pekanbaru Kecamatan Rumbai Pesisir dalam Angka Badan Pusat Statistik. Pekanbaru Pekanbaru dalam Angka Badan Pusat Statistik. Pekanbaru. Barton, D. N Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal Resources SMR-Report 14/94. University of Bergen. Bergen. Department for Environment, Food and Rural Affairs The Economic, Social and Ecological Value of Ecosystem Services. Economics for the Environment Consultancy. London. Fauzi, A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan : Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Geografi. Klasifikasi Sungai. sungai.html. Diakses pada tanggal 20 Desember Hitzhusen, Fred J ed Economic Valuation of River Systems. Edward Elgar Publishing. United State of America. Irwan, Z. D Prinsip-Prinsip Ekologi : Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai. Jakarta. 67

82 Laksono, A. P Estimasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Bencana Situ Gintung. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberadaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Millenium Ecosystem Asessment Ecosystems and Human Well-being: A Framework for Assessment. Island Press. United State of America. Mulyanto, H. R Sungai : Fungsi dan Sifat Sifatnya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Nasution, S Metode Research (Penelitian Ilmiah). PT. Bumi Aksara. Jakarta. PP Nomor 35 Tahun Tentang Sungai. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Pearce, D and D. Moran The Economic Value of Biodiversity. Earthscan Publications Limited. London. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Potensi Aliran Sungai di Indonesia, volume 1: Pulau Jawa. Bandung. Putrantomo, F Aplikasi Contingent Choice Modelling (CCM) dalam Valuasi Ekonomi Terumbu Karang Taman Nasional Karimun Jawa. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ruitenbeek, H. J Mangrove Management : An Economic Analysis of Management Options with a Focus on Bintuni Bay, Irian Jaya, Environmental Management Development in Indonesia (EMDI) Project. EMDI Environtmental Reports No. 8. Jakarta. DinasPerikanan dan Kelautan Provinsi Riau Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Riau Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau. Pekanbaru. Suparmoko, M Ekonomi Lingkungan. BPFE. Yogyakarta. UU Nomor 7 Tahun Sumberdaya Air. Undang-Undang Republik Indonesia. Undiksha. Ekosistem Buatan. Diakses pada tanggal 18 Februari Yunus, L Evaluasi Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy Hulu dan Akibatnya di Hilir. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68

83 LAMPIRAN 69

84 Lampiran 1. Kuisioner Responden No : Hari/Tanggal :... INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramaga Bogor 16 Telp. (0251) , Fax (0251) KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai, studi kasus Sungai Siak, Kota Pekanbaru. Kami mohon partisipasi Anda untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak digunakan untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya Kami ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Nama : 2. Alamat : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan 4. Umur : tahun 5. Status : Menikah / Belum Menikah 6. Berapakah jumlah anggota keluarga yang Anda tanggung?. orang 7. Pendidikan formal terakhir Anda? A. SD Kelas : B. SMP / Tsanawiyah Kelas : C. SMA / SMK / Aliyah Kelas : D. Perguruan Tinggi D1 D2 D3 S1 S2 S3 E. Tidak Sekolah 8. Apakah jenis pekerjaan Anda saat ini? A. PNS (Pegawai Negeri Sipil) E. Pegawai Swasta B. TNI / Polisi F. Pengusaha / Wirausaha C. Pedagang G. Ibu Rumah Tangga D. Buruh Pabrik H. Lainnya,. 9. Rata-rata pendapatan perbulan (dalam rupiah) Anda? A. < Rp Tepatnya : Rp. B. Rp Rp Tepatnya : Rp. C. Rp Rp Tepatnya : Rp. D. Rp Rp Tepatnya : Rp. E. Rp Rp Tepatnya : Rp. 70

85 F. Rp Rp Tepatnya : Rp. G. Rp Rp Tepatnya : Rp. H. > Rp Tepatnya : Rp. B. Penilaian Masyarakat Terhadap Ekosistem Sungai Siak 1. Apakah Anda penduduk asli daerah ini? A. Ya B. Tidak 2. Sudah berapa lama Anda tinggal di daerah ini?. Tahun 3. Apakah Anda mengetahui manfaat dari Sungai Siak? A. Ya B. Tidak 4. Apa saja manfaat yang dihasilkan oleh Sungai Siak yang Anda ketahui? (beri angka berurutan dari satu hingga empat dari manfaat yang paling mendominasi) A B C D Sumber air minum Tempat menangkap ikan dan udang Tempat hidup bagi flora dan fauna (keanekaragaman hayati) Prasarana transportasi sungai 5. Bagaimanakah menurut Anda kondisi Sungai Siak saat ini? A. Sangat Baik B. Cukup Baik C. Baik D. Buruk E. Sangat Buruk 6. Selama Anda tinggal di daerah ini, apakah Anda merasakan perubahan lingkungan yang terjadi pada ekosistem Sungai Siak? A. Ya B. Tidak 7. Sejak kapan Anda merasakan adanya perubahan lingkungan dari ekosistem Sungai Siak? A tahun yang lalu B tahun yang lalu C tahun yang lalu D. > 20 tahun yang lalu Bagaimana kondisi ekosistem Sungai Siak pada masa lalu?

86 8. Perubahan lingkungan apa saja yang Anda rasakan dari ekosistem Sungai Siak? A. Terjadinya banjir B. Tercemarnya air C. Berkurangnya tangkapan ikan maupun udang D. Hilangnya flora dan fauna (keanekaragaman hayati) E. Lainnya,... C. Penilaian Masyarakat Terhadap Manfaat Langsung (direct use value) 1. Nilai tangkapan ikan Jenis ikan-ikan apa saja yang biasa Anda tangkap?.... Berapa jumlah tangkapan ikan yang Anda dapatkan (kg/hari)?.... Apa saja yang Anda perlukan untuk melakukan penangkapan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk penangkapan ikan? Berapa kali frekuensi Anda menangkap ikan (per minggu)?. 2. Nilai tangkapan udang Berapa jumlah tangkapan udang yang Anda dapatkan ( kg/hari)? Apa saja yang Anda perlukan untuk melakukan penangkapan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk penangkapan udang? Berapa kali frekuensi Anda menangkap udang (per minggu)?. D. Preferensi Masyarakat Terhadap Kelestarian Ekosistem Sungai Siak 1. Apakah Anda setuju jika dilakukan perbaikan terhadap kualitas dan kuantitas dari ekosistem Sungai Siak? A. Setuju B. Tidak Setuju 72

87 2. Perbaikan apa saja yang Anda inginkan dari ekosistem Sungai Siak? Apa yang Anda harapkan dari kondisi ekosistem Sungai Siak dimasa yang akan datang? E. Kesediaan Masyarakat untuk Melakukan Pembayaran terhadap Manfaat Keberadaan dari Ekosistem Sungai Siak Manfaat keberadaan merupakan manfaat yang diberikan karena adanya keberadaan dari ekosistem Sungai Siak. Manfaat keberadaan merupakan manfaat murni dari sungai yang meliputi nilai-nilai sosial budaya serta biodiversity (keanekaragaman hayati) dari ekosistem Sungai Siak. Untuk mempertahankan manfaat keberadaan dari ekosistem Sungai Siak, maka berapa besar uang yang bersedia Anda keluarkan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem Sungai Siak? A. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... B. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... C. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... D. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... E. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya. F. Kesediaan Masyarakat untuk Melakukan Pembayaran terhadap Manfaat Pilihan dari Ekosistem Sungai Siak Manfaat Pilihan merupakan manfaat yang berpotensi untuk dihasilkan dimasa yang akan datang. Meliputi manfaat manfaat dari ekosistem Sungai Siak yang disimpan atau dipertahankan untuk kepentingan yang akan datang. Manfaat pilihan pada ekosistem Sungai Siak ini adalah nilai keanekaragaman hayati (biodiversity). Nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) semakin lama semakin berkurang, diperkirakan setengah dari jenis spesies yang mendiami ekosistem 73

88 Sungai Siak terancam punah. Salah satu jenis spesies endemik di sungai ini, yaitu ikan patin. Saat ini jumlah ikan patin di Sungai Siak semakin sedikit. Untuk mempertahankan manfaat pilihan dari nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) agar tetap terjaga, maka berapa Anda bersedia untuk membayar agar nilai keanekaragaman hayati(biodiversity) dari Sungai Siak tetap ada? A. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... B. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... C. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... D. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... E. Rp /tahun Rp /tahun, tepatnya... 74

89 G. Pertanyaan untuk Nelayan Keramba 1. Apa saja yang Anda budidayakan pada keramba? Berapa luas keramba yang Anda miliki? 3. Berapa kali frekuensi pemanenan keramba?(per tahun) 4. Berapa banyak jumlah hasil dari budidaya yang Anda peroleh?(per sekali panen) 5. Berapa harga jual dari hasil keramba?(rp/kg) Berapakah biaya untuk pembuatan jaring apung pada keramba? Berapa lama (tahun) keramba dapat digunakan hingga rusak? Berapa banyak pakan yang dihabiskan untuk keramba? (kg/tahun) 9. Berapakah biaya untuk - Bahan bakar :.. - Pakan :.. - Upah tenaga kerja :.. 75

90 76 Lampiran 2. Peta Hidrologi/Jaringan Sungai Kota Pekanbaru

91 Lampiran 3. Nilai Manfaat Nelayan Ikan dan Udang Responden Jenis Tangkapan Harga (Rp/Kg) Volume/Hari (Kg) Frekuensi/Tahun Volume (Kg) Biaya/Tahun (Rp) Manfaat/Tahun Nilai Tangkapan Baung ,00 1, ,00 Selais ,00 1, , ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 Selais , , ,67 Pantau , ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 2, , ,00 Udang , ,00 Baung , ,00 Tapah , , ,44 Selais , ,00 Udang , ,00 Baung ,00 1, ,00 Selais , , ,33 Tapah ,00 1, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 1, ,00 Betutu ,00 0, , ,33 Pantau ,00 0, , , , , , , ,67 Udang ,00 0, ,00 7 Baung ,00 0, , , ,00

92 78 Betutu , ,00 Selais ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 1, , ,00 Tapah , ,00 8 Selais ,00 1, , , ,00 Juara ,00 0, , ,00 Udang ,00 0, , ,00 Baung , ,00 9 Tapah ,00 0, , ,00 Selais , ,00 Udang ,00 0, , ,00 Baung , ,00 10 Gabus ,00 0, , ,00 Selais ,00 1, , ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 2, , ,00 11 Betutu ,00 0, , , ,00 Udang ,00 0, , ,00 Baung , ,00 12 Selais ,00 0, , ,00 Tapah ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 13 Baung ,00 1, , ,00 Tapah ,00 0, , , , , , , ,00

93 79 Selais ,00 1, , ,00 Juara ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 1, ,00 Tapah ,00 0, , ,00 14 Juara ,00 0, , ,00 Selais ,00 0, ,00 Udang ,00 0, , ,00 Baung ,00 0, ,00 Gabus ,00 0, ,00 15 Pantau ,00 0, , ,00 Juara ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung , ,00 16 Selais , , ,33 Pantau , ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 1, , ,00 17 Betutu ,00 0, , , ,33 Selais ,00 2, ,00 Udang ,00 0, ,00 18 Baung ,00 0, ,00 Betutu ,00 0, , ,00 Selais , ,00 Udang ,00 0, , , , , , ,00

94 80 Baung , ,00 19 Selais ,00 1, , ,00 Juara ,00 1, ,00 Udang ,00 0, , ,00 Baung ,00 0, , ,00 20 Juara ,00 0, , , ,00 Selais ,00 0, , ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 21 Selais ,00 0, , ,33 Pantau ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 22 Selais , , ,00 Betutu ,00 0, ,00 Udang ,00 0, , ,00 Baung ,00 3, ,00 23 Selais , , ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung , ,00 24 Betutu ,00 0, , ,00 Selais ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 25 Baung , , ,00 Gabus ,00 1, , , , , , , , ,00

95 81 Pantau ,00 1, , ,00 Selais , ,00 Udang ,00 0, , ,00 Baung ,00 0, ,00 26 Selais ,00 0, , ,33 Gabus ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung , ,00 27 Selais ,00 0, , ,00 Pantau ,00 1, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 1, ,00 Selais ,00 0, ,00 28 Gabus ,00 1, , ,00 Pantau ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 29 Selais ,00 1, , ,33 Tapah ,00 0, ,00 Udang ,00 0, ,00 30 Baung , ,00 Selais ,00 0, ,00 Gabus ,00 0, , , ,00 Pantau ,00 0, ,00 Udang ,00 0, , , , , , ,67

96 Baung ,00 0, ,00 Tapah ,00 0, , , ,00 Selais ,00 1, , ,00 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 Gabus ,00 0, , ,33 Betutu ,00 0, , ,67 Udang ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 Selais ,00 0, , ,00 Tapah ,00 0, , ,00 Udang ,00 0, ,00 JUMLAH ,18 82

97 Lampiran 4. Nilai Manfaat Nelayan Ikan Responden Jenis Tangkapan Harga (Rp/Kg) Volume/Hari (Kg) Frekuensi/Tahu n Volume (Kg) Biaya/Tahun (Rp) Manfaat/Tahun Nilai Tangkapan 83 Baung ,00 0, , ,00 1 Gabus ,00 0, , , ,38 Selais , ,00 Pantau ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 2 Selais ,00 0, , ,00 Pantau ,00 0, ,00 Gabus , ,00 3 Baung , , ,67 Tapah ,00 1, ,00 4 Baung , , ,00 Selais , ,00 Baung ,00 0, ,00 5 Selais ,00 0, , ,00 Pantau ,00 0, ,00 Betutu ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 6 Juara ,00 0, , ,67 Pantau ,00 0, ,00 Selais ,00 0, ,00 7 Baung ,00 0, , ,00 Gabus , , , , , , , ,33 9,560,000.00

98 Baung ,00 0, ,00 Betutu , , ,00 Pantau ,00 0, ,00 Baung , ,00 Gabus , , ,00 Selais , ,00 Tapah , ,00 Baung ,00 0, ,00 Selais ,00 0, , ,00 Betutu ,00 0, ,00 Baung ,00 0, ,00 Selais , , ,00 Juara , ,00 Baung ,00 0, , , ,11 Selais ,00 0, ,00 Baung ,00 1, ,00 Selais ,00 0, , ,00 Juara ,00 0, , ,00 Baung ,00 0, ,00 Selais ,00 0, , ,67 Betutu ,00 0, ,00 Gabus ,00 0, ,00 Baung ,00 0, , , ,00 Selais , , , , , , , , , ,00 84 JUMLAH ,84

99 Lampiran 5. Nilai Manfaat Ikan Keramba Responden Jenis Ikan yang Dibudidayakan Harga (Rp/kg) Volume (Kg) Biaya/Tahun (Rp) Manfaat/Tahun Nilai Ikan Keramba (Rp/tahun) 1 Baung , , , ,00 2 Baung , , , ,00 JUMLAH ,00 Berat ikan yang dipanen sekitar 800gr/ekor Total volume ikan 4064 kg Biaya-Biaya Responden Jumlah Keramba Ukuran Keramba Biaya Pembuatan Keramba Umur (tahun) Biaya Keramba (Rp/tahun) 1 2 2,5 m x 4 m ,00 4 tahun , m x 4 m ,00 4 tahun ,00 Responden Jumlah Ikan Biaya Pembelian Benih (Rp/tahun) , ,00 Responden Harga Pakan (Rp/hari/keramba) Pakan Ikan (kg/hari/keramba) Biaya Pakan Ikan (Rp/tahun) , , ,00 1, ,00 85

100 86 Lampiran 6. Nilai Air Baku PDAM Jumlah air yang diproduksi (m³) ,57 1 Harga air minum (Rp/m³) 2.674,00 2 Biaya pengolahan air Biaya per unit (Rp/m³) Biaya (Rp) A. Upah tenaga kerja B. C. 1. Biaya pegawai bagian teknik 59, ,00 2. Lembur 13, ,00 3. Insentif/kesejahteraan pegawai 35, ,00 4. Iuran pensiun 28, ,00 5. Biaya operasi/pegawai transmisi distribusi 41, ,00 6. Gaji dan honor 162, ,00 7. Tunjangan 34, ,00 8. Iuran jamsostek 7, ,00 9. Pembinaan karyawan dan pakaian dinas 0, , Pendidikan dan pelatihan 3, ,00 Biaya bahan kimia Total 385, ,00 1. Pemakaian bahan kimia 176, ,00 Penyusutan mesin Total 176, ,00 1. Biaya penyusutan sumber air 2, ,81 2. Biaya penyusutan pengolahan air 126, ,70 3. Biaya penyusutan transmisi distribusi 234, ,94 Total 364, ,45

101 D. E. Rupa-rupa biaya pengolahan air 0, ,00 Total 0, ,00 Biaya pemeliharaan pengolahan air 27, ,00 Total 27, ,00 Biaya langsung usaha A. Biaya operasi sumber air 241, ,00 B. Biaya pemeliharaan sumber air 1, ,00 C. Biaya air baku 11, ,00 Biaya transmisi dan distribusi Total 254, ,00 A. Biaya pemakaian bahan dan perlengkapan 2, ,00 B. Biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi 17, ,00 Pemeliharaan gedung dan peralatan Total 19, ,00 A. Pemeliharaan inventaris kantor 2, ,00 B. Pemeliharaan kendaraan dinas 15, ,00 C. Pemeliharaan bangunan 0, ,00 D. Pemeliharaan instalasi umum 0, ,00 E. Pemeliharaan taman dan lapangan 0, ,00 Total 20, ,00 TOTAL BIAYA 1.247, ,45 Keuntungan usaha (15%* Rp. 13,185,075,224.45) 187, ,67 Harga jual air minum ,18 Harga/nilai Air Baku 1.239, ,06

102 Lampiran 7. Nilai Manfaat Pilihan Tingkat Jumlah Responden Rata-Rata Nilai Pilihan Pekerjaan Pendidikan Tidak Sekolah , , , , ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata , , , , ,00 SD , , , , ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata , , , ,00 SMP , , ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata ,29 SMA ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata ,00 Jumlah ,2857 Rata-Rata ,57 Jumlah Kepala Keluarga Nilai Pilihan ,86 nelayan ikan, nelayan ikan dan udang, pedagang nelayan ikan, nelayan ikan dan udang, nelayan keramba, pedagang nelayan ikan, nelayan ikan dan udang, pedagang nelayan ikan 88

103 Lampiran 8. Nilai Manfaat Keberadaan Tingkat Jumlah Responden Rata-Rata Nilai Keberadaan Pekerjaan Pendidikan Tidak Sekolah , , , ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata , , , , ,00 SD , , , , ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata , , ,00 SMP , , ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata ,71 SMA ,00 Jumlah ,00 Rata-Rata ,00 Jumlah ,57 Rata-Rata ,14 Jumlah Kepala Keluarga Nilai Keberadaan ,71 nelayan ikan, nelayan ikan dan udang, pedagang nelayan ikan, nelayan ikan dan udang, nelayan keramba, pedagang nelayan ikan, nelayan ikan dan udang, pedagang nelayan ikan 89

104 Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian 90

TINJAUAN PUSTAKA. ini makhluk hidup lazim disebut dengan biotik, dari asal kata bi berarti hidup.

TINJAUAN PUSTAKA. ini makhluk hidup lazim disebut dengan biotik, dari asal kata bi berarti hidup. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem 2.1.1. Pengertian Ekosistem Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya yang tidak hidup saling berinteraksi berhubungan erat tak terpisahkan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut : HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut : Siklus pendek : Air laut uap air embun awan hujan laut darat Siklus sedang : Air laut uap air embun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.2. air freatik. air artesis. air fotic. air payau.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.2. air freatik. air artesis. air fotic. air payau. 1. Air tanah dalam yang memancar disebut... SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.2 air freatik air artesis air fotic air payau air permukaan Kunci Jawaban : B Air

Lebih terperinci

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami jenis sungai berdasarkan formasi batuan dan

Lebih terperinci

HIDROSFER II. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER II. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami aktivitas aliran sungai. 2. Memahami jenis

Lebih terperinci

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Proses penguapan air yang ada di permukaan bumi secara langsung melalui proses pemanasan muka bumi disebut a. Transpirasi b. Transformasi c. Evaporasi d. Evapotranspirasi e.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river.

Lebih terperinci

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI HIDROSFER Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI Disampaikan dalam Kegiatan Pendalaman Materi Geografi SMP Bandung, 7 September 2007 Peserta workshop: Guru Geografi SMP Siklus Air Dari

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si Apa yang dimaksud biodiversitas? Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah : keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada lokasi hutan mangrove yang ada diwilayah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat sebagaima tercantum dalam peta lokasi

Lebih terperinci

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila AIR PERMUKAAN Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila 2 0 1 3 Air permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi (peresapan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Acara :

Disampaikan Pada Acara : Disampaikan Pada Acara : Balancing Spatial Planning, Sustainable Biomass Production, Climate Change and Conservation (Menyeimbangkan Penataan Ruang, Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan, Perubahan Iklim

Lebih terperinci

3.1 Metode Identifikasi

3.1 Metode Identifikasi B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Muhammad Arhan Rajab 1, Sumantri 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 arhanrajab@gmail.com

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

score of correct answ er total score

score of correct answ er total score SMA KRI STEN TRI TUNGGAL JL. SEMARANG I NDAH BLOK F NO. 1 SEMARANG TELP. ( 024) 7606100, 7610634 FAX. 7626017 Total Score : Score= 100 score of correct answ er total score COMPETENCE ASSESSMENT (CA) Subject

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir PENDAHULUAN Latar belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan bahari yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup kaya. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

B. DANAU. c. Danau Vulkan-Tektonik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung api. Contoh : Danau Toba.

B. DANAU. c. Danau Vulkan-Tektonik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung api. Contoh : Danau Toba. e. Danau Dolina adalah danau yang terdapat di daerah icorst dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila di dasar tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang merupakan bahan yang tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai untuk area konservasi

Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai untuk area konservasi Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai untuk area konservasi Oleh : Idung Risdiyanto Institut Pertanian Bogor Bogor, Oktober 2012 Panduan identifikasi dan penetapan batas sempadan sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Danau secara

Lebih terperinci

07. Bentangalam Fluvial

07. Bentangalam Fluvial TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi 07. Bentangalam Fluvial Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2010 Pendahuluan Diantara planet-planet sekitarnya, Bumi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b Tema 7 Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir & Daerah Aliran Sungai ke-1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 April 2015 Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai Muhammad Rijal

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMA/KELAS 10/GEOGRAFI/BAB 6/GEO smil/manifest.

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMA/KELAS 10/GEOGRAFI/BAB 6/GEO smil/manifest. 1. Perhatikan gambar berikut! SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL BAB 6 Proses infiltrasi pada siklus air adalah nomor... 1 2 3 4 5 Kunci Jawaban : D Proses-proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

TOPIK I PENGANTAR EKOLOGI

TOPIK I PENGANTAR EKOLOGI TOPIK I PENGANTAR EKOLOGI 1. Pengertian Ekologi Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan transisi ekosistem terestrial dan laut yang ditandai oleh gradien perubahan ekosistem yang tajam (Pariwono, 1992). Kawasan pantai merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kawasan Pesisir Pantai Tlanakan, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan

Lebih terperinci

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie

36 2. Menghitung kerugian ekonomi perubahan ekologi CPAD dan tambak sekitarnya akibat kenaikan muka laut 3. Mengidentifikasi upaya peningkatan resilie 35 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian prediksi dampak kenaikan muka lauit ini dilakukan di Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) dan kawasan penyangga di sekitarnya dengan batasan wilayah

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Nilai merupakan persepsi terhadap suatu objek pada tempat dan waktu tertentu. Sedangkan persepsi merupakan pandangan individu atau

Lebih terperinci