BAB I PENDAHULUAN. pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Apalagi seiring dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Apalagi seiring dengan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk keterampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala kecil. Apalagi seiring dengan berkembangnya hukum di masyarakat dewasa ini, sangat di butuhkan keberadaan ahli hukum yang terampil dan profesional. Program Diploma 3 Hukum Sekolah Vokasi Universita Gadjah Mada termasuk pendidikan tinggi hukum yang mengahasilkan tenaga Ahli Madya Hukum profesional yang dapat memberikan kontribusi di bidang pelayanan hukum. Demi mendukung para ahli hukum tersebut dalam menjalankan tugasnya maka diperlukan tenaga Ahli Madya Hukum yang biasa disebut dengan Paralegal. Tenaga Ahli Madya ini dididik untuk mengetahui hukumhukum dasar dan keterampilan hukum. Untuk mewujudkan hal tersebut, Program D3 Hukum Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Praktik Kerja Lapangan sebagai syarat acuan bagi pendidikan Ahli Madya dan diharapkan dapat membekali mahasiswa agar memiliki keahlian Hukum dasar yang memadai serta keterampilan di bidang Administrasi Hukum dan perkantoran yang profesional dan cakap atau dapat membantu masyarakat untuk

2 2 memperoleh akses di bidang hukum dan keadilan. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan bentuk syarat kelulusan bagi mahasiswa Program D3 Hukum Universitas Gadjah Mada. Praktik Kerja Lapangan yang selanjutnya disebut PKL dilaksanakan pada Semester 6. Praktik Kerja Lapangan ini merupakan kegiatan wajib bagi mahasiswa secara nyata dan langsung dalam kegiatan kerja profesi pada suatu lembaga Hukum, Institusi Pemerintah maupun perusahaan tertentu berdasarkan ikatan kerja sama antara pihak Program Diploma 3 Hukum Sekolah Vokasi UGM dengan pihak lembaga tempat kerja yang bersangkutan. Praktik kerja lapangan dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka dari itu mahasiswa Program Diploma 3 Hukum diwajibkan melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instansi/lembaga yang relevan dengan program pendidikan yang diikuti. Sehingga setelah lepas dari ikatan akademik di perguruan tinggi, mahasiswa/mahasiswi bisa memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa pendidikan dan masa praktik kerja lapangan untuk menerapkannya di dunia kerja yang sebenarnya. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan dalam rentang waktu sekurangkurangnya 2 (dua) bulan atau 8 (delapan) minggu atau setara dengan 280 jam kerja yang dimulai sejak tanggal 02 Maret 2015 sampai dengan berakhir pada tanggal 04 Mei Dengan kegiatan praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan pelatihan yang dihadapkan langsung pada praktek kerja sebagai pengaplikasian

3 3 kemampuan pendidikan yang diperoleh mahasiswa baik dari bangku perkuliahan maupun dari kegiatan lain di luar kuliah. Selain itu diharapkan mahasiswa mulai belajar menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang ada di masyarakat sesuai dengan teori yang diperoleh pada bangku kuliah. Hal ini sangat diperlukan karena mahasiswa pada umumnya hanya dibekali teori ilmu-ilmu yang bersifat teoritis tanpa adanya praktik. Penulis melakukan beberapa persiapan yang merupakan syarat untuk melakukan PKL, yaitu mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, mengikuti pengarahan yang diberikan oleh Pengelola Program Diploma 3 Hukum Universitas Gadjah Mada serta melakukan pendekatan dengan instansi terkait yang akan menjadi tujuan pelaksaan Praktik Kerja Lapangan. Dalam hal ini, penulis berkesempatan untuk menimba ilmu di Kantor Notaris/PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn. yang beralamat di Jalan Tentara Rakyat Mataram Nomor 36 Yogyakarta, karena penulis ingin mengetahui tata cara kerja yang dilakukan di kantor Notaris/PPAT secara praktek, sehingga penulis dapat melakukan praktek secara nyata dan mendapat pengalaman yang langsung berhubungan dengan dunia kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL, penulis ikut serta dalam melakukan kegiatan yang berlangsung dikantor Notaris dan PPAT yang di tuntut profesional dan mempunyai tanggung jawab selayaknya melakukan praktik kerja lapangan.

4 4 Kegiatan utama Notaris sebagai konsultan serta untuk memberikan penyuluhan hukum dan atas tindakan hukum yang di lakukan Notaris atas permintaan kliennya. Kegiatan lainnya juga bisa bekerja sama dengan instansi atau perusahaan tertentu, contoh salah satunya bekerja sama dengan Bank untuk penjaminan objek yang dijaminkan dengan dibuatnya Akta Hak Tanggungan (HT) dan jaminan fidusia, baik itu Notaris atau PPAT. Secara garis besar ada dua bentuk jaminan, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan yang salah satunya adalah jaminan fidusia. Lembaga jaminan tersebut merupakan lembaga jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak yang tidak dapat dijaminkan dengan Hak Tanggungan. Yang biasanya orang mengenal perjanjian kredit dengan jaminan Fidusia bukan merupakan hak jaminan yang lahir berdasarkan Undang-Undang, melainkan lahir karena harus diperjanjikan terlebih dahulu antara kreditur dan debitur. Oleh karena itu jaminan Fidusia bersifat khusus, jika dibandingkan dengan jaminan yang lahir berdasarkan Undang-Undang. Inilah yang menjadi menarik dan akan diangkat menjadi tema Laporan Praktik Kerja Lapangan penulis, yaitu Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia. B. Tujuan Praktek kerja lapangan adalah kegiatan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara langsung pada

5 5 lembaga/instansi yang relevan dengan pendidikan yang diambil mahasiswa dalam perkuliahan berdasarkan kurikulum dan syarat pembuatan tugas akhir, maka praktek kerja lapangan ini diadakan. Praktek kerja lapangan ini juga diadakan agar mahasiswa atau mahasiswi mengenal dunia kerja yang sebenernya. Selain itu mahasiswa atau mahasiswi dapat langsung mempraktekkan ilmu yang diterapkan di perguruan tinggi. Adapun tujuan pembuatan laporan antara lain: 1. Tujuan secara subyektif : a. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan penulis pada dunia kerja khususnya dibidang hukum. b. Untuk memenuhi kurikulum Akademik sebagai syarat kelulusan Program Diploma 3 Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. c. Sebagai bahan bagi penulis dalam mempersiapkan dan menyusun tugas akhir yang berbentuk laporan Praktik Kerja Lapangan sebagai syarat mendapatkan kelulusan. 2. Tujuan secara obyektif : a. Penulis memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis sehingga secara langsung dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan dibidangnya. b. Penulis memperoleh gambaran nyata tentang implementasi teori dan dapat membandingkan penerapan teori yang

6 6 diterima di jenjang akademik/kuliah dengan praktek yang dilakukan di lapangan. c. Mengembangkan wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. d. Meningkatkan pemahaman penulis mengenai hubungan antara teori dengan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi penulis untuk benar-benar siap terjun di masyarakat dan dunia kerja. e. Menumbuhkembangkan sikap profesional dalam bekerja, kedisiplinan, dan keakraban sesama rekan kerja dalam mengahadapi dunia kerja nanti. C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan penulis di Kantor Notaris/PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. selama 2 (dua) bulan memberi banyak pengalaman yang sangat berguna bagi kemajuan penulis. Manfaat yang didapat dalam pelaksanaan PKL ini adalah: 1. Penulis dapat menjadikannya sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu pengetahuan yang ada dibangku perkuliahan. 2. Penulis dapat memahami sistem kerja di Kantor Notaris dan PPAT. 3. Penulis lebih dapat mengerti secara mendalam tugas-tugas dan wewenang Notaris dan PPAT.

7 7 4. Menumbuhkan semangat kerja tinggi apabila kelak akan terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya terutama dalam bidang hukum. D. Keaslian Penulisan Laporan Karya Tulis ini disusun berdasarkan pengalaman Praktik Kerja Lapangan, pemikiran, dan pemaparan asli dari penulis sendiri dibuat sebagai pertanggung jawaban penulis terhadap kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di Kantor Notaris/ PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. khususnya untuk keterpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, dan sikap profesi penulis sebagai calon profesional yang telah mendapat pelatihan dalam Program Diploma 3 Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Jika terdapat karya orang lain saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

8 8 BAB II DESKRIPSI TEMPAT PRAKTIK LAPANGAN A. Alamat Kantor Lokasi tempat atau kantor Notaris dan PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. yang beralamat di Jalan Tentara Rakyat Mataram Nomor 36 Yogyakarta yang berdekatan dengan Kantor Samsat Kota Yogyakarta. Nama Kantor : Kantor Notaris/PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. Alamat : Jalan Tentara Rakyat Mataram Nomor 36 Yogyakarta Nomor Telepon : (0274) B. Sejarah Singkat Notaris Dan PPAT Tempat Praktik Kerja Lapangan Sebelum menjadi Notaris & PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn, mengawali karir kerjanya di PT. Gaya Favorit Press, pada bagian Advertising pada tahun 1988 sampai dengan tahun Pekerjaan tersebut beliau lakukan setelah lulus pendidikan Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Tidar. Pekerjaan yang beliau geluti tersebut tidak berlangsung lama, hanya kurang lebih 1 tahun. Tahun 2000 beliau mengenyam pendidikan lagi di Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Hukum Galunggung untuk mendapatkan pendidikan Strata 1 dibidang

9 9 Hukum, beliau lulus di tahun Kemudian tahun 2005 beliau mengambil pendidikan Strata 2 Magister Kenotariatan di Universitas Diponegoro. Lulus di tahun 2007 dengan gelar Magister Kenotariatan, beliau langsung bekerja di Kantor Notaris & PPAT Sri Soewanti Soeweno, S.H. yang berkedudukan di Jalan Hayam Wuruk No. 27, Yogyakarta. Tahun 2008 beliau mendapat Surat Pengangkatan PPAT dengan Petikan Keputusan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Nomor: 9-XII-PPAT-2008 tanggal 1 September Pada tahun 2010 bulan Januari sampai bulan Maret beliau diangkat sebagai Notaris dan PPAT pengganti pada kantor Notaris & PPAT Sri Soewanti Soeweno S.H.. Pada tahun 2010 beliau mendapat surat pengangkatan sebagai Notaris dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Nomor: AHU-795-AHU tanggal 01 April Setelah menerima SK Pengangkatan, Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. membuka resmi di Jalan Tentara Rakyat Mataram Nomor 36, Yogyakarta. Berikut selengkapnya profil Notaris & PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. Nama : Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. Tempat/Tanggal Lahir : Temanggung, 22 September 1962 Alamat : Jalan Kembang Baru II/9, Sambilegi Kidul, RT 09/RW 70, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

10 10 Alamat Kantor : Jalan Tentara Rakyat Mataram Nomor 36, Yogyakarta. Pendidikan : 1. Tahun 1968/1974 Pendidikan Dasar di SDN Srondol Semarang; 2. Tahun 1974/1977 Pendidikan Menengah Pertama di SMPN 2 Temanggung; 3. Tahun 1977/1981 Pendidikan Menengah Atas di SMA Muhammadiyah Temanggung; 4. Tahun 1981/1987 Pendidikan Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Tidar di Magelang; 5. Tahun 2000/2004 Pendidikan Strata 1 Fakultas Hukum, Sekolah Tinggi Hukum Galungan di Tasikmalaya; 6. Tahun 2005/2007 Pendidikan Strata 2 Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro di Semarang; SK Pengangkatan: 1. PPAT : Petikan Putusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Nomor : 9-XII-PPAT-2008, tanggal 01 September NOTARIS : Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Nomor : AHU-795-AHU Tahun 2010, Tanggal 01 April 2010.

11 11 Riwayat Kerja Notaris dan PPAT : 1. Tahun 2007 sampai dengan 2008 bekerja sebagai karyawan pada Kantor Notaris dan PPAT Sri Soewanti Soewono S.H. yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk Nomor 27, Yogyakarta; 2. Januari sampai dengan Maret 2010 sebagai PPAT dan Notaris pengganti pada Kantor Notaris Sri Soewanti Soewono S.H.; 3. Pada tahun 2008 diangkat sebagai PPAT dan pada tahun 2010 diangkat sebagai Notaris, berkedudukan di Jalan Tentara Rakyat Mataram Nomor 36, Yogyakarta-55231; 4. Sejak April tahun 2010 sampai dengan sekarang ini menjadi rekanan PT.BANK BRI (persero) Tbk Kanwil Yogyakarta. C. Kegiatan Umum Kegiatan yang dilakukan di Kantor Notaris dan PPAT Dra. Ria Sukariyah, S.H., M.Kn. antara lain : 1. Kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan Jabatan Notaris sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, yaitu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan

12 12 dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan aktanya, menyimpan, memberikan grosse, salinan, dan kutipan akta, semua itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Kewenangan Notaris lainnya : a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus (disebut legalisasi); b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus (disebut waarmerking); c. Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya (disebut legalisir); d. Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian yang sebagaimana di tulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; f. Membuat akta risalah lelang. 2. Kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan Jabatan PPAT sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun PPAT

13 13 selanjutnya disebut Pejabat Pembuat Akta Tanah, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut: a. Jual beli; b. Tukar menukar; c. Hibah; d. Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng); e. Pembagian hak bersama; f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik; g. Pemberian Hak Tanggungan; h. Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.

14 14 D. Hari dan Waktu Kerja Waktu kerja di kantor Notaris dan PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn. mulai dari hari Senin sampai dengan Jum at masuk pukul WIB WIB, sedangkan untuk hari Sabtu libur dan masuk kembali bekerja di mulai hari Senin. Untuk waktu jam istrahat di kantor Notaris dan PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn. berlangsung selama 1 jam dari pukul WIB WIB. E. Staf dan Karyawan Kantor Karyawan yang ada di Kantor Notaris Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. berjumlah 6 orang, yaitu : 1. Yuni Aqbari a. Area tugasnya meliputi Kantor Pertanahan Nasional Kota, BRI KCP Malioboro, BRI SKK Melati; b. Membuat Akta Jual Beli (AJB), Surat Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT), Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT), Hibah, Waris, dan Pengukuran; c. Mengurus proses-proses yang harus diurus di Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta; d. Mengurus proses-proses yang berkaitan dengan akta Notaris/PPAT yang lingkupnya berada di kota Yogyakarta. 2. Tri Sejati

15 15 a. Area tugasnya meliputi UNIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA Kantor Cabang Katamso Yogyakarta; b. Membuat laporan bulanan, Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT), Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT), Sewa Menyewa; c. Mengatur keuangan kantor; d. Mengurus proses-proses yang berkaitan dengan akta Notaris/PPAT. 3. Ellen Bachtiar a. Area tugasnya meliputi PD BPR BANK JOGJA; b. Mendata Minuta Akta tiap bulan, Perjanjian Kredit (PK), Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT), Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT); c. Memback Up Tugas Tri Sejati. 4. Andhika a. Area tugasnya meliputi BRI SKK MELATI, Kantor Pertanahan Sleman dan Kantor Pertanahan (BPN) Kota; b. Fidusia, Turun Waris, Perjanjian Jual-Beli (PJB), Kuasa Menjual. c. Bertugas di lapangan. 5. Melisa a. Area tugasnya di Kantor; b. Memback up tugas Yuni Aqbari.

16 16 F. Sarana dan Fasilitas Kantor Kantor Notaris dan PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn. memiliki area parkir motor yang tidak terlalu luas di samping kantor. Sarana dan fasilitas kantor yang dimiliki Kantor Notaris dan PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H., M.Kn. digunakan untuk mendukung proses kegiatan dan memberikan kenyamanan bagi klien serta sebagai penunjang para staf ataupun karyawan dalam bekerja. Sarana dan fasilitas kantor meliputi : 1. Kantor : Ukuran 8x8 m2; 2. Listrik : watt; 3. Komputer : 7 Unit 4. Printer : 7 Unit 5. Mesin Ketik : 2 Unit 6. Meja : 7 Unit 7. Kursi : Unit 8. Ruang Tamu : 1 Set (untuk klien) 9. Lain-lain : a. 2 Unit Almari; b. 3 lemari untuk men; c. 1 Telepon, 1 Unit Mesin Fax; d. 2 Unit mesin fotocopy; e. 2 Unit AC; f. 1 Brankas Tahan Api;

17 17 BAB III DESKRIPSI KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Praktik Kerja Lapangan yang sudah dilakukan penulis di Kantor Notaris/PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn. selama 2 Bulan atau 280 jam mulai tanggal 02 Maret 2015 sampai dengan 04 Mei 2015, dengan jam kerja hari Senin sampai dengan hari Jumat pada pukul WIB dengan waktu istirahat pukul WIB. Dalam bab ini penulis akan menjabarkan mengenai kegiatan yang penulis lakukan selama melaksanakan praktek lapangan di Kantor Notaris/PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn. selama melaksanakan praktek lapangan penulis tidak hanya melakukan kegiatan di dalam kantor saja, melainkan penulis juga terjun ke lapangan dan melihat beberapa proses terkait dengan akan dibuatnya akta, misalnya ke Kantor Pertanahan, Unit Bank Rakyat Indonesia serta beberapa instansi lain yang bekerja sama dengan Kantor Notaris/PPAT Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn.. Namun sebelumnya penulis akan menerangkan terlebih dahulu mengenai pengertian Notaris dan PPAT berdasarkan Peraturan Perundangan yang berlaku serta tugas dan kewenangan pejabat Notaris/PPAT.

18 18 A. Ruang Lingkup Jabatan Notaris Secara hukum, pengertian dan penjelesan mengenai notaris dan kewenangan jabatannya dapat dilihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Pengertian Notaris sendiri itu adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 1 Definisi Akta autentik menurut hukum adalah surat (akta) yang sah, ialah suatu surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk membuatnya, menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak dari padanya, tentang segala hal yang disebut didalam surat itu dan juga tentang yang ada dalam surat itu sebagai pemberitahuan saja, dalam hal terakhir ini jika yang diberitahukan itu berhubungan langsung dengan perihal pada surat (akta) itu. Mengingat betapa pentingnya sebuah akta 1 Pasal 1 dan Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 j.o. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.

19 19 autentik untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sempurna di muka persidangan, maka betapa penting pula kedudukan jabatan Notaris yang merupakan satu-satunya pejabat umu yang berwenang untuk membuat akta autentik. Selain kewenangan sebagaimana yang dimaksud, Notaris berwenang pula, yakni : a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus disebut legalisasi; b. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus disebut waarmerking; c. Membuat copy dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; d. Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya disebut legalisir; e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta; f. Membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan;atau g. Membuat Akta risalah lelang. Pejabat Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM dan dibawah pembinaan dan pengawasan ada pada pejabat yang ada dibawah kementerian tersebut yakni Pengadilan Negeri. Pengawasan Notaris yang dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan membentuk Majelis Pengawas.

20 20 Tempat kedudukan Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib mengikuti tempat kedudukan Notaris. Notaris tidak berwenang pula secara berturut-turut dengan tetap menjalankan jabatan di luar tempat kedudukannya. Notaris yang melanggar ketentuan dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat. B. Ruang Lingkup PPAT Dalam pengelolaan bidang pertanahan di Indonesia, terutama dalam kegiatan pendaftaran tanah, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), merupakan pejabat umum yang menjadi mitra instansi BPN guna membantu menguatkan atau mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas bidang tanah yang dilakukan oleh subyek hak yang bersangkutan yang dituangkan dalam suatu akta otentik. Penulis juga mempelajari mengenai ruang lingkup kerja seorang PPAT sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pejabat Pembuat Akta Tanah yang selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Satuan Rumah Susun. PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau

21 21 Hak Milik Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan hukum sebagaimana yang dimaksud adalah Jual beli, Tukar menukar, Hibah, Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng), Pembagian hak bersama, Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik, Pemberian Hak Tanggungan, dan yang terakhir Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan. 2 Disini daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kotamadya. PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah yang terletak di dalam daerah kerjanya. Pemberian materi dasar mengenai Jabatan Notaris/PPAT dengan maksud agar penulis dapat mengetahui dengan jelas kegiatan apa saja yang dilakukan khususnya di ruang lingkup kerja Notaris/PPAT. Selain diatas adapun kegiatan lain yang berkaitan dengan profesi Notaris/PPAT, yaitu mengenai : 1. Minuta atau akta-akta, berupa akta asli yang dibuat dan disimpan oleh Notaris. Minuta Akta ini asli dari akta yang di buat oleh Notaris, disimpan oleh Notaris sampai 25 tahun. Yang di keluarkan untuk para pihak itu berupa Salinan resmi. Minuta Akta harus di simpan oleh Notaris kalau nanti salinan Notaris yang dikeluarkan untuk para pihak dikhawatirkan di ubah-ubah, maka masih ada minuta aslinya. 2 Pasal 2 (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

22 22 2. Melengkapi surat dan dokumen yang mendukung dalam pembuatan akta dan wajib disimpan oleh Notaris/PPAT yang bersifat rahasia. Surat dan dokumen itu contohnya seperti : a. Fotocopy KTP; b. Fotocopy identitas para ihak, apabila dalam kuasa maka harus ada KTP penerima kuasa; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) para pihak; d. Fotocopy akta nikah, jika belum menikah membuat surat pernyataan di bawah tangan menjelaskan bahwa yang bersaangkutan belum menikah; e. Fotocopy sertipikat tanah hak milik, hak tanggungan (sertipikat asli harus ditunjukkan pada saat perikatan); f. Slip PBB (terbaru). Dalam melakukan tugas kewenangan dan jabatannya, kedua profesi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk persamaan jabatan Notaris dan jabatan PPAT sendiri terletak pada profesi jabatannya, maksudnya dalam hal ini keduanya merupakan jabatan umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta otentik. Selain itu jabatan Notaris dan PPAT tidak boleh dirangkap dengan jabatan lain misalnya PNS, pegawai BUMN, pegawai BUMD, TNI, POLRI, Pengacara/Advokat, Pejabat Negara (khusus untuk pejabat negara, diperbolehkan dengan syarat seorang Notaris dan PPAT harus cuti terlebih dahulu dari jabatannya sebagai seorang Notaris dan PPAT).

23 23 Perbedaan Jabatan Notaris dan PPAT dapat dilihat dari Dasar Hukumnya, Pengangkatan untuk menjadi Notaris dan PPAT juga berbeda, definis dari Notaris dan PPAT, Tugas dan Wewenang Notaris dan PPAT. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas jelas terdapat perbedaan kewenangan antara Notaris dengan PPAT, seorang Notaris memilk kewenangan lebih luas dibanding seorang PPAT. C. Diskusi Mengenai Prsoses Permohonan Para Pihak Penulis juga mempelajari mengenai langkah-langkah pengajuan permohonan. Disini diskusi mengenai semua yang akan diproses oleh Notaris/PPAT. Penulis mempelajari berupa : 1. Permohonan Akta Jual-Beli Pada prinsipnya setiap peralihan hak atas tanah harus dibuat dengan akta otentik yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT). Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, yaitu dengan akta jual-beli. Paling banyak pada dokumen PPAT. Sebelum membuat akta jual-beli harus ada syarat-syarat yang dipenuhi. Syarat biasanya berupa : a. Untuk syarat subyek hukumnya : a) Identitas diri yaitu biasanya berupa KTP atau Paspor; b) Surat Nikah atau Akta Nikah; c) Kartu Keluarga (KK).

24 24 b. Untuk syarat obyek hukumnya : a) Tanda bukti kepemilikan / Seertipikat; b) NPWP; c) PBB berupa STTS (Surat Tanda Terima Setoran) dan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang); d) Denah lokasi tanah berada; e) PPH (5%), membayar pajak penghasilan sebesar 5% di kalikan dengan harga jual. c. Syarat Jual-Beli untuk penjual : a) Asli sertipikat tanah untuk di lakukan pengecekan di Kantor Pertanahan; b) Fotocopy KTP/Paspor yang masih berlaku, Suami-Istri; c) Fotocopy Akta Nikah; d) Fotocopy Kartu Keluarga; e) Fotocopy SPPT PBB berikut tanda lunasnya 5 tahun terakhir; f) Fotocopy NPWP; g) Membayar PPH (Pajak Pengahasilan) sebesar 5% dikalikan Harga Jual. d. Syarat Jual-Beli untuk Pembeli : a) Fotocopy KTP yang masih berlaku; b) Fotocopy NPWP (bila transaksi diatas 60 juta rupiah);

25 25 c) Membayar BPHTB (Bea Peralihan Hak Atas Tanah Bangunan), Pajak Pembeli. Sebesar ( Harga jual Rp ) x 5%. e. Prosedur Pembuatan Akta Jual-Beli Sebelum melaksanakan pembuatan akta jual beli mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, PPAT wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertipikat Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan Sertipikat Asli. Tujuan pengecekan disini yaitu untuk memastikan bahwa sertipikat yang akan ditransaksikan tersebut adalah asli dan meskipun sertipikat itu asli namun untuk dipastikan juga apakah ada sengketa atau tidak; f. Pajak atas Akta Jual-Beli Perbuatan hukum jual beli merupakan Obyek PPH dan BPHTB sehingga pembuatan akta Jual-Beli juga dikenakan kewajiban untuk membayar PPH dan BPHTB. Pembayaran PPH dan BPHTB disetorkan melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD). Setelah Pajak disetorkan kemudian di validasi. Tujuan divalidasi supaya pajak yang dibayarkan diperiksa terlebih dahulu atau kesesuaian apabila pajaknya

26 26 kurang maka dikeluarkan surat kurang bayar dan juga untuk memastikan surat-surat pajaknya asli. 2. Hak Tanggungan Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk memberikan pelunasan hutang tertentu. Harus ada jaminannya karena untuk melindungi kreditur. Syarat permohonan Hak Tanggungan : a. Melampirkan permohonan bermaterai yang ditandatangani pemohon atau kuasanya apabila dikuasakan; dan surat kuasa mengurus bermaterai dilegalisasi oleh pejabat apabila dikuasakan. b. Asli Sertipikat Tanah untuk dilakukan pengecekan di Kantor Pertanahan; c. Fotocopy identitas KTP (suami-istri) Pemberi Hak Tanggungan yang masih berlaku; d. Fotocopy Kartu Keluarga Pemberi Hak Tanggungan; e. Fotocopy Akta Nikah Pemberi Hak Tanggungan; f. Fotocopy identitas KTP penerima Hak Tanggungan yang masih berlaku; g. Surat Kuasa Direksi Bank yang masih berlaku; h. Fotocopy Sertipikat Hak Atas Tanah;

27 27 i. Surat pengantar PPAT; j. Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), pada bagian tandatangan para pihak dan Notaris beserta saksi-saksi harus sudah ditandatangani; k. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang masih berlaku; Sebelum dilakukan penandatanganan APHT maka sertipikat HAT dilakukan pengecekan terlebih dahulu ke Kantor Pertanahan. Apabila sertipikat tersebut sesuai daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan maka Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk membubuhkan cap atau tulisan dengan kalimat Telah diperiksa dan sesuai dengan daftar di Kantor Pertanahan, pada hal perubahan sertipikat asli kemudian diparaf dan diberi tanggal pengecekan. Pelaksanaan pembuatan APHT harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat kuasa tertulis sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Pembuatan APHT harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi dan PPAT wajib membacakan APHT kepada para pihak yang bersangkutan dan memberi penjelasan mengenai isi dan maksud pembuatan APHT dan prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya sesuai dengan ketentuan yang

28 28 berlaku. Setelah APHT tersebut ditandatangani maka PPAT wajib menyampaikan APHT dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran Hak Tanggungan kepada Kantor Pertanahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatanganinya akta tersebut. 3. Turun Waris Proses peralihan hak dari adanya peristiwa hukum, dimana seseorang (pewaris) telah meninggal dunia maka seluruh harta peninggalan atau warisan akan jatuh ke pihak ahli waris. Syarat-syarat turun waris : a. Surat permohonan turun waris; b. Surat pernyataan/keterangan warisan; c. Surat pernyataan kepemilikan tanah; d. Fotocopy kutipan akta kematian; e. Fotocopy kutipan akta perkawinan/nikah; f. Fotocopy identitas KTP para ahli waris; g. Fotocopy Kartu Keluarga para ahli waris yang berlaku dan KTP 2 (dua) orang saksi; h. Fotocopy SPPT tanda lunas dan PBB 5 tahun terakhir; i. Fotocopy NPWP salah satu ahli waris; j. Pembayaran BPHTB/SSB Turun Waris dengan perhitungan; k. Asli Sertipikat Hak Atas Tanah.

29 29 Hartanya harus diproses semua karena berkaitan dengan pajak dan harus juga ada surat kepemilikan tanah diperlukan karena turun waris juga dikenai BPHTB. Para ahli waris membuat lebih dahulu surat keterangan atau pernyataan ahli waris yang telah disahkan kecamatan atau meminta utusan pengadilan atau ketetapan hakim. Setelah mendapatkan atau memegang alat bukti sebagai ahli waris, para ahli waris menyiapkan seluruh syarat-syaratnya yang menjadi lampiran permohonan turun waris. Setelah ahli waris menyiapkan berkas-berkas tersebut diatas ahli waris dapat datang langsung ke Kantor Pertanahan setempat/melalui jasa Notaris/PPAT untuk mendaftar permohonan turun waris. Berkas yang didaftar ke Kantor Pertanahan baik secara langsung oleh ahli waris maupun melalui jasa Notaris/PPAT akan diperiksa atau diteliti lebih dahulu oleh Kantor Pertanahan. Jika berkas tersebut telah dinyatakan lengkap dan benar maka Kantor Pertanahan akan mengeluarkan surat tanda Bukti Pendaftaran. Sebaliknya jika berkas tersebut belum dinyatakan lengkap dan benar maka berkas tersebut akan dikembalikan oleh Kantor Pertanahan untuk dilengkapi oleh pemohon. Setelah diproses kurang lebih selama 2 (dua) bulan oleh Kantor Pertanahan maka asli sertipikat akan dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan yang telah berganti kepemilikannya dari nama pewaris menjadi nama ahli

30 30 waris tanpa mengganti atau berganti sertipikatnya. Adapun nanti jika yang tidak menerima waris, maka juga membuat pernyataan rela tidak menerima bagian dari yang tidak menerima bagian. 4. Konversi Proses pendaftaran tanah atas tanah hak milik adat (berupa Letter C atau Letter D) untuk pertama kali dengan tujuan dijadikan sertipikat tanah sehingga pemegang Hak (pemilik) Letak tanah, luas, dan batas menjadi jelas dengan tidak meninggalkan asas pendaftaran tanah yaitu kontradiktur delimitasi. Kontradiktur delimitasi adalah suatu asas dimana seseorang dalam mengadakan suatu pengukuran harus ada persetujuan para tetangga batas yang bersebelahan. Syarat-syarat Konversi, meliputi : a. Fotocopy identitas KTP yang masih berlaku; b. Fotocopy Kartu Keluarga; c. Petikan daftar buku Letter C (turunan); d. Tanda bukti Hak Milik Atas Tanah/Jenenge kalau tanah sawah; e. Surat Permohonan konversi; f. Surat keterangan model A dari kelurahan; g. Surat pernyataan belum pernah di sertipikatkan oleh pemilik; h. Fotocopy SPPT dan tanda lunas PBB 5 (lima) tahun terakhir. Pemilik menyiapkan seluruh surat atau warkah yang menjadi syarat untuk permohonan sertipikat. Berkas tersebut dibuat

31 31 rangkap 2 (dua) dan diberi materai secukupnya. Setelah berkas tersebut lengkap, pemilik datang ke Kantor Notaris/PPAT untuk meminta di proses ke Kantor Pertanahan atau pemilik datang langsung ke Kantor Pertanahan untuk mendaftar proses konversi. Setelah berkas di daftar oleh Notaris/PPAT maupun pemilik sendiri, maka Kantor Pertanahan akan memeriksa dan meneliti berkas tersebut selama kurang lebih satu sampai dua minggu. Apabila berkas tersebut sudah dinyatakan lengkap dan benar maka Kantor Pertanahan akan mengeluarkan Surat Bukti Pendaftaran. Sebaliknya jika setelah diteliti ternyata berkas belum dinyatakan lengkap (sesuai dengan syaratnya) dan benar (tidak ada kekeliruan atau salah didalam suratnya) maka Kantor Pertanahan akan mengembalikan berkas tersebut dan meminta kepada pemohon untuk melengkapi. Setelah di keluarkan bukti pendaftaran maka ditentukan atau dipastikan tentang nama petugas ukur atau juru ukur maupun tanggal pelaksanaan ukur dilapangan. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pengukuran maka petugas ukur dan Kantor Pertanahan yang berjumlah paling sedikit 2 (dua) atau 3 (tiga) orang akan mendatangi lokasi dimana tanah itu berada. Terlebih dahulu pemilik akan mengundang para tetangga batas dan dukuh. Apabila pemohon tetangga batas dan kepala dukuh atau kepala dusun telah lengkap hadir di lapangan, juru ukur

32 32 segera melaksanakan tugas pengukuran yang disaksikan oleh pemilik tetangga dan lain-lain. Kehadiran mereka dibuktikan dengan menandatangani semacam berita acara pengukuran. Setelah petugas ukur Kantor Pertanahan melaksanakan pengukuran dan menghitung luasnya maka dibuatlah secara resmi surat ukur atau gambar situasi. Sebelum sertipikat dicetak dan diterbitkan maka Kepala Kantor Pertanahan wajib memenuhi asaa Publisitas terlebih dahulu yaitu dengan cara memasang Surat Pemberitahuan atau pengumuman yang ditempelkan di papan pengumuman Kantor Pertanahan setempat dan tembusannya juga dipasang di Kantor Kepala Desa setempat ditempel selama 2 (dua) bulan dan tidak boleh dilepas. Tujuan pengumuman yakni memberi kesempatan kepada orang lain yang merasa punya hak atau permasalahan untuk mengajukan gugatan agar sertipikat tidak diproses. Apabila jangka waktu pemasangan pengumuman atau asas publisitas selama 2 (dua) bulan telah terpenuhi dan tidak ada satu pihak pun yang mengajukan gugatan ataupun keberatannya maka Kepala Kantor Pertanahan baru berhak untuk menerbitkan sertipikatnya. D. Pekerjaan Administrasi Penulis juga mulai memahami dan mengerti dengan kegiatan apa saja yang ada dan dilakukan di Kantor Notaris/PPAT. Kegiatan yang dilakukan mengenai administrasi yaitu :

33 33 1. Menggaris akta Berdasarkan penjelasan yang sudah diberikan oleh staf yang ada di kantor, penulis dapat mengetahui cara menggaris akta dengan baik. Yaitu dengan cara memberi garis tepi di sebelah kiri pada setiap halaman lembar akta. Tujuan dari menggaris akta adalah untuk menghindari apabila ada salah satu pihak yang ingin melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perjanjian seperti menambah tulisan atau isi dari sebuah akta tersebut dan sifat dari akta tersebut hanya dibuat dan disahkan oleh pejabat yang berwenang; 2. Menjahit akta Cara menjahit akta yaitu menyatukan antara cover dengan akta agar supaya tidak terpisah yang nantinya akan di ikat dan di eratkan menggunakan stiker jabatan Notaris/PPAT. Jika menjahit akta Notariil peletakan benang harus berada didalam akta, sedang jika menjahit akta PPAT peletakan benang harus berada diluar akta lalu baru kemudian ditempel dengan cap yang bertujuan sebagai pembeda antara akta Notariil dan akta PPAT; 3. Melakukan pendataan daftar sertipikat yang keluar masuk Pendataan sertipikat yang keluar dari kantor Notaris/PPAT baik terhadap Kantor Pertanahan, Bank, maupun para pihak yang terkait dilakukan secara urut sesuai dengan tanggal,

34 34 bulan, tahun, dan berisi perihal dari sertipikat keluar tersebut. Sertipikat yang keluar biasanya terdiri dari nomor sertipikat, tanggal, perihal, perihal keterangan mengenai nomor Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Tanggungan para pihak dan Bank; 4. Membuat tanda terima Tanda terima itu merupakan bukti penerimaan dan penyerahan dari semua pihak yang akan melakukan perbuatan hukum dan telah menyerahkan syarat-syarat yang diperlukan. Tanda terima memberikan keterangan bahwa telah diterimanya berkas-berkas dari persyaratan yang telah ditentukan, misalnya fotocopy identitas para pihak, sertipikat asli hak milik, hak guna bangunan, hak tanggungan, SPPT PBB terbaru, dan lainlain; 5. Legalisasi terhadap surat kuasa dibawah tangan Penandatanganan terhadap surat kuasa di bawah tangan dilakukan di hadapan Notaris oleh para pihak yang membuatnya. Notaris menjamin keaslian tandatangan dan tanggal dari surat kuasa di bawah tangan tersebut dan diberi teraan (cap). Kekuatan hukumnya lebih kuat legalisasi 6. Pengecekan sertipikat Dalam praktik kerja lapangan penulis juga mendapatkan kesempatan untuk ikut bersama staf dari kantor Notaris/PPAT

35 35 Dra. Ria Sukariyah S.H.,M.Kn. untuk melakukan pengecekan ke Kantor Pertanahan Nasional Yogyakarta. Di Kantor Pertanahan Nasional penulis berkesempatan dapat melihat dan mengetahui bagaimana proses pengecekan sertipikat tanah hak milik. Proses pengecekan sertipikat tanah hak milik itu dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan ke Kantor Pertanahan Nasional. Proses pengecekan sertipikat bisa meminta bantuan jasa Notaris untuk dilakukan pengecekan ke Kantor Pertanahan Nasional dan bisa juga para pihak yang memiliki sertipikat tanah asli membawanya sendiri ke Kantor Pertanahan Nasional dan lalu mengikuti prosedur yang berlaku. Tujuan pengecekan itu sendiri adalah untuk mengetahui apakah data yang tercantum pada sertipikat sesuai dengan buku tanah yang tersimpan di Kantor Pertanahan Nasional, untuk memastikan juga bahwa sertipikat yang akan diproses tersebut adalah asli dan untuk memastikan apakah ada sengketa jaminan atau pemblokiran didalamnya. Apabila ternyata terdapat telah diletakkan sita maka balik nama belum dapat dilakukan atau didaftarkan hingga sengketa berakhir dan/atau sita tersebut maupun pemblokiran tersebut berakhir. Penulis disini juga mendapatkan kesempatan untuk bisa mengikuti realisasi, realisasi adalah penandatanganan perjanjian pokok yang di lakukan oleh debitur di hadapan Notaris, di Bank Jogja, Bank BRI

36 36 Bringharjo, Bank BRI Katamso, Bank BRI Jetis. Tujuan Realisasi disini untuk membacakan akta perjanjian yang dibuat antara para pihak yang bersangkutan dengan pihak Bank yang nantinya akan didaftarkan ke BPN untuk mendapatkan sertipikat Hak Tanggungan.

37 37 BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA A. Pendahuluan Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan akan pendanaan. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk mengolahnya. Dan di sisi lain ada kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan untuk berusaha guna menggerakan roda perekonomian namun terhambat pada keterbatasan dan yang mereka miliki atau bahkan tidak memiliki dana sama sekali. Untuk memenuhi kebutuhan akan dana tersebut, maka jalan yang dapat ditempuh adalah melalui kegiatan perjanijian kredit atau pembiayaan. Disini secara umum perjanjian mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak. Dan dalam arti sempit, perjanjian disini hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja seperti yang dimaksudkan dalam buku III KUHPerdata. Untuk memperoleh kredit atau pembiayaan dari bank maka hal yang perlu diperhatikan adalah jaminan, karena jaminan merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian kredit atau pembiayaan dan perjanjian

38 38 kredit merupakan kegiatan yang perlu di imbangi adanya ketentuan hukum jaminan. Hukum Jaminan diatur dalam buku II KUHPerdata mengenai hak kebendaan, waris, piutang yang diistimewakan, gadai dan hipotik. Dasar hukum jaminan adalah perjanjian pemberian jaminan kebendaan anatara debitur dan kreditur dimana tujuannya adalah untuk menjamin pemenuhan kewajiban debitur kepada kreditur. Ada beberapa jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum antara lain jaminan gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai Pasal 1160 KUHPerdata, merupakan jaminan dalam penyerahan kebendaan bergerak kedalam kekuasaan kreditur. Meskipun demikian, pranata jaminan tersebut kurang membantu masyarakat karena jaminan gadai masih mewajibkan diserahkannya benda bergerak untuk dijadikan jaminan kepada kreditur padahal kebanyakan debitur masih memerukan benda yang menjadi jaminan tersebut untuk kelancaran usahanya. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dalam hal memperoleh kredit atau pembiayaan, maka jaminan fidusia merupakan jalan yang tepat. Fidusia sendiri berarti penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan dimana debitur tetap memiliki penguasaan terhadap barang jaminan meskipun hanya sebagai peminjam pakai sementara atau tidak lagi sebagai pemilik. Oleh karenanya pemberian kredit atau pembiayaan dengan jaminan fidusia memberikan kemudahan kepada debitur khususnya bagi pelaku usaha kecil dimana debitur selain memperoleh kredit atau pembiayaan juga tetap menguasai benda yang

39 39 menjadi obyek jaminan fidusia untuk menjalankan kegiatan usahanya. Sebagai alasan yang banyak dikemukakan oleh para penulis mengenai timbulnya Lembaga Fidusia, ialah karena ketentuan undang-undang yang mengatur lembaga gadai (Pand) 3 mengandung banyak kekurangan, tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat. Ada ketentuan pada gadai, yang mensyaratkan bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah/berada pada pemegang gadai, sebagaimana diatur dalam Pasal 1152 ayat 2 KUH Perdata, merupakan hambatan berat bagi gadai atas benda-benda bergerak berwujud, karena pemberi gadai lalu tidak dapat mempergunakan bendabenda tersebut untuk keperluannya. Terlebih-lebih jika benda tanggungan tersebut kebetulan merupakan alat yang penting untuk mata pencaharian sehari-hari, misalnya bis-bis atau truk-truk bagi perusahaan angkutan. Mereka itu disamping memerlukan kredit, masih membutuhkan tetap dapat memakai bendanya untuk alat bekerja. Di sini lembaga jaminan fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dimana obyek fidusia adalah benda bergerak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud atau yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. 3 Dengan istilah gadai, yang kami maksudkan ialah pand menurut sistem KUHPerdata.

40 40 B. Dasar Hukum Jaminan Fidusia Dalam KUHPerdata tidak diatur secara khusus mengenai lembaga jaminan fidusia, lembaga yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata hanya hipotek dan gadai (pand). Namun secara tersirat dapat dilihat dari beberapa pasal dalam hukum perjanjian yang diatur dalam Buku III KUHPerdata yang menganut sistem terbuka. Artinya bahwa hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada para pihak untuk membuat perjanjian apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan Undang-Undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Namun belum lengkap dan komprehesif, maka diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Lalu diatur juga mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Sebagai suatu perjanjian accessoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki ciri-ciri sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sebagai berikut : 4 1. Memberikan kedudukan yang mendahului kepada kreditur penerima fidusia terhadap kreditur lainnya (Pasal 27). Penerima 4 Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Refisi dengan UUHT, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 2001, hlm

41 41 fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya. Hak yang didahulukan dihitung sejak tanggal pendaftaran benda yang menjadi obyek jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Hak yang didahulukan yang dimaksud adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atau hasil eksekusi benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. 2. Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan di tangan siapapun obyek itu berada droit de suite (Pasal 20). Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi obyek jaminan fidusia. 3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas, sehingga mengikat para pihak dan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihakpihak yang berkepentingan (Pasal 6 dan Pasal 11). Untuk memenuhi asas spesialitas dalam ketentuan Pasal 6, maka akta jaminan fidusia sekurang-kurangnya memuat : a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia; b. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia; c. Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jamnan fidusia; d. Nilai penjaminan; e. Nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Asas Publisitas yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia untuk memberikan

42 42 kepastian hukum, seperti termuat dalam Pasal 11 yang mewajibkan benda yang dibebani dengan jaminan fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia yang terletak di Indonesia, kewajiban ini bahkan tetap berlaku meskipun kebendaan yang dibebani dengan jaminan fidusia berada di luar wilayah Republik Indonesia. 5 Pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia, dan pendaftarannya mencangkup benda, baik yang berada di dalam maupun diluar Wilayah Negara Republik Indonesia untuk memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya (Pasal 29). Eksekusi jaminan fidusia didasarkan pada sertipikat jaminan fidusia, sertipikat jaminan fidusia diterbitkan dan diserahkan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia kepada Penerima jaminan fidusia, sertipikat jaminan fidusia merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia, memuat catatan tentang hal-hal yang dinyatakan dalam pendaftaran jamian fidusia. 7 5 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Op cit, hlm Ibid 7 Ibid

43 43 Dalam hal debitur atau pemberi fidusia cidera atau mengingkari janji, pemberi fidusia wajib menyerahkan obyek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi dan juga harus dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia. C. Jaminan Fidusia Di dalam berbagai literature fidusia lazim disebut dengan Fiduciare Eigendoms Overdracht Tot Zekerheid (FEO) yaitu penyerahan hak milik berdasarkan atas kepercayaan. 8 Merupakan suatu bentuk jaminan atas benda-benda bergerak di samping gadai yang dikembangkan oleh yurisprudensi. Pada fidusia, berbeda dari gadai, yang diserahkan sebagai jaminan kepada kreditur adalah hak milik sedang barangnya tetap dikuasai oleh debitur. Fiducia menurut asal katanya berasal dari bahasa Romawi, fides yang berarti kepercayaan. Lembaga jaminan fidusia sesungguhnya sudah sangat tua dan berasal dari hukum romawi yaitu suatu lembaga dengan jaminan dengan nama : a) Fidusia cum creditore contracta, artinya hak milik atas suatu benda diserahkan sebagai jaminan dengan janji bahwa ia akan menyerahkan kembali kepada debitur bila utangnya telah dibayar lunas; 8 Salim HS,2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 55.

44 44 b) Fidusia cum aminco contarcta, artinya suatu benda yang dititipkan kepada seorang teman dengan janji benda tersebut akan dikembalikan bila si pemilik benda kembali dari perjalanannya; c) Jamianan fidusia yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 adalah Fidusia cum creditore contracta. Menurut pendapat PA Stein, fidusia merupakan alas hak untuk melakukan perpindahan hak milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 639 BW (584 KUHPerdata) namun demikian kemungkinan perpindahan hak tersebut semata-mata hanya dimaksudkan sebagai pemberian jaminan, tanpa penyerahan nyata dari barangnya dan perpindahan hak demikian tidak memberikan semua akibat-akibat hukum sebagaimana yang berlaku pada perpindahan hak yang normal. 9 Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia, begitupula istilah ini digunakan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 mengatur tentang Jaminan Fidusia. Dikeluarkannya Undang-Undang Jaminan Fidusia merupakan pengakuan resmi dari pembuat Undang-Undang akan lembaga Jaminan Fidusia, yang selama ini baru memperoleh pengakuannya melalui yurisprudensi. Pengertian Jaminan Fidusia itu sendiri menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat 9 DR. NY. SRI SOEDEWI MASJCHUN SOFWAN, S.H., 1997, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Bulaksumur, Yogyakarta, hlm 18.

BAB V PENUTUP. mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam dunia kerja, karena Praktik. atau pekerjaan yang penulis lakukan, seperti :

BAB V PENUTUP. mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam dunia kerja, karena Praktik. atau pekerjaan yang penulis lakukan, seperti : 44 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Praktik Kerja Lapangan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam dunia kerja, karena Praktik Kerja Lapangan merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kantor Notaris PPAT Wihastuti Estiningsih, SH.,MKn dan pembahasan. bangku perkuliahan.

BAB V PENUTUP. kantor Notaris PPAT Wihastuti Estiningsih, SH.,MKn dan pembahasan. bangku perkuliahan. 57 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang penulis lakukan di kantor Notaris PPAT Wihastuti Estiningsih, SH.,MKn dan pembahasan mengenai penyelesaian Laporan ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyahkt yang adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM)

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) A. Profil Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM Kantor Notaris dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian ketetapan yang

BAB V PENUTUP. membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian ketetapan yang 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pengertian dari notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan disegala bidang ekonomi oleh masyarakat memerlukan dana yang cukup besar. Dana tersebut salah satunya berasal dari kredit dan kredit

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS 1 (satu) bulan ~ Notaris tidak membuat akta Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Notaris tidak membuat akta, Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya menyampaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA A. Sejarah dan Pengertian Jaminan Fidusia Fidusia berasal dari kata fides yang artinya adalah kepercayaan. Sesuai dengan arti dari kata ini, maka hubungan hukum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Untuk menjadi langkah awal pengenalan dunia notaris,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Untuk menjadi langkah awal pengenalan dunia notaris, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menjadi langkah awal pengenalan dunia notaris, penulis mengadakan studi lapangan atau biasa disebut praktik kerja lapangan di Kantor kenotariatan. Praktik kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL - 1 - KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat.pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan

Lebih terperinci

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA DEFINISI Hak Tanggungan adalah: Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut/tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi. 1 1 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA 1.1 Sejarah Jaminan Fidusia a. Zaman Romawi Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi. Bagi masyarakat pada saat itu, fidusia

Lebih terperinci

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 - Pada hari ini, Kamis, tanggal tiga puluh November tahun dua ribu sebelas (30-11-2011), pukul 10.00 WIB (sepuluh nol-nol Waktu Indonesia Barat);-----------------------------

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME TEKNIS PELAYANAN DI KELURAHAN DAN KECAMATAN KOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME TEKNIS PELAYANAN DI KELURAHAN DAN KECAMATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME TEKNIS PELAYANAN DI KELURAHAN DAN KECAMATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PEMERIKSAAN (PENGECEKAN) SERTIPIKAT DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU KETERANGAN

STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PEMERIKSAAN (PENGECEKAN) SERTIPIKAT DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU KETERANGAN LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BPN-RI NOMOR 6 TAHUN 2008 PEMERIKSAAN (PENGECEKAN) SERTIPIKAT 2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 4. Peraturan Menteri Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan usaha dalam sektor perbankan. Hal ini ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA A. Pengertian Dan Dasar Hukum Jaminan Fidusia 1. Pengertian Jaminan Fidusia Lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang secara yuridis formal diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebutan SV UGM terbentuk berdasarkan Peraturan Rektor UGM No.

BAB I PENDAHULUAN. sebutan SV UGM terbentuk berdasarkan Peraturan Rektor UGM No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada atau yang dikenal dengan sebutan SV UGM terbentuk berdasarkan Peraturan Rektor UGM No. 518/P/SK/HT/2008 tentang Sekolah Vokasi,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan 1 BAB V PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat BMT Istiqomah Unit II Plosokandang selaku kreditur dalam mencatatkan objek jaminan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung.

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah Mengenai Hak Tanggungan Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah Tentang Hak Tanggungan PENGERTIAN HAK TANGGUNGAN Hak Tanggungan adalah hak jaminan atas tanah dibebankan pada hak atas tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tertuang dalam Undang- Undang Dasar 1945 yaitu cita- cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini tertuang dalam Undang- Undang Dasar 1945 yaitu cita- cita bangsa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang sangat menjunjung tinggi penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini tertuang dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.

Lebih terperinci

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN A. Hak Guna Bangunan Ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN A. Tinjauan Terhadap Hipotik 1. Jaminan Hipotik pada Umumnya Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan Adanya unifikasi hukum barat yang tadinya tertulis, dan hukum tanah adat yang tadinya tidak tertulis

Lebih terperinci

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI NO. 14 TAHUN 1982 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN SURAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam meminjam telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran yang sah. Pihak pemberi pinjaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN Yoga Dwi Santosa Sarjana Hukum Program Sarjana Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABTRAKSI Tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan merupakan sarana bagi pemerintah dalam mengupayakan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph. LAMPIRAN I : PERATURAN KEPALA BPN RI NOMOR 6 TAHUN 2008 LAMPIRAN II : PERATURAN KEPALA BPN RI NOMOR 6 TAHUN 2008 PEMERIKSAAN (PENGECEKAN) SERTIPIKAT 1. Undang-Undang Nomor Nomor 24 Tahun. Nomor 46 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2

MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2 MATERI PENYULUHAN HUKUM CARA MEMBUAT KONTRAK DI BAWAH TANGAN 1 Oleh: Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum 2 A. Pengertian Akta di Bawah Tangan Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA

Lebih terperinci

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA Oleh : Dr. Urip Santoso, S.H, MH. 1 Abstrak Rumah bagi pemiliknya di samping berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, juga berfungsi sebagai aset bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH SURAT PERNYATAAN PELEPASAN HAK ATAS TANAH Pada hari ini, tanggal Bulan Tahun Dua Ribu, bertempat di, kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : Umur : Warga Negara : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 35 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DI

Lebih terperinci

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2 1 Oleh: Agus S. Primasta 2 Pengantar Secara awam, permasalahan perkreditan dalam kehidupan bermasyarakat yang adalah bentuk dari pembelian secara angsuran atau peminjaman uang pada lembaga keuangan atau

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN A. Pengertian Jaminan Fidusia Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti kepercayaan. 23 Sesuai dengan arti kata ini,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini karena masyarakat sekarang sering membuat perikatan yang berasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 1998

Lebih terperinci

Awal/Kepala Akta Perjanjian Kredit

Awal/Kepala Akta Perjanjian Kredit SKRIPSI HUKUM PIDANA Akta Perjanjian Kredit - Author: Swante Adi Krisna Akta Perjanjian Kredit Oleh: Swante Adi Krisna Tanggal dipublish: 18 Jan 2017 (one month ago) Tanggal didownload: 28 Feb 2017, Pukul

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS PERPADUAN NASKAH UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia mempunyai dampak yang sangat positif. Perbaikan sistem perekonomian dalam penentuan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN A. Pengertian Hak Tanggungan Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, maka Undang-Undang tersebut telah mengamanahkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Bank membantu pemerintah dalam menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PD BPR Bank Purworejo 1. Profil PD BPR Bank Purworejo PD BPR Bank Purworejo adalah Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat yang seluruh modalnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas tersedianya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.01/2008 TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya pembangunan berkelanjutan dewasa ini, meningkat pula kebutuhan akan pendanaan oleh masyarakat. Salah satu cara untuk mendapatkan dana

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4 TAHUN 1999

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4 TAHUN 1999 MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4 TAHUN 1999 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN

PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 22 September 2016 PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN Rapat Koordinasi Tata Laksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan sebuah istilah yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana ada hukum ) 1.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak-hak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebutuhan yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam kehidupan perekonomian sangat berkembang pesat beriring dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam ditandai dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci