TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN"

Transkripsi

1 TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN Yoga Dwi Santosa Sarjana Hukum Program Sarjana Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABTRAKSI Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui dan memahami pelaksanaan peralihan karena jual beli, faktor faktor apa yang menjadi hambatan, dan faktor faktor apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan tanda batas hak atas tanah di Kabupaten Grobogan Latar belakang penelitian ini adalah masih banyak masyarakat yang belum mengetahui betapa pentingnya patok batas hak atas tanah. Kenyataan yang terjadi di Kabupaten Grobogan banyak hak atas tanah masih belum dipasang patok tanda batasnya. Permasalahan yang sering ada adalah karena patok tanda batas hak atas tanah belum terpasang, maka kepastian hak atas tanah menjadi lemah dan rawan terjadi sengketa mengenai batas tanah. Hal tersebut juga sangat berpengaruh pada proses peralihan hak atas tanah jual beli. Dengan tidak jelasnya dan bahkan hilangnya tanda batas hak atas tanah maka akan mengakibatkan proses jual beli terhambat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan wawancara langsung ke lokasi yang diteliti. Selain itu data diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, dokumen, laporan dan tulisan-tulisan yang mendukung masalah yang diteliti. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan peralihan hak atas tanah karena jual beli, hambatan hambatan yang ditemui sehingga terjadi wanprestasi dalam peralihan hak atas tanah karena jual beli, dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan tanda batas hak atas tanah serta cara mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan peralihan hak atas tanah karena jual beli dan dalam pelaksanaan pemasangan tanda batas hak atas tanah di Kabupaten Grobogan. Kata Kunci : jual beli, pertanahan, hak atas tanah, hambatan, patok tanda batas. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur, bahwa Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut maka disusunlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Salah satu tujuan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah untuk memberikan kepastian hukum berkenaan dengan hak-hak atas tanah yang dipegang oleh masyarakat. Supaya mencapai tujuan tersebut, pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah, dan secara tegas diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang mengatur, bahwa Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Mengenai penetapan batas bidang-bidang tanah diatur dalam Pasal 17 ayat (1), (2), (3) dan (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang mengatur bahwa Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah, bidang-bidang tanah yang akan dipetakan diukur, setelah ditetapkan letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas di setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan. Dalam penetapan batas bidang tanah pada pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaannya, wajib dilakukan oleh pemegang hak atas tanah. Menganai bentuk, ukuran, dan teknis penempatan tanda batas ditetapkan oleh Menteri. Dengan peraturan tersebut di atas, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui betapa pentingnya patok batas hak atas tanah. Kenyataan yang terjadi di Kabupaten Grobogan banyak hak atas tanah masih belum dipasang patok tanda batasnya. Permasalahan yang sering ada adalah karena patok tanda batas hak atas tanah belum terpasang, maka kepastian hak atas tanah menjadi lemah dan rawan terjadi sengketa mengenai batas tanah. Hal tersebut juga sangat berpengaruh pada proses peralihan hak

3 atas tanah jual beli. Dengan tidak jelasnya dan bahkan hilangnya tanda batas hak atas tanah maka akan mengakibatkan proses jual beli terhambat. Perumusan Masalah : Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan diangkat yaitu : a. Bagaimanakah pelaksanaan peralihan hak atas tanah karena proses jual beli di Kabupaten Grobogan? b. Faktor faktor apa yang menjadi hambatan dalam proses peralihan hak atas tanah karena jual beli di Kabupaten Grobogan? c. Faktor-faktor apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan patok tanda batas hak atas tanah di Kabupaten Grobogan dan cara mengatasinya? METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Sesuai dengan judul skripsi yaitu Tehambatnya Proses Jual Beli Karena Tidak Jelasnya Tanda Batas Hak Milik Atas Tanah Di Kabupaten Grobogan, maka penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Grobogan, pada Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan. B. Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian yuridis sosiologis. Yuridis yaitu karena penelitian ini hendak mengungkap aspek yuridis dari pewarisan hak atas tanah di Kota Surakarta. Sosiologis yaitu karena orientasi pengkajiannya juga melihat dan mempertimbangkan pada kenyataan kenyataan yang ada di dalam masyarakat dalam hal pelaksanaan pewarisan hak atas tanah.

4 C. Sifat Penelitian Dalam pelaksanaannya penulis melakukan penelitian dengan cara melihat langsung dalam praktek dilapangan, dan melakukan wawancara dengan yang bersangkutan/pemohon dan pegawai Pejabat Pembuat Akta Tanah yang dating di Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan untuk mendapatkan data data maupun informasi yang diperlukan. Penulis menggunakan sifat penelitian yang deskriptif. D. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisa sesuai dengan pelaksanaan pewarisan hak atas tanah di Kota Surakarta. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. E. Teknik Pengumpulan Data Guna mendapatkan data dalam penelitian ini dibutuhkan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang keduanya akan dianalisis, teknik pengumpulan data yang akan diperoleh dalam studi penelitian ini adalah studi pustaka dan studi lapangan. F. Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah di Kabupaten Grobogan Terjadinya jual beli hak atas tanah karena adanya kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli tentang harga yang ditentukan penjual yang disepakati oleh pembeli maupun obyek tanah yang diperjualbelikan terhadap jual beli tanah adalah : 1. Letak Tanahnya Letak tanahnya berada di mana dalam hal ini terletak di Desa / Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten / Kota, Propinsi. Hal ini terkait dengan yang berhak membuat akta jual belinya atau pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berhak membuat akta jual beli dan saksi saksinya, khususnya untuk tanah yang belum bersertipikat maka saksinya adalah Kepala Desa dan Pamong Desa dimana letak tanah yang bersangkutan berada. 2. Luas dan batas tanahnya Batas batasnya mana: utara, timur, selatan, dan barat serta luasnya berapa khusunya untuk tanah tanah yang belum bersertipikat,karena bisa terjadi setelah dilakukan pengukuran ternyata luasnya tidak cocok. 3. Tanahnya Maksudnya disini jenis tanahnya yaitu tanah pekarangan, tegalan, atau sawah serta benda benda atau tumbuhan/tanaman yang ada diatasnya. Hal ini berkaitan dengan asas pemisahan horizontal. Jika tanah yang diperjual belikan tersebut beserta benda benda yang ada diatasnya atau sekedar tanahnya saja. 4. Haknya Harus diketahui jenis haknya: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai.Karena ada status hak atas tanah yang tidak dapat diperjual belikan antara lain hak pakai selama dipergunakan dan hak milik atas tanah wakaf.

6 5. Alat Buktinya Harus diketahui tanah tersebut sudah bersertipikat atau belum dan sudah sesuai dengan pemilik sertipikat tersebut. Supaya mendapat kepastian hukum/kekuatan hukum maka pelaksanaan jual beli harus dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) akan membuat akta jual beli yang dijadikan bukti bahwa tanah tersebut sudah terjadi peralihan hak dari penjual ke pembeli dengan proses sebagai berikut : a. Pihak Penjual maupun Pembeli menghadap/hadir di kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). b. Pihak Penjual maupun Pihak Pembeli harus membawa syarat syarat dalam jual beli yang harus dipenuhi. Syarat syarat yang harus dipenuhi Pihak Penjual yaitu : 1). Sertipikat asli ( bagi tanah yang belum bersertipikat berupa bukti pemilikan tanah lain seperti girik, leter C, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) yang menerangkan bahwa tanah tersebut belum bersertipikat). 2). Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami isteri ( bagi yang sudah menikah). 3). Kartu Keluarga 4). Surat Nikah ( bagi yang sudah menikah) 5). PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan) terakhir beserta bukti STTS. Syarat yang harus dipenuhi Pihak Pembeli yaitu : 1). Kartu Tanda Penduduk 2). Kartu Keluarga 3). Surat Nikah ( bagi yang sudah menikah )

7 c. Pejabat Pembuat Akta Tanah memeriksa dahulu kebenaran surat, data, atau berkas yang berhubungan dengan tanah tersebut sebelum jual beli dilakukan dan Pejabat Pembuat Akta Tanah mengecek terlebih dahulu sertipikat hak atas tanah tersebut kebenarannya sesuai dengan kartu identitas penjual, setelah itu Pejabat Pembuat Akta Tanah mengecek ke Kantor Pertanahan untuk mengetahui apakah tanah tersebut menjadi obyek jual beli dan tidak terikat dalam suatu perjanjian hutang piutang maupun dalam sengketa. d. Setelah diadakan pengecekan oleh Kantor Pertanahan apabila datanya sesuai dengan yang ada di Kantor Pertanahan bisa dibuatkan aktanya. Penolakan untuk membuat akta tersebut diberitahukan secara tertulis kepada pihak pihak yang bersangkutan disertai alasannya. Mengenai proses pelaksanaan peralihan hak atas tanah karena jual beli berdasarkankan akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang kemudian diadakan pendaftaran hak atas tanah di Kantor Pertanahan yaitu dengan memenuhi syarat syarat sebagai berikut : a. Surat Permohonan Pendaftaran b. Surat Pengantar pendaftaran jual beli dari Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). c. Kutipan otentik berita acara jual beli yang dibuat oleh PPAT yang bertugas di Kabupaten Grobogan yang bertugas melaksanakan jual beli itu. d. Akta Jual Beli. e. Tanda bukti lunas pembayaran pajak tanah. f. Sertipikat dari tanah yang bersangkutan. g. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau identitas diri penjual dan pembeli.

8 h. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau identitas penerima Kuasa yang disertai surat kuasa jika permohonannya dikuasakan. i. Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan. j. Bukti Pelunasan PPh terutang. k. Surat keterangan pendaftaran tanah (SKPT) yang dijual belikan/ Pengecekan sertipikat yang dilakukan di Badan Pertanahan. Sedangkan mengenai biaya yang akan diperlukan adalah sebagai berikut : a. Biaya materai pada kuitansi. b. Biaya pelunasan pajak tanah yang bersangkutan/pbb. c. Biaya blangko permohonan sesuai tabel biaya. d. Biaya pemasukan pada Negara/PNBP. Untuk biaya pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli dikenakan biaya lain yaitu biaya Ukur tanah yang dimohonkan karena jual beli harus melalui proses lainnya. Biaya ukur tanah muncul apabila dalam proses jual beli hak atas tanah dalam kondisi seperti : a. Belum bersertipikat b. Blangko sertipikat lama c. Sertipikat rusak d. Sertipikat hilang e. Patok batas hilang f. Penjual dan pembeli atau salah satunya ingin mengetahui luas riil waktu dilakukan jual beli. g. Hak Guna Bangunan habis masa berlakunya

9 h. Hak Guna Usaha habis masa berlakunya i. Pembelian tanah hanya sebagian j. Sertipikat lama hak milik dibeli oleh badan hukum. Biaya Pengesahan oleh PPAT atau notaris Permohonan pensertipikatan hak atas tanah karena jual beli itu ditulis dalam suatu daftar,yang dapat dilihat oleh orang orang yang berkepentingan atas permintaan mereka. Dalam mengajukan permohonan pensertipikatan hak atas tanah karena jual beli di Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan harus melalui beberapa tahap yaitu : a. Pemohon hak atas tanah karena jual beli dengan ini memohon pada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan agar berkenan melaksanakan pensertipikatan hak atas tanah yang dibelinya. b. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan setelah mempelajari berkas berkasnya dan mencari data yang benar dan menemukannya, maka akan ditetapkan peralihan hak atas tanah karena jual beli. Selain itu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan akan segera mengambil keputusan yang isinya adalah menetapkan hak atas tanah karena jual beli atas sebidang tanah yang penerima haknya ditulis lengkap pada lembar pemilik atas tanah dalam sertipikat. c. Dengan adanya penetapan mengenai pemilikan hak atas tanah karena jual beli atas nama pembeli sebagaimana tertulis dalam akta jual beli itu, maka diterbitkan sertipikat hak atas tanah karena jual beli yang dimohonkan itu. Dengan adanya syarat syarat jual beli itu nantinya akan memudahkan bagi pemegang hak atas tanah karena jual beli untuk mengurus pensertipikatan hak atas tanah yang dibelinya. d. Diadakan pemberitahuan adanya jual beli kepada pihak pihak yang terikat yaitu pejabat pembuat akta tanah yang dalam hal ini pihak pihak itu nantinya akan dapat

10 dijadikan saksi jika dikemudian hari terjadi hal-hal yang menyangkut gugatan salah satu pihak dalam hal jual beli tanah yang dimaksud. Peralihan hak yang disebabkan jual beli, dapat terjadi pada tanah yang sudah bersertipikat maupun tanah yang belum bersertipikat : a. Peralihan tanah yang sudah bersertipikat tahap pendaftaran peralihannya sebagai berikut : 1). Pemohon mendaftarkan peralihan dibagian pendaftaran hak dan informasi dengan membawa syarat yang ditentukan. 2). Berkas diperiksa petugas pendaftaran sertipikat jika sudah lengkap akan diproses. 3). Berkas yang diperiksa dan lengkap kemudian dibuatkan kwitansi. 4). Pemohon menerima kwitansi pendaftaran kemudian pemohon membayar biaya sertipikat sejumlah yang tertera di kwitansi. 5). Berkas di daftarkan pada daftar isian di komputer. 6). Berkas diproses balik nama dilakukan dilakukan pencoretan nama dalam buku tanah dan sertipikat terhadap hak lama dan diganti dengan pemegang hak yang baru. 7). Setelah konsep sertipikat selesai dikerjakan diperiksa oleh kepala subseksi pembebasan hak dan PPAT diteruskan ke kepala seksi hak tanah dan pendaftaran tanah. 8). Pendaftaran peralihan hak ditandatangi oleh Kepala Kantor Pertanahan bersama dengan penandatanganan sertipikat. 9). Sertipikat yang sudah jadi diserahkan ke bagian pengeluaran sertipakat. 10). Pengambilan sertipikat hak tersebut harus menyerahkan bukti pembayaran/kwitansi pembayaran pendaftaran peralihan hak.

11 b. Peralihan tanah yang belum bersertipikat tahap pendaftaran peralihannya harus dengan konversi, berkas yang dilampirkan dalam proses konversi yaitu : 1). Surat permohonan. 2). Petok D / Fotokopi letter C desa yang dilegalisir dan disertai proses verbal. Jika tidak ada memakai berita acara kesaksian. 3). Kartu Tanda Penduduk. 4). SPPT terakhir. 5). Surat pernyataan bahwa tanah belum bersertipikat bermaterai. 6). Surat pernyataan batas dan luas tanah bermaterai. 7). Surat pernyataan penguasaan fisik. Pasal 40 Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menentukan bahwa, selambat lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta seperti dimaksud pada ayat (1) kepada para pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang wajib mendaftarkan di kantor pertanahan adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebagai salah satu tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Sebelum membuat akta, Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT) wajib untuk mencocokkan sertipikat yang bersangkutan ke kantor pertanahan dan meneliti kelengkapan surat surat/dokumen dokumen untuk membuat akta akta jual belinya.

12 B. Hambatan-Hambatan Yang Ditemui Dalam Pelaksanaan Peralihan Hak Tanah Melalui Jual Beli Di Kabupaten Grobogan Dan Cara Penyelesaiannya Terjadinya jual beli hak atas tanah karena adanya kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli tentang harga yang ditentukan penjual yang disepakati oleh pembeli maupun obyek tanah yang diperjualbelikan terhadap jual beli tanah adalah : 1. Letak Tanahnya Letak tanahnya berada di mana dalam hal ini terletak di Desa / Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten / Kota, Propinsi. Hal ini terkait dengan yang berhak membuat akta jual belinya atau pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berhak membuat akta jual beli dan saksi saksinya, khususnya untuk tanah yang belum bersertipikat maka saksinya adalah Kepala Desa dan Pamong Desa dimana letak tanah yang bersangkutan berada. 2. Luas dan batas tanahnya Batas batasnya mana: utara, timur, selatan, dan barat serta luasnya berapa khusunya untuk tanah tanah yang belum bersertipikat,karena bisa terjadi setelah dilakukan pengukuran ternyata luasnya tidak cocok. 3. Tanahnya Maksudnya disini jenis tanahnya yaitu tanah pekarangan, tegalan, atau sawah serta benda benda atau tumbuhan/tanaman yang ada diatasnya. Hal ini berkaitan dengan asas pemisahan horizontal. Jika tanah yang diperjual belikan tersebut beserta benda benda yang ada diatasnya atau sekedar tanahnya saja. 4. Haknya Harus diketahui jenis haknya: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai.Karena ada status hak atas tanah yang tidak dapat diperjual belikan antara lain hak pakai selama dipergunakan dan hak milik atas tanah wakaf.

13 6. Alat Buktinya Harus diketahui tanah tersebut sudah bersertipikat atau belum dan sudah sesuai dengan pemilik sertipikat tersebut. Mengenai hambatan hambatan itu sudah merupakan suatu hal yang biasa atau wajar karena tidak ada satu usahapun dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Demikian pula cara memperoleh hak atas tanah dengan cara peralihan hak atas tanah karena jual beli di Kabupaten Grobogan juga tidak lepas dari hambatan hambatan. Hambatan hambatan yang ditemui sehingga terjadi wanprestasi dalam peralihan hak atas tanah karena jual beli adalah sebagai berikut : 1. Adanya sengketa mengenai kepemilikan hak atas tanah yang bersangkutan. Baik sengketa waris antara para ahli waris atau sengketa karena adanya kepemilikan ganda. 2. Adanya sengketa batas tanah saat pengukuran tanah dan pemetaan secara langsung di lapangan antara pemohon dengan pemilik hak yang berbatasan yang masih belum ada kesepakatan, dalam arti masih disengketakan. 3. Berkas berkas yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli tersebut tidak lengkap atau kurang lengkap misalnya kartu tanda penduduk masa berlakunya habis dan belum diperbaharui, nama antara yang tercantum di kartu tanda penduduk tidak sama dengan nama yang tercantum di sertipikat padahal itu satu orang yang sama, belum dicantumkan bukti pelunasan pajak dan pengisian berkas permohonan tidak lengkap. 4. Pembayaran tidak dilakukan sekaligus atau dengan cara bertahap, bisa dua kali atau lebih sesuai dengan kesepakatan kedua pihak baik tertulis maupun tidak tertulis tetapi dalam pelaksanaan pembayaran tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 5. Ada Hak Tanggungan yang masih melekat di sertipikat lama, yang baru diketahui ketika dilakukan pengecekan dan belum ada kesepakatan mengenai masalah tersebut.

14 6. Adanya perbedaan atau selisih luas antara alas hak yang diperjualbelikan dan hasil ukur, padahal sudah dilakukan pembayaran sehingga dapat menimbulkan kerugian baik dari pihak penjual maupun pembeli. Cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan peralihan jual beli adalah sebagai berikut : 1. Dalam mengatasi masalah sengketa kepemilikan hak atas tanah dapat dilakukan terlebih dahulu melalui musyawarah dengan pihak yang mempermasalahkan kepemilikan hak atas tanah tersebut dengan menunjukkan dasar kepemilikan hak atas tanah tersebut dari pihak pihak yang bersengketa. Jika tidak bisa maka dapat ditempuh melalui mediasi, penyelesaian alternatif lainnya ataupun dengan jalur hukum yaitu pengadilan. 2. Dalam menghadapi masalah sengketa batas saat dilakukan pengukuran dan pemetaan, untuk tanah yang belum bersertifikat atau sudah bersertifikat tetapi belum pernah dilakukan pengukuran oleh petugas ukur kantor pertanahan dapat dilakukan dengan musyawarah dengan tetangga batas sehingga kontradiktur delimitasi dapat terpenuhi dan segera dipasang patok tanda batas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika kontradiktur delimitasi tidak dapat terpenuhi maka dapat diselesaikan dengan jalur hukum yaitu pengadilan. Untuk yang sudah bersertifikat dan sudah pernah dilakukan pengukuran oleh petugas ukur kantor pertanahan bisa dilakukan pengembalian batas dengan melihat data-data hasil ukur dari sertipikat lama. Jika masih ada permasalahan dengan para tetangga batas dapat dilakukan mediasi di kantor pertanahan. Jika tidak bisa dilakukan dengan mediasi maka dapat menempuh jalur penyelesaian melalui pengadilan. 3. Dalam menghadapi kurang lengkapnya berkas, yang harus dilakukan pemohon segera mempersiapkan syarat syarat yang telah ditetapkan PPAT dan meneliti

15 kecocokan antara berkas satu dengan yang lainnya, seperti nama, penanggalan, dan lain sebagainya. 4. Dalam menghadapi masalah pembayaran yang tidak sekaligus, maka kesanggupan pembeli dalam melakukan pembayaran yang dilakukan lebih dari satu kali dibuat dalam akta perjanjian pengikatan jual beli yang memiliki kekuatan hukum dengan sanksi sanksi yang jelas. Penjual dalam perjanjian itu dapat menggunakan orang ketiga untuk menagih pembayaran jika pembeli melakukan wanprestasi. Sebelum pembayaran selesai, penjual tidak melepaskan hak atas tanah yang dijual itu. Oleh karena itu dalam proses jual beli atau tawar menawar, jika pembayarannya disepakati dengan cara tidak tunai, maka pihak penjual harus menentukan dengan jelas kapan waktu pembayaran, batas waktu yang diberikan jika terjadi kemunduran serta sanksi sanksi yang dikenakan pihak yang melakukan yang wanprestasi. 5. Dalam menghadapi adanya Hak Tanggungan yang masih melekat disertifikat lama dapat dilakukan dengan musyawarah antara pihak penjual dengan pembeli sehingga mendapatkan kesepakatan mengenai penyelesaian Hak Tanggungan tersebut. 6. Dalam menghadapi adanya perbedaan atau selisih luas antara alas hak yang diperjual belikan dan hasil ukur dapat dilakukan musyawarah antara pihak penjual dan pihak pembeli agar tidak menimbulkan kerugian dari pihak penjual maupun pihak pembeli. Dari hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan peralihan hak melalui jual beli yang paling sulit diatasi yaitu sengketa kepemilikan dan sengketa batas. Dalam hubungannya dengan kenyataan semacam itu maka dari pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Grobogan dapat memproses pensertipikatannya sepanjang seluruh persyaratan telah dipenuhi.

16 C. Hambatan-Hambatan Dalam pelaksanaan Pemasangan Dan Pemeliharaan Tanda Batas Hak Atas Tanah Di Kabupaten Grobogan. Hak Atas Tanah diperjualbelikan harus dibuktikan baik melalui penguasaan fisik maupun penguasaan yuridis. Penguasaan yuridis adalah penguasaan yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi kewengan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dimiliki. Penguasaan fisik dapat dibuktikan dengan melihat siapa yang mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dimiliki, tidak diserahkan kepada pihak lain, serta memeliharanya dan melakukan penempatan tandatanda batas tanah tersebut. Hambatan hambatan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan tanda batas hak atas tanah sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor atau unsur-unsur, seperti : 1. Faktor hukum 2. Faktor penegak hukum 3. Faktor sarana atau fasilitas 4. Faktor masyarakat 5. Faktor kebudayaan Berdasarkan pengamatan kami faktor yang dominan dalam menghambat pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan tanda batas di Kabupaten Grobogan adalah penegak hukum, sarana atau fasilitas, masyarakat, dan kebudayaan hal ini tercermin dari kegiatan sebagai berikut : 1. Tidak pernah ada penyuluhan atau sosialisasi dari pihak BPN baik dari kepala sampai tingkat pelaksana dilapangan seperti petugas ukur kepada masyarakat mengenai tanda batas tanah dan pentingnya tanda batas tanah.

17 2. Pada prakteknya pihak yang melakukan pembuatan patok tanda batas hanya BPN sehingga distribusi patok tanda batas untuk sampai kemasyarakat sangat sulit bahkan kadang ketika sampai kepada masyarakat harga patok batas tanah menjadi sangat mahal. 3. Sedikit sekali masyarakat yang memahami peraturan dan pentingnya patok tanda batas sehingga mereka tidak melakukan pemasangan batas hak atas tanah mereka dan yang sudah terpasang tanda batasnya pemilik tanahnya tidak memelihara tanda batas tersebut sehingga terjadi patok tanda batas yang bergeser, rusak, bahkan hilang. 4. Sudah membudayanya masyarakat di Kabupaten Grobogan dengan memasang tanda batas tanah menggunakan tanaman. Cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan tanda batas di Kabupaten Grobogan yaitu: 1. Dilaksanakan penyuluhan atau sosialisasi dari pihak BPN baik dari kepala sampai tingkat pelaksana dilapangan seperti petugas ukur kepada masyarakat mengenai tanda batas tanah dan pentingnya tanda batas tanah. 2. Setiap PPAT diwajibkan melakukan pengadaan patok tanda batas baik dengan cara membeli dari kantor pertanahan atau membuat patok tanda batas sendiri sehingga distribusi patok ke masyarakat menjadi mudah. 3. Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai peraturan dan pentingnya patok tanda batas sehingga mereka melakukan pemasangan batas hak atas tanah mereka dan yang sudah terpasang tanda batasnya pemilik tanahnya memelihara tanda batas tersebut sehingga tidak terjadi patok tanda batas yang bergeser, rusak, bahkan hilang.

18 4. Memberikan himbauan kepada masyarakat agar mengganti batas tanah yang berupa tanaman menjadi batas tanah yang telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku berdasarkan PMNA Nomor 3 Tahun KESIMPULAN 1. Proses pelaksanaan jual beli hak atas tanah di Kabupaten Grobogan adalah berdasarkan akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang kemudian diadakan pendaftaran hak atas tanah di Kantor Pertanahan yaitu dengan memenuhi syarat syarat dan proses yang sudah ditentukan. 2. Hambatan hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan Peralihan hak melalui jual beli di Kabupaten Grobogan dan cara penyelesaiannya. Adanya sengketa mengenai kepemilikan hak atas tanah yang bersangkutan, adanya sengketa batas tanah saat pengukuran tanah dan pemetaan secara langsung di lapangan antara pemohon dengan pemilik hak yang berbatasan yang masih belum ada kesepakatan dalam arti masih disengketakan, berkas berkas yang diperlukan untuk melakukan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli tersebut tidak lengkap atau kurang lengkap, pembayaran tidak dilakukan sekaligus atau dengan cara bertahap, ada Hak Tanggungan yang masih melekat di sertipikat lama, adanya perbedaan atau selisih luas antara alas hak yang diperjualbelikan dan hasil ukur. Dari beberapa hambatan yang diuraikan diatas yang paling sulit penyelesaiannya yaitu sengketa kepemilikan dan sengketa batas akibat dari tidak jelasnya patok batas tanah yang diperjualbelikan. 3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan tanda batas hak atas tanah di Kabupaten Grobogan. Tidak pernah ada penyuluhan atau sosialisasi dari pihak BPN baik dari kepala sampai tingkat pelaksana dilapangan

19 seperti petugas ukur kepada masyarakat mengenai tanda batas tanah dan pentingnya tanda batas tanah, pada prakteknya pihak yang melakukan pembuatan patok tanda batas hanya BPN sehingga distribusi patok tanda batas untuk sampai kemasyarakat sangat sulit bahkan kadang ketika sampai kepada masyarakat harga patok batas tanah menjadi sangat mahal, sedikit sekali masyarakat yang memahami peraturan dan pentingnya patok tanda batas sehingga mereka tidak melakukan pemasangan batas hak atas tanah mereka dan yang sudah terpasang tanda batasnya pemilik tanahnya tidak memelihara tanda batas tersebut sehingga terjadi patok tanda batas yang bergeser, rusak, bahkan hilang, sudah membudayanya masyarakat di Kabupaten Grobogan dengan memasang tanda batas tanah menggunakan tanaman. Cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pemasangan dan pemeliharaan tanda batas di Kabupaten Grobogan yaitu: dilaksanakan penyuluhan atau sosialisasi dari pihak BPN baik dari kepala sampai tingkat pelaksana dilapangan seperti petugas ukur kepada masyarakat mengenai tanda batas tanah dan pentingnya tanda batas tanah, setiap PPAT diwajibkan melakukan pengadaan patok tanda batas baik dengan cara membeli dari kantor pertanahan atau membuat patok tanda batas sendiri sehingga distribusi patok ke masyarakat menjadi mudah, memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai peraturan dan pentingnya patok tanda batas sehingga mereka melakukan pemasangan batas hak atas tanah mereka dan yang sudah terpasang tanda batasnya pemilik tanahnya memelihara tanda batas tersebut sehingga tidak terjadi patok tanda batas yang bergeser, rusak, bahkan hilang, memberikan himbauan kepada masyarakat agar mengganti batas tanah yang berupa tanaman menjadi batas tanah yang telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku berdasarkan PMNA Nomor 3 Tahun 1997.

20 DAFTAR PUSTAKA Buku Buku : Tedjosaputro, Liliana (1989). Hukum Waris AB-Intestat. Semarang : Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus H.S, Salim (2003). Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta : Sinar Grafika. Prof.R.Subekti (1995). Aneka Perjanjian. Bandung : Citra Aditya Bakti. Miru, Dr. Ahmadi (2007). Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Rahardjo, Handri (2009). Hukum Perjanjian di Indonesia. Jakarta : Pustaka Yustisia. Komariah (2008). Hukum Perdata. Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhamadiyah. Muhammad, Abdul Kadir (1982). Hukum Perikatan. Bandung : Alumni. Soekanto, Soerjono (1986). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. Hadi, Sutrisno (2000). Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta : Andi. Soemitro, Ronny Hanitijo (1990). Metodologi Hukum dan Jurimetri. Jakarta : Ghalia Indonesia. Peraturan Perundang Undangan : Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah.

21 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan. Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.

PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt

PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt Di Kantor Pertanahan Kota Surakarta ) Yulfitri Nurjanah Sarjana Hukum Program

Lebih terperinci

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA Judul : AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA SERTIFIKAT DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : GALUH LISTYORINI NPM : 11102115 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBELIAN LAHAN (BERTAHAP)

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBELIAN LAHAN (BERTAHAP) PERJANJIAN KERJASAMA PEMBELIAN LAHAN (BERTAHAP) Pada hari ini, -------- tanggal --------- bulan ------- tahun ------------ (-------------) telah disepakati antara 2 (dua) pihak dengan dihadiri para saksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu hal yang erat hubungannya dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena manusia bertempat tinggal, berkembang biak, serta melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.

Lebih terperinci

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh. Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 113 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU Oleh Suhariyono 1 ABSTRAK: Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Legalisasi

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017 PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Suyadi Bill Graham Ambuliling 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN LAHAN (BERTAHAP SESUAI PENJUALAN KAVLING)

PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN LAHAN (BERTAHAP SESUAI PENJUALAN KAVLING) PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN LAHAN (BERTAHAP SESUAI PENJUALAN KAVLING) Pada hari ini, -------- tanggal --------- bulan ------- tahun ------------ (-------------) telah disepakati antara 2 (dua) pihak

Lebih terperinci

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN A. Hak Guna Bangunan Ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROSES PEMECAHAN HAK ATAS TANAH DI PPAT UNTUK MENDAPATKAN KEPASTIAN HUKUM

PELAKSANAAN PROSES PEMECAHAN HAK ATAS TANAH DI PPAT UNTUK MENDAPATKAN KEPASTIAN HUKUM PELAKSANAAN PROSES PEMECAHAN HAK ATAS TANAH DI PPAT UNTUK MENDAPATKAN KEPASTIAN HUKUM JURNAL ILMIAH Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Hukum Pada

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh : PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh : DAYA AGENG PURBAYA ABSTRAKSI Masyarakat awam kurang mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum PROSUDUR PEMINDAHAN HAK HAK ATAS TANAH MENUJU KEPASTIAN HUKUM Oleh Dimyati Gedung Intan Dosen Fakultas Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Tanah semakin berkurang, kebutuhan tanah semakin meningkat,

Lebih terperinci

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal didirikannya Republik Indonesia, yang menjadi tujuan utama pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan A. Pengertian Perjanjian Jual Beli BAB II PERJANJIAN JUAL BELI Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam dunia kerja, karena Praktik. atau pekerjaan yang penulis lakukan, seperti :

BAB V PENUTUP. mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam dunia kerja, karena Praktik. atau pekerjaan yang penulis lakukan, seperti : 44 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Praktik Kerja Lapangan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam dunia kerja, karena Praktik Kerja Lapangan merupakan sarana

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D 101 09 389 ABSTRAK Penulisan yang diberi judul Tinjauan Yuridis tentang Penggunaan Surat Keterangan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI MEKANISME ASAS PUBLISITAS DALAM PENCATATAN HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI MEKANISME ASAS PUBLISITAS DALAM PENCATATAN HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI MEKANISME ASAS PUBLISITAS DALAM PENCATATAN HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO JURNAL ILMIAH Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan

Lebih terperinci

PRAKTIK JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DAN PENDAFTARANNYA MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN

PRAKTIK JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DAN PENDAFTARANNYA MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN NASKAH PUBLIKASI PRAKTIK JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DAN PENDAFTARANNYA MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 (Studi Kasus di Kantor Pertanahan Pati) Disusun dan diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok yang perlu diketahui dari bab-bab sebelumnya dalam bentuk kesimpulan, selain itu juga memuat tentang saran-saran

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS LAINNYA

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS LAINNYA Akibat Hukum Pengalihan Hak Jual Beli Melalui...(Anita Sofiana) AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam

Lebih terperinci

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : Premanti NPM : 11102114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai nilai yang sangat penting karena, (1) tanah. mempunyai manfaat bagi pemilik atau pemakainhya, sumber daya tanah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai nilai yang sangat penting karena, (1) tanah. mempunyai manfaat bagi pemilik atau pemakainhya, sumber daya tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa orde baru pembangunan industri di Indonesia maka maksimal bahkan terjadi kemunduran sebagai dampak krisis moneter. Sedangkan pada masa orde lama, presiden

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN

PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 22 September 2016 PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN Rapat Koordinasi Tata Laksana

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017 PERALIHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 1 Oleh : Fredrik Mayore Saranaung 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Redistribusi Tanah Milik TNI AD Pelaksanaan redistribusi milik Kodam V/Brawijaya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak Ir.Heru

Lebih terperinci

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS 8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS A. Pendahuluan Berdasarkan ketentuan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, pendaftaran tanah karena perubahan data yuridis termasuk dalam lingkup

Lebih terperinci

PRAKTIK PELAKSANAAN ROYA HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA JURNAL ILMIAH

PRAKTIK PELAKSANAAN ROYA HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA JURNAL ILMIAH PRAKTIK PELAKSANAAN ROYA HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh Gelar kesarjanaan dalam Ilmu Hukum Bidang Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara geografis tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas tanah merupakan hak

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGARAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK DI DAERAH

Lebih terperinci

Upik Hamidah. Abstrak

Upik Hamidah. Abstrak Pembaharuan Standar Prosedure Operasi Pengaturan (SOP) Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Atas Tanah Karena Hibah Wasiat Berdasarkan Alat Bukti Peralihan Hak Upik Hamidah Dosen Bagian Hukum Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan salah satu sumber daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PEROLEHAN TANAH BAGI PERUSAHAAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum,

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara manusia dengan tanah sangat erat sekali, sehingga dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum, sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH SURAT PERNYATAAN PELEPASAN HAK ATAS TANAH Pada hari ini, tanggal Bulan Tahun Dua Ribu, bertempat di, kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : Umur : Warga Negara : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sebagai tempat pembangunan dan juga tempat mata pencaharian masyarakat. Tanah merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian ketetapan yang

BAB V PENUTUP. membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian ketetapan yang 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pengertian dari notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB III BAGAIMANA PROSES HUKUM DALAM PENERBITAN SERTIFIKAT ATAS TANAH

BAB III BAGAIMANA PROSES HUKUM DALAM PENERBITAN SERTIFIKAT ATAS TANAH BAB III BAGAIMANA PROSES HUKUM DALAM PENERBITAN SERTIFIKAT ATAS TANAH A. Bagaimana Proses Hukum Dalam Pembuatan Sertifikat Terbitnya sertifikat merupakan pemberi rasa aman kepada pemilik tanah akan haknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia, karena manusia pasti membutuhkan tanah.tanah yang dapat memberikan kehidupan bagi manusia, baik untuk tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah

I. PENDAHULUAN. sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, ia memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah dengan segala kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyahkt yang adil dan makmur

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1995 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1995 TENTANG MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGARAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia BAB III PENUTUP Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dan juga saran sebagai alternatif pemecahan terhadap permasalahan kasus yang lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2 PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 1 Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana Pendaftaran Pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai kedewasaan dan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan, perlu adanya kejelasan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kedudukan Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kedudukan Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kedudukan Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk mengkonstantir suatu perbuatan

Lebih terperinci

RINGKASAN TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2 Program Studi Magister Kenotariatan. Oleh : JUMIN B4B

RINGKASAN TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2 Program Studi Magister Kenotariatan. Oleh : JUMIN B4B PERALIHAN PENGUASAAN TANAH NEGARA SECARA DI BAWAH TANGAN DAN PROSES PEROLEHAN HAKNYA DI KANTOR PERTANAHAN JAKARTA UTARA (Studi Kasus di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja Jakarta Utara) RINGKASAN TESIS

Lebih terperinci

BAB II PROSES HUKUM INBRENG TANAH DAN/ATAU BANGUNAN KE DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

BAB II PROSES HUKUM INBRENG TANAH DAN/ATAU BANGUNAN KE DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BAB II PROSES HUKUM INBRENG TANAH DAN/ATAU BANGUNAN KE DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS A. Pemasukan Modal (Inbreng) Ke Dalam Pendirian Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017 KAJIAN YURIDIS ASAS PEMISAHAN HORISONTAL DALAM HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH 1 Oleh: Gabriella Yulistina Aguw 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana berlakunya asas pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang berikutnya yang mendapatkan hak dalam perkawinan poligami. Suami yang

BAB V PENUTUP. yang berikutnya yang mendapatkan hak dalam perkawinan poligami. Suami yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses Peralihan Hak atas Tanah/ Bangunan Bagi Suami yang Melakukan Perkawinan Poligami Peralihan hak atas tanah /bangunan terhadap harta perkawinan poligami haruslah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau 26 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wakaf dan Tujuannya Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia, karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut 81 suatu benda jaminan. Kedua, dengan tidak lahirnya jaminan fidusia maka benda jaminan tidak menjadi jaminan yang diistimewakan sesuai undang-undang (preferen) melainkan menjadi jaminan umum (konkuren)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah. bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh

BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh 70 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perolehan konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian hukum. Semua responden yang mengkonversi

Lebih terperinci

PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH. Abstraksi

PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH. Abstraksi PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH Abstraksi Pertanahan di Indonesia sangat menarik untuk selalu dikaji. Sehingga tidak heran ketika dikatakan bahwa masalah tanah adalah masalah klasik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia, tanah merupakan salah satu faktor terpenting dan harta yang paling berharga yang banyak diminati oleh setiap warga, khususnya warga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah 34 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 mengatur tentang Pendaftaran Tanah yang terdapat di dalam

Lebih terperinci

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA Oleh : Dr. Urip Santoso, S.H, MH. 1 Abstrak Rumah bagi pemiliknya di samping berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, juga berfungsi sebagai aset bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH 2. 1. Pendaftaran Tanah Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Lebih terperinci

PROSES PENDAFTARAN TANAH DIBADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MEDAN. Oleh : PUTRI GLORIA GINTING. SH., MH Dosen FH UNPAB

PROSES PENDAFTARAN TANAH DIBADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MEDAN. Oleh : PUTRI GLORIA GINTING. SH., MH Dosen FH UNPAB PROSES PENDAFTARAN TANAH DIBADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MEDAN Oleh : PUTRI GLORIA GINTING. SH., MH Dosen FH UNPAB Proses sertifikat tanah merupakan sebuah proses sistematis dimana proses ajudikasi yang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada sebagian orang, tanah dianggap sesuatu yang sakral karena adanya keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati pula tanah merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendaftaran Tanah dan Jaminan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Pasal 19 UUPA, mewajibkan pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut

Lebih terperinci

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak PENDAFTARAN TANAH ADAT Indah Mahniasari Abstrak Pertanahan di Indonesia sangat menarik untuk selalu dikaji. Sehingga tidak heran ketika dikatakan bahwa masalah tanah adalah masalah klasik yang sangat menarik.

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata No.1275, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. PRONA. Percepatan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG. 80 BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN CARA JUAL BELI DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUDUS

PELAKSANAAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN CARA JUAL BELI DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUDUS PELAKSANAAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN CARA JUAL BELI DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUDUS TUGAS AKHIR Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Manajemen Pertanahan Pada Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanah merupakan salah satu sumber daya alam atas Karunia Tuhan Yang Maha Esa yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pentingnya

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN MENTERI NEGARA AGRARIA/

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Analisis Yuridis, Pembuatan Sertifikat Tanah,

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Analisis Yuridis, Pembuatan Sertifikat Tanah, ANALISIS YURIDIS MENGENAI PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 24 TAHUN 1997 1 Oleh : Natalia Meygi Dumalang 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup, tumbuh besar, dan berkembangbiak, serta melakukan segala aktivitas di atas tanah, sehingga manusia selalu berhubungan dengan tanah. Manusia hidup dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan adanya dua satuan ukur yaitu panjang dan lebar. Tanpa disadari oleh manusia, tanah mempunyai

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4 TAHUN 1999

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4 TAHUN 1999 MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4 TAHUN 1999 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR

Lebih terperinci