Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative"

Transkripsi

1 Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative Astri Anindya Sari (1), Hanson Endra Kusuma (2), Baskoro Tedjo (3) (1) Dosen, Program Studi Arsitektur Universitas Widya Kartika Surabaya. (2) Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung. (3) Dosen, Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung Abstrak Tempat favorit memiliki manfaat restorative atau regulasi emosi yang dapat mengembalikan ketegangan pikiran akibat aktivitas sehari-hari. Bagi mahasiswa, tempat favorit berfungsi sebagai penyeimbang aktivitas belajar sehari-hari yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Karena itu keberadaan tempat favorit mutlak dibutuhkan sebagai penunjang aktivitas mahasiswa pada kota-kota yang berorientasi ke pendidikan. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui tempat favorit mahasiswa yang digunakan untuk tujuan restorative, serta alasan pemilihannya. Hasil penelitian akan berkontribusi pada perumusan kriteria perencanaan tempat favorit yang dapat memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Ditemukan bahwa mall, ruang terbuka dan ruang hobi merupakan tiga tempat terfavorit yang dipilih mahasiswa lokasi studi sebagai sarana restorative. Ditemukan pula bahwa manfaat restorative yang diperoleh mahasiswa pada tempat favoritnya disebabkan oleh tiga dimensi yakni kualitas tempat dan aktivitas (place activity dependence), kualitas tempat (place dependence) serta aktivitas (activity dependence). Aktivitas yang terjadi di tempat favorit dapat dikategorikan menjadi dua yakni aktivitas santai (low tension) yang cenderung terjadi pada tempat-tempat dengan dimensi place dependence maupun place activity dependence, serta aktivitas hobi (high tension) yang cenderung terjadi pada tempat-tempat activity dependence. Kata-kunci: aktivitas, kualitas tempat, mahasiswa, restorative, tempat favorit Pendahuluan Tempat favorit dideskripsikan sebagai tempat yang menarik secara estetis dan menawarkan pelarian dari tekanan aktivitas sehari-hari, pada tempat tersebut seseorang akan dapat secara bebas berekspresi. Pada tempat favoritnya, seseorang dapat sangat merasakan kesenangan dan menikmati suasananya (Chapman & Robertson, 2009; Korpela dkk, 2001). Secara signifikan ditemukan bahwa datang ke tempat favorit mampu memberikan manfaat restorative yakni dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks dan dengan demikian kondisi mood dan emosinya menjadi lebih baik (Korpela dkk, 2001). Penelitian-penelitian tentang tempat favorit telah banyak dikembangkan terutama pada bidang psikologi dan sosiologi, yang lebih memberikan perhatian pada respon emosional dan kognitif terhadap tempat. Namun pada bidang arsitektur, penelitian mengenai tempat favorit masih sangat terbatas (Simonic, 2006; Atmodiwirjo, 2008; Duzenli dkk., 2009). Pada bidang arsitektur dan perencanaan, kajian mengenai tempat favorit lebih ditekankan pada jenis dan pola aktivitas yang terjadi di tempat favorit kaitannya dengan detail dan karakteristik fisik dan spasial yang secara langsung dapat diintevensi oleh arsitek dan perencana. Pada kota-kota yang direncanakan untuk fungsi pendidikan, jumlah mahasiswa akan menjadi sangat signifikan. Aktivitas belajar mahasiswa yang menuntut konsentrasi tinggi setiap harinya dapat memicu stres dan Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli

2 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative kejenuhan yang akan mempengaruhi keberhasilan studi. Karenanya sebagai penyeimbang, mahasiswa membutuhkan kegiatan selingan pada tempat favorit, sehingga mahasiswa dapat merasakan manfaat restorative dan mengembalikan kembali konsentrasi belajar untuk meraih keberhasilan studi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tempat favorit mahasiswa di Bandung meliputi karakteristik fisik spasial tempat favorit, respon emosional dan kognitif yang dirasakan, serta aktivitas yang terjadi di tempat tersebut. Dengan demikian hasil penelitian akan dapat berkontribusi pada bidang arsitektur dalam hal penentuan kriteria untuk perancangan tempattempat yang mampu memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Selain itu hasil penelitian juga dapat berfungsi sebagai basis data perencanaan dan perancangan ruang kota yang mengakomodasi kebutuhan mahasiswa pada kota-kota yang direncanakan untuk fungsi pendidikan. Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Tempat Favorit Beberapa penelitian yang telah dilakukan mencoba mengetahui adanya pengaruh karakteristik personal seperti usia dan jenis kelamin (Korpela dkk., 2002; Chapman & Robertson, 2009; Duzenli dkk, 2009), latar belakang budaya (Newell, 1997) dan variabel pengaruh lain, seperti intervensi dari orang tua (Korpela dkk, 2002) maupun place identity (Chapman & Robertson, 2009) terhadap preferensi individu atas tempat favorit. Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan adanya pengaruh usia terhadap preferensi tempat favorit. Anak-anak cenderung lebih menyukai hunian dan tempat-tempat yang mendukung kegiatan olahraga (Korpela dkk., 2002). Remaja menyukai tempat-tempat yang memberikan wadah bagi mereka untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman (Duzenli dkk., 2009; Atmodiwirjo, 2008). Sementara itu menurut Newell (1997), Korpela dkk. (2001), dan Korpela (2003), responden dengan usia dewasa cenderung memilih tempat tinggal dan alam. Hal ini disebabkan karena responden dengan usia dewasa cenderung menggunakan tempat favoritnya untuk aktivitas santai sehingga dapat mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh aktivitas sehari-hari. Mahasiswa merupakan individu yang berada pada rentang usia tahun. Rentang usia ini berdasarkan perkembangan fisiologis dan psikologis dapat dikategorikan ke dalam fase transisi antara remaja akhir menjelang dewasa muda. Karenanya masih perlu diteliti apakah mahasiswa akan mengikuti kecenderungan preferensi tempat favorit yang tampak pada remaja atau pada dewasa muda. Dengan demikian, penelitian ini akan melengkapi badan pengetahuan penelitian sebelumnya yang lebih fokus pada kelompok usia anakanak, remaja dan dewasa. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk memetakan tempattempat favorit mahasiswa yang digunakan untuk aktivitas rekreatif dan menghabiskan waktu luang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif pada pengumpulan data dan metode kuantitatif (content analysis, analisis distribusi frekuensi, analisis koresponden dan ANOVA) pada analisis data. Metode pengumpulan data kualitatif dengan instrumen berupa pertanyaan terbuka kepada responden dipandang paling sesuai untuk penelitian eksploratif. Penggunaan metode ini akan memberikan peluang bagi peneliti untuk mendapatkan berbagai kemungkinan jawaban dari responden, termasuk jawaban-jawaban yang mungkin tidak diduga sebelumnya oleh peneliti. Karenanya hasil penelitian yang didapatkan akan lebih kaya jika dibandingkan dengan penggunaan metode kuantitatif melalui instrumen penelitian dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan sebelumnya (Creswell, 2002). Penelitian tentang tempat favorit ini dilakukan di Bandung, Indonesia. Responden dalam penelitian merupakan mahasiswa institusi 6 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

3 pendidikan tinggi di Bandung pada kawasan Tamansari-Dago meliputi Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Pasundan (Unpas), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Komputer Indonesia (Unikom), dan Universitas Padjadjaran (Unpad) Dipatiukur. Pemilihan kawasan institusi pendidikan kawasan Tamansari-Dago sebagai sampel didasarkan oleh alasan-alasan berikut: 1) jumlah institusi dan mahasiswa lebih besar dibanding pada kawasan lain, 2) karakteristik wilayah kampus dan asumsi lokasi hunian (kos) relatif sama, Unisba, Unpas, sebagian ITB mewakili hunian Tamansari, Unpad, Unikom, dan sebagian ITB mewakili hunian daerah Dago, 3) kawasan Tamansari-Dago merupakan kawasan yang relatif dekat dengan pusat kota dengan beragam fungsi sosial dan pilihan hiburan juga relatif dekat dengan area hijau (daerah Bandung Utara) sebagai alternatif wisata alami, 4) institusi pendidikan pada kawasan ini memiliki variasi baik dari spesialisasi program studi maupun prestasi (diindikasikan dari akreditasi) sehingga diharapkan mampu mewakili ragam kelompok mahasiswa di Kota Bandung. Jumlah sampel ditentukan secara proporsional berdasarkan perbandingan jumlah mahasiswa masing-masing institusi (proportional sampling). Sedangkan responden pada tiap kampus dipilih secara acak (quota sampling), mewakili setiap district yang ada di dalam kampus. Responden dipilih secara purposive, harus memenuhi syarat sebagai mahasiswa sarjana strata satu (S1) yang telah berada pada jenjang di atas tingkat satu. Kriteria ini ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa mahasiswa S1 di atas tingkat satu memiliki tingkat usia, perkembangan psikologis dan kompleksitas kebutuhan yang setara, serta diasumsikan telah memiliki peta kognitif Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara singkat dengan beberapa pertanyaan terbuka meliputi: 1) sebutkan tempat favorit ketika sedang merasa jenuh dengan kegiatan perkuliahan di kampus; 2) Astri Anindya Sari alasan memilih tempat tersebut; 3) seberapa sering mendatangi tempat favorit dengan kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar, keluarga). Karakteristik personal responden dibedakan berdasar jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jawaban dari pertanyaan pertama disajikan dengan distribusi frekuensi untuk mengetahui persebaran tempat favorit yang paling disukai oleh mahasiswa. Jawaban dari pertanyaan kedua tentang alasan pemilihan tempat favorit dianalisis secara kualitatif dengan content analysis. Content analysis dilakukan dengan mengambil kata-kunci dari data teks jawaban responden, mengelompokkan dan mengkategorikan kata kunci yang memiliki makna sejenis, serta mengklasifikasikan kategori berdasarkan variabel-variabel penelitian yakni karakteristik fisik spasial, aktivitas, respon emosional dan kognitif. Hasil content analysis akan memberikan informasi mengenai kualitas fisik spasial yang dipertimbangkan responden dalam memilih tempat favorit, aktivitasaktivitas yang sering dilakukan di tempat favorit, dan respon emosional kognitif saat berada di tempat favorit. Analisis ANOVA dilakukan atas jawaban dari pertanyaan ketiga untuk mengetahui perbedaan kelompok pada intensitas kunjungan ke tempat favorit. Selain itu juga dilakukan analisis koresponden untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap preferensi tempat favorit. Variabel-variabel penelitian ini yakni karakteristik fisik spasial, aktivitas, serta respon emosional dan kognitif diturunkan dari hubungan stimulus-respon pada teori persepsi lingkungan. Teori persepsi lingkungan menyatakan bahwa ketika individu memasuki sebuah rona, maka individu tersebut akan mempersepsikan dan memanifestasikannya melalui respon, baik respon kognitif, emosional, maupun perilaku (Lang dkk, 1976; Bell dkk, 1996). Pada konteks tempat favorit, karakteristik fisik dan spasial tempat merupakan stimulus yang dimiliki oleh sebuah tempat, sementara respon individu berupa perilaku (aktivitas) serta respon emosional dan Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli

4 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative kognitif yang dirasakan oleh responden di tempat favoritnya. Hasil Penelitian Jawaban responden atas pertanyaan pertama mengenai tempat favorit yang dikunjungi ketika merasa jenuh dengan perkuliahan di kampus dikategorikan berdasar fungsi dan tipologi tempat. Hasil pengategorian tempat favorit mahasiswa ditunjukkan oleh diagram 1 berikut. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki perbandingan jenis kelamin yang seimbang, terdiri dari 152 orang laki-laki dan 151 orang perempuan. Perbedaan preferensi tempat favorit pada jenis kelamin yang berbeda terlihat dalam analisis koresponden pada diagram 2. Diagram 1. Kategori tempat favorit responden. Dari diagram pie di atas diketahui bahwa mall, ruang terbuka, dan ruang hobi merupakan tempat yang paling banyak dituju sebagai sarana aktivitas restorative mahasiswa di lokasi studi. Mall dipilih sebagai tempat favorit oleh 112 responden atau 37% dari 303 mahasiswa yang terlibat dalam penelitian. Sedangkan tempat-tempat yang dipilih oleh minoritas atau kurang dari 10% responden adalah ruang pribadi, tempat kuliner, kampus, tempat ibadah, dan kampus lain. Untuk memfokuskan tulisan ini maka selanjutnya tempat favorit yang dibahas dibatasi pada tiga tempat terfavorit yakni mall, ruang terbuka, dan ruang hobi. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Preferensi Tempat Favorit Beberapa penelitian terdahulu (Korpela dkk., 2002; Chapman & Robertson, 2009; Duzenli dkk., 2009) telah mengungkap adanya pengaruh karakteristik personal di antaranya usia dan jenis kelamin terhadap tempat favorit. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa S1 yang rentang usianya dianggap setara, sehingga unsur usia tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Diagram 2. Analisis koresponden antara jenis kelamin dengan tempat favorit. Analisis koresponden memetakan posisi vektor jenis kelamin dan tempat favorit yang dipilih ke dalam peta. Kedekatan posisi vektor moda jenis kelamin dengan tempat favorit tertentu menunjukkan kedekatan hubungan yang dimiliki. Semakin dekat posisi vektor jenis kelamin tertentu dengan tempat favorit, artinya semakin besar jumlah responden dengan jenis kelamin bersangkutan memilih tempat favorit terkait. Terlihat bahwa responden yang memilih mall sebagai tempat favorit merupakan responden berjenis kelamin wanita. Sedangkan responden laki-laki cenderung lebih memilih ruang terbuka dan ruang hobi. Temuan ini konsisten dengan penelitian terdahulu yakni Duzenli dkk. (2009), wanita lebih menyukai tempat-tempat komersial di pusat kota sedangkan laki-laki lebih tertarik pada aktivitas sosial dan olahraga. Perbedaan preferensi ini kemungkinan terjadi karena mall mengakomodir unsur yang disukai oleh wanita, yakni pernak-pernik wanita, busana dan aksesoris, serta aktivitas belanja dan window shopping. Sementara pria cenderung lebih menyukai kegiatan 8 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

5 petualangan dan aktivitas hobinya. Dua kegiatan ini cenderung diakomodir oleh ruang terbuka dan ruang hobi. Pengaruh Keberadaan Kelompok terhadap Preferensi Tempat Favorit Hurlock (1996) menyatakan bahwa mahasiswa yang masih berada pada lingkungan teman sebaya akan mengikuti garis perilaku remaja yang menilai pentingnya peran teman dan lingkungan pergaulan terhadap aktivitas sehari-hari dan pemilihan tempat aktivitas. Implikasinya adalah tempat-tempat yang cenderung dipilih sebagai tempat aktivitas adalah yang mengakomodir aktivitas sosial dengan teman. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan kelompok terhadap preferensi tempat favorit, diberikan pertanyaan kepada responden mengenai seberapa sering responden mengunjungi tempat favoritnya dengan kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar, keluarga). Rentang pilihan jawaban yang disediakan menunjukkan frekuensi kunjungan ke tempat favorit dengan kelompok tertentu, dengan skala 1-5. Nilai 1 berarti tidak pernah; 2 berarti jarang; nilai 3 berarti kadang-kadang (nilai tengah); nilai 4 menunjukkan sering dan nilai 5 berarti selalu. Analisis dari jawaban responden disajikan dalam bentuk grafik frekuensi kunjungan responden ke tempat favorit bersama kelompok tertentu (sendiri, teman, pacar, keluarga), yang tampak pada diagram 3. Sumbu y pada diagram tersebut menunjukkan frekuensi kunjungan bersama kelompok tertentu. Jika nilai semakin tinggi maka kunjungan ke tempat favorit bersama kelompok tertentu semakin sering. Diagram 3. Frekuensi kunjungan ke tempat favorit dengan kelompok tertentu Astri Anindya Sari Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa responden cenderung lebih sering mengunjungi tempat-tempat favoritnya bersama teman daripada sendiri, dengan pacar ataupun dengan keluarga. Fenomena ini menguatkan pendapat Hurlock (1996) tentang pentingnya keberadaan teman dalam kehidupan remaja. Dari hasil penelitian ini pula secara tidak langsung dapat diketahui bahwa tempat-tempat yang dipilih sebagai favorit cenderung merupakan tempat sosialisasi dengan teman, atau yang mengakomodir aktivitas yang dapat dilakukan bersama teman. Hal ini menunjukkan konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya (Atmodiwirjo, 2008; Duzenli dkk., 2009; Matthews dkk., 2000). Selain itu dapat pula disimpulkan bahwa keberadaan teman untuk berbagi, berinteraksi, ataupun beraktivitas bersama memiliki manfaat dalam proses restorative bagi remaja. Mall, Tempat Terfavorit untuk Restorative Mahasiswa Mall merupakan tempat terfavorit yang dipilih sebagian besar responden penelitian ini. Sebanyak 112 dari 303 responden menyatakan bahwa mall merupakan tempat terfavorit yang paling sering mereka kunjungi ketika merasa jenuh atau bosan dengan kegiatan perkuliahan di kampus. Temuan bahwa mall atau tempat komersial di pusat kota merupakan tempat terfavorit memperkuat temuan penelitian Duzenli dkk. (2009) tentang tempat favorit remaja di Trabzon, Turki dan Atmodiwirjo (2008) tentang tempat favorit hangout remaja di Jakarta. Konsistensi hasil penelitian ini dimungkinkan terjadi karena adanya kemiripan karakter pengembangan wilayah antara lokasi penelitian ini yakni Bandung dengan Jakarta dan Trabzon-Turki. Kota-kota tersebut merupakan kota besar di mana perkembangan shopping mall dengan desainnya yang atraktif sedang marak. Kondisi ini menjadikan mall sebagai salah satu alternatif bagi tempat favorit yang menarik dan mudah diakses dari kampus. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli

6 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative Mall-mall yang menjadi favorit responden dapat dilihat pada gambar 4. Terlihat bahwa mall terfavorit adalah Cihampelas Walk (Ciwalk), diikuti Bandung Indah Plaza (BIP), Paris Van Java (PVJ), selanjutnya menyusul Bandung Elektronik Center (BEC) dan Dago Plaza (Dapla) sementara mall-mall lain (King s, Braga City Walk (BCW), Bandung Trade Center (BTC), Istana Plaza (IP) dan Jatinangor Town Square (Jatos) hanya sebagai minoritas. Tingginya preferensi responden terhadap Ciwalk, BIP, dan PVJ menunjukkan keistimewaan ketiga mall tersebut dimata mahasiswa pada lokasi studi dibandingkan dengan mall-mall yang lain. tempat favoritnya. Faktor-faktor yang mendorong responden dalam memilih mall tertentu sebagai favorit disajikan dalam diagram 5. Hasil analisis ini menggambarkan karakteristik mall yang disukai oleh mahasiswa, serta aktivitas dan suasana yang diharapkan dapat terjadi di mall favorit. ` Diagram 4. Mall favorit Diagram 5. Faktor pendorong preferensi terhadap mall Gambar 1. Ciwalk, mall terfavorit Jawaban responden atas pertanyaan mengenai alasan memilih tempat tertentu sebagai favorit dianalisis dengan content analysis dan disajikan dalam diagram yang menunjukkan faktor-faktor yang mendorong preferensi terhadap tempat tententu. Alasan yang disebutkan oleh responden dikategorikan ke dalam variabel karakteristik fisik spasial, aktivitas, serta respon emosional dan kognitif yang dirasakan responden saat berada di Terlihat bahwa pada aspek fisik spasial, banyaknya ragam tempat dan aktivitas yang dapat dilakukan merupakan unsur dominan yang mempengaruhi preferensi terhadap sebuah shopping mall. Artinya sebuah mall menjadi favorit karena menawarkan berbagai tempat untuk dikunjungi berikut aktivitas yang beragam. Ragam tempat dan aktivitas tersebut mampu memberikan pengalaman yang menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu shopping mall juga disukai karena menawarkan ragam pilihan tempat untuk makan. Kualitas fisik dan fasilitas pada mall tersebut dapat membuat responden merasa nyaman, dan memberikan suasana berbeda dengan sehari-hari sehingga mereka dapat 10 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

7 menikmati proses restorative (refreshing) pada shopping mall. Dari sisi spasial, faktor lokasi dalam hal ini kemudahan akses dari kampus merupakan unsur dominan yang mempengaruhi preferensi terhadap mall tertentu. Artinya mall-mall yang berlokasi di dekat kampus memiliki kemungkinan lebih besar untuk lebih sering dikunjungi daripada mall yang berada jauh dari kampus (sulit dijangkau). Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagian besar mahasiswa di lokasi studi merupakan mahasiswa perantau yang belum memiliki penghasilan sendiri, sehingga lokasi kampus dan sekitarnya merupakan tempat yang paling mudah dijangkau tanpa harus mengeluarkan biaya lebih. Selain itu tempat-tempat favorit mahasiswa untuk restorative diperkirakan merupakan tempat sosialisasi dengan teman yang biasa dikunjungi dari kampus, sehingga kemudahan akses dari kampus merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi preferensi. Hal ini terbukti karena Ciwalk dan BIP, dua mall yang menempati peringkat pertama dan kedua terfavorit merupakan mall yang terletak pada lokasi yang relatif dekat dan mudah dijangkau dari kampus-kampus yang dijadikan lokasi penelitian ini (berada pada area yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki/walking distance). Dari diagram 5 terlihat bahwa aktivitas yang paling banyak dilakukan di mall adalah entertainment, termasuk di dalamnya nonton film, karaoke dan bermain game. Selanjutnya disusul oleh aktivitas interaksi pasif (window shopping, melihat orang, ngeceng), jalanjalan, makan-minum serta aktivitas interaksi aktif (dengan teman). Aktivitas belanja yang seharusnya merupakan aktivitas utama di mall justru menempati posisi terendah dari distribusi frekuensi, sedangkan entertainment justru merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan. Melihat fenomena ini, maka mahasiswa di lokasi studi dapat digolongkan ke dalam kelompok recreational shopper (Patel, 2008) atau pengunjung yang datang ke mall dengan motivasi hedonic/hiburan (Babin dkk., 1994 dalam Sit, 2005; Yasin, 2011). Astri Anindya Sari Mall yang didesain dengan baik dan sesuai dengan preferensi pengunjung akan dapat mendorong seseorang lebih lama berada pada tempat tersebut (betah), dan mengunjunginya secara frekuentatif (repeater). Hal tersebut pada akhirnya akan mendorong lebih banyak terjadinya aktivitas sekunder dan sosialisasi (Gehl, 1986). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa di lokasi studi merupakan tipe recreational shopping yang cenderung memanfaatkan mall sebagai sarana hiburan, sosialisasi dengan teman sembari melakukan hal-hal yang disukai. Bagi pengunjung mall jenis ini selain ketersediaan fasilitas yang mengakomodir aktivitas entertainment seperti bioskop, tempat karaoke, game center, dan berbagai tempat makan, aspek desain shopping mall juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi terhadap shopping mall. Aspek desain akan mempengaruhi kenyamanan dan memberikan pengalaman menyenangkan bagi aktivitas pengunjung di shopping mall. Gambar 2. Salah satu sudut Ciwalk, mall terfavorit Dari variabel fisik-spasial pendorong preferensi terhadap mall (diagram 5) diketahui bahwa keunikan desain, keterbukaan ruang, adanya unsur vegetasi serta keberadaan tempat duduk merupakan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan shopping mall yang sesuai dengan preferensi mahasiswa. Adanya perhatian terhadap aspek-aspek tersebut akan menunjang kenyamanan aktivitas mahasiswa di mall selain juga memberikan pengalaman berbeda dari Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli

8 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative sehari-hari sehingga pada akhirnya akan dapat memberikan manfaat restorative. Ruang Terbuka, Daya Tarik Kualitas Lingkungan Alami Ruang terbuka menempati urutan kedua sebagai tempat favorit yang dikunjungi saat merasa jenuh dan stres dengan kegiatan perkuliahan. Ruang terbuka dipilih oleh 67 orang responden atau 22% dari keseluruhan data. Berdasar lokasinya, ruang terbuka yang dipilih oleh responden dapat dikategorikan menjadi dua yakni ruang terbuka yang terletak di pedesaan atau pinggir kota (rural), dan ruang terbuka yang terletak di tengah kota (urban). Ruang terbuka rural dipilih oleh 57 responden, sedangkan ruang terbuka urban dipilih oleh 10 orang responden. adalah dari segi pengelolaannya. Tempattempat favorit yang dimasukkan dalam kategori wisata alam/outbond sudah dikelola secara resmi, dan sudah dilakukan perubahan dan pengelolaan desain dari kondisi alam aslinya. Sedangkan alam bebas cenderung masih asli seperti kondisi awalnya. Gambar 3. Tahura, salah satu ruang terbuka rural pilihan responden Faktor-faktor yang mendorong responden memilih ruang terbuka rural sebagai favorit dapat dilihat pada diagram 7. Diagram 6. Kategorisasi ruang terbuka Tipologi ruang terbuka rural yang dipilih oleh responden sebagai tempat favorit dibedakan menjadi bukit/tempat tinggi yang dipilih oleh 34 responden; wisata alam/outbond, dipilih oleh 15 responden; alam bebas, dipilih oleh 5 responden; perkebunan dipilih oleh 3 responden. Bukit/tempat tinggi yang dipilih sebagai favorit diantaranya adalah Punclut, Caringin Tilu (Cartil), Bukit Bintang (Dago), dan Puncak Lembang. Tempat-tempat ini dipilih terutama karena lokasinya yang lebih tinggi dari sekitarnya sehingga dari tempat tersebut pemandangan kota dapat terlihat jelas. Wisata alam yang banyak dipilih di antaranya Ciater, Taman Hutan Rakyat (Tahura), Maribaya, dan tempat-tempat outbond. Sedangkan alam bebas diantaranya gunung dan lokasi perkemahan yang menyediakan pengalaman berinteraksi dengan alam bebas. Perbedaan mendasar dari kategori wisata alam/outbond dan alam bebas Diagram 7. Faktor pendorong preferensi terhadap ruang terbuka rural Diketahui bahwa unsur-unsur fisik pendorong preferensi merupakan karakteristik alami yang dimiliki oleh ruang terbuka rural. Dengan karakteristik tersebut, responden dapat menikmati pemandangan indah (alam dan 12 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

9 kota), merasakan suasana yang tenang, dan dapat merasakan manfaat restorative (refreshing). Karakteristik tersebut tidak mudah ditemui di kota, sehingga walaupun lokasinya berada jauh dari kampus maupun tempat tinggal, ruang terbuka rural akan tetap dicari. Astri Anindya Sari Monumen Perjuangan Rakyat Bandung) yang juga dipilih oleh 5 responden. Faktor-faktor yang mendorong preferensi responden terhadap ruang terbuka urban ditunjukkan oleh diagram 8 berikut. Karakteristik spasial tempat yang menjadi faktor pendorong adalah letaknya yang berada di ketinggian sehingga dari tempat tersebut responden dapat melihat pemandangan dengan lebih leluasa. Nilai lebih lain yang dimiliki oleh ruang terbuka rural adalah lokasinya yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kota, selain juga kualitas udaranya yang masih bersih membuat tempat ini dipandang sesuai sebagai tempat-tempat kontemplasi maupun interaksi sambil merasakan suasana yang berbeda dengan keseharian. Gambar 4. Suasana Taman Cikapayang saat car free day, salah satu ruang terbuka urban pilihan responden Seperti telah disebutkan sebelumnya, selain ruang terbuka rural, ada sebagian responden yang memilih ruang terbuka yang berlokasi di tengah kota (urban) sebagai tempat favoritnya. Dibandingkan dengan ruang terbuka rural, ruang terbuka urban dipilih oleh minoritas, yakni 10 responden atau 15% dari 67 responden yang memilih ruang terbuka. Jenis ruang terbuka urban yang dipilih adalah jalan (car free day, pinggir jalan sekitar kampus, dan jalan raya di Bandung tengah) yang dipilih oleh 5 responden. Selain itu juga taman kota dan tempat lapang (Taman Cikapayang, Taman Balaikota, Taman Universitas Pendidikan Indonesia UPI, dan Diagram 8. Faktor pendorong preferensi terhadap ruang terbuka urban Dapat dilihat pada variabel karakteristik fisikspasial, ruang terbuka urban dipilih karena dinilai masih memiliki kualitas fisik sejuk, teduh, dan asri, seperti juga pada ruang terbuka rural. Nilai tambah yang dimiliki adalah kedekatan ruang terbuka ini dengan kampus sehingga pencapaiannya lebih mudah. Selain itu ruang terbuka ini dipilih karena terdapat banyak tempat-tempat jajan dengan harga yang terjangkau. Berbeda dengan ruang terbuka rural, ruang terbuka urban tidak digunakan untuk kontemplasi namun lebih pada kegiatan interaksi, jalan-jalan, maupun ngeceng. Selain itu apabila pada ruang terbuka rural, orang lebih menikmati panorama keindahan Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli

10 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative alam, pada ruang terbuka urban yang menjadi daya tarik adalah keramaian kota dan aktivitas orang, selain juga karena kualitas alami yang dimiliki. Dari penjelasan mengenai ruang terbuka rural dan urban, diketahui bahwa faktor kualitas lingkungan dalam hal ini keberadaan lingkungan alami merupakan faktor utama pendorong preferensi terhadap ruang terbuka baik rural maupun urban. Keberadaan kualitas lingkungan alami pada ruang terbuka rural membuatnya tetap dipilih sebagai favorit meskipun berada pada lokasi yang relatif susah diakses dari kampus. Pada ruang terbuka urban, pengaruh kualitas alami terhadap preferensi terlihat dari masuknya kata kunci asri, alami, teduh dan sejuk pada jawaban responden atas pertanyaan alasan memilih ruang terbuka urban sebagai favorit untuk dikunjungi saat merasa jenuh dengan kegiatan perkuliahan (diagram 8). Fenomena tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya efek restorative yang dimiliki oleh lingkungan alam. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Van den Berg dkk. (2003); Korpela (2003) dan Hartig & Staats (2005), menyatakan bahwa berada dalam lingkungan dengan suasana alami dapat memberikan ketenangan dan meregangkan ketegangan mental yang diakibatkan oleh kepenatan aktivitas seharihari. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa aktivitas yang paling banyak terjadi pada ruang terbuka baik rural maupun urban adalah aktivitas santai yang tidak terlalu membutuhkan kerja otak dan anggota tubuh yang terlalu keras (low tension). Aktivitas tersebut meliputi interaksi baik pasif (melihat pemandangan, ngeceng, melihat keramaian maupun interaksi aktif (sosialisasi dengan teman), serta aktivitas-aktivitas lain seperti menghirup udara segar, kontemplasi, dudukduduk, serta makan-minum. Aktivitas santai seperti interaksi sebenarnya merupakan aktivitas yang relatif dapat dilakukan di mana saja, namun adanya perhatian terhadap kualitas fisik lingkungan akan memberikan nilai tambah terhadap kenyamanan aktivitas santai dan pada akhirnya dapat meningkatkan preferensi terhadap lingkungan. Perhatian terhadap kualitas fisik dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang mendorong preferensi, baik itu dari segi kualitas fisik-spasial maupun aktivitas ke dalam perencanaan ruang. Berdasarkan hasil penelitian ini, hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas fisik dan meningkatkan preferensi pada ruang terbuka diantaranya adalah memperhatikan ketersediaan unsur alami dalam jumlah yang cukup pada lingkungan, memperhatikan keterbukaan ruang terutama pada spot-spot yang mengarah ke arah pemandangan, memperhatikan ketersediaan tempat duduk, fasilitas untuk makan-minum, serta keberadaan peneduh untuk kenyamanan aktivitas di siang hari. Hobi, Aktivitas yang Memberi Manfaat Restorative. Tempat yang menduduki peringkat ke-tiga terfavorit untuk sarana restorative mahasiswa adalah ruang hobi. Ruang hobi dipilih oleh 45 responden atau 15% dari total 303 responden yang berpartisipasi dalam penelitian. Tempattempat yang dikategorikan sebagai ruang hobi merupakan tempat yang mewadahi aktivitas yang disukai atau menjadi hobi dari responden. Diagram 9. Kategorisasi ruang hobi. Dari diagram 9 diketahui bahwa hobi atau aktivitas yang digemari oleh responden yang dapat diidentifikasi adalah membaca, olahraga, bermain game, otomotif, serta menonton film. Olahraga dan membaca 14 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

11 merupakan aktivitas yang dipilih oleh mayoritas responden. Alasan-alasan responden memilih ruang hobi sebagai favorit dianalisis dengan content analysis dan dikategorikan ke dalam tiga aspek yakni fisik-spasial, aktivitas dan emosionalkognitif yang ditunjukkan oleh diagram 10. Diagram 10. Faktor pendorong preferensi terhadap ruang hobi. Dari tiga aspek pendorong preferensi yang ditunjukkan oleh gambar tersebut terlihat bahwa aspek aktivitas dan emosional-kognitif cenderung lebih dominan (banyak disebutkan oleh responden) dibandingkan aspek fisikspasial. Fenomena tersebut dimungkinkan terjadi karena melakukan aktivitas yang menjadi hobi atau kesukaan dapat menjadi suatu sarana refreshing bagi seorang pehobi. Sementara rata-rata aktivitas hobi misalnya olahraga dan bermain musik membutuhkan performa ruang khusus untuk bisa dilakukan. Dengan demikian, terakomodirnya aktivitas yang diinginkan merupakan faktor utama yang menentukan preferensi terhadap ruang hobi. Hal tersebut juga kemungkinan membuat faktor kualitas fisik-spasial ruang lain menjadi dianggap tidak terlalu penting, asal kegiatan hobi dapat dilakukan dengan nyaman. Faktor Astri Anindya Sari spasial yang menjadi nilai tambah terhadap preferensi ruang hobi adalah kemudahan aksesibilitas (jarak dari kampus/rumah). Diskusi Tempat favorit merupakan tempat yang menarik secara estetis dan menawarkan pelarian dari tekanan keseharian. Pada tempat tersebut seseorang akan dapat secara bebas berekspresi (Korpela dkk., 2001). Konsisten dengan pendapat tersebut, mahasiswa di lokasi studi merasakan bahwa tempat favorit mampu memberikan pengalaman yang berbeda dari aktivitas perkuliahan sehari-hari. Berada di tempat favoritnya, mahasiswa merasa nyaman, senang, dapat bebas berekspresi maupun melakukan kegiatan yang disukai sehingga pada akhirnya mereka dapat merasakan manfaat restorative (resfreshing). Oleh sebab itu dapat disimpulkan jika dirasakannya respon-respon emosional dan kognitif tersebut oleh pengguna merupakan indikator keberhasilan perencanaan tempat yang mampu memberikan efek restorative. Tiga tempat restorative terfavorit yang dipilih sebagai favorit oleh mahasiswa di lokasi studi adalah mall, ruang terbuka dan ruang hobi. Masing-masing tempat ini dipilih karena kekhasan yang dimilikinya. Mall dipilih karena kualitas tempatnya yang menyuguhkan suasana berbeda serta aktivitas entertainment yang dapat dinikmati. Artinya mall dipilih karena kualitas tempat dan aktivitas (place activity dependence). Sementara Ruang terbuka cenderung dipilih karena kualitas alami yang tidak dapat ditemukan dengan mudah pada hiruk pikuk kehidupan di kota. Artinya ruang terbuka dipilih karena kualitas fisik tempat yang dimilikinya (place dependence). Sedangkan ruang hobi dipilih karena menyediakan sarana untuk melakukan aktivitas yang disukai (activity-dependence). Tiga kelompok kualitas tempat favorit tersebut mampu memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Oleh sebab itu kualitas fisik tempat dan pengakomodiran aktivitas yang sesuai preferensi mahasiswa merupakan hal Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli

12 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative yang harus diperhatikan dalam perencanaan tempat yang mampu memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa pada tempat favoritnya dapat dibedakan menjadi dua, yakni aktivitas santai (low tension) dan aktivitas hobi (high tension). Aktivitas santai merupakan aktivitas yang tidak terlalu membutuhkan kerja otak maupun anggota badan lain yang terlalu berat (low tension). Aktivitas ini meliputi interaksi aktif (sosialisasi dengan teman) maupun interaksi pasif (melihat pemandangan, window shopping, ngeceng, dll), duduk-duduk, jalanjalan, dan makan minum. Sementara aktivitas hobi merupakan aktivitas yang membutuhkan kerja otak dan anggota badan lain yang cenderung lebih tinggi daripada aktivitas santai (high tension). Aktivitas hobi meliputi olahraga, outbond, bermain musik, membaca, bermain game, dan menonton film. Bagi mahasiswa, melakukan aktivitas hobi yang disukai walaupun membutuhkan kerja otak dan anggota tubuh yang relatif keras juga merupakan suatu sarana rehat sejenak dari aktivitas belajar. Dari aktivitas tersebut mereka akan merasakan suatu pengalaman yang berbeda dari keseharian, serta menyalurkan emosi. Temuan ini memperkuat hasil penelitian terdahulu (Heintzman, 2002; Pressman dkk., 2009) yang menemukan adanya hubungan antara melakukan aktivitas waktu luang (leisure) seperti hobi dengan kesehatan mental yang ditandai dengan rendahnya tingkat stres. Karenanya perencanaan kualitas fisik ruang untuk mengakomodir aktivitas santai dan hobi merupakan hal yang penting bagi perencanaan ruang yang dapat memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa. Aktivitas hobi membutuhkan performa ruang khusus untuk bisa terjadi. Di lain pihak aktivitas santai pada dasarnya dapat terjadi di manapun. Namun adanya perhatian pada perencanaan kualitas fisik ruang akan memberikan nilai tambah terhadap kenyamanan aktivitas santai dan pada akhirnya akan meningkatkan preferensi terhadap tempat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, perhatian terhadap kualitas fisik ruang yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi aktivitas santai mahasiswa antara lain adalah; (1) menyediakan fungsi-fungsi ruang yang beragam untuk aktivitas bersama teman, (2) menyediakan tempat duduk dengan penataan sedemikian rupa sehingga nyaman untuk interaksi, (3) memperhatikan keterbukaan ruang terutama pada spot-spot yang memiliki view positif (bisa berupa pemandangan ataupun aktivitas orang), (4) menyediakan peneduh pada ruang terbuka untuk kenyamanan aktivitas di siang hari serta (5) memperhatikan ketersediaan tempat-tempat untuk makan. Kemudahan aksesibilitas, terutama karena kedekatan lokasi dengan kampus merupakan faktor yang sering muncul pada hasil analisis atas alasan pemilihan tempat tertentu sebagai favorit. Dari fenomena ini diketahui bahwa lokasi sekitar kampus merupakan daerah yang paling potensial untuk perencanaan fungsifungsi ruang yang ditujukan bagi segmen mahasiswa. Faktor lokasi berkaitan erat dengan kemudahan akses, yang merupakan kombinasi antara jarak, waktu tempuh, dan biaya yang dikeluarkan untuk menuju tempat yang bersangkutan. Bagi mahasiswa, tempattempat favorit lebih banyak digunakan sebagai sarana aktivitas bersama dengan teman, sedangkan kampus cenderung menjadi titik awal keberangkatan ke tempat favorit. Dengan demikian kemudahan akses dari kampus menjadi hal yang penting, semakin dekat lokasi dari kampus maka kemungkinan untuk menjadi favorit akan semakin besar. Kedekatan lokasi dengan kampus hanya tidak muncul sebagai faktor pendorong preferensi pada ruang terbuka rural yang rata-rata memang terletak pada lokasi yang relatif jauh dari kampus. Tingginya preferensi terhadap ruang terbuka rural meskipun berada pada lokasi yang jauh dari kampus mengindikasikan keistimewaan yang dimiliki oleh ruang terbuka 16 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

13 rural. Manfaat restorative yang dimiliki oleh kualitas lingkungan alami pada ruang terbuka rural merupakan hal yang dicari ditengah hiruk pikuk dan sesaknya kehidupan kota. Karena itu adanya perhatian khusus terhadap kualitas lingkungan alami dalam perencanaan area kampus dan sekitarnya merupakan hal yang mutlak diberlakukan sehingga dapat memberikan manfaat restorative bagi mahasiswa sekaligus meningkatkan preferensi terhadap tempat yang direncanakan. Kesimpulan Tempat tertentu dapat menjadi tempat favorit yang memiliki efek restorative karena keberadaan dimensi place activity dependence, place dependence atau activity dependence. Pada tempat-tempat tersebut dapat terjadi aktivitas santai (low-tension) ataupun aktivitas hobi (high-tension). Aktivitas santai (low tension) dapat terjadi pada tempat-tempat yang berdimensi place activity dependence ataupun place dependence. Sedangkan aktivitas hobi (high-tension) membutuhkan performa khusus untuk bisa terjadi, sehingga cenderung terjadi pada tempat-tempat yang activity-dependence. Temuan ini merupakan kebaruan yang belum terungkap secara eksplisit pada penelitian sebelumnya. Temuan-temuan penelitian ini memberikan gagasan sekaligus kritik terhadap perencanaan ruang publik yang selama ini ada di Indonesia, terutama ruang-ruang kota yang terletak di sekitar kampus. Salah satu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah-daerah yang dekat dengan kampus terutama zona yang berada pada walking distance merupakan lokasi-lokasi potensial yang dapat dikembangkan secara maksimal sebagai area penunjang aktivitas restorative mahasiswa dan pada akhirnya memiliki potensi yang besar untuk menjadi favorit. Namun kenyataannya fungsi-fungsi semacam itu selama ini kurang atau belum mendapat perhatian baik dari pihak pemerintah maupun kampus. Selama ini kecenderungan yang terjadi adalah area-area di sekitar kampus tumbuh secara sporadis tanpa adanya perencanaan. Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga memberikan gagasan mengenai perencanaan fungsi-fungsi ruang Astri Anindya Sari yang dapat dikembangkan pada kawasan di sekitar kampus, serta elemen-elemen fisik spasial yang harus diperhatikan agar tempat yang dirancang tersebut dapat memberikan efek restorative bagi mahasiswa sekaligus memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi favorit. Ucapan Terima Kasih Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti dan rekan mahasiswa magister Arsitektur, SAPPK ITB. Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Putri Herlia dan Wasiska Iyati atas bantuannya dalam pengumpulan data. Referensi Atmodiwirjo, P. (2008), The Use of Urban Public Places in Jakarta for Adolescents' Hanging Out, Journal of Asian Architecture and Building Engineering/November 2008/ Bell, P., Greene, T.C., Fisher, J.D & Baum, A. (1996), Environmental Psychology Fourth Edition, Philadelphia: Harcourt Brace College Publishers Chapman, J.A & Robertson, M. (2009). Adolescents Favourite Places: Redefining the Boundaries Between Private and Public Space, Space and Culture Vol.12, No.4, pp Creswell, J. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method 2-nd edition, California: SAGE Publication Duzenli, T., Bayramoglu, E & Özbilen, A. (2009). Needs and Preferences of Adolescents in Open Urban Spaces, Scientific Research and Essay Vol. 5 (2), 18 January, 2010, pp Gehl, J (1986). Life Between Buildings: Using Public Space, New York: Van Nostrad Reinhold Company Hartig, T & Staats, H. (2005). Linking Preference for Environments With Their Restorative Quality, In B. Trees, G. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli

14 Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative Tress, G. Fry & P. Opdam (Eds). From Landscape Research to Landscape Planning: Aspect of Integration, Education, And Application, pp Netherland: Springer. diunduh pada Januari 2011 Heintzman, P. (2002), A Conceptual Model Of Leisure And Spiritual Well-Being, Journal of Park and Recreation Administration Vol 20, No. 74, Winter 2002 pp Hurlock, E. (1996). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga Korpela, K. M, (2003), Negative Mood and Adult Place Preference, Journal of Environment and Behavior, Vol.35 No.3 May 2003, pp Korpela, K., Kytta, M & Hartig.T (2002), Restorative Experience, Self Regulation, and Children s Place Preferences, Journal of Environmental Psychology 22, no.4, pp Korpela, K.M., Hartig. T., Kaiser, F.G & Fuhrer, U. (2001), Restorative Experience and Self Regulation in Favorite Places, Journal of Environment and Behavior, Vol.33 No.4, July 2001, pp Study. In: Dhar, U., Nath, V.V., Nair, S.K. and Yadav, P.K., (eds.), New Age Marketing: An Emerging Realities, New Delhi: Excel Books, pp Simonic, T. (2006), Urban Landscape As A Restorative Environment: Preferences And Design Considerations, Acta agriculturae Slovenica, 87-2, September 2006, pp Sit, J., Merrilees, B. (2005), Understanding Satisfaction Formation Of Shopping Mall Entertainment Seekers: A Conceptual Model, Proceeding of ANZMAC 2005 Conference: Retailing, Distribution Channels and Supply Chain Management Van den Berg, A.E., Koole.S.L & Van der Wulp. N.Y. (2003), Environmental Preference and Restoration: (How) are they related? Journal of Environmental Psychology, Vol 23 (2003), pp Yasin, P. E. (2011). Pengaruh Konfigurasi Ruang dan Atraktor pada Pergerakan Pengunjung di Shopping Mall di Bandung. Disertasi Program Doktor, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Lang, J., Burnette, C., Moleski, W & Vachon, D. (1974), Designing For Human Behavior, Architecture and The Behavioral Sciences, USA:Dowden Hutchinson & Ross Inc Matthews, M., Taylor, M., Smith, P. B & Limb, M. (2000). The Unacceptable Flaneur,:The Shopping Mall as a Teenage Hangout. Childhood: A Global Journal of Child Research, Vol.7 No.3 August 2000, pp Newell, P.B. (1997), A Cross-Cultural Examination of Favorite Places, Journal of Environment and Behavior, Vol.29 No.4, July 1997, pp Patel, V. (2008), Consumer Decision Making Styles in Shopping Malls: An Empirical 18 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah TEMU ILMIAH IPLBI 206 Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah Riska Amelia Rachman (), Hanson E. Kusuma (2) () Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa (2)

Lebih terperinci

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan Ivan Danny Dwiputra (1), Nissa Aulia Ardiani (2) ivan.danny25@gmail.com (1) Program Studi

Lebih terperinci

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda Finta Lissimia (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. (2) Kelompok

Lebih terperinci

Rumah Impian Mahasiswa

Rumah Impian Mahasiswa TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Rumah Impian Mahasiswa R. Kartika Abdassah (1), Gustav Anandhita (2), Mega Sesotyaningtyas (3) (1) Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar

Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar Nurhijrah (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitekur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal Ardian Hario Wibowo Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),

Lebih terperinci

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja Fauzan A. Agirachman (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK,

Lebih terperinci

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku TEMU ILMIAH IPLBI 04 Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku Riska Amelia Rachman (), Hanson E. Kusuma () () Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan

Lebih terperinci

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung Riana V. Gunawan Program Studi Magister Rancang Kota/Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak TEMU ILMIAH IPLBI 20 Ruang Hobi Ideal Dimas Nurhariyadi Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Aktivitas hobi membutuhkan ruang yang baik untuk memaksimalkan kegiatan

Lebih terperinci

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota Dicko Quando Armas (1), Tubagus M. Aziz Soelaiman (2) dominoharvard_insert@yahoo.com (1) Program Studi Magister

Lebih terperinci

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal Aulia Fikriarini Muchlis (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Doktor Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung (2) Kelompok

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik Emmelia Tricia Herliana (1) Himasari Hanan (2) (1) Mahasiswa Program Doktor Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan istilah bagi orang-orang yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, baik itu pada jenjang diploma, sarjana, magister, maupun doktor.

Lebih terperinci

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA Mahendra Wardhana Jurusan Desain Interior/Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Pelayanan Pusat Belanja dalam Mendukung Kegiatan Rekreasi Berdasarkan Persepsi & Preferensi Pengunjung Fatty Rakhmaniar

Evaluasi Kinerja Pelayanan Pusat Belanja dalam Mendukung Kegiatan Rekreasi Berdasarkan Persepsi & Preferensi Pengunjung Fatty Rakhmaniar EVALUASI KINERJA PELAYANAN PUSAT BELANJA DALAM MENDUKUNG KEGIATAN REKREASI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG (Studi Kasus : Kota Bandung) 1 Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2007 Penulis : Fatty

Lebih terperinci

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen TEMU ILMIAH IPLBI 05 Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen Andrie I. Kartamihardja Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Apartemen merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota besar di Indonesia, mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan majunya teknologi dan jaman yang semakin modern, permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang menginginkan tempat dimana

Lebih terperinci

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan Medhiansyah P. Prawira Program Studi Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Berolahraga merupakan aktivitas

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI Dibimbing oleh: Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar, S.Psi., M.Sc. ABSTRAK Keterbatasan

Lebih terperinci

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D. TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.I Yogyakarta Puja Kurniawan Program Studi Magister

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2  Jum'at, 3 Mei :48 wib Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak, ruang pameran, fitness, meeting

BAB I PENDAHULUAN. bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak, ruang pameran, fitness, meeting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mall merupakan salah satu jenis pusat perdagangan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia (Mario, 2012). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

Hubungan antara Motivasi Berbelanja dan Preferensi Shopping Mall di Kota Bandung

Hubungan antara Motivasi Berbelanja dan Preferensi Shopping Mall di Kota Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Hubungan antara Motivasi Berbelanja dan Preferensi Shopping Mall di Kota Bandung Tri Widianti Natalia (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Jurusan Teknik Arsitektur UNIKOM (2) Kelompok

Lebih terperinci

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang Karina 1, Hanson E. Kusuma 2, Laras Primasari 3 1 Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang Karina (1), Hanson E. Kusuma (2), Laras Primasari (2) karinaamelia29@gmail.com (1) Program Studi Magister Arsitektur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

SHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

SHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan zaman disertai dengan perkembangan penduduk yang cukup tinggi terutama di wilayah perkotaan, seringkali terjadi adanya masalah keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang sedang mengalami perkembangan, khususnya dalam bidang ekonomi dan pariwisata. Bandung pada masa lalu merupakan kota tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6. 1

BAB I PENDAHULUAN 6. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pusat pemerintahan, kota Jakarta terus mengalami perkembangan pembangunan, baik dalam bentuk rumah tinggal maupun bangunan komersial. Perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

bab 1 pertama.. bagiku kau hanya sebuah misteri membosankan karena kau hanya melulu dihargai dengan angka-angka dan hitungan yang statis dan mejemukan

bab 1 pertama.. bagiku kau hanya sebuah misteri membosankan karena kau hanya melulu dihargai dengan angka-angka dan hitungan yang statis dan mejemukan pertama.. bagiku kau hanya sebuah misteri membosankan karena kau hanya melulu dihargai dengan angka-angka dan hitungan yang statis dan mejemukan setelah itu, kau menggodaku.. kau suguhkan aku dengan semua

Lebih terperinci

Lingkungan Rumah Ideal

Lingkungan Rumah Ideal TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Lingkungan Rumah Ideal Aria Adrian Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),ITB. Abstrak Rumah membuat penghuninya

Lebih terperinci

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan Hari H. Siregar (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dunia semakin hari semakin berkembang pesat begitu juga perkembangan teknologi di indonesia. Sebagai salah satu negara yang berkembang di dunia indonesia

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perancangan Visual Display Penunjang Wayfinding yang Ergonomis di Kampung Gajah Wonderland

Evaluasi dan Perancangan Visual Display Penunjang Wayfinding yang Ergonomis di Kampung Gajah Wonderland Evaluasi dan Perancangan Visual Display Penunjang Wayfinding yang Ergonomis di Kampung Gajah Wonderland Iva Elena, Johanna R. O. Hariandja Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat TEMU ILMIAH IPLBI 06 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat Nurul Sucya Karya Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan Berkumpul Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktifitas rutin dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca Angela C. Tampubolon (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. (2) Kelompok

Lebih terperinci

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: MUHAMMAD NUR FAJRI L2D 005 382 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang a. Strategi/ Pendekatan Perancangan Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo dikarenakan masih kurangnya fasilitas seperti rest area yang berada di tol Jawa

Lebih terperinci

MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG

MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DISUSUN OLEH : WIWIN HANDAYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bandung dikenal sebagai kota yang memiliki beragam keunggulan, mulai dari fashion, wisata alam, hingga kuliner. Beragam kuliner makanan dan minuman yang unik

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin layak. Mereka bekerja banting tulang untuk memenuhi keinginan yang tidak

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia yang banyak digemari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara setelah Bali di Indonesia,

Lebih terperinci

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB TEMU ILMIAH IPLBI 06 Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB Febby Nugrayolanda Program Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Intensitas penggunaan angkutan

Lebih terperinci

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah bangunan bisa memiliki posisi sentral dalam mempengaruhi suatu peristiwa penting. Dalam skala individu hal itu bisa jadi karena bangunan tersebut menyimpan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG Oleh I Kadek Mardika UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2015 i KATA PENGANTAR Dunia arsitektur selama ini lebih banyak diketahui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan data instrumen yang dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian yang dapat menjawab tujuan penelitian yaitu: 1. Seperti apa sense of place

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shelly Novianti Ismanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shelly Novianti Ismanda, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu unsur modernisasi, tentu juga terkena efek dari modernisasi. Maka mahasiswa juga tidak terlepas dari kekomplekan dari modernisasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender Nisa Farasa (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 319 Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan Sadida Aghnia dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rekreasi dan hiburan merupakan aktivitas yang positif dan merupakan suatu kegiatan yang bisa menyegarkan tubuh dan pikiran, untuk bisa memulihkan semangat bagi tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya 196 Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya Yurike Natasia dan Rony Gunawan S.T.,M.T. Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: yurike_natasia@yahoo.com ; rgsunaryo@gmail.com

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA

TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA (Penekanan Desain : Green Architecture) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Pembangunan perekonomian Jakarta sebagai ibu kota semakin meningkat.seiring dengan pembangunan ini telah menjadikan jakarta dan menuntut ibu kota ini

Lebih terperinci

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang Annisa Safira Riska Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, ITB. Abstrak Merasakan ruang merupakan sebuah kegiatan yang dialami manusia

Lebih terperinci

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber:  25/4/ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa kini pola kehidupan manusia terlebih masyarakat kota besar atau masyarakat urban semakin modern, serba cepat, serba instan, sistematis, dan mekanis. Hal-

Lebih terperinci

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami Nurul Aini Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Pemilihan kepemilikan

Lebih terperinci

SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG

SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG Oleh : Deni Wibawanto, Gagoek Hardiman, R. Siti Rukayah Kota Semarang saat ini adalah kota bisnis yang sedang berkembang menuju kota metropolitan. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awalnya beberapa bidang kajian desain grafis hanya dapat dinikmati melalui bidang dua dimensi atau bahkan hanya di atas selembar kertas. Kemudian muncullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah Studi Kasus: Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung Tamiya M. Saada Kasman, Dewi R. Syahriyah, Sofian D. Ananto, M. Adib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kebutuhan terhadap hiburan sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Layaknya kebutuhan sandang, pangan, dan papan, hiburan merupakan

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB III. ELABORASI TEMA

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. BAB III. ELABORASI TEMA BAB III. ELABORASI TEMA III.1 pengertian tema Tema : EDUKASI dan REKREASI III.1.1 Edukasi Edukatif atau edukasi atau pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : Agustus 2017 Untuk Tahun Akademik : 2017/2018 Masa Berlaku : 2015-2019 Jml Halaman : 11 halaman Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Lebih terperinci

Studi Kepuasan Pengunjung Terhadap Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Sebagai Ruang Publik

Studi Kepuasan Pengunjung Terhadap Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Sebagai Ruang Publik Studi Kepuasan Pengunjung Terhadap Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Sebagai Ruang Publik Dian Perdana (1) Shofia Islamia Ishar (2) (1) Dian Perdana, Mahasiswa Arsitektur Universitas Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT i MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA Dr.Ir. Edi Purwanto, MT Diterbitkan Oleh: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang 2014 ii MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA

Lebih terperinci

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA Suryaning Setyowati Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta suryanings@yahoo.com

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buku Pemasaran Ritel, Ma ruf menyebutkan pusat perbelanjaan di Indonesia terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. buku Pemasaran Ritel, Ma ruf menyebutkan pusat perbelanjaan di Indonesia terdiri dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat perbelanjaan merupakan istilah yang tidak asing lagi pada saat ini. Dalam buku Pemasaran Ritel, Ma ruf menyebutkan pusat perbelanjaan di Indonesia terdiri dari

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini bangunan komersial semakin marak di Yogyakarta. Hal ini terbukti dengan adanya pusat belanja (shopping center) yang merambah

Lebih terperinci

Ruang Favorit dalam Rumah

Ruang Favorit dalam Rumah TEMU ILMIAH IPLBI 5 Favorit dalam Rumah Wienty Triyuly (), Hanson E. Kusuma () () Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Program Studi Doktor Arsitektur, SAPPK), ITB. () Kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang 38 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

Lebih terperinci

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai alasan pemilihan judul dalam latar belakang, rumusan masalah dari permasalahan yang ingin dipecahkan, tujuan serta metode penelitian yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di pulau Jawa. Di kota ini banyak terjadi sejarah penting seperti kebakaran besar Bandung Lautan Api, Konfrensi Asia Afrika

Lebih terperinci

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 05 Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung Witanti N. Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu membutuhkan adanya rekreasi dan Olah raga. Jakarta sebagai kota metropolitan kususnya di Jakarta utara, dimana perkembangan penduduknya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang pada saat ini merupakan kota bisnis yang sedang berkembang menuju kota metropolitan. Kota Semarang sebagai pusat pengembangan wilayah menunjang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam beraktivitas di ruang kota pasti akan disajikan pemandangan yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

Citywalk Kalimas di Surabaya

Citywalk Kalimas di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1, (2012) 1-8 1 Citywalk Kalimas di Surabaya Catherine Susanto W. dan Rony G. Sunaryo, S.T., M.T. Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Potret Kualitas Wajah Kota Bandung Maria Ariadne Dewi Wulansari (1), Andri Dharma (2), Tri Rahayu (3) (1) Prodi Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan

Lebih terperinci

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

2016 BANDUNG SPORTS CLUB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci