PERBEDAAN EFEKTIVITAS SUSU DAN COKELAT TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA REMAJA PUTRI DISMENORE DI SMA N 1 UNGARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN EFEKTIVITAS SUSU DAN COKELAT TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA REMAJA PUTRI DISMENORE DI SMA N 1 UNGARAN"

Transkripsi

1 PERBEDAAN EFEKTIVITAS SUSU DAN COKELAT TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA REMAJA PUTRI DISMENORE DI SMA N 1 UNGARAN Susilowati Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT Dysmenorrhea is a pain menstruation due to uterine muscle spasms that characterized by lower abdominal cramps. The pain treatment a pharmacologically (analgesic) and nonpharmacologically (distraction, relaxation, guided imagery, massage, warm or cold compresses). The nutrients which consumed everyday can reduce pain during menstruation such as milk which containing adequately calcium and chocolate which containing adequately magnesium. Calcium may contributes in reducing cramps and abdominal strains and magnesium is useful to relax the muscles and can provide a sense of relaxation that can control the bad mood as well as extend the blood vessels so as to prevent the muscle spasms. The purpose of this study is to find difference in effectiveness of milk and chocolate toward decreased pain scale in the female adolescents with dysmenorrhea at Ungaran 1 State Senior High School. The study used quasi-experimental method with the two-group pretest-posttest design. The samples in this study were 24 respondents were taken by using purposive sampling technique. The data collected by using primary data of pain measurement in female adolescents that conducted in pretest and posttest in two intervention groups. The data analysis used the independent T-test. The results of independent t-test indicate that there is a significant difference in the effectiveness of milk and chocolate toward decreased pain scale in female adolescents with dysmenorrhea at Ungaran 1 State Senior High School with p-value of < α (0.05). The milk and chocolate easily available and contains adequately nutrients, so it is expected to be an alternative method in reducing pain during menstruation. Keywords: Milk, Chocolate, Pain PENDAHULUAN Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Proverawati, Misaroh, 2009). Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Menstruasi dimulai antara tahun dan berhenti pada usia tahun tergantung pada faktor kesehatan wanita. Pada saat menstruasi perempuan kadang mengalami nyeri, sifat dan tingkat nyeri bervariasi, tergantung dari ambang batas sakit perempuan masing-masing. Rasa nyeri pada menstruasi yang berlebihan disebut dismenore (Joseph, 2011). Dismenore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari (Manuaba dkk, 2008). Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa diperut bagian bawah, biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang dan berlangsung sampai jam pertama dari masa haid, setelah itu semua rasa tidak enak tadi hilang (Jones, 2005). Dismenore diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati yaitu dismenore primer, dismenore sekunder, dan dismenore membranous (Colin & Shushan 2007). Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore 1

2 Ciri khas dismenore primer adalah bahwa penyakit ini mulai timbul sejak menstruasi pertama kali datang dan keluhan sakitnya agak berkurang setelah wanita yang bersangkutan menikah dan hamil (Devi, 20). Dismenore sekunder terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-lain (Schwart, 2005). Dismenore membranosus disebabkan adanya bagian endometrium yang melewati serviks yang tidak berdilatasi (cast of endometrium through an undilated cervix) (Colin dan Shushan, 2007). Dismenore dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi. Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak % dismenore sudah parah, 37% dismenore sedang, dan 49% dismenore masih ringan (Calis, 2011). Menurut Cakir M et al (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenore merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%). Penelitian lain didapatkan prevalensi dismenore bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada remaja (Calis dkk, 2009). Dismenore yang paling sering terjadi adalah dismenore primer, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 10-15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat sampai menggangu aktivitas dan kegiatan sehari-hari. Dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan terjadi pada umur kurang dari 20 tahun (Melissa, 2011). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Harunriyanto, 2008). Rasa nyeri atau dismenore pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang, banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun, ada yang pingsan, ada yang merasa mual, ada juga yang benar-benar muntah, sehingga dismenore memberikan dampak negatif bila tidak segera diatasi, banyak remaja yang mengalami dismenore pada saat menstruasi dan mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore (Marsden et al, 2004) Penanganan dismenore bisa dilakukan secara farmakologi yaitu dengan pemberian obat-obatan analgesik (Wilmana & Gan, 2007). Secara non farmakologi melalui distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin (Potter & Perry, 2005). Beberapa penelitian juga menyebutkan hubungan beberapa zat gizi dengan penurunan tingkat dismenore. Sebuah buku yang ditulis oleh Devi (20) zat gizi yang dapat membantu meringankan dismenore adalah kalsium, magnesium serta vitamin A, E, B6, dan C. Susu merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung Ca (kalsium), pada remaja dianjurkan mengkonsumsi satu gelas susu yang mengandung ml kalsium setiap hari, dengan mengkonsumsi kalsium ml perhari dapat membantu mengurangi kram dan kejang perut saat menstruasi. Kalsium dipercaya dapat membantu menghilangkan gejala kecemasan. Hal tersebut karena diyakini dapat mengendalikan konduksi impuls saraf ke otak dan dari otak, kekurangan unsur kalsium dalam persediaan didalam tubuh dapat menimbulkan kekejangan pada otot (Sunita, 2002). Menurut Hill (2002), untuk dapat mengurangi kram saat menstruasi, diperlukan zat gizi sebagai terapi, yaitu mengonsumsi kalsium sebanyak ml dengan aturan mengonsumsi yakni ml setiap satu jam sekali selama keluhan sakit dirasakan. Menurut Syaifuddin (2006) ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan miosin yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi. Setelah kurang dari satu detik kalsium dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasma tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot berhenti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Glasier di University of Maryland 2 Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore

3 Medical Center, wanita yang mengonsumsi 500 ml kalsium perhari mengalami penurunan nyeri saat haid hingga 30%, kalsium yang mudah diserap dapat membantu mengurangi dismenore (Wulandari, 2011). Dark Chocolate atau cokelat hitam kaya akan kalsium, kalium, natrium, magnesium serta vitamin A, B1, C, D, dan E, Magnesium berguna untuk merelaksasikan otot dan dapat memberikan rasa rileks yang dapat mengendalikan suasana hati yang murung (Hill, 2002). Magnesium berfungsi memperbesar pembuluh darah sehingga mencegah kejang otot dan dinding pembuluh darah. Magnesium berfungsi untuk meringankan dismenore atau rasa nyeri saat haid (Devi, 20). Menurut penelitian yang pernah dilakukan di Sandiego School of Medicine, California University, tingkat stres bisa diminimalisir bahkan dihilangkan dengan cokelat. Hal tersebut disebabkan karena cokelat mengandung molekul psikoaktif yang dapat membuat pemakan cokelat merasa nyaman. Beberapa kandungan cokelat seperti kafein, theobromine, methyl-xanthine, dan phenylethylalanine dipercaya dapat memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan sehingga bisa digunakan sebagai obat antidepresi. Cokelat hitam bisa meredakan nyeri menstruasi karena memiliki berbagai kandungan yang berkhasiat sebagai antinyeri. (Laila, 2011). Susu mengandung banyak protein dan kalsium, jika otot tidak mempunyai cukup kalsium maka otot tidak dapat mengendur dan dapat mengakibatkan kram, sehingga mengkonsumsi susu yang kaya akan kalsium sangat dianjurkan agar dismenore dapat diminimalisir. Cokelat mengandung zat yang dapat merangsang suasana hati kita, pertama kandungan gulanya dapat merangsang pengeluaran zat kimia otak serotonin yang membantu kita merasa tenang dan rileks, sedangkan kandungan kalsium dan magnesium yang terdapat didalam cokelat berperan dalam transmisi saraf, sehingga bila magnesium dan kalsium dikonsumsi, maka magnesium dan asam lemak omega tiga dan omega enam dapat membangkitkan suasana hati yang tenang, dan kalsium dapat membantu merelaksasi otot dan melancarkan peredaran darah, sehingga keluhan dismenore dapat berkurang (Devi, 2002) Berdasarkan studi pendahuluan pada 28 Maret 2014 di SMA 1 Ungaran, diketahui jumlah peserta didik remaja putri tahun 2014 adalah sejumlah 244 siswi dengan rincian jumlah siswi kelas X adalah 81 siswi, jumlah siswi kelas XI adalah 82 siswi dan jumlah siswi kelas XII adalah berjumlah 81 siswi. Hasil wawancara terhadap 10 siswi yang mengalami menstruasi, 7 diantaranya mengalami dismenore dan 3 orang tidak mengalami dimenore. Ada 9 siswa yang mengetahui tentang dimenore dan 1 siswi tidak mengetahui tentang dimenore, 10 siswi tersebut tidak mengetahui cara mengatasi dismenore dan mereka juga tidak tahu apakah nyeri itu normal atau tidak, mereka juga kebingungan dalam mengatasi dismenore, Ada 5 siswa yang beranggapan bahwa dismenore tidak perlu diobati, kemudian 3 siswi mengatakan bahwa saat dismenore datang maka yang dilakukan adalah duduk dan mengelus bagian perut yang dirasa nyeri dan ada 2 siswi yang mencoba mengobati dengan cara minum air hangat pada saat dismenore, mereka beranggapan bahwa dismenore tidak perlu diatasi akan sembuh dengan sendirinya, tetapi saat dismenore datang mereka berkeinginan mengobatinya karena merasakan nyeri dan mengganggu aktifitasnya dalam proses belajar, sehingga mereka mengatakan kurang konsentrasi dan cenderung malas untuk mendengarkan pelajaran di sekolah. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang perbedaan efektivitas susu dan cokelat terhadap penurunan skala dismenore pada remaja putri di SMA N 1 Ungaran Kabupaten Semarang. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Quasy Eksperimental dengan rancangan two group pretest-posttest design. Di dalam design ini peneliti mengobservasi dan mendeskripsikan skala nyeri pada remaja putri dismenore sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberi susu dan cokelat. Terdapat 2 kelompok remaja putri yang dibandingkan hasilnya setelah 2 kelompok tersebut mendapat perlakuan yang berbeda. Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore 3

4 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 sampai 16 Agustus 2014 di SMA N 1 Ungaran Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA N 1 Ungaran sebanyak 244 siswi. Sampel penelitian Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel akhir yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok adalah, sehingga jumlah sampel total adalah 24. Sampel dinyatakan drop out jika pada saat melakukan posttest responden mengalami dismenore yang patologis. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu pertimbangan dibuat oleh peneliti sendiri yang berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel: 1) Siswi SMA N 1 Ungaran yang mengalami dismenore dan bersedia menjadi responden; 2) Umur responden antara tahun; 3) Siswi yang mengalami dismenore pada hari pertama menstruasi. Adapun subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian: 1) Siswi SMA N 1 Ungaran yang tidak masuk sekolah; 2) Siswi SMA N 1 Ungaran yang tidak suka susu atau cokelat; 3) Siswi SMA N 1 Ungaran yang telah menggunakan cara lain untuk menurunkan dismenore Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari sumber melalui pengukuran rasa nyeri sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan pada siswi SMAN 1 Ungaran. Alat dan Bahan Pengumpulan Data Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala bertingkat atau ratings scale. Alat ukur (instrument) Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dimana dalam hal ini, penilaian dismenore dengan menggunakan skala dengan ketentuan 0 (tidak nyeri) dan 10 (sangat nyeri) kemudian responden menunjuk pada angka berapa dismenore yang dirasakan. Skala penilaian numerik merupakan skala yang mudah dipahami dan digunakan. Alat ini juga sudah teruji validitas dan reliabilitasnya berdasarkan hasil penelitian Flaherty (2008) didapatkan bahwa nilai validitasnya adalah 0,56-0,90 dan nilai konsistensi interval dengan menggunakan rumus Alpha-Cronbach untuk skala ini adalah 0,75-0,89 (reliabel). Gambar 1. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) Analisis Data Analisis Univariat Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan tiap variabel yang diteliti secara terpisah. Penelitian ini menggunakan skala numerik sehingga dicari rata-rata (mean) dan standar deviasi (varian) yakni variabel yang dianalisis adalah gambaran skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan baik pada kelompok A yang diberikan susu maupun pada kelompok B yang diberikan cokelat melalui statistic deskriptif. Analisis Bivariat Data yang digunakan dalam analisis bivariat ini berbentuk interval, sehingga sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu diketahui normal tidaknya distribusi data, karena distribusi data normal maka dilakukan uji parametrik. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan sampel kecil ( 50 ) maka uji normalitas data menggunakan uji shaphiro-wilk dengan ketentuan nilai keyakinan yang dipakai adalah 0,95 dan nilai kesalahan α = 0,05. Uji homogenitas merupakan pra syarat dalam penelitian yang melibatkan dua 4 Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore

5 kelompok eksperimen, dimana diharuskan kedua kelompok memiliki karakteristik yang sama sebelum perlakuan diberikan. Dalam penelitian ini, uji ini dilakukan dengan menguji intensitas nyeri sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok dengan menggunakan uji Independent t test, Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar - 0,457 dengan p-value 0,652 atau p-value > α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum perlakuan antara kelompok eksperimen susu dan cokelat pada remaja putri dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang ini juga menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki tingkat nyeri yang setara sebelum diberikan perlakuan, dengan kata lain kedua kelompok dinyatakan homogen sebelum diberi perlakuan. Pengambilan keputusannya adalah jika diperoleh p-value < α (0,05) maka disimpulkan ada perbedaan, namun jika p-value > α (0,05) maka disimpulkan tidak ada perbedaan. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Pemberian Susu Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sebelum Pemberian Susu pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014 Variabel n Mean Sd Min Max Tingkat Nyeri 5,42 1, Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari remaja putri kelompok eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum pemberian susu sebesar 5,42 dengan standar deviasi 1,240, skala nyeri paling ringan adalah skala 4 dan paling berat adalah skala 8. Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sesudah Pemberian Susu Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sesudah Pemberian Susu pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014 Variabel n Mean Sd Min Max Tingkat Nyeri 4,08 1, Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari remaja putri kelompok eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum pemberian susu sebesar 4,08 dengan standar deviasi 1,564, skala nyeri paling ringan adalah skala 2 dan paling berat adalah skala 7. Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Pemberian Cokelat Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sebelum Pemberian Cokelat pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014 Variabel n Mean Sd Min Max Tingkat Nyeri 5,67 1, Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari remaja putri kelompok eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum pemberian susu sebesar 5,67 dengan standar deviasi 1,435, skala nyeri paling ringan adalah skala 4 paling berat adalah skala 8. Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore 5

6 Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sesudah Pemberian Cokelat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri Sesudah Pemberian Cokelat pada Remaja Putri di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014 Variabel n Mean Sd Min Max Tingkat Nyeri 2,83 1, Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari remaja putri kelompok eksperimen susu, rata-rata skala nyeri sebelum pemberian susu sebesar 2,83 dengan standar deviasi 1,115, skala nyeri paling ringan adalah skala 1 dan paling berat adalah skala 5. Analisis Bivariat Uji Kesetaraan Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Perlakuan antara Kelompok Eksperimen Susu dan Cokelat Tabel 5. Uji Kesetaraan Tingkat Nyeri Remaja Putri Dismenore Sebelum Perlakuan antara Kelompok Eksperimen Susu dan Cokelat di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014 Variabel Kelompok n Mean Sd t p-value Tingkat Nyeri Susu Coklat 5,42 5,67 1,240 1,435-0,457 0,652 Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar -0,457 dengan p-value 0,652. Karena kedua p-value 0,652 > α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum perlakuan antara kelompok eksperimen susu dan cokelat pada remaja putri dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang ini juga menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki tingkat nyeri yang setara sebelum diberikan perlakuan, dengan kata lain kedua kelompok dinyatakan homogen sebelum diberi perlakuan. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Susu Tabel 6. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Susu pada Remaja Putri Dismenore di SMAN 1 Ungaran, Kab. Semarang, 2014 Variabel Perlakuan n Mean Sd t p-value Skala Nyeri Sebelum Sesudah Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 4,000 dengan p-value sebesar 0,002 atau p-value < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian susu pada remaja putri dismenore di 5,42 4,08 1,240 1,564 4,000 0,002 SMA N 1 Ungaran, Kab. Semarang, terjadi penurunan nyeri sebesar 1,34 maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas dismenore sebelum dan sesudah pemberian susu. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Cokelat Tabel 7. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Cokelat pada Remaja Putri Dismenore di SMAN 1 Ungaran, Kab. Semarang, 2014 Variabel Perlakuan N Mean Sd t p-value Skala Nyeri Sebelum Sesudah 5,67 2,83 1,435 1,115 10,470 0,000 Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 10,470 dengan p-value sebesar 0,00 atau p-value < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang 6 Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore

7 signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian coklat pada remaja putri dismenore di SMA N 1 Ungaran, Kab. Semarang, terjadi penurunan nyeri sebesar 2,84 maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas dismenore sebelum dan sesudah dilakukan pemberian cokelat. Perbedaan Efektivitas susu dan cokelat terhadap penurunan skala nyeri Tabel 8. Perbedaan Efektivitas Susu dan Cokelat terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Remaja Putri Dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014 Variabel Kelompok n Mean Sd T p-value Skala Nyeri Susu Coklat 4,08 2,83 1,564 1,115 2,254 0,034 Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar 2,254 dengan p-value 0,034. Karena kedua p-value 0,034 < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan efektivitas susu dan cokelat terhadap penurunan skala nyeri pada remaja putri dismenore di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, dimana cokelat lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibandingkan susu. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata skala nyeri setelah pemberian susu dan cokelat, yang mana rata-rata skala nyeri sesudah pemberian coklat sebesar 2,83 yang lebih rendah dibandingkan sesudah pemberian susu sebesar 4,08. Perbedaan Selisih Nyeri antara Remaja yang Diberikan Susu dan Remaja yang Diberikan Coklat Tabel 9. Perbedaan Selisih Nyeri antara Remaja yang Diberikan Susu dan Remaja yang Diberikan Coklat di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, 2014 Variabel Kelompok N Mean SD T p-value Selisih Nyeri Susu Coklat 1,33 2,83 1,155 0,935-3,494 0,002 Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar -3,494 dengan p-value 0,002. Karena kedua p-value 0,002 < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan selisih penurunan nyeri antara remaja yang diberikan susu dan remaja yang diberikan coklat di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, dimana remaja yang diberikan cokelat memiliki penurunan nyeri yang lebih besar dibandingkan remaja yang diberikan susu. PEMBAHASAN Deskripsi Skala Nyeri Sebelum Pemberian Susu dan Cokelat Pada Remaja Putri Dismenore Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 3, skala nyeri sebelum diberikan cokelat 4-8. Skala tersebut menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan responden pada saat mengalami dismenore adalah nyeri sedang sampai berat. Nyeri diukur berdasarkan sakit menstruasi responden pada hari pertama dimana Selama periode menstruasi, kadar prostaglandin meningkat, kemudian pada permulaan periode, kadar prostaglandin tetap tinggi, dengan berlanjutnya masa menstruasi, kadar prostaglandin menurun, hal ini menjelaskan mengapa nyeri cenderung berkurang setelah beberapa hari pertama periode menstruasi (ACOG, 2006). Menurut French (2005) dismenore diduga akibat pengeluaran prostaglandin di cairan menstruasi yang mengakibatkan kontraksi uterus dan nyeri. Kadar prostaglandin endometrium yang meningkat selama fase luteal dan menstruasi menyebabkan kontraksi uterus. Peningkatan prostaglandin tiga kali lipat diendometrium terjadi dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin diikuti dengan penurunan progesteron pada akhir fase luteal pada miometrium yang meningkat dan kontraksi uterus yang berlebihan (Calis, 2011). Gejala dismenore yang dialami responden berupa sakit pada perut bagian bawah seperti diremas-remas dimulai pada awal mendapat Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore 7

8 menstruasi selama 1 hari penuh. Responden mengatakan nyeri yang dirasakan tidak hanya diperut bagian bawah namun sampai menjalar ke pinggang belakang dan ada beberapa responden mengalami pusing pada saat menstruasi. Rasa sakit disertai pusing yang mereka alami sangat menganggu aktivitas sehari-hari mereka terutama pada saat belajar disekolah. Perasaan responden berubah-ubah terkadang mereka merasa cepat marah, kesal dan tidak nyaman, kurang konsentrasi terhadap pelajaran disekolah, dan hanya memegang perut yang nyeri serta meletakkan kepala dimeja untuk menahan nyeri yang dirasakan. Gejala yang dialami responden pada saat menstruasi, sesuai dengan pendapat Devi (20) gejala yang dirasakan pada saat dismenore adalah rasa nyeri di perut bagian bawah seperti dicengkram atau di remasremas, sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di punggung bagian bawah, diare, pingsan. Menurut Cakir M et al (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenore merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%). Penelitian lain didapatkan prevalensi dismenore bervariasi antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada remaja (Calis dkk, 2009). Deskripsi Skala Nyeri Sesudah Pemberian Susu Pada Remaja Putri Dismenore Di SMA N 1 Ungaran Responden yang mengalami nyeri pada hari pertama diberikan susu sapi murni yang mengandung kalsium sebanyak 1000 ml. susu sapi dikonsumsi dengan cara diminum yakni 250 ml setiap satu jam sekali, jadi susu sebanyak 1000 ml harus diminum 250 ml pada jam pertama, 250 ml pada jam kedua, 250 ml pada jam ketiga dan 250 ml pada jam keempat, sebagian responden mengatakan nyeri yang mereka alami menjadi berkurang setelah minum susu sapi. Susu merupakan minuman manusia yang sempurna, sebab susu sapi merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan kalsium. Kadar prostaglandin endometrium yang meningkat selama fase luteal dan menstruasi menyebabkan kontraksi uterus, pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein didalam otot, yaitu aktin dan miosin, Peningkatan kalsium intraselular menyebabkan kepala miosin bergerak disepanjang sarkomer sehingga menghasilkan kontraksi miokard dan memberikan energi yang dibutuhkan, penurunan kalsium intraselular menyebabkan relaksasi miokard dan dapat mengurangi nyeri akibat kontraksi yang berlebihan, bila kalsium darah kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur sesudah kontraksi, sehingga terjadi dismenore Menurut Sunita (2002). Zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin berfungsi membangun dan memperbaiki zat gizi yang hilang, karena pada saat menstruasi tubuh membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk mengganti sel-sel yang rusak akibat peluruhan darah saat menstruasi (Syaifuddin, 2006). Deskripsi Skala Nyeri Sesudah Pemberian Cokelat Pada Remaja Putri Dismenore Di SMA N 1 Ungaran. Responden yang mengalami nyeri pada hari pertama diberikan cokelat yang mengandung magnesium sebanyak 300 gram. cokelat dikonsumsi dengan cara dimakan yakni 100 gram setiap satu jam sekali, jadi cokelat sebanyak 300 gram dimakan sebanyak 100 gram pada jam pertama, 100 gram pada jam kedua dan 100 gram pada jam ketiga lebih dari sebagian responden mengatakan nyeri yang mereka alami menjadi berkurang setelah makan cokelat. Magnesium mengatur sintesis protein, sifat kontraksi pada otot disebabkan oleh adanya protein. Hampir semua protein otot terikat kuat pada fibril dan tidak mudah diekstraksi, seperlima protein otot tidak larut dan merupakan komponen struktural dari sel otot. Protein yang esensial pada otot dan mempunyai kemampuan kontraksi adalah aktin dan miosin yang berfungsi mengendorkan otototot syaraf tersebut dan menstimulasi senyawasenyawa kimia otak yang berkaitan dengan istirahat, sehingga mengkonsumsi cukup magnesium dapat merelaksasi otot dan memberikan rasa rileks serta mengurangi keluhan dismenore. Metode pemberian cokelat memberikan rasa yang nyaman dan mengubah perasaan dan mood sesorang menjadi lebih baik sehingga rasa sakit yang dialami responden berkurang. Responden mengatakan pada saat makan cokelat mereka lupa akan sakit yang dialami karena merasa enak pada saat makan cokelat. 8 Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore

9 Analisis Perbedaan Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Susu Pada Remaja Putri Dismenore. Nyeri karena dismenore diduga akibat pengeluaran prostaglandin di cairan menstruasi, yang mengakibatkan kontraksi uterus dan nyeri. Menurut French (2005). Kadar prostaglandin endometrium yang meningkat selama fase luteal dan menstruasi menyebabkan kontraksi uterus (Chandran, 2008). Prostaglandin menyebabkan otot-otot rahim bergerak lebih kuat dan sering, sehingga menyebabkan turunnya aliran darah ke dalam rahim. Saraf-saraf di rahim menjadi lebih sensitif terhadap rasa nyeri. Dismenore selalu berkaitan dengan pelepasan sel-sel telur (ovulasi) dari kelenjar indung telur (ovarium) sehingga dianggap berhubungan dengan gangguan keseimbangan hormon. Gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan saat menstruasi karena zat gizi mempengaruhi proses yang terdapat dalam tubuh saat terjadinya menstruasi, seperti aliran darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi. Semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, bahkan serat, berperan penting dalam pengaturan fisiologis seorang wanita menjelang menstruasi dan saat menstruasi (Devi, 20). Kandungan yang terdapat didalam susu sebagian besar adalah kalsium, itulah sebabnya Ketika mengalami dismenore, kalsium berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid, melancarkan peredaran darah, mengatasi kram, sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh (Pangkalan Ide, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Glasier di University of Maryland Medical Center, wanita yang mengonsumsi 500 ml kalsium perhari mengalami penurunan nyeri saat haid hingga 30%, kalsium yang mudah diserap dapat membantu mengurangi dismenore (Wulandari, 2011). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahyuni (2013) ialah efektivitas susu kedelai terhadap penurunan intensitas nyeri haid pada remaja putri diperoleh nilai rata- rata nyeri sebelum diberi perlakuan sebesar 4,73 sedangkan nilai rata-rata sesudah diberi perlakuan sebesar 1,28. Nilai tersebut menunjukkan adanya penurunan skala intensitas dismenore sesudah dilakukan pemberian susu kedelai. Analisis Perbedaan Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Cokelat Pada Remaja Putri Dismenore Di SMA N 1 Ungaran. Gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan saat menstruasi karena zat gizi mempengaruhi proses yang terdapat dalam tubuh saat terjadinya menstruasi, seperti aliran darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi. Semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, bahkan serat, berperan penting dalam pengaturan fisiologis seorang wanita menjelang menstruasi dan saat menstruasi (Devi, 20). Magnesium berfungsi dalam membantu relaksasi otot, transmisi sinyal saraf, mengurangi migren, dan sebagai penenang alamiah sehingga magnesium dapat meringankan dismenore atau rasa nyeri saat haid. Sumber magnesium salah satunya terdapat dalam cokelat yang dapat meringankan dismenore (Pangkalan ide, 2008). Cokelat berupaya mencetuskan reaksi positif terhadap kimia otak dan diketahui dapat memperbaiki mood seseorang. Apabila makan cokelat kita bisa mengeluarkan kimia yang dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mood serta perasaan happy. Kemungkinan gabungan rasa, kandungan khasiat dan ramuan psikoaktif cokelat yang menjadi penyebabnya (Pangkalan ide, 2008). Cokelat juga mengandung beberapa zat gizi yang sangat dibutuhkan pada saat menstruasi, hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan bahwa pada saat datangnya menstruasi, dismenore atau rasa nyeri dapat diringankan dengan mengonsumsi zat gizi, terutama dari golongan vitamin dan mineral (Devi, 2002). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Hapsari (2013) ialah penurunan intensitas nyeri dismenore dengan metode pemberian cokelat diperoleh nilai rata- rata nyeri sebelum diberi perlakuan sebesar 5,73 sedangkan nilai rata-rata sesudah diberi perlakuan sebesar 4,00. Nilai tersebut menunjukkan adanya penurunan skala intensitas dismenore sesudah dilakukan metode pemberian cokelat. Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore 9

10 Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Intensitas Dismenore Cokelat merupakan sumber magnesium alami yang paling tinggi defisiensi magnesium dan juga mengandung karbohidrat, lemak, protein sayuran, kalium, magnesium, kalsium, natrium, zat besi, krom, dan vitamin A, B1, B2, C, D, dan, E, juga mengandung kafein, vitamin E yang terkandung dalam cokelat berperan dalam mengatur produksi hormon prostaglandin, dimana hormon prostaglandin menyebabkan peningkatan kontraksi otot rahim yang menyebabkan rasa nyeri haid. Selain itu, vitamin E dapat memperbaiki aktivitas neurotransmitter, sedangkan vitamin C yang terdapat dalam cokelat berfungsi sebagau Sintesa neurotransmiter yang berguna dalam membawa impuls saraf, aktivasi hormone (Devi, 20). Responden mengatakan bahwa pada saat memakan cokelat nyeri yang dirasakan dapat berkurang dan mereka mengatakan merasa senang, mood mereka yang awalnya berubahubah sperti kesal dan lebih cepat marah dapat hilang dan tidak terlalu mengganggu aktivitas karena merasakan sakit pada saat menstruasi dapat dialihkan dengan rasa cokelat yang meleleh pada saat memakannya, berbeda jauh dengan susu, responden mengatakan nyeri yang mereka alami menjadi berkurang setelah minum susu sapi, namun responden mengatakan bahwa nyeri hanya berkurang sedikit dan kadang masih merasakan nyeri yang sama ketika mengikuti proses belajar mengajar diruang kelas. Kandungan yang terdapat didalam susu sebagian besar adalah kalsium, itulah sebabnya ketika mengalami dismenore, kalsium berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid, melancarkan peredaran darah, mengatasi kram, sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh, namun tidak berpengaruh untuk merubah atau memperbaiki mood, sehingga sesaat setelah minum susu sebagian responden merasakan nyeri yang dialami berkurang namun dapat meningkat kembali pada saat mengikuti proses belajar mengajar didalam kelas (Pangkalan Ide, 2008). Efek yang ditimbulkan dari kedua perlakuan sebenarnya tergantung dari sifat nyeri, kenyamanan dan lingkungan responden saat melakukan kedua teknik untuk menurunkan nyeri. Nyeri yang dialami responden sangat subjektif, tidak bisa dirasakan oleh orang lain dan hanya responden yang dapat menjelaskan bagaimana keadaan nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai pendapat Uliyah (2006) dalam Hastami (2011) sifat nyeri sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Menurut Hill (2002), untuk dapat mengurangi kram saat menstruasi, diperlukan zat gizi sebagai terapi, yaitu mengonsumsi magnesium sebanyak 300gram, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100gram setiap satu jam sekali selama keluhan sakit dirasakan. Magnesium mengatur sintesis protein, sifat kontraksi pada otot disebabkan oleh adanya protein. Hampir semua protein otot terikat kuat pada fibril dan tidak mudah diekstraksi, seperlima protein otot tidak larut dan merupakan komponen struktural dari sel otot. Protein yang esensial pada otot dan mempunyai kemampuan kontraksi adalah aktin dan miosin yang berfungsi mengendorkan otototot syaraf tersebut dan menstimulasi senyawasenyawa kimia otak yang berkaitan dengan istirahat, sehingga mengkonsumsi cukup magnesium dapat merelaksasi otot dan memberikan rasa rileks sera mengurangi keluhan dismenore. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Hapsari (2013) ialah penurunan intensitas nyeri dismenore dengan metode pemberian cokelat diperoleh nilai rata- rata nyeri sebelum diberi perlakuan sebesar 5,73 sedangkan nilai rata-rata sesudah diberi perlakuan sebesar 4,00. Nilai tersebut menunjukkan adanya penurunan skala intensitas dismenore sesudah dilakukan metode pemberian cokelat. Penelitian yang pernah dilakukan di Sandiego School of Medicine, California University, tingkat stres bisa diminimalisir bahkan dihilangkan dengan cokelat. Hal tersebut disebabkan karena cokelat mengandung molekul psikoaktif yang dapat membuat pemakan cokelat merasa nyaman. Beberapa kandungan cokelat seperti kafein, theobromine, methyl-xanthine, dan phenylethylalanine dipercaya dapat memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan sehingga bisa digunakan sebagai obat antidepresi. Cokelat hitam bisa meredakan nyeri 10 Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore

11 menstruasi karena memiliki berbagai kandungan yang berkhasiat sebagai antinyeri, mengingat nyeri merupakan hal yang bersifat subjektif dan hanya seseorang yang mengalami kondisi tersebut yang dapat mendeskripsikan besarnya nyeri yang dirasakan. Sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan skor skala nyeri pada masing-masing responden. Perbedaan Selisih Nyeri antara Remaja yang Diberikan Susu dan Remaja yang Diberikan Coklat Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar -3,494 dengan p-value 0,002. Karena kedua p-value 0,002 < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan selisih penurunan nyeri antara remaja yang diberikan susu dan remaja yang diberikan coklat di SMA N 1 Ungaran Kab. Semarang, dimana remaja yang diberikan cokelat memiliki penurunan nyeri yang lebih besar dibandingkan remaja yang diberikan susu. Kandungan yang terdapat didalam susu sebagian besar adalah kalsium, itulah sebabnya ketika mengalami dismenore, kalsium berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid, melancarkan peredaran darah, mengatasi kram, sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh, namun tidak berpengaruh untuk merubah atau memperbaiki mood, sehingga sesaat setelah minum susu sebagian responden merasakan nyeri yang dialami berkurang namun dapat meningkat kembali pada saat mengikuti proses belajar mengajar didalam kelas (Pangkalan Ide, 2008). Cokelat berupaya mencetuskan reaksi positif terhadap kimia otak dan diketahui dapat memperbaiki mood seseorang. Apabila makan cokelat kita bisa mengeluarkan kimia yang dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mood serta perasaan happy. Kemungkinan gabungan rasa, kandungan khasiat dan ramuan psikoaktif cokelat yang menjadi penyebabnya (Pangkalan ide, 2008). Susu meengandung zat gizi yang dapat membantu meringankan gejala dismenore seperti kalsium, vitamin A dan vitamin C namun tidak mengandung vitamin E sehingga tidak bisa mengoontrol atau mengatur keseimbangan hormon prostaglandin, sedangkan pada cokelat mengandung zat gizi yang lengkap seperti magnesium, kalsium, vitamin A, vitamin C dan vitamin D yang dapat mengatur keseimbangan hormon prostaglandin dan dapat membuka pembuluh darah serta merelaksasi otot sehingga mengurangi kejang pada otot-otot saraf uterus yang dapat mengurangi keluhan nyeri menstruasi. Keterbatasan Penelitian Susu sapi mudah didapat, mempunyai rasa yang kurang manis sehingga responden kurang menyukai susu sapi untuk dikonsumsi. Konsumsi susu dan cokelat dapat mengurangi nyeri saat menstruasi karena kandungan zat gizi yang terdapat dalam kedua jenis makan tersebut dapat merelaksasi otototot saraf uterus, namun yang perlu diperhatikan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri yang tidak diteliti oleh peneliti yaitu faktor psikologis, sehingga kemungkinan nyeri menetap dan bahkan akan semakin nyeri bila responden mempunyai masalah yang dapat mengganggu psikologisnya. KESIMPULAN Ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri remaja putri dismenore sebelum dan sesudah pemberian susu dengan nilai p- value = 0,002. Ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri remaja putri dismenore sebelum dan sesudah pemberian cokelat dengan nilai p- value = 0,000. Pemberian cokelat lebih efektif terhadap penurunan skala nyeri remaja putri dismenore dibandingkan dengan metode pemberian susu. SARAN Bagi siswi yang mengalami dismenore, cokelat dapat dikonsumsi untuk mengurangi dismenore, karena selain mudah didapat, tidak merugikan bagi kesehatan serta kandungan zat gizi terutama mineral magnesium yang terdapat didalam cokelat dapat megurangi nyeri yang dirasakan siswi. Institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan informasi tentang alternatif untuk mengatasi dismenore pada siswinya. Informasi ini dapat berupa penyediaan buku tentang dismenore diperpustakaan atau menyediakan berbagai zat gizi dikantin sekolah yang dapat Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore 11

12 mengurangi dismenore, salah satunya menyediakan makanan yang mengandung kalsium seperti dark cokelat untuk diberikan pada siswi yang mengalami dismenore agar tidak mengganggu aktifitas siswi disekolah. Penelitian lebih lanjut tentang zat gizi lain yang dapat mengurangi dismenore bukan hanya makanan yang mengandung mineral namun seperti makanan yang mengandung vitamin A, E, B6 dan C, karena beberapa vitamin tersebut dapat mengurangi dismenore. DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Abdul, M dkk (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika [3] Almatsier, S (2002) Pinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama [4] Chan, Meta. (20). The miracle of chocolate. Surabaya: Tibbun Media. [5] Cakir, M., Mungan, I., Karakas, T., Girisken, I., & Okten, A. (2007). Menstrual pattern and common menstrual disorders among university students in Turkey. Pediatrics International. [disitasi 21 Januari 2009] 49(6): Terdapat pdf. Diakses pada tanggal 11 mei [6] Calis, K.A. (2009). Dysmenorrhea. Terdapat /31657/4/Chapter%20II.pdfDiakses pada tanggal 11 mei [7] Chandran, Lahta. (2008). Menstruation disorders: overview. E-medicine Obstetrics and Gynecology. Terdapat /16724/4/Chapter%20II.pdfDiakses pada tanggal 11 mei [8] Colin, C.M., & Shushan, A. (2007). Complications of menstruation; abnormal uterine bleeding. In: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology. 10th Edition. Chapter 35: USA. McGraw-Hill. Terdapat e/ /53487/bab%20ii%20tinja uan%20pustaka.pdf?sequence=3. Diakses pada tanggal mei [9] Devi, N. (20). Gizi saat sindrom menstruasi. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. [10] Ditto, dkk (2011). Cara Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: Andi Offset [11] French, L. (2005). Dysmenorrhea american family physician 71(2): Terdapat /16724/4/Chapter%20II.pdfDiakses pada tanggal 11 mei [] French, L. American College of Obstetricians and Gynecologists /16724/4/Chapter%20II.pdfDiakses pada tanggal 23 mei [13] Hidayat, A.A.A. (2007). Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika. [14] Harunriyanto. (2008). Dismenore masih sering membayangi wanita. Terdapat /31671/5/Chapter%20I.pdf. Diakses pada tanggal 11 mei [15] Hill, M.C. Graw. (2002). Nutrition almanac. Jakarta: Gramedia Pustaka. Terdapat /322/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada tanggal mei [16] Holder, A. (2011). Dysmenorrhea in emergency medicine clinicalpresentation. Terdapat /31657/4/Chapter%20II.pdf.Diakses pada tanggal 11 mei [17] Joshep, H.K. (2011). Catatan kuliah ginekologi dan obstetri (obsgyn).yogyakarta: Nuha Medika. [18] Kartasapoetra, dkk. (2010). Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. [19] Laila NM, dkk (2011). Buku Pintar Menstruasi dan solusi mengatasi segala keluhannya. Yogyakarta: Buku Biru Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore

13 [20] Manuaba, I.A.C., I.B.G.F., & I.B.G. (2009). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC. [21] Maryunani, A (2010). Nyeri Dalam Persalinan. Jakarta. CV.Trans Info Media [22] Morgan, G., Hamilton, C. (2009). Panduan praktik obstetri dan ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Terdapat /31657/4/Chapter%20II.pdfDiakses pada tanggal 11 mei 2014 [23] Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. [24] Pangkalan, Ide. (2008). Dark chocolate healing. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. [25] Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses, dan praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. [26] Proverawati, Maisaroh (2009) menarche menstruasi pertama penuh makna. Yogyakarta: Nuha Medika [27] Sugiyono. (2006). Metode penelitian administrasi dilengkapi dengan metode R&D. Bandung: Alfabeta. [28] Schwartz, M.W. (2005). Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC. Terdapat /31657/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada tanggal 21 juni 2014 [29] Sudarti, dkk. (20). Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta: Nuha Medika. [30] Simanjuntak, Pandapotan. (2008). Gangguan haid dan siklusnya. Terdapat [31] /31657/4/Chapter%20II.pdfDiakses pada tanggal 11 mei [32] Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., (2002). Buku ajar keperawatan medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Alih Bahasa: Agung, W., dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Terdapat erawatan/ /bab2.pdf. Diakses pada tanggal 3 juni 2014 [33] Saryono, dkk. (2009). Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika. [34] Tangchai, K., Titapant, V., & Boriboonhirunsarn, D. (2004). Dysmenorrhea in Thai adolescents: prevalence, impact and nowledge of treatment: Terdapat /31671/5/Chapter%20I.pdf. Diakses pada tanggal 20 mei [35] Wilmana, F.K., & Gan, S. (2007). Analgesik-antipiretik analgesik antiinflamasi nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. Terdapat /31671/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada tanggal 13 mei [36] Yanti. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama Perbedaan Efektivitas Susu Dan Cokelat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Remaja Putri Dismenore 13

Retno Wida Hapsari 1), Tri Anasari 2)

Retno Wida Hapsari 1), Tri Anasari 2) EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN METODE PEMBERIAN COKELAT TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMK SWAGAYA 2 PURWOKERTO Retno Wida Hapsari 1), Tri Anasari 2) Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN. PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN Pinilih Pangesti Utami 1, Adi Isworo 2, Moh. Hanafi 2, Siti Arifah 2 1Mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Magelang

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap pertama pertanda kedewasaan atau pubertas pada anak perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

Efektivitas Pemberian Terapi Susu Kedelai Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya

Efektivitas Pemberian Terapi Susu Kedelai Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya Efektivitas Pemberian Terapi Susu Kedelai Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya 1 Astrida Budiarti, 2 Rizta Novita Wulandhari 1 2 Stikes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya nyeri saat haid atau dysmenorrhea dan disebut juga menstrual

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya nyeri saat haid atau dysmenorrhea dan disebut juga menstrual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah hal normal bagi wanita. Sebagian besar wanita terutama remaja mengalami gangguan atau keluhan saat menstruasi, diantaranya nyeri saat haid atau dysmenorrhea

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan rancangan non randomized control group pretest posttest design. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita saat menstruasi. Nyeri dirasakan pada perut bagian bawah, kadang-kadang disertai pusing, lemas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti, & Fauziah,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR Yeti Nurhayati 1) 1 ABSTRAK Kata kunci : ABSTRACT Keyword 62 1. PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore merupakan nyeri di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan istirahat saat mengalami dismenore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi adalah proses alami pada wanita ditandai dengan proses deskuamasi, atau meluruhnya endometrium bersama dengan darah melalui vagina. Terjadi setiap

Lebih terperinci

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA 0 PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disminorhoe adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa untuk beristirahat atau berakibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sekitar 1 miliyar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk di dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang, seperti Indonesia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh kearah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa wanita biasanya mengalami rasa tidak nyaman sebelum menstruasi. Mereka sering merasakan satu bahkan lebih gejala yang disebut dengan kumpulan gejala sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum

Lebih terperinci

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, pada masa remaja seseorang akan mengalami pubertas. Pubertas adalah masa ketika seseorang

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu kejadian yang hanya dialami oleh wanita saja yaitu terlapasnya dinding rahim yang diikuti dengan perdarahan. Peristiwa ini terjadi satu kali

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK DWI NANDA YANI NIM I31112031 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kebanyakan wanita pada masa reproduksi mengalami beberapa gejala psikologik (alam perasaan negatif) atau gejala fisik pada fase luteal siklus menstruasi. Sifat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BACK EXERCISE DAN SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID PRIMER

PENGARUH PEMBERIAN BACK EXERCISE DAN SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID PRIMER PENGARUH PEMBERIAN BACK EXERCISE DAN SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID PRIMER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Sarjana Fisioterapi pada Program Studi Fisioterapi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah salah suatu proses fisiologis yang dialami oleh semua wanita di dunia, menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG Eka Rahmadhayanti 1, Anur Rohmin 2 1,2 Program Studi D III Kebidanan, STIK Siti Khadijah

Lebih terperinci

EFFECTIVENESS OF DARK CHOCOLATE AND GINGER ON PAIN REDUCTION SCALE IN ADOLESCENT DYSMENORHEA

EFFECTIVENESS OF DARK CHOCOLATE AND GINGER ON PAIN REDUCTION SCALE IN ADOLESCENT DYSMENORHEA EFFECTIVENESS OF DARK CHOCOLATE AND GINGER ON PAIN REDUCTION SCALE IN ADOLESCENT DYSMENORHEA Rizky Amelia 1) Sandy Isna Maharani 2) rizkyamelia81@yahoo.com ABSTRACT Pain during menstruation (dysmenorrhea)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG Eva Supriatin Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKep) PPNI Jabar Jalan Ahmad Yani No. 7 Bandung 40112 evatarisa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI DI MTsN NGEMPLAK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI DI MTsN NGEMPLAK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI DI MTsN NGEMPLAK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : CHENTIA MISSE ISSABELLA 201410104217 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO angka dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE DI WILAYAH PUSKESMAS SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Devida Safitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2007 dalam Traore, 2012: 39), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya endometrium (Hamilton, 1995). Menstruasi terjadi hampir setiap 28 hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium sebagai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN T o p i k : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi Sub Topik : Konsep dasar Gangguan Haid/ Menstruasi T e m p a t : Kampus Stikes Al Irsyad Al Islamiyyah

Lebih terperinci

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Dewi Kurniawati J410

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina Korespondensi: Lilin Turlina, d/a : STIKes Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN Endang Wahyuningsih 1), Linda Puspita Sari 2) Abstrak : Anemia merupakan kelainan yang sangat sering

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENORHEA) PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENORHEA) PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENORHEA) PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS AISYIYAH NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EKA RAHMAWATI 201210201014 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X Ida Susila* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No 53 A Lamongan ABSTRAKS Premenstension

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini terjadi proses perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Pada fase ini ditandai dengan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH Mila Wiretno 1, Akmal 2, H. Indar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN. Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK

PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN. Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK Latar Belakang dalam penelitian ini adalah Menstruasi merupakan gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan

Lebih terperinci

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi Oleh : Siti Maimunah S.Kep.,Ns dan Endri Eka Yanti,S.Kep.,Ns ABSTRAK Latar belakang : Setiap remaja putri

Lebih terperinci

PENCEGAHAN NYERI HAID MELALUI PEMANFAATAN TERAPI NON-FARMAKOLOGI PADA REMAJA PUTRI SMAN I TAMBUSAI

PENCEGAHAN NYERI HAID MELALUI PEMANFAATAN TERAPI NON-FARMAKOLOGI PADA REMAJA PUTRI SMAN I TAMBUSAI PENCEGAHAN NYERI HAID MELALUI PEMANFAATAN TERAPI NON-FARMAKOLOGI PADA REMAJA PUTRI SMAN I TAMBUSAI Eka Yuli Handayani 1) Anwar Syahadat 2) 1) Program Studi DIII Kebidanan Universitas Pasir Pengaraian Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spruth), dan pada umumnya belum mencapai tahap kematangan

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI, SENAM POMPA JANTUNG DAN PENGUATAN OTOT PERUT TERHADAP PENURUNAN NYERI MENSTRUASI

UJI EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI, SENAM POMPA JANTUNG DAN PENGUATAN OTOT PERUT TERHADAP PENURUNAN NYERI MENSTRUASI 200 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 UJI EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI, SENAM POMPA JANTUNG DAN PENGUATAN OTOT PERUT TERHADAP PENURUNAN NYERI MENSTRUASI Enny Fitriahadi 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2012). Menurut Depkes RI dan Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. menstruasi. Nyeri ini sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. menstruasi. Nyeri ini sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dismenore merupakan rasa nyeri yang timbul saat menstruasi. Nyeri ini sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari dan mendorong wanita untuk melakukan pengobatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada umat manusia. Pisang berasal dari Bahasa Arab yaitu Maus. Pisang

BAB I PENDAHULUAN. kepada umat manusia. Pisang berasal dari Bahasa Arab yaitu Maus. Pisang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang merupakan pohon kehidupan karena banyak memberikan manfaat kepada umat manusia. Pisang berasal dari Bahasa Arab yaitu Maus. Pisang dimasukkan ke dalam keluarga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III

Lebih terperinci

TERAPI YOGA LEBIH EFEKTIF TERHADAP INTENSITAS DISMENORE DIBANDINGKAN SENAM DISMENORE PADA REMAJA PUTRI PONDOK PESANTREN SIROJUTH THOLIBIN BRABO GROBOGAN Manuscript Oleh : Anggi Purwaningsih NIM : G2A012047

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF WARM COMPRESS TOWARD PRIMER DYSMENORRHEAL PAIN ON THE STUDENT OF PAMENANG MIDWIFERY ACADEMIC

THE INFLUENCE OF WARM COMPRESS TOWARD PRIMER DYSMENORRHEAL PAIN ON THE STUDENT OF PAMENANG MIDWIFERY ACADEMIC 1 Jurnal Science Midwifery 2010 EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORHOE PRIMER PADA MAHASISWA THE INFLUENCE OF WARM COMPRESS TOWARD PRIMER DYSMENORRHEAL PAIN ON THE STUDENT OF PAMENANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi wanita adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh serta bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenorheayaitu nyeri di perut bagian bawah ataupun di punggung bagian bawah

BAB I PENDAHULUAN. Dismenorheayaitu nyeri di perut bagian bawah ataupun di punggung bagian bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dismenorheayaitu nyeri di perut bagian bawah ataupun di punggung bagian bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas remas (kontraksi) dalam usaha untuk mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa ini remaja mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Seseorang yang berada

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRISNA YUNI HANDAYANI NIM : 201010104157 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

Mila Nadi Rozako, Rusianah, Nuniek Nizmah F, Siska Yuliana Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan

Mila Nadi Rozako, Rusianah, Nuniek Nizmah F, Siska Yuliana Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN AL-QUR AN BUARAN

Lebih terperinci