Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini"

Transkripsi

1 Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini Andrian dan Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Alamat korespondensi: Andrian Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Kampus C Unair Mulyorejo Surabaya ABSTRACT Best age to get married is years old. Marriage at an early age has a greater risk of the occurrence of complications in pregnancy and childbirth. In the village Tembokrejo Muncar, district Banyuwangi have marriage rates at an early age is very high. In the village Tembokrejo married women aged < 20 years at 70% of the total wedding going on. This study was conducted to determine the relationship between early marriage with spontaneous abortion incidence in the region. This study uses cross-sectional study design, the collection of primary data through interviews using questionnaires, a sample of 130 married women with 65 women who got married at an early age and 65 women who marry in adulthood. Subjects drawn from a population with a simple random sampling technique. Research variable is the age of marriage, age at first pregnancy, education, knowledge, and content inspection. Count the results, χ 2 = p-value = (α < 0.05) means that there is a relationship between early marriage with the incidence of spontaneous abortion. Conclusions drawn from studies on women who do marriage at an early age have a greater risk of the incidence of complications in pregnancy compared to women who marry in adulthood. Giving an understanding of the effects of marriage on health at an early age is necessary. Keywords: marriage, early marriage, abortus, abortus spontaneous ABSTRAK Usia yang paling baik untuk menikah adalah tahun. Pernikahan pada usia dini memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi memiliki angka pernikahan pada usia dini yang sangat tinggi. Di Desa Tembokrejo perempuan yang menikah pada usia < 20 tahun sebesar 70% dari total pernikahan yang terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pernikahan usia dini dengan kejadian abortus spontan di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, sampel sebanyak 130 wanita yang sudah menikah di mana 65 wanita yang menikah pada usia dini dan 65 wanita yang menikah pada usia dewasa. Subjek ditarik dari populasi dengan teknik simple random sampling. Variabel penelitian adalah usia pernikahan, usia kehamilan pertama, pendidikan, pengetahuan, serta pemeriksaan kandungan. Hasil penelitian didapatkan χ 2 = 8,876 p = 0,003 (α < 0,05) artinya ada hubungan antara pernikahan usia dini dengan kejadian abortus spontan. Kesimpulan yang diambil dari penelitian pada wanita yang melakukan pernikahan pada usia dini memiliki risiko lebih besar terhadap kejadian komplikasi pada kehamilan dibandingkan dengan wanita yang menikah pada usia dewasa. Pemberian pemahaman tentang efek pernikahan pada usia dini terhadap kesehatan sangat diperlukan. Kata kunci: pernikahan, pernikahan usia dini, abortus, abortus spontan PENDAHULUAN Salah satu dari tujuan MDG s adalah meningkatkan kesehatan ibu yang tercantum dalam tujuan yang kelima berupa meningkatkan kesehatan ibu, dengan target penurunan AKI sebesar tiga perempat antara tahun 1990 dan 2015 serta menyukseskan pencapaian akses terhadap kesehatan reproduksi secara universal pada tahun Penyebab kematian ibu yang paling tinggi berasal dari kasus obstetri, yaitu penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lain yakni 1

2 2 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1 9 sebesar 47,3%, kemudian diikuti oleh kehamilan yang berakhir abortus sebesar 31,5%. Selain itu, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, serta akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian ibu (Depkes RI, 2007). Terdapat lima masalah penting dalam kesehatan reproduksi remaja, yaitu masalah gizi, masalah pendidikan, masalah lingkungan, masalah seks dan seksualitas, serta masalah perkawinan dan kehamilan dini (BPS, 2010 dan Wijono, 2001). Menurut UNICEF (2008) Pernikahan di usia muda disebut juga dengan child marriage, merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak-hak anak dan hak asasi manusia, yaitu hak penuh untuk bebas menentukan pernikahan. Lebih lanjut UNICEF mendefinisikan early marriage (pernikahan dini) sebagai pernikahan yang dilakukan pada usia kurang dari 18 tahun (UNICEF, 2001). Batasan pernikahan dini di Indonesia masih sulit untuk ditentukan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kebijakan mengenai usia pernikahan yang tidak kunjung menemui kata sepakat. Lebih lanjut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 menyatakan usia minimal pernikahan bagi perempuan adalah 16 tahun, sedangkan untuk pria adalah 19 tahun sementara BKKBN memberikan standar usia minimal seseorang menikah adalah 20 tahun. MDG S memasukkan angka kelahiran pada remaja sebagai salah satu indikator dari tujuan kelima dikarenakan pernikahan usia dini akan memicu aktifnya proses reproduksi pasangan muda yang ditandai dengan peristiwa kehamilan dan kelahiran. Angka kelahiran pada remaja merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya ledakan penduduk yang berimplikasi pada kesejahteraan suatu negara. Wanita yang menikah pada usia dini memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang menikah pada usia yang lebih dewasa. Pernikahan dini berkaitan erat dengan kehamilan dan kelahiran pada usia muda. Wanita yang menikah di usia muda mempunyai waktu yang lebih panjang terhadap risiko kehamilan. Semakin rendah usia seseorang wanita menjadi hamil, semakin besar risiko kesehatannya, risiko kematian akibat kehamilan dua kali lebih tinggi pada remaja perempuan usia tahun dibandingkan dengan perempuan usia tahun (WHO, 2011). Seorang wanita yang melahirkan sebelum berusia 15 tahun berisiko 5 kali lebih tinggi meninggal saat melahirkan dibandingkan dengan perempuan yang berusia 20 tahun ke atas (UNICEF, 2008). Di seluruh provinsi di Indonesia masih terdapat pernikahan pada usia dini, dengan persentase yang sangat bervariasi. Pernikahan dini pada remaja merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja. Dibandingkan dengan implikasi positif, pernikahan dini memiliki lebih banyak implikasi negatif terhadap kelangsungan hidup remaja yang mengalaminya. Implikasi negatif tersebut diantaranya risiko kematian ibu dan bayi, meningkatkan kerentanan terhadap HIV dan penyakit menular seksual lainnya, berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir prematur, menderita gangguan pertumbuhan atau kecacatan, pendidikan yang rendah, hingga tidak dapat memiliki akses yang cukup terhadap dukungan sosial. Salah satu dari beberapa Kabupaten yang memiliki angka pernikahan usia dini yang melebihi dari angka pernikahan usia dini di Propinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan di Banyuwangi sendiri angka pernikahan yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Muncar. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya budaya, pendidikan, ekonomi, teknologi, dan lain-lain. Desa di Kecamatan Muncar yang memiliki angka pernikahan pada usia dini paling besar adalah Desa Tembokrejo. Desa Tembokrejo memiliki jumlah penduduk terpadat dibandingkan dengan desa yang lain di kecamatan Muncar, yaitu jiwa per km 2. Hal ini dipicu karena tingginya angka kelahiran di desa tersebut yang disebabkan oleh pernikahan usia dini yang dilakukan oleh masyarakat di desa tersebut. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan pernikahan dini dengan kejadian Abortus Spontan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pernikahan usia dini dengan kejadian abortus spontan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

3 Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan 3 METODE PENELITIAN Desain Penelitian yang digunakan adalah desain penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita yang sudah menikah yang bertempat tinggal di Desa Tembokrejo yaitu sebanyak 8951 orang. Populasi ini kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan usia pernikahan pertama responden, yaitu kelompok wanita yang menikah pada usia dini dan kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa. Pada kelompok wanita yang menikah pada usia dini terdapat 6266 orang, pada kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa terdapat 2685 orang. Penghitungan sampel menggunakan metode simple random sampling. Setelah melakukan penghitungan dengan menggunakan metode simple random sampling didapatkan sampel untuk kelompok wanita yang menikah pada usia dini sejumlah 65 orang dan pada kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa sejumlah 65 orang. Penelitian ini dilakukan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi pada bulan Maret sampai April Data hasil wawancara diolah dengan menggunakan komputer dengan menggunakan statistik uji Chi Square Yate s Correction for Continuity. HASIL PENELITIAN Desa Tembokrejo terdapat KK dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa. Luas wilayah Desa Tembokrejo adalah 5,48 km 2. Penduduk di Desa Tembokrejo didominasi oleh suku Madura. Dari data KUA Kecamatan Muncar diketahui bahwa remaja putri di Desa Tembokrejo yang menikah pada usia dini sebanyak 6266 (70%) dari 8951 orang. Desa Tembokrejo terdapat 8 SD, 6 sekolah berstatus negeri dan 2 sekolah berstatus swasta. Selain itu juga terdapat 2 SMP yang berstatus swasta dan hanya ada satu SMA yang juga merupakan SMA swasta. Fasilitas kesehatan di Desa Tembokrejo terdapat 1 buah polindes, 1 buah puskesmas, 1 buah Puskesmas pembantu, dan 35 buah posyandu dengan tenaga kesehatan 7 orang dokter, 4 orang bidan, dan 6 orang tenaga medis lainnya. Karakteristik responden Distribusi frekuensi umur responden terbanyak pada selang tahun sebanyak 34 (26,15%) orang. Kelompok umur < 20 tahun adalah kelompok umur dengan jumlah responden paling sedikit yaitu 5 orang (3,85%). Distribusi umur berdasarkan kehamilan pertama responden diuraikan pada Tabel 2. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa usia kehamilan paling rendah adalah usia 13 tahun (2,31%) dan yang tertinggi usia 27 tahun (0,77%). Usia kehamilan pertama yang paling besar adalah usia 16 tahun (13,85%), disusul usia 17 tahun (10,77%), dan yang ke tiga usia 24 tahun (10%). Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa minimal mereka adalah lulusan SMP, sedangkan pada kelompok wanita yang menikah pada usia dini masih ada yang tidak tamat SD. Tabel 3 dapat diketahui bahwa hanya sekitar 5% remaja putri yang mengetahui efek kesehatan dari pernikahan usia dini. Responden yang lulusan perguruan tinggi saja yang mengetahui dampak kesehatan dari pernikahan usia dini. Menurut hasil wawancara dengan responden, di Desa Tembokrejo belum pernah dilakukan sosialisasi mengenai dampak dari pernikahan usia dini pada kesehatan oleh petugas terkait baik itu petugas kesehatan maupun petugas KUA. Pemeriksaan kandungan adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang ibu hamil. Dengan memeriksakan kandungan ibu hamil tersebut dapat mengetahui bagaimana kondisi dari kandungannya, sehingga dapat meminimalisir terjadinya komplikasi pada saat mengandung. Tabel 4 dapat diketahui hanya 44,62% wanita yang menikah pada usia dini yang memeriksakan kandungannya, sedangkan pada wanita yang menikah pada usia dewasa adalah 76,92%. Kondisi ini seiring dengan tingginya kejadian komplikasi kehamilan pada kelompok wanita yang menikah di usia dini. Tabel 5 dapat diketahui angka kejadian komplikasi pada wanita yang menikah pada usia dewasa hanya sebesar 6 orang (9,23%) sedangkan pada wanita yang menikah pada usia dini sebesar 23 orang (35,38). Tabel 5 diketahui bahwa risiko komplikasi pada wanita yang menikah pada usia dini hampir 4 kali lipat lebih besar dari pada wanita yang menikah pada usia dewasa.

4 4 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1 9 Tabel 6 dapat diketahui jenis komplikasi paling banyak adalah keguguran 17 orang (13,08%). Pada kelompok wanita yang menikah pada usia dini terdapat 14 orang yang mengalami keguguran, sedangkan pada wanita yang menikah pada usia dewasa hanya 3 orang. Tabel 7 dapat diketahui bahwa pada ibu hamil yang tidak memeriksakan kandungan terdapat Tabel 1. Distribusi frekuensi umur pertama kehamilan responden No. Umur Frekuensi Persentase tahun 3 2, tahun 5 3, tahun 12 9, tahun 18 13, tahun 14 10, tahun 10 7, tahun 3 2, tahun 7 5, tahun 17 13, tahun 8 6, tahun 11 8, tahun 13 10, tahun 6 4, tahun 2 1, tahun 1 0,77 Total ,14% yang tidak mengalami komplikasi dan sebesar 56,86% mengalami komplikasi pada saat kehamilan maupun pada saat melahirkan. Pada ibu hamil yang memeriksakan kandungannya tidak ada yang mengalami komplikasi pada saat mengandung atau pada saat melahirkan. Dari hasil penghitungan menggunakan uji statistik Chi Square Yate s Correction for Continuity dihasilkan χ2 = 8,876 p = 0,003 < (α = 0,05) yang berarti ada hubungan antara pernikahan dini dengan angka kejadian abortus spontan. PEMBAHASAN Menurut Abdurrahman (2008) early marriage (pernikahan dini) didefinisikan sebagai pernikahan formal maupun kesatuan informal yang dilakukan pada usia kurang dari 18 tahun, yang dianggap sebagai usia seorang perempuan belum siap secara fisik, fisiologis dan psikologis untuk menerima tanggung jawab pernikahan dan memiliki anak. Pernikahan dini (child marriage) didefinisikan sebagai penyatuan dua orang dengan salah satu pasangan berada di bawah usia 18 tahun. Usia pertama menikah bagi perempuan adalah 20 tahun dan 25 tahun bagi laki-laki Tabel 2. Distribusi frekuensi kategori usia pernikahan menurut pendidikan responden No. Pendidikan Menikah usia dini Menikah usia dewasa Frekensi % Frekuensi % Total % 1. Tidak tamat SD 11 16, ,46 2. SD 27 41, ,77 3. SMP 25 38, , ,00 4. SMA 2 3, , ,38 5. PT ,8 7 5,39 Total Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap efek pernikahan usia dini pada kesehatan No. Pengetahuan Menikah usia dini Menikah usia dewasa Total % Frekuensi % Frekuensi % 1. Tahu ,77 7 5,39 2. Tidak tahu , ,61 Total

5 Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan 5 Tabel 4. Distribusi frekuensi pemeriksaan kandungan responden No. Pemeriksaan Menikah usia dini Menikah usia dewasa Kandungan Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1. Ya 29 44, , ,8 2. Tidak 36 55, , ,2 Total Tabel 5. Distribusi frekuensi kejadian komplikasi kehamilan pertama responden No. Kejadian Menikah usia dini Menikah usia dewasa Komplikasi Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1. Ya 23 35,4 6 9, ,3 2. Tidak 42 64, , ,7 Total Tabel 6. Distribusi frekuensi jenis komplikasi yang dialami responden No. Jenis Komplikasi Menikah usia dini Menikah usia dewasa Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1. Tidak ada 42 64, , ,69 2. Keguguran Spontan 14 21,54 3 4, ,08 3. Prematur 6 9,23 2 3,08 8 6,15 4. BBLR 3 4,61 1 1,54 4 3,08 5. Cacat Meninggal Total (BKKBN, 2010), sehingga pernikahan di bawah usia 20 tahun dinyatakan sebagai pernikahan dini. Hal ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan BKKBN untuk mendewasakan usia pernikahan bagi remaja. Kurun waktu reproduksi sehat pada perempuan adalah usia tahun sehingga perempuan yang mengalami kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun akan mengalami komplikasi pada proses kehamilan atau persalinannya (Manuaba, 1998), sehingga batasan umur pernikahan dini yang dipakai pada penelitian ini adalah kurang dari 20 tahun. Dari data sekunder yang didapatkan dari KUA Kecamatan Muncar diketahui bahwa remaja putri di Desa Tembokrejo yang telah menikah sebanyak 8951 orang, dan sebanyak 6266 (70%) remaja putri di Desa Tembokrejo menikah pada usia dini. Angka tersebut lebih besar 3 kali lipat dari pada angka prevalensi kabupaten Banyuwangi sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Norma budaya sangat berpengaruh terhadap kejadian pernikahan usia dini. Di Desa Tembokrejo mayoritas penduduknya adalah Suku Madura. Salah satu budaya dari Suku Madura adalah menikahkan anak perempuannya pada usia dini. Hal tersebut juga masih terjadi di Desa Tembokrejo. Di bidang pendidikan dapat diketahui bahwa para wanita di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar ini masih ada 8,46% penduduk perempuannya yang tidak tamat SD dan hanya 35,38% hanya yang lulus SMA. Padahal menurut BPS (2007) pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Desa Tembokrejo tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya ketersediaan fasilitas pendidikan di Desa tersebut. Dari hasil observasi didapatkan bahwa di Desa Tembokrejo terdapat 8 Sekolah Dasar yang terdiri

6 6 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1 9 Tabel 7. Distribusi frekuensi komplikasi berdasarkan pemeriksaan kandungan No. Jenis komplikasi Memeriksakan kandungan Tidak memeriksakan kandungan Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % 1. Tidak ada , ,69 2. Keguguran Spontan , ,08 3. Prematur ,69 8 6,15 4. BBLR ,84 4 3,08 5. Cacat Meninggal Total dari 6 sekolah berstatus negeri dan 2 sekolah swasta, sedangkan untuk SMP/Mts dan SMA/ MA/SMK yang ada hanya sekolah berstatus swasta. Mayoritas penduduk Desa Tembokrejo adalah keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, sehingga penduduk desa Tembokrejo merasa berat untuk masuk ke sekolah swasta karena tidak punya biaya. Karena Pemerintah Kabupaten Banyuwangi hanya menggratiskan biaya pendidikan dari tingkat SD hingga SMA untuk sekolah yang berstatus negeri saja. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang untuk kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, diharapkan akan meningkatkan kemampuan mengembangkan potensi diri, perubahan sikap dan tata laku sehingga meningkatkan kedewasaan. Pendidikan merupakan faktor penentu gaya hidup dan status seseorang dalam masyarakat. Penelitian secara konsisten membuktikan bahwa pendidikan yang telah ditamatkan seorang individu berpengaruh kuat terhadap pengetahuan, selanjutnya pada perilaku yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi (BPS, 2008). Dari kurangnya pendidikan yang didapatkan, maka berdampak pada rendahnya pengetahuan dari para wanita di daerah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan dan hanya didapatkan sekitar 5,39% saja perempuan yang mengetahui dampak negatif dari pernikahan usia dini terhadap kesehatan mereka, khususnya kesehatan reproduksi mereka. Kurangnya pengetahuan mengenai dampak pernikahan usia dini pada kesehatan ini juga semakin diperparah lagi dengan tidak adanya sosialisasi dari petugas terkait. Sehingga berakibat pada tingginya angka kejadian pernikahan pada usia dini di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar yaitu sebesar 70,00% melebihi angka prevalensi dari Kabupaten Banyuwangi itu sendiri (61,27%). Padahal dampak negatif dari pernikahan dini sangat banyak. Faktor perkembangan teknologi juga bisa menjadi pemicu terjadinya pernikahan usia dini. Dengan perkembangan teknologi, maka masyarakat akan lebih mudah mengakses internet dan semakin berkembangnya gadget seperti handphone, tablet, laptop, dan lain-lain juga bisa berpengaruh dalam perubahan perilaku remaja. Dengan adanya akses internet remaja di desa tersebut dapat mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Perkembangan teknologi akan menimbulkan dampak negatif apabila tidak ada pengawasan dalam penggunaannya. Efek negatif dari perkembangan teknologi salah satunya adalah mudahnya para remaja mengakses konten pornografi dari dunia maya. Hal tersebut dapat memicu perubahan perilaku seksual dari remaja. Sehingga perkembangan teknologi memerlukan proses bimbingan dan pengawasan agar bias berdampak positif bagi masyarakat. Remaja cenderung berkeinginan kuat untuk mandiri, bebas dari aturan, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, termasuk mengenai seks. Menurut Santrock (2007) masa remaja merupakan masa eksplorasi seksual dan mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang, sehingga apabila remaja tersebut mendapatkan informasi yang salah mengenai pendidikan seksual maka akan berakibat terjadinya penyimpangan perilaku seksual pada remaja tersebut. Keguguran dalam istilah medis lebih dikenal dengan abortus. Istilah ini menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi/ pembuahan sebelum

7 Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan 7 umur kehamilan 20 minggu atau berat badan kurang dari 500 gram. Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Mochtar, 2002). Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Menurut Glasier et al. (2005) kehamilan pada usia muda sangat berisiko terhadap keguguran yang disebabkan karena belum matangnya alat reproduksi. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Misalnya: karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga non profesional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Sebagian besar kejadian abortus tidak dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan sehingga kejadian abortus sulit diketahui. Keguguran spontan diperkirakan sebesar 10% sampai 15% (Manuaba, 1998). Biasanya kejadian keguguran dilaporkan dalam angka keguguran (abortion rate). Angka keguguran ialah jumlah keguguran dalam setiap 1000 kelahiran hidup. Dilaporkan besar angka keguguran berkisar antara 8,3 sampai 15%. Angka ini diperkirakan lebih kecil daripada yang sebenarnya berdasarkan alasan-alasan di atas. Angka keguguran ini bersifat umum dan tidak memperhitungkan semua keguguran yang terjadi sejak kehamilan yang pertama. Angka keguguran yang spesifiklah jumlah keguguran dalam setiap 1000 kehamilan dihitung sejak kehamilan yang pertama pada setiap wanita yang pernah hamil pada satu populasi tertentu. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10 15%. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit (Mochtar, 1998). Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 15 40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60 75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Menurut Manuaba (2001) di Indonesia, diperkirakan sekitar 2 2,5% juga mengalami keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 per tahunnya. Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Selain itu menurut Cunningham (2005) wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, dan berat badan lahir rendah (BBLR). Angka kejadian abortus spontan pada kehamilan pertama di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar adalah 13,08%. Angka tersebut hanya untuk kejadian abortus spontan pada kehamilan pertama, sehingga untuk total angka kejadian abortus spontan yang terjadi di Desa Tembokrejo bisa lebih besar lagi. Mengingat kejadian abortus tersebut mempunyai efek pada kehamilan selanjutnya, diantaranya risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, dan berat badan lahir rendah (BBLR). Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kandungan menjadi salah satu faktor pemicu kejadian abortus spontan pada ibu hamil di Desa Tembokrejo tersebut bisa terjadi karena. Selain itu memang banyak sekali hal lain yang bisa memicu terjadinya abortus spontan diantaranya, kurangnya asupan gizi pada ibu hamil tersebut, aktivitas fisik yang berlebihan yang dilakukan oleh ibu hamil tersebut, serta masih banyak lagi penyebab dari kejadian abortus spontan. Dari hasil penghitungan menggunakan uji statistik Chi Square Yate s Correction for Continuity dihasilkan χ 2 = 8,876 p = 0,003 < (α = 0,05) yang berarti ada hubungan antara pernikahan dini dengan angka kejadian abortus spontan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Pernikahan yang dilakukan pada usia kurang dari 20 tahun pada wanita atau kurang dari 25 tahun pada pria (BKKBN, 2010). Pernikahan pada usia dini memiliki risiko yang besar dari segi

8 8 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 1 Juli 2013: 1 9 kesehatan, sosial, ekonomi dan kependudukan. Penyebab tingginya risiko yang dialami wanita yang menikah pada usia dini dikarenakan wanita yang menikah pada usia dini belum siap secara fisik, fisiologis dan psikologis untuk menerima tanggung jawab pernikahan dan memiliki anak. Pada wanita yang menikah pada usia dini memiliki risiko 2 hingga 5 kali lipat lebih besar terjadinya komplikasi pada saat kehamilan ataupun pada saat melahirkan. Hal ini disebabkan karena organ reproduksi pada wanita yang berusia di bawah 20 tahun belum siap untuk berhubungan seksual atau mengandung, sehingga jika terjadi komplikasi pada kehamilan ataupun proses kelahirannya. Wanita yang menikah pada usia dini juga berisiko mengalami kanker serviks, karena semakin muda usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus. Selain itu kondisi sel telur pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun belum begitu sempurna, sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan akan mengalami cacat fisik. Karena kurangnya pengetahuan, remaja perempuan yang menikah pada usia dini berisiko tidak mendapat atau kurangnya perawatan ketika masa kehamilan. Hal ini dikarenakan semakin muda usia pernikahan maka semakin rendah juga jenjang pendidikan yang didapat, sehingga pengetahuan yang diperoleh juga sedikit. Angka kejadian keguguran pada kelompok wanita yang menikah di usia dini di Desa Tembokrejo sebesar 21,54%, sedangkan pada kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa hanya sebesar 4,62%. Dari angka tersebut dapat diketahui bahwa pada kelompok wanita yang menikah di usia dini, risiko mengalami keguguran 5 kali lebih besar daripada kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa. Penyebab tingginya angka keguguran pada wanita yang menikah pada usia dini dikarenakan banyak faktor, diantaranya faktor fisik, rahim dari wanita yang hamil pada usia dini masih belum siap untuk tempat tumbuhnya janin. Dinding rahim pada wanita yang menikah di usia dini masih kurang kuat untuk menyangga janin yang berkembang di dalamnya, sehingga risiko terjadinya keguguran sangat tinggi. Selain itu masa pertumbuhan wanita sampai usia 20 tahun, sehingga apabila terjadi kehamilan pada usia di bawah 20 tahun. Sehingga akan terjadi kebutuhan nutrisi yang meningkat dua kali lipat lebih besar dari yang dibutuhkan karena janin yang dikandung juga memerlukan nutrisi yang besar untuk tumbuh. Jika kebutuhan nutrisi tersebut tidak terpenuhi akan terjadi komplikasi pada kehamilannya antara lain bisa terjadi keguguran, bayi lahir prematur, BBLR, bayi lahir dengan kondisi cacat (fisik maupun mental), dan bisa menyebabkan kematian bayi. Selain itu faktor mental juga berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi pada kehamilan. Remaja adalah masa untuk pencarian jati diri, sehingga pola pikir mereka masih labil. Apabila ibu hamil tersebut mentalnya belum siap untuk hamil maupun mempunyai anak, juga akan bisa memicu terjadinya keguguran pada kandungannya. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Angka pernikahan pada usia dini di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi masih sangat tinggi yaitu sebesar 70%. 2. Pengetahuan masyarakat Desa Tembokrejo mengenai dampak dari pernikahan usia dini pada kesehatan masih rendah yaitu hanya sebesar 5,39%. Tidak pernah ada sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait pada warga desa Tembokrejo mengenai dampak negatif dari pernikahan usia dini pada kesehatan. 3. Angka prevalensi kejadian abortus spontan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi sebesar 13,08%. Angka prevalensi kejadian abortus pada kelompok wanita yang menikah pada usia dini sebesar 21,54%. Angka prevalensi kejadian abortus pada kelompok wanita yang menikah pada usia dewasa sebesar 4,62%. 4. Terdapat hubungan antara pernikahan usia dini dengan angka kejadian abortus spontan di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

9 Andrian dan Kuntoro, Abortus Spontan pada Pernikahan 9 Saran 1. Institusi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja lebih aktif untuk menjalankan perannya mengingat angka pernikahan dini masih sangat tinggi khususnya di Desa Tembokrejo Muncar, dan juga masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak dari pernikahan usia dini. 2. Tenaga kesehatan khususnya di Desa Tembokrejo memberikan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat serta memberikan contoh nyata kepada remaja putri di wilayahnya. 3. Mengamandemen Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengenai usia minimal pernikahan karena masih sangat rendah. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, E.H Pola Perkawinan dan Perceraian di Jawa Barat. Warta Demografi, Vol. 38, No. 4, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pendewasaan Usia Perkawinan & Hak-hak Reproduksi bagi Remaja Indonesia. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Badan Pusat Statistik Sensus Penduduk Januari 5, Badan Pusat Statistik Profi l Kesehatan Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Badan Pusat Statistik Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Statistik Kesejahteraan Rakyat Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia. Cunningham, F.G Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Profi l Kesehatan Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Glasier, A. & Gebbie, A Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. EGC: Jakarta. Manuaba, I.B.G Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana. Jakarta. EGC. Manuaba, I.B.G Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG. Mochtar, R Sinopsis Obstetri Edisi. Jakarta: EGC. Mochtar, R Sinopsis Obstetri Edisi 2. Jakarta: EGC. Santrock, J.W Remaja, Edisi 11 (Bennedictine Widyasinta, Penerjemah). Jilid 1. Jakarta: Erlangga. UNICEF Early Marriage Child Spouses. Innocenti Digest, No. 1, Maret Desember digest7e.pdf UNICEF The State of the World s Children New York: United Nations Children s Fund. Wijono, W Implementasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial. Majalah Kesehatan Perkotaan, VIII, No. 2,

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA PENELITIAN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA Sutarmi*, Mardiana Zakir** WHO memperkirakan resiko klematian akibat kehamilan dan persalinandi usia 15 sampai 19 tahun 2 kali

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA (Survei Pada Ibu Usia Kurang 20 tahun di Desa Wonoharjo Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis) Susi Aprilyanti 1) Nur Lina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 Antika Putri 1 Marlina 2 Ulfah Jamil 3 Intisari Abortus merupakan penghentian kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG Sri Rahayu Universitas Singaperbangsa Karawang 1,2 Jl. HS Ronggowaluyo Teluk Jambe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Children's Emergency Fund (WHO dan UNICEF 2004), berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. Children's Emergency Fund (WHO dan UNICEF 2004), berat badan lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization dan United Nations International Children's Emergency Fund (WHO dan UNICEF 2004), berat badan lahir masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu dari 8 tujuan pembangunan millenium atau MDG s (Millenium Development Goals) yang terdapat pada tujuan ke 5 yaitu

Lebih terperinci

Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe

Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Faktor Penyebab di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Causes of Early Marriage in Sampara Village Konawe Wa Ana Sari, Yanti Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna. Abstrak

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir zaman primitif dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia 14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu (Kemenkes RI, 2015). AKI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

Lebih terperinci

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG Dian Hanifah Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang Jalan R. Panji Suroso No. 6 Malang Telp. 0341-488 762

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012 HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012 Rosmeri Bukit Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekan Baru Korespondensi penulis :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya

Lebih terperinci

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TERJADINYA PARTUS LAMA EFFECT OF EARLY MARRIAGE OF OCCURRENCE PARTUS

PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TERJADINYA PARTUS LAMA EFFECT OF EARLY MARRIAGE OF OCCURRENCE PARTUS PENGARUH PERNIKAHAN DINI TERHADAP TERJADINYA PARTUS LAMA EFFECT OF EARLY MARRIAGE OF OCCURRENCE PARTUS Nur Hidayati, Juni Setiawan Akademi Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo Email : nurhidayati@akbidibrahimy.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang kesehatan yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Meluasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015. Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015 Oleh : VINOSHINI A/P VIGNESVARAN 120100475 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Alumni S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **)

Alumni S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Hubungan Antara Persepsi Wanita... - Ifa K, Eti R, Retno AS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI WANITA YANG MENIKAH DINI (< 20 TAHUN) TENTANG PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN USIA MENIKAH WANITA DI DESA KEBUMEN KECAMATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN Khotijah, Tri Anasari, Amik Khosidah Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Prodi D3 Kebidanan Email : dindaamik@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2012-2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Wahyuni Kartika Sari 201410104317 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH Supiati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan Abstract: Age, Parity, Incidence of LBW. One indicator

Lebih terperinci

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012 Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012 Tirta A, Dewiarti AN, Wahyuni A Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka kematian ibu dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan reproduksi wanita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan bukanlah suatu nilai akhir melainkan lebih merupakan nilai instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari tercapainya tujuan yang

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD)

Lebih terperinci

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat Yosita Putri Mayliana, Sutanto Priyo Hastono Yosita Putri Mayliana : Peminatan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Sutaryono 2), Sri Lestari 3) STIKES Muhammadiyah Klaten ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Arum Yuliasari 201310104148

Lebih terperinci

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang PERBEDAAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA SISWA SISWI SMP DENGAN PIK-KRR DAN SISWA SISWI SMP TANPA PIK-KRR DIWILAYAH KABUPATEN BLITAR (STUDI KOMPARATIF) Lilik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PENERAPAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016

HUBUNGAN PERSEPSI PENERAPAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016 HUBUNGAN PERSEPSI PENERAPAN FUNGSI KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016 Alfin Audina, Sri Winarni, Dharminto, Atik Mawarni Bagian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014 ARTI KEL PENELI 39 38 37 36 35 TI AN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014 Rafidah 1), Tut Barkinah 2), Erni Yuliastuti 3) 1,2,3) Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Lebih terperinci

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA PARITY RELATIONSHIP WITH ANXIETY LEVEL TRIMESTER PREGNANT WOMEN AT III IN HEALTH TEGALREJO YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam masa perkembangan dan penyesuaian

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Atik Purwandari, Freike Lumy, Feybe Polak Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R.W. Mongisidi Malalayang II Manado ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

SIKAP DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI

SIKAP DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI SIKAP DAN STATUS EKONOMI DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI Kumaidi 1) Yuliati Amperaningsih 1) 1) Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Abstract: Attitude and ekonomics status with

Lebih terperinci

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nurudin Santoso,ST.MT Oleh : Kelas I A Briana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi HUBUNGAN PARITAS DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI RS. KIA KOTA BANDUNG BULAN SEPTEMBER 2011 Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang

Lebih terperinci

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK 60 Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya Oleh : Septi Handayani ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk meningkatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015 ABSTRAK Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Bone Tahun 2015 Yunita 1, Esse Puji Pawenrusi 1, Hamzah Tasa 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru dalam periode pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Yuyun Elitasari 201410104324

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempertahankan keluarga (Biresaw, 2014). Pernikahan dapat terjadi pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempertahankan keluarga (Biresaw, 2014). Pernikahan dapat terjadi pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan sosial yang menyatukan orang dalam satu bentuk ketergantungan khusus untuk tujuan membentuk dan mempertahankan keluarga (Biresaw,

Lebih terperinci

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur) Hubungan antara pendampingan..( Abd. Halim, Fajar, Nur) HUBUNGAN ANTARA PENDAMPING PERSALINAN, UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL MENJELANG PERSALINAN DI KLINIK KESEHATAN IBU

Lebih terperinci

PERSEPSI PASANGAN USIA MUDA TENTANG KEHAMILAN DI DESA AGEL KECAMATAN JANGKAR KABUPATEN SITUBONDO FARIDATUL ISLAMIYAH NIM

PERSEPSI PASANGAN USIA MUDA TENTANG KEHAMILAN DI DESA AGEL KECAMATAN JANGKAR KABUPATEN SITUBONDO FARIDATUL ISLAMIYAH NIM PERSEPSI PASANGAN USIA MUDA TENTANG KEHAMILAN DI DESA AGEL KECAMATAN JANGKAR KABUPATEN SITUBONDO FARIDATUL ISLAMIYAH NIM. 10002360 Subject : Persepsi, Pasangan Usia Muda, Kehamilan Description : Resiko

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nur Khasananh Prodi D-IV Bidan Pendidik UNRIYO ABSTRAK Pernikahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN Sophie Devita Sihotang*, Nunung Febriany** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. 1 Berdasarkan data dari WHO dan United

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian pada bayi dan anak ialah BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah) selain gangguan selama perinatal. BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah) adalah

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS SIMO BOYOLALI

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS SIMO BOYOLALI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS SIMO BOYOLALI Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang; Angka anemia pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2007-2008 Afriyani Kurniawati Putri¹, Ismarwati², Warsiti³ Intisari: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3 FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3 1 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta,

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.1 Okt 2012 Hal KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANGAN KASUARI RSU ANUTAPURA PALU

Promotif, Vol.2 No.1 Okt 2012 Hal KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANGAN KASUARI RSU ANUTAPURA PALU KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANGAN KASUARI RSU ANUTAPURA PALU Elsye Theresia Akademi Kebidanan Palu Yayasan Pendidikan Cendrawasih ABSTRAK Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Enderia Sari Prodi D III KebidananSTIKesMuhammadiyah Palembang Email : Enderia_sari@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut angka statistik terdapat sekitar 1 milyar remaja di dunia dan 85%nya berada di negara berkembang. Remaja memiliki peranan yang sangat penting akan keberlangsungan

Lebih terperinci

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK 1 ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³ This study aimed to determine the effect of education

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal s (MDG s) Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN Dwi Herman Susilo Akademi Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLI KIA PUSKESMAS TUMINTING

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLI KIA PUSKESMAS TUMINTING HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLI KIA PUSKESMAS TUMINTING Asri Wanda K Hendro Bidjuni Vandri Kallo Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH TERJADINYA RESIKO KEHAMILAN DI USIA REMAJA PADA SISWA SMA SWASTA X BANJARMASIN Mambang 1, Anggrita Sari 1, Ika Hariati 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT (THE RELATION BETWEEN THE CHARACTERISTICS OF PREGNANT WOMEN WITH CHRONIC SHORTAGE OF ENERGY IN THE EVENT OF HEALTH ABORTION BANJARHARJO BREBES DISTRICT YEAR 2013) Dea Riskha Fitriliana 1 1 ) Dosen tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang sangat besar bagi setiap wanita (Rusli, 2011). Kehamilan dan

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang sangat besar bagi setiap wanita (Rusli, 2011). Kehamilan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran seorang anak merupakan anugerah bagi setiap keluarga, banyak harapan yang tumbuh saat mengetahui seorang wanita hamil karena kehadiran seorang anak

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINDAKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP NEGERI 9 MANADO. Junita Ch. Wenas*, Adisti A. Rumayar*, Grace D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Aat Agustini ABSTRAK ibu yang mengalami

Lebih terperinci