EVALUASI KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWA (PE), DI PETERNAKAN UNGGUL, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWA (PE), DI PETERNAKAN UNGGUL, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 EVALUASI KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWA (PE), DI PETERNAKAN UNGGUL, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ABDUL ROSID H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 RINGKASAN ABDUL ROSID. Evaluasi Kelayakan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (PE), di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sekripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (DI bawah bimbingan HARMINI). Adanya penetapan kebijakan diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah didorong untuk mampu mengembangkan komoditas unggulan sebagai sumber pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Salah satu komoditas pada subsektor peternakan yang mulai dikembangkan pemerintah daerah khusunya propinsi Jawa Barat adalah kambing perah. Selain itu pengembangan kambing perah didukung dengan adanya sumber daya ternak kambing lokal yang berkualitas dan adaptif terhadap kondisi lingkungan yang panas dan lembab. Indikator peningkatan pembangunan subsektor peternakan dapat dilihat dengan adanya indikasi bertambahnya populasi ternak pada komoditas yang ada. Penyebaran populasi ternak kambing dari tahun ke tahun umumya terjadi peningkatan. Peningkatan terbesar populasi kambing terjadi di propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu daerah sentra ternak kambing nasional. Hal ini terlihat bahwa Propinsi Jawa Tengah merupakan populasi kambing terbesar di Indonesia, yaitu mencapai ekor pada tahun 2007 (data sementara). Sedangkan Jawa Barat berada pada urutan ketiga terbesar, sebanyak ekor setelah propinsi Jawa Timur. Berdasarkan jumlah populasi terbesar ketiga nasional tersebut dapat dikatakan bahwa ternak kambing merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi Jawa Barat yang masih berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan agribisnis peternakan khususnya kambing perah PE di Kabupaten Bogor dapat dijadikan sebagai pengembangan sentra usaha komoditi unggulan. Angka populasi ternak kambing PE yang berada di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra perkembangan populasi ternak kambing perah di Kabupaten Bogor. Data dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor pada tahun 2007 menjelaskan bahwa Kecamatan Ciampea, terjadi peningkatan jumlah populasi kambing perah cukup signifikan mencapai 129,26 persen diantara kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah populasi tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan usaha ternak kambing keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :1) Menganalisis kelayakan usaha Peternakan Unggul dari aspek kelayakan finansial dan non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial). 2) Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha kambing perah PE terhadap perubahan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya dari usaha tersebut. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek budidaya kambing perah PE secara umum meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan aspek

3 sosial Peternakan Unggul. Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial pengusahaan kambing unggul, analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP) dan analisis Switching value. Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan program komputer Ms. Excel. Analisis yang dilakukan terhadap aspek non finansial penting untuk dilakukan karena dapat memberikan gambaran terhadap usaha yang akan maupun sedang dijalankan. Walaupun aspek non finansial belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang menjadi acuan untuk diteliti. Namun pada penelitian ini yang dilakukan terhadap aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Hasil analisis kriteria kelayakan finansial, usaha Peternakan Unggul berdasarkan dua skenario menunjukan Skenario I dilihat dari kriteria NPV, IRR, net B/C dan PBP lebih menguntungkan dibandingkan dengan Skenario II: masingmasing nilai yang diperoleh NPV sebesar Rp , IRR: 127 persen, Net B/C: 5,77 dan PBP: 2,01 tahun atau setara dengan dua tahun, tiga hari. Skenario II hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah Rp IRR : 44 persen, Net B/C : 1,61 dan PBP : 6,88 tahun, setara dengan enam tahun sepuluh bulan,enam belas hari. Analisis Switching Value pada skenario I diperoleh tingkat penurunan harga susu yang dapat ditolerir sebesar 30,16 persen, dan kenaikan biaya yang dapat ditolerir sebesar 55,43 peersen. Sedangkan skenario II diperoleh tingkat kepekaan terhadap penurunan harga susu kambing sebesar 13,03 persen, sedangkan peningkatan biaya variabel diperoleh sebesar 18,52 persen. Hasil perbandingan tersebut menunjukan skenario II lebih peka atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga susu maupun kenaikan biaya variabel. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang akan dijalankan semakin berrisiko. Perbandingan Switching Value usaha Peternakan Unggul. Penyebab skenario II lebih peka/sensitif dibandingkan skenario I, dikarenakan pada skenario II kemampuan usaha kambing perah PE dengan kapasitas kandang sebanyak 50 ekor ternak kambing dan kemampuan investasi awal sebnnyak 21 ekor, penerimaan outflow yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan inflow yang dihasilkan sehingga kurang efisien menggunakan biaya investasi yang ditanamkan.

4 EVALUASI KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWA (PE), DI PETERNAKAN UNGGUL, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ABDUL ROSID H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

5 Judul Skripsi : Evaluasi Kelayakan Usaha Ternak kambing Perah Peranakan Etawa (PE), Di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Nama : Abdul Rosid NIM : H Disetujui, Pembimbing Ir. Harmini, MSi NIP Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus:...

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Evaluasi Kelayakan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (PE), di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2009 Abdul Rosid H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 15 Maret Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alih Jeran dan Ibu Aisah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Strada Bekasi pada tahun1997 dan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Strada Bekasi. Lulus dari SLTP penulis langsung melanjutkan ke SMK Negeri 1 Cibadak, Sukabumi dan lulus pada tahun Ditahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Diploma III, Pengelola Perkebunan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Reguler dan lulus pada tahun Setelah lulus dari Diploma III penulis mendapat kesempatan melanjutkan pada Jenjang Strata Satu (S1) Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan penulis aktif sebagai pengurus himpunan propesi mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB tahun Tim pemberdayaan masyarakat desa IPB masa bakti Assessment team lahan perkebunan di PT Baris Agro tahun Pengurus Keluaga Muslim Ekstensi, Serta asisten dosen di Universitas Al- Zaytun Indonesia pada Fakultas Pertanian Terpadu tahun 2009.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Kelayakan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (PE), di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha di Peternakan Unggul baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan dan kendala yang dihadapi penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak ke arah penyempurnaan skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi pelaku usaha peternak kambing perah, pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Bogor, September 2009 Abdul Rosid

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Kelayakan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (PE), Di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat kelulusan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Harmini, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, motivasi dan arahannya selama penulis menyusun skripsi ini. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM dan Etrya, SP. MM selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunnya serta memberikan kritik, saran maupun masukan demi menyempurnakan penelitian ini. 3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS sebagai dosen evaluator pada kolokium rencana penelitian yang telah memberikan masukan dan saran sebagai bekal turun lapang. 4. Jumadi atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi yang telah memberikan masukan dan koreksi untuk penyempurnaan hasil skripsi ini 5. Orang tua tercinta, abang Samin, Limih, Rusman serta seluruh keluargaku atas doa dan dukungannya selama penulis menyelesaikan kuliah di IPB, semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Keluarga Dr.Ir. Hariyadi MS, Ibu Yuli Nurlestari, SE. MM beserta keluarga atas motivasi dan dukungannya selama penulis penyelesaikan kuliah. 7. Bapak Wisnanto selaku pemilik Peternakan Unggul, trimakasih atas diskusi, pengalaman dan kesempatan yang diberikan kepada penulis melakukan penelitian. 8. Wahyu Dwihartanto, Dewintha Stani, Surahmat,Nike Irawati, Ai maslihah, Bembi, Arief Rivai, Ragel, Amir Elbani, Risman, Nuning, Yosi, Ajen Mukarom, Ayila, Tessa Magrianti, Kang Husein trimakasih atas bantuan, saran, diskusi dan masukannya selama penulis menyelesaikan kuliah di IPB.

10 9. Teman teman PLP, Keluarga Besar Asrama Kalsel, Keluarga Besar Muslim Ekstensi Institut Pertanian Bogor beserta Pembina, Seluruh Staf dan dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, teman-teman Ekstensi khusunnya angkatan satu atas kebersamaan dan perjuangannya yang telah kita lalui semoga rasa kekeluargaan dan kebersamaan tetap terjaga. 10. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, September 2009 Abdul Rosid

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman v vii viii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternaan Kambing Perah Klasifikasi Biologi dan Karakteristik Kambing PE Budidaya Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Aspek-aspek Analisis Kelayakan Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Operasional.. 22 IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Asumsi Dasar. 30 V GAMBARAN UMUM Sejarah dan Perkembangan Lokasi Peternakan Keadaan Penduduk Kecamatan Ciampea VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Permintaan ,1.2 Penawaran... 40

12 6.1.3 Analisis Pesaing dan Peluang Pasar Bauran Pemasaran Analisis Aspek Pasar Aspek Teknis Lokasi Produksi Teknis Budidaya Produksi susu Tenaga Kerja Aspek Manajemen Aspek Sosial VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Inflow Outflow Analisis Kelayakan Finansial Analisis Switchinng value VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 76

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Populasi Ternak Menurut Jenis di Kabupaten Bogor Tahun Populasi Kambing Perah di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun Perkembangan Konsumsi Susu Per Kapita Per Tahun di Indonesia Tahun Perbandingan Komposisi Susu Sapi, Susu Kambing, dan Air Susu Ibu Per 100 gram 5 5. Jumlah Pemberian Pakan Berdasarkan Kondisi Pertumbuhan Kambing Luas Wilayah Setiap Desa di Kecamatan Ciampea Tahun Luas Lahan (Ha) Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ciampea Tahun Jumlah Penduduk dan Kepala Keluaarga di Kecamatan Ciampea Tahun Jumlah Penduduk di Kecamatan Ciampea Berdasarkan Umur Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencharian Tahun Estimasi Produksi Susu Kambing di Peternakan Unggul Estimasi Penerimaan Penjualan Anak Kambing Per Tahun Biaya Investasi pada Peternakan Unggul Biaya Re-Investasi Usaha Peternakan Unggul Rincian Biaya Tetap Usaha Peternakan Unggul Angsuran Pembayaran Pinjaman Usaha Peternakan Unggul

14 17. Rincian Biaya Konsentrat Per Ekor Per Hari Hasil Kriteria Kelayakan Usaha Pada Skenario Perbandingan Hasil Kelayakan Usaha Pada Dua Skenario Perbandingan Hasil Switching Value Usaha Peternakan Unggul... 71

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Oprasional Kemasan Susu Murni di Peternakan Unggul Kandang Tipe Panggung di Peternakan Unggul Pemberian Pakan Ampas Kedelai Kegiatan Sanitasi Kandang di Peternakan Unggul... 51

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisoner Estimasi perkembangan Populasidan Produksi Kambing PE Biaya investasi, penyusutan dan nilai sisia Usaha peternakan Unggul Rincian Biaya variabel Usaha Peternakan Unggul Laba Rugi Skenario I Cashflow skenario I Switching Value penurunan harga susu (Skenario I) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel (Skenario I) Estimasi Perkembangan Populasi danproduksi Kambing PE (Skenario II) Biaya Investasi, Penyusutan dan Nilai Sisa (Skenario II) Estimasi Penerimaan Usaha Peternakan Unggul (Skenario II) Rincian Biaya Variabel (Skenario II) Cashflow skenario II Laba Rugi Skenario II Switching Value penurunan harga susu (Skenario II) Switching Value Kenaikan Biaya Variabel (Skenario II)

17 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adanya penetapan kebijakan diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah didorong untuk mampu mengembangkan komoditas unggulan sebagai sumber pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Salah satu komoditas pada subsektor peternakan yang mulai dikembangkan pemerintah daerah kusunya propinsi Jawa Barat adalah kambing perah. Selain itu pengembangan kambing perah didukung dengan adanya sumber daya ternak kambing lokal yang berkualitas dan adaptif terhadap kondisi lingkungan yang panas dan lembab. Indikator peningkatan pembangunan subsektor peternakan dapat dilihat dengan adanya indikasi bertambahnya populasi ternak pada komoditas yang ada. Menurut BPS Peternakan (2007) penyebaran populasi ternak kambing dari tahun ke tahun umumya terjadi peningkatan. Peningkatan terbesar populasi kambing terjadi di propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu daerah sentra ternak kambing nasional. Hal ini terlihat bahwa Propinsi Jawa Tengah merupakan populasi kambing terbesar di Indonesia, yaitu mencapai ekor pada tahun 2007 (data sementara). Sedangkan Jawa Barat berada pada urutan ketiga terbesar, sebanyak ekor setelah propinsi Jawa Timur. Berdasarkan jumlah populasi terbesar ketiga nasional tersebut dapat dikatakan bahwa ternak kambing merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi Jawa Barat yang masih berpotensi untuk dikembangkan. Populasi kambing perah Peranakan Etawa (PE) di Kabupaten Bogor relatif lebih kecil dibandingkan jumlah populasi jenis ternak lainnya, namun berdasarkan informasi data tersebut (Tabel 1) memperlihatkan perkembangan ternak kambing PE merupakan ternak yang mengalami peningkatan populasi tertinggi di Kabupaten Bogor mencapai 51,01 persen dibandingkan dengan jenis ternak lain seperti sapi, kerbau, domba, babi, ayam dan sebagainya. Informasi khusus mengenai perkembangan populasi kambing (perah) di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

18 Tabel 1. Populasi Berbagai Jenis Ternak di Kabupaten Bogor Tahun No Jenis Ternak Jumlah Populasi (ekor) Tahun 2006 Tahun 2007 Pertumbuhan (%) 1 Sapi Potong ,01 2 Sapi Perah ,83 3 Kerbau ,51 4 Kambing PE ,01 5 Kambing Non PE ,46 6 Domba ,51 7 Babi ,37 8 Ayam Ras Petelur ,33 9 Ayam Ras Pedaging ,52 10 Ayam Ras Pembibit ,50 11 Ayam Buras ,18 12 Itik ,43 13 Puyuh Aneka Ternak - Kuda - Kelinci - Kera Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008) 5,42 39,78-3,40 Pengembangan agribisnis peternakan khususnya kambing perah PE di Kabupaten Bogor dapat dijadikan sebagai pengembangan sentra usaha komoditas unggulan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya (Tabel 1), angka populasi ternak kambing PE yang berada di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan, sedangkan daerah mana saja di Kabupaten Bogor yang merupakan sentra produksi susu kambing dapat dilihat pada Tabel 2. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra perkembangan populasi ternak kambing perah di kabupaten Bogor. Data dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor pada tahun 2007 menjelaskan bahwa Kecamatan Ciampea, terjadi peningkatan jumlah populasi kambing perah cukup signifikan mencapai 129,26 persen diantara kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah populasi tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan usaha ternak kambing keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat.

19 Tabel 2. Populasi Kambing Perah di Beberapa Daerah Sentra di Kabupaten Bogor Tahun Populasi (ekor) Persentase Kecamatan Perkembangan (%) Cijeruk ,69 Caringin ,18 Ciampea ,26 Pamijahan ,95 Cigombong ,74 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008) Kambing perah merupakan ternak dwiguna, selain susu sebagai produk utama, daging dan produk sampingan seperti kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Usaha ternak kambing perah dapat dijadikan sebagai ternak alternatif diversifikasi hasil peternakan selain sapi, karena terbatasnya daerah yang sesuai untuk pengembangan sapi perah di Indonesia. Namun, hanya kambing perah tertentu yang dapat menghasilkan susu kambing, karena mengingat tidak semua jenis kambing dapat menghasilkan susu secara kontinyu dan produktivitas susu dalam jumlah yang banyak. Salah satu jenis kambing yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah kambing PE. Dilihat dari kebutuhan konsumsi susu, umumnya terjadi peningkatan baik susu segar maupun susu olahan (Tabel 3). Peningkatan populasi penduduk dan pendapatan masyarakat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi susu per kapita. Konsumsi susu baik susu olahan maupun susu segar pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 10,47 kg per tahun per kapita dibandingkan pada tahun sebelumya. Masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi susu kambing dalam bentuk susu segar. Secara khusus jumlah konsumsi susu segar per tahun per kapita termasuk didalammya susu kambing terjadi peningkatan, pada tahun 2005 sebesar 0,1 kg menjadi 0,16 kg per tahun per kapita.

20 Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Produk Susu Per Kapita Per Tahun di Indonesia Tahun No. Jenis Produk Tahun/(kg) Susu segar 0,10 0,16 2 Susu cair pabrik 0,12 0,14 3 Susu kental manis 1,10 1,10 4 Susu bubuk 4,59 5,16 5 Susu bubuk bayi 3,90 3,90 6 Keju 0,01 0,00 7 Hasil lain dari susu 0,01 0,01 Total konsumsi Susu 9,82 10,47 Sumber : BPS Peternakan (2007) Keunggulan susu kambing perah dibandingkan susu yang bersumber dari susu sapi, susu kambing mudah dicerna dan tidak menimbulkan gangguan pencernaan bagi mereka yang alergi mengkonsumsi susu sapi. Susu segar yang biasa dikonsumsi masyarakat adalah susu sapi. Keberadaan ternak kambing perah sebagai ternak ruminansia kecil berpotensi sebagai penghasil susu selain sapi yang umumnya kita kenal. Susu segar yang dimaksud adalah tanpa adanya penambahan atau pengurangan suatu apapun kandungan alami dari susu tersebut yang dihasilkan dari pemerahan. Dari sisi kandungan nutrisi, susu kambing memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan susu sapi (Tabel 4). Selain sebagai sumber minuman bernutrisi susu kambing juga diyakini dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti gangguan pernafasan dan lambung. Perbandingan komposisi kimia antara susu sapi, susu kambing dan air susu ibu (ASI), kandungan kimia susu kambing memiliki keunggulan dibandingkan susu lainnya, komposisi kimia tersebut diantaranya kandungan Protein, Kalsium, Magnesium, Natrium, dan Niacin dimana kandungan kimia tersebut dibutuhkan oleh tubuh manusia.

21 Tabel 4. Perbandingan Komposisi Susu Sapi, Susu Kambing, dan Air Susu Ibu Per 100 gram Komposisi Kimia Satuan Susu Sapi Susu Kambing Air Susu Ibu Protein gram 3,3 3,6 1,0 Lemak gram 3,3 4,2 4,4 Karbohidrat gram 4,7 4,5 6,9 Kalori kal Fosfor gram Kalsium gram Magnesium gram Besi gram 0,05 0,05 0,03 Natrium gram Kalium gram Vitamin A IU Thiamin mg 0,04 0,05 0,014 Riboflavin mg 0,16 0,14 0,04 Niacin mg 0,08 0,28 0,18 Vitamin B6 mg 0,04 0,05 0,01 Sumber : US Department of Agriculture dalam Sutama dan Budiarsana (1997) Susu kambing memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga susu sapi. Sebagai informasi harga susu kambing ditingkat konsumen di luar Jakarta sudah mencapai Rp /liter sedangkan harga susu sapi hanya berkisar Rp /liter (Sodiq dan Abidin 2008). Bahkan peternak kambing perah di wilayah Bogor, Dwi Susanto mampu menjual harga susu kambing mencapai /liter) 1. Harga jual susu kambing yang tinggi menjadikan insentif bagi peternak untuk mengembangkan usaha kambing perah. Tingginya harga susu kambing adalah karena susu kambing dijadikan sebagai minuman obat dan bahan baku untuk kecantikan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh masih sedikitnya peternak yang mengusahakan ternak kambing, sehingga menyebabkan pasokan susu terbatas. Adanya peluang bisnis usaha ternak kambing perah di Kecamatan Ciampea Bogor menjadikan daya tarik investor untuk berinvestasi. Pemilik Peternakan Unggul adalah salah seorang yang mampu membaca peluang bisnis tersebut dengan mendirikan peternakan yang khusus memelihara jenis kambing PE. Peternakan ini terletak di Kecamatan Ciampea yang merupakan salah satu 1 Adijaya, Dian. Tangguk Rezeki dari Susu Kambing. Trubus no 468 edisi november 2008.

22 daerah sentra produksi susu kambing. Dengan hadirnya usaha Peternakan Unggul, diharapkan tidak hanya menguntungkan bagi peternaknya sendiri, tetapi juga memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar dan sebagai pemasukan pendapatan pemerintah daerah setempat. 1.2.Perumusan Masalah Kambing perah merupakan ternak yang bersifat dwiguna selain penghasil susu sebagai produk utama juga dapat dimanfaatkan dagingnya. Kandungan susu kambing memiliki nutrisi yang cukup baik. Adanya peningkatan konsumsi susu per kapita per tahun, dan memiliki harga jual yang cukup tinggi, menjadikan daya tarik pelaku usaha untuk memasuki usaha kambing perah dengan harapan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnnya. Peternak Kambing Unggul dalam menjalankan usaha tersebut, belum melakukan analisis kelayakan terhadap usaha yang sedang dijalankan. Manfaat dengan melakukan analisis kelayakan bagi pelaku usaha dapat mengetahui apakah usaha yang dijalankan mendatangkan keuntungan atau kerugian serta sebagai informasi bagi investor maupun pelaku usaha melakukan investasi pada komoditi peternakan, khususnya kambing perah peranakan etawa, selain itu pengembangan dan pengusahaan kambing PE tersebut membutuhkan waktu tidak sebentar dalam penanaman modal investasi yaitu selama lima tahun. Biaya investasi yang dikeluarkan seperti biaya pembangunan kandang, pengadaan bibit kambing PE, pengeluaran untuk biaya produksi membutuhkan modal yang besar serta setiap usaha dihadapi adanya risiko. Risiko yang dihadapi seperti adanya pesaing antar produsen susu kambing, tingkat kematian ternak akibat penyakit ternak, perubahan harga input, ketersediaan pakan, perubahan ekonomi suatu negara seperti sekarang ini terjadi krisis global. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana kelayakan pengusahaan ternak kambing perah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kelayakan investasi pengusahaan ternak kambing perah ini, apakah sudah layak diusahakan dilihat dari aspek finansial dan non finansial?

23 2. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan pengusahaan kambing perah apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha Kambing Perah Peranakan Etawa di Peternakan Unggul dari aspek kelayakan finansial dan non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial) 2. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha kambing perah PE terhadap perubahan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya dari usaha tersebut Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi pemilik usaha kambing perah mengenai kelayakan usaha tersebut demi keberlangsungan usahanya. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di subsektor peternakan secara nyata. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau rujukan sebagai informasi pengusahaan kambing perah, serta sebagai pertimbangan ketika terjun ke dunia usaha atau pemilihan bisnis dalam pengambil keputusan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji aspek yang berkepentingan langsung dengan perusahaan, sehingga penelitian ini mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial. Kriteria kelayakan untuk aspek pasar ditinjau dari komponen potensi pasar dan bauran pemasaran yang dijalankan perusahaan. Kriteria kelayakan untuk aspek teknis ditinjau dari komponen lokasi produksi, tata letak tempat produksi, perencanaan dan proses

24 budidaya. Kriteria kelayakan untuk aspek manajemen ditinjau dari komponen manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi perusahaan. Kriteria investasi aspek finansial yang digunakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PBP).

25 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Kambing Perah Peternakan adalah usaha manusia untuk mendayagunakan hewan bagi kesejahteraan umat manusia. Kegunaan yang diperoleh manusia dari ternak yang dipeliharanya, antara lain tenaga kerja, makanan berupa daging, telur dan susu, olah raga dan rekreasi, serta kotorannya yang digunakan sebagai pupuk organik maupun biologis. Menurut Mubyarto (1989), peternakan dilihat dari pola pemeliharaannya di Indonesia dapat dibagi tiga kelompok, yaitu 1) peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional, 2) peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersial dan 3) peternakan komersial. Agar dapat berproduksi dengan optimal maka diperlukan faktor-faktor produksi meliputi ternak, tenaga kerja, modal dan manajemen. Manajemen kambing perah adalah seni merawat, menangani dan mengatur kambing. Terdapat beberapa hal yang termasuk didalamnya, yaitu pemeliharaan, tenaga kerja, modal, pencegahan penyakit, dan kotoran. Agar sukses menjalankan usaha peternakan kambing perah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu bibit ternak yang digunakan, teknik pemberian pakan dan manajemen usaha ternak itu sendri (Siregar dan Ilham 2003). Kambing merupakan hewan yang sangat penting dalam pertanian subsisten, karena kemampuannya yang unik dalam mengadaptasikan dan mempertahankan dirinya dalam lingkungan yang kering (William dan Payne dalam Fauzian 2002). Sebagian masyarakat pedesaan memperlakukan kambing sebagai pabrik kecil penghasil daging dan susu. Hasil lain yang bisa diperoleh dari ternak kambing adalah kulit dan kotorannya yang berfungsi sebagai pupuk kandang (Sarwono 2006). Menurut Devendra dan Burns (1994), ternak perah merupakan ternak yang memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi susunya sampai jangka waktu tertentu.

26 2.2. Klasifikasi Biologi dan Karakteristik Kambing PE Berdasarkan klasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam kerajaan animalia, filum cordata, kelas kelompok mamalia, ordo Arthodactyla, famili Bovidae, sub famili Caprinae dan genus Capra. Menurut Sodik dan Abidin (2008), dalam perkembanganya tipe kambing diklasifikasikan berdasarkan produk utamanya seperti kambing tipe perah, tipe potong, tipe dwiguna ( gabungan tipe potong dan perah) dan kambing tipe bulu. Kambing PE merupakan kambing unggul asal Indonesia, hasil persilangan antara kambing kacang lokal dengan kambing Jamnapari asal India. Diantara jenis kambing perah tersebut, kambing PE memiliki kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5-3 liter per hari. Dengan kemampuan produksi susu tersebut maka kambing perah PE cukup signifikan untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil susu yang sangat potensial. Selain itu, kambing PE pun sangat adaptif dengan topografi Indonesia, tidak memerlukan lahan luas dan pembudidayaannya relatif mudah. Ciri fisik kambing PE diantarannya warna bulu kombinasi dari warna putih dan hitam/ putih dan coklat. Dimana bagian kepala hingga leher berwarna coklat atau hitam, dengan bentuk telingga panjang dan menggantung. Garis muka cembung dengan bulu rewos/surai menggantung terkulai. Berat kambig jantan mencapai 90 kg dan kambing betina mencapai 60 kg Jantan dan betina memiliki tanduk kecil dengan produk susu kg selama masa laktasi hari Budidaya Pengusahaan ternak kambing perah adalah semua kegiatan produksi dengan tujuan produk utama yang dihasilkan berupa susu, disamping menghasilkan anak untuk bibit atau sebagai kambing potong. Aspek yang harus diperhatikan ketika membudidaya kambing perah diantaranya : 1) Pemilihan Bibit Unggul Bibit berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas ternak, dan oleh karenanya pemilihan bibit yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan. Menurut Sutama (2007), hal yang harus diperhatikan ketika memilih induk kambing agar memiliki kemampuan produksi susu yang tinggi diantaranya :

27 untuk ciri kambing betina yaitu mempunyai karakter keibuan, garis punggung rata, mata cerah bersinar, kulit bulu halus dan bulu tidak kusam. Posisi rahang atas dan bawah rata, kapasitas rongga perut besar, dada lebar serta kaki kuat dan normal. Ukuran ambing cukup besar, kenyal, dan berbentuk simetris. Puting susu dua buah dan normal. Sedangkan bibit kambing jantan yang baik, memiliki kriteria dengan ciri-ciri diantaranya: mempunyai karakter jantan yang kuat, perototan kuat dan mata yang dimiliki terlihat bersinar. Bentuk punggung kuat dan rata. Bentuk kaki kuat dan simetris, testis dua buah berbentuk normal, simetris dan kenyal, penis normal serta libido tinggi. 2) Reproduksi Pemeliharaan yang sesuai dan sumber induk kambing yang unggul sangat mempengaruhi kualitas keturunan ternak yang dihasilkan. Menurut Sutama (2007), Kambing Peranakan Etawa betina mulai dapat dikawinkan umur ternak bulan. Sedangkan kambing jantan pada umur 1,5 tahun. Kambing jantan berpotebnsi mengawinkan kambing betina setiap bulannya mencapai ekor. Adanya pengaturan interval beranak adalah delapan bulan maka potensi kelahiran selama dua tahun menghasilkan tiga kali masa kelahiran. Lamanya kambing bunting adalah sekitar hari. Setelah melahirkan pemberian susu pada anak kambing pra sapih sebaiknya umur 1-7 hari bersumber dari susu induknya. Minggu ke dua mulai diperkenalkan susu sapi dan susu kambing (50:50%) sebanyak 800ml/hari/ekor. Usia anak kambing 3-4 minggu mulai di tingkatkan pemberian susu hingga 1 liter susu sapi/hari/ekor. Sedangkan minggu ke 5-10 diberikan susu sapi sebanyak 1,5-2 liter sapi/ekor/hari dan mulai memperkenalkan pakan tambahan seperti rumput. Hingga minggu ke pemberian susu sapi mulai dikurangi hingga ternak tersebut beralih memakan rumput/konsentrat. 3) Kandang Pembuatan kandang dapat dilakukan dengan jenis panggung dan non panggung seperti penggunaan lantai dengan tanah atau beton. Umumnya jenis kandang yang sering dijumpai menggunakan jenis kandang panggung. Kandang merupakan tempat tinggal bagi ternak, pola pemeliharaan secara intensif harus memperhatikan kontruksi kandang. Tujuannya adalah agar kontruksi kandang kuat dan yang lebih penting lagi ternak yang berada di dalam kandang merasa

28 nyaman atau tidak gaduh. Menurut Setiawan dan Tanius (2003), fungsi kandang bagi ternak diantaranya: sebagai tempat ternak berlindung dari semua gangguan yang dapat diprediksi seperti aklimatisasi, terpaan angin, sinar matahari maupun binatang pengganggu. Fungsi kandang harus mempermudah pengawasan dan pemeliharaan bagi peternak, seperti makan, minum, tidur, membuang kotoran. Hingga pada proses pemerahan susu nasntinya. Kebutuhan luas kandang menurut Sarwono (2006) kapasitas induk beranak dan 10 pejantan di perlukan kadang seluas 165 meter persegi dengan ketinggian panggung kandang 0,5 m 2, serta kebutuhan lahan seluas m 2. 4) Pakan Ternak ruminansia perlu hijauan sebagai makanan yang dikonsumsi ternak setiap hari. Penyediaan hijauan yang cukup dan berkualitas tinggi merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Pakan yang sempurna mengandung protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Jenis hijauan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak adalah jenis rumput seperti rumput gajah, rumput raja, panicum maxsimum, paspalum atratum dan kacang-kacangan seperti desmodium rensonii, gliricidia sp, sesbania sp dan calliandra sp. Jenis jenis pakan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi diantaranya rumput, daun-daunan, onggok, dedak, shorgum, ketela rambat dan singkong merupakan sumber energi yang dibutuhkan ternak. Sumber protein meliputi legum, limbah hasil pertanian (bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu). Pemenuhan sumber energi bagi ternak dapat menggunakan garam dapur, kapur, tepung tulang dan mineral mix, sedangkan sebagai sumber vitamin dapat menggunakan jagung kuning, hijauan segar (rumput dan legum), dan wortel. Hal yang harus diperhatikan ketika memberikan pakan disesuaikan dengan kondisi dan umur ternak (Tabel 5). Seperti pada Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Cita Rasa (P4S Cita Rasa), pemberian pakan untuk kebutuhan ternak meliputi konsentrat, ampas tahu, rumput dan dedaunan. Pemberian pakan pada masa induk bunting dan masa laktasi diberikan dalam jumlah yang lebih banyak.

29 Tabel 5. Jumlah Pemberian Pakan Berdasarkan Kondisi Pertumbuhan Kambing Kondisi Pertumbuhan Jumlah Pemberian (kg/ekor) Konsentrat Ampas tahu Rumput Dedaunan Kambing laktasi 0, Induk bunting 0, Pejantan 0, Anak > 8 bulan 0,25 1,5 2,5 2 Anak 5-8 bulan 0, Sumber : P4S Cita Rasa dalam Setiawan dan Tanius (2003) 5) Penyakit pada Kambing Kambing yang sehat mencirikan sistem manajemen pemeliharaan seperti kebersihan kandang, pakan yang cukup, tanggap terhadap gejala penyakit sehingga dapat ditanggulangi sedini mungkin. Dengan harapan produksi yang dihasilkan seoptimal mungkin. Beberapa jenis penyakit ada yang bersifat menular dan tidak menular. Menurut Sutama (2007), penyakit menular disebabkan oleh inveksi virus, bakteri, jamur, parasit darah, cacing dan kutu. Jenis penyakit yang sering menyerang ternak diantaranya mastitis, scabies, puru, cacingan. Sedangkan jenis penyakit yang tidak menular dikarenakan kekurangan mineral, tanaman beracun, racun. Jenis penyakit tidak menular diantaranya perut kembung, kurus kurang gizi, patah kaki karena terjepit dan lain sebagainya. Penyebaran penyaki dapat terjadi melalui : kontak langsung dengan hewan sakit, tanaman beracun, racun, melalui serangga, angin dan pekerja kandang Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kambing perah PE telah dilakukan oleh Ardia (2000), pada penelitiannya mengenai analisis pendapatan usaha ternak kambing perah peranakan etawa di peternakan Barokah, Desa Caringin, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitiannya, penerimaan di peroleh dari penjualan susu kambing, kambing betina usia enam bulan, dan penjualan dara siap kawin. Harga pokok produksi per kg pada tahun 1997 sebesar Rp 2.885,88, tahun

30 1998 sebesar Rp , dan pada tahun 1999 sebesar Rp Sedangkan harga jual susu kambing setiap tahunnya sama sebesar enam ribu rupiah. Dari struktur biaya, biaya yang paling tinggi adalah biaya pakan dan gaji tenaga kerja. Biaya pakan dari tahun sebesar 38 persen, 36,88 persen dan 40,09 persen. sehinga mempengaruhi pendapatan dari tahun yaitu sebesar Rp , Rp dan Rp terjadinya penurunan pendapatan karena adanya kenaikan biaya pakan. Analisis usaha ternak kambing perah dan pemasaran susu kambing yang dilakukan oleh Ahmad (2000) di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Cita Rasa. Menggunakan dua metode pengusahaan ternak kambing dengan memelihara semua anak yang lahir dan pengusahaan ternak dengan menjual semua anak yang lahir selama pemeliharaan ternak kambing perah. Masing-masing metode mempunyai keunggulan dan kelebihan. pengusahaan dengan memelihara semua anak kambing, nilai pendapatan turun naik karena setiap tahunnya peternak harus mengeluarkan biaya investasi pembuatan kandang. Pengusahaan dengan menjual seluruh anak akan memberikan pendapatan bersih yang positif setelah tahun pertama. Penerimaan dari menjual susu konstan karena tidak ada penambahan jumlah ternak, tidak ada investasi tambahan ditengah tahun proyek, tetapi untuk dapat melanjutkan pengusahaan ternak harus dilakukan investasi ulang setelah induk afkir. Pengusahaan dengan memelihara semua anak kambing nilai NPV yang diperoleh pada tingkat diskonto 16 persen adalah sebesar Rp , pada tingkat diskonto 20 persen sebesar Rp , nilai IRR sebesar 39 persen menunjukan lebih besar dari tingkat diskonto maupun sukubunga pinjaman yang berlaku. Net B/C yang dihasilkan pada tingkat sukubunga 16 dan 20 persen sebesar 1,59 dan 1,45. Sedangkan pengusahaan dengan menjual semua anak kambing NPV yang diperoleh pada tingkat diskonto 16 dan 20 persen sebesar Rp dan Rp nilai IRR yang didapat sebesar 37 persen, nilai Net B/C pada tingkat sukubunga 16 dan 20 persen adalah 1,35 dan 1,27. Hasil analisis aspek finansial yang dilakukan Setyowati (2001) pada prospek pengembangan usaha ternak kambing perah peranakan etawa berlokasi di Desa Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan

31 aspek finansial tahun 2000 diperoleh nilai keuntungan Rp dengan nilai R/C yang diperoleh 1,33, nilai BEP Rp 61,951,398,63 hal ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 1999 sebesar 37,72 persen, karena terjadi peningkatan biaya tetap 30,32 persen khususnya biaya tenaga kerja (42,03 persen ). Sedangkan peningkatan penerimaan sebesar 2,8 persen harga popok penjualan yang diperoleh sebesar Rp dan rasio laba penjualan sebesar 24,64 persen. Hasil analisis dilihat dari matrik SWOT menunjukan faktor internal dan eksternal terbagi menjadi kekuatan dan peluang yang akan mendukung usaha perusahaan serta kelemahan dan ancaman dapat menghambat perkembangan usaha. Alternatif strategi pengembangan yang dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Citra Rasa dengan memadukan foktor eksternal dan internal adalah mempertahankan pelanggan yang sudah ada, memudahkan jalur distribusi produk, meningkatkan pelayanan pada konsumen, meningkatkan kondisi keuangan, melakukan diversifikasi produk, memanfaatkan perkembangan teknologi, meningkatkan kegiatan promosi, memperbaiki sistem pembukuan, dan menurunkan HPP guna meningkatkan penerimaan dan melakukan penyuluhan. Dalam penelitian Ratnawati (2002) mengenai kelayakan usaha peternakan sapi dan kambing perah di pesantren Darul Fallah. Pengembangan usaha kambing perah pada sekala 50 ekor berdasarkan analisa aspek finansial menyimpulkan layak untuk diusahakan baik pada tingkat diskonto 13 maupun 18 persen. IRR yang didapatkan adalah 23 persen dan payback period nya selama 3,4 tahun. pada tingkat diskonto 13 persen nilai NPV yang didapatkan adalah sebesar Rp dan N/B nya sebesar 1,34. pada tingkat diskonto sebesar 18 persen NPV yang didapatkan sebesar Rp dan Net B/C yang didapatkan 1,11. Pengembangan usaha kambing perah pada sekala usaha 50 ekor tidak layak untuk dilakukan ketika terjadi penurunan harga sebesar 15 persen pada tingkat diskonto sebesar 18 persen. Kajian kelayakan pada aspek non finansial, dilihat dari aspek pasar menunjukan bahwa susu sapi yang diproduksi oleh Darul Fallah memiliki pasar yang bagus karena menjaga kualitas susu yang dihasilkan. Darul Fallah selalu mengalami kelebihan permintaan. Begitu juga dengan susu kambing memiliki

32 prospek yang bagus karena masih sedikit yang mengusahakan ternak kambing perah sehingga terjadi kelebihan permintaan. Penelitian tentang kelayakan Finansial penggemukan kambing dan domba pada Mitra Tani Farm yang dilakukan oleh Fitrial (2009), berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil analisis yang didapat dilihat dari kelayakan non finansial pada aspek pasar dan manajemen layak untuk dijalankan. Analisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan Mitra Tani Farm selama lima tahun dengan tingkat diskonto 8,5 persen diperoleh nilai NPV sebesar , net B/C dan Gross B/C sebesar 2,53, IRR sebesar 11,7 persen dan PBP selama 1,5 tahun. hasil dari analisis yang diperoleh masingmasing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk dijalankan. Melalui pendekatan nilai analisis switching value menunjukan usah tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5,34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4,79 persen. Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak Kambing Perah di Kabupaten Bogor yang dilakukan Stani (2009), berdasarkan hasil analisis struktur biaya dengan mengelompokan biaya-biaya yang terjadi pada usaha kambing perah, struktur biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Menyimpulkan semakin besar skala usaha yang dilakukan, maka biaya persatuan ternak dan biaya per liter susu semakin menurun. Masing masing skala yang diperoleh: skala I dengan jumlah kepemilikan ternak sebesar Rp per liter, skala II Rp per liter dan skala III sebesar Rp Penelitian terahulu yang dilakukan oleh Fitrial (2009) mengkaji apek finansial dan non finansial, komoditi yang diteliti pada ternak kambing dan domba sebagai usaha penggemukan. Sedangkan Ratnawati (2002) hanya mengkaji dari sisi aspek Finansial, dengan komoditi yang diteliti sapi dan kambing perah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ardia (2000) dan Ahmad (2000) penelitian yang dilakukan mengkaji dari aspek pendapatan, sekenario yang dilakukan penelitian Ahmad (2000) dengan memelihara semua anak yang lahir dan pengusahaan ternak dengan menjual semua anak yang lahir selama pemeliharaan ternak kambing perah. Penelitian Setyowati (2001) meneliti dari sisi

33 prospek pengembangan usaha ternak kambing dengan melihat asfek finansial dan analisis SWOT. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan mengkaji dari aspek finansial dan non finansial dengan sekenario yang dilakukan. Penerimaan menggunakan dua sekenario yaitu bersumber dari susu saja artinnya sumber penerimaan yang diperoleh hanya dari produk susu kambing. Sedangkan skenario ke dua sumber penerimaan selain dari produk susu yang dihasilkan juga dari penjualan anak dan kambing afkir.

34 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi baik pada sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan, sehingga kita mengetahui berhasil atau tidaknya investasi yang telah ditanamkan. Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu (Umar 2005). Menurut Soeharto (1999), Investasi dapat dilakukan oleh swasta maupun negara dengan motif keuntungan finansial ataupun keuntungan non finansial. Pihak swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga nonprofit melihat apakah proyek bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah, dan penghematan devisa. Semakin luas skala proyek maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah bidang kajian dalam studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu, yang dilihat dari fungsi-fungsi bisnis. Menurut Subagyo (2007), pembagian dan pengkajian aspek-aspek dalam studi kelayakan terbagi menjadi dua bagian yaitu aspek primer dan aspek sekundear. Aspek primer merupakan aspek yang utama dalam penyusunan studi kelayakan. Aspek primer ini ada dalam semua sektor usaha yang terdiri dari : aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum, serta aspek ekonomi dan keuangan. Aspek sekunder adalah aspek pelengkap yang disusun berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait dengan objek studi, yaitu aspek analisis mengenai dampak lingkungan dan aspek sosial. Secara umum analisis kelayakan terbagi menjadi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial.

35 1) Aspek Pasar Evaluasi aspek pasar sangat penting dalam pelaksanaan studi kelayakan proyek. Salah satu syarat agar pemasaran berhasil, proyek yang akan dilaksanakan harus dapat memasarkan hasil produksinya secara kompetitif dan menguntungkan. Analisis aspek pasar terdiri dari rencana perasarana output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger, 1986). Kriteria kelayakan pada aspek pasar dikatakan layak apabila usaha kambing perah memiliki peluang pasar, artinya potensi permintaan lebih besar dari penawaran. Keberhasilan dalam menjalankan usaha perlu adanya strategi pemasaran dan pengkajian aspek pasar dengan cermat. Hal yang dapat dipelajari bentuk pasar yang dimasuki, komposisi dan perkembangan permintaan dimasa lalu dan sekarang. 2) Aspek Teknis Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Aspek teknis memiliki pengaruh besar terhadap perkiraan biaya dan jadwal kegiatan yang dilakukan nantinya, karena akan memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif (Soeharto 1999). Indikasi suatu proyek dikatakan layak dalam menjalankan usahanya dapat dilihat dari adanya perkembangan produksi yang dihasilkan, lokasi usaha yang strategis, dalam artian mudah dijangkau keberadaannya. Infrastruktur yang mendukung seperti fasilitas jalan, listrik, transportasi, pengadaan bahan baku serta sarana produksi mudah diperoleh, dan bentuk layout usaha tertata secara sistematis guna memudahkan dalam proses produksi. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan operasi setelah proyek selesai dibangun. Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan. 3) Aspek Manajemen

36 Analisis ini berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, susunan organisasi proyek dengan pembentukan tim kerja, pembagian kerja, pembuatan rencana kerja agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek. Menurut Subagyo (2007) Struktur organisasi manajemen proyek disusun berdasarkan skala dan kompleksitas proyek. Semakin besar skala proyek, semakin kompleks struktur yang diterapkan. 4) Aspek Sosial Ekonomi Analisis sosial berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger 1986). Dampak positif pembangunan proyek pada masyarakat sekitar antara lain adalah ikut menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan penduduk sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung, peningkatan fasilitas infrastruktur umum dan lain sebagainya. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan bisa berupa pencemaran lingkungan karena limbah, hingga faktor keamanan yang tidak nyaman untuk berinvesatasi. 5) Aspek Finansial Gittinger (1986) menyatakan bahwa analisa proyek pertanian adalah untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek-proyek yang mempunyai keuntungan yang layak. Suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak, bila hasil yang diperoleh dari proyek dapat dibandingkan dengan sumbersumber yang diperlukan (biaya). Dana yang diinvestasikan layak atau tidaknnya akan diukur melalui kriteria investasi net present value, net benefit cost ratio, dan Internal Rate of Return Menurut Umar (2005), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.

37 Kritertia investasi yang digunakan yaitu Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Payback Period. a) Net Present Value (NPV) Present Value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarno 2000). Menurut Umar (2005), NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. b) Internal Rate of Return (IRR) Tingkat imbalan internal atau internal rate of return (IRR) adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang diharapkan di masa datang atau dapat didefenisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV=0. c) Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C Ratio) Rasio manfaat dan biaya atau net benefit cost (B/C ratio) adalah nilai nilai perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif (pembilang) dengan present value yang bemilai negatif (penyebut). Nilai net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah (Husan dan Suwarsono 2000). d) Payback Period (PBP) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara pengeluaran investasi dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar 2005). Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan Analisis Sensitivitas Proyeksi selalu menghadapi kendala yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita perkirakan. Proyek-proyek sensitif berubah-ubah diantaranya diakibatkan oleh harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil.

38 Mengenai harga, analis boleh saja membuat asumsi alternatif lain mengenai harga jual pada masa yang akan datang dan meneliti pengaruhnya terhadap manfaat sekarang. Analisis sensitivitas dapat dilakaukan dengan pendekatan switching value. Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada nilai penjualan dan biaya variabel yang akan menghasilkan keuntungan normal yaitu NPV sama dengan nol. Variabel yang akan dianalisis dengan switching value merupakan variabel yang dianggap signifikan dalam proyek. Adapun variabel-variabel yang dimaksud antara lain nilai input dan biaya variabel, sehingga dengan analisis ini akan dicari tingkat harga penjualan minimum dan peningkatan biaya maksimum agar proyek masih dapat dikatakan layak. Penggunaan variabel analisis tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa harga input dan jumlah output merupakan komponen biaya yang penting. Oleh karena itu akan dilihat perubahan nilai penjualan minimum dan biaya variabel, apakah masih memenuhi kriteria umum kelayakan investasi. Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap pertahunnya, namun dalam kondisi nyata kedua parameter tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu analisi switching value perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar tingkat kepekaan yang masih bisa ditolerir terhadap penurunan harga atau kenaikan biaya sehingga suatu usaha dikatakan layak atau tidak Kerangka Pemikiran Operasional Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah didorong untuk mampu mengembangkan komoditas unggulan sebagai pemasukan bagi pendapatan daerah. Salah satu komoditas pada subsektor peternakan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan pemerintah daerah adalah kambing perah. Kambing perah merupakan ternak dwiguna, selain susu sebagai produk utama, daging dan produk sampingan seperti kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Selain itu, usaha ternak kambing perah dapat dijadikan sebagai ternak alternatif upaya diversifikasi hasil peternakan selain sapi,

39 karena terbatasnya daerah yang sesuai untuk pengembangan sapi perah di Indonesia. Susu kambing memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga susu sapi. Harga jual susu kambing yang tinggi menjadikan insentif bagi peternak untuk mengembangkan usaha kambing perah. Adanya peluang bisnis tersebut menyebabkan banyak orang tertarik berinvestasi langsung pada sub sektor peternakan, khususnya ternak kambing perah Peternak Unggul adalah salah satu usaha peternakan yang bergerak dibidang peternakan kambing perah yang berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Usaha yang dijalankan ini sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Selama usaha ternaknya berjalan, pemilik telah mengeluarkan biaya investasi yang tidak sedikit, mengingat setiap usaha yang dilaksanakan memiliki risiko. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian kelayakan usaha pada saat merencanakan dan mengembangkan usaha tersebut. Analisis kelayakan ini dapat dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek finansial dan analisis Switching value. Adapun alur kerangka pemikiran oprasional dapat dilihat seperti pada Gambar 1.

40 Adanya pengembangan usaha ternak kambing perah diharapkan dijadikan sebagai sumber peningkatan pendapatan penghasilan daerah. Adanya prospek dan peluang bisnis kambing PE Apakah usaha peternakan Unggul layak dijalankan Aspek non finansial : Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen Aspek sosial Aspek finansial : Analisis Kriteria Investasi (NPV, IRR, Net B/C, PBP) Analisis Sensitivitas Pengusahaan Ternak Unggul Layak (lanjutkan usaha ) Tidak layak (sebaiknya perbesar skala usaha atau di investasikan ke usaha lain) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

41 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kampung Malang, Desa Cibuntu, Cikampak Ciampea, Kabupaten Bogor pada Peternakan Unggul. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Peternakan Unggul merupakan salah satu peternakan kambing perah yang baru berjalan dan merupakan daerah yang mengalami peningkatan ternak kambing PE tertinggi di Kabupaten Bogor (Tabel 3). Kegiatan pengumpulan data untuk keperluan penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari pemilik peternak dan semua pihak yang terkait Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan wawancara lebih mendalam dengan pemilik ternak dan karyawan serta menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya (Lampiran 1). Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan serta dokumentasi dari pihak atau instansi yang terkait, seperti Departemen Pertanian, Dinas Peternakan, Biro Pusat Statistik setempat, dan Perpustakaan. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui buku serta penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek budidaya kambing perah PE secara umum meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan aspek sosial Peternakan Unggul. Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial pengusahaan kambing unggul, analisis kelayakan finansial ini menggunakan

42 perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP) dan analisis Switching value. Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan program komputer Ms. Excel. 1) Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi output yaitu terdapat suatu permintaan yang efektif akan didapatkan penerimaan yang menguntungkan dari kegiatan pemasaran. Dari sudut pandangan input yaitu mengkaji pasar input dan pasar output, harga, bagaimana penawaran baik informasi di masa lalu maupun dimasa yang akan datng, distribusi atau jalur pemasaran untuk input, proporsi penjualan untuk pasar yang dituju, konsumen dari perusahaan, persaingan yang dihadapi, perkiraan penjualan, dan kendala dalam pemasaran produk output. 2) Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi budidaya kambing perah, agroklimat, besar skala operasi/luas produksi, ketersediaan input, fasilitas produksi dan peralatan yang digunakan, ketepatan penggunaan teknologi, dan perencanaan output serta kendala produksi yang dapat terjadi, serta proses produksi yang dilakukan. 3) Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial Aspek ini dapat dilihat berdasarkan sesuai tidaknya usaha dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat untuk mengelola usaha. Mengkaji struktur organisasi dalam perusahaan, bagaimana bentuk organisasi/kelembagaan dalam perusahaan. 4) Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek sosial dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalanya usaha terhadap kondisi sosial masyarakat, lingkungan maupun terhadap manfaat-manfaat kegiatan pengusahaan secara menyeluruh. Aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha ternak kambing perah peranakan etawa. 5) Analisis Aspek Finansial Dalam melakukan analisis finansial diperlukanlah kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi

43 yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP). Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai diskontokan (discounted cashflow) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan. a) Net Present Value (NPV) Net Present Value dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut : keterangan : B t = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (Rupiah) C t = Biaya (Cost) tahun ke-t (Rupiah) n = Umur ekonomis proyek (Tahun) i = Tingkat suku bunga/discount rate (persen) t = Periode Tahun Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu : NPV 0 berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. NPV 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan

44 b) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate Return adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut : Keterangan : NPV 1 = NPV yang bernilai positif NPV 2 = NPV yang bernilai negatif i 1 i 2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif c) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rationya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital (Gittinger, 1986) tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan sebagai berikut Net B/C Ratio =

45 Keterangan : Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio B t C t n i t = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t = Umur ekonomis proyek = Tingkat suku bunga (persen) = Tingkat Investasi (t= 0,1,2, n) untuk pembilang yaitu Bt- Ct > 0 dan penyebut yaitu BT- Ct < 0. d) Payback Period Payback Period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi analisis PBP memiliki kelemahan karena mengabaikan nilai uang terhadap waktu (present value) dan tidak memperhitungkan periode setelah PBP. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : PBP = Keterangan : PBP = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi (Tahun/bulan) I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rupiah) Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya (Rupiah) e) Analisis Switching value Keuntungan dengan kita menganalisis Switching value diharapkan dapat mengidentifikasi pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu variabel seperti penurunan harga jual produk, penurunan produksi serta peningkatan

46 harga input. Pendekatan switching value, dimana analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol. Analisis ini dilakukan dengan cara mencoba-coba terhadap perubahan variabel yang terjadi dapat diketahui batasan tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang masih bisa ditolerir, sehingga suatu usaha masih memperoleh laba normal. Parameter harga jual produk susu yang dihasilkan dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun pada kondisi di lapang kenyataannya dapat berubah-ubah. Untuk itu switching value perlu dilakukan guna melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kelayakan investasi dari kondisi layak menjadi tidak layak Asumsi Dasar yang Digunakan 1. Lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri, luasan lahan yang ada seluas m Umur proyek adalah lima tahun berdasarkan pada umur produktif kambing selama 5 tahun. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kambing merupakan aset penting dalam usaha dan merupakan biaya investasi terbesar. Sumber modal yang digunakan berdasarkan pada dua skenario, skenario I modal yang digunakan bersumber dari modal sendiri 50 persen dan modal pinjaman 50 persen. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pemilik dalam penyediaan modal investasi dengan cara meminjam modal yang bersumber dari bank. Sedangkan skenario II modal yang digunakan adalah seluruhnya menggunakan modal sendiri sesuai dengan kemampuan modal investasi yang dimiliki oleh peternak, yaitu sebesar rupiah. Sehingga biaya investasi yang dikeluarkan disesuaikan dengan kemampuan modal yang dimiliki, seperti kepemilikan luas lahan, kapasitas ternak dalam kandang, biaya pendirian kandang dan pengadaan kambing diasumsikan biaya yang dikeluarkan setengah dari biaya yang berlaku pada Skenario I.

47 3. Jumlah hari dalam satu bulan adalah 30 hari dan kapasitas kandang menampung 100 ekor kambing produktif/dewasa scenario I dan 50 ekor Skenario II. 4. Setiap masa produksi susu kambing (laktasi) diasumsikan susu yang dihasilkan habis terjual. 5. Kegiatan pemerahan susu dilakukan dua kali dalam sehari. Dengan masa laktasi (masa waktu diperah) selama enam bulan. Kemampuan menghasilkan susu sebanyak 0,64 liter per ekor per hari. 6. Harga jual anak kambing jantan adalah Rp per ekor, betina Rp per ekor dan nilai ternak afkir Rp per ekor. 7. Nilai penerimaan/penjualan usaha pada scenario I pada tahun pertama belum mencapai 100 persen, dikarenakan pada tahun tersebut, enam bulan pertama digunakan untuk pembangunan proyek dan jumlah kambing belum mencapai 100 persen (lima ekor jantan dan 95 ekor betina). 8. Harga jual susu kambing yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rp /liter berdasarkan harga yang belaku pada saat penelitian. 9. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya investasi dan biaya oprasional. Biaya investasi dan oprasional dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnnya. Biaya oprasional terdiri dari biaya tetap dan variabel. 10. Harga input dan output yang digunakan adalah konstan hal ini untuk mempermudah perhitungan cash flow. 11. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan metode garis lurus dimana harga beli dibagi umur ekonomis. Sedangkan untuk harga tanah dasumsikan sama harga beli dengan harga jual pada ahkir umur proyek. 12. Tipe lahan adalah kelas A3, Mengingat lokasi peternakan jauh dari keramaian dan jalan yang dilewati merupakan jalann desa. 13. Setiap kelahiran anak kambing sebanyak satu ekor, dari total anak yang dilahirkan tingkat kematian sebesar lima persen (Sutama, 2007). Perbandingan rasio jumlah kambing jantan yang lahir sebesar 31,5 persen (data di lapang).

48 14. Tingkat sukubunga yang digunakan untuk modal sendiri adalah tingkat sukubunga deposito BI bulan Juni-Juli 2009 sebesar tujuh persen sedangkan suku bunga pinjaman 14 persen. 15. Nilai sisa pada ahkir umur proyek diasumsikan bernilai nol, kecuali barang-barang yang masih memiliki umur ekonomis lebih dari lima tahun dan ternak kambing. 16. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan undang-undang Republik Indonesia tentang perpajakan no. 17 tahun 2000 yang isinya adalah (kantor perpajakan kota Bogor, 2009): a) Tidak dikenakan pajak apabila perusahaan menderita kerugian b) Dikenakan pajak 10 persen apabila perusahaan memperoleh pendapatan kurang atau sama dengan Rp c) Dikenakan pajak 15 persen apabila perusahaan memperolah pendapatan antara Rp sampai dengan Rp Dikenakan pajak 30 persen apabila perusahaan memperolah pendapatan sebesar lebih dari sama dengan Rp

49 V GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Peternakan Kambing Unggul adalah peternakan yang dikelola oleh Bapak Wisnanto. Awal berdirinya usaha Peternakan Unggul didirikan pada bulan Juli Usaha ternak kambing perah yang dilakukan merupakan usaha yang bersifat komersial, artinya tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, tetapi diusahakan lebih untuk dipasarkan. Awal mula Pak Wisnanto terjun dalam bisnis peternakan dengan mengusahakan kambing kacang sebagai tujuan utama untuk hewan kurban (pedaging). Pertama kali memelihara ternak jenis kambing kacang tersebut berjumlah 10 ekor hingga jumlah kambing yang dimiliknya berkembang menjadi 50 ekor. Karena kesulitan memasarkan kambing kacang yang dimiliknya, maka pemilik beralih usaha yang pada awal mulanya mengusahakan kambing kacang menjadi kambing perah PE. Kambing PE yang diperolehnya dipesan langsung dari daerah Jepara, yang merupakan salah satu sentra pembibitan kambing PE di Jawa Tengah. Alasan yang membuat pemilik peternakan ini tertarik menekuni usaha ternak kambing PE adalah usaha tersebut bersifat dwiguna, selain susu sebagai produk utama juga dapat dimanfaatkan dagingnya, bila kambing tersebut sudah tidak produktif lagi sebagai penghasil susu. Selain itu usaha kambing PE sangat menguntungkan disebabkan oleh tingginya harga jual susu kambing dan juga masih tingginya permintaan konsumen yang belum terpenuhi. Harapan pemilik terhadap usaha yang sedang dijalankan sebagai sumber pendapatan utama jika beliau telah pensiun dari pekerjaannya. Investasi awal usaha ternak kambing perah berasal dari modal sendiri pemilik dan pinjaman dari bank. Tenaga kerja pengelolaan ternak tersebut berjumlah dua orang dengan riwayat pendidikan lulusan SMU. Dimana tenaga kerja yang digunakan sebelumnya sempat bekerja disalah satu usaha peternakan kambing perah. Sehingga pekerja yang digunakan sudah terbiasa melakukan aktivitas usaha peternakan kambing perah. Pekerja tersebut difasilitasi tempat tinggal yang berada di sekitar kandang. Tujuan pemilik menyediakan tempat

50 tinggal yakni untuk memudahkan dalam pengawasan ternaknya dan pengontrolan terhadap keamanan ternak dari pencurian. Pemasaran produk yang telah dihasilkan awal mulanya dilakukan melalui mulut ke mulut, seperti menawarkan kepada sodara-sodara pemilik ternak, rekan kerja, hingga kepada pihak lain. Sekarang ini peternakan Unggul sudah mempunyai Agen yang membantu dalam pemasaran produk susunya (toko-toko herbal sekitar Jakarta dan Bogor) bahkan mulai dicoba pada salah satu Indomaret di Jakarta sebagai tempat untuk memasarkan. Perkembangan usaha cukup baik, ini ditandai dengan respon permintaan terhadap susu kambing yang selalu meningkat. Pemilik berencana untuk menguji susu hasil ternaknya pada laboratorium uji mutu susu karena banyak konsumen yang meminta hasil sertifikasi susunya. Target pasar susu kambing diperuntukkan bagi konsumen menengah ke atas dan orang-orang mengkonsumsi untuk penyembuhan Lokasi Peternakan Lokasi usaha peternakan kambing perah Unggul terbagi dua. Untuk kantor pemasaran terletak di Jl Anggrek No 13, Perumahan Taman Cimanggu, Kota Bogor. Sedangkan kandang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciampea berlokasi di bagian Barat Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciampea memiliki jarak 34 km dari Ibukota Kabupaten Bogor, 122 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, 72 km dari Ibukota Negara RI Jakarta dan 5 km dari desa/kelurahan yang terjauh, dapat dilihat bahwa jarak antara Kecamatan Ciampea dengan Ibukota Negara RI Jakarta tidak terlalu jauh, sehingga memudahkan aksessibilitas ke pusat pasar Negara Indonesia. Kecamatan Ciampea secara geografis mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ranca Bungur. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dramaga. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cibungbulang. Secara topografi, bentuk dan kontur wilayah, lokasi kandang merupakan dataran yang agak berombak sekitar 45 persen. Ketinggiannya berada di antara 300 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata C. Hari hujan rata-rata per

51 tahun sekitar 22 hari dan banyaknya curah hujan sekitar 278 mm. Jenis tanah yang ada di lokasi ini adalah latosol (Laporan Tahuhan Kecamatan Ciampea, 2007). Kecamatan Ciampea memiliki luas wilayah sekitar 3,062.5 hektar yang terdiri dari 13 Desa yaitu Benteng, Bojong Jengkol, Bojong Rangkas, Ciampea, Ciampea Udik, Cibanteng, Cibadak, Cibuntu. Cicadas. Cihideung Udik, Cihideung hilir. Cinangka dan Tegalwaru. Desa Cinangka sebagai desa terluas dengan Iuas wilayah 340 hektar, sedangkan Desa Bojong Rangkas sebagai desa dengan luas wilayah terkecil yaitu 104 hektar. Luas wilayah masing-masing Desa dapat dilihat seperti pada Tabel di bawah ini. Tabel 6. Luas Wilayah tiap Desa di Kecamatan Ciampea, Tahun 2008 No. Nama Desa Luas Wilavah Luas Wilayah Persentase (Ha) (Km 2 ) (%) 1. Cihideung Ilir 178 1,78 5,81 2. Cinangka 340 3,40 11,10 3. Cihideung Udik 284 2,84 9,28 4. Bojong Jengkol 212 2,12 6,92 5. Cibanteng 162 1,62 5,29 6. Benteng 248,5 2,485 8,11 7. Bojong Rangkas 104 1,04 3,40 8. Cibuntu 254 2,54 8,30 9. Ciampea 246 2,46 8, Tegal Waru 338 3,38 11, Cicadas 320 3,20 10, Ciampea Udik 262 2,62 8, Cibadak 114 1,14 3,72 Jumlah 3.062, ,00 Sumber : Monografi Kecamatan Ciampea, Tahun 2008 Pemanfaatan lahan yang telah dilakukan di Kecamatan Ciampea diantaranya digunakan untuk permukiman (rumah), sawah, ladang/kebun, empang, dan Iain-lain. Untuk mengetahui luas lahan yang digunakan untuk masing-masing pemanfaatan lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

52 Tabel 7. Luas lahan (Ha) Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ciampea, Tahun 2008 No. Desa Rumah Sawah Ladang/Kebun Empang Lain-lain 1. Ciampea Udik , Cinangka , Cibuntu ,4 1,7 3 2,3 4. Cicadas ,5 1,3 2,5 5. Tegal Waru ,5 5,5 6. Bojong Jengkol , Cihideung Udik , Cihideung Ilir ,1 9. Cibanteng , Bojong Rangkas , Cibadak , Benteng ,5 2,5 13. Ciampea ,5 1,5 3 Jumlah ,4 28,7 18,3 44,4 Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea, Tahun Keadaan Penduduk Kecamatan Ciampea Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea adalah jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak jiwa. Sedangkan perempuan sebanyak 68,210 jiwa. Jumlah penduduk dan kepala keluarga dapat dilihat pada Tabel 8. Jumlah penduduk diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Desa Cibanteng merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak yaitu jiwa dengan kepala keluarga, sedangkan desa yang memiliki jumlah penduduk lebih sedikit adalah Desa Ciampea Udik yaitu jiwa dengan kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk jiwa dan luas wilayah km 2 maka Kecamatan Ciampea memiliki kepadatan penduduk jiwa/km 2.

53 Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Ciampea, Tahun 2008 No. Nama Desa Jumlah Penduduk Total (jiwa) Jumlah KK Laki-Laki Perempuan 1. Benteng Bojong Rangkas Bojong Jengkol Ciampea Cibadak Cihideung Ilir Cibanteng Cihideung Udik Cicadas Cibuntu Ciampea Udik Cmangka Tegal Waru Jumlah Sumber: Monografi Kecamatan Ciampea, Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa umur penduduk di Kecamatan Ciampea sebagian besar berada pada umur produktif (15-40 tahun). Produktif adalah mampu menghasilkan sesuatu dalam jumlah besar, sehingga membuka peluang untuk pengembangan ternak kambing perah di Kecamatan Ciampea. Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kecamatan Ciampea Berdasarkan Umur, Tahun 2008 No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentrase (%) , , , tahun ke atas ,94 Jumlah Sumber : Monografi Kecamatan Ciampea, Tahun 2008

54 Penduduk Kecamatan Ciampea mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Keadaan masyarakat berdasarkan mata pencahariannya (Tabel 10). Adannya informasi mengenai monografi suatu wilayah diharapkan sebagai bahan informasi pendukung aktifitas usaha seperti kebutuhan akan tenaga kerja, lokasi usaha peternakan yang sesuai (jauh dari pemukiman) dan lain sebagainnya. Tabel 10. Jumlah Penduduk (jiwa) Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian, Tahun 2008 No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) 1. Petani pemilik lahan Petani penggarap sawah Buruh tani Pengusaha 4,672 5 Pengrajin Buruh industry Pertukangan Buruh pertambangan Pengemudi Pedagang TNl/Polri Pegawai Negeri Sipil Lain-lain Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea, Tahun 2008

55 VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL Analisis yang dilakukan terhadap aspek non finansial penting untuk dilakukan karena dapat memberikan gambaran terhadap usaha yang akan maupun sedang dijalankan. Walaupun aspek non finansial belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang menjadi acuan untuk diteliti. Namun pada penelitian ini yang dilakukan terhadap aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dan ekonomi Aspek Pasar Permintaan Berkembangnya pola perubahan gaya hidup, menyebabkan seseorang mulai memperhatikan pola hidup sehat. Adanya trend back to nature mengarahkan konsumen untuk mengkonsumsi yang bersumber dari alam. Selain itu didukung dengan pengetahuan masyarakat tentang khasiat susu kambing sehingga menyebabkan terjadi peningkatan permintaan susu kambing. Sampai saat ini belum ada data pasti baik dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) maupun Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai jumlah permintaan susu kambing secara nasional maupun ekspor. Namun informasi permintaan susu kambing dapat diketahui dari Ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah (Indonesia) yang mengatakan dari kebutuhan 6,000 liter per hari hanya baru seperempatnya yang bisa terpenuhi 2. Permintaan susu kambing akan tetap ada selama masih ada yang sakit dan keinginan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Dilihat dari segmentasi pasar konsumsi susu kambing cenderung untuk kalangan menengahatas 3. 2 Adijaya, Dian. Tangguk Rezeki dari Susu Kambing. Trubus no 468 edisi november hasil wawancara langsung dengan peternak dan Dinas Peternakan

56 Penawaran Sampai saat ini Deperindag dan BPS belum dapat menyajikan data mengenai total penawaran yang pasti untuk produksi susu kambing, khususnya untuk wilayah Bogor. Berdasarkan informasi dari hasil survei dan dilihat dari jumlah peternak dan pedagang (agen) susu kambing banyak terlihat di pinggirpinggir jalan khususnya wilayah Bogor. Beberapa peternak atau kelompok peternak sudah mulai mengembangkan peternakan kambing dengan tujuan utama sebagai penghasil susu mengarah pada pengusahaan skala besar termasuk Peternakan Unggul dalam menjalankan usahanya. Di beberapa daerah seperti Bogor, Sukabumi, Bandung dan beberapa lokasi di Pulau Jawa, sudah banyak peternak mandiri yang memiliki populasi kambing PE di atas 100 ekor (Sodik dan Abidin 2008). Selain didukung oleh ketersediaan sumber pakan, Bogor memiliki agroklimat yang cocok untuk pengembangan usaha ternak kambing perah. Serta lokasi Bogor yang dekat dengan konsumen potensial seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi dan kota-kota besar lainnya sehingga usaha kambing yang dijalankan tersebut kedepanya memiliki prospek usaha yang menguntungkan. Menurut informasi yang bersumber dari Peternak Unggul tingkat penyerapan pasar susu kambing dapat diketahui dengan adanya produksi susu yang selalu habis terjual bahkan beberapa agen untuk mendapatkan produk susu kambing sebelumnya melakukan pemesanan terlebih dahulu. Minimal pemesanan setiap agen rata-rata mencapai 5-10 liter per minggu. Adannya peningkatan jumlah penduduk dan menyebarnya informasi tentang kasiat susu kambing diharapkan menjadikan peluang meningkatnya permintaan terhadap susu kambing Analisis Pesaing dan Peluang Pasar Usaha ternak kambing PE dilihat dari pesaing usaha dapat dikatakan cukup tinggi. Hal ini tercermin dari jumlah peternakan kambing perah yang cukup banyak. Informasi ini mengindikasikan tingginya minat peternak untuk mengembangkan usaha ternak kambing perah, akan tetapi jumlah peternak yang cukup banyak tersebut tidak menimbulkan persaingan yang terlalu ketat. Persaingan yang terjadi bersifat sehat dan saling melengkapi. Artinya sesama

57 pelaku produsen susu kambing saling menginformasikan jika ada pesanan susu yang disesuaikan dengan daya beli konsumen. Usaha ternak kambing perah masih memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Malaysia dan Brunai merupakan pasar regional produk ternak dan tidak dapat dipenuhi oleh Indoensia. Malaysia memerlukan sekitar ekor kambig/domba per bulan dan pasar Timur Tengah khusunya Arab Saudi sekitar 1-3 juta ekor per tahun untuk ternak kurban (Sutama et,al 2007). Adanya kebutuhan ekspor ternak khususnya kambing yang belum terpenuhi mengindikasikan produksi susu kambing yang diproduksi relatife stabil. Hasil wawancara dengan pemilik ternak, selama masih ada yang sakit permintaan akan susu kambing masih akan tetap dibutuhkan. Apalagi melihat pola hidup masyarakat dewasa ini mengarah kepada minuman kesehatan dan pengobatan alami membuat kebutuhan akan mengkonsumsi susu kambing meningkat. Selain susu kambing sebagai sumber pendapatan dapat juga menjual produk lain seperti ternak afkir, anakan kambing hingga pada kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk organik. Hal ini menjadi peluang karena dapat memberikan potensi pendapatan tambahan Bauran Pemasaran Bauran pemasaran yang diterapkan oleh Peternak Unggul meliputi price, product, place, dan promotion. Tujuan menerapkan bauran pemasaran diharapkan mengetahui tingkat intensitas persaingan sesama pelaku usaha. sehingga produk yang dihasilkan ketika dipasarkan dapat ditrima oleh konsumen. Selain itu menguntungkan bagi pelaku usaha yang akan menjalankan suatu usaha Harga (Price) Untuk mengetahui perkembangan harga susu di pasaran, pemilik Peternak Unggul melakukan survei kepada penjual susu di pinggir-pinggir jalan yang bertujuan untuk membandingkan keunggulan produk lain dengan produk Peternak Unggul seperti dari sisi rasa dan aroma yang nantinya sebagai bahan evaluasi produk yang dihasilkannya. Peternakan Unggul dalam menetapkan harga jual susu kambing, mengacu pada harga susu kambing yang berlaku di pasaran. Peternak tersebut mempunyai formula sendiri dalam menghasilkan susu yang

58 diproduksinya, artinya peternak unggul sangat memperhatikan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan Harga jual susu kambing di Peternakan Unggul dengan harga yang ditetapkan sebesar Rp per liter. Harga tersebut merupakan harga di tingkat pengecer atau agen. Harga yang berlaku ditingkat peternak lain di bawah harga Rp per liternnya dikarenakan disesuaikan dengan kualitas susu yang dihasilkan. Kemasan yang kurang menarik dan rasa susu yang dihasilkan kurang gurih dan beraroma prengus mempengaruhi terhadap harga jual.. Faktor trend back to nature juga dapat menentukan harga susu kambing yang akan dipasarkan. Susu kambing Peternakan Unggul saat ini dipasarkan melalui agen/distributor yang berada di Jakarta, Bekasi, dan Bogor. Bahkan Peternakan Unggul bekerjasama dengan Indomaret yang berlokasi di Jakarta. Berkembangnya agen-agen yang tertarik bekerja sama dengan Peternakan Unggul, menyebabkan produksi susu yang dihasilkan selalu habis terjual Produk (Product) Hasil susu yang dipasarkan dalam bentuk susu segar yang sudah dikemas plastik. Produk yang dipasarkan sudah dalam bentuk kemasan yang menarik yaitu pada kemasan bagian depan mencantumkan gambar kambing Etawa dengan tulisan (berwarna hitam) dalam kemasan tercantum lambang W yang berarti inisial nama pemilik usaha tersebut, identitas nama usahanya yaitu Unggul kemudian mencantumkan susu kambing organik berkhasiat. Tidak lupa pula mencantumkan label halal. Setiap kemasan tercantum informasi tanggal produksi, serta pada kemasan bagian belakang tercantum informasi mengenai khasiat susu kambing. Diantaranya meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan anak, memperlambat osteoporosis atau kerapuhan tulang dan menyembuhkan rematik, hingga mempercepat penyembuhan penyakit maag kronis, membantu penyembuhan penyakit kangker. Hal ini bertujuan agar dapat mengedukasi khasiat susu kambing kepada konsumen. Susu yang dipasarkan per liternya terbagi menjadi lima kantong dengan ukuran 200 ml (Gambar 2). Hal tersebut dapat memudahkan agen untuk menjual kepada konsumen apabila konsumen membeli dalam jumlah kurang dari satu liter.

59 Gambar 2. Kemasan Susu Murni di Peternakan Unggul Kemasan susu yang dihasilkan oleh peternakan unggul merupakan susu murni tanpa campuran bahan lain. Lamanya masa simpan susu kambing peternak unggul dapat disimpan selama tiga bulan dengan kondisi susu keadaan beku. Apabila susu dalam keadaan suhu ruang hanya mampu bertahan selama delapan sampai sepuluh jam. Sebelum dikonsumsi direkomendasikan susu kambing tersebut dipanaskan dalam suhu C selama 5-10 menit bersamaan dengan kemasannya. Penyajian susu kambing tersebut dapat dikombinasikan dengan gula, kopi, jahe, sirup sesuai selera konsumen bahkan dapat disajikan dalam keadaan dingin. Susu kambing baik dikonsumsi setiap hari, pagi dan sore hari Tempat (Place) Pemilihan lokasi untuk memasarkan produk susu yang dihasilkan perlu dilakukan guna produk yang akan dipasarkan dapat diketahui oleh konsumen. Untuk saat ini tempat penjualan susu kambing masih tergolong spesifik. Hal ini dapat dilihat seperti pemasaran yang dilakukan tidak disemua lokasi, produk tersebut dapat dipasarkan pada toko herbal, tempat pengobatan alternatif. Di samping itu, cakupan wilayah susu kambing ini masih sekitar wilayah Jabodetabek. Beberapa distributor tetap dari perusahaan yaitu diantaranya toko herbal yang berada di jalan Sukasari-Bogor, Pasar Minggu, Pasar Santa, Jati Bening-Bekasi,dan mulai menawarkan pada Indomart yang berlokasi di Jakarta. Dalam mendistribusikan produk yang dihasilkan, pihak Peternakan Unggul menggunakan dua saluran pemasaran, yaitu : a) Peternakan Unggul Konsumen Akhir b) Peternakan Unggul Distributor/agen Konsumen Akhir

60 Saluran pemasaran pertama, Peternakan Unggul memasarkan secara langsung produk ke konsumen akhir dan biasanya pihak konsumen akhir langsung memesan produk pada kantor pemasaran yang terdapat di wilayah Cimanggu Bogor. Lalu pihak perusahaan mengantarkan pesanan produk tersebut kepada pihak konsumen akhir atau biasanya disebut dengan layanan antar (delivery service). Pada saluran dua, pihak perusahaan memasarkan produknya terlebih dahulu ke distributor kemudian produk dipasarkan ke konsumen akhir. Sebelum produk susu dipasarkan, produk yang dihasilkan terlebih dahulu di simpan di freezer (lemari pendingin) yang berada pada kantor pemasaran maupun di lokasi kandang, kemudian setelah susu tersebut dalam kondisi beku baru dapat disalurkan kepada distributor ataupun konsumen akhir. Dengan kondisi kemasan susu pada kondisi beku, hal ini dapat mempertahankan kondungan nutrisi yang terkandung pada susu tersebut, sehingga tidak mengalami kerusakan. Pengiriman susu dengan jarak jauh perlakuan yang dilakukan dengan melakukan pengemasan produk yaitu susu dikemas di dalam Styrofoam tujuannya adalah menjaga agar susu tetap beku lebih lama Promosi (Promotion) Promosi produk bagi usaha yang baru berjalan perlu dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggororatri (2008), susu kambing merupakan produk yang masih berada pada tahap perkenalan, pada proses tahap perkenalan perlunya pengembangan terhadap kesadaran tentang susu kambing salah satunya dengan pemberian edukasi manfaat dan khasiat susu kambing. Promosi yang dilakukan untuk mengenalkan produknya kepada konsumen yaitu pada mulanya pemilik menginformasikan melalui mulut ke mulut. Diantaranya pemilik memperkenalkan produk kepada sesama rekan kerja, saudara terdekat dan menawarkan kepada individu lainnya serta memberikan kartu nama guna memudahkan untuk berkomunikasi bila tertarik untuk memesannya. Selain itu dengan menerima mahasiswa untuk melakukan penelitian di lokasi kandang Peternakan Unggul sebagai salah satu bentuk promosi untuk memberikan informasi kepada pihak lain.

61 Pemasaran susu kambing dipengaruhi juga oleh sertifikasi produk. Sertifikasi produk berguna untuk meyakinkan konsumen akan khasiat dan kandungan zat dari susu yang dihasilkan oleh produsen. Sebelum agen bekerjasama memasarkan produk susu kambing tersebut, pemilik menginformasikan terlebih dahulu mengenai keunggulan susu yang dihasilkan dan khasiat susu kambing bila mengkonsumsinnya. Selain itu pemilik memberikan fasilitas berupa spanduk yang berisikan mengenai khasiat susu kambing dan mencantumkan nama Peternakan Unggul sebagai produsennya. Hal ini dilakukan juga sebagai bentuk promosi Peternakan Unggul sebagai produsen susu kambing, disamping baik agen maupun konsumen mengetahui manfaat dan khasiat susu kambing yang diproduksinya. Sehingga dengan adanya informasi tersebut diharapkan konsumen mengingat dan tertarik untuk mengkonsumsi susu kambing tersebut Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pengusahaan ternak kambing perah yang dilakukan oleh Peternakan Unggul tidak ada masalah terkait dengan aspek pasar yang dapat menghambat jalannya usaha peternakan kambing perah ini, sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan. adannya informasi tentang permintaan kambing hidup ke Negara tetangga dan permintaan susu kambing yang belum terpenuhi menurut ketua asosiasi peternakan kedepannya sebagai peluang usaha, mengingat masyarakat tidak hannya terfokus terhadap usaha kambing perah saja. Faktor modal dapat dijadikan sebagai hambatan bagi para pelaku usaha yang bergerak pada usaha peternakan kambing perah, sehingga persaingan sesama produsen susu kambing kedepannya masih relatif kecil.

62 6.2. Aspek Teknis Lokasi Produksi Lokasi usaha ternak kambing perah di Peternakan Unggul terbagi menjadi dua. Kandang berlokasi di Jalan Cibuntu, Cikampak Kecamatan Ciampea dilahan seluas 2570 m 2, merupakan salah satu daerah sentra produksi susu kambing di Kabupaten Bogor (Tabel 3). Sedangkan kantor pemasaran terletak di Jalan Raya Cimanggu, yang secara lokasi mempunyai akses mudah ke kota-kota lain yang berpotensi sebagai konsumen susu kambing seperti Puncak, Tangerang, Depok, Bekasi hingga ke Jakarta. Sehingga lokasi ini mempunyai nilai strategis yang tinggi bagi pemasaran produk pertanian. Kriteria-kriteria utama dalam pemilihan lokasi ini adalah : 1. Ketersediaan Bahan Baku Ketersediaan bahan baku pada pengusahaan kambing perah ini diantarannya Bibit, pakan, obat-obatan, dan bahan bangunan. Pihak Peternakan Unggul mendapatkan sumber bibit yang dibelinya dari daerah Kaligesing, pemesanan bibit dapat dipesan pada sesama peternak kambing perah yang ada di wilayah Bogor, khusunya Ciampea akan tetapi bibit kambing peternakan unggul diperolehnya dengan mengusahakan sendiri dari ternak yang sudah ada. Sehingga kebutuhan akan bibit bisa dipenuhi sendiri dengan cara memanfaatkan anak yang lahir nantinya dijadikan sebagai ternak untuk diproduksi. Estimasi dari jumlah ternak sebannyak 54 ekor kambing betina produktif menghasilkan jumlah anak yang lahir sebanyak 51 ekor dengan asumsi tingkat kematian ternak sebannyak tiga ekor yaitu lima persen tingkat kematian. Jumlah anak jantan yang lahir 16 ekor (31,5 persen dari total anak yang hidup), sisanya dari total 35 ekor anak yang hidup merupakan anak kambing betina. Kapasitas kandang yang telah disediakan memuat 100 ekor kambing produktif/dewasa, dari total 100 ekor kapasitas kandang jumlah kambing jantan yang dipelihara sebannyak lima ekor yang nantinya sebagai induk jantan sisanya diasumsikan dijual. Mengenai perkembangan dan produksi ternak dapat dilihat seperti lampiran 2. Pakan seperti rumput dapat dibudidayakan sendiri seperti menanam rumput gajah disekitar lokasi kandang. Mengingat susu yang dihasilkan

63 mengarah pada susu organik, maka pakan yang diberikan dalam bentuk pakan alami, untuk mendukung hal tersebut kotoran ternak yang dihasilkan dimanfaatkan untuk lahan rumput yang telah disediakan. Tujuannya menyediakan lahan yang ditanami rumput agar pasokan rumput dapat disediakan sendiri, mengingat kebutuhan pakan yang bersumber dari rumput tidak mencukupi seiring bertambahnya jumlah populasi kambing, untuk mengatasi peternak memberikan pakan tambahan berupa konsentrat dan ampas tempe yang didapatnnya dari pengrajin tempe. Banyaknnya kebutuhan pakan yang dibutuhkan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. konsentrat dan obat-obatan dibelinya dari koperasi peternakan di daerah Cimanggu. Bahkan untuk keperluan obat-obatan Peternakan Unggul dapat menyediakan sendiri mengingat istri dari pemilik membuka jasa Klinik Kesehatan Hewan yang berlokasi di daerah Cimanggu. Sedangkan Sedangkan bahan-bahan untuk membuat perlengkapan bangunan seperti kandang diperolehnya dari wilayah sekitar lokasi kandang, dengan memanfaatkan kayu-kayu kampung (kayu albasia, nangka) dan membelinya di matrial bangunan yang berada dekat dengan lokasi kandang. 2. Listrik dan air Sarana infrastruktur tenaga listrik di lokasi kandang tidak menjadi masalah dikarenakan sudah adanya saluran listrik di lokasi usaha Peternakan Unggul. Tenaga listrik ini dimanfaatkan untuk sarana penerangan di sekitar kandang dan penggunaan alat seperti Freezer dan shiler. Sumber air didapatnya dari sumur air tanah yang telah dibuatnya. Bahkan kebutuhan air juga didapat dari saluran air sungai/air hujan yang tidak jauh dari lokasi kandang, yang nantinya ditampung di penampungan kolam air yang telah disediakan. 3. Suplai tenaga kerja dan fasilitas transportasi Kebutuhan tenaga kerjanya yang digunakan, Peternakan Unggul memperkerjakan karyawan sebanyak dua orang. Menurut buku laporan data monografi Kecamatan Ciampea tahun 2008, potensi jumlah angkatan kerja di Kecamatan Ciampea adalah untuk angkatan kerja pria sebanyak

64 orang sedangkan angkatan kerja perempuan sebanyak orang, artinya potensi untuk sumber tenaga kerja masih berpotensi dalam penyediaan sumber tenaga kerja. Selain itu daerah Ciampea merupakan daerah pertanian, diantaranya peternakan. Sehinga sumbear daya manusianya berpotensi sebagai tenaga kerja dibidang pertanian. Lokasi usaha Peternakan Unggul hanya berjarak kurang lebih 15 km dari jalan yang menghubungkan provinsi (Jawa Barat, Banten, Jakarta) yaitu Jalan Raya Ciampea. Dari jalan propinsi tersebut tersedia sarana transportasi umum yang menjangkau daerah tersebut seperti angkutan umum dan ojek motor sehingga untuk mencapai lokasi mudah dijangkau oleh pihak distributor dan konsumen akhir Teknis Budidaya 1. Kandang Sistem pemeliharaan ternak kambing perah dilakukan secara intensif. Kandang berbentuk panggung (Gambar 3) yang terdiri dari tiga bagian kandang. Artinya aktifitas kambing mulai dari makan hingga pemerahan susu aktifitasnya dilakukan di dalam kandang. a). Bagian dalam b). Tampak luar Gambar 3. Kandang Tipe Panggung di Peternakan Unggul Kandang dibagi berdasarkan fungsinya yaitu kandang produksi, kandang pembesaran atau penggemukan dan kandang tempat bunting. Kandang produksi adalah kandang yang disediakan khusus untuk dihuni oleh induk produktif dan kambing yang sedang kawin, di kandang ini pula pemerahan dilakukan. Luasan kandang yang digunakan kurang lebih 150 m dengan daya tampung ternak dewasa

65 sebanyak 100 ekor, dengan rincian panjang kandang 25 m dan lebar kandang 6 m. Tiap kandang dibuat beberapa sekat, ukuran 2,5 m x 3 m sebanyak 14 sekat, tiap sekat memuat 6 ekor dewasa. Sekat berukuran 1,5 m x 2,5 m sebanyak empat sekat dengan total kapasitas tampung ternak sejumlah 16 ekor. Sedangkan ukuran kandang untuk anak berukuran 4 m x 3 m, sebanyak delapan sekat menampung kurang lebih 32 ekor anak kambing dibawah umur empat bulan. Kandang dibuat permanen dengan tiang kolong kandang terbuat dari semen cor. Lantai kolong kandang dibuat miring agar limbah kotoran kambing dapat langsung mengalir ke parit atau bak penampungan limbah yang sudah disediakan di sekitar kandang. 2. Pakan Peternakan Unggul memberikan pakan berupa rumput dan dedaunan, pemberiannya dengan cara disabitkan (cut and carry). Untuk sumber protein diperoleh dari dedaunan, konsentrat yaitu campuran bungkil kelapa sawit, dedak, onggok, dan garam mineral dan ampas tempe. Rumput diperoleh dengan menanam sendiri di lahan sekitar kandang, sedangkan konsentrat, ampas tempe diperoleh dengan cara membeli. Peternakan Unggul memberikan pakan tambahan berupa konsentrat dan ampas tempe. Masing masing pakan diberikan rumput sebannyak dua kg, konsentrat 0,5 kg, dan ampas tempe sebanyak tiga kg. Sebagai sumber energi, ternak diberi rumput gajah dan rumput lapang. Menurut Mathius, yulistiani dan Wilson (1989), Pemberian pakan yang baik sebanyak sepuluh persen dari bobot badan ternak. Rata-rata kambing dewasa produktif peternakan unggul adalah 40 kg per ekor. Artinya kebutuhan pakan yang harus diberikan adalah sebannyak 40 kg dikali sepuluh persen, setara dengan empat kg. Kebutuhan pakan Peternakan Unggul dilihat dari pemberian jumlah pakan terbilang sudah lebih dari cukup, rata-rata total pemberian pakan sebanyak 5,5 kg per ekor per harinnya. Frekuensi pemberian rumput dilakukan tiga kali yaitu pagi, siang dan sore pada pukul 06.00, dan Konsentrat dan ampas tempe diberikan dua kali sehari yaitu pukul 06.30, dan WIB. Pemberian konsentrat pada pagi dan sore dilakukan setelah pemberian pakan rumput dan sebelum pemerahan yang berfungsi untuk menenangkan kambing ketika diperah. Posisi tempat pemberian pakan berada di luar kandang. Manfaat yang didapat dengan posisi kotak pakan berada di luar diantaranya, memudahkan dalam pemberian

66 pakan, memudahkan pembersihan sisa-sisa pakan, kondisi kandang menjadi lebih bersih, selain itu ternak tersebut mendapatkan sirkulasi udara yang baik (Gambar 4). Gambar 4. Pemberian Pakan Ampas Kedelai Kegiatan memberi pakan mulai dari mengarit rumput hingga mencacahnya menjadi potongan-potongan kurang lebih sepanjang lima cm. tujuannya agar ternak menjadi lebih mudah memakan ruput yang telah diberikan. Rumput yang diberikan sebanyak dua kg per harinnya. Biasanya pemberian dilakukan satu jam setelah pencacahan. Sedangkan pemberian konsentrat peternakan Unggul membuat pormulasi sendiri yaitu dengan melakukan pencampuran bahan seperti onggok, bungkil sawit, dedak, garam dapur dengan perbandingan 1:1:5:0,05 kg. Banyaknya pemberian per ekor per hari sebanyak 0,5 kg. Pemberian konsentrat dapat dilakukan setelah kambing berusia empat bulan, peternakan Unggul dalam pemberian konsentrat sangat memperhatikan ternaknya terlebih pada ternak yang sedang diperah (masa laktasi) dimaksudkan untuk menjaga kualitas susu yang dihasilkan. Pemilik Peternakan Unggul menyakini dengan pemberian konsentrat secara teratur selain untuk menjaga kesehatan ternak juga memberikan rasa gurih pada susu yang dihasilkan. Pemberian ampas kedelai dilakukan tiga kg per ekor per harinya. Sumber pakan ampas tempe didapatnya dari pengusaha tempe di wilayah Jakarta. Peternak untuk menjaga kontinuitas pasokan dengan mencari dibeberapa tempat. Penanganan anak kambing yang dilakukan oleh Peternakan Unggul adalah masa menyusui anak kambing selama tiga bulan. Anak kambing yang baru lahir, susu yang bersumber dari induk digantikan dengan susu sapi. Tujuan menggantikan susu kambing dengan susu sapi agar susu kambing yang

67 dihasilkan dapat dijual mengingat harga susu kambing yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan susu kambing per liternnya. 3. Sanitasi Pembersihan kandang (sanitasi) yang dilakukan di Peternakan Unggul dalam sehari dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore hari dilakukan satu jam sebelum melakukan pemerahan susu kambing. Alat yang digunakan yaitu ember untuk mengambil air dari kolam penampungan air dan sapu lidi untuk membersihkan kotoran kambing. Tujuan utama pembuatan lantai kolong yang miring agar tercipta kebersihan kandang. Pembersihan sisa-sisa pakan juga dilakukan setiap hari, apabila sisa-sisa pakan tidak dibersihkan terlebih pada ampas tempe, dapat menimbulkan aroma tidak sedap dan berakibat pengurangan nafsu makan pada ternak. Kandang yang bersih merupakan cara pencegahan serangan penyakit pada ternak. Ruang kandang dibuat dengan lorong/gang. Lorong dibuat di tengah dengan ruangan di samping kiri dan kanan, biasanya lorong ini dipakai sementara untuk ternak (terutama ternak sapihan dan proses pemerahan). Dengan model lorong ini, ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh yaitu pintu keluar kandang cukup satu, keluar masuknya ternak lebih mudah diatur, dan membersihkan kandang lebih mudah (Gamabr 5). Gambar 5. Kegiatan Sanitasi Kandang di Peternakan Unggul 4. Reproduksi Sistem perkawinan Peternakan Unggul dilakukan secara alami, belum pernah melakukan perkawinan dengan menerapkan Inseminasi Buatan (IB). artinya proses perkawinan menggunakan kambing pejantan yang dimilikinya. Peternak menganggap dengan menggunakan teknologi IB akan menambah beban

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) SKRIPSI DEWINTHA STANI H34066033 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Kambing

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Kambing II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kambing Kambing merupakan binatang memamahbiak yang pada dasarnya merupakan kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya. Kambing perah memang masih asing bagi sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PADA MITRA KABUPATEN BOGOR. Oleh: F I T R I A L

PADA MITRA KABUPATEN BOGOR. Oleh: F I T R I A L ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING DAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh: F I T R I A L A14105549 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein hewani yang tergolong mudah dipelihara dan sudah dikenal luas oleh masyarakat. Kambing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus berkembang membuat diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan alternatif yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan alami yang mempunyai nutrisi sangat lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar

Lebih terperinci

RINGKASAN PENDAHULUAN

RINGKASAN PENDAHULUAN POTENSI SUSU KAMBING SEBAGAI OBAT DAN SUMBER PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN GIZI PETANI ATMIYATI Balai Penelitian Terak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan budidaya ternak kambing sangat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci