PERANCANGAN SISTEM KENDALI OTOMATIS UNTUK PENAHAPAN SUHU MEDIA PEMBEKU HAGA PUTRANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN SISTEM KENDALI OTOMATIS UNTUK PENAHAPAN SUHU MEDIA PEMBEKU HAGA PUTRANTO"

Transkripsi

1 PERANCANGAN SISTEM KENDALI OTOMATIS UNTUK PENAHAPAN SUHU MEDIA PEMBEKU HAGA PUTRANTO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Sistem Kendali Otomatis untuk Penahapan Suhu Media Pembeku adalah benar karya saya dengan arahan dari Prof Dr Ir Armansyah H Tambunan dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2015 Haga Putranto NIM F

4

5 ABSTRAK HAGA PUTRANTO. Perancangan Sistem Kendali Otomatis untuk Penahapan Suhu Media Pembeku. Dibimbing oleh ARMANSYAH H. TAMBUNAN. Mesin pembeku eksergetik dengan suhu media bertahap terbukti dapat meningkatkan efisiensi eksergi. Penggunaan tiga katup ekspansi (expansion valve/ev) untuk mengatur suhu setiap tahapan proses pembekuan, yaitu precooling (penurunan suhu menuju titik beku air), freezing (proses pelepasan panas laten di titik beku), dan sub-freezing (penurunan suhu di bawah titik beku air) ternyata kurang efektif karena pengguna harus mengatur putaran baut EV setiap kali akan digunakan. Pada penelitian ini dikembangkan sistem kendali otomatis untuk mengendalikan suhu evaporator sesuai tahapan. Sistem kendali yang dirancang adalah sistem kendali dengan logika PID dengan mengatur waktu bukatutup solenoid valve (SV) untuk mengatur aliran refrigeran yang menuju EV. Sistem kendali yang dirancang menggunakan dua katup ekspansi. Katup ekspansi pertama (EV1) diatur pada suhu di bawah -20 o C, sedangkan EV2 diatur pada suhu diatas 0 o C. Pengaturan ini bertujuan untuk menurunkan dan menaikan suhu di antara -20 o C 0 o C. Berdasarkan hasil penentuan parameter Kp, Ki, dan Kd secara trial and error didapatkan nilai 200, 50, 5 secara berturut-turut dengan error ratarata di atas setpoint sebesar 2.41 o C dan error di bawah setpoint sebesar o C dan rata-rata peroide osilasi 2.5 menit. Kata kunci: pembeku eksergetik, PID, katup ekspansi, solenoid valve ABSTRACT HAGA PUTRANTO. Design of Automatic Control System for Stepping Temperature of The Freezing Medium. Supervised by ARMANSYAH H. TAMBUNAN. Exergetic freezer with stepping temperature of the freezing medium can increase exergy efficiency. Utilization of three expansion valves to regulate medium temperature, namely for pre-cooling (decrease of temperature to the freezing point), freezing (release of latent heat at freezing point), and sub-freezing (decrease of temperature below freezing point) way was considered ineffective because the user must set the EV everytime it is used. The objective of this research is to develop an automatic control system to regulate evaporator temperature according to freezing process. The control system was designed with PID logic to regulate the opening and closing of the solenoid valve (SV), so as to regulate the flow of refrigerant to the EV. The system used two expansion valves. The first expansion valve (EV1) was set at a temperature below -20 o C while EV2 is set at a temperature above 0 C. This setting was required for lowering and raising the temperature between -20 o C 0 o C. Determination of the parameters Kp, Ki, and Kd with trial and error method resulted in the value of 200, 50, 5 respectively with an average error of 2.41 o C above setpoint and o C below the setpoint, and average of osilation period was 2.5 minutes. Keywords: exergetic freezer, PID, expansion valve, solenoid valve

6

7 PERANCANGAN SISTEM KENDALI OTOMATIS UNTUK PENAHAPAN SUHU MEDIA PEMBEKU HAGA PUTRANTO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9 ueuegedeq n1e) Surqrurquie4 ngng uedeqeued nun sreuolo 1npn1 rlepue;1 tuesrs ue8uecuere4 :rsdrrrlg

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini yaitu Perancangan Sistem Kendali Otomatis Untuk Penahapan Suhu Media Pembeku. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Orang tua yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayangnya hingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Prof. Armansyah H. Tambunan selaku pembimbing skripsi, yang selalu memberikan bimbingan, masukan, dan saran-sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. I Dewa Made Subrata selaku dosen penguji, yang selalu memberikan masukan dan saran-sarannya kepada penulis. 4. Dr. Edi Hartulistyoso selaku dosen penguji, yang selalu memberikan masukan dan saran-sarannya kepada penulis. 5. Teman-teman Lab. Pindah Panas dan Massa, yang selalu menjadi teman saat melakukan penelitian dan berbagi ilmu. 6. Rekan-rekan di ERC yang banyak berbagi ilmu dan pengalaman tentang mikrokontroller, khususnya Dr. Slamet Widodo, Kharis, Alvin, dan Made. 7. Seluruh teman-teman TMB47 terutama Sigit, Well, Aul, dan Wenny yang selalu memberikan masukan dan semangat selama penyusunan skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan PKM, khususnya Asep, Fuad, Andryana, Sandy, Pepi, Dhiko, Fatiya, Alif, Fazi, Fitri, Chusen, dan Andi atas pengalaman dalam berjuangnya. 9. Teman-teman kontrakan Dramaga Regency D28 terutama buat Bayu, Andika, Rifky, Sapran, Agit, Hafidz, dan Dhiko. 10. Teman-teman Wisma SAS terutama buat bang Fian, Dhiko, Ridho, Rahman, Buddy, Dhanny, Wahyu dan Pak Apang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2015 Haga Putranto

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 3 Sistem Kendali 3 Proses Pembekuan 5 Laju Pembekuan dan Titik Beku 6 Sistem Pembeku dengan Suhu Bertahap 7 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap 8 METODE 9 Waktu dan Tempat 9 Alat dan Bahan 9 Prosedur Penelitian 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Hasil Perancangan 11 Kalibrasi sensor LM35 17 Laju Penurunan Suhu dan Kenaikan Suhu Katup Ekspansi 18 Penentuan Parameter Kendali (Kp, Ki, Kd) Secara Trial and Error 19 Pembuatan Alat 23 Algoritma Interface Alat Kendali 26 SIMPULAN DAN SARAN 27 Simpulan 27 Saran 27 DAFTAR PUSTAKA 27

14 RIWAYAT HIDUP 37

15 DAFTAR TABEL 1 Titik beku beberapa bahan pangan 7 2 Spesifikasi berbagai jenis Arduino 14 3 Pembobotan pemilihan mikrokotroller 14 4 Tabel nilai error suhu dan periode waktu osilasi masing-masing kombinasi nilai Kp, Ki,Kd 20 5 Error dan beda error hasil pengukuran 21 6 Analisis perubahan suhu pada Kp = 200, Ki = 50, Kd = 5 21 DAFTAR GAMBAR 1 Pengendali on-off dengan dead band (Bolton 2006) 4 2 Hubungan suhu terhadap waktu selama proses pembekuan (Fellows 2000) 5 3 Ilustrasi pembekuan dengan media lempeng sentuh (Singh dan Heldman 2009) 7 4 (a) Metode Pembekuan Konvensional (b) Metode Pembekuan Suhu Bertahap (Kamal 2008) 8 5 Skema dan diagram T-s pada siklus refrigerasi kompresi uap ideal (Cengel dan Boles 2006) 9 6 Mesin pembeku satu evaporator dan tiga katup ekspansi Situmorang (2013) 12 7 Baut pada katup ekspansi 13 8 Rancangan sistem kendali pada mesin pembeku 13 9 Rangkaian listrik sistem kendali Mikrokotroller Arduino Mega Relay 4 channel Membrane keypad matrix 4x Display LCD 16 x Sensor suhu LM Rangkaian LM 35 dengan rentang suhu -55 o C o C (NS 1999) Grafik hubungan pembacaan nilai sensor LM 35 dengan hybrid recorder Yokogawa Laju penurunan suhu menggunakan EV1 dan laju kenaikan suhu menggunakan EV Grafik suhu pengaturan Kp = 200, Ki = 1000, dan Kd = 5 dengan suhu target o C Grafik suhu pengaturan Kp = 200, Ki = 50, dan Kd = 100 dengan suhu target o C Grafik suhu pengaturan Kp = 200, Ki = 50, dan Kd = 5 dengan target suhu = o C Grafik simulasi pengendalian suhu pada -3 o C, -10 o C, dan -20 o C Konfigurasi pin relay pada mikrokontroller Rangkaian listrik dan relay Konfigurasi pin keypad dan pin mikrokontroller Konfigurasi pin display pada mikrokontroller 24

16 26 Hasil akhir rancangan Rangkaian sensor LM35 untuk suhu lempeng evaporator dan bahan (NS 1999) Algoritma program 26 DAFTAR LAMPIRAN 1 Algoritma sistem kendali 29

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses pendinginan merupakan salah satu proses penanganan pascapanen untuk mempertahankan mutu bahan pertanian dengan cara menurunkan suhu produk sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Suhu yang rendah dalam produk akan menghambat aktivitas enzim dan mikroba yang dapat membuat produk menjadi rusak. Menurut Singh dan Heldman (2009), pembekuan merupakan proses pendinginan bahanhingga di bawah titik bekunya. Pada suhu dibawah 0 o C, terjadi penurunan secara signifikan pada laju pertumbuhan bakteri dan aktivitas mikroba. Suhu rendah juga memperlambat laju reaksi yang terjadi pada produk seperti aktivitas enzim dan reaksi oksidasi. Selain itu, pembentukan kristal es dalam produk mengubah aktivitas air, sehingga hanya tersedia sedikit air yang mendukung proses pembusukan. Penggunaan mesin pembeku tidak terlepas dari penggunaan energi yang digunakan selama proses pembekuan. Pada mesin pembeku, energi digunakan untuk menggerakan fan pada kondenser dan menggerakan kompresor untuk memompa refrigeran sehingga dapat mengalir dan mengambil panas dari evaporator. Pembekuan merupakan proses yang memerlukan energi sangat besar, sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan efisiensi energi. Menurut Kamal (2008), pada metode pembekuan konvensional, pembekuan dilakukan pada suhu media yang tetap selama proses pembekuan berlangsung. Konsumsi energi terjadi sejak tahap penurunan suhu awal bahan hingga tahap pembekuan lanjut di bawah titik beku. Pengembangan suatu model sistem pembekuan dengan suhu media pembeku yang dapat dikendalikan secara bertahap bertujuan untuk mengendalikan input energi sejak tahap awal pembekuan hingga pembekuan lanjut. Pengendalian input energi melalui pengaturan suhu media pembeku dalam proses pembekuan suhu bertahap dilakukan agar penggunaan energi lebih efektif, karena suhu media pembeku mempengaruhi input energi. Mesin pembeku yang digunakan Kamal (2008) mempunyai tiga evaporator dan tiga katup ekspansi. Suhu ketiga evaporator tersebut diatur sesuai dengan tahapan proses pembekuan. Pada proses pembekuan dengan mesin tersebut, bahan bergerak diatas lempeng pembeku dari evaporator 1 menuju evaporator 2 hingga evaporator 3. Dengan menggunakan alat tersebut, Kamal (2008) berhasil membuktikan bahwa proses pembekuan dengan melakukan penahapan suhu media pembeku dapat meningkatkan eksergi sebesar 1.0% % dari 50.9% pada sistem pembeku konvesional menjadi 51.2% % pada sistem pembeku dengan suhu media bertahap. Namun, penelitian tersebut juga menunjukkan timbulnya panas akibat gesekan yang terjadi antara wadah bahan dan lempeng pembeku. Hal ini menyebabkan kerugian termal pada proses pembekuan tersebut dimana terjadi peningkatan suhu pada wadah bahan. Berdasarkan hal tersebut, Situmorang (2013) mengembangkan mesin pembeku dengan suhu media bertahap yang menggunakan satu evaporator dan tiga katup ekspansi, sehingga bahan yang dibekukan tidak perlu berpindah. Penelitian yang dilakukan Situmorang (2013) menggunakan mesin pembeku tersebut, membuktikan bahwa dengan penurunan suhu media pembeku secara

18 2 bertahap (-5 o C, -10 o C, -15 o C) maka didapatkan efisiensi eksergi sebesar 66.6%, sedangkan pembekuan dengan suhu media konstan -15 o C didapatkan efisiensi eksergi sebesar 58.3%. Dengan demikian, penahapan suhu media pembeku dapat meningkatkan nilai efisiensi eksergi sebesar 8.3%. Pada mesin pembeku yang dikembangkan oleh Situmorang (2013) tersebut, arah aliran refrigeran menuju katup ekspansi diatur oleh solenoid valve. Setiap tahapan suhu media pembeku diatur melalui katup ekspansi yang berfungsi sebagai penurun tekanan aliran refrigeran sebelum masuk ke evaporator. Solenoid valve akan membuka dan menutup aliran menuju katup ekspansi. Solenoid valve tersebut dioperasikan melalui saklar on-off secara manual pada papan panel, yang akan memutus dan menghubungkan solenoid valve dengan sumber daya.sehinggauntuk meningkatkan efektivitas operasi mesin pembeku tersebut, maka diperlukan suatu sistem rancangan otomasi yang dapat mengatur suhu media pembeku pada setiap tahapan. Rancangan otomasi diperlukan agar mesin pembeku dapat melakukan penahapan suhu media pembeku dan yang sesuai dengan perubahan suhu bahan yang dibekukan. Perumusan Masalah Mesin pembeku dengan media suhu bertahap terbukti dapat meningkatkan efisiensi eksergi selama proses pembekuan. Pengaturan suhu media pada mesin tersebut masih dilakukan secara manual dengan cara memutar sekrup pada bagian katup ekspansi. Pengaturan suhu dengan cara ini tidak praktis dan sulit dilakukan, sehingga diperlukan sistem pengendalian suhu media pembeku secara otomatis yang sesuai dengan yang diharapkan pengguna. Tujuan Penelitian Merancang-bangun sistem kendali otomatis mesin pembeku untuk proses pembekuan bahan dengan media pembeku secara bertahap. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sistem kendali suhu evaporator pada mesin pembeku dengan suhu media bertingkat, sehingga pengaturan suhu media pembeku dapat mudah dilakukan.

19 3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang sistem kendali otomatis mesin pembeku dengan suhu media bertahap. Sistem kendali dirancang untuk dapat mengendalikan suhu melalui pergantian katup ekspansi (EV1 dan EV2) melalui buka tutup solenoid valve (SV). Penentuan parameter Kp, Ki, dan Kd menjadi hal yang sangat penting. Karena hal ini mempengaruhi hasil pengendalian suhu. Alat yang dirancang mampu digunakan dengan mudah dalam pengendalian suhu, sehingga mempunyai program interface yang baik. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Kendali Pengendalian proses (process controller) adalah komponen-komponen sistem kendali yang pada dasarnya memiliki sebuah masukan berupa sinyal error, yaitu selisih antara sinyal yang diinginkan dan sinyal umpan balik, serta keluaran berupa sinyal untuk memodifikasi keluaran sistem. Cara dimana pengendali bereaksi terhadap perubahan dikenal sebagai mode kontrol atau lebih singkatnya kontrol saja. Bentuk pengendali yang paling sederhana adalah peranti on-off yang akan menyalakan suatu piranti pengoreksi apabila terdapat sinyal error dan mematikannya apabila sinyal errornya telah hilang. Ada sebuah bentuk pengendali yang dapat memberikan fungsi kontrol yang memuaskan dalam berbagai situasi yaitu pengendali tiga mode atau pengendali PID (Bolton 2006). Kendali on-off Dengan mode kendali on-off, pada intinya merupakan sebuah saklar yang akan diaktivasi oleh sinyal error dan hanya memberikan sinyal pengoreksi on-off. Keluaran pengendalinya hanya mempunyai dua nilai yang mungkin, yang ekuivalen dengan kondisi on-off. Karenanya pengendali on-off sering dikenal dengan istilah pengendali dua-langkah. Sebagai contoh pada pengaturan suhu suatu sistem yang suhunya selalu dijaga pada suhu 20 o C dengan sebuah aktuator pemanas, dimana elemen pemanas akan menyala jika suhu berda dibawah 19.,5 o C dan akan padam jika berada diatas 20.5 o C. Hal ini akan menyebabkan terjadi zona netral atau dead band, jika suhu berada diantara 19.5 o C dan 20 o C, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 (Bolton 2006).

20 4 On Off Nilai kontrol Dead band Gambar 1 Pengendali on-off dengan dead band (Bolton 2006) Kendali PID Kendali PID merupakan sistem kendali tiga metode yaitu kendali proporsional, kendali derivatif, dan kendali integral. Menurut Bolton (2006) ketiga metode tersebut didefinisikan sebagai berikut: 1. Kendali Proporsional Besarnya keluaran pengendali adalah proposional terhadap error yang terjadi, yang merupakan masukan pengendali. Jadi didapat hubungan antara keluaran pengendali sebanding dengan masukan pengendali. Hubungan ini dapat di tulis secara matematis seperti persamaan 1. Keluaran pengendali=k P Error (1) Dimana K P adalah konstanta yang disebut dengan gain (peroleh). Ini berarti bahwa elemen koreksi sistem kontrol akan memiliki masukan berupa sebuah sinyal yang berbanding lurus terhadap besarnya koreksi yang diperlukan. 2. Kendali Derivatif Perubahan keluaran pengendali dari titik pengaturan akan berbanding lurus dengan laju perubahan terhadap waktu dari sinyal error. Jadi, keluaran pengendali sebanding dengan laju perubahan error dan dirumuskan seperti persamaan 2. Keluaran pengendali=k D laju perubahan error (2) Keluaran pengendali biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap jangkauan penuh keluaran, dan error juga dinyatakan sebagai persentase penuh jangkauan penuh. K D adalah konstanta proporsionalitas dan lebih dikenal dengan derivatif/turunan terhadap waktu dengan satuan waktu.

21 3. Kendali Integral Kendali integral merupakan mode kendali dimana keluaran pengendali berbanding lurus dengan integral error terhadap waktu. Jadi keluaran pengendali sebanding dengan integral error terhadap waktu sehingga dapat dituliskan seperti persamaan 4: Keluaran pengontrol=k I integral error terhadap waktu (3) Dimana K I adalah konstanta proporsionalitas, dan apabila keluaran pengendali dinyatakan sebagai persentase serta error juga dinyatakan dalam persentase, maka satuan dari konstanta proporsionalitas ini adalah s -1 (1/detik) Menurut Bolton (2006), penggabungan ketiga mode kendali (proporsional, integral, dan derivatif) memungkinkan untuk mendapatkan sebuah pengendali yang tidak mempunyai error keadaan tunak serta dapat mereduksi kecenderungan terjadinya osilasi. Pengendali ini dikenal sebagai pengendali tiga mode atau pengendali PID. Persamaan yang menggambarkan aksi pengendali ini adalah: Keluaran pengendali=k P error+k I integral error+k D laju perubahan error Keluaran pengendali=k P error+ 1 T I integral error+t D laju perubahan error.(4) Proses Pembekuan Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan sampai mencapai di bawah titik beku bahan yang ditandai dengan terjadinya perubahan fase air menjadi padat. Proses pembekukan bahan, di mana bahan harus ditempatkan pada media yang bersuhu rendah dalam waktu tertentu untuk melepaskan panas sensibel dan panas laten dari bahan. Pelepasan panas sensibel dan panas laten menghasilkan penurunan suhu pada bahan serta perubahan air dari fase cair ke fase padat. Pada beberapa kasus, sekitar 10% air tetap pada fase cair dalam proses penyimpanan beku (Singh dan Heldmand 2009). Penurunan suhu yang terjadi selama proses pembekuan dalam waktu tertentudapat dilihat pada Gambar 2. Fellows (2000) dalam Kurniawan (2009) membagi pembekuan menjadi enam bagian sebagai berikut: 5 Suhu A θ f S B D C E θ a Gambar 2 t F Waktu Hubungan suhu terhadap waktu selama proses pembekuan (Fellows 2000) F

22 6 AS : Bahan pangan didinginkan sampai di bawah titik bekunya θ f. Pada titik S, air masih berada dalam fase cair meskipun berada pada suhu di bawah titik beku. Fenomena ini biasa disebut dengan supercooling. SB : Peningkatan suhu bahan hingga mencapai titik beku. Terjadinya peningkatan suhu diakibatkan karena adanya pelepasan panas laten bahan. BC : Pelepasan panas laten bahan. Pada tahap ini, suhu bahan cenderung konstan dan terjadi penurunan titik beku dengan semakin meningkatnya konsentrasi larutan pada bagian air yang tidak terbekukan. Periode ini merupakan periode pembentukan kristal es. CD : Salah satu komponen yang terdapat dalam larutan menjadi sangat jenuh (supersaturated) dan mengalami kristalisasi. Pelepasan panas laten kristalisasi mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu sampai mencapai suhu eutectic dari komponen tersebut. DE : Kristalisasi air dan larutan pada bahan pangan terus berlanjut. EF : Penurunan suhu bahan hingga mencapai suhu pembekuan yang dinginkan. Pada kondisi yang sangat rendah, masih terdapat air yang tidak terbekukan pada bahan pangan. Jumlah air yang tidak terbekukan dipengaruhi oleh komposisi bahan pangan yang dibekukan. Laju Pembekuan dan Titik Beku Menurut IIR (1986) dalam Singh dan Heldman (2009), laju pembekuan ( o C/jam) didefinisikan sebagai selisih antara suhu awal dan suhu akhir bahan dibagi dengan waktu pembekuan. Hubungan ini dapat ditulis seperti persamaan 5. Laju pembekuan = ( ) ( ) (5) Laju pembekuan akan berpengaruh terhadap mutu hasil bahan yang dibekukan. Laju pembekuan terdiri dari pembekuan cepat dan pembekuan lambat. Pada proses pembekuan, pembekuan cepat akan berpengaruh baik terhadap bahan yang dibekukan, dimana kristal es yang terbentuk lebih kecil sehingga tidak merusak struktur bahan. Menurut Fellows (2000) laju pembekuan sangat dipengaruhi oleh: 1. Konduktivitas termal bahan pangan 2. Luas permukaan bahan bahan pangan untuk proses pindah panas 3. Jarak menuju titik pembekuan (bentuk potongan bahan) 4. Perbedaan suhu bahan pangan dan medium pembeku 5. Insulasi sistem 6. Pengemasan Proses pembekuan juga dipengaruhi jenis bahan dan kadar air bahan. Hal ini berpengaruh terhadap laju pembekuan dan titik beku bahan seperti pada Tabel 1.

23 7 Tabel 1 Titik beku beberapa bahan pangan No. Jenis Bahan Kadar air (%) Titik beku ( C) 1 Sayuran sampai Buah-buahan sampai Daging sampai Ikan sampai Susu Telur Sumber : Fellows (2000) Sistem Pembeku dengan Suhu Bertahap Metode pembekuan bahan pangan terbagi atas dua jenis yaitu sistem kontak langsung dan sistem kontak tidak langsung. Salah satu sistem kontak tidak langsung adalah lempeng pembeku, dimana bahan yang dibekukan tidak langsung bersentuhan dengan refrigeran tetapi melalui media lempeng berbahan dasar logam yang mempunyai konduktivitas termal yang baik. Pada mesin pembeku lempeng sentuh, bahan pangan yang dibekukan akan ditempatkan diatas lempengan. Lempengan tersebut bersentuhan langsung dengan evaporator, sehingga terjadi penurunan suhu lempeng. Gambar 3 mengilustrasikan lempeng sebagai media pembeku.pada gambar tersebut menunjukan bahwa jarak terjauh dari media pembeku adalah pada bagian atas bahan yang dibekukan.bagian tersebut merupakan bagian yang paling lama dalam proses pembekuan dibandingkan dengan bagian bawah dan tengah bahan pangan. Insulasi sistem Bahan Lempengan Refrigeran Gambar 3 Ilustrasi pembekuan dengan media lempeng sentuh (Singh dan Heldman 2009) Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4, suhu bahan akan terus mendekati suhu media pembeku. Pengaturan suhu lempeng secara bertahap bertujuan untuk meningkatkan efisiensi eksergi proses pembekuan. Penahapan suhu lempeng dibagi menjadi tiga tahap: pertama, suhu lempeng (T ev1 ) ketika bahan yang dibekukan masih berada pada fase pre-cooling atau penurunan suhu menuju titik beku air; kedua, suhu lempeng (T ev2 ) ketika bahan berada pada fase freezing atau bahan mengalami proses pelepasan panas sensibel; dan ketiga, suhu lempeng (T ev3 ) ketika bahan tepat akan mengalami penurunan suhu di bawah titik bekunya. Sehingga dapat diketahui bahwa T ev1 >T ev2 >T ev3, hal ini dapat dilihat seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 4.

24 8 (a) (b) Gambar 4 (a) Metode Pembekuan Konvensional (b) Metode Pembekuan Suhu Bertahap (Kamal 2008) Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap merupakan sistem yang paling banyak digunakan oleh mesin pendingin saat ini. Sistem ini memanfaatkan energi mekanik kompresor untuk mengalirkan refrigeran selama siklus berlangsung. Selama siklus kompresi uap berlangsung terjadi proses perubahan fase dan tekanan pada refrigeran yang menyebabkan terjadinya efek pengambilan dan pembuangan panas seperti yang diilustrasikan Gambar 5. Menurut Cengel dan Boles (2006), pada siklus refrigerasi kompresi uap ideal, refrigeran masuk ke dalam kompresor pada kondisi 1 sebagai uap jenuh dan ditekan menuju kondensor tanpa mengalami perubahan nilai entropi. Selama proses kompresi isentropik, suhu refrigeran meningkat menjadi lebih tinggi dari suhu lingkungan. Kemudian refrigeran masuk ke kondensor dalam fase uap superheated (kondisi 2) dan kemudian keluar meninggalkan kondensor dalam fase cair jenuh (kondisi 3), hal ini diakibatkan adanya pembuangan panas ke lingkungan saat melewati kondensor. Pada kondisi 3, refrigeran cair kemudian dicekik menuju evaporator melewati katup ekspansi dan pipa kapiler. Kemudian suhu refrigeran menurun hingga di bawah suhu ruang pendingin selama proses ini berlangsung. Refrigeran masuk ke evaporator (kondisi 4) dalam kondisi campuran jenuh berkualitas rendah dan refrigeran menguap secara sempurna akibat penyerapan panas pada ruang pendingin. Setelah itu refrigeran keluar meninggalkan evaporator dalam kondisi uap jenuh dan dan masuk kembali ke kompresor. Siklus tersebut digambarkan pada Gambar 5.

25 9 Gambar 5 Skema dan diagram T-s pada siklus refrigerasi kompresi uap ideal (Cengel dan Boles 2006) Keterangan : 1 2 : Kompresi isentropik di kompresor 2 3 : Pembuangan panas pada tekanan tetap di kondensor 3 4 : Proses pencekikan di katup ekspansi 4 1 : Penyerapan panas pada tekanan tetap di evaporator METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Desember Kegiatan pengambilan data, simulasi, pengolahan dan penyusunan skripsi dilaksanakan di Lab. Pindah Panas dan Massa, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Alat dan Bahan Alat pendukung 1. Termokopel tipe CC Mengukur suhu pada bagian dalam ruang mesin pembeku. 2. Hybrid recorder Yokogawa tipe HR-2500E Merekam perubahan suhu yang terjadi antara lempeng dan bahan. 3. Alat penunjang instalasi Seperti tang, kabel dan alat perkakas lainnya.

26 10 Alat dan bahan kendali 1. Solenoid valve 220V Solenoid adalah bentuk sederhana dari elektromagnet yang terdiri dari gulungan kawat tembaga. Solenoid valve (SV) merupakan katup elektromekanis yang sering digunakan untuk mengatur aliran fluida baik cair maupun gas. 2. Mikrokontroler Arduino Mega 2560 Otak dari sistem yang akan mengendalikan selama proses pembekuan. 3. Software Arduino 1.0.5r-2 Perangkat lunak yang digunkan untuk membuat logika pemrograman mikrokotroller. 4. Relai Kendali on-off. 5. Mesin pembeku Mesin pembeku dengan suhu media bertahap menggunakan satu evaporator dan tiga katup ekspansi. 6. Keypad Input data ke sistem kendali. 7. Display Menampilkan data yang terbaca secara realtime. Prosedur Penelitian Penentuan Parameter Kp, Ki, Kd Pada penentuan parameter kendali PID, dilakukan pengaturan besar putaran baut pada kedua katup ekspansi yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk memberikan efek pendinginan yang berbeda dari kedua katup ekspansi tersebut. Katup ekspansi pertama (EV1) akan memberikan efek pendinginan dibawah - 20 o C, sedangkan katup ekspansi kedua (EV2) diatur pada suhu diatas 0 o C. Penentuan parameter Kp, Ki, Kd dilakukan dengan metode trial & error. Kalibrasi sensor Kalibrasi sensor dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu hybrid recorder Yokogawa tipe HR-2500E dengan termokopel tipe C-C. Kalibrasi dilakukan dengan cara meletakkan sensor dan termokopel C-C secara berdekatan pada bagian lempeng pembeku. Nilai bit yang terbaca pada serial monitor software arduino akan dicatat secara bersamaan dengan nilai suhu yang terukur pada hybrid recorder Yokogawa tipe HR-2500E. Nilai bit dan suhu yang terukur akan diolah menggunakan persamaan interpolasi linier.

27 Perancangan dan pembuatan alat Kegiatan dimulai dari perancangan kebutuhan struktur dan fungsional alat kendali seperti: AC-AD converter untuk mengubah arus dari AC (listrik PLN) ke DC serta penurunan tegangan sebelum masuk mikrokontroler, relai sebagai actuator pengganti saklar on-off, mikrokontroler sebagai otak dari kerja sistem kendali, termokopel sebagai sensor. Pemrograman Mikrokontroler Pemrograman dilakukan untuk memberikan logika perintah ke mikrokontrontroler. Pemrograman meliputi: 1. Sistem pengoperasian mesin 2. Kalibrasi sinyal termokopel berupa bit menjadi suhu ( o C) 3. Sistem kendali PID dengan sample time 100ms 4. Interface alat sehingga mudah digunakan 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perancangan Identifikasi Masalah Berdasarkan mesin pembeku hasil rancangan Situmorang (2013), pengaturan suhu setiap tahapan diatur melalui katup ekspansi. Katup ekspansi ini akan menghasilkan efek pendinginan yang berbeda melalui besar putaran katupnya, misal: o C, o C, o C (Situmorang 2013). Sehingga, pengguna harus mengatur besar putaran baut katup ekspansi sebelum menggunakan mesin pembeku tersebut. Selain itu, pengendalian media suhu pada sistem refrigerasi dengan cara mengatur daya yang diberikan ke kompresor kurang tepat. Karena kompresor mesin pendingin merupakan mesin yang bekerja pada daya maksimum. Jika diberikan daya kurang dari daya maksimum maka kemungkinan terjadi kerusakan pada mesin penggerak kompresor tersebut. Sedangkan, pengendalian dengan sistem on-off kompresor juga kurang tepat, dimana kompresor akan dihidupkan dan dimatikan dalam rentang waktu yang pendek. Hal ini dapat membuat kompresor membutuhkan daya yang lebih besar setiap kali dihidupkan dan juga dapat membuat kompresor menjadi lebih cepat rusak. Berdasarkan masalah tersebut, rancangan sistem kendali harus dapat mengendalikan media pembeku tanpa harus mematikan dan menghidupkan kompresor selama proses pengendalian suhu berjalan. Hal ini dapat digantikan dengan menggunakan pergantian katup ekspansi melalui buka tutup saluran menuju katup ekspansi menggunakan solenoid valve (SV). Pengambilan keputusan ini dilakukan oleh mikrokontroller dengan menggunakan logika PID.

28 12 Gambar 6 Mesin pembeku satu evaporator dan tiga katup ekspansi Situmorang (2013) Perumusan dan Penyempurnaan Konsep Desain Perumusan konsep desain terdiri dari rancangan struktur struktur fungsi dan rancangan konspetual sistem kendali yang akan dirancang. 1. Rancangan struktur fungsi a. Mikrokontroller Mikrokontroller berfungsi untuk memproses input dari sensor dan memberikan aktuasi kepada relay. Keputusan yang diambil oleh mikrokontroller berdasarkan logika PID. Program PID yang diberikan akan memberikan keputusan untuk menggunakan salah satu katup ekspansi dari dua katup ekspansi yang digunakan sebagai aktuator. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan suhu menjadi meningkat atau menjadi turun sesuai dengan pembacaan sensor dan setpoint suhu. b. Relay Relay berfungsi untuk memutus dan menghubungkan aliran listrik menuju solenoid valve yang akan menutup dan membuka aliran refrigerant ke katup ekspansi. Relay akan melakukan aktuasi melalui perintah dari mikrokontroller. c. Keypad Keypad berfungsi sebagai komunikasi antara alat kendali dan pengguna. Dimana, pengguna akan memberikan nilai suhu yang akan dikendalikan melalui keypad. d. Display Display secara umum berfungsi untuk menampilkan data yang terbaca oleh sensor dan sebagai media komunikasi dengan pengguna. e. Sensor suhu Sensor suhu berfungsi untuk membaca nilai suhu pada media yang dikendalikan. Sensor ini akan ditempatkan pada lempeng pembeku dan bahan yang dibekukan. 2. Rancangan konseptual Sistem kendali dirancang dengan menggunakan dua sensor suhu yang ditempatkan pada lempeng pembeku dan bahan yang didinginkan sebagai input pada mikrokontroller. Mikrokontroller mengeluarkan sinyal dan beraktuasi

29 terhadap relay yang akan membuka dan menutup saluran menuju katup ekspansi. Katup ekspansi yang digunakan adalah sebanyak dua buah, dimana efek pendinginan katup ekspansi diatur pada suhu yang berbeda. Salah satu katup ekspansi pertama (EV1) diatur di bawah rentang suhu yang pengendalian, yaitu -20 o C 0 o C, sedangkan katup ekpansi kedua (EV2) diatur pada suhu di atas rentang suhu tersebut. 13 Relay Gambar 7 Baut pada katup ekspansi Kondenser Mikrokontroller EV1 EV2 Evaporator Sensor Suhu Gambar 8 Rancangan sistem kendali pada mesin pembeku SV1 SV2 Kompressor Gambar 9 Rangkaian listrik sistem kendali

30 14 Analisis dan Perhitungan 1. Mikrokontroller Mikrokontroller merupakan komponen penting dalam sistem kendali. Program logika dan perintah yang diberikan akan diproses dan dieksekusi oleh mikrokontroller termasuk input data berupa keypad dan sensor yang akan ditampilkan pada display. Jenis mikrokontroller yang banyak digunakan saat ini adalah Arduino. Arduino adalah mikrokontroller yang bersifat open source, selain itu bahasanya yang dimudah dimengerti serta dilengkapi dengan banyak library. Berikut adalah beberapa contoh jenis arduino (Tabel 2). Tabel 2 Spesifikasi berbagai jenis Arduino Keterangan Arduino Uno Arduino ADK Arduino Mega 2560 Analog Input Pin I/O digital Tegangan input 7-12 V 7-12 V 7-12 V Tegangan operasi 5 V 5 V 5 V Flash memory 32 KB 256 KB 256 KB Pemilihan mikrokontroller didasarkan pada jumlah pin yang digunakan, flash memory, dan harga. Pada perancangan ini dibutuhkan pin input analog sebanyak dua dan pin I/O sebanyak 19. Hal ini didasarkan pada kebutuhan pin pada beberapa komponen lainnya seperti display (8 pin), keypad (8 pin), dan relay (3 pin). Tabel 3 Pembobotan pemilihan mikrokotroller Mikrokontroller Jumlah pin Flash memory Harga Total Arduino Uno Arduino Mega Arduino ADK Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa jenis mikrokontroller yang digunakan adalah Arduino Mega Selain itu hal ini juga didasarkan pada harganya yang lebih murah dibandingkan dengan Arduino ADK. Arduino ADK yang umum digunakan untuk sistem kendali berbasis Android, sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan aplikasi mikrokontroller untuk sistem kendali biasa. Gambar 10 Mikrokotroller Arduino Mega 2560

31 2. Relay Relay merupakan salah satu komponen aktuasi on-off yang sering digunkan. Relay akan mendapatkan perintah dari mikrokontroller berupa tegangan DC 5 V kemudian akan menyalurkan atau menghubungkan rangkaian AC 220 V menuju kompresor dan solenoid valve. Pada sistem kendali yang akan dirancang dibutuhkan sebanyak tiga buah relay. Komponen yang akan membutuhkan relay adalah kompresor (satu buah) dan solenoid valve (2 buah). Penyalaan dan penghentian operasi kompresor juga akan diatur oleh mikrokontroler. Hal ini dimaksudkan untuk ketika pengoperasian mesin, mesin akan dikendalikan secara menyeluruh oleh mikrontroller. Mulai dari memasukkan nilai suhu yang akan dikendalikan, ketika mulai mengoperasikan mesin sampai terjadi aktuasi pengendalian suhu, semuanya harus terintegrasi oleh mikrokontroller. Pada sistem pengendalian yang dilakukan, kompressor bukan sebagai aktuator dalam proses pengendalian suhu lempeng evaporator, melainkan hanya proses penyalaannya saja yang juga diatur oleh mikrokontroller. Hal ini bertujuan untuk ketika proses input suhu berlangsung kompressor tetap dalam keadaan mati, sedangkan saat setelah semua proses input suhu yang dikehendaki selesai maka kompressor akan dinyalakan bersamaan dengan sistem pengendalian suhu. Sehingga dalam rancangan sistem kendali ini dibutuhkan tiga buah relay 220VAC dengan input 5VDC. 15 Gambar 11 Relay 4 channel 3. Keypad Keypad yang digunakan adalah membrane keypad matrix 4x4. Pemilihan ini didasarkan pada kebutuhan komunikasi antara pengguna dan sistem kendali. Keypad yang digunakan mempunyai tambahan beberapa digit tombol dibandingkan yang lain yaitu, A, B, C, D. Hal ini akan membantu ketika pengguna memasukan nilai input yang terdiri dari T kendali 1, T kendali 2, dan T kendali 3 serta fungsi Enter untuk memulai proses.

32 16 Gambar 12 Membrane keypad matrix 4x4 4. Display Display digunakan adalah display ukuran 16x2. Display memilki jumlah karakter yang cukup untuk menampikan input data yang dimasukkan dan suhu yang terbaca saat pengendalian proses pembekuan berlangsung. Gambar 13 Display LCD 16 x 2 5. Sensor suhu Sensor suhu yang digunakan pada alat didasarkan pada sensitivitas sensor, akurasi sensor, dan ketersidaan barang. Selain itu, sensor yang digunakan harus sesuai dengan jenis mikrokontroller yang digunakan. Arduino Mega 2560 dapat menerima sinyal analog dalam bentuk tegangan 5 V. Tegangan ini akan diubah menjadi dalam bentuk 10 bit. Sehingga dalam rancangan alat ini digunakan sensor LM35. Pada dasarnya LM 35 merupakan sensor temperatur IC yang menggunakan transistor. Sensor ini juga memberikan keluaran yang linier dari temperatur yaitu sebesar 10 mv/ o C dengan tegangan 5V. Namun, LM35 dengan sambungan biasanya hanya bias membaca suhu 0 o C o C. Hal ini dapat dilakukan penambahan beberapa komponen pada sambungan LM35 dan mikrokontroller seperti pada Gambar 15.

33 17 Gambar 14 Sensor suhu LM35 V s = 5V LM35 V out 1N k 10% Gambar 15 Rangkaian LM 35 dengan rentang suhu -55 o C o C (NSC 1999) Kalibrasi sensor LM35 Sensor suhu LM35 dikalibrasi terhadap alat pengukur suhu hybrid recorder Yokogawa tipe HR-2500E dengan termokopel tipe C-C. Pembacaan suhu pada hybrid recorder Yokogawa tipe HR-2500E mempunyai nilai skala terkecil yaitu 0,1 o C. Kalibrasi dilakukan dengan cara menghidupkan mesin pembeku sehingga terjadi penurunan suhu. Perubahan suhu yang terjadi akan terbaca oleh sensor LM35 dalam bentuk nilai bit. Nilai bit ini kemudian dicatat bersamaan dengan nilai suhu yang terbaca di hybrid recorder. Pada kalibrasi bit yang tercatat adalah sampai dengan bit 200 atau sama dengan -3.3 o C. Sedangkan pada nilai bit di bawah 200 dilakukan nilai ekstrapolasi.

34 18 hybrid Recorder Yokogama ( o C) y = 0.411x R² = Sensor LM 35 (bit) Gambar 16 Grafik hubungan pembacaan nilai sensor LM 35 dengan hybrid recorder Yokogawa Laju Penurunan Suhu dan Kenaikan Suhu Katup Ekspansi Pengaturan efek pendinginan katup ekspansi sangat penting. Hal ini akan berpengaruh pada rentang suhu yang akan dikendalikan dan laju kendali mencapai setpoint. Pada mesin pembeku ini EV1 diatur pada suhu dibawah -20 o C dan EV2 diatas 0 o C. Berikut adalah laju perubahan suhu pada lempeng evaporator dengan dua katup ekspansi: Suhu ( o C) waktu (menit) EV1 EV1 EV2 EV2 0 C0 o C C o C Gambar 17 Laju penurunan suhu menggunakan EV1 dan laju kenaikan suhu menggunakan EV2

35 19 Penentuan Parameter Kendali (Kp, Ki, Kd) Secara Trial and Error Penentuan parameter kendali (Kp, Ki, Kd) Pengaturan dilakukan dengan melihat kinerja sistem kendali yang ditunjukkan dari periode waktu osilasi. Pada penentuan parameter Kp, Ki, Kd, setpoint diberi nilai pada bit 170 atau sama dengan o C. Dari hasil penentuan nilai Kp, Ki, Kd didapatkan hasil pengukuran seperti gambar dibawah ini. Suhu ( o C) Kp = 200, Ki = 1000, Kd = 5 Nilai terukur Setpoint = ,73 C o C Waktu (s) Gambar 18 Grafik suhu pengaturan Kp = 200, Ki = 1000, dan Kd = 5 dengan suhu target o C Suhu ( o C) Kp = 200, Ki = 50, Kd = 100 Nilai terukur Setpoint = ,73 o C Waktu (s) Gambar 19 Grafik suhu pengaturan Kp = 200, Ki = 50, dan Kd = 100 dengan suhu target o C

36 20 Suhu ( o C) Kp = 200, Ki = 50, Kd = 5 Nilai terukur Setpoint = o C Waktu (s) Gambar 20 Grafik suhu pengaturan Kp = 200, Ki = 50, dan Kd = 5 dengan target suhu = o C Berdasarkan dari Gambar 20 penentuan nilai Kp, Ki, dan Kd maka didapatkan nilai error suhu dan periode waktu osilasi. Error suhu didapat dari selisih suhu setpoint dan suhu sebenarnya, sedangkan periode waktu osilasi didapat dari waktu ketika mencapai suhu setpoint yang kemudian berosilasi hingga mencapai suhu setpoint lagi. Tabel 4 Tabel nilai error suhu dan periode waktu osilasi masing-masing kombinasi nilai Kp, Ki,Kd Kp, Ki, Kd Error suhu tertinggi ( o C) Periode osilasi (menit) , 50, Rata-rata , 1000, Rata-rata , 50, Rata-rata Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa nilai Kp = 200, Ki = 50, dan Kd = 5 mempunyai nilai yang lebih baik dibandingkan yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan nilai error suhu maksimal saat berosilasi yang itu + 2 o C dan periode oslilasi yang lebih cepat yaitu 2.53 menit. Sehingga nilai parameter kendali ini digunakan dalam proses pengambilan keputusan dalam rancangan sistem kendali.

37 Osilasi yang terjadi di sekitar suhu setpoint terjadi karena sistem aktuasi kendali yang menggunakan sistem on-off, dimana buka-tutup yang terjadi diatur berdasarkan waktu. Hal ini tergantung sekali dari performa mesin dan putaran baut pada katup ekspansi. Karena putaran baut tersebut akan mempengaruhi laju perubahan suhu yang terjadi. Error dan beda error Fluktuasi error dan beda error pada nilai parameter Kp = 200 Ki = 50 Kd = 5 seperti di Gambar 20 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Error dan beda error hasil pengukuran target Periode Suhu yang ( o C) osilasi (detik) dicapai ( o C) error ( o C) Ratarata Tabel 6 Analisis perubahan suhu pada Kp = 200, Ki = 50, Kd = 5 Periode osilasi (detik) Periode osilasi (menit) Total periode osilasi (menit) Error ( o C) Di bawah setpoint 3.6 Di atas setpoint Nilai error suhu osilasi tertinggi terjadi di atas suhu setpoint. Hal ini disebabkan oleh laju perubahan suhu yang terjadi lebih cepat pada saat kenaikan suhu terjadi dibandingkan dengan penurunan suhu yang terjadi. Padahal dalam aktuasi yang terjadi, ketika suhu berosilasi menuju ke bawah setpoint (penurunan suhu) maka solenoid valve berganti dengan cepat (SV1 berganti menjadi SV2). Perubahan penggunaan solenoid valve ini mengakibatkan suhu yang sebelumnya menurun di bawah setpoint kembali naik secara cepat mendekati setpoint sehingga error yang terjadi lebih kecil sekitar + -1 o C dan kembali naik mencapai setpoint dalam waktu rata-rata 65 detik atau + 1 menit. Ketika suhu yang terukur

38 22 mendekati nilai suhu setpoint terjadi pergantian SV2 menjadi SV1 dengan cepat juga seperti pada saat pergantian SV1 menjadi SV2. Namun ketika terjadi pergantian solenoid valve tersebut, suhu yang semula diharapkan kembali turun menuju setpoint dengan cepat, tetap naik menjauhi setpoint sampai suhu rata-rata o C maka suhu akan kembali turun mendekati setpoint dalam waktu 2.5 menit. Hal ini yang menyebabkan nilai error suhu di atas setpoint menjadi lebih besar dibandingkan dengan error suhu di bawah setpoint. Selain itu tahapan suhu yang dapat dilakukan adalah dengan rentang beda suhu tahapan minimal 2.4 o C. Hal ini disebabkan oleh osilasi yang terjadi pada pengendalian dengan error mencapai 2.4 o C sehingga jika kita mengendalikan pada rentang suhu tahapan kurang dari 2 o C maka akan menghasilkan perubahan suhu yang sama dan tidak berbeda jauh dari tahapan suhu sebelumnya. Simulasi pengendalian suhu bertahap Simulasi ini dilakukan dengan mengambil hasil pengendalian suhu dengan suhu target dengan nilai parameter kendali Kp = 200, Ki = 50, Kd = 5. Suhu yang terukur pada hasil pengendalian suhu tersebut kemudian dikurangkan dengan mendekati suhu setpoint, misal setpoint = o C maka untuk mendapatkan hasil simulasi pengukuran dengan suhu target = 3 o C dilakukan penambahan pada data suhu yang terukur dengan nilai o C. Dengan cara tersebut didapat data perubahan suhu yang berosilasi di sekitar setpoint 3 o C. Hal ini juga dilakukan juga pada suhu target -10 o C dan -20 o C yaitu dengan cara pengurangan atau penambahan data hasil pengendalian pada suhu setpoint = o C, sehingga didapatkan hasil seperti Gambar 21. Namun hasil simulasi ini tidak berlaku untuk suhu 0 o C -2 o C karena error yang terjadi di atas setpoint berkisar rata-rata 2.4 o C. Hal ini menyebabkan osilasi yang terjadi pada rentang suhu tersebut akan tidak sama karena batas kenaikan suhu yang terjadi pada mesin refrigerasi ini hanya mencapai suhu 0 o C seperti Gambar 17. Jadi tidak mungkin suhu akan berosilasi diatas 0 o C. 5 0 Suhu ( o C) suhu terukur setpoint = -3⁰C setpoint = -10⁰C setpoint = -20⁰C waktu (detik) Gambar 21 Grafik simulasi pengendalian suhu pada -3 o C, -10 o C, dan -20 o C

39 23 Pembuatan Alat Semua komponen alat sistem kendali dirakit menjadi sistem kendali yang terpusat pad mikrokotroller Arduino Mega Komponen-komponen dihubungkan ke pin-pin yang ada di mikrokontroller. Penghubungan komponen ke mikrokontroller dilakukan berdasarkan kebutuhan pin yang akan digunakan. Selain itu ada juga komponen yang akan berhubungan langsung ke sistem kelistrikan mesin pembeku. Relay Relay digunakan untuk memutus dan menghubungkan arus lsitrik menuju beban, yaitu SV1, SV2, dan kompresor. Relay terhubung dengan mikrokotroller yang akan memberikan sinyal on-off melalui pin-pinnya. Pada sistem kendali ini digunakan relay 4 channel sehingga salah satu relay tidak digunakan. SV1 dikendalikan oleh relay channel 1 yang terhubung dengan pin 9 di mikrokontroller. Hal ini juga sama pada SV2 dan kompresor, masing-masing dikendalikan oleh relay 2 dan 3 yang terhubung dengan pin 10 dan 11. SV1 dan SV2 dihubungkan secara normally close pada bagian relay. Hal ini dimaksudkan ketika dalam keadaan sistem kendali mati dan listrik masih menyala, SV1 dan SV2 tetap terbuka sehingga tidak menghambat aliran refrigerant yang masih mengalir. Sedangkan, untuk kompresor dihubungkan secara normally open dengan harapan bahwa ketika sistem kendali dimatikan dan listrik tetap menyala, kompresor dalam keadaan mati. Gambar 22 Konfigurasi pin relay pada mikrokontroller Gambar 23 Rangkaian listrik dan relay

40 24 Keypad Keypad matrix 4x4 ini menyediakan tombol A, B, C, dan D. Tomboltombol tersebut digunakan berbagai fungsi. Tombol A digunakan untuk memasukan nilai suhu T ev1, Tombol B digunakan untuk memasukan nilai suhu T ev2, dan Tombol C digunakan untuk memasukan nilai suhu T ev3. Sedangkan tombol D berfungsi sebagai Enter yang berarti memulai proses kendali. Keypad ini juga tersedia tombol *. Tombol ini digunakan untuk memulai proses pemasukkan data. Jadi tombol ini adalah tombol yang pertama kali ditekan ketikan hendak memulai untuk memasukkan data. pin Gambar 24 Konfigurasi pin keypad dan pin mikrokontroller LCD Display 16 x 2 Display yang digunakan adalah LCD display 16 x 2 dengan jumlah pin sebanyak 16. Konfigurasi display (Gambar 25) dengan masukan tegangan input berupa 5V. Pada pin 3 display dihubungkan dengan potensiometer 1kΩ yang bertujuan untuk mengatur kontras pada tampilan LCD display tersebut. Selain itu, pada pin 15 dan 16 adalah konfigurasi pin yang berfungsi sebagai lampu LED pada LCD display. Gambar 25 Konfigurasi pin display pada mikrokontroller

41 Sensor LM35 Nilai yang terbaca pada LM35 merupakan dalam bentuk analog sehingga keluaran dari sensor akan diterima oleh pin analog input pada mikrokontroller. Nilai ini akan dikonversi oleh mikrokontroller dalam bentuk 10 bit atau sama dengan Pada rangkain ini sensor yang mengukur suhu lempeng evaporator (Tev) dihubingkan dengan pin A0, sedangkan untuk mengukur suhu bahan (Tb) dihubungkan dengan pin A1. V s = 5V 25 1N914 LM35 18 k 10% pin A0 Gambar 26 Rangkaian sensor LM35 untuk suhu lempeng evaporator dan bahan (NSC 1999) Hasil Akhir Hasil rancangan ini kemudian dirakit ke dalam sebuah kotak yang berdimensi 13cm x 13cm x 20cm. Kotak ini berbahan dasar akrilik dengan tebal 2mm. Pemilihan akrilik sebagai kotak pelindung komponen dikarenakan akrilik lebih mudah didapatkan, mudah dibentuk, dan strukturnya yang kaku, sehingga kriteria ini dianggap tepat untuk menjadikan akrilik sebagai kotak pelindunga komponen. Selain itu, bagian depan terdapat potensio 1kΩ yang berfungsi untuk mengatur kontras tampilan pada display. Pada bagian relay terdapat satu channel relay yang tidak terpakai. Karena dalam rancangan alat ini hanya menggunakan tiga relay. Gambar 27 Hasil akhir rancangan

42 26 Algoritma Interface Alat Kendali Mulai Tekan tombol * Tombol A untuk input T ev1 Tombol B untuk input T ev2 Tombol C untuk input T ev3 Tekan tombol D Suhu bahan (T b ) dan Suhu evaporator (T evap ) dibaca oleh sensor dan sistem kendali PID berjalan setpoint = T ev1 Ya T b > 0 o C Tidak setpoint = T ev2 Ya T b = 0 o C Tidak setpoint = T ev3 Tidak Tekan tombol D Selesai Ya Gambar 28 Algoritma program

43 27 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sistem kendali bisa digunakan untuk tahapan suhu pada rentang suhu -20 o C 0 o C dengan rentang tahapan suhu minimal 2.4 o C. Sistem kendali mesin refrigrasi dengan menggunakan pergantian katup ekspansi terbukti dapat mengendalikan suhu evaporator. Nilai parameter kendali Kp, Ki, Kd untuk sistem kendali mesin pembeku ini berturut-turut adalah 200, 50, 5 merupakan nilai parameter kendali yang paling baik dari sejumlah kombinasi yang dilakukan selama percobaan. Hal ini ditunjukkan dengan galat rata-rata yang terjadi o C dengan periode osilasi rata-rata yaitu 2.53 menit. Suhu yang tidak bisa tetap pada setpoint terjadi karena sistem aktuasi pengendalian yang bersifat on-off yang diatur melalui waktu buka tutup katup ekspansi. Hal ini sangat bergantung pada peletakan sensor dan performansi mesin itu sendiri. Saran Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan lebih dari dua katup ekspansi dengan rentang suhu pengaturan katup ekspansi yang tidak terlalu jauh. Hal ini kemungkinan dapat meredam osilasi perubahan suhu pada rentang suhu kendali. DAFTAR PUSTAKA Alciatore DG, Michael BH Mechatronics and Measurement Systems 2nd ed. New York (US): McGraw-Hill. Anderson R, Dan C Pro Arduino. California (US): Apress Media. Beauregard B Arduino PID Library. [internet]. [diunduh 2014 Jun 10]. Tersedia pada: Bolton W Sistem Instrumentasi dan Sistem Kontrol. Jakarta (ID): Erlangga. Cengel YA, Michael AB Thermodynamics: An Engineering Approach 5th ed. New York (US):McGraw-Hill. Chatib OC Perbandingan performa dari refrigeran halokarbon dengan refrigeran hidrokarbon berdasarkan analisis eksergi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dossat RJ Principles of Refrigeration. Second Edition. New York (US): John Willey and Sons. Fellows P Food Processing Technology Principles and Pratice. Cambridge (GB) : Woodhead Publishing Limited. Kamal DM Pemodelan sistem pembekuan dengan suhu media pembeku bertingkat pada proses pembekuan daging sapi segar menggunakan metode eksergi [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kurniawan S Kajian energi dan eksergi pembekuan daging sapi menggunakan mesin pembeku tipe lempeng sentuh dengan suhu pembekuan bertingkat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

44 28 Moran MJ, Howard NS Fundamental of Engineering Thermodynamic 5th ed. Lichester (GB): John Wiley and Sons. [NSC] National Semiconductor LM35 Precision Centigrade Temperature Sensors. [internet]. [diunduh 2014 Agu 9]. Tersedia pada: Singh RP, Dennis RH Introduction to Food Engineering. Oxford (GB): Elsevier Inc. Situmorang DFP Rancang bangun dan pengujian mesin pembeku tipe lempeng sentuh dengan suhu media pembeku bertahap [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Smith PG Introduction to Food Process Engineering Second Edition. New York (US): Springer. Stoecker WFS, Jones JW Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. H Supratman, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Refrigeration and Air Conditioning. Ed ke-2. Tambunan AH, Togi ES, Dianta MK Experimental study on the effort of freezing medium temperature on exergy efficiency. Exergy, An International Journal. 10(3) :

45 29 Lampiran 1. Algoritma sistem kendali #include "Keypad.h" #include <LiquidCrystal.h> #include <PID_v1.h> //variable PID int RelayPin1 = 9;//SV1 int RelayPin2 = 10;//SV3 int RelayPin3 = 11; double Setpoint, Input, Output; int Tbahan; int bitbahan; int pinbahan=a1; int setsetpoint; float Suhu; PID mypid(&input, &Output, &Setpoint, 200, 50, 5, REVERSE);//input, output, setpoint, Kp, Ki, Kd, int WindowSize = 5000; unsigned long windowstarttime; //variable LCD & Keypad int nilaia; int nilaib; int nilaic; int koloma=4; int kolomb=12; int kolomc=4; int c=0; char keya[2]='a','a'; char keyb[2]='b','b'; char keyc[2]='c','c'; byte ka; byte kb; byte kc; int d; int run=0; // keypad type definition const byte ROWS = 4; //four rows const byte COLS = 4; //three columns char keys[rows][cols] = '1','2','3','A', '4','5','6','B', '7','8','9','C',

46 30 '*','0','#','D'; LiquidCrystal lcd(2, 3, 4, 5, 6, 7); byte rowpins[rows] = 21, 20, 19, 18; //connect to the row pinouts of the keypad byte colpins[cols] = 17, 16, 15, 14; // connect to the column pinouts of the keypad Keypad keypad = Keypad( makekeymap(keys), rowpins, colpins, ROWS, COLS ); void mulai() lcd.setcursor(0,0); lcd.print("t1="); lcd.setcursor(3,0); lcd.print("-"); lcd.setcursor(4,0); lcd.print(keya[0]); lcd.setcursor(5,0); lcd.print(keya[1]); lcd.setcursor(8,0); lcd.print("t2="); lcd.setcursor(11,0); lcd.print("-"); lcd.setcursor(12,0); lcd.print(keyb[0]); lcd.setcursor(13,0); lcd.print(keyb[1]); lcd.setcursor(0,1); lcd.print("t3="); lcd.setcursor(3,1); lcd.print("-"); lcd.setcursor(4,1); lcd.print(keyc[0]); lcd.setcursor(5,1); lcd.print(keyc[1]); void A() lcd.setcursor(0,0); lcd.print("t1="); lcd.setcursor(3,0); lcd.print("-"); lcd.setcursor(8,0);

47 31 lcd.print("t2="); lcd.setcursor(0,1); lcd.print("t3="); koloma=4; c=0; char key = keypad.getkey(); while(key!= 'A' && key!= 'B' && key!= 'C' && key!= 'D') char key=keypad.getkey(); while (koloma<6 && key!= NO_KEY) lcd.setcursor(koloma,0); lcd.print(key); keya[c]=key; c=c+1; koloma++; key=keypad.getkey(); while(koloma>5) return; void B() lcd.setcursor(0,0); lcd.print("t1="); lcd.setcursor(11,0); lcd.print("-"); lcd.setcursor(8,0); lcd.print("t2="); lcd.setcursor(0,1); lcd.print("t3="); kolomb=12; c=0; char key = keypad.getkey(); while(key!= 'A' && key!= 'B' && key!= 'C' && key!= 'D') char key=keypad.getkey(); while (kolomb<14 && key!= NO_KEY) lcd.setcursor(kolomb,0); lcd.print(key); keyb[c]=key; c=c+1; kolomb++;

48 32 key=keypad.getkey(); while(kolomb>13) return; void C() lcd.setcursor(0,0); lcd.print("t1="); lcd.setcursor(3,1); lcd.print("-"); lcd.setcursor(8,0); lcd.print("t2="); lcd.setcursor(0,1); lcd.print("t3="); kolomc=4; c=0; char key = keypad.getkey(); while(key!= 'A' && key!= 'B' && key!= 'C' && key!= 'D') char key=keypad.getkey(); while (kolomc<6 && key!= NO_KEY) lcd.setcursor(kolomc,1); lcd.print(key); keyc[c]=key; c=c+1; kolomc++; key=keypad.getkey(); while(kolomc>5) return; void konversi() keya[0]; keya[1]; ka=((keya[0]-'0')*10)+((keya[1]-'0')); nilaia=ka*(-1); keyb[0];

49 33 keyb[1]; kb=((keyb[0]-'0')*10)+((keyb[1]-'0')); nilaib=kb*(-1); keyc[0]; keyc[1]; kc=((keyc[0]-'0')*10)+((keyc[1]-'0')); nilaic=kc*(-1); lcd.setcursor(0,0); lcd.print("t1=-"); lcd.setcursor(4,0); lcd.print(ka); lcd.setcursor(8,0); lcd.print("t2=-"); lcd.setcursor(12,0); lcd.print(kb); lcd.setcursor(0,1); lcd.print("t3=-"); lcd.setcursor(4,1); lcd.print(kc); void D() lcd.clear(); d=0; while(d<1) konversi(); bitbahan=analogread(pinbahan); Tbahan=(0.412*bitbahan)-83.79; if (Tbahan>0) setsetpoint=nilaia; else if (Tbahan=0) setsetpoint=nilaib; else setsetpoint=nilaic; PIDprogram(); char key=keypad.getkey(); if(key!= NO_KEY) d=1;

50 34 void awal() lcd.clear(); lcd.setcursor(2,0); lcd.print("please press"); lcd.setcursor(3,1); lcd.print("* button"); void PIDprogram() Input = analogread(a0)* ;//celcius mypid.compute(); if(millis() - windowstarttime>windowsize) //time to shift the Relay Window windowstarttime += WindowSize; if(output < millis() - windowstarttime) //SV1 = On and SV3 = off digitalwrite(relaypin1, LOW); digitalwrite(relaypin2, HIGH); digitalwrite(relaypin3, LOW); else digitalwrite(relaypin2, LOW); digitalwrite(relaypin1, HIGH); digitalwrite(relaypin3, LOW); /*if(output > millis() - windowstarttime) //SV1 = On and SV3 = off digitalwrite(relaypin1,high); //delay (1000); digitalwrite(relaypin2, LOW); */ //Serial.println(Suhu); delay (600); Serial.println(bitbahan); Serial.println(Input); void setup() lcd.begin(16, 2); pinmode(relaypin1, OUTPUT); pinmode(relaypin2, OUTPUT); pinmode(relaypin3, OUTPUT); digitalwrite(relaypin3, HIGH); windowstarttime = millis();

51 35 //initialize the variables we're linked to Setpoint = setsetpoint; //tell the PID to range between 0 and the full window size mypid.setoutputlimits(0, WindowSize); //turn the PID on mypid.setmode(automatic); // Serial.begin(9600); void loop() awal(); char key = keypad.getkey(); while(key == '*') lcd.clear(); mulai(); char key = keypad.getkey(); if(key=='a') A(); else if(key=='b') B(); else if (key=='c') C(); else if (key=='d') D(); else if (key=='*') break;

52 36

53 37 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 23 Januari Penulis adalah putra tunggal dari pasangan Hardono Wisnu Broto dan Galis Susana. Penulis menjalani pendidikan sekolah dasar di SDN 4 Baamang Hilir. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Sampit. Penulis kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMAN 1 Sampit dan lulus pada tahun Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI tahun Selama masa kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi seperti anggota R&D Himateta ( ). Penulis juga aktif dalam pengembangan diri keilmuan, seperti anggota Engineering Design Club dan Engineering Robotic Club. Selama masa kuliah penulis juga pernah mengikuti lomba karya ilmiah nasional, antara lain Pimnas ke 26 kategori PKM-KC di Universitas Mataram tahun 2013 dan Pimnas ke 27 kategori PKM-T di Universitas Dipenogoro tahun 2014.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol Unit Water Chiller Laboratorium Teknik Kondisi Lingkungan

Perancangan Sistem Kontrol Unit Water Chiller Laboratorium Teknik Kondisi Lingkungan Perancangan Sistem Kontrol Unit Water Chiller Laboratorium Teknik Kondisi Lingkungan Abstrak Adityo Pranowo, Wisnu Hendradjit, Sutanto Hadisupadmo Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pindah Panas dan Massa, Bagian Energi dan Elektrifikasi Departemen Teknik Pertanian IPB. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Mesin Pembeku Eksergetik Pengujian pergerakan bahan pada proses pembekuan produk dengan kecepatan pergerakan bahan dari.95 cm/min mencapai 7.6 cm/min. Arah pergerakan produk adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA 3.1. Deskripsi Alat Adsorpsi Alat adsorpsi yang diuji memiliki beberapa komponan utama, yaitu: adsorber, evaporator, kondenser, dan reservoir (gbr. 3.1). Diantara

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan, mulai bulan Maret 2009 dan berakhir pada bulan Juli 2009 dan dilakukan di Laboratorium Pindah Panas dan Massa Departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Programmable Logic Controller Proses di berbagai bidang industri manufaktur biasanya sangat kompleks dan melingkupi banyak subproses. Setiap subproses perlu dikontrol secara seksama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN ADC Program BASCOM AVR pada mikrokontroler: W=get ADC V=W/1023 V=V*4.25 V=V*10 Lcd V Tujuan dari program ini adalah untuk menguji tampilan hasil konversi dari tegangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN

Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016, ISBN APLIKASI SISTEM KONTROL PI PADA MESIN PENDINGIN TIPE AIR BLAST SEBAGAI KONTROL EKSPANSI OTOMATIS (APPLICATION PICONTROL SYSTEM ON REFRIGERATOR PLATE TOUCH TYPE FOR AUTOMATIC EXPANSION VALVE CONTROL) Bayu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Setelah memahami penjelasan pada bab sebelumnya yang berisi tentang metode pengisian, dasar sistem serta komponen pembentuk sistem. Pada bab ini akan diuraikan mengenai perancangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

Input ADC Output ADC IN

Input ADC Output ADC IN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu : III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang dilaksanakan

Lebih terperinci

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN: ; E-ISSN: Aplikasi Kontrol PI (Proportional Integral) pada Katup Ekspansi Mesin Pendingin

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN: ; E-ISSN: Aplikasi Kontrol PI (Proportional Integral) pada Katup Ekspansi Mesin Pendingin JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN: 2085-2614; E-ISSN: 2528-2654 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rtp Aplikasi Kontrol PI (Proportional Integral) pada Katup Ekspansi Mesin Pendingin Bayu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung (khususnya Laboratorium

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI KONSENTRASI SISTEM KONTROL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Moh. Hardiyanto 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Indonesia 2 Laboratory of

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. MODUL PRAKTIKUM Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 i ii KATA PENGANTAR Assalaamu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Eksergi Proses Pembekuan

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Eksergi Proses Pembekuan TINJAUAN PUSTAKA Konsep Eksergi Proses Pembekuan Proses pembekuan merupakan kombinasi perpindahan panas, massa, dan momentum secara simultan antara bahan dan media pembekunya. Perpindahan panas tersebut

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada Gambar 3.1 menunjukan blok diagram sistem dari keseluruhan alat yang dibuat. Mikrokontroler. Pemantik Kompor.

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada Gambar 3.1 menunjukan blok diagram sistem dari keseluruhan alat yang dibuat. Mikrokontroler. Pemantik Kompor. BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE

BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE Green Medical Box Portable dirancang dengan menggunakan sistem refrigerasi yang terintegrasi dengan box. Box terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama/bawah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Properti Termodinamika Refrigeran Untuk menduga sifat-sifat termofisik masing-masing refrigeran dibutuhkan data-data termodinamik yang diambil dari program REFPROP 6.. Sedangkan

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK PROS ID I NG 2 0 1 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT Bab ini membahas hasil dari sistem yang telah dirancang sebelumnya melalui percobaan dan pengujian. Bertujuan agar diperoleh data-data untuk mengetahui alat yang dirancang

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet Sari Widya Fitri *, Harmadi, Wildian Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163

Lebih terperinci

KONTROL MANUAL DAN OTOMATIS PADA GENERATOR SET DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER MELALUI SMARTPHONE ANDROID

KONTROL MANUAL DAN OTOMATIS PADA GENERATOR SET DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER MELALUI SMARTPHONE ANDROID EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 2 Mei 2017; 44-49 KONTROL MANUAL DAN OTOMATIS PADA GENERATOR SET DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER MELALUI SMARTPHONE ANDROID Margana, F.Gatot Sumarno Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat suatu alat yang dapat mengontrol piranti rumah tangga yang ada pada

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PEMBEKU TIPE LEMPENG SENTUH DENGAN SUHU MEDIA PEMBEKU BERTAHAP DENY FRAHMANA PUTRA SITUMORANG

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PEMBEKU TIPE LEMPENG SENTUH DENGAN SUHU MEDIA PEMBEKU BERTAHAP DENY FRAHMANA PUTRA SITUMORANG RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PEMBEKU TIPE LEMPENG SENTUH DENGAN SUHU MEDIA PEMBEKU BERTAHAP DENY FRAHMANA PUTRA SITUMORANG DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cara mengatur suhu dan kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem alat pembuat biogas dari eceng gondok. Perancangan terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. 3.1.

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMANASAN AIR

BAB II SISTEM PEMANASAN AIR BAB II SISTEM PEMANASAN AIR Konsep dasar sistem pemanasan air ini memiliki 3 tahapan utama yang saling berhubungan. Tahapan pertama, yaitu operator menjalankan sistem melalui HMI InTouch. Operator akan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN LINGKUNGAN PERTANIAN

PENGENDALIAN LINGKUNGAN PERTANIAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN PERTANIAN Teknik Pengendalian Bio-Lingkungan Disampaikan untuk Kuliah Mekanisasi Pertanian di FAPERTA Outline 1 2 Pengendalian Berbasis Waktu 3 Pengendalian Denition Pengendalian

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC. Publikasi Jurnal Skripsi

PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC. Publikasi Jurnal Skripsi PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC Publikasi Jurnal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem pengendalian ketinggian air. 3.1. Gambaran Alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari sensor

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG SISTEM KENDALI ANALOG DAN DIGITAL Disusun Oleh: SELLA MARSELIA NIM. 061330310905 Dosen Mata Kuliah : Ir. Siswandi, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain motor servo, LCD Keypad Shield, rangkaian pemantik, mikrokontroler arduino uno dan kompor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan BAB III PEMILIHA KOMPOE DA PERACAGA ALAT Pada bab ini berisi mengenai komponen apa saja yang digunakan dalam tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. Serta perancangan

Lebih terperinci

SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER [1] Erick Gustian, [2] Dedi Triyanto, [3] Tedy Rismawan [1][2][3] Jurusan Sistem

Lebih terperinci

RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT

RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT Abstrak Agus Slamet, Wahyu Djalmono P. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto,S.H.,Tembalang, KotakPos 6199/SMG,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 67 Telp & Fax. 5566 Malang 655 KODE PJ- PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam suatu perancangan sistem, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan prinsip kerja dari suatu sistem yang akan dibuat. Untuk itu perlu disusun

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN RUMAH PINTAR BERBASIS ARDUINO

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN RUMAH PINTAR BERBASIS ARDUINO PERANCANGAN DAN PEMBUATAN RUMAH PINTAR BERBASIS ARDUINO LAPORAN TUGAS AKHIR Diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Komputer Oleh: JONATHAN ALBERTO HUTAGAOL

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN RANGKAIAN PENGENDALI UNTUK VALVE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SALURAN MASUK GAS N 2 DAN O 2 PADA ALAT KALIBRASI SENSOR OKSIGEN

RANCANG BANGUN RANGKAIAN PENGENDALI UNTUK VALVE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SALURAN MASUK GAS N 2 DAN O 2 PADA ALAT KALIBRASI SENSOR OKSIGEN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 RANCANG BANGUN RANGKAIAN PENGENDALI UNTUK VALVE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SALURAN MASUK GAS N 2 DAN O 2 PADA ALAT KALIBRASI SENSOR OKSIGEN Hasan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOK DIAGRAM Pada perancangan tugas akhir ini saya merancang sistem dengan blok diagram yang dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok Diagram Dari blok diagram pusat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno

Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno 1 Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno Anggara Truna Negara, Pembimbing 1: Retnowati, Pembimbing 2: Rahmadwati. Abstrak Perancangan alat fermentasi kakao otomatis

Lebih terperinci

Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome

Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome Rizqi Rahmawan Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik - Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia email : rizqirahm@gmail.com Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Penelitian Setelah alat dan bahan didapat dan dipersiapkan maka perangkat-keras dan perangkat-lunak telah berhasil dibuat sesuai dengan rancangan awal walau

Lebih terperinci

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI BASIS PADA PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR LM35 TUGAS AKHIR

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI BASIS PADA PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR LM35 TUGAS AKHIR APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI BASIS PADA PERANCANGAN SISTEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR LM35 TUGAS AKHIR LINIK ATUSANTI WARUWU 072408003 PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 Mei 2008 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Kampus IPB, Bogor. 2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket. SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011 No Minggu ke 1 1-2 20 Feb 27 Feb Materi Tujuan Ket. Pendahuluan, Jenis dan Contoh Aplikasi system Refrigerasi Siswa mengetahui

Lebih terperinci

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga IDG Agus Tri Putra (1) dan Sudirman (2) (2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Jurusan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DIGITAL

SISTEM KENDALI DIGITAL SISTEM KENDALI DIGITAL Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi harus ada

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector)

RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector) RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector) Zilman Syarif 1, Duma Pabiban 2, Azwar Anas 3 Abstrak : Lorong merupakan sarana area untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram Berikut merupakan diagram blok alat yang dirancang untuk mempermudah dalam memahami alur kerja alat. Sensor MPX5700 Tekanan Dari tabung Kode perintah Minimum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan alat ini adalah untuk mewujudkan gagasan dan didasari oleh teori serta fungsi dari software arduino dan perangkat remote control,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan yang sudah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3 selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGENDALIAN SUHU RUANGAN MENGGUNAKAN DUA UNIT PENDINGAN YANG BEKERJA SECARA BERGANTIAN DENGAN SAKLAR IMPULS DAN

PERANCANGAN DAN PENGENDALIAN SUHU RUANGAN MENGGUNAKAN DUA UNIT PENDINGAN YANG BEKERJA SECARA BERGANTIAN DENGAN SAKLAR IMPULS DAN PERANCANGAN DAN PENGENDALIAN SUHU RUANGAN MENGGUNAKAN DUA UNIT PENDINGAN YANG BEKERJA SECARA BERGANTIAN DENGAN SAKLAR IMPULS DAN SENSOR E52-CA6DN PADA BENGKEL TEKNIK LISTRIK LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Dalam merancang sistem pengendali sepeda motor berbasis android ini, terdapat beberapa masalah yang harus dicermati dan dipecahkan. Permasalahan tersebut

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN Nazrul Effendy 1), Masrul Solichin 2), Teuku Lukman Nur Hakim 3), Faisal Budiman 4) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN ULANG AIR MINUM

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN ULANG AIR MINUM BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN ULANG AIR MINUM Konsep dasar sistem pada depo pengisian ulang air minum terdiri dari tiga komponen utama yang saling berhubungan. Komponen pertama yaitu terdapat pembeli

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN 2.1. Arduino Uno Arduino dikatakan sebagai sebuah platform dari physical computing yang bersifat open source, Arduino Uno merupakan sebuah mikrokontroler dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam

Lebih terperinci

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber 1 Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber Septian Ade Himawan., Ir. Nurussa adah, MT., Ir. M. Julius St., MS. Abstrak Abstrak Sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan unit penyusun semua

Lebih terperinci