TINJAUAN PUSTAKA Usability

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Usability"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Usability Terdapat beberapa definisi mengenai usability. Definsi pertama disampaikan oleh International Standards Organization (ISO ) yang mendefinisikan usability sebagai sejauh mana suatu produk dapat digunakan oleh pengguna tertentu untuk memperoleh tujuan tertentu dengan efektifitas, efisiensi, dan kepuasan dalam konteks penggunaan. Selanjutnya Usability Professionals Association (UPA), memberikan definisi usability yang lebih berfokus kepada proses pengembangan produk, yaitu Usability adalah suatu pendekatan terhadap pengembangan produk yang menggabungkan umpan balik pengguna melalui siklus pengembangan untuk mengurangi biaya dan menciptakan produk dan alat yang memenuhi kebutuhan pengguna. Definisi berikutnya dikemukakan oleh Krug (2000), yakni Usability berarti memastikan bahwa sesuatu bekerja dengan baik untuk tujuan tertentu tanpa membuat penggunanya menjadi putus asa (Tullis & Albert 2008). Menurut Tullis dan Albert (2008), berbagai macam definisi usability tersebut memiliki tiga tema yang serupa, yaitu adanya keterlibatan seorang pengguna, pengguna melakukan suatu pekerjaan, dan pengguna melakukan sesuatu dengan adanya produk, sistem atau hal lain. Beberapa orang juga membedakan antara istilah usability dan pengalaman pengguna (user experience). Usability biasanya mempertimbangkan kemampuan pengguna untuk menggunakan sesuatu agar dapat melaksanakan tugas dengan sukses, sedangkan user experience memiliki pandangan yang lebih luas, melihat kepada keseluruhan interaksi individual dengan sesuatu hal tersebut, seperti pikiran, perasaan, dan persepsi yang dihasilkan dari interaksi tersebut. Oleh karena itu, pada saat dibicarakan mengenai pengukuran usability, maka akan benar-benar melihat pada keseluruhan user experience yang dialami. Permasalahan terbesar yang dihadapi bidang usability saat ini adalah bagaimana cara meningkatkan performanya secara masif, sehingga dapat mempengaruhi perancang antarmuka pengguna di seluruh dunia. Namun, seberapa besarkah tantangan yang akan dihadapi dalam bidang antarmuka

2 8 pengguna? Pada bulan November 2005, terdapat 75 juta situs web di Internet. Selain itu, terdapat 30 juta intranet di dalam firewall perusahaan. Dengan demikian, terdapat lebih dari 100 juta desain antarmuka pengguna hanya dalam ruang online. Namun di lain pihak, terdapat sekitar 70 juta desain antarmuka pengguna profesional di dunia yang ditujukan untuk melayani pelanggan bisnis, badan pemerintah, atau organisasi nirlaba. Apabila antarmuka pengguna yang dibangun tidak memiliki performa usability yang baik, maka banyak biaya yang akan dikeluarkan oleh pengembang situs web tersebut (Nielsen 2005). Berdasarkan hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa usability merupakan salah satu parameter penting yang menentukan keberhasilan situs web dalam meningkatkan keberhasilan akses oleh pengguna, serta dapat meningkatkan efisiensi biaya pembangunan suatu situs web. Dengan demikian, penelitian mengenai usability diharapkan akan dapat memenuhi tantangan untuk meningkatkan performa situs web secara masif dan signifikan. Evaluasi Usability Menurut Preece et al. (2002), proses evaluasi terdiri dari dua jenis. Pertama, evaluasi yang dilakukan selama perancangan untuk memeriksa apakah produk telah memenuhi kebutuhan konsumen yang disebut dengan evaluasi formatif (formative evaluations). Kedua, evaluasi yang dilakukan untuk menilai kesuksesan produk yang telah selesai dikembangkan, seperti produk yang telah memuaskan bagi agen sponsor atau untuk memeriksa apakah standar yang digunakan telah dipenuhi. Evaluasi ini disebut sebagai evaluasi akhir (summative evaluations). Adapun setiap proses evaluasi memainkan peranan kunci dalam memfasilitasi pemahaman antara pengembang produk dengan penggunanya. Menurut Nielsen (1993), usability pada umumnya diukur dengan melibatkan sejumlah pengguna yang dipilih sebagai perwakilan dari pengguna sesungguhnya. Pengguna tersebut akan menggunakan sistem untuk menyelenggarakan serangkaian tugas khusus, meskipun sistem tersebut juga dapat diukur dengan melibatkan pengguna sesungguhnya di lapangan untuk melakukan tugas apapun yang memang sedang mereka lakukan. Pada kasus tersebut poin pentingnya adalah bahwa usability dievaluasi relatif hanya pada pengguna tertentu

3 9 dan tugas tertentu. Hal ini juga menjadi perhatian tertentu dimana sistem yang sama dapat diukur sebagai sistem dengan karakteristik usability yang berbeda jika digunakan oleh pengguna yang berbeda untuk tugas yang berbeda pula. Suatu evaluasi antarmuka dapat dilaksanakan pada dunia nyata atau kondisi yang terkontrol. Pengukuran performa berasal dari tugas-tugas spesifik yang dilakukan oleh pengguna, dan hasilnya dibandingkan dengan tujuan kinerja yang didefinisikan sebelumnya. Evaluator juga mengumpulkan data pada permasalahan yang muncul. Kondisi kesalahan atau error, kebingungan, frustrasi, dan komplain yang ditemui pada saat evaluasi selanjutnya dapat didiskusikan dengan pengguna. Evaluasi tersebut juga bermanfaat agar pengguna dapat membicarakan secara jelas apa yang mereka sedang lakukan. Kegagalan dalam mencapai tujuan desain usability akan mengindikasikan perlu adanya proses desain ulang. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan evaluasi usability ialah pengujian tersebut menggunakan lingkungan kerja yang realistis. Tugas yang dilaksanakan dalam latar kerja aktual, apakah pada suatu laboratorium usability atau kondisi terkontrol lainnya. Evaluasi usability dapat mengidentifikasi permasalahan serius dengan menghindari item-item yang prioritasnya rendah (Galitz 2002). Adapun kerugian yang dapat menjadi permasalahan paling serius pada evaluasi usability adalah biaya tinggi yang dibutuhkan untuk mempersiapkan fasilitas pengujian. Pelaksanaan evaluasi usability yang efektif membutuhkan seorang penyelenggara evaluasi dengan keahlian antarmuka pengguna. Evaluasi usability juga menekankan pada penggunaan sistem untuk pertama kalinya, serta pengumpulan data yang memperhatikan penggunaan suatu sistem oleh pengguna yang berpengalaman. Pengujian ini juga kurang cocok untuk mendeteksi permasalahan dengan konsistensi tertentu. Skenario tugas untuk memenuhi tujuan pengujian secara memadai haruslah diidentifikasi dan dikembangkan. Idealnya, keseluruhan sistem akan diuji, namun waktu dan biaya seringkali membatasi pekerjaan yang dapat dilakukan. Jika terdapat kendala waktu dan biaya, maka diperlukan kandidat yang baik untuk pengujian meliputi tugas pengguna yang paling penting dan paling representatif. Sebaiknya selalu dilakukan uji fungsi atau fitur dimana landasan

4 10 desainnya tidak sekuat yang diinginkan. Fitur-fitur ini merupakan fitur dimana masalah pertukaran (trade-off) tidak terlihat jelas, tidak secara kuat mengacu pada satu alternatif desain dari beberapa desain lain yang mungkin digunakan. Setelah mempersiapkan skenario tugas, skenario tersebut diuji coba dan diperbaiki jika diperlukan. Perlu dipastikan bahwa skenario tersebut ditulis dengan jelas dan mampu dilaksanakan dalam waktu evaluasi yang telah dialokasikan. Sebuah laboratorium khusus dapat dibangun, kemudian pengguna melaksanakan tugas yang telah dirancang di dalam laboratorium tersebut. Pengguna selanjutnya diobservasi dan hasilnya diukur dan dievaluasi untuk membangun usability suatu produk. Pengujian usability menampilkan apa sebenarnya mereka lakukan, bukan apa yang mereka pikir mereka lakukan. Skenario yang sama dapat disajikan kepada pengguna yang berbeda-beda, dengan menyediakan data perbandingan dari beberapa jenis pengguna (Galitz 2002). Berdasarkan pada hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa pengujian usability situs web dapat dilakukan dengan cara observasi responden dalam ruangan yang terkontrol dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk dapat mengetahui secara langsung permasalahan apa saja yang ditemui oleh pengguna situs web tersebut dalam mengakses informasi. Accessibility Situs web sudah seharusnya didesain dengan memastikan bahwa siapa saja, termasuk pengguna yang memiliki kesulitan melihat, mendengar, dan melakukan gerakan halus dapat menggunakannya. Secara umum, hal ini berarti memastikan bahwa situs web dapat memfasilitasi penggunaan teknologi bantuan (assistive technology) yang umum digunakan. Beberapa permasalahan accessibility utama yang perlu diperhatikan meliputi: a. Menyediakan format text equivalent untuk elemen yang bukan teks; b. Memastikan bahwa script yang digunakan mendukung accessibility situs web; c. Menyediakan judul-judul pada kerangka situs web; d. Memudahkan pengguna melewati tautan navigasi yang berulang-ulang;

5 11 e. Memastikan bahwa plug-ins dan applets memenuhi kebutuhan accessibility; dan f. Mensinkronisasi seluruh elemen multimedia. Apabila tidak mungkin untuk memastikan bahwa seluruh halaman situs web dapat diakses dengan mudah, para perancang situs web harus menyediakan informasi yang serupa untuk memastikan bahwa seluruh pengguna memiliki akses yang sama terhadap seluruh informasi (USDHHS 2004). Accessibility dalam arti umum berarti suatu sistem harus dirancang agar mudah digunakan oleh kondisi masyarakat yang sangat beragam, atau pada dasarnya siapa saja yang bermaksud menggunakan sistem tersebut. Dalam arti yang lebih sempit, accessibility dapat didefinisikan sebagai penyediaan akses yang mudah terhadap suatu sistem untuk masyarakat dengan keterbatasan fisik (disabilities). Adapun tujuan desain dalam menciptakan accessibility bagi pengguna dengan keterbatasan fisik antara lain (Galitz 2002): a. Meminimalkan semua rintangan yang membuat suatu sistem sulit atau tidak mungkin digunakan, dan b. Menyediakan kesesuaian dengan menginstal keperluan accessibility. Telah banyak pemerintah negara yang telah menerbitkan Peraturan Perundang-undangan yang mewajibkan para pemberi kerja untuk menyediakan bantuan yang layak bagi para pekerja dengan keterbatasan fisik. Sebagai contoh di Amerika Serikat terdapat sebuah perundang-undangan dengan tujuan tersebut, yaitu Undang-undang Warga Negara Amerika dengan Keterbatasan Fisik (the Americans with Disabilities Act). Rancangan sistem yang mudah diakses selanjutnya diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun dengan keterbatasan fisik yang sulit mengakses teknologi komputer (Galitz 2002). Evaluasi Accessibility dengan WCAG 2.0 Galitz (2002) mengemukakan bahwa accessibility biasanya mengacu kepada seberapa efektif seseorang dengan keterbatasan fisik (disabilities) dapat menggunakan suatu sistem, aplikasi atau situs web. Dengan kata lain, accessibility merupakan usability yang dikhususkan untuk kelompok pengguna tertentu.

6 12 Panduan accessibility web yang paling dikenal secara luas adalah Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) dari World-Wide Web Consortium (W3C). Web Accessibility Initiative (WAI) telah dibentuk oleh World Wide Web Consortium (W3C) untuk membawa pertimbangan-pertimbangan accessibility ke dalam pengembangan teknologi Web Consortium dan untuk menentukan panduan bagi teknologi yang mudah diakses meliputi penulisan web dan agen pengguna (browser). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Tim Berners-Lee, penemu web, dan Direktur W3C, "Kekuatan situs web terletak pada sifat keuniversalannya. Dapat mengakses suatu web tanpa menghiraukan masalah keterbatasan fisik adalah suatu aspek yang esensial". Dalam kaitannya dengan accessibility media elektronik, standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 1.0 dan 2.0 yang telah diterbitkan memiliki kesamaan dengan standar lain yang pernah dipublikasikan yaitu s508, tetapi standar WCAG lebih maju beberapa langkah ke depan. Versi pertama panduan penulisan web, yaitu WCAG 1.0, menjadi Rekomendasi W3C pada tanggal 5 Mei WCAG 2.0 dipublikasikan pada tanggal 11 Desember WCAG 2.0 diaplikasikan secara luas pada teknologi yang lebih tinggi, lebih mudah digunakan dan dimengerti, serta lebih dapat diuji dengan pengujian otomatis dan evaluasi oleh manusia dengan tepat (Pariseau 2010). Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0 telah mencakup rentang yang luas untuk membuat konten web lebih mudah diakses. Panduan tersebut diharapkan dapat membantu orang-orang dengan keterbatasan fisik, termasuk penderita tuna netra dan penglihatan lemah, tuna rungu, ketidakmampuan belajar, keterbatasan kognitif, keterbatasan gerak, keterbatasan bicara, fotosensitivitas dan kombinasinya. Kriteria kesuksesan WCAG 2.0 disusun sebagai pernyataan yang teruji dan bukan tergolong technology-specific (W3C 2008). Dalam merancang suatu media elektronika berdasarkan WCAG 2.0, seorang perancang harus mempertimbangkan dan mengaplikasikan beberapa panduan yang telah diringkas pada Tabel 1.

7 13 Tabel 1 Ringkasan panduan WCAG 2.0 (Pariseau 2010) Prinsip 1: Perceivable Prinsip 2: Prinsip 3: Operable Understandable Menyediakan alternatif Membuat semua Membuat konten teks untuk konten non-teks fungsionalitas teks dapat dibaca sehingga dapat diubah tersedia dari sebuah dan dapat menjadi bentuk lain yang keyboard dimengerti. dibutuhkan orang, seperti cetak besar, Braille, suara, simbol atau bahasa yang lebih sederhana Menyediakan alternatif untuk media berbasis waktu Menyediakan konten yang dapat dipresentasikan dengan cara berbeda (untuk contoh tampilan yang lebih sederhana) tanpa menghilangkan informasi atau struktur Memudahkan pengguna untuk melihat dan mendengar konten termasuk memisahkan latar depan dari latar belakang Menyediakan waktu yang cukup bagi pengguna untuk membaca dan menggunakan konten Jangan mendesain konten dalam suatu cara yang diketahui akan menyebabkan penyitaan Menyediakan cara untuk membantu pengguna menavigasi, menemukan konten dan menentukan dimana mereka berada Membuat halamanhalaman web tampil dan beroperasi dengan cara yang dapat diprediksi Membantu pengguna menghindari dan mengoreksi kesalahan Prinsip 4: Robust Memaksimalkan kompatibilitas dengan agen-agen pengguna masa kini dan masa depan, termasuk teknologi bantu Panduan WCAG telah diorganisir menjadi bentuk chekpoint atau success criteria agar lebih mudah digunakan. Success criteria tersebut dikategorikan menjadi Prioritas 1, 2 atau 3 menurut Pariseau (2010): 1. Prioritas 1 atau Level A Seorang pengembang konten Web harus memenuhi beberapa checkpoint ini. Jika sebaliknya, maka satu atau lebih kelompok tidak akan mungkin mengakses informasi di dalam dokumen. Pemenuhan checkpoint ini adalah kebutuhan dasar untuk beberapa kelompok mungkin untuk menggunakan dokumen-dokumen Web. Dalam WCAG 2.0, level AAA memiliki 20 success criteria.

8 14 2. Prioritas 2 atau Level AA Seorang pengembang Web seharusnya memenuhi beberapa checkpoint ini. Jika sebaliknya, maka satu atau lebih kelompok akan sulit mengakses informasi dalam dokumen. Pemenuhan checkpoint ini akan menghilangkan penghalang yang signifikan untuk mengakses dokumen-dokumen Web. Dalam WCAG 2.0, level AA memiliki 12 success criteria. 3. Prioritas 3 atau Level AAA Seorang pengembang Web boleh memenuhi beberapa checkpoint ini. Jika sebaliknya, maka atau lebih kelompok akan menemukan beberapa kesulitan untuk mengakses informasi dalam dokumen. Pemenuhan checkpoint ini akan meningkatkan akses terhadap dokumen-dokumen Web. Dalam WCAG 2.0, level A memiliki 25 success criteria. e-government Pemerintah Provinsi Hof dan Groothuis (2011) menyatakan bahwa electronic government (e- Government) merupakan implementasi teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi atau meningkatkan pelayanan publik bagi warga negara atau perusahaan. Sebagai konsekuensinya, fokus electronic government secara khusus berpusat pada digitasi dari transaksi antara pemerintah dan warga negara atau pebisnis. Kemajuan electronic government telah sangat dibantu oleh meningkatnya kapasitas untuk menyimpan dan memproses data melalui teknologi broadband dan juga disebabkan karena fakta bahwa kebanyakan masyarakat telah mengakses Internet dewasa ini. Teknologi-teknologi baru akan membangkitkan banyak kesempatan untuk merancang ulang interaksi antara warga negara dan pemerintah. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat merangsang partisipasi elektronik dari para warga negara dengan memperkenalkan Web 2.0 tools (seperti wiki, chat, blog, jejaring sosial, e-petisi, dan lain-lain). Di lain pihak, terdapat warga negara yang secara mandiri mengangkat teknologi baru tersebut sehingga mereka dapat lebih terlibat dalam administrasi publik dan aktivitas politik dimana mereka tertarik di dalamnya, atau dapat pula menyediakan ahli tertentu yang dapat mewakili mereka untuk dapat terlibat dalam administrasi publik tersebut.

9 15 Menurut Nurhadryani (2009), aktor dalam e-government secara sederhana dapat dibagi menjadi dua jenis yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pertama yaitu sektor publik sebagai penyelenggara pemerintahan yang terdiri dari eksekutif (seperti departemen keuangan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya), yudikatif dan legislatif pada level nasional, regional dan lokal. Aktor kedua disebut enduser yang terdiri dari sektor non-pemerintah dan sektor privat yang berinteraksi di lima level governance (level internasional, level regional 1, level nasional, level regional 2 dan level lokal). Melalui e-government, masyarakat dapat menerima informasi dengan cepat dan transparan sehingga masyarakat mendapat pengetahuan mengenai bagaimana pemerintahan berjalan, dengan pengetahuannya tersebut dan sesuai dengan minat masing-masing, masyarakat dapat melakukan partisipasi melalui elektronik misalnya dengan berdiskusi dan berkomunikasi mengenai isu-isu dalam pemerintahan secara elektronik, sehingga proses pemerintahan menjadi lebih demokratis. Gambar 1 Framework governance: dimensi horisontal dan vertikal (Nurhadryani 2009). Dewasa ini terdapat peningkatan keterlibatan warga negara melalui TIK. Warga negara menjadi semakin berani mengeluarkan aspirasinya dan semakin memahami hal-hal kebijakan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan lain-lain, dan memahami bagaimana cara menampilkan tugas-tugas publik (Leadbeater & Cottam 2007). Beberapa pihak mengharapkan hal ini dapat membantu proses demokratisasi hubungan antara warga negara dan pemerintah dengan menerima lebih banyak kepercayaan dan transparansi, lebih banyak keterlibatan aktif dalam

10 16 proses demokrasi, dan memberi kuasa pada warga negaranya. Beberapa pihak yang lainnya lebih skeptis dan beranggapan bahwa kepercayaan tidak akan meningkat dan motivasi di antara warga negara untuk berpartisipasi sangatlah kurang (Frissen et al. 2008, diacu dalam Hof & Groothuis 2011). Menurut Inpres Nomor 3 Tahun 2003, pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-government, dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalisasi pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu: Pertama, pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; Kedua, pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Selanjutnya, membangun e- Government bukan saja membangun infrastruktur komunikasi data dan informasi, tetapi juga berarti membangun infrastruktur sistem aplikasi, standarisasi metadata, pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan prosedur, kebijakan dan peraturan. Berkenaan dengan implementasi e-government di Indonesia, Rokhman (2011) mengemukakan hasil penelitiannya yang bertujuan untuk mencari tahu tentang penerimaan masyarakat Indonesia pengguna Internet terhadap pelayanan e-government, yakni anggapan bahwa masyarakat Indonesia belum siap dengan e-government tidak terbukti pada penelitian tersebut. Segmen masyarakat dengan status sosial menengah ke atas sangat siap untuk menggunakan e-government. Anggapan lain bahwa e-government tidak cocok dengan gaya hidup dan kebudayaan juga tidak perlu dipersoalkan lagi. Melalui parameter kesesuaian, penelitian tersebut membuktikan bahwa e-government kompatibel dengan gaya hidup dan kebudayaan, dan mereka siap jika pelayanan publik tidak disampaikan dengan cara bertemu muka. Dewasa ini telah banyak institusi yang melakukan pemeringkatan terhadap kondisi e-government di suatu negara, salah satunya adalah yang dilaksanakan

11 17 oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB 2010). Evaluasi e-government yang dilaksanakan pada tahun 2010 oleh PBB menempatkan Indonesia pada peringkat 109 dari 184 negara di dunia yang disebut dengan peringkat e-government Development Index. Indonesia berada pada peringkat 102 dalam hal indeks pelayanan online dan komponennya, berada pada peringkat 116 dalam hal indeks infrastruktur telekomunikasi dan komponennya, berada pada peringkat 97 dalam hal indeks modal sumberdaya manusianya, dan berada pada peringkat 86 dalam hal e-participation. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, pemerintahan daerah provinsi dapat menyelenggarakan sendiri atau menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi yang penyelenggaraannya ditugaskan kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan, secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersangkutan apabila pemerintahan daerah kabupaten/kota telah menunjukkan kemampuan untuk memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan. Pemerintahan provinsi dipimpin oleh seorang Gubernur sebagai kepala daerah dengan struktur organisasi pemerintahan provinsi disajikan pada Gambar 2. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi meliputi (Kemkominfo 2004): a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum e. Penanganan bidang kesehatan f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota

12 18 i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota j. Pengendalian lingkungan hidup k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota Gambar 2 Susunan organisasi pemerintahan provinsi (Kemkominfo 2004). Pemerintah provinsi memiliki suatu lembaga bernama Komisi Informasi Provinsi dikarenakan provinsi termasuk ke dalam badan publik yang memiliki fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Komisi Informasi Provinsi merupakan lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi (UU No. 14/2008). Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e- Government, seluruh provinsi diwajibkan untuk mensosialisasikan informasi publik yang dimilikinya dalam suatu situs web atau sistem informasi demi kepentingan masyarakat banyak. Menurut Kemkominfo (2003), situs web pemerintah daerah merupakan salah satu strategi di dalam melaksanakan pengembangan e-government secara sistematik melalui tahapan yang realistis dan terukur. Pembuatan situs web

13 19 pemerintah daerah merupakan tingkat pertama dalam pengembangan e- Government di Indonesia dengan sasaran agar masyarakat Indonesia dapat memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah dengan mudah, serta ikut berpartisipasi dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media Internet. Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah melalui jaringan informasi, pengembangan e- Government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu Tingkat 1 Persiapan (Pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga; dan Sosialisasi situs web untuk internal dan publik), Tingkat 2 Pematangan (Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat interaktif; dan Pembuatan antarmuka keterhubungan dengan lembaga lain), Tingkat 3 Pemantapan (Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik; dan Pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain), Tingkat 4 Pemanfaatan (Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), dan Government to Consumers (G2C)). Situs web pemerintah daerah provinsi dan daerah otonom (Kabupaten, dan Kotamadya) dapat dikatakan sebagai perubahan bentuk penggunaan media komunikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology - ICT) (Kemkominfo 2003). Oleh karena itu, pemerintah memiliki tugas yang berkesinambungan karena performa situs web yang terus menerus meningkat akan menjadi harapan para pengaksesnya, baik penduduk Indonesia maupun masyarakat dunia. Penelitian Terdahulu Suharko (2009) telah melaksanakan evaluasi penerapan rekomendasi standar situs yang baik dari Kemkominfo pada situs e-government pemerintah daerah di Indonesia dengan mengacu pada rekomendasi dari Kemkominfo dan untuk mengevaluasi komponen usability situs web tersebut menggunakan standar WCAG 1.0. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan dipadukan rekomendasi dari Depkominfo (kini bernama Kemkominfo) dengan 14 variabel.

14 20 Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu kategori Nasional, kategori Provinsi dan kategori Kota/Kabupaten. Masingmasing kategori menggunakan tiga skenario yang ditujukan untuk membantu melihat dampak penggunaan beberapa asumsi pembobotan yang berbeda dikarenakan kurangnya studi literatur yang membahas permasalahan tersebut. Situs web yang memiliki peringkat pertama untuk kategori Nasional adalah Provinsi Jawa Tengah, kategori Provinsi adalah Jawa Tengah, dan kategori Kota/Kabupaten adalah Kota Bandung dan Kabupaten Gresik. Studi lain berkaitan dengan evaluasi situs web pemerintah Indonesia telah dilakukan oleh Wahid (2008) bertujuan untuk mengevaluasi fokus dan kualitas situs web pemerintah Indonesia. Sebanyak 456 kabupaten/kota seluruh Indonesia telah dilibatkan dalam studi tersebut. Kriteria penilaian yang digunakan Wahid (2008) diadopsi dengan beberapa penyesuaian dari kriteria yang didasarkan pada kumpulan kriteria yang diajukan oleh Eschenfelder et al. Setiap sub-kriteria tersebut dioperasionalisasikan dengan beberapa item yang diukur dengan 5-poin skala Likert yang berkisar antara sangat tidak setuju hingga sangat setuju dalam hal ketersediaan atau kualitas setiap kriteria. Hasilnya secara umum situs web pemerintah daerah Indonesia lebih berfokus pada mempromosikan keterhubungan antara pemerintah dan pebisnis, dimana layanan transaksional yang terbatas untuk sektor-sektor bisnis telah tersedia, sementara efisiensi dan efektifitas dalam penyampaian layanan umum tidak terlalu diprioritaskan. Kualitas situs web secara umum berada pada level medium, baik dalam hal kualitas konten maupun dalam hal tingkat kemudahan penggunaan situs web. Studi lain mengenai usability situs web pemerintah luar negeri telah dilaksanakan oleh pemerintah Uganda pada beberapa situs webnya (Asiimwe & Lim 2010). Dengan menggunakan metode investigasi fitur, studi tersebut mengevaluasi empat situs web pemerintah Uganda, yaitu Ministry of Health, Ministry of Education and Sports, Ministry of Justice and Constitutional Affairs, dan Ministry of Foreign Affairs, berdasarkan tiga perspektif, yaitu Perspektif Tampilan Desain, Perspektif Navigasi, dan Perspektif Kebijakan Hukum pada situs web. Ketiga perspektif tersebut diambil dari 14 perspektif yang diadaptasi

15 21 dari E-Government Toolkit untuk Negara-negara Berkembang dan Web Content Accessibility Guidelines versi dua (WCAG 2.0). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa situs web pemerintah Uganda secara parsial dapat dikategorikan menjadi usable dalam hal tampilan desain dan perspektif navigasi, tetapi lemah dalam hal menyatakan kebijakan hukum. Hasil evaluasi menyediakan suatu gambaran yang jelas bagi pemerintah Uganda mengenai kebutuhan apa saja yang perlu ditingkatkan berdasarkan pada standar rancangan situs web bertaraf internasional (Asiimwe & Lim 2010). Isa et al. (2011) juga telah mengadakan penelitian untuk menginvestigasi usability dan accessibility situs web e-government Malaysia. Pengukuran usability menggunakan panduan usability Nielsen dalam hal kecepatan upload, ukuran halaman utama dan jumlah tautan yang rusak (broken links). Accessibility diukur dengan menggunakan Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 1.0. Proses evaluasi menampilkan beberapa isu usability dan accessibility pada situs web e-government Malaysia. Terdapat permasalahan yang cukup banyak mengenai usability (kecepatan dan jumlah broken links) dan permasalahan accessibility pada situs web negara jika dibandingkan dengan situs web federal. Penelitian berikutnya adalah yang dilakukan oleh Ma dan Zaphiris (2003) yang mengevaluasi usability dan accessibility konten pada situs-situs web e- Government Inggris dan memeriksa apakah situs web tersebut memiliki peringkat yang tinggi dalam hal accessibility dan usability, dan apakah kedua ukuran tersebut berkorelasi atau tidak. Penelitian tersebut menemukan bahwa situs-situs web e-government Inggris memiliki peringkat yang relatif tinggi dalam hal accessibility, dan hasil yang telah dianalisis menunjukkan bahwa situs web yang mudah digunakan (usable) tidak berarti juga mudah diakses (accessible), dan sebaliknya situs web yang accessible belum tentu usable. Hal tersebut menandakan bahwa korelasi antara usability dan accessibility tergolong rendah. Dari beberapa penjelasan mengenai penelitian terdahulu di atas, penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan memberikan kontribusi di bidang penelitian usability dan accessibility pada situs web pemerintah daerah di Indonesia berdasarkan pada metode observasi usability situs web terhadap responden secara

16 22 langsung dan standar accessibility internasional, yaitu WCAG 2.0. Setelah dilakukan studi literatur sebelumnya, ditemukan bahwa ternyata metode-metode di atas belum banyak digunakan untuk penelitian situs web pemerintah Indonesia sehingga tema tersebut diangkat sebagai topik penelitian.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan teknologi situs web dewasa ini dalam menyajikan berbagai kebutuhan informasi dan layanan digital bagi pengguna semakin beragam dan inovatif. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

b. Meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap pelayanan public Konsep E-Government (Electronic Government) dalam Pelayanan

b. Meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap pelayanan public Konsep E-Government (Electronic Government) dalam Pelayanan Adapun sasarandari pelayanan terpadu yang dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut : a. Terwujudnya pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau b. Meningkatnya hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjukkan dengan pesatnya perkembangan perangkat komputasi, telekomunikasi, jaringan internet

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN e-government DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan adanya keterbukaan informasi, maka pemerintah harus mulai membuka diri terhadap informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi dewasa ini berpengaruh pada transformasi pelayanan masyarakat di pemerintahan. Pelayanan informasi dari pemerintah untuk masyarakat juga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAH PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, akuntabilitas dan transparansi kinerja

Lebih terperinci

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 No.154, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KABUPATEN SRAGEN B U P A T I S R A G E N Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan dalam kegiatan manusia. Dewasa ini hampir semua sendi kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari pemanfaatan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan adanya keterbukaan informasi, maka pemerintah harus mulai membuka diri terhadap informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi internet di lingkungan pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk

Lebih terperinci

Bab IV Rekomendasi IV.1. Analisis Lanjutan

Bab IV Rekomendasi IV.1. Analisis Lanjutan 48 Bab IV Rekomendasi Pada bab ini akan dipaparkan jalannya tahap 3 penelitian (Gambar III.1), yaitu mengenai pembentukan rekomendasi bagi UKM untuk langkah implementasi selanjutnya. Sebagai dasar pemberian

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa kemudahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN EVALUASI SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. Penggunaan teknologi yang tidak hanya terbatas pada bidang bisnis dan perdagangan tetapi lebih

Lebih terperinci

Komputer Dan Pemerintahan. Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2013/2014

Komputer Dan Pemerintahan. Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2013/2014 Komputer Dan Pemerintahan Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2013/2014 TUJUAN: Memberi kemudahan dan kesederhanaan prosedur, sehingga penerapannya memerlukan perubahan struktur organisasi pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDAYAGUNAAN WEBSITE RESMI PEMERINTAH DESA JATILOR http://desajatilor.grobogan.go.id

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam bidang ICT (Information and Communication Technology) telah membawa dampak yang cukup signifikan pada kehidupan manusia. Terjadi perubahan

Lebih terperinci

Presiden No. 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional. Pengembangan Pemerintahan Secara Elektronik. INPRES ini

Presiden No. 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional. Pengembangan Pemerintahan Secara Elektronik. INPRES ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, kelahiran E-Government dibidani oleh Instruksi Presiden No. 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Pemerintahan Secara Elektronik.

Lebih terperinci

E-Government di Indonesia dan Dunia

E-Government di Indonesia dan Dunia E-Government di Indonesia dan Dunia 18 Juni 2011 STTA, Yogyakarta Josua M. Sinambela, M.Eng Konsultan Teknologi Informasi www.rootbrain.com Pengertian E-Government proses pemanfaatan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara yang sedang melakukan perbaikan sistem birokrasi pemerintahan. Perbaikan sistem birokrasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka terselenggaranya Sistem Informasi

Lebih terperinci

RPSEP-11 KENDALA DAN STRATEGI PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

RPSEP-11 KENDALA DAN STRATEGI PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM PEMBANGUNAN DAERAH RPSEP-11 KENDALA DAN STRATEGI PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM PEMBANGUNAN DAERAH Nora Eka Putri Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang Email: nor.adisty@gmail.com Abstrak E-government atau electronic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dhenta Ulung Wisesa, (2015). "Komparasi Perangkat Lunak High Fidelity Prototyping : Balsamiq

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan

Bab I. Pendahuluan. Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dewasa ini dengan kemajuan teknologi yang pesat, hampir seluruh kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, sampai tahun 2015 tercatat pengguna Internet di Indonesia mencapai 88,1 juta. Dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN INFORMASI PUBLIK PADA WEBSITE PEMERINTAH KABUPATEN ATAU KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS LAYANAN INFORMASI PUBLIK PADA WEBSITE PEMERINTAH KABUPATEN ATAU KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS LAYANAN INFORMASI PUBLIK PADA WEBSITE PEMERINTAH KABUPATEN ATAU KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH Uyun Nailufarah Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KABUPATEN LAMONGAN SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN Hotel Aryaduta Manado, 10 November 2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka

I. PENDAHULUAN. kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia ke arah kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka peluang bagi pengaksesan,

Lebih terperinci

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN Aplikasi Tata Naskah Dinas Elektronik pada instansi pemerintah sekarang ini menuntut untuk menggunakan teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN EGOVERNMEN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN EGOVERNMEN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN EGOVERNMEN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Perbaikan system e-government di PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN, diharapkan mampu meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA.

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Nama : Sapto N. Setiawan Jurusan : 42SIB JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Penerapan electronic commerce (e-commerce) telah menjadikan hubungan bisnis yang sehat antara produsen

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia *

Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia * Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia * Teguh Kurniawan Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI,Kampus FISIP UI Gd B Lt 2 Depok 16424, email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penggunaan asas ini memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transformasi traditional government menjadi electronic government (e-government) merupakan salah satu isu kebijakan publik yang hangat dibicarakan saat ini [1]. Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama semakin berkembang. Bukan hanya perusahaan swasta saja yang menggunakan teknologi informasi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA I. UMUM Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus

Lebih terperinci

Tugas Teknologi Komunikasi Informasi PENGEMBANGAN WEB AGAM MEDIA CENTER DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT. makalah

Tugas Teknologi Komunikasi Informasi PENGEMBANGAN WEB AGAM MEDIA CENTER DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT. makalah Tugas Teknologi Komunikasi Informasi PENGEMBANGAN WEB AGAM MEDIA CENTER DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT makalah Oleh Zulferi Ferdial Promed D2 NIM 118068 Produksi Media Informasi Publik Diploma II Sekolah

Lebih terperinci

P5 Pemanfaatan Komputer Di Berbagai Bidang. A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta

P5 Pemanfaatan Komputer Di Berbagai Bidang. A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta P5 Pemanfaatan Komputer Di Berbagai Bidang A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta Menurut pandangan anda, bidang-bidang apa saja yang sudah menerapkan penggunaan komputer? 2 Dari bidang-bidang

Lebih terperinci

Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia

Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Seri Pembelajaran PATTIRO: Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Oleh: Ahmad Rofik 1 Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Implementasi UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Lebih terperinci

UJI KORELASI HASIL EVALUASI USABILITY DAN HASIL EVALUASI ACCESSIBILITY

UJI KORELASI HASIL EVALUASI USABILITY DAN HASIL EVALUASI ACCESSIBILITY 101 UJI KORELASI HASIL EVALUASI USABILITY DAN HASIL EVALUASI ACCESSIBILITY Abstract Both usability and accessibility evaluations result two groups of score based on their parameters. These score then had

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat dan diikuti oleh. perkembangan TI yang semakin modern berpengaruh terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat dan diikuti oleh. perkembangan TI yang semakin modern berpengaruh terhadap kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Perkembangan zaman yang semakin meningkat dan diikuti oleh perkembangan TI yang semakin modern berpengaruh terhadap kehidupan individu maupun kelompok. Perkembangan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Internet Menurut (Turban & Rainer, 2009, p. 402), internet adalah jaringan global (wide-area network) yang menghubungkan

Lebih terperinci

E-GOVERNMENT. Definisi. E-Readiness 3/27/2012

E-GOVERNMENT. Definisi. E-Readiness 3/27/2012 E-GOVERNMENT Definisi Layanan dan pengiriman informasi elektronik yang diberikanoleh pemerintah 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Norris D.F., Fletcher E-Readiness Conectivity: apakah jaringan sudah tersedia

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN STATISTIK KOTA BLITAR DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN STATISTIK KOTA BLITAR Jl. DR Moh. Hatta 05 Kota Blitar telp/faks : 0342-807805 situs web

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good corporate governance,

Lebih terperinci

Analisis E-Government pada Kabupaten/Kota di Indonesia

Analisis E-Government pada Kabupaten/Kota di Indonesia Analisis E-Government pada Kabupaten/Kota di Indonesia (disadur dari skripsi : Rachmat Tauffan Mulus, Jurusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma, 2009) Pengertian E-Government The World bank Group

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA STRATEGI/INDUK (MASTERPLAN) PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government

Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government DEPUTI BIDANG TATALAKSANA 2012 Reformasi Birokrasi merupakan transformasi segenap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diyakini oleh banyak pihak sebagai salah satu hasil karya cipta teknologi penting yang banyak memberikan manfaat

Lebih terperinci

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper Kebijakan dan Rencana ke Depan 2010 Indonesia ICT Whitepaper 5 Sukses ICT Pilar penting penggerak pembangunan Pembangkit dan penyerap tenaga kerja Sumber devisa baru Pilar penting pencerdasan bangsa Alat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Subulussalam, 10 Februari 2017 KEPALA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SUBULUSSALAM

KATA PENGANTAR. Subulussalam, 10 Februari 2017 KEPALA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SUBULUSSALAM 1 Rencana Strategis Dinas Komunikasi dan Informatika KATA PENGANTAR Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinas Kominfo) Kota Subulussalam periode 2015-2019 merupakan bagian integral

Lebih terperinci

MEMBANGUN E-LEGISLASI DI INDONESIA Oleh: Arfan Faiz Muhlizi*

MEMBANGUN E-LEGISLASI DI INDONESIA Oleh: Arfan Faiz Muhlizi* MEMBANGUN E-LEGISLASI DI INDONESIA Oleh: Arfan Faiz Muhlizi* Naskah diterima: 20 Juli 2017; disetujui: 1 Agustus 2017 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah membawa dampak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN NOMOR PROTOKOL INTERNET

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN NOMOR PROTOKOL INTERNET SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN NOMOR PROTOKOL INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6016 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 9) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

Keywords : kualitas sistem, kualitas pelayanan, kualitas informasi, kepuasan pengguna, niatan menggunakan kembali, e-government, Indonesia.

Keywords : kualitas sistem, kualitas pelayanan, kualitas informasi, kepuasan pengguna, niatan menggunakan kembali, e-government, Indonesia. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang menentukan kesuksesan layanan website e-government melalui persepsi masyarakat terhadap kepuasan pengguna dan niatan untuk menggunakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

dapat diakses melalui salah satu menu yang berkaitan dengan komponen pada halaman administrator.

dapat diakses melalui salah satu menu yang berkaitan dengan komponen pada halaman administrator. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Internet telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam berbagai bidang kehidupan. Kemajuan ilmu dan teknologi telah mengakibatkan semakin meluasnya pemanfaatan

Lebih terperinci

Tantangan Manajemen. Teknologi. Informasi. Sistem. Informasi. Konsep-konsep Dasar

Tantangan Manajemen. Teknologi. Informasi. Sistem. Informasi. Konsep-konsep Dasar KONSEP KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI DALAM BISNIS Teknologi informasi, termasuk sistem informasi berbasis internet, memainkan peranan penting dalam bisnis. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang Perkembangan Information and Communication Technology (ICT) yang pesat pada saat ini menimbulkan dampak yang signifikan untuk kehidupan manusia. Hal ini mendorong terjadinya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT) PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PANDUAN PEMERINGKATAN PENGELOLAAN INFORMASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI SITUS WEB. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

PANDUAN PEMERINGKATAN PENGELOLAAN INFORMASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI SITUS WEB. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian PANDUAN PEMERINGKATAN PENGELOLAAN INFORMASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI SITUS WEB Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2012 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBUATAN METODOLOGI

BAB III ANALISIS DAN PEMBUATAN METODOLOGI III BAB III ANALISIS DAN PEMBUATAN METODOLOGI Pada bab ini dilakukan pembuatan metodologi untuk pembangunan dashboard. Metodologi difokuskan pada tahap identifikasi kebutuhan, perencanaan, dan perancangan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5542 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Kesehatan. Sistem Informasi. Data. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Komputer & Pemerintah. E-Government

Komputer & Pemerintah. E-Government Komputer & Pemerintah E-Government Definisi E-Goverment Electronics government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, pelaku bisnis,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN I. UMUM Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Internet Internet dapat diartikan sebagai kumpulan komputer besar di dunia yang saling terhubung satu sama lain. Jika komputer terhubung ke Internet maka berarti terhubung dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI SOCIAL COMMERCE BERDASARKAN METODE UJI KUALITAS WEBQUAL 4.0

PERANCANGAN APLIKASI SOCIAL COMMERCE BERDASARKAN METODE UJI KUALITAS WEBQUAL 4.0 PERANCANGAN APLIKASI SOCIAL COMMERCE BERDASARKAN METODE UJI KUALITAS WEBQUAL 4.0 R. Nindyasari 1*, Endang Supriyati 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis,

Lebih terperinci

E-Government: Strategi Meraba Gajah

E-Government: Strategi Meraba Gajah E-Government: Strategi Meraba Gajah Menjelang akhir tahun 2001, bersamaan dengan mulai berfungsinya Kantor Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, ada suatu pertemuan yang dihadiri para petinggi yang

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Motivasi Kebijakan E-Government

Motivasi Kebijakan E-Government LAMPIRAN I INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TANGGAL 9 JUNI 2003 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT Motivasi Kebijakan E-Government Tuntutan Perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN E GOVERNMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN E GOVERNMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ALOR BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN E GOVERNMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-COMERCE NAMA : Nury Kurnia Nurahdy NIM/Kelas : 09.12.4168/S1-SI-4H SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Pendahuluan Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Per/M.KUKM/VI/2016 TENTANG PENDATAAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI

Lebih terperinci

Outline. Kebijakan Secara Umum Kebijakan Publik Kebijakan TIK Kebijakan pada PEGI

Outline. Kebijakan Secara Umum Kebijakan Publik Kebijakan TIK Kebijakan pada PEGI Dimensi Kebijakan 1 Outline Kebijakan Secara Umum Kebijakan Publik Kebijakan TIK Kebijakan pada PEGI 2 Apakah Kebijakan Kata kebijakan dapat digunakan untuk mencakup hal-hal dari mulai strategi tingkat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL PENDAHULUAN Salah satu kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang

Lebih terperinci

Evolusi Vol. I No.1 September 2013

Evolusi Vol. I No.1 September 2013 ANALISIS IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PEMERINTAH DAERAH KAB. TEGAL BERDASARKAN FRAMEWORK DELOITTE DAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 Warjiyono Program Studi Manajemen Informatika Akademik Manajemen Informatika dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang :

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci