Bab 3. Analisis Data. pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Analisis Data. pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain"

Transkripsi

1 Bab 3 Analisis Data Untuk menganalisa suatu proses pembelajaran, diperlukan suatu konsep yang dapat mendukung suatu analisa. Penulis menggunakan strategi Kognitif dalam menganalisis proses pembelajaran Sakubun. Proses yang dimaksud di sini mencakup materi pelajaran, pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain Dalam bab ini, penulis merasa perlu untuk menganalisa strategi Kognitif dari segi pengajar karena pengajar merupakan pihak aktif yang dapat mendukung aktifitas murid dalam proses belajar di kelas. Dalam aktifitas pengajar, penulis menganalisa bagaimana pengajar tersebut menggunakan strategi Kognitif pembelajaran menulis untuk mempersiapkan proses pembelajaran dalam kelas. Kemudian penulis memeriksa dan menganalisa apakah pengajar aktif menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif dan apakah murid menyatakan menerima perintah tersebut dan melaksanakannya melalui hubungan aktifitas pengajar terhadap siswanya. Dalam strategi Kognitif pembelajaran menulis, terdapat tiga bagian yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian pertama adalah personal strategies yang terdiri dari pengumpulan model tulisan dan pembayangan pembaca dalam hati. Bagian kedua adalah risk taking yang terdiri dari penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui, pembuatan komposisi dalam bahasa target, dan pembuatan revisi. 18

2 Bagian ketiga adalah getting organized yang terdiri dari pengorganisasian sumber, pengorganisasian materi (Tarigan, 2000: 201). Dalam aktifitas murid, terdapat proses Input dan Output dalam melakukan proses pembelajaran. Proses Input dari sisi murid berupa materi yang diterima dari pengajar dan proses Output dilakukan dengan menunjukkan hasil dan memberikan feedback berupa mengerjakan latihan yang diberikan, mengolah bahan ajar yang diterima dan lain-lain. ng dapat diklasifikasikan sebagai proses Input dari strategi Kognitif dari sisi murid adalah strategi latihan yang terdiri Repetisi/pengulangan, Latihan menggunakan suara dan tulisan, Mengingat bentuk kalimat dan pengucapan, Membuat kombinasi baru, dan Latihan dalam kondisi alami. ng dapat diklasifikasikan sebagai proses Output dari strategi Kognitif, pertama adalah Analisa dan Penarikan Kesimpulan yang terdiri dari Menarik kesimpulan dengan deduktif, Analisa Ekspresi, Menganalisa sambil membandingkan bahasa, Menerjemahkan, dan Transfer bahasa. Ketiga adalah strategi Membuat Struktur Input dan Output yang terdiri dari Membuat catatan, Meringkas, dan Membuat penegasan. Keempat adalah strategi Mendapat dan mengirim isi informasi yang terdiri dari Memperoleh pemahaman dengan cepat dan Menggunakan bermacam-macam data untuk mengirim dan memperoleh isi informasi (Oxford, 1994: 45-48). 19

3 3.1. Analisis Proses Pembelajaran Sakubun di Binus University Untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran di Binus University, penulis telah melakukan wawancara dengan pengajar native speaker dari Binus University, Bapak Ueda Koji. Dosen tersebut telah mengajar di Binus University selama dua tahun delapan bulan (dihitung sampai awal Mei 2009). Dosen tersebut mengatakan bahwa tujuan pengajaran Sakubun ini adalah supaya pemelajar dapat menulis kalimat yang intinya sesuai dengan bahasa Jepang dan menggunakan bentuk kalimat yang telah dipelajari, serta agar dapat mengetahui cara menyusun suatu kalimat. Menurut Bapak Ueda Koji, pelajaran Sakubun ini sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan bahasa Jepang para murid dan sangatlah penting untuk latihan menulis kalimat dengan menggunakan tata bahasa yang dipelajari secara konkret. Kendala yang dihadapi selama mengajar Sakubun adalah berhubungan dengan karangan yang dibuat murid-muridnya. Saat Dosen tersebut menyuruh murid untuk memperbaiki sendiri kesalahan pada karangannya, mereka tidak kunjung bisa memperbaiki seluruh karangan mereka dengan benar. (Sumber: wawancara) Analisis Aktifitas Pengajar Dalam aktifitas pengajar, penulis membagi atas dua bagian, yaitu strategi Kognitif Pembelajaran Menulis oleh pengajar untuk melihat bagaimana pengajar tersebut mempersiapkan strategi Kognitif dalam kelas. Bagian berikutnya adalah hubungan aktifitas pengajar terhadap siswa untuk mencocokkan pernyataan pengajar dan siswa mengenai pengaplikasian strategi Kognitif dalam kelas. 20

4 Strategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Pengajar Tabel 3.1. Strategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Bapak Ueda Koji Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Tidak Personal strategies Risk taking Getting organized Pengumpulan model tulisan Pembayangan pembaca dalam hati Penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui Pembuatan komposisi dalam bahasa target Pembuatan revisi Pengorganisasian sumber pengorganisasian materi Sumber: Wawancara Hampir seluruh muridnya mengatakan bahwa Bapak Ueda Koji melakukan strategi pengumpulan model tulisan (Tarigan, 2000: 201) dengan menyuruh murid-muridnya untuk membuat Sakubun dalam berbagai model tulisan seperti kartu ucapan tahun baru, surat, dan karangan pendek (sumber: angket). Pada tata bahasa dan kosakata yang diajarkan, Dosen tersebut tidak terpaku pada kemampuan siswa, tetapi lebih menyesuaikan dengan topik yang diberikan (Sumber: wawancara). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa Dosen tersebut menerapkan strategi pembayangan pembaca dalam hati (Tarigan, 2000: 201) karena dengan mengikuti berbagai macam topik, maka secara tidak langsung kemampuan para murid mengikuti kosakata dan tata bahasa yang harus digunakan dalam Sakubun sehingga mereka dapat memahami topik dengan baik. 21

5 Bapak Ueda Koji menggunakan strategi penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui (Tarigan, 2000: 201) dengan memberikan contoh kalimat, latihanlatihan, dan menyuruh para muridnya membuat kalimat agar mereka dapat memahami kosakata dan hyougen sehingga dapat mengaplikasikannya dalam Sakubun mereka (Sumber: wawancara). Dosen tersebut juga menyuruh murid untuk membuat Sakubun mereka dalam bentuk genkouyoushi. Dosen tersebut juga mengangkat bermacam-macam topik dari pengalaman pribadi murid, hal-hal yang berhubungan dengan suatu kosakata, dan lainlain. Hal ini dapat diartikan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi pembuatan komposisi dalam bahasa target (Tarigan, 2000: 201) karena dengan memfokuskan pada topik-topik Sakubun serta menggunakan format komposisi Jepang, maka dapat dikatakan bahwa Dosen tersebut menggunakan cara-cara untuk membuat komposisi menyerupai komposisi orang Jepang, sehingga bahasa target (bahasa yang dipelajari) dapat. Dipahami para siswa dengan baik (sumber: wawancara). Strategi pembuatan revisi (Tarigan, 2000: 201) dilakukan oleh Bapak Ueda Koji dalam memeriksa nilai Sakubun, yaitu dengan membuat revisi dari kesalahan-kesalahan dalam Sakubun para muridnya. Dosen tersebut memeriksa dengan detail sehingga Dosen tersebut dapat merevisi setiap kesalahan dengan langsung menulis pembetulannya pada Sakubun murid-muridnya (Sumber: wawancara). Bapak Ueda Koji menggunakan sumber dari media lain seperti video dan foto yang berhubungan dengan tema untuk meningkatkan motivasi murid dalam membuat karangan. Dosen tersebut juga memperlihatkan contoh karangan yang sesuai dengan 22

6 topik yang diberikan sehingga murid mendapatkan gambaran mengenai Sakubun yang akan mereka susun (Sumber: wawancara). Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi pengorganisasian sumber (Tarigan, 2000: 201) Dosen tersebut telah melakukan strategi pengorganisasian materi (Tarigan, 2000: 201) dengan menggunakan bermacam-macam materi sebagai bahan ajarnya. Bapak Ueda Koji menggunakan bermacam-macam materi untuk mengajarkan tata bahasa dan kosakata. Dosen tersebut menggunakan buku 表現テーマ別日本語作文の方法 日本語作文 I 身近なトピックによる表現練習 ニューアプローチ中級日本語基礎編 トピックによる日本語総合演習. Dapat dilihat bahwa Dosen tersebut menggunakan empat sumber berupa dua buku mengenai tata bahasa dalam Sakubun dan latihan tata bahasa sesuai topik dalam Sakubun yaitu 表現テーマ別日本語作文の方法 日本語作文 I 身近なトピックによる表現練習 dan 2 buku yang mengenai hubungan topik dengan ekspresi bahasa atau tata bahasa yaitu ニューアプローチ中級日本語基礎編 トピックによる日本語総合演習. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut telah menggunakan berbagai sumber untuk mendukung pengajarannya (Sumber: wawancara). 23

7 Hubungan Aktifitas Pengajar Terhadap Siswa Tabel 3.2. Aktifitas Pengajar Terhadap Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Tidak Repetisi / pengulangan Melakukan Latihan Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi Membuat kombinasi yang baru Latihan di dalam kondisi yang alami Menarik kesimpulan dengan deduktif Melakukan analisis dan penarikan kesimpulan Menganalisa ekspresi Menganalisa sambil membandingkan bahasa Menerjemahkan Transfer Bahasa Membuat catatan Membuat struktur Input dan Output Membuat ringkasan Membuat penegasan Sumber: Wawancara Proses Output yang dimaksud di sini adalah proses di mana pengajar memberi masukan pada murid berupa latihan atau perintah untuk melakukan berbagai kegiatan yang sesuai dengan strategi Kognitif. Dosen tersebut tidak melakukan strategi Repitisi/pengulangan sebagai proses Outputnya. Dosen tersebut tidak mengajarkan lagi apa yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya (Sumber: wawancara). Dosen tersebut memberikan Output berupa bermacam-macam tema karangan untuk memudahkan pemelajar mendapatkan gagasan dalam membuat Sakubun. Dosen 24

8 tersebut mengangkat bermacam-macam topik dari pengalaman murid, tema yang berhubungan dengan kosakata yang diajarkan, dan lain-lain. Dengan membuat tema yang berbeda-beda, murid dapat mengkombinasikan berbagai tata bahasa atau kosakata baru maupun informasi untuk dikombinasikan dalam berbagai tema. Dosen tersebut juga memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan tema untuk memancing daya kreatifitas murid dalam membuat karangan. Murid juga diberikan beberapa pertanyaan seputar tema sebagai latihan memahami lebih dalam mengenai tema tersebut. Dengan diberikan pertanyaan seputar tema, maka murid dapat melakukan tanya jawab yang melibatkan dirinya dalam percakapan (Sumber: wawancara). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi Latihan dengan sistem suara dan tulisan. Sesi tanya jawab yang dibentuk di kelas dikategorikan sebagai sistem suara dan pemberian tema untuk menulis dalam Sakubun dikategorikan sebagai latihan dengan sistem tulisan (Oxford, 1994: 45). Berdasarkan sumber informasi yang diperolehnya, Dosen tersebut melakukan proses Output dengan mengajarkan tata bahasa pada pemelajar. Dosen tersebut melakukan strategi Kognitif Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi dengan memberikan contoh kalimat agar pemelajar mudah memperoleh pemahaman dengan baik (Oxford, 1994: 45). Dengan demikian, pemelajar dapat memperoleh gambaran dari tata bahasa yang diajarkan dan diharapkan pemelajar dapat membuat sendiri contohcontoh kalimat lainnya. (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut berusaha agar kemampuan pemelajar dapat berkembang sesuai topiknya. 25

9 Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk membuat kombinasi yang berbeda dari yang diajarkan (Sumber: wawancara). Penulis dapat menyimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak melakukan strategi Membuat kombinasi baru. Dosen tersebut tidak melakukan strategi Latihan di dalam kondisi yang alami (Oxford, 1994: 45). Dosen tersebut tidak membangun suasana kelas yang alami di kelas Sakubun yang diajarnya. Menurutnya, strategi ini diperlukan dalam pelajaran lain seperti bahasa Jepang, namun tidak dalam kelas Sakubun (Sumber: wawancara). Strategi Menarik kesimpulan dengan deduktif dilakukan oleh Dosen tersebut (Oxford, 1994: 46). Terutama dalam membuat kesimpulan pada Sakubun yang dibuat para muridnya (Sumber: wawancara). Penulis beranggapan bahwa ini adalah hal yang memang dituntut untuk ada dalam sebuah tulisan terutama karangan. Dosen tersebut juga menyuruh para murid untuk menganalisa hyougen (ekspresi bahasa) dalam Sakubun murid secara pribadi maupun milik temannya. Untuk menganalisa hyougen dalam Sakubun temannya, strategi ini dilakukan saat para murid maju ke depan kelas untuk mempresentasikan Sakubunnya dan murid yang lain mengamati hyougen apa saja yang digunakan dan apakah hyougen tersebut digunakan dengan tepat (Sumber: wawancara). Kegiatan ini sesuai dengan strategi Kognitif yakni Menganalisa ekspresi (Oxford, 1994: 47). Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut bertujuan agar murid memahami hyougen yang diajarkan dengan baik. Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk membandingkan bahasa yang diajarkan dengan bahasanya sendiri, menerjemahkan bahasa yang diajarkan, maupun transfer bahasa, mencatat, meringkas, dan membuat penekanan pada bahan-bahan yang diajarkan. 26

10 Dosen tersebut mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut diserahkan pada murid apakah mereka mau melakukannya atau tidak (Sumber: wawancara). Penulis dapat menyimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak melakukan strategi Melakukan analisa dan penarikan kesimpulan dalam hal Menganalisa sambil membandingkan bahasa, Menerjemahkan, Transfer bahasa, dan strategi Membuat struktur Input dan Output dalam hal Mencatat, Meringkas, maupun Membuat penegasan (Oxford, 1994: 46-47). Dari tiga belas kegiatan dalam strategi Kognitif yang termasuk dalam proses ini, Dosen tersebut hanya melakukan empat kegiatan, yaitu Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan, Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi, Menarik kesimpulan dengan deduktif, dan Menganalisa ekspresi (Oxford, 1994:45-47). Dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak terlalu aktif memicu murid untuk melakukan serangkaian aktifitas yang termasuk dalam strategi Kognitif Analisis Aktifitas Siswa Dalam aktifitas murid, proses Input dan Output dibedakan dari seperti apa saja bentuk informasi yang diperoleh sebagai Input yang dapat diaplikasikan pada Sakubun yang dibuatnya sebagai proses Output. ng termasuk sebagai proses Input dari strategi Kognitif adalah strategi latihan. Latihan dikategorikan sebagai proses Input bagi murid karena di dalam kelas, Dosen adalah pihak yang berkewajiban untuk memberikan mereka latihan agar mereka dapat memahami materi dengan baik. Penulis menyebarkan angket pada lima belas murid Binus University yang pernah diajar oleh Bapak Ueda Koji 27

11 sebagai sampel. Dari hasil angket ini, penulis dapat menyimpulkan apakah strategi Kognitif dilaksanakan atau tidak Proses Input Tabel 3.3. Proses Input Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif Berdasarkan hasil angket, dapat dilihat bahwa 53,33% murid menjawab bahwa mereka tidak menerima pengulangan dalam Input Dosen yang termasuk dalam strategi Kognitif pengulangan (Oxford, 1994: 45). Hal ini sesuai dengan proses Output yang diberikan Bapak Ueda Koji yang menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak melakukan pengulangan dalam proses Outputnya (Sumber: wawancara), Strategi Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan (Oxford, 1994: 45) dilakukan oleh 80% murid berdasarkan Input dari Dosen tersebut.. Latihan tersebut berupa membuat Sakubun utuh maupun pendek, kerangka karangan, maupun informasi berupa video seputar tema yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut memang memberikan strategi Kognitif berupa latihan tersebut (Sumber: wawancara). 28

12 93,33% murid menjawab bahwa Dosen yang mengajar mereka memberikan latihan Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi (Oxford, 1994: 45). Dalam kegiatan ini, Dosen tersebut memberikan contoh bentuk kalimat sehingga murid-murid dapat mengingat dengan baik dan dapat menggunakan bentuk kalimat tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut memang menggunakan strategi tersebut dalam proses Outputnya. 86,67% murid menjawab bahwa mereka melakukan strategi Kognitif Membuat kombinasi baru (Oxford, 1994: 45). ng dimaksud dengan kombinasi baru adalah menghubungkan dan membentuk kalimat dengan kombinasi yang berbeda dengan yang diajarkan. Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif tersebut (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa para murid berinisiatif membuat kombinasi baru tanpa disuruh oleh Dosen tersebut. 93,33% murid menyatakan bahwa mereka mendapatkan kegiatan dalam kelas berupa Latihan dalam kondisi alami yang termasuk dalam strategi Kognitif. ng dimaksud dengan strategi ini adalah mengkondisikan murid dalam kondisi yang biasa mereka lakukan dalam kegiatan sehari-harinya seperti membaca koran, terlibat dalam percakapan, membuat surat, dan sebagainya (Oxford, 1994: 45). Berdasarkan hasil angket, murid-murid menyatakan bahwa mereka melakukan kegiatan tersebut selama berada di dalam kelas Sakubun yang diajar oleh Bapak Ueda Koji. Akan tetapi, Dosen tersebut menyatakan tidak melakukan kegiatan tersebut karena menurutnya kegiatan tersebut tidak sesuai dilakukan dalam kelas Sakubun (Sumber: wawancara). Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut memang melakukan kegiatan-kegiatan yang 29

13 termasuk dalam strategi tersebut namun tidak sebagai kegiatan utama. Karena itu para murid tetap merasa bahwa kegiatan ini memang dilakukan dalam kelas Sakubun. Grafik 3.1. Proses Input Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif 9 8 Tidak % 86.67% 93.33% % % % % 6.67% Repetisi / pengulangan Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan Menggunakan cara Membuat kombinasi mengingat bentuk yang baru kalimat dan ekspresi Latihan di dalam kondisi yang alami Grafik di atas menampilkan bahwa dari lima strategi Kognitif yang termasuk dalam proses Input, empat strategi yaitu Latihan menggunakan sistem suara dan tulisan, Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi, Membuat kombinasi baru, dan Latihan dalam kondisi alami mempunyai presentasi jawaban jauh drastis dibandingkan jawaban Tidak. Sedangkan pada strategi Repetisi/pengulangan, jawaban Tidak lebih banyak dari yang menjawab, walaupun perbedaannya tidak begitu jauh. Berdasarkan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa para murid Binus University menerima hampir seluruh strategi Kognitif yang dikategorikan sebagai proses Input mereka. 30

14 Proses Output Tabel 3.4. Proses Output Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif Proses Output dalam kegiatan murid adalah memberikan respon dari materi yang telah diajarkan. Setiap murid mempunyai respon yang berbeda-beda dalam menanggapi proses pengajaran dalam kelas. Berdasarkan tabel 3.5. di atas dapat dilihat bahwa terdapat berbagai macam perbandingan jawaban dan Tidak. Sebagian besar murid Binus University sebanyak 53,33% melakukan strategi Kognitif Menarik kesimpulan dengan deduktif (Oxford, 1994:46). Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk menarik kesimpulan dengan deduktif dalam membuat Sakubun mereka (Sumber: wawancara). 31

15 66,67% murid Binus menjawab dalam melakukan strategi Kognitif Menganalisa Ekspresi (Oxford, 1994: 47). ng dimaksud dengan menganalisa ekspresi adalah menganalisa ekspresi tata bahasa dengan memahami dengan baik arti dari keseluruhan hyougen tersebut dengan menggunakan unsur-unsur yang ada dalam hyougen tersebut (Oxford, 1994: 47). Para murid Binus melakukan strategi ini dalam menganalisa hyougen dalam Sakubunnya maupun karya temannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut memang menyuruh para muridnya untuk menganalisa ekspresi (Sumber: wawancara). Hampir seluruh murid Binus University yaitu sebanyak 99,33% melakukan strategi Kognitif Menganalisa sambil membandingkan bahasa. ng dimaksud dengan strategi tersebut adalah membandingkan unsur-unsur dalam bahasa asing yang dipelajari dengan bahasa ibu pemelajar dan menentukan di mana letak perbedaan dan kemiripannya (Oxford, 1994:47). Berdasarkan pernyataan Bapak Ueda Koji, Dosen tersebut tidak menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi tersebut (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa para murid berinisiatif untuk melakukan strategi tersebut tanpa disuruh oleh Dosen mereka. Strategi Kognitif Menerjemahkan yang merupakan kegiatan merubah bahasa ibu menjadi bahasa yang dituju (Oxford, 1994:47) dilakukan oleh 80% murid Binus University. Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk menerjemahkan karena strategi ini dianggap merupakan hak murid untuk dilakukan atau tidak (Sumber: wawancara). Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar murid melakukan strategi tersebut. 32

16 Strategi Kognitif Transfer Bahasa yang merupakan memindahkan dan menampilkan konsep dan struktur bahasa (Oxford, 1994: 47) tidak dilakukan oleh murid Binus University. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Ueda Koji bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid tersebut untuk melakukan strategi tersebut. Saat menerima ajaran dari Bapak Ueda Koji terutama mengenai hyougen atau kosakata baru, 80% murid Binus University melakukan strategi Kognitif Membuat catatan untuk mencatat materi yang diajarkan (Oxford, 1994:47). Bapak Ueda Koji tidak menyuruh murid untuk mencatat karena kegiatan ini diserahkan sepenuhnya kepada para muridnya apakah mereka mau melakukannya atau tidak (Sumber: wawancara). Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar murid Binus University melakukan strategi tersebut walaupun tidak disuruh oleh Dosen mereka Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa strategi Kognitif Membuat ringkasan (Oxford, 1994:47) tidak dilakukan oleh murid Binus University sebanyak 66,67%. Bapak Ueda Koji juga tidak menyuruh murid untuk membuat ringkasan dari bahan yang diajarkan (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa strategi ini tidak dianggap begitu penting oleh sebagian besar murid-murid tersebut karena hanya 33,33% yang berinisiatif untuk melakukan strategi tersebut. Para murid Binus University sebanyak 60% melakukan strategi Kognitif Membuat penegasan yang dapat diartikan sebagai bermacam-macam teknik seperti menggarisbawahi, menandai, mengelompokkan, dan lain-lain untuk memfokuskan pada informasi yang utama (Oxford, 1994:47-48). Kegiatan ini masih berhubungan dengan strategi Kognitif Membuat catatan dan Membuat ringkasan (Oxford, 1994:47) 33

17 karena ketiganya merupakan kegiatan menyusun materi yang diajarkan. Walaupun strategi Membuat ringkasan tidak banyak dilakukan oleh para murid tersebut, namun sebagian besar dari mereka melakukan strategi Kognitif Membuat penegasan. Bapak Ueda Koji juga tidak menyuruh murid secara khusus untuk melakukan strategi ini (Sumber: wawancara). Dapat disimpulkan bahwa walaupun para murid tidak meringkas namun mereka melakukan strategi ini setelah mencatat materi pelajaran. Seluruh murid Binus University yang merupakan responden dari penelitian ini melakukan skimming dan scanning yang termasuk dalam kegiatan pada strategi Kognitif Menerima maksud/pengertian dengan cepat (Oxford, 1994:46). Teknik ini adalah teknik menerima informasi yang dianggap efektif dan praktis dibanding teknik biasa yang merupakan teknik menyerap seluruh informasi tanpa memilih-milih. Penulis tidak menghubungkan kegiatan murid ini dengan Dosen yang mengajar mereka karena penulis menganggap bahwa teknik tersebut merupakan aktifitas atau respon alami murid dalam menerima informasi. Para murid Binus University sebanyak 66,67% melakukan strategi Kognitif Menggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim informasi (Oxford, 1994:46), terutama dalam menyusun Sakubun mereka. Strategi ini sangat berguna untuk meningkatkan kualitas informasi dalam karya mereka. Penulis juga tidak menghubungkan strategi ini dengan kegiatan dosen karena kegiatan mencari data tidak hanya dilakukan di kelas namun dapat juga dilakukan di luar kelas sehingga Dosen tidak dapat mendukung sepenuhnya dalam kegiatan ini. 34

18 Grafik 3.2. Proses Output Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif % % % % Tidak % % % % % % 66.67% % % 33.33% 33.33% 40.00% % % 6.67% % 0.00% 2 Menarik kesimpulan dengan deduktif Men ganalisa ekspresi Men ganalisa MenerjemahkanTransfer Bah asamembuat catatan sambil membandingkan bah asa Membu at ringkasan Membuat penegasan 0.0 0% Sk immin g dan Menggu nak an scanning bermacam macam data untuk mendapat dan mengirim isi informasi Berdasarkan grafik di atas, dari sepuluh strategi Kognitif yang dikategorikan sebagai proses Output yang dilakukan oleh para murid, delapan strategi Kognitif yaitu strategi Kognitif Menarik kesimpulan dengan deduktif, Menganalisa Ekspresi, Menganalisa sambil membandingkan bahasa, Menerjemahkan, Membuat catatan, Membuat penegasan, Menerima maksud/pengertian dengan cepat, dan Menggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim informasi dilakukan oleh sebagian besar para murid Binus University. Sedangkan strategi Kognitif Transfer bahasa tidak dilakukan oleh mereka dan strategi Kognitif Membuat ringkasan tidak dilakukan oleh sebagian besar murid Binus University. 35

19 Analisa Hubungan Aktifitas Pengajar Dan Siswa Ditinjau Dari Teori Strategi Kognitif Dengan Nilai Sakubun Siswa Dalam analisa ini, penulis berusaha menghubungkan dan membagi murid berdasarkan nilai Sakubun yang mereka peroleh. Dengan demikian dapat diketahui apakah strategi kognitif yang dilakukan berhubungan dengan nilai yang mereka peroleh. Dari lima belas responden, dua belas responden memiliki nilai A yang berdasarkan standar Binus University memiliki jenjang nilai dari dan hanya tiga orang yang memiliki nilai B yang memiliki jenjang nilai dari dan tidak ada murid yang mendapat nilai C. Dari seluruh responden dapat disimpulkan bahwa murid yang memiliki nilai A mendominasi nilai para murid Proses Input Dalam Aktifitas Siswa Grafik 3.3. Strategi Kognitif Repetisi 12 Tidak Grand Total % 53.33% 53.33% % % 20% 20.% 0.0 0% A B Grand Total 36

20 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ueda Koji, Dosen tersebut tidak memberikan repetisi dalam pengajarannya. Hal ini sesuai dengan jawaban murid dari tabel di atas bahwa sebagian besar murid sebanyak 53,33% menyatakan bahwa mereka tidak menerima repetisi dalam proses Input mereka. Berdasarkan tabel di atas, bahwa sebagian besar murid yang menjawab tidak adalah murid-murid yang mendapat nilai A. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar murid-murid yang mempunyai nilai A menyatakan tidak menerima repetisi. Murid yang mendapat nilai B pun menyatakan bahwa mereka juga menerima repetisi dalam kelas Sakubun. Mengenai murid yang memiliki nilai A namun menyatakan adanya repetisi dalam pengajaran Sakubun, penulis menyimpulkan bahwa murid-murid tersebut melakukan repetisi atas kemauan sendiri, bukan karena disuruh oleh Dosen mereka. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. Grafik 3.4. Strategi Kognitif Latihan Menggunakan Suara Dan Tulisan 12 Tidak Grand Total % 20% 2 A B Grand Total 37

21 Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Latihan menggunakan suara dan tulisan (Oxford, 1994:45). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang mendapat nilai A sebanyak 60% menyatakan bahwa Dosen mereka memberi latihan tersebut dan 20% murid yang memiliki nilai A menyatakan bahwa mereka tidak menerima latihan tersebut. Murid yang memiliki nilai B menyatakan bahwa mereka juga menerima latihan tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut memang menggunakan strategi ini dengan baik sehingga dirasakan oleh sebagian besar murid baik yang sebagian besar memiliki nilai A maupun B. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. Grafik 3.5. S trategi Kognitif Mengingat Bentuk Kalimat Dan Ekspresi 12 Tidak Grand Total 93.33% % % 6.67% A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Mengingat bentuk kalimat dan ekspresi (Oxford, 1994:45). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang 38

22 memiliki nilai A sebanyak 73,33% menyatakan bahwa Dosen mereka memberikan latihan tersebut. Bapak Ueda Koji juga menyatakan bahwa Dosen tersebut memang memberikan latihan berupa Mengingat bentuk kalimat dan ekspresi. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa murid yang memiliki B pun menyatakan bahwa mereka mendapat latihan tersebut. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. Grafik 3.6. Strategi Kognitif Membuat Kombinasi Baru 12 8 Tidak Grand Total % 86.67% % % A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan latihan berupa strategi Kognitif Membuat kombinasi baru (Oxford, 1994:45). Akan tetapi Sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 66,67% menyatakan bahwa mereka diberikan latihan tersebut. Sedangkan murid yang memiliki nilai B menyatakan bahwa mereka juga diberikan latihan tersebut. Hanya 13,33% dari murid yang mendapat nilai A yang menyatakan bahwa mereka tidak menerima latihan 39

23 tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar murid melakukan latihan ini atas kemauan mereka sendiri, terutama dalam membuat Sakubun. Dalam membuat Sakubun, murid perlu menyusun dan membuat kombinasi yang baru dan berbeda dari hyougen yang diajarkan sehingga mereka dapat memahami hyougen tersebut dengan baik. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. Grafik 3.7. Strategi Kognitif Latihan Dalam Kondisi Alami 12 8 Tidak Grand Total % 93.33% % 6.67% A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Latihan dalam kondisi alami (Oxford, 1994:45). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hampir seluruh murid yang mendapat nilai A sebanyak 73,33% dan seluruh murid yang mendapat nilai B menyatakan bahwa Dosen tersebut memberikan latihan tersebut. Hanya 6,67% murid yang memiliki nilai A yang menyatakan bahwa mereka tidak menerima latihan tersebut. Sesuai dengan analisa penulis pada proses Input yang diterima murid bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus memberikan latihan ini namun murid-murid merasakan kegiatan ini dalam kelas 40

24 Sakubun. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut Proses Output dalam Aktifitas Siswa Grafik 3.8. Strategi Kognitif Menarik Kesimpulan Dengan Deduktif 12 8 Tidak Grand Total % 53.33% 46.67% % 2 2 A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut memang menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Menarik kesimpulan dengan deduktif (Oxford, 1994:46). Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% melakukan strategi tersebut sedangkan seluruh murid yang memiliki nilai B tidak melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A mengikuti strategi yang disuruh oleh dosen mereka. Penulis dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan antara strategi yang dilakukan dengan nilai yang didapat oleh para murid. 41

25 Grafik 3.9. Strategi Kognitif Menganalisa Ekspresi 12 8 Tidak Grand Total % 66.67% % 33.33% % 6.67% A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Menganalisa ekspresi (Oxford, 1994:47). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% dan sebagian besar murid yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% menyatakan bahwa mereka melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa strategi ini dilakukan oleh sebagian besar murid yang memiliki nilai A maupun B. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara nilai dengan strategi tersebut seimbang. 42

26 Grafik Strategi Kognitif Menganalisa Sambil Membandingkan Bahasa 12 8 Tidak Grand Total % 93.33% % 6.67% A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi Kognitif Menganalisa sambil membandingkan bahasa. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian, hampir seluruh murid yang memiliki nilai A sebanyak 73,33% dan seluruh murid yang memiliki nilai B melakukan kegiatan ini. Menurut penulis, kegiatan ini wajar dilakukan pemelajar bahasa karena untuk memahami suatu bahasa yang berbeda dengan bahasa ibunya, mereka perlu membandingkan kedua bahasa tersebut dan menganalisanya dengan baik sehingga tercapai pemahaman yang tepat. Karena ini merupakan hal yang wajar, maka dosen tidak perlu menyuruh murid secara khusus untuk melakukan strategi ini. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. 43

27 Grafik Strategi Kognitif Menerjemahkan 12 8 Tidak Grand Total % % % 6.67% A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Menerjemahkan (Oxford, 1994:47). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 66,67% dan sebagian besar murid yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut tidak merasa murid harus melakukan strategi ini karena dalam kelas Sakubun, murid langsung membuat Sakubun dalam bahasa Jepang sehingga tidak ada proses penerjemahan secara signifikan. Akan tetapi, murid-murid tetap melakukan strategi tersebut. Penulis menganggap bahwa murid-murid tetap merasa perlu melakukan strategi tersebut untuk memudahkan mereka menerjemahkan dari bahasa yang ingin mereka tulis dari bahasa ibu ke bahasa Jepang. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa ada keterkaitan antara nilai dengan kegiatan tersebut. 44

28 Grafik Strategi Kognitif Membuat Catatan 12 Tidak Grand Total A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Membuat catatan (Oxford, 1994:47) karena menurutnya mencatat merupakan hak murid. Berdasarkan penelitian, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 60% melakukan strategi tersebut dan seluruh murid yang memiliki nilai B melakukan strategi tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa hampir seluruh murid yang memiliki nilai A maupun B menganggap bahwa strategi ini diperlukan sehingga mereka inisiatif melakukan strategi ini walaupun dosen mereka tidak menyuruh mereka secara khusus. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. 45

29 Grafik Strategi Kognitif Meringkas 12 8 Tidak Grand Total % 66.67% % % 6.67% 33.33% A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi Kognitif Meringkas (Oxford, 1994:47) dengan alasan yang sama dengan strategi sebelumnya, yakni, kegiatan ini merupakan hak murid apakah mereka mau melakukannya atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% dan murid yang yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% tidak melakukan strategi tersebut. Karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa para murid merasa strategi ini kurang perlu karena materi yang diberikan bukan merupakan penjelasan yang panjang namun pemahaman yang dalam. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai dengan strategi tersebut. 46

30 Grafik Strategi Kognitif Membuat Penegasan Tidak Grand Total A B Grand Total Bapak Ueda Koji menyatakan bahwa Dosen tersebut tidak secara khusus menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Membuat penegasan (Oxford, 1994:48). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 60% melakukan strategi ini sedangkan seluruh murid yang memiliki nilai B tidak melakukan strategi ini. Penulis menyimpulkan bahwa strategi ini mempunyai dampak pada nilai karena strategi ini membantu murid mengingat materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa ada keterkaitan antara nilai dengan kegiatan tersebut. 47

31 Grafik Strategi Kognitif Menerima Maksud/Pengertian Dengan Cepat 12 Grand Total % % % 2 A B Grand Tota l Penulis tidak menghubungkan strategi ini antara pengajar dan murid karena penulis beranggapan bahwa strategi ini adalah teknik menerima informasi yang terjadi secara alami. Pengajar tidak dapat menyuruh murid untuk melakukan strategi ini karena hal ini tergantung pada pribadi murid tersebut. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah murid dengan nilai A dan murid dengan nilai B yang melakukan strategi Kognitif Menerima maksud/pengertian dengan cepat (Oxford, 1994:46) adalah sama. Karena itu penulis menyimpulkan bahwa hubungan antara nilai Sakubun murid dan strategi tersebut adalah seimbang. 48

32 Grafik Strategi Kognitif Menggunakan Bermacam Macam Data Untuk Mendapat Dan Mengirim Isi Informasi 12 8 Tidak Grand Total % 66.67% % 33.33% % 6.67% A B Grand Total Penulis tidak menghubungkan strategi ini antara pengajar dan murid karena ini adalah strategi yang dapat dilakukan di luar kelas sehingga pengajar tidak dapat berperan sepenuhnya untuk mendukung murid. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar murid yang memiliki nilai A sebanyak 53,33% dan sebagian besar murid yang memiliki nilai B sebanyak 13,33% melakukan strategi Kognitif Menggunakan bermacam-macam data untuk mendapat dan mengirim isi informasi (Oxford, 1994:46). Penulis menyimpulkan bahwa murid yang memiliki nilai A maupun B merasa bahwa strategi ini perlu terutama dalam menyusun Sakubun yang memerlukan berbagai informasi yang berkualitas dan logis. 49

33 3.2. Analisis Proses Pembelajaran Sakubun di Universitas Al-Azhar Untuk mendapatkan informasi mengenai proses pembelajaran khususnya Sakubun di Universitas Al-Azhar, penulis telah melakukan wawancara dengan pengajar universitas tersebut yang merupakan native speaker, Ibu Kamiryo Eri. Dosen tersebut mengajar murid tahun kedua dan ketiga. Dosen tersebut sudah mengajar bahasa Jepang selama kira-kira dua puluh tahun, sejak berada di Jepang. Untuk mata kuliah Sakubun, Dosen tersebut telah mengajar selama kurang lebih empat belas tahun, sedangkan di Universitas Al-Azhar, Dosen tersebut telah mengajar selama empat tahun sejak tahun Dosen tersebut mengatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pengajaran Sakubun ini adalah supaya murid dapat menjelaskan pemikiran mereka sendiri dengan bahasa Jepang. Menurutnya, terdapat berbagai macam peningkatan dalam bahasa Jepang seperti peningkatan percakapan dan pendengaran. Kosakata yang digunakan dalam mengarang berbeda dengan percakapan. Karena bahasa Jepang yang digunakan dalam percakapan dan mengarang berbeda, diharapkan murid dapat menulis dengan baik kosakata bahasa Jepang dalam sebuah karangan. Kendala yang dihadapi oleh Dosen tersebut selama mengajar Sakubun adalah pada saat menerangkan topik baru. Pada saat itu tidak semua murid hadir sehingga mereka tidak mengerti saat datang pada pertemuan berikutnya. Selain itu, saat diberi latihan kecil, mereka dapat membuat kalimat dengan baik, namun saat membuat kalimat dalam karangan, mereka tidak dapat merangkai kalimat tersebut dengan benar. Menurutnya pelajaran Sakubun berguna. Dosen tersebut mengatakan bahwa pengajar adalah orang yang paling mengerti kemampuan murid. Misalnya kemampuan murid 50

34 yang pintar dalam percakapan, kanji dan tata bahasa, kemudian murid yang pintar dalam membuat cerita. Membuat karangan membutuhkan berbagai kemampuan, bukan tata bahasa saja. Walaupun pintar dalam kanji atau percakapan, membuat karangan tetap sulit. (Sumber: wawancara) Analisis Aktifitas Pengajar Dalam aktifitas pengajar, penulis membagi atas dua bagian, yaitu strategi Kognitif Pembelajaran Menulis oleh pengajar untuk melihat bagaimana pengajar tersebut mempersiapkan strategi Kognitif dalam kelas. Bagian berikutnya adalah hubungan aktifitas pengajar terhadap siswa untuk mencocokkan pernyataan pengajar dan siswa mengenai pengaplikasian strategi Kognitif dalam kelas Strategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Pengajar Tabel 3.5. Strategi Kognitif Pembelajaran Menulis Oleh Ibu Kamiryo Eri Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Tidak Personal strategies Risk taking Getting organized Pengumpulan model tulisan Pembayangan pembaca dalam hati Penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui pembuatan komposisi dalam bahasa target Pembuatan revisi Pengorganisasian sumber pengorganisasian materi Sumber: Tarigan (2000: 201) 51

35 Ibu Kamiryo Eri memberikan berbagai bentuk model tulisan untuk disusun oleh para muridnya. Tidak hanya dalam bentuk karangan biasa, namun juga dalam bentuk skripsi pendek. Berbeda dengan skripsi, skripsi pendek tidak membutuhkan penelitian yang mendalam untuk mendukung susunan datanya (Sumber: wawancara). Hal ini sesuai dengan strategi pengumpulan model tulisan (Tarigan, 2000: 201). Ibu kamiro Eri mengajarkan tata bahasa dan kosakata yang lebih tinggi dari yang didapat murid pada kelas bahasa Jepang. Akan tetapi, Untuk menyesuaikan dengan kemampuan para murid, Dosen tersebut mengubah topik-topiknya dan menyuruh para murid untuk memikirkan sebuah topik sendiri sehingga mereka memikirkan topik sendiri (Sumber: wawancara). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Dosen tersebut melakukan strategi pembayangan pembaca dalam hati (Tarigan, 2000: 201) karena pengubahan topik membantu para murid untuk memahami topik secara keseluruhan dan dapat menuangkannya dalam Sakubun. Dosen tersebut mengajarkan tata bahasa dan kosakata baru, latihan membuat kalimat yang pendek, menulis bentuk-bentuk kalimat, kemudian latihan membuat sendiri kalimat yang pendek. Dalam menyusun karangan, Dosen tersebut memberi contoh kalimat kemudian menyuruh murid untuk menggunakan kalimat sesuai dengan topik yang diberikan (Sumber: wawancara). Hal ini sesuai dengan strategi penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui (Tarigan, 2000: 201). Dosen tersebut membebaskan para muridnya untuk menggunakan genkouyoushi atau format umum. Bermacam-macam topik yang diberikan Dosen tersebut yakni perkenalan diri, perkenalan negara sendiri, berita di sekitar murid, kemudian pengalaman pribadi. 52

36 Pada kesempatan lain, Dosen tersebut juga menyuruh para murid untuk menulis mengenai pendapat pribadi. keluhan, ketidakpuasan, kesetujuan dan ketidaksetujuan, masalah-masalah di kota Jakarta, dan lain-lain (Sumber: wawancara). Dengan menyesuaikan kemampuan murid dengan topik serta keragaman topik yang diberikan, maka dapat dikatakan bahwa Dosen tersebut menerapkan strategi pembuatan komposisi dalam bahasa target (Tarigan, 2000: 201). Dalam memeriksa Sakubun para muridnya, Ibu Kamiryo Eri menggunakan teknik skimming dan scanning, yaitu dengan membaca cepat dan melihat bagian-bagian yang penting pada Sakubun tersebut (Sumber: wawancara). Dosen tersebut melakukan strategi pembuatan revisi (Tarigan, 2000: 201) dengan memeriksa dan memberi nilai pada Sakubun para muridnya. Dalam menjelaskan topik-topik yang sulit, Ibu Kamiryo Eri menggunakan bantuan media berupa foto, gambar, contoh karangan, dan lainnya yang disertai dengan penjelasan dari Dosen tersebut. Dosen tersebut juga bercerita sehingga murid dapat memikirkan sendiri mengenai topik yang dimaksud (Sumber wawancara). Dengan memadukan berbagai sumber, Dosen tersebut telah melakukan strategi pengorganisasian sumber (Tarigan, 2000: 201). Dalam menyiapkan materi bahan ajarnya, Dosen tersebut mengajarkan Sakubun dengan membuat sendiri buku pelajarannya yang disusun dengan menggunakan berbagai macam buku. Dosen tersebut mengambil contoh-contoh topik dari buku yang berbedabeda kemudian disusun menjadi satu buku. Selain itu, Dosen tersebut juga menggunakan buku dari pelajaran lain, seperti buku tata bahasa (Sumber: wawancara). Dengan 53

37 demikian, dapat disimpulkan bahwa Dosen tersebut telah melakukan strategi pengorganisasian materi (Tarigan, 2000: 201) Hubungan Aktifitas Pengajar Terhadap Siswa Tabel 3.6. Aktifitas Pengajar Terhadap Siswa Ditinjau Dari Strategi Kognitif Strategi Kognitif Hal yang dilakukan Tidak Melakukan Latihan Repetisi / pengulangan Latihan dengan sistem suara dan tulisan Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi Membuat kombinasi yang baru Latihan di dalam kondisi yang alami Melakukan analisis dan penarikan kesimpulan Menarik kesimpulan dengan deduktif Menganalisa ekspresi Menganalisa sambil membandingkan bahasa Menerjemahkan Transfer Bahasa Membuat catatan Membuat struktur Input dan Output Membuat ringkasan Membuat penegasan Sumber: Oxford (1994: 45-48) Dalam proses Outputnya, Dosen tersebut telah melakukan sebagian besar dari strategi Kognitif. Dosen tersebut melakukan strategi Kognitif Repetisi/pengulangan (Oxford, 1994:45), terutama dalam mengajar tata bahasa atau kosakata baru. 54

38 Dosen tersebut menyuruh murid untuk membuat berbagai macam tema skripsi dan skripsi pendek untuk murid semester 6. Dalam memberikan tema karangan, Dosen tersebut mengubah topik-topiknya untuk menyesuaikan kemampuan capai para murid dan menyuruh murid memikirkan sendiri mengenai topik Sakubun. Kemudian, Dosen tersebut juga memberi contoh berupa foto atau gambar yang berhubungan dengan tema dan diikuti dengan penjelasannya (Sumber: wawancara). Kegiatan ini sesuai dengan strategi Kognitif Latihan menulis dengan suara dan tulisan (Oxford, 1994:45). Dengan memberi penjelasan dengan bahasa Jepang dan menyuruh murid untuk membuat karangan dengan berbagai tema, kegiatan ini dapat dikategorikan ke dalam strategi tersebut. Cara Dosen tersebut mengajarkan tata bahasa yang akan digunakan dalam Sakubun adalah dengan memberikan contoh kalimat dalam membuat suatu topik karangan. Kemudian Dosen tersebut menyuruh murid untuk latihan membuat kalimat yang pendek atau yang sesuai dengan contoh yang diberikannya. Dosen tersebut juga mengajarkan tata bahasa baru sesuai dengan topiknya. Pertama, latihan membuat kalimat yang pendek, menulis bentuk-bentuk kalimat, kemudian latihan membuat sendiri kalimat yang pendek. Dosen tersebut memberikan contoh kalimat berbeda-beda yang disesuaikan dengan tema, setelah itu murid membuat sendiri contohnya dan diharapkan dapat membuat bentuk kalimat sesuai dengan contoh yang Dosen tersebut berikan (Sumber: wawancara). Karena itulah Dosen tersebut telah melakukan strategi Kognitif Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi (Oxford, 1994:45) dalam proses Outputnya. Dosen tersebut juga melakukan strategi Kognitif Membuat kombinasi baru (Oxford, 1994:45). ng dimaksud dengan strategi ini termasuk dalam memberikan 55

39 kombinasi baru berupa tata bahasa maupun tema Sakubun. Dosen tersebut memberi kombinasi tema seperti perkenalan diri, perkenalan negara sendiri, berita di sekitar murid, pengalaman pribadi, pendapat pribadi, memaparkan keluhan, ketidakpuasan, pendapat pribadi mengenai kesetujuan dan ketidaksetujuan, kemudian memaparkan pendapat pribadi mengenai masalah-masalah Jakarta (Sumber: wawancara). Dosen tersebut menyatakan bahwa strategi Kognitif Latihan dalam kondisi alami (Oxford, 1994:45) tidak dilakukan dalam kelas. Dosen tersebut lebih memfokuskan pada pengembangan imajinasi murid (Sumber: wawancara). Strategi Kognitif Menarik kesimpulan dengan deduktif (Oxford, 1994:45) dilakukan dalam kelas Sakubun yang diajar Ibu Kamiryo Eri. Penulis menganggap bahwa ini adalah hal yang wajar karena dalam pembuatan Sakubun, terdapat beberapa bagian seperti pembuka, inti, dan penutup. Kesimpulan yang baik harus disusun di bagian penutup. Ibu Kamiryo Eri menyuruh murid untuk melakukan Strategi Kognitif Menganalisa ekspresi (Oxford, 1994:45) dalam pengajarannya. Dosen tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan tergantung pada tema Sakubun yang digunakan (Sumber: wawancara). Dosen tersebut menyatakan bahwa strategi Kognitif Menganalisa sambil membandingkan bahasa merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam kelas Sakubunnya terutama dalam membandingkan hyougen atau kosakata bahasa Jepang dengan bahasanya sendiri (Sumber: wawancara). 56

40 Dosen tersebut juga menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Menerjemahkan (Oxford, 1994:47) terutama dalam menerjemahkan hyougen atau kosakata yang diajarkan (Sumber: wawancara). Penulis menyimpulkan bahwa strategi ini dianggap perlu saat membuat karangan dalam bahasa Jepang. Pemelajar perlu menyusun kalimat yang akan ditulis dalam bahasa ibunya kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Jepang. Strategi Kognitif Transfer Bahasa (Oxford, 1994:47) tidak dilakukan oleh Ibu Kamiryo Eri dalam kelas Sakubunnya. Ibu Kamiryo Eri menyuruh para muridnya untuk melakukan strategi Kognitif Membuat catatan (Oxford, 1994:47) dalam kelas Sakubunnya. Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut menyuruh strategi tersebut agar murid tidak mudah melupakan materi yang diajarkan karena murid dapat terus memahami materi tersebut melalui catatan yang mereka buat sendiri. Dosen tersebut tidak menyuruh murid untuk melakukan strategi Kognitif Membuat ringkasan dan Membuat penegasan (Oxford, 1994:47-48). Penulis menyimpulkan bahwa Dosen tersebut menyerahkan kegiatan ini pada para muridnya. Dari tiga belas kegiatan strategi Kognitif dalam proses Output, Dosen tersebut menyuruh murid untuk melakukan sembilan kegiatan yaitu strategi Kognitif Repetisi / pengulangan, Latihan dengan sistem suara dan tulisan, Menggunakan cara mengingat bentuk kalimat dan ekspresi, Membuat kombinasi yang baru, Menarik kesimpulan dengan deduktif, Menganalisa ekspresi, Menganalisa sambil membandingkan bahasa, Menerjemahkan, dan Membuat catatan (Oxford, 1994:45-57

Bab 4. Simpulan. Melalui penelitian ini, penulis telah menganalisa proses pembelajaran Sakubun di tiga

Bab 4. Simpulan. Melalui penelitian ini, penulis telah menganalisa proses pembelajaran Sakubun di tiga Bab 4 Simpulan 4.1. Simpulan Melalui penelitian ini, penulis telah menganalisa proses pembelajaran Sakubun di tiga universitas baik dari segi pengajar maupun murid ditinjau dari teori strategi Kognitif

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang.

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Ada pun responden dari penelitian ini

Bab 3. Analisis Data. telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Ada pun responden dari penelitian ini Bab 3 Analisis Data Pada bab 3 ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013. Ada pun responden dari penelitian ini merupakan mahasiswa-mahasiswa

Lebih terperinci

SILABUS Chukyu choukai I JP 202. Dra. Melia Dewi Judiasri, M.Hum.,M.Pd. (1096) Dra. Renariah, M.Hum. (0684) Noviyanti Aneros, M.A.

SILABUS Chukyu choukai I JP 202. Dra. Melia Dewi Judiasri, M.Hum.,M.Pd. (1096) Dra. Renariah, M.Hum. (0684) Noviyanti Aneros, M.A. SILABUS Chukyu choukai I JP 202 Dra. Melia Dewi Judiasri, M.Hum.,M.Pd. (1096) Dra. Renariah, M.Hum. (0684) Noviyanti Aneros, M.A. (2618) JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui budaya di berbagai negara, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui budaya di berbagai negara, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Dengan adanya bahasa, kita bisa bertukar pikiran, berbagi informasi, bisa mengetahui budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa asing yang dalam proses pembelajarannya dianggap tidak mudah,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa asing yang dalam proses pembelajarannya dianggap tidak mudah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa asing adalah salah satu upaya untuk mempelajari bangsa asing yang dalam proses pembelajarannya dianggap tidak mudah, namun cukup menarik

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi kepada sesamanya, baik itu lisan maupun tulisan. Menurut Parera (1997:27), bahasa ialah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, (baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat

Bab 1. Pendahuluan. Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat jenis komponen yaitu, berbicara, menulis, membaca, dan mendengar atau menyimak. Dalam mewujudkan

Lebih terperinci

Petunjuk Pengisian. Marisha,2013 EFEKTIVITAS TEKNIK BRAINWRITING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARATIF BAHASA PERANCIS

Petunjuk Pengisian. Marisha,2013 EFEKTIVITAS TEKNIK BRAINWRITING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARATIF BAHASA PERANCIS Petunjuk Pengisian Tidak perlu menulis identitas. Bacalah baik-baik pertanyaan dan alternatif jawaban yang sudah tersedia. Berilah tanda (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Anda. Angket

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN LAGU SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PENGAJARAN ONOMATOPE BAHASA JEPANG

ANALISIS PERANAN LAGU SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PENGAJARAN ONOMATOPE BAHASA JEPANG ANALISIS PERANAN LAGU SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PENGAJARAN ONOMATOPE BAHASA JEPANG Skripsi Oleh Fidelia Catherine 0900812715 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2009 ANALISIS PERANAN LAGU SEBAGAI SALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai para pembelajar bahasa, yaitu keterampilan mendengar (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Sukiman (2012:65) mengatakan kegunaan praktis dari penggunaan media

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

SILABUS MATA KULIAH Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang A. Identitas Mata Kuliah SILABUS MATA KULIAH Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Mata Kuliah/Kode : Jokyuu Choukai Bobok : 2 SKS Semester : 7 Jenjang : S-1 Dosen : Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum. A. Deskripsi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa

Bab 1. Pendahuluan. dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang memiliki daya tarik yang besar bagi orang asing untuk dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa yang mengambil jurusan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan penerjemahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan penerjemahan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan penerjemahan merupakan kegiatan yang sangat penting. Karena dengan kegiatan penerjemahan kita bisa menggali informasi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Menurut Sutedi (2004:2),

Bab 1. Pendahuluan. Manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Menurut Sutedi (2004:2), Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Menurut Sutedi (2004:2), bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran bahasa merupakan suatu bidang pengajaran yang mempunyai masalah kompleks dan belum terjawab.salah satu contoh permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

ARTIKEL PEMAHAMAN MENYIMAK. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Oleh: Melia Dewi Judiasri. Universitas Pendidikan Indonesia

ARTIKEL PEMAHAMAN MENYIMAK. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Oleh: Melia Dewi Judiasri. Universitas Pendidikan Indonesia ARTIKEL PEMAHAMAN MENYIMAK Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Oleh: Melia Dewi Judiasri Universitas Pendidikan Indonesia PENDAHULUAN Dalam berkomunikasi, diantaranya terjadi proses berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1968:2) mengungkapkan keempat keterampilan berbahasa, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1968:2) mengungkapkan keempat keterampilan berbahasa, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian orang mempelajari bahasa asing terasa susah dan sangat membebani otak. Namun menurut penelitian, belajar bahasa asing justru bagus untuk otak karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan, pikiran, juga sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit menyampaikan maksud

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Bab 5 Ringkasan Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Tetapi perbedaan struktur kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sering menjadi kendala bagi pemelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kemampuan memori, kognisi, konsentrasi, dan kreativitas. lebih aman di kepala kita adalah dengan cara memakai musik.

Bab 1. Pendahuluan. kemampuan memori, kognisi, konsentrasi, dan kreativitas. lebih aman di kepala kita adalah dengan cara memakai musik. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Musik adalah salah satu cabang seni yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Bahkan sejak kita masih bayi, kita sudah dikenalkan dengan seni musik oleh ibu kita, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting peranannya bagi rakyat Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan satusatunya bahasa yang dapat

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai perusahaan asing di Indonesia, maka kemampuan berbahasa asing pun menjadi hal yang sangat

Lebih terperinci

Lampiran I. Skor Uji Kompetensi Jitsuyo Dokkai tahun ajaran

Lampiran I. Skor Uji Kompetensi Jitsuyo Dokkai tahun ajaran LAMPIRAN 76 Lampiran I. Skor Uji Kompetensi Jitsuyo Dokkai tahun ajaran 2016-2017 No Responden Nilai 1 R1 86.5 2 R2 79 3 R3 87 4 R4 79 5 R5 72.5 6 R6 77 7 R7 80.5 8 R8 77.5 9 R9 88.5 10 R10 62 11 R11 68

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Karena hal itu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap bahasa di dunia memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika kita banyak menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hampir dalam setiap kegiatan yang dilakukan manusia di dunia tidak pernah terlepas dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu pemelajaran bahasa memiliki empat aspek yang menunjang tercapainya kemahiran bahasa tersebut, yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 5. Simpulan dan Saran

BAB 5. Simpulan dan Saran BAB 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Strategi reading guide merupakan salah satu strategi belajar yang termasuk dalam metode active learning dalam rangka meningkatkan kemampuan pembaca dalam memahami

Lebih terperinci

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA Aji Setyanto Universitas Brawijaya adjie_brawijaya@yahoo.co.jp ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa asing, goi (kosa kata), adalah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun berada, manusia tidak akan pernah lepas dari

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun berada, manusia tidak akan pernah lepas dari Bab 1 Pendahuluan 1. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun berada, manusia tidak akan pernah lepas dari aktifitas berbicara yang menandai adanya interaksi antar sesama manusia. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting untuk diajarkan dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto (2004, hal.44), mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE PROJECT WORK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

EFEKTIFITAS METODE PROJECT WORK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG EFEKTIFITAS METODE PROJECT WORK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG Ai Sumirah Setiawati Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Matakuliah Sakubun sering dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah cara manusia untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, salah satu faktor yang mendukung untuk berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Pada bab tiga ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil

Bab 3. Analisis Data. Pada bab tiga ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil Bab 3 Analisis Data Pada bab tiga ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni tahun 2013. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan pasar bebas. Masalah-masalah yang menyangkut

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN MEMBACA Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

METODE PENGAJARAN MEMBACA Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) METODE PENGAJARAN MEMBACA Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pengantar Sudah banyak konsep yang telah dikemukakan para ahli sehubungan dengan istilah membaca. Secara umum dan terkesan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang memegang peranan sangat penting. Manusia mampu mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan perasaannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

SILABUS JITSUYOU SAKUBUN II (JP 404) SEMESTER 7 / TINGKAT IV

SILABUS JITSUYOU SAKUBUN II (JP 404) SEMESTER 7 / TINGKAT IV SILABUS SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 JITSUYOU SAKUBUN II (JP 404) SEMESTER 7 / TINGKAT IV TEAM PENYUSUN SUSI WIDIANTI, M.Pd., M.A. NOVIA HAYATI, M.Ed. DIANNI RISDA, M.Ed. JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

INTEGRASI PEMBELAJARAN KANJI DENGAN PEMBELAJARAN SAKUBUN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

INTEGRASI PEMBELAJARAN KANJI DENGAN PEMBELAJARAN SAKUBUN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS INTEGRASI PEMBELAJARAN KANJI DENGAN PEMBELAJARAN SAKUBUN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS Timur Sri Astami; Rosita Ningrum; Felicia Budihardja Japanese Department, Faculty of Humanities, Bina Nusantara

Lebih terperinci

PENGAJARAN MATA KULIAH KORESPONDENSI BISNIS JEPANG DI JURUSAN SASTRA JEPANG - BINUS UNIVERSITY JAKARTA

PENGAJARAN MATA KULIAH KORESPONDENSI BISNIS JEPANG DI JURUSAN SASTRA JEPANG - BINUS UNIVERSITY JAKARTA PENGAJARAN MATA KULIAH KORESPONDENSI BISNIS JEPANG DI JURUSAN SASTRA JEPANG - BINUS UNIVERSITY JAKARTA Elisa Carolina Marion Japanese Department, Faculty of Letters, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu gabungan huruf, kata, dan kalimat yang menghasilkan suatu tuturan atau ungkapan secara terpadu sehingga dapat dimengerti dan digunakan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. alat untuk berkomunikasi, bahasa juga digunakan sebagai sarana dalam berinteraksi

Bab 5. Ringkasan. alat untuk berkomunikasi, bahasa juga digunakan sebagai sarana dalam berinteraksi Bab 5 Ringkasan Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia. Selain sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa juga digunakan sebagai sarana dalam berinteraksi sosial. Di era globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam belajar siswa sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak dapat dilepaskan dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif, Metode Deskriptif adalah metode yang membicarakan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif, Metode Deskriptif adalah metode yang membicarakan beberapa BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif, Metode Deskriptif adalah metode yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, yakni: keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Begitu pula ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, yakni: keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Begitu pula ketika BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran keterampilan bahasa, ada 4 aspek keterampilan berbahasa, yakni: keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, bahasa Indonesia juga memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan satu sama lain. pada dasarnya belajar bahasa diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan satu sama lain. pada dasarnya belajar bahasa diawali dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kemampuan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan meyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, kita dapat menerjemahkan suatu teks dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, kita dapat menerjemahkan suatu teks dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan penerjemahan merupakan kegiatan yang sangat penting. Karena dengan kegiatan penerjemahan, kita bisa mendapatkan informasi dan mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mengembangkan dirinya dengan mengadakan interaksi dengan orang lain melalui bahasa. Melalui bahasa diperoleh

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. Disusun Oleh : Linna Meilia Rasiban, M. Pd.

PROPOSAL PENELITIAN. Disusun Oleh : Linna Meilia Rasiban, M. Pd. PROPOSAL PENELITIAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Menerjemahkan Tingkat Dasar melalui Teknik Peer Learning (Penelitian terhadap Mahasiswa Tingkat 2 Semester 4 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI)

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Khozin Amin Sutiknyo Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa bisa mengekspresikan kekayaan ilmu, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kualitas berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan baik untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan pendidikan fisika di salah satu SMA Negeri di Bandung, menunjukkan bahwa pembelajaran aktif

Lebih terperinci

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan

Bab 1. Latar Belakang. Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan Bab 1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng:1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA INTERNET DAN AUDIO VISUAL DALAM PENGAJARAN BAHASA JEPANG BAGI GURU BAHASA JEPANG DI SMA SE-KOTA PADANG

PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA INTERNET DAN AUDIO VISUAL DALAM PENGAJARAN BAHASA JEPANG BAGI GURU BAHASA JEPANG DI SMA SE-KOTA PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 5.000.000 Tim Pelaksana Rachmidian Rahayu, Lady Diana Yusri, Darni Enzimar Putri, Rahtu Nila Sepni dan Dini Maulia Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA SEMESTER ENAM JURUSAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA SEMESTER ENAM JURUSAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN IRAI HYOUGEN PADA MAHASISWA SEMESTER ENAM JURUSAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Skripsi Oleh Pebrinawaty 1000881695 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2010 ANALISIS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci