PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN DAFI ARISTA. D Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Merah ditambah Ragi Tape terhadap Performa dan Organ Pencernaan Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur. Sc. : Dr. Ir. Jajat Jachja FA, M.Agr. Dalam dunia pangan, penggunaan probiotik, prebiotik atau kombinasi keduanya (sinbiotik) sudah dikenal masyarakat luas, selain memberikan dampak positif bagi tubuh manusia, keberadaan bahan tersebut menjadikan pangan semakin berkualitas. Saat ini penggunaan bahan tersebut, dalam dunia peternakan dirasa masih kurang, sehingga diperlukan dilakukan peninjauan lebih dalam mengenai penggunaan bahan tersebut sebagai feed supplement pada pakan ternak. Ragi tape sudah dikenal oleh masyarakat luas, pemanfaatannya hanya sebatas sebagai starter pembuatan pangan fermentasi (tape) karena memiliki kandungan kapang, khamir, dan Sacharomyces cerevisiae. Ragi mengandung bermacam-macam mikroba starter yang dapat dimanfaatkan sabagai sumber probiotik. Menurut penelitian sebelumnya, penggunaan ragi sebagai probiotik mampu mengurangi tingkat mortalitas serta memperbaiki performa ternak yang dipelihara. Keberadaan probiotik menjadi semakin baik pada saluran pencernaan, jika ditambahkan prebiotik yang berfungsi menunjang kebutuhan nutrien bagi probiotik. Prebiotik sendiri dapat berasal dari umbi-umbian, contohnya didalam ubi jalar yang mengandung senyawa oligosakarida berupa rafinosa, maltosa, stakiosa dan maltotriosa yang bermanfaat sebagai sumber prebiotik. Pemberian ekstrak kasar oligosakarida ubi jalar segar sebanyak 14,82% total padatan terlarut selama 10 hari dapat menurunkan Escherichia coli sebesar 2,35 log CFU/g pada feses tikus putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui kombinasi terbaik tepung ubi jalar merah dengan ragi sebagai pakan sinbiotik, yang dicampur ke ransum broiler. Jumlah materi yang digunakan sebanyak 180 ekor ayam broiler strain CP 707 umur tujuh hari. Parameter yang diamati berupa performa yang terdiri dari konsumsi ransum, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot badan akhir mortalitas, dan organ pencernaan yang diamati terdiri dari gizzard (rempela), usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum), usus besar, dan sekum. Hasil penelitian kombinasi pemberian tepung ubi jalar merah dengan ragi sebagai sinbiotik, berpengaruh nyata (P<0,05) pada pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot akhir. Pemberian ragi hanya berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot duodenum, sedangkan pemberian ubi jalar berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan, konversi dan bobot badan akhir, dan pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi pakan, konsumsi air minum, mortalitas, panjang dan tebal duodenum, panjang, tebal dan bobot jejunum serta ileum, panjang dan bobot usus besar dan sekum. Level pemberian terbaik terdapat pada perlakuan pertama dengan kombinasi terendah yaitu 3% tepung ubi jalar 0,5% ragi tape. Kata kunci : Ubi jalar merah, ragi tape, organ pencernaan, ayam broiler. 1

3 ABSTRACT The effect of treatment mixtures Ipomea batatas meal (prebiotic) with Yeast (probiotic) as a sinbiotic mixed with commercial broiler feed on performance and digestive organ of broiler chickens Arista, D., A. Sudarman and J. Jahcja The effects of feeding different Ipomea batatas (prebiotic) and Yeast (probiotic) levels on performance and morphometry of the digestive tract in broiler chickens were evaluated in this trial. One hundred eighty broiler chickens were assigned to a complete randomized design with a 2 x 3 factorial (I. batatas and Yeast levels) for the periods from 2 to 5 weeks old. The experimental diets consisted of starter feeds and finisher feeds. Diets were added with different level of I. batatas and Yeast P1 (3% I. batatas meal + 0.5% Yeast), P2 (6% I. batatas meal + 0.5% Yeast), P3 (3% I. batatas + 1% Yeast), P4 (6% I. batatas + 1% Yeast), P5 (3% I. batatas +1.5% Yeast); P6 (6% I. batatas + 1.5% Yeast). The performance in the periode from 2 to 5 weeks and morphometry of the digestive tract were evaluated. Significant differences on body weight gain, feed conversion, final body weight and duodenum weight, but not significant differences on feed intake, water consumption, mortility, weight and length of jejunum, ileum, colon, and sekum. The diet with I. batatas level of 3% and Yeast 0.5% resulted in better performance and duodenum weight. Keywords: Ipomea batatas, Yeast, performance, digestive tract, broiler chickens 2

4 PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER DAFI ARISTA D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

5 Judul Nama NIM : Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Merah Ditambah Ragi Tape Terhadap Performa dan Organ Pencernaan Ayam Broiler : Dafi Arista : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc) NIP (Dr. Ir. Jajat Jachja FA, M.Agr) NIP Mengetahui Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc) NIP Tanggal Ujian : 6 Maret 2012 Tanggal Lulus : 4

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 6 September Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Alwan Bin Asri dan Ibu Nur Munjilah. Pendidikan yang pernah ditempuh diawali dari Taman Kanak-Kanak (TK) Bajirejo Kasembon Malang tahun , kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kasembon 3 Malang pada tahun , kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri (SMPN) 1 Kasembon, Malang pada tahun kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Pare, Kediri pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak sebagai anggota Biro Magang ( ). Kemudian penulis aktif di Kelompok Pecinta Alam (KEPAL-D) Fakultas Peternakan dan Aktif menjadi anggota Capoeira Alegria IPB, Institut Pertanian Bogor, Penulis aktiv menjadi asisten praktikum mata kuliah PKTT Fakultas Kedokteran Hewan (periode dan ). Penulis lolos sebagai mahasiswa penerima bantuan modal usaha dalam Program Mahasiswa Wirausaha 2011dalam bidang penyedian hijauan pakan. Penulis juga pernah melaksanakan magang di PT. Rejo Sari Bumi Tapos Bogor, Jawa Barat pada tahun Penulis menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Merah Ditambah Ragi Tape Terhadap Performa Dan Ogan Pencernaan Ayam Broiler, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan IPB. Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan bimbingan Dr.Ir. Asep Sudarman, M.Rur. Sc dan Dr. Ir. Jajat Jachja FA, M.Agr. 5

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil alamin Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga penulis dapat melaksanakan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Skripsi yang diangkat ini berjudul Pengaruh Pemberian Tepung Ubi Jalar Merah Ditambah Ragi Tape Terhadap Performa dan Ogan Pencernaan Ayam Broiler, yang ditulis berdasarkan penelitian pada bulan Agustus 2010 dan hasil yang ditunjukan pemberian perlakuan mampu meningkatkan performa ayam yang dihasilkan. Tujuan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan wujud peran aktif konstribusi dalam kemajuan dunia peternakan. Skripsi ini berisi tentang pengunaan sinbiotik yang merupakan kombinasi probiotik asal ragi tape dengan prebiotik asal ubi jalar merah yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas ayam broiler komersial. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam memajukan dunia peternakan serta menjadi catatan amal saleh. Amin. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Alloh Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang akan membalasnya. Bogor, Maret 2012 Penulis 6

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRAK... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Sinbiotik... 3 Ragi Tape... 5 Sacharomyces cervisiae... 6 Ayam Broiler... 6 Performa Ayam Broiler... 7 Konsumsi Ransum... 7 Konsumsi Air Minum... 7 Pertambahan Bobot Badan... 8 Konversi Ransum... 8 Mortalitas... 9 Organ Pencernaan Unggas... 9 Rempela (Gizzard)... 9 Usus Halus... 9 Usus Besar Sekum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Ubi Jalar Ragi Tape Ransum Komersil ii iii iv v vi vii ix x xi 7

9 Alat yang Digunakan Prosedur Persiapan Kandang Pemeliharaan Rancangan dan Analisis Data Perlakuan Model Matematika Peubah yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ransum Ayam Broiler Performa Ayam Broiler Konsumsi Air Minum Konsumsi Ransum Pertambahan Bobot Badan Konversi Ransum Bobot Badan Akhir Mortalitas Organ Pencernaan Rempela (gizzard) Usus Halus Duodenum Jejunum Ileum Usus Besar Usus Buntu (sekum) KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Komposisi Kimia Nilai Gizi Tepung Ubi Jalar Komposisi Nutrien Pakan Starter (1-21 hari) Komposisi Nutrien Pakan Finisher (22 hari-panen) Konsumsi Air Minum Konsumsi Ransum Pertambahan Bobot Badan Konversi Ransum Bobot Badan Akhir Mortalitas selama Pemeliharaan Persentase Bobot Rempela (Gizzard) Rataan Persentase Bobot, Panjang dan Tebal Duodenum Rataan Persentase Bobot,Panjang dan Tebal Jejunum Rataan Persentase Bobot, Panjang dan Tebal Ileum Persentase Bobot dan Panjang Usus Besar Persentase Bobot dan Panjang Sekum

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Ubi Jalar Merah Sebelum Dihaluskan Ragi Tape Sebelum Dihaluskan Grafik Interaksi Pertumbuhan Bobot Badan Terhadap Perlakuan Grafik Pertambahan Bobot Badan Terhadap Ubi Jalar Grafik Interaksi Konversi Ransum Terhadap Perlakuan Grafik Konversi Ransum Terhadap Ubi Jalar Grafik Interaksi Perlakuan Terhadap Bobot Akhir Grafik Bobot Akhir Terhadap Ubi Jalar Grafik Bobot Duodenum Terhadap Ragi

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Anova Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Anova Konversi Pakan Ayam Broiler Anova Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Anova Bobot Duodenum

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam broiler merupakan ayam ras yang memiliki kemampuan tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu yang relatif singkat (5-7 minggu), oleh karena itu daging ayam broiler menjadi peranan penting sebagai sumber protein hewani. Saat ini peternakan ayam broiler memiliki prospek usaha yang menjanjikan di Indonesia, mengingat kebutuhan protein asal hewani dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Bahri et al. (2005) protein hewani tersusun dari asam-asam amino yang mudah didegradasi oleh tubuh, bersifat esensial bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh manusia. BPS (2011) menyatakan, konsumsi produk hewani asal ayam broiler dari tahun 2006 hingga tahun 2010 meningkat 37,5% di Indonesia. Tahun-tahun kedepan konsumsi ini nampaknya akan semakin meningkat, sehingga memicu usaha peternakan ayam broiler untuk berkembang pesat, seiring dengan meningkatnya akan kebutuhan akan protein hewani. Peningkatan perkembangan industri peternakan ayam broiler tidak pernah lepas dari aspek pakan. Biaya pakan sendiri merupakan 70% biaya produksi ayam broiler, maka pakan yang diberikan ke ayam harus berkualitas dan memenuhi nutrien yang dibutuhkan oleh ayam tersebut dengan tujuan menghasilkan produk yang diinginkan. Nutrien utama yang dibutuhkan oleh ayam pada umumnya sama seperti yang dibutuhkan ternak lainnya, berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Pakan yang mengandung nutrien berkualitas dapat menghasilkan performa yang optimal dan produktifitas maksimal. Peningkatan kualitas pada pabrik pakan umumnya dengan melakukan manipulasi komposisi pakan diantaranya dengan penambahan feed additive yang dicampurkan ke dalam pakan, feed additive yang digunakan dapat berupa antibiotik, probiotik, dan prebiotik. Feed additive berupa probiotik adalah suatu bahan yang mengandung koloni mikroba tertentu, yang digunakan dengan tujuan meningkatkan daya cerna ransum sehingga produktivitas ternak meningkat (Dutta et al., 2009). Keberadaan probiotik sendiri dapat berkembang lebih baik jika dikombinasikan dengan prebiotik, yang merupakan nutrien bagi probiotik. Menurut Ferket et al. (2007) ada beberapa mekanisme kerja probiotik sebagai growth promoter, yaitu dengan menjaga ekosistem serta 12

14 menyediakan nutrien bagi inang tersebut, selain itu kegunaan dari probiotik dapatat menggantikan antibiotik yang sering digunakan sebagai feed additive. Kombinasi probiotik dengan prebiotik yang diberikan secara bersamaan disebut sebagai sinbiotik. Beberapa jenis prebiotik yang popular termasuk dalam kelompok oligosakarida yaitu fruktosa, rafinosa, inulin, dan galaktosa. Salah satu jenis kelompok oligosakarida yang dapat dijadikan sebagai sumber prebiotik adalah kelompok gula sederhana seperti rafinosa, maltotriosa yang ditemukan pada ubi jalar. Kelompok oligosakarida seperti rafinosa, stakiosa, dan verbakosa tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan, sehingga memerlukan adanya bantuan mikroba pencerna dalam melakukan proses pencernaan senyawa tersebut, salah satu mikroba tersebut adalah Sacharomyces cervisiae asal ragi tape yang saat ini sering digunakan untuk fermentasi pati dari ubi kayu. Potensi ubi jalar dapat sebagai sumber prebiotik karena adanya senyawa rafinosa dan meltotriosa selain itu, juga ubi jalar dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat diantara tanaman umbi-umbian lainnya. Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan ubi jalar menduduki urutan kedua dengan produksinya ton setelah singkong, sehingga keberadaan ubi jalar sendiri jumlahnya melimpah di Indonesia. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi terbaik level pemberian tepung ubi jalar merah dengan ragi sebagai ransum sinbiotik yang dicampurkan ke ransum broiler komersial terhadap performa dan organ pencernaan ayam broiler yang dihasilkan. 13

15 TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik Sinbiotik merupakan pengembangan ransum konvensional dengan penggabungan probiotik dan prebiotik (Winarno, 2003) yang diberikan secara bersamaan. Istilah sinbiotik digunakan pada produk yang mengandung probiotik dan prebiotik secara sekaligus dalam satu media. Mekanisme kerja probiotik dan prebiotik menurut Winarno (2004) dalam meningkatkan daya tahan usus antara lain : mengubah ph lingkungan saluran usus, berkompetisi dengan bakteri patogen dalam pemanfaatan nutrisi, merangsang enzim pencernaan pancreas di dalam usus halus, memproduksi zat antibakteri atau bakteriosin, dan berkompetisi dengan bakteri patogen untuk menempel pada vili-vili usus, sehingga mengurangi kesempatan bakteri patogen untuk berkembang biak. Prebiotik sendiri adalah nondigestible food ingredient yang mempunyai pengaruh baik terhadap host dengan memicu aktifitas, pertumbuhan selektif, atau keduanya terhadap satu jenis atau lebih mikroba penghuni kolon (Salminen dan Wright, 1998) Prebiotik sebagai makanan sulit dicerna oleh host (inang), namun bermanfaat bagi mikroba yang terdapat pada usus ternak, dengan cara meningkatkan pertumbuhan dan keaktifan satu atau lebih jenis mikroba positif yang berada di usus (Winarno, 2003). Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba organ usus adalah polisakarida, pectin, selulosa, hemiselulosa dan oligosakarida yang bersifat tidak tercerna oleh host (inang), namun mampu dimanfaatkan oleh mikroba (Schmidl dan Labuza, 2000). Oligosakarida banyak terdapat pada tanaman umbi-umbian diantaranya rafinosa, maltose, maltotriosa yang terdapat pada ubi jalar dan berpotensi sebagai prebiotik, karena di dalam kolon ataupun usus senyawa tersebut tidak dapat diserap, sehingga mikrobalah yang mampu berperan dalam memecah oligosaarida tersebut. Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi besar di Indonesia, menurut BPS (2011) produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2011 mencapai ton di Indonesia, sedangkan terbesar di produksi provinsi Jawa Barat dengan total produksi ton. Pemanfaatan ubi jalar masih terbatas untuk bahan pangan dan sedikit untuk bahan baku industri pakan ayam 14

16 broiler, serta masih cenderung pada impor jagung sebagai sumber energi untuk bahan baku pakan ayam broiler. Komposisi utama dari ubi jalar adalah pati, serat pangan (sellulosa, hemisellulosa dan pentose) dan beberapa jenis gula yang bersifat larut seperti maltose, sukrosa, fruktosa dan glukosa. Pati ubi jalar terdiri dari 60%-70% amilopektin dan sisanya 30%-40% adalah amilosa. Jenis oligosakarida yang terdapat di ubi jalar adalah rafinosa (Palmer, 1982). Senyawa ini masih ditemukan didalam ubi jalar yang telah dimasak dan bersifat tidak dapat diserap karena tidak dapat dicerna oleh tubuh (Marlis, 2008). Ubi jalar berpotensi menjadi ransum prebiotik karena mengandung oligosakarida yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL). Suryadjaya (2005) menyatakan bahwa pemberian ekstrak kasar oligosakarida ubi jalar segar sebanyak 14,82% dari total padatan terlarut selama 10 hari menurunkan E. coli sebesar 2,35 log CFU/g feses tikus.. Ubi jalar mempunyai keunggulan yaitu pada kandungan vitamin C-nya sebesar 23 mg/100 g selain itu, ubi jalar kaya akan mineral Ca (30 mg/100g) dan pada ubi jalar putih tersimpan 60 SI beta karoten, sedangkan dalam ubi jalar warna merah jingga 7700 SI beta karoten (Marlis, 2008). Makin pekat warna merahnya, makin tinggi kadar beta karotennya. Tabel 1. Komposisi Kimia Nilai Gizi Ubi Jalar Per 100 Gram Bahan Segar Tepung Ubi Jalar Komposisi Putih Merah....% As fed. Air 68,50 68,50 Karbohidrat 27,90 27,90 Protein 1,80 1,80 Lemak 0,70 0,70 Serat Kasar 0,90 1,20 Abu 0,4 0,2 Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam Juanda dan Cahyono (2004) Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang dengan tujuan memperbaiki kesehatan dan perkembangan mikroflora 15

17 usus. Winarno (2004) menyatakan probiotik merupakan suatu preparat yang terdiri mikroba hidup, yang dimasukan secara oral kedalam tubuh manusia atau ternak, dengan tujuan memberikan pengaruh positif terhadap manusia atau ternak. Menurut Hoover (2000) menyatakan bahwa mikroba yang terdapat dalam produk probiotik berfungsi dalam meningkatkan kesehatan, oleh karena itu produk probiotik digolongkan sebagai makanan kesehatan (healthy food) dan makanan fungsional (functional food). Penggunaan mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik sendiri memiliki kriteria utama yang harus diperhatikan 1) mampu memfermentasi gugus gula oligosakarida dalam waktu yang relative cepat, 2) mampu menggandakan diri, 3) tahan terhadap suasana asam sehingga dapat bertahan didalam saluran pencernaan, 4) menghasilkan produk akhir yang dapat diterima oleh induk semang, 5) mempunyai stabilitas yang tinggi selama proses fermentasi (Holer, 1992). Keberhasilan suplementasi probiotik pada ransum ayam dipengaruhi oleh interaksi mikroorganisme yang terdapat di dalam usus. Kemampuan mikroba probiotik dirasakan manfaatnya bila manajemen pemeliharaan ayam broiler buruk, yang menyebabkan penampilan ayam rendah terutama ketika adanya cekaman (Fuller, 1992). Ragi Tape Ragi tape terdiri mikroba bibit atau disebut juga starter untuk membuat berbagai macam makanan fermentasi, seperti tape ketan atau singkong, tape ubi jalar, brem cair atau padat dan lainnya. Starter digunakan untuk pembuatan tape adalah ragi, yang umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 6 cm dan ketebalan 0.5 cm tidak memerlukan peralatan kusus untuk pembuatan ragi, tetapi kerahasiaan dari formulasi ragi menjadi kerahasiaan setiap pengusaha ragi (Hidayat et al., 2006). Ragi tape terdiri dari kapang (Rhizopus oryzae, Mucor), khamir (Sacharomyces cerevisiae, Sacharomyces verdomanni, Candida) dan bakteri cita rasa tape yang dihasilkan dari fermentasi, tergantung dari mikroorganisme yang aktif di dalam ragi tersebut. Ragi yang mengandung mikroflora seperti kapang, khamir, dan bakteri berfungsi sebagai starter fermentasi. Analisa mikrobiologi ragi menunjukan bahwa semua ragi mempunyai populasi kapang Amylolitik sekitar 10 4 hingga Kapang- 16

18 kapang yang terdapat dalam ragi terutama jenis Amylomyces sp, Mucor sp, dan Rhizopus sp. Ragi tape tidak mengandung Aspergilus sp atau Penicillium sp, peranan kapang dalam proses fermentasi adalah sebagai produsen enzim amylase yaitu enzim yang menghidrolisis pati menjadi glukosa (Fardiaz, 1992). Sebagian besar ragi mempunyai kandungan khamir Fillamentous yang sangat tinggi yaitu 10 7 hingga 10 8, khamir umumnya adalah Candida sp dan Endomycopsis sp. Sebagian besar beberapa ragi mempunyai bakteri Amylolitik bacillus sp (Winarno, 2010) Sacharomyces cerevisiae Khamir diklasifikasikan berdasarkan sifat fisiologisnya, dan tidak berdasarkan morfologinya seperti pada kapang S. cerevisiae masuk kedalam kelas Ascomycetes, subkelas Hemiascomycetes, ordo Endomycetes, Famili Sacharomycetaceae dan subfamily Sacharomycoideae (Fardiaz, 1992). Menurut Dawson (1993) dalam Dutta (2009) Sacharomyces cereviseae adalah feed supplement yang kaya vitamin, enzim-enzim, zat makanan lain seperti karbohidrat dan protein. Beberapa peneliti melaporkan perkembangan, bahwa pada dinding sel S. cereviseae terdapat Mannan Oligo-Sacharida (MOS) yang berfungsi mengikat mycotoxin. Bahan pangan merupakan media terbaik bagi perkembangan mikroorganisme positif ataupun negative. Bahan pangan umum yang banyak digunakan adalah bahan pangan yang banyak mengandung sumber karbohidrat dan protein (Fardiaz, 1992). Proses fermentasi dapat berlangsung karena adanya aktifitas mikroorganisme seperti bakteri, khamir, dan kapang (Winarno, 2010). Jika diinokulasikan mikroorganisme tersebut ke organ saluran pencernaan makhluk hidup dapat membantu proses pencernaan inang. Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ras unggulan yang hasil persilangan galur ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memhasilkan daging ayam (Amrullah, 2004). Karakteristik dari ayam broiler modern adalah pertumbuhan yang cepat, banyak penimbunan daging atau otot pada bagian dada. Disamping itu relatif lebih rendah aktifitasnya bila dibandingkan dengan jenis ayam yang digunakan untuk produksi telur (Pond et al., 1995). Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau Day Old 17

19 Chick (DOC) menurut SNI (2005), yaitu bobot DOC perekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, berdiri tegak, tampak segar dan bergerak aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan duburnya kering, warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondis bulu kering dan berkembang, serta jaminan kematian DOC maksimal 2%. Strain merupakan sekumpulan unggas dalam varietas yang di dalamnya telah dikembangkan sifat khusus diantaranya, memiliki daya produksi tinggi, tahan terhadap penyakit dan lain-lain. Perbedaan strain ayam berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisinya (Ensminger et al., 1992). Performa Ayam Broiler Konsumsi Ransum Konsumsi ransum ataupun konsumsi ransum diperhitungkan sebagai jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak. Ransum dengan kesesuaian jumlah dan proporsinya yang tepat dapat memenuhi kebutuhan ayam broile, dan sebaliknya jika kekurangan atau berlebih dapat menjadi beban fisiologis ternak (Amrullah, 2004). Menurut North dan Bell (1990) konsumsi ransum setiap ternak berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh bobot badan, strain, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktifitas ternak, mortalitas, kandungan energi dalam ransum dan suhu lingkungan sekitar. Konsumsi ransum pada unggas, pada dasarnya digunakan untuk memenuhi energi metabolis. Tingkat energi ini menentukan banyaknya ransum yang akan dikonsumsi yaitu, semakin tinggi energi ransum akan menurunkan konsumsi. Ransum yang tinggi kandungan energinya, perlu diimbangi dengan protein, vitamin, dan mineral yang seimbang agar ternak tidak mengalami kekurangan zat-zat makanan tersebut. Sebagian besar energi yang masuk ke tubuh ternak digunakan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan dan produksi ternak (Wahju, 1985). Konsumsi Air Minum Air merupakan nutrien yang penting dalam proses metabolisme di tubuh ternak, tanpa air proses metabolisme tersebut akan terhambat, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ternak. Menurut Shaw et al. (2006) konsumsi air meningkat seiring meningkatnya konsumsi ransum, serta komposisi dari penyusun 18

20 ransum yang diberikan. Sebagian besar tubuh ternak tanpa lemak dari berbagai spesies memiliki kadar air antara 40%-70% (Anggorodi, 1985). Jumlah kandungan air tubuh ternak berubah-ubah tergantung pada umur dan derjat kegemukannya. Air merupakan nutrien fundamental bagi ternak unggas dalam proses perkembangan tubuh ternak, jika konsumsi air terbatas maka tingkat pertumbuhan dan produksi tersebut akan terhambat. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan dalam mengukur perkembangan suatu ternak. Perkembangan merupakan penambahan bentuk dan bobot jaringan-jaringan pembentuk seperti urat daging, tulang, otak, jantung, dan semua jaringan tubuh lainnya serta alat-alat tubuh (Anggorodi, 1985). Amrullah (2004) menyatakan bahwa dalam kurun waktu kurang lebih enam hingga tujuh minggu ayam akan mencapai pertumbuhan kali dari bobot badan awal. Pertumbuhan ayam boiler sebagian besar ditentukan oleh kualitas maupun kuantitas ransum yang diberikan, temperatur lingkungan, dan manajemen pemeliharaan. Sianturi (2002), menyatakan bahwa probiotik yang diberikan keternak dapat meningkatkan keseimbangan mikroorganisme didalam saluran pencernaan, dan selanjutnya mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim pencernaan, serta produk metabolisme (vitamin dan asam amino) yang bermanfaat secara maksimal untuk membentuk atau menambah ukuran jaringan baru. Hasil pertumbuhan dan perkembangan jaringan berpengaruh terhadap keanaikan bobot ayam broiler. Koversi Ransum Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan tiap minggunya dalam satu periode produksinya (Anggorodi, 1985), menurut Amrullah (2004) angka konversi ransum dipengaruhi sedikitnya oleh tiga faktor yaitu kualitas ransum, cara pemberian ransum, dan mortalitas. Menurut Lacy dan Vest (2000), terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi konversi ransum ke ternak diantaranya adalah genetik, kualitas ransum, penyakit, sanitasi kandang, ventilasi, temperatur, pengobatan, dan 19

21 manajemen kandang. Semakin tinggi konversi ransum menunjukkan semakain banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat. Mortalitas Angka mortalitas merupakan angka yang menunjukan jumlah ayam yang mati dalam keseluruhan ayam yang dipelihara (Lacy dan Vest, 2004). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang, ditambah lagi dengan serangan penyakit (North dan Bell, 1990). Menurut Lacy dan Vest (2004), tingkat mortalitas yang terjadi pada ayam broiler pada umumnya 4%. Organ Pencernaan Unggas Rempela (Gizzard) Rempela merupakan serabut otot yang tebal dan kuat, bagian depan rempela berhubungan dengan perut kelenjar dan bagian yang lainnya berhubungan dengan usus halus. Menurut North dan Bell (1990) rempela mempunyai dua pasang otot yang kuat dengan sebuah mukosa. Kontraksi otot rempela akan terjadi saat ransum masuk ke dalam rempela. Bagian rempela terjadi proses mastikasi makanan, yaitu proses pencernaan makanan secara mekanis, bahan makanan yang masuk dicerna hingga menjadi makanan halus (Amrullah, 2004). Putnam (1991) menyatakan bobot rempela normal kisaran 1,6%-2,3% bobot hidup. Usus Halus Usus halus memiliki beberapa bagian yang dimulai dari duodenum (depan), jejunum (tengah) dan berakhir di ileum (belakang). Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan enzimatis dan penyerapan ransum. Selaput lendir usus halus mempunyai jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari. Fungsi usus halus selain sebagai penggerak aliran ransum dalam usus juga untuk meningkatkan penyerapan sari makanan.panjang usus bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh, tipe makanan dan faktor-faktor lainnya. Enzim amilase, lipase dan tripsin dihasilkan oleh kelenjar pankreas di dalam usus halus yang membantu pencernaan karbohidrat, protein dan lemak (Amrullah, 2004). 20

22 Usus Besar Usus besar yaitu lanjutan dari usus halus yang mempunyai ukuran yang lebih pendek dan cenderung memiliki fungsi sebagai penyerap air dan mineral, tidak berliku-liku dan dindingnya lebih tebal dibandingkan dinding usus halus. Fungsi dari usus besar adalah untuk menyalurkan sisa makanan, mengatur dan menjaga keseimbangan kandungan cairan sel di dalam tubuh (Amrullah, 2004). Air asal urin diserap kembali di usus besar untuk ikut mengatur kandungan air sel-sel tubuh dan keseimbangan air. Panjang usus besar yang dimiliki ayam dewasa berkisar dari 8-10 cm, sedangkan diameter usus besar dua kali diameter dari usus halus. Sekum Sekum atau usus buntu ayam ada dua buah (seka) dan terletak pada persimpangan antara usus halus dan usus besar. Fungsi dari sekum pada unggas adalah membantu penyerapan air serta mencerna karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada pada sekum. Dalam sekum pada umumnya terdapat bahan makan yang lunak yang tidak dicerna dan akan dibuang (Nort and Bell, 1990). Menurut Pond et al. (1995) sebagian serat dapat dicerna dalam sekum yang disebabkan adanya bakteri fermentasi tetapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan pada sebagian spesies mamalia. 21

23 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus Pemeliharaan ayam bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas sedangkan analisis organ dalam dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 180 ekor ayam broiler umur tujuh hari strain CP 707 dari PT. Charoend Phokphand yang dibagi menjadi enam perlakuan dan tiga ulangan, dengan setiap ulangannya terdiri dari sepuluh ekor. Ayam dipelihara selama 28 hari sebelumnya dilakukan pemeliharaan selama tujuh hari. Sampel ayam yang diambil untuk mengukur peubah organ pencernaan adalah satu ekor untuk setiap ulangan. Ubi Jalar Tepung ubi jalar dibuat dengan memotong ubi menjadi ukuran tipis, kemudian di oven dengan suhu 60 º C selama dua hari hingga kering selanjunya digiling hingga halus. Penggunaan tepung ubi jalar dengan dua level yaitu 3% dan 6% dari total campuran ransum yang diberikan. Gambar 1. Ubi jalar merah belum dihaluskan (Sunoto, 2011) Ragi Tape Ragi diperoleh dari toko beras yang berada di Pasar Anyar, dengan tujuan untuk mendapatkan produk ragi yang homogen dan kontuinitasnya terjamin. Ragi yang disediakan berbentuk kepingan, sehingga untuk menghaluskan dilakukan 22

24 penggilingan. Penggunaan ragi dengan tiga level yaitu 0,5%, 1,0% dan 1,5% dari total campuran ransum. Ransum Komersil Gambar 2. Ragi sebelum dihaluskan (Chrisliem, 2010) Ransum yang digunakan adalah ransum komersil ayam broiler berbentuk crumble, dibagi menjadi dua periode yaitu periode starter (umur 1-21 hari) menggunakan jenis ransum komersil BR1 Pokphand CP BR11 dan periode finisher (umur 22 hari- panen) menggunakah jenis BR2 Pokphand CP BR12. Tabel informasi kandungan ransum ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3 di bawah ini. Tabel 2. Komposisi Nutrien Ransum Starter (umur 1-21 hari) Kandungan Nutrien Maksimal (%) Minimal (%) % As fed.. Kadar Air 13,0 - Protein 23,0 21,0 Lemak - 5,0 Serat 5,0 - Abu 7,0 - Calsium - 0,9 Phosphor - 0,6 M.E 2920 Kcal/kg 2820 Kcal/kg Sumber: PT.Charoen Phokpand 23

25 Tabel 3. Komposisi Nutrien Ransum Finisher (umur 22 hari- panen) Kandungan Nutrien Maksimal (%) Minimal (%).. % As fed.... Kadar Air 13,0 - Protein 21,0 19,0 Lemak - 5,0 Serat 5,0 - Abu 7,0 - Calcium - 0,9 Phosphor - 0,6 M. E 3020 Kcal/kg 2920 Kcal/kg Sumber: PT. Charoen Phokpand Alat yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan perkandangan dan peralatan laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Ransum, Fakultas Peternakan IPB. Peralatan perkandangan yang digunakan adalah tempat ransum ayam broiler, tempat minum, pemanas (brooder), sekat ukuran 1m x 1m, lampu kandang 60 watt, ember, tali tambang, timbangan, bambu, dan semprotan (sprayer). Alat laboratorium yang digunakan penelitian ini adalah oven 60 0 C, alat bedah (pinset, scalpel, arteri klem, gunting, pisau), jangka sorong (untuk mengukur ketebalan usus), dan timbangan digital. Prosedur Persiapan Kandang Sebelum ayam datang, kandang dipersiapkan dengan membersihkan, mengapur dan menyuci hama kandang. Begitu juga dengan tempat ransum dan minum dilakukan pencucian. Pada bagian bawah kandang ditaburi sekam. Pemeriksaan terhadap lampu dan keran air minum dilakukan dua hari sebelum ayam datang. 24

26 Pemeliharaan Ayam dipelihara selama 28 hari sebelumnya dilakukan pemeliharaan selama tujuh hari. Penimbangan awal dilakukan pada saat ayam berumur tujuh hari dengan menggunakan timbangan digital. Ayam kemudian diacak dan dimasukan kedalam kandang yang telah disediakan. Setiap kandang diisi dengan ayam 10 ekor. Pada hari ketujuh ayam mulai diberi ransum perlakuan. Penimbangan ayam, sisa ransum dan pencatatan pertambahan bobot badan dilakukan setiap minggu. Proses penimbangan bobot badan dan sisa ransum dilakukan pada pagi hari sebelum ayam diberi ransum dan pergantian air minum. Setiap hari dilakukan pemeriksaan terhadap jumlah ayam, dengan mencatat jumlah ayam yang mati pada setiap kandang. Data mortalitas tersebut diakumulasikan hingga akhir masa pemeliharaan. Rancangan dan Analisis Data Perlakuan Penelitian ini menggunakan ransum ayam broiler yang dicampur tepung ubi jalar merah dan ragi tape, yang dibedakan menjadi enam macam ransum perlakuan, dengan taraf tepung ubi jalar dan ragi tape yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut: R1 = ransum komersil + tepung ubi jalar merah 3% dan ragi 0,5% R2 = ransum komersil + tepung ubi jalar merah 3 % dan ragi 1% R3 = ransum komersil + tepung ubi jalar merah 3 % dan ragi 1,5% R4 = ransum komersil + tepung ubi jalar merah 6% dan ragi 0,5% R5 = ransum komersil + tepung ubi jalar merah 6 % dan ragi 1 % R6 = ransum komersil + tepung ubi jalar merah 6% dan ragi 1,5% Model Matematika Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3, faktor A terdiri dari dua perlakuan (Tepung ubi jalar merah: 3% dan 6%) dan faktor B terdiri tiga perlakuan (ragi : 0,5%, 1% dan1,5%), tiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam. Model matematika dari rancangan ini (Steel dan Torrie, 1993) adalah : Yijk =µ +αi+ βj +(αβ)ij + εijk 25

27 Keterangan : Yijk : Hasil pengamatan penggunaan tepung ubi jalar (prebiotik) dan ragi tape (probiotik) terhadap performa dan organ dalam ayam broiler umur 4 minggu µ : Nilai rataan umum dari pengamatan αi : Pengaruh perlakuan penambahan tepung ubi jalar (prebiotik) βi : Pengaruh perlakuan penambahan ragi tape (probiotik) (αβ) ij : Interaksi penambahan tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum basal εijk : Galat akibat pengaruh perlakuan penambahan tepung ubi jalar (prebiotik) dan ragi tape (probiotik) Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA, Analysis of Variance) dan jika berbeda nyata akan diuji lebih lanjut dengan Uji Jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993), sedangkan untuk data mortalitas dianalisa secara deskriptif. Peubah yang Diamati 1. Konsumsi ransum (gram/ekor) Konsumsi ransum ditentukan dengan mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan ransum yang tersisa Pemberian ransum (g) - Sisa ransum(g) Konsumsi ransum (g/ekor) = Jumlah ayam (ekor) Pemberian air (ml) - Sisa air (ml) 2. Konsumsi Air Minum (ml/ekor) = Jumlah ayam (ekor) 3. Pertambahan bobot badan (gram/ekor) Penimbangan ayam broiler dilakukan seminggu sekali yaitu pada pagi hari (07.00) atau sebelum dilakukan pemberian ransum. Timbangan yang digunakan adalah timbangan analitik dengan skala terkecil 0,01 kg. Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih bobot badan pada minggu tersebut dengan bobot badan minggu sebelumnya. PBB (g/ekor) = BB minggu tersebut (g) BB minggu sebelumnya (g) 4. Konversi ransum Konversi ransum diperoleh dengan cara menghitung konsumsi ransum harian dalam bahan kering dibagi dengan pertambahan bobot badan harian (PBBH). Hasil tersebut dihitung dengan formulasi sebagai berikut: 26

28 Konsumsi ransum (g/ekor) Konversi ransum = PBB (g/ekor) 5. Bobot Badan Akhir Bobot badan akhir merupakan, selisih antara bobot ayam awal perlakuan dengan bobot panen. bobot badan akhir (g) = bobot panen (g) bobot awal perlakuan (g) 6. Persentase berat organ pencernaan (gizzard, usus halus, usus besar, sekum) Organ pencernaan unggas memanjang dari mulut hingga sekum, makanan yang masuk melewati saluran tersebut dan mengalami pencernaan dan penyerapan sampai akhirnya keluar berupa feses. Bobot organ pencernaan (g) Persentase organ pencernaan (%) = x 100% Bobot hidup ayam (g) 7. Panjang relatif organ pencernaan (usus halus, usus besar, sekum) Panjang relatif (cm/100g BB)= Panjang organ pencernaan (cm) Bobot hidup ayam (g) x Tebal usus halus (Duodenum, Jejunum, Ileum) = Bobot organ usus (g) Panjang organ usus (cm) 9. Mortalitas Mortalitas merupakan angka yang menunjukan kematian yang terjadi pada suatu populasi ternak Jumlah ayam mati Mortalitas (%) = x 100% Jumlah ayam dipelihara 27

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Rataan suhu dan kelembaban kandang ayam broiler di laboratorium lapang ilmu nutrisi unggas blok C selama 28 hari pemeliharaan adalah kisaran 24-26ºC (pagi hari), 30-34ºC (siang hari), 23-25ºC (malam hari) dan kelembaban kisaran 74%-85%. Berdasarkan data BPS (2004) suhu rata-rata daerah yang beriklim tropis berkisar 20,63-33,30ºC, dengan rataan harian 26,81ºC dan menurut BMKG Dramaga Bogor (2010) suhu pagi hari kisaran 25-26ºC dan kelembabannya kisaran 83%-85%. Kondisi kelembaban yang tinggi mempengaruhi kesehatan ternak karena dengan kondisi tersebut mikroorganisme berkembang semakin baik, serta semakin banyak proses perombakan. Seperti contoh bakteri eurolitik yang mampu memecah asam urat menjadi amonia (Blake dan Hess, 2001) dan melepaskannya ke udara jika suhu lingkungan mencapai 25ºC dan kelembaban relatif 40%-60% (Iwanczuk-Czernik et al., 2007). Amonia yang dihasilkan akan mempengaruhi kesehatan ternak, jika proses perombakan asam urat hasil kotoran ternak semakin banyak. Oleh karena itu keberadaan feed supplement yang mampu menjaga kesehatan ternak sangat diperlukan bagi keberadaan ayam, salah satunya dengan pemberian probiotik, prebiotik atau kombinasi keduanya yang dapat memberikan manfaat tersebut. Ransum Ayam Broiler Ransum merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak pertama kali dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup pokok (maintenance) dan selanjutnya dibutuhkan untuk produktivitas. Ransum dengan kualitas yang baik mampu menentukan hasil performan dan produktivitas yang optimal. Ransum pada penelitian ini merupakan campuran ransum komersial dengan penambahan tepung ubi jalar dan ragi tape yang telah mengalami penghalusan, sehingga campuran pakan komersial dengan tepung ubi jalar dan ragi tape menjadi homogen satu sama lainnya. Kehomogenan campuran pakan tersebut dapat mempengaruhi perlakuan yang diberikan kepada ayam broiler penelitian. 28

30 Konsumsi Air Minum Performa Ayam Broiler Pemberian kombinasi tepung ubi jalar dan ragi tape tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi air minum selama pemeliharaan. Diduga ransum yang diberikan ke ayam broiler memiliki kandungan nutrien yang tidak jauh berbeda satu sama lainnya dan kondisi lingkungan kandang sudah dirasa cukup baik bagi perkembangan ayam. Konsumsi minum rata-rata ayam broiler selama pemeliharaan berkisar antara 235,26-245,92 ml/ekor/hari (Tabel 4). Tabel 4. Rataan Konsumsi Minum Ayam Broiler (ml/ekor/hari) Selama 4 Minggu Level ragi Level ubi jalar 3% 6% Rataan 0,5% 245,92±10,21 235,26±7,32 240,59±7,54 1,0% 237,45±10,41 241,75±11,76 239,60±3,04 1,5% 243,94±8,05 241,62±5,57 242,78±1,64 Rataan 242,44±4,43 239,54±3,71 240,99±3,98 Berdasarkan hasil sidik ragam yang dilakukan, tidak ada interaksi antara kombinasi tepung ubi jalar dengan ragi tape terhadap konsumsi air minum. Artinya konsumsi air minum ayam perlakuan tidak dipengaruhi oleh adanya kombinasi tepung ubi jalar dan ragi tape. Dimungkinkan hal ini terkait terhadap konsumsi ransum yang tidak jauh berbeda dan tingkat stress ayam yang rendah terhadap lingkungan. Pemberian kombinasi keduanya pada ransum ayam broiler dengan tujuan sebagai sinbiotik tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum ayam perlakuan sehingga, konsumsi air minum tidak mengalami lonjakan perubahan sesuai pola konsumsi ransum. Menurut Anggorodi (1985) konsumsi air minum pada ayam broiler dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dimakan, jenis ransum, dan bobot tubuh ayam, serta kandungan protein di dalam ransum. Secara umum air yang dikonsumsi bermanfaat untuk membantu proses pemecahan makanan yang telah dikonsumsi, jika konsumsi meningkat maka konsumsi air minum akan menyesuaikan terhadap konsumsi ransum tersebut (Parakasi, 1999). 29

31 Pemberian ragi tape dalam ransum sebagai probiotik tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi air minum, artinya tingkat pemberian ragi tape sebagai probiotik tidak mempengaruhi konsumsi air minum ayam. Kondisi ini, diduga terkait faktor konsumsi ransum dan tingkat stress ayam terhadap lingkungan maupun kepadatan kandang dirasa cukup rendah. Selain itu, pemberian ragi tape sebagai probiotik tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum sehingga konsumsi minum pada ayam broiler tidak menunjukkan adanya perubahan yang nyata. Shaw et al. (2006) menyatakan, peningkatan konsumsi ransum diikuti meningkatnya konsumsi air minum. Komposisi ransum yang terkandung di dalam ransum turut mempengaruhi konsumsi air minum. Parakkasi (1999) menyatakan pada kondisi lingkungan tertentu konsumsi air akan meningkat bila tingkat konsumsi ransum meningkat, selain itu konsumsi minum dipengaruhi oleh jenis bahan makanan. Pemberian ubi jalar merah ke dalam ransum sebagai prebiotik tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi air minum ayam broiler. Artinya, konsumsi air minum ayam perlakuan tidak dipengaruhi tingkat pemberian tepung ubi jalar pada berbagai level perlakuan. Keadaan ini terkait faktor konsumsi ransum dan tingkat stress ayam terhadap cekaman lingkungan maupun kepadatan kandang rendah. Perubahan tingkat konsumsi ransum mempengaruhi konsumsi minum ternak. Parakkasi (1999) menyatakan pada kondisi lingkungan tertentu konsumsi air minum ternak akan mengalami peningkatan jika tingkat konsumsi ransum meningkat, selain itu konsumsi minum dipengaruhi oleh jenis bahan makanan penyusunnya. Konsumsi Ransum Pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum selama pemeliharaan. Diduga ransum yang telah diberikan kepada ayam broiler memiliki kandungan nutrien yang tidak jauh berbeda satu sama lainnya dan sudah memenuhi kebutuhan hidup bagi ayam broiler selama pemeliharaan berlangsung. Konsumsi ransum rata-rata ayam broiler selama pemeliharaan berkisar antara 595,90-598,98 g/ekor yang ditunjukan Tabel 5. Berdasarkan hasil sidik ragam yang dilakukan, tidak ada interaksi antara pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape yang dicampurkan ke dalam ransum komersial terhadap pola konsumsi ransum. 30

32 Tabel 5. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler (g/ekor) Selama 4 Minggu Level ragi Level ubi jalar 3% 6% Rataan 0,5% 597,59±11,14 597,25±10,56 597,42±0,24 1,0% 598,98 ±13,55 595,90±8,22 597,45±2,17 1,5% 596,98±10,10 597,57±11,11 597,28±0,44 Rataan 597,85±1,04 596,91±0,88 597,38±1,00 Artinya konsumsi ransum ayam broiler tidak dipengaruhi oleh adanya interaksi kombinasi pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape. Hal tersebut diduga, ransum yang digunakan sudah memenuhi kebutuhan ayam broiler ditambah kondisi kandang sudah dirasa cukup nyaman sehingga, tingkat stress ayam pemeliharaan rendah. Sesuai pernyataan Leeson dan Summers (2001) energi ransum, kecepatan pertumbuhan, kondisi lingkungan, zat nutrien dan tingkat stress dapat mempengaruhi tingkat konsumsi ransum ternak. Pemberian kombinasi tepung ubi jalar dan ragi tape sebagai sinbiotik memiliki kisaran konsumsi harian yang lebih baik yaitu 595,90-598,98 g/ekor jika, dibandingkan hasil penelitian Nuraini (2010) dengan penambahan 2,5% prebiotik asal tongkol jagung dan Hakim (2005) dengan penambahan 0,2% prebiotik Fermacto konsumsi ransum yaitu 472,71 g/ekor dan hasil dari Hakim (2005) 426,65 g/ekor. Hal ini diduga kinerja probiotik asal ragi tape lebih optimal jika ditambahkan prebiotik asal ubi jalar merah dalam meningkatkan konsumsi ransum harian. Feri (2004) menyatakan bahwasannya pemberian ragi tape sebagai probiotik mampu meningkatkan konsumsi ransum ayam broiler dan bila pemberiannya berlebihan maka konsumsi ransum akan mengalami penurunan. Parakkasi (1999) menyatakan pemberian satu persen ragi tape untuk anak sapi mampu meningkatkan konsumsi 36% dan pertambahan bobot badan 27%. Tetapi pemberian lebih dari 1% tidak memberikan respon lagi (Phillips et al., 1985 dalam Parakkasi, 1999). Pemberian ragi tape dalam ransum sebagai probiotik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi ayam broiler. Hal ini karena ransum yang diberikan kepada ternak sudah memiliki kualitas cukup baik, sehingga penambahan probiotik asal ragi tape tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum 31

33 harian. Secara umum penggunaan probiotik ditujukan untuk ransum yang memiliki kualitas yang rendah, dengan tujuan meningkatkan kualitas ransum tersebut. Sesuai pernyataan Nuraini (2010), pemberian ransum dengan komposisi nutrien tidak jauh berbeda dan sudah mencukupi kebutuhan ayam broiler, maka pemberian probiotik tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, yang ditunjukan hasil statistik tidak signifikan. Pemberian ubi jalar dalam ransum ayam broiler sebagai prebiotik tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ayam broiler. Konsumsi ransum ayam broiler hasil penelitian antara 595,90-598,98 g/ekor. Hal ini karena penggunaan probiotik atau prebiotik ataupun gabungan dari keduanya (sinbiotik) pada umumnya digunakan pada ransum yang memiliki kondisi kualitas nutrien yang rendah, serta pada kondisi lingkungan kandang yang kurang baik untuk pertumbuhan ternak (Nuraini, 2010). Manfaat pemberiannya mampu meningkatkan kualitas ransum dan menjaga kekebalan ternak terhadap lingkungan yang buruk. Pertambahan Bobot Badan Interaksi dari kombinasi tepung ubi jalar dengan ragi tape sebagai sinbiotik memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan ayam perlakuan. Pertambahan bobot badan selama pemeliharaan kisaran antara 310,24-362,32 g/ekor. Kombinasi terbaik perlakuan terdapat pada perlakuan pertama dengan level pemberian 3% tepung ubi jalar dan 0,5% ragi tape. Perlakuan pertama memiliki pertambahan bobot badan tertinggi dari kelima perlakuan lainnya, yaitu 362,34 g/ekor. Diduga pada perlakuan pertama, merupakan level tepat dari kelima perlakuan lainnya, dengan pemberian 0,5% ragi tape dan 3% tepung ubi jalar sebagai sinbiotik mampu mengoptimalkan pertambahan bobot badan ayam broiler. Sesuai pernyataan Turtureo et al. (1975) pemberian probiotik, prebiotik ataupun kombinasi dari keduanya dapat memperbaiki pertumbuhan ternak, serta meningkatkan kesehatan ternak Gambar grafik interaksi mengenai perkembangan pertambahan bobot badan ayam broiler terhadap adanya pemberian kombinasi tepung ubi jalar dengan ragi tape selama proses pemeliharaan ditunjukan pada Gambar 3 dibawah ini. 32

34 laju pertumbuhan bobot badan (g /hari) 50,00 50,00 45,00 40,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 20,00 15,00 10,00 5,00 y = -1,753x + 46,26 r = 0,38 y = 2,885x + 38,94 r = 0,70 ubi level 3% ubi level 6% 0,00 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 level ragi tape Gambar 3. Grafik interaksi hubungan pertumbuhan bobot badan terhadap pemberian ubi jalar dengan ragi tape. Pola grafik pertambahan bobot badan menunjukan semakin tinggi pemberian tepung ubi jalar (prebiotik) maka pemberian ragipun (probiotik) cenderung meningkat, jika pemberian ragi meningkat tanpa diikuti peningkatan pemberian tepung ubi jalar maka pertambahan bobot badan harian akan menurun, sehingga pemberian tepung ubi jalar perlu diimbangi dengan pemberian ragi tape. Sianturi (2002) menyatakan prebiotik merupakan sumber nutrisi bagi probiotik sehingga, perkembangan jumlah probiotik yang cepat dapat segera menstabilkan keseimbangan mikroflora usus, serta menekan keberadaan mikroba patogen dan pemberian rasio yang sesuai mampu mempengaruhi penyerapan zat-zat makanan di dalam usus (Parakkasi, 1999). Daud (2005) menyatakan mikroorganisme berupa probiotik mampu menghasilkan produk-produk metabolisme, dalam bentuk asam-asam organik yang bermanfaat dan berperan dalam memicu pertumbuhan ternak. Berdasarkan hasil sidik ragam yang dilakukan pemberian tepung ubi jalar merah sebagai prebiotik memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan ayam perlakuan. Artinya pertambahan bobot badan ayam dipengaruhi oleh level pemberian tepung ubi jalar. Kondisi ini diduga tepung ubi jalar yang ditujukan sebagai prebiotik lebih optimal dalam mendukung 33

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2010. Pemeliharaan ayam bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas sedangkan analisis organ dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik

TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik Sinbiotik merupakan pengembangan ransum konvensional dengan penggabungan probiotik dan prebiotik (Winarno, 2003) yang diberikan secara bersamaan. Istilah sinbiotik digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING

OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING Seminar Nasional Hasil Penelitian 2016 OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING Permata Ika Hidayati, Dyah Lestari Yulianti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sinbiotik

TINJAUAN PUSTAKA. Sinbiotik TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik Sinbiotik merupakan salah satu pengembangan pakan konvensional dengan konsep penggabungan probiotik dan prebiotik, yang menjadi jenis makanan berfungsi sebagai makanan pembawa

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi

METODE PENELITIAN. Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2011 di Laboratorium Lapang (Kandang B) Bagian Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Ayam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. Crassa terhadap Populasi Bakteri dalam Ileum Ayam Broiler yang dipelihara pada Kondisi Panas dilaksanakan

Lebih terperinci

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu Riswandi 1), Sofia Sandi 1) dan Fitra Yosi 1) 1) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS EFFECT OF EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DOSAGE ADDED IN DRINKING WATER ON BODY WEIGHT OF LOCAL CHICKEN

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi pemberian pakan dan periode pemberian pakan terhadap performa ayam buras super dilaksanakan pada September 2016 sampai dengan November

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu 28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh penambahan level protein dan probiotik pada ransum itik magelang jantan periode grower terhadap kecernaan lemak kasar dan energi metabolis dilakukan

Lebih terperinci

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN. PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember Januari 2015 di kandang 19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Desember 2014 18 Januari 2015 di kandang ayam petelur milik CV. Varia Agung Jaya, Desa Varia Agung, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Dede Risnajati 1 1Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Bandung Raya Jalan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UBI JALAR UNGU SEBAGAI BAHAN PAKAN ALTERNATIF TERHADAP BOBOT RELATIF SALURAN PENCERNAAN DAN ORGAN HATI AYAM BROILER SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UBI JALAR UNGU SEBAGAI BAHAN PAKAN ALTERNATIF TERHADAP BOBOT RELATIF SALURAN PENCERNAAN DAN ORGAN HATI AYAM BROILER SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UBI JALAR UNGU SEBAGAI BAHAN PAKAN ALTERNATIF TERHADAP BOBOT RELATIF SALURAN PENCERNAAN DAN ORGAN HATI AYAM BROILER SKRIPSI Oleh ARIF NURCAHYONO 23010110110069 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang telah berhasil dijinakkan. Berawal dari proses evolusi dan domestikasi, maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Saponin Dosis pemberian ekstrak daun mengkudu meningkat setiap minggunya, sebanding dengan bobot badan ayam broiler setiap minggu. Rataan konsumsi

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PENAMBAHAN EKSTRAK UMBI UBI JALAR UNGU TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN MASSA PROTEIN DAGING PADA AYAM BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG BERBEDA SKRIPSI

PENAMBAHAN EKSTRAK UMBI UBI JALAR UNGU TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN MASSA PROTEIN DAGING PADA AYAM BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG BERBEDA SKRIPSI PENAMBAHAN EKSTRAK UMBI UBI JALAR UNGU TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN MASSA PROTEIN DAGING PADA AYAM BROILER DENGAN KEPADATAN KANDANG BERBEDA SKRIPSI Oleh : YOGA SAPUTRA PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium dan tipe berat yang didasarkan pada bobot maksimum yang dapat dicapai (Wahju,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi terhadap Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super dilaksanakan pada tanggal 18 November

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu. BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh lama periode brooding dan level protein ransum periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER 159 Buana Sains Vol 9 No 2: 159-164, 2009 PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER Nonok Supartini dan Sumarno Program Studi Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower. Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan 21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan 23 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Pasak bumi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari toko obat tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di kandang penelitian Fakultas Peternakan Universitas Darul Ulum Islamic Center Sudirman GUPPI (UNDARIS) Ungaran,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk 2010 tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya (BPS, 2010). Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR (SUPLEMENTATION OF PROBIOTICS IN DRINKING WATER ON THE PERFORMANCE OF FINISHER BOILER) Sutan Y.F.G. Dillak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler dapat dipanen pada kisaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik

Lebih terperinci

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

SKRIPSI BUHARI MUSLIM KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN PERSILANGAN LEPAS SAPIH SKRIPSI BUHARI MUSLIM PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai subtitusi jagung dalam ransum terhadap kecernaan PK, SK dan laju digesta ayam broiler dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. 3.2. Bahan dan Alat Anak ayam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak villi. Pada permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci