Disampaikan pada Diklat Management Quality Control bagi Kepala SMP Se-Provinsi Banten, Hotel Patra Jasa Anyer, Serang Banten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disampaikan pada Diklat Management Quality Control bagi Kepala SMP Se-Provinsi Banten, Hotel Patra Jasa Anyer, Serang Banten"

Transkripsi

1 Disampaikan pada Diklat Management Quality Control bagi Kepala SMP Se-Provinsi Banten, Hotel Patra Jasa Anyer, Serang Banten Oleh : DEDI HERDIANA HAFID

2 1. MEMAHAMI BELAJAR HARUS BERKAITAN DENGAN KONSEP BELAJAR (PBM) a. Siswa dengan segala karakteristiknya (prilaku belajarnya) b. Tujuan measurable c. Guru

3 INTERAKSI TIGA KOMPONEN PBM RENCANA GURU MENGAJAR EVALUASI TUJUAN BELAJAR SISWA PBM : SUATU INTERAKSI ANTARA SISWA DENGAN GURU DALAM MENCAPAI TUJUAN

4 2. DEFINISI BELAJAR Belajar merupakan proses perubahan prilaku dan pribadi individu berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu 3. KARAKTERISTIK BELAJAR a)perubahan intensional, sengaja, dan disadari b)perubahannya bersifat positif dan normatif c)perubahan efektif (Bermakna)

5 TEORI BELAJAR Teori belajar yang akan diuraikan ialah : a. Teori koneksionisme b. Teori conditioning c. Teori gestalt d. Teori medan

6 a. Teori koneksionisme Teori ini dikembangkan dalam tahun 1913, 1932, 1935, Proses belajar berlangsung secara trial and error menurut hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum efek. 1. Hukum kesiapan mencakup tiga keadaan yaitu : Seseorang cenderung untuk melakukan suatu tindakan karena tindakan tersebut dapat menimbulkan kepuasan. Seseorang yang tidak jadi melakukan suatu tindakan yang diinginkan cenderung melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau menetralisir kekecewaan atau ketidakpuasannya. Seseorang yang cenderung untuk tidak melakukan suatu kegiatan tetapi ia dipaksa untuk melakukannya maka timbul ketidakpuasan dalam dirinya sehingga ia melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau menetralisir ketidakpuasannya. Hukum kesiapan ini mengandung makna bahwa kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien jika siswa telah memiliki kesiapan belajar

7 2. Hukum Latihan Hukum ini menyatakan bahwa koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan (law of use) dan menjadi lemah karena kurang atau tanpa latihan (law of disuse) 3. Hukum Efek Hukum ini menyatakan bahwa kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan seperti hadiah dan pujian, cenderung untuk diulangi dan ditingkatkan, sedangkan kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang tidak menyenangkan (hukuman atau celaan) cenderung untuk dihentikan atau tidak diulangi. 4. Konsep Transfer of Training konsep ini mengandung makna bahwa apa yang telah pernah dipelajari atau dilatihkan di sekolah dapat dimanfaatkan untuk memecahkan hal-hal lain. Jadi tugas pendidikan di sekolah ialah memilih berbagai pengalaman belajar yang diperolehnya mengandung nilai transfer of training seoptimal mungkin untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk pendidikan selanjutnya.

8 b. Teori conditioning Teori ini dipelopori oleh Pavlov (1927), kemudian dikembangkan oleh Watson (1970), Guthie (1935, 1942), Skinner (1938, 1948, 1953, 1971 ). Pada garis besarnya uraian teorinya adalah: 1. Teori Classical Conditioning dari Pavlov Teori ini didasarkan pada percobaan mengenai berfungsinya kelenjar ludah dari anjing percobaan bila disodori makanan, disorotkan cahaya ataupun mendengar bunyi lonceng. Eksperimen klasik ini menghasilkan konsep bahwa tingkah laku tertentu dapat dibentuk, dipelajari melalui latihan yang direncanakan. 2. Teori Conditioning dari Watson Teori ini didasarkan pada percobaan mengenai ketakutan anak terhadap kelinci dan tikus putih yang menghasilkan konsep bahwa perasaan ketakutan anak dapat diubah melalui latihan dari takut menjadi tidak takut atau takut menjadi tidak takut. Perubahanperubahan tingkah laku manusia terjadi sebagai hasil daripada conditioning berupa latihan atau kebiasaan berupa latihan atau kebiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu yang dialami.

9 3. Teori Operant Conditioning dari Skinner Teori ini dikembangkan melalui percobaan dengan burung dan dengan kotak yang ada pengungkitnya bila ada yang tertekan dapat mengeluarkan makanan/minuman. Teorinya disebut operant conditioning karena menurutnya tingkah laku dapat ditimbulkan oleh perangsang lingkungannya disebut Operant Behavior. Secara singkat, konsep yang berhubungan dengan operant conditioning adalah : 1. Penguatan positif dan penguatan negatif 2. Shapping, yaitu proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang diharapkan. 3. Pendekatan suksesif, yaitu proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat sehingga respons dapat diubah sesuai dengan yang disyaratkan. 4. Extinction, yaitu proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan. 5. Changing of respons, yaitu respons dan stimulus yang berangkaian satu sama lain. 6. Skedul penguatan berupa berbagai variasi pemberian penguatan seperti :rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.

10 4. Teori Conditoning dari Guthrie Teori ini dikembangkan untuk menemukan cara mengubah kebiasaan yang kurang baik dengan memanfaatkan teori conditioning. Dalam proses conditioning, suatu stimulus dari unit tertentu dapat diubah menjadi stimulus lain. Dengan kata lain kebiasaan yang tidak baik dalam deretan tingkah laku, dapat dihilangkan atau diganti dengan kebiasaan yang lebih baik. Metode Guthrie dilakukan untuk mengubah tingkah laku, yaitu : 1. Metode respon bertentangan, yaitu contohnya untuk menghilangkan kejijikan binatang tertentu, maka permainan yang paling disukai anak didekatkan dengan binatang tersebut dan dilakukan secara berulang-ulang hingga tidak lagi jijik terhadap binatang tersebut. 2. Metode Membosankan, contohnya yaitu misalkan anak kecil yang suka merokok disuruh menghisap rokok terus menerus sampai bosan. 3. Metode merubah lingkungan, contohnya misalkan merubah letak tempat tidur, letak kursi dan meja di dalam rumah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki suasana agar betah di rumah.

11 C. Teori Gestalt dari Koffka Teori ini dikembangkan Kohler (1925, 1947, 1969), Koffka (1935) dan wertheimer (1945) Dari hasil penelitian kohler terhadap simpanse yang pada mulanya diarahkan pada pengamatan bentuk (gestalt) didapat hukum-hukum sebagai berikut: 1. Hukum Pragmanz (penuh arti), hukum ini menyatakan bahwa pengamatan terhadap suatu objek cenderung untuk dikaitkan dengan sesuatu yang mempunyai arti diihat dari susunan, bentuk, ukuran, warna dan sebagainya. 2. Hukum Kesamaan (Law of Simiarity), hukum ini menyatakan bahwa hal yang sama cenderung untuk membentuk gestalt, misalkan deretan tegak lurus ataukan barisan sejajar sebagai kesatuan (gestalt). 3. Hukum Keterdekatan (Law of Proxymity), hukum ini menyatakan bahwa halhal yang saling berdekatan membentuk gestalt. 4. Hukum Ketertutupan (Law of Closure), hukum ini menyatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt. 5. Hukum kontinuitas (Law of Good Continuation), hukum ini menyatakan bahwa hal-hal yang merupakan kontinuitas cenderung membentuk gestalt. Teori gestal menganggap bahwa wawasan (insight) adalah inti dari belajar oleh karena apa yang telah dipelajari hendaknya dimengerti dan dipahami.

12 d. Teori Medan dari Lewin Teori Medan dikembangkan oleh Kurt Lewin (1935, 1936, 1942), berdasarkan prinsip gestalt dan menambahkan hal-hal baru, yaitu : 1. Belajar adalah pengubahan struktur kognitif. 2. Peranan hadiah dan hukuman 3. Masalah sukses dan gagal. Sukses dalam peajaran menimbulkan rasa senang dan selalu ingin berusaha untuk mencapai sukses tiap ada kesempatan. 4. Taraf aspirasi yang ingin dicapai, misalnya nilai indeks prestasi = 3, atau asal dapat dinyatakan lulus tanpa mementingkan berapapun nilai indeks prestasinya. Pengalaman sukses dan tingkat aspirasi yang tinggi menuntut pemusatan tenaga, fikiran, waktu, dan dana dari seorang siswa yang mendorong seseorang untuk mencapai sukses berikutnya.

13 Teori Mengajar 1) Teori Mengajar Brunner Menurut Brunner, bahwa mengajar hendaknya : Menguraikan pengalaman belajar yang perlu dialami oleh siswa Menguraikan cara mengorganisasi batang tubuh ilmu pengetahuan yang dipelajari. Menguraikan secara sistematis urutan pokok-pokok bahasan yang disajikan Menguraikan prosedur penggunaan penguatan dalam proses mengajar, dari penguatan yang bersifat ekstrinsik menjadi penguatan yang bersifat intrinsik. Teknik belajar yang dipakai brumer : Enaktif, berupa gerak konkrit dalam kegiatan psikomotor. Ikonik berupa penggunaan gambar dalam menyajikan konsep, objek atau prinsip. Penyajian ini bersifat abstrak. Simbolik, berupa penggunaan bahasa dalam menyajikan ide atau prinsip dengan memperhatikan perkembangan kejiwaan anak.

14 2) Mengajarkan bahan verbal yang bermakna 2) Inti utama dalam mengajar menurut Ausubel adalah mengidentifikasi apa yang telah diketahui dan apa yang perlu diketahui lebih lanjut serta bagaimana menstrukturkannya agar lebih mudah dipelajari. Beberapa konsep yang dikemukakan ausubel : Bahan pengait, agar bahan pelajaran verbal mudah dipahami, maka bahan pelajaran tersebut perlu dibantu dengan suatu bahan yang disebut advance organizer. Kebermaknaan, terbagi ke dalam makna logis dan makna psikologis -Makna Logis, yaitu makna dari isi konsep dan tergantung kepada hakekat dari bahan yang dipelajari serta keterhubungannya bersifat umum. -Makna Psikologis ialah makna individual yang mungkin berbeda bagi setiap siswa, tergantungpada makna logis setiap pribadi yang meruoakan again integralari struktur kognitif masing-masing siswa.

15 Belajar kebermaknaan Belajar bermakna adalah suatu cara menghayati sekaligus makna logis dan makna psikologis dari makna tersebut. Syarat belajar bermakna : a) Siswa harus memiliki kesiapan berupa kemampuan untuk menghubungkan konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep lama yang telah dikuasai. b) Siswa mengetahui unsur dari konsep, prinsip dan ide yang terkandung dalam bahan pelajaran baru yang perlu dihubungkan dengan struktur kognitif yang telah dikuasai. c) Bahan pelajaran baru haruslah mengandung kebermaknaan logis. Langkah angkah-langkah mendorong ke arah belajar bermakna : 1. Mendorong terciptanya kesiapan belajar pada diri siswa 2. Mencegah terjadinya cara belajar menghafal. 3. Mengecek apakah siswa telah menguasai konsep-konsep dasar yang diperlukan untuk mempelajari bahan pelajaran baru. 4. Menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. 5. Mengusahakan bahan pengait untuk memudahkan dalam memahami bahan pelajaran baru.

16 3) Penataan situasi belajar Belajar menurut Gagne adalah proses perubahan kemampuan yang dialami oleh seseorang, baik berupa perubahan sikap, minat, dan nilai maupun berupa pengetahuan dan keterampilan. Dan menurutnya juga bahwa belajar mencakup tiga unsur yaitu, siswa yang belajar, situasi stimulus, dan respon sebagai akibat dari stimulus. Pengelolaan belajar mencakup tentang motivasi, arah minat dan perhatian, evaluasi hasil belajar dan pelaporan tentang hasil belajar tersebut; yang kesemuanya lepas dari isi atau materi pelajaran. Penataan kondisi belajar, mencakup prosedur yang erat hubungannya dengan isi atau materi pelajaran. Materi pelajaran hendaknya diatur sedemikianrupa sehingga siswa merasakannya sebagai hail dari kegiatan belajarnya sendiri.

17 4) Metode mengajar pemecahan masalah Teknik pemecahan masalah yang kreatif dibedakan atas : 1. Ramu pendapat (brainstroming) brainstroming), sebagai penilaian tertunda ; - Pembahasan terhadap suatu masalah masalah dilakukan secara terbuka dalam peserta memperoleh kesempatan mengemukakan pendapat. - Memungkinkan diadakan modifikasi atau kombinasi antara pendapat-pendapat yang telah dikemukakan. -Menginventarisasi sebanyak-banyaknya banyaknya pendapat yang lain daripada yang sudah dikemukakan. -Permasalahan yang akan dipecahkan, disajikan scara lengkap dan terperinci. 2. Teknik Gordon, yaitu modifikasi dari teknik ramu pendapat. Permasalahan yang akan dibahas, dijelaskan dalam bentuk abstraksi sedangkan pembahasan dilakukan secara bertahap yang makin lama makin dipersempit sehingga diperoleh rumusan pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

18 3. Analisis Morfologis, yaitu menguraikan masalah atas sejumlah variabel bebas, memikirnya sebanyak mungkin pemecahan ataupun gagasan untuk setiap varabel, kemudian menggabungkan hasilnya dalam berbagai macam cara yang mungkin dilakukan. 4. Metode buku catatan kolektif, caranya adalah dengan membagiakan buku catatan kepada setiap siswa yang berisi tentang masalah yang harus dipecahkan dan diharapkan memberikan tanggapan dan pemecahan masalah yang tepat, dan pada selang waktu buku catatan tersebut dikumpulkan. 5. Metode papan buletin kolektif, yaitu sejenis dengan majalah dinding yang dikembangkan oleh beberapa sekolah menengahtingkat pertama dan menengah. Metode ini pada hakikatnya merupakan perpaduan gagasan antara metode ramu pendapat dengan metode buku cacatan kolektif.

19 5) Metode Belajar menemukan Belajar menemukan adalah belajar yang dilakukan oleh siswa tanpa diberikan sajian bahan pelajaran dalam bentuk final karena siswa sendiri diharapkan mengorganisasikan bahan pelajaran tersebut dalam bentuk final. karakteristik utama dari teknik menemukan sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tahap pemberian informasi selesai, guru kurang memberikan bimbingan karena pada metode ini diharapkan menemukan sendiri.

20 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prose belajar dapat dikelompokan atas faktor internal dan faktor eksternal. -Internal :Faktor fisiologis dan faktor psikologis -Eksternal : Faktor lingkungan belajar siswa. Faktor fisiologis : 1. Pendengaran -Kejelasan pendengaran -Diskriminasi nada

21 2. Penglihatan : -Intensitas penglihatan -Jarak penglihatan dekat -Jarak penglihatan jauh -Kemampuan membedakan warna -Ketelitian penglihatan Kondisi fisiologis - Kesegaran jasmani - Keletihan - Kekurangan gizi - Kesakitan yang diderita Faktor Psikologis 1. Kecerdasan/ bakat 2. Motivasi 3. Perhatian 4. Proses berpikir 5. Ingatan

22 Faktor Lingkungan belajar : - Faktor Lingkungan di dalam sekolah - Faktor Lingkungan di luar sekolah Faktor Sistem Instruksional 1. Kurikulum 2. Bahan belajar 3. Metode penyajian Faktor Eksternal

23 Memilih Sistem Belajar Mengajar (Pengajaran) 1) Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri), dalam sistem belajar mengajar ini, guru menyajikan bahan ajar tidak dalam bentuk yang final, bentuknya hampir sama dengan metode belajar menemukan, tetapi dalam metode ini secara garis besar memiliki prosedur : Stimulasi (stimulation) Perumusan masalah (problem solving) Pengumpulan data (data collection) Analisis data (data processing) Verifikasi (verification) Generalisasi (generalization)

24 2) Expository Teaching, dalam sistem ini guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Prosedurnya adalah sebagai berikut : 2) Persiapan (preparation) Pertautan (Aperseption/pengulangan bahan terdahulu) Penyajian (presentation/penyajian bahan baru) Evaluasi (resitation)

25 3) Mastery Learning (Belajar tuntas), metode ini didasarkan pada 3) pemahaman bahwa taraf atau tingkatan belajar pada hakikatnya merupakan fungsi dari proporsi waktu yang disediakan untuk belajar (time allowed for learning) dengan waktu yang diperlukan untuk belajar (time needed for learning) oleh siswa yang bersangkutan atau formulanya adalah: Degree of Learning= Time allowed for learning (time need for learning) Menurut metode ini bahan pelajaran harus diperinci dan diorganisasikan ke dalam satuan-satuan (units) tertentu sampai kepada satuan-satuan terkecil yang berarti (meaningful) dan merupakan komponen-komponen yang dapat berdiri sendiri, walaupun merupakan bagian yang tidak tidak terpisahkan dari satuan yang lebih besar. Satuan bahan yang terkecil inilah yang disebut modul.

26 4) Humanistic education metode ini merupakan suatu gerakan teori belajar yang menitik beratkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan dirinya (self-realization) realization)sesuai dengan kemampan dasar dan keunikan (uniqueness) yang dimilikinya. Dan guru hanya berperan sebagai seorang fasilitator.

27 Perkembangan Terbaru dalam Pembelajaran : Revolusi Belajar 16 kecendrungan utama yang akan membentuk dunia masa depan : 1. Zaman Komunikasi instan 2. Dunia tanpa batas-batas ekonomi 3. Empat lompatan menuju ekonomi dunia-tunggal -Kontinuitas kepemimpinan amerika di bidang-bidang strategis -Kelahiran kembali eropa sebagai entitas ekonomi tunggal -Munculnya macan-macan ekonomi yang dinamis sebagai model bagi negara kecil. -Kebangkitan cina, sebagai model bagi negara terbelakang dengan penduduk besar. 4. Perdagangan dan pembelajaran melalui internet 5. Masyarakat layanan baru 6. Penyatuan yang besar dengan yang kecil 7. Era baru kesenangan 8. Perubahan bentuk kerja

28 16 kecendrungan utama yang akan membentuk dunia masa depan (Lanjutan) : 9. Perempuan sebagai pemimpin 10. Penemuan terbaru tentang otak yang mengagumkan 11. Nasionalisme budaya 12. Kelas bawah/miskin yang semakin besar 13. Semakin besarnya jumlah manula 14. Ledakan Praktik-mandiri 15. Konsep Baru : Perusahaan Kooperatif 16. Kemenangan Individu

29 13 langkah menuju masyarakat pembelajar di abad 21 : 1) Hidupkan peran baru komunikasi elektronik 2) Pelajari komputer dan internet 3) Perlunya perombakan dramatis dalam pendidikan orang tua. 4) Prioritaskan layanan kesehatan bagi anak-anak 5) Hidupkan program pengembangan anak-anak 6) Kejar ketertinggalan pada usia berapa saja 7) Layani setiap gaya belajar individu 8) Belajar kembali tentang cara belajar dan cara berpikir. 9) Pikirkan kembali : apa yang seharusnya diajarkan di sekolah

30 13 langkah menuju masyarakat pembelajar di abad 21 (lanjutan): 10.Belajar dengan kurikulum empat tingkat dengan menekankan pada : -Citra diri dan perkembangan pribadi -Pelatihan keterampilan hidup -Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir -Kemampuan Kemampuan-kemampuan akademik,fisik, dan artistik yang spesifik. 11. Mengembangkan tiga tujuan belajar -Mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik. -Mengembangkan kemampuan konseptual umum. -Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi secara mudah sehingga dapat digunakan dalam segala tindakan kita

31 13 langkah menuju masyarakat pembelajar di abad 21 (lanjutan): 12. Tentukan dimana seharusnya anda belajar? 13. Berpikirlah secara terbuka dan komunikasikan dengan jernih.

32 Diskusikan dalam kelompok, Strategi model mana yang mungkin dapat dikembangkan di sekolah tempat saudara bertugas dengan merujuk pada teori-teori PBM di atas!

Teori Belajar. Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id

Teori Belajar. Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id Teori Belajar Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id Pengertian Teori Belajar Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar

Lebih terperinci

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori belajar yang bersumber dari aliran aliran psikologi. Di bawah ini akan dikemukakan

Lebih terperinci

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 e-book Definisi Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Oleh : IDHAM, S.Pd http://education-vionet.blogspot.com Page 1 Definisi Model Pembelajaran Penemuan

Lebih terperinci

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Hakikat Belajar Belajar merupakan proses mencapai berbagai dan sikap untuk bekal hidup di masa mendatang. macam kompetensi, Belajar adalah proses mendapatkan perubahan dalam

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan Pengertian Pembelajaran Menjelaskan ciri-ciri

Lebih terperinci

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Behavioristik Pandangan tentang belajar : Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon) Ciri-ciri teori belajar behavioristik : a. Mementingkan

Lebih terperinci

Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR. (Learning Theory) Oleh. Dr. H. MUKMINAN. PPs. UNY /

Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR. (Learning Theory) Oleh. Dr. H. MUKMINAN. PPs. UNY / Program Pascasarjana - UNY TEORI BELAJAR (Learning Theory) Oleh Dr. H. MUKMINAN PPs. UNY - 2015/2016 Email: mukminan@yahoo.co.id HP: 08157956800 1 Hand-Out Untuk Perkuliahan Program Doktor (S3) Program

Lebih terperinci

Teori Belajar dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT

Teori Belajar dan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT A. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) merupakan pembelajaran yang menekankan proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran

Lebih terperinci

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme TEORI behaviorism Ada dua jenis pengkondisian: Tipe S : respondent conditioning (pengkondisian responden) identik dengan pengkondisian klasik. Menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons

Lebih terperinci

Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori Belajar dan Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran Oleh: Restu Wijayanto ( TP/B/048 ) A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3b MODEL DISCOVERY LEARNING 2 Discovery Learning Belajar diskoveri memberi penekanan pada keakifan siswa, berpusat pada siswa dimana siswa

Lebih terperinci

Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia PRINSIP PEMBELAJARAN Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia A. Kompetensi yang diharapkan: Mahasiswa diharapkan dapat

Lebih terperinci

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem TEORI BELAJAR Rosita E.K., M.Si E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis, menulis merupakan proses yang dilakukan oleh penulis untuk

BAB I PENDAHULUAN. menulis, menulis merupakan proses yang dilakukan oleh penulis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PADA PTK (MODEL- MODEL PEMBELAJARAN PTK) PERTEMUAN 9 Ana, S.Pd.M.Pd, dkk.

PEMBELAJARAN PADA PTK (MODEL- MODEL PEMBELAJARAN PTK) PERTEMUAN 9 Ana, S.Pd.M.Pd, dkk. PEMBELAJARAN PADA PTK (MODEL- MODEL PEMBELAJARAN PTK) PERTEMUAN 9 Ana, S.Pd.M.Pd, dkk. DEFINISI : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR GESTALT DAN GAGNE PERT-4

TEORI BELAJAR GESTALT DAN GAGNE PERT-4 TEORI BELAJAR GESTALT DAN GAGNE PERT-4 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2014 Teori Gagne Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME

PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME Disiplin Mental Behaviorisme Kognitifisme Belajar merupakan penyeimbangan dari kekuatan, kemampuan dna potensipotensi yang

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Teori Behavioristik Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran Psikologi Modul ke: 09 Rizka Fakultas PSIKOLOGI Sejarah dan Aliran Psikologi Psikologi Gestalt Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI http://mercubuana.ac.id Latar belakang Psikologi Gestalt Saat aliran behaviorisme

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar I.Pengertian Belajar Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah menambah dan mengumpulkan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Belajar adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan sesuatu yang belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER

TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER TEORI PENGUATAN OLEH SKINNER A. Bentuk Teori Skinner B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

Model-Model Pembelajaran Matematika

Model-Model Pembelajaran Matematika Model-Model Pembelajaran Matematika Pendidikan Matematika FST Tatik Retno Murniasih, S.Si., M.Pd. tretnom@unikama.ac.id Pengertian 1. Teknik: penerapan secara khusus metode pembelajaran sesuai dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dan pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana pendidikan sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pemahaman menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata paham yang artinya pengertian, pendapat atau pikiran, aliran atau pandangan dan mengerti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas merupakan serapan dari bahasa asing yang berasal dari kata effective yang berarti manjur, ampuh, berlaku, mujarab, berpengaruh,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar adalah modifikasi atau mempeteguh kelakuan melalui pengalaman, belajar adalah proses dan bukan suatu hasil Belajar

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013 Ada tiga model pembelajaran yang dianjurkan dalam penerapan Kurikulum 2013 antara lain: Discovery Learning (DL), Problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA BAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar Agar pengertian hasil belajar dapat lebih dipahami, ada baiknya kita pelajari pendapatpendapat yang dikemukanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Oleh : I Putu Agus Indrawan (1013031035) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab II tentang kajian pustaka berturut-turut dipaparkan 1. Pengertian Belajar 2. Hasil belajar 3. Pembelajaran Matematika 4. Metode demonstrasi 5. Hasil Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang pertumbuhan dan perkembangan, manusia tidak lepas dari proses belajar. Selam hidup selama itu pula manusia akan dihadapkan dalam situasi belajar. Proses

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Hal ini didukung oleh Suryabrata,

BAB II KAJIAN TEORI. pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Hal ini didukung oleh Suryabrata, BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses seseorang untuk dapat berubah melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Hal ini didukung oleh Suryabrata, Masrun dan Martiana

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BRUNER DAN AUSUBEL. Kelompok 2 : Ika Damayanti Minhatul Maula Fadhila dyah Ekawati

TEORI BELAJAR BRUNER DAN AUSUBEL. Kelompok 2 : Ika Damayanti Minhatul Maula Fadhila dyah Ekawati TEORI BELAJAR BRUNER DAN AUSUBEL Kelompok 2 : Ika Damayanti Minhatul Maula Fadhila dyah Ekawati Teori belajar Bruner dan Ausubel ialah teori belajar yang memiliki aliran : ALIRAN KOGNITIVE PENGERTIAN BELAJAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Pembelajaran Menurut Ali (2000:13), pembelajaran adalah suatu upaya memberi rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Discovery Learning Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 A. Definisi/ Konsep 1. Definisi MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN ( DISCOVERY LEARNING) Metode Discovery Learning adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan wahana mengembangkan kemampuan. Salah satu kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan berfikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan. Di antaranya meliputi, pengajaran keahlian khusus, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa globalisasi, suatu negara dianggap maju apabila memiliki kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertib, teratur, dan efisien dapat menghasilkan sesuatu yang mampu mempercepat

BAB I PENDAHULUAN. tertib, teratur, dan efisien dapat menghasilkan sesuatu yang mampu mempercepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat di pengaruhi oleh mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk pembinaan, pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Masdin SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Masdin SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan latihan terus menerus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu acuan dasar sebuah ilmu pengetahuan dikatakan berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG KREATIF PADA MATA PELAJARAN SAINS FISIKA DI SMP NEGERI 3 KARTASURA Oleh : ROSITA BUDI INDARYANTI NIM : Q. 100040125 Program : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M. Pertemuan Ke-4 Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.Pd STKIP YPM Bangko 1 Teori Belajar Kognitif Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi PEMBELAJARAN MENULIS oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi Assalamualakium Hakikat Menulis Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran IPA Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak lahir manusia mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Belajar merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada kelas V menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Pendapatan nilai siswa cenderung

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diperlukan untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas pengetahuan sedangkan teknologi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi

BAB I PENDAHULUAN. demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi di abad XXI ini, diperlukan persiapan sumber daya manusia yang merupakan kunci utama untuk memetik kemenangan dalam persaingan era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2

MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2 MATERI UTAMA KEGIATAN BELAJAR 2 Pembelajaran yang efektif dapat dicapai apabila guru menguasai berbagai teori belajar sebagai landasan dalam mengimplementasikan pembelajarannya. Teori belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajatan Kooperatif Pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori-teori Belajar 1. Teori Belajar Behaviorisme Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis prilaku

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitik beratkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat bermanfaat, karena penguasaan matematika sangat berguna dalam membantu penguasaan ilmu-ilmu yang lain, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam menumbuh kembangkan cara pemahaman, berpikir kritis, logis, kreatif dalam upaya

Lebih terperinci

Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011

Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 Teori Belajar Behavioristik Tokoh Teori Behavioristik a. Edward Lee Thorndike

Lebih terperinci