KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA ARI WIDIASTUTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA ARI WIDIASTUTI"

Transkripsi

1 KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA ARI WIDIASTUTI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2010 Ari Widiastuti C

3 ABSTRAK ARI WIDIASTUTI, C Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN. Peningkatan kinerja pelayanan dari instansi pemerintah mulai mendapatkan penegasan secara hukum sejak dikeluarkannya Inpres no. 7 tahun 1999 mengenai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Inpres tersebut yang pada intinya berisikan sistem manajemen kinerja instansi pemerintah telah mewajibkan seluruh instansi pemerintah untuk menyusun suatu rencana stratejik yang berisikan rencana yang akan dijalankan oleh instansi pemerintah. Dalam hal ini Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta perlu memperhatikan kinerja operasionalnya sehingga apa yang menjadi sasaran, tujuan, misi dan visi pelabuhan tersebut dapat tercapai. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta serta mengetahui aktivitas operasional di PPS Nizam Zachman Jakarta. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kinerja operasional pelabuhan perikanan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan PPS Nizam Zachman Jakarta dalam menjalani peranannya sebagai Pelabuhan Perikanan Samudera dan fungsinya dalam memberikan pelayanan kepada pemakai jasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki nilai kinerja operasional yang baik yaitu 3,51 termasuk dalam selang (3,4-4,2 yaitu kinerja pelabuhan baik). Nilai tersebut merupakan tingkat pencapaian yang tinggi pada tahun 2008 oleh PPS Nizam Zachman Jakarta yang terdiri dari nilai parameter produksi, parameter frekuensi jumlah kapal, parameter penyedian perbekalan melaut yang meliputi sub parameter BBM, sub parameter es, sub parameter air bersih, parameter pemasaran yang meliputi sub parameter lokal sebesar, sub parameter regional dan sub parameter ekspor sebesar, dan parameter kepuasan nelayan. Kata kunci : aktivitas operasional, kinerja, operasional, pelayanan, pengukuran

4 KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA ARI WIDIASTUTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Mayor : Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta : Ari Widiastuti : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui : Pembimbing Iin Solihin, S.Pi, M.Si NIP: Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: Tanggal lulus: 23 Februari 2010

6 KATA PENGANTAR Skripsi dengan judul Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta disusun dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas operasional dan menentukan kinerja operasional di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Skripsi ini memberikan data data informasi aktivitas operasional serta penilaian terhadap kinerja operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Pada bagian akhir diberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi pihak pelabuhan dalam memberikan pelayanan serta memberikan solusi alternatif bagi pengembangan yang akan datang agar Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pemakai jasa dan penilaian terhadap kinerja operasional pelabuhan menjadi lebih baik. Pembuatan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menyempurnakan hasil yang diperoleh. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukan. Bogor, Februari 2010 Ari Widiastuti C

7 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Iin Solihin, S.Pi, M.Si selaku pembimbing atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini; 2. Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan selama ini; 3. Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta dan staf atas segala informasi dan bantuannya; 4. Ibu, Bapak, Isti, Diana atas semua nasehat, semangat, doa serta kasih sayang kepada penulis; 5. Kakak-kakak tercinta Rika Pujiyani (Kak Riki), Agustin Ross (Kak Titin), Kak Taufik, Bang Bob, Kak Gomeh, dan kakak-kakak yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas nasehat dan semangatnya kepada penulis; 6. Sahabat tercinta (Tiara Anggia Rahmi, Septi Aminah, Septa Pradipta, Soraya Gigentika, Indah Kharina Bangun dan Rizki Mulya Sari atas doa, semangat dan persahabatan yang tulus kepada penulis); 7. Teman-teman seperjuangan PSP 43 (Intan, Ratih, Alvi, Mardia, Mia, Nurul Mardiana, Rachmad Caesario, Sinta, R Rizky Adi Bilowo, Troy, Riyanti, Fajrina Aulia, Heru, Selia Sifa, Septa Pradipta, Rusdi, Muhammad Rezki, Siska Magnawati, Bayu Wiratama, Raissa Wina Wisudawan, Siska Aprilia, Amnihani, Enur Janah, Maria Putri Widhyasari, Ardi Yasa, Gini Al Ghazali, R Gea Puspaningsih, Rachman Rosadi, Tiara Anggia Rahmi, Listya Citraningtyas, Viona, Fatra, Alfian, Dedi Putra, Firman Fajar, Aditya Jaka S, Ratu Ladya, Pipih H, Mertha S, Septi Aminah, Rd Ladia Inizianti, Nita Sri Kurniawati, Esther Afania, Hanif Fansurya, Syamsul Arif, Alina H, Soraya Gigentika, Mukhlis Adi, Refi Hania, Nanda K, Qbee, Elwidya B, Kimul, Rima, Afryan Yulandi, Indah) atas segala bantuannya dalam penulisan skripsi ini serta persahabatan, kenangan, dan pengalaman suka dan duka selama perkuliahan di Departemen PSP. 8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 September 1988 dari pasangan Walidi dan Tri Winarti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SDN Sejahtera pada tahun 2000, melanjutkan pendidikan ke SLTPN 19 Bekasi lulus pada tahun Penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bekasi pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjalani perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Pelabuhan Perikanan tahun Penulis aktif di berbagai organisasi kampus IPB seperti Bendahara Departemen Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa BEM TPB pada periode , Bendahara Departemen Pengembangan Olahraga Budaya dan Seni BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB periode , dan sebagai Staf Departemen Penelitian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.

9 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR LAMPIRAN...ix 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Fungsi dan Peranan Pelabuhan Perikanan Fasilitas Pelabuhan Perikanan Operasional Pelabuhan Perikanan Pelayanan Pelabuhan Perikanan Konsep dasar kinerja Pengertian kinerja Penilaian kinerja Pengertian dan fungsi indikator kinerja Stategi bagi keberhasilan penilaian kinerja Kinerja pelayanan operasional Kinerja operasional Pelabuhan Perikanan Penilaian kinerja operasional Pelabuhan Perikanan METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Analisis Data Analisis aktivitas operasional Pelabuhan perikanan Analisis kinerja operasional Pelabuhan Perikanan GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta Sejarah dan perkembangan PPS Nizam Zachman Jakarta Pengelola PPS Nizam Zachman Jakarta... 38

10 4.3.1 Unit pelayanan terpadu Perusahaan umum Visi, misi, dan tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Keadaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta TINGKAT OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Aktivitas Pendaratan Ikan Frekuensi kunjungan kapal Jumlah produksi ikan Aktivitas pelelangan hasil tangkapan Aktivitas perbekalan melaut Es Solar Air bersih Aktivitas pemasaran/ pendistribusian hasil tangkapan KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisi Tujuan Pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Penilaian kinerja operasional PPS Nizam zachman Jakarta Parameter produksi Parameter frekuensi kunjungan kapal Parameter penyerapan perbekalan Parameter pemasaran Parameter kepuasan nelayan Bahasan terangkum KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Aktivitas PP / PPI menurut kelompok aktivitas Metode pengumpulan data Parameter untuk penilaian kinerja dan cara penghitungan parameter Cara perhitungan nilai keberhasilan Pemberian nilai untuk parameter produksi Pemberian nilai untuk parameter frekuensi kunjungan kapal Pemberian nilai untuk parameter penyediaan perbekalan melaut Pemberian nilai untuk parameter pemasaran Pemberian nilai untuk parameter kepuasan nelayan Perhitungan kinerja PPS Nizam Zachman Jakartaumlah kapal masuk Penetapan selang untuk menentukan kinerja PPS Nizam Zachman Jakarta Jumlah kapal masuk berdasarkan ukuran kapal (GT) di PPS-NZJ Jumlah alat tangkap di PPS-NZJ Jumlah nelayan di PPS- NZJ Fasilitas pokok di PPS-NZJ Fasilitas fungsional Fasilitas penunjang Jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap di PPS-NZJ Produksi perikanan yang didaratkan di PPS-NZJ Volume penyerapan perbekalan es di PPS-NZJ Volume penyerapan perbekalan solar di PPS-NZJ Volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS-NZJ Distribusi hasil pemasaran di PPS-NZJ Data statistik operasional PPS-NZJ tahun Standar indikator PPS yang berasal dari (Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 432/DPT3/Ot.220.D3/I/2008) Penghitungan nilai keberhasilan Hasil perhitungan kinerja PPS-NZJ... 70

12 28 Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat penyediaan dan dan fasilitas perbekalan Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat penyediaan dan dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat penyediaan dan dan fasilitas pendaratan dan pembongkaran Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat penyediaan dan dan fasilitas pemasaran vi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta Perkembangan jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Komposisi spesies dominan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Produksi perikanan darat dan laut di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Produksi perikanan dari darat di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Produksi perikanan dari laut di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Perkembangan volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Perkembangan volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Perkembangan volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Mekanisme masuknya komoditas perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan SPBB Tangki air Pabrik es Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan Docking (PERUM) Docking (SWASTA) Bengkel... 79

14 20 Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran Dermaga barat Dermaga timur Kolam pelabuhan Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan Pelayanan fasilitas pemasaran Pusat pemasaran ikan Tempat pelelangan ikan viii

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta Lay out PPS Nizam Zachman Jakarta Bobot parameter dan sub parameter untuk penilaian kinerja operasional pelabuhan Realisasi pencapaian PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Tahap-tahap perhitungan kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta...98

16 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan perikanan (PP) dengan sarana yang ada di dalamnya merupakan fasilitas umum yang hakekatnya dibangun sebagai prasarana ekonomi yang memiliki tujuan utama untuk mengembangkan perikanan setempat yang meliputi pengembangan industri perikanan dan pusat pembinaan nelayan, tempat tambat labuh kapal/perahu ikan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, kegiatan operasional kapal perikanan, pembinaan dan penanganan mutu hasil perikanan, distribusi dan pemasaran hasil tangkapan, pengembangan usaha industri perikanan dan pengawasan, penyuluhan serta pengumpulan data. Menurut Lubis (2006) bahwa dalam usaha menunjang peningkatan produksi perikanan laut, maka tersedianya prasarana Pelabuhan Perikanan mempunyai arti yang sangat penting. Pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Dengan pengelolaan pelabuhan perikanan yang baik, maka kelancaran operasi penangkapan, pengolahan maupun pemasarannya menjadi lebih terjamin. Dari berbagai fungsi dan peran yang sedemikian komplek, maka pelabuhan perikanan sebagai salah satu organisasi publik harus memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik. Hal tersebut berkaitan dengan kinerja dalam hal pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan perikanan terhadap penerima pelayanan. Pengukuran keberhasilan maupun kegagalan instansi pemerintah yang dalam hal ini Pelabuhan Perikanan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai organisasi publik yang melayani masyarakat sulit dilakukan secara obyektif, disebabkan belum diterapkannya sistem pengukuran kinerja yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan secara obyektif dan terukur dari pelaksanaan program-program di suatu pelabuhan perikanan. Peningkatan kinerja pelayanan dari instansi pemerintah mulai mendapatkan penegasan secara hukum sejak dikeluarkannya Inpres no. 7 tahun 1999 mengenai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Inpres tersebut yang pada intinya berisikan sistem manajemen kinerja instansi pemerintah telah

17 2 mewajibkan seluruh instansi pemerintah untuk menyusun suatu rencana stratejik yang berisikan rencana yang akan dijalankan oleh instansi pemerintah. Dalam hal ini Pelabuhan Perikanan sebagai instansi pemerintah perlu memperhatikan kinerja dari operasional pelabuhan sehingga apa yang menjadi sasaran, tujuan, misi dan visi pelabuhan tersebut dapat tercapai. Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) yang kini memiliki nama baru PPS Nizam Zachman merupakan salah satu dari 5 (lima) pelabuhan perikanan tipe samudera. Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) diresmikan pada tanggal 17 Juli Pada awalnya pelabuhan ini berbentuk Project Manajement Unit (PMU) namun seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa, maka pada tahun 1992 dibentuk menjadi Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera. Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia dan merupakan pelabuhan tipe A yang menjadi salah satu tolak ukur dalam kemajuan suatu pelabuhan di Indonesia. Oleh karena itu PPS Nizam Zachman dijadikan sebagai lokasi penelitian. Dengan demikian penulis ingin melakukan analisis kinerja terhadap operasional PPS Nizam Zachman yang didasarkan pada karakteristik operasional pelabuhan ini. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kinerja operasional pelabuhan yang akan mendukung tingkat pencapaian sasaran, tujuan, misi dan visi pelabuhan agar dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Selain itu dapat mengkaji rencana perbaikannya sehingga dapat memberikan solusi alternatif bagi pengembangan yang akan datang agar PPS Nizam Zachman dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pemakainya. Penelitian mengenai Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sangat perlu dilakukan, dimana hal tersebut berkaitan dengan tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan operasional pelabuhan perikanan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi pelabuhan perikanan ini.

18 Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui aktivitas operasional di PPS Nizam Zachman Jakarta 2) Menentukan kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta. 1.3 Permasalahan Penelitian Adapun beberapa permasalahan yang belum diketahui dalam penelitian antara lain : 1) Kondisi aktual mengenai aktivitas operasional yang meliputi Aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan yang meliputi jumlah produksi ikan dan jumlah kunjungan kapal/tahun, aktivitas pelelangan hasil tangkapan yang meliputi ada atau tidaknya aktivitas pelelangan dan mekanisme pelelangan, aktivitas pelayanan kebutuhan melaut antara lain pelayanan kebutuhan es, BBM, dan air bersih, aktivitas pemasaran/ pendistribusian hasil tangkapan antara lain distribusi pemasaran lokal, nasional dan ekspor. 2) Penilaian terhadap kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta yang berkaitan dengan tingkat operasional serta pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Membantu pimpinan instansi pelabuhan dalam penentuan tingkat capaian tujuan yang perlu dicapai; 2) Memberikan umpan balik bagi para pengelola dan pembuat keputusan didalam proses evaluasi dan perumusan tindak lanjut, dalam rangka peningkatan kinerja pada masa yang akan datang bagi pelabuhan perikanan ini; 3) Mengidentifikasi kualitas pelayanan instansi pemerintah yang dalam hal ini adalah pelabuhan perikanan.

19 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan digolongkan sebagai pelabuhan khusus, yang mengandung pengertian bahwa suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dilengkapi dengan fasilitas, sejak ia didaratkan sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2006). Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2006, Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan dilihat dari aspek aktivitas perikanan tangkap disebutkan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran baik lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2006). Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci yaitu produksi (bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya), Pengolahan (bahwa pelabuhan perikanan menyediakan saranasarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya), Pemasaran (bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan). Pelabuhan perikanan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis usaha perikanannya (Lubis, 2006) yaitu : 1. Pelabuhan perikanan berskala besar atau perikanan laut dalam yaitu pelabuhan untuk perikanan industri atau untuk berlabuh atau bersandarnya kapal-kapal penangkapan berukuran besar dengan panjang antara 40 sampai 120 m dan berat lebih besar dari 50 GT. Mempunyai

20 5 kolam pelabuhan yang dalam, dermaga yang panjang. Di pelabuhan ini juga terdapat perusahaan-perusahaan pengolahan dan pedagangpedagang besar. Hasil tangkapan yang didaratkan dan didistribusikan untuk tujuan nasional maupun internasional. 2. Pelabuhan buhan berskala menengah yaitu pelabuhan perikanan untuk perikanan semi-industri atau tempat berlabuh dan bertambatnya kapalkapal penangkapan ikan berukuran antara 15 sampai 50 GT. Di pelabuhan ini terkadang terdapat juga perusahaan-perusahaan pengolahan ikan dan pada umumnya hasil tangkapannya untuk tujuan nasional dan sedikit untuk lokal. 3. Pelabuhan perikanan berskala kecil/perikanan pantai yaitu pelabuhan untuk perikanan kecil atau perikanan tradisional atau tempat berlabuh dan bertambatnya kapl-kapal penangkapan ukuran lebih kecil dari 15 GT. Mempunyai kolam pelabuhan yang tidak dalam. Hasil tangkapan yang didaratkan pada umumnya adalah dalam bentuk segar atau dipertahankan kesegarannya dengan menambahkan es. Hasil tangkapannya ditujukan terutama untuk pemasaran lokal. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Permen. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan dinyatakan bahwa klasifikasi pelabuhan perikanan dibagi menjadi 4, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Perikanan Pantai, dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori utama yaitu : a. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Pelabuhan perikanan samudera (PPS) dikenal sebagai pelabuhan perikanan tipe A yang juga disebut sebagai pelabuhan perikanan kelas I. Terdapat lima pelabuhan perikanan samudera (PPS) di Indonesia, yaitu PPS Nizam Zachman di Jakarta, PPS Cilacap di Jawa Tengah, PPS Belawan di Sumatera Utara, PPS Bungus di Sumatera Barat dan PPS Kendari di Sulawesi Tenggara. Pelabuhan perikanan samudera (PPS) mempunyai kemampuan beroperasi di samudera dan lepas pantai yang sifatnya nasional dan internasional. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Permen. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan

21 6 perikanan, pelabuhan perikanan samudera (PPS) memiliki kriteria sebagai berikut: a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut Teritorial, Zona Ekonomi Eklusif Indonesia, dan Laut Lepas; b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 3 m; d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan ataau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya GT kapal perikanan sekaligus; e. Ikan yang didaratkan sebagian untuk diekspor; f. Terdapat industri perikanan. b. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhan perikanan nusantara (PPN) dikenal sebagai pelabuhan perikanan tipe B yang juga disebut sebagai pelabuhan perikanan kelas II. Berikut pelabuhan perikanan nusantara (PPN) di Indonesia, dimana lokasinya berada di Brondong (Jawa Timur), Sibolga (Sumatera Utara), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Kejawanan dan Pekalongan (Jawa Tengah), Tanjung Pandan (Bangka Belitung), Pemangkat (Kalimantan Barat), Tual (Maluku), Prigi (JawaTimur), Ternate dan Ambon (Maluku). Pelabuhan perikanan nusantara (PPN) mempunyai kemampuan beroperasi di lepas pantai yang sifatnya regional dan nasional. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Permen. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan nusantara (PPN) memiliki kriteria sebagai berikut : a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut Teritorial dan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia; b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT; c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 3 m;

22 7 d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan ataau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya GT kapal perikanan sekaligus; e. Ikan yang didaratkan sebagian untuk diekspor; c. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pelabuhan perikanan pantai (PPP) dikenal sebagai pelabuhan perikanan tipe C. Berikut pelabuhan perikanan pantai (PPP) di Indonesia, dimana lokasinya berada di Asemdoyong, Bacan, Bajomulyo, Banjarmasin, Bawean, Blanakan, Bondet, Cilauteureun, Ciparage, Dagho, Eretan, Hantipan, Karangantu, Karimun Jawa, Kota Agung, Kupang, Kwandang, Labuhan Lombok, Labuhan Maringgai, Lampulo, Lekok, Lempasing, Mayangan, Morodemak, Muara Ciasem, Muncar, Paiton, Pondok Dadap, Sadeng, Sikakap, Sorong, Sungai Liat, Tarakan, Tarempa, Tasik Agung, Tawang, Tegalsari, Teladas, Teluk Batang, Tobelo, Tumumpa, Wonokerto. Pelabuhan perikanan pantai (PPP) mempunyai kemampuan beroperasi di pantai yang sifatnya regional. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Permen. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan pantai (PPP) memiliki kriteria sebagai berikut : a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial; b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m; d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan ataau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus; d. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan pendaratan ikan (PPI) dikenal sebagai pelabuhan perikanan tipe D. Pelabuhan ini dikelola oleh daerah untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Permen. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan, pangkalan pendaratan ikan (PPI) memiliki kriteria sebagai berikut :

23 8 a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT; c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m; d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan ataau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus; Menurut Lubis (2000) pelabuhan perikanan dapat diklasifikasikan menurut letak dan jenis usaha perikanannya. Pelabuhan perikanan bila dilihat dari banyaknya faktor yang ada, pengklasifikasikannya dapat dipengaruhi oleh berbagai parameter antara lain : 1). Luas lahan, letak dan konstruksi bangunannya; 2). Tipe dan ukuran kapal yang masuk pelabuhan; 3). Jenis perikanan skala usahanya; 4). Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan. Pengklasifikasian pelabuhan perikanan seperti tersebut di atas pada dasarnya dibuat untuk mempermudah dalam pengelolaan khususnya dan pengembangan pelabuhan pada umumnya. 2.2 Fungsi dan Peranan Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya merupakan kegiatan ekonomi perikanan baik ditinjau dari aspek pendaratan dan pembongkaran ikan, pengolahan, pemasaran dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Tingkat keberhasilan pengelolaan pelabuhan perikanan diindikasikan dengan terealisasi atau tidaknya fungsi pelabuhan perikanan secara optimal. Sesuai dengan Permen PER.16/ MEN/ 2006 maka fungsi pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan; 2. Pelayanan bongkar muat;

24 9 3. Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; 4. Pemasaran dan distribusi ikan; 5. Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan; 6. Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; 7. Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; 8. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan; 9. Pelaksanaan kesyahbandaran; 10. Pelaksanaan fungsi karantina ikan; 11. Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan; 12. Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; 13. Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran, dan pencemaran). Selain itu, terdapat dua jenis pengelompokkan fungsi pelabuhan perikanan yaitu ditinjau dari pendekatan kepentingan dan aktivitasnya. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan dan aktivitasnya. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan salah satunya adalah fungsi jasa. Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokkan menjadi (Lubis, 2006) : a. Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan; b. Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkap ikan antara lain dalam penyediaan bahan bakar, air bersih, dan es; c. Jasa-jasa yang menangani mutu ikan; d. Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain adanya jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan; syahbandar dan douane/beacukai yang masing-masing berfungsi memeriksa surat-surat kapal dan jumlah serta jenis-jenis barang yang dibawa; e. Jasa-jasa pemeliharaan kapal, antara lain adanya fasilitas docking, slipway dan bengkel untuk memelihara kondisi baik dan siap kembali

25 10 melaut. Slipways, untuk memelihara atau memperbaiki khususnya bagian lunas kapal; f. Jasa kebersihan. Pelabuhan Perikanan/ Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) merupakan suatu pusat kegiatan dan berfungsi prasarana untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kegiatan perikanan dalam berbagai aspek (Suboko, 2005), yaitu : 1). Pelayanan pada industri perikanan Tempat berlabuh kapal perikanan; Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan; Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan; Pusat pemasaran dan distribusi hasil; Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan; Kawasan industri yang disediakan di PP/PPI menjadi tempat untuk mendirikan pabrik-pabrik pengolahan, pabrik es, dan sarana komersial oleh swasta/ industri. 2). Sebagai instrumen pemerintah dalam pembinaan usaha perikanan Sebagai tempat pelayanan administrasi pemerintah seperti pembayaran pungutan, dsb; Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan; Tempat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan. Kegiatan pengawasan meliputi pemeriksaan spesifikasi teknis alat tangkap dan kapal perikanan, ABK, dokumen kapal dan hasil tangkapan; Pusat pengembangan masyarakat nelayan. PP/PPI sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan diarahkan untuk dapat menunjang kegiatan nelayan yang berbasis di pelabuhan perikanan tsb, nelayan pendatang maupun nelayan asing. 2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan merupakan tempat yang memiliki berbagai fasilitas yang berguna didalam pelaksanaan fungsi dan peranannya sebagai pelabuhan (Lubis, 2006). Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan atau

26 11 pangkalan pendaratan ikan terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan. Fasilitas tersebut masing-masing sekurang-sekurangnya memiliki fasilitas (Lubis, 2006) antara lain : 1. Fasilitas pokok, sekurang-kurangnya memiliki pelindung seperti breakwater, revetment, groin, dermaga, kolam, alur pelayaran, jalan, drainase, dan lahan pelabuhan 2. Fasilitas fungsional, sekurang-kurangnya memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI), navigasi pelayaran, air bersih, es, bahan bakar, listrik, bengkel, laboratorium pembinaan mutu, kantor administrasi pelabuhan, alat angkut ikan dan es, dan pengolahan limbah 3. Fasilitas penunjang atau tambahan, sekurang-kurangnya memiliki tempat pembinaan nelayan, pos jaga, pos pelayanan terpadu, peribadatan, MCK, kios Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). 2.4 Operasional Pelabuhan Perikanan Menurut Murdiyanto (2004) operasional pelabuhan perikanan merupakan tindakan atau gerakan sebagai pelaksanan rencana yang telah dikembangkan untuk memanfaatkan fasilitas pada pelabuhan perikanan agar berdaya guna secara optimal bagi fasilitas itu sendiri maupun fasilitas yang terkait. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) kegiatan operasional yang berlangsung di pelabuhan perikanan adalah : 1. Pendaratan Pendaratan ikan di pelabuhan perikanan sebagian besar dari kapal penangkap ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan, hanya sebagian kecil yang berasal dari pangkalan pendaratan ikan atau pelabuhan lainnya yang dibawa ke pelabuhan itu menggunakan sistem transportasi darat. 2. Penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pembinaan pengawasan mutu hasil perikanan, penanganan ikan segar di PP dilakukan dengan menggunakan es. Pengolahan ikan dimaksudkan

27 12 untuk mempertahankan mutu sehingga waktu pemasaran menjadi lebih lama serta dapat meningkatkan nilai jual ikan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di PP bersifat lokal, nasional, dan ekspor. 3. Penyaluran perbekalan Penjualan atau pengisian perbekalan yang terkait dengan fasilitas pelabuhan perikanan saat ini adalah penjualan es, penjualan air bersih, penjualan BBM dan suku cadang. Pelayanan perbekalan ini umumnya dilakukan oleh pihak UPT pelabuhan, KUD, koperasi pegawai perikanan, BUMN, dan pihak swasta. Beberapa prinsip penting bilamana pengoperasian suatu pelabuhan pelabuhan perikanan dikatakan berhasil (Lubis, 2006) adalah : 1). Sangat baik dipandang dari sudut ekonomi, yang berarti hasil pengoperasian pelabuhan itu dapat menguntungkan baik bagi pengelola pelabuhan itu sendiri maupun bagi pemiliknya. Disamping itu hasil dari pengoperasian pelabuhan tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan kota khususnya dan nasional umumnya; 2). Sistem penanganan ikan yang efektif dan efesien. Dengan kata lain pembongkaran ikan dapat dilakukan secara cepat disertai penseleksian yang cermat, pengangkutan dan penanganan yang cepat; 3). Fleksibel dalam perkembangan teknologi. Dalam hal ini pengembangan suatu pelabuhan perikanan misalnya seringkali diperlukan mekanisasi dari fasilitas-fasilitas pelabuhan tersebut. Misalnya perlunya Vessel lift pada fasilitas dock, tangga berjalan (tapis roulant) untuk pembongkaran dan penseleksian ikan. Disamping itu diperlukan fasilitas pelabuhan karena semakin meningkatnya produksi perikanan pelabuhan, misalnya perluasan gedung pelelangan, perluasan dermaga, dsb; 4). Pelabuhan dapat berkembang tanpa merusak lingkungan sekitarnya (lingkungan alam dan lingkungan sosial);

28 13 5). Organisasi serta pelaku-pelaku di dalam pelabuhan bekerja secara aktif dan terorganisasi baik dalam kegiatannya. Keseluruhan aktivitas di PP yang ada, dikelompokkan menjadi 7 kelompok aktivitas (Pane, 2002 dalam Ratno 2004) seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Aktivitas PP/PPI Menurut Kelompok Aktivitas Kelompok Aktivitas 1. Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan 2. Kelompok aktivitas yang berhubungan sama pengolahan ikan 3. Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan 4. Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan melaut 5. Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan pelaku aktif (nelayan, pengolah, pedagang, pembeli) 6. Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan penunjang pelabuhan perikanan 7. Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan Aktivitas 1. Pendaratan hasil tangkapan (pembongkaran dan pengangkutan hasil tangkapan ke tempat pelelangan ikan) 2. Pemasaran/ pelelangan hasil tangkapan 3. Pendistribusian hasil tangkapan 4. Penanganan ikan 1. Pembekuan ikan 2. Pengolahan ikan 3. Pemasaran/distribusi hasil olahan 1. Tambat labuh 2. Perbaikan kapal dan mesin 3. Pembuatan kapal 4. Pembuatan alat tangkap 5. Perbaikan alat tangkap 1. Penyediaan air 2. Penyediaan es 3. Penyediaan BBM 4. Penyediaan garam 5. Penyediaan kebutuhan konsumsi 6.Penyediaan sparepart mesin kapal 1. Koperasi pelaku aktif 2. Asosiasi/himpunan/paguyuban pelaku aktif 1. Aktivitas Syahbandar 2. Aktivitas Perbankan 3. Aktivitas Keamanan 1. Pengelolaan fasilitas komersial 2. Pengelolaan fasilitas nonkomersial 3. Pengelolaan TPI

29 Pelayanan Pelabuhan Perikanan Secara umum pelayanan di pelabuhan perikanan dapat dibedakan menjadi menjadi dua katagori yaitu, pelayanan yang bersifat langsung kepada nelayan atau pengusaha perikanan, dan pelayanan kepada masyarakat umum dalam pelabuhan. Perbedaan keduanya diantaranya, pelayanan yang bersifat langsung diberikan secara langsung kepada nelayan atau pengusaha perikanan untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang mereka butuhkan. Pelabuhan perikanan memberikan pelayanan dalam kegiatan operasional bagi kapal-kapal penangkapan ikan, sebagai tempat berlabuh kapal, membongkar dan memasarkan hasil tangkapan sehingga menjadi titik sentral dalam melancarkan kegiatan produksi. Terciptanya suatu pelayanan yang baik di suatu pelabuhan perikanan merupakan suatu hal yang mutlak dan harus diusahakan karena pelayanan merupakan salah satu kegiatan yang menentukan keberhasilan pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan. Pelayanan yang tepat, efektif dan efesien merupakan suatu tantangan bagi pihak pengelola pelabuhan perikanan. Pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan akan memberikan dampak terhadap kelangsungan sosial ekonomi masyarakat nelayan. Karena dengan semakin baiknya pelayanan yang diberikan maka peluang terjaminnya kehidupan nelayan akan semakin besar (Yulia, 2005). Pelayanan untuk memenuhi keperluan pengguna jasa pelabuhan bersifat langsung dan kasuistis dalam arti dilakukan secara kasus demi kasus. Pelayanan yang diperlukan meliputi berbagai kegiatan mulai dari sarana produksi, pemasaran hasil sampai dengan distribusinya misalnya mereka membutuhkan bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dan solar, perbekalan ke laut atau apabila membutuhkan perawatan serta perbaikan sarana produksi supaya tetap berfungsi secara optimal. Tenaga yang melakukan pelayanan hendaknya memiliki keahlian tertentu yang diperkuat melalui suatu bentuk surat keterangan/ sertifikat. Pelayanan umum yang diberikan langsung kepada para pengguna jasa dapat dilakukan oleh manajemen pelabuhan sendiri, atau oleh swasta apabila biaya pelayanan terpaksa masih mahal, tetapi kemungkinan juga oleh keduanya apabila masih ada keahlian atau ketrampilan-ketrampilan tertentu yang belum sepenuhnya dapat dicukupi oleh pihak swasta.

30 Konsep dasar Kinerja Berikut beberapa konsep yang berkaitan dengan penilaian terhadap kinerja suatu organisasi publik yang dalam hal ini adalah Pelabuhan Perikanan Pengertian kinerja Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi ( Kinerja juga dapat diartikan sebagai kegiatan menunaikan tugas, selain itu juga dapat diartikan sebagai hasil karya (Ruky 2002 vide Hartono 2005) Penilaian kinerja Penilaian kinerja adalah penentuan atas pengukuran secara periodik operasional suatu organisasi, atasan organisasi, dan karyawan. Selain itu Penilaian kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi satuan organisasi/kerja. Menurut Cascio (1992) vide Hartono (2005) penilaian kinerja adalah sebuah gambaran/ deskripsi sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dengan pekerjaan dari seseorang atau satu kelompok. Penilaian kinerja menjadi hal yang penting dalam manajemen program secara keseluruhan, karena kinerja yang dapat diukur akan mendorong pencapaian kinerja tersebut. Penilaian kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan secara terus menerus dan mencapai keberhasilan di masa mendatang ( Melalui penilaian kinerja diharapkan satuan organisasi/kerja dapat mengetahui kinerja dalam suatu periode tertentu. Dengan adanya suatu pengukuran kinerja maka kegiatan dan program satuan organisasi/kerja dapat diukur dan dievaluasi. Selanjutnya, dari pengukuran kinerja, setiap instansi dapat diperbandingkan dengan instansi yang sejenis, sehingga penghargaan dan

31 16 tindakan disiplin dapat dilakukan secara lebih objektif. Ini berarti bahwa pengukuran kinerja penting peranannya sebagai alat manajemen untuk : 1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja; 2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati; 3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tidakan untuk memperbaiki kinerja; 4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati; 5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi; 6. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi; 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah; 8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif; 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan; 10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. Sistem penilaian kinerja dilakukan dalam sebuah proses manajemen dimana harus terjadi dan dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, kemudian tahap pembuatan rencana, pengoperasian, penggerakkan atau pengarahan dan akhirnya evaluasi atas hasilnya. Secara teknis sistem penilaian kinerja harus dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yaitu kinerja dalam bentuk apa dan bagaimana yang ingin dicapai dalam hal ini yang menjadi objek adalah kinerja operasional. Maka penilaian kinerja yang dilakukan terhadap kegiatan operasional. Penilaian sistem manajemen kinerja yang efektif harus memenuhi syarat seperti yang dijelaskan oleh Ruky (2002) vide Hartono (2005) yang meliputi : a. Relevan yaitu hal-hal atau faktor-faktor yang diukur adalah yang relevan (terkait) dengan pekerjaan baik itu output-nya, prosesnya, atau inputnya.

32 17 b. Sensitivity yaitu sistem yang digunakan harus cukup peka untuk membedakan antara karyawan yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi. c. Realiability yaitu sistem yang digunakan harus dapat diandalkan, dipercaya bahwa menggunakan tolak ukur yang objektif, sahih, akurat, konsisten dan stabil. d. Acceptability yaitu sistem yang digunakan harus dapat dimengerti dan diterima oleh penilai maupun yang dinilai dan memfasilitasi komunikasi aktif dan konstruktif antar keduanya. e. Practicality yaitu semua instrumen harus mudah digunakan oleh kedua belah pihak, tidak rumit dan berbelit-belit Pengertian dan fungsi indikator kinerja Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selain itu indikator kinerja digunakan untuk menyakinkan bahwa kinerja hari demi hari satuan organisasi/kerja yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka dan/atau menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tanpa indikator kinerja sulit bagi kita untuk menilai kinerja (keberhasilan atauketidakberhasilan) kebijakan / program / kegiatan dan pada akhirnya kinerja satuan organisasi/kerja pelaksananya ( Secara umum, indikator kinerja memiliki beberapa fungsi sebagai berikut : 1. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan; 2. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kebijakan/program/ kegiatan dan dalam menilai kinerjanya termasuk kinerja satuan organisasi/kerja yang melaksanakannya;

33 18 3. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja satuan organisasi/kerja Strategi bagi keberhasilan penilaian kinerja Sektor publik merupakan sektor yang selalu mengalami tekanan untuk dapat meningkatkan kegiatannya dan memberikan produk dan pelayanan secara lebih efisien dan dapat mengurangi biaya yang timbul bagi pembayar pajak. Dalam hal ini, pengukuran kinerja merupakan alat yang bermanfaat dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, oleh karena melalui penilaian kinerja dapat dilakukan proses penilaian terhadap pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan dan pengukuran kinerja dapat memberikan penilaian yang objektif dalam pengambilan keputusan organisasi maupun manajemen. Jadi penilaian kinerja dapat membantu meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya yang timbul dari kegiatan-kegiatan ( Berikut ini beberapa strategi untuk menerapkan sistem penilaian kinerja yang tepat dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Rencana Stratejik : 1. Melibatkan Pimpinan Sebagian besar organisasi yang telah menerapkan penilaian kinerja menunjukkan bahwa inisiatif penilaian kinerja pertama kali diperkenalkan, kemudian dipimpin dan dipromosikan oleh pihak pimpinan. Komitmen pimpinan terhadap pengembangan dan penggunaan penilaian kinerja merupakan elemen terpenting bagi suksesnya sistem penilaian kinerja. 2. Kepekaan terhadap Pentingnya Penilaian Kinerja Dorongan untuk maju ke arah peningkatan penilaian kinerja dan sistem manajemen kinerja secara umum adalah sebagai akibat dari kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi berulang-ulang, yaitu suatu kondisi yang mengancam eksistensi satuan organisasi/kerja.

34 19 3. Keselarasan dengan Arah Strategi Sistem penilaian kinerja akan sukses apabila strateji satuan organisasi/kerja dan penilaian kinerja berkaitan, yaitu selaras dengan tujuan satuan organisasi/kerja secara keseluruhan. 4. Komunikasi Komunikasi merupakan hal penting dalam penciptaan dan pemeliharaan sistem penilaian kinerja. Komunikasi sebaiknya dari berbagai arah, berasal dari atas ke bawah, bawah ke atas dan secara horisontal berada didalam dan lintas organisasi. 5. Keterlibatan Pegawai Keterlibatan pegawai merupakan cara terbaik dalam menciptakan budaya yang positif untuk menciptakan penilaian kinerja. Apabila para pegawai memiliki masukan untuk kepentingan penciptaan sistem penilaian kinerja, maka satuan organisasi/kerja dapat memanfaatkannya tanpa perlu meminta bantuan tenaga dari luar. 6. Menciptakan Akuntabilitas Kinerja Satuan organisasi/kerja perlu menentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap penilaian kinerja. Seseorang harus bertanggung jawab dalam mendapatkan informasi yang diperlukan dan melaporkannya secara tepat waktu. Yang lainnya perlu bertanggung jawab dalam memperoleh hasil dari penilaian - penilaian tersebut. Kedua bentuk tanggung jawab tersebut, baik secara organisatoris maupun individual, adalah merupakan hal yang perlu diidentifikasi di dalam penilaian kinerja Kinerja pelayanan operasional Kinerja pelayanan operasional adalah hasil kerja terukur yang dicapai pelabuhan dalam melaksanakan pelayanan kapal, barang dan utilisasi fasilitas dan alat, dalam periode waktu dan satuan tertentu. Indikator kinerja pelayanan operasional adalah variabel-variabel pelayanan, penggunaan fasilitas dan peralatan pelabuhan. Standar kinerja pelayanan operasional adalah standar hasil kerja dari tiap-tiap pelayanan yang harus dicapai oleh penyelenggara pelabuhan

35 20 dalam pelaksanaan pelayanan jasa kepelabuhan termasuk dalam penyediaan fasilitas dan peralatan pelabuhan ( Kinerja operasional Pelabuhan Perikanan Kinerja operasional pelabuhan perikanan dapat dilihat dari aktivitas yang berlangsung di pelabuhan perikanan. Aktivitas yang dapat dilihat yaitu: 1. Aktivitas tambat labuh/pendaratan ikn yang meliputi jumlah produksi ikan dan jumlah kunjungan kapal/tahun.: 2. Aktivitas pelelangan hasil tangkapan yang meliputi ada atau tidaknya aktivitas pelelangan dan mekanisme pelelangan. 3. Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut antara lain pelayanan kebutuhan es, BBM, dan air bersih; 4. Aktivitas pemasaran/ pendistribusian hasil tangkapan antara lain distribusi pemasaran lokal, nasional dan ekspor (Rokhman, 2006). Berdasarkan penilaian terhadap kegiatan operasional pelabuhan tersebut dapat diketahui kinerja operasional suatu pelabuhan perikanan Penilaian Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja pelabuhan perikanan didasarkan pada metode evaluasi kinerja pelabuhan perikanan, tolak ukur kriteria, dan kinerja penilaian. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan (scorring method) yang mengacu kepada indikator yang telah ditetapkan baik sebagai tolak ukur kriteria maupun standar volumenya. Indikator ini merupakan indikator pencapaian secara mikro yakni untuk menjabarkan evaluasi kinerja pelabuhan perikanan secara lebih rinci per kelas pelabuhan perikanan. Dari data yang ada (dilaporkan) berdasarkan realisasi pencapaian dibandingkan dengan standar indikator, akhirnya diketahui hasil penilaian akhir yaitu berupa nilai keberhasilan. Nilai ini yang dijadikan tolok ukur dalam mengevaluasi pelabuhan perikanan. Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur keberhasilan penilaian kinerja operasional pelabuhan terdiri dari: jumlah produksi perikanan, frekuensi kunjungan kapal, penyerapan tenaga kerja, penyaluran air bersih, penyaluran es, penyaluran BBM. Dari hasil penilaian berdasarkan tolak

36 21 ukur maka dapat diketahui pelabuhan perikanan dapat memiliki kinerja sesuai dengan katagori yang telah ditetapkan. Untuk menetapkan katagori penilaian didasarkan pada skor nilai keberhasilan yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu : Nilai Keberhasilan yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu : Nilai Keberhasilan (NK) adalah realisasi dibagi dengan standar indikator dikalikan bobot penilaian (Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 432/DPT3/Ot.220.D3/I/2008). Selain penentuan dasar parameter berupa jumlah produksi perikanan, frekuensi kunjungan kapal, penyerapan tenaga kerja, penyaluran air bersih, penyaluran es, penyaluran BBM, untuk penentuan parameter pemasaran didasarkan pada (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan). Penentuan parameter kepuasan nelayan didasarkan pada penilaian kinerja pelabuhan perikanan yang juga dilihat dari penilaian kepuasan nelayan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pelabuhan.

37 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalkulator, komputer, kamera, kuesioner dan berbagai alat lainnya yang dipergunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data penelitian. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penilaian kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta diperoleh dengan membandingkan kondisi di PPS Nizam Zachman dengan ketentuan Departemen Kelautan dan Perikanan. Aspek yang diteliti dalam melakukan penilaian kinerja pelabuhan meliputi aktivitas operasional di PPS Nizam Zachman aktivitasaktivitas di pelabuhan perikanan. Aktivitas yang dapat dilihat yaitu: 1. Aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan yang meliputi jumlah produksi ikan dan jumlah kunjungan kapal/tahun.: 2. Aktivitas pelelangan hasil tangkapan yang meliputi ada atau tidaknya aktivitas pelelangan dan mekanisme pelelangan. 3. Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut antara lain pelayanan kebutuhan es, BBM, dan air bersih; 4. Aktivitas pemasaran/ pendistribusian hasil tangkapan antara lain distribusi pemasaran lokal, nasional dan ekspor (Rokhman, 2006). Aspek tersebut akan diteliti untuk mengetahui penilaian kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta, untuk kemudian diketahui tingkat pencapaian keberhasilan PPS Nizam Zachman Jakarta dalam melaksanakan fungsinya sebagai Pelabuhan Perikanan Samudera.

38 23 Pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Pengambilan responden dan narasumber yang terpilih dengan sengaja (purposive) dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan memiliki pemahaman terhadap tujuan penelitian, serta mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuesioner. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan PPS Nizam Zachman Jakarta dan nelayan yang melakukan kegiatan operasional di PPS Nizam Zachman Jakarta. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas operasional pelabuhan yang meliputi aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan yang meliputi jumlah produksi ikan dan jumlah kunjungan kapal/tahun, aktivitas pelelangan hasil tangkapan yang meliputi ada atau tidaknya aktivitas pelelangan dan mekanisme pelelangan, aktivitas pelayanan kebutuhan melaut antara lain pelayanan kebutuhan es, BBM, dan air bersih, aktivitas pemasaran/ pendistribusian hasil tangkapan antara lain distribusi pemasaran lokal, nasional dan ekspor serta kondisi fasilitas yang mendukung aktivitas operasional. Wawancara, pertanyaan meliputi kebutuhan melaut nelayan PPS Nizam Zachman Jakarta seperti jumlah kebutuhan BBM, es, dan air per trip, penyediaan kebutuhan melaut oleh pihak pelabuhan, fasilitas perbaikan yang disediakan oleh pihak pelabuhan, pemasaran hasil tangkapan nelayan dan kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pelabuhan. Untuk pengisian kuisioner, jumlah responden sebanyak 60 diantaranya, 31 nelayan tuna longline, 8 nelayan purse sein, 12 nelayan pancing cumi, 6 nelayan jaring cakalang, dan 3 nelayan gillnet. Data sekunder diperoleh dari instansi dan lembaga yang terkait dengan bidang perikanan dengan melakukan studi literatur dari instansi tersebut seperti UPT PPS Nizam Zachman dan Dinas Kelautan dan Perikanan. Data sekunder yang diperoleh meliputi, data statistik pelabuhan yang meliputi data produksi perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta selama , jumlah kunjungan kapal pertahun selama , penyerapan perbekalan melaut BBM, es, dan air pertahun selama , dan pemasaran hasil tangkapan. Data skunder tersebut merupakan data operasional yang akan digunakan untuk mengetahui penilaian kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta.

39 24 Tabel 2 Metode pengumpulan Data No Tujuan Data yang diambil Sumber data Jenis data 1 Data Utama (Mengetahui kegiatan operasional selama 5 tahun) Data produksi hasil tangkapan yang didaratkan (ton/tahun) Data kunjungan kapal Penyediaan perbekalan BBM dan air (liter/tahun) serta es (kg/tahun) Fasilitas yang Pihak pengelola pelabuhan Data sekunder 2 Data Utama (Mengetahui kepuasan nelayan terhadap fasilitas penyediaan dan pelayanan yang diberikan pihak pelabuhan) terdapat di PPS Kegiatan operasional pelabuhan perikanan Pelayanan fasilitas yang digunakan dalam aktivitas operasional 3 Data tambahan Kondisi umum PPS Nizam Zachman : Letak geografis, topografi, demografi Sarana prasarana umum : perhubungan, komunikasi, listrik dan air Pengamatan dan wawancara Pengamatan dan wawancara Data Primer Data sekunder 3.4 Analisis Data Analisis aktivitas operasional Pelabuhan Perikanan Untuk menganalisis aktivitas operasional pelabuhan perikanan dilakukan penilaian terlebih dahulu terhadap tingkat operasional pelabuhan perikanan dengan menggunakan analisa deskriptif komparatif yaitu membandingkan pencapaian data tahun 2008 dari PPS Nizam Zachman Jakarta dengan standar indikator untuk ukuran PPS berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

40 25 Perikanan, Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008. Analisis dilakukan melalui penyajian tabel, diagram dari data operasional atau aktivitas-aktivitas di pelabuhan perikanan Analisis kinerja operasional Pelabuhan Perikanan Dalam melakukan analisis terhadap kinerja operasional pelabuhan perikanan digunakan metode skoring (scorring method). Berikut tahapan tahapan analisa terhadap kinerja operasional PPS Nizam zachman Jakarta. 1) Mengetahui tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan mengetahui terlebih dahulu tujuan pembangunan pelabuhan perikanan, yang dalam hal ini adalah PPS Nizam Zachman Jakarta. Tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta dalam hal ini adalah: (1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera; (2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas; (3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan; (4) Menciptakan lapangan kerja; (5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPSNZ Jakarta melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan, perbekalan dan lainnya; (6) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik perikanan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi perikanan; dan (7) Meningkatkan pengawasan, keamanan dan ketertiban di kawasan pelabuhan. 2) Penetuan parameter dan sub parameter Dalam melakukan penilaian kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta maka ditentukan terlebih dahulu parameter dan sub parameter. Penentuan parameter dan sub parameter dilakukan dengan melihat fungsi pelabuhan pada

41 26 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 dan Rangkuti (2006). Berikut dasar penentuan parameter dan sub parameter dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Parameter untuk penilaian kinerja dan cara penghitungan parameter No. Parameter Sub parameter Dasar penentuan parameter 1. Produksi Jumlah produksi ikan (ton) 2. Frekuensi kunjungan kapal perhari (unit) 3. Kebutuhan perbekalan melaut Frekuensi kunjungan kapal perhari (unit) Air bersih Es BBM Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/ Pemasaran Lokal Luar kota Ekspor 5. Kepuasan nelayan Penyediaan fasilitas perbekalan Penyediaan fasilitas perbaikan Penyediaan fasilitas pendaratan Penyediaan fasilitas pemasaran Pemasaran merupakan satu dati tiga belas fungsi pelabuhan perikanan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan) Pelabuhan perikanan sebagai salah satu instansi pemerintah yang merupakan organisasi publik harus memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik. Hal tersebut berkaitan dengan kinerja yang berkaitan dengan kepuasaan nelayan terhadap pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan perikanan. Tingkat kinerja diukur dalam kaitannya dengan aktual pelayanan yang diterima pengusaha penangkapan ikan/nelayan dari pihak pemberi layanan di pelabuhan perikanan (Perdana, 2008). Maka penilaian kepuasan nelayan perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta.

42 27 3). Penentuan bobot parameter dan sub parameter Penentuan bobot parameter dan sub parameter untuk penilaian kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta diperoleh dari wawancara dengan lima orang pakar pelabuhan perikanan yang terdiri dari staf pengajar pelabuhan perikanan IPB dan staf Departemen Kelautan dan Perikanan yang menangani pelabuhan perikanan (Yuliastuti, 2010). Penentuan proporsi bobot parameter dan sub parameter diurutkan berdasarkan nilai kepentingan diantara parameter dan sub parameter tersebut. 4). Penentuan nilai keberhasilan, skor nilai keberhasilan dan penetapan nilai kinerja pelabuhan Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja operasional pelabuhan, maka harus ditentukan pula nilai keberhasulan dan skor keberhasilan. Nilai keberhasilan menunjukkan perbandingan antara jumlah nilai pencapaian dari setiap sub parameter dengan nilai indiaktor ang telah ditetapkan. Berikut perhitungan nilai keberhasilan untuk parameter. Tabel 4 Cara perhitungan nilai keberhasilan No. Parameter Cara menghitung 1 Produksi Jumlah produksi ikan (ton) X 1 Nilai produksi ikan (juta Rp) x 100 % N 1 2 Frekuensi kunjungan kapal perhari (unit) 3 Kebutuhan perbekalan melaut Air bersih Es BBM 4 Pemasaran Lokal Luar kota Ekspor 5 Kepuasan nelayan Penyediaan fasilitas perbekalan Penyediaan fasilitas perbaikan Penyediaan fasilitas pendaratan Penyediaan fasilitas pemasaran X N X N X N x 2 4 x % x 100 % 100 % Rata rata pendapat responden yang diwawancarai

43 28 Keterangan : X 1 = Jumlah produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 X 2 = Jumlah frekuensi kunjungan kapal di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 X 3 = Jumlah penyerapan perbekalan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 X 4 = Jumlah hasil tangkapan yang dipasarkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 N 1 = Nilai indikator jumlah produksi perikanan yang ditetapkan DKP N 2 = Nilai indikator jumlah produksi perikanan yang ditetapkan DKP N 3 = Nilai indikator penyerapan perbekalan yang ditetapkan DKP N 4 = Jumlah keseluruhan hasil tangkapan yang dipasarkan Untuk penentuan skor (dilihat dari nilai keberhasilan) > 80 % = 5 60 % - < 80 % = 4 40 % - < 60 % = 3 20 % - < 40 % = 2 < 20 % = 1 Dalam pengukuran kinerja operasional pelabuhan dilakukan tahap pemberian skor untuk setiap parameter. Setiap parameter yang digunakan dalam pengukuran kinerja operasional pelabuhan perikanan ini telah didasarkan pada kriteria dari masing-masing parameter, yang tentunya setiap parameter memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung pada besarnya persentase kriteria (%) yang ada dikalikan dengan bobot yang tentunya berbeda pada masing-masing parameter. a. Parameter produksi Besarnya kriteria (%) pada parameter produksi diketahui dari data sekunder jumlah produksi pada tahun Berdasarkan data tersebut yaitu pada tahun 2008, maka persentase nilai keberhasilan dari jumlah produksi ikan akan diketahui. Selanjutnya dari hasil persentase nilai keberhasilan tersebut akan dapat diketahui nilai 1 (skor) dari jumlah produksi ikan (ton) dari satu parameter yaitu produksi. Penentuan bobot 1 parameter produksi dan bobot 2 sub parameter produksi telah diketahui sebelumnya, maka dilakukan perhitungan dengan mengkalikan nilai 1 (skor) dengan bobot 1 parameter produksi untuk dihasilkan nilai 2 yang nantinya dikalikan dengan bobot 2 sub parameter produksi untuk mendapatkan nilai akhir dari parameter ini yang nantinya akan menentukan selang penilaian kinerja pelabuhan perikanan.

44 29 Tabel 5 Pemberian nilai untuk parameter produksi Parameter Sub paramet er Produksi Jumlah Produksi Ikan (ton) Kriteria nilai keberhasilan (%) Nilai 1 > 80 % 5 60%-<80% 4 40%-<60% 3 20%-<40% <20% 2 1 Jumlah (Xa) Bobot 1 paramet er Nilai 2 (Nilai 1 x Bobot 1) Bobot 2 sub paramet er Nilai akhir (Nilai 2 x Bobot 2) b. Parameter frekuensi kunjungan kapal Pada parameter frekuensi kunjungan kapal besarnya nilai kriteria (%) diketahui dari hasil perhitungan dari data sekunder jumlah kunjungan kapal ratarata perhari pada tahun Setelah diketahui data tersebut maka dapat diketahui persentase nilai keberhasilan dari frekuensi kunjungan kapal. Selanjutnya, nilai 1 (skor) dari parameter frekuensi kunjungan kapal akan dapat diketahui berdasarkan kriteria nilai keberhasilan (%) tersebut. Penentuan bobot 1 parameter dan bobot 2 sub parameter telah diketahui sebelumnya, maka dilakukan perhitungan dengan mengkalikan nilai 1 (skor) dengan bobot 1 parameter untuk dihasilkan nilai 2 yang nantinya dikalikan dengan bobot 2 sub parameter untuk mendapatkan nilai akhir dari parameter ini yang nantinya akan menentukan selang penilaian kinerja pelabuhan perikanan. Tabel 6 Pemberian nilai untuk parameter frekuensi kunjungan kapal Parame- Ter Frekuensi kunjungan kapal Sub parameter Jumlah kunjungan kapal ratarata perhari (unit) Kriteria nilai keberhasilan (%) > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Nilai Jumlah (Xb) Bobot 1 parameter Nilai 2 (Nilai 1 x Bobot 1) Bobot 2 sub parameter Nilai akhir (Nilai 2 x Bobot 2)

45 30 c. Parameter penyediaan perbekalan melaut Penentuan besarnya nilai kriteria (%) pada parameter penyediaan perbekalan melaut dapat diketahui dari data sekunder perbekalan melaut yang meliputi jumlah BBM, es dan air bersih pada tahun Dari tiga data tersebut akan dihitung persentase dari penyediaan BBM, es dan air bersih di pelabuhan perikanan. Berdasarkan tiga data tersebut yaitu pada tahun 2008, maka persentase nilai keberhasilan dari masing-masing sub parameter (BBM, es, dan air bersih) akan diketahui. Selanjutnya dari hasil persentase nilai keberhasilan tersebut akan dapat diketahui nilai 1 (skor) dari sub parameter BBM, es, dan air bersih dari satu parameter yaitu penyediaan perbekalan melaut. Penentuan bobot 1 parameter dan bobot 2 sub parameter telah diketahui sebelumnya, maka dilakukan perhitungan dengan mengkalikan nilai 1 (skor) dengan bobot 1 parameter untuk dihasilkan nilai 2 yang nantinya dikalikan dengan bobot 2 sub parameter untuk mendapatkan nilai akhir dari parameter ini yang nantinya akan menentukan selang penilaian kinerja pelabuhan perikanan. Tabel 7 Pemberian nilai untuk parameter penyediaan perbekalan melaut Parameter Penyediaan perbekalan melaut Sub parameter Kriteria nilai keberhasil an (%) BBM > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Es > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% Air tawar <20% > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Nilai Jumlah (Xc) Bobot 1 parame -ter Nilai 2 (Nilai 1 x Bobot 1) Bobot 2 sub parameter Nilai akhir (Nilai 2 x Bobot 2)

46 31 d. Parameter pemasaran Penentuan besarnya nilai kriteria pada parameter pemasaran diketahui dari data pemasaran pada pada tahun Data pemasaran umumnya dengan tujuan lokal, regional, maupun ekspor. Dalam penghitungan parameter pemasaran ini agak berbeda karena menggunakan proporsi karena pemasaran dengan tujuan lokal, regional, maupun ekspor memiliki proporsi yang berbeda. Dari tiga data tersebut akan dihitung persentase pemasaran dengan tujuan lokal, regional, maupun ekspor. Berdasarkan tiga data tersebut yaitu pada tahun 2008, maka persentase nilai keberhasilan dari masing-masing sub parameter (lokal, regional, dan ekspor) akan diketahui. Selanjutnya dari hasil persentase nilai keberhasilan tersebut akan dapat diketahui nilai 1 (skor) dari sub parameter lokal, regional, dan ekspor dari satu parameter yaitu distribusi hasil pemasaran. Penentuan bobot 1 parameter dan bobot 2 sub parameter telah diketahui sebelumnya, maka dilakukan perhitungan dengan mengkalikan nilai 1 (skor) dengan bobot 1 parameter untuk dihasilkan nilai 2 yang nantinya dikalikan dengan bobot 2 sub parameter untuk mendapatkan nilai akhir dari parameter ini yang nantinya akan menentukan selang penilaian kinerja pelabuhan perikanan. Tabel 8 Pemberian nilai untuk parameter pemasaran Parameter Distribusi hasil pemasaran Sub parameter Kriteria nilai keberhasil an (%) Lokal > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Bobot 2 sub parameter Regional > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Ekspor > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Nila i Jumlah (Xd) Bobot 1 parameter Nilai 2 (Nilai 1 x Bobot 1) Nilai akhir (Nilai 2 x Bobot 2)

47 32 e. Parameter kepuasan nelayan Penentuan besarnya kriteria parameter kepuasan nelayan menggunakan kuesioner sebagai alat bantunya. Kuesioner diisi terlebih dahulu oleh responden. Responden disini adalah nelayan, kuesioner yang telah diisi kemudian diolah sehingga menghasilkan besarnya angka dari hasil pembobotan dari tiap-tiap jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Selanjutnya, berdasarkan hasil pembobotan tersebut akan diperoleh persentase nilai keberhasilan. Selanjutnya dari hasil persentase nilai keberhasilan tersebut akan dapat diketahui nilai 1 (skor) dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan, penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan, penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran, penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran dari satu parameter yaitu kepuasan nelayan. Penentuan bobot 1 parameter dan bobot 2 sub parameter telah diketahui sebelumnya, maka dilakukan perhitungan dengan mengkalikan nilai 1 (skor) dengan bobot 1 parameter untuk dihasilkan nilai 2 yang nantinya dikalikan dengan bobot 2 sub parameter untuk mendapatkan nilai akhir dari parameter ini yang nantinya akan menentukan selang penilaian kinerja pelabuhan perikanan. Pemberian nilai untuk parameter kepuasan nelayan dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini.

48 33 Tabel 9 Pemberian nilai untuk parameter kepuasan nelayan Parameter Sub parameter Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan Kriteria nilai keberhasil an (%) > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Nilai Bobot 1 parameter Nilai 2 (Nilai 1 x Bobot 1) Bobot 2 sub parameter Nilai akhir (Nilai 2 x Bobot 2) Kepuasan nelayan Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan Penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran > 80 % 60%-<80% 40%-<60% 20%-<40% <20% Jumlah (Xe)

49 34

50 35 Setelah semua parameter selesai dihitung maka selanjutnya adalah menjumlahkan semua nilai akhir dari seluruh parameter. Jumlah skoring seluruh parameter = Xa + Xb + Xc + Xd + Xe untuk dilakukan penetapan nilai kinerja untuk mengetahui kinerja dari PPS Nizam Zachman setelah diketahui selang penilaian kerja. Untuk menggambarkan kriteria kinerja pelabuhan perikanan maka dibuat selang frekuensi untuk menggambarkan kriteria kinerja. Berikut tahapan dalam pembuatan selang frekuensi adalah : a) Menentukan banyak selang kelas (ada lima selang kelas) Banyak kelas = 5 b) Menentukan besar wilayah (mengurangi data terbesar dengan data terkecil) Data terbesar = 5 Data terkecil = 1 c) Menentukan lebar kelas atau interval (membagi besar wilayah dengan banyak kelas) 5 1 Lebar kelas atau interval = = 0,8 5 d) Menentukan selang kelas pertama dan batas kelasnya (dimulai dari data terkecil). Berikut selang penilaian kinerja : 1 1,8 2,6 3,4 4,2 5 Selang kelas pertama dan batas kelasnya = 1,0- < 1,8 e) Daftarkan selang kelas dan batas kelas hingga didapat lima selang frekuensi dapat dilihat pada Tabel Tabel 11 Penetapan selang untuk menentukan kinerja PPS Nizam Zachman Jakarta Nilai riil jumlah skor 4,2-5,0 3,4-4,2 2,6-3,4 1,8-2,6 1,0- < 1,8 Penilaian kinerja pelabuhan sangat baik kinerja pelabuhan baik kinerja pelabuhan cukup baik kinerja pelabuhan kurang baik kinerja pelabuhan sangat kurang baik

51 4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di Muara Baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yaitu berada di LS dan BT. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi ke dalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas Perum dan UPT PPSNZJ 10 ha dan kolam pelabuhan 40 ha. Letak pelabuhan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa (Teluk Jakarta) di sebelah utara, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah timur, Penjaringan di sebelah selatan dan Pantai Seruni kawasan Waduk Pluit di sebelah barat. 4.2 Sejarah dan perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan ini diresmikan pada tanggal 17 Juli pada tahun 1970, pelabuhan perikanan yang ada tidak mempunyai cukup kapasitas untuk menampung produkproduk perikanan untuk kota Jakarta dan sistem pemasaran perikanan di Jakarta masih sangat sederhana. Perencanaan pembangunan PPSNZJ dimulai sejak tahun 1972 dengan meminta kepada pemerintah Jepang untuk memimpin pembangunan pelabuhan perikanan di Jakarta termasuk fasilitas-fasilitas di dalamnya melalui Overseas Technical Cooperation Agency (OTCA) of Japan sekarang dikenal dengan Japanese International Cooperation Agency (JICA). Setelah layak untuk dibangun, pada tahun 1977 pemerintah Indonesia dan Jepang mencapai kesepakatan untuk membiayai pembangunan ini bersama-sama. Biaya pembangunan pelabuhan bersumber pada biaya pemerintah (APBN) dan dana bantuan pinjaman lunak dari Jepang melalui Overseas Economic Cooperation Fund (OECF). Perencanaan teknis pelabuhan dilaksanakan oleh Pasific Consultans International dari Jepang yang bekerja sama dengan PT. Inconeb dari Indonesia.

52 37 Semula PPSNZJ berbentuk Project Manajement Unit (PMU) seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa pelabuhan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan. Pembangunan awal PPSNZJ dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembangunan. Tahap tahap pembangunan itu adalah : (1) Pembangunan Tahap I (5 Maret Desember 1982) Pekerjaan pembangunan ini meliputi pembangunan fasilitas dasar yaitu pengerukan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang (Breakwater), lampu navigasi, turap reklamasi tanah. (2) Pembangunan Tahap II (22 Maret Maret 1984) Pembangunan pada tahap ini meliputi pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga tempat bongkar muat ikan, mesin-mesin pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana- sarana pelengkap lainnya. (3) PembangunanTahap III (Pembangunan Sistem Rantai Dingin) Pembangunan fasilitas penunjang yaitu pada tahun dibangun pos polisi, jalan kompleks PPS Nizam Zachman, perkantoran dan hotel, masjid, pertokoan dan tempat proses ikan. Pada tahun dibangun perpanjangan dermaga (150 m), perluasan cold storage, kantor cabang Perum PPS Nizam Zachman Jakarta, gedung pemasaran ikan, tempat penginapan, 2 transit sheds, MCK, industri pengolah ikan. (4) Pembangunan Tahap IV ( ) Pembangunan IV lebih ditujukan pada peningkatan kebersihan dan hygienitas di kawasan pelabuhan guna meningkatkan mutu produksi hasil perikanan, pengantisipasian jumlah kapal yang semakin meningkat, dan pemberian pelayanan jasa yang lebih baik pada konsumen. Pekerjaan pada tahap ini meliputi : 1) Fasilitas pelabuhan, seperti: pembersihan air kolam, perbaikan reventment, reklamasi, pembuatan dermaga dengan kedalaman 7,5

53 38 m, pengerukan kolam pelabuhan, perbaikan tanah kawasan pelabuhan, dan pengadaan slipways. 2) Bangunan dan sarana lainnya, antara lain : rehabilitasi gedung TPI, pembangunan kantor UPT, menara kontrol, kamar mandi dan WC, perbaikan bangunan yang ada, jalan, tempat parkir, penghijauan, drainase, penanganan limbah, instalasi air laut, penampungan sampah, instalasi listrik dan penerangan jalan, suplai air dari penampungan, dan tempat perbaikan jaring dan penjenuran. 3) Perlengkapan sarana seperti box sampah, battery forklift, dissel forklift, crane, truck, dump truck, dan komputer. 4.3 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) dikelola oleh Unit Pelayanan Terpadu (UPT), Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera Jakarta dan Instansi terkait lainnya. Instansi tersebut saling berkerjasama dalam menjalankan kegiatan operasional pelabuhan, memfungsikan, mengembangkan dan memelihara/ merawat, serta menjaga kebersihan segala fasilitas pelabuhan yang ada baik fasilitas pokok, fasilitas penunjang serta pendukungnya Unit pelayanan terpadu Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 604/Kpts/OT/21/9/95 tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Unit Pelayanan Teknik (UPT) mempunyai tugas : (1) Pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan sarana pelabuhan; (2) Penyusunan rencana tata operasional pelabuhan, pelayanan kepada nelayan dan kapal perikanan serta koordinasi pelayanan usaha perikanan di lingkungan pelabuhan; (3) Koordinasi keamanan dan ketertiban di lingkungan pelabuhan perikanan; (4) Pelaksanaan urusan tata usaha.

54 39 Fungsi yang dijalankan Unit Pelaksana Teknis pelabuhan di dalam melakukan tugasnya adalah sebagai berikut (UPT PPS Nizam Zachman Jakarta, 2004) : (1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, serta pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan; (2) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan; (3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban dan pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan; (4) Pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan; (5) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produk, distribusi dan pemasaran hasil perikanan; (6) Pelaksanaan pengawasan, penangkapan, penanganan, pengelola, pemasaran dan mutu hasil perikanan; (7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data statistik perikanan; (8) Pengembangan data pengolahan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya; (9) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari; dan (10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Struktur organisasi PPS Nizam Zachman Jakarta terdiri dari : (1) Kepala Pelabuhan (2) Bagian Tata Usaha 1) Sub Bagian Keuangan 2) Sub Bagian Umum (3) Bidang Pengembangan 1) Seksi Sarana 2) Seksi Tata Pelayanan (4) Bidang Tata Operasional 1) Seksi Kesyahbandaran Perikanan 2) Seksi Pemasaran dan Informasi (5) Kelompok Jabatan Fungsional

55 40 Kepala Pelabuhan Bagian Tata Usaha Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum Bidang Pengembangan Bidang Tata Operasional Seksi Sarana Seksi Tata Pelayanan Seksi Kesyahbandaran Perikanan Seksi Pemasaran dan Informasi Kelompok Jabatan Fungsional Sumber : UPT PPS-NZJ, 2009 Gambar 1 Struktur organisasi unit pelaksana teknis Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Perusahaan umum Perum Prasarana Perikanan Samudera mempunyai misi sebagai pelayanan umum dalam bidang penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Perum Prasarana Perikanan Samudera berpusat di Muara Baru Jakarta dengan cabang-cabangnya di sembilan pelabuhan perikanan sesuai Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1990 bahwa hanya 9 (sembilan) pelabuhan perikanan yang fasilitas komersialnya untuk sementara akan diusahakan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera yaitu : PPS Nizam Zachman Jakarta, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Belawan, dan Berondong serta sisanya 5 Pelabuhan

56 41 Perikanan Pantai masing-masing di Lampullo (Aceh), Pemangkat, Banjarmasin, Tarakan dan Prigi. Kegiatan pelayanan pada PPS Nizam Zachman Jakarta yang bersifat komersial merupakan tanggung jawab dan wewenang dari Perum Prasarana Samudera Cabang Jakarta (UPT, 2005 diacu dalam Wulandari, 2006). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2000, maksud dan tujuan dibentuknya Perum adalah : (1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan perbaikan sarana atau prasarana pelabuhan perikanan; (2) Mengembangkan wiraswasta perikanan serta merangsang dan atau mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan; (3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil perikanan dan sistem rantai dingin dalam perdagangan dan industri bidang perikanan; (4) Menumbuhkembangkan kegiatan perikanan sebagai komponen kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan. Strategi yang telah ditetapkan oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan adalah: (1) Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mengembangkan sarana, prasarana baru dalam rangka meningkatkan pelayanan dan menangkap peluang usaha baru; (2) Melengkapi beberapa pelabuhan perikanan dengan beberapa sarana pendukung yang memungkinkan diselenggarakannya secara baik dan lancar kegiatan pelayanan ekspor hasil perikanan langsung dari pelabuhan tersebut; (3) Membentuk anak perusahaan dalam rangka memperluas jaringan usaha terutama untuk menangkap peluang-peluang usaha baru di luar usaha pokok perusahaan; (4) Mengevaluasi pelabuhan-pelabuhan yang ekonomis sudah layak dan mengusulkan untuk dikelola perusahaan; (5) Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dan memanfaatkan peluang usaha baru yang saling menguntungkan;

57 42 (6) Memperkuat struktur permodalan khusunya untuk investasi berupa pinjaman jangka panjang dari lembaga pemerintah atau sektor perbankan dengan tingkat bunga yang dinilai saling menguntungkan; (7) Mengupayakan terwujudnya tambahan Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) dalam mendukung pengembangan perusahaan. 4.4 Visi, misi, dan tujuan pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Visi PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan bagian internal dari visi Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh staf, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun Visi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah : Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi terpadu Misi PPS Nizam Zachman Jakarta : (1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif; (2) Pemberdayaan masyarakat perikanan; (3) Meningkatkan mutu, keamanan pangan dan nilai tambah; (4) Menyediakan sumber data dan informasi perikanan (5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan Pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta bertujuan untuk : (1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera; (2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas; (3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan; (4) Menciptakan lapangan kerja; (5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPSNZ Jakarta melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan, perbekalan dan lainnya;

58 43 (6) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik perikanan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi perikanan; dan (7) Meningkatkan pengawasan, keamanan dan ketertiban di kawasan pelabuhan. 4.5 Keadaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta Unit penangkapan ikan Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan teknis yang mendukung dalam operasi penangkapan ikan. Unit tersebut terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap, dan nelayan Kapal Jenis armada penangkapan ikan yang ada di PPS Nizam zachman terdiri dari kapal yang berukuran < 10 GT sampai dengan > 200 GT, dengan alat tangkap dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok tuna dan non tuna. Kelompok tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap long line dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin, big eye, albacore dan cakalang, selain itu juga jenis black marlin, meka, layaran dan cucut. Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gill net, payang, purse seine, jaring tangsi (jaring rampus), muroami, dan fish net dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tongkol, tenggiri danj cumi-cumi. Bahan kapal terbagi menjadi tiga jenis yaitu kayu, fiber dan besi. Kapal kayu umumnya terdiri dari kapal-kapal tradisional sedangkan kapal fiber dan besi digunakan oleh kapal tuna (long line) meskipun ada juga yang menggunakan kapal kayu. Armada penangkapan dengan ukuran < 30 GT merupakan kapal-kapal tradisional dengan daerah penangkapan berada di Laut Jawa meliputi perairan Utara Jawa sampai perairan Selatan Kalimantan, dan hasil tangkapannya dipasarkan untuk tujuan lokal. Sedangkan armada penangkapan dengan ukuran > 30 GT merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki daerah penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia meliputi perairan Barat Sumatera dan

59 44 perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan ekspor. Perkembangan jumlah kapal masuk berdasarkan ukuran kapal (gt) ke PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah kapal masuk berdasarkan ukuran kapal (GT) di PPS-NZJ Tahun GT Total Pertumbuhan < > 200 (%) , , , ,14 Total Sumber : UPT PPS-NZJ, 2009 Tabel 12 menunjukkan bahwa. pada tahun 2004 jumlah kapal ikan yang masuk sekitar kali, jumlah ini kemudian mengalami penurunan sebesar 0,8 % atau sekitar 40 kali menjadi kali pada tahun 2005, kemudian mengalami penurunan lagi sebesar 17,50 % atau sekitar 805 kali menjadi kali. Selanjutnya pada tahun berikutnya juga mengalami penurunan sebesar 7,1 % atau sekitar 269 kali menjadi kali, dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan sekitar 7,03 % atau sekitar 248 kali menjadi kali Alat tangkap Alat tangkap yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu gillnet, bubu, purse seine, long line, life nets, pengangkut, dan lain-lain. Jenis alat tangkap yang terbanyak jumlahnya adalah longline dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tuna. Perkembangan jumlah alat tangkap yang memanfaatkan jasa PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 13.

60 45 Tabel 13 Jumlah Alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta Alat Tahun Tangkap Gillnet Bubu Purse seine Long line Lift nets Pengangkut Lain-lain Total Sumber : UPT PPS-NZJ, 2009 Tabel 13 di atas memperlihatkan perkembangan jumlah alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta sejak tahun Dalam kurun waktu 5 tahun tersebut terjadi perubahan yang terjadi pada jumlah alat tangkap yang dioperasikan. Setiap tahunnya terjadi penurunan jumlah alat tangkap. Pada tahun 2004 jumlah alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta berjumlah unit, jumlah ini kemudian mengalami penurunan sebesar 0,8 % atau sekitar 40 unit menjadi unit pada tahun 2005, kemudian mengalami penurunan lagi sebesar 17,50 % atau sekitar 805 unit menjadi unit. Selanjutnya pada tahun berikutnya juga mengalami penurunan sebesar 7,1 % atau sekitar 269 unit menjadi unit, dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan sekitar 7,03 % atau sekitar 248 unit menjadi unit. Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh beberapa hal antara lain penurunan jumlah armada perikanan yang ada. Hal tersebut dapat terjadi karena besarnya biaya operasional dan biaya perawatan serta umur teknisnya. Selama periode , alat tangkap yang mendominasi adalah long line dengan jumlah pada tahun 2004, unit long line pada tahun 2005, unit long line pada tahun 2006, 938 unit long line pada tahun 2007, dan 792 unit long line pada tahun Sedangkan alat tangkap gillnet, berjumlah sebanyak pada tahun 2004, unit gillnet pada tahun 2005, unit gillnet pada tahun 2006, 986 unit gillnet pada tahun 2007 dan 653 unit gillnet pada tahun Secara umum perkembangan jumlah alat tangkap selama 5 tahun tersebut cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya.

61 Nelayan Masyarakat nelayan dalam sistem perikanan tangkap merupakan elemen penting dalam sebuah unit penangkapan ikan disamping kapal penangkap ikan dan alat tangkap. Jumlah nelayan pada setiap jenis alat tangkap jumlahnya sesuai dengan alat tangkap dan ukuran kapal. Alat tangkap long line > 30 GT membutuhkan sekitar 15 orang nelayan dalam pengoperasiannya, alat tangkap gillnet > 30 GT membutuhkan nelayan sebanyak 10 orang, sedangkan alat tangkap purse seine membutuhkan sekitar 30 nelayan dalam pengoperasiannya. Tabel 14 Jumlah nelayan di PPS Nizam Zachman Jakarta Jenis alat tangkap Tahun Total Gillnet Bubu Purse seine Long line Muro ami Jaring tangsi Fish net Lain-lain Pengangkut Total Sumber : UPT PPS-NZJ, 2005 diacu dalam Darmawan (2005) Berdasarkan Tabel 14 diatas, nelayan yang paling dominan dari tahun adalah nelayan longline yang berjumlah orang dengan hasil tangkapan utama ikan tuna. Nelayan longline merupakan jumlah terbesar karena keberadaan kapal longline mendominasi di PPS Nizam Zachman. Sedangkan untuk nelayan gillnet berjumlah orang. Peningkatan jumlah nelayan yang tinggi akan mengakibatkan upah nelayan menurun bila tidak diimbangi peningkatan jumlah armada penangkapan sehingga kesejahteraan nelayan akan menurun.

62 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Sarana atau fasilitas yang disediakan PPS Nizam Zachman Jakarta terdiri dari fasilitas pokok, dimana fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal, fasilitas fungsional untuk menunjang aktivitas di pelabuhan dan fasilitas penunjang yang berfungsi memberikan kenyamanan dalam melakukan aktivitas di pelabuhan. Sarana atau fasilitas yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17. Tabel 15 Fasilitas pokok di PPS Nizam Zachman Jakarta No. Nama Fasilitas Volume Keterangan 1. Breakwater m 2 Sedang diperbaiki Sedang diperbaiki 2. Revetment m 2-4,5m; -6m; 7,5m Dermaga dan Jetty Kolam Pelabuhan a. Luas kolam pelabuhan b. Lebar mulut kolam c. Kedalaman Alur Pelayaran a. Panjang alur pelayaran b. Lebar alur pelayaran c. Kedalaman Jalan a. Panjang jalan b. Lebar jalan Drainase / Saluran - Terbuka a. Panjang b. Lebar - Tertutup a. Panjang b. Lebar Pagar keliling a. Panjang b. Lebar m 2 40 ha m 2 184,6 m 6 m 530 m 60 m - 7,5 m m 0,8 m m 0,8 m 409 m 0,6 m m 2 m Sedang diperbaiki Sedang diperbaiki Sedang diperbaiki

63 48 Tabel 16 Fasilitas fungsional di PPS Nizam Zachman Jakarta No. Nama Fasilitas Volume Keterangan 1. Pemasaran Hasil Perikanan a. TPI m 2 b. PPI m 2 2. Navigasi Pelayaran dan Komunikasi a. Rambu-rambu Pelayaran 2 unit b. Lampu Suar 2 unit c. Mercusuar 3 unit d. Line telepon e. Radio SSB f. Internet g. Menara pengawas Layanan Air Bersih a. Penampung air b. Instalansi jaringan air laut Layanan Es a. Pabrik es Layanan Listrik a. Mesin genset (2 unit) b. PLN c. Rumah genset Layanan Bahan Bakar a. SPBU b. SPBB Pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan a. Dock/ Slipway 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 2 unit 100 kva; 200 kva 197 kva 40 m 2 1 unit 4 unit 2 unit Naik 1 m dari jalan Naik 1 m dari jalan Merah, hijau 1 mercusuar peninggalan Belanda Sedang dibangun Masing-masing 1200 ton 200 ton/hari PT. Amanah Putra Harun (Daftar perusahaan) Dikelola PERUM dan SWASTA b. Bengkel c. Gudang peralatan Perkantoran a. Kantor Instansi (UPT) b. Kantor Industri c. Kantor Bersama d. Kantor Pengurus Kapal Fasilitas Transportasi 1 a. Kendaraan Dinas Roda 4 b. Kendaraan Dinas Roda 2 c. Alat Berat d. Kapal Tunda Fasilitas Transportasi II a. Garansi Alat Berat + Work 1 unit 2 unit 1.131,4 m 2 79 unit 349,5 m 2 96 m 2 5 unit 16 unit 12 unit 1 unit 270 m 2 Dikelola PERUM Elevasi lantai + 3 m Syahbandar, Bea Cukai, Kesehatan

64 Shop b. Halte Bis Pengolahan Limbah a. Instalansi Pengolahan Limbah b. Tempat Pembuangan Sampah Fasilitas Penanganan dan Pengujian Hasil Mutu Perikanan a.gedung Pengepakan b. Tempat Pengolahan Ikan c. Tempat penyimpanan ikan segar d. Cold Storage e. Tempat Pendaratan Tuna (TLC) 27 m m m m 2 16 unit 22 unit 14 unit 28 unit L = 10 x 27 m 2,7 x 10 T = 2 m 5 unit PERUM = 1000 ton; 9 unit Swasta Tabel 17 Fasilitas penunjang di PPS Nizam Zachman Jakarta No. Nama Fasilitas Volume Keterangan ,75 m 2 2. Balai pertemuan nelayan Pengelolaan pelabuhan a. Mess Karyawan (2 Unit) b. Pos jaga c. Pos pelayanan terpadu d. Mess loligo e. Mess operator 1 dan Gudang f. Mess operator II Sosial dan umum a. Kios nelayan, toko/waserda b. Klinik kesehatan c. MCK (12 unit) d. Musholla (2 unit) e. Mesjid (1 unit) Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Jakarta m 2 ; 121 m 2 8 unit 601,55 m m 2 252,2 m m ,75 m m m 2 150, 53 m m 2 Di belakang kantor P2SDKP

65 5 TINGKAT OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Aktivitas pendaratan ikan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPS Nizam Zachman Jakarta terbagi menjadi dua yaitu kapal tradisional yang mendaratkan hasil tangkapannya di TPI dan kapal longline yang mendaratkan hasil tangkapannya di Tuna Landing Center (TLC). Aktivitas pendaratan hasil tangkapan yang berasal dari kapal tradisional yang didaratkan di dermaga barat meliputi rangkaian proses pembongkaran dari palkah ke atas dek kapal dengan bantuan tris atau basket kemudian diangkat ke atas deck dengan menggunakan bantuan tali. Ikan yang berada di deck kemudian disortir sesuai dengan jenis, ukuran, dan mutunya kemudian ditempatkan pada tris yang berbeda-beda, tujuannya agar memudahkan saat dilakukan pelelangan, kemudian dilakukan pemindahan tris dari kapal ke TPI. Proses pembongkaran berlangsung dua sampai tiga jam. Pendaratan dilakukan oleh kapal gillnet, bubu, purse seine, jaring tangsi dan boukeami. Aktivitas ini umumnya dilakukan dari pukul WIB hingga pukul WIB. Aktivitas pendaratan di dermaga timur yaitu kapal longline yang mendaratkan hasil tangkapannya di Tuna Landing Center (TLC). TLC yang berada di dermaga timur sengaja dikhususkan untuk mendaratkan hasil tangkapan kapal longline. Bagi kapal longline, sebelum melakukan pendaratan maka dilakukan persiapan pemasangan alat peluncur yang berfungsi memindahkan ikan dari kapal longline ke unit-unit penanganan untuk melindungi hasil tangkapan dari sinar matahari secara langsung. Selanjutnya adalah aktivitas pembongkaran dimulai dengan pendaratan kapal di dermaga timur, kemudian es yang digunakan untuk mendinginkan ikan terlebih dahulu dibuang dari dalam palka. Kemudian mengeluarkan ikan dengan bantuan katrol yaitu dengan cara mengikat ekor ikan dengan tali yang kemudian ditarik menggunakan bantuan katrol dari dalam palka sampai ke atas deck. Setelah dampai di deck, ikan diletakkan pada alat peluncur selanjutnya didorong meluncur menuju ke dalam unit penanganan tuna. Hasil tangkapan yang didaratkan di TLC tidak diadakan pelelangan ikan, akan tetapi langsung masuk ke unit-unit penanganan tuna yang kurang lebih berjumlah 19

66 51 perusahaan di dermaga timur. Perusahaan-perusahaan tersebut tetap dikenakan biaya retribusi sebesar 5 % Frekuensi kunjungan kapal Armada perikanan yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta adalah jenis kapal motor yang dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh dibandingkan perahu motor tempel apalagi perahu tanpa motor. Perkembangan armada perikanan tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta dapat terlihat di bawah ini. Tabel 18 Jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap di PPS-NZJ Alat Tahun Total Tangkap Gillnet Bubu Purse seine Long line Lift nets Pengangkut Lain-lain Total Pertumbuhan % -0,8-17,51-6,9-7,14 Tabel 18 menunjukkan bahwa jumlah kapal masuk di PPS Nizam Zachman Jakarta sejak tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2004 jumlah kapal ikan yang masuk sekitar kali, jumlah ini kemudian mengalami penurunan sebesar 0,8 % atau sekitar 40 kali menjadi kali pada tahun 2005, kemudian mengalami penurunan lagi sebesar 17,50 % atau sekitar 805 kali menjadi kali. Selanjutnya pada tahun berikutnya juga mengalami penurunan sebesar 7,1 % atau sekitar 269 kali menjadi kali, dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan sekitar 7,03 % atau sekitar 248 kali menjadi kali.

67 52 Kapal masuk (Kali) y = -379x R 2 = Tahun Gambar 2 Perkembangan jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Gambar 2 menunjukkan perubahan (trend) yang terjadi dalam bentuk persamaan linear. Persamaan linear pada jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun adalah y = -379 x dan R 2 = 0,93. Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa jumlah kapal masuk berdasarkan alat tangkap di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami penurunan sebesar 379 kali setiap tahunnya. Penurunan tersebut selama lima tahun terakhir disebabkan oleh kapal-kapal tersebut berpindah ke pelabuhan lain, kenaikan harga solar yang mengakibatkan biaya operasional menjadi besar sehingga mengakibatkan banyak kapal yang berhenti melaut, banyaknya kapal yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa melaut, hal ini bisa terlihat dari banyaknya jumlah kapal yang menjalani perbaikan meningkat dari tahun ke tahun Jumlah produksi ikan Produksi ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta berasal dari dua sumber yaitu dari darat dan laut. Ikan yang didaratkan dari laut merupakan ikan hasil tangkapan oleh kapal-kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan Samudera Hindia bagi kapal-kapal besar dan sekitar wilayah perairan teritorial Indonesia bagi kapal-kapal tradisional. Ikan yang berasal dari laut dikatagorikan menjadi dua yaitu : (1) kelompok ikan tuna yang terdiri dari ikan tuna, marlin, meka,

68 53 cakalang, cucut dan lainnya. (2) Kelompok ikan tradisional yaitu kelompok ikan dari jenis non tuna dengan tujuan pemasarannya untuk ekspor dan lokal, terdiri dari ikan tenggiri, bawal, cumi-cumi, kakap merah dan lainnya. Sedangkan produksi yang berasal dari darat / daerah lain adalah ikan yang dibawa dengan kendaraan seperti mobil dan truk dari luar pelabuhan seperti Muara Angke, Cilincing dan wilayah Jawa Barat, perlu diketahui bahwa umumnya ikan dari daerah Jawa Barat adalah ikan air tawar. Produksi ikan yang masuk ke PPS Nizam Zachman melalui darat, merupakan ikan yang didatangkan dari daerah yang sebagian besar terletak di daerah pesisir utara dan selatan Pulau Jawa seperti : Batang, Kendal, Pekalongan, Binuangan, Cilacap, Indramayu, Tuban, dan Gresik serta dari daerah luar Jawa. Ikan tersebut diangkut dari luar daerah/ Jakarta menggunakan truk pengangkut yang dikemas menggunakan kotak kayu/ drum plastik. Jenis ikan yang didaratkan antara lain bandeng, kembung, kakap, mujair, tembang, mas, tawes, dan lain-lain. Produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta sangat bervariatif dari segi spesies ikan maupun dari daerah asal seperti yang terlihat pada Gambar 3. Jenis ikan yang didaratkan didominasi oleh ikan tuna dengan persentase cakalang 44 %, tongkol abu-abu 27 %, tenggiri 10 %, madidihang 7 %, tuna mata besar 6 % dan ikan campuran 6 %. Tuna mata besar 6% Madidihang 7% Tenggiri 10% Ikan campuran 6% Cakalang 44% Tongkol abu-abu 27% Gambar 3 Komposisi spesies dominan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008

69 54 Tabel 19 Produksi perikanan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Tahun Darat (ton) Laut (ton) Jumlah Pertumbuh an % , , , , , ,90-2, , , ,40 56, , , ,31 8, , , ,34-14,80 Jumlah , , ,70 % 68,21 31,79 Sumber : PPS Nizam Zachman Jakarta 2009 Tabel 19 menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan sejak tahun Pada tahun 2004 total produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman sebesar ,79 ton, jumlah ini kemudian mengalami penurunan sebesar 2,08 % atau sekitar 848,89 ton menjadi ,90 ton pada tahun 2005, pada tahun selanjutnya yaitu 2006 total produksi ikan yang didaratkan mengalami kenaikan yang sangat tinggi yaitu 56,24 % menjadi ,40 ton. Pada tahun 2007 produksi ikan yang didaratkan juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 8.05 % atau sekitar 7.983,91 ton. Sedangkan pada tahun 2008 produksi total ikan yang didaratkan mengalami penurunan sekitar 14,8 % atau sekitar 14,681,97 ton. Secara umum produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman mengalami peningkatan yang sangat tinggi pada tahun Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 56,24 % atau sekitar ,5 ton Produksi perikanan (Ton) y = 14664x - 3E+07 R 2 = Tahun Gambar 4 Produksi perikanan darat dan laut di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun

70 55 Gambar 4 menunjukkan perubahan (trend) yang terjadi dalam bentuk persamaan linear. Persamaan linear pada produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun adalah y = 14664x dan R 2 = 0,66. Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa jumlah produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami peningkatan sebesar ton setiap tahunnya. Produksi ikan dari darat (Ton) y = 18179x - 4E+07 R 2 = Tahun Gambar 5 Produksi perikanan dari darat di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Produksi ikan dari laut (Ton) y = x + 7E+06 R 2 = Tahun Gambar 6 Produksi perikanan dari laut di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun

71 56 Gambar 5 dan Gambar 6 menjelaskan secara keseluruhan total produksi ikan selama 5 tahun terakhir sejak tahun cenderung didominasi oleh produksi ikan yang didatangkan dari darat. Berdasarkan prosentase jumlah produksi ikan selama , produksi ikan yang berasal dari laut sebesar 31,79 % dan yang berasal dari darat sebesar 68,21 %. Hal tersebut dikarenakan banyak kapal-kapal penangkap ikan yang sudah tidak beroperasi lagi karena kenaikan biaya operasi penangkapan yang tinggi tidak sebanding dengan hasil tangkapan yang menurun. 5.2 Aktivitas pelelangan hasil tangkapan Pelelangan yang ada di PPS Nizam Zachman diselenggarakan oleh Koperasi Mina Muara Makmur selaku pihak yang ditunjuk oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta. Pelelangan diikuti oleh juru lelang, juru catat, juru timbang, nelayan/pemilik kapal, dan bakul/pengumpul/pembeli. Penawaran bersifat meningkat sampai tercapai harga penawaran yang tertinggi. Pemenang lelang menyelesaikan seluruh administrasi pembayaran di kantor TPI dan pemilik ikan mengambil uang hasil lelang di kasir TPI setelah lelang selesai. Aktivitas yang dilakukan sebelum pelelangan adalah penimbangan ikan, kemudian tris yang telah ditimbang tersebut dikelompokkan berdasarkan kapal yang mendaratkan. Pelelangan di PPS Nizam Zachman Jakarta dinamakan opow karena pembeli lelang dan penjual lelang adalah orang yang sama yaitu pemilik kapal. Meskipun demikian pelelangan harus tetap dilakukan mengingat sesuai dengan Perda DKI Jakarta, retribusi lelang sebesar 5 % dimana 3 % dikenakan kepada pemegang lelang dan sisanya dikenakan kepada produsen ikan Ikan yang berasal dari pelelangan dan yang berasal dari beberapa daerah penghasil utama perikanan diangkut lewat darat/truk dipasarkan melalui Pusat Pemasaran Ikan (PPI) kemudian didistribusikan ke daerah-daerah di sekitar Jabodetabek seperti Bekasi, Depok, Tanggerang, bahkan sampe ke Sukabumi dan Cilegon. Sedangkan untuk kegiatan ekspor hasil perikanan dilakukan dalam bentuk segar maupun beku.

72 Aktivitas perbekalan melaut Sebelum melakukan kegiatan penangkapan ikan, nelayan melakukan persiapan perbekalan yang terdiri dari es, solar, air bersih, umpan, dan bahan makanan bagi anak buah kapal (ABK) Es Es merupakan perbekalan yang berfungsi untuk mengawetkan ikan dengan cara menurunkan suhu ikan. Kebutuhan akan es di PPS Nizam Zachman disediakan oleh Perum PPS. Perbekalan es dari Perum PPS tidak dijual langsung kepada armada-armada penangkapan ikan tetapi dijual melalui agen-agen. Untuk memasok kebutuhan es dalam operasi penangkapan ikan, Perum PPS mengoperasikan 2 unit pabrik es dengan kapasitas 150 ton/hari dan pabrik es yang dikelola pihak swasta yaitu PT. Safritindo Dwi Santoso yang mempunyai kapasitas 240 ton/hari. Menurut keterangan dari pihak pelabuhan, permintaan es rata-rata sebesar es balok/hari yang dihasilkan Perum PPS sebanyak es balok/ hari, sedangkan Pt. Safritindo Dwi Santoso menghasilkan es balok/hari. Kondisi fasilitas pabrik es di kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta dalam keadaan baik sehingga masih mampu menyuplai es ke pelabuhan. Perkembangan volume perbekalan es yang dimanfaatkan di PPS Nizam Zachman sejak tahun dapat dilihat pada Tabel 20 Tabel 20 Volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Tahun Volume (ton) Jumlah Pertumbu Dalam Pelabuhan Luar Pelabuhan han % , , , , , , , ,1 Jumlah , , Tabel 20 menunjukkan volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Pada tahun 2004 volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar ton, jumlah ini

73 58 kemudian mengalami penurunan sebesar 8,96 % menjadi ton pada tahun 2005, pada tahun selanjutnya yaitu 2006 volume penyerapan perbekalan es mengalami penurunan sebesar 25,63 % menjadi ton. Pada tahun 2007 volume penyerapan perbekalan es juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar % menjadi ton. Sedangkan pada tahun 2008 volume penyerapan perbekalan es mengalami peningkatan sekitar 1,1 % menjadi ton. Secara umum volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun Volume penyerapan perbekalan es (Ton) y = x + 3E+07 R 2 = Tahun Gambar 7 Perkembangan volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Gambar 7 menunjukkan perubahan (trend) yang terjadi dalam bentuk persamaan linear. Persamaan linear pada volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun adalah y = x dan R 2 = 0,93. Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa volume penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami penurunan sebesar ton setiap tahunnya Solar Solar merupakan perbekalan yang penting dalam melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan, solar dibutuhkan sebagai bahan bakar mesin diesel yang merupakan mesin utama bagi armada penangkapan ikan. Kebutuhan solar armada penangkapan ikan di kawasan PPS Nizam Zachman disuplai oleh empat

74 59 unit Stasiun Pengisi Bahan Bakar (SPBB), yaitu PT. Tri Harun Samudera dan PT. Fajarida Adhitama yang berada di dermaga barat, SPBB Bumi Yaso Panduta Artha dan SPBB Segara Lanjut Ditya berada di dermaga timur. Pengelolaan SPBB ditangani oleh pihak swsta yang bekerja sama dengan pihak PERUM melalui perjanjian kerjasama. Kondisi keempat SPBB dalam keadaan bekerja optimal untuk melayani kebutuhan kapal. Keempat SPBB ini mempunyai kuota solar yang berbeda-beda dari Pertamina. Kuota tersebut bergantung pada prestasi penjualan suatu SPBB ke kapal. SPBB Tri Harun Samudera dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan, SPBB Fajarida Adhitama dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan, SPBB Bumi Yaso Panduta Artha dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan dan SPBB Segara Lanjut Ditya dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan. Kuota solar dari Pertamina untuk PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar KL/bulan dan rata-rata permintaan solar ke Pertamina dari keempat SPBB sebesar KL/bulan. Hal tersebut menggambarkan bahwa SPBB di PPS Nizam Zachman Jakarta tidak akan kekurangan persediaan solar, karena adanya sisa kuota sebesar KL/bulan yang menyebabkan jarangnya terjadi kelangkaan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta. Perkembangan volume penyerapan perbekalan solar yang dimanfaatkan di PPS Nizam Zachman sejak tahun dapat dilihat pada tabel 19 Tabel 21 Volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Tahun Volume (Ton) Pertumbuhan % Jumlah Tabel 21 menunjukkan volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Pada tahun 2004 volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar ton, jumlah ini

75 60 kemudian mengalami penurunan sebesar % menjadi ton pada tahun 2005, pada tahun selanjutnya yaitu 2006 volume penyerapan perbekalan solar mengalami penurunan sebesar % menjadi ton. Pada tahun 2007 volume penyerapan perbekalan solar mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar % menjadi ton. Sedangkan pada tahun 2008 volume penyerapan perbekalan solar mengalami peningkatan sebesar 0.8 % menjadi ton. Secara umum volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun Penurunan yang terjadi yaitu sebesar %. Volume penyerapan perbekalan solar (Ton) y = x + 2E+07 R 2 = Tahun Gambar 8 Perkembangan volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Gambar 8 menunjukkan perubahan (trend) yang terjadi dalam bentuk persamaan linear. Persamaan linear pada volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun adalah y = x dan R 2 = 0,58. Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa volume penyerapan perbekalan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami penurunan sebesar ton setiap tahunnya Air bersih Air bersih di PPS Nizam Zachman dapat diperoleh dari air PAM dan air truk tangki. Air PAM dikelola oleh Perum PPS, sedangkan untuk air truk berasal

76 61 dari luar PPS, yaitu dari PT. Soraya, PT. Bayu dan air olahan lainnya yang terletak tidak jauh dari kawasan PPS Nizam Zachman. Kapasitas air yang ditampung oleh PAM sebesar 3000 m 3, PT. Soraya sebesar 1200 m 3, dan PT. Bayu sebesar 1500 m 3, akan tetapi pada kenyataannya kapasitas air yang disalurkan hanya sebesar m 3 dari PAM, dan PT. Soraya dan PT. Bayu tidak beroperasi, sehingga kebutuhan air yang sebesar ± 2500 m 3 /hari tidak dapat terpenuhi, maka pelabuhan mendatangkan air bersih dari luar kawasan pelabuhan yang dikoordinir oleh agen-agen. Perkembangan volume penyerapan perbekalan air bersih yang dimanfaatkan di PPS Nizam Zachman sejak tahun dapat dilihat pada tabel 20 Tabel 22 Volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Tahun Volume (ton) Jumlah Pertumbuhan Dalam Pelabuhan Luar Pelabuhan % , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Tabel 22 menunjukkan volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Pada tahun 2004 volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar ton, jumlah ini kemudian mengalami penurunan sebesar 4.14 % menjadi ton pada tahun 2005, pada tahun selanjutnya yaitu 2006 volume penyerapan perbekalan air bersih mengalami penurunan sebesar % menjadi ton. Pada tahun 2007 volume penyerapan perbekalan air bersih juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar % menjadi ton. Sedangkan pada tahun 2008 volume penyerapan perbekalan air bersih mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 5.7 % menjadi ton. Secara umum volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun Penurunan yang terjadi yaitu sebesar %.

77 62 Volume penyerapan perbekalan air (Ton) y = x + 8E+07 R 2 = Tahun Gambar 9 Perkembangan volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun Gambar 9 menunjukkan perubahan (trend) yang terjadi dalam bentuk persamaan linear. Persamaan linear pada volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun adalah y = x dan R 2 = 0,33. Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun mengalami penurunan sebesar ton setiap tahunnya. Secara umum total volume penyerapan perbekalan yang dimanfaatkan di PPS Nizam Zachman Jakarta yang terjadi yang meliputi perbekalan es, solar dan air bersih mengalami penurunan sejak tahun , Hal tersebut dapat terjadi lebih disebabkan karena menurunnya aktivitas armada penangkapan yang melaut setiap tahunnya. 5.4 Aktivitas pemasaran/ pendistribusian hasil tangkapan Aktivitas pemasaran ikan yang terjadi di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu diawali dengan masuknya ikan ke PPS. Ikan yang masuk berasal dari laut berupa kelompok ikan tuna sebagian lagi ke industri pengolahan ikan dan diekspor langsung ke negara Jepang, Singapura, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat sedangkan sebagian lagi dibawa ke pelelangan untuk dilelang. Ikan-ikan non tuna setelah didaratkan dari kapal, kemudian masuk ke TPI untuk dilelang. Setelah itu diadakan transaksi lelang dan terjadi kesepakatan harga, ikan dibawa ke pasar baik pasar lokal maupun ekspor. Mekanisme masuknya komoditas

78 63 perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta baik yang berasal dari darat maupun dari laut hingga dapat didistribusikan baik lokal, regional maupun ekspor dapat dilihat pada Gambar 10. Dari Laut Pemakaian jasa melapor kedatangan kapal Laporan Kedatangan Kapal ke PPS NZ mengisi Form Rangkap 2 : 1. Dinas Perikanan DKI Jakarta 2. Perum PPS Ikan Transit shed/ Perusahaan/ TLC - Pengisian formulir PPS NZ Kapal - Transhipment - Ijin Ka. PPS NZ dan Bea Cukai Perusahaan Procesing/ Industri perikanan - Pengisian formulir PPS NZ Tempat Pelelangan Ikan (TPI) - untuk dilelang EKSPOR Dari Darat Pemakai jasa mengisi form yang sudah disediakan PPS NZ, lalu menyerahkann ya ke Petugas PPS NZ di Pintu Masuk POS Masuk PPS NZ Rangkap 3 : 1. UPT PPS NZ 2. Dinas Perikanan DKI Jakarta 3. Perum PPS - PPI/TPI - Industri Perikanan/ Perusahaan Processing - Kapal Sumber : Ningsih, 2006 Gambar 10 Mekanisme masuknya komoditas perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta Mekanisme masuknya komoditas perikanan ke PPS Nizam Zachman Jakarta berasal dari darat dan laut. Ikan yang berasal dari laut diawali dengan pelaporan pemakai jasa atas kedatangan kapal. Laporan Kedatangan kapal ke PPS Nizam Zachman dengan mengisi Form Rangkap 2 yang meliputi Dinas Perikanan DKI Jakarta dan Perum PPS Nizam Zachman Jakarta. Kemudian ikan baru dapat masuk ke perusahaan/ TLC akan tetapi mengisi formulir PPS Nizam Zachman kemudian baru dapat dilakukan kegiatan selanjutnya yaitu ekspor ataupun lelang di tempat pelelangan ikan, untuk Kapal yang melakukan transhipment melakukan ijin kepada Kepala PPS Nizam Zachman dan Bea Cukai baru kemudian dapat

79 64 melakukan kegiatan ekspor, untuk perusahaan procesing/ Industri perikanan melakukan pengisian formulir PPS Nizam Zachman setelah itu baru dapat melakukan kegiatan ekspor, selain itu dapat langsung melakukan lelang di tempat pelelangan ikan. Tabel 23 Distribusi Hasil Pemasaran di PPS Nizam Zachman Tahun Tahun Lokal Regional Ekspor , , , , , ,47 Total , ,15 Berdasarkan Tabel 23 di atas menunjukan distribusi hasil pemasaran di PPS Nizam Zachman selama dua tahun terakhir, baik lokal, regional maupun ekspor. Pada tahun 2007 total distribusi hasil perikanan untuk lokal sebesar ,13 ton, regional sebesar ,21 ton, dan ekspor sebesar ,68 ton. Pada tahun 2008 total distribusi hasil pemasaran untuk lokal sebesar ,62 ton, jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 4,4 % atau sekitar 2.615,51 ton dari tahun sebelumnya, total distribusi pemasaran untuk regional sebesar ,35 ton jumlah tersebut juga mengalami penurunan sebesar 9,05 % atau sekitar 2.772,86 ton dari tahun sebelumnya, dan total distribusi pemasaran untuk ekspor sebesar ,47 ton mengalami peningkatan sebesar 54,59 % atau sekitar ,79 ton dari tahun sebelumnya. Penurunan yang terjadi untuk pasar lokal dan regional disebabkan karena berkurang permintaan akan ikan sedangkan, meningkatnya ekspor disebabkan karena meningkatnya permintaan terhadap produk ikan beku yang berarti industri pengolahan ikan harus meningkat aktivitasnya untuk memenuhi permintaan produk ikan beku tersebut. Berikut mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta:

80 65

81 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan mengetahui terlebih dahulu tujuan pembangunan pelabuhan perikanan, yang dalam hal ini adalah PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu : mengembangkan skala usaha industri perikanan dengan lingkungan yang mendukung, meningkatkan peran serta masyarakat perikanan yang berkaitan dengan lingkungan dan diversifikasi usaha perikanan, mengembangkan sistem pengolahan hasil perikanan, mengembangkan sistem perolehan data dan informasi perikanan, mengembangkan sistem perolehan data dan informasi perikanan, mengembangkan sistim pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan, pemberdayaan SDM, mengembangkan sarana/ fasilitas pelabuhan dan mengembangkan sistem administrasi keuangan. 6.2 Penilaian kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta Dalam pengukuran kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta, dilakukan tahap pemberian skor untuk setiap parameter dan sub parameter. Berdasarkan data statistik PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008, realisasi pencapaian data tersebut dibandingkan dengan standar indikator yang dalam hal ini standar yang digunakan berasal dari (Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 432/DPT3/Ot.220.D3/I/2008). Tabel 24 Data statistik operasional PPS Nizam Zachman tahun 2008 No Parameter Sub Parameter Data Produksi Jumlah produksi ikan ,34 (ton)/(tahun) 2 Frekuensi Jumlah kunjungan kapal ratarata kunjungan kapal perhari (unit) /(tahun) 3 Penyediaan perbekalan melaut BBM (ton) /(tahun) Es (ton) /(tahun) Air bersih (ton) /(tahun) Pemasaran Lokal (ton) /(tahun) Regional (ton) /(tahun) Ekspor (ton) /(tahun)

82 67 Tabel 24 menunjukkan realisasi pencapaian data yang meliputi jumlah produksi ikan sebesar ,70 ton/tahun, jumlah kunjungan kapal kali/tahun, penyediaan perbekalan melaut yang meliputi BBM sebesar ton/tahun, es sebesar ton/tahun, dan air bersih sebesar ton/tahun, pemasaran yang meliputi lokal sebesar ton/tahun, regional sebesar ton/tahun, dan ekspor sebesar ton/tahun. Pencapaian data tersebut dibandingkan dengan standar indikator yang dalam hal ini standar yang digunakan berasal dari (Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 432/DPT3/Ot.220.D3/I/2008). Berikut adalah standar indikator PPS. kunjungan kapal 3 Penyediaan perbekalan melaut Tabel 25 Standar indikator PPS yang berasal dari (Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 432/DPT3/Ot.220.D3/I/2008): No Parameter Sub Parameter Standar Indikator 1 Produksi Jumlah produksi ikan (ton)/(tahun) 2 Frekuensi Jumlah kunjungan kapal rata rata perhari (unit)/(tahun) BBM (ton)/(tahun) Es (ton)/(tahun) Air bersih (ton)/(tahun) Berdasarkan data statistik PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 dan standar indikator untuk PPS tahun 2008 di atas maka dibandingkan, setelah itu akan didapat hasil penilaian akhir yaitu berupa nilai keberhasilan dalam (%). Untuk parameter pemasaran dengan sub parameter lokal, regional, dan ekspor digunakan rumus proposional dengan membandingkan data sub parameter pemasaran tahun 2008 dengan total hasil tangkapan yang dipasarkan secara keseluruhan tahun 2008, sedangkan untuk parameter kepuasan nelayan untuk memperoleh nilai keberhasilan maka digunakan kuesioner kepuasan dengan melakukan pembobotan. Dari nilai pembobotan terhadap pelayanan fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman maka akan diketahui nilai kepuasan dari nelayan terhadap fasilitas pelayanan untuk kemudian akan diperoleh nilai keberhasilannya. Di bawah ini merupakan nilai keberhasilan yang diperoleh dari parameter dan sub parameter. Tabel 26 menunjukkan penghitungan nilai keberhasilan dari tiap parameter.

83 68 Tabel 26 Penghitungan nilai keberhasilan No Parameter Sub Parameter Nilai Keberhasilan (%) 1 Produksi Jumlah produksi ikan (ton) 384,46 2 Frekuensi Jumlah kunjungan kapal rata-rata 8,95 kunjungan kapal 3 Penyediaan perbekalan melaut perhari (unit) BBM 225,69 Es 93,96 Air bersih 121,96 4 Pemasaran Lokal 42,67 Regional 21,15 Ekspor 36,17 5 Kepuasan nelayan Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan 52,22 Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan Penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran Penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran 51,00 53,33 60 Setelah melakukan perhitungan nilai keberhasilan dari setiap parameter yang meliputi parameter produksi, parameter frekuensi kunjungan kapal, parameter penyediaan perbekalan melaut, parameter pemasaran dan parameter kepuasan nelayan, maka selanjutnya adalah penentuan skor nilai keberhasilan. Parameter produksi memiliki nilai keberhasilan sebesar 384,46 % maka nilai 1 (skor nilai keberhasilan) yang didapat adalah 5, parameter frekuensi kunjungan kapal memiliki nilai keberhasilan sebesar 8,95 % maka nilai 1 yang didapat adalah 1, parameter penyediaan perbekalan melaut yang terdiri dari sub parameter BBM memiliki nilai keberhasilan sebesar 225,69 % maka nilai 1 yang didapat adalah 5, sub parameter es memiliki nilai keberhasilan sebesar 93,96 % maka nilai 1 yang didapat adalah 5, sub parameter air bersih memiliki nilai keberhasilan sebesar 121,96 % maka nilai 1 yang didapat adalah 5, parameter pemasaran yang terdiri dari sub parameter lokal memiliki nilai keberhasilan sebesar 42,67 % maka nilai 1 yang didapat adalah 3, sub parameter regional memiliki nilai keberhasilan sebesar 21,15 % maka nilai 1 yang didapat adalah 2, sub parameter ekspor memiliki nilai keberhasilan sebesar 36,17 % maka nilai 1

84 69 yang didapat adalah 2 dan untuk parameter kepuasan nelayan yang terdiri dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan memiliki nilai keberhasilan sebesar 52,22 % maka nilai 1 yang didapat adalah 3, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan memiliki nilai keberhasilan sebesar 51 % maka nilai 1 yang didapat adalah 3, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran memiliki nilai keberhasilan sebesar 53,33 % maka nilai 1 yang didapat adalah 3, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran memiliki nilai keberhasilan sebesar 60 % maka nilai 1 yang didapat adalah 4. Setelah penentuan skor nilai keberhasilan maka perhitungan selanjutnya adalah menentukan Bobot 1 (parameter) dan bobot 2 (sub parameter) yang diperoleh dari kuesioner pakar (Yuliastuti, 2010). Bobot 1 sebesar 0,30 untuk parameter produksi, bobot 1 sebesar 0,178 untuk parameter frekuensi kunjungan kapal, bobot 1 sebesar 0,189 untuk penyediaan perbekalan melaut, dan bobot 1 sebesar 0,144 untuk parameter kepuasaan nelayan. Bobot 2 sebesar 0,46 untuk sub parameter perbekalan BBM, bobot 2 sebesar 0,25 untuk sub parameter perbekalan es, bobot 2 sebesar 0,29 untuk sub parameter perbekalan air bersih, bobot 2 sebesar 0,336 untuk sub parameter pemasaran lokal, bobot 2 sebesar 0,394 untuk sub parameter pemasaran regional, bobot 2 sebesar 0,27 untuk sub parameter pemasaran lokal, bobot 2 sebesar 0,23 untuk sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan, bobot 2 sebesar 0,15 untuk sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan, bobot 2 sebesar 0,37 untuk sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran, bobot 2 sebesar 0,25 untuk sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran. Setelah diperoleh nilai 1 (skor nilai keberhasilan), bobot 1 (parameter), dan bobot 2 (sub parameter) dari semua parameter maka selanjutnya dilakukan perhitungan nilai akhir, dan penjumlahan nilai akhir tiap parameter merupakan nilai kinerja operasional yang akan menentukan kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta. Perhitungan keseluruhan dari kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 27 berikut.

85 70

86 71 Berdasarkan selang penilaian maka dapat diketahui bahwa kinerja PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki kinerja operasional yang baik yaitu 3.51 termasuk dalam selang (3,4-4,2 Kinerja pelabuhan baik). Kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat terjadi karena didukung oleh tingkat pencapaian yang cukup tinggi pada tahun 2008 oleh PPS Nizam Zachman Jakarta yang terdiri dari nilai parameter produksi, parameter frekuensi jumlah kapal, parameter penyedian perbekalan melaut yang meliputi sub parameter BBM, sub parameter es, sub parameter air bersih, parameter pemasaran yang meliputi sub parameter lokal sebesar, sub parameter regional dan sub parameter ekspor sebesar, parameter kepuasan nelayan yang meliputi sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan sebesar, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan sebesar, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran sebesar, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran Parameter Produksi Tabel 26 menjelaskan nilai keberhasilan dari parameter produksi didapat sebesar 384,46 % nilai tersebut sangat besar sehingga nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari parameter produksi memiliki nilai maksimum yaitu 5 karena jumlah produksi ikan tahun 2008 di PPS Nizam Zachman Jakarta jumlahnya sangat besar yaitu ,34 ton/tahun, sedangkan untuk standar indikator jumlah produksi perikanan untuk ukuran PPS berdasarkan (Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 432/DPT3/Ot.220.D3/I/2008) hanya sebesar ton/tahun. Nilai akhir yang diperoleh dari parameter produksi yaitu sebesar 1,5 pada Tabel 27. Parameter produksi merupakan salah satu parameter yang mendukung besarnya nilai kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta Parameter frekuensi kunjungan kapal Parameter frekuensi kunjungan kapal di PPS Nizam Zachman Jakarta nilai keberhasilannya hanya sebesar 8,95 %, sehingga nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari parameter frekuensi kunjungan kapal hanya sebesar 1. Hal tersebut dapat

87 72 terjadi karena jumlah frekuensi kunjungan kapal di PPS Nizam Zachman hanya sebesar kali/tahun, jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan standar indikator yang digunakan untuk ukuran frekuensi kunjungan kapal di PPS yaitu kali/tahun, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan di PPS Nizam Zachman Jakarta didominasi oleh kapal-kapal dengan ukuran > 30 GT, dimana kapal dengan ukuran > 30 GT merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki daerah penangkapan ikan mencapai perairan Samudera Hindia meliputi perairan Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh untuk tujuan ekspor, sehingga lama trip kapal-kapal tersebut mencapai berbulan-bulan sehingga frekuensi jumlah kapal yang masuk ke pelabuhan cenderung sedikit selain itu masih banyak kapal-kapal yang mendaratkan kapalnya di PPI Muara Angke. Skor nilai keberhasilan sangat kecil yaitu 1, dan nilai akhir yang dihasilkan dari parameter frekuensi kunjungan kapal hanya sebesar 0,178 dan parameter tersebut dianggap sebagai salah satu parameter yang perlu mendapatkan perhatian khusus, agar dapat terus ditingkatkan lagi, agar penilaian kinerja operasional PPS Nizam Zachman menjadi lebih tinggi Parameter penyerapan perbekalan 1. BBM Parameter penyedian perbekalan melaut yang meliputi sub parameter BBM memiliki nilai keberhasilan sebesar 225,69 %, sehingga nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari parameter penyerapan perbekalan dengan sub parameter BBM yaitu 5. Jumlah tersebut cukup besar karena didukung oleh besarnya volume penyerapan perbekalan solar yang cukup besar yaitu ,00 ton/tahun, jumlah tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan standar indikator volume perbekalan solar untuk ukuran PPS yaitu ton/tahun. Nilai akhir yang dihasilkan dari sub parameter solar adalah 0,4347. Hal tersebut dapat terjadi karena kuota solar dari Pertamina untuk PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar KL/bulan dan rata-rata permintaan solar ke Pertamina dari keempat SPBB sebesar KL/bulan. Hal inilah yang menggambarkan bahwa SPBB di PPS Nizam Zachman Jakarta tidak akan kekurangan persediaan solar.

88 73 2. Es Pencapaian penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 sebesar ton/tahun, sehingga nilai keberhasilan untuk sub parameter es sebesar 93,96 %, maka nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari sub parameter es yaitu 5. Nilai 1 (skor nilai keberhasilan) tersebut cukup tinggi tetapi jumlah pencapaian penyerapan perbekalan es tersebut belum bisa melebihi standar indikator volume penyerapan perbekalan es untuk ukuran PPS yaitu sebesar ton/tahun. Nilai akhir dari sub parameter es adalah 0,2363. Hal tersebut dapat terjadi karena menurunnya kegiatan operasi penangkapan ikan sehingga penyerapan es juga mengalami penurunan, selain itu sejak tahun 2003 hingga saat ini perbandingan jumlah kapal pengguna frozen dan es 3:7. 3. Air bersih Sub parameter air bersih memiliki nilai keberhasilannya sebesar 121,95 % sehingga nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari sub parameter air bersih yaitu 5, jumlah tersebut cukup besar dikarenakan volume penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar ,00 ton/tahun, jumlah tersebut cukup besar. Hal itu dapat diartikan bahwa penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 telah melebihi standar indikator untuk PPS yaitu ton/tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena pihak pelabuhan selalu mengupayakan agar kebutuhan air bersih untuk kegiatan operasional pelabuhan dapat dipenuhi. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan operasional pelabuhan diperoleh dari Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, agar pasokan air bersih tidak kurang dan dapat terpenuhi seluruh kebutuhan operasional pelabuhan maka pihak pelabuhan mengadakan kerjasama dengan agen-agen air dari luar kawasan pelabuhan sehingga kebutuhan air bersih untuk kegiatan operasional pelabuhan dapat selalu terpenuhi. Nilai akhir yang dihasilkan dari sub parameter air bersih adalah 0, Parameter pemasaran 1. Lokal Parameter pemasaran yang meliputi sub parameter lokal memiliki nilai keberhasilan sebesar 42,67 % sehingga nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari

89 74 parameter pemasaran dengan sub parameter lokal yaitu 3. Pemasaran ikan untuk lokal memiliki nilai 1 (skor nilai keberhasilan) yang cukup tinggi karena sebagian besar produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta didistribusikan ke daerah-daerah di sekitar Jabodetabek seperti Depok, tanggerang, Bekasi bahkan sampai ke Sukabumi dan Cilegon. Nilai akhir dari sub parameter lokal diperolah sebesar 0, Regional Parameter pemasaran yang meliputi sub parameter regional memiliki nilai keberhasilan sebesar % sehingga nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari parameter pemasaran dengan sub parameter lokal yaitu 2. Pemasaran ikan untuk regional memiliki nilai 1 (skor nilai keberhasilan) yang tidak terlalu besar, karena proporsi produksi perikanan lebih besar didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Nilai akhir dari sub parameter regional diperolah sebesar 0, Ekspor Parameter pemasaran yang meliputi sub parameter ekspor memiliki nilai keberhasilan sebesar % sehingga nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari parameter pemasaran dengan sub parameter lokal yaitu 2. Pemasaran ikan untuk ekspor memiliki nilai 1 (skor nilai keberhasilan) yang cukup karena kurang lebih 1/3 produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta diekspor untuk memenuhi permintaan akan ikan segar maupun beku dari negara-negara lain seperti Asia, Amerika, dan Eropa. Nilai akhir dari sub parameter ekspor diperoleh sebesar 0, Parameter kepuasan nelayan 1. Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan Salah satu persiapan sebelum melaut adalah memastikan adanya perbekalan solar, air bersih, dan es. Pengisian perbekalan ini memanfaatkan fasilitas yang ada di pelabuhan dan melibatkan beberapa instansi terkait. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 responden nelayan maka diperleh hasil sebagai berikut pada Tabel 28.

90 75 Tabel 28 Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan Kategori Air (%) Solar (%) Es (%) Rata-rata (%) Tidak puas Kurang puas Cukup puas Puas Sangat puas Kurang puas 8.33 Puas Cukup puas Gambar 12 Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan Gambar 12 menjelaskan rata-rata presentase jawaban responden yaitu 52, 22 % menjawab cukup puas terhadap pelayanan perbekalan melaut yang meliputi solar, es, dan air bersih. Hal tersebut dikarenakan pelayanan penyediaan solar disediakan oleh empat SPBB dimana jumlah pasokan solarnya perbulan sebesar KL/bulan telah memenuhi rataan permintaan kapal perikanan sebesar 5373,47 KL/bulan. Dengan jumlah pasokan solar yang jauh lebih besar dibandingkan dengan permintaan maka tidak pernah terjadi kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan solar. Pasokan es di PPS Nizam Zachman Jakarta dipenuhi oleh dua pabrik es yang dikelola oleh Perum Prasarana Samudera Cabang Jakarta dan bekerjasama dengan pabrik es swasta sehingga pasokan es selalu mencukupi permintaan. Sedangkan untuk penyediaan air bersih pihak pelabuhan memberikan izin kepada agen-agen air yang berada di luar kawasan pelabuhan untuk turut serta

91 76 menyediakan air bersih sehingga pasokan air bersih dapat terpenuhi. Dari hasil Berdasarkan rata rata pendapat responden yang diwawancarai dapat diketahui nilai keberhasilan dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan sebesar 52,22 % maka dapat diketahui nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari sub parameter ini adalah 3. Nilai akhir yang diperoleh dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan adalah sebesar 0,099. Gambar 13 SPBB Gambar 14 Tangki air Gambar 15 Pabrik es 2. Penyediaan dan pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan Fasilitas perbaikan terdiri dari docking dan bengkel. Fasilitas perbaikan umumnya digunakan untuk memperbaiki kapal, pengecetan, perbaikan mesin kapal dan alat tangkap agar kapal berada dalam kondisi baik saat beroperasi. Penilaian kepuasan nelayan terhadap pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja penyediaan dan pelayanan

92 77 fasilitas pemeliharaan dan perbaikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 responden nelayan maka diperleh hasil sebagai berkut pada Tabel 29. Tabel 29 Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat penyediaan dan pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan Kategori Docking (%) Bengkel (%) Rata-rata (%) Tidak puas Kurang puas Cukup Puas Puas Sangat Puas Sangat Puas 20 Kurang puas 10 Puas 25 Cukup Puas 45 Gambar 16 Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan Gambar 16 menjelaskan rata-rata presentase jawaban responden yaitu 45% menjawab cukup puas terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan pihak pelabuhan menyediakan dua fasilitas docking yang dijalankan oleh pihak perum dan swasta yaitu PT Proskuneo. Keterampilan petugas dirasakan cukup memuaskan karena petugas yang melakukan pekerjaannya adalah orang-orang yang sudah dilatih sebelumnya dan sudah dipercaya melakukan perbaikan kapal. Biaya jasa bengkel yang berada di pelabuhan dirasakan masih mahal akan tetapi secara keseluruhan pelayanan yang diberikan dirasakan cukup memuaskan dilihat

93 78 dari hasil perbaikan. Rata rata pendapat responden yang diwawancarai dapat diketahui nilai keberhasilan dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan sebesar 45 % maka dapat diketahui nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari sub parameter ini adalah 3. Maka nilai akhir yang diperoleh dari sub parameter pelayanan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan adalah 0,0648. Gambar 17 Docking (PERUM) Gambar 18 Docking (SWASTA)

94 79 Gambar 19 Bengkel 3. Penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran Fasilitas pendaratan dan pembongkaran terdiri dari dermaga dan kolam pelabuhan. Dermaga merupakan fasilitas tambat labuh dimana terdapat kegiatan bongkar ikan, pengisian perbekalan bahkan perbaikan. Penilaian kepuasan nelayan terhadap pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 responden nelayan maka diperoleh hasil sebagai berkut pada Tabel 30. Tabel 30 Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran Kategori Dermaga (%) Kolam Pelabuhan (%) Rata- rata (%) Tidak puas Kurang puas Cukup Puas Puas Sangat Puas

95 80 Puas 6.67 Sangat Puas 6.67 Tidak puas 3.33 Cukup Puas Kurang puas Gambar 20 Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran Gambar 20 menjelaskan rata-rata presentase jawaban responden yaitu % menjawab cukup puas terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran secara keseluruhan. Hal tersebut didukung oleh kapasitas dermaga yang cukup memuaskan karena terdapat 2 dermaga bongkar yaitu dermaga barat dan dermaga timur. Pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran dinilai cukup baik karena terdapat kemudahan menghubungi petugas dan kemudahan penyampaian keluhan melalui telephon atau mendatangi kantor ksyahbandaran dan perum yang berada dekat dengan dermaga barat jika terdapat kesalahan. Kebersihan dan kondisi pada fasilitas darmaga dinilai cukup memuaskan karena setiap hari ada petugas kebersihan yang membersihkan dermaga. Kolam pelabuhan di PPS Nizam Zachman Jakarta secara fisik sudah cukup luas sehingga dapat menampung semua kapal yang datang berlabuh, serta dapat bergerak bebas. Berdasarkan rata rata pendapat responden yang diwawancarai dapat diketahui nilai keberhasilan dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan sebesar 53,33 %. Maka dapat diketahui nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari sub parameter ini adalah 3. Nilai akhir dari sub fasilitas pendaratan dan pembongkaran adalah 0,1598.

96 81 Gambar 21 Dermaga barat Gambar 22 Dermaga timur Gambar 23 Kolam pelabuhan 4. Penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran Fasilitas penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran terdiri dari PPI (pusat pemasaran ikan) dan TPI (tempat pelelangan ikan). Penilaian kepuasan nelayan terhadap pelayanan fasilitas pemasaran perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 responden nelayan maka diperleh hasil sebagai berkut pada Tabel 31. Tabel 31 Presentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat pelayanan fasilitas pemasaran Kategori TPI (%) PPI (%) Rata-rata (%) Tidak puas Kurang puas Cukup Puas Puas Sangat Puas - - -

97 82 Tidak puas 2.5 Kurang puas 8.33 Cukup Puas Puas 60 Gambar 24 Komposisi penilaian kepuasan nelayan terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran Gambar 24 menjelaskan rata-rata presentase jawaban responden yaitu 60 % menjawab cukup puas terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran secara keseluruhan. Gambar 25 Pusat Pemasaran Ikan Pusat pemasaran ikan merupakan fasilitas yang disediakan oleh pihak pelabuhan untuk memasarkan hasil tangkapan untuk kemudian dapat didistribusikan ke daerah-daerah sekitar Jabodetabek untuk konsumsi lokal.

98 83 Gambar 26 Tempat Pelelangan Ikan TPI (tempat pelelangan ikan) dirasakan cukup memuaskan karena TPI ini dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap seperti ruang pelelangan dan ruang administrasi. Ruang pelelangan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yaitu pipa pipa penyiraman yang terletak di lantai di tengah gedung dan dilengkapi dengan kran dan selang, sehingga kondisi TPI cukup baik. Berdasarkan rata rata pendapat responden yang diwawancarai dapat diketahui nilai keberhasilan dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan sebesar 60 % maka dapat diketahui nilai 1 (skor nilai keberhasilan) dari sub parameter ini adalah 4. Maka nilai akhir yang diperoleh dari sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran adalah 0, Bahasan Terangkum Berikut parameter-parameter yang digunakan dalam melakukan perhitungan terhadap kinerja PPS Nizam Zachman Jakarta, yaitu parameter produksi, parameter frekuensi kunjungan kapal, parameter penyerapan perbekalan, parameter pemasaran, dan parameter kepuasan nelayan. Pada parameter produksi, pencapaian jumlah produksi ikan tahun 2008 di PPS Nizam Zachman Jakarta jumlahnya sangat besar yaitu ,34 ton/tahun, sedangkan untuk standar indikator jumlah produksi perikanan untuk ukuran PPS berdasarkan (Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor:

99 84 432/DPT3/Ot.220.D3/I/2008) hanya sebesar ton/tahun. nilai keberhasilan dari parameter produksi didapat sebesar 384,46 %. Tingginya nilai produksi di PPS Nizam Zachman dipengaruhi oleh produksi ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta berasal dari dua sumber yaitu dari darat dan laut, angka konsumsi masyarakat yang tinggi sehingga pihak PPS Nizam Zachman harus menyediakan produksi ikan yang mencukupi kebutuhan konsumsi ikan. Pada tahun produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta mengalami peningkatan sebesar ton setiap tahunnya. Sehingga Nilai parameter produksi perlu dipertahankan karena memiliki nilai yang tinggi yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap kinerja PPS Nizam Zachman. Pada parameter frekuensi kunjungan kapal, pencapaian jumlah frekuensi kunjungan kapal di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 hanya sebesar kali/tahun, jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan standar indikator berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 yang digunakan untuk ukuran frekuensi kunjungan kapal di PPS yaitu kali/tahun, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan di PPS Nizam Zachman Jakarta didominasi oleh kapal-kapal dengan ukuran > 30 GT, dimana kapal dengan ukuran > 30 GT merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki daerah penangkapan ikan mencapai perairan Samudera Hindia meliputi perairan Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh untuk tujuan ekspor, sehingga lama trip kapal-kapal tersebut mencapai berbulanbulan sehingga frekuensi jumlah kapal yang masuk ke pelabuhan cenderung sedikit selain itu masih banyak kapal-kapal yang mendaratkan kapalnya di PPI Muara Angke. Sehingga Nilai parameter frekuensi kunjungan kapal perlu ditingkatkan lagi karena memiliki nilai yang sangat rendah untuk ukuran PPS, hal tersebut dapat mempengaruhi penilaian terhadap kinerja PPS Nizam Zachman jika tidak dilakukan peningkatan. Pada parameter penyedian perbekalan melaut yang meliputi sub parameter BBM memiliki pencapaian nilai sebesar ,00 ton/tahun pada tahun 2008, jumlah tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan standar indikator berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Keputusan Direktur

100 85 Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 bahwa volume perbekalan solar untuk ukuran PPS yaitu ton/tahun. Hal tersebut didukung oleh kebutuhan solar armada penangkapan ikan di kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta disuplai oleh empat unit Stasiun Pengisi Bahan Bakar (SPBB), yaitu PT. Tri Harun Samudera dan PT. Fajarida Adhitama yang berada di dermaga barat, SPBB Bumi Yaso Panduta Artha dan SPBB Segara Lanjut Ditya berada di dermaga timur. Pengelolaan SPBB ditangani oleh pihak swasta yang bekerja sama dengan pihak PERUM melalui perjanjian kerjasama. Kondisi keempat SPBB dalam keadaan bekerja optimal untuk melayani kebutuhan kapal. Keempat SPBB ini mempunyai kuota solar yang berbeda-beda dari Pertamina. Kuota tersebut bergantung pada prestasi penjualan suatu SPBB ke kapal. SPBB Tri Harun Samudera dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan, SPBB Fajarida Adhitama dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan, SPBB Bumi Yaso Panduta Artha dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan dan SPBB Segara Lanjut Ditya dengan no. SPBB mendapatkan kuota solar dari pertamina sebesar KL/bulan. Kuota solar dari Pertamina untuk PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar KL/bulan dan rata-rata permintaan solar ke Pertamina dari keempat SPBB sebesar KL/bulan. Hal tersebut menggambarkan bahwa SPBB di PPS Nizam Zachman Jakarta tidak akan kekurangan persediaan solar, karena adanya sisa kuota sebesar KL/bulan. Sehingga Nilai parameter penyedian perbekalan melaut yang meliputi sub parameter BBM perlu dipertahankan karena memiliki nilai pencapaian yang tinggi dibandingkan dengan standarnya, hal tersebut mempengaruhi penilaian terhadap kinerja PPS Nizam Zachman menjadi tinggi. Pencapaian penyerapan perbekalan es di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 sebesar ton/tahun. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan standar indikator berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 volume penyerapan perbekalan es untuk ukuran PPS yaitu sebesar ton/tahun. Nilai pencapaian penyerapan perbekalan es tahun 2008 di PPS Nizam Zachman Jakarta masih dibawah standar yang telah

101 86 disebutkan untuk ukuran PPS. Sehingga Nilai parameter penyediaan perbekalan melaut berupa es perlu ditingkatkan lagi karena memiliki nilai di bawah standar yang diberlakukan untuk ukuran PPS, hal tersebut dapat mempengaruhi penilaian terhadap kinerja PPS Nizam Zachman jika tidak dilakukan peningkatan. Pencapaian penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar ,00 ton/tahun, jumlah tersebut cukup besar. Hal itu dapat diartikan bahwa penyerapan perbekalan air bersih di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2008 telah melebihi standar indikator berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 untuk PPS yaitu ton/tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena pihak pelabuhan selalu mengupayakan agar kebutuhan air bersih untuk kegiatan operasional pelabuhan dapat dipenuhi. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan operasional pelabuhan diperoleh dari Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, agar pasokan air bersih tidak kurang dan dapat terpenuhi seluruh kebutuhan operasional pelabuhan maka pihak pelabuhan mengadakan kerjasama dengan agen-agen air dari luar kawasan pelabuhan sehingga kebutuhan air bersih. Sehingga Nilai parameter penyedian perbekalan melaut yang meliputi sub parameter air bersih perlu dipertahankan karena memiliki nilai pencapaian yang tinggi dibandingkan dengan standarnya, hal tersebut mempengaruhi penilaian terhadap kinerja PPS Nizam Zachman menjadi tinggi. Parameter pemasaran yang meliputi sub parameter lokal memiliki nilai keberhasilan sebesar 42,67 %. Pemasaran ikan untuk lokal memiliki skor nilai keberhasilan yang cukup tinggi karena sebagian besar produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta didistribusikan ke daerah-daerah di sekitar Jabodetabek seperti Depok, tanggerang, Bekasi bahkan sampai ke Sukabumi dan Cilegon, parameter pemasaran yang meliputi sub parameter regional memiliki nilai keberhasilan sebesar %. Pemasaran ikan untuk regional memiliki skor nilai keberhasilan yang tidak terlalu besar, karena proporsi produksi perikanan lebih besar didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Parameter pemasaran yang meliputi sub parameter ekspor memiliki nilai keberhasilan sebesar %. Pemasaran ikan untuk ekspor memiliki skor nilai keberhasilan yang cukup karena

102 87 kurang lebih 1/3 produksi perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta diekspor untuk memenuhi permintaan akan ikan segar maupun beku dari negara-negara lain seperti Asia, Amerika, dan Eropa. Parameter pemasaran perlu dilakukan peningkatan karena rata-rata nilai keberhasilan yang diperoleh tidak terlalu besar, hal tersebut mempengaruhi penilaian terhadap kinerja pelabuhan. Parameter kepuasan nelayan yang meliputi sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan, sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran, dan sub parameter penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran. Secara umum nilai keberhasilan dari semua sub parameter kepuasan nelayan memiliki nilai yang sama yaitu rata-rata responden cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan yaitu dengan skor keberhasilan 3. Sehingga Nilai parameter kepuasan nelayan perlu ditingkatkan lagi menjadi puas atau sangat puas, karena nilai pencapaian yang diperoleh dari parameter kepuasan nelayan dirasakan masih kurang, dan hal tersebut mempengaruhi penilaian terhadap kinerja PPS Nizam Zachman. Berdasarkan parameter-parameter yang telah disebutkan di atas maka parameter yang perlu dipertahankan diantaranya parameter produksi, parameter penyerapan perbekalan. Sedangkan yang perlu ditingkatkan khususnya adalah parameter frekuensi kunjungan kapal yang memiliki nilai pencapaian yang rendah, selain itu parameter pemasaran dan parameter kepuasan nelayan perlu mendapatkan perhatian agar dapat meningkat dari sebelumnya untuk menghasilkan penilaian kinerja operasional pelabuhan menjadi lebih tinggi.

103 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Aktivitas operasional yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu: a) Aktivitas pendaratan ikan selama lima tahun terakhir tahun yang meliputi frekuensi kunjungan kapal menunjukkan bahwa jumlah kapal masuk di PPS Nizam Zachman Jakarta sejak tahun mengalami penurunan. Penurunan tersebut selama lima tahun terakhir disebabkan oleh kapal-kapal tersebut berpindah ke pelabuhan lain, banyaknya kapal yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa melaut, produksi ikan di PPS Nizam Zachman selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Secara umum produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman mengalami peningkatan yang sangat tinggi pada tahun Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 56,24 % Secara keseluruhan total produksi ikan selama 5 tahun terakhir sejak tahun cenderung didominasi oleh produksi ikan yang didatangkan dari darat. Berdasarkan prosentase jumlah produksi ikan selama , produksi ikan yang berasal dari laut sebesar 31,79 % dan yang berasal dari darat sebesar 68,21 %. b) Pelelangan yang ada di PPS Nizam Zachman diselenggarakan oleh Koperasi Mina Muara Makmur selaku pihak yang ditunjuk oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta. c) Pemenuhan kebutuhan perbekalan melaut (BBM, es, dan air bersih) disediakan oleh pihak pelabuhan dan melibatkan beberapa instansi terkait dari luar kawasan pelabuhan untuk memenuhi kebutuhan operasional pelabuhan. d) Pemasaran ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta yaitu diawali dengan masuknya ikan ke PPS. Ikan yang masuk berasal dari laut berupa kelompok ikan tuna sebagian lagi ke industri pengolahan ikan dan diekspor langsung ke negara Jepang, Singapura, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat sedangkan sebagian lagi dibawa ke pelelangan untuk

104 89 dilelang. Ikan-ikan non tuna setelah didaratkan dari kapal, kemudian masuk ke TPI untuk dilelang. Sedangkan untuk tujuan daerah tujuan pendistribusian hasil tangkapan meliputi daerah lokal, regional, dan ekspor. 2. Kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta dikatakan baik dengan nilai 3.51 termasuk dalam selang (3,4-4,2 Kinerja pelabuhan baik). Hal tersebut dapat terjadi karena didukung oleh tingkat pencapaian yang cukup tinggi dari data statistik pada tahun 2008 oleh PPS Nizam Zachman Jakarta. Hal tersebut didukung oleh nilai keberhasilan yang diperoleh dari parameter produksi sebesar 384,46 %, parameter penyerapan perbekalan yang meliputi (BBM 225,69 %, es 93,96 %, dan air bersih 121,96 %), dan untuk parameter yang lain perlu dilakukan peningkatan yang lebih agar kinerja operasional PPS Nizam Zachman Jakarta dapat ditingkatkan. 7.2 Saran Untuk meningkatkan kinerja operasional, perlu dilakukan upaya antara lain: 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelabuhan yang mendukung operasional pelabuhan, terutama fasilitas pendaratan, pembongkaran, perbaikan serta pemasaran. 2) Meningkatkan indikator kinerja operasional pelabuhan yang belum optimal agar penilaian terhadap kinerja lebih baik, dalam hal ini adalah parameter frekuensi kunjungan kapal. 3) Meningkatkan pelayanan terhadap aktivitas pendaratan ikan (tambat labuh kapal), agar frekuensi kunjungan kapal dapat lebih meningkat dari sebelumnya.

105 DAFTAR PUSTAKA [Anonim] Teknik Pengukuran Kinerja di Lingkungan Departemen Agama RI. [2 Januari 2009]. [Anonim] Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Akuntansi Sektor Publik. [2 januari 2009]. Cascio, F.W Managing Human Resources. McGraw-Hill. New york. [DEBHUB] Departemen Perhubungan Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor PP. 72/2/ www. dephub.go.id [10 Desember 2009]. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 432/DPT3/OT.220.D3/I/2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. Hartono, R Kajian Sistem Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia pada Perusahaan Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta Pusat. [Skripsi]. Program Studi Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Lubis, E Pengantar Pelabuhan Perikanan. (Bahan Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Magdalena, K Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Penyediaan Kebutuhan Melaut di PPS Nizam Zachman Jakarta [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Facultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Murdiyanto, B Pelabuhan Perikanan : Fungsi, Fasilitas, Panduan Operasional, Antrian Papal. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

106 91 Pane, AB Metode Penelitian. Bahan Kuliah. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. PPS Nizam Zachman Data Statistik PPS Nizam Zachman Jakarta: PPS Nizam Zachman. PPS Nizam Zachman Data Statistik PPS Nizam Zachman Jakarta: PPS Nizam Zachman. PPS Nizam Zachman Data Statistik PPS Nizam Zachman Jakarta: PPS Nizam Zachman. PPS Nizam Zachman Data Statistik PPS Nizam Zachman Jakarta: PPS Nizam Zachman. PPS Nizam Zachman Data Statistik PPS Nizam Zachman Jakarta: PPS Nizam Zachman. Ratno, H Industri Perikanan dan Pengaruhnya Terhadap Berbagai Aktivitas Kepelabuhan Terkait dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Facultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Rokhman, Muhamad Syamsu Tingkat Operasional Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Rembang dan Prioritas Pengembangannya [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Facultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Ruky, A.s Penilaian Prestasi Kerja Adakah Cara yang Paling Tepat?. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Suboko, B Pelabuhan Perikanan / Pangkalan Pendaratan Ikan dalam Perspektif Industri Perikanan. Makalah dari Direktur Eksekutif GAPPINDO pada Semiloka Karya Internacional Perikanan Tangkap dan Pelabuhan Perikanan di Pulau Jawa, 6-7 Juli 2005 di Bogor. Yulia, S Kajian Operasional dan Pelayanan PPN Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Facultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Yuliastuti, Reny Kinerja Operasional PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Umar, H Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

107 LAMPIRAN

108 Lampiran 1 Peta lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta Keterangan : Lokasi penelitian terletak di Muara Baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yaitu berada di Lintang Selatan dan Bujur Timur. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi ke dalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas Perum dan UPT PPSNZJ 10 ha dan kolam pelabuhan 40 ha.

109 Lampiran 2 Lay Out PPS Nizam Zachman Jakarta Skala 1 : 80000

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan digolongkan sebagai pelabuhan khusus, yang mengandung pengertian bahwa suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 pasal 1, Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pelabuhan Perikanan. Sesuai dengan Pasal 1 Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pelabuhan Perikanan. Sesuai dengan Pasal 1 Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Sesuai dengan Pasal 1 Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya

Lebih terperinci

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN AGAMA RI SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA TAHUN 2006 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.02/MEN/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.02/MEN/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.02/MEN/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di Teluk Jakarta tepatnya di Kelurahan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Perum Prasarana Perikanan Samudera (PPPS) ildalah Badan Usaha. Milik Negara (BUMN), didirikan berdasarkan PP No.2 tahun 1990 dm

Perum Prasarana Perikanan Samudera (PPPS) ildalah Badan Usaha. Milik Negara (BUMN), didirikan berdasarkan PP No.2 tahun 1990 dm I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perum Prasarana Perikanan Samudera (PPPS) ildalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), didirikan berdasarkan PP No.2 tahun 1990 dm selanjumya disempumakan dengan PP No.23 tahun

Lebih terperinci

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.3-/217 DS4538-239-5974-97 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.04/MEN/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

STATISTIK PENGUNDUH DATA DAN INFORMASI HASIL LITBANG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR Status Januari sampai Juni 2016

STATISTIK PENGUNDUH DATA DAN INFORMASI HASIL LITBANG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR Status Januari sampai Juni 2016 STATISTIK PENGUNDUH DATA DAN INFORMASI HASIL LITBANG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR Status Januari sampai Juni 2016 Laboratorium Data Laut dan Pesisir (Marine and Coastal Data Laboratory) Pusat Penelitian

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT RENY YULIASTUTI

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT RENY YULIASTUTI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT RENY YULIASTUTI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan PP selain menunjang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.06/MEN/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen 2.2 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen 2.2 Perikanan Tangkap 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen Elemen adalah unsur (entity) yang mempunyai tujuan dan atau realitas fisik. Setiap elemen mengandung atribut yang dapat berupa nilai bilangan, formula intensitas

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografi dan keadaan topografi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru. Kawasan

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.14/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TELUK BATANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung 2. TINJAUAN PUSTAKA Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung dari badai atau ombak sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar atau membuang sauh sedemikian rupa sehingga bongkar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.11/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI

TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Maret 2011. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I 1.1 Tinjauan Umum Indonesia adalah negara kepulauan yang mana luas wilayah perairan lebih luas dibanding luas daratan. Oleh karena itu pemerintah saat ini sedang mencoba untuk menggali potensi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 5 HUBUNGAN AKTIVITAS PENDARATAN DAN PELELANGAN TERHADAP KEBUTUHAN FASILITAS DAN KONDISI KUALITAS HASIL TANGKAPAN ARMADA TRADISIONAL DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ROBBY MULYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 109 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PERMEN-KP/2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN FAKTOR X TARIF JASA PENGADAAN ES DI PELABUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.12/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI SUNGAILIAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan perikanan tangkap adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan, dan sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta

Lebih terperinci

c. memantau, mengevaluasi dan menilai hasil kerja bawahan dalam

c. memantau, mengevaluasi dan menilai hasil kerja bawahan dalam BAB XXVII BALAI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (BPPP) LABUAN PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BANTEN Pasal 118 Susunan Balai Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan terdiri dari: a. Kepala Balai ; b. Kepala

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN STAKEHOLDER TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PPI BLANAKAN SUBANG RAISSA WINA WISUDAWAN

TINGKAT KEPUASAN STAKEHOLDER TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PPI BLANAKAN SUBANG RAISSA WINA WISUDAWAN TINGKAT KEPUASAN STAKEHOLDER TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PPI BLANAKAN SUBANG RAISSA WINA WISUDAWAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

Lebih terperinci

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA. Muhammad Syahrir R, S.Pi, M.Si

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA. Muhammad Syahrir R, S.Pi, M.Si MODEL PELELANGAN IKAN OPTIMAL DI PELABUHAN PERIKANAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si Muhammad Syahrir R, S.Pi,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini, kegiatan pengawasan kapal perikanan dilakukan di darat dan di laut. Pengawasan langsung di laut terhadap kapal-kapal yang melakukan kegiatan penangkapan ikan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN AKTIVITAS KEPELABUHANAN PPN KEJAWANAN CIREBON DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKTOR PERIKANAN TANGKAP SELIA SIFA

PENGKAJIAN AKTIVITAS KEPELABUHANAN PPN KEJAWANAN CIREBON DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKTOR PERIKANAN TANGKAP SELIA SIFA PENGKAJIAN AKTIVITAS KEPELABUHANAN PPN KEJAWANAN CIREBON DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKTOR PERIKANAN TANGKAP SELIA SIFA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.08/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

6. FUNGSI PPI MUARA BATU 6. FUNGSI PPI MUARA BATU Fungsi pelabuhan perikanan yang optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari pembangunan perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci