BAB II KAJIAN PUSTAKA Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Pemakaian Air

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Pemakaian Air"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Pemakaian Air Bersih Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Pemakaian Air Pemakaian air bersih pada suatu kawasan tidak akan pernah sama persis dengan kawasan lainnya akibat dari karakteristik yang dimiliki oleh kawasan yang bersangkutan. Dari beberapa penelitian dan kajian (Linsley, 1995; Twort dkk., 2003 serta Kodoatie, 2005.) karakteristik pemakaian air sangat di pengaruhi oleh: a. Iklim Pola pemakaian air untuk kegiatan rumah tangga seperti mandi, mencuci, menyiram tanaman, pengatur udara dan kegiatan lainnya akan lebih besar untuk daerah yang mempunyai iklim hangat dan kering daripada daerah yang mempunyai iklim lembab. Pada daerah yang mempunyai iklim yang sangat dingin air mungkin sangat diboroskan di keran-keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa air bersih (Linsley, 1995). Sebagai contoh konsumsi air bersih di Negara tropis seperti Thailand mencapai 218 liter/orang/hari (1999), Singapura 310 liter/orang/hari (2000), Malaysia liter/orang/hari (1995) lebih besar jika dibandingkan dengan konsumsi air bersih di Negara sub tropis seperti Norwegia mencapai 130 liter/orang/hari (1994), Belanda 195 liter/orang/hari dan Jerman 196 liter/orang/hari. 7

2 8 b. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kesejahteraan penduduk juga dapat memacu laju permintaan terhadap air bersih, semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduk semakin tinggi tingkat konsumsi air yang digunakan. Hal ini ditunjukkan oleh Twort, et al (2003), bahwa kebutuhan air untuk kota kecil dengan perumahan standar rendah kebutuhan air berkisar antara 90 sampai 150 liter/orang/hari. Untuk kota besar dan modern pemakaian air dapat mencapai 600 liter/orang/hari. Sebagai ilustrasi, konsumsi air bersih di negara maju seperti Inggris sebesar 331 liter/orang/hari sedangkan di Kolombo ibu kota Sri Langka yang merupakan negara berkembang konsumsi airnya sebesar 135 liter/orang/hari (Norken, 2006). c. Kesadaran Masyarakat Untuk Menghemat Air Menurut Linsley (1995) semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pemakaian air yang bermanfaat dan terkendali, merupakan suatu langkah yang telah mendorong penciptaan alat-alat rumah tangga yang lebih hemat terhadap air sehingga pemakaian air yang lebih besar dapat dikurangi. Sebagai contoh pemakaian katup pembatas aliran dan pemancar pembatas aliran pada alat pancuran mandi, persentase pemakaian air masing-masing 50% dan 60% jika dibandingkan dengan menggunakan alat konvesional. Demikian juga dengan toilet jenis katup penggelontor bertumpuk dua dan toilet dua siklus persentase pemakaian airnya adalah 62% dan 70% jika dibandingkan dengan alat konvensional (Linsley, 1995)

3 9 d. Industri Dan Perdagangan Semakin banyak kegiatan industri dan perdagangan kebutuhan jumlah air semakin besar untuk mendukung kegiatan tersebut. Kira-kira 80% dari air industri dipergunakan untuk tujuan pendinginan (Linsley; 1995 dan Twort dkk., 2003). Selanjutnya Linsley (1995) menjelaskan jenis industri akan sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan terhadap air, industri yang menghasilkan produk minuman seperti bir menghabiskan liter per satu barrel produksi. Sementara industri minuman Coca-Cola membutuhkan sedikitnya liter setiap satu ton produksi. e. Iuran Atas Air dan Meteran Apabila air mahal maka orang akan menghindari untuk pemakaian air yang banyak, begitu juga dengan industri akan mendorong pengembangan teknologi yang berbasis pada teknologi hemat air. Sehingga pengenaan tarif atas air dan meteran akan mempengaruhi pola dan perilaku masyarakat serta dunia industri dalam mempergunakan air (Linsley, 1995 dan Twort, 2003). Pengenaan tarif atas meteran oleh PDAM dibedakan atas besarnya diameter pipa yang masuk ke pelanggan, semakin besar pipa maka semakin besar pula biaya meteran yang dikenakan. Demikian juga pemberlakuan tarif air bersih oleh PDAM selain di bedakan dari jenis pelanggan juga dibedakan menurut jumlah pemakaian air bersih bulanan (Perpamsi, 2006). Menurut Linsley (1995) pemasangan meteran pada sambungan air masyarakat telah menurunkan pemakaian air sebesar 40%.

4 10 f. Ukuran Kota Semakin besar ukuran kota maka jumlah penduduknya semakin bertambah banyak, kegiatan industri dan perdagangan lebih banyak serta jaringan limbah yang lebih komplek dan kemungkingan berakibat terjadinya pemborosan air yang lebih besar. Variabel tersebut menyebabkan semakin besar ukuran kota maka semakin besar juga kebutuhan airnya. Ditjen Cipta Karya (2000), telah menetapkan standar pemakaian air untuk kota metropolitan sebesar 190 liter/orang/hari, kota sedang sebesar 150 liter/orang/hari dan kota kecil sebesar 100 liter/orang/hari. Secara terperinci alokasi pemakaian air untuk beberapa katagori kota dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Kriteria Pemakaian Air Domestik di Indonesia No Uraian Kota Kota Kota Kota Desa Metropolitan Besar Sedang Kecil 1 Konsumsi domestik Konsumsi unit non domestik (%) Kehilangan air (%) Jam operasi Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya, 2000 g. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap jumlah pemakaian air. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung menggunakan air lebih sedikit dibanding dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah.

5 11 h. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kota Jumlah fasilitas sosial seperti sarana pendidikan, kesehatan dan tempat peribadatan mempunyai pengaruh secara positif terhadap tingkat konsumsi air bersih PDAM, semakin banyak jumlah fasilitas kota maka tingkat konsumsi air bersih PDAM semakin meningkat. Fasilitas kota berupa mall, gedung teater, hotel dan sarana rekreasi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat memerlukan suplai air yang cukup memadai. Untuk konsumsi air oleh hotel digunakan perhitungan berdasarkan jumlah kamar, semakin banyak jumlah kamar yang dimiliki maka semakin besar pula jumlah air yang harus disediakan. e. Kondisi Air Tanah Kondisi air tanah mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi air bersih PDAM, apabila kondisi air tanah (sumur) mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik maka pemakaian air bersih PDAM cenderung menurun. Kencendrungan ini diakibatkan oleh adanya alternatif sumber air selain dari PDAM yang bisa dimanfaatkan. j. Kepuasan Konsumen Air Bersih PDAM Kepuasan konsumenpengguna air sangat berperan dalam jumlah konsumsi air oleh masyarakat. Apa bila penilaian yang diberikan oleh pelanggan terhadap kepuasan konsumen baik dan kualitas pelayanan yang di berikan oleh PDAM cenderung memuaskan, maka pelanggan akan cenderung menggunakan air hanya dari satu sumber. Disamping itu apabila debit air yang disalurkan besar maka kecendrungan pemborosan air oleh masyarakat juga akan sangat besar.

6 Konsumsi dan Pemanfaatan Air Bersih Dalam kehidupan sehari-hari pemanfaatan air semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tetapi tidak semata-mata meningkatnya pemanfaatan air hanya karena pertambahan jumlah penduduk saja, melainkan juga karena majunya kehidupan manusia (Simoen, 1985). Pemanfaatan air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemanfaatan air seringkali dipakai sebagai salah satu tolok ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat (Noerbambang & Morimura, 1996). Dengan demikian pemakaian air yang banyak selalu dikatagorikan sebagai keluarga yang mampu. Menurut Schefter (1990) rumah tangga dengan golongan penghasilan yang lebih tinggi cenderung menggunakan air lebih banyak. Penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (1981) tentang pemanfaatan sumberdaya air untuk rumah tangga di DAS Serayu, memperoleh kesimpulan bahwa banyaknya pemanfaatan air oleh setiap rumah tangga di Kota Cilacap, Purwokerto dan Bojonegoro dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian (pekerjaan) kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis sumber air yang digunakan oleh masing-masing rumah tangga. Penelitian lain tentang masalah ini pernah juga dilakukan oleh Utaya (1993) di Kotamadya Malang Jawa Timur, hasil dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kebutuhan domestik Kotamadya Malang per rumah tangga dan per kapita bervariasi menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan kepala keluarga. Dari kondisi sosial ekonomi tersebut, diperoleh tingkat pendapatan adalah kondisi sosial ekonomi yang paling berpengaruh

7 13 Menurut Leeden et al. (1990) rata-rata masyarakat umumnya memakai air sebanyak 100 galon per orang per hari sebagai konsumen domestik, masyarakat memakai air untuk keperluan seperti pengglontoran toilet, mandi, memasak, kebersihan dan menyirami tanaman. Sedangkan menurut Fair et al. (1971) aktivitas pemanfaatan air dapat dilihat pada Tabel 2.2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leeden et al (1990) di Amerika Serikat juga menjelaskan variasi pemakaian air pada jam-jam tertentu dalam satu hari. Pada Tabel 2.3 ditampilkan laju pemakaian terendah pemakaian air berada pada jam hal ini dikarenakan pada jam tersebut masyarakat tidak melakukan aktifitas, sedangkan jam puncak terjadi pada pagi hari pada jam dan di sore hari mulai jam No. Tabel 2.2 Aktivitas Pemanfaatan Air Jenis Kegiatan Persentase air yang digunakan (%) Gelontor toilet Mandi dan mencuci Pemanfaatan di dapur Air minum Mencuci pakaian Kebersihan rumah Menyiram tanaman atau kebun Mencuci perabot keluarga Sumber : Fair et al, (1971)

8 14 Tabel 2.3 Variasi Waktu Pemakaian Air No Uraian Jam Pemakaian Air 1 Laju pemakaian air terendah Laju pemakaian air tertinggi (jam puncak ) 3 Laju pemakaian air menengah (ketenangan puncak jam 15.00) 4 Pemakaian malam hari meningkat (jam puncak jam ) (sumber : Leeden et al. 1990) 2.2 Kebutuhan Air Domestik Menurut Twort dkk. (2003), kebutuhan air domestik meliputi kebutuhan air di dalam rumah, kebutuhan air di luar rumah dan di keran umum. Kebutuhan air didalam rumah meliputi kebutuhan memasak, mencuci dan sanitasi. Kebutuhan di luar rumah meliputi kebutuhan kolam renang, kolam ikan dam mencuci kendaraan. Kebutuhan air di keran umum merupakan kegiatan yang digunakan untuk memenuhi kegiatan masyarakat umum secara menyeluruh. Pemakaian air domestik sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan perorang penduduk (Soufyan, 2000). Sebagai gambaran, kebutuhan air domestik penduduk kota industri di Amerika Serikat sebesar 600 sampai dengan 800 liter/orang/hari, sementara kebutuhan air beberapa kota besar di dunia mencapai 300 sampai 550 liter/orang/hari. Di Kota Montreal di Kanada kebutuhan air domestik rata rata 647 liter/orang/hari pada tahun 1975, sedangkan pada tahun yang sama di Kota Monako di Prancis kebutuhan air domestiknya hanya sebesar 565 liter/orang/hari. Sedangkan di Indonesia pada tahun 1999 alokasi pemakaian air di perkotaan

9 15 dicanangkan sebesar 125 liter/orang/hari, sedangkan di daerah pedesaan 60 liter/orang/hari. Soufyan (2000) menyatakan bahwa pemakaian air domestik cenderung dominan digunakan untuk kakus dan kamar mandi. Kebutuhan kakus yang meliputi pemakaian air kloset rata rata 35,5% dari total kebutuhan air bersih perhari, sedangkan kebutuhan kamar mandi sebesar 30,72% dari total kebutuhan total per hari. Syahputra (2003) yang melakukan penelitian di Kecamatan Kalasan menghasilkan pemanfaatan air domestik dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis kegiatan, yaitu a. Mandi Soufyan (2000), pemanfaatan air domestik pada setiap jenis kegiatan didominasi oleh jenis kegiatan mandi, yaitu sebesar 39,06 liter/hari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalasan, dari rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang terdapat sebanyak 60,57 % atau sebanyak 3 orang yang melakukan kegiatan rutinitas setiap harinya, seperti berangkat ke tempat kerja, ke sekolah, atau kegiatan lain yang dilakukan setiap harinya, hal ini memberikan kontribusi besarnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi, karena setiap kali melakukan aktivitas pagi selalu diawali dengan mandi. Disamping adanya kegiatan rutinitas yang memberikan kontribusi besarnya pemanfaatan air domestik untuk kegiatan mandi, ternyata juga ditemukan di lapangan bahwa pemanfaatan air domestik untuk jenis kegiatan mandi ini sangat di pengaruhi oleh suatu kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan air. Kebiasaan besarnya pemanfaatan air untuk mandi dipengaruhi oleh adanya tempat

10 16 penampungan air (wadah air), pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi di rumah tangga dengan menggunakan bak mandi relatif lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan ember. Dengan rata-rata jumlah pengguna 5 orang dalam satu keluarga pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi dengan menggunakan bak mandi mempunyai rata-rata pemanfaatan air sebesar 413,37 liter/hari, sedangkan dengan menggunakan ember mempunyai rata-rata pemanfaatan air sebesar 349,58 liter/hari. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi dengan menggunakan bak mandi cenderung menggunakan air lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan ember. b. Mencuci Pakaian Rata-rata pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci pakaian sebesar 78,30 liter/hari. Dimana dari beberapa sampel diketahui menggunakan sumber air lain yang berupa sumur gali dan sungai. c. Memasak/minum Pemanfaatan air pada jenis kegiatan memasak/minum adalah sebesar 11,12 liter/hari. Kegiatan ini menduduki urutan kelima terbanyak dalam memanfaatkan air di Kecamatan Kalasan, besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga serta mobilitas anggota kelurga setiap harinya. d. Mencuci Alat Dapur Jenis kegiatan mencuci alat dapur menduduki urutan keempat terbanyak dalam pemanfaatan air, yaitu sebesar 17,04 liter/hari. Jenis kegiatan ini sangat

11 17 berkaitan dengan jenis kegiatan memasak dan minum, sehingga alasan besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini juga sama seperti jenis kegiatan memasak dan minum, di samping alasan yang sama dengan jenis kegiatan memasak dan minum juga terdapat alasan lain yang menyebabkan besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci alat dapur yaitu frekuensi mencuci alat dapur. e. Mencuci Lantai Mencuci lantai termasuk jenis kegiatan yang menduduki urutan ketujuh dari sembilan jenis kegiatan yang memanfaatkan air, yaitu sebesar 4,54 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat berkaitan dengan jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan mencuci lantai serta banyaknya frekuensi yang dilakukan dalam satu minggu. g. Mencuci Kendaraan Jenis kegiatan mencuci kendaraan menduduki urutan keenam terbanyak dalam pemanfaatan air, yaitu sebesar 5 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat berkaitan dengan jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan mencuci kendaraan serta media yang digunakan setiap kali mencuci kendaraan. Media yang berbeda menghasilkan rata-rata pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci kendaraan menjadi berbeda pula, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa rata-rata pemanfaatan air dengan menggunakan media ember sebesar 9 liter/hari, sedangkan rata-rata pemanfaatan air dengan menggunakan media selang air adalah sebesar 64 liter/hari.

12 18 h. Menyiram Tanaman Lain halnya dengan jenis kegiatan menyiram tanaman, di mana pada kegiatan ini pemanfaatan airnya adalah yang paling kecil jika dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya, yaitu sebesar 1,94 liter/hari. Ini dikarenakan dari 200 responden 92,5% masyrakat tidak menggunakan halaman sebagai tempat menanam tanaman. Untuk memperoleh estimasi kebutuhan air dalam suatu wilayah, dapat dilakukan dengan sensus kerumah - rumah atau dengan mengalikan jumlah penduduk dengan kebutuhan air perorang dalam satu hari. Di Asia Tenggara pemakaiaan air domestik sangat bervariasi karena kesenjangan taraf hidup masyarakat antara penduduk kota kecil dan kota besar sangat lebar. Gambaran pemakaian air domestik per kapita dengan berbagai pemakaiannya dapat dilihat pada Tabel 2.4 Tabel 2.4 Pemakaian Air Domestik Untuk Negara Negara di Asia Tenggara Pemakaian Kwantitas (liter/kapita/hari) Minum 5 Memasak 3 Sanitasi 18 Mandi 20 Mencuci piring 15 Mencuci pakaian 20 Total ( tanpa kehilangan air ) 81 Sumber: Oki (2008) Menurut Norken (2006) yang melakukan penelitian karakteristik pengguna air bersih di Kota Denpasar, menguraikan kebutuhan air domestik di Kota Denpasar kebanyakan di gunakan oleh kelompok rumah tangga. Rata-rata

13 19 pembayaran air yang dilakukan oleh pelanggan dari kelompok rumah tangga relatif kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang mereka peroleh yaitu 1,47% dari penghasilan rata-rata bulanan. Dilihat dari sudut pandang konsumsi air, kelompok rumah tangga yang menggunakan jasa sambungan rumah tingkat konsumsi rata-rata sangat tinggi yaitu sebesar 274 liter/orang/hari yang terdiri dari konsumsi air ledeng sebesar 222 liter/orang/hari dan dari sumber lainnya sebesar 52 liter/orang/hari. Kondisi ini sangat masuk akal bahwa pemakaian air untuk kelompok ini bukan saja semata-mata untuk kebutuhan air minum, memasak mencuci dan mandi, tetapi mereka gunakan juga untuk menyiram halaman, mencuci kendaraan dan lain-lainnya. Disamping itu dari analisis korelasi menyatakan bahwa ada kecenderungan semakin tinggi penghasilan semakin tinggi mereka mengkonsumsi air. Hal ini sangat sejalan dengan anggapan bahwa semakin baik tingkat kesejahteraan semakin tinggi tingkat kebutuhan akan air. Kelompok rumah tangga yang menggunakan air yang bersumber dari non air ledeng juga termasuk katagori masyarakat yang mengkonsumsi air yang sangat besar yaitu sebesar 326 liter/orang/hari. Sebaliknya kelompok rumah tangga yang menggunakan air dari hidran umum konsumsinya sangat rendah yaitu 10 liter/orang/haari. Berkaitan dengan kesediaan untuk membayar kenaikan tarif, baik pengguna air dengan sambungan rumah maupun dengan hidran umum hampir 80% bersedia membayar kenaikan tarif sebesar 10 sampai 20% dari tarif yang berlaku saat ini. Sedangkan dari analisis korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi pembayaran mereka semakin rendah kemauan mereka untuk membayar tarif, padahal mereka

14 20 yang mengkonsumsi air yang banyak adalah dari kelompok rumah tangga dengan sambungan rumah dan merupakan kelompok rumah tangga yang paling boros terhadap air. 2.3 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sumarini dan Soeprihanto (1998) menyatakan bahwa Perusahaan Daerah (PD) merupakan perusahaan yang modal atau sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan negara. Tujuan dari perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah pada khususnya dan perkembangan ekonomi negara pada umumnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1998, Perusahaan Daerah Air Minum selanjutnya disebut PDAM adalah perusahaan milik pemerintah daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan air minum. Sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD), PDAM dikelola atas dasar prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial. Di Indonesia terdapat 402 perusahaan PDAM dimana terdapat 103 perusahaan dalam kondisi sehat, 115 perusahaan dalam kondisi kurang sehat, 119 perusahaan dalam kondisi sakit dan 65 perusahaan belum ada data penilaian, (Perpamsi, 2010). Dengan total PDAM sebanyak itu, PDAM hanya bisa melayani 24% dari kebutuhan nasional. Permasalahan ini banyak disebabkan karena banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh PDAM. Dari data yang dimiliki oleh Perpamsi (2010) terdapat beberapa masalah yang sangat mengganggu jalannya usaha PDAM yaitu, masalah manajemen, masalah keuangan, masalah teknis,

15 21 masalah regulasi dan masalah perpajakan. Semua permasalahan tersebut dapat membentuk suatu lingkaran yang sulit untuk dibenahi, disatu pihak sebagai perusahaan daerah yang digunakan untuk mendapatkan pemasukan PAD, PDAM juga diwajibkan untuk berperan sosial sehingga penerapan tarif air cenderung sangat merugikan PDAM itu sendiri. Sementara itu, konsumen cenderung tidak bersedia membayar air lebih mahal sampai tiba saatnya pelayanaan telah membaik. Disamping permasalahan tersebut permasalahan yang lain yang tidak kalah pentingnya untuk dibenahi adalah, masalah konflik kepentingan air baku PDAM dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti petani, pengusaha pariwisata dan masyarakat disekitar sumber air. 2.4 Klasifikasi Pelanggan PDAM Dalam menjalankan tugas sebagai penyedia air bersih PDAM membedakan pelanggan menjadi beberapa klasifikasi, pembedaan klasifikasi pelanggan digunakan untuk memudahkan penentuan tarif atas pemakaian air oleh PDAM. Klasifikasi pelangan PDAM Kabupaten Buleleng dibedakan menjadi beberapa klasifikasi yaitu sosial, rumah tangga, niaga, industri dan khusus. Klasifikasi pelanggan rumah tangga merupakan kelompok pelanggan terbesar yang memanfaatkan air dari PDAM. Dari data pelanggan PDAM Kabupaten Buleleng cabang Kota Singaraja, jumlah pelanggan golongan rumah tangga berjumlah sambungan, sedangkan total sambungan yang dimiliki PDAM cabang Kota Singaraja sebesar sambungan.

16 Tarif Air Bersih PDAM Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan Tarif Minimum pada Perusahaan Daerah Air Minum, yang dimaksud dengan tarif adalah harga dalam rupiah yang harus dibayar oleh pelanggan PDAM untuk setiap pemakaian m 3 air bersih yang disalurkan oleh PDAM. Ada beberapa sistem tarif yang digunakan oleh PDAM guna menjalankan fungsi PDAM sebagai perusahaan yang bersifat sosial dan juga mengajak masyarakat untuk melakukan penghematan atas air. Sistem subsidi diberlakukan untuk pelanggan yang kurang mampu secara finansial yang dikelompokkan dalam suatu kelas pelanggan, sedangkan untuk mengajak masyarakat melakukan penghematan air, PDAM meberlakukan tarif progresip dimana jumlah pemakaian air berpengaruh terhadap tarif dasar air yang berlaku. Sistem tarif air minum PDAM didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Pemulihan Biaya Dengan prinsip pemulihan biaya (cost recovery), pendapatan PDAM harus mencukupi untuk menutup semua biaya atau pengeluaran perusahaan, bisa menggantikan barang modal pada waktu diperlukan dan bisa memberikan suatu tingkatan hasil investasi tertentu diantaranya untuk pengembangan usaha perusahaan. Kenaikan tarif dasar PDAM yang terjadi di Indonesia, sebagian besar dilatarbelakangi oleh usaha pemulihan biaya perusahaan. Peningkatan biaya operasional dan pemeliharaan PDAM, selalu menjadi penyebab kenaikan tarif dasar air minum yang justru harus ditanggung oleh pelanggan.

17 23 b. Keterjangkauan Tarif air minum dikatakan terjangkau apabila pengeluaran rumah tangga per bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar minum (10 m 3 /keluarga/bulan) tidak melebihi 4% dari rata-rata pendapatan rumah tangga untuk kelompok pelanggan yang bersangkutan. c. Efisiensi Pemakaian Air Untuk efisiensi pemakaian air, maka pelanggan yang memakai air melebihi kebutuhan dasar dikenakan tarif yang lebih tinggi. Sistim tarif progresif sangat efektif dalam merubah kebiasaan masyarakat dalam pemborosan air. Sistem dan pola tarif yang di gunakan oleh PDAM Kabupaten Buleleng saat ini menggunakan sistem subsidi silang dan pola tarif progresif. Sistem subsidi silang bertujuan agar pelanggan yang mampu mensubsidi pelanggan yang kurang mampu serta tarif progresif bertujuan agar pelanggan menggunakan air secara efektif dan efisien. Tarif dasar air yang berlaku diseluruh unit pelayanan PDAM Kabupaten Buleleng saat ini sebesar Rp 1.000/m 3, maka komposisi tarif sesuai kelompok pelanggan dapat dilihat pada Tabel 2.5 Klasifikasi Tabel 2.5 Tarif Dasar Air Berdasarkan Tingkat Pemakaian Air Tingkat Pemakaian Pelanggan 0-10 m m m3 > 30 m 3 S S R P N N I I Sumber: PDAM Kabupaten Buleleng, 2011

18 Definisi dan Persyaratan Air Bersih Definisi Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes NO.492/MENKES/PER/IV/2010) Syarat Air Bersih a. Syarat Kualitas Persyaratan kualitas air bersih diatur oleh pemerintah dalam keputusan Permenkes NO.492/MENKES/PER/IV/2010 menyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut : 1) Persyaratan fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25 o C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25 o C ± 3 o C. 2) Persyaratan kimiawi Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : ph, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat. 3) Persyaratan bakteriologis

19 25 Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E coli atau fecal coli dalam air. 4) Persyaratan radioaktifitas Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma b. Persyaratan Kuantitas (Debit) Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. c. Persyaratan Kontinuitas Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas

20 26 pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan dan pada jam-jam puncak di pagi dan sore hari, yaitu pada pukul Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen, sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Kedua, sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6 1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi. d. Persyaratan Tekanan Air Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5 mka

21 27 (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan gedung 6 lantai). Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10 mka atau 1 atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing. Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi. 2.7 Metode Statistik Terdapat dua metode yang umum digunakan dalam melakukan penelitian yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Kedua metode ini sering disebut metode yang tradisional (Sugiyono, 2008). Kedua metode ini memiliki beberapa perbedaan yang mendasar dalam proses analisisnya. Metode penelitian kuantitatif dilakukan bila: a. Masalah yang merupakan titik tolak penelitian jelas, masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Dalam penyusunan proposal penelitian, rumusan masalah harus dimunculkan dengan data, baik dari penelitian sendiri maupun dokumentasi. b. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

22 28 c. Bila peneliti ingin mengetahui perlakuan tertentu terhadap yang lain, misalnya untuk kepentingan eksperimen pengaruh unsur kimia tertentu terhadap rasa produk makanan. d. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian e. Bila peneliti menginginkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur f. Bila penelitian ingin menguji adanya keragu raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu Sedangkan menurut Sugiyono (2008) menjelaskan penelitian kualitatif dilakukan bila: a. Masalah penelitian belum terumuskan secara jelas, masih remang-remang atau mungkin sangat gelap. Kondisi seperti ini sangat cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena metode ini akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question sehingga masalah akan dapat ditemukan secara jelas. b. Untuk mengetahui makna dibalik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Misalnya penelitian kuantitatif, cinta suami kepada istri dapat diukur dengan banyaknya suami mencium istri dalam sehari. Menurut penelitian kualitatif, semakin banyak suami mencium istri, maka menjadi tandatanya jangan-jangan hanya pura-pura.

23 29 c. Untuk memahami gejala sosial, interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai jika peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut serta, wawancara mendalam dan observasi. d. Untuk mengembangkan teori, metode ini cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun dari data yang diperoleh dilapangan. Pada tahap awal peneliti melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala Variabel Penelitian Sugiyono (2008) menjelaskan variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau obyek dengan obyek lainnya. Sedangkan Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Jenis-jenis variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi variabel independen, variabel dependen variabel moderator dan variabel intervening. Variabel independen sering disebut variabel bebas dimana variabel ini mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel dependen sering disebut juga variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

24 Populasi dan Sampling Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Tingkat Pengukuran Pengukuran penelitian merupakan proses yang dilakukan seorang peneliti untuk menguji hipotesis dan teori (Sugiyono,2008). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrument yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Karena instrument penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kualitati yang akurat, maka setiap instrument memiliki skala.

25 31 Jenis-jenis skala dapat berupa skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Skala ordinal memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi. Sebagai contoh, sebuah produk yang diproduksi sebuah pabrik dapat dikatagorikan ke dalam skala sangat bagus, bagus dan kurang bagus Regresi Analisis regresi merupakan alat statistik yang banyak digunakan dalam berbagai bidang. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Menurut Sugiyono (2002) secara umum regresi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu regresi linier dan regresi exponensial. Regresi linier memiliki ciri yaitu, sebaran data dalam scetter plot menunjukan sebaran data yang mendekati garis lurus. Regresi linier dibedakan menjadi dua bagian yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausual satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah: Y = a + bx...(3) Sedangkan analisis regresi linier berganda yang merupakan suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari dua variabel bebas, persamaannya sebagai berikut Y = a + b1.x1 + b2.x2 + b3x3...+ bn.xn...(4) Regresi exponensial digunakan untuk menentukan fungsi exponensial yang paling sesuai dengan kumpulan titik-titik data (xn,yn) yang diketahui. Regresi

26 32 exponensial merupakan pengembangan dari regresi linier dengan memanfaatkan fungsi logaritma. Persamaan untuk regresi exponensial adalah sebagai berikut Y = e ax+b...(5) Uji Normalitas Data Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dengan melihat grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Karena besarnya kemungkinan terjadi kesalahan dalam membaca grafik maka uji normalitas data dapat dilakukan dengan cara Kolmogorov Smirnov, yaitu dengan membandingkan nilai signifikan hasil perhitungan dengan α = 5% Uji Asumsi Klasik Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kreteria BLUE (Bast, Linear Unbias Estimator). BLUE dapat dicapai bila memenuhi asumsi klasik, jenis pengujian yang dilakukan adalah sebagai beriku: a. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda terdapat korelasi antara variabel penggangu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (et-1). Model regresi yang bebas dari autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson (Alhusin, 2003) yang ditunjukan sebagai berikut

27 33 Tabel 2.6 Interpretasi Nilai Durbin-Watson Nilai Durbin-Watson Interpretasi Angka < 1,10 Ada autokorelasi 1,10 1,54 Tidak ada kesimpulan 1,55 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,46 2,90 Tidak ada kesimpulan > 2,91 Ada autokorelasi b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidak samaan variance dan residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitisitas (Ghozali, 2002). c. Uji Multikolinearitas Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya korelasi diantara variabel bebas atau tidak terjadi multikolinearitas. Model regresi yang memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0,1 berarti terbebas dari multikolinearitas (Nugroho, 2005) Uji F Uji F dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas kualitas air, tingkat kesejahteraan pelanggan dan kepuasan konsumen terhadap variabel terikat karakteristik pemakaian air bersih. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh masing-masing

28 34 variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara Ftabel dengan Fhitung Uji T Uji T digunakan untuk menguji pengaruh yang signifikan antara masingmasing variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian ini digunakan untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat, uji T-tes menggunakan kriteria pengujian jika probabilitas atau Sig < α 5%, maka H0 ditolak.

29 TESIS ANALISIS KARAKTERISTIK PEMAKAIAN AIR BERSIH KELOMPOK RUMAH TANGGA DI KOTA SINGARAJA BAB III METODE PENELITIAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pipa Sistem perpipaan dapat ditemukan pada hampir semua jenis industri, dari sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat kompleks. 1. Sistem

Lebih terperinci

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku/Pola Pemakaian Air Bersih Engel dan kawan-kawan (1994) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rambah Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2013. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi PDAM Bekasi merupakan salah satu PDAM yang berada di wilayah Kota Bekasi. Pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. KUALITAS AIR 1. Kadar besi (Fe) kamar mandi pria Besi V n tetes 0,1 ( mg l ) Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, 08.00 WIB : 0,60 0,30 Siang, 12.30 WIB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Tio Herdin Rismawanto Alex Binilang, Fuad Halim Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah Unit Satuan Kerja Rumah Sakit PKU

METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah Unit Satuan Kerja Rumah Sakit PKU BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan data primer yang dilakukan pada Unit Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Kampar tepatnya di Daerah Kecamatan Bangkinang Seberang Jalan Lintas Bangkinang-Petapahan Sei Jernih. Penelitian

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR JAM PUNCAK DAN HARIAN MAKSIMUM TERHADAP POLA PEMAKAIAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA ABSTRAK

PENENTUAN FAKTOR JAM PUNCAK DAN HARIAN MAKSIMUM TERHADAP POLA PEMAKAIAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA ABSTRAK PENENTUAN FAKTOR JAM PUNCAK DAN HARIAN MAKSIMUM TERHADAP POLA PEMAKAIAN AIR DOMESTIK DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA Benny Syahputra ST, M.Si * ABSTRAK Kecamatan Kalasan berada pada propinsi Daerah

Lebih terperinci

STUDI JARINGAN AIR BERSIH PDAM DI KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA

STUDI JARINGAN AIR BERSIH PDAM DI KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA STUDI JARINGAN AIR BERSIH PDAM DI KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA Ikas 1) Abstrak Pengkajian terhadap pelayanan jaringan air bersih PDAM di Kecamatan Pontianak Tenggara masih kurang mendapat perhatian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian data ini adalah Pemerintah Daerah pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya, yaitu data PAD, DAU, DAK, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota, akan tetapi ada penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Konsep Kepuasan Pelanggan Konsep Pengukuran Kepuasan Masyarakat atau Pelanggan Menurut Kotler yang dikutip Prasetyani dalam penelitiannya terdapat 4

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dimana tujuannya untuk menganalisa pengaruh variabel motivasi, persepsi, dan sikap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Program Pamsimas 2.1.1 Latar Belakang Program Pamsimas Berdasarkan laporan WHO-Unicef joint monitoring 2004 kinerja sektor Air Minum & Sanitasi di Indonesia dinilai masih rendah

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan masalah yang diteliti dalam suatu penelitian.

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan masalah yang diteliti dalam suatu penelitian. BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian merupakan masalah yang diteliti dalam suatu penelitian. Sugiyono (2008:38) mengartikan objek penelitian suatu atribut atau sifat

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah pengaruh faktor-faktor internal bank tahun

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah pengaruh faktor-faktor internal bank tahun BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengaruh faktor-faktor internal bank tahun 2011 dan 2012 terhadap pertumbuhan kredit perbankan tahun 2011-2012 dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum, 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, maka pada Tabel 4.1 berikut ini akan ditampilkan karakteristik sample yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Februari 2014. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta penggunaan sumber daya air.

I. PENDAHULUAN. meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta penggunaan sumber daya air. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, manusia memerlukan air selama hidupnya. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, memasak, mandi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian akan dilakukan mulai bulan Oktober 2015 sampai November 2015. Penelitian dilakukan pada SPBU 34-17145 Bekasi Timur. Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang diperlukan dari responden. Dalam upaya pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang diperlukan dari responden. Dalam upaya pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat melakukan kegiatan penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan dari responden. Dalam upaya pengumpulan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh produk, persepsi harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji d Besto. Objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subyek Penelitian Penggunaan objek penelitian dalam penelitian ini adalah pelaporan tahunan perusahaan. Pelaporan tahunan perusahaan merupakan yang mengikuti PROPER dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah unsur penting bagi makhluk hidup. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan selama 3 sampai 6 bulan namun tidak akan mampu bertahan hidup tanpa air. Sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR Mary Selintung 1, Achmad Zubair 1, Dini Rakhmani 2 Abstrak Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori

BAB III METODE PENELITIAN. eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan jenis data, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dilihat dari cakupan jenis eksplanasi ilmunya, penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yang bertujuan untuk mencari penjelasan dalam bentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey melalui pendekatan kuantitatif. Metode survey adalah penelitian yang mengambil

Lebih terperinci

36 Kompensasi. Variabel kompensasi ini terdiri dari Gaji, Reward dan Insentif. 1. Gaji Menurut Hasibuan (2007) gaji adalah balas jasa yang dibayar sec

36 Kompensasi. Variabel kompensasi ini terdiri dari Gaji, Reward dan Insentif. 1. Gaji Menurut Hasibuan (2007) gaji adalah balas jasa yang dibayar sec BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September-Desember 2014. Penelitian ian ini dilaksanakan pada CV.Sumber Buah Serang, Jl. Cinanggung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Air Minum Pengertian air minum dapat diuraikan sebagai berikut: Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN 3.1 Pengujian Instrumen Data Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap instrumen yang akan digunakan. Ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel bebas atau Independen

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel bebas atau Independen 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asuransi Jiwa Pendidikan Bumiputera 1912 Pekanbaru Cabang Sukajadi.

BAB III METODE PENELITIAN. Asuransi Jiwa Pendidikan Bumiputera 1912 Pekanbaru Cabang Sukajadi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian pada AJB. Asuransi Jiwa Pendidikan Bumiputera 1912 Pekanbaru Cabang Sukajadi. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana pihak ketiga dan suku bunga SBI yang ditentukan oleh Bank Indonesia serta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian sebelumnya telah dibahas berbagai temuan yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian akhir ini selanjutnya akan dibahas mengenai kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi program Strata 1 (S1) jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Gorontalo. Penelitian ini dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yang menjadi penelitian adalah seluruh perusahaan LQ 45 yang listing di BEI pada tahun 2010-2014, dimana perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Lokasi terletak di terminal Kota Batu. Penyebaran kuesioner yang terletak di terminal kota Batu adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jawaban responden yang pada dasarnya merupakan data kualitatif, maka untuk

BAB III METODE PENELITIAN. jawaban responden yang pada dasarnya merupakan data kualitatif, maka untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, karena memerlukan perhitungan yang bersifat matematis tentang hubungan antar variabel dengan teknik pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

BAB III METODE PENELITIAN.  Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2013. Penulis melakukan pengambilan data dari situs www.djpk.kemenkeu.go.id.

Lebih terperinci

SISTEM JARINGAN AIR BERSIH. Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

SISTEM JARINGAN AIR BERSIH. Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015 SISTEM JARINGAN AIR BERSIH Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015 UMUM Air merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, Sugiyono (2010:11) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, penelitian dilakukan pada perusahaanperusahaan kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian survey yang berupa penelitian penjelasan dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian survey yang berupa penelitian penjelasan dan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada dasarnya jenis penelitian ini dapat dikelompokkan menurut tujuan, metode, tingkat eksplentasi, analisis dan jenis data. Menurut metodenya, jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri atas tiga variabel independen (bebas), satu variabel intervening dan satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Jenis penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya.

Lebih terperinci

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham contoh sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap harga saham kerangka pikir yang diajukan sbb. laba akuntansi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Rumah makan bebek goreng H. Slamet merupakan rumah makan franchise

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Rumah makan bebek goreng H. Slamet merupakan rumah makan franchise BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian di laksanakan di rumah makan bebek goreng H.Slamet yang berlokasi di Jl. Jend, Sudirman No 201 (depan SPBU wonosari), dengan pertimbangan : 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2010:13) objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. 3.. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang.Dilakukan di FE UIN Malang, untuk memudahkan peneliti mengambil sampel dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Januari sampai April 2017 dengan tahun pengamatan dari Januari 2010 sampai Desember 2016 untuk memperoleh data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Riau, jalan Jendral Sudirman Pekanbaru Riau. Untuk melakukan penelitian ini maka yang digunakan adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Riau, jalan Jendral Sudirman Pekanbaru Riau. Untuk melakukan penelitian ini maka yang digunakan adalah: 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di PT.Indosat Tbk Cabang Pekanbaru Riau, jalan Jendral Sudirman Pekanbaru Riau. 3.2 Jenis dan sumber data Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2007:11) jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menurut tingkat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari: 1. Data laporan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini memuat hasil temuan dan kesimpulan mengenai Karakteristik Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga di Kelurahan Setiamanah, Kota Cimahi sebagai Masukan bagi Upaya

Lebih terperinci

Bab III METODELOGI PENELITIAN

Bab III METODELOGI PENELITIAN Bab III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi pada hotel di Tangerang. Responden dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan di Indonesia yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2011:62), desain asosiatif kausal berguna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pembuktian hipotesis yang disusun dari rumusan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pembuktian hipotesis yang disusun dari rumusan masalah 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pembuktian hipotesis yang disusun dari rumusan masalah yang dikemukakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini dengan judul Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Modal Sendiri dan Pendapatan Margin terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Depok, dimulai dari pengumpulan landasan teori dan sumber-sumber data pada awal april 2013. Kemudian dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah explanatory reseach. Menurut Singarimbun (1995)

III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah explanatory reseach. Menurut Singarimbun (1995) 39 III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah explanatory reseach. Menurut Singarimbun (1995) penelitian eksplanatori (explanatory reseach) adalah penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data 31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah

Lebih terperinci

STUDI ANGKA PEMAKAIAN AIR SAMBUNGAN LANGSUNG RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN 2001

STUDI ANGKA PEMAKAIAN AIR SAMBUNGAN LANGSUNG RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN 2001 STUDI ANGKA PEMAKAIAN AIR SAMBUNGAN LANGSUNG RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN 2001 Suarni S. Abuzar 1), Puti Sri Komala 2), Meilinda 3) JurusanTeknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK Angka pemakaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei eksplanasi, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT. Sinar Sosro memiliki visi untuk menjadi perusahaan minuman kelas dunia yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, kapan saja, dimana saja, serta

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 4 bulan yang bermula di bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Dalam kurun waktu tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pajak Reklame, dan Pajak Parkir dari tahun 2010 sampai dengan 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Pajak Reklame, dan Pajak Parkir dari tahun 2010 sampai dengan 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Pandeglang. Kegiatan penilitian ini dilakukan tahun 2014 yang dianalisis

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah orang atau sesuatu yang diteliti (Idrus Muhammad, 2009, hlm.91). Menurut Made Wiranatha (2006, hlm.39), objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 dan mengambil data yang berasal dari situs resmi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota Malang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota Malang merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota Malang merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha 69 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pemakaian Air Bersih 5.1.1 Pemakaian Air Untuk Domestik Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel di wilayah usaha PAM PT. TB, menunjukkan bahwa pemakaian air bersih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 di Jakarta terhadap Laporan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur untuk periode tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN Metode penelitian merupakan sekumpulan peraturan dan prosedur atau kerangka berfikir yang digunakan untuk menguji hipoteis suatu penelitian. Metodologi penelitian berperan penting

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dimanapenelitian yang lebih menekankan pada angka-angka serta teknik

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dimanapenelitian yang lebih menekankan pada angka-angka serta teknik BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian Kuantitatif, dimanapenelitian yang lebih menekankan pada angka-angka

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR Oleh: DODY KURNIAWAN L2D 001 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT DIFINISI AIR BERSIH Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Di Jalan Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Aditma Graha Lestari yang beralamat di Komplek Ruko Puri Kembangan Indah No. 168 D, Kembangan Selatan,

Lebih terperinci

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG Kajian Alternatif Penyediaan Air Baku I Wayan Mundra Hirijanto KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG I Wayan Mundra

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN III.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis. Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian

Lebih terperinci