BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang"

Transkripsi

1 7 BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG A. Ordo Lepidoptera Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "sayap bersisik" dan mengacu pada karakteristik yang mencakup sisik mikroskopis yang mirip debu pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang biasanya terbang di siang hari dengan warna yang mencolok dan ngengat yang biasanya terbang di malam hari dengan warna yang kusam. Lepidoptera merupakan salah satu Ordo yang memiliki anggota terbesar, salah satu anggotanya yaitu kupu-kupu yang memiliki anggota lebih dari spesies yang ada di dunia. Jumlah tersebut hanyalah 10 % dari jumlah keseluruhan spesies Lepidoptera di dunia, termasuk di dalamnya ngengat (Peggie & Amir, 2006). Walaupun kupu-kupu hanya sedikit dibandingkan dengan ngengat, namun kupu-kupu lebih dikenal karena kupu-kupu memiliki kebiasaan terbang di siang hari dan memiliki warna yang cerah serta corak yang khas. Kupu-kupu dapat hidup di berbagai tipe habitat yang berbeda, khususnya di daerah tropis seperti Indonesia. Indonesia merupakan daerah tropis dan memiliki struktur ekologi, geologi dan biografi yang kompleks, oleh karena itu keanekaragaman kupu-kupu di Indonesia pun tinggi. Jumlah spesies kupu-kupu di Indonesia ada sekita spesies yang diantaranya terdapat 5000 spesies di Papua (Sihombing, 1999) dan sekitar 560 spesies kupu-kupu di Sulawesi, 24% diantaranya merupakan kupu-kupu endemik (Soehartono & Mardiastuti, 2003).

2 8 Kupu-kupu merupakan serangga phytophagous. Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya sedangkan ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. 1. Klasifikasi Lepidoptera Berdasarkan aksesoris tambahan yang terdapat pada sayap Lepidoptera, Ordo Lepidoptera terdiri dari 2 subordo yaitu Yugatae (Familia Eriocraniidae, Micropterygidae dan Hepialidae) dan Frenatae (Familia Cossidae, Plutellidae, Pyralidae, Zygaenidae, Psychidae, Geometridae, Bombycidae, Saturniidae, Sphingidae, Papilionidae, Danaidae, Nymphalidae, Pieridae, Hesperidae (Hadi, et.al., 2009). a. Sub Ordo Yugatae Sub Ordo ini memiliki ciri dimana kedua sayap depan dan belakang memiliki struktur vena yang sama dan dihubungkan dengan yugum yang berbentuk seperti kait pada bagian dasar dari sayap depan dan menjorok ke bagian bawah sayap belakang (Hadi et al., 2009). Dengan adanya yugum, sayap depan dan belakang dari Lepidoptera berlekatan satu sama lain sehingga pada waktu terbang sayap bergerak bersamaan. b. Sub Ordo Frenatae Anggota sub Ordo ini memiliki organ khusus yang disebut frenulum atau perluasan sudut humeral pada sayap depan yang merupakan sekelompok rambut kasar yang menjulur ke depan pada pangkal sayap belakang (Hadi et al., 2009). Pada klasifikasi pada versi yang berbeda menurut C. Linnaeus (1758) Ordo Lepidoptera terdiri dari 6 Familia, yaitu:

3 9 1) Familia Papilionidae Anggota Papilionidae biasanya memiliki ukuran besar, beberapa berwarna mencolok dengan satu atau dua warna pada latar hitam. Tidak semua spesies memiliki ekor, namun ada beberapa spesies yang memiliki ekor yang merupakan perpanjangan dari sudut sayap belakangnya. Beberapa anggota Papilionidae terbang dengan cepat dengan menggunakan sayap depannya untuk mendorong dan sayap balakangnya untuk menyetabilkan dan menentukan arah. Spesies jantan biasanya ditemukan di sekitar genangan air dan pinggir sungai (Morrell, 1960). Telur berbentuk bulat atau kubah, biasanya ditemukan dibawah permukaan daun inang larva. Larva memiliki daging bercabang khusus berbentuk seperti tanduk yang tersembunyi di belakang kepalanya. Tanduk ini akan muncul keluar dan mengeluarkan bau yang tidak enak disaat merasa terancam. Beberapa larva muda berbentuk seperti kotoran burung dengan struktur tubuh lembut. Ukuran kepala larva kecil dengan penebalan tubuh di segmen ketiga dan keempat. Pupa selalu menempel di bantalan ranting dengan posisi vertikal terbalik dan terikat oleh sutra tipis (Jaques, 1947). Banyak jenis yang bersifat sexual dimorphic yaitu berbeda pola sayap jantan dan betina. Beberapa jenis, betina bersifat polymorphic atau memiliki beberapa pola sayap. Untuk jenis yang pola sayap jantan dan betina serupa, betina biasanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dengan sayap yang agak membulat (Morrell, 1960).

4 10 2) Familia Pieridae Kupu-kupu yang memiliki ukuran tubuh sedang berwarna putih, kuning atau orange dengan warna yang menebal di bagian atas sayap belakang dan pola urat berwarna hitam. Tidak ada perpanjangan sayap yang menyerupai ekor dan banyak jenis yang menunjukan variasi sesuai musim. Beberapa memiliki kebiasaan bermigrasi dan beberapa jenis menunjukan banyak variasi (Morrell, 1960). Telur mudah untuk dikenali karena berbentuk ramping dan panjang. Larva biasanya bercorak hijau dengan bercak longitudinal silindris dan panjang, tanpa tanduk atau ekor namun berambut jarang. Pupa berwarna hijau, menempel di bagian anal dan biasanya terikat oleh benang sutra tipis seperti pupa Papilionidae (Jaques, 1947). 3) Familia Danaidae Danaidae memiliki ukuran tubuh sedang yang biasanya terbang lambat dan rendah. insektifor yang berani untuk menyerang Danaidae sangat sedikit karena Danaidae biasanya mengeluarkan bau dan rasa yang tidak enak dan. Beberapa burung muda yang memakan Danaidae dengan tidak mengutamakan rasa dan bau karena terlalu lapar atau memiliki sistem pencernaan yang kuat seperti pemakan lebah. Jantan memiliki karakter seksual lanjutan pada bentuk jenis dan embelan dari sisik penghasil feromon pada sayapnya. Danaidae jantan juga memiliki sepasang kuas berbulu yang dapat dikeluarkan dari abdomen mereka, yang biasanya digunakan pada proses kawin untuk menyapukan feromon dari embelan sisik baunya pada sayap belakang. Pada banyak spesies, kuas keluar saat kupukupu terancam, yang menyebabkan musuh kebingungan serta mengeluarkan bau

5 11 dan rasa yang tidak enak untuk perlingungan tidak hanya untuk spesies tapi juga untuk menyembuhkan diri setelah terluka (Morrell, 1960). 4) Familia Nymphalidae Familia Nymphalidae menunjukan variasi yang beragam dalam ukuran, bentuk dan warna serta sulit untuk memberikan karakter khusus pada saat pertama kali mereka diketahui. Seperti Familia Danaidae dan Satyridae, kaki depan kupukupu dewasa Nymphalidae tidak digunakan untuk berjalan dan pupa hanya menempel pada bagian anal. Kupu-kupu jantan tidak memiliki bau khusus dan sangat menyukai cahaya matahari (Morrell, 1960). Beberapa spesies Nymphalidae memiliki kelakuan yang beragam. Beberapa kupu-kupu senang kotoran dan buah yang telah busuk dan lebih memilih bayangan tanaman. Banyak dari jenis kupu-kupu Nymphalidae merupakan kupukupu khas dari kebun dan tempat terbuka serta mengunjungi bunga. Kupu-kupu lainnya merupakan kupu-kupu tanah terbuka, tepi hutan dan puncak pohon. Semua spesies Nymphalidae terbang dengan kuat dan cepat (Morrell, 1960). Gambar 2.1. Euthalia monina (Nymphalidae) (Sumber: Dokumen Pribadi)

6 12 Larva juga bervariasi dan biasanya menunjukan tingkat adaptasi pertahanan yang tinggi. Beberapa memiliki duri yang banyak dan biasanya tanaman inang merupakan tanaman dikotil. Pupa menggantung, biasanya menyerupai daun layu atau sobek. Banyak jenis memiliki facet metalik atau titik (Jaques, 1947). 5) Familia Lycaenidae Tanpa pengecualian anggota famila Lycaenidae merupakan kupu-kupu berukuran paling kecil, banyak jenis sisiknya berwarna biru metalik, silver atau berwarna tembaga. Pada sayap belakang dari beberapa spesies terdapat satu, dua atau bahkan tiga ekor panjang berbentuk benang yang biasanya satu atau dua pasang terkait di bawah titik mata pada cuping sayap. Beberapa spesies seperti genus Liphra, Miletus dan Spalgis memiliki larva yang memakan serangga lain bukan daun. Kebanyakan larva merupakan perusak kayu yang kepala, kaki dan klasper tersembunyi di bawah karapaks berdaging, beberapa spesies bersimbiosis dengan semut dan sebagai timbal balik untuk perlindungan semut, larva mengeluarkan cairan manis dari kelenjar dorsalnya. Pupa memiliki bentuk dan cara menempel yang sangat beragam, beberapa tidak menempel dan menyerupai daun mati. Beberapa spesies memiliki larva yang tergantung oleh benang sutra tipis, beberapa membentuk pupa di daun yang menggulung yang diikat oleh benang sutra tipis, beberapa yang lain menempel tanpa adanya benang pengikat dan menempel padat dan kuat pada bagian segmen anal (Morrel, 1960).

7 13 6) Familia Hesperioidae Secara struktur Familia Hesperioidae sangat berbeda dengan Familia yang lain dalam asal vein sayapnya yang berasal dari dasar sayap ataupun dari selnya. Ukuran badan kupu-kupu Hesperioidae labih besar daripada ukuran sayap yang lebih kecil karena Hesperiidae terbang dengan cepat. Kebanyakan menyukai cahaya matahari dan biasa ditemui terbang dengan cepat di sekitar semak Lantana dan Cordia. Tapi kebanyakan aktif hanya di awal pagi dan sekitar pukul 5.30 di sore hari. Walaupun beberapa spesies ditemukan terbang di tengah hari di bagian hutan yang berbayang (Hadi, et. al., 2009). Larva dari banyak spesies makan pada tanaman monokotil, palem, rerumputan, bambu, jahe dan pisang. Kebanyakan makan dan membentuk pupa di gulungan daun dan kebanyakan dari mereka berwarna putih. Pupa biasanya menempel dengan kait atau dampalan dan terikat oleh lebih dari satu benang (Jaques, 1947). 7) Familia Satyridae Kebanyakan anggota Satyridae merupakan kupu-kupu kecil, bersayap lebar terkadang membulat, kupu-kupu ini terbang lambat dan mendekati tanah dan bayangan tanaman. Biasanya berwarna coklat dengan beberapa ocelli pada bagian bawah sayap. Jantan dari beberapa spesies memiliki bau yang khas, kuas dan penebalan yang berbeda pada beberapa vein di pangkal sayap depannya (Morrell, 1960). Tanaman inang biasanya monokotil seperti rerumputan, palem dan bambu. Sebagian larva instar awal dari beberapa spesies yang umum ditemukan tidak

8 14 diketahui, beberapa Familia Satyridae tidak menempatkan telur mereka dengan bebas pada tanaman inang terpilih, tapi mereka hanya menjatuhkan telurnya saat terbang di atas rerumputan sehingga sangat sulit untuk diobservasi (Morrell, 1960). Bentuk tubuh larva meruncing ke bagian kepala maupun ke belakang sehingga biasanya dianggap memiliki dua ekor dan biasanya bertanduk. Kebanyakan pupa menggantung dengan menempel pada bagian anal tanpa adanya benang sutra yang menahan dan beberapa dibentuk di tanah diantara akar rerumputan. Kaki depan kupu-kupu dewasa tidak digunakan untuk berjalan (Jaques, 1947). 2. Morfologi Struktur tubuh kupu-kupu terbagi menjadi 3 bagian yaitu caput, thoraks dan abdomen dengan 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap di bagian thoraks seperti yang terlihat pada gambar 2.2. Alat kelamin Lepidoptera terdapat pada bagian ujung ruas abdomennya. Tubuh Lepidoptera dilapisi oleh eksoskeleton atau rangka luar berupa lapisan kitin dan tersusun dalam segmen-segmen seragam yang dipisahkan oleh membran fleksibel. Ketiga bagian tubuh Lepidoptera memiliki struktur yang berbeda-beda dengan fungsinya masing masing (Morrell, 1960), yaitu : a. Caput (kepala) Kepala bulat kecil dengan alat makan berbentuk belalai disebut probosis dan terdapat alat sensorik berupa sepasang antenna yang biasanya menebal di bagian ujungnya. Mata Lepidoptera adalah mata majemuk berbentuk belahan bola pada bagian atas kepala.

9 15 b. Thoraks (dada) Thoraks merupakan bagian tubuh dimana kaki dan sayap terletak, tersusun atas tiga segmen yang masing-masing terdapat sepasang kaki untuk berjalan dan berpegangan. Dua pasang sayap kupu-kupu terletak di meso thoraks dan pada meta thoraks. Pada beberapa jenis kupu-kupu seperti Papilionidae dan Nymphalidae memiliki embelan seperti ekor (tornus). c. Abdomen (perut) Abdomen Lepidoptera merupakan bagian tubuh paling lunak dibanding caput dan thoraks. Abdomen memiliki sepuluh segmen, namun hanya tujuh atau depalan yang mudah terlihat. Segmen ujung dari abdomen merupakan alat kelamin kupukupu. Pada jantan alat kelaminnya terdiri dari sepasang capit dan pada betina segmen terakhir abdomen berupa ovipositor yang fungsinya untuk meletakkan telur. Gambar 2.2. Struktur tubuh dan sayap Lepidoptera (Danaidae) (Sumber: Morrell, 1960)

10 16 3. Siklus hidup kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan metamorfosis sempurna yang tiap tingkatan siklusnya memiliki bentuk yang berbeda. Kupu-kupu memiliki pola hidup bawaan yang khas antara lain pola reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam populasi yang disebut siklus hidup. Siklus hidup kupu-kupu memiliki empat tahap: telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan imago (dewasa). Keberadaan tahapan larva dan pupa pada siklus hidup kupu-kupu merupakan tahapan yang paling mudah untuk dibedakan dari serangga lain. Kedua tahapan tersebut juga merupakan tahapan terpenting dalam siklus hidup kupukupu karena kedua tahapan tersebut berperan penting dalam menentukan keberhasilan siklus reproduksinya (Hadi, et. al., 2009). Gambar 2.3. Siklus hidup kupu-kupu (Sumber: Anonim, 2008)

11 17 Bentuk larva kupu-kupu sangat berbeda dengan bentuk dewasanya karena larva belum memiliki mata majemuk, antena tereduksi dan tidak memiliki bukti eksternal keberadaan formasi sayap. Larva kupu-kupu melakukan molting pada setiap tahapan larvanya. Sebagian besar kegiatan larva yaitu makan, dengan mayoritas makanan mereka pada dedaunan, meskipun banyak spesies makan batang, akar, buah, atau bunga. Tahapan pupa kupu-kupu biasanya ditemukan di dalam kokon walaupun tidak semua spesies menghasilkan kokon. Kokon merupakan lapisan penutup yang terbuat dari sutera yang dibuat oleh larva instar akhir (Hadi, et al., 2009). Evolusi pada tahapan pupa sangat berbeda dengan tahapan dewasa yang memungkinkan perkembangan yang terspesialisasi. Larva lebih terspesialisasi dalam pengumpulan makanan sedangkan dewasa berkembang lebih jauh dalam bereproduksi dan melakukan penyebaran. Selain itu, larva mengkonsumsi makanan yang berbeda dan lebih banyak dibandingkan dewasa sehingga dapat mengeliminasi kompetisi yang terjadi antar tahapan. Larva kupu-kupu memakan jaringan tumbuhan hijau untuk pertumbuhannya, sedangkan kupu-kupu dewasa memakan nektar bunga untuk keberlangsungan hidupnya. Ketika keduanya baik larva maupun dewasa terspesialisasi untuk mengumpulkan makanan, sumber makanan mereka tidak sama (Hadi, et al., 2009). Lepidoptera diurnal dan nokturnal menunjukkan keragaman yang besar dalam ukuran dan tingkat perkembangan. Setiap spesies yang memiliki perkembangan yang cepat dapat menyelesaikan siklus perkembangan mereka dalam waktu tiga minggu, sedangkan yang lebih lambat mungkin memerlukan

12 18 selama dua atau bahkan tiga tahun. Faktor fisik lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan ini yaitu temperatur. Semakin tinggi suhu semakin cepat pula pertumbuhannya (Hadi, et al., 2009). B. Kenekaragaman Kupu-kupu Kajian mengenai keanekaragaman kupu-kupu telah banyak dilakukan di semua negara termasuk Indonesia. Karena Indonesia merupakan Negara tropis dengan keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, sehingga kegiatan kajian mengenai keanekaragaman kupu-kupu pun banyak dilakukan. Seperti yang telah di laporkan oleh Panjaitan, di taman wisata Gunung Meja Kabupaten Manokwari terdapat 96 spesies kupu-kupu dan Noerdjito & Amir (1991) menyampaikan bahwa di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya terdapat 64 spesies kupu-kupu dan 20 spesies belum terindentifikasi. Sedangkan di Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta terdapat 25 spesies (Sin et al. 2002). Keanekaragaman Kupu-kupu di Kampus IPB Darmaga terbilang tinggi dengan ditemukannya 77 spesies dan 3 spesies endemic (Saputro, 2007). Selain itu telah dilaporkan di teluk Wondama, Manokwari bahwa keanekaragaman kupu-kupu di wilayah itu sedang dengan 95 spesies (Shintawati, 2009). Di sepanjang Jalur Lembang-Jayagiri, Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat keanekaragaman kupu-kupu sedang dengan ditemukannya 28 spesies. (Yunita, 2009). Di Resort Gunung Putri, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dilaporkan bahwa keanekaragaman kupu-kupu disana sedang dengan ditemukannya 19 spesies. (Syafitri et al., 2010).

13 19 C. Kupu-kupu dengan Tanaman Inang 1. Adaptasi, Kebiasaan Kawin dan Migrasi Lepidoptera Kebiasaan kupu-kupu sangatlah beragam, tergantung pada adaptasi dari spesies atau kelompok terhadap iklim, jenis lingkungan, tanaman inang, cara makan, dan faktor lainnya. Kupu-kupu merupakan hewan kosmopolitan yang bisa dijumpai hampir di berbagai tipe habitat yang berbeda. Kupu-kupu biasanya mudah ditemukan di suatu wilayah yang terdapat tanaman inangnnya dan terdapat genangan ataupun aliran air di dekatnya karena kupu-kupu sering mengunjungi areal basah untuk memperoleh air. Sebagai serangga poikilotermal yang selalu menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan tempat tinggalnya, kupukupu lebih banyak di temukan di area terbuka dengan suhu hangat (Nugroho dalam Bidiversitas Indonesia, 2011). Namun ada beberapa jenis lain yang lebih suka di daerah tertutup seperti di bawah tajuk pohon yang lembab dan sejuk. Dari perbedaan kedua tipe habitat tersebut terdapat perbedaan warna spesies yang mencolok. Kupu-kupu yang teramati terbang di daerah terbuka biasanya memiliki warna sayap yang lebih cerah dan terdiri dari aneka warna. Salah satu contohnya yaitu Graphium sarpedon dengan paduan warna yang cerah. Sedangkan kupu-kupu yang terbang di daerah yang tertutup biasanya memiliki warnah yang lebih gelap, contohnya yaitu Euploea mulciber. Perbedaan warna pada pola sayap kupu-kupu merupakan salah satu pola adaptasi kupu-kupu terhadap kondisi lingkungannya. Warna sayap kupu-kupu yang gelap akan membantu penyerapan panas lingkungan pada tubuh kupu-kupu yang hidupnya di

14 20 habitat tertutup dengan suhu rendah (Nugroho dalam Bidiversitas Indonesia, 2011). Meskipun jumlah kupu-kupu jauh lebih banyak dan beragam di daerah tropis, beberapa spesies bertahan hidup di batas vegetasi kutub. Banyak sekali spesies yang dapat hidup di hampir setiap lingkungan, dari padang pasir kering dan puncak gunung tinggi sampai ke rawa-rawa dan hutan hujan tropis. Sebagian besar telah beradaptasi untuk kehidupan di relung ekologi yang relatif terbatas dan dapat dibatasi hanya untuk sekelompok kecil tanaman pangan dan lebih sering hanya satu bagian dari satu tanaman. Karena itu mereka jarang melimpah di lebih dari satu tipe habitat. Banyak Lepidoptera hidup hanya di koloni yang terisolasi sebagai sisa populasi, terputus dari kerabatnya di tempat lain oleh perubahan geologi atau iklim (Ehrlich, 1984). Persebaran dan migrasi kupu-kupu dilakukan oleh setiap individu untuk bertahan dan berada dimana mereka dewasa dan indikator dari habitat yang sesuai menunjukan bahwa migrasi dan persebaran tersebut sukses. Diasumsikan bahwa terdapat perbedaan genetik di dalam populasi untuk jarak persebaran (Baker 1969). Terdapat dua jenis genotip untuk perilaku migrasi dan persebaran yaitu genotip untuk individu yang diam di habitatnya dan yang menyebar. Namun, gen penyebaran tidak mengakumulasi sebuah unit demografi apabila mereka terusmenerus terbawa lebih cepat oleh emigran daripada mereka diperkenalkan oleh imigran. Dalam unit demografi yang menempati bagian berbeda dari suatu habitat dimana sumber daya selalu melimpah, pemilihan tanaman inang akan sangat mendukung individu yang memiliki gen untuk diam di habitatnya kecuali wilayah

15 21 tersebut sangat sempit. Sebenarnya semua individu yang menyebar akan bertahan dan bereproduksi pada habitat mereka yang baru. Saat kualitas habitat selalu cenderung memburuk atau saat sumber daya yang dibutuhkan oleh kupu-kupu dewasa cenderung lebih melimpah jauh dari dimanfaatkan oleh larva, individu dengan genotip yang berpindah dengan cepat akan terdukung (Baker, 1969). Individu yang menyebar akan lebih memilih untuk bereproduksi dari pada mereka yang diam pada habitatnya. Pada kasus ini, unit demografi akan semakin besar karena pergerakan individu akan lebih lama. Kupu-kupu tersebut bergerak dalam mencari sumber daya untuk mekanisme perkembangan dan memastikan wilayah yang sama tidak dicari secara berulang, salah satu bukti dalam mekasisme tersebut yaitu kupu-kupu yang terbang dalam sudut konstan berdasarkan matahari (Baker, 1968). Banyak kupu-kupu menempati habitat suksesional dan banyak yang bisa menigkatkan kepadatan populasinya yang dapat mengancam kualitas dan kuantitas sumber dayanya. Kupu-kupu lainnya sepertinya telah terprogram secara genetik untuk berpindah tanpa isyarat kepadatan dari daerah yang masih memiliki sumber daya dan luas wilayah yang mendukung. Penyebaran telah terbukti meningkat dengan kepadatan, gangguan dari betina yang dikawin oleh jantan dan menyebabkan emigrasi dari betina. Salah satu contohnya yaitu anggota Genus Pieris yang menunjukan puncak arah penerbangan geografik dibandingkan menyebar secara sederhana (Baker, 1969). Bukti keragaman dari pola migrasi kupu-kupu mencerminkan respon memilih untuk gradien lingkungan, khususnya temperatur. Bukti ini muncul bersamaan dengan spesies yang memiliki sumber

16 22 daya yang tersebar luas. Seperti contohnya Pieris yang dapat menigkatkan kemampuan mereka dengan cara berpindah yang mengarah pada fekunditas yang lebih tinggi (Baker, 1969). 2. Kebiasaan Makan dan Pemilihan Tanaman Inang Kupu-kupu Larva kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang memiliki mandibula dengan fungsi untuk menggigit dan mengunyah. Namun tidak semua bagian tanaman dimakan oleh larva kupu-kupu dan hanya beberapa bagian tanaman yang dimakan seperti daun dan kelopak bunga. Beberapa kelompok larva kupu-kupu memiliki cara makan yang berbeda. Ada beberapa kelompok kupu-kupu yang memakan bagian tepi daun terutama apabila kutikula tanaman tersebut tebal, tetapi banyak dari kelompok kupu-kupu yang memakan permukaan daun dan meninggalkan lubang yang menjadi karakteristik dari suatu spesies. Namun, beberapa spesies memiliki kebiasaan makan yang lebih luas dan kadang-kadang dapat mencapai puncak kelimpahan abnormal dan menggundulkan sebagian besar area hutan gugur atau padang rumput. Mayoritas larva kupu-kupu pada seluruh tahapan memiliki perilaku yang serupa dan mereka hidup pada habitat yang sama dan mengkonsumsi makanan yang sama. Berbagai kelompok larva kupu-kupu memakan rumput dan teki tahunan. Dalam pemilihan tanaman inang pada kondisi habitat alami, serangga dihadapkan pada berbagai stimulus eksternal, kondisi dan respon internal serta rangkaian dari hambatan lingkungan (Badenes et al., 2004) yang menyebabkan sulitnya membedakan stimulus dari serangga seperti bahan kimia, visualisasi, dan stimulus mekanik dari tanaman inang dan tanaman yang bukan inang.

17 23 Kupu-kupu dewasa mengkonsumsi nektar dari bunga tanaman inangnya. Lepidoptera dewasa dapat menemukan sumber makanan mereka dengan baik dari penglihatan dan bau, penglihatan menjadi sangat penting pada spesies diurnal dan bau sangat penting untuk banyak spesies diurnal dan terutama pada spesies nokturnal. Banyak kelompok Lepidoptera lebih memilih tanaman karena sangat erat kaitannya dengan perolehan nutrisi larva yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan keseluruhan perkembangan, serta bahan kimia untuk tampilan (warna) dan pertahanan sebagai kupu-kupu dewasa (Boppre, 1984). Sumber utama yang digunakan adalah nektar bunga, tetapi getah (terutama jika fermentasi), buahbuahan masak, honeydew homopteran (gula yang mengandung sekresi dari serangga homopteran), kotoran dan bangkai kadang-kadang dikonsumsi oleh kupu-kupu. Ada hubungan mutualistik dari jenis yang luas antara spesies kupukupu yang mengunjungi bunga dan bunga tanaman yang mereka kunjungi serta penyerbukannya. Namun, hubungan ini jarang spesifik atau obligat, karena jarang tanaman dan Lepidoptera saling ketergantungan. 3. Peran dan Keberadaan Kupu-kupu di Lingkungan Kupu-kupu memiliki peran dan kontribusi yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan alam dengan perannya sebagai polinator (Amir et al., 2003; Hamidun, 2003). Diantara semua serangga, kupu-kupu menduduki posisi vital di dalam ekosistem. Keberadaan dan keanekaragamannya dijadikan indikator lingkungan terestrial yang masih terjaga (Aluri & Rao, 2002). Serta salah bioindikator yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur pengaruh perubahan iklim terhadap biodiversitas oleh banyak peneliti (Ramana, el al., 2011). Kupu-

18 24 kupu memberikan pengaruh yang besar terhadap hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada bidang pertanian, larva kupu-kupu dapat menjadi hama dan dianggap musuh bagi manusia. Namun, sebagai konsumen utama dari tanaman hijau, kupu-kupu sangat penting dalam rantai makanan, bukan hanya karena jumlah spesies yang sangat besar dalam Ordo dan keragaman dari kebiasaan makan mereka, tetapi juga karena kelimpahan mereka (Borror et al., 1992). Dalam nilai estetika dari keindahan warnah dan corak, kupu-kupu dapat dijadikan media pendidikan lingkungan. Dari hal tersebut kupu-kupu bisa dikembangkan sebagai produk ekonomi wisata kreatif yang ramah lingkungan seperti Taman Kupu-kupu di Cihanjuang, Cimahi. Bahkan siklus hidup dan metamorfosis sempurna kupu-kupu pun dapat diamati oleh semua kalangan masyarakat. Kupu-kupu merupakan hewan yang rentan terhadap perubahan lingkungan habitatnya, terutama dampak dari kegiatan manusia dan konversi lahan hutan secara besar-besaran. Kegiatan manusia inilah yang menyebabkan terjadinya kepunahan dan terancamnya keberadaan kupu-kupu saat ini (Thomas, et. al., 2004). Kepunahan kupu-kupu mungkin merupakan komponen dasar dalam dinamika populasi dari banyak kupu-kupu. Peran dari kepunahan dalam dinamika populasi kupu-kupu normal hanya satu aspek dari kepunahan kupu-kupu sekarang ini. Aspek lainnya yaitu kecenderungan tanpa arah dan kecenderungan global terhadap hilangnya populasi kupu-kupu dan spesies sebagai dampak perluasan populasi dan aktivitas manusia (Ehrlich, 1984).

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU A. Keanekaragaman Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu 2.1.1 Taksonomi Kupu-kupu termasuk kedalam kelas serangga (insekta) yang memiliki ciri tubuh beruas-ruas dan memiliki tiga pasang kaki. Sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

SIMULASI METAMORFOSIS KUPU-KUPU MENGGUNAKAN 3Ds MAX7. Indra Dwi Aris Wibowo

SIMULASI METAMORFOSIS KUPU-KUPU MENGGUNAKAN 3Ds MAX7. Indra Dwi Aris Wibowo SIMULASI METAMORFOSIS KUPU-KUPU MENGGUNAKAN 3Ds MAX7 Indra Dwi Aris Wibowo D3 Teknik Komputer Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Majunya teknologi dunia

Lebih terperinci

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU 2.1 Metamorfosis Metamorfosis adalah suatu proses biologi dimana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-Kupu Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi Pengertian Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi dibedakan menjadi 3 jenis 1. Adaptasi Morfologi Proses adaptasi yang dilakukan dengan menyesuaikan bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 ISSN 2580-5703 KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1 Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Univrsitas

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Keempat tempat penelitian terletak di Kebun Raya Bogor. Posisi masingmasing lokasi tertera pada Gambar 1. a. Taman Lebak Sudjana Kassan Taman ini berada di pinggir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung SATU Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung Indonesia dengan julukan zamrud khatulistiwa adalan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman fauna dan flora terbesar setelah Brasil. Keindahan hutan hujan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Burung Burung merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di setiap tempat dan mempunyai posisi yang penting sebagai salah satu kekayaan alam di Indonesia. Jenisnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan 15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Ulat Kantong Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum Subphylum Class Subclass Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng. Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng merupakan kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp.

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. 4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. Penggunaan parasitoid sebagai agens pengendali biologis untuk mengendalikan serangga hama merupakan salah satu tindakan yang bijaksana dan cukup beralasan

Lebih terperinci