HAKIKAT TEORI KEPRIBADIAN Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Dosen pengampu : Dr. Anwar Sutoyo, M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAKIKAT TEORI KEPRIBADIAN Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Dosen pengampu : Dr. Anwar Sutoyo, M."

Transkripsi

1 HAKIKAT TEORI KEPRIBADIAN Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Dosen pengampu : Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd Oleh : Sai Handari PROGRAM PASCASARJANA PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan 1.4. Manfaat Penulisan BAB II PEMBAHASAN 2.1. Hakikat teori kepribadian Konsep dasar teori kepribadian Tujuan mempelajari teori kepribadian Tantangan dalam membangun teori kepribadian 2.2. Urgensi teori kepribadian bagi upaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia Data psikologi kepribadian Tujuan penelitian : Realibilitas, validitas dan etika perilaku Teori kepribadian dan penelitian kepribadian 2.3. Isu isu dalam teori kepribadian BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 BAB I

3 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Individu merupakan seseorang yang memiliki keunikan dalam dirinya. Berbagai macam ragam perilaku ditampakkan karena individu terdiri atas jiwa dan raga. Di dunia, tidak ada satu orang pun yang sama maupun persis, sehingga dalam pemahaman individu diperlukan suatu prediksi untuk dapat berspekulasi terhadap tingkah laku individu itu sendiri. Para teoritikus lebih mendalami kepribadian dan dapat memberikan suatu analisa terkait dengan kepribadian dengan lebih memahami secara mendalam bagaimana kepribadian tersebut ada dan dilihat berdasarkan dengan teori yang telah dikembangkan oleh para ahli. Perkembangan teori pun semakin beragam melihat kompleksnya permasalahan yang terjadi. Sehingga sebagai teoritikus kepribadian harus mampu memahami bagaimana hakikat teori kepribadian. Teori menjadi suatu isu dalam memahami perilaku, maka perilaku dapat dipahami dan diprediksi secara ilmiah menggunakan teori kepribadian. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka makalah ini akan membahas tiga hal utama yang terkait dengan kepribadian, dari hakikat teori kepribadian hingga isuisu yang terkait dengan teori kepribadian Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Apa yang dimaksud dengan hakikat teori kepribadian? Bagaimana urgensi teori kepribadian dalam upaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia? Apa yang menjadi isu isu penting dalam teori kepribadian? 1.3. Tujuan Penulisan Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk : Untuk mengetahui hakikat teori kepribadian.

4 Untuk memahami urgensi teori kepribadian dalam uaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia Untuk mengetahui isu isu penting dalam teori kepribadian 1.4. Manfaat Penulisan Dalam makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat: Terpenuhinya salah satu tugas mata kuliah teori kepribadian Bertambahnya wawasan mengenai pembahasan hakikat teori kepribadian Dari pembuatan laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai wawasan untuk mengembangkan ilmu. BAB II

5 PEMBAHASAN 2.1. Hakikat teori kepribadian Konsep dasar teori kepribadian Manusia sebagai makhluk yang telah diciptakan memiliki berbagai karakteristik yang berbeda, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia menjadi satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas jasmani dan rohani, jiwa dan raga. Hal ini merupakan suatu gambaran yang secara utuh hendaknya dipelajari oleh seseorang yang berinteraksi dengan manusia. Dalam banyak hal, psikologi kepribadian menjadi sangat akrab bagi sebagian besar orang. Pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh seorang psikolog professional mengenai individu memiliki kesamaan dengan pertanyaan yang biasa orang ajukan. Akan tetapi, akan terdapat perbedaan besar yang terjadi baik dalam pengajuan pertanyaan yang dikemukakan maupun bagaimana cara mencari jawaban. Pencarian jawaban terkait dengan pertanyaan pertanyaan yang mencakup kepribadian berdasarkan dengan teori. Teori kepribadian (Cervone & Pervin, 2011: 5) merupakan suatu gagasan yang digunakan dalam memahami orang, perkembangan mereka dan perbedaan diantara mereka. Hal ini berdasarkan berbagai macam sudut pandang tentang manusia. Para psikologi kepribadian (Cervone & Pervin, 2011: 10) menggunakan istilah kepribadian untuk menggambarkan kualitas psikologi yang memberikan kontribusi terhadap ketahanan (enduring) individu dan pola khusus dari perasaan, pola fikir dan perilaku. Teoritikus kepribadian mengembangkan teori kepribadian tersebut untuk menjawab pertanyaan pertanyaan mendasar dari individu. Pertanyaan pertanyaan tersebut mencakup apa, bagaimana dan mengapa. Pertanyaan apa merujuk pada karakteristik seseorang dan bagaimana karakteristik ini diorganisasikan dalam kaitannya satu sama lain.

6 Bagaimana merujuk pada hal hal yang menentukan kepribadian individu, dan mengapa merujuk pada penyebab dan alas an di balik perilaku individu Untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa maka para psikologi kepribadian biasanya menggunakan empat topik yang berbeda: (1) struktur kepribadian unit dasar atau building block kepribadian, (2) proses kepribadian aspek kedinamisan kepribadian, (3) pertumbuhan dan perkembangan bagaimana individu mampu untuk berkembang secara unik sesuai dengan diri kita masing masing, dan (4) psikopatologi dan perubahan perilaku - bagaimana orang berubah dan mengapa mereka terkadang menolak perubahan atau tidak dapat berubah. Suatu pertanyaan yang umumnya muncul kemudian adalah bagaimana mengevaluasi teori teori ini dan membandingkannya antara yang satu sama lain? Bagaimana seseorang dapat menilai kekuatan dan keterbatasan dari berbagai teori ini? Dan kriteria apa yang digunakan untuk mengevaluasi teori ini? Mengevaluasi suatu pertanyaan yang umum seperti halnya apa yang seharusnya dilakukan oleh teori teori tersebut? sebaiknya dimulai dengan pembahasan awal yang terkait dengan fungsi yang harus diberikan oleh satu kesatuan ini. Melalui cara ini maka dapat dievaluasi sejauh mana masing masing unit kesatuan memenuhi fungsi fungsi tersebut. Teori kepribadian memiliki tiga fungsi utama (Cervone & Pervin, 2011: 34), yaitu dapat (1) mengorganisasi informasi yang ada, (2) memberikan pengetahuan baru mengenai masalah masalah yang penting, dan (3) secara keseluruhan mengidentifikasi keseluruhan masalah masalah baru yang perlu dipelajari lebih jauh. Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori kepribadian adalah gagasan yang digunakan dalam memahami orang, perkembangan mereka dan perbedaan diantara mereka. Teori tersebut hendaknya mampu untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa dengan mengacu empat topic yang berbeda sehingga

7 menghasilkan serangkaian jawaban yang koheren atas ketiga pertanyaan tersebut (apa, bagaimana dan mengapa) Tujuan mempelajari teori kepribadian Teoritikus kepribadian memiliki suatu kewajiban dalam mempelajari manusia secara ilmiah. Ini terkait tugas yang memiliki implikasi khususnya untuk mengembangkan teori ilmiah kepribadian. Teoritikus harus mencapai lima tujuan yang pada umunya tidak ditetapkan dalam kehidupan sehari hari yang mencakup cara berfikir informal mengenai seseorang. Lima tujuan tersebut yaitu : Pengamatan yang bersifat ilmiah Teori ilmiah yang baik disusun berdasarkan pengamatan ilmiah yang cermat. Dengan mengamati orang secara ilmiah, psikolog kepribadian mendapatkan deskripsi yang sistematis mengenai kecenderungan dan perbedaan diantara manusia secara universal. Deskripsi ini perlu dijelaskan menggunakan teori yang ilmiah. Pengamatan yang cermat memerlukan tiga persyaratan kunci, yaitu (1) mempelajarai kelompok manusia dalam jumlah besar dan beragam, (2) pengamatan yang dilakukan terhadap manusia benar benar bersifat objektif, dan (3) psikolog menggunakan alat khusus untuk menjelaskan secara spesifik, reaksi emosional dan system biologis yang memberikan kontribusi pada fungsi kepribadian Teori yang sistematis Pengamatan terhadap individu tidak cukup untuk merumuskan teori kepribadian, namun harus menghubungkan pernyataan pernyataan antara yang satu dengan yang lainnya secara sistematis. Menghubungkan antara gagasan yang satu dengan lainnya dengan cara yang logis dan koheren akan menciptakan teori yang sistematis Teori yang dapat diuji Psikologi kepribadian merupakan suatu gagasan gagasan teori yang dapat diuji dengan bukti ilmiah yang objektif. Tentu saja, hal ini berlaku untuk setiap ilmu pengetahuan apapun. Tetapi, dalam psikologi kepribadian

8 untuk mencapai tujuan dari teori yang dapat diuji cukup menyulitkan. Hal ini disebabkan pokok bahasan bidang mencakup karakteristik kesehatan mental yang berisi tujuan, mimpi, harapan, impuls, konflik, emosi, pertahanan diri yang tidak disadari yang benar benar kompleks dan pada dasarnya sulit untuk dipelajari secara ilmiah Teori yang komprehensif Psikologi kepribadian adalah suatu ilmu yang dapat diuji dengan bukti ilmiah. Karena merupakan suatu ilmu maka dalam pembuktiannya harus dijaga kualitasnya. Sehingga, psikologi perkembangan harus memikirkan segalanya. Dibebankan pada teori yang berkembang secara komprehensif sehingga mampu mencakup semua aspek psikologis yang signifikan dari seseorang Aplikasi: dari teori menuju praktek Tujuan dari sebuah teori adalah menyampaikan sesuatu yang menarik dan memberikan wawasan mengenai orang. Sehingga, tujuan dari psikologi kepribadian (1) mengamati orang secara ilmiah dan untuk mengembangkan teori yang (2) sistematis, (3) dapat diuji, (4) komprehensif, dan mengubah teori pusat data ini menjadi aplikasi yang dapat dipraktikkan. Kelima hal tersebut yang dapat membedakan pekerjaan psikologi kepribadian dari para penyair, dramawan maupun mahasiswa yang menulis uraian singkat mengenai kepribadian pada hari pertama dalam kelas mereka. Sehingga, psikolog kepribadian secara unik memiliki tanggungjawab dalam mengembangkan teori yang komprehensif, dapat diuji, sistematis, mendasarkan teori tersebut atas pengamatan yang ilmiah, dan mengembangkan teori berbasis aplikasi yang dapat bermanfaat bagi manusia dan lingkungan sosial Tantangan dalam membangun teori kepribadian Seperti yang telah dibahas sebelumnya terkait teori hendaknya menjadi suatu teori yang komprehensif dan untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah, bahkan sangat sukar dilakukan. Para ahli harus menghadapi serangkaian tujuan ilmiah yang menantang yang jauh melebihi

9 pemikiran intuitif seseorang mengenai kepribadian yang dimana mereka harus menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa dengan membahas secara luas mengenai struktur, proses, perkembangan dan perubahan kepribadian. Dan dalam pembahasan tersebut harus mempertimbangkan faktor faktor penentu kepribadian yang beragam dari faktor genetis hingga faktor yag secara luas seperti faktor sosiabudaya dan masalah masalah konseptual yang beragam dari pandangan filosofis tentang manusia yang tertanam dalam teori mereka hingga pertanyaan mengenai apakah seseorang dapat memiliki suatu teori ilmiah mengenai manusia yang utama Urgensi teori kepribadian bagi upaya memahami dan memprediksi tingkah laku manusia Data psikologi kepribadian LOTS of data (Data LOTS) Sebagian besar seseorang mampu untuk memprediksi tingkah laku dan menetapkan secara kasat mata bahwa tingkah laku tersebut merupakan kepribadian yang dimiliki. Namun ada hal yang berbeda yang dilakukan oleh seorang ilmuwan kepribadian. Para teoritikus tersebut harus menggambarkan secara implisit agar mampu memahami tingkah laku individu secara objektif. Dalam memahami individu ada lebih dari satu cara untuk mendapatkan informasi atau data ilmiah tentang individu. Dan sebagai teoritikus kepribadian akan memiliki pengamatan dengan melakukan penelitian dengan menjalanin prosedur yang ditetapkan untuk memastikan bahwa akan mendapatkan informasi yang seobjektif dan seakurat mungkin. Psikolog penelitan telah mengakui pilihan tersebut dan telah mendefinisikan empat kategori data yang salah satunya dapat dipergunakan dalam peelitian (Block dalam Daniel, 2011: 46). Keempat tipe data tersebut adalah : (1) data catatan kehidupan (life record data / L-Data), (2) data

10 pengamat (Observer data/o-data), (3) data yang diuji (test data/ T data), dan (4) data laporan diri (self-report data/ S-Data). L data adalah informasi yang dapat diperoleh dari sejarah atau catatan kehidupan. O data adalah informasi yang disediakan oleh pengamat yang mengetahui banyak hal seperti orangtua, teman atau guru. Biasanya dilengkapi dengan kuisoner atau formulir skala lain tempat mereka memberikan nilai tentang karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. T data adalah informasi yang diperoleh dari prosedur eksperimental atau tes standarisasi. Dan yang terakhir adalah S data merupakan informasi yang disediakan oleh subjek itu sendiri. Data yang seperti ini khususnya ada dalam bentuk respons kuesioner. Hanya saja self-report jelas memiliki keterbatasan namun pengukuran self-report tidak sulit dan relatif mudah untuk diperoleh data. Sehingga, self-report adalah data yang paling umum digunakan dalam psikologi kepribadian. Kategori LOTS adalah system yang berguna untuk menetapkan sumber data alternative yang dilakukan oleh psikolog kepribadian. Namun patut diingat, ada dua poin penting yang harus diingat. Poin pertama, peneliti tidak perlu memilih hanya satu sumber data untuk penelitian mereka. Poin kedua adalah bahwa beberapa data tidak dengan mudah untuk dapat dicocokkan ke dalam empat skema kategori LOTS Pengukuran menetap Versus pengukuran fleksibel Cara lain untuk membuat sumber data mengenai kepribadian dapat menjadi berbeda dengan melibatkan pertanyaan apakah pengukuran tersebut menetap atau fleksibel. Jika psikolog ingin mengetahui karakteristik seseorang, biasanya akan memberikan butir tes yang sama persis kepada sejumlah kelompok orang dan menghitung nilai untuk masing masing dengan cara yang sama. Hal lainnya yaitu memberikan kepada seseorang tes kepribadian yang tidak terstruktur, yaitu tes dimana butir butirnya memperbolehkan orang orang tersebut untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri dengan

11 kata kata mereka dibandingkan memaksa mereka untuk memberi respon terhadap deskripsi pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Sehingga, psikolog kepribadian memiliki sebuah pembendaharaan teknis untuk mendeskripsikan pengukuran tetap atau fleksibel. Pengukuran tetap yang diterapkan dengan cara yang sama kepada semua orang disebut nomotetik. Dan teknik pengukuran yang fleksibel yang dipelajari dan disesuaikan dengan individu disebut idiografik. Teknik nomotetik adalah kumpulan orang yang mendeskripsikan sebuah populasi yang berkenaan dengan serangkaian butir pertanyaan untuk mengukur mereka. Sebaliknya, teknik idiografik memiliki tujuan utama untuk mendapatkan gambaran mengenai potensi unik, yaitu perbedaan individu Teori dan pengukuran kepribadian Dengan pilihan empat sumber data yang berbeda atau prosedur tes idiografik versus nomotetik, bagaimana seseorang untuk dapat memilihya? Tidak dapat dihindari bahwa pilihan pilihan tersebut dibentuk dengan pertimbangan secara teori. Pandangan secara teori dari seseorang mengenai kepribadian menentukan apa yang dipikirkan seseorang mengenai prosedur pengukuran yang berbeda. Beberapa psikolog kepribadian memandang hal yang penting diukur adalah pola khusus perilaku. Bagi sebagian yang lain, psikolog menaruh perhatian pada ketrampilan, kemampuan dan rencana masa depan yang merupakan tujuan hidup seseorang yang dapat tercerminkan dalam perilaku sekarang. Hubungan antara teori dan prosedur penelitian ini merupakan suatu upaya untuk menegaskan teori untuk menetapkan tipe data yang paling bernilai untuk dikumpulkan dan bagaimana untuk menginterpretasikan data yang diperoleh tersebut untuk kemudian dapat mempelajari kepribadian seseorang Tujuan penelitian : Realibilitas, validitas dan etika perilaku

12 Setelah membahas terkait bagaimana pemilihan metode / pengukuran yang dipergunakan dalam mempelajari kepribadian seseorang yang lebih penting adalah bagaimana pengukuran tersebut harus berhubungan dengan konsep secara teori dan minat dalam studi yang dimaksud. Dengan kata lain pengukuran tersebut harus reliabel dan valid (West & Finch dalam Cervone dan Pervin, 2011: 52). 1) Realibilitas Konsep realibilitas mengacu pada tingkat dimana sebuah pengamatan dapat dicontoh. Bermacam faktor dapat mempengaruhi realibilitas dari tes psikologi. Respons individu dapat dipengaruhi oleh faktor faktor yang bersifat sementara, misalnya suasana hati. Faktor lain adalah melibatkan tes itu sendiri. Variasi instruksi yang diberikan dan ambiguitas dalam butir tes dapat merendahkan nilai realibilitas. Gagasan mengenai realibilitas biasanya diukur dengan dua cara berbeda dengan teknik yang berbeda yang menyediakan jawaban untuk pertanyaan yang juga berbeda mengenai tes tersebut (West & Finch dalam Cervone dan Pervin, 2011: 52). Satu pertanyaan realibilitas mencakup konsistensi internal: apakah butir yang berbeda dalam suatu tes berhubungan satu dengan yang lain, seperti yang diharapkan oleh seseorang bahwa setiap butir cerminan dari sebuah konstruk psikologi umum? Pertanyaan kedua seperti yang telah dicatatkan sebelumnya dinamakan realibilitas test-retes: jika seseorang mengikuti tes pada dua waktu yang berbeda, apakah nilai mereka akan berhubungan satu dengan yang lain? Perbedaan antara tipe tipe realibilitas menjadi sederhana karena sebuah contoh sederhana. Anggaplah seseorang menambahkan sedikit butir tes intelegensi kepada sebuah tes ekstraversi. Realibilitas test retest dari suatu pengukuran akan tetap tinggi (karena individu kemungkinan akan memiliki performa yang sama pada butir tes intelegensi pada waktu yang berbeda). Tetapi, konsistensi internal dari tes akan menjadi menurun (karena respons respons pada butir tes intelegensi pada waktu yang berbeda). Tetapi,

13 konsistensi internal dari tes akan menjadi menurun (karena respon respon pada butir tes ekstraversi dan intelegensi kemungkinan tidak dikorelasikan) 2) Validitas Selain harus realibel, sebuah pengamatan harus valid. Konsep validitas mengacu pada tingkat dimana pengamatan benar benar mencerminkan fenomena dari keterkaitan studi yang dimaksud. Konsep validitas digambarkan secara baik dalam sebuah contoh dimana sebuah pengukuran tersebut tidak valid: seseorang dapat mengukur intelegensi individu dengan mengukur ukuran kepala mereka dan pengukuran tersebut dapat saja sangat sempurna dapat diandalkan, tetapi hal itu tidak akan valid karena ukuran kepala bukan indikator sebenarnya dari kemampuan mental yang kita sebut intelegensi (Gould dalam Cervone & Pervin, 2011: 53). Secara singkat, reliabilitas menaruh perhatian pada pertanyaan apakah sebuah tes menyediakan kestabilan dan pengukuran yang dapat ditiru, sedangkan validitas menaruh perhatian pada pertanyaan apakah pengukuran benar benar mencapai konstruk psikologis yang akan diukur. Realibilitas dibutuhkan untuk validitas. Jika sebuah tes realibel, hal tersebut berarti bahwa nilai tes dipengaruhi oleh faktor luar yang secara tidak langsung menyatakan bahwa nilai tersebut mencerminkan sesuatu yang lain daripada konstruk psikolog yang dimaksud. 3) Etika kepribadian dan kebijakan public Sebagai sebuah kegiatan manusia, penelitian melibatkan masalah etika. Pertanyaan etika timbul dalam pelaksanaan penelitian dan melaporkan hasil penelitian. Pertanyaan pertanyaan ini tetap menjadi perhatian bagi komunitas psikologi ilmiah (Smith dalam Cervone & Pervin, 2011: 55). Para psikolog memiliki prinsip bahwa dalam melakukan sebuah penelitian dilakukan dengan rasa hormat dan menaruh perhatian pada martabat dan kesejahteraan orang orang yang berpartisipasi. Hal tersebut akan mencakup evaluasi terhadap etika penelitian yang dapat diterima, menentukan apakah subjek dalam penelitian tersebut akan menghadapi resiko dalam beberapa cara dan membangun sebuah perjanjian

14 yang jelas dan adil dengan partisipan penelitian dengan memperhatikan kewajiban dan tanggungjawab masing masing. Tanggungjawab etika dari psikolog mencakup interpretasi dan presentasi hasil yang sama dengan pelaksanaan penelitian. Temuan penelitian telah mempengaruhi kebijakan pemerintah sehingga psikolog harus berhati hati dalam mempresentasikan penemuan mereka dan memberikan informasi mengenai keterbatasan penemuan mereka kepada yang lainnya berkenaan dengan keputusan personal dan kebijakan. Hal tersebut hendaknya menjadi pengingat bagaimana peran penelitian dalam keputusan personal dan perumusan kebijakan publik Teori kepribadian dan penelitian kepribadian Teori kepribadian dan penelitian kepribadian bukan merupakan dua hal yang terpisah atau usaha usaha yang tidak berhubungan. Keduanya saling terkai secara inheren. Teori dan penelitian berhubungan dengan dua alasan, pertama konsep secara teori memberikan kesempatan untuk penggalian yang lebih luas serta kedua sebagai pengkhususan jenis data yang berkualitas sebagai bukti mengenai kepribadian. Penelitian adalah sebuah usaha manusia dan sebuah pilihan adalah bagian dari penelitian sebagai usaha manusia. Semua peneliti sebisa mungkin berusaha untuk menjadi objektif dalam melakukan penelitian mereka dan pada umumnya mereka memberikan alasan objektif untuk mengikuti sebuah pendekatan yang khusus pada penelitian. Oleh karena itu, kekuatan pendekatan penelitian didasarkan secara relatif pada kekuatan dan keterbatasan pendekatan alternatif, walaupun sebuah elemen personal memasukinya. Seperti yang psikolog rasakan saat mereka merasa nyaman dengan satu atau lebih jenis pendekatan pada penelitian. Perbedaan teori teori kepribadian berhubungan dengan perbedaan strategi strategi penelitian dan akan membuat jenis data juga berbeda. Dengan kata lain, hubungan antara sejumlah teori, data, dan penelitian seperti hal tersebut yang menyebabkan pengamatan dihubungkan dengan

15 teori kepribadian sering kali merupakan sebuah perbedaan jenis fundamental dibandingkan dengan hubungan antar teori Isu isu dalam teori kepribadian Teori kepribadian tentunya membahas serangkaian masalah konseptual yang menjadi pusat dari bidang kepribadian ini. Tentu saja hal tersebut menjadi isu isu penting yang akan dibahas dengan serangkaian pertanyaan dan bahwa satu pertanyaan harus dapat diterapkan pada beberapa sudut pandang secara teori. Isu isu tersebut yaitu: Pandangan filosofis terhadap diri sendiri Teori teori kepribadian memiliki sudut pandang yang sangat berbeda mengenai kualitas esensial dari manusia. Beberapa melibatkan suatu pandangan dimana manusia terlihat secara aktor aktor rasional. Manusia beralasan mengenai dunia, mempertimbangkan kerugian dan keuntungan dari alternatif alternatif perbuatan, dan berperilaku yang didasarkan pada perhitungan rasional ini. Menurut pandangan ini, perbedaan individual terutama mencerminkan perbedaan dalam proses berfikir yang menyertai proses kalkulasi ini. Seseorang harus mengetahui bahwa perbedaan sudut pandang mengenai manusia telah tumbuh dalam lingkugan sosiohistoris yang berbeda. Pendukung dari poin poin pandangan yang berbeda masing masing memiliki pengalaman hidup yang berbeda dan telah dipengaruhi oleh tradisi sejarah yang berbeda pula. Oleh karena itu, di luar bukti bukti ilmiah dan fakta yang ada, teori-teori epribadian dipengaruhi oleh faktorfaktor personal, semangat dari suatu waktu tertentu dan juga oleh karakteristik asumsi asumsi filosofis dari para anggota suatu budaya tertentu (Pervin dalam Cervone dan Pervin, 2011: 27) Faktor eksternal dan internal penentu perilaku Perilaku manusia menitikberatkan pada hubungan antara faktor internal dan eksternal dan kepentingan relatif dari kedua faktor tersebut. Seluruh teori kepribadian setuju bahwa faktor faktor dalam diri organisme dan kejadian kejadian di lingkungan sekitarnya adalah merupakan hal

16 yang penting dalam menentukan perilaku. Meskipun demikian, masing masing teori ini berbeda dalam pemberian bobot terhadap faktor eksternal dan internal. Secara virtual, keseluruhan psikolog kepribadian saat ini mengetahui bahwa mempertimbangkan faktor eksternal dan internal dari perilaku manusia adalah penting. Meskipun demikian, teori teori kontemporer terus berbeda secara signifikan dalam tingkat dimana mereka memberikan penekanan pada salah satu faktor atau yang lain Konsistensi antarsituasi dan sepanjang waktu Kepribadian merupakan suatu hal yang dapat tergambar dari sisi luar sebagai perilaku. Dan hal ini menimbulkan spekulasi seberapa konsisten kepribadian dari satu situasi ke situasi yang lain? Bagi beberapa ahli, variasi dalam perilaku merupakan suatu pertanda ketidakkonsisten kepribadian. Bagi ahli yang lain, hal ini dapat merefleksikan suatu kapasitas personal yang konsisten untuk mengadaptasi perilaku seseorang pada kebutuhan yang berbeda dari situasi-situasi sosial yang berbeda juga (Mischel dalam Cervone & Pervin, 2011: 30). Individu setuju tentang apa yang dipandang sebagai konsistensi namun mereka mungkin tidak setuju mengenai faktor faktor yang menyebabkan kepribadian dapat menjadi konsisten. Hal ini karena konsistensi berubah seiring berjalannya waktu. Dan tidak diragukan lagi bahwa perbedaan antar-individu bersifat stabil pada tingkat tertentu dan selama periode waktu tertentu (Fraley, 2002; Roberts & Del Vecchio, 2000 dalam Cervone & Pervin, 2011: 29) Kesatuan pengalaman dan tindakan serta konsep diri Pengalaman psikologis secara umum memiliki suatu kualitas yang terintergrasi atau koheren didalamnya (Cervone & Shoda dalam Cervone & Pervin, 2011: 30). Perilaku kita terpola, terorganisasi dan bukan acak atau penuh kekacauan. Jika kita mempelajari isi dari pengalaman-pengalaman sadar maka akan menemukan bahwa mayoritas bersifat sementara.

17 Sangat sulit untuk menyimpan salah satu ide dalam pikiran untuk periode waktu yang cukup lama. Meskipun demikian, hal ini jarang membuat kita mengalami dunia yang terasa kacau dan tidak teratur. Dan hal ini dapat terjawab dengan dua macam alasan, yaitu (1) bermacam komponen pikiran berfungsi sebagai suatu system yang kompleks dan (2) melibatkan konsep diri Keberagaman tingkat kesadaran dan konsep ketidaksadaran Satu sisi aktivitas otak yang terjadi lebih banyak di luar kesadaran. Para ahli kepribadian bertanya apakah aspek-aspek penting dari pemfungsian kepribadian-motivasi dan emosi- terjadi di luar kesadaran. Apabila hal tersebut benar adanya, para ahli mencoba untuk mengkonsepkan system mental yang tergugah oleh proses sadar dan tidak sadar (Kihlstrom dalam Cervone & Pervin, 2011: 31) Fakta bahwa beberapa fungsi otak terjadi di luar kesadaran tidak mengimplikasikan bahwa mayoritas proses kepribadian yang signifikan terjadi tanpa kita sari. Manusia terlibat dalam berbagai refleksi diri dan secara khusus cenderung mencerminkan pada diri mereka ketika mereka menghadapi kejadian hidup yang dipandang penting ketika keputusan yang diambil Peranan masa lalu, masa kini dan masa depan terhadap perilaku Para ahli memiliki berbagai pandangan terkait dengan peranan yang terjadi pada masa lalu sehingga mempengaruhi perilaku saat ini. Suatu prinsip dasar dari kausalitas adalah bahwa proses yang saat ini sedang aktif adalah penyebab dari kejadian-kejadian yang ada. Dalam pengertiannya hanya masa kini yang penting memahami perilaku masa kini. Namun disisi lain, masa kini dapat dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman jauh di masa lalu atau di masa yang baru saja dilewati. Demikian juga apa yang sedang dipikirkan oleh seseorang pada saat ini dapat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran mengenai masa depan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.

18 BAB II PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori kepribadian adalah konsep konsep dasar / gagasan gagasan yang digunakan dalam memahami orang, perkembangan mereka dan perbedaan diantara mereka. Teori tersebut hendaknya mampu untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa dengan mengacu empat topic yang berbeda sehingga menghasilkan serangkaian jawaban yang koheren atas ketiga pertanyaan tersebut (apa, bagaimana dan mengapa). Pertanyaan pertanyaan tersebut dapat terjawab apabila diketahui dengan empat topic yang berbeda terkait (1) struktur kepribadian, (2) proses, (3) pertumbuhan dan perkembangan dan (4) psikopatologi dan perubahan tingkah laku. Sehingga mampu mencapai tujuandari sebuah teori sebagai upaya menyampaikan sesuatu yang menarik dan memberikan wawasan mengenai orang. Sehingga, tujuan dari psikologi kepribadian (1) mengamati orang secara ilmiah dan untuk mengembangkan teori yang (2) sistematis, (3) dapat diuji, (4) komprehensif, dan mengubah teori pusat data ini menjadi aplikasi yang dapat dipraktikkan Selain itu, teori juga erat kaitannya dengan penelitian, karena teori adalah konsep yang harus diuji, dan pengujiannya tersebut harus melakukan penelitian. Sebuah penelitian dikatakan mampu untuk memberikan dampak apabila teruji validitas dan realibilitasnya serta mampu untuk tetap menjaga etika dan jug kebijakan public. Isu-isu yang terkait dengan kepribadian adalah (1) pandangan filosofis terhadap diri, (2) faktor eksternal dan internal penentu perilaku, (3) konsistensi antar-situasi dan sepanjang waktu, (4) kesatuan pengalaman dan tindakan serta konsep diri, (5) keberagaman tingkat kesadaran dan konsep ketidaksadaran, serta (6) peranan masa lalu, masa kini dan masa depan.

19 DAFTAR PUSTAKA Cervone, D, Pervin, L.A. (2011). Kepribadian : Teori dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan di kodratkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individual memiliki unsur

Lebih terperinci

Pengantar Psikodianostik

Pengantar Psikodianostik Modul ke: Pengantar Psikodianostik Dasar dasar Tes Psikologi Validitas dan Reliabilitas Tes Psikologis Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Jenis Tes Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan belajar yang dimiliki manusia membuat manusia dapat selalu berkembang dalam hidupnya untuk mencapai kedewasaan. Belajar merupakan serangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI

BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI BAB I PENGEMBANGAN AFEKTIF ANAK USIA DINI A. Arti Kata Afektif Kata afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2001) adalah berbagai perilaku yang berkaitan dengan perasaan, sedangkan dalam

Lebih terperinci

Dewi Gayatri, M.Kes.

Dewi Gayatri, M.Kes. Dewi Gayatri, M.Kes. Observasi Wawancara Angket Test Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan cara tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara Bentuk Observasi non sistematis (tanpa instrumen) Observasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Pendekatan Biologi-saraf Pendekatan Perilaku Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikoanalitik Pendekatan Phenomenologi Sub disiplin Psikologi

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA OLEH TIM PENYUSUN KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, untuk selanjutnya dideskripsikan agar mendapatkan gambaran keterampilan penyesuaian sosial peserta

Lebih terperinci

A. Proses Pengambilan Keputusan

A. Proses Pengambilan Keputusan A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Pertemuan 7 VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Tujuan Setelah perkuliahan ini diharapkan dapat: Menjelaskan tentang pengertian validitas dan penerapannya dalam menguji instrument penelitian pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model BAB III METODE PENELITIAN H. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan kuantitatif, maksudnya bahwa dalam menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto,

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto, II. LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan dan menawarkan

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN INSTRUMEN PENELITIAN

INDIKATOR DAN INSTRUMEN PENELITIAN RESUME PRESENTASI KELOMPOK 5 INDIKATOR DAN INSTRUMEN PENELITIAN Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dosen : Dr. Heri Retnawati, M.Pd Disusun Oleh: Nira

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Putri Assa adah yang terletak di jalan Kebon Melati No.2 Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian didasarkan kepada pendekatan penelitian kualitatif didasari pertimbangan sebagai berikut : a. Penelitian secara spesifik fokus pada proses praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek/Subyek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan di sekitar Universitas Muhammdiyah Yogyakarta dengan subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Pendekatan kuantitatif

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Pendekatan kuantitatif III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah di Kota Bandar Lampung tahun 2009. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini

Lebih terperinci

Observasi dan Wawancara

Observasi dan Wawancara Observasi dan Wawancara Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Rizka Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Observasi Suatu cara pengumpulan data dg melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai

Lebih terperinci

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07 MODUL PERKULIAHAN Tes Inventori Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 07 A61616BB Riblita Damayanti S.Psi., M.Psi Abstract

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Eksperimental (Ekperimental Research).

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan menjadi tempat peneliti melakukan penelitian yaitu di SMK 45 (Jalan Barulaksana No 186 Jayagiri Kab. Bandung

Lebih terperinci

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 Metodologi Penelitian Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 PENDEKATAN SAINS MODERN PENDEKATAN SAINS Pendekatan terhadap fenomena dengan menyederhanakan kompleksitas fenomena dan mengisolasi fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

Pendekatan-Pendekatan Psikologi Kepribadian. Adhyatman Prabowo, M.Psi

Pendekatan-Pendekatan Psikologi Kepribadian. Adhyatman Prabowo, M.Psi Pendekatan-Pendekatan Psikologi Kepribadian Adhyatman Prabowo, M.Psi Psikoanalisa Ego (Neo analisis) Behavioristik Kognitif Trait Humanistik Psikoanalisa Analogi: Manusia dipandang sebagai sekumpulan dorongan

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memungkinkannya pencatatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi pada dasarnya merupakan wadah atau sarana untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap organisasi

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI SOSIAL 1 Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 02 MK10230 Irfan Aulia, M.Psi. Psi Abstract Metode Penelitian Psikologi Sosial Kompetensi

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU. Disusun: IY

TEORI PERILAKU. Disusun: IY TEORI PERILAKU Disusun: IY Perilaku pada hakekatnya merupakan tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari Behavior : the way that somebody behaves, especially towards

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Oleh :, M.Pd Jurusan Matematika FMIPA UNNES Abstrak Tingkat kemampuan berpikir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tes psikologi saat ini telah digunakan hampir dalam setiap bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk mengetahui minat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 42 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode penelitian berisi tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Metode penelitian yang akan dilakukan, yaitu metode penelitian kualitatif. A. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli 1 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan oleh manusia demi menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh. Olahraga sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kuantitatif

Metode Penelitian Kuantitatif MODUL PERKULIAHAN Metode Penelitian Kuantitatif Pengantar Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 01 Abstract Penjelasan tentang teori dan metode kuantitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pelaksanaan penelitian yaitu di MA Negeri 1 Bandung yang beralamat di Jln. H. Alpi Cijerah Bandung. 3.1.2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1994) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Defenisi Operasional Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Bagi perusahaan yang mempunyai banyak karyawan diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Bagi perusahaan yang mempunyai banyak karyawan diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan pada hakikatnya terdiri dari orang dan peralatan operasionalnya. Bagi perusahaan yang mempunyai banyak karyawan diperlukan suatu sistem yang jelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang datanya berupa angka atau data non angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, hal. 13), penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah penerimaan diri pada ibu yang memiliki anak retardasi mental dengan level retardasi mental sedang. Guna mendalami fokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I. Metode Penelitian Psikologi Sosial. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I. Metode Penelitian Psikologi Sosial. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 02 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I Metode Penelitian Psikologi Sosial Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Topik Pembelajaran minggu 2 Metode Penelitian Psikologi

Lebih terperinci

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Oleh: Dina Sri Nindiati* *Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas PGRI Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian a. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari hari efektif dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi tersebut sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB III TEMUAN PENELITIAN BAB III TEMUAN PENELITIAN Bab ini merupakan bab yang menjabarkan temuan penelitian yang mencakup : karakteristik responden, peran significant others, konsep diri, kemampuan mereduksi konflik dalam pemutusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh umat manusia. Pendidikan tidak terbatas hanya untuk mereka yang berada pada tingkatan pedagogy saja tetapi juga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, oleh karena itu dibutuhkan tenaga - tenaga kerja yang terampil dan profesional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitaif untuk mendapatkan data yang berbentuk angka, sehingga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari kata Yunani methodos yang merupakan sambungan kata depan meta (secara harfiah berarti menuju, melalui, mengikuti sesudah) dan kata benda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 variabel yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 variabel yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 variabel yaitu: Variabel bebas (X) : Positive deviance Variabel terikat (Y) : Self-esteem Positive deviance

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan antara lain, desain penelitian, populasi dan sampel dan definisi operasional dari variabel yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan Smith (1994) mengungkapkan bahwa stres akan terus dialami individual selama masih hidup,

Lebih terperinci