ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VOLATILITASNYA TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VOLATILITASNYA TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VOLATILITASNYA TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA OLEH DHANY SAPUTRA BANGUN H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN Dhany Saputra Bangun. Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Volatilitasnya Terhadap Makroekonomi Indonesia. (dibimbing oleh Deniey Adi Purwanto). Pembangunan ekonomi dewasa ini sering kali dikaitkan dengan keberadaan energi. Energi merupakan salah satu input penting dalam proses produksi. Ketersediaan energi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi menjadi isu yang sangat penting untuk dibahas dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebutuhan energi dunia saat ini sangat banyak disokong oleh minyak mentah atau minyak bumi (oil). Produksi minyak Indonesia semakin lama mengalami penurunan yang diikuti dengan peningkatan konsumsi dalam negeri. Produksi minyak domestik sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan dalam negeri dan puncaknya tahun 2003 menjadi negara net-importir minyak. Hal ini membuat Indonesia harus membeli minyak dari pasar internasional yang harganya tidak bisa diintervensi. Harga minyak mentah dunia, beberapa periode terakhir, mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Minyak mentah jenis West Texas Intermediete (WTI) maupun brent menunjukkan fluktuatif yang sangat besar. Data dari U.S. Energy Information Administration menunjukkan harga West Texas Intermediete sebesar 46,84 US Dollar per barel pada Januari 2000 dan 44,51 US Dollar untuk jenis brent pada waktu yang sama. Dalam kurun waktu sepuluh tahun harganya melambung mencapai 74,47 US Dollar untuk jenis WTI dan 74,46 US Dollar untuk jenis brent pada akhir Desember Penelitian ini menggunakan data bulanan dari Februari 1993 hingga Desember 2011 dengan menggunakan metode VAR/VECM. Penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh harga minyak dunia dan volatilitasnya terhadap GDP, inflasi, RER dan SBMK Indonesia. Selain itu penelitian ini juga akan melihat bagaimana pengaruh harga guncangan minyak dunia dan volatilitasnya terhadap variabel penyusun GDP yaitu private consumption (PCON), government consumption (GCON), investasi, ekspor, dan impor. Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara harga minyak dunia dan volatilitasnya terhadap GDP dan inflasi Indonesia tidak berbeda ketika Indonesia masih sebagai negara net-eksportir minyak ataupun negara net-importir minyak. Penelitian menunjukkan bahwa harga minyak dunia memiliki hubungan yang negatif terhadap GDP dan positif dengan inflasi. Sementara itu, volatilitas

3 harga minyak dunia memiliki hubungan yang positif dengan GDP dan negatif dengan inflasi Indonesia. Hasil IRF menunjukkan bahwa guncangan sebesar satu deviasi yang terjadi pada harga minyak dunia akan mengakibatkan penurunan GDP pada jangka panjang. Respon yang diberikan akan stabil mulai bulan ke-26. Sementara itu RER dan SBMK akan turun pada jangka panjang dan mulai memberikan respon yang positif sejak bulan ke-24 dan 37. Nilai inflasi akan meningkat akibat dari guncangan harga minyak dan responnya mulai stabil mulai bulan ke-33. Guncangan sebesar satu deviasi yang terjadi pada volatilitas harga inyak dunia akan mengakibatkan peningkatan GDP, RER dan SBMK pada jangka panjang. Respon yang diberikan akan mulai stabil pada bulan ke-26,ke-24, dan ke-34. Sementara itu inflasi akan turun akibat dari guncangan volatilitas harga minyak dunia dan mulai memberikan respon yang stabil mulai bulan ke-39 dari awal guncangan. Hasil IRF terhadap variabel penyusun GDP menunjukkan bahwa guncangan yang terjadi pada harga minyak dunia, pada jangka panjang, akan mengakibatkan peningkatan semua variabel penyusun GDP. Sementara itu guncangan yang terjadi pada volatilitas harga minyak dunia mengakibatkan peningkatan GCON dan investasi. Sementara itu PCON, ekspor, dan impor merespon guncangan yang terjadi pada volatilitas harga minyak dengan penurunan. Hasil FEVD terhadap variabel makro menunjukkan bahwa harga minyak dunia dan volatilitasnya memiliki kontribusi yang kecil terhadap perubahan variabel makro Indonesia. Namun, harga minyak dunia tetap memiliki pengaruh terhadap perubahan ekonomi yang terjadi. Melihat pengaruh yang diberikan harga minyak dan volatilitasnya terhadap perekonomian menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia memiliki ketergantungan terhadap minyak. Untuk itu pemerintah perlu melakukan kebijjakan yang berorientasi untuk divesrifikasi sumber energi. Sumber energi yang lain harus dimanfaatkan sehingga tidak hanya bergantung pada minyak. Selain itu wacana penghematan minyak harus dicanangkan dari sekarang melihat semakin sedikitnya cadangan minyak di Indonesia.

4 ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VOLATILITASNYA TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA OLEH DHANY SAPUTRA BANGUN H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Volatilitasnya Terhadap Makroekonomi Indonesia : Dhany Saputra Bangun : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Deniey Adi Purwanto, MSE NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2012 Dhany Saputra Bangun H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dhany Saputra Bangun lahir pada tanggal 24 Oktober 1990 di Kabanjahe, Sumatra Utara. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Paris Bangun (ayah) dan Asma Ginting (ibu). Penulis mengawali pendidikan di SD Letjen Jamin Ginting Berastagi pada tahun 1996 sampai tahun Penulis melanjutkan jengjang pendidikan selanjutnya ke SLTP N 1 Berastagi pada tahun 2002 sampai Kemudian, dilanjutkan ke SMA N 1 Berastagi dari tahun 2005 sampai Tahun 2008 penulis melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor dengan jurusan Ilmu Ekonomi melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). IPB menjadi pilihan dengan harapan dapat menjadi tempat menggali ilmu dan pengetahuan untuk pengembangan sumber daya menjadi individu yang lebih baik. Selama menjalani masa studi, penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan acara Fakuktas Ekonomi dan Manajemen. Organisasi yang pernah diikuti antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) kabinet Orange Beraksi tahun 2010 (ORASI) sebagai staff Departemen Olahraga. Kemudian, pada tahun 2011, penulis dipercaya sebagai Kepala Bidang Budaya Olahraga dan Seni (BOS) BEM FEM IPB kabinet Sinergi. Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan antara lain Sportakuler, Politik Ceria, Economy Contest, Bogor Art Festival, dan Pujangga.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur yang sebesar-besarnya kita ucapkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Harga Minyak dan volatilitasnya Terhadap Makroekonomi Indonesia. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang berkat perjuangannya kita dapat merasakan kehidupan yang lebih baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini dilakukan karena maraknya masalah yang timbul akibat perkembangan harga minyak dunia. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Ibunda tercinta Asma Ginting yang tak pernah lelahnya memberikan semangat dan doanya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, serta ayahnda tercinta Paris Bangun atas dukungan doa dan moril dari sejak kecil hingga sekarang. 2. Bapak Deniey Adi Purwanto MSE, selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga telah mendengarkan keluhan dan pertanyaan penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Yeti Lis Purnamadewi dan Ranti Wiliasih, M.Si, selaku penguji utama dan komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan arahan demi kebaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat berguna selama penulis menyelesaikan perkuliahan. Terima kasih juga telah menjadi sumber inspirasi bagi penulis untuk menjalankan kehidupan perkuliahan. 5. Teman-teman SMA penulis Tommy, Yudi dan Cristian yang tak pernah lelah memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga telah menjadi sahabat suka dan duka selama kuliah di Bogor.

9 6. Kak Lisda, Bang Kristian, Bang Sandro, Bang Sulaiman, Bang Ardian, Bang Ferry, dan Bang Joel yang telah menjadi sahabat dan penolong di awal-awal kehidupan di Bogor. Terima kasih atas pelajaran hidup yang diberikan. 7. Sahabat-sahabat terbaik BEM FEM IPB Kabinet Sinergi Fadli, Martin, Yuti, Dina, Wirda, Bude, Firman, Akbar, Imam, Udin, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan di sini yang telah memberikan semangat dan dukungan moril selama penulisan skripsi ini. Juga teman-teman BOS yang terus memberikan semangat dan dukungan moril 8. Teman-teman satu bimbingan Okty, Ayu, Ubur, dan Ili yang telah memberikan dukungan dan masukan terhadap skripsi ini. 9. Kak Eno, kak Mut atas bimbingan dan bantuan datanya. 10. Teman-teman seperjuangan Departemen Olahraga Kabinet ORASI Ardi, Guruh, Ken, Ira, Ajeng, dan kak RianahTerima kasih atas dukungannya. Kak Ario, kak Noby, kak Faris, kak Ilham dan semuanya yang telah memberikan semangat dan pelajaran hidup yang berarti. 11. Teman-teman Ilmu Ekonomi 45 yang terus memberikan semangat dalam penulisan. 12. Segenap Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi yang dengan sabar membantu urusan adminstratif. Penulis sangat mengharapkan saran, kritik atau pertanyaan untuk kebaikan skripsi ini kedepannya. Semoge skripsi ini dapat berguna bagi keilmuan makro Indonesia terutama menanggapi kebijakan energi yang akan dilakukan. Bogor, Juli 2012 Dhany Saputra Bangun H

10 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Harga Minyak Mentah Dunia Perdagangan Internasional Menurut Model Mundell-Fleming Pengaruh Kebijakan Terhadap Model IS-LM IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat Teori Fluktuasi Ekonomi Makroekonomi Indonesia Pendapatan Nasional Inflasi Tingkat Suku Bunga Konsep Nilai Tukar Volatilitas Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data... 32

11 ii 3.2 Model Penelitian Metode Analisis Vector Autoregresive (VAR) Vector Error Correction Model (VECM) Pengujian Praestimasi Analisis Model VAR/VECM Impulse Response Function (IRF) Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Metode Volatilitas Harga Minyak Dunia IV. GAMBARAN UMUM Sejarah Perminyakan Indonesia Perkembangan Harga Minyak dan Perekonomian Indonesia Tahun Kebijakan yang Telah Dilakukan Dalam Mengatasi Dampak Harga Minyak dan Volatilitasnya V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Praestimasi Data Uji Kestasioneritasan Data Hasil Uji Lag Optimum Hasil Uji Stabilitas VAR Model VAR Hasil Uji Kointegrasi Hubungan Harga Minyak dan Volatilitasnya Dengan Variabel Makroekonomi Berdasarkan Hasil Estimasi VECM Hubungan Harga Minyak dan Volatilitasnya Terhadap GDP Hubungan Harga Minyak dan Volatilitasnya Terhadap GDP... 64

12 iii 5.3 Hasil Impulse Response Function (IRF) Hasil Guncangan Harga Minyak Dunia dan Volatilitasnya Terhadap Variabel Makro Indonesia Berdasarkan Hasil IRF Hasil Guncangan Harga Minyak Dunia dan Volatilitasnya Terhadap Variabel Penyusun GDP Indonesia Berdasarkan Hasil IRF Kontribusi Harga Minyak Dunia dan Volatilitasnya Terhadap Makroekonomi Indonesia Berdasarkan Hasil FEVD Pembahasan Secara Keseluruhan Implementasi Kebijakan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 iv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1 Hasil Uji Satsioneritas Data Tabel 5.2 Hasil Uji Panjang Lag Optimum Makro Indonesia Tabel 5.3 Hasil Uji Panjang Lag Optimum Penyusun GDP Tabel 5.4 Jumlah Kointegrasi Makro Indonesia Tabel 5.5 Jumlah Kointegrasi Penyusun GDP Tabel 5.6 Pengaruh Harga Minyak dan Volatilitasnya Terhadap GDP Tabel 5.7 Pengaruh Harga Minyak dan Volatilitasnya Terhadap inflasi Tabel 5.8 Hasil FEVD Terhadap GDP Tabel 5.9 Hasil FEVD Terhadap inflasi Tabel 5.10 Hasil FEVD Terhadap SBMK Tabel 5.11 Hasil FEVD Terhadap RER Tabel 5.12 Harga Minyak Dunia dan Asumsi... 92

14 v DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Harga Minyak Dunia Jenis WTI dan Brent... 5 Gambar 2.1 Pembentukan Harga Internasional Gambar 2.2 Derivasi Kurva IS Gambar 2.3 Derivasi Kurva LM Gambar 2.4 Kurva IS-LM Gambar 2.5 Pergeseran Kurva IS Akibat Kebijakan Fiskal Gambar 2.6 Pergeseran Kurva LM Akibat Kebijakan Moneter Gambar 2.7 Derivasi Kurva AD dari Kurva IS-LM Gambar 2.8 Aggregat Demand-Aggregat Supply dalam Keseimbangan Jangka Panjang Gambar 2.9 Guncangan Pada Permintaan Agregat Gambar 2.10 Guncangan Pada Penawaran Agregat Gambar 2.11 Kerangka Pemikiran Gambar 3.1Proses Analisis VAR dan VECM Gambar 4.1 Total Produksi minyak Indonesia Gambar 4.2 Pergerakan Harga Minyak Dunia Gambar 4.3 Total Pendapatan Pemerintah Gambar 4.4 Produksi dan Konsumsi Minyak Mentah Indonesia Gambar 4.5 Perkembangan Harga Minyak Dunia Gambar 4.6 Besaran Subsidi BBM yang Diberikan Pemerintah... 54

15 vi Gambar 5.1 Hasil IRF Harga Minyak Dunia Terhadap Variabel Makro Indonesia Gambar 5.2 Hasil IRF Volatilitas Harga Minyak Dunia Terhadap Variabel Makro Indonesia Gambar 5.3 Hasil IRF Harga Minyak Dunia Terhadap Variabel Penyusun GDP Gambar 5.4 Hasil IRF Volatilitas Harga Minyak Dunia Terhadap Variabel Penyusun GDP Indonesia Gambar 5.5 Produksi dan Konsumsi Minyak Mentah Indonesia Gambar 5.6 Kebijakan Stabilisasi... 86

16 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dewasa ini sering kali dikaitkan dengan keberadaan energi. Energi merupakan salah satu input penting dalam proses produksi. Ketersediaan energi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi menjadi isu yang sangat penting untuk dibahas dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebutuhan akan energi sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi baik dalam skala mikro maupun dalam skala makro. Aktivitas ekonomi dengan dukungan input yang baik tentunya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan aktivitas ekonomi yang tidak didukung dengan input yang baik. Jadi keberadaan energi sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi para pelaku ekonomi. Konsumsi terhadap energi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Konsumsi dunia terhadap energi total mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2000, konsumsi energi dunia tercatat sejumlah 9.382,4 ribu TOE (Tones of Oil Equivalent) dan terus meningkat dalam sebelas tahun terakhir sampai menembus jumlah ,4 ribu TOE akhir tahun Nilai ini diperkirakan akan terus meningkat dengan munculnya negara-negara industri baru seperti China dan India. Peningkatan konsumsi terhadap energi juga terjadi di Indonesia. Pada periode yang sama, konsumsi energi Indonesia mengalami peningkatan dari 98,4 ribu TOE ke 140 ribu TOE. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator bahwa Indonesia saat ini sangat tergantung dengan ketersediaan energi. Aktivitas sehari-hari tidak dapat lepas dari penggunaan energi. Penggunaan energi juga diprediksi akan terus meningkat seiring dengan rencana pemerintah untuk

17 2 meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar mampu menjaga ketersediaan energi yang cukup untuk menopang rencana mereka. (British Petroleum (BP) Statistical Review of World Energy Market 2010). Kebutuhan energi dunia saat ini sangat banyak disokong oleh minyak mentah atau minyak bumi (oil). Menurut data dari BP Statistical Review of World Energy 2010, dari total konsumsi energi dunia hampir 34 persen pemenuhannya berasal dari oil. Sementara sisanya, dipenuhi dari gas alam, batu bara dan nuklir. Sementara di Indonesia, kebutuhan akan energi disokong oleh minyak mentah sampai 42,5 persen. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan energi kita terhadap minyak mentah. Produksi minyak mentah Indonesia menunjukkan nilai yang semakin menurun setiap tahunnya. Data dari BP Statistical Review of World Energy Market 2010, produksi minyak mentah Indonesia pada tahun 1996 sebesar ribu barel per hari terus mengalami penurunan menjadi ribu pada tahun 2000, ribu tahun 2005, dan terus menurun hingga 990 ribu pada tahun Penurunan produksi Indonesia ini menyebabkan Indonesia harus keluar dari anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) pada tahun Keanggotaan Indonesia dicabut karena sudah tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan dalam negerinya sendiri. Penurunan produksi dari tahun ke tahun yang dialami oleh Indonesia diikuti oleh peningkatan konsumsi minyak mentah. Konsumsi Indonesia sebesar 939 ribu barel per hari pada tahun 1996 terus mengalami peningkatan sampai tahun 2009 dengan konsumsi sebesar ribu barel per hari. Peningkatan ini

18 3 diprediksi akan terus terjadi karena beberapa faktor antara lain karena terus meningkatnya jumlah penduduk Indonesia (BP Statistical Review of World Energy Market 2010). Berdasarkan data dari U.S. EIA (United States Energy Information and Administration) produksi Indonesia mengalami penurunan sejak Dan pada tahun 2003 Indonesia telah menjadi negara net-importir minyak dan pada tahun 2009 Indonesia harus melepaskan statusnya sebagai anggota OPEC karena tidak akan memiliki visi yang sama dengan OPEC dengan statusnya sebagai netimportir minyak. Puncaknya, pada tahun 2003, produksi Indonesia bahkan tidak mampu mencukupi kebutuhan energi masrakat Indonesia. Hal ini menjadi fenomena yang menarik untuk dilihat bagaimana produksi dan konsumsi minyak energi ini akan mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional yang dilakukan oleh Indonesia. Minyak mentah merupakan salah satu komoditas yang diekspor dan sekaligus diimpor oleh Indonesia. Ini menunjukkan bahwa harga minyak mentah dunia akan mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran perdagangan Indonesia. Booming harga minyak yang terjadi pada tahun 2005 dan 2008 mendorong peningkatan inflasi Indonesia. Tercatat inflasi Indonesia mencapai 11 persen dan 9,8 persen (SEKI-BI). Angka ini menunjukkan angka tertinggi semenjak krisis tahun Peningkatan tingkat harga ini tentu tidak diinginkan pemerintah. Pemerintah tentunya menginginkan nilai inflasi yang stabil agar perekonomian dapat dijaga. Keadaan makroekonomi yang stabil sangat penting dilakukan untuk membantu para pelaku ekonomi dalam maupun luar negeri dapat berkerja dengan

19 4 baik. Oleh karena itu, keadaan makroekonomi perlu dijaga pada keadaan yang baik. Pemerintah memiliki tanggung jawab atas berjalannya perekonomian. Makroekonomi bisa menjadi indikator kesejahteraan suatu negara. Makroekonomi yang baik akan menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di negara tersebut juga baik dan sebaliknya. Keadaan makroekonomi yang terjaga dalam keadaan baik menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian yang terjadi di negara tersebut berjalan dengan baik sehingga kesejahteraan dapat tercapai. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu mengeluarkan kebijakan yang bisa menjaga stabilnya ekonomi. Harga minyak mentah dunia, beberapa periode terakhir, mengalami pergerakan yang cukup fluktuatif. Minyak mentah jenis West Texas Intermediete (WTI) maupun brent kecenderungan peningkatan setiap bulannya. Data dari U.S. Energy Information Administration menunjukkan harga West Texas Intermediete sebesar 46,84 US Dollar per barel pada Januari 2000 dan 44,51 US Dollar untuk jenis brent pada waktu yang sama. Dalam kurun waktu sepuluh tahun harganya melambung mencapai 74,47 US Dollar untuk jenis WTI dan 74,46 US Dollar untuk jenis brent pada akhir Desember Dalam selang waktu sepuluh tahun tersebut harga minyak, baik jenis WTI maupun brent, mengalami perubahan harga yang sangat fluktuatif seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.1. Harga minyak mentah dunia, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.1, mencapai harga tertingginya pada tahun 2008 dengan kisaran harga mencapai 130 US Dollar per barel. Ini merupakan kenaikan harga minyak dunia tertinggi dalam sejarah. Keadaan ini mebuat perekonomian berada pada ambang ketidakpastian. Indonesia

20 5 bahkan meningkatkan harga minyak domestiknya untuk mengurangi beban negara akibat dari kenaikan harga minyak ini. US Dollar per Barel brent WTI 0 Jan-2000 Sep-2000 May-2001 Jan-2002 Sep-2002 May-2003 Jan-2004 Sep-2004 May-2005 Jan-2006 Sep-2006 May-2007 Jan-2008 Sep-2008 May-2009 Sumber : U.S. Energy Information Administration 2010 (diolah) Gambar 1.1. Harga Minyak Mentah Dunia Jenis WTI dan Brent Kenaikan harga minyak dunia dapat terjadi karena beberapa hal. Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah membuat pasokan minyak dunia yang berasal dari sana menjadi terhambat. Kekurangan suplai ini menyebabkan kenaikan harga minyak mentah dunia. Dari sisi permintaan, permintaan akan minyak mintah dunia meningkat seiring dengan munculnya negara industri baru seperti India dan China. OPEC juga berusaha untuk mengimbangi kenaikan harga minyak dunia dengan menjamin suplai tetap ada. Kedua hal ini membuat harga minyak duniia menjadi fluktuatif. Pergerakan harga minyak dunia ini menjadi perhatian yang penting bagi publik. Hal ini menjadi kekhawatiran sendiri bagi negara yang selama ini menjadi konsumen utama minyak mentah dunia. Peningkatan harga minyak mentah dunia yang berkelanjutan dikhawatirkan dapat merugikan perekonomian dunia dan memiliki konsekuensi politik dan ekonomi (Abu, 2010).

21 6 Selain pada tahun 2008, sebenarnya harga minyak pernah mengalami peningkatan besar (booming) pada periode tahun 1970-an sampai awal 1980-an. Saat itu Indonesia masih merupakan salah satu pemasok minyak dunia. Beberapa keuntungan yang diperoleh oleh Indonesia saat itu adalah meningkatnya nilai ekspor Indonesia dari US$ 1 Miliar pada 1973 menjadi US$ 23,36 Miliar pada tahun Ekonomi juga mengalami pertumbuhan yang cukup besar mencapai 9,9 persen selama periode tersebut (Mubyarto, 1988). Pertumbuhan ekonomi pada masa itu merupakan pertumbuhan ekonomi terbesar yang pernah dicapai oleh Indonesia. Keuntungan ekonomi yang diperoleh Indonesia ternyata membawa beberapa dampak buruk seperti tingginya tingkat inflasi. Laju inflasi Indonesia lebih tinggi dari inflasi dunia. Indonesia juga mengalami gejala the Dutch Disease yang ditandai dengan tingkat inflasi yang tinggi tadi. Selain itu, masyarakat Indonesia menjadi malas dan boros dalam kehidupannya sehari-hari. Meskipun terjadi peningkatan ekspor, nilai impor Indonesia juga meningkat relatif lebih tinggi dari nilai ekspornya. Secara historis Indonesia pernah sangat bergantung pada perdagangan minyak mentah dalam membangun perekonomiannya. Pertumbuhan ekonomi yang besar akibat dari adanya pengaruh harga minyak mentah dunia tentunya cukup menunjukkan bahwa harga minyak mentah dunia memiliki pengaruh yang signifikan pada perekonomian Indonesia pada masa lalu. Hal yang menarik untuk melihat apakah hal yang sama akan terjadi pada keadaan Indonesia saat ini. Selain harga minyak, ternyata volatilitas harga juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Penelitian Gozali (2011) menunjukkan adanya pengaruh volatilitas terhadap kinerja makroekonomi

22 7 Indonesia. Hal ini dapat menjadi variabel tambahan dalam menentukan pengaruh harga minyak dunia terhadap kinerja makro ekonomi Indonesia. Minyak mentah dunia merupakan komoditas yang juga diperdagangkan di pasar berjangka. Keadaan ini menyebabkan harga minyak dunia tidak jauh berbeda dengan saham. Peningkatan volatilitas atau ketidakpastian akan meningkatkan tingkat spekulasi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi. Ketidakpastian harga minyak akan mengakibatkan para pelaku ekonomi semakin ragu untuk melakukan kegiatan ekonomi sehingga kegiatan perekonomian dapat terhambat. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis mencoba untuk meneliti pengaruh harga minyak dunia terhadap kinerja makroekonomi Indonesia dengan judul Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia dan Volatilitasnya Terhadap Makroekonomi Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Booming harga minyak yang terjadi pada tahun 2005 dan 2008 membawa dampak buruk terhadap tingkat harga secara umum di Indonesia. Inflasi Indonesia tercatat mencapai 11 persen dan 9,8 persen. Pada tahun tersebut nilai minyak mengalami lonjakan masing-masing 10 US Dollar per barel dan 30 US Dollar per barel. Nilai inflasi yang tercatat tersebut merupakan peningkatan inflasi terbesar yang terjadi di Indonesia sejak krisis tahun Minyak mentah dunia memiliki peran yang sangat vital dalam proses produksi barang-barang Indonesia. Kenaikan harga minyak dunia akan menyebabkan produksi Indonesia secara kesuluruhan menurun. Hal ini dapat

23 8 mendorong Indonesia pada keadaan stagflasi yang tidak diinginkan dalam perekonomian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh harga minyak dunia terhadap negara yang merupakan net-eksportir minyak dan netimportir minyak. Negara yang mengekspor minyak tentunya mendapat razeki yang besar dengan peningkatan harga minyak dunia karena pendapatan dari penjualan minyaknya akan meningkat. Sementara, negara pengimpor minyak tentunya harus merana karena uang yang mereka keluarkan untuk membeli minyak akan meningkat. Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang mengalami perubahan status tersebut. Sehingga menjadi menarik melihat apakah ada perbedaan pengaruh akan perubahan status tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang akan diangkat pada penelitian ini adalah: 1. Variabel makroekonomi apa saja yang dipengaruhi oleh adanya pergerakan harga dan volatilitas harga minyak dunia? 2. Bagaimanakah pengaruh shock yang berasal dari harga minyak dan volatilitasnya terhadap variabel makro ekonomi? 3. Bagaimana kontribusi dari variabel harga minyak dan volatilitasnya terhadap variabel makro ekonomi? 4. Apa saja implikasi kebijakan atas dinamika harga minyak dunia dan volatilitasnya terhadap makroekonomi Indonesia?

24 9 1.3 Tujuan Penelitian Melihat masalah yang dirumuskan di atas maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah: 1. Menganalisis variabel makro ekonomi apa saja yang dipengaruhi oleh adanya pergerakan harga dan volatilitas harga minyak dunia. 2. Menganalisis pengaruh shock yang berasal dari harga minyak dan volatilitasnya terhadap variabel makro ekonomi. 3. Menganalisis kontribusi variabel harga minyak dan volatilitasnya terhadap variabel makro ekonomi. 4. Menganalisis apa saja implikasi kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah atas dinamika harga minyak dunia dan volatilitasnya terhadap makroekonomi Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perekonomian Indonesia terutama perekonomian makro. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi keilmuan makro, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu melihat bagaimana pengaruh harga minyak dunia terhadap perekonomian Indonesia. 2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan tujukan atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang perminyakan di Indonesia.

25 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya memfokuskan pada minyak mentah tanpa memasukkan produk olahannya. Harga minyak mentah dunia yang akan digunakan di sini adalah harga minyak mentah jenis West Texas Intermediete yang merupakan acuan harga minyak mentah dunia. Penelitian ini tidak membedakan ketika terjadi kenaikan harga atau penurunan harga minyak dunia. Variabel makroekonomi yang akan dilihat pergerakannya akibat adanya perubahan harga minyak dunia dan volatilitasnya pada penelitian ini adalah Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto, GDP), inflasi, Real Exchange Rate, Suku Bunga Modal Kerja, private consumption, government consumption, investasi, ekspor, dan impor.

26 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga Minyak Mentah Dunia Minyak mentah dunia saat ini telah menjadi salah satu input penting dalam kegiatan produksi ekonomi. Sebagian besar industri menggunakan minyak dalam mejalankan kegiatannya, sebagai contoh adalah industri pesawat terbang yang menggunakan avtur (produk turunan dari minyak mentah) sebagai bahan bakar utamanya. Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari minyak mentah tidak lepas dari kegiatan kita, sebagai contoh adalah bensin yang digunakan untuk kebutuhan transportasi masyarakat sekarang. Konsumsi terhadap minyak ini tentunya akan mempengaruhi harga minyak yang berlaku. Dalam skala besar permintaan dari banyak negara untuk memenuhi kebutuhan minyak domestiknya akan menciptakan agregat permintaan yang akan mempengaruhi harga minyak dunia. Selain pengaruh dari permintaan negara-negara pengonsumsi minyak, harga minyak juga dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan yang ditawarkan oleh negara-negara penghasil minyak. Minyak mentah dunia banyak dipasok dari negara-negara Timur Tengah, Amerika dan Rusia. Jadi, pasokan yang disediakan oleh negara-negara tersebut menjadi sangat vital dalam pemenuhan kebutuhan minyak dunia. Selain permintaan dan penawaran, harga minyak juga dipengaruhi oleh keadaan geopolitik negara-negara yang menjadi pemasok utama minyak dunia. Harga minyak dunia ditentukan dari permintaan dan penawaran dari negara-negara eksportir (produsen) dan negara-negara importir (konsumen). Harga internasional yang terbentuk merupakan interaksi dari permintaan dan

27 12 penawaran masing-masing negara. Pembentukan harga internasionel dapat dilihat pada Gambar 2.1. P x /P y S e P x /P y P x /P y S i P 3 A S D A Ekspor P 2 M N B E * B M * N * P 1 C C D D Impor D e D i Keseimbangan di negara X X X X Keseimbangan internasonal Keseimbangan di negara Y (a) (b) (c) Sumber : Salvatore (1997) Gambar 2.1 Pembentukan Harga Internasional Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana keseimbangan internasional terjadi. Salvatore (1997) menjelaskan bahwa harga internasional terbentuk dari harga domestik negara pengekspor dan pengimpor komoditi (minyak). Kurva D e dan S e melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk minyak di negara 1 (eksportir). Sedangkan kurva D i dan S i melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk minyak di negara 2 (importir). Panel (a) menunjukkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik C berdasarkan harga di P 1. Pada panel (c) memperlihatkan bahwa negara 2 akan melakukan produksi dan konsumsinya di titik A berdasarkan harga relatif P 3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif minyak akan berkisar antara P 1 dan P 3 seandainya kedua

28 13 negara tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang cukup besar. Andaikata harga yang berlaku di atas P 1 maka negara 1 akan memproduksi minyak lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara 2. Di lain pihak, apabila harga yang berlaku lebih kecil dari P 3, maka negara 2 akan mengalami kelebihan permintaan. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangannya akan minyak dari negara 1. Secara spesifik, panel (a) memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P 1, kuantitas barang yang ditawarkan akan sama dengan kuantitas barang yang diterima di negara 1. Hal tersebut memunculkan titik c pada kurva S D pada panel (b) (yang merupakan kurva penawaran ekspor negara 1). Panel (a) juga menunjukkan bahwa berdasarkan harga relati P 2, maka akan terjadi kelebihan penawaran minyak bila dibandingkan dengan permintaannya sebesar MN. Kelebihan sebesar MN tersebutlah yang akan diekspor oleh negara 1 pada harga P 2. Kuantitas MN sama dengan BE * pada panel (b). Disitulah terletak E * yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor minyak dari negara 1 atau S D. Sementara itu, panel C memperlihatkan bahwa berdasarkan P 3, maka penawaran dan permintaan pada negara 2 akan sama dan berada di titik A sehingga negara A tidak akan mengimpor minyak sama sekali. Titik A terletak pada kurva permintaan impor minyak yang berada di panel (b). Panel (c) juga menunjukkan bahwa pada saat harga berada pada P 2, maka akan terjadi kelebihan permintaan sebesar M * N *. Kelebihan itu sama dengan kuantitas yang akan diimpor oleh negara 2 berdasarkan pada harga P 2. Lebih lanjut, jumlah itu sama dengan BE * pada panel (b), yang menjadi kedudukan titik E *.

29 14 Berdasarkan harga P 2 maka kuantitas impor yang diminta oleh negara 2 akan sama dengan kuantitas ekspor yang akan ditawarkan oleh negara 1. Hal itu ditunjukkan oleh perpotongan kurva S D dan D D setelah minyak diperdagangkan diantara kedua negara. Dengan demikian, P 2 menjadi harga internasional atau harga yang terjadi setelah perdagangan internasional. Harga minyak mentah dunia diklasifikasikan berdasarkan kualitas minyak mentah yang dihasilkan di kilang minyak. Beberapa harga minyak mentah dunia tersebut adalah West Texas Intermediete (WTI) atau yang dikenal juga dengan light sweet, Brent Blend, Russian Export Blend, dan OPEC Basket Price. Dari keempat harga minyak tersebut minyak jenis light sweet menjadi acuan harga minyak dunia (Abu, 2011). 2.2 Perdagangan Internasional Menurut Model Mundell-Fleming Model Mundell-Fleming dapat menjelaskan bagaimana perdagangan internasional dapat mempengaruhi indikator makroekonomi Indonesia. Model ini menjelaskan pasar untuk barang dan jasa sebagaimana model IS-LM. Tetapi model ini menambahkan simbol baru untuk ekspor neto yang bisa menggambarkan kegiatan perdagangan. Asumsi yang digunakan adalah negara merupakan negara perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas modal sempurna. Asumsi ini berarti bahwa tingkat bunga dalam perekonomian domestik sama dengan tingkat bunga dunia. Tingkat bunga ini diasumsikan tetap secara eksogen karena perekonomian tersebut relatif lebih kecil dibandingkan perekonomian dunia sehingga bisa meminjam atau

30 15 memberi pinjaman sebanyak yang ia inginkan di pasar uang dunia tanpa mempengaruhi tingkat bunga dunia. Pasar Barang dan Kurva IS Mundell dan Fleming menjelaskan pasar untuk barang dan jasa sebagaimana model IS-LM, tetapi model ini menambahkan variabel baru yaitu ekpor neto yang merupakan cerminan kegiatan perdagangan. Kegiatan perdangangan (ekspor dan impor) dipengaruhi oleh tingkat kurs mata uang. Ketika terjadi apresiasi mata uang maka akan menyebabkan kenaikan impor dan penurunan ekspor karena harga barang-barang di luar negeri lebih murah bila dibandingkan dengan harga domestik (Mankiw, 2007). Hal ini menyebabkan kurva ekspor neto (NX) miring ke bawah seperti ditunjukkan oleh panel (a) pada Gambar 2.2. Kurva IS dapat diperoleh dengan menderivasi dari kurva ekspor neto dan perpotongan Keynessian. Kurva derivasi IS dapat dilihat pada Gambar 2.2 E Pengeluaran Aktual Pengeluaran Rencana Kurs, e (riil) r (b) Perpotongan Keynes Y e 2 e 1 NX 2 NX 1 NX Y 2 Y 1 Y (a) Kurva Ekspor Neto (c) Kurva IS Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.2 Derivasi Kurva IS IS

31 16 Kurva IS diderivasi dari kurva ekspor neto dan perpotongan Keynesian. Bagian (a) menunjukkan kurva ekspor neto: kenaikan kurs dari e 1 ke e 2 mengurangi ekspor dari NX 1 ke NX 2. Bagian (b) menunjukkan perpotongan Keynesian: penurunan ekspor neto menggeser pengeluaran rencana ke bawah dan menunjukkan penurunan pendapatan dari Y 1 ke Y 2. Bagian (c) menunjukkan kurva IS yang meringkas hubungan antara kurs dan pendapatan. Semakin tinggi kurs maka semakin tinggi pendapatan. Pasar Uang dan Kurva LM Kurva LM bergantung pada pergerakan tingkat bunga dan pendapatan. Namun Mundell-Fleming memasukkan variabel tambahan berupa kurs yang merupakan cerminan dari aktivitas perdagangan. Kembali ke asumsi bahwa suku bunga domestik (r) sama dengan suku bunga dunia (r*), maka kurva LM yang dihasilkan akan vertikal. Derivasi kurva LM dapat dilihat pada Gambar 2.3 Suku bunga, r LM* r=r* Y (a) Kurva LM saat Ekonomi tertutup LM Y (b) Kurva LM saat Ekonomi terbuka Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.3 Derivasi Kurva LM

32 17 Bagian (a) menunjukkan kurva LM* standar saat perekonomian tertutup dan garis horisontal menunjukkan tingkat bunga dimana tingkat bunga domestik sama dengan tingka suku bunga dunia. Perpotongan kedua kurva ini menentukan tingkat pendapatan, tanpa memperhitungkan kurs. Karena itu, sebagaimana ditunjukkan gambar (b) kurva LM adalah vertikal untuk perekonomian terbuka kecil. Merakit Model IS-LM Gambar 2.4 menunjukkan hubungan antara kurva IS dan LM yang telah memperhitungkan aktivitas perdagangan. Ekuilibrium untuk perekonomian ditemukan dimana kurva IS dan kurva LM berpotongan. Perpotongan ini menunjukkan kurs serta tingkat pendapatan dimana pasar barang dan pasar uang berada dalam ekuilibrium. Dengan diagram ini, kita bisa menggunakan model Mundell-Fleming untuk menunjukkan bagaimana pendapatan agregat Y dan kurs e menanggapi perubahan kebijakan. Kurs, e LM IS Y, Pendapatan Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.4 Kurva IS-LM 2.3 Pengaruh Kebijakan Terhadap Model IS-LM Kebijakan yang diambil oleh sebuah pembuat keputusan tentunya memiliki pengaruh terhadap aktivitas ekonominya. Kebijakan suatu negara terbagi

33 18 menjadi tiga kebijakan yaitu kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan kebijakan perdagangan. Pada penelitian ini Indonesia diasumsikan sebagai negara yang menganut sistem tukar bebas (floating exchange rate). Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah untuk mengintervensi perekonomian negaranya. Instrumen yang bisa dipergunakan oleh pemerintah adalah G (pengeluaran pemerintah) dan T (pajak). Anggaplah pemerintah mendorong pengeluaran domestik dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah atau memotong pajak. Karena meningkatkan pengeluaran yang direncanakan, kebijakan fiskal akan menggeser kurva IS ke kanan, seperti terlihat pada Gambar 2.5, sebagaimana terlihat kurs berapresiasi sedangkan tingkat output tetap. e e 2 IS 2 e 1 IS 1 Gambar 2.5 Pergeseran Kurva IS Akibat Kebijakan Fiskal Y Tindakan ekspansi fiskal yang dilakukan pemerintah akan mengakibatkan kurva IS bergeser dari IS 1 ke IS 2. Pergeseran ini akan mengakibatkan peningkatan e namun Y tetap. Nilai Y tetap karena ketika e riil naik maka nilai ekspor akan turun. Peningkatan IS akibat peningkatan subsidi itu akan diimbangi dengan penurunan ekspor dengan porsi yang dianggap sama. Sehingga, Y tidak akan mengalami peningkatan. Jadi, kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah

34 19 dalam rezim kurs mengambang tidak akan efektif karena tidak meningkatkan Y atau GDP. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter yang biasanya dipegang oleh bank sentral. Di Indonesia kebijakan ini dipegang oleh bank Indonesia. Kebijakan yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan atau menurunkan jumlah uang beredar di masyarakat. Anggaplah bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat maka hal ini akan menggeser kurva LM ke kanan seperti pada Gambar 2.6 Kurs, e LM 1 LM 2 e 1 e 2 IS Y 1 Y 2 Y Gambar 2.6 Pergeseran Kurva LM Akibat Kebijakan Moneter Tindakan peningkatan jumlah uang beredar yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan menyebabkan peningkatan Y atau GDP Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan moneter memiliki kemampuan untuk mengubah tingkat pendapatan Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan moneter dianggap lebih ampuh bila dibandingkan dengan kebijakan fiskal Kebijakan Perdagangan Kebijakan perdagangan berkaitan dengan kebijakan mengatur jumlah ekspor dan impor suatu negara. Mari kita asumsikan bahwa pemerintah

35 20 meningkatkan hambatan perdagangan yang masuk ke negaranya. Sehingga nilai impor akan menurun dan ekspor neto akan meningkat. Peningkatan ekspor neto akan mengakibatkan kurva IS bergeser ke kanan dan kasusnya sama seperti kebijakan fiskal yang telah dibahas di atas. Kebijakan ekspansi perdagangan akan mengakibatkan peningkatan nilai kurs namun nilai Y tetap. 2.4 IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat Kurva permintaan agregat adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat harga dengan tingkat pendapatan nasional. Kurva ini akan menjelaskan tingkat harga akan mempengaruhi pendapatan suatu negara. Permintaan agregat memiliki bentuk miring ke bawah. Kurva permintaan agregat dapat diderivasi dari kurva IS-LM seperti pada Gambar 2.7. r LM 2 LM 1 (a) IS Y P (b) P 2 P 1 AD Y 2 Y 1 Y Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.7 Derivasi Kurva AD dari Kurva IS-LM

36 21 Untuk menjelaskan mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, kita telaah apa yang terjadi dalam model IS-LM ketika tingkat harga berubah. Hal ini dilakukan pada Gambar 2.6. Untuk setiap jumlah uang beredar M, tingkat harga P yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan M/P. Penurunan M/P atau penawaran uang ini akan menggeser kurva LM ke atas, yang mendongkrak tingkat bunga ekuilibrium dan mengurangi tingkat pendapatan ekuilibrium, sebagaimana ditunjukkan oleh bagian (a). Di sini tingkat harga naik dari P 1 ke P 2 dan pendapatan turun dari Y 1 ke Y 2. Kurva permintaan agregat dalam bagian (b) menunjukkan hubungan negatif antara pendapatan nasional dan tingkat harga. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menunjukkan sekumpulan titik ekuilibrium yang muncul dalam model IS-LM ketika kita mengubah tingkat harga dan melihat apa yang terjadi pada pendapatan. 2.5 Teori Fluktuasi Ekonomi Menurut Mankiw (2007), keseimbangan perekonomian terbentuk pada saat perpotongan kurva permintaan agregat (aggregate demand, AD) dan kurva penawaran agregat (aggregate supply, AS). Dalam jangka panjang, perekonomian berada pada perpotongan kurva penawaran agregat jangka panjang dan kurva permintaan agregat. Karena harga-harga telah disesuaikan pada tingkat yang berlaku maka kurva penawaran agregat jangka pendek juga memotong titik keseimbangan tersebut. Keseimbangan yang dicapai pada jangka panjang akan tercapai pada tingkat output alamiah (full-employment). Kondisi full employment (Y*) dalam keseimbangan jangka panjang ditunjukan pada Gambar 2.8

37 22 Sementara itu, dalam jangka pendek keseimbangan pada kondisi full employment terkadang tidak dapat terpenuhi. Ketidakseimbangan dari kondisi full employment pada jangka pendek atau yang lebih dikenal dengan siklus bisnis terjadi karena adanya guncangan (shock) dalam perekonomian. Guncangan yang terjadi dapat disebabkan oleh guncangan pada sisi AD ataupun AS. Guncangan tersebut membuat kondisi full employement dapat tidak tercapai P LRAS AD P 1 SRAS Y * Y(OUTPUT) Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.8 Aggregat Demand-Aggregat Supply dalam Keseimbangan Jangka Panjang Guncangan pada sisi AD misalnya adalah: lonjakan investasi, lonjakan konsumsi, peningkatan dalam nilai tukar secara mendadak, dan pemotongan suku bunga yang tidak diprediksi (Mankiw, 2007). Suatu lonjakan pada sisi AD, misalnya: lonjakan investasi, akan menggeser kurva AD ke kanan. Pergesearan AD ke kanan menyebabkan tingkat output dan harga relatif meningkat (unexpected inflation). Lebih lanjut, dengan pergeseran AS ke kiri maka keseimbangan kembali pada tingkat alamiah dengan tingkat harga yang lebih tinggi (Gambar 2.9).

38 23 SRAS 1 (P e =P 3 ) P SRAS 2 (P e =P 1 ) P 3 P 2 P 1 AD 1 AD 2 Y* Y Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.9 Guncangan Pada Permintaan Agregat Sementara itu, guncangan pada sisi AS misalnya adalah peningkatan harga minyak secara mendadak dan penemuan teknologi baru. Guncangan akibat dari peningkat harga minyak akan menggeser AS ke kiri. Keseimbangan baru terbentuk pada tingkat output yang lebih rendah (stagnasi) dan harga yang lebih tinggi (inflasi). Dengan demikian guncangan kenaikan harga minyak tersebut menyebabkan terjadinya stagflasi. Guncangan pada AD dan AS akan mengakibatkan pergesran kurva AS maupu AD yang akan mengakibatkan perubahan pada tingkat produksi dan harga. Pada sub bab sselanjutnya akan kita lihat bagaimana harga minyak dunia mempengaruhi AD dan AS sebagai salah satu transmisi dalam menuju perubahan pertumbuhan ekonomi.

39 24 P LRAS SRAS 2 SRAS 1 P 2 P 1 AD Y* (output) Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.10 Guncangan Pada Penawaran Agregat 2.6 Makroekonomi Indonesia Pendapatan Nasional Makroekonomi Indonesia dapat dihitung dengan penghitungan pendapatan nasional pada waktu tertentu misalnya setahun. Penghitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan metode langsung maupun tidak langsung. Penghitungan langsung dapat dilakukan dengan menjumlahkan semua produksi di setiap perusahaan yang ada di negara tersebut. Sedangkan metode tidak langsung yaitu dengan cara penaksiran. Kita tidak perlu menanyakan pendapatan tiap orang, yang jumlahnya jutaan bahkan ratusan juta. Hal yang diperlukan hanyalah penaksiran pendapatan secara keseluruhan untuk setiap kelas-kelas masyarakat (Deliarnov, 1995).

40 25 Deliarnov (1995) mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu dengan Pendekatan Produksi (Production Approach), Pendekatan Pendapatan (Income Approach) dan Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach).Pendekatan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah Pendekatan Pengeluaran. Pendekatan ini digunakan karena dianggap cocok dengan keadaan Indonesia yang penduduknya belum terbiasa dengan pembukuan. Pendekatan ini juga dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi masyarakat, sesuatu yang sangat penting bagi pemerintah dan perusahaan dalam mengambil keputusan. Selain itu, data- data yang diperlukan untuk menghitung pengeluaran lebih mudah untuk didapatkan dibandingkan dengan data tentang penerimaan. Pengukuran pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dapat menggunakan persamaan: PNB = C + I + G + (X M)...(2.1) Dimana: PNB = Produk Nasional Bruto C I G X = Konsumsi = Investasi = Pengeluaran Pemerintah = Ekspor yaitu: M = Impor Deliarnov (1995) membagi pengeluaran nasional menjadi empat bagian

41 26 a. Konsumsi (C) Konsumsi (consumption) adalah sejumlah barang atau jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok :barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. b. Investasi (I) Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk membeli barang-barang modal untuk mendirikan perusahaan baru atau memeperluas perusahaan yang ada. Termasuk disalamnya pengeluaran perusahaan untuk : (a) membeli bahan baku atau material, mesin-mesin, peralatan pabrik, serta semua barang modal lain yang digunakan dalam proses produksi; (b) membeli banguna kantor, pabrik, rumah pegawai, tanah, dan (c) perubahan nilai stok (inventory) c. Pengeluaran Pemerintah (G) Pengeluaran konsumsi pemerintah ( Government Consumption Expenditure, G) adalah seluruh pengeluaran pemerintah yang bersifat konsumsi, misalnya untuk membangun jalan dan jembatan, irigasi, listrik, air minum, dan taman-taman rekreasi d. Ekspor Bersih (X-M) Ekspor bersih adalah selisih antara nilai penjualan barang-barang dan jasa ke luar negeri (ekspor, X) dengan nilai barang-barang yang didatangkan dari luar negeri (impor, M) Inflasi Inflasi digunakkan pada penelitian ini untuk melihat bagaimana keadaan harga barang-barang yang memiliki bahan input produksi minyak mentah. Hal ini

42 27 penting untuk mengukur nilai uang yang ada di masyrakat. Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, dan harga adalah tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang atau jasa (Mankiw, 2007). Berdasarkan sebabnya, Friedmann membagi inflasi ke dalam 2 jenis, yaitu Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation adalah inflasi yang timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, dan di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), sehingga akibatnya, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, harga akan naik. Bila hal ini berlangsung terus menerus maka akan terjadi inflasi berkepanjangan. Sedangkan, Cost Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan turunya produksi karena naiknya biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini akan menyebabkan perusahaan akan menaikkan harga barangnya (Mishkin, 2004). Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjual belikan di pasar. Terutama barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Berdasarkan data harga tersebut maka disusunlah suatu angka yang di indeks. Angka indeks yang memperhitungkan masing-masing harganya disebut sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK atau Consumer Price Index =CPI). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu. Adapun rumus untuk menghitung inflasi adalah : Inflasi = IHK n IHK n 1 IHK n 1 100%...(2.2) Dimana : IHK n = Indeks Harga Konsumen pada periode n IHK n-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum n

43 Tingkat Suku Bunga Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati setiap hari karena memiliki dampak yang cukup luas pada kehidupan masyarakat. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu dalam menentukan mau diapakan uang yang mereka pegang. Keputusan untuk menghabiskan uang untuk konsumsi atau untuk ditabung atau ditanamkan pada investasi sangat dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku. Suku bunga juga mempengaruhi para pelaku ekonomi dalam bisnis apakah mereka akan membeli peralatan baru atau menyimpan uangnya di bank (Mishkin, 2004). Tingkat suku bunga dibedakan menjadi tingkat suku bunga riil dan nominal. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga yang berlaku ketika tidak ada anggapan perubahan harga. Sedangkan, tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga riil ditambah dengan penyesuaian tingkat harga. Irving Fisher merumuskan suatu persamaan yang menghubungkan tingkat suku bunga riil dan nominal, yaitu: Tingkat suku bunga nominal = tingkat suku bunga rill + inflasi... (2.3) i = r + П...(2.4) Konsep Nilai Tukar Nilai tukar merupakan salah satu variabel terpenting perekonomian terbuka disamping variabel ekonomi lainnya seperti suku bunga, harga, neraca transaksi berjalan (selisih nilai ekspor dengan impor), neraca pembayaran (balance of payment), serta variabel lainnya. Nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga suatu negara terhadap mata uang negara lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga Minyak Mentah Dunia Minyak mentah dunia saat ini telah menjadi salah satu input penting dalam kegiatan produksi ekonomi. Sebagian besar industri menggunakan minyak dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut produk domestik bruto atau gross dometic product (yang sering disingkat GDP). Ada banyak definisi

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal Nilai tukar suatu negara menunjukkan harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain(mishkin, 2009:107). Dalam

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP BUSINESS CYCLE INDONESIA OLEH SITI MASYITHO H

ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP BUSINESS CYCLE INDONESIA OLEH SITI MASYITHO H ANALISIS PENGARUH UANG TERHADAP BUSINESS CYCLE INDONESIA OLEH SITI MASYITHO H14102062 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SITI MASYITHO. H14102062.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT L Suparto LM,. M.Si Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebalikya bergantung pada suplai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 69 VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 6.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Eksternal Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil kebijakan untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena apabila salah langkah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH VAGHA JULIVANTO H

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH VAGHA JULIVANTO H DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH VAGHA JULIVANTO H14050086 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN VAGHA JULIVANTO. Dinamika Ekspor Karet

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT Permintaan agregat adalah permintaan keseluruhan total atau permintaan seluruh lapisan masyarakat. Permintaan agregat terbentuk : 1. Dibentuk oleh pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Inflasi Pada tahun awal Perang Dunia II Lerner mengutarakan definisi inflasi. Menurut Lerner, inflasi adalah keadaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT ISSN : 2302 1590 E-ISSN : 2460 190X ECONOMICA Journal of Economic and Economic Education Vol.5 No.2 (151-157 ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT Oleh Nilmadesri

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H

EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H14103055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YOGI. Evaluasi Penerapan Inflation

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya 1. Mikroekonomi vs Makroekonomi Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi 112 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi nilai tukar, seperti sukubunga dunia, industrial production

Lebih terperinci

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan

Lebih terperinci

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H

OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H ANALISIS EFEKTIVITAS PENETAPAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PETUMBUHAN EKONOMI NASIONAL OLEH ISMAIL HADIKUSUMAH H14102125 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur perekonomian bercorak agraris yang rentan terhadap goncangan kestabilan kegiatan perekonomian.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GUNCANGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP INFLASI DI INDONESIA OKTYA SETYA PRATIDINA H

ANALISIS PENGARUH GUNCANGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP INFLASI DI INDONESIA OKTYA SETYA PRATIDINA H ANALISIS PENGARUH GUNCANGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP INFLASI DI INDONESIA OKTYA SETYA PRATIDINA H14080068 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS Oleh H A M D I 087018025/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN` Universitas Indonesia. Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN` Universitas Indonesia. Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN` 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sistem moneter merupakan suatu sistem yang mengatur peredaran uang bagi kelancaran transaksi perdagangan barang dan jasa. Sehingga dalam operasinya

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK-BANK UMUM PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH FEBRI DWIASTUTI H14102081 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H

ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H14104095 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian tidak selamanya dapat terus menerus berkembang dengan baik, ada kalannya mengalami pertumbuhan bahkan terkadang mengalami penurunan yang sangat drastis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI OLEH RATNA VIDYANI H14102077 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delieh Chariesmawanty, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delieh Chariesmawanty, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersedian energi dapat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Energi merupakan hal yang penting dalam proses produksi. Kebutuhan terhadap energi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan fiskal secara keseluruhan. Indikator kerentanan fiskal yang dihadapi adalah meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan fiskal secara keseluruhan. Indikator kerentanan fiskal yang dihadapi adalah meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah di seluruh dunia pada dasarnya dihadapkan dengan kerentanan fiskal. Hemming (2000) mendefinisikan kerentanan fiskal adalah ketika pemerintah gagal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

BAB I PENDAHULUAN. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kelompok negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang memiliki sebagian besar cadangan minyak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H14102098 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI DI INDONESIA TESIS. Oleh RITA HANDAYANI /EP

ANALISIS INFLASI DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI DI INDONESIA TESIS. Oleh RITA HANDAYANI /EP ANALISIS INFLASI DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI DI INDONESIA TESIS Oleh RITA HANDAYANI 087018043/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE 1999-2006 MUHAMMAD ILHAM RIYADH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK MUHAMMAD ILHAM RIYADH. Analisis Fluktuasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 i ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii RINGKASAN RUSNIAR.

Lebih terperinci

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H14103010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara

Lebih terperinci