II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga Minyak Mentah Dunia Minyak mentah dunia saat ini telah menjadi salah satu input penting dalam kegiatan produksi ekonomi. Sebagian besar industri menggunakan minyak dalam mejalankan kegiatannya, sebagai contoh adalah industri pesawat terbang yang menggunakan avtur (produk turunan dari minyak mentah) sebagai bahan bakar utamanya. Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari minyak mentah tidak lepas dari kegiatan kita, sebagai contoh adalah bensin yang digunakan untuk kebutuhan transportasi masyarakat sekarang. Konsumsi terhadap minyak ini tentunya akan mempengaruhi harga minyak yang berlaku. Dalam skala besar permintaan dari banyak negara untuk memenuhi kebutuhan minyak domestiknya akan menciptakan agregat permintaan yang akan mempengaruhi harga minyak dunia. Selain pengaruh dari permintaan negara-negara pengonsumsi minyak, harga minyak juga dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan yang ditawarkan oleh negara-negara penghasil minyak. Minyak mentah dunia banyak dipasok dari negara-negara Timur Tengah, Amerika dan Rusia. Jadi, pasokan yang disediakan oleh negara-negara tersebut menjadi sangat vital dalam pemenuhan kebutuhan minyak dunia. Selain permintaan dan penawaran, harga minyak juga dipengaruhi oleh keadaan geopolitik negara-negara yang menjadi pemasok utama minyak dunia. Harga minyak dunia ditentukan dari permintaan dan penawaran dari negara-negara eksportir (produsen) dan negara-negara importir (konsumen). Harga internasional yang terbentuk merupakan interaksi dari permintaan dan

2 12 penawaran masing-masing negara. Pembentukan harga internasionel dapat dilihat pada Gambar 2.1. P x /P y S e P x /P y P x /P y S i P 3 A S D A Ekspor P 2 M N B E * B M * N * P 1 C C D D Impor D e D i Keseimbangan di negara X X X X Keseimbangan internasonal Keseimbangan di negara Y (a) (b) (c) Sumber : Salvatore (1997) Gambar 2.1 Pembentukan Harga Internasional Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana keseimbangan internasional terjadi. Salvatore (1997) menjelaskan bahwa harga internasional terbentuk dari harga domestik negara pengekspor dan pengimpor komoditi (minyak). Kurva D e dan S e melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk minyak di negara 1 (eksportir). Sedangkan kurva D i dan S i melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk minyak di negara 2 (importir). Panel (a) menunjukkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik C berdasarkan harga di P 1. Pada panel (c) memperlihatkan bahwa negara 2 akan melakukan produksi dan konsumsinya di titik A berdasarkan harga relatif P 3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif minyak akan berkisar antara P 1 dan P 3 seandainya kedua

3 13 negara tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang cukup besar. Andaikata harga yang berlaku di atas P 1 maka negara 1 akan memproduksi minyak lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara 2. Di lain pihak, apabila harga yang berlaku lebih kecil dari P 3, maka negara 2 akan mengalami kelebihan permintaan. Hal ini akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangannya akan minyak dari negara 1. Secara spesifik, panel (a) memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P 1, kuantitas barang yang ditawarkan akan sama dengan kuantitas barang yang diterima di negara 1. Hal tersebut memunculkan titik c pada kurva S D pada panel (b) (yang merupakan kurva penawaran ekspor negara 1). Panel (a) juga menunjukkan bahwa berdasarkan harga relati P 2, maka akan terjadi kelebihan penawaran minyak bila dibandingkan dengan permintaannya sebesar MN. Kelebihan sebesar MN tersebutlah yang akan diekspor oleh negara 1 pada harga P 2. Kuantitas MN sama dengan BE * pada panel (b). Disitulah terletak E * yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor minyak dari negara 1 atau S D. Sementara itu, panel C memperlihatkan bahwa berdasarkan P 3, maka penawaran dan permintaan pada negara 2 akan sama dan berada di titik A sehingga negara A tidak akan mengimpor minyak sama sekali. Titik A terletak pada kurva permintaan impor minyak yang berada di panel (b). Panel (c) juga menunjukkan bahwa pada saat harga berada pada P 2, maka akan terjadi kelebihan permintaan sebesar M * N *. Kelebihan itu sama dengan kuantitas yang akan diimpor oleh negara 2 berdasarkan pada harga P 2. Lebih lanjut, jumlah itu sama dengan BE * pada panel (b), yang menjadi kedudukan titik E *.

4 14 Berdasarkan harga P 2 maka kuantitas impor yang diminta oleh negara 2 akan sama dengan kuantitas ekspor yang akan ditawarkan oleh negara 1. Hal itu ditunjukkan oleh perpotongan kurva S D dan D D setelah minyak diperdagangkan diantara kedua negara. Dengan demikian, P 2 menjadi harga internasional atau harga yang terjadi setelah perdagangan internasional. Harga minyak mentah dunia diklasifikasikan berdasarkan kualitas minyak mentah yang dihasilkan di kilang minyak. Beberapa harga minyak mentah dunia tersebut adalah West Texas Intermediete (WTI) atau yang dikenal juga dengan light sweet, Brent Blend, Russian Export Blend, dan OPEC Basket Price. Dari keempat harga minyak tersebut minyak jenis light sweet menjadi acuan harga minyak dunia (Abu, 2011). 2.2 Perdagangan Internasional Menurut Model Mundell-Fleming Model Mundell-Fleming dapat menjelaskan bagaimana perdagangan internasional dapat mempengaruhi indikator makroekonomi Indonesia. Model ini menjelaskan pasar untuk barang dan jasa sebagaimana model IS-LM. Tetapi model ini menambahkan simbol baru untuk ekspor neto yang bisa menggambarkan kegiatan perdagangan. Asumsi yang digunakan adalah negara merupakan negara perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas modal sempurna. Asumsi ini berarti bahwa tingkat bunga dalam perekonomian domestik sama dengan tingkat bunga dunia. Tingkat bunga ini diasumsikan tetap secara eksogen karena perekonomian tersebut relatif lebih kecil dibandingkan perekonomian dunia sehingga bisa meminjam atau

5 15 memberi pinjaman sebanyak yang ia inginkan di pasar uang dunia tanpa mempengaruhi tingkat bunga dunia. Pasar Barang dan Kurva IS Mundell dan Fleming menjelaskan pasar untuk barang dan jasa sebagaimana model IS-LM, tetapi model ini menambahkan variabel baru yaitu ekpor neto yang merupakan cerminan kegiatan perdagangan. Kegiatan perdangangan (ekspor dan impor) dipengaruhi oleh tingkat kurs mata uang. Ketika terjadi apresiasi mata uang maka akan menyebabkan kenaikan impor dan penurunan ekspor karena harga barang-barang di luar negeri lebih murah bila dibandingkan dengan harga domestik (Mankiw, 2007). Hal ini menyebabkan kurva ekspor neto (NX) miring ke bawah seperti ditunjukkan oleh panel (a) pada Gambar 2.2. Kurva IS dapat diperoleh dengan menderivasi dari kurva ekspor neto dan perpotongan Keynessian. Kurva derivasi IS dapat dilihat pada Gambar 2.2 E Pengeluaran Aktual Pengeluaran Rencana Kurs, e (riil) r (b) Perpotongan Keynes Y e 2 e 1 NX 2 NX 1 NX Y 2 Y 1 Y (a) Kurva Ekspor Neto (c) Kurva IS Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.2 Derivasi Kurva IS IS

6 16 Kurva IS diderivasi dari kurva ekspor neto dan perpotongan Keynesian. Bagian (a) menunjukkan kurva ekspor neto: kenaikan kurs dari e 1 ke e 2 mengurangi ekspor dari NX 1 ke NX 2. Bagian (b) menunjukkan perpotongan Keynesian: penurunan ekspor neto menggeser pengeluaran rencana ke bawah dan menunjukkan penurunan pendapatan dari Y 1 ke Y 2. Bagian (c) menunjukkan kurva IS yang meringkas hubungan antara kurs dan pendapatan. Semakin tinggi kurs maka semakin tinggi pendapatan. Pasar Uang dan Kurva LM Kurva LM bergantung pada pergerakan tingkat bunga dan pendapatan. Namun Mundell-Fleming memasukkan variabel tambahan berupa kurs yang merupakan cerminan dari aktivitas perdagangan. Kembali ke asumsi bahwa suku bunga domestik (r) sama dengan suku bunga dunia (r*), maka kurva LM yang dihasilkan akan vertikal. Derivasi kurva LM dapat dilihat pada Gambar 2.3 Suku bunga, r LM* r=r* Y (a) Kurva LM saat Ekonomi tertutup LM Y (b) Kurva LM saat Ekonomi terbuka Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.3 Derivasi Kurva LM

7 17 Bagian (a) menunjukkan kurva LM* standar saat perekonomian tertutup dan garis horisontal menunjukkan tingkat bunga dimana tingkat bunga domestik sama dengan tingka suku bunga dunia. Perpotongan kedua kurva ini menentukan tingkat pendapatan, tanpa memperhitungkan kurs. Karena itu, sebagaimana ditunjukkan gambar (b) kurva LM adalah vertikal untuk perekonomian terbuka kecil. Merakit Model IS-LM Gambar 2.4 menunjukkan hubungan antara kurva IS dan LM yang telah memperhitungkan aktivitas perdagangan. Ekuilibrium untuk perekonomian ditemukan dimana kurva IS dan kurva LM berpotongan. Perpotongan ini menunjukkan kurs serta tingkat pendapatan dimana pasar barang dan pasar uang berada dalam ekuilibrium. Dengan diagram ini, kita bisa menggunakan model Mundell-Fleming untuk menunjukkan bagaimana pendapatan agregat Y dan kurs e menanggapi perubahan kebijakan. Kurs, e LM IS Y, Pendapatan Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.4 Kurva IS-LM 2.3 Pengaruh Kebijakan Terhadap Model IS-LM Kebijakan yang diambil oleh sebuah pembuat keputusan tentunya memiliki pengaruh terhadap aktivitas ekonominya. Kebijakan suatu negara terbagi

8 18 menjadi tiga kebijakan yaitu kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan kebijakan perdagangan. Pada penelitian ini Indonesia diasumsikan sebagai negara yang menganut sistem tukar bebas (floating exchange rate). Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah untuk mengintervensi perekonomian negaranya. Instrumen yang bisa dipergunakan oleh pemerintah adalah G (pengeluaran pemerintah) dan T (pajak). Anggaplah pemerintah mendorong pengeluaran domestik dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah atau memotong pajak. Karena meningkatkan pengeluaran yang direncanakan, kebijakan fiskal akan menggeser kurva IS ke kanan, seperti terlihat pada Gambar 2.5, sebagaimana terlihat kurs berapresiasi sedangkan tingkat output tetap. e e 2 IS 2 e 1 IS 1 Gambar 2.5 Pergeseran Kurva IS Akibat Kebijakan Fiskal Y Tindakan ekspansi fiskal yang dilakukan pemerintah akan mengakibatkan kurva IS bergeser dari IS 1 ke IS 2. Pergeseran ini akan mengakibatkan peningkatan e namun Y tetap. Nilai Y tetap karena ketika e riil naik maka nilai ekspor akan turun. Peningkatan IS akibat peningkatan subsidi itu akan diimbangi dengan penurunan ekspor dengan porsi yang dianggap sama. Sehingga, Y tidak akan mengalami peningkatan. Jadi, kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah

9 19 dalam rezim kurs mengambang tidak akan efektif karena tidak meningkatkan Y atau GDP. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter yang biasanya dipegang oleh bank sentral. Di Indonesia kebijakan ini dipegang oleh bank Indonesia. Kebijakan yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan atau menurunkan jumlah uang beredar di masyarakat. Anggaplah bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat maka hal ini akan menggeser kurva LM ke kanan seperti pada Gambar 2.6 Kurs, e LM 1 LM 2 e 1 e 2 IS Y 1 Y 2 Y Gambar 2.6 Pergeseran Kurva LM Akibat Kebijakan Moneter Tindakan peningkatan jumlah uang beredar yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan menyebabkan peningkatan Y atau GDP Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan moneter memiliki kemampuan untuk mengubah tingkat pendapatan Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan moneter dianggap lebih ampuh bila dibandingkan dengan kebijakan fiskal Kebijakan Perdagangan Kebijakan perdagangan berkaitan dengan kebijakan mengatur jumlah ekspor dan impor suatu negara. Mari kita asumsikan bahwa pemerintah

10 20 meningkatkan hambatan perdagangan yang masuk ke negaranya. Sehingga nilai impor akan menurun dan ekspor neto akan meningkat. Peningkatan ekspor neto akan mengakibatkan kurva IS bergeser ke kanan dan kasusnya sama seperti kebijakan fiskal yang telah dibahas di atas. Kebijakan ekspansi perdagangan akan mengakibatkan peningkatan nilai kurs namun nilai Y tetap. 2.4 IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat Kurva permintaan agregat adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat harga dengan tingkat pendapatan nasional. Kurva ini akan menjelaskan tingkat harga akan mempengaruhi pendapatan suatu negara. Permintaan agregat memiliki bentuk miring ke bawah. Kurva permintaan agregat dapat diderivasi dari kurva IS-LM seperti pada Gambar 2.7. r LM 2 LM 1 (a) IS Y P (b) P 2 P 1 AD Y 2 Y 1 Y Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.7 Derivasi Kurva AD dari Kurva IS-LM

11 21 Untuk menjelaskan mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, kita telaah apa yang terjadi dalam model IS-LM ketika tingkat harga berubah. Hal ini dilakukan pada Gambar 2.6. Untuk setiap jumlah uang beredar M, tingkat harga P yang lebih tinggi akan mengakibatkan penurunan M/P. Penurunan M/P atau penawaran uang ini akan menggeser kurva LM ke atas, yang mendongkrak tingkat bunga ekuilibrium dan mengurangi tingkat pendapatan ekuilibrium, sebagaimana ditunjukkan oleh bagian (a). Di sini tingkat harga naik dari P 1 ke P 2 dan pendapatan turun dari Y 1 ke Y 2. Kurva permintaan agregat dalam bagian (b) menunjukkan hubungan negatif antara pendapatan nasional dan tingkat harga. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menunjukkan sekumpulan titik ekuilibrium yang muncul dalam model IS-LM ketika kita mengubah tingkat harga dan melihat apa yang terjadi pada pendapatan. 2.5 Teori Fluktuasi Ekonomi Menurut Mankiw (2007), keseimbangan perekonomian terbentuk pada saat perpotongan kurva permintaan agregat (aggregate demand, AD) dan kurva penawaran agregat (aggregate supply, AS). Dalam jangka panjang, perekonomian berada pada perpotongan kurva penawaran agregat jangka panjang dan kurva permintaan agregat. Karena harga-harga telah disesuaikan pada tingkat yang berlaku maka kurva penawaran agregat jangka pendek juga memotong titik keseimbangan tersebut. Keseimbangan yang dicapai pada jangka panjang akan tercapai pada tingkat output alamiah (full-employment). Kondisi full employment (Y*) dalam keseimbangan jangka panjang ditunjukan pada Gambar 2.8

12 22 Sementara itu, dalam jangka pendek keseimbangan pada kondisi full employment terkadang tidak dapat terpenuhi. Ketidakseimbangan dari kondisi full employment pada jangka pendek atau yang lebih dikenal dengan siklus bisnis terjadi karena adanya guncangan (shock) dalam perekonomian. Guncangan yang terjadi dapat disebabkan oleh guncangan pada sisi AD ataupun AS. Guncangan tersebut membuat kondisi full employement dapat tidak tercapai P LRAS AD P 1 SRAS Y * Y(OUTPUT) Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.8 Aggregat Demand-Aggregat Supply dalam Keseimbangan Jangka Panjang Guncangan pada sisi AD misalnya adalah: lonjakan investasi, lonjakan konsumsi, peningkatan dalam nilai tukar secara mendadak, dan pemotongan suku bunga yang tidak diprediksi (Mankiw, 2007). Suatu lonjakan pada sisi AD, misalnya: lonjakan investasi, akan menggeser kurva AD ke kanan. Pergesearan AD ke kanan menyebabkan tingkat output dan harga relatif meningkat (unexpected inflation). Lebih lanjut, dengan pergeseran AS ke kiri maka keseimbangan kembali pada tingkat alamiah dengan tingkat harga yang lebih tinggi (Gambar 2.9).

13 23 SRAS 1 (P e =P 3 ) P SRAS 2 (P e =P 1 ) P 3 P 2 P 1 AD 1 AD 2 Y* Y Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.9 Guncangan Pada Permintaan Agregat Sementara itu, guncangan pada sisi AS misalnya adalah peningkatan harga minyak secara mendadak dan penemuan teknologi baru. Guncangan akibat dari peningkat harga minyak akan menggeser AS ke kiri. Keseimbangan baru terbentuk pada tingkat output yang lebih rendah (stagnasi) dan harga yang lebih tinggi (inflasi). Dengan demikian guncangan kenaikan harga minyak tersebut menyebabkan terjadinya stagflasi. Guncangan pada AD dan AS akan mengakibatkan pergesran kurva AS maupu AD yang akan mengakibatkan perubahan pada tingkat produksi dan harga. Pada sub bab sselanjutnya akan kita lihat bagaimana harga minyak dunia mempengaruhi AD dan AS sebagai salah satu transmisi dalam menuju perubahan pertumbuhan ekonomi.

14 24 P LRAS SRAS 2 SRAS 1 P 2 P 1 AD Y* (output) Sumber : Mankiw (2007) Gambar 2.10 Guncangan Pada Penawaran Agregat 2.6 Makroekonomi Indonesia Pendapatan Nasional Makroekonomi Indonesia dapat dihitung dengan penghitungan pendapatan nasional pada waktu tertentu misalnya setahun. Penghitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan metode langsung maupun tidak langsung. Penghitungan langsung dapat dilakukan dengan menjumlahkan semua produksi di setiap perusahaan yang ada di negara tersebut. Sedangkan metode tidak langsung yaitu dengan cara penaksiran. Kita tidak perlu menanyakan pendapatan tiap orang, yang jumlahnya jutaan bahkan ratusan juta. Hal yang diperlukan hanyalah penaksiran pendapatan secara keseluruhan untuk setiap kelas-kelas masyarakat (Deliarnov, 1995).

15 25 Deliarnov (1995) mengatakan bahwa terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu dengan Pendekatan Produksi (Production Approach), Pendekatan Pendapatan (Income Approach) dan Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach).Pendekatan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah Pendekatan Pengeluaran. Pendekatan ini digunakan karena dianggap cocok dengan keadaan Indonesia yang penduduknya belum terbiasa dengan pembukuan. Pendekatan ini juga dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi masyarakat, sesuatu yang sangat penting bagi pemerintah dan perusahaan dalam mengambil keputusan. Selain itu, data- data yang diperlukan untuk menghitung pengeluaran lebih mudah untuk didapatkan dibandingkan dengan data tentang penerimaan. Pengukuran pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dapat menggunakan persamaan: PNB = C + I + G + (X M)...(2.1) Dimana: PNB = Produk Nasional Bruto C I G X = Konsumsi = Investasi = Pengeluaran Pemerintah = Ekspor yaitu: M = Impor Deliarnov (1995) membagi pengeluaran nasional menjadi empat bagian

16 26 a. Konsumsi (C) Konsumsi (consumption) adalah sejumlah barang atau jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok :barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. b. Investasi (I) Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk membeli barang-barang modal untuk mendirikan perusahaan baru atau memeperluas perusahaan yang ada. Termasuk disalamnya pengeluaran perusahaan untuk : (a) membeli bahan baku atau material, mesin-mesin, peralatan pabrik, serta semua barang modal lain yang digunakan dalam proses produksi; (b) membeli banguna kantor, pabrik, rumah pegawai, tanah, dan (c) perubahan nilai stok (inventory) c. Pengeluaran Pemerintah (G) Pengeluaran konsumsi pemerintah ( Government Consumption Expenditure, G) adalah seluruh pengeluaran pemerintah yang bersifat konsumsi, misalnya untuk membangun jalan dan jembatan, irigasi, listrik, air minum, dan taman-taman rekreasi d. Ekspor Bersih (X-M) Ekspor bersih adalah selisih antara nilai penjualan barang-barang dan jasa ke luar negeri (ekspor, X) dengan nilai barang-barang yang didatangkan dari luar negeri (impor, M) Inflasi Inflasi digunakkan pada penelitian ini untuk melihat bagaimana keadaan harga barang-barang yang memiliki bahan input produksi minyak mentah. Hal ini

17 27 penting untuk mengukur nilai uang yang ada di masyrakat. Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, dan harga adalah tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang atau jasa (Mankiw, 2007). Berdasarkan sebabnya, Friedmann membagi inflasi ke dalam 2 jenis, yaitu Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation adalah inflasi yang timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, dan di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), sehingga akibatnya, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, harga akan naik. Bila hal ini berlangsung terus menerus maka akan terjadi inflasi berkepanjangan. Sedangkan, Cost Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan turunya produksi karena naiknya biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini akan menyebabkan perusahaan akan menaikkan harga barangnya (Mishkin, 2004). Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjual belikan di pasar. Terutama barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Berdasarkan data harga tersebut maka disusunlah suatu angka yang di indeks. Angka indeks yang memperhitungkan masing-masing harganya disebut sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK atau Consumer Price Index =CPI). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu. Adapun rumus untuk menghitung inflasi adalah : Inflasi = IHK n IHK n 1 IHK n 1 100%...(2.2) Dimana : IHK n = Indeks Harga Konsumen pada periode n IHK n-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum n

18 Tingkat Suku Bunga Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati setiap hari karena memiliki dampak yang cukup luas pada kehidupan masyarakat. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu dalam menentukan mau diapakan uang yang mereka pegang. Keputusan untuk menghabiskan uang untuk konsumsi atau untuk ditabung atau ditanamkan pada investasi sangat dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku. Suku bunga juga mempengaruhi para pelaku ekonomi dalam bisnis apakah mereka akan membeli peralatan baru atau menyimpan uangnya di bank (Mishkin, 2004). Tingkat suku bunga dibedakan menjadi tingkat suku bunga riil dan nominal. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga yang berlaku ketika tidak ada anggapan perubahan harga. Sedangkan, tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga riil ditambah dengan penyesuaian tingkat harga. Irving Fisher merumuskan suatu persamaan yang menghubungkan tingkat suku bunga riil dan nominal, yaitu: Tingkat suku bunga nominal = tingkat suku bunga rill + inflasi... (2.3) i = r + П...(2.4) Konsep Nilai Tukar Nilai tukar merupakan salah satu variabel terpenting perekonomian terbuka disamping variabel ekonomi lainnya seperti suku bunga, harga, neraca transaksi berjalan (selisih nilai ekspor dengan impor), neraca pembayaran (balance of payment), serta variabel lainnya. Nilai tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga suatu negara terhadap mata uang negara lainnya.

19 Volatilitas Dalam studi finansial, volatilitas adalah kecepatan naik turunnya return investasi yang dilakukan. Investasi dapat berupa reksadana, saham, emas, obligasi dan instrumen lainnya. Semakin tinggi volatilitasnya maka kepastian return suatu investasi akan semakin rendah namun nilainya semakin besar, sedangkan bila nilai volatilitasnya rendah maka resikonya cenderung stabil namun returnnya rendah (Pratama, 2011). Penelitian ini akan meneiliti tingkat volatilitas dari harga minyak dunia akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Konsep volatilitas dalam penelitian ini diukur berdasarkan unsur standar deviasi atau varians. Atau dengan kata lain, definisi volatilitas berhubungan dengan bagaimana nilai-nilai data tersebut tersebar. Sebuah standar deviasi yang rendah menunjukkan bahwa nilai data-data cenderung sangat dekat dengan nilai rata-rata, sedangkan standar deviasi yang tinggi menunjukkan bahwa nilai data tersebar di berbagai macam nilai. 2.8 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh harga minyak terhadap perekonomian. Lescaraoux dan Mignon (2008) meneliti hubungan harga minyak dengan beberapa variabel makroekonomi. Sebanyak 36 negara menjadi objek penelitian mereka selama rentang waktu dengan menggunakan data tahunan. Negara-negara tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu negara anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries),

20 30 negara penghasil minyak dan negara pengimpor minyak. Metode VECM (Vector Error Correction Model) digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara harga minyak dengan GDP, CPI, household consumption, unemployment, dan share price. Mereka menemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang erat antara harga minyak dengan share price di negara-negara pengekspor minyak. Mereka juga menemukan bahwa GDP bergerak secara bersamaan dengan harga minyak dalam jangka waktu 12 tahun. Sementara di negara pengimpor minyak terdapat hubungan yang negatif antara harga minyak dengan share price dan memiliki hubungan positif dengan tingkat unemployment. Mehrara dan Sarem (2009) menggunakan model VECM untuk melihat bagaimana hubungan antara harga minyak dengan GDP di negara pengekspor minyak (Arab Saudi,Iran dan Indonesia). Data yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 1970 sampai Kesimpulan yang mereka peroleh adalah bahwa di Iran dan Arab Saudi harga minyak memiliki peran penting dalam menjelaskan fluktuasi output dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara, di Indonesia peran harga minyak sangat terbatas dalam mmenjelaskan perekonomian Indonesia. Mereka juga menyimpulkan bahwa terdapat peranan penting dari kebijakan politik dalam menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan efektivitas ekonomi. Hsies (2008) menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak 1 persen akan menurunkan GDP riil sebesar 0,042 persen di Korea Selatan. Sementara, Jimenez dan Shancez (2004) menggunakan metode VAR (Vector Auto Regression) untuk meneliti negara G-7. Mereka menemukan bahwa GDP riil negara pengimpor minyak menurun saat harga minyak meningkat.

21 31 Surjadi (2006) mengatakan bahwa harga minyak yang tinggi dapat menyebabkan kemunduran ekonomi di negara-negara pengimpor minyak dan ekonomi global secara keseluruhan. Pengalihan pendapatan dari pengimpor minyak ke pengekspor minyak tidak simetris karena daya serapnya yang berbeda. Kenaikan harga yang berlanjut juga akan menghambat pemulihan ekonomi global. Negara-negara pengimpor minyak yang tinggi intensitas minyaknya akan mengalami kesulitan yang lebih besar daripada negara2 yang lebih efisien menggunakan minyaknya. Penelitian tentang pengaruh harga minyak dan volatilitasnya terhadap perekonomian pernah diteliti oleh Ito (2010). Dia menggunakan data triwulanan untuk melihat hubungan harga minyak dan volatilitasnya dengan perekonomian Russia. Menggunakan metode VAR, dia menyimpulkan bahwa kenaikan harga minyak satu persen akan meningkatkan 0,46 persen GDP dan menurunkan 0,17 persen exchange rate. Dalam jangka pendek, (delapan kuarter) kenaikan harga minyak tidak hanya diakibatkan oleh GDP growth dan exchange rate, tapi juga karena peningkatan inflasi. Ito juga menyimpulkan ada keterkaitan yang erat antara volatilitas harga dengan perekonomian Rusia. Guo dan Kliesen (2005) juga melakukan penelitian dampak dari volatilitas harga minyak dunia terhadap perekonomian Amerika Serikat. Pada periode , volatilitas harga minyak dunia memiliki efek yang signifikan terhadap investasi, konsumsi, tingkat tenaga kerja dan tingkat pengangguran yang terjadi di Amerika Serikat. Kenaikan harga minyak yang rendah memiliki dampak yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan ketidakpastian harga minyak (volatilitas) harga minyak dunia. Mereka juga menemukan bahwa volatilitas harga

22 32 minyak dunia lebih dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian, seperti ancaman teroris, dibandingkan dengan keadaan perekonomian Amerika Serikat. Penelitian Gozali (2010), menggunakan data kuartalan dari 1990 sampai 2008, menunjukkan bahwa harga minyak secara signifikan mempengaruhi konsumsi pemerintah dan investasi yang terjadi di Indonesia. Penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh yang kuat dari volatilitas harga minyak terhadap perekonomian Indonesia. Dia juga menyimpulkan bahwa harga minyak dan volatilitasnya memiliki hubungan yang saling memperkuat dalam mempengaruhi perekonomian Indonesia. 2.9 Kerangka Pemikiran Harga minyak dunia dan voaltilitasnya memiliki pengaruh terhadap beberapa variabel makroekonomi. Pengaruh keduanya memiliki transmisi yang berbeda dalam perekonomian. Pengaruh ini akan coba dilihat dengan metode VAR/VECM. Variabel yang memiliki dampak dari perubahan harga minyak dan volatilitasnya sebaiknya secara cermat dapat diperhatikan agar mempermudah mengambil implikasi kebijakan. Dengan mengetahui variabel mana yang sangat dipengaruhi oleh harga minyak, maka kebijakan antisipatif dapat dilakukan. Pengaruh harga minyak akan coba dilihat terhadap variabel makroekonomi seperti GDP, inflasi, suku bunga modal kerja dan nilai tukar. Untuk memperkaya penelitian maka peneliti akan melihat bagaimana pengaruh guncangan harga minyak dan volatilitasnya terhadap variabel penyusun GDP dari sisi pengeluaran. Variabel tersebut adalahh private concumption (PCON), government consumption (GCON), investasi, ekspor dan impor.

23 33 Minyak Dunia Harga Volatilitas SBMK RER Inflasi GDP PCON GCON Inves tasi Ekspor Impor Kestabilan Ekonomi Implemen tasi Kebijakan Gambar 2.11 Kerangka Pemikiran

ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VOLATILITASNYA TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VOLATILITASNYA TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA ANALISIS PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA DAN VOLATILITASNYA TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA OLEH DHANY SAPUTRA BANGUN H14080039 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal Nilai tukar suatu negara menunjukkan harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain(mishkin, 2009:107). Dalam

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT L Suparto LM,. M.Si Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebalikya bergantung pada suplai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan IS-LM) Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM) Model IS-LM Model IS-LM adalah interpretasi terkemuka dari teori Keynes. Tujuan dari model ini adalah untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Inflasi Pada tahun awal Perang Dunia II Lerner mengutarakan definisi inflasi. Menurut Lerner, inflasi adalah keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT ISSN : 2302 1590 E-ISSN : 2460 190X ECONOMICA Journal of Economic and Economic Education Vol.5 No.2 (151-157 ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AGREGAT DI SUMATERA BARAT Oleh Nilmadesri

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Inflasi Definisi Inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan meningkatnya tingkat harga secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Inflasi Definisi Inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan meningkatnya tingkat harga secara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Inflasi 2.1.1 Definisi Inflasi Inflasi merupakan kecenderungan meningkatnya tingkat harga secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya 1. Mikroekonomi vs Makroekonomi Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih

Lebih terperinci

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT Permintaan agregat adalah permintaan keseluruhan total atau permintaan seluruh lapisan masyarakat. Permintaan agregat terbentuk : 1. Dibentuk oleh pasar

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Permintaan Agregat (Aggregate Demand) Menurut Krugman dan Obstfeld (2005:166) permintaan agregat (aggregate demand,ad) adalah keseluruhan barang dan jasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P INFLASI Minggu 15 Pendahuluan Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan salah satu fenomena yang penting dan sering dijumpai di semua Negara. Menurut Boediono (1982), inflasi merupakan kecenderungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan; INFLASI Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Inflasi secara umum terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

BAB I PENDAHULUAN. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kelompok negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang memiliki sebagian besar cadangan minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil kebijakan untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena apabila salah langkah,

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Agregat. Copyright 2004 South-Western

Permintaan dan Penawaran Agregat. Copyright 2004 South-Western Permintaan dan Penawaran Agregat 33 Fluktuasi Ekonomi Jangka Pendek Kegiatan ekonomi berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dalam beberapa tahun sebagian besar produksi barang dan jasa naik. Rata-rata selama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Analisis Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis kegiatan suatu

Lebih terperinci

Permintaan Agregat & Penawaran Agregat

Permintaan Agregat & Penawaran Agregat Permintaan Agregat & Penawaran Agregat Permintaan Agregat Permintaan Agregat adalah, jumlah dari keseluruhan barang dan jasa yang diminta oleh seluruh pelaku ekonomi pada berbagai tingkat harga. Permintaan

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian tidak selamanya dapat terus menerus berkembang dengan baik, ada kalannya mengalami pertumbuhan bahkan terkadang mengalami penurunan yang sangat drastis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan

Lebih terperinci

Kebijakan Moneter dan Fiskal

Kebijakan Moneter dan Fiskal Kebijakan Moneter dan Fiskal A lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP Referensi Bank Indonesia, 2013. Tinjauan Kebijakan Moneter.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM

BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM BAB 10 Permintaan Agregat 1: Membangun Model IS-LM Tutoriasl PowerPoint Untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6. N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian Chapter Ten 1 Depresi Besar (Great Depression)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI

PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI PENGANTAR ILMU EKONOMI MAKRO BAB 1 RUANG LINGKUP ANALISIS MAKROEKONOMI Teori Ekonomi Isu isu utama 1. Mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya Mikro Ekonomi 2. Mencapai kepuasan yang maksimum

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : TEORI EKONOMI 2 / IT-022255 SKS : 2 Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

MODEL IS DARI PASAR BARANG DAN MODEL LM DARI PASAR UANG. Chapter Ten 1

MODEL IS DARI PASAR BARANG DAN MODEL LM DARI PASAR UANG. Chapter Ten 1 MODEL IS DARI PASAR BARANG DAN MODEL LM DARI PASAR UANG. Chapter Ten 1 Model Keynes diartikan berbeda-beda oleh banyak orang. Hal yang berguna untuk memikirkan model Keynes buku teks dasar sebagai perincian

Lebih terperinci

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Modul 1 Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Arief Ramayandi, S.E., MecDev., Ph.D. Ari Tjahjawandita, S.E., M.Si. M PENDAHULUAN odul ini akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang 1. a-c a. apa saja berbedaan dari kedua teori tersebut? INDIKATOR Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang Subtitusi Rumus (persamaan saldo uang riil) / Kesimpulan penting MILTON FRIEDMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA

SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA SEBUAH TEORI MAKROEKONOMI PEREKONOMIAN TERBUKA Adalah perekonomian yang berinteraksi secara terbuka dengan perekonomian-perekonomian lainnya di seluruh dunia. Variabel yang terkait dalam perekonomian:

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM EKONOMI MAKRO Ekonomi Tertutup : Ekonomi yang tidak berinteraksi dengan ekonomi lain di dunia Ekonomi Terbuka : Ekonomi yang berinteraksi secara bebas dengan ekonomi lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi internasional pada saat ini semakin berkembang pesat sehingga setiap negara di dunia mempunyai hubungan yang kuat dan transparan. Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar sangat mempengaruhi keadaan perekonomian di suatu negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu periode tertentu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. minyak bumi. Berdasarkan undang-undang no.8 tahun 1971, pertamina

TINJAUAN PUSTAKA. minyak bumi. Berdasarkan undang-undang no.8 tahun 1971, pertamina II. TINJAUAN PUSTAKA A. BBM (Bahan Bakar Minyak) Bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi. Berdasarkan undang-undang no.8 tahun 1971, pertamina sebagai satu-satunya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA YUSNIA RISANTI Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam ilmu ekonomi, inflasi dimaksudkan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus (kontinyu) atau proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan ekonomi merupakan bagian penting dalam mencapai pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, tanpa adanya kebijakan ekonomi maka segala tujuan kegiatan perekonomian

Lebih terperinci