TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Sumber : Dokumentasi Penelitian (2010)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Sumber : Dokumentasi Penelitian (2010)"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) Tanaman jarak merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase yang baik dan tidak tergenang air. Tanaman jarak tumbuh optimal pada suhu sekitar C, dengan ketinggian m di atas permukaan laut serta curah hujan antara 300 mm 1200 mm (Hariyadi, 2005). Tanaman jarak pagar dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Sumber : Dokumentasi Penelitian (2010) Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet, berasal dari Amerika Tengah sekitar 70 tahun yang lalu. Klasifikasi jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) adalah : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super divisi Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosidae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Jatropha : Jatropha curcas Tanaman jarak pagar dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 8 m, dengan biji sebagai produk utamanya mengandung 55-60% minyak (Becker dan Makkar, 2000). 3

2 Pohonnya berupa perdu, bercabang tidak teratur, batangnya berkayu silin, bila terluka mengeluarkan getah. Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan bagian atas). Panjang tangkai daun antara 4-15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu, bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang yang masingmasing ruang diisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman, biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen 30-40% (Irfan, 2006). Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP) Pengepresan biji jarak pagar untuk mengeluarkan minyak menghasilkan limbah berupa kulit buah dan bungkil (yang tercampur dengan kulit biji). Proporsi kulit buah sekitar 29-32% dari seluruh buah, sehingga sisa biji beserta kulit/ cangkangnya kira-kira 70%. Cangkang sekitar 36,5-44,9% dan inti biji (kernel) 58,0-65,7% dari biji. Kulit buah dan bungkil biji dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah. Kulit buah dapat diproses menjadi kompos, sedangkan bungkil biji untuk pupuk dan briket. Ekstrak biji jarak dengan campuran pelarut organik dan air atau minyak jarak dapat digunakan sebagai insektisida pada tanaman kapas, jagung, dan kentang (Wina, 2008). Bungkil biji jarak pagar berpotensi sebagai bahan pakan karena kandungan proteinnya yang tinggi yaitu 56-68% (Becker dan Makkar, 1998). Menurut Francis et al. (2006) kandungan protein kasar bungkil biji jarak tanpa kulit varietas beracun (Cave Verde) adalah 56,4%, sedangkan pada varietas tidak beracun (Mexico) sebanyak 63,8%. Menurut Tjakradidjaja et al. (2007), bungkil biji jarak tanpa cangkang memiliki kandungan protein kasar sebesar 37,56% dan bungkil biji jarak dengan cangkang kandungan protein kasarnya sebesar 24,28%. Komposisi nutrien bungkil biji jarak pagar disajikan pada Tabel. 1. 4

3 Tabel 1. Komposisi Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP) Kandungan Nutrien BBJP tanpa Cangkang 1) BBJP dengan Cangkang 1) BBJP dengan Cangkang 2) Bahan Kering (%) 86,26 89,71 84,99 Komposisi bahan kering Abu (% BK) 7,71 5,20 5,63 Protein Kasar (% BK) 37,56 24,28 24,71 Lemak Kasar (% BK) 35,02 15,99 5,80 Serat Kasar (% BK) 7,23 38,49 32,58 Beta- N (% BK) 12,47 16,06 16,27 Fraksi serat NDF (% BK) 16,30 57,64 - Hemiselulosa (% BK) 0,72 10,45 - ADF (% BK) 15,86 46,78 - Selulosa (% BK) 11,31 19,22 - Lignin (% BK) 4,51 23,98 - Silika (% BK) 0,01 3,51 - Sumber : 1) Tjakradidjaja et al. (2007), 2) Sumiati et al. (2010) Komposisi nutrien BBJP cukup baik terutama kandungan protein kasar. BBJP mengandung asam amino esensial dan mineral yang dibutuhkan untuk ternak, salah satunya ternak monogastrik. Penggunaan BBJP sebagai bahan pakan ternak monogastrik dibatasi oleh adanya zat antinutrisi dan racun, sehingga perlu diolah terlebih dahulu dengan cara kombinasi perlakuan fisik dan biokimia untuk mengurangi antinutrisi dan racun yang terkandung dalam BBJP tersebut (Annongu et al., 2010). Selain kandungan racun dan antinutrisi, kandungan fraksi serat yang tinggi juga dapat menjadi faktor pembatas dalam ransum ternak. Pengupasan cangkang dari biji jarak pagar tidak dilakukan dalam proses ekstraksi minyak jarak karena pemisahan cangkang dari biji jarak membutuhkan tenaga dan biaya ekstra yang relatif besar. Kandungan asam amino dalam bungkil biji jarak disajikan pada Tabel 2. Kandungan mineral biji jarak pagar disajikan pada Tabel 3. 5

4 Tabel 2. Komposisi Asam Amino pada Bungkil Biji Jarak Pagar Asam Amino g/16 g N Asam amino essensial Sistin 1,34 Metionin 1,66 Valin 5,18 Isoleusin 4,47 Leusin 7,08 Tirosin 3,2 Penilalanin 5,42 Histidin 3,51 Lisin 3,00 Treonin 3,56 Triptopan 1,23 Asam amino non-essensial Asam aspartic 12,50 Prolin 5,45 Serin 5,23 Glisin 5,10 Alanin 5,47 Sumber : Makkar et al. (2008) Tabel 3. Kandungan Mineral Biji Jarak Pagar Mineral Biji Utuh Inti Biji Jarak Cangkang Konsentrasi (mg/kg) Mikro Mn 28,37 ± 0,03 0,79 ± 0,03 12,91 ± 3,03 Fe 0,38 ± 0,01 0,44 ± 0,01 7,31 ± 0,03 Zn 47,13 ± 0,03 42,13 ± 0,02 1,07 ± 0,01 Makro K 103,13 ± 0,03 109,52 ± 4,42 34,24 ± 1,90 Ca 34,21 ± 4,47 51,41 ± 3,49 28,01 ± 0,52 Na 8,44 ± 3,00 8,83 ± 2,01 18,22 ± 3,95 Mg 109,89 ± 0,03 102,29 ± 0,03 5,04 ± 0,03 P 185,17 ± 2,21 165,33 ± 1,00 2,59 ± 3,03 Sumber : Abou-Arab dan Abu-Salem (2010) 6

5 Racun dan Antinutrisi pada Bungkil Biji Jarak Pengeluaran minyak dengan mesin pengepres menyisakan 16% minyak dan kadar protein bungkil sekitar 35%. Dengan demikian, bungkil biji jarak sangat potensial sebagai pengganti bungkil kedelai. Namun, bungkil biji jarak mengandung senyawa antinutrisi dan racun yang merugikan ternak bila digunakan sebagai pakan (Wina, 2008). Herrera et al. (2006) menyatakan bahwa, antinutrisi yang terkandung dalam bungkil biji jarak pagar berupa lektin, trypsin inhibitor, saponin, dan asam fitat. Racun utama bungkil biji jarak pagar adalah phorbolester (Becker dan Makkar, 1998). Senyawa phorbolester dapat mematikan ternak. Oleh karena itu, upaya pertama dalam meningkatkan nilai tambah bungkil biji jarak adalah dengan menghilangkan (detoksifikasi) senyawa phorbolester, baik secara fisik, kimiawi, kombinasi fisik dan kimiawi maupun secara biologis. Detoksifikasi senyawa phorbolester juga mengurangi zat antinutrisi lainnya (Wina, 2008). Senyawa racun dan antinutrisi yang terdapat dalam BBJP dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Racun dan Zat Antinutrisi dalam Jatropha curcas Komponen Varietas Varietas tidak beracun beracun Phorbolester (mg/g kernel) 2,79 0,11 Total phenol (% ekuivalen asam tannin) 0,36 0,22 Tannin (% ekuivalen asam tannin) 0,04 0,02 Phytat (% BK) 9,4 8,9 Saponin (% ekuivalen diosgenin) 2,6 3,4 Trypsin inhibitor (mg tripsin yang dihambat per g sampel) Lektin (1/mg bungkil yang memproduksi haemaglutinasi per ml medium) Sumber : Francis et al. (2006) 21,3 26, Phorbolester Phorbolester merupakan komponen toksik dalam Jatropha curcas yang bisa diperoleh dengan ekstraksi menggunakan pelarut metanol (Rug et al., 2006). Bentuk phorbolester menyerupai diacylglycerol, turunan gliserol yang diperoleh dari dua kelompok hidroksil yang telah bereaksi dengan asam lemak membentuk ester dan 7

6 bersifat karsinogenik. Bentuk ester phorbol yang paling terkenal yaitu phrobolester disebut juga 12-O tetradecanoylphorbol-13-acetate (TPA). Phrobolester diidentifikasi sebagai toksik utama pada biji jarak (Becker dan Makkar, 1998). Struktur kimia phorbolester dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur Kimia Phorbolester Sumber : Goel et al. (2007) Phorbolester merupakan analog dari dyacylglycerol (DAG) dan merupakan pemacu tumor yang menyebabkan berbagai perubahan fisiologis ketika berada dalam sel dan jaringan (UniProt, 2007). Hal ini mengakibatkan perubahan aktivitas PKC pada proses-proses seperti fosfolipid, sintesis protein, aktivitas enzim, sintetis DNA, posporilasi protein, diferensiasi sel, dan ekspresi gen. Phorbolester juga mempunyai sifat karsinogen, pencahar, dan mengakibatkan iritasi kulit, mabuk, muntah serta diare yang dapat menyebabkan kematian pada tikus, ayam dan domba (Goel et al., 2007). Curcin Curcin atau lectin adalah phitotoxin atau toxalbuin yang memiliki molekul protein besar, kompleks dan sangat beracun, menyerupai stuktur dan fisiologis racun bakteri serta dapat bertindak sebagai pencahar. Lin et al. (2003) mengatakan bahwa curcin dapat berfungsi sebagai pengikat dari glycoprotein (biomolekul yang merupakan gabungan dari protein dan karbohidrat) pada permukan sel. Mekanisme curcin berhubungan dengan aktivitas N-glycosidase yang kemudian dapat mempengaruhi metabolisme. N-glycosidase merupakan enzim glycosidase yang berfungsi sebagai pengatur kenormalan sel, antibakteri, dan mendegradasi selulosa dan hemiselulosa. Selain itu curcin bersifat inhibitor yang kuat terhadap sintesa protein. Stuktur kimia curcin dapat dilihat pada Gambar 3. 8

7 Gambar 3. Struktur Kimia Curcin Sumber : www. Giftpflanzen.com/Jatropha curcas/html Curcin (lektin) menyebabkan reaksi lokal pada saluran pencernaan yaitu 1) mempengaruhi pergantian dan kehilangan sel epithel usus. 2) menghambat pencernaan dan penyerapan 3) kerusakan pada epitel membran lumen dan 4) merubah status imunologi pada saluran pencernaan. Secara sistematis lektin mengganggu metabolisme lemak, karbohidrat, protein, dan meningkatkan atau mengecilkan ukuran dari saluran pencernaan serta merubah status hormonal dan imunologi (Vasconcelos dan Oliveira, 2004). Curcin pada jarak pagar tidak terlihat sebagai toksisitas jangka pendek (Makkar dan Becker, 1997; Becker dan Makkar, 1998), tetapi efek toksik akan meningkat jika bergabung dengan toksin lain seperti phorbolester (Makkar dan Becker, 1997). Teknologi Detoksifikasi Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengurangi kandungan lectin dan phorbolester yang terdapat dalam BBJP, agar penggunaan BBJP lebih dapat ditolerir oleh hewan. Detoksifikasi senyawa antinutrisi dan racun pada BBJP dapat dilakukan secara kimiawi, fisik dan biologis. Detoksifikasi secara kimiawi dapat menggunakan pelarut organik seperti heksan dan metanol atau pelarut anorganik natrium hidroksida atau hipoklorit. Secara fisik yaitu dengan pemanasan, salah satunya dengan menggunakan autoklaf (Wina, 2008). Aregheore et al. (2003) dan Herrera et al. (2006) melaporkan bahwa lectin dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 121 C selama 25 menit atau 160ºC, pemanasan basah pada suhu 100ºC selama 60 menit dengan kadar air 67% atau pada suhu 130 C selama 30 menit dengan kadar air 80% dan penggunaan berbagai pelarut organik yang dikombinasikan dengan pencucian. Detoksifikasi secara biologis dapat melalui fermentasi, meskipun masih sangat terbatas. Pada proses fermentasi, mikroba 9

8 akan memecah senyawa-senyawa kompleks seperti racun dan antinutrisi (Wina, 2008). Belewu dan Sam (2010) melakukan detoksifikasi bungkil biji jarak menggunakan kapang Aspergillus niger, Penicillium chrysogenum, Rhizopus oligosporus, Rhizopus nigricans dan Trichoderma longibrachitum. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bungkil biji jarak pagar yang difermentasi dengan Aspergillus niger lebih efektif menurunkan kandungan lektin/curcin dan phorbolester dibandingkan penggunaan kapang lainnya. Namun penggunaan kapang Rhizopus oligosporus juga terbukti dapat menurunkan kandungan lektin/curcin dan phorbolester pada bungkil biji jarak pagar. Hasil penelitian Sumiati dan Sudarman (2006) menunjukkan bahwa pemberian BBJP yang difermentasi dengan Rhizopus oligosporus pada ayam broiler menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian BBJP tanpa diolah. Kandungan antinutrisi BBJP tanpa diolah dan BBJP yang difermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus dan Aspergillus niger disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Antinutrisi dan Racun BBJP Tanpa Diolah dan BBJP yang Difermentasi Menggunakan Rhizopus oligosporus dan Aspergillus niger Anti-nutrisi Kontrol R.oligosporus A.niger Anti Tripsin (%) 20,51 8,15 6,50 Lektin (%) 34,36 14,75 7,58 Saponin (%) 2,47 0,33 0,13 Fitat (%) 9,10 4,18 2,70 Phorbolester (%) 0,013 0,012 0,003 Keterangan : BBJP = Bungkil Biji Jarak Pagar Sumber : Belewu dan Sam (2010) Detoksifikasi secara fisik, kimiawi, dan biologis tersebut dapat menurunkan kadar racun dan antinutrisi sebagaimana yang telah dilaporkan oleh Nurhikmawati (2007) bahwa terjadi penurunan kandungan curcin dari 0,09% menjadi 0,03% pada perlakuan fisik (pemanasan suhu 121 C selama 30 menit), 0,02% pada perlakuan kimia (penambahan 4% NaOH) dan 0,07% pada perlakuan biologis (fermentasi dengan Rhizopus oligosporus). 10

9 Rhizopus oligosporus (Jamur Tempe) Rhizopus oligosporus atau jamur tempe merupakan salah satu divisi dari zygomycotina dengan ciri-ciri tubuh multi seluler dan habitat umumnya di darat sebagai saprofit, hifa tidak bersekat, reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan konyugasi hifa (+) dengan hifa (-) akan menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru (Suwandi, 2005). Rhizopus oligosporus dapat menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks, menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna. Jamur ini mempunyai karakteristik yang unik yaitu dapat tumbuh dengan cepat pada suhu 30 C sampai 37 C, dan suhu optimum yaitu 37 C. Jamur Rhizopus oligosporus mempunyai aktivitas lipolitik yang tinggi dan dapat menghasilkan enzim amilase setelah 48 jam fermentasi, akan tetapi aktivitas terhadap penguraian amilum sangat rendah (Sofyan, 2003). Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim fitase yang merupakan salah satu enzim yang dapat menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan orthofosfat. Enzim fitase merupakan salah satu enzim yang dapat membebaskan fosfor anorganik dan suatu senyawa fosfat. Asam fitat merupakan zat anti gizi, menunjukkan sifat rakhitogenik yaitu sifat membentuk garam yang tidak larut bila berikatan dengan kalsium atau mineral lain, sehingga mineral-mineral tersebut tidak dapat diserap oleh dinding usus (Sofyan, 2003). Enzim Fitase Akhir-akhir ini enzim banyak digunakan pada makanan ternak. Enzim umumnya mengkatalis suatu reaksi kimia yang mengarah pada penguraian suatu bahan makanan pada saluran pencernaan. Nama dari suatu enzim biasanya terdiri atas nama substrat yang dipengaruhi kemudian ditambah dengan akhiran ase, misalnya fitase adalah enzim yang memecah ikatan fitat. Fitase (mio-inositol heksakisfosfat fosfohidrolase, E. C ) merupakan suatu fosformonoesterase yang mampu menghidrolisis asam fitat menjadi ortofosfat anorganik dan ester-ester fosfat dari mio inositol yang lebih rendah. Enzim ini dapat merusak struktur dari asam fitat sehingga mineral seperti P, Mg, Mn, Fe, Zn, Ca, dan protein terlepas dari asam fitat ini (Baruah et al., 2004). Efektifitas enzim fitase sama seperti efektifitas enzim pada umumnya. Ada tiga hal yang dapat mempengaruhi efektifitas enzim fitase yaitu suhu, ph dan jangka 11

10 waktu (Wilson dan Walker, 2000). Tempat utama aktivitas fitase dalam saluran pencernaan adalah tembolok (crop) dan proventrikulus. Enzim fitase ini mempunyai kisaran suhu untuk melakukan aktifitasnya yaitu dari suhu 37 C sampai 55 C dan diatas suhu 55 C enzim fitase ini tidak aktif (Wyss et al., 1998). Karakteristik enzim fitase akan mempengaruhi dalam proses pembuatan pakan jika pada proses pembuatan pakan tersebut mengalami proses pemanasan yang melebihi suhu optimal bagi aktifitas optimum enzim fitase ini maka kerja dari enzim ini akan terhambat sehingga proses pelepasan asam fitat dari bahan makanan akan terhambat. Suplementasi enzim fitase ke dalam ransum secara nyata dapat meningkatkan kecernaan bahan kering, lemak kasar, P, Zn, Mg, dan Cu, serta dapat meningkatkan retensi nitrogen, mineral Ca, P, Mg, dan Zn (Lim et al., 2003). Menurut penelitian Ravindran et al. (2001), suplementasi fitase pada ayam broiler pada masa pertumbuhan dapat meningkatkan kecernaan protein kasar dan lisin. Pada taraf pemberian 500 unit fitase/kg ransum meningkatkan kecernaan protein kasar menjadi 81,2% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 78,1%. Penggunaan enzim fitase meningkatkan kandungan AME (Apparent Metabolizable Energy) dari 3134,4 kkal/kg pada kelompok kontrol menjadi 3204 kkal/kg pada suplementasi fitase sebesar 500 unit/kg ransum. Perbaikan optimal terjadi pada tingkat suplementasi fitase sebesar 750 unit/kg ransum yaitu mencapai 3242,4 kkal/kg. Suplementasi enzim fitase sebesar 300 unit/kg ransum ayam petelur dapat meningkatkan produksi telur, menurunkan rataan telur yang pecah serta meningkatkan ketersediaan P (Lim et al., 2003). Enzim Selulase Selulase merupakan suatu kompleks multi enzim yang bekerja bersama-sama menghidrolisis selulosa menjadi glukosa (Kim, 1995). Kompleks selulase terdiri dari enzim selobiohidrolase, endoglukanase dan ß-glukosidase yang dapat memutus ikatan ß-1,4 pada struktur selulosa. Pemutusan ikatan ini akan menghasilkan oligosakarida turunan selulosa, untuk akhirnya diubah menjadi monomer glukosa (Deacon, 1997). Enzim selulase bermanfaat membantu ternak terutama monogastrik dalam mencerna serat kasar pakan. 12

11 Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara dan diseleksi untuk produksi telur. ISA-brown merupakan ayam petelur bangsa galur murni hasil seleksi lebih dari 36 tahun oleh tim genetic Hubbard ISA yang mempunyai kerabang telur coklat. ISAbrown dapat beradaptasi dalam berbagai kondisi pemeliharaan, seperti dalam cage, floor, atau sistem range. ISA-brown komersial mempunyai daya hidup 98% sampai umur 18 minggu dan 93% sampai masa produksi 76 minggu. Ayam tersebut mulai produksi telur pada umur 18 minggu, mencapai 50% hen-day pada umur 20 minggu dan mencapai puncak pada umur 26 minggu. Puncak produksi mencapai 95% henday. Rata-rata bobot telur mencapai 62,7 g/butir pada umur 76 minggu. Ayam petelur strain ISA-brown memiliki periode bertelur antara minggu, liveability (daya hidup) sebesar 93,2%, puncak produksi sebesar 95% pada umur 26 minggu. Ratarata bobot telur ayam strain ISA-brown sebesar 63,19 g (Hendrix-genetic, 2006). Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak yang akan digunakan untuk memenuhi energi dan zat nutrisi yang lain. Ayam mengkonsumsi ransum adalah untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Konsumsi ransum ayam petelur dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah suhu lingkungan, bangsa, umur, jenis kelamin, imbangan zat-zat nutrisi dalam ransum, kecepatan pertumbuhan, tingkat produksi, bobot badan, palatabilitas dan tingkat energi metabolis ransum (Wahju, 2004). Kandungan serat kasar (SK) dari bahan baku pakan mampu mempengaruhi tingkat konsumsi pakan pada ayam petelur. Semakin tinggi kandungan serat kasar maka konsumsi pakan semakin rendah, hal ini disebabkan serat kasar banyak mengandung selulosa yaitu bagian kerangka tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh unggas, karena unggas tidak mempunyai enzim selulase dalam saluran pencernaan. Apabila kebutuhan energi terpenuhi, ayam menghentikan konsumsi pakan. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat bila kebutuhan energi belum terpenuhi. Pakan dengan energi tinggi dikonsumsi lebih sedikit dibandingkan pakan dengan kandungan energi rendah (Suprijatna et al., 2005). Menurut Amrullah (2003) konsumsi ransum selama masa produksi dialokasikan untuk memenuhi beberapa macam kebutuhan seperti kebutuhan hidup 13

12 pokok yang besarnya tergantung pada bobot tubuh dan suhu lingkungan serta aktifitas ayam, pertumbuhan, produksi bulu dan produksi telur. Konsumsi ransum ayam petelur coklat adalah 110 gram/ekor/hari dengan kandungan protein 16,5% dan energi metabolis 2900 kkal/kg (NRC,1994). Berdasarkan standar ISA-A Hendrix Genetic Company (2006), ayam petelur strain Hisex Brown berumur minggu, konsumsi ransumnya berkisar gram/ekor/hari. Produksi Telur Hen day Produksi telur harian adalah suatu produksi telur dalam suatu kelompok ayam petelur yang didasarkan atas persentase produksi telur dengan jumlah ayam petelur selama pencatatan. Menurut Leeson dan Summer (2001), produksi telur dipengaruhi oleh kandungan protein dan fosfor dalam ransum. Kandungan protein dalam ransum yang lebih tinggi akan menghasilkan produksi telur yang lebih tinggi pula, karena kandungan asam amino yang terdapat pada ransum tersebut lebih lengkap. Kandungan protein ransum yang direkomendasikan Leeson dan Summer (2001) untuk ayam petelur umur minggu adalah 19% dengan kandungan EM sebesar 2900 kkal/kg. Protein pakan yang dikonsumsi akan dipecah menjadi asam amino dan diserap oleh tubuh untuk disusun menjadi protein jaringan dan telur. Sebagian asam amino lain tidak dapat disintesis sehingga harus tersedia dalam pakan. Asam amino yang dapat disintesis di dalam tubuh disebut asam amino non esensial, sedangkan yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh disebut asam amino esensial yang berfungsi untuk sintesis protein jaringan tubuh dan telur. Defisiensi asam amino esensial mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan tingkat produksi telur yang rendah. Oleh karena itu, dalam penyusunan pakan, kandungan protein dan asam amino esensial harus cukup. Meskipun protein pakan sesuai kebutuhan, tetapi defisiensi asam amino esensial berdampak pada efisiensi penggunaan protein untuk pembentukan jaringan tubuh atau produksi telur menurun (Suprijatna et al., 2005). Produksi telur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah pakan yang berkualitas yang mempunyai gizi yang cukup seimbang untuk kebutuhan ayam petelur periode produksi baik imbangan energi, protein, vitamin, mineral (Ca dan P), dan asam amino essensial. Selain itu kondisi kesehatan unggas dan tingkat stress pada ayam juga berpengaruh pada hasil produksi. Apabila ayam 14

13 pada kondisi sakit atau mendapat cekaman stress akan menyebabkan produksi telur menurun (Sultoni et al., 2006). Konversi Pakan Feed Convertion Ratio (FCR) atau yang biasa disebut dengan konversi pakan merupakan rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi (feed intake) dengan produksi telur yang dihasilkan dalam periode dan satuan yang sama. Fungsi dari perhitungan konversi pakan adalah untuk mengevaluasi kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan dan selanjutnya dikonversikan menjadi produksi dalam 1 kg telur (Sultoni et al., 2006). Konversi pakan pada ayam petelur merupakan kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan pakan untuk produksi. Konversi terhadap penggunaan pakan dianggap cukup bagus apabila setiap 2,2 sampai 2,5 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg telur. Angka konversi tinggi menunjukkan penggunaan ransum kurang efisien, sebaliknya jika angka mendekati satu berarti penggunaan pakan semakin efisien (Rasyaf, 2001). Menurut Siregar (2003), konversi ransum pada ayam petelur selama 12 minggu produksi yang diberi ransum mash dengan kandungan protein kasar 15% dan 18%, serta energi metabolis kkal/kg yaitu sebesar 2,72 dan 2,33. 15

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kisaran rataan temperatur kandang hasil pengukuran di lokasi selama penelitian adalah pada pagi hari 26 C, siang hari 32 C, dan sore hari 30 C dengan rataan kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Tanaman ini berupa tanaman perdu dengan tinggi 1-7 m, bercabang tidak teratur.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Kandungan nutrien bungkil biji jarak pagar (disertai kulit) sebelum dan sesudah mengalami pengolahan secara biologis (fermentasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya Ayam kampung atau disebut pula ayam lokal merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak unggas lokal Indonesia yang berpotensi besar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Jatropha curcas L. (Biotechcitylucknow, 2007)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Jatropha curcas L. (Biotechcitylucknow, 2007) TINJAUAN PUSTAKA Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Jarak pagar (Jatropha curcas L) telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 1942-an. Beberapa nama daerah (nama lokal) yang diberikan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, karena sifat proses produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan utama yang dialami oleh peternak. Hal tersebut dikarenakan harga pakan yang cukup mahal yang disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Mojosari Itik Mojosari merupakan salah satu jenis itik lokal yang cukup populer di Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Tanaman jarak termasuk kedalam famili Eurphobiaceae yang terbagi menjadi dua yaitu tanaman jarak pohon (Ricinus communis L.) dan tanaman jarak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Jantan aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, sub ordo Phasianoide, famili Phasianidae, sub famili Phasianinae, genus Coturnix,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Tegal Itik Tegal (Anas javanica) merupakan itik yang berasal dari Tegal yang merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding dengan unggas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Nila BEST Ikan nila adalah ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Nangka (Artocarpus heterophyllus) Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama jackfruit. Dalam dunia botani, nangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, mengakibatkan permintaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, mengakibatkan permintaan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, mengakibatkan permintaan terhadap protein hewani juga meningkat, hal ini dapat dilihat dari konsumsi Nasional protein pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI PAKAN TERNAK

TOKSIKOLOGI PAKAN TERNAK TOKSIKOLOGI PAKAN TERNAK ASAM FITAT (PHYTIC ACID) CATOOTJIE LUSJE NALLE, Ph.D. POLITANI NEGERI KUPANG ASAM FITAT Apa itu asam fitat? Asam fitat: Bentuk simpanan fosfor dalam biji2xan. Merupakan garam mio-inositol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi

PENGANTAR. Latar Belakang. dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi PENGANTAR Latar Belakang Perkembangan industri perunggasan di Indonesia memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi pengangguran, sedangkan dampak

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) sudah sejak lama dikenal masyarakat dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh mempunyai potensi besar karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan harga daging ayam selalu fluktuatif. Menurut Prayugo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan salah satu ternak unggas yang mempunyai potensi besar untuk dibudidayakan karena dalam pemeliharaannya tidak membutuhkan area

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar populasi ternak sapi di Indonesia dipelihara oleh petani peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., 2011). Usaha peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Broiler Broiler ( Gallus domesticus) merupakan salah satu contoh spesies yang termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan spesies Gallus gallus (Blakely

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam yang dipelihara untuk menghasilkan daging. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen pada umur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan: 1. Pakan Buatan dalam Industri Akuakultur: Pengenalan 2. Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Jenis Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping agroindustri dari pembuatan minyak inti sawit. Perkebunan sawit berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Tauge Kacang Hijau Limbah tauge kacang hijau merupakan sisa produksi tauge yang terdiri dari kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Sumber :

Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Sumber : TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak termasuk ke dalam famili Eurphobiaceae yang merupakan bahan baku biodiesel. Jarak pagar kaya akan minyak dan protein. Bahan baku biodiesel diperoleh dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami proses persilangan, ayam ini dapat dipanen lebih cepat yaitu 2 bulan (Munandar dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Burung puyuh mempunyai potensi besar karena memiliki sifat-sifat dan

BAB I PENDAHULUAN. Burung puyuh mempunyai potensi besar karena memiliki sifat-sifat dan BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) sudah sejak lama dikenal masyarakat dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Burung puyuh mempunyai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 250 300 butir/ekor/tahun. Disamping produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak merupakan salah satu cara pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian dijadikan

Lebih terperinci

MUNAWWAROH KURNIAWATI K

MUNAWWAROH KURNIAWATI K IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN BIOLOGI (PENAMBAHAN MIKROBIA PENGHASIL FITASE DAN PROTEASE PADA CAMPURAN PAKAN TERNAK AYAM BROILER) SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI BIOTEKNOLOGI SMA KELAS X SEMESTER II Skripsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas ternak ruminansia sangat tergantung oleh ketersediaan nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan produktivitas ternak tersebut selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan unggas air banyak dipelihara oleh masyarakat untuk menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik termasuk dalam kingdom Animalia, philum Chordata, kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik termasuk dalam kingdom Animalia, philum Chordata, kelas Aves, ordo 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Itik termasuk dalam kingdom Animalia, philum Chordata, kelas Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, genus Anas dan spesies Anas plathyrynchos (Srigandono,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci