IMAGES ANALYSIS DENSITAS DNA PADA MOLA HYDATIDIFORM OLEH: FITRIANI LUMONGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMAGES ANALYSIS DENSITAS DNA PADA MOLA HYDATIDIFORM OLEH: FITRIANI LUMONGGA"

Transkripsi

1 IMAGES ANALYSIS DENSITAS DNA PADA MOLA HYDATIDIFORM OLEH: FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 PENDAHULUAN Pada saat ini sering dijumpai kasus-kasus abortus spontan, tetapi hanya sekitar 15 % dari seluruh kehamilan yang merupakan abortus spontan pada awal kehamilan. Para ahli patologi menghubungkan abortus spontan tersebut dengan mola hydatidiform, oleh karena penyakit ini (complete mole dan partial mole) merupakan penyebab abortus spontan yang paling sering. Pada beberapa kasus, diagnosa antara complete mole, partial mole dan hydrophic abortus sering sulit untuk dilakukan, oleh karena gambaran morfologi sel sel trophoblast pada keadaan tersebut sering overlapping. Tetapi secara klinis, prognosis dan gambaran cytogenetic antara kedua bentuk mola ini terdapat perbedaan. Ahli-ahli patologi pada saat ini banyak melakukan penelitian pada hasil konsepsi pada trimester pertama. Diferensial diagnose antara hydrophic abortus, complete mole dan partial mole pada usia kehamilan trimester pertama sulit dilakukan, oleh karena dapat terjadi pembuluh darah embryonal villi khorion yang kolaps pada partial mole mirip dengan villi khorion pada complete mole. Serta adanya gambaran pseudocisterna yang dapat terlihat pada beberapa kasus hydrophic abortion. Para ahli patologi pada saat ini sebaiknya dapat mempertajam diagnosa dengan suatu alat bantu dengan tehnologi yang tinggi untuk diferensiasi lesi secara dini. Pada lesi lesi trophoblastik yang mempunyai gambaran yang mirip dapat dilakukan pemeriksaan dengan melihat kuantitasi DNA yang dapat mendeteksi aneuploidi.

3 COMPLETE MOLE HYDATIDIFORM Pada waktu yang lalu complete mole rata-rata terjadi pada usia kehamilan 16 minggu, tetapi pada saat ini dengan kemajuan tehnologi ultrasonografi, complete mole dapat dideteksi pada usia kehamilan yang lebih muda. Secara klinis tampak pembesaran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan dan pasien memperlihatkan gejala toksik pada kehamilan. Abortus terjadi dengan perdarahan abnormal dan disertai dengan keluarnya jaringan mola. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan titer serum β human chorionic gonadotropin (β-hcg) yang jumlahnya diatas 82,350 miu/ml. Gambaran mikroskopis dari complete mole adalah oedem pada villi dengan pembentukan cistern. Cisterna adalah rongga aseluler yang terletak pada bagian tengah villous yang berisi cairan oedem. Tetapi tidak semua villi terdapat cistern. Pada villi dapat dijumpai nekrosis dan kalsifikasi parsial. Pembuluh darah pada villi biasanya tidak terlihat, oleh karena perkembangan fetus yang terhenti pada awal masa pembentukan placenta. Sel sel trophoblast hyperplasia dan proliferasi abnormal yang terdapat disekeliling villi chorion. Pada sekitar 2 3 % kasus complete mole dapat berkembang menjadi choriocarcinoma. Pada complete mole yang dini, terjadi pada usia kehamilan yang masih muda (kurang dari 12 minggu) dengan villi yang masih halus dan cistern yang belum tampak. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat terminal villi berbentuk bulbous dan seperti bunga kol, stroma villi hiperseluler dan karyorhexis. Oedem pada villi juga minimal, hiperplasi trophoblast masih sebagian dan belum disekeliling villi chorion. Sel-

4 sel trophoblast pada complete mole sering atypia dan membesar pleomorfik dengan inti yang hyperkromatik. Aktifitas mitotik dapat dijumpai Complete hydatidiform mole mempunyai komplemen genetik yang androgenetik, yaitu material genetik berasal dari paternal. Pada sebagian besar kasus, complete mole terjadi dari ovum yang tanpa inti (empty egg) yang kemudian dibuahi oleh satu sel sperma dan selanjutnya duplikasi komplemen sperma haploid menjadi genotip yang diploid. Sehingga biasanya complete mole mempunyai karyotipe 46 XX. Pada sebagian kecil kasus (sekitar 15 % dari kasus), complete mole terjadi dispermy, yaitu pada proses fertilisasi satu sel telur yang tanpa inti dibuahi oleh dua sel sperma dan mempunyai karyotip 46XY. Mola dengan karyotipe 46 YY tidak pernah ditemukan, karena keadaan seperti ini diduga bersifat lethal. Complete mole dengan triploid dan tetraploid juga jarang dijumpai dan tetap berasal dari DNA paternal.

5 PARTIAL MOLE HYDATIDIFORM Partial mole secara makroskopis dan mikroskopis mempunyai gambaran yang mirip dengan complete mole. Perbedaannya, pada partial mole tampak gambaran villi yang normal dan oedem. Pada partial mole sering dijumpai komponen dari janin. Penderita sering dijumpai pada usia kehamilan lebih tua, yaitu minggu. Pada pemeriksaan laboratorium, peningkatan kadar serum β hcg tidak terlalu tinggi. Gambaran mikroskopis yang tampak adalah sebagian villi immature yang relative normal dan sebagian lagi villi dengan yang membesar dengan degenerasi hydrophic. Pada tepi dari villi terdiri dari sel sel cytotrophoblast dan synsytiotrophoblast yang tersusun irregular berbentuk scalloping. Cisterna jarang dijumpai. Dapat terlihat pseudoinklusi trophoblast yang disebabkan oleh pemotongan tangensial villi pada tepi villi yang irregular. Pada villi dapat terjadi fibrosis yang fokal. Derajat atypia dan proliferasi trophoblast tidak terlalu banyak bila dibandiingkan dengan complete mole. Pembuluh darah pada villi sering dijumpai. Pada pemeriksaan cytogenetic, biasanya partial mole adalah triploid (69 kromosom) dengan dua set kromosom yang berasal dari paternal(diandric) dan satu set maternal haploid. Lebih dari duapertiga dari kasus, komposisi dari triploid kromosom ini adalah 69 XXY, jarang XXX dan sangat jarang XYY, dengan perbandingan kromosom paternal : maternal adalah 2:1. Tetraploid dapat dijumpai pada partial mole yang mempunyai perbandingan kromosom paternal : maternal adalah 3 : 1. Perbedaan cytogenetic

6 antara complete mole dan partial mole ini tidak absolute. Oleh karena dapat terjadi partial mole yang diploid dan kadang-kadang bias terjadi complete mole yang triploid. Pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa antara complete mole dan partial mole memperlihatkan heterogenitas dalam pola ploidy. Pernah dilaporkan complete mole dan partial mole yang haploid, aneuploid dan tetraploid. Pemeriksaan analysa DNA Ploidy dapat membantu untuk membedakan klasifikasi mola tersebut dengan gambaran morfologi yang mirip. Pada satu studi meneliti bahwa aneuploidy diduga merupakan persisten pada complete mole. Studi yang lainnya menemukan bahwa aneuploidi pada complete mole mempunyai resiko progresif yang lebih rendah dibandingkan dengan diploid ataupun tetraploid. Imprint gen mempunyai peranan yang penting pada perkembangan mola hydatiform. Studi yang dilakukan pada mencit memperlihatkan bahwa gen yang berasal dari paternal mempunyai peranan dalam perkembangan placenta dan gen yang berasal dari maternal berperan dalam perkembangan fetus. Sehingga perkembangan materi genetik paternal dapat menyebabkan proliferasi trophoblast yang berlebihan. Pada complete mole hanya mempunyai DNA paternal sehingga terjadi proliferasi trophoblast yang banyak bila dibandingkan dengan partial mole. Pada non molar troploid abortus yang mempunyai perbandingan kromosom maternal : paternal adalah 2 : 1 dan berasal dari nondisjunctional maternal kromosom sehingga terjadi perkembangan material genetik maternal. Oleh karena itu pada non molar triploid abortus tidak terjadi proliferasi triphoblast yang banyak seperti pada mola.

7 Identifikasi paternal kromosom mempunyai peran yang penting dalam diagnosa mole hydatidiform, maka banyak dikembangkan tehnik pemeriksaan yang berasal dari paternal kromosom. Pemeriksaan tersebut antara lain adalah : Polymerase Chain Reaction (PCR). DNA fingerprinting, restriction fragmen length polymorphism (RFLP) assessment, short tandem repeat derived DNA polymorphism, flowcytometri dan analysis DNA dengan menggunakan images analysis. HYDROPHIC ABORTUS Mola hydatidiform sering dilakukan diferensial diagnosa dengan hydrophic abortus yang disertai dengan oedem villi. Pada pemeriksaan mikroskopis, villi tampak oedem dan avascular. Kadang-kadang dapat dijumpai inklusi trophoblast. Proliferasi trophoblast pada hydrophic abortus terdistribusi secara polar, hanya tampak pada permukaan anchoring villi. Hiperplasi trophoblast sedikit dan bersifat fokal. Spesimen dari hydrophic

8 abortus dapat diploid, triploid ataupun aneuploid, sehingga pemeriksaan analysa DNA ploidy hanya digunakan untuk membedakan mola dari hydrophic abortus.

9 Normal Conception Monospermic Complete Mole Dispermic Complete Mole Partial Mole

10 ANALISA DNA PLOIDY Gambaran kromatin pada inti sel memperlihatkan morfologi DNA secara garis besar yang berada pada inti. Gambaran kromatin merupakan gambaran yang paling penting untuk menandakan suatu proses patologi. Untuk memeriksa gambaran kromatin pada inti, diperlukan pewarnaan dan fiksasi yang baik. Kromatin ini paling jelas terlihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran yang tinggi (40x, 60x, 100x). Gambaran kromatin inti pada sel yang normal terlihat halus. Pada keadaan yang meningkatkan aktivitas sel, seperti proses reaktif ataupun neoplasma, kromatin mengalami perubahan yaitu menjadi lebih mudah dilihat. Gambaran yang sering terlihat berupa retikular, granular, kasar, berkelompok dan yang paling penting sebarannya merata atau tidak. Gambaran kromatin inti yang tersebar tidak merata merupakan salah satu petunjuk yang kuat terhadap sel malignan. DNA berada pada kromatin. Struktur kromatin terdiri dari rangkaian bola-bola yang diikat oleh rantai molekul DNA. Komponen bola tersebut adalah histon yang merupakan protein dasar khusus kromatin. Kadar DNA dalam inti dapat ditentukan keberadaannya secara normal dan dapat ditetapkan dengan mengukur densitasnya. Banyaknya DNA pada inti sel pada fase interfase adalah tetap, tetapi pada sel-sel yang mengalami pembelahan, jumlah DNA dapat berubah. Pada proses malignansi, terjadi pembelahan yang hebat pada sel, sehingga DNA dapat bertambah 2 kali, 4 kali, 8 kali dan seterusnya kelipatan dua. Pada beberapa jenis kanker, terjadi perubahan pada kandungan DNA inti, dengan metode diagnostik aneuploidi DNA pada saat ini dapat

11 ditetapkan melalui pengukuran inti sel yang diwarnai spesifik untuk DNA, yaitu pewarnaan feulgen Untuk memeriksa kandungan DNA pada inti sel dapat dapat dilakukan dengan pewarnaan feulgen dan kemudian diukur densitas warna merah ungu yang tampak pada sediaan sitologi tersebut. Pewarnaan Feulgen ini pertama kali dikemukakan oleh Robert Feulgen yang melakukan identifikasi materi kromosom atau DNA pada sel. Dengan pewarnaan feulgen, struktur kromatin dapat dibedakan dengan melihat proporsi dari kromatin yang terkondensasi dengan yang tidak terkondensasi, tergantung pada penyerapan molekul zat warna terhadap substratnya. Pada analisa gambar dilakukan penilaian kuantitasi terhadap derajat kepadatan kromatin pada sejumlah sel dan kemudian dilakukan analisa stastistik. Tekstur Kromatin Inti Pada Analisa Gambar Dalam menegakkan diagnosa secara sitologi melalui morfometri, penilaian tekstur kromatin merupakan salah satu kriteria utama. Pada saat ini penilaian tekstur kromatin inti merupakan pemeriksaan yang dapat diulang dan digunakan untuk diagnosa yang rutin ( Einstein et al, 1997). Pada waktu yang lalu penilainan kromatin inti berdasarkan tekstur primitive atau texton dengan menilai unit struktural (texton) yang tersembunyi didalam kromatin (Deligdish et al, 1993). Pada analisa gambar, tekstur dihitung melalui distribusi gray level yang dapat dinilai secara kuantitasi dan menghasilkan gambaran yang numerik. Cara yang sangat sederhana untuk menilai texton adalah dengan membagi kisaran intranuklear gray level kedalam tiga ekual sektor, menghitung nilai rata-rata menempatkan setiap piksel melalui nilai rata-rata setiap kelompok.

12 Selanjutnya inti sel akan memperlihatkan gambaran mosaik berwarna hitam, kelabu dan putih dalam nilai yang bervariasi. Ukuran dan jumlah dari tekston ini akan digunakan untuk klasifikasi (diagnosa). Sebagian besar peneliti menganjurkan untuk menganalisa tektur kromatin ini berdasarkan pada fraktal analisa ( fraktal analisa dari Mandelbrot, 1993). Dimensi fraktal merupakan penghitungan yang dapat diulang kembali terhadap ketidakteraturan bentuk inti sel pada sediaan sitologi. Einstein et al, 1998, meneliti bahwa kromatin inti mempunyai struktur fractal. Kuantitasi Images Analisis Analisa kualitatif dan kuantitatif pada bidang patologi anatomi saat ini didominasi oleh software yang menggunakan algoritme. Pada penggunaan analisa gambar, hal utama yang perlu diperhatikan adalah ketergantungan mutlak pada image segmentasi (deteksi batas inti). Aplikasi analisa gambar dengan menggunakan komputer ini pada bidang patologi anatomi diharapkan dapat menjadi alat yang dapat diandalkan, dapat diulang pemeriksaannnya dan objektif dalam menentukan diagnosa. Analisa gambar merupakan teknik monokromatik yang kuat yang berdasarkan pada perbedaan intensitas gray level pada area yang berwarna dan yang tidak berwarna. Kuantitasi pada pemeriksaan imunohistokimia dapat menjadi aplikasi aplikasi densitometri khusus yang berdasarkan pada skala gray level. Pada banyak kasus, jumlah zat warna akan sebanding dengan konsentrasi substratnya, hubungan ini sesuai dengan Hukum Beer Lambert.

13 Segmentasi Inti Pengertian segmentasi pada dasarnya adalah membuat suatu batas antara dua buah kompartemen. Pada analisa gambar, segmentasi inti berarti yang membuat garis batas disekeliling inti sehingga dapat memisahkan inti dari sitoplasma. Jika inti sel sudah disegmentasi, maka akan lebih mudah untuk dianalisa dan dilakukan penilaian secara komputerisasi pada daerah inti yang sudah dibatasi tersebut. Segmentasi ini dapat juga dilakukan pada sitoplasma sehingga sitoplasma dapat dipisahkan dari latar belakang. Akan tetapi pada sebagian besar kasus, hal ini sulit untuk dilakukan oleh karena sering batas sitoplasma tidak jelas sehingga segmentasi sitoplasma menjadi tidak tepat. Gambar : Segmentasi dari inti sel Pada beberapa studi dilakukan penelitian terhadap kasus kasus abortus dengan melakukan analisa terhadap DNA ploidy. Tehnik yang menggunakan analisa DNA cytometri melalui images analysis lebih disukai dibandingkan dengan flowcytometri. Pada images analysis dapat dilihat secara langsung populasi sel yang akan hitung DNA nya dengan memeriksa kandungan DNA pada sel ( densitas) maupun morfologinya. Pada penelitian ploidy analisis pada penyakit mola yang dilakukan oleh Ostherheld et al, pada histogram memperlihatkan puncak utama G0/G1 pada 2C yang merupakan

14 diploid (index 0,8 1.15), pada tetraploid tampak puncak utama pada , sedangkan pada triploid mempunyai index antara Untuk mendapatkan diagnosa yang lebih akurat pada kasus abortus spontan dan penyebabnya sebaiknya dilakukan pemeriksaan patologi yang meliputi pemeriksan histopatologi, images analisis DNA cytometri dan immunohistologi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan diferensial diagnosa pada mola hydatidiforme dan untuk membantu menentukan prognosis pada pasien.

15 DAFTAR PUSTAKA 1. Gil J, Wu H, Image Analysis and Morphometry in the Diagnosis of Breast Cancer, Microscopy Research And Tehnique : Gil J, Wu H, Application of Image Analysis to Anatomic Pathology : Realities and Promises, Cancer Investigation Vol.21, No : Einstein AJ, Fractal characterization of chromatin appearance for diagnosis in breast cytology, available at 4. Moore GW, Berman JJ, Sydnor DL., Fractal Dimension for Pathology Images, a Repeatable and Quantitative Measurement of Nuclear Rim Irregularity. Am J Clin Pathol : Fractal Evolution, available at : Model/Fractal-Evolution.htm 6. Stacey E.Mills, Ming Shih IE, Mazur MT. Gestational Trophoblastic Disease.In : Stenberg s Diagnostic Surgicl Pathology. 4 th Ed. Vol 2. Lippincott Wiliams and Wilkins. Philadelphia : Kumar V, Abbas AK, Fausto N, The Female Genital Tract. In: Robbins and Cotran Pathology Basis of Disease. 7 th Ed, Philadelphia. Elsevier Saunders : Beil M, A dual approach to structural texture analysis in microscopic cell images, available at : 9. Imaging Research, MCID Analysis TM Version, 7.0, available at : www,imagingresearch.com 10. Feulgen stain, available at : Feulgen (DNA) Staining Procedure, available at : Feulgen stain, available at : Lilli RD and Furmer HM, Histopatologic Technic and Practical Histochemistry, Fourth Edition, McGraw-Hill, 1976:

16 14. Boon ME, Standarization and Quantitation of Diagnostic Staining in Cytology, Coulomb Press Leyden : Mazur MT, Kurman RJ. Gestational Trophoblastic Disease. In : Diagnosis of Endometrial Biopsies and Curetting. 2 nd Ed. Springer. USA, 2005: Baergen RN. Gestational Trophobalstic disease. In : Manual of Benirschke and Kaufmann s Pathology of the Human Placenta. Springer. USA : Gestational Trophoblastic Disease: Trophoblastic development, down load : Osterheld,M.C et al, Combination of Immunohistochemistry and Ploidy Analysis to Assist Histopathologycal Diagnosis of Molar Disease, Clinical Medicine,Pathology 2008 : Lage J.M, Gestational trophoblastic tumors: refining histologic diagnoses by using DNA flow and image cytometry, down load : PEntrez.Pubmed.Pubmed_Re 20. Jeffers M.D, Comparison of Ploidy Analysis by Flow cytometri and Images Analysisin Hydatidiform Mole and Non-molar Abortion, down load PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_Disco very_ra&linkpos=5&log$=relatedarticles&logdbfrom=pubmed 21. Williams R.A, et al, Image analysis DNA densitometry measurements on complete and partial hydatidiform mole and nonmolar products of conception, download : PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DiscoveryPanel.Pubmed_Disco very_ra&linkpos=3&log$=relatedarticles&logdbfrom=pubmed 22. Keith Killian, Genomic Imprinting: Parental differentiation of the genome Download:

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Mola Hidatidosa Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada vili koriales

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mola Hidatidosa Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestational yang ditandai dengan abnormalitas vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga terlihat

Lebih terperinci

Tinjauan Histopatologik Penyakit Trofoblastik Gestasional di Sumatera Utara pada Tahun

Tinjauan Histopatologik Penyakit Trofoblastik Gestasional di Sumatera Utara pada Tahun di Sumatera Utara pada Tahun 2010-2013 ABSTRAK Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Medan Latar belakang Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG) adalah sekelompok

Lebih terperinci

KARYA TULIS AKHIR HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA KOMPLIT DI RSUD JOMBANG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2010

KARYA TULIS AKHIR HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA KOMPLIT DI RSUD JOMBANG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2010 KARYA TULIS AKHIR HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA KOMPLIT DI RSUD JOMBANG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2010 Oleh: YULI RATNA DEWI 06020021 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Lebih terperinci

ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS

ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS Laporan Kasus ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS Arlene Elizabeth P, AAAN Susraini Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi makhluk hidup, khususnya manusia. Dengan kondisi tubuh yang sehat, maka kita dapat melakukan aktifitas kita dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit trofoblas gestasional merupakan kelompok penyakit dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : Molahidatidosa (komplit dan parsial)

Lebih terperinci

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Alveolar soft part sarcoma merupakan neoplasma ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami mutasi, diperkirakan 80% disebabkan oleh faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami mutasi, diperkirakan 80% disebabkan oleh faktor lingkungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang memiliki karakteristik proliferasi atau pembelahan yang tidak terkontrol dan sering menyebabkan terjadinya massa atau tumor (sel abnormal).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Kanker rahim tergolong penyakit kanker yang terbanyak diderita kaum

BAB I. Pendahuluan. Kanker rahim tergolong penyakit kanker yang terbanyak diderita kaum 1 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kanker rahim tergolong penyakit kanker yang terbanyak diderita kaum perempuan. Penyakit tersebut bahkan sangat mematikan. Biasanya beragam jenis kanker, termasuk

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Kata kunci: Gambaran histopatologi, kadar βhcg, kista lutein, mola hidatidosa komplit, PTG

Abstrak. Abstract. Kata kunci: Gambaran histopatologi, kadar βhcg, kista lutein, mola hidatidosa komplit, PTG Hubungan Kadar βhcg Praevakuasi, Gambaran Histopatologi, dan Kista Lutein dengan Performa βhcg pada Penderita Mola Hidatidosa yang Berkembang Menjadi PTG dan Kembali Normal Abstrak Yudi Mulyana Hidayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia adalah kelainan genetik bersifat autosomal resesif yang ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit mengandung hemoglobin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Embrio partenogenetik memiliki potensi dalam mengatasi permasalahan etika pada penelitian rekayasa embrio. Untuk memproduksi embrio partenogenetik ini, sel telur diambil dari individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.

Lebih terperinci

dalam Membedakan Mola Hidatidosa Analisis Ekspresi p57 Kip2 Tipe Parsial dan Komplit PENELITIAN Majalah Patologi

dalam Membedakan Mola Hidatidosa Analisis Ekspresi p57 Kip2 Tipe Parsial dan Komplit PENELITIAN Majalah Patologi Analisis Ekspresi p57 Kip2 Tipe Parsial dan Komplit dalam Membedakan Mola Hidatidosa Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar ABSTRAK Latar belakang Pada awal kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari epitel pada serviks terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar kanker serviks adalah epidermoid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan proses penyakit yang terjadi karena sel abnormal mengalami mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal membentuk klon dan berproliferasi secara abnormal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak dari yang seharusnya dan seringkali akan membuat tonjolan massa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Adapun beberapa penyebab yang lain yaitu eklamsia, infeksi, partus lama dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

MENCARI NILAI THRESHOLD YANG TEPAT UNTUK PERANCANGAN PENDETEKSI KANKER TROFOBLAS

MENCARI NILAI THRESHOLD YANG TEPAT UNTUK PERANCANGAN PENDETEKSI KANKER TROFOBLAS MENCARI NILAI THRESHOLD YANG TEPAT UNTUK PERANCANGAN PENDETEKSI KANKER TROFOBLAS Marvin Chandra Wijaya 1, Semuil Tjiharjadi 2 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Teknik,Universitas Kristen Maranatha Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health Estimates, WHO 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Golongan darah sistem ABO yang selanjutnya disebut golongan darah merupakan salah satu indikator identitas seseorang. Pada orang hidup, golongan darah sering digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif untuk melihat pola ekspresi dari Ki- 67 pada pasien KPDluminal A dan luminal B. 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

KELAINAN KROMOSOM. Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM

KELAINAN KROMOSOM. Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM KELAINAN KROMOSOM Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM Penyakit kromosom disebabkan oleh kelainan kromosom, baik yang terjadi pada autosom maupun pada kromosom kelamin. Kelainan kromosom sering juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan

Lebih terperinci

PREPARASI SPESIMEN UNTUK DIAGNOSIS LIMFOMA

PREPARASI SPESIMEN UNTUK DIAGNOSIS LIMFOMA PREPARASI SPESIMEN UNTUK DIAGNOSIS LIMFOMA NUNGKI ANGGOROWATI DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FKKMK UGM NEOPLASMA HEMATOLIMFOID LEUKEMIA TUMOR SUMSUM TULANG, MEMPENGARUHI DARAH TEPI LIMFOMA TUMOR LIMFOID EXTRAMEDULLAR

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

KROMOSOM Variasi jumlah dan Struktur. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KROMOSOM Variasi jumlah dan Struktur. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KROMOSOM Variasi jumlah dan Struktur By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KROMOSOM Kromosom merupakan pembawa bahan genetik yang terdapat di dalam inti sel setiap makhluk hidup. Kromosom berbentuk batang panjang

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom:

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: 100 Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: DNA polimer nukleotida (deoksiribosa+fosfat+basa nitrogen) gen (sekuens/dna yang mengkode suatu polipeptida/protein/sifat

Lebih terperinci

KARSINOMA PAPILER PADA PAYUDARA

KARSINOMA PAPILER PADA PAYUDARA KARSINOMA PAPILER PADA PAYUDARA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENDAHULUAN Karsinoma papiler merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Kanker Servix Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada

Lebih terperinci

eissn X Korespondesi: Kemala Isnainiasih Mantilidewi,

eissn X Korespondesi: Kemala Isnainiasih Mantilidewi, eissn 2615-496X Apakah Kadar β-hcg Praevakuasi dan Gambaran Proliferasi Sel Trofoblas secara Mikroskopik dapat digunakan untuk Prediksi Transformasi Keganasan pada Mola Hidatidosa? Kemala Isnainiasih Mantilidewi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran, karena PJT dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas neonatal. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retinoblastoma merupakan keganasan intraokular paling sering pada anak, yang timbul dari retinoblas immature pada perkembangan retina. Keganasan ini adalah keganasan

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang. terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang. terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan kecenderungan yang terus menurun (390 kematian/100.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang yang beralamat di jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Kerja atau

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Identitas Mata Identitas dan Validasi Nama Tanda Tangan Kode Mata :KBK301 Dosen Pengembang RPS

Lebih terperinci

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA For better health Oleh Ni Ketut Alit Armini School Of Nursing Faculty Of Medicine Airlangga University MOLA HIDATIDOSA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibroadenoma mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan berkonsistensi padat kenyal

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP Dr.KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP Dr.KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP Dr.KARIADI SEMARANG HALAMAN JUDUL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE SEMI KUANTITATIF (CuSO 4 ) DAN KUANTITATIF (CYANMETHEMOGLOBIN) Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Preeklampsia adalah penyakit spesifik pada kehamilan didefinisikan adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini dapat dijumpai 5-8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 6. Pewarisan Sifat pada Makhluk HidupLatihan Soal 6.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 6. Pewarisan Sifat pada Makhluk HidupLatihan Soal 6.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 6. Pewarisan Sifat pada Makhluk HidupLatihan Soal 6.1 1. Pasangan gen yang memiliki sifat yang sama pada kromosom homolog disebut... Kromosom Kromatin Alela Diploid Kunci Jawaban

Lebih terperinci

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami mengenai posisi sel, kromosom, dan DNA dalam dalam kaitannya dengan organisme Mahasiswa memahami jenis-jenis

Lebih terperinci

TERJADI PERDARAHAN DESIDUA BASALIS, KANTUNG KEHAMILAN (GESTATIONAL).

TERJADI PERDARAHAN DESIDUA BASALIS, KANTUNG KEHAMILAN (GESTATIONAL). DEFINISI ABORTUS SPONTAN TERMINASI (BERAKHIRNYA) KEHAMILAN OLEH SEBAB APAPUN TANPA DIRENCANAKAN SEBELUM KEHAMALAN MENCAPAI UMUR 20 MGG / SEBELUM BERAT BADAN JANIN MENCAPAI 500 GRAM PATOLOGI OVUM EMBRIO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tali pusat adalah jalur kehidupan fetus sebagai transpor cairan, nutrisi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tali pusat adalah jalur kehidupan fetus sebagai transpor cairan, nutrisi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tali pusat adalah jalur kehidupan fetus sebagai transpor cairan, nutrisi dan oksigen. Ada tiga pembuluh darah yang berjalan disepanjang tali pusat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama kehamilan, wanita dihadapkan pada berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, salah satunya adalah abortus. Abortus adalah kejadian berakhirnya kehamilan secara

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999) Abortus

Lebih terperinci

GAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN

GAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN Tesis Program Pendidikan Magister Bedah Departemen Ilmu Bedah Saraf Fakultas Kedokteran - GAMBARAN PROTEIN S 100 PADA SCHWANNOMA DI MEDAN OLEH : MUHAMMAD CHAIRUL NIM : 097116001 DEPARTEMEN ILMU BEDAH SARAF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang IMUNOLOGI TUMOR INNATE IMMUNITY CELLULAR HUMORAL PHAGOCYTES NK CELLS COMPLEMENT CYTOKINES PHAGOCYTOSIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya

I. PENDAHULUAN. Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya menyebar di Sumatera Barat dan sebagai plasma nutfah Indonesia dan komoditas unggulan spesifik wilayah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran jaringan secara abnormal. Kanker serviks, keganasan dari leher rahim (serviks)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Schwannoma adalah tumor yang berasal selubung myelin sel saraf. Tumor ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf. Schwannoma telah dilaporkan

Lebih terperinci

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex *Alel Ganda *Sebuah gen memiliki alel lebih dari satu *Golongan darah : *gen I A, I B, I O *Warna Kelinci :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ABORTUS 2.1.1 Defenisi Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar rahim, atau sebelum kehamilan tersebut mencapai usia kehamilan 20 minggu (

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi

TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel sperma dengan sel telur. Sel telur diaktivasi untuk memulai perkembangannya dan inti sel dari dua gamet akan bersatu untuk menyempurnakan

Lebih terperinci

MATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed.

MATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. MATERI GENETIK Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. PENDAHULUAN Berbagai macam sifat fisik makhluk hidup merupakan hasil dari manifestasi sifat genetik yang dapat diturunkan pada keturunannya Sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Deteksi dini bakteremia memfasilitasi inisiasi terapi antimikroba, mengurangi morbiditas dan mortalitas, dan mengurangi biaya kesehatan hal ini menjadi tujuan

Lebih terperinci

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA GENITALIA EKSTERNA..... GENITALIA INTERNA..... Proses Konsepsi Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi korona radiata mengandung persediaan nutrisi Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis

BAB I PENDAHULUAN. baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker kolon dan rektum merupakan salah satu kanker yang sering dijumpai baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis sporadik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas intelektual ditandai dengan gangguan fungsi kognitif secara signifikan dan termasuk komponen yang berkaitan dengan fungsi mental dan keterampilan fungsional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN MUTASI. Dr. Refli., MSc 11/21/2015. Jurusan Biologi FST UNDANA kromosom )

PENDAHULUAN MUTASI. Dr. Refli., MSc 11/21/2015. Jurusan Biologi FST UNDANA kromosom ) MUTASI Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA 2015 1 Pengertian kromosom ) PENDAHULUAN Pengertian: perubahan materi genetik menghasilkan perbedaan morfologi fisiologi antara parental dan filial genetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di Indonesia, pemerintah mencanangkan program Millineum Development Goals (MDGs) namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

Lebih terperinci

FIBROSARCOMA PADA PAYUDARA

FIBROSARCOMA PADA PAYUDARA FIBROSARCOMA PADA PAYUDARA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Fibrosarcoma merupakan salah satu neoplasma ganas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ABORTUS 2.1.1 Definisi Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar rahim, atau sebelum kehamilan tersebut mencapai usia kehamilan 20 minggu (

Lebih terperinci

POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR GENETIKA

POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR GENETIKA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Virus Terbawa Benih Uji serologi menggunakan teknik deteksi I-ELISA terhadap delapan varietas benih kacang panjang yang telah berumur 4 MST menunjukkan bahwa tujuh varietas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyerupai anggur (Martaadisoebrata, 2005). Mola Hidatidosa (MH)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyerupai anggur (Martaadisoebrata, 2005). Mola Hidatidosa (MH) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mola Hidatidosa 2.1.1 Definisi Mola Hidatidosa Suatu kehamilan yang tidak wajar, yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidrofik berupa gelembung yang

Lebih terperinci