PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (B. plicatilis ) SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (B. plicatilis ) SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (B. plicatilis ) SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains SRI WAHYUNI HASIBUAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (Brachionus plicatilis) SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN SKRIPSI SRI WAHYUNI HASIBUAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 PERSETUJUAN Judul Kategori Nama :PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (Brachionus plicatilis) SETELAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN : SKRIPSI Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi Departemen Fakultas Komisi Pembimbing : : SRI WAHYUNI HASIBUAN : SARJANA (S1) BIOLOGI : BIOLOGI : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di Medan, Juni 2009 Pembimbing II Pembimbing I Mayang Sari Yeanny, S. Si. M. S.i Drs. Arlen H. J., M.Si. NIP NIP Diketahui/Disetujui oleh Departemen Biologi FMIPA USU Ketua, Dr. Dwi Suryanto, M.Sc. NIP

4 PERNYATAAN PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (Brachionus plicatilis) SETELAH DIBERIKAN PERLAKUAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA KOMPOSISI MEDIA PERLAKUAN SKRIPSI Saya mengakui bahwa hasil ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Juli 2009 SRI WAHYUNI HSB

5 PENGHARGAAN Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini yang berjudul Perbandingan Laju Pertumbuhan Popoulasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Setelah Diberikan Perlakuan Penambahan Makanan Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dan Pupuk TSP Serta Beberapa Variasi Pupuk Urea, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Drs. Arlen Hanel John M.Si. selaku pembimbing I dan Ibu Mayang Sari Yeanny. S.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungan selama penulisan hasil penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Retno Widhiastuti M.S dan Etti Sartina S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan penulisan hasil penelitian ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti M.S selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.,Sc, selaku Ketua Departemen Biologi dan Ibu Dra. Nunuk Priyani M.,Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi serta seluruh Dosen Depatemen Biologi FMIPA USU, dan juga terima kasih untuk Kak Roslina wati ginting, Bapak Endar raswin, Bapak Manto dan Ibu selaku pegawai administrasi Program Studi Biologi FMIPA USU atas kebaikan yang diberikan selama ini yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta (Rustam Efendi Hasibuan, dan Rosleli wati Pulungan) yang telah memberikan doa, perhatian, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis, serta Kakak dan Adikku tersayang (Shinta Maria Hasibuan, Rusti Elida Hasibuan, Ratna Marito Hasibuan, Vera wati Hasibuan, dan adikku Edi alamsyah Hasibuan) serta seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya. Dan tak lupa pula ucapan terimakasi kepada Sahabat penulis khususnya kakanda (A. Malik Lbs. SE) yang telah memberikan semangat dan dukungannya selama saya menyelesaikan skripsi, dan ucapan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan khususnya (Barita Raja Nasution, Darwisah Hanum Nasution,) dan teman-teman stambuk 2003, Maya, Yopi afrizal, David Candra, Nurmaini ginting S.Si, Neti Irawati S.Si) dan adik-adik stambuk 2004, Desma, Desi, Runi, Zakiah, Morario, Andi Asmara, Irina, Siti, Pitra, Daniel. Buat adik 2005, Diana, Putri, Pipi, Junaedi, dan 2006 adik-adik Leni, Eva, Widia, Jane, yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Serta dukungan semua pihak yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya selama ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan

6 penulisan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal Alamin. ABSTRAK Penelitian mengenai, Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis setelah Diberikan Penambahan Makanan pada Media Perlakuan telah dilaksanakan pada bulan Maret Peneltian ini dilaksanakan di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 4 media perlakuan, yaitu media M0 terdiri dari 200 mg/2l (kontrol), media M1 terdiri dari 200 mg/2l kotoran ayam, 4 mg/l TSP, 4 mg/2l Urea, media M2 terdiri dari 200 mg/2l kotoran ayam, 4 mg/l TSP, 4,5mg/2l Urea dan media M3 terdiri dari 200 mg/2l kotoran ayam, 4 mg/2l TSP, 5 mg/2l Urea serta 6 ulangan dengan 4 kali waktu pengamatan awal dan 4 kali waktu pengamatan setelah penambahan makanan pada pengamatan hari ke-8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah penambahan makanan. Laju petumbuhan populasi tertinggi didapatkan pada waktu pengamatan awal, yaitu pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-4. Media yang terbaik terdapat pada media M2 sebesar 5,836 ind x 2 x 10-3 x hari -1, diikuti media M3 sebesar 5,614 ind x 2 x 10-3 x hari -1, selanjutnya media M2 sebesar 5,509 ind x 2 x 10-3 x hari -1. Dan laju pertumbuhan populasi terendah terdapat pada media M0 sebesar 3,969 ind x 2 x 10-3 x hari -1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa media kultur yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata laju pertumbuhan antara masing-masing media perlakuan. Kata Kunci: Brachionus plicatilis

7 The Comparison Growth Rate of Brachionus plicatilis after Gave Food in a treatment Medium ABSTRACT A study of The Comparison Growth Rate of Brachionus plicatilis after Gave Food in a treatment Medium has been conducted in Maret The research was carried out at Animal Sistematic Laboratorium at Biology Department, Mathematic and Natural Science Faculty, North Sumatera University. The research used Non Factorial Complete Randomized Design with 4 treatments medium, that is medium of M0 consists of 200 mg/2l chicken manure (kontrol), medium M1 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4 mg/l TSP + 4 mg/2l Urea, medium of M2 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4 mg/l TSP + 4,5 mg/2l Urea and medium of M3 consist of 200 mg/2l chicken manure + 4 mg/l TSP + 5 mg/2l Urea and 6 replications which forth time for first observation and fourth times for observation after gave food at eigth day. The result indicated differences growt rate of Brachionus plicatilis population after gave food. Highest growth of Brachionus plicatilis population was found at first observation, second day until fourth day. The best growth of Brachionus plicatilis population was found in M2 medium with number 5,836 ind. x 2 x 10-3 x day -1. Followed by M3 medium with number 5,614 ind. x 2 x 10-3 x day -1 and then M1 medium with number 5,509 ind. x 2 x 10-3 x day -1. But the worst growth rate was found in M0 medium with number 3,969 ind. x 2 x 10-3 x day -1. Base on statiscal analysis result showed that culture medium was highly significant to average of growth rate between each treatment medium. Key Word: Brachionus plicatilis

8 DAFTAR ISI Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran halaman i ii iii iv vi vii viii Bab 1 Pendahuluan Latar belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian 3 Bab 2 Tinjauan Pustaka Klasifikasi Brachionus plicatilis Morfologi Brachionus plicatilis Biologi Brachionus plicatilis Ekologi Brachionus plicatilis Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera (B. Plicatilis) 8 Bab 3 Bahan dan Metoda Waktu dan Tempat Metoda Penelitian Analisis Data Persiapan Bibit Brachionus plicatilis Persiapan Media Aklimasi Pengamatan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis 16 Bab 4 Hasil dan Pembahasan 17

9 4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Brachionus plicatilis 17 (ind/ml) pada Media Perlakuan 4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus Plicatilis 18 Bab 5 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran Daftar Pustaka 25 DAFTAR TABEL Tabel Judul halaman 2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis 9 Kotoran Ternak dan Unggas 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta 11 Kadar Haranya 4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus 17 plicatilis (ind/ml) pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan 4.2 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus 19 plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Media Perlakuan 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan Selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16) 22

10 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul halaman 2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus 21 plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Media Perlakuan

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul halaman Lampiran A Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus 27 plicatilis Lampiran B Bagan Alir Laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis 28 Lampiran C Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan 29 Lampiran D Jumlah Individu (kepadatan) populasi Bracionus 30 plicatilis (ind/ml) pada media Perlakuan setelah Diberikan Penambahan Makanan selama Waktu Pengamatan (H = 2 hari) Lampiran E Data Fisik dan Kimia Media Perlakuan selama Waktu 32 Pengamatan Lampiran F Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus plicatilis 33 (ind./ml) pada Media Perlauan selama Waktu Pengamatan (H= 2 hari) Lampiran G Laju Pertumbuhan Jumlah Individu Populasi 34 Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari - ) pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan Lampiran H1 Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju 35 Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16 Lampiran H2 Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju 38 Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16 Lampiran I Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian 41

12 Lampiran J Foto-foto Pelaksanaan Penelitian 42 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan budidaya ikan air tawar, air payau, maupun laut. Melalui usaha budi daya ini tertumpu harapan yang lebih besar terhadap upaya peningkatan produksi perikanan, meningkatkan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan gizi dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan (Senawan, 1984). Haris (1983) menyatakan bahwa permasalahan yang sering ditemui dalam pembenihan ikan adalah tingginya tingkat kematian dari larva ikan, hal ini umumnya disebabkan karena kekurangan makanan pada saat kritis, yaitu pada masa penggantian dari makanan kuning telur ke makanan lain. Untuk mengatasi tingginya kematian

13 ikan pada stadia larva ini perlu disediakan makanan, dimana makanan yang diberikan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: ukuran makanan yang diberikan lebih kecil dari bukaan mulut benih ikan tersebut, kualitas yang baik, terdapat dalam jumlah banyak, makanan harus bergerak aktif karena larva pada stadia awal masih relatif pasif serta mudah diperoleh, selanjutnya dijelaskan bahwa makanan alami bagi larva ikan yang terbaik (makanan awal) setelah pergantian makanan dari kuning telur adalah Rotifera, diantaranya dari genus Brachionus. Menurut Mujiman (1980) agar ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup hingga dewasa harus diberi pakan alami. Selanjutnya Isnansetyo & Kurniastuty (1995) menegaskan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan buatan. Salah satu jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan adalah Brachionus plicatilis (Dahril,1996). Woynarovich & Hovart (1980) menyatakan bahwa Brachionus plicatilis merupakan makanan paling tepat bagi larva ikan, karena memenuhi syarat jasad pakan, diantaranya sebagai berikut: bergizi dapat dicerna dengan baik, terapung atau tersuspensi dan pergerakannya lambat. Selanjutnya Diani & Sa diah (1995) menjelaskan bahwa pemilihan Brachionus plicatilis sebagai pasok pakan, dikarenakan mempunyai sifat sebagai berikut: gerakannya lambat, mudah dibudidayakan, mudah dicerna dan mudah ditingkatkan nilai gizinya yang tinggi. Mustahal (1995) menyatakan bahwa produksi Rotifera Brachionus plicatilis sangat tergantung pada suplai pakannya, jika pakan banyak tersedia maka produksi Rotifera juga akan menjadi banyak. Selanjutnya Aslianti (1995) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan ketersediaan pakan hidup (Rotifera) setelah pemeliharaan larva tergantung sepenuhnya dari kesediaan pakan alami, karena ditinjau dari nilai gizinya pakan hidup cenderung bergizi lebih tinggi bila diberi pakan dari jenis Chorella.

14 Menurut Shasmand (1986) unsur nitrogen dan phospat merupakan unsur yang paling penting dan merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan alga. Maka di dalam pembudidayaan B. plicatilis selain pupuk organik diberikan pupuk tambahan beberapa pupuk anorganik, seperti pupuk urea dan pupuk phospat dengan tujuan dapat meningkatkan pertumbuhan jasad renik terutama alga planktonik yang merupakan pakan Rotifera sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan B. plicatilis yang akan dikultur (Djarijah, 1995; Mujiman, 1998). Selanjutnya Djarijah (1995) menyatakan bahwa kotoran ternak yang banyak digunakan dalam pembudidayaan Rotifera Brachionus plicatilis adalah kotoran ayam, karena banyak mengandung unsur nitrogen Isnansetyo & kurniastuty (1995) menyatakan bahwa kultur Brachionus plicatilis juga memerlukan pencahayaan, untuk mengkultur selama ini hanya mengandalkan cahaya matahari, sehingga tidak jarang terjadi penurunan produksi apabila cahaya matahari kurang memadai. Untuk mengatasi hal tersebut ternyata lampu TL atau lampu sorot juga dapat digunakan. 1.2 Permasalahan Dalam pembudidayaan kultur Brachionus plicatilis pada waktu tertentu terjadi penurunan jumlah populasinya. Namun demikian belum diketahui apakah terjadi peningkatan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah dilakukan penambahan makanan pada media perlakuan saat terjadinya penurunan jumlah populasi. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan populasi Rotifera dari jenis Brachionus plicatilis sebelum dan sesudah diberikan perlakuan penambahan makanan pada media kotoran ayam dan pupuk TSP serta beberapa variasi pupuk Urea.

15 1.4 Hipotesis Penelitian Terdapat peningkatan laju pertumbuhan populasi Rotifera Brachionus plicatilis sesudah diberikan perlakuan penambahan makanan pada media kotoran ayam dan pupuk TSP serta beberapa variasi pupuk Urea. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat bermanfaat sebagai, a. Bahan informasi bagi instansi terkait yang membutuhkan teknik penyediaan pakan alami. b. Bahan informasi dalam memanfaatkan kotoran ayam untuk pembudayaan pakan alami.

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu-bulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda (Mujiman, 1998; Djarijah, 1995). Menurut Villegas (1982) Brachionus plicatilis merupakan salah satu Rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya sebagai berikut: Phylum Kelas Ordo Subordo Familia Genus Spesies : Trochelminthes : Rotifera : Monogonata : Ploima : Brachionidae : Brachionus : B. Plicatilis.O.F. Muller. Selain B. plicatilis dikenal juga beberapa spesies, antara lain : B. mulleri, B. angularis, B. calyciflorus, B. urceolaris, B. leydigi, B. quadridentatus, B. pterodinoides, B. rubeus, B. pala, B. punctatus, B. quadratus, dan B. mollis (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995 ; Mujiman, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dahril pada tahun 1996 pada kolam-kolam ikan air tawar di pekan Baru-Riau ditemukan 5 spesies Brachionus, yaitu spsesies B. calyciflorus, B. angularis, B. caundatus, B. quadridentatus dan B. falcatus.

17 2.2 Morfologi Brachionus plicatilis memiliki struktur tubuh masih sangat sederhana dengan tubuh berbentuk bilateral simetris, menyurupai piala. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu, hipodesmis dan kutikula. Kutikula merupakan bagian kulit yang tebal yang disebut dengan lorika. Lorika mempunyai bukaan yang digunakan untuk mengeluarkan kaki (Cole, 1993). Mujiman (1998) menjelaskan bahwa antara jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menyolok. Yang jantan mempunyai bentuk kecil dari pada yang betina, lagi pula mengalami degenerasi (Gambar 2.1). Sedangkan yang betina hampir selamanya berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin). Dalam banyak hal, yang jantan jarang sekali muncul. Bahkan banyak diantara jenisnya yang tidak kita kenal pejantannya. Selanjutnya dijelaskan bahwa Brachionus hidup antara 8 12 hari. Selama itu mereka dapat bertelur sebanyak 5 butir. C - Coroa de cilios D - dedos ou apendicesaderentes E - estomago L - lorica M - mastax O - ovo P - pe Pe - Penis V - vesicula Vi - vitelo (ovario)

18 Gambar 2.1. Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis (A. Betina ; B. Jantan). 2.3 Biologi Sel tubuh Rotifera B. plicatilis tersusun sebagai jaringan tubuh yang membentuk sistem organ yang umumnya masih sangat sederhana. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang dekat dengan korona. Di bagian mulut terdapat faring yang disebut mastax. Kerongkongannya pendek, yaitu yang menghubungkan antara mastax dengan lambung. Makanan yang tidak dicerna dibuang keluar melalui anus (Djuhanda, 1980). Makanan diambil terus menerus sambil berenang (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Secara alami Brachionus ini suka makan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari dirinya, antara lain ganggang renik, ragi, bakteri dan protozoa (Mujiman, 1998). Dari hasil penelitian Snell & Garman (1996) menyimpulkan bahwa perkembangan Rotifera secara kawin atau tidak kawin sebenarnya terjadi pada waktu yang hampir bersamaan. Peristiwa perkawinan Rotifera B. plicatilis akan sangat bergantung pada peluang terjadinya kontak antara B. plicatilis jantan dengan B. plicatilis betina. Pada saat populasi meningkat, jumlah jantan semakin banyak maka peluang untuk terjadinya perkawinan akan semakin besar. Apalagi B. plicatilis betina yang mana dalam waktu satu jam saja setelah bertelur ia telah mampu dikawini B. plicatilis jantan. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (1995) menjelaskan bahwa daur hidup B. plicatilis adalah unik, dimana dalam keadaan normal, B. plicatilis berkembang secara parthenogenesis (bertelur tanpa kawin). B. plicatilis betina yang amiktik akan menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi betina-amiktik pula. Namun dalam keadaan yang tidak normal, misalnya terjadi perubahan salinitas, suhu air, intensitas cahaya dan kualitas pakan maka telur B. plicatis betina-amiktik tadi dapat menetas menjadi betina miktik. Betina-miktik ini kemudian akan menghasilkan telur yang kemudian akan berkembang menjadi hewan jantan. Bila B. plicatilis jantan

19 dan betina-miktik tersebut kawin, maka betina-miktik akan menghasilkan telur kista (dormant egg) yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek dan tahan terhadap kekeringan. Telur kista ini akan dapat menetas lagi bila keadaan perairan telah menjadi normal kembali. Pada mulanya betina miktik menghasilkan 1-6 telur kecil. Betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan oleh betina miktik akan menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini mengalami masa istirahat sebelum menetas menjadi betina amiktik. Betina amiktik adalah betina yang tidak dapat dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara aseksual akan terjadi lagi. Betina miktik hanya akan menghasilkan telur miktik demikian juga sebaliknya betina amiktik. Antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Walaupun telah banyak literatur yang menerangkan adanya perubahan antara betina amiktik menjadi betina miktik ini, namun pembiakan secara bisexual ini belum banyak diketahui secara jelas. Untuk beberapa genera dari famili Brachionidae diketahui bahwa kondisi yang menentukan seekor betina menjadi amiktik atau miktik terjadi beberapa saat sebelum telur mulai membelah. Hal ini juga menunjukkan bahwa yang mengontrol produksi betina miktik ini pada umumnya adalah kondisi lingkungan (faktor luar) dan bukan merupakan faktor dalam semata (Dahril, 1996). KONDISI NORMAL KONDISI ABNORMAL Betina telur normal betina telur miktik amiktik (diploid) miktik (haploid) telur normal kawin jantan (diploid)

20 betina telur normal telur istirahat amiktik (diploid) 2.4 EKOLOGI Brachionus hidup di perairan tawar, payau dan laut, bersifat planktonik dan hewan ini dapat ditangkap dengan jala plankton atau plankton Net (Djarijah 1995; Mujiman, 1998). Isnansetyo & Kurniastuty, (1995) B. plicatilis bersifat euthermal. Pada suhu 15 o C masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat beristirahat. Kenaikan suhu antara o C akan menaikan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara o C merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi, disampng itu B. plicatilis juga bersifat euryhalin. Betina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada salinitas 98 0 /oo, sedangkan salinitas optimalnya adalah o /oo. Pada umumnya Rotifera planktonik secara normal membutuhkan O 2 yang cukup tinggi. Namun genus Brachionus dapat bertahan pada kondisi yang anaerob dalam jangka waktu pendek dan mampu bertahan pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup rendah untuk jangka waktu yang panjang (Pennak, 1978) 2.5 Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera B. plicatilis Pupuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan dan penguraian sisa (serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya, sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang

21 merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuatan pupuk, misalnya pupuk Urea, TSP, DAP dan sebagainya (Kadarini,1997). Sutejo (1995) menyatakan berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk Urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung N sedangkan TSP hanya mengandung P. Urea dan TSP termasuk pupuk buatan (pupuk anorganik) yang berkadar hara tinggi. Komposisi mineral dan kandungan air dan kotoran ayam dan beberapa jenis kotoran ternak lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang yang mengandung zat P 14-20% (Lingga,1995). Tabel 2.1. Komposisi Mineral dan Kandungan Air beberapa Jenis Kotoran Ternak Unggas Jenis ternak Kuda -padat -cair Sapi -padat -cair Kerbau -padat -cair Kambing -padat -cair Domba -padat -cair Babi -padat Kadar zat dan air dalam % Nitrogen Fosfor Kalium Air 0,55 1,40 0,40 1,00 0,60 1,00 0,60 1,50 0,75 1,35 0,95 0,40 0,30 0,02 0,20 0,50 0,30 0,15 0,30 0,13 0,50 0,05 0,35 0,10 0,40 1,60 0,10 1,50 0,34 1,50 0,17 1,80 0,45 2,10 0,40 0,45 -cair Ayam -padat dan cair 1,00 0,80 0, Bahwa pemakaian pupuk organik untuk bahan media kultur, terutama yang berasal dari kotoran ternak akan memberikan keuntungan, yaitu dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme, diantaranya adalah pupuk organik dari kotoran ayam

22 yang mempunyai kandungan unsur hara cukup tinggi, karena bagian yang cair (urine) bercampur dengan bagian yang padat. Selain itu pupuk kotoran ayam dan pupuk kandang pada umumnya adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara berlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama (Setyamidjaja, 1986). Rotifera (B. plicatilis) dapat tumbuh dengan baik apabila dipelihara bersamaan dengan Chlorella sp yang ditumbuhkan dengan beberapa jenis pupuk. Jadi pupuk diberikan untuk memberikan nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan Rotifera B. plicatilis. Dengan menggunakan pupuk kotoran ayam dihasilkan kepadatan Chlorella sp yang paling tinggi dan lengkapnya kandungan unsur hara kotoran ayam tersebut (Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Laut, 1985). Setyamidjaja (1986) mengatakan bahwa pemakaian pupuk organik berupa kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme, Kotoran ternak terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam dan pada masa kini banyak dimanfaatkan juga dalam usaha perkembangan perikanan. Misalnya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, B. plicatilis (Sutejo, 1995; Mujiman, 1998). Dari hasil Penelitian Sachlan (1980) menunjukkan bahwa Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk dengan pupuk kandang. Bahkan dari hasil penelitian Setiabudiningsih (1998) menunjukkan bahwa pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cenderung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan. Menurut Dahril (1996) fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan rotifera, karena dengan meningkatkan pula pertumbuhan Rotifera B. Plicatils tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada diperairan dan merupakan faktor pembatas fitoplankton adalah unsur fosfor dan nitrogen (Shasmand, 1986).

23 Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa defisiensi fosfor dan nitrogen di perairan menentukan pertumbuhan fitoplankton serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam sutu perairan (Sumawidjaja, 1981). Menurut Lingga & Sutejo (1995) pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi (Tabel 2.2) dan termasuk pupuk tunggal, yaitu pupuk Urea hanya mengandung suatu macam unsur saja, yakni hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor. Tabel 2.2. Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya Jenis pupuk Kadar N (%) Kadar P (%) Zwavelzure ammoniak Urea Chilisalper Natronsalpeter Kalkstikastof Superposfat/Enkel uperposfat Dubble superposfat (DS) Triple Superposfat (TSP) Posfat Cirebon Fused Magnesium posfat (EMP) Sumber : Lingga (1995)

24 BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian: Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (Brachionus plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2009 di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan analisis rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan media serta 6 ulangan. Perlakuan tersebut sebagai berikut:

25 a. Perlakuan Media Media pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran kotoran ayam yang telah dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari dengan pupuk TSP dan Urea. Kotoran ayam yang telah kering dan pupuk TSP & Urea dihaluskan, serta diayak, selanjutnya ditimbang dengan komposisi masing-masing sebagai berikut : M0 = 200 mg/2l (kontrol) M1 = 200 mg/2l kotoran ayam + 4 mg/l Urea + 4 mg/2l TSP M2 = 200 mg/2l kotoran ayam + 4 mg/l Urea + 4,5 mg/2l TSP M3 = 200 mg/2l kotoran ayam + 4 mg/l Urea + 5 mg/2l Komposisi media tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muliani pada tahun Dimana pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan air sebanyak 1 liter. Pada penelitian ini digunakan air sebanyak 2 liter, sehingga komposisi masing-masing media juga dilipat gandakan dari komposisi media sebelumnya. Pada penelitian yang telah dilakukan, diketahui pertumbuhan tertinggi terdapat pada komposisi media yang terdiri dari 100 mg/l kotoran ayam. Berdasarkan hal tersebut maka konposisi media di atas digunakan sebagai kontrol pada penelitian ini. b. Perlakuan Waktu Pengamatan Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali selama 16 hari (8 x pengamatan) dimana pada masing-masing media perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 6 kali. H1 = hari ke-2 H2 = hari ke-4 H3 = hari ke-6 H4 = hari ke-8 H5 = hari ke-10

26 H6 = hari ke-12 H7 = hari ke-14 H8 = hari ke-16 Hal ini berdasarkan lama hidup Brachionus plicatilis, yaitu selama hari (Hyman, 1951). Masing-masing media pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kain strimin, selanjutnya dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi air kolam dengan cara menggantungkan/mencelupkan di bawah permukaan air media, kemudian masing-masing botol perlakuan ditutup dengan kain kasa/strimin untuk mencegah masuknya serangga atau hewan lain, dan dibiarkan selam 7 hari. Shasmand (1986) menjelaskan dengan melakukan pemupukan berarti akan merubah konsentrasi zat hara sehingga akan mempengaruhi Zooplankton, dalam hal ini B. plicatilis. Selanjutnya Mujiman (1998) juga menjelaskan tujuan pemupukan pada media kultur B. plicatilis adalah untuk menumbuhkan jasad-jasad renik yang merupakan makanan B. plicatilis. Setelah 7 hari dimasukkan bibit B. plicatilis dari akuarium ke dalam masingmasing media perlakuan sebanyak 50 individu. Kemudian toples media ditutup kembali dengan kain kasa. Salinitas media dipertahankan antara / 00, ph antara 7,5-8,5 dan DO > 1,5 mg/l. Selanjutnya toples media pada rak lemari yang tertutup dan lampu TL 20 watt dengan jarak dari permukaan botol media perlakuan sekitar 20 cm. Kondisi sifat pisik dan kimia air media seperti suhu, ph, DO dan salinitas diperiksa 3 kali dalam 16 hari, yaitu pada hari ke 4, 9 dan 13. Untuk suhu diukur dengan alat termometer, ph diukur dengan ph meter, salinitas diukur dengan refraktometer dan kadar DO diukur dengan oximeter. Selanjutnya media perlakuan diberi aerasi setiap hari selama 3 menit dengan menggunakan aerator supaya kandungan O2 terlarut tidak terlalu rendah.

27 c. Perlakuan Penambahan Makanan Perlakuan penambahan makanan dilakukan pada pengamatan hari ke-8, yaitu setelah dilakukan penghitungan individu Brachionus plicatilis untuk pengamatan hari ke-8. Hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Muliani pada tahun 2000 dimana pada pengamatan hari ke-8 terjadi penurunan jumlah individu Brachionus plicatilis untuk semua media. 3.3 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis Brachionus plicatilis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan. Brachionus plicatilis diambil dengan menggunakan plankton net dan dimasukkan ke dalam ember bervolume 10 liter. Kemudian dibawa ke Laboratorium untuk diaklimasi dan diperlakukan. 3.4 Persiapan Media Aklimasi Air yang digunakan untuk aklimasi diperoleh dari air kolam Perpustakaan Universitas Sumetera Utara Medan yang telah disaring dengan menggunakan plankton net bermata saring 15 mikron. Air kolam tersebut dimasukkan ke dalam akuarium bervolume 60 liter serta ditambahkan NaCl sebanyak mg/50 l dan diaduk hingga NaCl larut. Kemudian media yang terdiri dari 5000 mg/50 l kotoran ayam mg/50 l pupuk Urea mg/50 l pupuk TSP dimasukkan ke dalam kain strimin dan dicelupkan ke dalam akuarium untuk menumbuhkan jasad-jasad renik sebagai bahan makanan Brachionus plicatilis selama seminggu. Selanjutnya dimasukkan bibit Brachionus plicatilis sebangak individu/50 liter untuk diaklimasikan selama seminggu. Akuarium diletakkan di bawah lampu 20 Watt dengan jarak ± 20 cm dan aerasi dilakukan setiap hari. 3.5 Pengamatan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

28 Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali seperti yang telah dijelaskan pada perlakuan waktu pengamatan. Brachionus plicatilis diambil dari masing-masing media perlakuan dengan menggunakan pipet serologi 10 ml. Sebelum dilakukan pengambilan, air media terlebih dahulu diaduk perlahan-lahan dengan batang pengaduk kaca supaya Brachionus plicatilis tersebar merata sehingga dapat mewakili semua Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam media. Kemudian Brachionus plicatilis diambil dengan pipet serologi. Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam pipet serologi diterawangkan pada sinar lampu kemudian dihitung jumlahnya dengan kasat mata. Cara ini sesuai dengan yang dilakukan Balai Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Laut Serang, serta Isnansetyo & Kurniastuti (1985). Penghitungan pertumbuhan populasi dilakukan sebanyak 6 kali sebagai ulangan untuk masing-masing media perlakuan. Setelah dilakukan penghitungan maka Brachionus plicatilis dimasukkan kembali ke dalam toples. Pengamatan ini dilakukan sampai dengan pengamatan hari ke-16. Selanjutnya setelah dilakukan penghitungan jumlah individu Brachionus plucatilis untuk pengamatan hari ke-8, dilakukan penambahan makanan (sesuai dengan komposisinya masing-masing) untuk media M1, M2 dan M3 sementara untuk media M0 tidak diberikan penambahan makanan karena sebagi kontrol Analisis Data Setiap waktu pengamatan dilakukan penghitungan jumlah populasi Brachionus plicatilis, data-data yang didapatkan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan laju pertumbuhan populasinya dengan menggunakan rumus menurut Fogg (1975), sebagai berikut : ln Nt ln No K = t Dimana: K = Laju pertumbuhan jumlah populasi Brachionus plicatilis per hari Nt = Jumlah populasi Brachionus plicatilis setelah t hari

29 No t = Jumlah populasi awal Brachionus plicatilis = Waktu pengamatan (hari) Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, jika dari hasil pengujian diperoleh perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan (DNMRT) (Steel & Torrie, 1993). BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Brachionus plicatilis (ind/ml) pada Media Perlakuan Dari pengamatan yang telah dilakukan terhadap perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada media perlakuan dengan penambahan bahan makanan selama waktu pengamatan, didapatkan rata-rata pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut.

30 Tabel 4.1 Rata-Rata Pertambahan Jumlah Individu Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml) pada Media Perlakuan Waktu pengamatan Media dan Rata-rata Pertambahan Individu M0 M1 M2 M3 Hari ke , Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke-14 0, Hari ke-16 0, Total Rata-rata Keterangan : M0 = 200 mg/2 l kotoran ayam (kontrol) M1 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP+ 4 mg/2 l Urea M2 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP mg/2 l Urea M3 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4,5 mg/2 l TSP + 5 mg/2 l Urea Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah individu populasi Brachionus plicatilis secara keseluruhan yang paling tinggi didapatkan pada waktu pengamatan hari ke-6 untuk semua media, sedangkan pengamatan hari ke-8 terlihat pertambahannya mengalami penurunan diakibatkan terjdinya penurunan ketersediaan makanan bagi B. plicatilis. Setelah dilakukan penambahan makanan pada hari ke-8, maka pada waktu pengamatan hari ke-10 kembali terlihat terjadinya penambahan jumlah individu populasi Brachionus plicatilis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mujiman (1998) yang menyatakan bahwa pemupukan untuk ketersediaan bahan makanan bagi B. plicatilis dalam media pada umumnya hanya tersedia untuk waktu 5-7 hari, jika dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali maka kepadatan Brachionus dapat dipertahankan tetap tinggi lebih dari 1 bulan. Media yang terbaik adalah media M2 yaitu dengan puncak kepadatan populasi mencapai angka sebesar ind/ml.

31 Terjadinya perbedaan rata-rata pertambahan jumlah individu (kepadatan) populasi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kombinasi media campuran kotoran ayam dengan pupuk TSP dan Urea. Hal ini disebabkan karena media kultur M2 yang dipupuk dengan kombinasi antara 200mg/2l TSP + 4.5mg/2l Urea ini menyebabkan tersedianya pakan (Fitoplankton) yang cukup bagi pertumbuhan B. plicatilis. Shasmand (1986) menyatakan bahwa dalam mengkultur Brachionus pemberian pupuk Urea dan TSP yang seimbang sangat menentukan terhadap pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber bahan makanan dari B. plicatilis, keadaan ini disebabkan karena pupuk Urea dengan kandungan unsur (N) sekitar 14.20% dapat meningkatkan metabolisme fitoplankton karena fitoplankton sangat tergantung kepada unsur N dan P disebabkan mempunyai kandungan gizi yang sangat bagus untuk mendukung pertambahan terhadap fitoplankton terdapat dalam media kultur tersebut. Sehingga dengan mudah B. plicatilis ini berkembang biak dengan baik. 4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis Dari hasil analisis data terhadap pertambahan jumlah populasi Brachionus plicatilis yang telah dilakukan, didapatkan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada beberapa media perlakuan dengan penambahan makanan selama waktu pengamatan cukup bervariasi seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut.

32 Tabel 4.2. Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3 x hari -1 ) pada media perlakuan Waktu Pengamatan Keterangan: Media dan Laju Pertumbuhan M0 M1 M2 M3 Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Total Rata-rata M0 = 200 mg/2 l kotoran ayam (kontrol) M1 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP+ 4mg/2 l Urea M2 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4 mg/2 l TSP + 4 mg/2 l Urea M3 = 200 mg/2 l kotoran ayam + 4,5 mg/2 l TSP+ 5 mg/2 l Urea Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa selama waktu pengamatan pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada perlakuan Media M2, yaitu sebesar 5,836 2 x 10-3 x hari -1 diikuti oleh media M3 sebesar 5,614. x 2 x 10-3 x hari -1 dan media M1 sebesar 5,509. x 2 x 10-3 x hari -1, sedangkan media M0 merupakan media dengan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis terendah, yaitu sebesar 3,969 ind x 2 x 10 3 x hari-), hal ini disebabkan karena media M0 merupakan media kontrol, yaitu tanpa pemberian pupuk TSP dan Urea. Laju pertumbuhan Brachionus plicatilis secara keseluruhan terlihat sangat bervariasi, baik antar media maupun antar waktu pengamatan. Secara keseluruhan laju pertumbuhan yang paling tinggi didapatkan pada waktu pengamatan hari ke-2 pada semua media perlakuan. Keadaan ini menunjukkan bahwa bahan makanan pada waktu ini masih dapat mendukung laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis secara maksimal. Selanjutnya pada pengamatan hari ke-6 dan hari ke-8 pada semua media terlihat laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis mengalami penurunan. Terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi ini disababkan oleh bahan makanan yang tersedia sudah berkurang dan tidak mampu mendukung terjadinya laju

33 pertumbuhan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyambodo (2001), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrien dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhannya. Pada waktu pengamatan hari ke-10, yaitu setelah dilakukan penambahan makanan pada hari ke-8, kembali terjadi peningkatan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada media M1, M2 dan M3, sedangkan pada media M0 terus mengalami penurunan karena tidak dilakukan penambahan makanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa ketersediaan bahan makanan pada semua media perlakuan hanya tersedia dan mampu mendukung kehidupan dan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis hanya sampai hari ke-8, dan setelah dilakukan penambahan bahan makanan kembali laju pertumbuhan populasi dapat dipertahankan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (1998) yang menyatakan bahwa bila dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan populasi Brachionus plicatilis. Dari hasil secara keseluruhan dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan antara waktu pengamatan awal (hari ke-2 sampai dengan hari ke-8) lebih tinggi bila dibandingkan dengan waktu pengamatan setelah dilakukan penambahan bahan makanan (hari ke-10 sampai dengan hari ke-16). Hal ini dikarenakan jumlah individu populasi Brachionus plicatilis dari hari ke hari semakin meningkat, sehingga penambahan makanan dengan jumlah yang sama kurang mampu mendukung kehidupan, terutama laju pertumbuhan populasinya. Sehingga perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah diberikan penambahan makanan pada media perlakuan terlihat tidak maksimal. Untuk lebih jelasnya melihat perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada pengamatan sebelum dan sesudah diberikan penambahan makanan dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

34 Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Media Perlakuan Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada pengamatan hari ke-2 untuk semua media perlakuan, kemudian untuk pengamatan hari ke-4 sampai dengan hari ke-8 mengalami penurunan laju pertumbuhan untuk semua media. Hal ini dikarenakan telah berkurangnya ketersediaan bahan makanan bagi Brachionus plicatilis pada masing-masing media, yang pada akhirnya kondisi ini tidak dapat lagi mendukung kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis. Selanjutnya untuk pengamatan hari ke-10, yaitu setelah diberikan penambahan makanan pada hari ke-8, terjadi peningkatan kembali laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis namun tidak setinggi pada pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-8. Keadaan ini menunjukkan bahan makanan hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup Brachionus plicatilis sampai dengan hari ke-8. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (1998), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrisi dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis atau bahkan mengalami kematian secara massal. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa bila dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.

35 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada ke empat media dengan perlakuan penambahan makanan selama waktu penelitian, setelah dianalisis secara statistik ternyata diantara waktu pengamatan dan komposisi media yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Oleh karena itu dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16) Media Rata-rata Laju Pertumbuhan Hari ke-2 sampai dengan hari ke-8 Hari ke-10 sampai dengan hari ke-16 M0 4,961 dd 0,873 dd M1 5,879 cc 2,112 cc M2 6,525 aa 2,228 aa M3 6,202 bb 2,218 bb Keterangan:Angka pada kolom yang sama diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%, sedangkan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1% menurut uji Duncan Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa setiap media perlakuan berbeda sangat nyata baik pada pengataman sebelum diberikan penambahan makanan (hari ke-2 sampai dengan hari ke-8) maupun pada pengamatan setelah diberikan penambahan makanan (hari ke-10 sampai dengan hari ke-16). Huruf yang sama pada kedua kolom menunjukkan bahwa pengamatan sebelum diberikan penambahan makanan (hari ke-2 sampai dengan hari ke-8) dengan pengamatan sesudah penambahan makanan (hari ke- 10 sampai dengan hari ke-16) tidak berbeda, sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan pengamatan sebelum dan sesudah penambahan makanan berbeda nyata keadaan ini menunjukkan bahwa penambahan bahan makanan mempengaruhi laju pertumbuhan popualsi Brachionus plicatilis. Dimana semakin banyak jumlah individu B. plicatilis maka semakin besar pula bahan makanan yang dibutuhkan. Dapat dilihat bahwa media M2 merupakan media terbaik jika dibandingkan dengan media yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi media terbaik dan secara optimum dapat

36 mendukung kehidupan B. plicatilis dan perkembangbiakannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan mujiman (1998), bahwa pemberian pupuk TSP (posfor) yang paling baik adalah lebih rendah pemberian komposisi media terbaik dan secara optimum dapat mendukung kehidupann Brachionus plicatilis dan perkembangbiakannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (1998), bahwa pemberian pupuk Urea (nitrogen) yang paling baik adalah lebih rendah dari pemberian pupuk TSP (posfor), sehingga proses metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton yang dibutuhkan sebagai sumber bahan makanan Brachionus plicatilis dapat berlangsung dengan baik.

37 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatlis setelah diberikan penambahan makanan pada media perlakuan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. a. Rata-rata pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis tertinggi sebelum diberikan penambahan makanan terdapat pada pengamatan hari ke 6 yaitu pada media M2 sebesar individu/ml, sedangkan rata-rata pertambahan jumlah individu B.plicatilis tertinggi setelah diberikan perlakuan penambahan makanan terdapat pada pengamatan hari ke-12 yaitu (pada media M2 sebesar 9,611 individu/ml). b. Laju pertumbuhan tertinggi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan panambahan makanan terdapat pada media M2 masing-masing sebesar 5,836 ind. x 2 x 10-1 x hari -1. Perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis antara sebelum dan sesudah diberikan penambahan makanan didapatkan hasil yang lebih tinggi pada perlakuan sebelum penambahan makanan daripada setelah diberikan penambahan makanan.

38 c. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-16 berbeda sangat nyata antara media M0, M1, M2 dan M3. d. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada media M1 dan M3 untuk pengamatan sebelum dan sesudah diberikan penambahan makanan berbeda sangat nyata. 5.2 Saran Dari hasil yang telah yang telah diperoleh selama melakukan penelitian ini, disarankan, a. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian pupuk TSP dengan variasi konsentrasi dengan kisaran yang lebih kecil dan mendekati kisaran konsentrasi pupuk Urea yang diberikan sehingga didapat media komposisi media kultur B.plicatilis yang lebih optimal terhadap laju pertumbuhan populasinya. b. Sebaiknya penambahan makanan diberikan dengan jumlah dua kali lipat dari komposisi media awal sehingga kebutuhan bahan makanan dapat terpenuhi dengan baik. c. Sebaiknya dilakuakan penambahan makanan pada hari ke-8 supaya kembali terjadi peningkatan laju pertumbuhan populasi B. plicatilis.

39 DAFTAR PUSTAKA Aslianti, T Jenis dan Cara Pemberian Pakan untuk Produk Nener (Chanos chanos Forsskal) dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Sumber Daya Perikanan dan Penangkapan. Jakarta : Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan : hlm. 190 Ayodhyoa, A.U Metode Penagkapan ikan. Yayasan dwi sri, Bogor: hlm. 97. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut ATA Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis) O.F. Muller. Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro, serang: hlm Cole, G.A Teks Limnologi. Diterjemahkan oleh Fatimah Md. Yusoff & Shamsiah Md. Said. Edisi III. Cetakan I. Penerbit Dewa Bahasa dan Pustaka. Selangos Darul Ehsan. hlm. 69 dan 337. Dahril, T Rotifera Biologi dan Pemanfaatannya. Riau: Penerbit UNRI-Press. Pekanbaru: hlm. 5,14 dan Diani, S. Dan S. Sa diah Perbedaan Lama Waktu Pengkayaan Rotifera (Brachionus plicatilis) Terhadap Kandungan asam Lemak Rotifera dan Pertumbuhan serta Kelangsungan Hidup Larva Kerapu Macan (Epinephelus fucoguttatus) dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Bidang Daya Perikanan. Jakarta: Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. hlm.392. Djuhanda, T Kehidupan dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit pada Manusia. Bandung: Penerbit ITB. hlm Haris, E Beberapa Usaha dalam Peningkatan Produksi Benih. Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta: hlm. 11.

40 Hyman, L. H The Invertebrata : Acanthocephala, Aschelmintes and Entprocta. Volume III. Mc. Graw- Hill Book Company, Inc, New York: pp & Isnansetyo, A., Kurniastuty Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton: Pakan Alami Ikan untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm Kadarini, T Pupuk Anorganik Sebagai Alternatif untuk Meningkatkan Produksi Pakan Alami pada Budidaya Ikan. Kwarta Penelitian Perikanan Indonesia. Volume. 3. No. 3. hlm. 2. Lingga, P Petunjuk Penggunaan Pupuk. Cetakan ke-10. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. hlm Mujiman, A Makan Ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penebar. Swadaya, hlm , Mustahal, Status dan Perkembangan Kultur Rotifera sebagai Jasad Pakan Alami dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Buku II. Bidang Budidaya Perikanan. Jakarta: Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, hlm , 392. Prijono, A., G. Sumiarsa dan M. S. Yasa Pengaruh Tipe Rotifera untuk Pakan awal Eksogen terhadap Mutu Benih Bandeng (Chanos Chanos Forskal) dalam Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. II. No. 2. hlm Pennak, R.W Freshwater Invertebrates of United State. 2 nd Edition. Jhon Willey & Sons, Inc, New York: pp , Priyambodo, Budidaya Ikan Alami untuk ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penebar Swadaya. hlm. 28 Rusfian, Pengaruh Pupuk Kotoran Ayam terhadap Perkembangan Populasi Brachionus sp. Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekan Baru: hlm. 52 (tidak diterbitkan). Sachlan, M Planktonologi. Universitas Riau. hlm. 85. Saifuddin, Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana. hlm. 56. Senawan, I Kelestarian Sumber Perikanan Daerah Riau Berkala Perikanan Terubuk. 29 (10). hlm. 28. Setyabudiningsih Pengaruh Kualitas dan Kuantitas Scenedesmus acuminatus Terhadap Siklus Hidup Brachionus caliciflorus pallas. Kertas Karya. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor: hlm. 69 (tidak diterbitkan) Setyamidjaja, D, Pupuk dan Pemupukan. Simplex. Jakarta: hlm Shasmand, S Pengaruh Pemupukan Triple Superphospat dan Urea Terhadap Kelimpahan dan Keanekaragaman Zooplankton Pada Kolam Yang Ditebar Ikan Mas (Cyprinus Carpio L). Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekan Baru: hlm. 1-5, 30 (tidak diterbitka)

41 Sumawidjaja, K Limnologi. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi.. Bogor: Institut Pertanian Bogor. hlm. 56. Sutejo, M Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. hlm , Woynarovich, E, and I. Hortvath The Artifical Propagarion of Warmater Fin Fishes. A Manual For Extension. FAO. Rome. 181 p. Lampiran A. Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus plicatilis Air kolam Disaring Stoples/botol Kotoran ayam + pupuk Urea + pupuk TSP NaCl Dibungkus kain strimin Dicelupkan Sumber pakan Media Perlakuan

42 Lampiran B. Bagan alir laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis Media Perlakuan Ditutup dengan kain kasa Diberi cahaya 20 watt Dibiarkan selama satu minggu Media Perlakuan Setelah satu minggu Dimasukkan bibit B. plicatilis sebanyak 25 individu Dilakukan pengamatan dan penghitungan setiap 2 hari selama 14 hari B. plicatilis diambil dengan pipet serologi 20 ml

43 LAMPIRAN C. Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan Secara Randomisasi RAK 1 RAK 2 M0 (2) M0 (4) M0 (1) M1 (1) M1 (3) M1 (6) Lampu TL 20 Watt Lampu TL 20 Watt M0 (5) M0 (3) M0 (6) M1 (2) M1 (5) M1 (4) M2 (3) M2 (2) M2 (4) M3 (1) M3 (2) M3 (4) Lampu TL 20 Watt Lampu TL 20 Watt

44 RAK 3 RAK 4

45 Lampiran D. Jumlah individu (kepadatan) populasi B. plicatilis (ind./ml) pada media pakan ayam dan pupuk TSP serta beberapa variasi pupuk urea setelah diberikan perlakuan penambahan makanan selama waktu pengamatan (H = 2 hari Perlakuan Waktu Pengamatan H1 H2 H3 H4 Media Ulangan H x x x x M0 1 0, , , , , , Total 0, Rata-rata M1 1 0, , , , , , ` Total Rata-rata M2 1 0, , , , , , Total Rata-rata 0, M3 1 0, , , , , , Total 0, Rata-rata 0,

46 Waktu Pengamatan Ulangan H5 H6 H7 H8 H x x x x Total Ratarata Total Ratarata Total Ratarata Total Ratarata

47 Lampiran E. Data Fisik dan Kimia Media pada Beberapa Tingkat Variasi Pupuk Urea selama Waktu Pengamatan Media Suhu ( C) ph Salinitas ( ) Oksigen Terlarut (mg/l) M ,4 5,0 M ,4 4,8 M ,5 5,2 M ,6 5,4

48 Lampiran F. Pertambahan jumlah popoualsi B. plicatilis (ind/ml) pada beberapa tingkat variasi TSP selama waktu pengamatan (H=2 hari) Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 Media x x x x x x x x x M Total Rata-rata M Total Rata-rata M Total Rata-rata M Total Rata-rata

49 Lampiran G. Laju Pertumbuhan jumlah individu populasi B. plicatilis (ind x 2 x 10-3 x hari - ) pada beberapa tingkat variasi pupuk Urea selama waktu pengamatan Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 Media x x x x x x x x M Total Rata-rata M Total Rata-rata M Total Rata-rata M Total Rata-rata Total Rataan

50 Lampiran H1. Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan hari ke-8 DB Perlakuan = P 1 = (4 x 4) 1 = 16 1 = 15 DB H = H 1 = 4 1 = 3 DB M = M 1 = 4 1 = 3 DB Total = (t x n) 1 = (4 x 4 x 6) 1 = 96 1 = 95 DB Galat = t(n 1) = (4 x 4) (6 1) = 16 (5) = 80 94,271 FK = ( ) JK Total 2 = 92,573 = (1,498) 2 + (1,575) (0,430) 2 FK = 115,616 92,573 = 23,043 JK Perlakuan = ( ) 2 ( ) 2 8, , ( 2,646 ) JK Galat 6 = 111,841 92,573 = 19,268 = JK Total JK Perlakuan = 23,043 19,268 = 3,775 JK H = ( ) 2 ( ) 2 38, , ( 9,614 ) 4 6 = 110,660 92,573 = 18,087 JK M = ( ) 2 ( ) 2 19, , ( 26,102 ) 4 6 = 93,482 92,573 = 0,909 2 FK 2 2 FK FK

51 JK H x M = JK Perlakuan JK H JK M = 19,268 18,087 0,909 = 0,272 KT Perlakuan = KT H = KT M = KT H x M = KT Galat = JKPerlakua n 19,268 = = 1,284 DBPerlakuan 15 JKH 18,087 = = 6,029 DBH 3 JKM 0,909 = = 0,303 DBM 3 JKHxM 0,272 = = 0,030 DBHxM 9 JKGalat 3,775 = = 0,047 DBGalat 80 FH P KTP 1,284 = = = 27,319 KTG 0, 047 FH H KTH = KTG = 6,029 = 128,276 0,047 FH M KTM 0,303 = = = 6,446 KTG 0, 047 FH H x M = KTHxM KTG = 0,030 = 0,638 0,047 Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Beberapa Tingkat Variasi Pupuk TSP pada Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-8 SK DB JK KT FH 5% 1% Perlakuan 15 19,268 1,284 27,319 ** 1,82 2,32 H 3 18,087 6, ,276 ** 1,77 2,24 M 3 0,909 0,303 6,446 ** 1,70 2,11 H x M 9 0,272 0,030 0,638 ** 1,65 2,03 Galat 80 3,775 0,047 Total 95 23,043 Keterangan: (**) berbeda sangat nyata Sx = KTGalat = t n 0,047 = 0,

52 4,961 (M0) 5,879 (M1) 6,202 (M3) 6,525 (M2) 0,05 2,77 2,92 3,02 0,01 3,64 3,80 3,90 0,002 0,122 0,128 0,133 0,0004 0,160 0,167 0,172 d c b a D C B A

53 Lampiran H2. Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-10 sampai dengan hari ke-16 DB Perlakuan = P 1 = (4 x 4) 1 = 16 1 = 15 DB H = H 1 = 4 1 = 3 DB M = M 1 = 4 1 = 3 DB Total = (t x n) 1 = (4 x 4 x 6) 1 = 96 1 = 95 DB Galat = t(n 1) = (4 x 4) (6 1) = 16 (5) = 80 29,727 FK = ( ) JK Total 2 = 883,694 = 9, = (0,230) 2 + (0,190) (0,271) 2 FK = 10,871 9,205 = 1,666 JK Perlakuan = ( ) 2 ( ) 2 1, , ( 1,615 ) JK Galat 6 = 10,520 9,205 = 1,315 = JK Total JK Perlakuan = 1,666 1,315 = 0,351 JK H = ( ) 2 ( ) 2 8, , ( 5,332 ) 4 6 = 9,583 9,205 = 0,378 JK M = ( ) 2 ( ) 2 3, , ( 8,872 ) FK FK FK

54 = 10,073 9,205 = 0,868 JK H x M = JK Perlakuan JK H JK M = 1,315 0,378 0,868 = 0,069 KT Perlakuan = KT H = KT M = KT H x M = KT Galat = JKPerlakua n 1,315 = = 0,087 DBPerlakuan 15 JKH 0,378 = = 0,126 DBH 3 JKM 0,868 = = 0,289 DBM 3 JKHxM 0,069 = = 0,007 DBHxM 9 JKGalat 0,351 = = 0,004 DBGalat 80 FH P KTP 0,087 = = = 21,750 KTG 0, 004 FH H KTH = KTG = 0,126 = 31,500 0,004 FH M KTM 0,289 = = = 72,250 KTG 0, 004 FH H x M = KTHxM KTG = 0,007 = 1,750 0,004 Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari -1 ) pada Beberapa Tingkat Variasi Pupuk TSP pada Pengamatan Hari ke-10 sampai dengan Hari ke-16 SK DB JK KT FH 5% 1% Perlakuan 15 1,315 0,087 21,750 ** 1,82 2,32 H 3 0,378 0,126 31,500 ** 1,77 2,24 M 3 0,868 0,289 72,250 ** 1,70 2,11 H x M 9 0,069 0,007 1,750 * 1,65 2,03 Galat 80 0,351 0,004 Total 95 1,666 Keterangan: (**) berbeda sangat nyata ; (*) berbeda tidak nyata

55 Sx = KTGalat t n = 0,004 = 0, ,873 (M0) 2,112 (M1) 2,218 (M3) 2,228 (M2) 0,05 2,77 2,92 3,02 0,01 3,64 3,80 3,90 0,0007 0,036 0,038 0,039 0,0001 0,047 0,049 0,051 d c b a D C B A

56 LAMPIRAN I. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian Kotoran Ayam Pupuk TSP Pupuk Urea A B

57 C Gambar 9. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian A. ph Meter B. Refraktometer C. Termometer LAMPIRAN J. Foto-foto pelaksanaan Penelitian Gambar. Perhitungan jumlah individu (kepadatan) populasi B. plicatilis dengan metode terawang.

58 Gambar B.plicatilis dengan perbesaran 400 kali Gambar Posisi Media Perlakuan

59 Gambar Media Perlakuan dan Proses Pengambilan Sampel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulubulu

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2007 di Laboratorium Ekologi Hewan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller Djarijah (1995) mengatakan bahwa Brachionus plicatilis merupakan organisme eukariot akuatik yang termasuk ke dalam zooplankton yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Metode Penelitian Penelitian: Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Brachionus plicatilis Brachionus plicatilis merupakan salah satu Rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya Edmonson (1963) sebagai berikut: Phylum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Ciri khas dasar pemberian nama rotatoria atau rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini berbentuk

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN C PADA MEDIA CAKAP SKRIPSI SRI JAYANTHI

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN C PADA MEDIA CAKAP SKRIPSI SRI JAYANTHI LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN C PADA MEDIA CAKAP SKRIPSI SRI JAYANTHI 060805026 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Jurnal Online Saintia Biologi ISSN: Abstract

Jurnal Online Saintia Biologi ISSN: Abstract LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PEMBERIAN KOTORAN AYAM KAMPUNG (Gallus varius L.) DAN AYAM BROILER (Gallus demostica L.) PADA MEDIA KOMBINASI PUPUK UREA DAN TSP Surya

Lebih terperinci

PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis) SESUDAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN

PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis) SESUDAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis) SESUDAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN 1 Safrizal, 2 Erlita, 2 Rindhira Humairani 1 Alumni Program Studi Budidaya

Lebih terperinci

SKRIPSI ANDI PRANATA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

SKRIPSI ANDI PRANATA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis) PADA MEDIA KOMBINASI KOTORAN AYAM, PUPUK URES DAN PUPUK TSP, SERTA PENAMBAHAN BEBERAPA VARIASI RAGI ROTI SKRIPSI ANDI PRANATA 050805027 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp. dengan pemberian pupuk kandang, jerami padi dan daun kol dengan padat

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 2, Juni 2015 Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya memegang peranan penting untuk lestarinya sumber daya ikan. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis unggulan. Pembenihan

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) Andi Khaeriyah Program Studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami kolam-kolam, sawah,

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus, plankton digunakan sebagai pakan alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan makanan pada saat masa penggantian dari makanan kuning telur ke 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat kematian dari larva

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014. B.

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp)

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) SKRIPSI HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK 090302063 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

SKRIPSI RIZMA HAYANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

SKRIPSI RIZMA HAYANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 EFISIENSI KONSUMSI PAKAN DAN LAJU RESPIRASI ULAT SUTERA Bombyx mori L. (LEPIDOPTERA: BOMBICIDAE) YANG DIBERI DAUN MURBEI (Morus sp.) YANG MENGANDUNG VITAMIN B1 (TIAMIN) SKRIPSI RIZMA HAYANI 070805001 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini beberapa metode uji hayati dilakukan untuk menguji toksisitas lingkungan di suatu perairan. Uji hayati (bio assay) adalah suatu metode untuk menguji

Lebih terperinci

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA BDI-T/1/1.2 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA PAKAN ALAMI AIR TAWAR MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Brachionus plicatilis menurut Edmonson (1963) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Brachionus plicatilis menurut Edmonson (1963) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Brachionus plicatilis a. Klasifikasi Klasifikasi Brachionus plicatilis menurut Edmonson (1963) adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Rotifera

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri dan klasifikasi Moina sp 1. Ciri-ciri dan morfologi Moina sp Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI (System of Rice Intensification) SKRIPSI Oleh : SRY MALYANA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK

SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK PENGARUH TEPUNG CANGKANG TELUR DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP ph, KETERSEDIAAN HARA P DAN Ca TANAH INSEPTISOL DAN SERAPAN P DAN Ca PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK 110301002

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan alami memiliki peran penting dalam usaha akuakultur, terutama pada proses pembenihan. Peran pakan alami hingga saat ini belum dapat tergantikan secara menyeluruh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan.

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan. Peningkatan benih berkualitas mampu didapatkan dengan pengontrolan panti benih dan pakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Mei 2013 dilaksanakan di Hatchery Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta PERTUMBUHAN KULTUR Chlorella spp SKALA LABORATORIUM PADA BEBERAPA TINGKAT KEPADATAN INOKULUM The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum Lady Diana Tetelepta Jurusan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mengetahui teknik kultur Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. skala laboratorium dan skala massal serta mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica)

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica) PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica) SKRIPSI OLEH : SRI WILDANI BATUBARA 050307041/PEMULIAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

KULTUR KOTILEDON JERUK KEPROK (Citrus nobilis Lour.) PADA MEDIA MS YANG DIPERKAYA DENGAN KINETIN

KULTUR KOTILEDON JERUK KEPROK (Citrus nobilis Lour.) PADA MEDIA MS YANG DIPERKAYA DENGAN KINETIN KULTUR KOTILEDON JERUK KEPROK (Citrus nobilis Lour.) PADA MEDIA MS YANG DIPERKAYA DENGAN KINETIN SKRIPSI YESVITA RITONGA 060805034 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Lebih terperinci

BABV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi pupuk

BABV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi pupuk BABV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi pupuk NPK yang paling sesuai untuk laju pertumbuhan relatif rata-rata Chiarella vulgaris yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu input penting dalam budidaya ikan. Pakan menghabiskan lebih dari setengah biaya produksi dalam kegiatan budidaya ikan. Dalam kegiatan budidaya

Lebih terperinci

SKRIPSI LEDI D SITANGGANG

SKRIPSI LEDI D SITANGGANG i LAJU PERTUMBUHAN POPULASI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN BUATAN SERTA KOMBINASINYA SKRIPSI LEDI D SITANGGANG 090805061 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

UJI ANTI MIKROBA EKSTRAK METANOL BUNGA CENGKEH TERHADAP BAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI, Streptococcus mutans SKRIPSI

UJI ANTI MIKROBA EKSTRAK METANOL BUNGA CENGKEH TERHADAP BAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI, Streptococcus mutans SKRIPSI UJI ANTI MIKROBA EKSTRAK METANOL BUNGA CENGKEH TERHADAP BAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI, Streptococcus mutans SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains DESY

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antena dorsal dan 2 buah antenna lateral. Pada ujung antenna biasanya terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. antena dorsal dan 2 buah antenna lateral. Pada ujung antenna biasanya terdapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Rotifera Rotifera merupakan sejenis organisme air yang memiliki klasifikasi menurut Ruutner dan Kolisko (1974) diacu oleh Dikkurahman (2003) sebagai berikut Phylum Kelas

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT Pemberian Jurnal Akuakultur zat pengatur Indonesia, tumbuh 6(1): kepada 37 42 Chlorella (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 37 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biotani Sistimatika Sawi Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Kegiatan penelitian berupa percobaan di laboratorium yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI 110301232 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI 1 PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI EDEN PRANATHA GINTING 060306025 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis)

Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis) Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis) Effect of Several Natural Feeds Enhenced with Honey on The Growth Rate of Rotifer (Brachionus

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN TAMBRA (Tor tambra)

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN TAMBRA (Tor tambra) A-PDF Merger DEMO : Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN TAMBRA (Tor tambra) SKRIPSI RISSA HERAWATI BR GINTING 090805053 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA ILMU TANAH

OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA ILMU TANAH DAMPAK PEMBERIAN PUPUK UREA DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP C ORGANIK, TOTAL DAN SERAPAN N, SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG PADA INCEPTISOL ASAL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA 120301010

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KADAR GAS CO TERHADAP KUALITAS UDARA DALAM GEDUNG AUDITORIUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ANALISIS PENGARUH KADAR GAS CO TERHADAP KUALITAS UDARA DALAM GEDUNG AUDITORIUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN ANALISIS PENGARUH KADAR GAS CO TERHADAP KUALITAS UDARA DALAM GEDUNG AUDITORIUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI NOVA YANTI 060801016 PROGRAM STUDI SARJANA FISIKA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

EKO ANDREAS SIHITE AGROEKOTEKNOLOGI

EKO ANDREAS SIHITE AGROEKOTEKNOLOGI PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH, SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN BEBERAPA SUMBER P SKRIPSI Oleh EKO ANDREAS SIHITE

Lebih terperinci

POPULASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) DI PERAIRAN DANAU TOBA, DESA MARLUMBA, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA

POPULASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) DI PERAIRAN DANAU TOBA, DESA MARLUMBA, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA POPULASI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) DI PERAIRAN DANAU TOBA, DESA MARLUMBA, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH: VILLA TAMORA TIOFANTA PURBA 120805061 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan penting dan berpengaruh besar dalam kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya usaha budidaya perikanan. Pakan

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Skeletonema costatum PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS MEDIA. The Growth of Skeletonema costatum on Various Salinity Level s Media

PERTUMBUHAN Skeletonema costatum PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS MEDIA. The Growth of Skeletonema costatum on Various Salinity Level s Media PERTUMBUHAN Skeletonema costatum PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS MEDIA The Growth of Skeletonema costatum on Various Salinity Level s Media Siti Rudiyanti Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA

LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) DENGAN PEMBERIAN PAKAN CACING SUTERA (Tubifex sp.) YANG DIKULTUR DENGAN BEBERAPA JENIS PUPUK KANDANG ROMI PINDONTA TARIGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh kualitas benih dan pakan. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti plankton. Plankton sangat

Lebih terperinci

SKRIPSI AGUS NINGSIH

SKRIPSI AGUS NINGSIH PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF SERBUK GERGAJI KAYU SEMBARANG YANG DIMANFAATKAN SEBAGAI PENJERNIHAN AIR SUMUR Ds. SUMBER KARYA Kec. BINJAI TIMUR KOTA BINJAI SKRIPSI AGUS NINGSIH 090801001

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU 110302072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 TUGAS AKHIR SB 091358 PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI MEDIA EKSTRAK TAUGE (MET) DENGAN PUPUK UREA TERHADAP KADAR PROTEIN Spirulina sp. PADA MEDIA DASAR AIR LAUT Dwi Riesya Amanatin (1509100063) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung dan uji proksimat di Politeknik Lampung 2012. B. Materi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau. 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau. Klasifikasi Tetraselmis sp. menurut Bold & Wynne (1985) adalah sebagai berikut: Filum Kelas Ordo

Lebih terperinci

PERTUBUHAN EKSPLAN KOTILEON JERUK KEPROK

PERTUBUHAN EKSPLAN KOTILEON JERUK KEPROK 1 PERTUBUHAN EKSPLAN KOTILEON JERUK KEPROK ( Citrus Nobilis Lour.) DENGAN KULTUR IN VITRO PADA MEDIA MS (MURAHIGE & Skoog) DENGAN BAP (Benzyl Amino Purin) SKRIPSI RENY SEPRIANTI 060805045 DEPARTEMEN BIOLOGI

Lebih terperinci

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag Oleh: Susantidiana Abstract The objective of this research is to evaluate

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber gizi penting untuk proses kelangsungan hidup manusia. Ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral. Protein

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 PEMANFAATAN KOMPOS TANDAN KOSONG SAWIT (TKS) SEBAGAI CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN PEMBERIAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MINDI (Melia azedarach L.) SKRIPSI Oleh Nina Astralyna 051202017/ Budidaya Hutan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PEMBERIAN DUA JENIS PUPUK KANDANG PADA DUA KALI PENANAMAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PEMBERIAN DUA JENIS PUPUK KANDANG PADA DUA KALI PENANAMAN SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PEMBERIAN DUA JENIS PUPUK KANDANG PADA DUA KALI PENANAMAN Oleh: Mitra Septi Kasi 11082201653 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG 1 PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI OLEH NIKO FRANSISCO SILALAHI 090301024

Lebih terperinci

PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN

PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN PAKAN DAN PEMBERIAN PAKAN 1. Pendahuluan Pakan alami adalah sejenis pakan ikan yang berupa organisme air. Organism ini secara ekosistem merupakan produsen primer atau level makanan dibawah ikan dalam rantai

Lebih terperinci