BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sumadi Suryabrata (2008: 14) menjelaskan bahwa pengertian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sumadi Suryabrata (2008: 14) menjelaskan bahwa pengertian"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua a. Pengertian tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Sumadi Suryabrata (2008: 14) menjelaskan bahwa pengertian perhatian sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Slameto (2010: 105) menyatakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang di lakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan Baharuddin (2007: 178) mengatakan perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada suatu sekumpulan obyek. Dari beberapa pengertian perhatian yang telah diuraikan diatas peneliti simpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai suatu perhatian apabila ada pemusatan atau konsentrasi dalam diri individu pada suatu objek yang ada di dalam maupun yang di luar diri kita. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk suatu keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memdidik, mengasuh, membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan 8

2 tertentu yang akan menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan masyarakat. Dalam KBBI (2005: 802) bahwa yang dimaksud orang tua adalah orang yang dihormati (disegani) di kampong, tetua. Dalam hal ini perhatian yang dimaksud adalah perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru (anak). Jadi yag dimaksud perhatian orang tua adalah pemusatan atau konsentrasi orang tua (ayah, ibu) pada suatu obyek di dalam maupun di luar diri mereka. b. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua Abu Ahmadi dan widodo Supriyono (2008: 87-88) mengatakan bahwa kemajuan belajar anak tidak terlepas dari bantuan dan pengawasan dari orang tua (ayah dan ibu). Diadaptasi dari pendapat Nunung Suwardi BA (1983: ) yang mengemukakan usaha orang tua untuk meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya, sebagai berikut. 1) Orang tua perlu sekali menciptakan suasana tentram dan damai dalam rumah tangga. Keserasian antara ayah dan ibu, saling mencintai, saling menghargai, saling mengerti dan menerima. Ayah mestinya merupakan lambang ketenangan, kehalusan perasaan, kesejukan, dedikasi dan penuh kasih sayang bagi anak-anaknya. Ini akan merupakan contoh dan moral yang paling besar bagi ketentraman jiwa si anak. Sehingga si anak dapat melakukan hal-hal yang positif tanpa adanya gangguan emosi. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 87) mengemukakan kaitannya 9

3 dengan keluarga hendaknya suasana rumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. 2) Keterbukaan hubungan antara orang tua dan anak. Orang dan anak-anak sama-sama belajar saling menyesuaikan diri sehingga timbul hubungan yang akrab dan erat. Sering orang tua terlalu banyak melarang, sehinngga menjengkelkan si anak. Sebaiknya larangan itu harus dapat dialihkan menjadi perintah atau anjuran. Usahakan jangan sampai orang tu menjadi musuh besar bagi anak. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 86) berpendapat sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. Kasih sayang dari orang tua akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak. 3) Memperhatikan kasehatan. Orang tua harus jadi dapat segera melihat tandatanda keletihan si anak. Kemudian segera mencari penyebabnya: (a) bagaimana makananya sudah cukup baikkah nilai gizinya (b) Sudah cukupkah makanan yang dimakannya (c) Cukupkan tudurnya. Kemudian segera ditanggulangi penyebabnya sedini mungkin. Dengan keadaan kesehatan yang baik dari dalam maupun luar anak akan menunjang aktifitas anak dalam kesehariannya terutama dalam belajarnya. 10

4 4) Perlu adanya pengarahan ataun rangsangan dari orang tua agar anak-anak mempunyai cita-cita untuk masa depannya. Karena seringkali anak sudah duduk di bangku SMA masih belum tahu cita-cita mau jadi apa. Mereka tahu pasti peranannya dalam masyarakat nanti, dibidang apa dia harus berbakti. Ini akan merupakan target yang harus mereka capai dan harus mereka persiapkan sebaik-baiknya untuk menyongsong hari depan yang gemilang. Cita-cita mereka harus disesuaikan dengan kemampuan dan minat si anak. Hubungan perhatian orang tua dengan anak harus ditanamkan sedini mungkin terutaman dalam hal ini mengenai pengarahan untuk masa dapan anaknya. Dengan cara menggali bakat, dan minat anak secara konsisten orang tua akan mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri si anak, sehingga si anak dalam melangkah sudah mengetahui apa yang menjadi cita-citanya. 5) Mengadakan konsultasi dengan guru di sekolah mengenai maju mundurnya pelajaran anak-anak dan dibicarakan langkah-langkah apa yang kiranya dapat membantu meningkatkan prestasi anak disekolah. Dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan pihak sekolah terutama guru kelas. Hubungan antara orang tua dengan pihak sekolah (guru) akan membentuk adanya kerjasama dalam hal ini bagaimana cara agar si anak dapat belajar dengan rajin baik di sekolah maupun ketika di rumah. Sehingga dengan adanya control belajar yang baik maka akan dapat meningkatkan hasil belajar anak. 11

5 6) Adanya bimbingan yang terarah dari orang tua untuk mengisi waktu terluang dengan cara terbaik, sehingga akan membuat kebiasaan aktivitas yang menyenangakan. Dengan cara membuat jadwal pelajaran yang tepat akan membantu si anak dalam belajar, dan mengetahui mana waktunya belajar, dan mana waktunya untuk bermain. Dalam mengisi waktu luang akan sebaiknya orang tua mengarahkan sesuai dengan bakat, dan minat si anak, seperti memasukannya ke sekolah sepak bola, les musik, dan lainlain. 7) Memberikan petunjuk-petunjuk praktis mengenai cara belajar yang efisien, cara mengatur waktu, disiplin belajar, konsentrasi, persiapan menghadapi ujian atau testing dan sebagainya. Waktu anak sebagian besar terada di rumah, sedangkan di sekolah hanya beberapa jam saja. Dengan ini peran atau perhatian orang tua khususnya dalam membimbing belajar anak, diharapkan mampu mengkondisikan belajar anak setelah pulang sekolah, sehingga apa yang telah dipelajari di sekolah dapat melekat pada diri anak. Orang tua dalam mengkondisikan si anak terutama dalam hal belajar bisa dengan berbagai cara, misal dengan membuat jadwal pelajaran, menemani belajar, menanyakan apakah ada kesulitan dalam belajar, menanamkan percayaan diri kepada si anak untuk percaya kepada kemampuan yang dimilikinya. 8) Menyediakan tempat belajar yang baik, sesuai dengan persyaratan kesehatan. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 76) mengemukakan 12

6 untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya (a) ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran (b) ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata (c) cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya. Muniarti Sulasti (Ida Susanti, 1996: 19) memberikan gambaran mengenai perhatian orang tua adalah sebagai berikut. Orang tua yang menaruh perhatian besar pada belajar anak-anaknya dapat dilihat misalnya adanya peringatan-peringatan, teguran-teguran, memperhatikan penyediaan sarana studi dan sebagainya. Lebih lanjut dikatakan bahwa orang tua yang memperhatikan anaknya terutama dalam belajar dapat dilihat dari usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan belajar anaknya. Banyak anak yang lemah semangat belajarnya karena orang tua kurang memperhatikan kebutuhan fasilitas belajar anaknya. Sependapat dengan pernyataan di atas Sutratinah Tirtonegoro (Ida Susanti, 1996: 20) mengemukakan sebagai berikut. Kemajuan belajar anak tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari guruguru dan sekolahnya. Tetapi tidak kurang pentingnya dan bahkan ikut ambil peranan yaitu adanya perhatian orang tua (ayah dan ibu), perhatian itu antara lain diberinya fasilitas belajar secukupnya. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas mengenai perhatian orang tua dapat disimpulkan aspek-aspek perhatian orang tua terhadap anaknya, antara lain: (a) menyediakan fasilitas belajar (b) memberikan bimbingan belajar (c) membantu mengatasi masalah anak 13

7 (d) mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah (e) memberikan motivasi belajar c. Jenis-jenis Perhatian Orang Tua Perhatian timbul karena adanya pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Dilihat dari beberapa segi, perhatian dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Bimo walgito (2010: ) membagi perhatian dalam beberapa segi yaitu: 1) Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, maka perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan, dan perhatian tidak spontan. Perhatian spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan secara spontan, sedangkan perhatian tidak spontan yaitu perhatian yang timbul dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya. 2) Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suati waktu, perhatian dapat dibedakan, perhatian yang sempit, dan perhatian yang luas. Perhatian yang sempit yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek. Sedangkan perhatian yang luas yaitu perhatian individu yang pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek sekaligus. 3) Dilihat dari perhatian yang sempit, dan perhatian yang luas, perhatian dapat dibedakan atas perhatian yang terpusat, dan perhatian yang terbagi-bagi. Perhatian yang terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada suatu objek, sedangkan perhatian yang 14

8 terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek. 4) Dilihat dari fruktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan, perhatian yang statis, dan perhatian yang dinamis. Perhatian yang statis yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada objek tertentu, sedangkan perhatian yang dinamis yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek lainnya. Sumadi Suryabrata (2008: 14-16) menyebutkan macam-macam perhatian sebagai berikut. (a) Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin. Dibedakan menjadi perhatian intensif dan perhatian tidak intensif. (b) Atas dasar cara timbulnya, dibedakan menjadi perhatian spontan (perhatian tak sekehendak atau perhatian tak disengaja) dan perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif). (c) Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, perhatian di bedakan menjadi perhatian terpencar (distributif) dan perhatian terpusat (konsentratif). Jadi kesimpulannya ada bermacam-macam jenis perhatian yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Orang tua yang satu dengan orang tua yang lain cara mengungkapkan perhatian kepada anaknya jelas berbeda-beda. Perhatian orang tua merupakan bentuk kasih sayang, kepedulian maupun simpati orang tua terhadap keadaan anaknya. 15

9 d. Fungsi Keluarga atau Orang Tua Keluarga bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan itu diperoleh, apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dari keluarga atau orang tua kepada anak-anaknya antara lain: (1) memberikan rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya (2) sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis (3) sumber kasih sayang dan penerimaan (4) model perilaku yang tepat bagi anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat (6) pembantu anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan (7) pemberian bimbingan dalam belajar keterampilan, motor, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri (8) stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat (9) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi (10) sumber persahabatan (teman bermain) anak, sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan (Syamsu Yusuf, L.N dan A. Jundika Nurihsan, 2006: 178). 16

10 2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar sebagai sebuah proses tertentu mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Berikut ini akan disajikan beberapa pendapat tentang definisi belajar. Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 17) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10) menyatakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimilasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Syaiful Bahri Djamarah (2011: 13) berpendapat bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang terjadi karena proses belajar memiliki ciri-ciri tertentu. Slameto (2010: 3-5) menyebutkan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar antara lain: 1) Terjadi secara sadar 2) Kontinu dan fungsional 3) Bersifat positif dan aktif 4) Bersifat permanen 5) Bertujuan atau berarah 6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku 17

11 Muhibbin Syah (2008: 63) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amet gantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku bersifat kontinu, positif, aktif, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Belajar dapat dilaksanakan di sekolah maupun di keluarga. b. Tujuan Belajar Ada bermacam variasi mengenai tujuan dalam belajar. Salah satunya menurut Sardiman (2011: 25-29) ada tiga jenis tujuan dalam belajar, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan serta pembentukan sikap. Dari ketiga tujuan pembelajaran tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Kemampuan dalam berpikir dan kepemilikan pengetahuan itu dua hal yang tidak dapat 18

12 dipisahkan. Hal ini terbukti bahwa seseorang tidak akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa adanya bahan pengetahuan, sebaliknya juga kemampuan berpikir tesebut dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki seseorang. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar di dalam kegiatan belajar. 2) Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaedah-kaedah tertentu dan bukan sematamata hanya menghafal serta meniru. 3) Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar sebagai pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada siswa. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Oemar Hamalik (2008: 85) berpendapat bahwa tujuan belajar adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal. 19

13 Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari belajar adalah untuk mendapatkan atau menambah pengetahuan seseorang, penanaman konsep dan keterampilan, serta untuk pembentukan sikap seseorang agar menjadi lebih baik, dan mencapai nilai yang optimal. c. Pengertian Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2006: ) berpendapat bahwa Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Oemar Hamalik (2008: 159) menyatakan evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. Sasaran dari hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2008: ). 20

14 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Tiap kategori dirinci menjadi suatu struktur dan urutan tertentu, misalnya dari konsep yang sederhana menuju ke konsep konsep yang lebih komplek. 2) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3) Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,mengamati). Dari uraian-uraian tadi, penulis dapat menyimpulkan apa yang dimaksud dengan hasil belajar, yaitu sesuatu yang diperoleh setelah seseorang mengalami suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut pemahaman dan pengetahuan terhadap berbagai hal. Hasil belajar dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh dengan nilai ujian tengah semester khususnya pada mata pelajaran matematika pada kelas IV pada tahun pelajaran 2011/2012 di SD N Serang. Dengan hasil belajar yang baik akan mempengaruhi pada hasil belajar pada mata pelajaran yang lainnya, ini tentunya akan membantu dalam mengembangkan daya berpikirnya. 21

15 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Slameto (2010: 54) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor interen dan faktor eksteren, sebagai berikut. 1) Faktor-faktor interen Faktor interen adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, adapun penjelasan selengkapnya, sebagai berikut. a) Faktor jasmaniah Faktor jasmaniah adalah salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Untuk dapat belajar dengan baik, seseorang harus menjaga kesehatannya. Dengan tubuh yang sehat, maka belajar pun akan menjadi bersemangat. Selain kesehatan yang termasuk dalam faktor jasmaniah adalah cacat tubuh. Tubuh yang cacat atau tidak normal akan mengganggu belajar siswa.siswa harus belajar dengan menggunakan alat bantu dan perlakuan khusus. b) Faktor psikologis Faktor psikologis di antaranya adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Semua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap kesuksesan belajar seseorang. Minat misalnya 22

16 sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang berminat tinggi untuk belajar akan mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang kurang mempunyai minat belajar. Selain itu contoh lain adalah tentang aspek kesiapan. Kesiapan seseorang untuk belajar juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang siap belajar cenderung dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dibandingkan siswa yang kurang siap mengikuti proses belajar mengajar. c) Faktor kelelahan Kelelahan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Jika tubuh lelah, maka konsentrasi untuk belajar menjadi terganggu. Maka dari itu istirahat sangatlah perlu untuk menjaga stamina tubuh, sehingga seseorang bisa berkonsentrasi dalam belajar. 2) Faktor-faktor eksteren Faktor eksteren merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor eksteren dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktorkeluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat, adapun penjelasan selengkapnya, sebagai berikut. a) Faktor keluarga Belajar yang baik dapat dilakukan apabila keadaan rumah tenang dan tentram, hubungan keluarga baik sehingga anak betahdi rumah dan faktor ekonomi keluarga terpenuhi. Namun hal ituberbalik arah dengan 23

17 keadaan seseorang yang mempunyai keluarga dengan keadaan ekonomi yang minim, anak akan cenderung ikut berusaha memikirkan masalah yang sedang dialami orang tuanya sehingga konsentrasi belajar menurun. b) Faktor sekolah Faktor sekolah meliputi lingkungan sekolah, metode mengajar, kurikulum, dan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang belajar. Faktorfaktor ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Misalnya metode mengajar yang digunakan guru juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru yang tidak menggunakan metode pembelajaran yang variatif akan membuat siswa merasa bosan terhadap pembelajaran yang dibawanya sehingga hasil belajar pun akan menurun. c) Faktor masyarakat Faktor masyarakat meliputi teman bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa yang memberi pengaruh baik pada siswa, dan lingkungan masyarakat yang positif. Faktor-faktor ini pun secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi. Dari faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu tersebut dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. 24

18 3. Tinjauan Tentang Matematika a. Pengertian Matematika Ruseffendi (Heruman, 2008: 1) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif : ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan Soedjadi (Heruman, 2008: 1) menyatakan bahwa hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dari pola pikir yang deduktif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Johnson dan Rising (Asep Jihad, 2008: 152) mengemukakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbul yang padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi, matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya, matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, dan matematika adalah suatu seni, keindahannya 25

19 terdapat pada keterututan dan keharmonisan. Sedangkan Reys (Asep Jihad, 2008: 152) mengatakan bahwa matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Senada dengan pendapat Kline (Asep Jihad, 2008: 152) bahwa matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan bahasa yang menggunakan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. b. Karakteristik Matematika Asep Jihad (2008: ) mengemukakan bahwa ada beberapa karakteristik matematika yang dapat membedakan dengan ilmu pengetahuan lain, sebagai berikut. 1) Objek pembicaraan matematika bersifat abstrak, sekalipun dalam pembelajaran di sekolah anak diajarkan mengenai benda-benda konkret, namun siswa tetap di dorong untuk melakukan abstraksi. 2) Dalam pembahasannya mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian yang dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis. 3) Pengertian ataupun konsep atau pernyataan yang digunakan sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya. 4) Matematika melibatkan perhitungan atau operasi. 5) Matematika dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari. 6) Dalam pembahasannya, matematika memiliki dua objek garapan yakni objek langsung, yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur operasi, sedangkan objek tidak langsungnya menyangkut tentang implikasi dari proses pembelajaran matematika, yang terdiri dari kebiasaan bekerja 26

20 baik, sikap memanipulasi dalam arti positif, serta membangun konsep mental yang baik seperti kejujuran. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, matematika mempunyai beberapa karakteristik yang dapat membedakan dengan ilmu pengetahuan yang lain. Karakteristiknya meliputi objek pembicaraannya abstrak, pembahasan mengandalkan nalar, terjaga konsistensinya, melibatkan perhitungan, dapat diterapkan pada ilmu lain dan kehidupan sehari-hari, serta dalam pembahasannya memiliki dua objek garapan yakni langsung dan tidak langsung. 4. Karakteristik Anak SD Pelaksanaan pembelajaran di SD harus disesuaikan dengan karakteristik dari anak SD. Pemahaman akan karakteristik anak SD akan mempengaruhi guru dalam menentukan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jean Piaget (Sugihartono, 2007: 109) membagi tahap perkembangan kognitif dalam 4 tahap. Tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut. a. Stadium Sensorimotorik (0-2 tahun) Tingkah laku intelegen pada bayi, baru dapat diketahui dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stemulasi sensorik. Bayi sudah mempunyai skema tingkah laku antara lain: menghisap, meraih, atau memegang. b. Stadium Praoperasional (2-7 tahun) Anak telah memiliki penguasaan bahasa yang sistematis, permainan yang simbolis. Anak mampu menirukan tingkah laku yang dilihatnya seharihari dan 27

21 sehari sebelumnya. Pada masa ini berpikir anak sangat egosentrik, belum mampu mengambil perspektif orang lain, melainkan perspektifnua sendiri. Cara berpikirnya sangat memusat saat dihadapkan pada benda multidimensional, anak hanya memusatkan paada satu dimensi dan mengabaikan dimensi lain. c. Stadium Operasional Konkret (7-11 tahun) Cara berpikir egosentris mulai berkurang, sehingga menjadi desentrasi, yaitu mampu memperhatikan dimensi lebih dari satu dalam waktu seketika dan mampu menghubungkan beberapa dimensi. Pada stadium ini anak dapat menjawab bila dalam keadaan kongkrit maksudnya ada bendanya. Jika dalam bentuk kata-kata belum dapat menjawab. d. Stadium Operasional Formal (12-15 tahun) Pada masa ini cara berpikir tidak terikat, sudah terlepas dari tempat dan waktu. Namun bagi anak yang taraf intelegensinya di bawah normal dan di lingkungan kebudayaan yang rendah tarafnya, anak tidak dapat berpikir secara abstrak. Bahkan remaja yang normal dipengaruhi budaya yang tak merangsang cara berpikirnya juga tidak akan mencapai berpikir abstrak secara optimal. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran di SD harus memperhatikan karakteristik peserta didik meliputi stadium sensorik motorik, stadium pra operasional, stadium operasional konkret, operasional formal. Dengan 28

22 memperhatikan karakteristik peserta didik guru akan mengetahui pembelajaran yang akan dilaksanakannya. B. Kerangka Pikir Pendidikan di lingkungan keluarga sangatlah perlu dilaksanakan dalam pendidikan informal. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama kali dirasakan oleh anak, apapun yang dilihat dalam keluarga secara tidak langsung aan membentuk watak dan kepribadian si anak tersebut. Oleh karena itu keluarga khususnya orang tua harus mampu menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang baik kepada anaknya. Bagi anak keluarga adalah tempat bernaung dan tempat untuk belajar mengenai pengalaman sebagai bekal masa depannya. Anak akan belajar dengan tekun dan rajin karena adanya perhatian orang tua terhadap sekolahnya. Totalitas orang tua dalam memperhatikan aktivitas anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar anak mudah dalam mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar yang dilaksanakan di sekolah maupun di keluarga atau di rumah, agar si anak mencapai hasil belajar yang maksimal. Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas belajar. Dalam hal ini orang tua mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anakanaknya. Namun belum banyak orang tua yang memperhatikan belajar anak- 29

23 anaknya di lingkungan keluarga atau rumah, mereka menyerahkan seluruh belajar anak-anaknya kepada pihak sekolah. Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di SD sampai dengan SLTA, salah satu mata pelajaran untuk ujian nasional adalah matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, namun tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran ini masih kurang. Pada siswa merasa susah dan enggan untuk mempelajari matematika dari pada mata pelajaran yang lainnya. C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. Ada hubungan perhatian orang tua dengan hasil belajar sisiwa kelas IV pada mata pelajaran matematika di SD N Serang. 30

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua. a. Pengertian Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua. a. Pengertian Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Perhatian Orang Tua a. Pengertian Perhatian Orang Tua Menurut Purwandari 2006 dalam modul pembelajaran psikologi Umum, dijelaskan bahwa perhatian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perhatian berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perhatian berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perhatian Siswa 1. Pengertian Perhatian Perhatian berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi pada sesuatu waktu. Menurut Abu Ahmadi (2003: 145)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Minat Belajar Berbicara tentang minat, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perhatian, kesukaan, kecenderungan hati kepada atau keinginan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan dan menurunkan pengetahuan dari generasi yang lalu ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan dan menurunkan pengetahuan dari generasi yang lalu ke generasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Secara faktual, mendidik merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian IPA Menurut H.W Fowler (Trianto, 2010: 136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai pengembangan aspek-aspek tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar 6 2.1 Peran Guru BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Pengertian Peran Guru Guru dalam fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Peran akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini akan diuraikan beberapa landasan teori tentang perhatian orang

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini akan diuraikan beberapa landasan teori tentang perhatian orang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perhatian Orang Tua Berikut ini akan diuraikan beberapa landasan teori tentang perhatian orang tua, yang menjadi dasar/landasan dalam penelitian ini. 2.1.1. Pengertian perhatian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. belajar yang dilakukan oleh para peserta didik. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. belajar yang dilakukan oleh para peserta didik. Belajar merupakan aktivitas 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Belajar dalam proses pendidikan adalah kegiatan yang paling pokok,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 910), disebutkan bahwa. prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

BAB II KAJIAN TEORI. Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 910), disebutkan bahwa. prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Menurut Poerwadarminta. W.J.S (2006: 915), prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Setiap orang tua selalu mengharapkan agar kelak anaknya memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Setiap orang tua selalu mengharapkan agar kelak anaknya memiliki 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Intensitas Perhatian Orang Tua Setiap orang tua selalu mengharapkan agar kelak anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya, berguna bagi Nusa, Bangsa,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slavin (1994:152) dalam (Anni,2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman, lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Belajar Secara bahasa, minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada dimuka bumi ini. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Ruseffendi matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA KELUARGA DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL Oleh PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2 BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Di dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini perkembagan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini perkembagan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti ini perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat khususnya di dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Model Pembelajaran Menurut Nana Sudjana (1989), Belajar adalah suatu proses yang ditandai

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Model Pembelajaran Menurut Nana Sudjana (1989), Belajar adalah suatu proses yang ditandai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Menurut Nana Sudjana (1989), Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah pada diri seseorang. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan penataan kembali aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar sesuatu yang baru menjadi terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Merujuk pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Merujuk pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar PKn 1. Pengertian Prestasi Belajar Merujuk pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2006:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Disiplin Belajar di Rumah Displin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi tentang data hasil belajar siswa kelas VI SDN 2 Suka Mulya Kecamatan Pugung pada hasil ulangan akhir semester ganjil tahun

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Minat Minat selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Dalam belajar mengajar, penting menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dinyatakan bahwa Matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET A. Pengertian Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar Secara bahasa minat berarti kecendrungan hati terhadap sesuatu. Menurut Slameto minat adalah rasa ketertarikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Matematika Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang pasti, karena para ahli masing-masing memiliki pandangan yang berbeda. Ada yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penulis mencoba mengungkap beberapa pendapat para ahli tentang Matematika. Menurut Karso dkk (1998: 14), Matematika

Lebih terperinci

Kata kunci : kemampuan, kompetensi dasar, sifat-sifat operasi

Kata kunci : kemampuan, kompetensi dasar, sifat-sifat operasi KEMAMPUAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS URIP SUMOHARJO DI KECAMATAN PURWOREJO PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Rima Ratna Hestiningrum,

Lebih terperinci

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa, 7 keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa, membiayai pendidikan siswa dan memberikan perhatian baik secara fisik maupun psikologis. Begitu pula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat A. Deskripsi Teori BAB II KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Menurut Purwanto (2009: 45), hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur, perubahan dan ruang (Hariwijaya,2009:29).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RUSMAWATI Guru SD Negeri 031 Tarai Bangun rusmawati6360@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci