BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan dalam Bahasa Mandarin pada penutur pemula. Untuk itu, penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan linguistik khususnya dalam bidang fonetik. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ( Abdul Chaer, 1994: 1). Verhaar, (2001: 3) Linguistik berarti Ilmu Bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin Lingua atau bahasa. Dalam bahasa-bahasa Roman (bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin itu, yaitu Langue dan Langage dalam bahassa Prancis, dan Lingua dalam bahasa Latin. Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik. Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. Lebih spesifik lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang membuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah Linguitik alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya. (Roger Lass) Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi bunyi bahasa. Ada dua segi dasar fisik tersebut yaitu: segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah

2 dihasilkan. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut fonetik organik (karena menyangkut alat alat bicara) atau Fonetik Artikulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut Fonetik Akustik karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara. (JWM Verhaar : 2001: 19)... Analisis kesalahan merupakan suatu usaha untuk mempelajari kesalahan pembelajaran yang diyakini sebagai hasil dari interfensi dalam belajar bahasa asing yang merupakan kebiasaan dari bahasa ibu (Naibaho: 2003: 48) Teori yang penulis kemukakan diatas tadi, inilah yang dipakai sebagai acuan dasar dalam penulisan skripsi ini. 2.2.Konsep Dalam bab ini penulis berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalan Bahasa Mandarin. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berhubungan dengan Linguistik, terutama dalam bidang Fonologi dan Fonetik. Seperti kita ketahui bersama bahwa bidang fonologi dapat melibatkan materi penelitian fonetik, fonemik dan fonestem, serta lingkungan fonem dan keselarasan vokal. Materi fonetik tidak hanya melibatkan bunyi bahasa, akan tetapi mencakup pula hubungan bagaimana bunyi itu dihasilkan, dan bagaimana bunyi itu diterima, sehingga kedalamnya termasuk fonetik akustik dan fonetik auditoris. Adapun unsur-unsur bidang fonologi yang dapat diteliti selain yang disebut diatas termasuk pula: 1. Pengenalan alat ucap (artikulasi)

3 2. Proses terjadinya bunyi bahasa 3. Fonem vokal dan fonem konsonan 4. Fonem klaster dan diftong 5. Perubahan varian fonem 6. Fonem serapan (dari bahasa asing), sebagai penyesuaian dengan fonem suatu bahasa akibat lintas bahasa 7. Ejaan sebagai bidang terapan dari fonologi 8. Ketaksaan fonem dalam lafal. Dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya belajar bahasa asing dapat dipastikan, para peserta didik pernah membuat kesalahan. Hal ini tidak dapat dihindari karena membuat kesalahan itu adalah bagian penting dalam proses pemerolehan bahasa (Corder, 1973). Kesalahan ini tentunya memerlukan koreksi secara bertahap dari instruktur agar tidak menggangu komunikasi dalam penggunaan bahasa tersebut. Akan tetapi, kesalahan yang akan dikoreksi perlu diseleksi, karena bisa mengganggu komunikasi atau kelancaran berbahasa. Akibatnya, peserta didik akan merasa frustasi dan kehilangan motivasi (Harmer, 1983). Menurut Corder ada dua macam kesalahan yang dibuat oleh peserta didik, yaitu (1) bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang menunjukkan adanya transitional

4 competence yang disebut error dan (2) kesalahan-kesalahan yang sifatnya random, tidak sistematis yang disebut mistake. Selanjutnya, Corder menyebutkan bahwa kesalahan dalam katagori error mempunyai arti yang penting, yaitu (1) bagi instruktur dapat digunakan sebagai petunjuk seberapa banyak penguasaan bahasa peserta didik dan aspek apa yang belum dikuasai; (2) bagi peneliti, sebagai petunjuk bagaimana peserta didik menguasai aspek-aspek tertentu dan strategi apa yang digunakan dalam pemerolehan bahasa; dan (3) bagi peserta didik sendiri, kesalahan itu merupakan bagian penting dari proses belajarnya, karena kesalahan dapat dipakai sebagai alat untuk belajar. Menurut Burt (1975) dikatakan bahwa kesalahan yang dikoreksi perlu diseleksi karena jika semua kesalahan dikoreksi akan dapat mengganggu komunikasi mereka. Di samping itu, koreksi yang berlebihan seperti yang dikemukakan oleh Harmer (1983) dapat menimbulkan rasa frustasi atau kehilangan motivasi belajar. Gower (1988) seperti yang dikutif oleh Chaudron menyarankan bahwa yang perlu segera diperbaiki adalah kesalahan yang dapat menimbulkan salah pengertian dan koreksi dilakukan setelah mereka selesai mengucapkan kalimat. Corder (1981) juga membedakan kesalahan dalam beberapa pengertian kesalahan berbahasa berdasarkan sebab-sebabnya, yaitu: Mistakes (keliru) lapses (selip) dan errors (salah). Mistakes adalah penyimpangan pemakian bahasa (penyimpangan struktur lahir) yang terjadi karena penutur tidak menetukan pilihan penggunaan ungkapan secara tepat dan sesuai dengan situasi yang ada. Lapses adalah penyimpangan pemakaian bahasa (struktur lahir) yang terjadi karena beralihnya pusat perhatian terhadap topik pembicaraan secara sesaat, dan errors adalah penyimpangan pemakaian bahasa (struktur

5 lahir) dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 ; 43)...Analisis adalah: 1, penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya) 2. Penjabaran sesudah dikaji sebaik baiknya. 3. Pemecahan persoalaan yg di mulai dgn dugaan akan kebenaranya Kesalahan menurut KBBI (2007:983) : perihal salah; kekeliruan; kealpaan Ellis (1986:296)... analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meluputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu Tarigan dan Tarigan (1988: 71) menyusun langkah-langkah kerja baru analisis kesalahan melalui penyeleksian, pengukuran dan penggabungan dengan hasil modifikasi sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data: berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh pembelajar, misalnya: hasil ulangan, karangan, dan percakapan 2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya: kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat. 3. Memperingkat kesalahan: mengurut kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya.

6 4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan dan memberi contoh yang benar. 5. Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan: meramalkan tatanan bahasa yang dipelajari yang potensial medatangkan kesalahan. 6. Mengkoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran yang serasi Pelafalan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Lafal adalah : cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Pelafalan bunyi dalam pemerolehan suatu bahasa untuk kelompok umur dewasa (mahasiswa) biasanya dimulai dengan pengenalan alphabeth dari target bahasa yang dipelajari. Chastain (1976) menyatakan bahwa pemerolehan pelafalan bunyi bahasa dari target language merupakan suatu proses oleh karenanya tidaklah terlalu penting untuk memberikan perhatian yang berlebihan terhadap pemerolehan pelafalan bunyi yang sempurna. West (1991) mendukung pernyataan ini dengan mengatakan bahwa proses pelafalan bunyi yang secara pasti mendekati suara dari penutur asli (native speaker) berlangsung secara bertahap dalam level awal pembelajaran bahasa tanpa adanya koreksi yang terus menerus dari instruktur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pelafalan yang

7 sempurna dari semua bunyi tidaklah merupakan suatu keharusan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Chastain kemudaian memberikan contoh pelafalan bunyi dalam bahasa Perancis, German, dan Spanyol sebagai berikut: In French, the additional sounds that cause the most problems are (!) the sounds of the vowel u as in the pronoun tu, eu in deux, and oe as in soeur; (2) the nasal vowel sounds; the sound similar to the ny of the word canyon in English, which is one phoneme in French; and (4) the semi vowel u as it glides sound of the following vowel as in the word lui. In German, problem sounds are the sound of the umlauted vowels ŏ and ū and the sound of consonant r. In Spanish, the additional sounds to be stressed are those of the consonants r and rr. (1975:339). Penguasaan ranah kata (vocabulary) juga sangat diperlukan pada proses komunikasi. Kosa kata dalam suatu bahasa erat kaitanya dengan gramatika (grammar) dari bahasa tersebut. Menurut Yu Shu Ying diasumsikan bahwa Vocabulary is connected with grammar, so familiarity with grammatical patterns helps the reader guess the meaning of words. For example, a word can be classified as a grammatical item or as a vocabulary item. Beautiful is a vocabulary item, and in functional grammar it is also an epithet in the nominal group the beautiful girl and reflects the speaker s opinion of the person described. The connection between vocabulary and grammar can be seen by the interdependence of grammatical and lexical cohesion. In a typical text, grammatical and lexical cohesion support each other. (2001:2).

8 Asumsi ini dapat dikatakan bahwa ranah kata berkaitan erat dengan gramatika. Dengan mengetahui pola gramatika dapat membantu seseorang menebak arti suatu kata. Sebagai contoh, sebuah kata dapat diklasifikasikan sebagai unsur gramatika ataupun unsur ranah kata. Cantik adalah unsur ranah kata, dan dalam fungsi gramatika ini juga merupakan ungkapan yang ditujukan kepada sekelompok orang, yaitu wanita cantik dan langsung merefleksikan pendapat si pembicara terhadap orang yang dimaksud. Hubungan antara ranah kata dan gramatika dapat dilihat dari saling terkaitnya kohesi unsur gramatika dan leksikon. Dalam suatu wacana teks hubungan ini saling mendukung. Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud dan tujuan. Dengan berkomunikasi kita dapat menyampaikan apa yang kita rasakan, pikirkan, kehendaki dan kita ketahui kepada orang lain. Untuk itu diperlukan kemahiran, ketrampilan dan tutur bahasa yang baik agar mereka yang mendengar atau membaca (tulisan) dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Salah satu ketrampilan itu adalah bertutur dengan baik. Bertutur dengan baik maksudnya bebas dari gangguan disfungsi alat ucap manusia. Misalnya dapat bertutur dengan baik karena tidak sumbing, cadel, atau tunarungu. Bahasa sebagai objek kajian linguistik pasti memiliki sistem, yaitu seperangkat kaidah yang bersifat mengatur. Setiap bahasa memiliki asas-asas, pola-pola yang bersifat wajib dan hakiki yang sering disebut tata bahasa. Tata bahasa bertujuan memberikan kaidah-kaidah untuk membedakan bentuk-bentuk yang benar dari yang tidak benar. Bahasa kerap dijadikan penelitian linguistik karena pada kenyataannya bahasa itu tidak seragam atau homogen, dalam kenyataannya bahasa sangat bervariasi.

9 Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Chaer, (1994: 1). Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik. Linguistik sebagai ilmu murni ternyata juga bermacam-macam, tergantung kepada bahasa yang diteliti, tujuan, dan cara kerjanya. Linguistik dibedakan atas Linguistik Deskriptif dan Linguistik Normatif/Preskriptif. Linguistik deskriptif mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang ada, meneliti dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Berbeda dengan linguistik normatif/ preskriptif, linguistik normatif meneliti bahasa berdasarkan norma atau ketentuan yang telah ada. Jenis linguistik lain ialah linguistik komparatif dan linguistik historis. Sebagaimana terlihat dari namanya, cara kerja dari linguistik komparatif ialah membandingkan. Secara sinkronis, kita sering membandingkan dua satuan lingual atau dua konstruksi untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya. Linguistik historis (historical linguistics) yaitu memperbandingkan beberapa bahasa yang serumpun dari waktu ke waktu dengan tujuan pokok membuat rekonstruksi bentuk proto bahasa induknya. Setiap ilmu pengetahuan lazimnya dibagi atas bidang-bidang dan sub bidang. Demikian pula ilmu Linguistik lazimnya dibagi menjadi bidang-bidang yang bermacammacam. Misalnya saja ada linguistik antropologis, yaitu cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli antropologi budaya. Ada juga linguistik sosiologis atau sosiolinguistik, untuk meneliti bagaimanakah dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Bahkan dewasa ini berkembang ilmu linguistik komputasional, yaitu suatu penelitian linguistik dengan bantuan komputer.

10 Akan tetapi bidang-bidang linguistik diatas, didasari pada bidang yang menyangkut strukrur-struktur dasar saja, seperti struktur bunyi bahasa yang kita kenal dengan sebutan fonetik dan fonologi, susunan struktur kata disebut morfologi, struktur antar-kata dalam kalimat disebut sintaksis, arti atau makna suatu kata disebut semantik. Lalu ada lagi pragmatik yaitu pemakaian bahasa yang menyangkut hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan. Secara umum linguistik sebagai ilmu murni yang empiris mempunyai cabangcabang: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi meniliti bunyi-bunyi ujar suatu bahasa termasuk pula bunyi suprasegmentalnya. (Edi Subroto: 2007: 28) Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bukan sembarang bunyi saja, melainkan bunyi tertentu, yang agak berbeda-beda menurut bahasa tertentu. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifat-sifat akustiknya. Berbeda dengan fonetik, fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi bunyi bahasa. Ada dua segi dasar fisik tersebut yaitu: segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut fonetik organik (karena menyangkut alat alat bicara) atau Fonetik Artikulatoris (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut Fonetik Akustik karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara. (JWM Verhaar : 2001: 19) Fonetik Artikulatoris meneliti alat-alat organik manakah yang kita pakai untuk menhgasilkan bunyi bahasa. Manusia juga dapat menghasilkan bunyi-bunyi lain dengan artikulatorisnya, akan tetapi bunyi yang dihasilkan bukan merupakan bunyi bahasa.

11 Misalnya dengan alat artikulatoris yang sama manusia bisa menghasilkan bunyi teriakan, batuk, berdehem, dan sebagainya tetapi bunyi tersebut umumnya tidak bermakna apa-apa. Bila kita berbicara, udara dipompakan dari paru-paru, melalui batang tenggorokan kepangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita-pita suara. Pita-pita itu harus terbuka agar udara bisa keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung atau kedua-duanya. Apabila udara keluar tanpa hambatan, kita tidak akan menghasilkan bunyi bahasa. Contohnya adalah ketika kita bernafas. Hambatan yang perlu untuk menghasilkan bunyi bahasa ada pada pita suara. Fonetik Artikulatoris juga membahas bunyi-bunyi bahasa menurut cara dihasilkannya dengan alat-alat bicara. Bunyi bahasa dibedakan sebagai segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental adalah bunyi menurut pola urutannya dari yang pertama sampai dengan yang terakhir atau dari kiri ke kanan. Struktur dari kiri ke kanan itu berupa segmental, artinya ada bagian-bagian yang terkecil menurut urutannya. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi yang dapat dibayangkan sebagai bunyi yang ada diatas segmental. Kita menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan alat-alat bicara, yaitu dengan mulut dan bagian-bagiannya, dengan kerongkongan dan pita-pita suara didalamnya, dan kesemuaan itu dengan mempergunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru. 2.3 Landasan Teori Sebagai pendukung pembahasan penelitian ini penulis mengutip beberapa teori sebagai acuan dalam menganalisis data yang diperoleh. Adapun teori yang dipaparkan

12 dalam studi literatur ini seperti pemerolehan komponen bahasa dan analisis kesalahan dalam berbahasa (error analysis) dan selayang pandang tentang bahasa Mandarin. Objek atau sasaran kajian linguistik adalah bahasa, yaitu bahasa manusia yang alamiah (natural). Jadi bukan bahasa binatang, dan juga bukan bahasa buatan (artificial). Bahasa manusia merupakan bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat bahasa (linguistic society) sebagai alat komunikasi verbal secara umum dan wajar. Cabang Ilmu linguistik yang paling sesuai digunakan untuk teori kesalahan pelafalan adalah Fonologi dan Fonetik. Setiap bahasa pasti memiliki sistem, yaitu seperangkat kaidah yang bersifat mengatur. Setiap bahasa memiliki asas-asas, pola-pola yang bersifat wajib dan hakiki yang sering disebut tata bahasa. Tata bahasa bertujuan memberikan kaidah-kaidah untuk membedakan bentuk-bentuk yang benar dari yang tidak benar. Bahasa kerap dijadikan penelitian linguistik karena pada kenyataannya bahasa itu tidak seragam atau homogen, dalam kenyataannya bahasa sangat bervariasi. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ( Abdul Chaer, 1994: 1). Dalam linguistik ada sebuah kajian ilmu yang kita kenal dengan nama Fonologi. Fonologi memiliki hubungan dengan Fonetik. Linguistik berarti Ilmu Bahasa. Kata linguistik berasal dari kata latin Lingua atau bahasa. Dalam bahasa-bahasa Roman (bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin itu, yaitu Langue dan Langage dalam bahassa Prancis, dan Lingua dalam bahasa Latin. (J.W.M Verhaar, 2001: 3) Menurut Roger Lass Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. Lebih spesifik lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur

13 linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang menbuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah Linguitik alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya. Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bunyi tersebut diselidiki oleh fonetik dan fonologi. Fonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifatsifat akustiknya. Sementara itu berbeda dengan fonetik, fonologi meneliti bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. Fonologi adalah pengetahuan tentang bunyi yang merupakan suatu prasyarat untuk dapat mempelajari dan memahami seluk-beluk bahasa dengan baik. (Lapoliwa: 1988: 3) Cara pelafalan dalam bahasa Mandarin sangat penting untuk diperhatikan. Pelafalan yang baik dan benar merupakan landasan untuk bisa menguasai dan bertutur dalam Bahasa Mandarin. Cara pelafalan dalam Bahasa Mandarin tidak terlepas dari Pinyin. Mandarin sebagai bahasa yang tidak menggunakan abjad latin dalam sistem penulisannya sehingga menyulitkan bagi orang asing untuk mempelajari bahasa mandarin. Pada tahun 1958 pemerintah Cina secara resmi menggunakan fonetik Pinyin, yang dibuat oleh Lembaga Pembaharuan Tulisan (LPT) Republik Rakyat Cina sebagai sistem penulisan latinnya. Pinyin merupakan sistem penulisan latin untuk Bahasa Mandarin berdasarkan sistem pelafalan standar nasional ( De-An Wu Swihart. 2007: 1).

14 Sistem fonetik pinyin mempermudah pembelajar asing yang kebanyakan mengenal huruf latin. Saat ini Pinyin telah banyak digunakan pada tempat seperti pada sistem pengetikan huruf Han dikomputer, telepon genggam, petunjuk jalan, bahan ajar, software computer dan lain lain. Berikut akan penulis jabarkan terlebih dahulu sistem artikulasi pelafalan pada alat ucap manusia. 1. 上唇 (shangchun )upper lip 2. 上齿 (shangchi) upper teeth 3. 牙床 (yachuang) teethridge 4. 硬额 (ying e) hard palate 5. 软额 (ruan e) soft palate 6. 小舌 (xiaoshe) uvula 7. 下唇 (xiachun) lower lip 8. 下齿 (xiachi) lower teeth 9. 舌尖 (shejian) tip of the tongue 10. 舌面 (shemian)bladeof the tongue 11. 舌根 (shegen) back of the tongue 12. 声带 (shengda)i vocal cords 13. 鼻腔 (biqiang) nasal cavity

15 Bentuk penulisan Pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan dalam Bahasa Mandarin, biasanya terdiri dari inisial atau huruf konsonan( 声母 Shengmu), final atau vokal ( 韵母 yunmu), dan juga Nada ( 声调 Shengdiao). Nada dalam bahasa mandarin diletakkan di atas huruf vokal. Tabel Inisial dalam Bahasa Mandarin Alfabet Pin Yin b p m f d t n l g k h j q Lafal dalam Bahasa Indonesia (po) (pho) (mo) (fo) (te) (the) (ne) (le) (ke) (khe) (he) (ci) (chi)

16 x zh(i) ch(i) sh(i) r(i) z(i) c(i) s (si) (ceur) (cheur) (sheur) (re) (ce) (cheu) (se) Tabel Final dalam bahasa Mandarin Alfabet Pin Yin a O eu e ai ei ao ou an en Lafal dalam Bahasa Indonesia (a) (o) (eu) (e) (ai) (ei) (au) (ou) (an) (eun)

17 ang eng er yi wu ǚ (ang) (eung) (eur) (i) (u) (yiu) Contoh: 中 (baca: Zhōng) Zh : merupakan Inisial ( 声母 / shengmu) Ōng : merupakan Final ( 韵母 / yunmu) Final ( 韵母 / yunmu) dalam Bahasa Mandarin terdri dari 4 jenis yaitu: Final tunggal Final Gabungan Final Nasal Final khusus a ai an er [ɐɹ] o ei en ê [ɛ] e ao ang

18 i ou eng u ia ong ü ie ian iao iou(-iu) ua uo uai uei(-ui) üe in iang ing iong uan uen(-un) uang ueng üan ün Nada dalam Bahasa Mandarin ( 声调 / shengdiao) Bahasa Mandarin memiliki empat jenis nada, yaitu: Nada Lambang Nada Deskripsi Puncak Ketinggian Suara Grafik Nada

19 Nada Pertama Nada Kedua Nada Ketiga Nada Keempat ˊ ˇ ˋ Suara tinggi dan datar Suara menanjak Suara turun kemudian naik Suara Menukik 55: 35: 214: 51: Nada Netral (pendek) Pelafalan Nada Dalam Bahasa Mandarin, nada ( 声调 ) atau shengdiao (baca : sengtiao) berperan penting sebagai salah satu pembeda kata-kata yang berbunyi sama. Kalau salah mengucapkan nada, bisa-bisa orang lain salah menangkap makna kata yang kita maksud. Ada 4 nada yang membedakan makna dan pelafalan, yakni sebagai berikut : 1. Nada Datar dilambangkan dengan nada - diatas huruf pinyin/ huruf bacanya. Cara membacanya datar dan panjang. Contoh : seperti yang terdapat pada kata Mama (Ibu) yang dibaca mendatar dan panjang.

20 2. Nada Naik dilambangkan dengan tanda / diatas huruf pinyin atau huruf bacanya. Cara membacanya naik dan agak tinggi dibanding nada datar. Contoh : seperti yang terdapat pada kata Ma (bintik/serat) yang dibaca agak naik dan tinggi. 3. Nada Melengkung dilambangkan dengan tanda v diatas huruf pinyin/ huruf bacanya. Cara membacanya naik, kemudian menurun (mendayu). Contoh : seperti yang terdapat pada kata Ma (kuda) yang dibaca dengan nada mendayu. 4. Nada Menurun dilambangkan degnan tanda \ diatas huruf pinyin/ huruf bacanya. Cara membacanya menurun dan tegas. Contoh seperti yang terdapat pada kata Ma (Marah) (Mà) yang dibaca menurun dan tegas. Seperti yang disebutkan di atas tadi. Empat kata yang sama bisa memiliki arti yang berbeda, dikarenakan nada yang berbeda pula. * ma (nada datar) = Ibu * ma (nada naik) = Bintik/Serat * ma (nada melengkung) = Kuda * ma (nada menurun) = Marah ( ) nada 1. Contoh : ā ( ) nada 2. Contoh : á ( ) nada 3. Contoh : ă ( ) nada 4. Contoh : à

21 Keempat nada dalam Bahassa Mandarin sangat penting dalam membedakan arti, jika salah mengucapkan nada dapat menyebabkan perbedaan arti dan menimbulkan kesalahpahaman. Dalam Bahasa Mandarin ada juga nada ringan, nada ringan ini dibacakan secara ringan dan pendek. Penulisan tanda nada pada nada ringan tidak di berikan nada apapun pada suku katanya. Peletakan tanda nada selalu diletakan di atas vokal. Jika dalam suku kata terdapat final (ui) atau (iu), maka tanda nada diletakkan di vokal akhir. Cara pelafalan konsonan dalam Bahasa Mandarin sangat tergantung pada posisi lidah, bibir, dan gigi, serta cara melafalkan. Apabila terjadi kesalahan dalam posisi pelafalan dan cara pelafalan, maka lafal yang akan dihasilkan akan kurang tepat. Contoh: 1. Konsonan (Inisial/ Shengmu) /b/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperi konsonan [p] dalam bahasa Indonesia 2. Konsonan /p/ dilafalkan dengan suara bibir (labial) aspirasi. Dilafalkan seperti konsonan [ph] dalam bahasa Indonesia. 3. Konsonan /m/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperti konsonan [m] dalam Bahasa Indonesia 4. Konsonan /f/ cara pelafalan dengan suara bibir (labial). Dilafalkan seperti konsonan [f] dalam Bahasa Indonesia. 5. Konsonan /d/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [t] dalam Bahasa Indonesia.

22 6. Konsonan /t/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical) aspirasi. Dilafalkan seperti konsonan [th] dalam Bahasa Indonesia. 7. Konsonan /n/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [n] dalam Bahasa Indonesia. 8. Konsonan /l/ cara melafalkan dengan menggunakan suara ujung lidah (apical). Dilafalkan seperti konsonan [l] dalam Bahasa Indonesia. 9. Konsonan /g/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [k] dalam Bahasa Indonesia. 10. Konsonan /k/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) pangkal lidah menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [kh] dalam Bahasa Indonesia. 11. Konsonan /h/ cara melafalkan dengan menggunakan suara pangkal lidah (velar) menyentuh langit-langit mulut. Dilafalkan seperti konsonan [h] dalam Bahasa Indonesia. 12. Konsonan /j/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ʨ] atau seperti konsonan [c] dalam bahsa indonesia. 13. Konsonan /q/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ʨʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam bahasa indonesia. 14. Konsonan /x/ cara melafalkan dengan menggunakan suara badan lidah (dorsal). Dilafalkan [ɕ] atau mirip seperti konsonan [s] dalam Bahasa Indonesia, namun dilafalkan dengan badan lidah, bukan dengan ujung lidah. 15. Konsonan /zh/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk ke langit-langit mulut. Dilafalkan seperti [ʈ ʂ] atau konsonan [z] dalam Bahasa Indonesia.

23 16. Konsonan /ch/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangitlangit mulut, dilafalkan [ʈ ʂʰ] atau seperti konsonan [ch] dalam Bahasa Indonesia. 17. Konsonan /sh/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangitlangit mulut, dilafalkan [ʂ]. 18. Konsonan /r/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah ditekuk-tekuk ke langit-langit mulut (palatal) aspirasi. Setelah lidah ditekuk-tekuk kelangitlangit mulut, dilafalkan [ʐ/ɻ] 19. Konsonan /z/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan [ʦ]. 20. Konsonan /c/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan[ʦʰ]atau seperti konsonan c dalam Bahasa Indonesia. 21. Konsonan /s/ cara melafalkan dengan menggunakan suara lidah pada gigi depan bagian dalam (dental) ujung lidah menuju gigi atas bagian dalam, dilafalkan seperti konsonan [s] dalam Bahasa Indonesia. 22. Konsonan /y/ dilafalkan seperti vokal [i] (baca: yi= i) 23. Konsonan /w/ dilafalkan seperti vokal [u] (baca: wu= u) Konsonan dalam Pinyin dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Konsonan Aspirasi ( 送气音 song qi yin) 2. Konsonan Non-aspirasi ( 不送气音 bu song qi yin)

24 Perbedaan antara keduanya adalah pada saat pelafalannya, konsonan aspirasi disertai dengan dorongan udara dari mulut, Adapun konsonan aspirasi adalah : p, t, k, q, ch, c. sedangkan konsonan Non-aspirasi tidak. Vokal dalam Pinyin memiliki banyak kesamaan dengan vokal dalam Bahasa Indonesia. Vokal dalam Pinyin juga memiliki vokal tunggal, vokal ganda, dan vokal dengung/ nasal. Berikut penulis akan coba memaparkan cara pelafalan vokal Pinyin dalam Bahasa Mandarin 1. Vokal /a/ dilafalkan [a] seperti dalam kata aku 2. Vokal /i/ dilafalkan [yi] seperti dalam kata bayi 3. Vokal /u/ dilafalkan [u] seperti dalam kata bau, vokal /u/ juga dapat dilafalkan [wu] seperti dalam kata wushu, serta vokal /u/ juga dapat dilafalkan [yu] seperti dalam kata kayu. 4. Vokal /ü/ disebut sebagai ü umlaut dilafalkan [y] pengucapannya terlebih dahulu lafalkan vokal /i/, kemudian rubah posisi mulut menjadi vokal /u/. 5. Vokal /e/dilafalkan [ɤ] dan /ê/ dilafalkan [ɛ] 6. Vokal /o/ dilafalkan [ǫ] seperti dalam kata orang 7. Vokal /ai/ dilafalkan [aɪ] atau vokal /a/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /i/. Seperti /ai/ dalam kata belai. 8. Vokal /ei/ dilafalkan [eɪ] atau vokal /e/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /i/. Seperti /ei/ dalam kata hei. 9. Vokal /ao/ dilafalkan[ɑʊ] atau vokal /a/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /o/. Seperti /ao/ dalam kata pulau.

25 10. Vokal /ou/ dilafalkan [ɑʊ] atau vokal /o/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /u/. Seperti /ou/ dalam kata o..ow!! 11. Vokal /ia/ dilafalkan vokal /i/ atau /y/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/. Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata buaya 12. Vokal /ie/ dilafalkan vokal [iɛ], lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /e/. Seperti [ye] dalam kata yen. 13. Vokal /iao/ dilafalkan vokal [iɑʊ], lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/ Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata yao. 14. Vokal /ua/ dilafalkan[uɑ] atau vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /a/ Seperti wa dalam kata uang. 15. Vokal /uo/ dilafalkan [uǫ] atau vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /o/. 16. Vokal /uai/ dilafalkan [uaɪ] vokal /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /ai/ Seperti /wai/ dalam kata pantai. 17. Vokal üe dilafalkan [y] atau vokal /ü/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokal /e/. Seperti /yüe/ dalam kata yiue. 18. Vokal /an/ dilafalkan [an] seperti dalam kata anak. 19. Vokal /en/ dilafalkan[ən] seperti /eun/ dalam kata entah. 20. Vokal /ang/ dilafalkan[ɑŋ] seperti dalam kata angka. 21. Vokal /eng/ dilafalkan [ɤŋ]seperti dalam kata enggak. 22. Vokal /ong/ dilafalkan [ʊŋ] vokal /o/ terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisi mulut dilafalkan /ung/ seperti dalam kata gaung. 23. Vokal /ian/ dilafalkan [iɛn] atau vokal /i/ terlebih dahulu, lalu tanpa merubah posisi mulut, lalu lafalkan vokal /en/ seperti dalam kata yen. 24. Vokal /in/ dilafalkan [in] seperti /yin/ dalam kata kain.

26 25. Vokal /iang/ dilafalkan [iɑŋ] seperti /yang/ dalam kata kayang. 26. Vokal /ing/ dilafalkan [iŋ/iəŋ] seperti ying dalam kata inggris. 27. Vokal /iong/ dilafalkan [iyŋ/iʊŋ] atau vokal /i/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut, lafalkan vokal /ong/ seperti yung dalam kata gayung. 28. Vokal /uan/ dilafalkan [uan] atau wan seperti dalam kata awan. 29. Vokal /uang/ dilafalkan [uɑŋ] seperti wang dalam kata wangsit. 30. Vokal /üan/ dilafalkan [yɛn] atau vokal /ü/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut lalu lafalkan yuan seperti dalam kata yuen. 31. Vokal /ün/ dilafalkan vokal /ü/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut lalu lafalkan /en/

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De Piān Wù

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De Piān Wù BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 关园园 (Guān Yuán Yuán) dalam jurnal elektroniknya dengan judul Chū Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Shēng De Hàn Yǔ Shēng Diào Jiāo Xué Yán Jiū (2011) ditemukan banyak pelajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Shēng De Hàn Yǔ Shēng Diào Jiāo Xué Yán Jiū (2011) ditemukan banyak pelajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 曾莉梅 (Zēng Lì Měi) dalam jurnal yang berjudul Zhēn Duì Yìn Ní Xué Shēng De Hàn Yǔ Shēng Diào Jiāo Xué Yán Jiū (2011) ditemukan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Konsep Konsep merupakan penjelasan tentang variabel-variabel dalam sebuah judul skripsi. Konsep yang akan dipaparkan adalah hal-hal berkaitan

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash

Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash Avid(avid_xin@yahoo.com), Andi Wijaya(wijaya.andi64@yahoo.com) Henky Honggo(henky@dosen.stmik-mdp.net)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Sejak kita dilahirkan, orangtua sudah mengajarkan kita tentang bahasa supaya kita dapat

Lebih terperinci

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash

Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash 304 Rancang Bangun Game Edukasi Kosakata Bahasa Mandarin Bermain Bersama Avdandi Berbasis Adobe Flash Avid* 1, Andi Wijaya 2, Henky Honggo 3 1,2,3 STMIK Global Informatika MDP Jl. Rajawali No.14 Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI Pada bab II berisi tentang konsep kajian pustaka dan landasan teori. Tinjauan pustaka terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi

Lebih terperinci

fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0 dilafalkan [0], bunyi [oe]

fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0 dilafalkan [0], bunyi [oe] BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Mengingat bahasa yang dipelajari mahasiswa adalah bahasa Perancis yang mempunyai sistem bunyi yang sangat berbeda dengan bahasa yang telah mereka kuasai, yaitu bahasa

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

Prakata Apa Kabar 2007.07.19 Daftar Isi Daftar Isi Prakata... 1 Tokoh-Tokoh dan Keluarga Dalam Buku Ini... 5 Pengenalan Bahasa Mandarin...11 Siapa Saya... 17 Menyampaikan Salam... 35 Anggota Keluarga Saya...

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kesalahan 2.1.1 Pengertian Analisis Kesalahan Analisis adalah suatu kegiatan menjelaskan asal mula atau struktur dari permasalahan yang rumit dengan melakukan pemilihan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu saja ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah

BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah membuktikan bahwa adanya persamaan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

HAVE YOU CHECKED YOUR PRONUNCIATION? Oleh : Hj. Sri Mudjiwarti, Dra., M.Si

HAVE YOU CHECKED YOUR PRONUNCIATION? Oleh : Hj. Sri Mudjiwarti, Dra., M.Si HAVE YOU CHECKED YOUR PRONUNCIATION? Oleh : Hj. Sri Mudjiwarti, Dra., M.Si ABSTRAKSI Banyak pembaca yang belum secara khusus mempelajari pronunciation ini, penulis yakin bahwa pembaca sudah mempraktekan

Lebih terperinci

A. Pengertian Bahasa Mandarin

A. Pengertian Bahasa Mandarin BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bahasa Mandarin Bahasa Mandarin merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (2008:1) bahwa:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia

Lebih terperinci

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN D PENDAHULUAN Modul 1 Hakikat Fonologi Achmad H.P. Krisanjaya alam modul linguistik umum, Anda telah mempelajari bahwa objek yang dikaji oleh linguistik umum adalah bahasa. Bidang-bidang kajian dalam linguistik

Lebih terperinci

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK Deni Nofrina Zurmita 1, Ermanto 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Mandarin merupakan bahasa resmi Republik Rakyat Tiongkok. Seiring dengan kemajuan ekonomi negaranya membuat bahasa Mandarin menjadi bahasa Internasional

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Oeh: Theresia Budi Sucihati, M.Pd. Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI NGAWI Mahasiswa dalam peraturan dipungkiri bahasa Inggris

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang untuk berkomunikasi. Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1 IDENTITAS MATA KULIAH Mata kuliah Kode mata kuliah Jumlah SKS Prodi/jurusan : Artikulasi : PLB221 : 2 SKS : Pend. Luar Biasa 16/03/2008 HERMAN 1 KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas besar berupa karya ilmiah, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan Prof.Madya Dr. Zaitul Azma Binti Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia 43400

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN 1412-9418 ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Undip ABSTRACT Dari pemaparan dalam bagian pembahasan di atas, dapat disimpulkan

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat untuk membentuk hidup masyarakat. Bahasa merupakan sarana pikir bagi manusia. Berbagai unsur kelengkapan hidup manusia seperti kebudayaan,

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 720925135253001 NO. KAD PENGNEALAN : 720925135253 NO. TELEFON : 012-8832169 E-MEL : aubrey_austin@oum.edu.my

Lebih terperinci

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa Pertemuan Ketiga By Munif Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik Berdasarkan Pembidangannya Berdasarkan Sifat Telaahnya Beradasarkan Pendekatan

Lebih terperinci

Pembentukan karakter..., Siti Atikah Immaduddin, FIB UI, Universitas Indonesia

Pembentukan karakter..., Siti Atikah Immaduddin, FIB UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota masyarakat tertentu untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk hidup secara bersama-sama yang senatiansa mengadakan suatu hubungan komunikasi antarsesama di lingkungan sosial bermasyarakat. Proses

Lebih terperinci

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Pertuturan ialah bunyi-bunyi yang bermakna kerana apabila dua

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini, dipaparkan tentang konsep, penelitian peneliti sebelumnya, dan landasan teori yang digunakan sebagai landasan bagi penulis dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhao (1998) dalam jurnal yang berjudul 汉日语疑问代词的用法与比较 ( 上 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhao (1998) dalam jurnal yang berjudul 汉日语疑问代词的用法与比较 ( 上 ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi dan makalah yang berkaitan dengan kalimat tanya dalam bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pada Bab 2 ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan penulis pakai dalam menganalisa data pada Bab 4. Teori-teori ini adalah teori fonologi, teori fonetik dan teori fonem.

Lebih terperinci

fonologi morfologi linguistik sintaksis semantik

fonologi morfologi linguistik sintaksis semantik Linguistik Terapan Objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah, yakni manusia yang berfungsi sebagai sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; keseharian manusia, yang dipakai sehari-hari

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Lulusan. Bahasa Mandarin

Standar Kompetensi Lulusan. Bahasa Mandarin Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Mandarin Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 A. LATAR

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena interferensi bahasa sangat lumrah terjadi pada masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau yang juga disebut dwibahasa. Fenomena tersebut dalam sosiolinguistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mempelajari Bahasa Tionghoa. Sub pokok bahasan dan rincian materi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mempelajari Bahasa Tionghoa. Sub pokok bahasan dan rincian materi SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode & Nama Mata Kuliah Tujuan umum : Pengenalan Bahasa Tionghoa : Para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mempelajari Bahasa Tionghoa. Tujuan 1. mengetahui tentang Bahasa Tionghoa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip tiani.riris@gmail.com Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dapat diketahui struktur fonologi, morfologi,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti Bab 5 Ringkasan Seperti kita ketahui bahwa di seluruh dunia terdapat berbagai bahasa yang berbedabeda baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu seringkali memiliki kebiasaan-kebiasaan yang salah saat berbicara terutama ketika melafalkan kata-kata. Kondisi tersebut merupakan dampak dari

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Adalah suatu kenyataan bahwa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu alat komunikasi bagi manusia untuk. orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Menurut Oxford Learner's

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu alat komunikasi bagi manusia untuk. orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Menurut Oxford Learner's BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi bagi manusia untuk menyampaikan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia dan berinteraksi dengan orang lain baik dalam

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Oleh : Arry Akhmad Arman Dosen dan Peneliti di Departemen Teknik Elektro ITB email : aa@lss.ee.itb.ac.id, aa_arman@rocketmail.com 2.5.1 Sistem Pembentukan

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran BAHASA MANDARIN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengantar Bab ini menjelaskan tentang pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data

Lebih terperinci

lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia.

lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa yang digunakan manusia di dunia tidak hanya satu macam, hal ini disebabkan oleh masing-masing bangsa minimal memiliki satu bahasa. Pada umumnya manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Wang Xiao Ling, jurnal (2001) :Perbandingan kata bantu bilangan dalam bahasa Mandarin dan bahasa Inggris. Jurnal ini membahas tentang

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG HERI INDRA GUNAWAN 1, SAPTINA RETNAWATI 2 Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM Nota Kuliah BBM3202 Pendahuluan Fitur Distingtif (ciri pembeza) ialah unit terkecil nahu yang membezakan makna. Cth: Pasangan minimal [pagi] dan [bagi] yang dibezakan maknanya pada fitur tak bersuara [p]

Lebih terperinci

WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS

WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS Rohmani Nur Indah Objectives: Understanding the basic of Pscyholinguistics Explaining the definition, historical perspective, developments and schools in Psycholinguistics Exploring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci