A. Pengertian Bahasa Mandarin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Pengertian Bahasa Mandarin"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bahasa Mandarin Bahasa Mandarin merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. (anonim. 2004:6) Bahasa Mandarin menjumpai berbagai tahap untuk dapat memahami dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tahap pertama yang harus dimengerti adalah bahasa Mandarin memiliki 4 nada dalam pelafalannya/pengucapannya, hal ini sangat penting dimengerti sebab apabila salah nada bisa salah arti, misalnya dalam kata 千 (qiān) bernada 1 artinya ribuan sedangkan 钱 (qián) bernada 2 artinya adalah uang, sehingga dalam memahami nada memerlukan ketelitian agar mengurangi resiko kesalahan dalam pelafalan. Dalam bahasa Mandarin ada yang namanya huruf pinyin ( 汉字拼音 ). Huruf pinyin ini sebagai alat untuk mentranskrip huruf mandarin, bentuk penulisan pinyin berupa suku kata yang dinamakan yīnjié ( 音节 ). Cara penulisan yinjie ( 音节 )tidak seperti yang terdapat dalam bahasa Indonesia, setiap suku kata atau silabel dalam tulisan yinjie terdiri atas huruf konsonan (shēngmǔ 声母 ), vocal ( 韵母 yùnmǔ) dan diberi nada intonasi ( 声调 shēngdiào). 11

2 wǒ Contoh Huruf Hanzi: 我 Satu silabel pinyin berfungsi untuk mentranskrip satu huruf. Akan tetapi, satu silabel tidak selalu identik dengan satu huruf. Artinya, satu silabel pinyin/ pinyin yinjie dapat mewakili satu atau beberapa huruf. gōng gōng gōng gōng Contohnya: 工 弓 公 恭 pinyin yinjie ( 音节 ) Dalam bahasa Mandarin memiliki sekitar 400 suku kata dan setelah dikombinasikan dengan intonasi, jumlahnya bertambah sekitar 1300 buah. Bentuk Umum Struktur Silabel Pinyin, seperti berikut: 1. Zero Konsonan : tidak terdapat konsonan, hanya terdiri dari vocal Contoh : a, o, e, ai, ei, ao, ou 2. Konsonan +Vocal : mempunyai konsonan dan vocal Contoh : ba, pa, dui, gei,hou, dll 3. Vocal +Konsonan : Hanya terdapat pada silabel er yang Konsonan digolongkan sebagai retroflek dan mempunyai bentuk tersendiri. Cara mengejakan konsonan 1. Suara bibir : b p m f 2. Suara ujung lidah : d t n l 3. Suara akar lidah : g k h 4. Suara belakang lidah : j q x 5. Suara lidah melingkar ke rongga atas : zh ch sh r 12

3 6. Suara lidah menuju gigi depan : z c s 7. Suara aspiratif dan non aspiratif Secara teknis pengucapan shēngmǔ 声母 ada 2 golongan : a. Suara aspiratif : sòng qì yīn 送气音 yaitu : p, t, k, c, ch, q cara pengucapannya disertai oleh dorongan udara dari mulut atau memakai hembusan b. Suara non aspiratif : bù sòng qì yīn 不送气音, suara terdiri dari 21 huruf konsonan dikurangi 6 huruf yang termasuk ke dalam suara aspiratif, pengucapannya tanpa hembusan. Vocal ( 韵母 ) Jumlah huruf vocal ada 36 buah. Menurut susunan konstruksinya, huruf vocal dikategorikan ke dalam tiga bagian, yaitu: a. Vocal tunggal : a, o, e, i,u,ü b. Vocal ganda : ai, ao, ei, ia, iao, ie, iu(iou), ou, ua, uai, ui(uei) c. Vocal nasal : an, ang, en, eng, ian, iang, in, ing, iong, ong, uan, uang, un(uen) ung, üan, ün. Selanjutnya bahasa Mandarin memiliki tulisan-tulisan yang sangat berbeda dan memiliki goresan-goresan, yaitu 一 ( 横 héng), 丨 ( 竖 shù), 丿 ( 撇 piě ), 丶 ( 点 diǎn ), dan 乙 ( zhè ). Misalnya dalam kata 头 tóu memilikiurutan goresan 丶 ( 点 diǎn), 丶 ( 点 diǎn), 一 ( 横 héng), 丿 ( 撇 piě), 丶 ( 点 diǎn)maka jika digabungkan akan membentuk huruf 头.Setiap huruf mandarin memiliki goresan sendiri-sendiri, beda tulisan maka beda juga urutan goresannya. Oleh sebab itu, dalam belajar menulis 13

4 huruf hanzi memerlukan banyak latihan. Dengan banyak latihan tangan akan terlatih dengan goresan-goresan huruf hanzi. Itulah pengertian dari bahasa Mandarin serta apa saja yang terdapat dalam bahasa Mandarin. B. Pembelajaran Bahasa Mandarin Pembelajaran merupakan proses yang dialami siswa/peserta didik untuk mendalami disiplin ilmu tertentu. Dengan proses pembelajaran itulah siswa dapat mengetahui banyak hal, dari mulai politik, bahasa, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dll. Dalam pembelajaran bahasa Mandarin terdapat proses dimana siswa diajarkan bahasa baru yang sebelumnya belum dipelajari. Pembelajaran bahasa Mandarin meliputi 4 aspek penting yang dipelajari yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dari keempat aspek tersebut hal pertama yang wajib dipelajari adalah pembelajaran tentang cara membaca huruf pinyin, sebab pinyin dapat memudahkan kita memahami ketiga aspek lainnya. Huruf pinyin adalah huruf-huruf bantu yang memudahkan kita dalam membaca dan berbicara dalam bahasa Mandarin. Sebab dengan pinyin dapat terlihat jelas perbedaan antara pelafalan satu dengan pelafalan yang lain. Dalam bahasa Mandarin ada beberapa kosakata yang pengucapannya hampir sama, nah dengan pinyin kita dapat dengan mudah membedakan antara beberapa kosakata tersebut. 14

5 Selanjutnya kita akan mempelajari tentang nada dalam bahasa Mandarin. Nada bahasa Mandarin ada 4, yaitu nada 1 yang bersimbol, nada 2 bersimbol /, nada 3 bersimbol v dan nada 4 bersimbol \. Peletakan nada terdapat pada huruf vocal, yaitu a, e, i, o, u, ü. Urutan peletakan nada juga sesuai dengan urutan tersebut. Contoh kata bernada 1 yaitu 千 (qiān), nada terletak di atas huruf a yang urutannya lebih dulu dibanding dengan huruf i. Untuk nada 2 tidak berbeda dengan nada 1 misalnya pada huruf 韶 (sháo) juga terletak pada huruf a, sebab urutannya lebih awal dibanding dengan huruf o. Khusus untuk huruf iu nada berada pada huruf u. Materi yang akan dipelajari setelah nada adalah melafalkan huruf pinyin dengan lafal yang benar. Kita harus pintar membedakan mana huruf yang harus memakai hembusan dan mana huruf yang tidak memaki hembusan. Khusus huruf yang memakai hembusan adalah p, t, k, c, ch, q. Dalam perkenalan di SMK WIDYA WISATA Sragen ini untuk pembelajaran tulisan mandarin hanya dasar-dasar goresan saja yaitu 一 ( 横 héng), 丨 ( 竖 shù), 丿 ( 撇 piě), 丶 ( 点 diǎn),dan 乙 (zhè). Menurut Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003, Mata pelajaran bahasa Mandarin merupakan mata pelajaran pilihan di Sekolah Menengah Atas yang berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya. Dengan demikian mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga 15

6 negara yang cerdas, terampil dan berkepribadian Indonesia serta siap mengambil bagian dalam pembangunan nasional. Jadi jelaslah bahwa pembelajaran bahasa Mandarin tidak hanya berhenti pada pembelajaran berbahasa semata, tetapi pembelajaran bahasa Mandarin meliputi bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya. Dengan dasar pengenalan awal yang kuat maka untuk pembelajaran ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya akan semakin mudah. C. Pengertian Metode Pembelajaran Proses belajar mengajar perlu adanya cara atau metode yang digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Penggunaan metode yang tepat sangat menentukan hasil belajar dari peserta didik, sehingga sebelum melakukan proses belajar mengajar guru wajib mengetahui metode-metode apa saja yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, jikalau metode sudah dipahami guru dapat memilih metode mana yang cocok dan sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Pengertian dari beberapa ahli mengenai metode pembelajaran antara lain: Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. (Nana Sudjana:2005:76). 16

7 Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan, Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. berdasarkan 2 definisi dari metode pembelajaran di atas dapat disimpulkan pengertian dari metode pembelajaran adalah suatu cara atau strategi dikemas secara baik yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan tujuan agar materi pembelajaran dapat masuk secara maksimal. Tujuannya tidaklah lain adalah terserapnya materi-materi pembelajaran secara maksimal dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu itu lebih bermanfaat jika dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. D. Metode Resitasi 1. Pengertian Metode Resitasi Pada perkenalan bahasa Mandarin di SMK WIDYA WISATA Sragen penulis menggunakan metode resitasi sebagai metode yang ampuh agar materi dasar dapat terserap sempurna kepada seluruh siswa. Pengertian dari metode resitasi dari beberapa ahli yang mendasari penelitian tentang perkenalan bahasa Mandarin di SMK WIDYA WISATA Sragen antara lain: 1. Metode resitasi/pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberikan tugas tertentu kepada siswa dalam waktu 17

8 yang telah ditentukan dan siswa mempertanggung jawabkan tugasyang diberikan. (Moh Uzer Usman Lilies Setiawati. 1993:128) 2. Metode resitasi/pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru menugaskan murid-murid mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggungjawabkan. (Abu Ahmadi. 1997: 47) 3. Metode resitasi/pemberian tugas adalah metode dimana guru memberikan tugas tertentu dan murid mengerjakannya kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. (Zakiyah Darajat. 1995:298) Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian dari metode RESITASI adalah suatu metode pembelajaran dengan cara pemberian tugas kepada siswa dalam rentang waktu tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan hasilnyadipertanggung jawabkan kepada guru yang bersangkutan. Terdapat tiga fase dalam metode resitasi yaitu fase guru memberikan tugas, siswa melaksanakan tugas dan siswa mempertanggung jawabkan tugas. Tugas merupakan refleksi kehidupan. Setiaporang dalam kehidupan sehari-hari tak lepas dari tugas-tugas dalam kehidupan disekolah ataupun diperguruan tinggi sebagai persiapan memasuki dunia kerja yang penuh dengan berbagai tugas kelak. Pemberian tugas memberikan efek yang baik, maka dalam pemberian tugas guru perlu memperhatikan, mengarahkan dan 18

9 membimbing siswa sehingga maksud dan tujuanyang telah dicapai secara efektif dan efisien. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam bahan pelajaran dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas akan merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Adapun tujuan metode resitasi umumnya digunakan untuk: 1. Agar pengetahuan yang telah diterima lebih mantap 2. Untuk mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, mencoba sendiri. 3. Agar siswa lebih rajin. Dapat disimpulkan tujuan dari metode resitasi adalah agar para siswa lebih rajin dan dapat memecahkan permasalahan dengan sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri dan mencoba sendiri sehingga pengetahuan yang diterima lebih mantap. Dengan demikian pada proses belajar mengajar menggunakan metode resitasi guru dituntut untuk terus menerus mengasah kemampuan siswa dengan materi yang telah diberikan. Selain itu guru juga harus mengontrol kemampuan siswa dengan terus mengevaluasi kesalahankesalahan yang dilakukan siswa, agar kesalahan tersebut mampu mensupport siswanya untuk lebih meningkatkan kemampuan berbahasa Mandarin. Sebuah pembelajaran yang sering diulang-ulang dengan diberikan tugas, maka hasilnya akan lebih bagus. Pada pengenalan bahasa Mandarin dimulai dengan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan 19

10 huruf pinyin yaitu huruf yang membantu untuk membaca tulisan hanzi/huruf hanzi. Misalnya 我是学生, jika huruf-huruf tersebut tanpa huruf alfabet tentunya akan menyulitkan siswanya untuk belajar membaca. Kemungkinan siswamembaca tulisan hanzi tersebut hurufhuruf yang dapat dibaca cenderung sedikit dan resiko kesalahan membaca lebih besar dibanding dengan adanya penyetaraan membaca dengan menggunakan huruf pinyin. Jika menggunakan hanzi pinyin /huruf pinyin maka akan memudahkan siswa untuk membaca huruf hanzi, dan mereka dapat menghafalkan lebih banyak huruf. Misalnya 我是学生 wǒ shì xué shēng, kemungkinan kekeliruan dalam pelafalan pun dapat diminimalisasi. Bahasa Mandarin dalam pelafalannya ada 4 nada yaitu nada 1, nada 2, nada 3 dan nada 4. Dalam pelaksanaan pembelajaran anak-anak sedikit sulit menyesuaikan dengan keempat nada tersebut. Sebab kondisi biasa dalam berbicara dikehidupan sehari-hari pelafalannya tanpa nada, sehingga perlu pelatihan dan pengulangan agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan nada pada bahasa Mandarin. Proses belajar bahasa Mandarin perlu adanya variasi belajar agar siswa tidak bosan dengan materi yang disampaikan. Pada awal pengenalan bahasa Mandarin, banyak siswa yang menganggap aneh dengan bahasa asing yang satu ini.mereka tertawa satu sama lain,akan tetapi dengan mereka ketawa itulah membuat mereka tertarik belajar bahasa Mandarin. Suasana di dalam kelas harus dibuat serileks mungkin, 20

11 dengan sedikit bercanda, atau dengan menceritakan hal-hal baru yang berhubungan dengan bahasa Mandarin. Terbukti anak-anak lebih dapat menerima pelajaran daripada suasana yang mencekam ketika belajar di dalam kelas. 2. Langkah-langkah PenggunaanMetode Resitasi Agar metode pemberian tugas/resitasi dapat berlangsung secara efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. 2. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami siswa, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok dan lain-lain. 3. Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu di upayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama jika tugas tersebut diselesaikan di luar jam pembelajaran. 4. Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh para siswa. Jika tugas diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari siswa siswinya. Penugasan yang harus diselesaikan di luar kelas sebaiknya peserta didik diminta untuk memberikan laporan kemajuan mengenai tugas yang dikerjakan. 21

12 5. Berikanlah penilaian secara proposional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada produk(ending), tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan semangat belajar siswa, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan siswa yang harus diperiksa. (Mulyasa. 2007: 113) Langkah-langkah dari metode resitasi antara lain : a) Guru dalam memberikan tugas kepada siswa hendaknya mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga siswa mengerti apa yang akan ditugaskan. b) Pada waktu siswa melaksanakan tugasnya, guru hendaknya memberikan bimbingan dan pengawasan, mendorong agar siswa mau mengerjakan tugasnya, mengusahakan agar tugas itu dikerjakan oleh siswa sendiri, serta meminta kepada siswa untuk mencatat hasil-hasil secara sistematis. c) Guru meminta laporan tugas dari pelajar, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, mengadakan tanya jawab atau menyelenggarakan diskusi kelas, menilai hasil pekerjaan pelajar, baik dengan tes maupun cara lain. (Munzier, dkk. 2002: ) 22

13 Langkah-langkah Penggunaan Metode Pembelajaran Tugas Langkah-langkah Penggunaan Metode Pembelajaran Tugas antara lain: 1. Fase Pemberian Tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: a. Tujuan yang akan dicapai b. Jenis tugas jelas dan tepat sehingga siswa mengerti apa yang ditugaskan tersebut c. Sesuai dengan kemampuan siswa d. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa e. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada siswa harus jelas dan petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah. 2. Langkah Pelaksanaan Tugas a. Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru b. Diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja c. Diusahakan siswa mengerjakan sendiri, tidak menyuruh orang lain d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik dan sistematik. 3. Fase Mempertanggung Jawabkan Tugas a. Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakan b. Adanya tanya jawab diskusi kelas c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau dengan cara lain. 23

14 Dalam fase ini siswa dapat mempertanggung jawabkan hasil belajarnya baik dalam bentuk laporan lisan maupun tertulis. (Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain. 2006:.86) 3. Pelaksanaan Metode Resitasi Tugas dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan belajar baik perorangan maupun kelompok. Pelaksanaan yang ditempuh dalam metode ini antara lain: 1. Pendahuluan Pada langkah ini perlu mempersiapkan mental murid untuk menerima tugas yang akan diberikan kepada mereka pada pelajaran inti, untuk itu perlu memberikan kejelasan tentang suatu bahan pelajaran yang dilaksanakan dengan metode ini, diberikan contoh-contoh yang serupa dengan tugas jika keterangan telah cukup. 2. Pelajaran Inti Guru memberikan tugas, siswa melaporkan hasil kerja mereka sementara guru mengadakan koreksi terhadap tugas-tugas tersebut, apabila ditemukan kesalahan maka perlu diadakan diskusi. 3. Penutup Pada langkah ini siswa bersama guru mengecek kebenaran sementara murid disuruh mengulangi tugas itu kembali. (Arief Armai. 2002:167) 24

15 Dengan memperhatikan batasan metode resitasi sebagaimana di kemukakan diatas, maka hal-hal yang hendaknya diketahui guru adalah sebagai berikut: 1. Tugas ditujukan kepada para siswa secara perorangan, kelompok atau kelas. 2. Tugas dapat diselesaikan dan dilaksanakan dilingkungan sekolah dan di luar sekolah (rumah). 3. Tugas dapat berorientasi pada satu pokok bahasan ataupun integrasi beberapa pokok bahasan. 4. Tugas dapat ditujukan untuk meninjau kembali pelajaran yang baru, mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan, menyelesaikan latihan-latihan pelajaran, mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan masalah, serta tujuan-tujuan yang lain. 4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Resitasi 1. Kelebihan Metode resitasi/pemberian tugas mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: a. Pengetahuan yang diperoleh murid berasal dari hasil belajar sendiri, hasil percobaan dan hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik. 25

16 b. Siswa bekesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, tanggung jawab dan berdiri sendiri. c. Tugas akan dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam,memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari. d. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. e. Dapat membuat siswa bergairah dalam belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. (Syaiful Sagala, 2004:219.) 2. Kelemahan Beberapa kelemahan dari metode resitasi/ pemberian tugas, antara lain: a) Seringkali siswa melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar. b) Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa adanya pengawasan. c) Apabila tugas-tugas yang diberikan terlalu sukar dilaksanakan oleh siswa, maka akan terpengaruh terhadap ketegangan mental siswa. 26

17 Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode resitasi ini antara lain adalah: a) Tugas yang diberikan siswa hendaknya jelas. b) Tugas yang diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-masing. c) Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup. d) Control atau pengawasan yang sistematis atas tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa belajar dengan sungguh-sungguh. e) Tugas yang diberikan hendaknya mempertimbangkan: 1. Menarik minat perhatian siswa 2. Mendorong siswa untuk mencari, mengalami dan menyampaikan 3. Diusahakan tugas tersebut bersifat praktis dan ilmiah 4. Bahan yang ditugaskan diusahakan diambil dari hal-hal yang dikenal siswa. (Ibid, h ) Selain mengatasi kelemahan-kelemahan dalam metode resitasi, perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tugas yang diberikan harus berhubungan erat dengan materi pelajaran yang telah disampaikan. b. Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kesanggupan ranah cipta dan ranah karsa siswa. c. Tugas yang diberikan harus jelas. Baik dalam jenis, volume, maupun batas waktu penyelesaian. (Muhibbin Syah. 2008:211.) 27

18 E. Metode Tanya Jawab 1. Pengertian Metode Tanya Jawab Kegiatan belajar memang peranan yang penting. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dengan teknik pengajuan yang tepat, akan meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa dalam kegiatan belajar. Juga membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. Serta mengembangkan pola pikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir sebenarnya adalah pertanyaan menuntun proses belajar siswa, pertanyaan yang baik akan membantu siswa dapat menentukan jawaban yang baik, memusat-kan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. (Syaiful, B. Djamarh, dan Aswan Zain.1996: 107) Metode tanya jawab adalah suatu teknik penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang materi yang ingin diperoleh. (Armai Arief. 2002: 140) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan tentang pengertian Metode tanya jawab ialah suatu metode mengajar yang dijadikan adanya komunikasi 28

19 langsung di mana guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawab tentang materi yang diperolehnya atau sebaliknya siswa bertanya dan guru menjawab sehingga siswa termotivasi. Pengertian itu menunjukkan bahwa metode Tanya Jawab itu diperlukan adanya komunikasi langsung antara guru dan siswa sehingga tidak hanya terjadi komunikasi satu arah saja. Namun dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa, bahkan siswa dan siswa. Karena ketika siswa memberikan jawaban yang tepat dapat mendorong siswa yang lainnya untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan. Bertanya merupakan stimulasi efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Metode tanya jawab di sini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian siswa dengan berbagai cara-cara (sebagai appersepsi, selingan dan evaluasi). Adapun macam-macam pengembangan metode tanya jawab antara lain: 1. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya (Compliance Question) Pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: Guru : Dapatkah anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh seluruh kelas? 29

20 2. Pertanyaan Retorik (Rhetorical Question) Pertanyaan Retorik (Rhetorical Question) adalah pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan tehnik penyampaian informasi kepada siswa. Contoh: Guru : ada yang tahu apa pengertian 声调 (shēngdiào)? 声调 (shēngdiào) adalah.. 3. Pertanyaan Mengarahkan atau Menuntun (Prompting Question) Pertanyaan Mengarahkan atau Menuntun (Prompting Question) adalah Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berfikir. Contoh: Guru : Minggu yang lalu kita telah membicarakan tentang pengertian 声调 (shēngdiào). Coba, Halim jawab. Apakah pengertian 声调 (shēngdiào) itu? 4. Pertanyaan Menggali (Probing Question) Pertanyaan Menggali (Probing Question) adalah pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya. Contoh: Guru : Setelah kemarin kita bersama-sama mempelajari 声调 (shēngdiào), bagaimana pendapatmu tentang 声调 (shēngdiào) tersebut, Amir? Bias dimengerti atau tidak? 30

21 Amin : Bisa dimengerti, pak. Guru : coba sekarang berikan contohnya cara melafalkan 声调 (shēngdiào)? Dan selanjutnya. (Hasibuan dan Moedjiono.1986:15) 2. Kelebihan Metode Tanya Jawab Menurut Winarno Surakhmad keunggulan atau sisi positif dari metode tanya jawab yaitu: a. Metode tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat monolog. b. Memberi kesempatan pada siswa atau pendengar untuk mengemukakan hal-hal, sehingga nampak mana-mana yang belum jelas atau belum dimengerti. c. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat dibawa kearah situasi diskusi. (Winarno Surakhmad. 1982: ) Menurut Hendayat Soetopo, keunggulan atau keuntungan dari metode tanya jawab, yaitu: a. Lebih mengaktifkan siswa. b. Memberikan kesempatan kepada untuk mengemukakan hal-hal yang belum jelas. c. Dapat mengetahui perbedaan pendapat siswa, sehingga bisa dicari titik temunya. 31

22 d. Dapat mengurangi verbalisme. e. Memberikan kesempatan pada guru untuk menjelaskan kembali konsep yang masih kabur. (Hendyat Soetop. 2005:155.) Dari pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelebihan metode tanya jawab ini adalah keadaan atau situasi akan hidup, minat belajar siswa akan bangkit. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa menjadi lebih berani mengemukakan pendapatnya dan dapat melatih cara berpikir logis dan sistematis. Dengan demikian guru dapat mengontrol dari hasil kegiatan belajar mengajar. 3. Kekurangan Metode Tanya Jawab Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, segi kelemahan metode tanya jawab ini adalah: a) Apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak solusi untuk menyelesaikannya. b) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian siswa, terutama apabila terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan yang menarik perhatiannya, tetapi bukan sasaran yang dituju. c) Dapat menghambat cara berpikir, apabila guru kurang pandai dalam penyajian materi pelajaran. d) Situasi persaingan bisa timbul, apabila guru kurang pandai/ menguasai teknik pemakaian metode ini. (Abu Ahmadi.2005:56-57.) 32

23 Sedangkan menurut Hendyat Soetopo, kelemahan metode tanya jawab yaitu: a) Memberi peluang keluar dari pokok bahasan atau persoalan, karena yang dinyatakan siswa menyimpang. b) Kekurangan waktu, apabila jika seluruh siswa ingin mendapatkan giliran. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode tanya jawab ini tidak cukup berarti apabila dibandingkan dengan keuntungankeuntungannya. Metode tanya jawab ini tetap dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus pandai mempergunakan metode ini. Secara rinci peneliti dapat mengambil kesimpulan kelemahan metode tanya jawab ini, yaitu: 1. Menyita waktu banyak. 2. Memungkinkan terjadinya penyimpangan perhatian. 3. Menghambat cara berpikir apabila guru kurang pandai menyajikannya. 4. Sukar memperoleh jawaban yang memuaskan. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Metode Tanya Jawab a. Faktor pendukung Proses pembelajaran Pembelajaran, dikenal berbagai pola pembelajaran. Pola pembelajaran adalah model yang meng-gambarkan 33

24 kedudukan serta peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pada awalnya, pola pembelajaran didominasi oleh guru sebagai satusatunya sumber belajar, penentu metode belajar, bahkan termasuk penilaian kemajuan prestasi siswa. Perkembangan pembelajaran telah mempengaruhi pola pembelajaran. Guru yang mula-mula satusatunya sumber aja mulai dibantu oleh media pembelajaran hingga pembelajaran tampak lebih efisien. Pembelajaran terus mengalami perkembangan dengan kemajuan ilmu dan tehnologi. Karena itu kurang memadai kalau sumber belajar hanya berasal dari guru atau berupa media buku teks atau audio visual. Pembelajaran sekarang ini termasuk sistem belajar sendiri dan terstruktur. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan kualitas tenaga guru yang profesional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membekali para guru agar mampu mengembangkan berbagai media pembelaran. Guru dapat mengembangkan pembelajaran yang sistematis dan terprogram seperti bahan ajar. Pelajar akan lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Pembelajaran. Dengan pola pembelajaran tersebut di atas masih bisa dikombinasikan supaya kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem yang dapat berjalan efektif dan efisien. praktiknya tidak pola pembelajaran yang baku dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi pembelajaran. Berbagi pola 34

25 tersebut saling berbaur dan melengkapi satu dengan yang mempunyai ciri pokok, antara lain: 1) Fasilitas fisik sebagai perantara penyajian informasi. 2) Sistem pembelajaran dan pemanfaatan fasilitas yang merupakan komponen terpadu. 3) Adanya pilihan yang memungkinkan terjadinya (1) perubahan fisik, (2) aktivitas siswa lebih mandiri, (3) hubungan guru dan siswa dibantu media, (4) perlu adanya kerjasama lintas disiplin ilmu seperti instruksional, ahli media pembelajaran, (5) perubahan peranan dan kecakapan mengajar, dan (7) keluwesan waktu dan tempat belajar.(muhaimin. 2001: ) b. Faktor penghambat Faktor yang menjadi kendala dalam efektifitas pembelajaran di sekolah, dilihat dari guru ada beberapa faktor yaitu: 1. Kurang menguasai bidang ilmu, baik secara tektual dan konseptual. 2. Kurang imbalan yang diterima, sehingga kurang memusatkan perhatian pada tugas kependidikannya. 3. Tidak dapat dijadikan teladan bagi siswanya, karena perbuatannya sering menyimpang dari pembelajaran. 4. Kurang faktor informasi tentang problem-problem pendidikan. 5. Kurang disiplin waktu. 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pemberian Tugas 1. Pengertian Metode Oemar Hamalik (2010 : 27) menjelaskan istilah metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang tepat, biasanya orang awam mengartikan belajar identik dengan membaca, belajar

Lebih terperinci

BAB II METODE TANYA JAWAB DAN MINAT BELAJAR SISWA. Kegiatan belajar, memang peranan yang penting. Sebab pertanyaan yang

BAB II METODE TANYA JAWAB DAN MINAT BELAJAR SISWA. Kegiatan belajar, memang peranan yang penting. Sebab pertanyaan yang 10 BAB II METODE TANYA JAWAB DAN MINAT BELAJAR SISWA A. Pengaruh Metode Tanya Jawab 1. Pengertian metode Tanya jawab Kegiatan belajar, memang peranan yang penting. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

PENGENALAN BAHASA MANDARIN DENGAN METODE DRILLING DAN ROLE PLAYING DI SMK N 1 SRAGEN

PENGENALAN BAHASA MANDARIN DENGAN METODE DRILLING DAN ROLE PLAYING DI SMK N 1 SRAGEN digilib.uns.ac.id PENGENALAN BAHASA MANDARIN DENGAN METODE DRILLING DAN ROLE PLAYING DI SMK N 1 SRAGEN LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Pada dasarnya pelaksanaan belajar-mengajar ada istilah yang disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model 1. Pendekatan Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Sejak kita dilahirkan, orangtua sudah mengajarkan kita tentang bahasa supaya kita dapat

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Prestasi Belajar 1. Pengertian prestasi belajar Istilah prestasi belajar dalam dunia pendidikan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk dibahas, karena keberadaannya

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mempelajari Bahasa Tionghoa. Sub pokok bahasan dan rincian materi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mempelajari Bahasa Tionghoa. Sub pokok bahasan dan rincian materi SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode & Nama Mata Kuliah Tujuan umum : Pengenalan Bahasa Tionghoa : Para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mempelajari Bahasa Tionghoa. Tujuan 1. mengetahui tentang Bahasa Tionghoa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemberian Pekerjaan Rumah a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI BASIC LEARNING DI SMP NEGERI 17 SURABAYA. Oleh: VINA NUR INDAH SARI NIM:

PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI BASIC LEARNING DI SMP NEGERI 17 SURABAYA. Oleh: VINA NUR INDAH SARI NIM: PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI BASIC LEARNING DI SMP NEGERI 17 SURABAYA Oleh: VINA NUR INDAH SARI NIM:072134017 Dosen pembimbing Dra. Noordiana, M.Sn Abstrak Suatu hal yang mendorong ketertarikan peneliti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 48 BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Setelah menganalisa sejumlah buku pelajaran Mandarin terbitan dari 4 negara yang dikaitkan dengan teori pedoman penyusunan buku pelajaran Mandarin menurut Liu Xun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru sebagai komponen pendidikan turut berupaya menyiapkan peserta didik agar mampu menjalani perannya dikehidupan nyata. Guru diharapkan mampu memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas layanan pendidikan merupakan salah satu agenda Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun 2015 2016 sebagaimana telah diamanatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran agar menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA Skripsi oleh: MILYATI GJA12D113171 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Penggunaan Media Gambar Seri dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Siswa di Kelas III SDN Inpres Tabing Kecamatan Peling Tengah

Penggunaan Media Gambar Seri dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Siswa di Kelas III SDN Inpres Tabing Kecamatan Peling Tengah Penggunaan Media Gambar Seri dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Siswa di Kelas III SDN Inpres Tabing Kecamatan Peling Tengah Jamra, Sahrudin Barasandji, dan Syamsuddin Koida Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting yang terdiri dari "fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya, yang terkandung dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting yang terdiri dari fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya, yang terkandung dalam mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran materi pelajaran merupakan salah satu komponen penting yang terdiri dari "fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

memiliki kemampuan dasar dalam berbahasa Mandarin yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis, lalu memahami budaya China agar secara

memiliki kemampuan dasar dalam berbahasa Mandarin yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis, lalu memahami budaya China agar secara 32 memiliki kemampuan dasar dalam berbahasa Mandarin yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis, lalu memahami budaya China agar secara bertahap dapat mempelajari budaya bahasa China sehingga mendapatinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A MTs. ARRAHMAH KELAPA DUA WETAN CIRACAS JAKARTA TIMUR Santi Hartika Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk dapat menyesuaikan diri ialah teknologi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk dapat menyesuaikan diri ialah teknologi pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, tentunya perkembangan pendidikan semakin hari semakin pesat kemajuannya, seiring dengan perkembangan masyarakat pada bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. 8 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Metode Penugasan Menurut Syaiful Sagala, metode penugasan atau Resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran BAHASA MANDARIN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3). 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

100. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

100. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan 100. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

99. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

99. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 99. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar, yaitu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teknik Pembelajaran Menurut strategi belajar mengajar, pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar, yaitu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya,

Lebih terperinci

PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA Fitriyani 1 dan Huri Suhendri 2 1 SMA 28 Oktober 1928 Jakarta 2 Program Studi Pendidikan Matematika, FTMIPA, Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak:

Lebih terperinci

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI LKS BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 08 KEPAHIANG TAHUN 2013 Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal. Penelitian ini dilakukan di kelas I MI Miftahul Ulum Curah Keris Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Tahun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu BAB V PEMBAHASAN A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran 1. Definisi Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh. Pendidikan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SEMANTIK MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING): Suatu Alternatif Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan keberhasilan pendidikan tersebut akan ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan keberhasilan pendidikan tersebut akan ditentukan oleh beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat pentingnya peran pendidikan bagi suatu Negara, maka pemerintah Indonesia berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menciptakan manusia

Lebih terperinci

23. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin Untuk Paket C Program Bahasa

23. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin Untuk Paket C Program Bahasa 23. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin Untuk Paket C Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, Quantum Learning itu sendiri adalah proses belajar yang nyaman dan menyenangkan, Quantum Learning

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif 1. Pengertian Menulis Pada dasarnya menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya tujuan pendidikan. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan didesain

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya tujuan pendidikan. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan didesain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prospek masa depan pendidikan teknologi memunculkan orientasi kuat pada banyaknya tujuan pendidikan. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan didesain sedemikian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan olah seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Nurhasnah, Rizal, dan Anggraini Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Teknik Probing Prompting 1. Pengertian Probing Prompting a. Probing (Question) Secara bahasa kata probing memiliki arti menggali atau melacak 1 Sedangkan menurut

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO 176 PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO Oleh : Sopiyah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar Ekonomi. a. Pengertian Prestasi. Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar Ekonomi. a. Pengertian Prestasi. Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar Ekonomi a. Pengertian Prestasi Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie, yang berarti hasil dari usaha. Menurut Muhibbin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING Oleh: Triani, Supriyono, Isnaeni Maryam Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Bayat yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing dikancah internasional hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI 360 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.1, 2009, hlm 360-365 KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI Kusoro Siadi, Sri Mursiti, Ida Nur Laelly Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi anatara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS IX-F SMP NEGERI 1 PADEMAWU TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS IX-F SMP NEGERI 1 PADEMAWU TAHUN PELAJARAN PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS IX-F SMP NEGERI 1 PADEMAWU TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 ABSTRAK Oleh: Indang Sriyana, S.Pd Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARANDILIHAT DARI SASARAN:

PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARANDILIHAT DARI SASARAN: PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN 1. AKADEMIK DAN EMPIRIK 2. RELEVAN ( TUJUAN, MATERI AJAR, MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN, KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK, SITUASI DAN KONDISI AKTUAL, WAKTU) 3. FLEKSIBEL(FLEXIBLE)

Lebih terperinci