BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Suparman Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. AKULTURASI 1. Defenisi Akulturasi Akulturasi berbeda dengan enkulturasi, dimana akulturasi merupakan suatu proses yang dijalani individu sebagai respon terhadap perubahan konteks budaya. Budaya menurut Melville J. Herskovids (2000) merupakan sikap, perasaan, nilai, dan perilaku yang menjadi ciri dan menginformasikan masyarakat secara keseluruhan atau kelompok sosial di dalamnya. Akulturasi Redfield (1936) adalah suatu fenomena yang merupakan hasil ketika suatu kelompok individu yang memiliki kebudayaan yang berdeda datang dan secara berkesinambungan melakukan kontak dari perjumpaan pertama, yang kemudian mengalami perubahan dalam pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut. Menurut Social Science Research Council (1954), akulturasi merupakan perubahan budaya yang diawali dengan bergabunganya dua atau lebih budaya yang berdiri sendiri. Perubahan akulturatif mungkin merupakan konsekuensi langsung dari perubahan budaya; mungkin disebabkan oleh faktor non-budaya, seperti ekologi atau modifikasi demografi yang disebabkan oleh budaya yang bertimpang tindih; mungkin juga terhambat, seperti penyesuaian internal terhadap penerimaan sifat-sifat atau pola asing; atau mungkin bentuk reaksi adaptasi dari model hidup secara tradisional. 11
2 12 Menurut Graves (1967), akulturasi merupakan suatu perubahan yang dialami oleh individu sebagai hasil dari terjadinya kontak dengan budaya lain, dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam proses akulturasi yang sedang dijalani oleh budaya atau kelompok etnisnya. Perubahan yang terjadi pada tingkatan ini terlihat pada identitas, nilai-nilai, dan perilaku. Akulturasi menurut Organization for Migration (2004) merupakan adaptasi progresif seseorang, kelompok, atau kelas dari suatu budaya pada elemen-elemen budaya asing (ide, kata-kata, nilai, norma, perilaku). Dari defenisi akulturasi diatas kita dapat mengidentifikasi beberapa elemen kunci seperti : a Dibutuhkan kontak atau interaksi antar budaya secara berkesinambungan. b Hasilnya merupakan sedikit perubahan pada fenomena budaya atau psikologis antara orang-orang yang saling berinteraksi tersebut, biasanya berlanjut pada generasi berikutnya. c Dengan adanya dua aspek sebelumnya, kita dapat membedakan antara proses dan tahap; adanya aktivitas yang dinamis selama dan setelah kontak, dan adanya hasil secara jangka panjang dari proses yang relatif stabil; hasil akhirnya mungkin mencakup tidak hanya perubahanperubahan pada fenomena yang ada, tetapi juga pada fenomena baru yang dihasilkan oleh proses interaksi budaya.
3 13 Berdasarkan beberapa defenisi akulturasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan suatu cara yang dilakukan sejak pertama kali melakukan kontak agar dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi Menurut teori yang dikemukakan oleh Redfield (1936), terdapat 3 isu yang dapat diidentifikassi sebagai faktor yang mempengaruhi akulturasi, yaitu: 1. Kontak Kontak merupakan hal yang penting dalam akulturasi dimana kontak merupakan pertemuan antara setidaknya dua kelompok budaya atau individu yang secara bersama-sama melakukan kontak secara berkesinambungan dan langsung. Akulturasi dapat dikatakan nyata apabila individu-individu atau kelompok melakukan interaksi pada tempat dan waktu yang sama, bukan melalui pengalaman orang kedua (misalnya pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami kontak langsung dengan budaya lain) atau kontak secara tidak langsung (misalnya melalui surat menyurat dengan orang lain yang berbeda budaya). 2. Pengaruh timbal balik. Berdasarkan teori Redfield pada kalimat mengalami perubahan dalam pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut memuat maksud adanya pengaruh timbale balik dimana pada teorinya kedua kelompok saling mempengaruhi.
4 14 3. Perubahan Perubahan merupakan salah satu aspek penting dalam kontak yang meliputi proses yang dinamis, dan hasil yang mungkin relatif stabil. Hal ini bermaksud bahwa mempelajari akulturasi kita dapat melihat prose situ sendiri, seperti bagaimana perubahan dapat terjadi (pertanyaan mengenai proses), apa yang berubah selama akukturasi (pertanyaan mengenai hasil). 3. Jenis-Jenis Akulturasi Menurut Bogardus (1949), terdapat 3 jenis dari akulturasi, yaitu : 1. Blind acculturation Akulturasi jenis ini terjadi ketika orang-orang dengan budaya yang berbedaa tinggal secara berdekatan satu sama lain dan pola-pola budaya dipelajari secara tidak sengaja. 2. Imposed acculturation Akulturasi jenis ini terjadi ketika terdapat unsur pemaksaan pada posisi suatu budaya oleh budaya lain. 3. Democratic acculturation Akulturasi jenis ini terjadi ketika representasi tiap budaya menghormati budaya lainnya
5 15 4. Kerangka Kerja Akulturasi Budaya A Perubahan Kultural Akulturasi Psikologis Individu pada Budaya A dan B Adaptasi Individu pada Budaya A dan B Kontak Budaya A Budaya B Perubahan Perilaku Psikologis Stres Akulturasi Sosial-Budaya Budaya B Tingkatan Kultural/Kelompok Kerangka Kerja Akulturasi (Gambar 2.1) Tingkatan Psikologis/Individual John W. Berry mengemukakan suatu bentuk kerangka kerja yang mendasari serta menghubungkan akulturasi pada tingkat kultural dan akulturasi pada tingkat psikologis (Figur 2.1). Akulturasi pada tingkat kultural merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahannya terjadi pada tingkat kelompok. Perubahan-perubahan tersebut terlihat baik secara fisik, biologis, politik, ekonomi, dan budaya (Berry, 1991). Pada tingkat kultural (sebelah kiri) kita perlu memahami hal utama dari kedua kelompok budaya (A dan B) selama periode mereka melakukan kontak, sifat hubungan antar keduanya, dan hasil dari perubahan yang terjadi pada kedua kelompok tersebut.
6 16 Akulturasi pada tingkat psikologis merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahannya terjadi pada tingkat individu. Perubahan-perubahan tersebut mencakup perubahan perasaan, perilaku, dan kognitif (Ward, 2001). Pada tingkat psikologis (sebelah kanan) kita harus mempertimbangkan perubahan psikologis pada individu didalam suatu kelompok, dan akhirnya adaptasi mereka terhadap situasi baru. Perubahan tersebut dapat terlihat pada perubahan perilaku misalnya seperti perubahan gaya bicara, cara berpakaian, cara makan, dan pada identitas budayanya, atau jika terjadi suatu permasalahan maka akan menghasilkan stres akulturasi misalnya seperti ketidakpastian, kecemasan, depresi, bahkan psikopatologi (Al-Issa & Tousignant, 1997). Adaptasi utamanya dapat bersifat internal, psikologis, ataupun sosialbudaya, yang menghubungkan individu dengan yang lainnya pada kelompok yang baru. 5. Strategi-Strategi Akulturasi Berry (1997) menyatakan sebuah teori yang berhubungan dengan kerangka kerja akulturasi, yaitu strategi akulturasi. Strategi-strategi ini terdiri dari komponen sikap dan perilaku yang ditunjukkan dalam pertemuan antar budaya dari hari ke hari. Konsep utama dari strategi akulturasi dapat diilustrasikan dengan melihat setiap komponen dalam kerangka pikir akulturasi (Figur 2.1). Pada tingkat budaya, kedua kelompok yang melakukan kontak biasanya bertujuan untuk menggabungkan kedua budaya yang ada. Tujuan dari
7 17 menggabungkan budaya tersebut juga mempengaruhi strategi yang akan digunakan. Pada tingkat individu, perubahan perilaku dan fenomena stres akulturasi dilihat sebagai suatu fungsi yang digunakan oleh anggota kelompok untuk penetapan strategi yang akan digunakan. Untuk lebih jelasnya berikut ringkasan empat bentuk identifikasi strategi akulturasi yang dinyatakan oleh Berry (1997), yang ditandai dengan HC (Home Culture atau Kebudayaan asli) dan DC (Dominan culture atau kebudayaan yang dominan): a. Integrasi Integrasi terjadi ketika individu memiliki ketertarikan untuk mempertahankan budaya aslinya (HC) dan pada saat yang sama mengingkinkan adanya interaksi sehari-hari dengan kelompok lain (DC). b. Asimilasi Asimilasi terjadi ketika individu tidak ingin mempertahankan budaya asli (HC) dan mencari interaksi sehari-hari dengan budaya lainnya (DC). c. Separasi Separasi terjadi ketika individu menetapkan nilai-nilai untuk mempertahankan budaya asli (HC) dan pada saat yang sama berharap untuk menghindari interaksi dengan orang lain (DC). d. Marginalisasi Marginalisai terjadi ketika individu hanya memiliki sedikit kemungkinan atau keinginan untuk mempertahankan budaya asslinya (HC) dan disaat
8 18 yang bersamaan memiliki sedikit keinginan untuk membina hubungan dengan orang lain (DC). Untuk lebih mempermudah, berikut merupakan matriks strategi akulturasi menurut John Berry. Contact & Participation Cultural Maintenance Ya Tidak Ya Integrasi (akulturasi) Asimilasi Tidak Separasi Marginalisasi Strategi Akulturasi (Tabel 2.1) Strategi-strategi tersebut terdiri dari 2 komponen, yaitu sikap (pilihan individu untuk berakulturasi) dan perilaku (aktifitas atau kegiatan nyata yang dilakukan individu). Strategi mana yang akan digunakan individu bergantung pada faktor-faktor tersebut dan terdapat beberapa konsekuensi dari strategistrategi tersebut. 6. Aspek-Aspek Akulturasi Akulturasi dapat dinilai dengan mengukur aspek-aspek akulturasi. Berry pada tahun 2006 menyatakan bahwa aspek-aspek akulturasi tersebut mencakup : a. Cultural Maintenance Cultural Maintenance merupakan perilaku individu dalam mempertahankan budaya dan identitas dari daerah asalnya. Perilaku tersebut dapat tampak dalam kegiatan yang dilakukan sehari-hari,
9 19 misalnya saja dalam berkomunikasi (penggunaan bahasa), penggunaan pakaian, penggunaan lambang-lambang budaya, dan lain sebagainya. b. Contact and Participation Contact and Participation merupakan tindakan individu untuk melakukan kontak dan berpartisipasi dengan kelompok mayoritas bersama dengan kelompok budaya lainnya. Perilaku-perilaku dalam beradaptasi terhadap budaya yang berbeda mencakup peran dari status kelompok, identifikasi, pertemanan (friendships), dan penilaian ideologi (Verkuyten,2005). Perilaku pertemanan (friendships) merupakan salah satu cara dalam melakukan kontak dengan anggota kelompok lain yang dapat meningkatkan persepsi dan evaluasi dari kelompok lain. Pertemanan (friendships) dapat meningkatkan emosi positif yang mengarah pada perilaku yang lebih baik dari kelompok lain. Outgroup friendships atau pertemanan dengan kelompok lain akan menurunkan tingkat prasangka, meningkatkan rasa simpati, dan meningkatkan kepedulian terhadap situasi dan masalah yang dihadapi oleh kelompok budaya lain.
10 20 B. MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA Berry (2006) menyatakan bahwa mahasiswa asing merupakan orang-orang yang melakukan migrasi dan menetap disuatu tempat untuk sementara waktu dan dengan tujuan tertentu. Orang-orang yang melakukan migrasi seperti itu disebut sebagai sojourners Mahasiswa asing asal Malaysia memiliki latar belakang budaya yang berbeda, berasal dari suku Melayu, India, dan Cina dengan kebiasaan dan nilainilai yang beragam. Mahasiswa asing asal Malaysia bersuku Melayu merupakan bagian dari masyarakat Melayu. Menurut Verma (2000) masyarakat Melayu sangat menekankan perilaku yang baik, toleransi, dan kekeluargaan. Mayoritas siswa suku Melayu bersekolah di sekolah umum dimana sekolah umum merupakan sekolah campuran dari berbagai suku yang ada di Malaysia. Mahasiswa asing asal Malaysia bersuku Cina merupakan bagian dari masyarakat Cina yang minimal menguasai satu dialek bahasa Cina. Suku Cina biasanya berbahasa Hokkien, Hakka, dan Kanton dalam setting formal maupun informal, sedangkan bahasa Mandarin sebagai bahasa standar Cina digunakan dalam setting public dan sebagai medium bahasa pengantar dalam sekolah khusus Cina. Suku Cina juga cenderung menggunakan bahasa Cina daripada bahasa Melayu (Verma, 2000). Suku cina merupakan suku yang lebih tertutup dibandingkan kategori suku lainnya di Malaysia (Daniels, 2003). Mahasiswa asing asal Malaysia yang bersuku Tamil merupakan bagian dari masyarakat India yang sangat menekankan pada penggunaan bahasa Tamil
11 21 baik lisan maupun tulisan untuk melestarikan kebudayaan (Tsui & James, 2005). Menurut Verma (2000), mayoritas masyarakat suku Tamil di Malaysia menyekolahkan anaknya di sekolah khusus India dan masarakat suku Tamil sangat menghargai hubungan keluarga, mempertahankan nilai-nilai dan tradisis kebudayaan mereka, terbuka, dan sangat peduli dengan lingkungan. C. GAMBARAN STRATEGI AKULTURASI PADA MAHASISWA ASING DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa asing, mereka pastinya mengalami berbagai hambatan, terutama hambatan dalam masalah budaya. Perbedaan antara budaya yang dikenal individu dengan budaya asing dapat menyebabkan individu sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Individu mungkin menghadapi cara berpakaian, cuaca, makanan, bahasa, orangorang, sekolah dan nilai-nilai yang berbeda (Kingsley dan Dakhari, 2006). Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa asing tersebut dapat dilihat bahwa mereka merasa takut karena jauh dari orang tua, lalu lintas kota Medan yang ribut dan tidak teratur, dan banyaknya pengemis yang memintaminta di persimpangan jalan. Mereka menganggap beberapa hal di kota Medan berbeda dengan negara asal mereka, Malaysia, hal-hal itu misalnya saja makanan. Perbedaan dalam hal makanan yang mereka rasakan adalah mereka tidak biasa mengkonsumsi masakan Minang, sulit menemukan makanan ala India, pilihan makanan yang minim, dan makanan di kota Medan dianggap terlalu pedas.
12 22 Menurut peraturan Rektor, mahasiswa asing asal Malaysia diharuskan untuk menempuh pendidikan dengan waktu paling sedikit 6 tahun untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi (Buku Kurikulum Pendidikan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara, 2007). Waktu yang cukup lama itu menuntut mereka untuk dapat melakukan strategi adaptasi yang efektif. Akulturasi dapat menjadi salah satu cara untuk melakukan pertukaran budaya yang dapat membantu usaha mahasiswa asing untuk berbaur dengan masyarakat lokal.. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2007) mengenai akulturasi mahasiswa pribumi pada universitas mayoritas mahasiswa etnis tionghua. Proses akulturasi ini mengikuti kerangka kerja akulturasi oleh Berry (Gambar 2.1). Dalam hal ini budaya mahasiswa asing (Malaysia) dan budaya masyarakat lokal (Medan) mengalami kontak, kontak terjadi saat menjalankan perkuliahan di. Kontak tersebut menimbulkan perubahan kultural dimana budaya mahasiswa asing membaur dengan budaya masyarakat lokal. Perubahan kultural pada individu-individu dalam kedua budaya tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku ataupun timbulnya stres akulturasi. Jika perubahan perilaku berhasil maka individu-individu tersebut dikatakan dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru disekitar mereka. Akulturasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa strategi, seperti yang dinyatakan oleh Berry (1992) bahwa terdapat 4 jenis strategi akulturasi yaitu asimilasi, integrasi, separasi, dan marginalisasi.
13 23 Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi integrasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing tetap menggunakan bahasa negara mereka ketika berkomunikasi dengan teman-teman sesamanya dan menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan teman-teman Indonesia. Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi asimilasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing sama sekali tidak lagi mau menggunakan bahasa negara asal mereka, bahkan mereka tidak mau lagi mengkonsumsi makanan khas negara mereka. Mereka lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia dan mengkonsumsi makanan khas Medan. Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi separasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing menolak untuk menggunakan bahasa Indonesia, tidak mau mengkonsumsi makanan khas Indonesia, dan bahkan tidak mau berpakaian sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat Medan. Mereka tetap mempertahankan adat budaya negara asal mereka. Jika mahasiswa asing tersebut menggunakan strategi marginalisasi maka perilaku yang mungkin muncul misalnya ketika mahasiswa asing tidak menggunakan bahasa, tidak mengkonsumsi, tidak menggunakan pakaian dari kedua budaya yang ada, baik budaya negara asalnya ataupun budaya di kota Medan.
14 24 Berry (2006) menyatakan bahwa strategi-strategi akulturasi teresebut dilakukan sebagai usaha untuk beradaptasi terhadap budaya baru dan untuk menghindari terjadinya stres akulturasi. Stres akulturasi menurut Al-Issa & Tousignant (dalam Berry, 1997) dapat menimbulkan perasaan bingung, cemas, depresi, bahkan psikopatologis. Berdasarkan penelitian dari Lucia Tri Ediana P.J. (2009) mengenai culture shock pada mahasiswa perantauan, menjelaskan bahwa culture shock dapat menimbulkan depresi dan depresi tersebut dapat menjadi salah satu penyebab mahasiswa tidak lagi ingin melanjutkan pendidikannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa mahasiswa asing asal Malaysia di Universita Sumatera Utara melakukan akulturasi untuk beradaptasi dengan masyarakat lokal di kota Medan dalam usaha untuk menghindari terjadinya stres akulturasi.
15 25 D. KERANGKA BERPIKIR Malaysia Melanjutkan Kuliah Indonesia USU Tamil Melayu Cina Mengalami Perbedaan Budaya Bahasa Makanan Pakaian Akulturasi Asimilasi Separasi Integrasi Marginalisasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sebagian besar siswa yang telah menyelesaikan pendidikan dari Sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagian besar siswa yang telah menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang Perguruan Tinggi (PT). Fenomena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Culture Shock Pada umumnya individu tidak menyadari secara nyata budaya yang mengatur dan membentuk kepribadian dan perilakunya. Ketika individu dipisahkan dari budayanya, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui proses belajar. Apa yang dipelajari oleh manusia pada umumnya dipengaruhi oleh sosial
Lebih terperinciAKULTURASI MAHASISWA PRIBUMI DI KAMPUS MAYORITAS TIONGHOA. Oleh : Tantri Kusuma Wardhani ABSTRAK
AKULTURASI MAHASISWA PRIBUMI DI KAMPUS MAYORITAS TIONGHOA Oleh : Tantri Kusuma Wardhani ABSTRAK Akulturasi yang berkaitan dengan perubahan dalam pola-pola kebudayaan digunakan sebagai cara kelompok minoritas
Lebih terperinciStudi Deskriptif Mengenai Strategi Akulturasi Integrasi pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minangkabau dan Kelompok Etnik Batak di Kota Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Strategi Akulturasi Integrasi pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minangkabau dan Kelompok Etnik Batak di Kota Bandung 1 Melita Elvaretta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melancong atau pindah dari suatu Negara ke Negara yang lain dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi. Perubahan menuntut individu untuk melakukan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi. Perubahan dapat terjadi pada siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mayoritas individu tinggal dalam lingkungan yang familiar, tempat dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas individu tinggal dalam lingkungan yang familiar, tempat dimana individu tumbuh dan berkembang. Orang-orang yang ditemui dilingkungan individu pada saat bekerja,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan biaya pendidikan gratis bagi siswa berprestasi dan beasiswa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemerataan pembangunan di Indonesia saat ini telah diwujudkan melalui program beasiswa yang ditawarkan oleh perusahaan maupun lembaga dengan memberikan biaya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sukunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, yang setiap sukunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud antara lain dalam
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Sosial Kelompok sosial merupakan gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Soekanto (2002 :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu memahami bahwa Indonesia terdiri atas beraneka-ragam budaya. Setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari beraneka ragam budaya. Indonesia menjadikan semboyan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Akulturasi. 1. Pengertian dan Konsep Akulturasi. tertentu dalam budaya baru (Diaz & Greiner, dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akulturasi 1. Pengertian dan Konsep Akulturasi Akulturasi dapat dideskripsikan sebagai suatu tingkat dimana seorang individu mengadopsi nilai, kepercayaan, budaya dan praktekpraktek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi layaknya nafas kehidupan manusia. Kodratnya sebagai makhluk sosial membuatnya senantiasa berinteraksi demi pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak kebijakan-kebijakan baru, salah satunya yaitu pertukaran pelajar antar negara pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan era modern saat ini membawa dampak positif pada bidang pendidikan. Banyak kebijakan-kebijakan baru, salah satunya yaitu pertukaran pelajar antar negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi dalam hidupnya. Kebutuhan akan komunikasi diawali dengan asumsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dalam hidupnya. Kebutuhan akan komunikasi diawali dengan asumsi bahwasanya komunikasi berhubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciPOLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK
POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DALAM INTERAKSI SOSIAL (Deskriptif Kualitatif Pada Mahasiswa Etnis Minangkabau di Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2010-2013)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Mahasiswa asing merupakan individu dimana setiap individu lahir di dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gereja Katolik Roma merupakan suatu institusi keagamaan. Institusi ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Katolik Roma merupakan suatu institusi keagamaan. Institusi ini memiliki struktur hierarki yang jelas. Struktur hierarki ini terdiri atas uskup, imam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal seperti sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di Indonesia. Semua warga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di Indonesia. Semua warga negara Indonesia berhak mengikuti pendidikan setinggi-tinggi nya untuk meraih cita-cita
Lebih terperinciSugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta
74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik
Lebih terperinciIndonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas
Lebih terperinciBentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya Annisa Nurhalisa Interaksi Sosial Asosiatif -> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan manusia dari generasi ke generasi untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciKOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa dan Minangkabau) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciKONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan
KONSEP KEBUDAYAAN Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan Apakah Kebudayaan Hofstede (dalam Berry, 1997): Merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai, dan persepsi yang khas Parsudi Suparlan (1998): Merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa data, maka dapat disimpulkan komunikasi antarbudaya remaja etnis keturunan Arab dengan remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini
Lebih terperinciPROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L
PROSES SOSIAL EKO NUGROHO, S.PT, M.SC FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2013/2014 Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama Perubahan-perubahan dalam struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusianya bisa berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha untuk menjalin komunikasi antarbudaya pada praktiknya bukanlah persoalan yang sederhana kita harus memproses dan memahami pesan dengan strategi tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, maka pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, maka pendidikan dirasakan sangat penting dan menjadi fokus utama pemerintah dalam rangka menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Hal ini terlihat pada program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait upaya
Lebih terperinciPERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Geografi Kelas 9 Semester 1 Teknologi komputer sebagai salah satu contoh wujud dari perubahan budaya Pendahuluan Tidak ada masyarakat yang statis, semua masyarakat/kebudayaan mempunyai
Lebih terperinciDampak Perubahan Sosial Budaya
Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kesehatan dr.taufik Suryadi,SpF (abiforensa@yahoo.com) Ahli Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Lulusan FK USU Lulusan Program Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Akulturasi merupakan proses social yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsure-unsur asing itu lambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa, kota, tua, maupun muda menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi untuk pelbagai keperluan dan kepentingan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini arus dunia pendidikan semakin pesat. Proses itu sering disebut dengan globalisasi. Seiring berjalannya arus dunia pendidikan global di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan
Lebih terperinciCulture and Treatment of Abnormal Behavior
Culture and Treatment of Abnormal Behavior OLEH: DR. ASIH MENANTI, MS Introduction: - Kebudayaan berperan penting dalam mendefinisikan abnormalitas. - Faktor budaya tersebut mempengaruhi kemampuan psikolog
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa identik dengan perantau, lokasi universitas yang tersebar di seluruh Indonesia serta proses seleksi masuk universitas dengan skala nasional menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Mata Kuliah : Psikologi Budaya Kode/SKS 2 SKS Status : Pilihan Fakultas : Kedokteran Semester : II (dua) Program
Lebih terperinciBAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN
BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki
Lebih terperinciDIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG
DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA SENTANG KECAMATAN KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN ( ) BAB I PENDAHULUAN
PERKEMBANGAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA SENTANG KECAMATAN KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN (1903-2012) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan (2012:
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perilaku, dan sikap-sikap melalui kontak dengan kultur yang lain (Berry 1990;
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akulturasi Akulturasi mengacu pada perubahan yang terjadi dalam identitas, nilai, perilaku, dan sikap-sikap melalui kontak dengan kultur yang lain (Berry 1990; Berry et al.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Lembah Melintang adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat. Kabupaten Pasaman Barat dibentuk dari hasil pemekaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak kebudayaan yang bermacam-macam. Bermula dari Sabang melangkah menuju Merauke begitu banyak kebudayaan di setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima
Lebih terperinciDINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari
DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI Fipit Novita Sari 100904099 ABSTRAK Skripsi ini berisi penelitian mengenai bagaimana dinamika komunikasi antarbudaya
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Muhammadiyah Surakarta. PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA Silabus
FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Muhammadiyah Surakarta PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA Silabus PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA 606202 Silabus Pembelaja Mata Kuliah SKS Semester Mata Kuliah Pra Syarat : PSIKOLOGI LINTAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Culture Shock. Istilah "culture shock" pertama kali diperkenalkan oleh Oberg (1960)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Culture Shock 1. Pengertian Culture Shock Istilah "culture shock" pertama kali diperkenalkan oleh Oberg (1960) untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi,
Lebih terperinciperubahan sosial fitri dwi lestari
perubahan sosial fitri dwi lestari Kingsley Davis Mac lver Suatu perubahan-perubahan yang terjadi di dalam strutur dan fungsi masyarakat. Contoh perubahan sosial menurut beliau : timbulnya pengorganisasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa dan memiliki bahasa serta budaya yang berbeda dengan suku lain di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang berasal dari Pulau Jawa dan memiliki bahasa serta budaya yang berbeda dengan suku lain di Indonesia. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari kelompok etnik, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Di mana setiap dalam suatu kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan
Lebih terperinciBENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL
BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL 1. Kimbal Young (1948) == a. Oposisi b. Kerja Sama c. Difrensiasi 2. Gillin (1951) == Proses Asosiatif dan Disosiatif 3. Tamotsu S.(1986) == Akomodasi, Ekspresi, Interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Papua adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur Indonesia. Dalam pulau tersebut terdapat provinsi Papua dan Papua Barat. Namun, di pulau ini tidak hanya diisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu mempunyai keinginan untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Hal ini bisa disebabkan lingkungan tempat tinggalnya kurang baik, ingin mencari pengalaman
Lebih terperinciLANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :
LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan
Lebih terperinci14Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Asimilasi dan Akulturasi Budaya. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas
Modul ke: Komunikasi Antar Budaya Asimilasi dan Akulturasi Budaya Fakultas 14Ilmu Komunikasi Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Program Studi Periklanan Jenis-jenis Kebudayaan: Hidup-kebatinan manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya dapat berkembang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
Lebih terperinciPerubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang
Perubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang Apakah kalian bagian dari perubahan??? Apa yg dimaksud perubahan? Perbandingan masa lalu - masa sekarang Masy statis, tidak maju,
Lebih terperinciPerubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI
Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Pengantar o Manusia adalah mahluk dinamis yang setiap saat selalu mengalami perubahan o Perubahan nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku,
Lebih terperinci