[2014] SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA Disusun oleh : 1.Alfin Anugerah Zaidan (03) 2.Bayu Prabowo (06) 3.Indriani Natasya (17) 4.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "[2014] SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA Disusun oleh : 1.Alfin Anugerah Zaidan (03) 2.Bayu Prabowo (06) 3.Indriani Natasya (17) 4."

Transkripsi

1 [2014] SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA Disusun oleh : 1.Alfin Anugerah Zaidan (03) 2.Bayu Prabowo (06) 3.Indriani Natasya (17) 4.Rahmat Stiady (22) 0 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

2 [TEORI AKUNTANSI] Chapter 2 Accounting Theory Construction 1 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

3 CHAPTER 2 ACCOUNTING THEORY CONSTRUCTION Cara yang baik dalam mempelajari teori akuntansi ialah dengan mengklasifikasi teoriteori tersebut berdasarkan asumsi, bagaimana teori tersebut terbentuk, dan pendekatan teoriteori dalam menjelaskan dan memprediksi kejadian actual. Beberapa klasifikasi yang telah terbukti berguna ialah pendekatan pragmatic, sintatik, semantic, normative, positif dan naturalistic. I. TEORI PRAGMATIK Pendekatan pragmatik didasarkan pada pengamatan atas perilaku akuntan atau pihakpihak yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Teori pragmatik membahas berbagai hal yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial. Pendekatan Pragmatik Deskriptif Pendekatan pragmatis deskriptif merupakan suatu pendekatan induktif. Perilaku akuntansi diamati terus menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi. Teori ini dapat dikembangkan dari pengamatan bagaimana akuntan bertindak dalam situasi tertentu serta diuji dengan mengamati apakah pada kenyataannya apakah akuntan melakukan yang dianjurkan oleh teori tersebut. Beberapa kritik terhadap pendekatan pragmatik deskriptif: a. tidak ada dilakukan analisis penilaian terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan. b. metode tersebut tidak menyediakan sarana untuk dilakukan perubahan. c. Pendekatan pragmatik cenderung fokus pada perilaku-perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aktiva, hutang, pendapatan dll. Sterling menyimpulan bahwa pendekatan pragmatic tidak tepat untuk pengembangan teori akuntansi. Pendekatan Pragmatik Psikologis Berbeda dengan pendekatan pragmatic deskriptif dimana pembuat teori mengamati perilaku akuntan, pendekatan pragmatik psikologis mengharuskan pembuat teori membentuk 2 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

4 suatu teori akuntansi yang didasarkan pada pengamatan atas reaksi para pengguna output yang dihasilkan oleh akuntan. Kelemahan pendekatan ini yaitu beberapa pengguna output akuntan mungkin bereaksi secara tidak logis, sedang yang lain mungkin memilik respon khusus yang sudah mereka lakukan sebelum laporan tersebut diterbitkan. Yang lainnya lagi mungkin tidak bereaksi walau mereka seharusnya bereaksi. Kekurangan ini dapat dicarikan solusi dengan cara berkonsentrasi pada teori keputusan dan menguji teori tersebut pada sekelompok orang daripada berkonsentrasi pada respon individual. II. TEORI SINTAKTIK DAN SEMANTIK Satu intepretasi teori dari akuntansi biaya historis tradisional ialah teori sintaktik. Intepretasi tersebut ialah: input dari semantik sistem ialah transaksi dan pertukaran pencatatan bisnis dalam vouchers, jurnal, dan buku besar. Intepretasi ini kemudian dibuat (dibagi dan dirangkum) berdasarkan premis dan asumsi atas akuntansi biaya historikal. Sebagai contoh, kita berasumsi bahwa inflasi tidak dicatat dan nilai pasar atas aset dan utang diabaikan. Kita kemudian menggunakan akuntansi double entrydan prinsip akuntansi biaya historis untuk menghitung untung rugi (LR) dan neraca. Usulan individual diverifikasi setiap kali laporan diaudit dengan cara memeriksa perhitungan dan manipulasi. Meskipun begitu, akun akun jarang diaudit secara spesifik dalam hal apa dan bagaimana akun-akun digunakan (tes pragmatik) atau dalam hal pemaknaan (tes semantik). Dengan begitu, teori biaya historis telah ditegaskan selama beberapa tahun. Beberapa pembuat teori kritis terhadap pendekatan ini. Mereka berargumentasi bahwa teori mempunya isi semantik jika hanya pada basis dari input. Tidak ada praktik empiris independen yang memverifikasi perhitungan output seperti untung dan total aset. Jumlah tersebut bukan hasil pengamatan, tetapi hasil penjumlahan dari saldo akun dan proses auditpun berintisarikan hanya sebagai penghitungan ulang. Proses audit memverifikasi input dengan memeriksa dokumen dan perhitungan matematika. Akan tetapi hal tersbut tidak memverfikasi output final. Ini berarti bahwa walaupun laporan keuangan disediakan menggunakan sintak secara sempurna, tetapi mungkin hanya memiliki sedikit nilai-nilai dalam praktik. Akuntansi biaya historis juga telah dikritik pada basis element sintaktiknya, sebagai contoh: Jumlah dari dua bobot tidak berarti apa-apa kecuali mereka dihitung dengan aturan yang sama... kemudian, bagaimana dengan prosedur penambahan jumlah kas yang dilakukan oleh perusahaan hari ini kepada jumlah uang yang telah dibayar 20 tahun lalu untuk pembayaran tanah yang sampai saat ini masih dimiliki. Kritik : 3 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

5 Pengaruh pertama dari inkonsistensi internal dari banyak argumen dimana pembenaran dari akuntansi konvensional ialah pengenangan terhadap filosofi George Orwell s Nineteen Eighty-Four. Fitur khusus dari filosofi ini ialah doublethink yang artinya kekuatan untuk memiliki dua kepercayaan yang kontradiktif dalam satu pikiran secara simultan dan menerima keduanya. Contohnya, penilaian adalah penggabungan saldo akun...tetapi saldo akun bukan laporan penilaian; aset tetap sebaiknya disajikan pada harga perolehan...dalam akun historis dimana biaya perolehan tidak lagi berarti. Pertanyaan muncul terkait ketidaksamaan atas definis akuntansi. Pada pendekatan Popperian, banyak usul atas akuntansi konvensional tidak dapat dipalsukan. Contohnya, definisi yang tidak dapat diterima yang mengandung bahwa depresiasi suatu tahun ialah perhitungan disajikan dalam satuan moneter dari kemunduran fisik selama tahun bersangkutan, atau penurunan dalam satuan nilai moneter selama tahun berjalan, atau apapun yang terjadi selama tahun berjalan. Sterling membawa poin ini lebih jauh dengan menyatakan bahwa masalah terletak pada cara bagaimana akuntan menentukan biaya dan keuntungan sebagai pilihan diantara konfeksi yang mana menetapkan bahwa besarnya nilai kini bergantung pada besarnya nilai dimasa mendatang. Sebagai contoh, depresiasi bergantung pada alokasi, yang bergantung pada penjualan di masa mendatang dan harapan hidup aset. Begitu juga dengan keuntungan. Dengan logika ini, keuntungan sebenarnya tidak dapat ditetapkan sampai perusahaan dilikuidasi. Teori-teori berdasarkan biaya historis mengarah kepada hipotesis yang perlu kehatihatian lebih jauh. Hipotesis ini kemudian tidak dapat diuji dan sebagai pendekatan falsufucationist, hipotesis tersebut tidak berguna untuk pengambilan keputusan keuangan kecuali untuk sekedar memverifikasi jurnal entri. Dengan begitu, hipotesis tersebut tidak informatif dan tidak memberi pengetahuan dalam proses akuntansi. Kritik atas biaya historis intinya mengkritik pengukuran nilai kini dan merupakan pelopor nilai wajar yang diusung IFRS. Sebagai bentuk pertahanan atas sistem biaya historis, akuntan berpendapat bahwa tidak ada kebutuhan akan output akuntansi harus memiliki konten semantik atau menjadi subjek peraturan falsification. Akuntan tersebut berpendapat bahwa peran akuntasi adalah untuk mengalokasikan sumber dari biaya historis untuk ditandingkan dengan pendapatan (matching concept). Dalam hal ini, aset, utang, dan ekuitas ialah residual dari proses ini dan bukan dimaksudkan untuk diukur atau dihitung nilainya untuk kepentingan keuangan. Jika pendekatan alokasi ini diadopsi, definisi depresiasi akan sesuai dengan matching concept. TEORI SINTAKTIK 4 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

6 Teori sintaktik berusaha menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalahmasalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah dirumuskan secara semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang memebentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas pelapor, pemakai informasi, sistem akuntansi,dan pedoman penyusunan laporan. TEORI SEMANTIK Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tandatanda bahasa akuntansi (elemen statement akuntansi) sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisik perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan sehingga teori ini banyak membahas pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut. Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3 komponen di atas, pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka teoris yang diperlukan untuk mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus mempertimbangkan faktor berikut ini: pernyataan tentang sifat entitas akuntansi dan lingkungannya. pernyataan tentang tujuan dasar akuntansi keuangan. evaluasi terhadap kebutuhan pemakai dan batasan kemampuan pemakai dalam memahami, menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disajikan. pemilihan tentang apa yang seharusnya disajikan. evaluasi terhadap proses pengukuran untuk mengkomunikasikan informasi. evaluasi terhadap batasan yang berkaitan dengan pengukuran dan gambaran perusahaan. pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merumuskan prosedur dan aturan. perumusan struktur dan format pencarian dan pemrosesan data, peringkasan dan pelaporan informasi yang relevan. 5 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

7 TEORI NORMATIF Tahun 1950 sampai dengan 1960-an adalah apa yang sering dideskripsikan sebagai masa keemasan nya riset akuntansi normatif. Selama periode ini, peneliti akuntansi menjadi lebih tertarik dengan rekomendasi kebijakan dan apa yang seharusnya dilakukan, ketimbang menganalisis dan menjelaskan praktik yang diterima saat ini. Teori normatif periode ini terkonsentrasi baik di dalam menurunkan true income (profit) dalam sebuah periode akuntansi atau mendiskusikan jenis informasi akuntansi yang akan berguna dalam membuat keputusan ekonomi. True Income: Ahli teori true income berkonsentasi untuk mendapatkan pengukuran tunggal untuk asset dan sebuah angka profit yang unik (dan tepat). Namun, tidak tercapai sebuah kesepakatan tentang apayang ditetapkan sebagai pengukuran yang benar atau tepat mengenai nilai dan profit. Sebagian besar literature selama periode ini terdiri atas perdebatan akademis tentang keuntungan dan kerugian atas sistem pengukuran alternatif. Decision-usefulness: Pendekatan decision-usefulness mengasumsikan bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dari users tertentu atas laporan akuntansi dengan cara menyediakan data akuntansi (sebagai contoh) yang berguna dan relevan untuk membantu investor (investor yang sudah ada dan investor potensial) dalam memutuskan apakah akan membeli, menahan, atau menjual saham. Sebuah tes kegunaan telah didiskusikan adalah reaksi pragmatis-psikologis atas data. Pihak lain tidak dapat mengidentifikasi grup tertentu tetapi berpendapat bahwa semua pengguna memiliki kebutuhan yang sama atas data akuntansi. Dalam kebanyakan kasus, decision-usefulness theories akuntansi didasarkan pada konsep ekonomi klasik atas keuntungan dan kekayaan atau pengambilan keputusan rasional. Decision-usefulness theories ini biasanya melakukan penyesuaian pada pengukuran biaya historis terhadap penghitungan atas inflasi atau nilai pasar atas asset. Decision-usefulness theories pada dasarnya adalah teori pengukuran akuntansi. Teori ini biasanya normatif karena teori ini membuat beberapa asumsi berikut: Akuntansi harus menjadi sebuah sistem pengukuran. 6 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

8 Profit dan value dapat diukur dengan tepat/andal. Akuntansi keuangan berguna untuk membuat keputusan ekonomis. Pasar tidak efisien atau dapat tertipu oleh akuntan kreatif Akuntansi konvensional tidak efisien (dalam arti informasi) Ada satu pengukuran profit yang unik. Asumsi ini jarang digunakan sebagai subjek pada pengujian empiris manapun. Para pendukungnya biasanya menggambarkan informasi akuntansi mereka sebagai sesuatu yang ideal. Mereka merekomendasikannya untuk menggantikan biaya historis dan digunakan oleh semua orang sekaligus. Peneliti normatif melabeli pendekatan mereka kepada teori formulasi ilmiah, dan pada umumnya, berdasarkan teori mereka tentang pernyataan dalam bentuk analitis (sintaksis) dan empiris (induktif). Secara konseptual, teori normatif tahun 1950-an dan 1960-an dimulai dengna pernyataan atas domain (ruang lingkup) dan tujuan dari akuntansi, asumsi yang mendasari sistem, dan definisi dari semua konsep kunci. Domain dari akuntansi adalah umum, mencakup relasi atas seluruh income statement dan balance sheet, tidak hanya item-item akuntansi yang spesifik seperti sebatas akuntansi atas piutang tidak tertagih saja. Juga, hal ini memiliki hubungan dengan seluruh pengguna laporan keuangan dan tidak terbatas pada pengguna atau kelompok pengguna tertentu. Para ahli teori normatif juga membuat asumsi tentang sifat dari operasi perusahaan berdasarkan hasil observasi. Prinsip akuntansi yang detil dan andal serta aturan dan penjelasan logis atas outputs akuntansi telah diikhtisarkan. Kerangka kerja deduktif akan lebih ketat dan konsisten dalam konsep analitisnya. Laporan keuangan harus memiliki arti yang sesuai dengan apa yang seharusnya dikatakan, mereka harus memiliki hubungan semantik dengan dunia sebenarnya. Meskipun meskipun laporan keuangan adalah abstraksi dan pengurangan dari economic affair perusahaan, karena mereka meringkas akun saham dan pergerakan dari sumber daya ekonomi, mereka seharusnya hanya pragmatis sejauh bahwa laporan keuangan adalah pengganti dari pengalaman langsung. Pengujian pragmatis adalah bahwa, ketika mengobservasi laporan keuangan, pengguna harus bertindak seolah-olah mereka benar-benar mengobservasi kejadian atas laporan keuangan yang disajikan. Meskipun metodologi ini telah memiliki komponen baik sintaksis dan semantik, namun masih bergantung utamanya pada hubungan sintaksis dan dengan demikian diberi label hipotesis-deduktif. 7 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

9 Sebuah pertanyaan penting dalam penelitian akuntansi ini terkait kegunaan data akuntansi. Apakah data kuantitatif yang kita peroleh dari suatu kumpulan operasi yang berbasis kepada teori akuntansi secara keseluruhan berguna untuk pengguna laporan keuangan? Untuk menemukan jawabannya, apa yang biasanya dilakukan adalah mengambil data output dari sistem akuntansi spesifik dan menentukan apakah data ini membantu pengambil keputusan dalam membuat kebijakan finansial. Ini adalah pengujian teori akuntansi secara langsung. Dalam ilmu pengetahuan, pendekatan decision-usefulness ini diartikan sebagai financial instrumentalism atau financial realism. Sugesti bahwa sistem akuntansi alternatif harus dinilai sesuai dengan kemampuan prediksinya adalah perpanjangan dari logical positivismdan disebut instrumentalism. Yaitu teori yang tidak memiliki kegunaan kecuali sebagai instrumen prediksi. Menurut Friedman, teori tidak dapat diuji oleh konsep atas asumsinya. Mereka hanya bisa dinilai hanya dengan kemampuan prediksinya. Bagaimanapun, beberapa masalah terlibat pula dalam mengaplikasikan pengujian ini. Pertama, ketika prediksi terverifikasi, hal ini memverifikasi model prediksi dari pengguna, bukan dari sistem akuntansi. Ada, tentu saja, variable lainnya selain data akuntansi yang memprediksi laporan keuangan. Kita tidak mengetahui secara tepat bagaimana data akuntansi digunakan. Kedua, jika keputusan ternyata adalah yang benar, hal ini memverifikasi model keputusan, bukan sistem akuntansi. Dengan demikian, silit untuk menafsirkan validitas dari model akuntansi yang berdasarkan pada pengambilan keputusan semata. Di sisi lain, realism menekankan peran penjelas dari ilmu, pada dasarnya, prediksi secara terbalik. Sudut pandang metodologi ini menekankan peran umpan balik dati akuntansi. Pendekatan realisme pada akuntansi berarti bahwa untuk teori akuntansi valid itu harus lebih dari sekadar alat untuk meramalkan, akuntansi juga harus dipegang sebagai deskripsi realitas yang mendasari fenomena akuntansi. Akuntansi, di bawah pendekatan ini, mendapatkan kemampuan prediktif hanya karena memberikan umpan balik yang relevan atau penjelasan deskriptif atas apa yang telah terjadi. Kita juga dapat mempertanyakan tentang validitas logika dalam penggunaan prediksi (peramalan) sebagai suatu pengujian ilmiahuntuk sebuah teori akuntansi dalam lingkungan dinamis di mana variable lain yang terlibat tidak dapat dikontrol. Prediksi secara ilmiah lebih valid ketika kita dapat mengontrol variabel tersebut seperti tekanan udara, panas, berat dan lain sebagainya. Ketika kita tidak dapat mengontrol variabel dalam lingkungan ekonomi, seperti inflasi dan persentase bunga atau kepuasan pelanggan, kita harus 8 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

10 mengukur prediksi dengan statistic, sesuai dengan seberapa mungkin kejadian tersebut mempengaruhi prediksi. TEORI POSITIF Pada tahun 1970-an, teori akuntansi menatap kembali ke metodologi empiris, yang biasa disebut sebagai metodologi positif. Positivisme dan empirisme berarti mengetes atau menghubungkan hipotesis atau teori akuntansi kepada fakta atau pengalaman di dunia nyata. Penelitian akuntansi positif pertama kali difokuskan pada pengujian bebarapa asumsi yang dibuat oleh ahli teori normatif secara empiris. Umumnya pendekatan dilakukan dengan mengsurvey pendapat dari analisis keuangan, pegawai bank, dan akuntan tentang kegunaan dari metode inflasi akuntansi yang berbeda dalam hal pembuatan keputusan mereka (seperti memprediksi kebangkrutan atau memutuskan apakah mereka harus membeli atau menjual saham). Pendekatan lainnya adalah dengan menguji kepentingan yang diasumsukan dari output akuntansi pada pasar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah : Akuntansi inflasi meningkatkan efisiensi informasi pada pasar saham Profit adalah penentu penting dalam perhitungan saham Biaya untuk mengumpulkan data akuntansi yang lebih baik lebih penting dari keuntungannya, atau Penggunaan teknik akuntansi yang berbeda berpengaruh pada nilai Sekarang ini, sejumlah besar teori positif umumnya mempedulikan penjelasan dari alasan pada praktik di masa kini dan memprediksi peran dari akuntansi dan informasi terkait dalam keputusan ekonomis individu, perusahaan, dan pihak lain yang berkontribusi pada operasi pasar dan ekonomi. Penelitian ini menguji teori-teori yang menganggap bahwa informasi akuntansi merupakan komoditas ekonomi dan politik, dan bahwa orang bertindak dalam kepentingan mereka sendiri. Perbedaan utama antara teori normatif dan positif adalah bahwa teori-teori normatif preskriptif, sedangkan teori positif deskriptif, penjelasan atau prediksi. Teori normatif menjelaskan bagaimana orang seperti akuntan harus bersikap untuk mencapai suatu hasil yang dinilai tidak benar, moral, adil, atau hasil 'baik'. Teori positif tidak mengatur bagaimana orang (misalnya akuntan) harus bersikap untuk mencapai suatu hasil yang dinilai menjadi 'baik'. Sebaliknya, mereka menghindari membuat penjelasan yang sarat akannilai. Mereka 9 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

11 menggambarkan bagaimana orang berperilaku (terlepas dari apakah itu adalah 'benar'); mereka menjelaskan mengapa orang berperilaku dengan cara tertentu, atau mereka memprediksi apa yang telah orang lakukan atau akan lakukan Banyak peneliti teori positif yang meremehkan sudut pandang normatif. Demikian pula, banyak ahli teori normatif yang tidak menerima nilai penelitian akuntansi positif. Kenyataannya, teori teori tersebut dapat berdampingan, dan dapat saling melengkapi. Teori akuntansi positif dapat membantu memberikan pemahaman tentang peran akuntansi yang, pada gilirannya, dapat membentuk dasar untuk mengembangkan teori-teori normatif untuk meningkatkan praktek akuntansi. PERSPEKTIF YANG BERBEDA Sejauh ini, orang cenderung untuk berfokus pada apa yang dapat dianggap sebagai pendekatan yang sangat terstruktur untuk formulasi teori atau disebut juga pendekatan ilmiah. Dimulai dari teori yang didasarkan pada pengetahuan sebelumnya atau diterima secara 'ilmiah' atas teori Konstruksi. Ketika kita mendapati perilaku yang tidak setuju dengan teori, maka kita memperlakukan anomali itu sebagai masalah penelitian dan menyatakannya sebagai masalah penelitian yang akan dijelaskan kemudian. Pengembangkan teori untuk menjelaskan perilaku yang diamati dan menggunakan teori itu untuk menghasilkan hipotesis diuji yang akan dikuatkan hanya jika teori dapat dipertahankan. Kemudian mengikuti prosedur yang tepat dan terstruktur atau yang telah ditentukan untuk pengumpulan data, setelah memproses data (yag biasanya) dengan teknik matematika atau statistik, data tersebut divalidasi dan diuji. Jenis penelitian seperti ini dilakukan dengan hipotesis tambahan yang kemudian memberikan pemahaman yang lebih mendalam, atau prediksi yang lebih baik, dari sisi akuntansi. Teori yang baik adalah teori yang dapat diberlakukan dalam lintas perusahaan, industri, dan waktu. Pendekatan ini pada umumnya digambarkan sebagai pendekatan 'ilmiah' dan merupakan pendekatan yang saat ini digunakan oleh sebagian besar peneliti di bidang akuntansi, dan pendekatan yang diterbitkan dalam jurnal akuntansi di bidang akademis. Hal ini didasarkan pada asumsi ontologis tertentu (cara kita melihat seuatu), yang menyiratkan epistemologi yang berbeda (cara kita mengumpulkan pengetahuan, atau pembelajaran) dan metode penelitian yang berbeda. Hal ini penting untuk mengenali asumsi yang mendasari penelitian mereka dan untuk mempertimbangkan apakah ada pendekatan penelitian alternatif yang lebih tepat. 10 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

12 Beberapa peneliti menyarankan agar fokus penelitian secara naturalis lebih tepat untuk memperoleh pengetahuan tentang perilaku akuntansi dalam pengaturan secara natural. Salah satu idenya adalah bahwa kita dapat melakukan penelitian sealami mungkin. Pendekatan ini memiliki dua implikasi. Pertama, kita tidak memiliki asumsi yang terbentuk sebelumnya atau teori. Kedua, kita fokus pada masalah spesifik perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengambil pendekatan penelitian secara fleksibel menggunakan pengamatan dan tidak terlalu menggunakan analisis matematika, pemodelan, uji statistik, survei dan pemeriksaan laboratorium. Hal yang dapat dilakukan untuk melakukan penelitian naturalistik adalah dengan menggunakan studi kasus individu dan kerja lapangan yang lebih rinci. Pendekatan naturalistik dapat dibandingkan dengan penelitian 'ilmiah' akuntansi, yang lebih rentan terhadap penggabungan hasil dari pengujian sejumlah hipotesis untuk membentuk 'teori umum akuntansi'. Penelitian naturalistik dimulai dari situasi sebenarnya; dengan tujuan utama adalah untuk menjawab pertanyaan "Apakah yang sedang terjadi? ', dengan tidak memberikan kondisi secara umum untuk segmen masyarakat yang luas. Pendekatan studi kasus dipandang oleh beberapa peneliti sebagai cara terbaik untuk mengexplore atau kristalisasi masalah penelitian untuk penelitian naturalistik. Sebagai contoh:... tidak layak untuk mengembangkan model teoritis sebelum melakukan pengamatan secara empiris, alternatif terbaik selanjutnya adalah dengan cara pendekatan eksplorasi yang dapat diikuti. Tomkins dan Groves tidak setuju dengan sudut pandang ini. Mereka melihat pendekatan penelitian naturalistik lebih tepat sebagai perbedaan asumsi ontologis. Asumsi ontologis menyiratkan bahwa gaya penelitian yang berbeda dapat mempengaruhi pertanyaan penelitian. Sebagai contoh, kita dapat melihat akuntansi sebagai konstruksi sosial. Kita mungkin ingin memahami apa yang dicitrakan dari orang lain, apa asumsi yang dapat dipertahankan. Enam kategori asumsi dasar antologi (Tomkins and Groves) K ategori Asumsi 11 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

13 Reality as a concrete structure (Realitas sebagai sebuah struktur konkret) Reality as a concrete process (Realitas sebagai sebuah proses konkret) Reality as a contextual field of information (Realitas sebagai sebuah bidang informasi yang kontekstual) Reality as symbolic discourse (Realitas sebagai wacana simbolik) Reality as social construction (Realitas sebagai konstruksi sosial) Reality as projection of human imagination (Realitas sebagai proyeksi dari imajinasi manusia) Dapat dijelaskan bahwa Kategori 1 adalah menurut sudut pandang objektif yang baku, di mana praktik akan selalu sesuai dengan struktur konkritnya, dan outcome berupa keputusan dan tindakan yang diambil dapat dengan cara yang mudah diprediksi. Semakin ke bawah, unsur konkrit dari objek penelitian semakin hilang. Seperti kategori 1 yang berasumsi bahwa dunia ini konkret dan stabil, sementara kategori 6 berasumsi bahwa dunia tidak stabil, tergantung pada asumsi masing-masing manusia (individualis). Oleh karena itu, untuk memahami sebuah proses pengambilan keputusan dari asumsi yang individualis ini, peneliti perlu untuk memahami persepsi dan kecenderungan dari setiap individu. Untuk kategori 1 3, pendekatan ilmiah lebih cocok digunakan, sementara untuk kategori 4 6, Tomkins dan Grove menganjurkan dilakukannya pendekatan naturalistik. Kategori 4 6 (symbolic interactionist) melihat dunia sebagai hasil dari pembentukan anggapan setiap manusia melalui proses interaksi dan negosiasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan asumsi ontologi yang ada berimplikasi pada perbedaan pendekatan epistemologi dan metode penelitian. Hal ini kemudian mempengaruhi jenis masalah penelitian yang diajukan serta hipotesis yang diuji. Untuk 12 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

14 membantu pemahaman, berikut disajikan perbandingan antara penelitian ilmiah dan penelitian naturalistik. Perbedaan antara penelitian ilmiah dan penelitian naturalistik : Asumsi Ontologi Pendekatan Epistemolog i Penelitian Ilmiah Melihat realita secara objektif dan konkret (berwujud) Melihat akuntansi sebagai objek. Pengembangan pengetahuan secara sedikit demi sedikit Penelitian Naturalistik Melihat realita sebagai hasil konstruksi sosial dan imajinasi manusia Melihat akuntansi sebagai konstruksi. Holistik (realita sebagai sesuatu yang utuh, bukan merupakan kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah 13 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

15 Reduksionisme (realita terdiri dari jumlah minimum dari beberapa jenis entitas atau substansi) Pengujian hipotesis individu Hukum yang dapat tergeneralisasi Kompleksitas dunia tidak bisa dipecahkan melalui reduksionisme Hukum tidak dapat direduksi Metodologi Terstruktur Tidak terstruktur Menggunakan dasar teoritis sebelumnya Tidak ada dasar teoritis sebelumnya Validasi empiris atau ekstensi Metode Model formulasi sintaksis (prinsip pembuatan kalimat) Hipotesis dibuat berdasarkan induksi empiris Penggunaan metode statistik yang sesuai Studi kasus Eksplorasi yang fleksibel Mengalami peristiwa Tujuan Pembelajaran 6 PENERAPAN PENDEKATAN ILMIAH PADA AKUNTANSI Kesalahan Konsepsi Tujuan Dalam penerapan pendekatan ilmiah pada praktek akuntansi seringkali masih ditemui adanya kesalahpahaman konsep oleh sebagian orang. Kesalahpahaman pertama terjadi pada konsep tujuan penerapan pendekatan ilmiah itu sendiri. Beberapa pihak berpikir bahwa tujuan penerapan pendekatan ilmiah ini akan menjadikan seorang akuntan serta merta juga menjadi seorang ilmuwan, padahal akuntan adalah praktisi sementara ilmuwan adalah peneliti. Analogi untuk membedakan kedua jenis profesi di atas dapat ditemukan di bidang kedokteran, yaitu ilmuwan diwakili oleh peneliti masalah kedokteran sedangkan dokter merupakan perwujudan dari praktisi. Para dokter akan menggunakan alat-alat atau tools dalam menghadapi permasalahan medis, yang salah satu alat tersebut adalah hasil penelitian para peneliti di bidang kedokteran. Namun tidak semua masalah medis dapat dijawab oleh hasil penelitian yang ada, karena biasanya hasil penelitian tersebut bersifat umum, sedangkan masalah medis yang dihadapi dokter akan sangat beragam untuk masing-masing pasien. Oleh karena itu yang 14 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

16 terpenting adalah para praktisi harus mengambil sikap ilmiah dalam menghadapi setiap masalah yang muncul, yaitu adanya bukti yang kuat dalam mendukung diagnosis dan perawatan yang dilakukan. Begitu pula dengan akuntan, adanya bukti empiris dan penjelasan yang logis dalam mendukung praktek akuntansi harus digunakan sebagai dasar pemberian rekomendasi metode akuntansi yang akan digunakan berdasarkan situasi dan bukti yang ada. Dengan begitu orang akan lebih percaya dibandingkan rekomendasi yang hanya didasari rasionalisasi yang masih dapat diperdebatkan. Kesalahpahaman kedua adalah adanya anggapan bahwa kebenaran absolut akan didapatkan dengan penerapan pendekatan ilmiah pada praktek akuntansi. Kesalahpahaman tersebut didasari pemikiran bahwa ilmu pengetahuan dapat menunjukkan kebenaran absolut, yang argumen tersebut tidak benar adanya. Ilmu pengetahuan digunakan untuk membantu manusia dalam menentukan logis atau tidaknya suatu pernyataan. Ilmu pengetahuan tidaklah sempurna, dan tidak mungkin menemukan kebenaran absolut di dalamnya. Sejarah menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan selalu berevolusi seiring ditemukannya bukti-bukti baru yang lebih relevan. Tujuan Pembelajaran 7 MASALAH DALAM KONSTRUKSI TEORI AUDITING Secara umum, konstruksi teori auditing mengikuti perkembangan teori akuntansi meskipun ada jeda di antara keduanya. Sumber-sumber awal auditing menunjukkan fokus terhadap masalah yang muncul pada pelaksanaan audit, seperti deteksi kecurangan, penemuan kesalahan penerapan prinsip dan verifikasi asal suatu akun. Pendekatan pragmatis dalam pengembangan teori auditing tampak dalam tulisan-tulisan awal mengenai proses dan prinsip auditing. Pendekatan pragmatis terhadap perkembangan teori audit dibuktikan dalam naskah awal yang menjelaskan proses dan prinsip-prinsip audit. Sebagai contoh, konsep skeptisme profesional berakar dari prinsip-prinsip yang diterapkan pada kasus hukum di abad ke-19, seperti Kingston Cotton Mill (pada 1896) dan London and General Bank (pada 1895). Pada tahun 1961, terdapat usaha untuk mengeneralisir naskah yang telah ada dan memberikan teori audit yang komprehensif yang dilakukan oleh Mautz dan Sharaf. Mereka berpendapat bahwa permasalahan praktis dapat diselesaikan hanya dengan perkembangan dan penggunaaan teori. Mereka memberikan delapan postulat sebagai dasar bagi teori audit dan mengembangkan konsep dasar dari teori tersebut yaitu bukti, kecermatan audit, presentasi wajar, independensi dan sikap etis. 15 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

17 Era normatif dalam teori akuntansi dan penelitian juga terjadi bersamaan dengan era pendekatan normatif pada teori audit pada permulaan 1970-an, yang pada tahun tersebut American Accounting Association mendirikan Comitee on Basic Auditing Concepts untuk menyelidiki peranan dan fungsi audit untuk memberikan rekomendasi bagi proyek penelitian, memeriksa permasalahan dari bukti dan menerbitkan position paper dalam ruang lingkup audit oleh akuntan. Pertumbuhan teori akuntansi positif di tahun 1970-an diiringi dengan perubahan arah dalam penelitian audit yang meskipun terpecah menjadi dua namun keduanya sama-sama memegang teguh data empiris dan didesain dalam kerangka positif atau ilmiah. Eksperimentalis berfokus pada pemahaman tingkat-kecil dari proses penilaian audit, yang berusaha mencari tahu bagaimana auditor membuat penilaian dan keputusan sehingga mereka dapat memperkirakan bagaimana auditor mungkin bertindak ketika ditempatkan pada situasi tertentu.metode berikutnya yaitu riset audit empiris yang berkembang pada era ini menelaah pemilihan auditor oleh perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat upah yang dibayarkan perusahaan kepada auditor. De Angelo berpendapat bahwa kualitas audit secara garis lurus berhubungan dengan ukuran perusahaan auditor karena auditor yang lebih besar memiliki resiko yang lebih besar jika gagal melaporkan pelanggaran yang ditemukan dalam laporan milik klien. KESIMPULAN Tinjauan terhadap pembentukan teori akuntansi mengungkapkan bahwa terdapat berbagai pendekatan dalam pengembangan suatu teori akuntansi. Bab ini mengklasifikasikan dan menjelaskan beberapa pendekatan tersebut. Jika bab sebelumnya fokus pada teori secara umum, maka bab ini mengembangkan pembahasan tersebut kepada pengembangan teori berkaitan dengan akuntansi. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat ditemukan pada pembahasan bab ini antara lain (1) Bagaimana pendekatan pragmatis diterapkan pada pengembangan teori akuntansi, (2) Kritik terhadap historical cost accounting sebagai sebuah model teoritis, (3) Teori pendapatan nyata normatif dan pendekatan decision-usefulness (keguanaan dalam pengambilan keputusan) dalam teori akuntansi, (4) Bagaimana teori positif dibangun, (5) Pedekatan natural alternatif dan pentingnya ontologi, (6) Kesalahpahaman terkait dengan pendekatan ilmiah untuk penelitianakuntansi, dan penjelasan mengapa hal tersebut merupakan suatu kesalahpahaman, dan (7) Masalah dalam pembentukan teori auditing. 16 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

18 DAFTAR PUSTAKA Jayne Godfrey, et.al Accounting Theory 7th Edition. Australia : John Wiley &Sons 17 P a g e T E O R I A K U N T A N S I

TUGAS RANGKUMAN TEORI AKUNTANSI

TUGAS RANGKUMAN TEORI AKUNTANSI TUGAS RANGKUMAN TEORI AKUNTANSI Dosen : Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA Nama Mahasiswa : Yusuf Melvin Titus N ( 122114045 ) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BEBERAPA KRITIK ATAS LABA AKUNTANSI DALAM BENTUK TRADISIONAL:

BEBERAPA KRITIK ATAS LABA AKUNTANSI DALAM BENTUK TRADISIONAL: KONSEP LABA PENDAHULUAN: Laba adalah kenaikan asset dalam satu periode akibat kegiatan produktif yang dapat di bagi atau di didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam bentuk bunga,

Lebih terperinci

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB Setelah mengetahui anggota dari panitia pembuat dokumen (FASB) dan berasal dari AICPA, APB dan AAA. Rangkaian dari dokumen sangatlah penting, dimana dua hal yang

Lebih terperinci

Teori Akuntansi dan Perumusannya

Teori Akuntansi dan Perumusannya Teori Akuntansi dan Perumusannya MATERI: Teori Akuntansi Badan Penyusun Standar Akuntansi Sifat Teori Akuntansi Metode Perumusan Teori Akuntansi Pendekatan dalam Perumusan Teori Akuntansi Tingkatan Teori

Lebih terperinci

TEORI AKUNTANSI PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

TEORI AKUNTANSI PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI TEORI AKUNTANSI PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI DISUSUN OLEH : TARADIPA NUR ANGGRAENI (12 312 232) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2014 / 2015 Akuntansi yang dipraktikan di suatu

Lebih terperinci

MATERI 1 PENDAHULUAN (PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI-TA) 2/28/2013. Bandi,

MATERI 1 PENDAHULUAN (PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI-TA) 2/28/2013. Bandi, MATERI 1 PENDAHULUAN (PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI-TA) Bandi, 2007 1 PENDAHULUAN Dua orientasi perkembangan akuntansi 1. Normatif proses penalaran/rekayasa dlm membangun sistem pelp keuangan dlm satu wilayah

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Kontemporer Accounting Theory Construction In Accounting

Akuntansi Keuangan Kontemporer Accounting Theory Construction In Accounting Modul ke: Fakultas Pasca Sarjana Akuntansi Keuangan Kontemporer Accounting Theory Construction In Accounting Dr.Harnovinsah M.Si,Ak,CA Program Studi Magister Akuntansi www.mercubuana.ac.id Formulasi Teori

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat situasi politik ekonomi yang terjadi saat ini, perkembangan perusahaan banyak mengalami hambatan. Keadaan ini mengharuskan pimpinan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi METODE PENELITIAN Penelitian dan Ilmu Pengetahuan MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi 2 Metode Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Cara yang teratur dan terpikir baik untuk

Lebih terperinci

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI

TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI TINJAUAN MENYELURUH TEORI AKUNTANSI DIANA RAHMAWATI TEORI TEORI AKUNTANSI AKUNTANSI TEORI Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering dinamakan dengan hipotesis atau proposisi. Proposisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan BAB II LANDASAN TEORI Landasan Teori Tentang Permasalahan Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan juga menjelaskan sistem yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemakainya demi kepentingan tertentu. Penyajian laporan keuangan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemakainya demi kepentingan tertentu. Penyajian laporan keuangan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi keuangan merupakan suatu bahasa ekonomi yang digunakan oleh para pemakainya demi kepentingan tertentu. Penyajian laporan keuangan sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA 0 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA paket 00.indb // 0:: AM STANDAR AUDIT 0 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI, TERMASUK ESTIMASI

Lebih terperinci

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi!

1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! 1. jelaskan faktor-faktor penting yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi! Ada 8 faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan akuntansi, antara lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan unsur yang sangat penting dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai kinerja organisasi diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut kamus akuntansi edisi kedua oleh Abdullah (1993:176), laporan keuangan adalah laporan-laporan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori ini menjelaskan mengapa suatu perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangannya

Lebih terperinci

laporan audit yang dibuatnya (Utami, 2003). Indonesia (IAPI), dengan kepercayaan dari masyarakat tersebut harus dapat

laporan audit yang dibuatnya (Utami, 2003). Indonesia (IAPI), dengan kepercayaan dari masyarakat tersebut harus dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi masalah itu para pengelola

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL KERANGKA KERJA KONSEPTUAL Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai : a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang sangat cepat membutuhkan keakuratan informasi yang akuntabilitasnya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam dinamika dunia bisnis,

Lebih terperinci

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA 00 Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 PERTIMBANGAN KHUSUS AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG

Lebih terperinci

NORMATIF SUWARDJONO AKUNTANSI SCOTT POSITIF

NORMATIF SUWARDJONO AKUNTANSI SCOTT POSITIF TEORI AKUNTANSI KEUANGAN BANDI bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 TEORI AKUNTANSI KEUANGAN (MAGISTER AKUNTANSI FEB UNS) PENDAHULUAN bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 AKUNTANSI Pendekatan (orientasi) umum NORMATIF SUWARDJONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di jaman modern ini, peran auditor internal sudah berubah menjadi bagian dalam organisasi itu sendiri yang sifatnya membantu organisasi dalam usaha mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan global pada saat ini mengharuskan perusahaan berfikir tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas, BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor eksternal adalah seorang profesional auditor yang melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi

Lebih terperinci

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. 14 keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

Lebih terperinci

a. Teori sintaksis b. Teori interpretasional (semantic) c. Teori perilaku (pragmatic) a. Pemikiran deduktif b. Pemikiran induktif

a. Teori sintaksis b. Teori interpretasional (semantic) c. Teori perilaku (pragmatic) a. Pemikiran deduktif b. Pemikiran induktif KLASIFIKASI TEORI AKUNTANSI 1. Teori sebagai bahasa a. Teori sintaksis Adalah ilmu tentang logika/tata bahasa. Teori ini dalam akuntansi berhubungan dengan struktur pengumpulan data dan pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah adanya deregulasi dalam pasar modal dan situasi kebijakan uang ketat yang mulai berlaku pada tahun 1991, banyak perusahaan melakukan go public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan usaha yang semakin maju, bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Perekonomian yang semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan oleh KAP ini adalah jasa audit operasional,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan BAB II DASAR TEORI A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Setiap perusahaan tentunya menginginkan agar usahanya berjalan dengan baik. Oleh karena itu perusahaan dapat memberi kepuasan kepada konsumen melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan memegang peranan penting yang memberikan berbagai informasi tentang kegiatan operasional perusahaan bagi bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat saat ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara para pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS EKONOMI. Accounting Measurement Systems (Sistem Pengukuran Akuntansi) JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS EKONOMI. Accounting Measurement Systems (Sistem Pengukuran Akuntansi) JURUSAN AKUNTANSI Accounting Measurement Systems (Sistem Pengukuran Akuntansi) oleh Kelompok 5 : ARIE ALWADRI 091053313 YOGI ALIF UTAMA 1010531003 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 1. Historical Cost

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam operasi suatu perusahaan baik perusahaan profit maupun perusahaan non profit (nirlaba)

Lebih terperinci

PENGUKURAN. (Makalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori Akuntansi) Disusun oleh: Damar Sasi Elsza P DEPARTEMEN AKUNTANSI

PENGUKURAN. (Makalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori Akuntansi) Disusun oleh: Damar Sasi Elsza P DEPARTEMEN AKUNTANSI PENGUKURAN (Makalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori Akuntansi) Disusun oleh: Damar Sasi Elsza P 041411331190 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2017 BAB

Lebih terperinci

BAB I AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BAB I AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN A. PENGERTIAN AKUNTANSI Menurut Horngern (2000), akuntansi didefinisikan sebagai proses pencatatan, pengukuran dan penyampaian-penyampaian informasi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2: KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK

PERTEMUAN 2: KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK PERTEMUAN 2: KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Akuntansi komersial dan perpajakan, mahasiswa harus mampu dan memahami : 2.1.Laporan Keuangan Komersial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan merupakan suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Akuntan publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kompetitif, bukan hanya dengan perusahaan dalam negeri namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan kompetitif, bukan hanya dengan perusahaan dalam negeri namun dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan di Indonesia saat ini harus mampu bertahan dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi perusahaan harus mengikuti aturan yang berlaku didunia Internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

TEORI AKUNTANSI POSITIF

TEORI AKUNTANSI POSITIF TEORI AKUNTANSI POSITIF Definisi Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif yaitu yang berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Terbukti bahwa hampir di setiap negara, pendidikan menjadi prioritas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan adalah pihak internal yang terdiri dari pemilik,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan adalah pihak internal yang terdiri dari pemilik, BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang memberikan laporan kepada pihakpihak berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK BIAYA A. Pengertian Biaya Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut

I. KARAKTERISTIK BIAYA A. Pengertian Biaya Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut I. KARAKTERISTIK BIAYA A. Pengertian Biaya Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegagalan dan keberhasilan usaha tidak selalu disebabkan oleh kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Kegagalan dan keberhasilan usaha tidak selalu disebabkan oleh kurangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegagalan dan keberhasilan usaha tidak selalu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan produk atau gagal mengamati pasar dalam jangka panjang, melainkan karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan

BAB I PENDAHULUAN. Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Segala bentuk kegiatan dan keputusan investasi di pasar modal akan berpengaruh terhadap pasar dan akan menimbulkan reaksi pasar. Orang yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 14 BUKU BESAR DAN PELAPORAN

PERTEMUAN 14 BUKU BESAR DAN PELAPORAN PERTEMUAN 14 BUKU BESAR DAN PELAPORAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Buku Besar dan Pelaporan. Anda harus mampu: 1. Menjelaskan konsep dasar buku besar dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang menyediakan jasa audit serta jasa atestasi dan assurance lainnya. Jasa-jasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian empiris. Proses memverifikasi teori lewat pengujian hipotesis secara empiris berarti menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depresiasi memiliki potensi untuk berkontribusi dalam menilai kinerja masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. depresiasi memiliki potensi untuk berkontribusi dalam menilai kinerja masa depan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Depresiasi merupakan penurunan nilai fisik aset berwujud seiring berjalannya waktu dan penggunaan. Sebagai komponen pembentuk laba dilaporan laba rugi, depresiasi

Lebih terperinci

2006 McGraw-Hill Australia Pty Ltd PPTs t / a Akuntansi Keuangan Teori 2e oleh Deegan

2006 McGraw-Hill Australia Pty Ltd PPTs t / a Akuntansi Keuangan Teori 2e oleh Deegan 6-1 Teori Akuntansi Keuangan Craig Deegan Bab 6 Teori normatif akuntansi-kasus proyek kerangka konseptual Slides ditulis oleh Craig Deegan dan Michaela Rankin 6-2 Tujuan pembelajaran Dalam bab ini, Anda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

CONCEPTUAL FRAMEWORK (ACCOUNTING THEORY)

CONCEPTUAL FRAMEWORK (ACCOUNTING THEORY) CONCEPTUAL FRAMEWORK (ACCOUNTING THEORY) PENGERTIAN (1) Menurut FASB: a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent standards and that prescribes

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (manajemen) dengan pihak eksternal seperti kreditor, investor, dan

BAB I PENDAHULUAN. (manajemen) dengan pihak eksternal seperti kreditor, investor, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin ketatnya persaingan dunia bisnis, setiap perusahaan berupaya menjadi yang terbaik dari perusahaan lainnya. Jika prestasi perusahaan meningkat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Auditing 2015-12-10 Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Pratama,

Lebih terperinci

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun perekayasaan (technology), namun juga dapat diartikan sebagai sebuah proses. Sesuai ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan auditing bisa dipahami melalui kebutuhan akuntabilitas ketika pemilik bisnis mempekerjakan manajer untuk mengelola bisnis mereka seperti dalam perusahaan

Lebih terperinci

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil

Lebih terperinci

FILSAFAT METODE PENELITIAN

FILSAFAT METODE PENELITIAN PAT S2 2017 Minat : Rekayasa Struktur Website: www.zacoeb.lecture.ub.ac.id e-mail : zacoebc93@gmail.com FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan

Lebih terperinci

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan 2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah 2.1.1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis a. Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang artinya mendengar. Orang yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA SA Seksi 420 KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA Sumber: PSA No. 09 PENDAHULUAN 01 Standar pelaporan kedua (disebut di sini sebagai standar konsistensi) berbunyi: Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan ke dalam

Lebih terperinci

Standar yang digunakan untuk mengevaluasi informasi akuntansi antara lain : 1. Relevance 2. Verifiability 3. Freedom from bias 4.

Standar yang digunakan untuk mengevaluasi informasi akuntansi antara lain : 1. Relevance 2. Verifiability 3. Freedom from bias 4. Ringkasan Materi CHAPTER 6 The Search for Objectives Pada bab ini akan dibahas secara kronologis mengenai perkembangan tujuan (objectives) dan standar yang didasarkan pada beberapa hal. Tittle Published

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Beberapa pandangan teoretis mengenai akuntansi, pendapatan, biaya, laporan keuangan, dan akuntansi kontrak konstruksi dapat menjadikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd 1. Kontrak Perkuliahan 2. Konsep, Karakteristik dan Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan 3. Jenis-jenis Penelitian Pendidikan 4. Masalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Tujuan Penelitian Peran Riset bagi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Tujuan Penelitian Peran Riset bagi Manajemen. BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang mengandung unsur unsur ilmiah atau keilmuan di dalam aktivitasnya. Ostle pada Nazir (1999), menyatakan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen) DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL (Variabel Independen) No Pertanyaan Jawaban Kuesioner I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 6. 7. 8. 9. Independensi Auditor internal mengemukakan pendapatnya dengan bebas tanpa mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arens & Loobecke (2011:4), menyatakan bahwa tujuan dari pemeriksaan laporan keuangan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan yang diperiksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci