BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Histologi Kulit Kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, dengan berat sekitar 16% dari berat badan total dan pada orang dewasa, mempunyai luas permukaan sebesar 1,2-2,3 m 2. Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang berasal dari ektoderm, dan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Batas dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang disebut papila saling mengunci dengan tonjolan epidermis yang disebut epidermal ridges (rabung epidermis). Dalam bentuk tiga dimensi, interdigitasi ini dapat berbentuk peg-and-socket. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di bawah dermis, terdapat hipodermis, atau jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan sel-sel lemak, yang disebut panikulus adiposus. Kulit bersifat elastis, kulit dapat mengembang dan menutupi daerah yang luas pada keadaan yang disertai pembengkakan seperti pada edema dan kehamilan. (Junqueira, 2007) Gambar 2.1. Anatomi Kulit (Sumber : Epidermis Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, tetapi juga mengandung empat jenis sel yang jumlahnya tidak sebanyak jumlah sel

2 6 epitel, yaitu sel Melanosit, sel Langerhans dan sel Granstein, serta sel Merkel. Sel epidermis tidak mempunyai pembuluh darah, sehingga pasokan nutrisinya sepenuhnya bergantung pada jaringan dermis dibawahnya melalui dermoepidermal junction. (Amirlak, 2013) Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima lapisan sel penghasil keratin (keratinosit): Statum Basale (Stratum Germinativum) Stratum basale terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik yang terletak di atas lamina basalis pada perbatasan epidermis-dermis. Hemidesmosom membantu mengikat sel-sel epidermis itu pada lamina basalis. Stratum basale ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan bertanggung jawab atas pembaruan sel-sel epidermis secara berkesinambungan. Epidermis manusia diperbarui setiap hari, bergantung pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. (Junqueira, 2007) Stratum Spinosum Stratum spinosum terdiri atas sel-sel kuboid, atau agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas filamen. Semua mitosis hanya terbatas pada lapisan yang disebut stratum malpighi, yang terdiri atas strarum basal dan stratum spinosum. Hanya stratum malpighi yang mengandung sel-sel induk epidermis. (Junqueira, 2007) Stratum Granulosum Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin padat dan granula lamellosum terbungkus-membran. Granul keratohialin berikatan dengan tonofilamen keratin untuk membentuk keratin lunak dan granula lamellosum mengeluarkan material lemak di antara sel-sel dan menyebabkan kulit kedap air. (Eroschenko, 2008) Stratum Lusidum Tampak lebih jelas pada kulit tebal, stratum lusidum ini bersifat translusen dan terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang

3 7 sangat gepeng. Organel dan inti tidak tampak lagi, dan sitoplasma terutama terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam matriks padat-elektron (Junqueira, 2007). Sel tidak memiliki nukleus atau orgnel dan dipenuhi oleh filamen keratin. (Eroschenko, 2008) Stratum Korneum Lapisan ini terdiri atas lapis gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi skleroprotein filamentosa birefringen, yakni keratin. Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrilar dan membran plasma yang menebal; sel-sel ini disebut sel tanduk. Selama keratinisasi berlansung, enzim hidrolitik lisosom beperan pada penghancuran organel sitoplasma. Sel-sel secara terus menerus dilepaskan pada permukaan stratum korneum. (Junqueira, 2007) Pada epidermis terdapat empat jenis sel, yaitu: a. Melanosit Melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki badan sel bulat, dan dari badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tak teratur dan panjang ke dalam epidermis, yang berjalan di antara sel-sel stratum basale dan stratum spinosum. Bagian ujung juluran ini berakhir dalam invaginasi sel yang berada di kedua lapisan tersebut. Mikroskop elektron memperlihatkan sel pucat yang mengandung banyak mitokondria kecil, sebuah kompleks golgi yang berkembang baik, dan sisterna pendek di retikulum endoplasma kasar. Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis. (Junqueira, 2007) b. Sel Langerhans Sel berbentuk bintang ini terutama ditemukan di stratum spinosum epidermis, dan mewakili 2-8% sel-sel epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dan mempresentasikan antigen kepada limfosit T untuk memicu respon imun. (Junqueira; Eroschenko)

4 8 c. Sel Merkel Sel Merkel biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki, yang agak menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil di dalam sitoplasmanya (Junqueira, 2007). Karena sel ini berhubungan erat dengan akson aferen (sensorik) tidak bermielin, sel ini diduga berfungsi sebagai meanoreseptor untuk mendeteksi tekanan. (Eroschenko, 2008) d. Sel Granstein Sel Granstein baru-baru ini ditemukan dan berperan sebagai pengatur kerja sel langerhans di kulit menjadi tidak berlebihan. (Sherwood, 2009) Dermis Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis). Dermis disusun atas dua lapisan, yaitu papilare dermis pada bagian superfisial dan retikular dermis pada bagian yang lebih dalam (Amirlak, 2013). Papilare dermis lebih tipis, terdiri dari jaringan ikat yang mengandung kapiler, serat elastis, serat retikulare, dan kolagen. Retikulare dermis lebih tebal, yang terdiri atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I), dan oleh karena itu memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel daripada stratum papilare. Dermis mengandung jalinan serat elastin dan serat yang lebih tebal, yang secara khusus ditemukan dalam stratum retikulare. Dari daerah ini muncul serat-serat yang secara berangsur menipis dan berakhir dengan cara menyelip ke dalam lamina basalis. Sewaktu serat ini menuju ke arah lamina basalis, serat ini secara berangsur kehilangan komponen amorf dari elastin, dan hanya komponen mikrofibril yang menyelip ke dalam lamina basalis. Jalinan elastis ini berfungsi bagi kelenturan kulit. (Junqueira, 2007) Jaringan subkutan Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ dibawahnya, yang mengkinkan kulit bergeser di atasnya. Hipodermis sering mengandung se-sel lemak yang jumlahnya bervariasi

5 9 sesuai daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi yang bersangkutan. Lapisan ini sering disebut juga sebagai fasia superfisial dan, jika cukup tebal, disebut panikulus adiposus. (Junqueira, 2007) Gambar 2.2. Histologi Kulit (Sumber : Fisiologi Kulit Pada epidermis mengandung empat jenis sel yaitu melanosit, keratinosit, sel Langerhans, dan sel Ganstein yang mempunyai fungsinya masing-masing. Melanosit menghasilkan pigmen melanin, yang disebarkan ke sel-sel kulit sekitar. Jumlah melanin di dalam tubuh inilah yang menentukan warna kulit manusia. Jumlah pigmen melanin dapat meningkat sementara sebagai respons terhadap pajanan ke berkas sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Melanin tambahah ini, melaksanakan fungsi protektif dengan menerap berkas UV yang berbahaya. (Sherwood, 2009) Sel epidermis yang paling banyak adalah keratinosit yang khusus menghasilkan keratin. Sewaktu mati, keratinosit membentuk lapisan luar berkeratin yang protektif. Lapisan berkeratin bersifat kedap udara, cukup kedap air, dan tidak dapat ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini menahan lewatnya segala sesuatu yang lewat dalam dua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. (Sherwood, 2009)

6 10 Dua jenis sel epidermis lain juga berperan dalam imunitas. Sel langerhans adalah sel dendritik yang berfungsi sabagai sel penyaji antigen. Sebaliknya sel Granstein berfungsi sebagai rem terhadap respon imun yang diaktifkan oleh kulit. (Sherwood, 2009) Epitel berlapis dengan lapisan tanduk yang ada pada epidermis melindungi permukaan tubuh terhadap abrasi mekanik dan membentuk sawar fisik terhadap patogen atau mikroorganisme asing. (Eroschenko, 2008) Epidermis juga membentuk vitamin D jika terdapat sinar matahari. Jenis sel yang menghasilkan vitamin ini belum diketahui dengan pasti. Biasanya diperlukan suplemen Vitamin D dalam makanan karena kulit umumnya tidak terpajan ke sinar matahari dalam jumlah memadai untuk menghasilkan jumlah zat esensial ini secara adekuat. (Sherwood, 2009) Dermis mengandung banyak pembuluh darah dan ujung saraf khusus. Pembuluh dermis tidak saja memasok nutrisi ke dermis dan epidermis, tetapi juga berperan besar mengatur suhu tubuh. Diameter pembuluh-pembuluh ini dapat dikendalikan sehingga jumlah pertukaran panas antara pembuluh darah permukaan kulit dan lingkungan eksternal dapat diubah-ubah. Reseptor di ujung perifer serat saraf aferen di dermis mendeteksi tekanan, suhu, nyeri dan input somatosensorik lain. Ujung saraf eferen di dermis mengontrol diabetes pembuluh darah, ereksi rambut, dan sekresi kelenjar eksokrin kulit. (Sherwood, 2009) 2.3. Striae Distensae Striae distensae ditandai dengan ruam-ruam atrofi halus berbentuk linear di daerah-daerah kerusakan kulit yang dihasilkan oleh peregangan kulit. Striae dimulai dengan bentuk yang livid (keunguan), bergerigi, garis linear yang kemudian akan menjadi berwarna putih dan menyerupai scar atrophic. (Abele, 1985) Etiologi Striae Distensae Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, beberapa teori penyebab yang dikemukakan adalah hiperadrenokortikoid termasuk orang yang

7 11 menggunakan kortikostreoid topikal, pembentukan kulit yang abnormal, dan peregangan yang terus-menerus dari kulit. (Hahler, 2006) Etiologi pasti dari striae ini masih kontroversional dan sebagian disebabkan dari klinis di mana striae muncul. Striae merupakan hasil akhir dari status fisiologis yang beragam, termasuk kehamilan, kelebihan adrenokortikoid dan perubahan pada kebiasaan tubuh, yang bisa dilihat pada perubahan berat badan yang cepat, dan diduga juga adanya kecenderungan faktor genetik. (Singh, 2005) Terjadinya striae sangat dihubungkan dengan obesitas. Terdapat prevalensi yang tinggi pada orang dewasa obese dan anak-anak, tetapi pembentukan striae pada remaja tidak dihubungkan dengan obesitas, tetapi lebih ke tanda keremajaan, seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, dan menarche. Pada penelitian penyakit kulit pada anak-anak dengan transplantasi organ, striae yang dipicu steriod hanya ditemukan pada remaja dan tidak pada anak yang lebih muda. Striae terlihat pada 90% wanita hamil, akibat dari gabungan faktor hormonal (hormon adrenokortikal, estrogen, dan relaksin) seiring dengan meningkatnya tekanan pada jaringan ikat. Pemuda pengangkat beban juga mempunyai striae pada bahu mereka. Striae juga mucul pada pasien hypercortisolism pada Cushing s syndromedan pada orang-orang yang menggunakan steroid topikal. (Singh, 2005) Telah diteliti juga bahwa striae distensae terjadi pada keadaan cachetic, seperti pada tuberkulosis, typhoid, dan setelah diet pengurangan berat badan yang intens. Striae juga bisa terlihat pada pasien anorexia nervosa. Pada kasus yang jarang striae ditemukan pada patien positif human immunodeficiency virusyang menerima protease inhibitor indinavir, pasien penyakit hati kronik, dan striae yang idiopatik. (Singh, 2005) Patogenesis Striae Distensae Patogenesis pembentukan striae masih belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terjadi akibat peregangan kulit yang progresif yang merangsang perubahan matriks ekstraseluler kulit, termasuk fibrilin, elastin, dan kolagen (Rongioletti,

8 ). Arem dan Kisher meyatakan bahwa striae dibentuk dari perlukaan kulit di mana kolagen kulit ruptur. Pada penelitian, Sheu et al. menemukan terjadi perubahan elastolisis yang berurutan diikuti dengan degenerasi sel mast pada fase awal striae distensae. Perubahan inflamasi diduga terjadi pada fase awal, dengan edema kulit dan pembendungan perivaskular limfositik. Pada fase berikutnya, terjadi atrofi epidermal dan hilangnya rabung jaringan. Kemudian, folikel rambut dan turunan kulit di bagian kulit lainnya menjadi tidak ada. Area striae berbatas tegas dari kulit sekelilingnya oleh daerah padat yang tipis, eosinofilik, berkas kolagen, dan berbentuk horizontal terhadap permukaan kulit secara paralel. Terjadi peningkatan kadar glikosaminoglikan, dan serat elastin pada papilari dermis sangat berkurang bila dibandingkan dengan kulit yang normal. (Singh, 2005) Gambaran Klinis Striae Distensae Striae berbentuk skar linear dengan panjang beberapa sentimeter dan lebar antara 1-10 mm. Pada fase awal, striae berbentuk lesi yang timbul berwarna merah muda/ungu tanpa ada penekanan, tetapi lambat laun striae menjadi lebih pucat, tertekan, dan berkeriput halus. (Rongioletti, 2003) Striae pada umumnya terletak pada lengan atas, daerah paha, daerah perut dan lumbosakral, tetapi bisa juga mengenai daerah lain, termasuk wajah, daerah lekukan pada striae yang disebabkan oleh Cushing s syndromeatau terapi steroid. Pada wanita hamil, striae terdapat pada daerah abdomen dan payudara. Pada obesitas, striae lebih ringan dengan atrofi yang lebih sedikit dari striae pada pasien Cushing s syndrome. (Singh, 2005) Pada penelitian yang dilakukan Bertin et al. pada tahun 2013, ditemukan bahwa terdapat penipisan papillare dermis pada kulit yang terkena striae distensae dibandingkan kulit normal. Penipisan dari papillare dermis ini tergantung dari tingkat keparahan striae distensae.

9 Diagnosa Striae Distensae Diagnosa stria distensae dilakukan dengan melihat apakah terdapat garisgaris yang berbentuk linear di bagian tubuh. Perlu dibedakan dengan linea focal elastolisis, dimana lesinya berwarna kuning dan dapat diraba. (Rongioletti, 2003) Pada fase awal striae, dapat ditemukan garis skar berbentuk linear berwarna keunguan atau merah muda dengan panjang beberapa sentimeter di daerah predileksinya, yaitu seperti di perut, lengan, paha, dan di daerah bokong. Garis ini disebut striae rubra. Tetapi setelah beberapa lama, garis tersebut mengalami atrofi dan mengalami pengerutan. Garis ini akan berubah menjadi warna putih dan disebut sebagai striae alba Pengobatan Striae Distensae Beberapa jenis pengobatan sudah diterapkan, diantaranya: Diet dan Olahraga Hubungan antara diet dan olahraga dalam mengurangi jumlah striae masih dalam penelitian lebih lanjut, karena sedikitnya data yang menunjukkan hubungan antara keduanya (Elsaie, 2009). Pengurangan berat badan dengan diet atau kombinasi dengan diet dan latihan tidak menunjukkan perubahan derajat dari striae distensae. (Singh, 2005) Obat-obat Topikal (Elsaie, 2009) Tretinoin Pada umumnya, pengobatan tretinon menunjukkan perbaikan pada saat diberikan pada fase akut striae daripada saat fase kronik. Krim Hidran/Krim pelembab Penggunaan krim hidran sebagai terapi dari striae masih diteliti lebih lanjut apakah memberikan efek yang signifikan dari striae. Obat topikal lainnya Banyak obat yang beredar di masyarakat, tetapi efekasi dari obatobat tersebut belum pernah di uji pada penelitian.

10 14 Lasers dan Light Devices Penggunaan laser yang sekarang banyak digunakan adalah 585-nm flash-lamp-pumped pulsed-dye laser (PDL), yang dilaporkan dapat meningkatkan kolagen pada matriks ekstraseluler. Tetapi pada pasien berkulit yang lebih gelap, pengobatan ini sebisa mungkin dihindari karena dapat menyebabkan perubahan pigmen setelah pengobatan. (Elsaie, 2009) 2.4. Obesitas Definisi Obesitas Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003). Obesitas adalah suatu keadaan kelebihan massa jaringan lemak dan keadaan ini dan menyebabkan berbagai penyakit kronis dan morbiditas serta mortalitas yang tinggi. Penyebab utama dari obesitas adalah perbedaan pada kesembangan energi dalam jangka waktu lama. Ketidakseimbangan itu diakibatkan konsumsi lemak yang cukup tinggi, makanan padat energi dan minuman manis, kurangnya aktivitas fisik, dan mengikuti sedentary lifestyle yaitu gaya hidup yang jarang berpindah-pindah atau jarang bergerak. (NSW, 2011) Prevalensi Obesitas Obesitas sudah menjadi masalah yang global yang mengenai kira-kira orang di seluruh dunia. Prevalensi ini meningkat baik di negara maju ataupun negara berkembang. Obesitas dapat mengenai semua orang pada semua umur dan semua tingkat sosioekonomi. (WHO, 2007) Di Indonesia, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penduduk lakilaki dewasa (>18 tahun) obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi

11 15 dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (15,5%) Etiologi Obesitas Faktor Genetik Maes et all. meneliti bahwa variabilitas untuk peran faktor genetik terhadap obesitas adalah 50%-90%. Tetapi, negara industri seperti Amerika Serikat menyatakan bahwa faktor genetik adalah faktor utama dari penyebab kasus epidemik obesitas. (Racette et al, 2003) Faktor Lingkungan dan Kebiasaan Sekarang gaya hidup manusia menjadi gaya hidup yang tidak memerlukan aktivitas fisik yang banyak, sehingga pengeluaran energi menjadi sedikit. Ditambah lagi, kebiasaan sekarang yang gemar mengonsumsi makanan dan minuman dengan jumlah kalori yang cukup tinggi. Kedua hal itu membuat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan yang keluar. Kelebihan energi itu akan disimpan dalam bentuk triasilgliserol atau asam lemak yang akan disimpan pada jaringan lemak. (Racette et al, 2003) Patogenesis Obesitas Dalam keadaan normal, ada mekanisme fisiologis di jaringan lemak yang mempengaruhi penyimpanan lemak dan reseptor (adipostat) di hipotalamus. Ketika penyimpanan lemak berkurang, maka sinyal adipostat menjadi berkurang, lalu hipotalamus meresponnya dengan rasa lapar. Begitu juga sebaliknya. Salah satu yang merangsang sinyal tersebut adalah hormon leptin yang dihasilkan pada jaringan lemak. Pada obesitas, terjadi peningkatan leptin, tetapi mengalami resistensi dari leptin. Mekanisme resistensi leptin belum diketahui. Beberapa data mengatakan leptin tidak dapat melewati sawar darah otak jika jumlahnya berlebihan. Pada penelitian yang dilakukan pada hewan menunjukkan adanya

12 16 leptin signalling inhibitor, seperti SOCS3 dan PTP1b, berperan dalam resistensi leptin. (Flier dan Maratos-Flier, 2008) Diagnosa Obesitas Obesitas dapat ditegakkan dengan menggunakan Body Mass Iindex (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yang didefinisikan sebgai berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m 2 ). (WHO, 2003) Selain BMI, cara untuk menentukan obesitas adalah dengan mengukur lingkar pinggang untuk menilai resiko penyakit yang berhubungan dengan berat badan. Lingkar pinggang berkaitan erat dengan IMT, pengukuran dengan menggunakan pengukur pita, dan dapat mengestimasi lemak pada abdomen. Lemak pada abdomen berkaitan erat dengan resiko penyakit daripada lemak pada organ lain dalam tubuh. (Racette et al, 2003)

13 17 Obesitas dibagi menjadi beberap klasifikasi menurut tabel di bawah ini : Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik (Sumber : IPD, 2009) Risiko Ko-Morbiditas Klasifikasi IMT (kg/m2) <90 cm (laki-laki) Lingkar Perut 90 cm (laki-laki) <80 cm (perempuan 80 cm (perempuan Berat Badan Kurang <18,5 Rendah (risiko meningkat pada masalah klinis lain) Sedang Kisaran Normal 18,5-22,9 Sedang Meningkat Berat Badan Lebih 23,0 Berisiko 23,0-24,9 Meningkat Moderat Obes I 25,0-29,9 Moderat Berat Obes II 30,0 Berat Sangat berat Penatalaksanaan Obesitas Perubahan Gaya Hidup Makan lebih banyak buah dan sayur, dan polong-polongan serta gandum Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sedikitnya 30 menit dalam sehari Mengurangi makanan berlemak dan manis Berpindah dari mengonsumsi lemak hewani ke lemak nabati. (WHO, 2003)

14 18 Terapi Farmakologi Terapi farmakologi digunakan jika terapi secara non farmakolgi (perubahan gaya hidup) gagal menurunkan berat badan yang berarti. Obat yang digunakan obat yang menekan rasa lapar, tetapi penggunaan obat harus dibatasi paling lama 12 minggu. Obat yang digunakan adalah sibutramine yang bekerja dengan menghambat pemasukan makanan dengan menghambat pemasukan serotonin dan norepinefrin: dan orlistat yang bekerja menghambat hormon lipase dari pankreas, sehingga menyebabkan pengurangan penyerapan triasilgliserid. Operasi Tindakan operasi dilakukan pada kasus obesitas yang berat atau obesitas sedang yang sudah menimbulkan penyakit komorbiditas. Operasi yang banyak dilakukan adalah pemotongan lambung, sehinnga meminimalkan makanan yang masuk. (Racette et al, 2003) 2.5. Hubungan Striae Distensae Dengan Obesitas Obesitas adalah peningkatan jumlah sel lemak akibat ketidakseimbangan dari energi yang masuk dan energi yang keluar (NSW, 2011). Sel lemak tersebut akan disimpan di jaringan hipodermis atau jaringan subkutis yang berada di bawah dermis (Junqueira, 2007). Peningkatan jumlah sel lemak yang berlebihan ini akan menyebabkan peregangan dari kulit. Peregangan kulit yang terjadi berlebihan ini membuat perlukaan pada kulit sehingga menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan di kulit. Degranulasi sel mast yang berlebihan akan merusak kolagen dan serat elastin pada matriks ekstraseluler kulit. (Alaiti, 2014) Peregangan yang berlangsung terus menerus dan progresif dari kulit menyebabkan perubahan pada komponen matriks ekstraseluler kulit, termasuk fibrilin, elastin, dan kolagen. (Rongioletti, 2003) Perubahan pada serat elastis, penyusun matriks ekstraseluler kulit, inilah yang berperan dalam pembentukan stretch mark. Jumlah kolagen elastin, dan

15 19 fibronektin akan berkurang; sehingga menyebabkan hilangnya jaringan elastik pada kulit dan akan menyebabkan strie distensae. (Tung, 2013) Jadi, obesitas menyebabkan peregangan belebihan pada kulit yang akan menimbulkan perlukaan pada kulit. Perlukaan ini akan memicu degranulasi dari sel mast yang berlebihan yang akan merusak dan menimbulkan perubahan dari sel matriks ekstraseluler kulit. Komponen sel matriks ekstraseluler kulit, termasuk fibrilin, elastik, dan kolagen, akan berkurang jumlahnya dan menyebabkan hilangnya jaringan elastik pada kulit. Hilangnya jaringan elastik inilah yang diduga menyebabkan pembentukan striae distensae. (Alaiti; Rongioletti; Tung)

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh

I PENDAHULUAN. 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh kita manusia sebagai sebuah sistem, terdiri dari berbagai bagian yang berbeda fungsi dan saling melengkapi. Selain berfungsi sebagai organ panca indra, jaringan kulit

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

Paryono/Anatomi/Poltekkes Surakarta TUJUAN PEMBELAJARAN :

Paryono/Anatomi/Poltekkes Surakarta TUJUAN PEMBELAJARAN : H. Paryono, S.Kep,Ns,M.Kes TUJUAN PEMBELAJARAN : Menyebutkan bagian-bagian kulit Menyebutkan jenis jaringan yang menyusun epidermis dan dermis Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi warna kulit. Menguraikan

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

Histologi Dari Melanosit

Histologi Dari Melanosit Histologi Dari Melanosit Alya Amila Fitrie Fakultas Kedokteran Bagian Histologi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang bervariasi. Jaringan

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit. Struktur Anatmi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatmi Kulit. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar biasa disebut lapisan ari atau epidermis, di bawah lapisan ari adalah lapisan jangat

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta 1 SISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta INTEGUMEN 2 Terletak di paling luar tubuh 15 % dari berat tubuh Luasnya sekitar 1,5 1,75 m Memiliki ketebalan 400 600

Lebih terperinci

MAKALAH STRUKTUR HEWAN

MAKALAH STRUKTUR HEWAN MAKALAH STRUKTUR HEWAN DI SUSUN OLEH : NAMA : YULIDA QURRATA AINI NIM : E1A 012 062 PRODI/KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI/A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014 Makalah-Struktur Hewan

Lebih terperinci

KULIT DAN TURUNANNYA. Dr. Lia Damayanti, MBiomed, SpPA Dept. Histologi FKUI

KULIT DAN TURUNANNYA. Dr. Lia Damayanti, MBiomed, SpPA Dept. Histologi FKUI KULIT DAN TURUNANNYA Dr. Lia Damayanti, MBiomed, SpPA Dept. Histologi FKUI PENDAHULUAN Kulit (integumen integere (Latin) = menyelubungi): Menyelimuti permukaan luar tubuh secara kontinu Organ terbesar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANATOMI KULIT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANATOMI KULIT BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANATOMI KULIT A. Pengertian Kulit Manusia memiliki lapisan terluar yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Secara kasat mata, lapisan tersebut terkesan hanya berfungsi sebagai penahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neonatus bearti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran, neonatus didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 hari atau 4 minggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Buah Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) 2.1.1 Asal usul buah pisang ambon Pisang pertama kali ditemukan tumbuh di daerah tropis di negara berkembang seperti Indochina

Lebih terperinci

1.ANATOMI KULIT Lapisan Epidermis

1.ANATOMI KULIT Lapisan Epidermis 1.ANATOMI KULIT Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Tanaman jarak pagar biasa ditanam sebagai tanaman pagar, kadang-kadang liar. Tanaman ini tumbuh baik ditempat-tempat yang tanahnya tidak

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dapat mengalami keluhan gatal, nyeri, dan atau penyakit kuku serta artritis

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dapat mengalami keluhan gatal, nyeri, dan atau penyakit kuku serta artritis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif dengan patogenesis yang masih belum dapat dijelaskan dengan pasti hingga saat ini. Pasien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT 1. Anatomi dan Fisiologi kulit Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Gizi lebih tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan 1. Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Meristem (Embrional) Kumpulan sel muda yang terus membelah menghasilkan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditutupi sisik tebal berwarna putih. Psoriasis sangat mengganggu kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. ditutupi sisik tebal berwarna putih. Psoriasis sangat mengganggu kualitas hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit dengan penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema batas tegas ditutupi

Lebih terperinci

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Oleh : Ikbal Gentar Alam

Oleh : Ikbal Gentar Alam Oleh : Ikbal Gentar Alam Embrio Ektoderm Mesoderm Endoderm Mesoderm membentuk mesenkim Mesenkim membentuk Jaringan-jaringan penyambung tubuh (jaringan ikat sejati, tulang rawan, tulang dan darah) Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Histologi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m 2 dengan berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, proses-proses tersebut diantaranya adalah premenopause, menopause dan pascamenopause. Masa premenopause

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. obat tersebut. Di India, tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. obat tersebut. Di India, tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centella asiatica (L.) Urban atau yang biasa disebut dengan tanaman pegagan merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang banyak tumbuh di negara negara Asia dengan

Lebih terperinci

Jaringan syaraf. Jaringan syaraf = Jaringan komunikasi. Mengubah rangsang menjadi impuls. Memberikan jawaban terhadap rangsang

Jaringan syaraf. Jaringan syaraf = Jaringan komunikasi. Mengubah rangsang menjadi impuls. Memberikan jawaban terhadap rangsang Jaringan syaraf Jaringan syaraf = Jaringan komunikasi Menerima rangsang Mengubah rangsang menjadi impuls Meneruskan impuls ke saraf pusat Memberikan jawaban terhadap rangsang Sel syaraf punya tonjolan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. partikel elektron yang mengalir dari potensial tinggi menuju potensial yang lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. partikel elektron yang mengalir dari potensial tinggi menuju potensial yang lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Listrik 2.1.1 Definisi Listrik merupakan partikel subatomik seperti proton dan elekton yang bisa menyebabkan dorongan atau tahanan gaya diantaranya. Arus listrik merupakan partikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini menjaga penampilan merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang wanita dapat menunjang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh dunia. Tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dengan baik. Kulit yang mengalami penuaan oleh karena aging

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dengan baik. Kulit yang mengalami penuaan oleh karena aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan riset dan teknologi bidang kedokteran untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan manusia, ditemukanlah beberapa pembaruan ilmu dan terapan kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nefrolitiasis adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit ini bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Kacang Hijau 2.1.1 Tanaman kacang hijau Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi kulit dan fungsi kulit Kulit merupakan pembungkus elastis yang dapat melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan impian setiap orang sepanjang kehidupannya. Kesehatan juga salah satu pilar utama dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Segala aktifitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapatkan

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB VIII. Fungsi Indera Peraba

BAB VIII. Fungsi Indera Peraba BAB VIII Fungsi Indera Peraba A. ANATOMI KULIT Secara garis besar, kulit tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu : 1) Lapisan epidermis, terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulomus,

Lebih terperinci

Selulit Penyebab, Mitos, dan Terapinya

Selulit Penyebab, Mitos, dan Terapinya Selulit Penyebab, Mitos, dan Terapinya Apakah Selulit itu? Selulit adalah lipatan yang nampak pada kulit, biasanya di paha dan bokong perempuan, yang disebabkan oleh lapisan yang terjadi karena lemak.

Lebih terperinci

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas berasal dari bahasa Latin yaitu obesus yang berarti gemuk. Obesitas atau yang lebih dikenal dengan kegemukan adalah kondisi dimana terjadi peningkatan berat badan melebihi batas

Lebih terperinci

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Dewa Ayu Swastini ANATOMI FISIOLOGI KULIT FUNGSI KULIT : Pembatas terhadap serangan fisika kimia Termostat suhu tubuh Pelindung dari serangan mikroorganisme dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA INDRA RASA KULIT

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA INDRA RASA KULIT LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA INDRA RASA KULIT Disusun Oleh: Kelompok 4 1. Sanky Indrajaya 2443013 2. Bernadus D. L. T. K 2443013064 3. Vini Siane Tanaem 2443013256 4. Gerarda Sartika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap manusia. Banyak faktor yang berperan dalam proses penuaan. Salah satunya adalah obesitas. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan gaya hidup yang terjadi pada masyarakat moderen seperti saat ini cenderung menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Perubahan gaya hidup yang kurang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Anggur Buah merupakan salah satu jenis makanan yang banyak mengandung vitamin serta mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia, buah anggur merah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma merupakan kelainan yang ditandai lesi makula hiperpigmentasi pada kulit yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, leher, atau lengan. Melasma masih

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Reproduksi normal pada wanita dikarakteristikan dengan perubahan ritme bulanan pada sekresi hormon dan perubahan fisik di ovarium dan organ seksual lainya. Pola ritme

Lebih terperinci

3. Khemoreseptor, berkaitan dgn rasa asam, basa & garam

3. Khemoreseptor, berkaitan dgn rasa asam, basa & garam BAB I DASAR TEORI Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebri tempat mekanisme ini diintegrasikan. Golongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara

Lebih terperinci

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak tubuh dengan berat badan total lebih besar daripada normal, atau terjadi peningkatan energi akibat ambilan makanan yang berlebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

Penuntun praktikum histologi cell and genetics

Penuntun praktikum histologi cell and genetics Penuntun praktikum histologi cell and genetics Pada praktikum ini Saudara akan melihat sajian Histologi di bawah mikroskop. Pada mikroskop ada 2 macam lensa, okuler dan objektif. Lensa okuler terletak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Seseorang dengan BMI 30 dikategorikan sebagai obesitas (WHO, 2014). Obesitas dapat

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci