BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Indra Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi kulit dan fungsi kulit Kulit merupakan pembungkus elastis yang dapat melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 1,5% dari berat tubuh dan luasnya 1,5-1,75 m2, rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (16 mm) terdapat ditelapak tangan dan kaki, sedangkan paling tipis (1,5 mm) terdapat di penis. 12 Berikut akan dijelaskan pembagian kulit secara histopatologik. Gambar 2.1 Anatomi kulit manusia 1. Epidermis (lapisan tanduk), terdiri dari 5 lapis : a. Stratum korneum, merupakan lapisan paling luar yang terdiri dari kumpulan sel-sel yang telah mati dan terus menerus diganti oleh sel 1
2 yang baru. Lapisan ini menebal di telapak tangan dan kaki sedangkan menipis di kelopak mata. b. Stratum lusidum, terdapat dibawah lapisan stratum korneum yang terdiri dari protein dan lemak, berwarna transparan dan tampak jelas di telapak kaki dan tangan. c. Stratum granulosum, terdiri dari sel-sel yang memipih dengan sitoplasma berwarna gelap karena keratohialin.adanya granula ini menunjukan bahwa sel-sel mulai mati. d. Stratum spinosum, terdiri dari sel-sel polygonal yang makin ke atas makin pipih. Diantara stratum spinosum terdapat jembatan antar sel dan sel Langerhans. e. Stratum basal, terdiri dari satu lapis sel silindris dengan sumbu panjang tegak lurus dan selalu membelah diri. Lapisan ini merupakan impermeable membrane terhadap bahan kumia yang larut dalam air. Lapisan ini mengandung sel-sel malanosit. Pada orang normal, perjalanan sel dari stratum basal sampai ke stratum korneum lamanya hari Dermis Lapisan dermis terdapat dibawah epidermis, yang membuat kulit lebih tebal dan elastis karena terdiri dari kumpulan jaringan fibrosa dan elastis. Lapisan ini terdiri dari 2 lapis, yaitu : a. Stratum papilare yang menonjol masuk ke dalam lapisan bawah epidermis, mangandung kapiler dan ujung-ujung syaraf sensori. b. Stratum retilukare yang berhubungan dengan subkutis, mengandung kelenjar keringat dan sebasea. Kelenjar sebasea seluruhnya bermuara di folikel rambut Subkutis Terdiri dari jaringan longgar dan mengandung banyak kelenjar keringat dan sel-sel lemak. 15 2
3 B. Dermatosis akibat kerja Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Prosentase dermatosis akibat kerja sekitar 50-60%, oleh karena itu penyakit tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus. 16 C. Faktor penyebab dermatosis akibat kerja Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Faktor fisik yaitu diantaranya tekanan, kelembaban, panas, sinar matahri dan sinar X. 2. Bahan-bahan yang berasal dari tanaman yaitu daun-daunan, ranting, getah, akar-akaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, sayur-sayuran. 3. Makluk hidup yaitu diantaranya bakteri, virus, jamur, cacing, serangga dan kutu. 4. Bahan kimia yaitu asam-asaman, garam organik, persenyawaan hidrokarbon, oli, detergen dan bahan pewarna. Dari seluruh penyebab tersebut, bahan kimialah yang terpenting, karena bahan kimia adalah bahan yang sering di gunakan di industriindustri. 17 D. Jenis dermatitis akibat kerja Berbagai jenis akibat kerja antara lain,yaitu: 1. Dermatitis kontak iritan primer adalah dermatosis akibat kerja yang paling seing di temukan. Bentuk akut sering di tandai dengan eritema (bintik kemerah-merahan), edema (pembengkakan kulit), papula (penonjolan kulit), dan vesikel atau bula, yang biasanya terdapat pada tangan, lengan dan wajah. Bentuk kronik tidak khas, mirip dengan dermatosis yang lain penyebabnya tidak mudah dikenali. 2. Akne akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnya, tetapi teutama menyerang bagian yang kontak langsung dengan agen. 3. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit akibat kerja. 3
4 Kanker kulit akibat kerja, berupa kanker sel skuamosa atau sel basal dan cenderung terjadi pada permukaan kulit yang sering terpapar karsinogen. 4. Penyakit kulit menular akibat kerja yaitu penyakit zoonotik, kandidiasis, tuberkolosis verukosa. 18 E. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak adalah kelainan pada kulit/peradangan kulit yang disebabkan karena kulit terpapar langsung oleh bahan-bahan kimia/iritan Jenis Dermatitis Kontak : Dermatitis kontak di bagi menjadi dua jenis yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. Perbedaan keduanya adalah pada dermatitis kontak iritan yaitu karena adanya penurunan kemampuan kulit dalam melakukan regenerasi sehingga mudah teriritasi bahan-bahan iritan tertentu. Sementara pada dermatitis kontak alergi, paparan bahan kimia dapat menimbulkan rangsangan tertentu pada imunitas tubuh, rangsangan ini akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas, dan peradangan kulit ini hanya terjadi pada seseorang yang mempunyai sifat mudah terkena alergi. 19 a. Dermatitis kontak iritan DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya. 20 Gejala singkat penyakit biasanya kelainan kulit timbul beberapa saat sesudah kontak pertama dengan kontaktan eksternal, penderita akan mengeluh karena merasa panas, nyeri atau gatal. 19 b. Dermatitis kontak alergi DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antara lain berupa bahan logam berat kosmetik (lipstick, deodorant, cat rambut), bahan perhiasan (kacamata, jam tangan, anting- 4
5 anting), obat-obatan (obat kumur, sulfa, penisilin), karet (sepatu, BH), dll. Gejala singkat penyakit biasanya kemerahan pada daerah kontak, kemudian timbul eritema, papula, vesikel, erosi, dan penderita selalu mengeluhkann rasa gatal. 20 F. Mekanisme terjadinya dermatitis 1. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi lokal pada kulit yang bersifat non imunologik, ditandai dengan adanya eritema (kemerahan), endema (bengkak) ringan dan pecah-pecah setelah terjadi pajanan bahan kontakan dari luar. Bahan kontakan ini dapat berupa bahan fisika atau kimia yang dapat menimbulkan reaksi secara langsung pada kulit. 21 Dermatitis kontak iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis Dermatitis kontak alergik Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi mengikuti respon imun yang diperantai oleh sel atau reaksi imunologik tipe IV. Reaksi ini timbul melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Fase sensitisasi terhadap sistem kekebalan tubuh berlangsung selama 2-3 minggu. Pada fase ini, hapten (zat kimia atau antigen yang belum di proses) masuk ke dalam epidermis melalui stratum korneum dan ditangkap oleh sel langerhans yang kemudian akan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom atau sitosol serta di konjugasikan pada molekul HLA-DR menjadi antigen lengkap. Paparan dari alergen ini dapat menurunkan jumlah sel langerhans pada epidermis sebanyak kurang lebih 50%, yang disebabkan karena sel langerhans tersebut beremigrasi dari epidermis. Di dalam sel, hapten akan diberikatan dengan enzim sitosolik dan selanjutnya menjadi antigen lengkap yang akan diekspresikan pada permukaan sel langerhans imatur yang juga dapat berfungsi sebagai makrofag walaupun masih memiliki kemampuan terbatas untuk menstimulasi limfosit T. 14 5
6 Dematitis kontak alergik didasari oleh reaksi imunologis berupa reaksi hipersensitivitas tipe lambat dengan perantara sel limfosit. Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergik, yaitu tahap induksi (sensitivitasi) dan tahap elisitasi. Tahap sensitivitasi dimulai dengan masuknya antigen (hapten berupa bahan iritan) melalui epidermis. Kemudian sel langerhans yang terdapat di epidermis menangkap antigen tersebut selanjutnya akan diproses dan diinterpretasikan pada sel limfosit T. Limfosit T mengalami proliferasi dan diferensiasi pada kelenjar getah bening, sehingga terbentuk limfosit T yang tersensitivitasi. 23 G. Gambaran Klinis Dermatitis Kontak Penderita umumnya mengeluh gatal, kelainan bergantung pada keparahan dermatitis. Dermatitis kontak alergi umumnya mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan umumnya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifatmonomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan dermatitis kontak alergi Fase Akut Dermatitis kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek dengan suatu bahan kimiawi kadang-kadang sudah cukup untuk mencetuskan reaksi iritan. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh zat alkali atau asam ataupun oleh detergen. Jika lemah maka reaksinya akan menghilang secara spontan dalam waktu singkat. Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi Fase kronik Dermatitis kontak iritan kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis kontak iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu untuk menyebabkan menyebabkan dermatitis kontak iritan. Kelainan baru nyata setelah 6
7 berhari-hari, berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakanfaktor paling penting. 26 H. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulya dermatitis kontak pada pekerja 1. Masa kerja Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan bahan kimia. Masa kerja merupakan jangka waktu pekerja mulai terpajan dengan bahan kimia sampai waktu penelitian. Lama bekerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat, Semakin lama masa kerja seseorang, semakin sering pula pekerja terpajan dan berkontak langsung dengan bahan kimia/iritan. Lamanya pajanan dan kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut Lama kontak Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak antar pekerja berbedabeda, sesuai dengan proses pekerjaannya. Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit Personal hygiene Kebersihan Perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan dan perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi sehat dan selamat ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja dapat mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit, kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia. Kebersihan 7
8 perorangan yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak antara lain: 29 a. Mencuci tangan Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan mencuci tangan, karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk justru dapat memperparah kondisi kulit yang rusak. Kebersihan pribadi merupakan salah satu usaha pencegahan dari penyakit kulit tapi hal ini juga tergantung fasilitas kebersihan yang memadai, kualitas dari pembersih tangan dan kesadaran dari pekerja untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada. 30 b. Mencuci Pakaian Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa bahan kimia yang menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang kali. Baju kerja yang telah terkena bahan kimia akan menjadi masalah baru bila dicuci di rumah. Karena apabila pencucian baju dicampur dengan baju anggota keluarga lainnya maka keluarga pekerja juga akan terkena dermatitis. Sebaiknya baju pekerja dicuci setelah satu kali pakai atau minimal dicuci sebelum dipakai kembali Penggunaan APD Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh pekerja saat berada di tempat kerja guna meminimalisir terjadinya penyakit akibat kerja. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas utama seorang penanggung jawab atau majikan dalam sebuah tempat kerja atau industri adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan bukan secara individu. 22 Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan, dan lingkungan kerja adalah sangat perlu di utamakan, namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum bisa di kendalikan sepenuhnya sehingga perlu digunakannya APD. 8
9 I. Hubungan masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak Penelitian pada pekerja pencuci botol, didapatkan hasil bahwa pada pekerja yang masa kerjanya 1 tahun terdapat 12 % orang yang mengalami dermatitis dan pekerja yang masa kerjanya 2 tahun sebanyak 15 % orang yang mengalami dermatitis. 32 Penelitian pada pekerja CV. F Loksumawe didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermaka antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,018. Pada penelitian pekerja yang memiliki masa kerja 5 tahun sebanyak 61,5% yang menderita dermatitis, sedangkan pekerja dengan masa kerja < 5 tahun yaitu hanya 18,8 %. 33 Pada penelitian ini pekerja industri batik di Surakarta. Pekerja dengan masa kerja > 1 tahun lebih banyak menderita dermatosis dari pada yang masa kerjanya < 1 tahun. 34 J. Hubungan lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak Berdasarkan penelitian pada pekerja PT. Inti Pantja Press Industri, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermaka antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,003. Berdasarkan penelitian tersebut kejadian dermatitis paling sering terjadi pada responden dengan lama kontak 8 jam dengan 13 responden (92,8%) untuk dermatitis kontak akut, 20 responden (95,2%) sub akut, dan 5 responden (100%) kronis. 27. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa rata-rata lama kontak pada pekerja yang mengalami dermatitis kontak adalah 6 jam/hari, sedangkan ratarata lama kontak pada pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak adalah 4.54 jam/hari. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia tahun Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pengrajin logam, diketahui bahwa pengrajin yang positif menderita dermatitis kontak iritan yang memiliki lama kontak terhadap bahan kimia yang lama ternyata lebih banyak (100%) daripada pengrajin yang memiliki lama kontak terhadap bahan 9
10 kimia yang singkat (63,2%). Sehingga secara statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pengrajin. 36 K. Hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak Penelitian pada pekerja di PT IPPI terdapat 29 orang yang memiliki personal hygiene kurang mengalami dermatitis, dan 10 orang yang mengalami dermatitis kontak walaupun memiliki personal hygiene yang baik. 27 Berdasarkan penelitian pada pekerja pengangkut sampah kota Palembang tahun 2008, menunjukkan bahwa ada hubungan personal hygiene pribadi dengan kejadian dermatitis pada pekerja pengangkut sampah. 37 L. Hubungan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak Dari sebuah penelitian yang dilakukan pada pekerja yang terpajan bahan kimia di industri otomotif tahun Dari responden yang selalu menggunakan APD, sebanyak 11 orang tidak mengalami dermatitis kontak dan 12 responden mengalami dermatitis kontak. Uji korelasi spearman s rho menunjukkan korelasi positif antara kebiasaan menggunakan APD dengan kasus dermatitis kontak dimana semakin sering menggunakan APD semakin jarang terjadi dermatitis kontak. 38 Pada penelitian pekerja pencucian botol di PT X didapatkan hasil sebanyak 23 orang yang mengalami dermatitis kontak dari 30 orang yang tidak menggunakan APD yang lengkap. Sedangkan pekerja yang menggunakan APD lengkap yang mengalami dermatitis kontak hanya sebanyak 4 orang dari 16 orang. 33 Berdasarkan penelitian pada pekerja percetakan Paving Blok, menunjukan bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD 87,5 % menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APD hanya 19 %. 33 M. Penyakit akibat kerja Banyaknya tenaga kerja saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja itu sendiri, gangguan kesehatan tersebut biasa disebut dengan penyakit akibat kerja 10
11 (PAK). Penyakit akibat kerja (Occupational disease) adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau mempunyai hubungan yang kuat dengan pekerjaannya. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja, berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Salah satu penyakit akibat kerja yang timbul akibat pekerjaan yaitu dermatosis yang terjadi pada kulit pekerja. 28 Penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi adalah dematosis akibat kerja yaitu sekitar %. Salah satu penyebab dermatosis akibat kerja adalah karena bahan kimia yang dapat menyebabkan dermatosis kontak. dalam industri tekstil, bahan kimia merupakan bahan yang paling banyak digunakan. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit artifisial atau man made disease. Salah satu penyakit yang timbul akibat kerja adalah dermatitis kontak akibat kerja. Dermatitis kontak atau penyakit kulit akibat kerja merupakan suatu peradangan kulit yang diakibatkan oleh suatu pekerjaan seseorang, dimana lingkungan industri akan mempengaruhi insiden suatu penyakit kulit yang sering muncul adalah dermatitis kontak. Terjadinya dermatitis kontak ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kontak dengan bahan kimia saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Faktor yang mungkin dapat diperoleh dari pekerjaan yakni lama paparan dengan bahan kimia dan masa kerja
12 N. Kerangka Teori Mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya dermatitis kontak, maka kerangka teori sebagai berikut : Penyebab tak langsung a. Masa kerja b. Lama kontak c. Penggunaan APD d. Personal hygiene Pajanan bahan kimia Kulit Mekanisme imunologi Mekanisme non imunologi Alergi Dermatitis kontak Gambar 2.2 Kerangka Teori. 9,14,22,23 12
13 O. Kerangka konsep Dari kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai beriku: Variabel Bebas Variabel Terikat a. Masa kerja b. Lama kontak c. Personal hygiene d. Penggunaan APD Kejadian dermatitis kontak Gambar 2.3 Kerangka Konsep P. Hipotesis 1. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak. 2. Ada hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak. 3. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak. 4. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dermatitis 1. Pengertian Dermatitis Dermatitis adalah penyakit kulit yang pada umumnya dapat terjadi secara berulang-ulang pada seseorang dalam bentuk peradangan kulit yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah mengetahui mengenai dermatitis. Beberapa penelitian tentang dermatitis telah dilakukan sehingga meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan ada sekitar 2,34 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat
Lebih terperinciStruktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis
KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan peningkatkan perkembangan industri dan perubahan di bidang pembangunan secara umum di dunia, terjadi perubahan dalam pembangunan baik dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Dermatitis a. Definisi Dermatitis Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis dan dipengaruhi banyak faktor.
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (SARUNG TANGAN) TERHADAP PENURUNAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA BAGIAN PENYELESAIAN AKHIR DI CV. RODA JATI KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan antara
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang berada
Lebih terperinciANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit
ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan dimana kulit mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan oleh suatu pekerjaan seseorang. Penyakit akibat kerja biasanya terdapat di daerah industri, pertanian
Lebih terperinciKESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU
KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 tahun 2008, rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai bahaya potensial
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Farni Djamalu, Zuhriana K. Yusuf, Ahmad Aswad 1 Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai dalam melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PEKERJA INDUSTRI TEKSTIL X DI JEPARA. Ari Suwondo, Siswi Jayanti, Daru Lestantyo 1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PEKERJA INDUSTRI TEKSTIL X DI JEPARA Ari Suwondo, Siswi Jayanti, Daru Lestantyo 1 1. Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kulit Akibat Kerja 2.1.1 Pengertian penyakit kulit akibat kerja Penyakit kulit akibat kerja merupakan penyakit kulit yang didapatkan dari pekerjaan akibat interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja mempunyai maksud memberikan perlindungan terhadap pekerja sekaligus melindungi aset perusahaan. Hal ini tercantum dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciPERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR
Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara
Lebih terperinciMenjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri
Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. di kalangan pekerja salon, baik sebagai dermatitis kontak iritan atau dermatitis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis Tangan 2.1.1 Pengertian Dermatitis Tangan Dermatitis kontak akibat kerja merupakan masalah yang dikenal baik di kalangan pekerja salon, baik sebagai dermatitis kontak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya untuk mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat yang diselenggarakan upaya
Lebih terperinciPerawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne)
Modul Hybrid Learning PPG Tata Rias Dalam Jabatan Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne) DISUSUN OLEH : Nurul Hidayah, M.Pd 1 A. PENDAHULUAN Modul ini akan menjelaskan suatu pengetahuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Kontak akibat kerja merupakan suatu keadaan kulit yang disebabkan oleh paparan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini terjadi pada pekerja yang terpapar
Lebih terperinciMasalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.
Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena semakin banyaknya peralatan-peralatan yang mengandung nikel digunakan seharihari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis kontak nikel 2.1.1 Pendahuluan Dermatitis kontak terhadap nikel semakin lama semakin sulit untuk dihindari, karena semakin banyaknya peralatan-peralatan yang mengandung
Lebih terperinciFactors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City
Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City ` Mariz DR, Hamzah SM, Wintoko R Faculty of Medicine Lampung
Lebih terperinciSkripsi OLEH : Febria Suryani NIM : PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BAGIAN PROCESSING DAN FILLING PT. COSMAR INDONESIA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 OLEH : Febria Suryani NIM : 107101000572 PROGRAM
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2
1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan
Lebih terperinciCara Mengobati Gatal Jamur Eksim
Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim - Infeksi jamur ditandai dengan kulit kemerahan atau cokelat kehitaman. Namun, gatal-gatal hanya akan terjadi di tepi bagian kulit kemerahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salon, dan pekerja tekstil dan industri rumahan (home industry). Pada. pekerja per tahun. (Djuanda dan Sularsito, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis pekerjaan yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja terutama dermatitis kontak kerja yaitu petani, pekerja bangunan, pekerja salon, dan pekerja tekstil dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit 2.1.1 Definisi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 meter persegi
Lebih terperinciLuka dan Proses Penyembuhannya
Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi gangguan fungsi sawar kulit dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit di bidang Dermatologi. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh adanya disfungsi
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang ada dalam keadaan akut atau subakut, ditandai dengan rasa gatal, eritema, disertai
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciAwal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan
Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.
Lebih terperincipenyakit lainnya yaitu tidak adanya keseimbangan antara host (manusia), agent
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi
Lebih terperinciObat Minum Untuk Gatal Eksim
Obat Minum Untuk Gatal Eksim Obat Minum Untuk Gatal Eksim - Apakah anda sedang mencari obat gatal kulit? Dan malu untuk pergi ke dokter? tidak salah lagi disini obat terbaik untuk mengatasi penyakit gatal
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) adalah reaksi inflamasi yang disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan bertanggung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Kulit Akibat Kerja Kulit terdiri atas dua unsur dasar yaitu epidermis dan dermis. Epidermis luar bertindak sebagai pelindung dan tidak bisa basah, sedangkan dermis memberikan
Lebih terperinciKulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara
Lebih terperinciStruktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.
Struktur Anatmi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatmi Kulit. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar biasa disebut lapisan ari atau epidermis, di bawah lapisan ari adalah lapisan jangat
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciObat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes
Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak merupakan bentuk peradangan pada kulit dengan spongiosis atau edema interselular pada epidermis karena interaksi dari bahan iritan maupun
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.
1 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan nasional. Untuk mencapai pembangunan nasional tersebut maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh kita manusia sebagai sebuah sistem, terdiri dari berbagai bagian yang berbeda fungsi dan saling melengkapi. Selain berfungsi sebagai organ panca indra, jaringan kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah atopik pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat alergi/hipersensitivitas
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT 1. Anatomi dan Fisiologi kulit Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami
Lebih terperinci2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :
1. PENGERTIAN RAMBUT Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi Istilah atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos yang berarti out of place atau di luar dari tempatnya, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kemajuan pesat dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pakaian terutama industri batik di Indonesia saat ini sedang mengalami kemajuan pesat dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil utama batik di dunia.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 2, DESEMBER 2007: 61-68 61 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI Fatma Lestari, Hari Suryo Utomo Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Asma merupakan penyakit kronik yang sering ditemukan dan merupakan salah satu penyebab angka kesakitan pada anak di seluruh dunia. Di negara maju dan negara berkembang
Lebih terperinci1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan
PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut
Lebih terperinciMENGINDENTIFIKASI TANGAN, KAKI DAN KUKU
KEGIATAN BELAJAR I MENGINDENTIFIKASI TANGAN, KAKI DAN KUKU A. LEMBAR INFORMASI 1. Anatomi Kuku (Onyx ) Keadaan kuku seperti halnya keadaan kulit, dapat menentukan kesehatan umum dari badan. Kuku yang sehat
Lebih terperinciSISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta
1 SISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta INTEGUMEN 2 Terletak di paling luar tubuh 15 % dari berat tubuh Luasnya sekitar 1,5 1,75 m Memiliki ketebalan 400 600
Lebih terperinciSISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA
A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,
Lebih terperinciA. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya
A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi alergi adalah reaksi imunologis (reaksi peradangan) yang diakibatkan oleh alergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan cat rambut dianggap sebagai solusi untuk menutupi uban maupun merubah penampilan untuk mengikuti mode. Menurut penelitian Usage and Attitude Urban
Lebih terperinciKontaminasi Pada Pangan
Kontaminasi Pada Pangan Sanitasi Industri Nur Hidayat Materi Sumber-sumber kontaminasi Keterkaitan mikroorganisme dengan sanitasi Hubungan alergi dengan proses sanitasi 1 Sumber-sumber kontaminasi 1. Bahan
Lebih terperincib) Luka bakar derajat II
15 seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka
Lebih terperinciSelama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari
Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan
Lebih terperinciKEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan
Lebih terperinciTEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN
TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah digunakan oleh manusia yang hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dermatitis atopik (DA) merupakan inflamasi kulit yang bersifat kronik berulang, disertai rasa gatal, timbul pada tempat predileksi tertentu dan didasari oleh
Lebih terperinciDermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Kontak Alergi PENDAHULUAN Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpajan dengan bahan alergen melalui proses hipersensitivitas tipe lambat. Terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alergi adalah suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh pajanan suatu antigen tertentu yang menimbulkan reaksi imunologi yang berbahaya pada pajanan
Lebih terperinci