: IK / PGi / 001 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ": IK / PGi / 001 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal"

Transkripsi

1 INSTRUKSI KERJA PENAMBALAN GIGI DENGAN GLASS IONOMER INSTRUKSI KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 001 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP Langkah-langkah : 1. Petugas cuci tangan 2. Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan dalam bengkok 3. Petugas memberi tahu maksud tindakan 4. Petugas membersihkan kavitas gigi dengan eksavator 5. Petugas membuang sisa jaringan mati dengan menggunakan boor 6. Petugas menyeterilkan kavitas dengan alkohol 7. Petugas mengisolasi kavitas dengan cotton roll 8. Petugas memasukkan/aplikasi Glass Ionomer ke dalam kavitas 9. Petugas menekan tumpatan Glass Ionomer dengan jari selama 30 detik 10. Petugas mengokiran/aplikasi Varnish dengan cotton roll 11. Petugas mengontrol tumpatan 12. Petugas memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai 13. Petugas memberi penyuluhan agar gigi yang ditambal jagan untuk mengunyah/makan selama 1 jam 14. Petugas membuang sampah pada tempatnya 15. Petugas mencatat tindakan dalam rekam medis 16. Petugas merapikan alat dan bahan 17. Petugas mencuci tangan

2 Diagram Alir Penambalan Gigi dengan Glass Ionomer Cuci tangan Persiapan alat & bahan dalam bengkok Memberi tahu maksud kepada pasien Mengambil kapas Membersihkan area gigi yang akan dicabut Mengatur posisi pasien Semprot kapas dengan Chlor Etyl Tempelkan kapas yang diberi CE ke ginjiva Kontrol bekas pencabutan Pencabutan gigi dengan tang gigi Pemberian tampon Pemberian resep Membuang sampah medis Mencatat dalam rekam medis Merapikan alat dan bahan Cuci tangan

3 INSTRUKSI KERJA PENCABUTAN GIGI DENGAN INJEKSI (BLOK/INFILTRASI ANAESTESI) INSTRUKSI KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 002 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP Langkah-langkah : 1. Petugas cuci tangan 2. Petugas menyiapkan alat dan bahan dalam bengkok 3. Petugas memberi tahu maksud tindakan 4. Petugas melakukan aspirasi obat anaestesi dengan spuit injeksi 5. Petugas mengatur posisi pasien 6. Petugas memilih area penusukan gusi gigi yang akan dicabut 7. Petugas membersihkan area sekitar gigi yang akan dicabut dengan kapas yang diberi anti septik (yod tinctur) 8. Petugas membuka tutup jarum 9. Petugas menusukkan jarum ke daerah seti ke mukosa mulut 10. Petugas melakukan aspirasi dan observasi ada tidak darah dalam spuit 11. Jika ada darah tarik kembali jarum dari mukosa mulut 12. Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas yang diberi anti septik 13. Petugas mengganti/menggeser tempat penusukan 14. Jika tidak ada darah, masukan obat anaestesi perlahan-lahan sesuai dosis 15. Petugas mencabut jarum 16. Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas diberi anti septik 17. Petugas menyeparasi gingiva sekitar gigi yang akan dicabut 18. Petugas menggerakkan gigi dengan bein 19. Setelah longgar petugas mencabut gigi dengan tang gigi 20. Petugas mengontrol luka bekas pencabutan 21. Petugas memberi tampon ke area bekas pencabutan dengan tampon steril yang diberi anti septik dan di gigit selama 30 menit 22. Petugas memberi resep analgetik dan antibiotik 23. Petugas memberi penyuluhan/instruksi kepada pasien untuk : - Tidak memainkan lidah pada area bekas pencabutan - Tidak sering meludah dan berkumur - Tidak memegang luka bekas pencabutan - kontrol 24. Petugas membuang sampah medis 25. Petugas mencabut tindakan dalam rekam medis 26. Petugas merapikan alat dan bahan 27. Petugas cuci tangan

4 Diagram Alir Pencabutan Gigi dengan Injeksi ( Blok / Infiltrasi Anestesi ) : Cuci tangan Persiapan alat & bahan dalam bengkok Memberi tahu maksud kepada pasien Memilih area penusukan Mengatur posisi pasien Melakukan aspirasi obat Membersihkan area penusukan Membuka tutup jarum Menusukkan jarum Melakukan aspirasi spuit Tekan bekas penusukan dg kapas yg diberi anti septik Tarik kembali jarum Ya Ada darah dlm spuit Tidak Menekan bekas penusukan dg kapas yg diberi anti septik Mencabut jarum Masukkan obat anaestesi sesuai dosis Separasi gusi Gerakn gigi dengan bein Mencabut gigi dengan tang gigi Pemberian resep obat Pemberian tampon steril Kontrol luka bekas pencabutan Beri penyuluhan pada pasien Membuang sampah medis Mencabut dalam rekam medis Merapikan alat Cuci tangan

5 PENAMBALAN GIGI DENGAN GLASS IONOMER PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 003 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 1 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP Kegiatan Ya Tidak Apakah 1. Petugas mencuci tangan? 2. Petugas menyiapkan alat dan bahan dalam bengkok? 3. Petugas memberitahu maksud tindakan? 4. Petugas membersihkan kavitas gigi dengan axcavator? 5. Petugas membuang sisa jaringan mati dengan bur? 6. Petugas mensterilkan kavitas gigi dengan alkohol? 7. Petugas mengisolasi kavitas dengan cotton roll? 8. Petugas mengaplikasi Glass Ionomer ke dalam kavitas? 9. Petugas menekan tumpatan dengan ajri selama 30 detik? 10. Petugas mengaplikasi Varnish pada tumpatan dengan cotton roll? 11. Petugas mengontrol tumpatan? 12. Petugas memberi penyuluhan? Tidak berlaku EXTRAKSI GIGI SUSU DENGAN CHLOR ETYL Penanggung Jawab INSTRUKSI Disiapkan Diperiksa Disahkan

6 KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 004 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 1 Hal DWIYATI NIP Drg. SJARIFA NIP Dr. SUHARJA NIP Kegiatan Ya Tidak Apakah 1. Petugas mencuci tangan 2. Petugas menyiapkan alat dan bahan dalam bengkok 3. Petugas memberitahu maksud tindakan 4. Petugas mengatur posisi pasien 5. Petugas membersihkan area sekitar gigi yang akan dicabut dengan kapas 6. Petugas mengambil kapas 7. Petugas menyemprot kapas dengan Chlor Etyl 8. Petugas menempelkan kapas diberi Chlor Etyl ke gusi gigi yang akan dicabut 9. Petugas mencabut gigi dengan tang gigi 10. Petugas memberi tampon yang diberi anti septik 11. Petugas memberi resep Tidak berlaku EXTRAKSI GIGI DENGAN BLOK/INFILTRASI ANESTESI INSTRUKSI KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi : IK / PGi / 005 : 01 : 0-0 Penanggung Jawab Disiapkan Diperiksa Disahkan

7 Tanggal Mulai Berlaku Halaman : 1 Maret 2008 : 1 Hal DWIYATI NIP Drg. SJARIFA NIP Dr. SUHARJA NIP Kegiatan Ya Tidak Tidak berlaku Apakah Petugas mencuci tangan Petugas menyiapkan alat dan bahan dalam bengkok Petugas memberitahu maksud tindakan kepada pasien Petugas melakukan aspirasi obat anestesi dengan spuit injeksi Petugas mengatur posisi pasien Petugas memilih area penusukan gusi dari gigi yang akan dicabut 7. Petugas membersihkan area penusukan dengan kapas yang diberi antiseptik Petugas membuka tutup jarum Petugas menusukkan jarum ke gusi/mukosa mulut Petugas melakukan aspirasi Petugas mengobservasi ada tidak darah dalam spuit Jika ada darah di tarik kembali jarum dari mukosa Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas yang diberi antiseptik Petugas mengganti/menggeser tempat penusukan Jika tidak ada darah masukkan obat anestesi perlahan-lahan sesuai dosis Petugas mencabut jarum Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas antiseptik Petugas menyeparasi gusi sekitar gigi yang akan dicabut Petugas menggerakkan gigi dengan bein Setelah longgar petugas mencabut gigi dengan tang gigi Petugas mengontrol bekas pencabutan Petugas memberi tampon steril yang diberi antiseptik Petugas memberi resep analgesik dan antibiotik Petugas memberi penyuluhan INSTRUKSI KERJA PROSEDUR PENANGANAN PERSISTENSI GIGI SULUNG No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku : IK / PGi / 006 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP

8 Halaman 1. TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan persistensi gigi sulung 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Persistensi adalah gigi permanen tumbuh sementara gigi sulung belum tanggal 5. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Ektraksi Pengambilan obat Pulang 6. ALAT DAN BAHAN Alat : Alat diagnose gigi, Tang gigi Bahan : Chlor Etyl, Kapas, Antiseptik 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gigi mana yang mau dicabut

9 Sudah tumbuh gigi pengganti belum Bengkak/tidak Punya riwayat penyakit umum/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.A : t.ak I.O : terlihat gigi sulung belum tanggal, sedang gigi tetap pengganti tumbuh. Gigi sulung kadang goyah kadang tidak c. Diagnosa : Persistensi d. Tatalaksana : Ektraksi Prosedur tindakan : - Anestesi lokal dengan Chlor Etyl - Pencabutan - Kontrol luka bekas ektraksi - Pemberian tampon steril yang diberi antiseptik, digigit ½ jam - Pemberian antibiotik dan analgesik 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Rujukan - Buku Konseling 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar Catatan Medik - Buku Harian Penyakit - Form Bulanan - Kertas Resep - Register Rawat Jalan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter Gigi - Perawat gigi INTRUKSI KERJA INTRUKSI KERJA PENANGANAN PERIODONTITIS No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 007 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP

10 1. TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan penyakit Periodontitis 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Periodontitis : Radang jaringan Periodontal yang dimulai dengan informasi pada gingiva yang meluas ke membrana Periodontal dan Tulang Alveolar. Merupakan kelanjutan dari gingivitas dengan ditandai terbentuknya poket yang dalam. 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Bengkok - Kaca mulut, pincet, excavator, sonde - Alat tulis Bahan : - Kapas - Alkohol - Antiseptik - Tampon steril 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Diruj uk Surat rujukan Pengobatan dengan analgesik dan antibiotik Pulang 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gigi mana yang sakit Sudah berapa hari

11 Pernah sakit/belum Sakitnya kapan (waktu malam, mendadak/spontan) Punya penyakit (riwayat penyakit umum/tidak) Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.O : t.a.k I.O : Akut Sondasi Perkusi Tekanan Palpasi +/ Kronis +/ c. Diagnose Periodontitis : akut/kronis d. Tatalaksana Pemberian obat analgesik dan antibiotik sesuai dosis Setelah infeksi dapat di atasi/sembuh dapat dilakukan ektraksi Penyuluhan : - Kontrol bila masih sakit - Kontrol secara periodik minimal 3-6 bulan sekali 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Rujukan - Buku Konseling 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar Catatan Medik - Buku Harian Penyakit - Form Bulanan - Kertas Resep - Register Rawat Jalan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter - Dokter Gigi - Paramedis INTRUKSI KERJA PENANGANAN KARIES INTRUKSI KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 008 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP

12 1. TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan karies gigi 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Karies adalah kerusakan anatomi berupa kavitas pada gigi 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Dental mesin - Alat diagnose gigi - Alat konservasi gigi Bahan : - GIC - Kapas - Alkohol - Antiseptik 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Mikro Pasien datang Anamnesa gigi Tidak Diruj uk Surat rujukan Terapi penambalan Pengambil an obat Pulang 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gigi mana yang sakit

13 Sudah berapa hari Pernah bengkak/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.O : Tak ada kelainan I.O : Sondasi = perlunakan dasar Perkusi = (-) Tekanan = (-) Palpasi = (-) c. Diagnose Karies d. Tatalaksana : dengan tumpatan Glass Ionomer Prosedur tindakan : - Eksavasi jaringan karies dan preparasi kavitas dengan boor/ekskavator - Desinfeksi kavitas - Aplikasi Glass Ionomer - Tumpatan dipoles - Penyuluhan : jangan untuk mengunyah + 1 jam 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Rujukan - Buku Konseling 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar Catatan Medik - Buku Harian Penyakit - Form Bulanan - Kertas Resep - Register Rawat Jalan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter gigi - Perawat gigi INTRUKSI KERJA PENANGANAN KARIES DENTIN INTRUKSI KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku : IK / PGi / 009 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 Disiapkan DWIYATI Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA Disahkan Dr. SUHARJA

14 Halaman : 2 Hal NIP NIP NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan karies gigi 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Karies Dentin adalah proses kerusakan berupa kavitas jaringan karies gigi yang meluas ke dentin dan pada akhirnya mencapai pulpa 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Alat diagnose gigi - Bor gigi - Alat konservasi gigi - Alat tulis Bahan : - Fletcer dan Eugenol - GIC - Kapas - Alkohol - Antiseptik 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Diruj uk Surat rujukan Terapi penambalan Pengambil an obat Pulang 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa

15 Gigi mana yang sakit Sudah berapa hari Pernah bengkak/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.O : Tak ada kelainan I.O : Inspeksi = karies, fraktur dentis, atrisi, abrasi, erosi Sondasi = keries media Sakit (+), bila langsung dihilangkan (-) Perkusi = (-) Palpasi = (-) Tekanan = (-) Tes term = (+) bila perlu c. Diagnose Karies dentin d. Tatalaksana Prosedur tindakan : - Eksavasi, preparasi, desinfeksi kavitas - Aplikasi bahan semen dan tumpatan sementara - Tumpatan tetap, 1 minggu kemudian - Penyuluhan : 1 minggu kontrol, minum obat bila sakit 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Rujukan - Buku Konseling 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar Catatan Medik - Form Bulanan - Kertas Resep - Register Rawat Jalan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter gigi - Perawat gigi PROSEDUR PENANGANAN PULPITIS PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan : IK / PGi / 009 : 01 Penanggung Jawab Disiapkan Diperiksa Disahkan

16 No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal DWIYATI NIP Drg. SJARIFA NIP Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan karies gigi 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Pulpitis adalah proses kerusakan berupa kavitas jaringan karies gigi yang meluas ke dentin dan pada akhirnya mencapai pulpa 5. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Mikro Pasien datang Anamnesa gigi Tidak Diruj uk Surat rujukan Ekstraksi Pengambilan obat Pulang 6. ALAT DAN BAHAN Alat : - Alat diagnose gigi

17 Bahan - Alat tulis : - Kapas - Alkohol - Antiseptik 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gigi mana yang sakit Sudah berapa hari Pernah bengkak/tidak Punya riwayat penyakit umum/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.O : Tak ada kelainan I.O : Pulpitis Akut Partialis Akut Totalis Kronis Sondasi Perkusi Tekanan Palpasi c. Diagnose Pulpitiss akut partialis, akut totalis dan pulpitis kronis d. Tatalaksana Dilakukan extraksi/pencabutan, bila mungkin dilakukan perawatan endodonsi di RS Prosedur tindakan : - Anaestesi lokal - Separasi gingiva - Gerakan gigi dengan bein, setelah longgar ambil dengan tang yang sesuai gigi (pencabutan) - Kontrol luka bekas pencabutan - Pemberian tampon, digigit selama ½ jam - Beri antibiotik dan analgetik, roboransia (bila perlu) - Penyuluhan : tidak sering meludah/kumur, tidak memegang luka bekas cabutan Prosedur rujuk RS : - - Pemberian informasi mengenai tindakan lebih lanjut - Pembuatan surat rujukan 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder

18 - Buku Konseling - Buku Rujukan 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar catatan medik - Kertas resep - Register rawat jalan - Buku harian penyakit - Form bulanan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter gigi - Perawat gigi PROSEDUR PENANGANAN PERFORASI Penanggung Jawab RADIX PROSEDUR No. Kode : IK / PGi / 009 Disiapkan Diperiksa Disahkan

19 KERJA Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal DWIYATI NIP Drg. SJARIFA NIP Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan Perforasi Radix 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Perforasi Radix adalah akar gigi sulung menembus gingiva 5. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Ekstraksi Pengambilan obat Pulang 6. ALAT DAN BAHAN Alat : - Alat diagnose gigi - Tang Bahan : - Kapas - Chlor Etyl - Antiseptik 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gigi mana yang mau dicabut Sudah berapa lama

20 Bengkak/tidak Punya riwayat penyakit umum/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.O : Tak ada kelainan I.O : Terlihat apex akar gigi sulung keluar menembus gingiva, kadang-kadang menimbulkan ulkus dekubitus pada mukosa pipi/bibir c. Diagnose Perforasi Radix d. Tatalaksana Dengan pencabutan Extraksi dengan Chlor Etyl Prosedur tindakan : - Anaestesi lokal dengan Chlor Etyl - Pencabutan - Kontrol luka bekas pencabutan - Pemberian tampon steril yang diberi antiseptik, gigit selama 30 menit - Pemberian analgetik dan antibiotik 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Konseling - Buku Rujukan 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar catatan medik - Kertas resep - Register rawat jalan - Buku harian penyakit - Form bulanan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter gigi - Perawat gigi

21 PROSEDUR PENANGANAN GINGIVITIS PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 009 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan penyakit gingivitas 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang dapat memberikan gejala akut dan kronis yang disebabkan oleh faktor lokal atau faktor sistemik Faktor lokal : bakteri, plak, food debris, iritasi kronis Faktor sistemik : hormonal, malnutrisi, alergi, kelainan darah 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Bengkok - Alat diagnose gigi (kaca mulut, sonde, pincet dan excavator) - Alat tulis - Alat sealler Bahan : - Kapas - Alkohol - Obat Antiseptik 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang

22 Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Konsul Ruang PU 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gusi sebelah mana yang sakit Terapi dengan sealling Pengambilan obat Sakit sudah berapa hari Gusi mana yang bengkak Riwayat penyakit umum/tidak Pulang Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis Akut : terasa sakit dan mudah berdarah Kronis : tak terasa sakit E.O : Tak ada kelainan I.O : Akut = Gingiva membengkak, warna merah dengan permukaan halus dan mengkilap Kronis = Gingiva merah kebiruan c. Diagnose Gingiva kronis/akut d. Tatalaksana - Menghilangkan iritasi lokal dengan sealling - Pengolesan antiseptik - Pemberian antibiotik dan analgetik serta roboransia - Penyuluhan : pemakaian obat kumur, kontrol secara periodik selama 3-6 bulan sekali 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Rujukan - Buku Konseling 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar Catatan Medik - Form Bulanan - Kertas Resep - Register Rawat Jalan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter gigi - Perawat gigi

23 PROSEDUR PENANGANAN ABSES PADA PENYAKIT GIGI DAN MULUT PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 009 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan Abses pada penyakit gigi dan mulut 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Abses dalah proses lanjut dari peradangan yang ditandai nyeri berat terlokalisir disekitar gigi penyebab 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Bengkok - Alat diagnose gigi - Alat tulis Bahan : - Kapas - Spuit injeksi - Obat injeksi - Antiseptik - Chlor Etyl - Alkohol - Tampon steril 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Diruj uk Surat rujukan Terapi insisi Tidak Ekstraksi Mikro Pengambilan obat Pulang

24 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gigi mana yang sakit Sejak kapan sakit Kapan mulai bengkak Punya riwayat penyakit umum/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis Gigi terasa memanjang dan goyah dapat disertai pembengkakan di gingiva atau di wajah Perkusi (+) Gigi non vital Fistula pada mukosa alveoler/gingiva Keadaan toksik dapat disertai demam, malaise, anoreksia c. Diagnose Abses gigi d. Tatalaksana Insisi intra oral atau extracsi gigi penyebab Prosedur tindakan insisi intra oral : - Anestesi lokal dengan Chlor Etyl - Pus dikeluarkan - Beri antibiotik, analgetik, ruboransia - Setelah keadaan akut hilang, extraksi Prosedur tindakan ekstraksi gigi penyebab : - Anestesi lokal - Pencabutan Kontrol luka bekas ektrasi kontrol pus apakah sudah semua keluar - Pemberian tampon,digigit selama ½ jam - Beri antibiotik, analgetik, ruboransia

25 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Rujukan - Buku Konseling 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar Catatan Medik - Kertas Resep - Register Rawat Jalan - Buku harian penyakit 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter - Dokter gigi - Para medis

26 PROSEDUR PENANGANAN RESESI GINGIVA PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 009 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan Resesi Gingiva 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Resesi Gingiva adalah terbukanya permukaan akar karena migrasi ke arah apikal dari tepi gingiva 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Alat diagnose gigi - Alat tulis - Alat ektraksi - Alat tambal Bahan : - Kapas - Alkohol - Antiseptik - Chlor Etyl - Bahan tumpatan - Obat injeksi dan spuit - Tampon 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang

27 Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Ektrak si 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Penambalan gigi Pengambilan obat Gigi mana yang sakit/goyang Sudah berapa hari Pernah bengkak/tidak Pulang Punya riwayat penyakit umum/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis EO : t.a.k IO : - terlihat sebagian/seluruh akar gigi karena migrasi tepi gingiva ke arah apikal - sensitif terhadap rangsang/iritasi c. Diagnose Resesi Gingiva d. Tatalaksana Resesi lebih dari ½ akar dan dengan keluhan dicabut/ektraksi Resesi sampai batas (E) (Cemento Enamel Junction) bila disertai abrasi servikal dengan penumpatan 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Rujukan - Buku Konseling 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar Catatan Medik - Kertas Resep - Register Rawat Jalan - Buku harian penyakit 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter

28 - Dokter gigi - Para medis PROSEDUR PENANGANAN GIGI LEBIH (SUPERNUMMARY TOOTH) PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 009 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan gigi lebih 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Gigi kelebihan, biasanya berbentuk tidak normal Menurut letaknya : - Mesiodens - Poramolar - Distomoral 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Alat diagnose gigi - Alat Ektraksi - Alat tulis Bahan : - Kapas - Alkohol - Antiseptik - Injeksi spuit dan obat injeksi 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang

29 Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Diruj uk RS Surat rujukan Ekstraksi 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Pengambilan obat Gigi mana yang mengganggu/keluhan utama Pulang Punya riwayat penyakit umum/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.O : Tak ada kelainan I.O : Terlihat kelebihan gigi dengan bentuk tidak normal atau secara klinis tidak terlihat kecuali dengan rongent foto c. Diagnose Supernummary tooth d. Tatalaksana Ektraksi : - Anaestesi lokal - Pencabutan - Kontrol luka bekas pencabutan - Pemberian tampon, digigit selama ½ jam 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Konseling - Buku Rujukan 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar catatan medik - Kertas resep - Register rawat jalan - Buku harian penyakit - Form bulanan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI

30 - Dokter gigi - Perawat gigi PROSEDUR PENANGANAN GIGI IMPAKSI PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 009 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan gigi impaksi 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Gigi impaksi adalah gigi tumbuh yang terhalang gingiva baik sebagian atau seluruhnya 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Alat diagnose gigi - Alat tulis Bahan : - Kapas - Alkohol - Antiseptik 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Diruj uk RS Surat rujukan Pengambilan obat Pulang

31 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Gigi mana yang sakit Sudah berapa hari Bengkak/tidak b. klinis E.O : Tak ada kelainan atau keadaan lebih parah terjadi pembengkakan I.O : Terlihat gigi tumbuh sebagian atau seluruhnya dengan posisi mirih (vertikal/horisontal) c. Diagnose Impaksi d. Tatalaksana Pengobatan bila ada keluhan sakit/bengkak dengan pemberian analgetik dan antibiotik Rujuk ke RS 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Konseling - Buku Rujukan 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar catatan medik - Kertas resep - Register rawat jalan - Form bulanan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter - Dokter gigi - Paramedis

32 PROSEDUR PENANGANAN STOMATITIS PROSEDUR KERJA No. Kode Terbitan No. Revisi Tanggal Mulai Berlaku Halaman : IK / PGi / 009 : 01 : 0-0 : 1 Maret 2008 : 2 Hal Disiapkan DWIYATI NIP Penanggung Jawab Diperiksa Drg. SJARIFA NIP Disahkan Dr. SUHARJA NIP TUJUAN Untuk mendapatkan kesamaan tindakan dalam penanganan penyakit Stomatitis 2. LINGKUP APLIKASI Unit Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 3. REFERENSI SOP DKK Pemalang Tahun 2006 dan Protap RSUP Kariadi Semarang Tahun DEFINISI Stomatitis adalah luka-luka yang timbul dalam mulut mempunyai batas yang jelas berwarna merah ditengahnya tertutup lesi berwarna abu kekuningan, dapat timbul pada pipi, bibir, lidah, dan gingiva paladon 5. ALAT DAN BAHAN Alat : - Alat diagnose gigi - Alat tulis Bahan : - Kapas - Alkohol - Albotyl - Antiseptik 6. DIAGRAM ALUR Makro Pasien datang klinis Penanganan Pulang

33 Mikro Pasien datang Anamnesa klinis Tidak Diruj uk RS Surat rujukan Terapi dengan Albotyl 7. PROSEDUR Langkah-langkah a. Anamnesa Bagian mulut mana yang sakit Sakit sudah berapa hari Tidak Pengambila n obat Pulang Punya riwayat penyakit umum/tidak Punya riwayat alergi obat/tidak b. klinis E.O : Tak ada kelainan I.O : - Terlihat lesi pada selaput lendir mulut yang di kelilingi mukosa yang meradang - Rasa sakit dan perih c. Diagnose Stomatitis d. Tatalaksana Pengolesan dengan Albotyl Pemberian obat antibiotik, analgetik dan ruboransia (Vit C) Penyuluhan : -Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan - Istirahatnya cukup - Perbaikan oral lugreae - Hilangkan faktor penyebab - Kontrol secara periodik 3-6 sekali 8. DOKUMEN TERKAIT - Family Folder - Buku Konseling - Buku Rujukan 9. FORMULIR YANG DIGUNAKAN - Lembar catatan medik

34 - Kertas resep - Register rawat jalan - Form bulanan 10. ARSIP YANG DISIMPAN Catatan medik 11. DAFTAR DISTRIBUSI - Dokter - Dokter gigi - Paramedis

35

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki

Lebih terperinci

PERAWATAN PERIODONTAL

PERAWATAN PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL: Perawatan kasus periodontal akut yg membutuhkan perawatan segera Termasuk fase preliminari Kasus : Abses gingiva Abses periodontal akut

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan Diagnosa Dalam Perawatan Endodonti Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis

Lebih terperinci

ENDODONTIC-EMERGENCIES

ENDODONTIC-EMERGENCIES ENDODONTIC-EMERGENCIES (Keadaan darurat endodontik) Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau pembengkakan dan memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG LAPORAN KASUS PULPITIS REVERSIBLE Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Dr. Adhyatma, MPH Tugurejo Semarang

Lebih terperinci

Standard Procedur Operasional (SPO) TINDAKAN BEDAH MINOR PENCABUTAN GIGI

Standard Procedur Operasional (SPO) TINDAKAN BEDAH MINOR PENCABUTAN GIGI Nomor Revisi ke Berlaku tgl Standard Procedur Operasional () TINDAKAN BEDAH MINOR PENCABUTAN GIGI Penanggung Jawab Disiapkan : Diperiksa Disahkan Pokja Yanis Ketua Tim Akreditasi Kepala Puskesmas BINTI

Lebih terperinci

CIRI-CIRI : Alat penjepit dari stainless steel dengan ujung jepitan melengkung/membentuk sudut.

CIRI-CIRI : Alat penjepit dari stainless steel dengan ujung jepitan melengkung/membentuk sudut. 1. ALAT ORAL DIAGNOSTIK a. KACA MULUT /MOUTHMIRROR/SPIEGEL Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya terdapat kaca berbentuk bulat. Macam permukaan kaca : - datar - cembung Diameter

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Gigi Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan

Lebih terperinci

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien Nama Lengkap : Nadia Jenis Kelamin : L / P Tempat tgl. Lahir : 29/12/1990 Agama :hindu... Pekerjaan : mahasisiwa Bangsa

Lebih terperinci

b. Petugas melakukan anamnesa pada pasien e. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah f. Petugas mengukur suhu tubuh pasien

b. Petugas melakukan anamnesa pada pasien e. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah f. Petugas mengukur suhu tubuh pasien 1. Pengertian Informed concern tindakan Menentukan diperlukan tindakan operatif menegakan atau diagnose tidak berdasarkan hasil pemeriksaan Menulis hasil anamnesa,pemeriksaan dan diagnose 1. kerekam Clavus

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 22 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1. Representasi Pengetahuan Sistem pakar untuk penyakit Gigi dan mulut membutuhkan basis pengetahuan dan mesin inferensi untuk mengetahui gejala yang terjadi pada penderita

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH PUSKESMAS RAWAT INAP SUNGAI PINYUH Jl. Raya Seliung No. 13 Telp. (0561) Kode Pos Kecamatan Sungai Pinyuh

PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH PUSKESMAS RAWAT INAP SUNGAI PINYUH Jl. Raya Seliung No. 13 Telp. (0561) Kode Pos Kecamatan Sungai Pinyuh PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH PUSKESMAS RAWAT INAP SUNGAI PINYUH Jl. Raya Seliung No. 13 Telp. (0561) 652006 Kode Pos 78353 Kecamatan Sungai Pinyuh STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik 11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION Dr. SUDIBYO, drg., M.Kes * *Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh peneliti terkait rekam medis pasien BPJS Kesehatan di poli gigi Puskesmas Mergangsan, Puskesmas Temon I, dan Puskesmas Dlingo

Lebih terperinci

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Disusun oleh : Noval Agung Prasetyo : 1341177004163 Lidiana Syahrul : 1441177004048 Ratih Dewi Suranenggala : 1441177004054 Desi Wulandari : 1441177004122

Lebih terperinci

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,

Lebih terperinci

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket. DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan

Lebih terperinci

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan TINDAKAN PEMBEDAHAN No. Dokumen : SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : KEPALA PUSKESMAS KOTA PUSKESMAS KOTA 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi ROSALIA DALIMA NIP.19621231 198902 2

Lebih terperinci

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46 Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetik merupakan inhibitor spesifik jalur nyeri dengan mengaktifkan reseptor yang berada pada neuron sensorik dan susunan syaraf pusat(ssp). Obat analgetikyang dapat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Program Implementasi adalah tahap suatu sistem siap untuk dijalankan atau diterapkan ke kondisi yang sebenarnya. Pada tahap implementasi ini akan diketahui apakah

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU Lampiran 1 DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan cara mengevaluasi secara klinis hasil perawatan kaping pulpa

Lebih terperinci

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 7 PEDODONSIA PERSISTENSI GIGI SULUNG. Disusun Oleh : Kelompok Tutorial 1. Pembimbing: drg. Dyah Setyorini, M.

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 7 PEDODONSIA PERSISTENSI GIGI SULUNG. Disusun Oleh : Kelompok Tutorial 1. Pembimbing: drg. Dyah Setyorini, M. LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 7 PEDODONSIA PERSISTENSI GIGI SULUNG Disusun Oleh : Kelompok Tutorial 1 Pembimbing: drg. Dyah Setyorini, M. Kes FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013 DAFTAR KELOMPOK

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP SOP No. Kode Terbitan No. Revisi : : 01 : 00 Ditetapkan Oleh Ka. Halaman : 1-1. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP. 19740409 200312 2 002 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi 5. Prosedur Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T Indonesia pada Riset

Lebih terperinci

Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya terdapat kaca berbentuk bulat.

Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya terdapat kaca berbentuk bulat. alat alat kedokteran gigi alat alat kedokteran gigi terbagi menjadi beberapa alat yaitu : 1. ALAT ORAL DIAGNOSTIK a. KACA MULUT /MOUTHMIRROR/SPIEGEL Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya

Lebih terperinci

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH Puskesmas Kendit SOP/ PENGUKURAN TEKANAN DARAH RAWAT JALAN... drg. DINA FITRYA, M.Kes 19731026 200501 2 006 Pengerti Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter an Untuk mengetahui ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto,

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

INJEKSI SUB CUTAN (SC) INJEKSI SUB CUTAN (SC) NO ASPEK NG DI BOBOT.... Menempatkan alat dekat klien 2.. 1 Mengatur posisi klien sesuai penyuntikan 2 Memasang perlak/pengalas 2 Mendekatkan bengkok 2 4 Memilih tempat penyuntikan

Lebih terperinci

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. UPTD PUSKESMAS BELOPA PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. Revisi : 00 SOP Tanggal terbit : 02 Januari 2016 Halaman

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Pengertian

Pendahuluan. Bab Pengertian Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.

Lebih terperinci

I. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

I. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa) I. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa) Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan

Lebih terperinci

MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU. No Kode : EP1 Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman :

MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU. No Kode : EP1 Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman : MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU No Kode : Disahkan oleh Kepala Puskesmas SOP 7.6.6.EP1 Terbitan : No Revisi : PUSKESMAS BINTUNI Tgl Mulai Berlaku : Halaman : drg. Ferdinan Mangalik NIP.196802202000121004

Lebih terperinci

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi

Lebih terperinci

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al. Komplikasi Odontektomi Odontektomi tergolong minor surgery, namun tetap mengandung risiko. Komplikasi dapat timbul pada saat dan setelah pembedahan, akibat faktor iatrogenik. Odontektomi dengan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dan tulang alveolar. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi (Adeyemo dkk.,

Lebih terperinci

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN

PENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN PENYAKIT PERIODONTAL Pengertian Klasifikasi Gejala Klinis Etiologi Pencegahan Perawatan PENGERTIAN Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observational descriptive, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni menekankan pada waktu observasi

Lebih terperinci

SOP PEMAKAIAN AMBULAN UNTUK RUJUKAN

SOP PEMAKAIAN AMBULAN UNTUK RUJUKAN SOP PEMAKAIAN AMBULAN UNTUK RUJUKAN Pengertian 1. Ambulans adalah kendaraan yang digunakan untuk mengantar, menjemput dan membantu keperluan orang sakit atau jenazah. Pasien Dirujuk adalah pasien yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian 91 Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian PENILAIAN STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT MELALUI KEPATUHAN PROSEDUR KERJA DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian dan Mulut. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan kesehatan mempunyai manfaat yang sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG Oleh: PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUANG 26 Lt.2 UNIT STROKE RSUD Dr.SAIFUL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit

Lebih terperinci

1.3 Sasaran Pedoman Pedoman pelayanan di poli gigi ini disusun untuk digunakan oleh :

1.3 Sasaran Pedoman Pedoman pelayanan di poli gigi ini disusun untuk digunakan oleh : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu strategi utama untuk membuat rakyat sehat adalahmeningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Puskesmas merupakan salah satu

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/SK/IV/2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/SK/IV/2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/SK/IV/2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering dilakukan adalah ekstraksi atau pencabutan gigi. 1 Ekstraksi gigi merupakan bagian paling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PERIODONSIUM DAN JARINGAN SEKITARNYA OLEH: DRG. SYAIFUL AHYAR, MS

PEMERIKSAAN PERIODONSIUM DAN JARINGAN SEKITARNYA OLEH: DRG. SYAIFUL AHYAR, MS PEMERIKSAAN PERIODONSIUM DAN JARINGAN SEKITARNYA OLEH: DRG. SYAIFUL AHYAR, MS TUJUAN : Tentukan penyakit Gingiva & periodontal ada. Identifikasi tipe, perluasan, distribusi, dan keparahan penyakit bila

Lebih terperinci

PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL

PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL Perawatan emerjensi periodontal 20 BAB 3 PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL Dengan perawatan emerjensi periodontal dimaksudkan perawatan terhadap kasus periodontal yang karena keadaannya yang akut membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI

Lebih terperinci

SAHIRA Htl, Sept 2010

SAHIRA Htl, Sept 2010 TIM PERUMUS "KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI" SAHIRA Htl, 21-22 Sept 2010 DASAR Dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain eksperimental. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: Kelompok I : chlorhexidine

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

PERSALINAN LAMA No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal : Terbit. berlaku Halaman :

PERSALINAN LAMA No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal : Terbit. berlaku Halaman : SOP PERSALINAN LAMA No. Dokumen : No. Revisi : Terbit berlaku Halaman : UPT Puskesmas Sangatta Selatan Dr.Suriani NIP. 196212261999032001 1. Pengertian Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Sukarno Bahat Nauli 1) Anthoni Septian 2) Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Satya Negara

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, M.Kep Oleh Kelompok 11 Pradnja Paramitha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien Odontektomi Odontektomi menurut Archer adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan mukoperiosterial flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar bukal

Lebih terperinci

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN NAÏVE BAYES BERBASIS WEB Hana Maulinda, Ria Arafiyah, Mulyono Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA UNJ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI II.1 Tinjauan Pustaka Bahan tumpat gigi merupakan material kedokteran gigi yang digunakan untuk menumpat gigi yang telah berlubang. Bahan tumpat gigi yang paling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 3,13 Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER 1 PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER Hervica Marsha Valentine 1, Helfi Nasution 2, Helen Sastypratiwi 3. Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci