BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Aspek-Aspek Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun kerja. yang terlibat dalam kegiatan produksi yaitu menyangkut material,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Aspek-Aspek Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun kerja. yang terlibat dalam kegiatan produksi yaitu menyangkut material,"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aspek-Aspek Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun kerja Dalam suatu stasiun kerja problematika utama adalah pengaturan komponenkomponen yang terlibat dalam kegiatan produksi yaitu menyangkut material, mesin/peralatan kerja, perkakas-perkakas, fasilitas penunjang, lingkungan fisik kerja dan operator (manusia pelaksana kerja). Sistem produksi cenderung dirancang untuk lebih akomodatif terhadap mesin atau material dibandingkan untuk lebih menjamin manusia agar bisa lebih meningkatkan lagi kontribusinya sebagai penentu produktivitas. Dengan pendekatan ergonomis diharapkan sistem produksi bisa dirancang untuk melaksanakan kegiatan kerja tertentu dengan didukung oleh keserasian hubungan antara pekerja dengan sistem kerja yang dikendalikan. Dalam perancangan stasiun kerja, aspek yang harus diperhatikan antara lain : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 55). 1. Menyangkut perbaikan-perbaikan metode atau cara kerja dengan menekankan pada prinsip-prinsip ekonomi gerakan dengan tujuan pokok adalah meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. 2. Kebutuhan akan data yang menyangkut dimensi tubuh manusia (data antropometri) yang akan menunjang didalam proses perancangan produk dengan tujuan untuk mencari keserasian hubungan antara produk dengan manusia yang memakainya.

2 3. pengaturan tata letak fasilitas yang diperlukan dalam suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien seperti halnya dengan pengaturan gerakan material handling Sikap dan Posisi Kerja Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang nyaman, pertimbanganpertimbangan ergonomi menyarankan hal-hal seperti : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 76). 1. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu yang lama. 2. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Untuk hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih nyaman. 3. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau posisi miring.

3 4. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal Antropometri dan Dimensi Ruang Kerja Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia termasuk ukuran linier, berat, volume, ruang gerak, dan lain-lain. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat didalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja (termasuk disini perancangan ruang kerja). Persyaratan ergonomic mensyaratkan agar supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya khususnya yang menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum biasanya digunakan data antropometri antara 5% dan 95% percentile. Untuk perencanaan stasiun kerja data antropometri akan bermanfaat baik didalam memilih fasilitasfasilitas kerja yang sesuai dimensinya dengan ukuran tubuh operator maupun didalam merencanakan dimensi ruang kerja itu sendiri Kondisi Lingkungan Kerja Meskipun operator diharapkan mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain-lain, akan tetapi stress akibat kondisi lingkungan fisik kerja akan

4 terus berakumulasi dan secara tiba-tiba bisa menyebabkan hal yang fatal. Adanya lingkungan fisik kerja yag bising, panas, bergetar, atau atmosfir yang tercemar akan memberikan dampak negative terhadaf kinerja maupun moral atau motivasi kerja operator Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja. Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisinsi dan mengurangi kelelahan kerja. Beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja, antara lain : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 78). 1. Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan mengetahui lokasi penempatan material, spare part, peralatan kerja, mekanisme control, atau display dan lain-lain yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari. 2. Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi dan lain-lain) dengan dimensi yang sesuai data antropometri dalam range 5 sampai 95 percentil agar operator bisa bekerja dengan leluasa dan tidak cepat lelah Energi Kerja Yang Dikonsumsikan Energi kerja yang dikonsumsikan pada saat seseorang melaksanakan kegiatan merupakan factor yang kurang begitu diperhatikan, karena dianggap tidak penting

5 bila mana dikaitkan dengan kinerja yang ditunjukkan. Meskipun energi dalam jumlah besar harus dikeluarkan untuk periode yang lama bisa menimbulkan kelelahan fisik, akan tetapi bahaya yang lebih besar justru kalau kelelahan menimpa pada mental manusia. 2.2 Kondisi Lingkungan Fisik Kerja Yang Mempengaruhi Aktivitas Kerja Manusia Manusia tidak luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri atau mungkin dari pengaruh luar. Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan dan warna. Hal ini aka berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut Temperatur Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar

6 tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut: (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 85) o C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam. Jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental o C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik o C : Kondisi optimum o C : Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul Kelembaban Yang dimaksud kelembaban disini merupakan banyaknya air yang terkandung dalam udara. Keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran dan mengakibatkan denyut jantung semakin cepat karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.

7 2.2.3 Siklus Udara Sebagaimana kita ketahui udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03 karbon monoksida, dan 0,9 gas lainnya. Udara dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan terus bercampur dengan gas-gas dan bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Dengan memberikan ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang kotor denagn yang bersih. Demikian juga dengan menaruh tanaman tanaman akan mampu pula membantu memberikan kebutuhan akan oksigen yang cukup Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi menusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kemampuan mata untuk melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh ukuran obyek, derajat kontras, lumnisi (brightness), serta lamanya waktu untuk melihat obyek tersebut. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata menjadi cepat lelah karena mata akan melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Hal ini dapat mengakibatkan lelahnya mental dan rusaknya mata Teknik Pncahayaan Langsung Teknik pencahayaan langsung paling umum kita temui. Ini mudah dipahami karena naluri kita pada saat memasang lampu adalah mengarahkan cahaya ketitik

8 yang membutuhkannya (gelap). Jadi cahaya lampu langsung ke objek yang perlu diterangi, sehingga efisien. Akan tetapi pada pencahayaan langsung ini perlu diperhatikan kesilauan yang biasanya terjadi akibat mata dapat menatap langsung sumber cahaya. Di samping itu, jarak antara lampu dengan objek perlu juga diperhatikan agar panas tidak menggangu objek yang disinari Cahaya Buatan Cahaya buatan adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia seperti lampu pijar, lilin dan obor. Cahaya buatan sering secara langsung diartikan sebagai cahaya lampu. Kontras adalah perbedaan antara luminan benda yang kita lihat dengan luminan permukaan disekitarnya. Semakin besar kontras, semakin mudah kita melihat atau mengenali benda. Diruang yang redup kontras semakin berkurang pula. Dari segi pengarahan cahaya dikenal istilah pencahayaan langsung (direct lighting) yaitu pencahayaan dengan mengarahkan sinar langsung kebidang kerja atau objek. Sedangkan pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) yaitu pencahayaan dengan cara memantulkan sinar lebih dulu misalnya kelangit-langit dan kedinding. Jenis lampu digolongkan menjadi tiga jenis, antara lain : (Satwiko, Prasasto, 2004, hlm 69). 1. Lampu pijar (incandescent). Cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (titik lebur>2200 C) yang berpijar karena panas. Efikasi lampu ini

9 rendah, hanya 8-10% energi menjadi cahaya. Sisanya terbuang sebagai panas. Untuk memperbaiki efikasinya, lampu tungsten diisi gas halogen, antara lain iodine, chlorine, bromin, dan fluorin dan disebut lampu tungsten halogen. Efikasi mencapai 17,5 lm/watt. 2. Lampu fluorescent. Cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian dalam tabung lampu. Fosfor tersebut berpendar karena menyerap gelombang pendek cahaya ungu-ultra sebagai akibat lecutan listrik (terbentuk oleh loncatan elektron antar katode didalam tabung yang berisi uap merkuri bertekanan rendah dan argon). Ramuan bubuk menentukan warna cahaya yang dihasilkan. Lebih dari 25% energi dijadikan cahaya. Efikasinya antara lm/watt. Efikasi (lumen per watt) lampu fluorescent 2-3 kali lebih baik dari lampu pijar. 3. Lampu HID (high-intensity discharge lamps). Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu merkuri menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasi antara lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Perlu selang 5-10 menit sebelum dihidupkan kembali. Untuk memperbaiki efikasi dan warna, pada tabung lecutan listrik ditambahkan halida logam seperti thallium, indium, dan sodium. Karena itu sering disebut lampu metal halida. Walau efikasi bisa mencapai 70 lm/watt, umurnya berkurang hingga separuh.

10 Tabel 2.1 : Perbandingan Efikasi (Efisiensi lampu). Sumber Efikasi (lm/watt) Lampu Pijar Lampu halogen tungsten Lampu fluorescent Lampu mercury Lampu halide-metal Lampu sodium bertekanan tinggi Sumber : Satwiko, Prasasto Dalam pembicaraan kuantitatif cahaya, kita akan menemukan istilah-istilah sebagai berikut : 1. Arus cahaya (luminous flux, diukur dengan lumen) adalah banyak cahaya yang dipancarkan kesegala arah oleh sebuah sumber cahaya per satuan waktu (biasanya per detik). 2. Intensitas cahaya (ligh intensity, diukr dengan candela) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah sumber cahay kearah tertentu. Sebuah sumber cahay berintensitas 1 candela (1 lilin) mengeluarkan cahaya total kesegala arah sebanyak 12,57 lumen.

11 3. iluminan (diukur dengan lux, lumen/m 2 ) adalah banyak arus cahaya yang datang pada satu unit bidang 4. Iluminasi adalah datangnya cahaya kesuatu obyek. 5. luminan adalah intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi. Diukur dengan candela/m Metode Titik (Point to Point Methode) Menghitung Iluminasi di satu titik oleh beberapa lampu. Menurut hukum Abney, iluminasi dapat dijumlahkan sebagai berikut : (Satwiko, Prasasto, 2004, hlm 94). E T = I 1 + I 2 + I n d 2 1 Cos α 1 d 2 2 Cos α 2 d 2 n Cos α n Dimana : E T = Iluminasi Total, lux(lm/m 2 ). I 1... I n = Intensitas sumber cahaya kearah titik yang disinari, lm. d 1... d n = Jarak dari masing-masing lampu ke titik dibidang yang disinari, m. α 1... α n = Sudut datang sinar masing-masing lampu.

12 DL 1 DL 2 DL 3 α1 α3 d1 d2 d3 A B C Gambar 2.1 : Iluminasi di satu titik oleh beberapa lampu Metode Lumen (Lumen Method) Rumus untuk menghitung kuat penerangan : (Satwiko, Prasasto, 2004, hlm 95). E = L.N.CU.LLF/A Dimana : E L N = Penerangan rata-rata, lux. = Total lumen awal per luminer. = Jumlah Luminer. CU = koefisien penggunaan, biasanya antara 0,5-0,6. LLF = Faktor kehilangan cahaya. A = Luas area, m 2.

13 LLF (Ligh-Loss Factor, Faktor Kehilangan cahaya) terdiri atas nonrecoverable factor dan recoverable factor. Nonrecoverable factor terdiri atas : (Satwiko, Prasasto, 2004, hlm 99). 1. LAT (Luminare Ambient Temperature), suhu disekitar luminer. Diatas suhu 25 o C lampu fluorescent akan kehilangan cahaya 1% setiap kenaikan suhu 1 o C. Jika lampu beroperasi dilingkungan normal sesuai desain pabrik, maka LAT = 1. Pengertian lingkungan normal adalah sesuai arahan pabrik pembuat lampu tersebut. 2. VV (Voltage Variation), variasi tegangan listrik. Perubahan 1% pada tegangan listrik akan mempengaruhi lumen lampu pijar hingga 3%. Jika lampu dioperasikan pada voltase sesuai desinnya maka VV=1. 3. LSD (Luminaire Surface Depreciation), depresiasi permukaan luminare. Permukaan luminaire akan mengalami penurunan kualitas, seperti penutup berubah warna, reflector tergores, dan sebagainya yang akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas penerangan. 4. BF (Ballast Factor), faktor balas. Kadang balas yang digunakan dalam luminaire berbeda dengan yang tercantum dalam data teknis. Hal ini sering menyebabkan kekeliruan perhitungan.

14 Recoverable factor meliputi : (Satwiko, Prasasto, 2004, hlm 99). 1. LDD (Luminaire Dirt Depreciation), depresiasi cahaya akibat penimbunan kotoran pada luminer. LDD dipengaruhi oleh tipe luminer, kondisi atmosfir lingkungan dan waktu antara pembersihan luminer berkala. 2. RSDD (Room Surface Depreciation), depresiasi cahaya akibat penumpukan kororan dipermukaan ruang. Pencahayaan yang memanfaatkan pemantulan akan lebih mudah terpengaruh oleh penumpukkan kotoran (debu dan lainlain) disbandingkan dengan pencahayaan yang mengutamakan cahaya langsung dari lampu. Tabel berikut dapat digunakan sebagai pedoman bila tidak ada data yang spesifik dari lampu bersangkutan. Tabel ini didasrkan pada periode pembersihan 24 bulan dilingkungan wajar (tidak sangat bersih maupun kotor). Tabel 2.2 : Room Surface Dirt Depreciation Pencahayaan langsung (direct lighting) 0,92 + 5% Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting) 0,87 + 8% Pencahayaan langsung tidak langsung (direct indirect lighting) 0, % Pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting) 0, % Pencahayaan tidak langsung (Indirect lighting) 0, % Sumber : Stein

15 3. LLD (Lamp Lumen Depreciation), faktor depresiasi lumen yang tergantung pada jenis lampu dan waktu penggantiannya. 4. LBO (Lamp Burnout) Perkiraan jumlah lampu yang mati sebelum waktu penggantian yang direncanakan. LBO = (jumlah lampu yang masih hidup):(jumlah awal lampu yang digunakan). Bila lampu diganti seluruhnya secara bersamaan LBO = 1. Bila penggantian hanya pada lampu yang mati, maka LBO = 0,95. Dari penjelasan diatas maka : (Satwiko, Prasasto, 2004, hlm 101). LLF = (LAT)(VV)(LSD)(BF))LDD)(RSDD)(LLD)(LBO) Warna Yang dimaksud disini adalah tembok ruangan dan interior yang ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat obyek, juga memberikan pengaruh yang lain terhadap manusia seperti : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 88). 1 Warna merah bersifat merangsang. 2 Warna kuning memberikan kesan luas, terang dan leluasa. 3 Warna hijau / biru memberikan kesan sejuk, aman, dan menyegarkan. 4 Warna gelap memberikan kesan sempit. 5 Warna terang memberikan kesan luas dan terang.

16 2.3 Perbaikan kondisi Lingkungan kerja Kondisi lingkungan kerja yang ideal diharapkan mampu memberikan kondisikondisi kerja seperti : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 99). 1. Memperbaiki safety record. 2. Mengurangi ketidakdisiplinan kerja. 3. Meningkatkan kerja karyawan. 4. Meningkatkan produktivitas kerja. Untuk maksud-maksud memperbaiki kondisi lingkungan kerja ini maka bisa dilaksanakan antara lain dengan jalan sebagai berikut : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 99). 1. Memperbaiki cahaya penerangan dilingkungan kerja. 2. Mengontrol temperatur ruangan dan juga derajat kelembabannya. 3. Memberi ventilasi yang cukup. 4. Mengontrol suara yang timbul dengan jalan menekan kebisingan. 5. Menciptakan area kerja yang rapi, bersih, tertib dan lain-lain. 6. Segera membuang sisa-sisa material kerja yang dapat membahayakan seperti debu, gas, uap dan lain-lain. 7. Menyediakan perlengkapan dan petunjuk-petunjuk untuk keselamatan kerja. 8. Mempertimbangkan segala aspek ergonomis dan prinsip-prinsip dari kerja fisik.

17 Untuk mendapatkan kondisi kerja yang baik yaitu yang memungkinkannnya dilakukan gerakan yang ekonomis, maka perlu diperhatikan faktor yang mempengaruhi, yaitu : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 100) 1. Penggunaan badan / anggota tubuh manusia serta gerakan-gerakannya. 2. Pengaturan letak area kerja. 3. Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja. Secara umum didalam usaha mengembangkan metode kerja dan gerakan kerja ekonomis maka beberapa hal tersebut bisa dilaksanakan antara lain sebagai berikut : (Wingjosoebroto, Sritomo, 1995, hal 101). 1. Hilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak perlu yang justru memboroskan tenaga. 2. Kombinasikan beberapa aktivitas menjadi aktivitas yang memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan. 3. Kurangi faktor kelelahan dengan memberi waktu istirahat dan waktu longgar yang lainnya. 4. Perbaiki pengaturan tempat kerja dan disain dari fasilitas / peralatan kerja yang ada.

18 2.4 Perencanaan Tata Letak Secara Sistematis Suatu pendekatan sistematis dan terorganisir untuk perencanaan tata letak fasilitas produksi lebih diintroduksikan oleh Richard Muther (1973) yang dikenal dengan systematic Layout Planning (SLP). SLP banyak diaplikasikan untuk berbagai macam persoalan meliputi antara lain problem produksi, transportasi, pergudangan, supporting services dan aktifitas-aktifitas yang dijumpai dalam perkantoran (office layout). Secara singkat prosedur untuk melaksanakan SLP dapat dilihat dalam gambar berikut : (Wignjosoebroto, Sritomo, 2003, hlm 88). Data Masukan dan aktifitas 1. Aliran Material 2. Hubungan Aktifitas 3. String Diagram 4. Kebutuhan Luas Area 5. Luas Area Tersedia 6. Space Relation Diagram 7. Pertimbangan Modifikasi 8. Batasan-batasan praktis A

19 A 9. Perancangan Alternatif tata Letak 10. Evaluasi Gambar 2.2 : Prosedur untuk Merencanakan Systematic Layout Planning Analisa Hubungan Aktivitas Kerja ( Activity Relationship) Activity Relationship chart (ARC) atau sering pula disebut sebagai Relation Chart (REL-Chart) bisa dipakai untuk memberi pertimbangan-pertimbangan kualitatif didalam perancangan layout. REL-Chart akan memberikan pertimbangan mengenai derajat kedekatan (closenses) dari satu departemen terhadap departemen lainnya dengan ukuran-ukuran yang lebih bersifat kualitatif seperti : mutlak atau tidak mutlak harus berdekatan, cukup penting untuk diletakkan berdekatan dan lain-lain. REL-Chart ini hampir mirip penggambarannya seperti from to chart hanya saja disini angka-angka kuantitatif dalam bentuk bobot/volume material atau jarak pemindahan material seperti yang dijumpai dalam from to chart akan digantikan dengan suatu penilaian kualitatif mengenai derajat kedekatan seperti berikut :

20 SIMBOL HURUF DERAJAT KEDEKATAN SIMBOL GRAFIS A Absolutely Necessary E I Especially Important Important O Ordinary U Unimportant None X Not Desirable Gambar 2.3 : Simbol-simbol REL-Chart Untuk selanjutnya diberikan Suatu cantuh penggambaran REL-Chart yang manggambarkan hubungan aktifitas dari fasilitas-fasilitas (departemen) yang ada. Derajat hubungan aktivitas masing-masing fasilitas atau departemen tersebut dan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan dalam marik REL-Chart sebagai berikut:

21 Tabel 2.3 : Matrik REL-Chart Dari MENUJU KE FASILITAS KERJA Fasilitas Kerja E 1 E I 1 1,5,6 E O E 6 1 1,5,6 I I A A O O O O O Keterangan : U 5,6 Derajat hubungan yang ingin ditunjukkan secara kualitatif Alasan / pertimbangan dalam penetapan derajat hubungan yang dimaksud

22 Tabel 2.4 : Keterangan Simbol-Simbol dan Deskripsi Alasan. SIMBOL Deskripsi Alasan / Keterangan Fungsi dan misi kegiatan kerja Kemudahan dalam melakukan supervisi Menggunakan ketrampilan atau skill Menggunakan fasilitas dan alat kerja bersama-sama Memerlukan akses yang cepat Memerlukan komunikasi yang mudah Penyusunan String Diagram Langkah ini mencoba merangkum dimana posisi kelompok fasilitas kerja atau departemen akan diatur letaknya dan kemudian dihubungkan dengan garis sesuai dengan jarak pemindahannya. Garis akan digambarkan sesuai dengan derajat hubungan antara departemen satu dengan lainnya yang sudah dinilai terlebih dahulu. String diagram ini akan menggambarkan pengaturan dan penempatan fasilitas pada kondisi paling optimal (tanpa mempertimbangkan luasan area yang diperlukan. Penempatan dilaksanakan melalui metode trial & error. Pertama kali prioritas diberikan pada lokasi-lokasi yang memiliki derajat hubungan aktivitas A (4 garis lurus), kemudian berturut-turut aktivitas E (3 garis lurus), aktivitas I (2 garis lurus) dan seterusnya. Dari contoh matrik REL-chart yang telah dibuat untuk menunjukkan hubungan antara fasilitas-fasilitas dapat dibuat string diagramnya sebagai berikut :

23 Gambar 2.4 : String / REL Diagram

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rafsanjani089@yahoo.com

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2006 / 2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2006 / 2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2006 / 2007 USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA PADA QUALITY CONTROL INCOMING DEP. CTV DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Jenis Lampu

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T   Jenis Lampu Bab 7 Jenis-jenis Lampu Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 58 Jenis Lampu 59 1 Lampu Pijar (incadescent) Lampu Pelepasan (gas discharge lamp) - Tekanan rendah (Lampu Flurescent,

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN STASIUN KERJA. Nama: Siti Krisnawati (12-039)

PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN STASIUN KERJA. Nama: Siti Krisnawati (12-039) PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN STASIUN KERJA Nama: Siti Krisnawati (12-039) Pendekatan Ergonomis dalam Perancangan stasiun Kerja Secara ideal perancangan stasiun kerja harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Prioritas Daerah Kerja Sumber: Fordergemeinscaft Gutes Licht (2008, p.5), telah diolah kembali

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Prioritas Daerah Kerja Sumber: Fordergemeinscaft Gutes Licht (2008, p.5), telah diolah kembali 5 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya buatan manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Pada cuaca yang kurang baik dan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Dilihat dari kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi mochi kacang, jika ditinjau dari segi antropometri

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan perbaikan sistem kerja di perusahaan, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu: 1. Waktu baku yang dibutuhkan dari setiap proses

Lebih terperinci

ANALISA PENCAHAYAAN DI GUDANG BAHAN BAKU PT. XYZ

ANALISA PENCAHAYAAN DI GUDANG BAHAN BAKU PT. XYZ ANALISA PENCAHAYAAN DI GUDANG BAHAN BAKU PT. XYZ Teguh E.N. Sitepu, Listiani Nurul Huda 2, Abdul Rahim Matondang 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater

Lebih terperinci

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR Muhammad Yusuf 1* 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * Email:

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Ikhbal Havif JH*, Budhi Anto** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran ABSTRAK Pembangunan industri yang baik terutama harus memperhatikan faktor manusia sebagai penggerak utamanya. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatan dengan baik bila ditunjang oleh sistem kerja dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telekomunikasi merupakan suatu kegiatan menyampaikan suatu informasi dari satu tempat menuju satu tujuan yang lain. Informasi yang disampaikan juga dapat berupa

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis mengenai sarana- sarana fisik dan lingkungan fisik ruangan laboratorium sistem produksi jurusan teknik industri ada yang sudah ergonomis

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyamanan adalah bagian dari salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomika yang harus dicapai. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN Oleh : Dedy Haryanto, Edy Karyanta, Paidjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK KUAT PENERANGAN

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

Metamerisme dan Iluminan Isi

Metamerisme dan Iluminan Isi S O L U S I J A H I T C O AT S Metamerisme dan Iluminan Isi Pengantar Apa itu metamerisme? Jenis-Jenis Metarisme Pentingnya Cahaya dalam Metarisme Apa itu iluminan? Apa perbedaan antara sumber cahaya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju ini, dunia pendidikan dituntut agar dapat lebih bersaing, sehingga dunia pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel merupakan suatu tempat atau akomodasi bagi orang yang berada di luar daerah atau mancanegara. Kota Bandung merupakan kota pariwisata yang banyak menerima

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak gereja yang didirikan. Gereja digunakan sebagai sarana untuk memperdalam rohani dan menjalin hubungan dengan sang pencipta maupun sesama

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu Sumedang yaitu makanan khas dari Kota Sumedang yang terbuat dari kacang kedelai, kemudian dicampur dengan bibit tahu. Makanan khas Sumedang ini biasa disajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pariwisata, hotel mempunyai peran yang sangat penting dimana hotel merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih seseorang atau beberapa orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan dan kemajuan dalam bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini dirasakan hampir disemua sektor industri, salah

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY Wakhid Ahmad Jauhari 1, Arda Candra Faisal Pinastika 2, Chirstina Ayu Kusumawardani 3, Eva Kholisoh 4, Helma Hayu Juniar 5, Rafiq Ramadhan 6,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada perusahaan JOIES CLUB, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

bagian atau disebut juga aspek pembentuk lingkungan kerja. Adapun beberapa

bagian atau disebut juga aspek pembentuk lingkungan kerja. Adapun beberapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN KERJA Untuk dapat menyusun perencanaan lingkungan kerja dengan baik, manajemen perusahaan harus benar-benar mengetahui unsur-unsur apa saja yang penting

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS FARID KHUSNUL MUJIB 2404100038 PEMBIMBING: ANDI RAHMADIANSAH Latar Belakang Intensitas pencahayaan (E) dan pemerataan intensitas pencahayaan (min/ave)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian dalam negeri, baik itu industri

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KWM adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur aksesoris garmen yang terbuat dari timah dan menerima pesanan pewarnaan metal. Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan yang paling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN PUSTAKA Penerangan dalam ruang kelas Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas penerangan yang harus dan layak disediakan didalam suatu ruangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, sedangkan di era krisis global saat ini kebutuhan hidup melambung tinggi termasuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pada saat sekarang ini perkembangan musik di Indonesia sangat tinggi. Banyak penyanyi baru yang bermunculan baik penyanyi solo maupun penyanyi band. Ajang lomba nyanyi juga banyak diadakan hampir

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti ingin mempertahankan keberadaannya di dunia usaha dan

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi & Komunikasi 71

Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi & Komunikasi 71 menghargai hak cipta orang lain. Dampak negatif dari tidak diindahkannya undang-undang hak cipta adalah maraknya pembajakan. Kegiatan pembajakan merupakan perbuatan yang dikategorikan sebagai pelanggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diketahui. Informasi dapat diperoleh melalui beberapa sarana, antara

Lebih terperinci

LOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja

LOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja LOGO Lingkungan Fisik Area Kerja LOGO Identifikasi Lingkungan Kerja Fisik No Jenis Area Temperatur Kebisingan Pencahayaan Udara Ruang Gerak Lantai Dinding Atap 1 Buffer area 27-30 C 85 dba Tidak ada bau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu pemerintah Indonesia ikut serta untuk memajukan pendidikan, dengan cara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ini diawali dengan melakukan studi tahap awal di CV Massitoh Catering Services, yaitu mengenai struktur organisasi, ruang lingkup,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Tata Udara Secara umum pengkondisian udara adalah suatu proses untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan bagi penghuninya. Tata udara meliputi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang

Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang Annisa Qisti Nurdinati, KRMT. Haryo Santoso, *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya perkembangan jaman, maka berbagai bidang yang ada mengalami perkembangan yang pesat pula. Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Tata Letak Gudang Bahan Baku Peletakan bahan baku pada kavling untuk saat ini belum ada peletakan yang tetap. Bahan baku yang datang diletakkan pada tempat

Lebih terperinci

Pertemuan 03 ERGONOMIK

Pertemuan 03 ERGONOMIK Pertemuan 03 ERGONOMIK Ergonomik Ilmu yang mempelajari karakteristik fisik dalam interaksi Ergonomik baik untuk pendefinisian standar dan pedoman pembatasan bagai mana kita mendesain aspek tertentu dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cahaya IES ( Illumination Engineering Society ) mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PERUSAHAAN XXX SUMATERA UTARA

USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PERUSAHAAN XXX SUMATERA UTARA USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PERUSAHAAN XXX SUMATERA UTARA Poppy Cynthia Devi 1, A. Rahim Matondang 2 & Dini Wahyuni 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun di PT. Surya Alam Rekananda pada proses pengeringan jagung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan diambil beberapa kesimpulan berikut : 1. Fasilitas fisik yang digunakan saat ini belum ergonomis. Kursi Pengguna Komputer

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik perlu diperhatikan faktor pekerja, mesin dan peralatan serta lingkungan. CV.MOTEKAR adalah pabrik yang memproduksi berbagai jenis boneka.boneka yang

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kegiatan utama umat Katholik adalah misa. Dalam misa yang diselenggarakan, gereja memiliki tata cara ibadah dengan berbagai posisi seperti posisi berdiri dilakukan pada saat umat menyanyikan lagu,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan gerakan-gerakan kerjanya, tata letak tempat kerja, dan perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perindustrian merupakan salah satu sektor usaha yang cukup banyak diminati oleh banyak orang di seluruh dunia. Di Indonesia, perkembangan usaha dalam sektor

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENENTUAN STANDARISASI JUMLAH TITIK LAMPU PADA RUKO KAWASAN PT.MEGASURYA NUSALESTARI MANADO. : Orlando Sangi NIM :

LAPORAN AKHIR PENENTUAN STANDARISASI JUMLAH TITIK LAMPU PADA RUKO KAWASAN PT.MEGASURYA NUSALESTARI MANADO. : Orlando Sangi NIM : LAPORAN AKHIR PENENTUAN STANDARISASI JUMLAH TITIK LAMPU PADA RUKO KAWASAN PT.MEGASURYA NUSALESTARI MANADO Nama : Orlando Sangi NIM : 13 021 007 Dosen Pembimbing : Arnold Rondonuwu,MT Program Study : DIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan

Lebih terperinci

II.12 Methods Time Measurement (MTM-1)... II-18 II.13 Bagan Analisa... II-30 II.14 Pengukuran Antropometri... II-30 II.15 Perhitungan Persentil...

II.12 Methods Time Measurement (MTM-1)... II-18 II.13 Bagan Analisa... II-30 II.14 Pengukuran Antropometri... II-30 II.15 Perhitungan Persentil... ABSTRAK PT. Berdikari Metal Engineering memproduksi berbagai macam bagian sparepart motor. Masalah yang dihadapi perusahaan adalah keinginan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi waktu produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, Transportasi memegang peranan yang besar bagi setiap manusia. Di antara alat-alat transportasi yang ada saat ini, mulai dari transportasi darat, laut,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS 1) Bima Brilliando Agam, 2) Yushardi, 2) Trapsilo Prihandono 1) Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Keadaan fasilitas fisik aktual belum sesuai apabila dilihat dari segi ergonomi untuk meja makan, kursi makan, meja salad, kursi tunggu, meja kasir, dan mix 4 fun.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ruang kuliah yang digunakan untuk sarana penunjang dalam proses belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa adalah sarana yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Waktu Baku Aktual Setiap Stasiun Kerja yang Diamati Menghitung waktu baku aktual setiap stasiun kerja dengan metoda langsung dan tidak langsung. Berikut adalah rangkuman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

Bab 11 Standar Pencahayaan

Bab 11 Standar Pencahayaan Bab 11 Standar Pencahayaan Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 114 Kebutuhan Iluminansi berdasarkan aktivitas visual No Kerja Visual Iluminansi (lux) 1 Penglihatan biasa 100

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK Saat ini banyak orang belum mempunyai internet, sehingga banyak usaha yang menyediakan internet atau warung internet (warnet). Objek penelitian yang diambil yaitu warnet X di Bandung. Pada penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Spesifikasi dan Kondisi Jalan Spesifikasi dan kondisi jalan cukup besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan karena dalam spesifikasi/kondisi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Rak dan Gantungan Pakaian Perancangan rak dan gantungan pakaian yang akan ditempatkan dalam bis khusus rancangan alternatif 3. Dimensi dari lemari gantungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xviii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xviii ABSTRAK Warnet merupakan sarana alternatif yang sering digunakan untuk browsing internet. Banyaknya warnet saat ini mendorong peneliti melakukan penelitian untuk merancang suatu warnet yang ideal. Penelitian

Lebih terperinci