BAB III BAHAN DAN METODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III BAHAN DAN METODE"

Transkripsi

1 12 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2012 di Laboratorium Bidang Bahan Industri Nuklir, Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) BATAN, kawasan PUSPIPTEK, Serpong. Bahan Bahan penelitian adalah pipa digunakan sebagai bagian dari Primary Separator yang beroperasi pada temperatur 166 atau 167 o F (75 o C) dan tekanan 33 atau 34 psi (1 pound per sudah terpotong secara longitudinal menjadi dua seperti tampak pada Gambar 3.1 berikut. BAB III BAHAN DAN METODE square inch = 6.894,75 Pascal). Pipa terbuat dari bahan logam, digunakan untuk mengalirkan minyak mentah. Permukaan luarnya dicat berwarna hijau. Jenis cairan (fluida) yang mengalir adalah sour crude oil atau minyak mentah. Untuk menghilangkan scale/deposit digunakan drilling fluids dan acidizing fluids yang mengandung HCl. Setelah sekian lama dipakai, pipa mengalami serangan korosi pada bagian dalam pipa, kemudian dilakukan proses drain dan refresh setiap minggu. Pipa yang akan diamati Gambar 3.1 Pipa Primary Separator yang mengalami korosi, camdig (0,5x) Alat Jangka Sorong Mikrometer Skrup Hand Saw Mesin Potong, Buehler Samplmet 2 Abrasive Cutter Cairan Resin dan Pengeras Kertas Amplas (grit 100, 400, 800, 1500, 2000) Pasta Alumina (1 dan 6 mikrometer) Mesin Poles, MoPao 2D Grinder Polisher Kamera Digital, BenQ DC E Megapixel Mikroskop Setereo, Karl Kolb Hund Wetzlar Mikroskop Optik, Nikon SEM-EDS, Jeol JSM-6510LA OES, ARC-Spark Optical Emission Spectrometer XRD, Shimadzu XD-610 Gambar alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. (Halaman 42)

2 13 Metode Penelitian 1. Pengumpulan data dan studi literatur Langkah awal dari penelitian ini adalah studi literatur tentang baja, analisis kegagalan, dan korosi secara umum maupun korosi pada lingkungan minyak yang bersumber dari buku-buku dan internet. 2. Persiapan alat dan bahan Preparasi sampel pipa dengan proses Metalografi : - Cutting, pemotongan pipa menjadi sampel yang lebih kecil menggunakan hand saw dan mesin potong, agar lebih mudah dikarakterisasi. Pemotongan pipa secara transversal atau melintang dan longitudinal. -Mounting, sampel dibingkai menggunakan resin dan pengerasnya agar tercetak bingkai sampel. Hal ini dilakukan agar sampel lebih mudah dipegang ketika melakukan proses Grinding dan Polishing. -Grinding dan Polishing, permukaan yang akan diamati, diamplas dengan kertas amplas (dari bahan SiC) dari tingkat grit 100, 400, 800, 1500, Setiap kenaikan tingkat grit, arahnya diputar 90 derajat dan diamati apakah goresan yang terbentuk telah seragam. Kemudian dipoles dengan pasta alumina 1 dan 6 mikrometer. -Etching, lapisan permukaan sampel direndam dalam larutan etching agar menghasilkan derajat kontras yang tepat antara berbagai konstituen dalam logam sehingga struktur mikro logam dapat diketahui. Batas butir menjadi lebih mudah diamati. Larutan etching yang dipakai adalah nital 2%. 3. Karakterisasi 3.1 Pengamatan visual dilakukan terhadap sampel. Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsung pada sampel menggunakan mata. Selain itu, dilakukan juga pengukuran diameter menggunakan jangka sorong dan ketebalan pipa menggunakan mikormeter sekrup serta dokumentasi gambar dengan kamera digital. Pengamatan langsung dengan mata dilakukan untuk melihat dan menganalisis adanya deposit korosi, lubang, goresan, dan penipisan pada pipa. Perbedaan warna pada sampel juga menunjukkan proses korosi yang terjadi pada pipa. Dengan pengamatan ini, pemilihan sampel dapat dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang tepat dari sampel pipa untuk selanjutnya dikarakterisasi. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit. Ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, yaitu bagian diam dan bagian bergerak. Bagian diam menunjukkan skala utamanya, dan bagian yang bergerak menunjukkan skala noniusnya. 31 Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Ketelitiannya dapat mencapa seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian utama yaitu poros tetap yang memiliki skala utama

3 14 dan poros putar yang memiliki skala nonius. 32 Kamera digital digunakan untuk memotret suatu objek benda dan menampilkan hasilnya dalam bentuk file gambar dalam format.jpeg. Kamera digital memiliki beberapa komponen, seperti Aperture, Shutter, Lensa, dan Sensor. Aperture sebagai celah masuknya cahaya, Shutter mengatur jumlah cahaya yang masuk, Lensa untuk memfokuskan gambar, dan Sensor untuk merekam gambar. Sensor pada kamera berupa charge coupled device (CCD) yang mengubah cahaya (photon) menjadi muatan listrik. Resolusi gambar dari kamera digital ditentukan dari jumlah pixel. Semakin besar nilai pixel berarti semakin semakin banyak jumlah photositenya sehingga gambar yang dihasilkan semakin tajam Pengamatan makroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo. Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif. Perbedaan antara mikroskop stereo dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati. (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif menggunakan sistem zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga perbesaran total obyek maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur fokus Pengamatan mikroskopik menggunakan Mikroskop Optik. Pengamatan dimulai dengan perbesaran yang kecil sekitar 100x dan dilanjutkan dengan meningkatkan perbesaran untuk mengamati karakteristik yang lebih jelas. Kebanyakan mikrostruktur dapat diamati dengan mikroskop optik dan diidentifikasikan berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Mikroskop Optik memiliki beberapa komponen yang penting, diantaranya adalah sistem penerangan (illumination system) yang terdiri atas lampu, lensa, filter, dan diafragma. Cahaya dari lampu dapat diatur intensitasnya untuk membentuk gambar yang cerah. Sumber cahaya pada mikroskop optik berupa lampu filamen-tungsten voltase rendah maupun lampu filamen tungstenhalogen. Intensitas cahaya diatur berdasarkan suplay tegangan. Mikroskop memiliki dua buah lensa, yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif membentuk bayangan primer

4 15 mikrostruktur dan merupakan komponen paling penting dalam mikroskop optik. Lensa objektif mengumpulkan cahaya sebanyak mungkin dari spesimen dan menggabungnya dengan cahaya untuk menghasilkan gambar. Lensa okuler (eyepiece) berfungsi membesarkan bayangan primer yang dihasilkan oleh lensa objektif. 35 Dari lensa okuler ini, gambar langsung diteruskan menuju kamera. Mikroskop Optik memanfaatkan cahaya dari sumber cahaya yang melalui kondenser. Kemudian cahaya dipantulkan oleh cermin menuju objek. Cahaya yang dipantulkan oleh objek (sampel logam) diteruskan menuju lensa objektif dan kemudian lensa okuler sehingga tampak oleh kamera. Gambar 3.2 berikut menjelaskan penjalaran cahaya pada mikroskop optik. Gambar 3.2 Prinsip kerja mikroskop optik Pengamatan dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Bayangan yang dihasilkan SEM memiliki karakteristik perbesaran yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Mikroskop Optik. Dalam mendapatkan gambar SEM, berkas elektron terfokus mengenai pada permukaan sampel padat. Pada instrumen analog, berkas elektron dipindai melalui seluruh sampel oleh kumparan scan. Pola pemindaian yang dihasilkan adalah serupa dengan yang digunakan dalam tabung sinar katoda (CRT) dari sebuah pesawat televisi di mana berkas elektron akan menyapu seluruh permukaan linear dalam arah x, kembali ke posisi awal, dan kemudian bergeser ke bawah dalam arah y dengan kenaikan standar. Proses ini diulangi hingga luasan tertentu dari permukaan sampel telah dipindai seluruhnya. Sinyal yang diterima dari permukaan akan disimpan dalam komputer, yang akan diubah menjadi sebuah gambar (image). Beberapa jenis sinyal yang terbentuk dari permukaan sampel adalah backscatered, secondary, dan Auger electron, sinar-x dari fluoresens foton, dan foton yang lain dengan berbagai energi. Pada instrumen SEM, backscatterd dan secondary electron digunakan untuk membentuk image. 36 Sumber elektron berupa filamen tungsten. Elektron diakselerasi agar memiliki energi yang berkisar antara 1 hingga 30 kev. Sistem kondenser magnetik dan lensa objektif akan memperkecil ukuran titik (spot size) hingga diameter antara 2 hingga 10 nm ketika sampai di sampel. Sistem kondenser yang terdiri atas lebih dari satu lensa akan menghantarkan berkas elektron menuju lensa objektif, selanjutnya lensa objektif yang

5 16 akan menentukan ukuran berkas yang mengenai permukaan sampel. Pemindaian pada SEM dilakukan oleh dua pasang kumparan elektromagnetik yang terletak pada lensa objektif. Satu pasang menghantarkan berkas dalam arah sumbu-x, dan satu pasang yang lain dalam arah sumbu-y. Terdapat dua interaksi padatan dengan berkas elektron yaitu interaksi elsastik yang mengubah lintasan elektron tanpa terjadi perubahan energi secara signifikan dan interaksi inelastik, yang menjadikan elektron mentransfer energinya (sebagian atau seluruhnya) ke padatan. Padatan yang tereksitasi akan mengemisikan secondary electron, Auger electron, dan sinar-x. Ketika elektron menumbuk secara elastik dengan atom, terjadi perubahan arah elektron, tetapi kecepatannya tetap sehingga energi kinetiknya relatif konstan. Sudut pemantulan dari tumbukan tersebut berkisar antara 0 o hingga 180 o. Elektron yang terpental ini disebut dengan backscattered electron. Berkas backscattered electron ini memiliki diamater yang lebih besar. Ketika permukaan padat ditumbuk berkas elektron dengan energi beberapa kev, backscattered electron yang diemisikan oleh permukaan memiliki energi sebesar kurang dari 50 ev. Secara umum, jumlah secondary electron lebih sedikit dari backscattered electron. Secondary electron terbentuk dari hasil interaksi antara berkas elektron berenergi dengan elektron yang terikat di padatan, yang selanjutnya akan terjadi pelepasan pita konduksi elektron dengan beberapa ev energi. Secondary electron ini dapat dicegah agar tidak mencapai detektor dengan memberi bias negatif pada papan transduser. 36 Gambar 3.3 berikut menunjukkan skema SEM. Electron beam Electron gun Magnetic condenser lens Magnetic objective lens Specimen High voltage power supply Gambar 3.3 Skema Scanning Electron Microscope 36 Scan coil controls

6 Karakterisasi komposisi kimia makro pada pipa dengan Optical Emission Spectrometry (OES). Untuk sampel yang akan diuji menggunakan OES, sampel pipa hanya perlu dibersihkan hingga tampak bagian dasarnya. Hasil karakterisasi berupa persentase masing-masing unsur dalam sampel. Radiasi dari atom dan ion yang tereksitasi dapat diemisikan oleh sampel ketika dikenai electrical discharge, glow discharge, atau plasma. Karena sumber eksitasi ini memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber nyala api (flame), unsur-unsur dari logam atau semi-logam (metalloid) dapat dideteksi dalam konsentrasi yang rendah, termasuk unsur-unsur refactory seperti boron, tungsten, tentalum, dan niobium, dan beberapa unsur nonlogam dapat dideteksi seperti C, N, H, Cl, Br, dan I. Analisis padatan menggunakan sumber electrical dan glow discharge. 37 Karena temperatur dari electrical discharge dan plasma jauh lebih tinggi dbiandingkan temperatur nyala api (flame), spektra emisi dari eksitasi nonflame menjadi sangat rumit. Spektra yang pertama adalah atomic emission spectra dari atom netral. Pada kondisi ini, sering terbentuk ion. Elektron kedua dari ion akan tereksitasi dan naik ke satu tingkat energi yang lebih tinggi. Dari tingkat ini, ion akan melepas dan mengemisikan foton. Level energi dari ion tidak sama dengan level energi atom, mereka membentuk garis emisi yang berbeda. Prinsip kerja dari emission spectrometer dengan sumber electrical discharge sebagai berikut. Sumber listrik akan membuat electrical discharge di ruang antara dua elektrode, yaitu sample electrode dan counter electrode. Sample electrode berupa logam, counter electrode berupa elektrode yang inert, seperti tungsten atau grafit. Bahan dari sample electrode dikenai discharge sehingga akan terjadi penguapan dan eksitasi. Atom yang tereksitasi akan mengemisikan radiasi, yang dideteksi dan dihitung oleh sistem detektor. Panjang gelombang dari garis emisi menunjukkan adanya unsur-unsur dan intensitas emisi pada setiap panjang gelombang tersebut menunjukkan jumlah setiap unsur yang ada. Spectrograf adalah spectrometer yang menggunakan film fotografi atau plat fotografi untuk mendeteksi dan merekam radiasi yang diemisikan. Spektrograf dikenalkan pada tahun 1930an dan digunakan sebagai instrumen dasar untuk analisis unsur, terutama dalam industri baja atau logam lain. Selanjutnya emisi radiasi berupa cahaya tersebut masuk ke polikromator agar mampu mendeteksi panjang gelombang dari UV hingga Visible ( nm). Pada gambar, cahaya dari sampel yang tereksitasi dibawa menuju empat polikromator, setiap polikromator teroptimasi pada rentang panjang gelombang tertentu. Gambar berikut menunjukkan skema kerja dari perangkat OES. 37

7 Karakterisasi komposisi kimia mikro pada produk korosi dengan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). Image backscattered electron dari SEM memperlihatkan kontras dari permukaan sampel berdasarkan perbedaan nomor atom unsur dan distribusinya. Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) mengidentifikasi unsurunsur apa dan berapa proporsi relatif unsur-unsur tersebut pada permukaan sampel. Analisis EDS memanfaatkan terbentuknya spektrum sinar-x dari area yang dipindai oleh SEM. Hasil dari EDS berupa grafik sumbu-x dan sumbu-y. Sumbu-x menunjukkan jumlah sinar-x yang diterima dan diproses oleh detektor dan sumbuy menunjukkan level energy dari jumlah tersebut. 38 Sinar-X yang dideteksi pada EDS adalah hasil interaksi nonelastik dari berkas elektron dengan atom pada permukaan sampel. Terdapat dua jenis sinar- X, yaitu sinar-x karakteristik dan Bremsstrahlung. Sinar-X karakteristik dihasilkan ketika berkas elektron mengeluarkan elektron kulit terluar dari atom sampel. Bremsstrahlung dihasilkan ketika berkas elektron berinteraksi dengan inti atom pada sampel. Proses terbentuknya sinar-x karakteristik dapat dijelaskan sebagai berikut. Adanya tempat yang kosong di kulit terdalam, K, terjadi karena berkas elektron energi tinggi mengenai elektron dari kulit tersebut, sehingga elektron atom terpental. Selanjutnya elektron dari kulit yang lebih tinggi mengisi kulit K tersebut. Perpindahan elektron tersebut mengemisikan sinar-x karakteristik. Energi dari sinar-x ini adalah karakteristik khusus bagi atom pada permukaan sampel. Gambar 3.4 menunjukkan skema terjadinya sinar-x karakteristik. Gambar 3.4 Sinar-X karakteristik karena berkas elektron 38 Kemungkinan lain yang bisa terjadi, energi yang diemisikan dari perpindahan elektron tersebut ditransfer ke elektron yang lain, sehingga elektron tersebut juga ikut keluar dari lintasan. Elektron yang keluar ini disebut dengan Auger electron. Energi dari Auger electron, seperi sinar-x, adalah karakteristik khusus bagi atom pada permukaan sampel. Auger electron lebih sering terbentuk pada unsur dengan nomor atom rendah, sinar-x karakteristik lebih sering terbentuk pada unsur dengan nomor atom tinggi. Fenomena terbentuknya Auger electron dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.

8 19 28 Gambar 3.5 Terbentuknya Auger electron 38 Bremsstrahlung menunjukkan latar belakang (background) dari puncak grafik sinar-x karakteristik yang terganggu. Bremsstrahlung terbentuk ketika berkas elektron berinteraksi dengan medan listrik (coulomb) dari inti atom sampel. Ketika berinteraksi, berkas elektron kehilangan energi yang disebut dengan Bremsstrahlung. Distribusi energi yang lepas ini kontinu dan bukan karakteristik dari nomor atom unsur. semakin dekat berkas elektron (dari inti), semakin kuat interaksi antara berkas dengan medan listrik inti, dan semakin besar energi yang hilang dari berkas elektron, maka semakin besar energi foton sinar- X yang diemisikan. Probabilitas melesetnya berkas elektron dengan inti atom yang besar, akan memperkecil energi dari Bremsstrahlung Identifikasi senyawa produk korosi dengan X-Ray Diffraction (XRD). Ketika radiasi sinar-x melalui sampel, vektor elektrik dari radiasi berinteraksi dengan elektron dalam atom untuk membentuk hamburan. Pada saat sinar-x terhambur dari kristal, terjadi interferensi kosntruktif dan destruktif disebabkan oleh jarak antar pusat hamburan sama dengan orde dari panjang gelombang radiasi. Hasil dari fenomena ini adalah difraksi. 39 Menurut hukum Bragg, ketika berkas sinar-x mengenai permukaan kristal pada sudut θ, sebagian dari berkas akan dihamburkan oleh lapisan atom di permukaan. Bagian yang tidak dihamburkan menembus ke lapisan kedua dari atom, kemudian terjadi lagi bagian yang dihamburkan, sebagian yang lain menembus lapisan ketiga, dan seterusnya. Kumpulan efek hamburan dari kristal ini merupakan difraksi dari berkas sinar-x, sebagaimana radiasi sinar tampak terdifraksi oleh kisi. Syarat terjadinya difraksi sinar-x adalah adanya ruang antar lapisan dari atom yang sesuai dengan panjang gelombang dari radiasi, dan pusat hamburan terdistribusi secara spasial dan teratur. Berkas sinar yang tipis mengenai permukaan kristal pada sudut teta, timbul hamburan sebagai hasil dari interaksi radiasi dengan atom yang terletak di O, P, dan R. Dari Gambar 3.6 berikut, dapat dilihat berkas sinar- X yang mengenai atom.

9 20 26 Gambar 3.6 Sinar-X mengenai atom dan terpantul sebagian 39 Jarak AP + PC = nλ, dimana n adalah bilangan bulat, λ adalah panjang gelombang, hamburan radiasi terletak pada garis OCD, dan kirstal akan memantulkan dariasi sinar-x. AP = PC = d sin θ, dengan d adalah jarak kisi kristal. Interferensi konstruktif dari berkas terjadi pada sudut θ nλ = 2d sin θ 39 Berikut akan dijelaskan prinsip kerja instrumen X-Ray Diffractometer. Tabung sinar-x membentuk berkas sinar-x yang merupakan hasil dari tumbukan elektron pada logam tertentu seperti tungsten, khrom, tembaga, molibdenum, rhodium, scandium, perak, besi, dan kobalt. Elektron dihasilkan oleh rangkaian pemanas filamen. Rangkaian pemanas tersebut yang mengatur inentistas sinar-x atau panjang gelombangnya. Rangkaian tersebut diatur dengan suplai tenaga yang stabil. Gambar 3.7 adalah tabung sinar-x yang dimaksud. Gambar 3.7 Tabung sinar-x 40 Selanjutnya, sinar-x yang terbentuk akan di filter berdasarkan kebutuhan panjang gelombangnya dan melalui monokromator. Sinar-X selanjutnya akan diarahkan mengenai sampel yang berputar dengan kelajuan θ o per menit. Hasil difraksi dari sinar-x ini akan mengenai detektor yang berputar dengan kelajuan 2θ o per menit. Perangkat yang mengatur berputarnya sample holder dan detektor ini disebut dengan goniometer. Gambar 3.8 memperlihatkan adanya sudut θ sebagai sudut datang sinar dan 2θ sebagai sudut difraksi sinar. Gambar 3.9 menunjukkan skema instrumen X-Ray Diffractometer.

10 21 27 Gambar 3.8 Sinar-X mengenai sampel pada sudut θ 41 Dari detektor tersebut akan didapatkan data berupa grafik yang menunjukkan sudut 2θ dan intensitas sinar-x yang terdifraksi. Setiap zat tertentu memiliki pola difraksi yang khas. Analisis kualitatif dari suatu zat tertentu dapat dilakukan dengan mengidentifikasi pola-pola tertentu dari hasil difraksinya. Pola difraksi merekam intensitas sinar-x sebagai fungsi dari sudut 2θ Pengolahan dan Analisis Data Setelah sampel dikarakterisasi, semua data digabung dan dianalisis untuk mengetahui mekanisme korosi dan menentukan penyebab terjadinya korosi. Hasil identifikasi pola XRD akan Gambar 3.9 Skema instrumen XRD 41 dianalisis secara manual dengan metode Hanawalt. Seluruh hasil analisis akan dibandingkan dengan beberapa referensi dan dapat disimpulkan penyebab korosi pada pipa. Teknik pencarian hanawalt digunakan untuk mengidentifikasi fasa/bahan yang tidak diketahui dengan mengidentifikasi bentuk referensi yang mungkin dan kemudian membuat perbandingan langsung dari bentuk yang diobservasi degan bentuk referensi dari PDF (Powder Diffraction File).

11 22 Prosedur identifikasi fasa dari sampel mengikuti langkah sebagai berikut 43 : 1. Data eksperimen berupa nilai d disusun dengan urutan intensitas yang semakin kecil, 2. Sudut pantulan dengan intensitas paling tinggi dicari dalam Indeks Hanawalt, 3. Jangkauan data dari indeks hanawalt harus sesuai dengan data eksperimen. Pola-pola referensi yang mungkin (potensial) dikenali dengan cara membandingkan enam refleksi terkuat yang terakhir sebagaimana terdaftar dengan pola eksperimen. Bentuk referensi yang mungkin cocok memiliki angka PDF. 4. Pola hasil eksperimen selanjutnya dibandingkan dengan pola referensi PDF yang lengkap. Identifikasi telah selesai jika pasangan pola referensi PDF tersebut sesuai dengan data hasil eksperimen.

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang Tio Gefien Imami Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

ANALISIS KEGAGALAN PIPA PRIMARY SEPARATOR

ANALISIS KEGAGALAN PIPA PRIMARY SEPARATOR ANALISIS KEGAGALAN PIPA PRIMARY SEPARATOR HENING PRAM PRADITYO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 Judul : Analisis Kegagalan Pipa Primary

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah dalam penelitian mengacu pada diagram alir : Mulai Penentuan Judul Studi Literatur Penyiapan Spesimen Pengujian-Pengujian

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) Philips Venus (Picture from http://www.professionalsystems.pk) Alat X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) memanfaatkan sinar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 38 3.2. ALAT DAN BAHAN 3.2.1 Alat Gambar 3.2 Skema Peralatan Penelitian Die Soldering 3.2.2 Bahan Bahan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya alat teknologi yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia.

Lebih terperinci

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah penelitian yang dilakukan terhadap sampel line pipa (elbow) yang mengalami kerusakan adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Studi Literatur Pembuatan Master Alloy Peleburan ingot AlSi 12% + Mn Pemotongan Sampel H13 Pengampelasan sampel Grit 100 s/d 1500 Sampel H13 siap

Lebih terperinci

I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop

I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop II. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mampu menera mikroskop dengan bermacam-macam kombinasi okuler dan objektif 2. Mampu melakukan pengukuran benda / partikel yang Berukuran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron BAB V HASIL PENELITIAN Berikut ini hasil eksperimen disusun dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar mikroskop dan grafik. Eksperimen yang dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses karakterisasi material Bantalan Luncur dengan menggunakan metode pengujian merusak. Proses penelitian ini dapat dilihat dari diagram alir berikut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan selama penelitian agar dapat tercapai hasil serta kesimpulan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

Overview Microscope Optik v.s SEM Scanning Electron Microscopy (SEM)

Overview Microscope Optik v.s SEM Scanning Electron Microscopy (SEM) Overview Microscope Optik v.s SEM Scanning Electron Microscopy (SEM) Pengenalan SEM; Interaksi Berkas elektron-materi Preparasi Sample Kegunaan/Kelebihan SEM Beberapa contoh SEM image bentonit Microscope

Lebih terperinci

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X MK DIFRAKSI SINAR-X SEKILAS SEJARAH PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si William Roentgen menemukan sinar-x yang memiliki sifat: 1. Merambat dengan lintasan lurus 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Secara garis besar, tahapan pelaksanaan penelitian yaitu : Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 22 Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode bent beam dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

Karakterisasi Material Sprocket

Karakterisasi Material Sprocket BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Spesimen & Studiliteratur Gambar teknik & Pengambilan sample pengujian Metalografi: Struktur Makro & Mikro Uji Kekerasan: Micro Vickers komposisi

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengikuti diagram alir berikut. Studi literatur Sampel uji: Sampel A: AC4B + 0 wt. % Sr + 0 wt. % Ti Sampel B: AC4B + 0.02

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini: 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini: Muai Sampel material Data Lapangan Sampel air injeksi Pengamatan visual Data Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baterai Baterai adalah sel elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik dengan suatu reaksi elektrokimia. Komponen utama baterai, yaitu: 1. Elektroda negatif

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk mempelajari sintesis geopolimer maka dibuat sampel yang selanjutnya akan dikarakterisasi dimana langkah pembuatan dan pengujiannya tertera pada

Lebih terperinci

BAB 14. SPEKTROSKOPI SINAR-X Oleh : Tri Siswandi Pendahuluan

BAB 14. SPEKTROSKOPI SINAR-X Oleh : Tri Siswandi Pendahuluan BAB 14 SPEKTROSKOPI SINAR-X Oleh : Tri Siswandi 14.1 Pendahuluan Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, William Conrad Rontgen pada tahun 1895 berhasil menemukan sinar-x atau sinar rontgen. Penemuan sinar-x

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Spesifikasi bearing Metode pengujian Persiapan Pengujian: Pengambilan bahan pengujian bearing baru, bearing bekas pakai dan bearing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung, Kalsinasi di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia yang 75% luas wilayahnya merupakan lautan memiliki potensi kekayaan yang tak ternilai. Oleh karenanya diperlukan perhatian serta penanganan

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Perumusan Masalah Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Paduan CoCrMo

Tujuan Penelitian Perumusan Masalah Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Paduan CoCrMo 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mensintesis paduan CoCrMo dengan memvariasikan massa nitrogen. 2. Mengukur laju korosi paduan CoCrMo menggunakan potensiostat. 3. Mengukur kekerasaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

FISIKA SMA MODUL. Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus

FISIKA SMA MODUL. Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus FISIKA MODUL SMA Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA PASAL 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN 1. Barang siapa dengan sengaja

Lebih terperinci

Analisis Struktur Mikro (Metalografi)

Analisis Struktur Mikro (Metalografi) Analisis Struktur Mikro (Metalografi) Irfan Fadhilah Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung 40132, Indonesia fadhilahirfan48@gmail.com

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009

UJIAN NASIONAL TP 2008/2009 UJIN NSIONL TP 2008/2009 1. aim mengukur diameter sebuah koin dengan menggunakan jangka sorong seperti pada gambar. esar diameter koin adalah. 1 2 a. 2,10 cm b. 1,74 cm c. 1,70 cm d. 1,25 cm e. 1,20 cm

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penelitian yang dilakukan sesuai dengan diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 Gambar 3.1. Diagram alir penelitian 3.2. ALAT DAN BAHAN

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Prinsip Kerja Sinar-X Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan percobaan untuk menganalisa produk oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan SEM/EDS (Scaning

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrum merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu

Lebih terperinci

Gambar 5. Skema SEM, III. BAHAN DAN METODE

Gambar 5. Skema SEM, III. BAHAN DAN METODE adalah, berkas elektron yang dihasilkan oleh electron gun akan menyapu permukaan sampel dalam daerah yang sangat kecil, baris demi baris. SEM memiliki dua buah sinyal yang sangat umum digunakan yaitu secondary

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2012 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2012 di Laboratorium Kimia Polimer FMIPA Universitas Lampung. Untuk

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 PENGANTAR SPEKTROSKOPI Pengertian Berdasarkan teori klasik spektoskopi

Lebih terperinci

BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X

BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X I. PENDAHULUAN Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 191 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi

Lebih terperinci

SMA/MA PROGRAM STUDI IPA/MIPA FISIKA

SMA/MA PROGRAM STUDI IPA/MIPA FISIKA UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 UTAMA SMA/MA PROGRAM STUDI IPA/MIPA FISIKA Kamis, 13 April 2017 (10.30 12.30) de publishing 082331014657 1. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Pada penelitian mengenai identifikasi intermetalik ini, master alloy Al- 7%Si yang digunakan adalah hasil pengecoran di PT. AAA. Untuk memastikan

Lebih terperinci

MIKROSKOP Pertemuan ke-2 MIKROBIOLOGI Dasar

MIKROSKOP Pertemuan ke-2 MIKROBIOLOGI Dasar MIKROSKOP Pertemuan ke-2 MIKROBIOLOGI Dasar MIKROSKOP Mikroskop..mikros = kecil dan scope = tujuan, sasaran. Mikroskop adalah alat untuk melihat benda dan mikroba berukuran kecil Mikroskop ditemukan oleh

Lebih terperinci

MMS KARAKTERISASI MATERIAL + LAB MICROSTRUCTURE ANALYSIS

MMS KARAKTERISASI MATERIAL + LAB MICROSTRUCTURE ANALYSIS MMS 8110803 - KARAKTERISASI MATERIAL + LAB MICROSTRUCTURE ANALYSIS Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tel: +(62 21) 7863510 Fax : +(62 21) 7872350 Email: ahyuwono@metal.ui.ac.id

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada 30 III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada temperatur 750 0 C dalam lingkungan. Pengujian dilakukan untuk melihat pertambahan berat terhadap waktu lamanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. KELOMPOK 2 Anggota : Amry Priswanto 135090807111001 Achmad Ainul Yaqin 135090301111014 Aulia Ainur Rohmah 135090301111028 Talitha Dea Ambarwati

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan sampel Sampel yang digunakan adalah pelat baja karbon rendah AISI 1010 yang dipotong berbentuk balok dengan ukuran 55mm x 35mm x 8mm untuk dijadikan sampel dan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016 BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Alir Penelitian Perancangan Tugas Akhir ini direncanakan di bagi dalam beberapa tahapan proses, dituliskan seperti diagram alir berikut ini : Mulai Studi literatur

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007 SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007 Tes Pilihan Ganda Petunjuk: Pilihlah salah satu opsi jawaban yang paling benar, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR BAB III METODOLOGI PENELITIAN STUDI LITERATUR ALUMINIUM AC8H PROSES PELEBURAN PROSES GBF PENGUJIAN KOMPOSISI KIMIA PENAMBAHAN Sr (LADLE TREATMENT) PENAMBAHAN PHOSPOR (LADLE TREATMENT)

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penelitian penganalisaan korosi stainless stee 316L dilakukan di laboratorium material termaju, Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Meruya dan di laboratorium

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 05 Hari / Tanggal

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci