PROFIL DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 BAPPEDA KOTA SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 BAPPEDA KOTA SURAKARTA"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Buku Profil Daerah Kota Surakarta merupakan gambaran seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki oleh Kota Surakarta yang disusun dengan mengolah database 8 kelompok data Sistem Informasi Profil Daerah Kota Surakarta. Dengan ketersediaan data dan informasi profil Daerah Kota Surakarta ini diharapkan dapat menjadi salah satu pendukung bagi pengambilan keputusan dan kebijakan baik di Daerah maupun di Pusat, dan dapat meningkatkan komitmen pemerintah daerah untuk membangun pola kerja berbasis data dan informasi, serta akan meningkatkan kapasitas daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Hal tersebut sesuai dengan amanat UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 152 ayat 1, yang berbunyi Perencanaan Pembangunaan Daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Dengan pengoptimalan dan peningkatan sistem informasi pemerintah daerah akan memperkuat kerja sama baik antar Pemerintah Daerah maupun dengan Pemerintah Pusat. Data yang tersaji dalam buku ini merupakan data yang terekam sampai dengan akhir tahun 2011, sehingga secara bertahap selalu diusahakan pembaharuannya serta penyempurnaan kualitas maupun kuantitasnya. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini, kami mengucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Kami berharap dukungan ini akan terus berlanjut sehingga kualitas dan kuantitas data dan informasi yang tersaji akan semakin baik.. Surakarta, Desember 2011 i

3 PROFIL DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 BAPPEDA KOTA SURAKARTA i

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan, Sasaran dan Manfaat... 1 BAB II Selayang Pandang Kota Surakarta... 4 A. Sejarah Kota Surakarta... 4 B. Sejarah Pemerintah Kota Surakarta... 7 C. Visi dan Misi Kota Surakarta... 8 D. Visi dan Misi Walikota Surakarta E. Solo-Eco Cultural City BAB III Geografi dan Pemerintahan A. Geografi Lahan persawahan Lahan Kering Lahan Industri B. Pemerintahan Organisasi Pemerintahan Pegawai Negeri Sipil Pejabat Struktural dan Fungsional BAB IV Sosial Budaya A. Kependudukan Jumlah Penduduk Komposisi Penduduk Sebaran Penduduk Lapangan Usaha dan Ketenagakerjaan B. Kesehatan Sarana Kesehatan Sarana Industri, distribusi obat dan alkes Tenaga Kesehatan Lapangan Usaha dan Ketenagakerjaan C. Pendidikan D. Kesejahteraan E. Keagamaan ii

5 BAB V Sumber Daya Alam A. Pertanian B. Pertambangan dan Energi C. Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Pertanahan BAB VI Infrastruktur A. Perumahan dan Permukiman B. Pekerjaan Umum C. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi D. Perhubungan dan Transportasi BAB VII Industri, Perdagangan, Keuangan, Koperasi dan. Investasi A. Industri B. Perdagangan C. Lembaga Keuangan dan Koperasi D. Investasi E. Pengelolaan Aset Barang Daerah BAB VIII Ekonomi dan Keuangan A. PDRB B. APBD C. Pedapatan Asli Daerah D. Pajak Daerah E. Dana Perimbangan BAB IX Politik, Hukum dan Keamanan A. Suprastruktural dan Infrastruktural Politik B. Hukum C. Keamanan BAB X Insidensial A. Bencana Alam B. Penyakit Menular BAB XI PENUTUP Daftar Tabel Daftar Gambar iii

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka memantapkan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka dilakukan kerjasama antara Pusat dan Daerah dalam hal penyediaan database yang dikemas dalam bentuk Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD). Sistem Informasi Profil daerah (SIPD) adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi profil daerah untuk mendukung perencanaan, pengendalian dan analisa kinerja pembangunan daerah dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pengembangan Data dan Informasi profil daerah, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas daerah, komunikasi data dan informasi antar daerah, dan antar daerah dengan pusat. SIPD merupakan salah satu program kegiatan yang diberlakukan secara nasional. Kegiatan ini, berorientasi pada upaya penggalian database perencanaan lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, kegiatan ini menjadi program bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. SIPD pada dasarnya memiliki nilai yang sangat strategis bagi kepentingan Pusat dan Daerah, apabila keseluruhan aspek data yang telah ditetapkan dapat dipenuhi. Karena didalamnya, SIPD berisi data-data mendasar yang mampu memberikan gambaran (profile) kondisi suatu daerah. Sehingga berbagai potensi daerah yang ada, dapat dikembangkan lebih lanjut ke arah yang lebih tepat dalam rangka mendukung eksistensi daerah yang bersangkutan. B. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Tujuan dari kegiatan Penyusunan Profil Daerah adalah : 1. Menyediakan dukungan data dan informasi bagi pengambilan keputusan dan kebijakan, baik di daerah maupun di pusat 2. Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun pola kerja berbasis data dan informasi 1

7 3. Membangun database profil daerah Kota Surakarta yang mengambarkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh Kota Surakarta 4. Mengembangkan sistem informasi pengelolaan database profil daerah. Sasaran kegiatan Penyusunan Profil Daerah adalah : 1. Meningkatnya kapasitas daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah 2. Tersedianya data dan informasi secara cepat dan mudah bagi pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan di daerah 3. Terbangunnya sistem informasi database profil daerah 4. Terlaksananya manajemen pengelolaan database profil daerah yang baik dan akurat. Manfaat kegiatan Penyusunan Profil Daerah adalah : 1. Sebagai bahan acuan dalam menentukan sector unggulan daerah dan menentukan program-program strategis daerah. 2. Sebagai bahan masukan masukan dalam penyusunan dokumen perencanaan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. 3. Sebagai bahan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja pembangunan daerah. Mencermati tujuan, sasaran dan manfaat kegiatan SIPD tersebut, maka tidak hanya pusat yang akan diuntungkan, namun daerah secara langsung juga sangat diuntungkan. Bersama data dan informasi, maka penyusunan perencanaan pembangunan di Provinsi Kabupaten/Kota, dapat lebih akurat dan mendekati kebutuhan riil masyarakat. Oleh Karena itu, sebagai instansi yang mengkoordinir kegiatan SIPD, berkewajiban untuk mengembangkan sistem ini lebih lanjut secara implementatif teknis, sehingga berbagai tujuan dan sasaran yang akan dicapai dapat direalisasikan secara optimal. Hal ini yang mendasari penyusunan buku profil daerah Kota Surakarta. Pembangunan daerah Kota Surakarta akan terlaksana dengan baik, terarah dan sinergis jika didukung dengan perencanaan yang matang dan profesional. 2

8 Sejalan dengan berlakunya otonomi daerah, maka pemerintah Kota Surakarta memiliki kewenangan yang lebih luas dan mandiri untuk menentukan arah pembangunan kotanya. Berdasarkan tugas dan fungsi pokok Bappeda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, serta dalam rangka mewujudkan visi dan misi Pemerintahan Kota Surakarta, maka Bappeda menetapkan visi berikut : "TERWUJUDNYA PERENCANAAN DAERAH YANG VISIONER, DEMOKRATIS, TERPADU, DINAMIS DAN BERKELANJUTAN YANG DAPAT MENJADI ACUAN BAGI INSTANSI PEMERINTAH KOTA, INSTANSI VERTIKAL DAN MASYARAKAT Guna mewujudkan Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta ditetapkan Misi sebagai berikut : 1. Menyusun Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah Jangka Panjang, Menengah dan Pendek secara Demokratis dan Berkeadilan. 2. Meningkatkan kapasitas Institusi Perencanaan yang kredibel dan professional. 3. Meningkatkan keserasian Perencanaan Pembangunan Daerah Lintas Sektoral, Lintas Wilayah melalui kerja sama dan Partisipasi Masyarakat. Untuk mendukung pembangunan Kota Surakarta sesuai dengan visi dan misi di atas, maka perlu disusun Profil Daerah Kota Surakarta dengan memberikan uraian kondisi wilayah Kota Surakarta serta potensi yang dimiliki sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dan membuka peluang investasi ke Kota Surakarta. 3

9 BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA A. Sejarah Kota Surakarta Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan dimulai pembangunan Keraton Mataram sebagai ganti keraton di Kartasura yang hancur akibat pemberontakan Massa Gerendi (Sunan Kuning) yang didukung orang-orang Tionghoa guna melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II yang bertahta di Kartasura pada tahun Sunan Kuning juga dibantu oleh kerabat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung pemberontakan itu adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh Keraton Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Akibat dari pemberontakan ini Raja Mataram Paku Buwono II terdesak mundur hingga ke Jawa Timur tepatnya wilayah Ponorogo. Paku Buwono II meminta bantuan Belanda yang diwakili oleh VOC untuk menumpas pemberontakan ini. Dengan bantuan pasukan Kompeni dibawah pimpinan Mayor Baron van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan berhasil dipadamkan Kartasura direbut kembali, tapi keraton sudah hancur dan dianggap "tercemar". Raja Mataram Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo dibantu dengan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff berusaha untuk mencari lokasi ibu kota Kesultanan Mataram yang baru. Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku Buwono II memilih Desa Sala sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo-sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. 4

10 Sejak saat itulah, desa Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Pembangunan kraton baru ini menurut catatan menggunakan bahan kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri Kota dan kayunya dihanyutkan melalui sungai. Secara resmi, keraton mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745 (atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan Jawa, Wuku Landep, Windu Sancaya). Pada tahun 1755 M, dengan adanya Perjanjian Giyanti yang ditandatangai tanggal 13 Februari 1755, Mataram dipecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Dengan perjanjian Salatiga tahun 1767, maka Surakarta Hadiningrat dipecah lagi menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran, dengan sebutan masing-masing Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran. Tahta keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dipegang oleh seorang raja dengan Gelar Pakubuwana dan Pura Mangkunegaran dipegang oleh Mangkunegoro. Dengan memperhatikan latar belakang sejarah, maka tidak heran apabila Kota Surakarta sampai saat ini menjadi pusat perekonomian dan perdagangan yang sangat strategis, seiring dengan semakin tumbuh dan berkembangnya daerah yang mengitarinya. Kota Surakarta menjadi barometer nasional dalam berbagai bidang kehidupan, baik budaya, ekonomi, sosial maupun politik. 5

11 Lambang Daerah: Arti Lambang : Warna hijau berarti hidup, warna-warna putih, kuning, merah, dan hitam melukiskan nafsu diantara beberapa nafsu manusia. Semuanya berarti hidup harus dapat menguasai nafsunya. Makna dari lukisan : 1. Perisai mewujudkan lambang perjuangan dan perlindungan. 2. Tugu lilin menyala melukiskan kebangunan dan kesatuan kebangsaan. 3. Keris melambangkan kejayaan dan kebudayaan. 4. Panah berarti selalu waspada. 5. Jalur mendatar berombak berarti Bengawan Sala. 6. Bintang kanan kiri melukiskan bintang dilangit dan berarti kesejahteraan. 7. Bambu runcing menggambarkan perjuangan rakyat. 8. Kapas dan padi melukiskan pakaian dan makanan yang berarti : Do'a kearah kemakmuran. Jumlah 6 dari daun, bunga dan buah kapas berarti bulan 6, jumlah 16 dari buah padi berarti tanggal Kain adalah hasil kerajinan terpenting dari Kota Besar Surakarta dan Sidomukti mengandung arti do'a keluhuran Lukisan yang terdapat dalam lingkaran jorong merupakan surya sangkala memet: 1. Anak panah diatas busur dengan bergerak, berarti " rinaras" dan berwatak enam. 2. Air berarti "waudadi" atau "dadi" dan berwatak empat 6

12 3. Mulai pangkal panah sampai ujung tugu merupakan bentuk lurus berarti " terus " dan berwatak sembilan 4. Tugu lilin berarti "manunggal" dan berwatak satu Secara lengkap berbunyi : "RINARAS DADI TERUS MANUNGGAL" yang berarti tahun 1946 B. Sejarah Pemerintah Kota Surakarta Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran. Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16 /SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Balaikota Surakarta 7

13 Tabel 1 Perkembangan Pemerintah Kota Surakarta NO PERIODE Periode Pemerintah Daerah Surakarta 16 Juni 1946 sampai berlakunya Undang-undang Nomor 16 Tahun 1947 Periode Pemerintah Harminte Surakarta. Berlakunya Undang-undang Nomor 16 Tahun 1947 sampai berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 Periode Pemerintah Daerah Surakarta. Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 sampai berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 Periode Pemerintah Daerah Kotapraja Surakarta. Berlakunya Undangundang Nomor 1 Tahun 1957 sampai berlakunya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 Periode Pemerintah Kotamadya Surakarta. Berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 sampai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Periode Pemerintah Kota Surakarta. Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, UU Nomor 32 Tahun 2004, sampai sekarang. C. Visi dan Misi Kota Surakarta Berdasarkan kondisi, tantangan dan modal dasar yang dimiliki oleh Kota Surakarta, maka visi dan misi pembangunan jangka panjang kurun waktu sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2010 tentang RPJPD Kota Surakarta Tahun adalah : Surakarta Kota Budaya, Mandiri, Maju dan Sejahtera. Surakarta sebagai Kota Budaya mengandung maksud bahwa pengembangan Kota Surakarta memiliki wawasan budaya dalam arti luas, 8

14 dimana seluruh komponen masyarakat dalam setiap kegiatannya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, berkepribadian, demokratis-rasional, berkeadilan sosial, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang berke-tuhanan Yang Maha Esa. Mandiri dalam visi itu dapat diartikan bahwa daerah mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, dengan mengoptimalkan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki. Kemandirian dapat terwujud melalui pembangunan yang mengarah kepada kemajuan ekonomi yang bertumpu kepada potensi yang dimiliki dengan didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya. Maju, bagi suatu daerah dapat ditinjau dari berbagai indikator, antara lain dari indikator sosial tingkat kemajuan suatu daerah dapat diukur dari kualitas sumber daya manusianya yang memiliki kepribadian dan aklaq mulia, berkualitas dengan tingkat pendidikan yang tinggi yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan daya cipta rasa dan karsanya dalam mensikapi berbagai tantangan kehidupan. Sejahtera dalam hal ini memiliki dimensi lahir maupun batin, dimana sejahtera lahir diartikan terpenuhi segala kebutuhan sandang, pangan dan papan, terpenuhinya kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, dan tersedianya lapangan kerja sehingga dapat meningkatan pendapatan perkapita serta kemampuan daya beli. Sedangkan untuk sejahtera batin diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan rohaniah dan kehidupan keagamaan sesuai dengan keyakinan masyarakat masing-masing dengan tingkat toleransi yang tinggi. Untuk mewujudkan visi pembangunan di atas ditempuh melalui misi sebagai berikut : 1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai antara lain dengan semakin tingginya rata-rata tingkat pendidikan dan derajat kesehatan 9

15 masyarakat, semakin tingginya kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdaya saing tinggi yang dilandasi oleh semakin tingginya nilai-nilai moralitas masyarakat sebagai cermin masyarakat berbudaya dan berakhlaq mulia sesuai nilai-nilai falsafah Pancasila yang berlandaskan kepada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan umum Peran dan fungsi pemerintahan daerah adalah meningkatkan mutu pelayanan umum di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tingginya kualitas pelayanan umum dapat dinilai berdasarkan indikator-indikator kinerja antara lain seperti akuntabilitas, responsibilitas, transparansi, efisiensi dan efektivitas pelayanan dan lain sebagainya, yang kesemuanya berorientasi kepada kebutuhan masyarakat yang dilayani. 3. Mewujudkan keamanan dan ketertiban Keamanan dan ketertiban sangat menentukan keberhasilan pembangunan di segala bidang. Indikator semakin mantapnya tingkat keamanan dan ketertiban antara lain ditandai dengan semakin menurun dan terkendalinya tingkat gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat; meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan masyarakat maupun aparat keamanan dan ketertiban masyarakat di dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan tindak kejahatan dan kriminalitas; semakin meningkatnya kesadaran dan kepatuhan hukum, kehidupan berpolitik masyarakat dalam rangka mendukung terciptanya keamanan dan ketertiban dan meningkatnya ketahanan masyarakat terhadap berbagai ancaman kejahatan dan kriminalitas; 4. Mewujudkan perekonomian daerah yang mantap Perekonomian daerah yang mantap sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Perekonomian daerah yang mantap ditandai dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita serta membaiknya struktur perekonomian masyarakat. Semakin maju dan 10

16 berkembangnya UMKM dan Koperasi sebagai soko guru perekonomian daerah; serta semakin berkembangnya berbagai lembaga penunjang perekonomian daerah; 5. Mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat Lingkungan hidup yang baik dan sehat ditandai dengan semakin meningkatnya ruang-ruang publik yang dipergunakan sesuai dengan fungsinya atau peruntukannya; semakin tertatanya infrastruktur kota yang berkarakter Surakarta (city branded); semakin terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK); semakin meningkatnya pola pengembangan dan pengelolaan persampahan kota; semakin meningkatnya pola pengendalian terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan; semakin optimalnya program-program pengelolaan RTH (Ruang Terbuka Hijau); meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat; semakin optimalnya program pengembangan sistem informasi dan sistem pendaftaran tanah; semakin menurunnya kasus-kasus sengketa atau konflik-konflik masalah pertanahan. 6. Mewujudkan perlindungan sosial Pembangunan daerah selain telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus senantiasa waspada terhadap timbulnya ekses sosial semakin maraknya penyandang tuna sosial. Untuk itu proses pembangunan harus dapat menjamin terciptanya perlindungan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan melibatkan secara aktif pemberdayaan masyarakat. Hal itu dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam menghadapi tantangan global dan pengaruh perdagangan bebas yang sewaktu-waktu dapat mengintervensi kepentingan dalam negeri. 7. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup dan berkualitas Kebutuhan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik semakin meningkat seiring dengan perkembangan penduduk dan kemajuan aktivitas 11

17 sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Untuk itu diperlukan ketersediaan sarana prasarana perkotaan yang cukup yang meliputi pemenuhan kebutuhan perumahan layak dan dapat terjangkau, sarana prasarana lingkungan seperti sanitasi, ruang hijau, air bersih dan persampahan, sarana telekomunikasi, sarana perhubungan dan transportasi, sarana prasarana berkaitan dengan energi alternatif dan tenaga listrik yang dibutuhkan masyarakat luas. D. VISI DAN MISI WALIKOTA Berdasar pada visi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta Tahun ; visi pembangunan daerah dalam RPJM Daerah Kota Surakarta Tahun menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun. Visi Walikota dan Wakil Walikota Surakarta selama kurun waktu adalah: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Kota Dilandasi Spirit Solo sebagai Kota Budaya. Makna sejahtera memiliki dimensi lahir maupun batin, di mana sejahtera lahir diartikan sebagai terpenuhinya segala kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan juga terpenuhinya kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, dan tersedianya lapangan kerja sehingga dapat meningkatan pendapatan per kapita serta kemampuan daya beli. Sedang untuk sejahtera batin diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan rohaniah dan kehidupan keagamaan sesuai dengan keyakinan masyarakat masingmasing dengan tingkat toleransi yang tinggi. Masyarakat Surakarta akan menjadi sejahtera, jika berbagai indikator terkait yang mendukung peningkatan kesejahteraan, menunjukkan ke arah peningkatan dari waktu ke waktu. Indikator sosial tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dan daerah dapat diukur dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya memiliki kepribadian dan aklaq mulia, cerdas, 12

18 berkualitas, memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang tinggi sehingga mampu untuk mengembangkan daya cipta rasa dan karsanya dalam mensikapi berbagai tantangan kehidupan. Masyarakat semakin sejahtera jika tingkat kualitas SDM yang secara universal diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) semakin tahun semakin meningkat. IPM/HDI merupakan ukuran dalam bentuk indeks komposit yang menggabungkan Indeks Kesehatan (tingkat harapan hidup), Indeks Pendidikan (tingkat melek huruf dan rerata lama sekolah), dan Indeks Penghidupan yang Layak (standar hidup). IPM/ HDI dipakai oleh Negara-negara di seluruh dunia untuk mengukur kualitas SDM dan juga dapat digunakan untuk mengklasifikasikan suatu negara ke dalam negara maju, atau negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh kebijaksanaan ekonomi terhadap peningkatan kualitas hidup. Spirit Solo sebagai Kota Budaya mengandung maksud bahwa Kota Surakarta akan dikembangkan sebagai kota yang berwawasan budaya dalam arti yang luas, dimana seluruh komponen masyarakatnya dalam setiap kegiatannya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, berkepribadian demokratis-rasional, berkeadilan sosial, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang berke- Tuhanan Yang Maha Esa. Konsep Solo sebagai Kota Budaya juga bermakna bahwa Solo Masa Depan yang mempunyai Solo Masa Lalu (Solo s Future is Solo s Past). Pengembangan Kota Surakarta sebagai Kota Budaya memiliki dimensi utama yaitu secara individu mampu menjunjung tinggi moralitas dan perilaku terpuji, budi pekerti luhur dan secara sosial memiliki budaya komunikasi yang baik, kekerabatan yang akrab dan wawasan budaya yang luas. Selain itu diupayakan pelestarian budaya dalam arti melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan seni dan budaya yang telah ada serta melindungi cagar-cagar budaya. 13

19 Misi Walikota dan Wakil Walikota Surakarta selama kurun waktu sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang RPJMD Kota Surakarta Tahun adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan sektor riil, pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dengan fasilitasi kredit, menuntaskan penataan PKL, melanjutkan program revitalisasi pasar tradisional, meningkatkan kemampuan manajemen pedagang pasar serta mempromosikan keberadaan pasar dan pedagang. 2. Pengembangan budi pekerti, tata krama dan tata nilai budaya Jawa melalui ranah pendidikan, keteladanan, penyelengaraan event-event dan program-program pendukung lainnya. 3. Memperkuat karakter kota dengan aksentuasi Jawa dan melestarikan aset-aset budaya, baik yang tangible (bendawi) maupun intangible (tak bendawi). 4. Meningkatkan pelayanan dan perluasan akses masyarakat di bidang pendidikan, antara lain dengan program sekolah gratis, sekolah plus, bantuan pendidikan masyarakat, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan 5. Meningkatkan pelayanan dan perluasan akses masyarakat di bidang kesehatan, di antaranya melalui program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS), meningkatkan kualitas kesehatan bersertifikasi ISO, makin memberdayakan Posyandu Balita dan Lansia, perbaikan gizi masyarakat serta menekan angka kematian ibu dan bayi. 6. Meningkatkan akses ke lapangan kerja dengan titik berat pada menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru melalui pelatihan, bantuan permodalan dan membangun jejaring pemasaran produk. 14

20 7. Membuka lapangan kerja baru dengan menciptakan iklim investasi yang makin kondusif (Kota Ramah Investasi) dan suasana kota yang aman dan damai. 8. Meningkatkan sarana dan prasarana kota antara lain jalan dan jembatan, transportasi, air bersih, sanitasi dan drainase, penuntasan pemugaran Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), penertiban hunian tak berizin, pengembangan ruang terbuka hijau dan pengelolaan persampahan 9. Pengembangan brand image kota dengan melakukan penataan kawasan wisata, budaya dan perdagangan serta meningkatkan eventevent bertaraf nasional dan internasional E. Solo Eco Cultural City Eco Cultural City adalah sebuah konsep pengembangan kota yang menggabungkan nuansa budaya yang ramah lingkungan. Eco Cultural City salah satu upaya untuk mengantisipasi isu pemanasan global. Pemerintah Kota Surakarta mencanangkan Solo Eco Cultural City sebagai upaya yang dilakukan untuk menghentikan pemanasan global yang dampaknya juga dirasakan di Solo dengan perubahan iklim yang cukup ekstrem. Eco Cultural City tersebut menyentuh dua isu, pengembangan berperspektif ekologis untuk pertumbuhan kota dan pengembangan kota dengan perspektif kultural. Dalam periode pertama Pemerintah Kota Surakarta menitikberatkan penguatan tradisi. Terutama penguatan konsep Solo Masa Lalu adalah Solo Masa Kini. Salah satunya adalah dengan menjadikan kawasan perkantoran menjadi pelopor untuk mengubah dari pagar tembok 15

21 permanen ke pagar hidup. Pagar hidup menampilkan suasana yang lebih bersahabat, ramah dan terkesan asri serta memberikan kesan hijau dari sebuah kota. Sebagai contoh penggantian pagar beton menjadi pagar hijau yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), dan Dinas Koperasi dan UKM. Kawasan sekolah juga menjadi objek pembangunan taman hijau dalam rangka mewujudkan program Solo-Eco Cultur City. Salah satunya SMKN 4, SMKN 5 dan SMKN 6, dengan penanaman pepohonan di depan pagar sekolah dan tanaman rambat di sepanjang pagar sekolah. SMKN 5 Di Tahun 2011 anggaran untuk Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar Rp ,00 dan setelah perubahan sebesar Rp ,00. Anggaran tersebut dipergunakan untuk Penataan RTH sebesar Rp ,00; Pemeliharaan RTH sebesar Rp ,00 dan Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan RTH sebesar Rp ,00. 16

22 BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN A. Geografi Dari sisi letak geografis, Kota Surakarta atau Kota Solo berada di cekungan antara lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan laut, terletak di antara '15" '35" Bujur Timur dan 70'36" - 70'56" Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, dan Kali Pepe. Kota Surakarta di bagian selatan dibatasi oleh Kabupaten Klaten dan Sukoharjo, bagian timur dibatasi oleh Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo, bagian utara dibatasi oleh Kabupaten Boyolali dan Karanganyar, dan bagian barat dibatasi oleh Kabupaten Karanganyar. Kota Surakarta dibagi menjadi 5 wilayah kecamatan yang terdiri dari 51 wilayah kelurahan. Dengan luas sekitar ha, Kota Surakarta memiliki lahan yang cukup datar dimana 3.537,09 ha atau 80,3 % berupa ahan dengan kemiringan 0-2%, sedangkan sisanya 867,98 ha atau 19,7% berupa lahan dengan kemiringan 2-15%. Luasan setiap kecamatan secara rinci dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1. Luasan wilayah kecamatan No. KECAMATAN Jml Kelurahan Luas Wilayah (%) 1. Laweyan ,83 ha (19.62%) 2. Serengan 7 319,4 ha (7.25%) 3. Pasarkliwon 9 481,52 ha (28,57%) 4. Jebres ,18 ha (28,57%) 5. Banjarsari ,1 ha (33,63%) Sumber : (31 Desember 2011) Pada tahun 2011 dari luas area Kota Surakarta, penggunaanya terbagi untuk lahan persawahan 135,03 ha (3,07%), ladang (tegalan) 126,02 ha (2.86%), 17

23 permukiman ha (63,82%), lahan industri 97,72 ha (2,22%), usaha lain 1.231,41 ha (27,97%) dan belum/tidak diusahakan 2,71 ha (0,06%). sawah ladang permukiman industri usaha lain belum diusahakan Gambar 1. Penggunaan Lahan Dari penggunaan lahan wilayah Kota Surakarta, terbesar adalah untuk permukiman, dalam kurun waktu lima tahun terjadi peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman, Tahun 2007 sebesar ha dan di Tahun 2011 sekarang ini menjadi sebesar ha, terjadi perluasan lahan permukiman sebesar ha (3.66%), ini dikarenakan kebutuhan akan tempat tinggal terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Tabel. 2 Perkembangan Tata Guna Lahan GUNA LAHAN TAHUN Lahan Persawahan 1). Sawah Teririgrasi ,01 18,94 132,51 130,98 2). Sawah Tadah Hujan 129,26 127,16 126,52 4,05 4,05 3). Pasang Surut ). Sawah Lainnya Lahan Kering 1). Rawa-rawa ). Ladang (Tegalan) 89,73 86,42 84,73 126,02 126,02 3). Perkebunan ). Permukiman 2.706, , , , ,64 5). Usaha Lain 169, ,44 399, ,41 6). Padang Rumput ). Belum/Tidak Diusahakan ,71 2,71 3. Lahan Industri (Kaw. Industri) 101,42 101,42 101,42 97,72 97,72 Sumber = Badan Pertanahan Kota Surakarta (31 Desember 2011) 18

24 1. Lahan Persawahan Pada tahun 2011 luas lahan persawahaan tercatat hanya sebesar 135,03Ha yang terbagi atas lahan sawah teririgasi 130,98 ha (97,01 %), dan sawah tadah hujan seluas 4,05 ha (2,99 %). Mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 keberadaan sawah irigasi mulai menggeser sawah tadah hujan. Tabel 3 Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Irigasi No Jenis Sawah Keterangan 1 Sawah Teririgrasi Sawah Tadah Hujan Pasang Surut 4 Sawah Lainnya Total Luas Lahan Sumber = Badan Pertanahan Kota Surakarta (31 Desember 2011) Sawah Tadah Hujan Sawah Teririgasi Gambar 2. Grafik penurunan tanah Sawah di Kota Surakarta Meskipun demikian secara periodik telah terjadi alih fungsi dari lahan sawah menjadi lahan bukan sawah yang ditunjukkan dengan luas sawah irigasi pada tahun 2007 luas total sawah Ha berubah fungsi sehingga pada tahun tahun 2011 luas sawah menyusut menjadi Ha. Hal ini diduga disebabkan karena penggunaan untuk lahan permukiman, untuk ladang maupun usaha lain dan fasilitas umum maupun sarana kerja yang terkait dengan penggunaan lahan di luar sektor pertanian 2. Lahan Kering Lahan kering yang ada di Kota Surakarta sebagian besar penggunaannya adalah lahan pemukiman seluas ha (67,38%), lahan untuk usaha lain 19

25 sebesar 1.231,41 ha (29,53%), hanya sedikit yang digunakan untuk ladang 126,02 ha (3,02%) dan hanya 2.71 ha (0.06%) yang belum diusahakan Ladang Permukiman Usaha Lain Belum diusahakan Gambar 3. Penggunaan Lahan Kering di Kota Surakarta tahun 2011 Tabel 4 Luas Penggunaan Lahan Kering di Kota Surakarta No Jenis Lahan Kering Rawa-rawa 2 ladang Perkebunan 4 Pemukiman 2, , , , , Usaha Lain Padang Rumput 7 Industri / kawasan industri Belum / tidak digunakan Sumber = Badan Pertanahan Kota Surakarta (31 Desember 2011) Luas lahan kelima kecamatan, sebagian besar bahkan lebih dari separuh lahannya digunakan untuk lahan perumahan. Untuk Kecamatan Jebres lahan untuk Jasa 14 % merupakan lahan untuk jasa dimana lahan ini digunakan untuk Perguruan Tinggi UNS, STSI, Solo Technopark dan Terminal Peti Kemas. Pada kecamatan ini juga masih terdapat tanah tegalan 6,5% di Kelurahan Mojosongo, berupa perkebunan rakyat yang banyak diusahakan untuk kayu jati 3. Lahan Industri Lahan industri di Kota Surakarta pada Tahun 2011 sebesar 97,72 ha, jika dibandingkan dengan Tahun 2010 tidak mengalami perubahan luasan, tetapi jika dilihat kurun waktu lima tahun sejak tahun 2007 seluas 101,42 sampai 20

26 sekarang mengalami penurunan sebesar 3,7 ha. Penurunan lahan industri dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar grafik di bawah ini Gambar 4. Penurunan Luasan Lahan Industri B. Pemerintahan 1. Organisasi Pemerintahan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dalam struktur kepemerintahan Kota Surakarta dipimpin oleh seorang Walikota dan seorang Wakil Walikota. Dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dibantu Sekretariat Daerah (Setda) yang membawahi 3 asisten. Untuk pelaksanaan teknis pemerintahan daerah, walikota dibantu oleh Lembaga Teknis Daerah yang terdiri atas 14 Dinas, 5 Badan, 3 Kantor, 9 Bagian dan 1 Inspektorat. 2. Pegawai Negeri Sipil Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta jika dilihat dari tahun ke tahun terjadi fluktuasi. Tetapi secara umum jumlah PNS meningkat dari total orang PNS pada tahun 2007 bertambah menjadi orang PNS pada tahun 2011, hal ini disebabkan adanya beberapa hal diantaranya penambahan pegawai dari honorer dan pengangkatan guru lebih banyak daripada jumlah PNS yang pensiun atau purna tugas 21

27 Tabel 5 Jumlah Aparatur Pemerintahan Kota Surakarta Jumlah PNS keterangan 1). Golongan I orang 2). Golongan II orang 3). Golongan III orang 4). Golongan IV orang Total orang Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta (31 Desember 2011) Untuk perkembangan jumlah PNS di Kota Surakarta dari Tahun 2007 sampai dengan 2011 dari golngan I sampai dengan golongan IV dapat dilihat seperti gambar grafik berikut : Gol I Gol II Gol III Gol IV Gambar 5. Grafik Perkembangan Aparatur Pemkot Surakarta 3. Pejabat Struktural dan Fungsional Formasi jabatan Struktural dan Fungsional Perangkat Daerah di Kota Surakarta tercatat secara keseluruhan sejak tahun 2007 terjadi kenaikan hingga 2011, hal ini dikarenakan terjadi pengembangan struktur organisasi di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta sesuai dengan Perda Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. 22

28 Tabel 6 Formasi Jabatan Struktural di Lingkungan Pemkot Surakarta Jumlah Pejabat keterangan 1). Eselon II orang 2). Eselon III orang 3). Eselon IV orang 4). Eselon V orang Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta (31 Desember 2011) Sedangkan untuk jabatan fungsional perkembangan selama kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar grafik sebagai berikut : Jabatan Fungsional Gambar 6. Grafik Perkembangan Jabatan Fungsional Pegawai Dari jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Surakarta sebanyak pegawai sampai 2011, yang menjabat jabatan struktural dari eseleon I sampai dengan eselon IV hanya sekitar 946 pegawai (9,31%) sedangkan sebagian besar adalah non-struktural / fungsional sebanyak pegawai (90.69%). 23

29 BAB IV SOSIAL BUDAYA Pada Bab Sosial Budaya ini menyajikan data-data kependudukan, data kesehatan, data pendidikan, kebudayaan dan oleh raga, data kesejahteraan social dan data keagamaan. A. Kependudukan Data penduduk sangat penting karena menjadi dasar dalam perencanaan kebutuhan sarana publik (transportasi, pendidikan, kesehatan dll), dan juga sebagai dasar perencanaan kebutuhan masyarakat lainnya seperti sandang, papan, produk industri, jasa dan sebagainya menuju masyarakat yang berkualitas. Tujuan ini sejalan dengan visi pembangunan yang menempatkan penduduk sebagai sasaran pembangunan dan sekaligus pelaku pembangunan. Dengan data kependudukan yang valid (benar dan akurat) dan selalu diperbaharui, maka diharapkan semua perencanaan, yang berdasarkan data kependudukan, menjadi perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran. 1. Jumlah Penduduk Data penduduk Kota Surakarta termasuk yang dinamis, selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, karena itu perlu diperbarui (update) secara berkala dengan mekanisme pengumpulan data secara berjenjang dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga tingkat kota. Menurut data yang diperbarui melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Surakarta tercatat orang. Jumlah ini menandakan terjadi penambahan jumlah penduduk sebesar orang (0,94%) dibandingkan dengan data penduduk tahun sebelumnya yang tercatat tahun 2010 sebesar orang. Perkembangan penduduk data dari tahun 2007 hingga tahun 2011 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 24

30 Tabel 7 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Surakarta Penduduk Laki-laki Perempuan 284, , Total Pertumbuhan 0.12 (7,69) Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta (31 Desember 2011) Pertumbuhan Gambar 7. Grafik pertumbuhan penduduk 2. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk Kota Surakarta pada tahun 2011 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki dengan sex ratio sebesar 1,14 %, ini mengalami peningkatan sex ratio sebesar 0.26 % jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang memiliki sex ratio sebesar 0,88 %. Dilihat dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 jumlah penduduk perempuan di Kota Surakarta selalu lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Di Tahun 2011 sekarang ini Jumlah penduduk wanita tercatat sebesar jiwa (50,57%) dan penduduk lakilaki tercatat (49,43%). Walaupun jumlah penduduk perempuan selalu lebih banyak, dengan melihat perbedaan angka angka tersebut komposisi jumlah penduduk perempuan dan laki-laki tidak berbeda secara signifikan. 25

31 Laki-Laki Perempuan Gambar 8. Komposisi Penduduk Pria dan Wanita 3. Sebaran Penduduk Sebaran penduduk Kota Surakarta tersebar di 5 kecamatan 51 kelurahan. di tingkat kecamatan terlihat bahwa Kecamatan Banjarsari memiliki penduduk paling besar yaitu sebesar jiwa, sedangkan Kecamatan Serengan memiliki penduduk paling kecil yaitu jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini Tabel 8 Sebaran Penduduk Tingkat Kecamatan No Kecamatan Penduduk Luas (km2) Kepadatan 1 Kec Laweyan ,946 2 Kec Serengan Kec Pasar Kliwon Kec Jebres Kec Banjarsari Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta (31 Desember 2011) Dari sebaran penduduk di atas diketahui kecamatan Banjarsari memiliki jumlah penduduk yang paling besar, tetapi karena daerahnya cukup luas maka tingkat kepadatan Banjarsari justru lebih rendah dibanding Kecamatan serengan yang memiliki jumlah penduduk terkecil. Wilayah paling padat penduduknya dalah Kecamatan Pasar Kliwon, dan kepadatan penduduk paling kecil adalah Kecamatan Jebres. 26

32 Berdasarkan kelompok umur, lebih dari setengah penduduk Surakarta adalah penduduk usia dewasa/produktif (15-64 th) tercatat sebesar 72,11 %, kemudian penduduk usia anak/sekolah (0-14 th) sebesar 24,55 %, dan usia tua/lansia (> 65) sebesar 6,35 %. Di tahun 2011, penduduk usia anak dan usia produktif mengalami kenaikan sebesar 9,66 % dan 0,01 % dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan penduduk usia tua/lansia mengalami penurunan sebesar persen. Hal ini menunjukkan bahwa angka kelahiran sedikit meningkat. Penurunan jumlah penduduk usia tua/lansia bukan berarti usia harapan hidup penduduk Surakarta menurun dibanding tahun sebelumnya, sebab usia harapan di Kota Surakarta meningkat disbanding tahun sebelumnya. Penurunan jumlah usia tua/lansia ini dimungkinkan lebih karena migrasin ke daerah lain. Tabel 9 Komposisi Penduduk menurut kelompok Usia No Penduduk keterangan Tahun 192, , , orang Pertumbuhan (%) ,05-1,98 9, Tahun 339, , orang Pertumbuhan (%) ,71 2,52 0,01 3 diatas 65 Tahun 30,242 30, orang Pertumbuhan (%) ,02 10, Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta (31 Desember 2011) Dengan peningkatan jumlah anak-anak ini akan membawa beberapa dampak, Pemerintah harus meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas beberapa fasilitas untuk pendidikan, juga fasilitas publik yang disediakan untuk kelompok usia anak-anak seperti sekolah dan tempat bermain anak. Dengan meningkatnya jumlah penduduk anak usia sekolah ini anggaran Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) yang merupakan program Pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan derajat pendidikan akan meningkat. Program Pemerintah Kota Surakarta diharapkan akan menghasilkan mutu pendidikan (pengajaran dan pembelajaran) yang baik. Dengan mutu yang baik ini, nantinya akan menghasilkan sumber daya manusia yang mandiri, siap kerja, dan siap menghadapi persaingan di dunia usaha. 27

33 th th >65 Gambar 9. Grafik Jumlah Penduduk Menurut kelompok Usia Banyaknya usia produktif membawa konsekuensi banyaknya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Ketersediaan akan lapangan pekerjaan ini bila tidak memadai maka angka pengangguran akan terus meningkat dan dapat membawa efek penyakit sosial (kriminalitas). 4. Lapangan Usaha dan Ketenagakerjaan Kota Surakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia memiliki struktur tenaga kerja yang hampir sama, yaitu didominasi oleh sektor perdagangan rumah makan dan hotel. Dari tabel perkembangan lapangan usaha ini terlihat sektor perdagangan dan jasa relatif tinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir walaupun terjadi sedikit penurunan tenaga kerja yaitu sebesar orang atau sekitar 6,69%, tetapi sektor ini masih mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 99 ribu orang atau sekitar 42,08 %. Lapangan usaha sektor ini sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 selalu menempati urutan pertama di Kota Surakarta dan rata-rata menyerap tenaga kerja diatas 40%. 28

34 Tabel 10. Pekerjaan Penduduk Menurut Lapangan Usaha No LAPANGAN USAHA Ket 1 Pertanian, kehutanan, orang perkebunan dan perikanan 2 Pertambangan dan orang penggalian 3 Industri pengolahan orang 4 Listrik, gas dan air orang 5 Bangunan orang 6 Perdagangan besar, orang eceran, rumah makan dan hotel 7 Angkutan, penggudangan orang dan komunikasi 8 Keuangan, asuransi, usaha orang sewa bangunan, tanah dan jasa perusahaan 9 Jasa kemasyarakatan orang 10 Rumah Usaha orang 11 Lainnya orang Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (31 Desember 2011) Sektor kedua yang terbesar menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa kemasyarakatan. Sektor ini mampu menyerap lebih dari 53 ribu tenaga kerja atau sebesar 22,85% dari total tenaga kerja. Perkembangan sektor ini juga relatif stabil walaupun terjadi penurunan. Untuk sektor jasa pengolahan menempati urutan ketiga dengan 19,57 %, dan jika dilihat dari tahun 2010 sebanyak orang, tahun ini mengalami kenaikan 9,8 % dengan orang. Pada tahun 2011, ketiga sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar yaitu dikisaran 84%. Dari delapan sektor yang ada, nampaknya kota Surakarta sudah mulai meninggalkan sektor pertanian. Jika dilihat perkembangannya sektor ini mengalami penurunan yang sangat sigifikan yaitu sebesar 47,62%. Di tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang bekerja di bidang ini sebesar orang dan ditahun 2011 sebanyak orang. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang mulai beralih fungsi ke sektor perumahan, industri atau bangunan untuk sektor jasa. Kejadian ini merupakan fenomena 29

35 yang wajar terhadap sebuah kota yang tumbuh besar menjadi kota metropolitan, dimana sektor yang lebih banyak berkembang adalah sektor perdagangan, jasa dan industri 2011 keuangan,asuransi,sewa bangunan,tanah dan jasa perush, 9091 angkutan,pergudangan,k omunikasi, bangunan, asa kemasyarakatan, perdagangan,rumah makan,hotel, listrik, gas,air, 315 Pertanian, kehutanan,perkebunan, 1366 industri pngolahan, Gambar 10. Pekerjaan menurut lapangan usaha Keadaan ketenagakerjaan di Kota Surakarta jika dilihat dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan. Menurut data Dinsosnakertrans, angkatan kerja pada tahun 2007 sebanyak orang menjadi orang pada tahun Ini mengalami penurunan sebesar 10,19 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah orang, angkatan kerja mengalami penurunan sebesar 6,16 %. Sedang jumlah angkatan penganggur terbuka juga mengalami penurunan, tahun 2010 terdapat sebanyak orang, turun dibandingkan tahun 2011 yang berjumlah orang. Penurunan ini dikarenakan sudah ada pemulihan kondisi ekonomi yang sempat turun akibat adanya krisis ekonomi, dan terbukanya kesempatan kerja baru, terutama miningkatnya masyarakat yang berwiraswasta membuka lapangan usaha baru sendiri. Menurunnya angkatan penganggur terbuka di Kota Surakarta ini membawa dampak positif terhadap terhadap keadaan yang kondusif untuk investasi di 30

36 Kota Surakarta. Untuk TKI di luar negeri Tahun ini mengalami peningkatan lebih dari tiga kali lipat dibanding tahun Kasus PHK semakin berkurang, tahun 2010 terdapat 36 kasus PHK dengan jumlah tenaga kerja di PHK sebanyak 78 orang, sedangkan tahun 2011 hanya terjadi 12 kasus PHK dengan jumlah tenaga kerja di PHK sebanyak 25 orang. Kondisi ketenagakerjaan di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Kondisi Ketenagakerjaan No Ketenagakerjaan Ket 1 Penduduk 15 tahun orang keatas 2 Angkatan Kerja orang 3 Setengah Penganggur orang (Kesempatan Kerja) 4 Penganggur Terbuka orang 5 TKI Diluar Negeri orang (Penempatan TKI) 6 PHK kasus 7 Jumlah TK PHK orang Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (31 Desember 2011) Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dan atau mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu dari saat dilakukan survey. Mencari pekerjaan atau pengangguran terbuka adalah seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survey orang tersebut sedang mencari pekerjaan Setengah pengangguran adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam/minggu. 31

37 Gambar 11. Bagan komposisi penduduk menurut status pekerjaan Penduduk Kota Surakarta ( orang) Penduduk Usia Kerja (15 ke atas) orang (72,1%) Lansia orang (6.3%) Penduduk usia Kurang 15 th orang (21,6%) Angkatan kerja orang (66,4%) Bukan angkatan kerja orang (33,6%) Bekerja (91,3%) Pengangguran Terbuka (8,7%) Hanya sekolah Hanya mengurus Rumah tangga lainnya Bekerja Penuh Setengah Pengangguran B. Kesehatan Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, pemerintah Kota Surakarta berupaya menyediakan sarana dan prasarana kesehatan disertai tenaga kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Upaya ini bertujuan agar tempat pelayanan kesehatan mudah dikunjungi dengan biaya yang relatif terjangkau oleh masyarakat. Selain meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya adalah dengan Program PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta). PKMS ini terbagi dalam dua jenis, yaitu untuk masyarakat miskin berhak mendapatkan Kartu PKMS Gold, dan PKMS Silver bagi masyarakat yang tidak masuk kategori penduduk miskin dan bukan PNS. 1. Sarana Kesehatan 1.1. Posyandu Jumlah posyandu untuk tahun 2011 mengalami peningkatan 1 unit dari tahun 2010 sebanyak 599 unit menjadi 600 unit pada tahun Jumlah posyandu sejak tahun 2007 slalu meningkat sampai dengan tahun 32

38 2011. Keberadaan posyandu umumnya berada pada tingkat RW. Hampir semua RW yang ada di wilayah Kota Surakarta telah ada posyandu sebagai ujung tombak unit pelayanan kesehatan berbasis kemasyarakatan Gambar 12. Perkembangan posyandu di Surakarta Dengan data ini terlihat partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan mandiri cukup tinggi, ini terbukti dengan jumlah posyandu aktif sebesar 600 unit yang tersebar di 51 kelurahan. Kegiatan posyandu dalam membina kesehatan masyarakat berupa pemberian imunisasi, penimbangan bayi, pemberian gizi bayi dan informasi kesehatan kepada masyarakat. Posyandu juga membina kader kader kesehatan masyarakat yang akan terus menerus mengawasi kondisi kesehatan masyarakat di sekitarnya Puskesmas Jumlah Puskemas Induk pada tahun 2011 tidak mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yaitu 17 unit. Demikian juga untuk Puskemas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas keliling, dibandingkan dengan tahun 2010 jumlahnya sama yaitu 25 unit puskesmas pembantu dan 17 unit puskesmas keliling. Daftar puskesmas, wilayah kelurahan dan alamat seperti pada tabel di bawah ini : 33

39 Tabel 12. Puskesmas di Kota Surakarta PUSKESMAS KALURAHAN ALAMAT NO. TELP. (0271) 1. Pajang Pajang, Laweyan, Jl. Sidoluhur no. 29 Songgalan Karangasem, Sondakan RT 03/IV P ISO 9001: Penumping Bumi,Sriwedari, Jl. Ki Ageng Mangir Gg. II Penumping, Panularan Penumping P Purwosari Purwosari,Jajar, Jl. Flamboyan Dalam no. 2 RT Kerten 002/XI P Jayengan Kartopuran RT 12 / V P Kemlayan, Jayengan, Tipes Serengan 5. Kratonan Kratonan, Danukusuman, Joyontakan P Jl. Pringgodani no. 34 (57113) Gajahan Joyosuran, Pasarkliwon Jl. Veteran no. 46 (57115) Gajahan, Baluwarti, Kauman, Kampung Baru P Sangkrah Sangkrah, Semanggi, Jl. S. Indragiri RT 04 RW I Kedunglumbu (57119) P ISO 9001: Purwodiningratan Purwodiningratan, Jl. Suryo no. 49 (57128) Gandekan, Sudiroprajan, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Tegal Harjo P Ngoresan Jebres Jl. Kartika IV no. 2 RT 03 RW P ISO 9001: Sibela Mojosongo Jl. Sibela Timur no. 1, Perum. Mojosongo P ISO 9001:

40 PUSKESMAS KALURAHAN ALAMAT 11.Pucangsawit Pucangsawit, Sewu, Jagalan Jl. Waringin no. 1 RT 03 RW 13 Pucangsawit P Nusukan Nusukan Jl. Sriwijaya Utara III / 5 (57135) P ISO 9001: Manahan P ISO 9001: Gilingan P Manahan, Mangkubumen Gilingan, Punggawan, Kestalan NO. TELP. (0271) Jl. Srigunting VII / 11 (57139) Bibis Wetan RT 03 / Banyuanyar Banyuanyar, Sumber Jl. Bone Utama no P ISO 9001: Setabelan Setabelan Keprabon Jl. D.I. Panjaitan no Ketelan Timuran P Gambirsari Kadipiro Jl. Kelud Barat RT 06 RW Kadipiro P Jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta sebagai berikut : Tabel 13 Jumlah Sarana Kesehatan yang ada di Kota Surakarta No Sarana Kesehatan keterangan a Posyandu unit b Polindes c Puskesmas 1). Induk unit 2). Pembantu unit 3). Keliling unit Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta (31 Desember 2011) 35

41 Pus.Induk Pustu Puling Gambar 13. Perkembangan Puskesmas Kota Surakarta 1.3 Rumah Sakit Data Rumah Sakit Umum Pemerintah untuk type A sebanyak 1 unit (RS Muwardi) dan rumah sakit tipe D sebanyak 1 unit. Untuk rumah sakit umum daerah di tahun 2011 ini ada penurunan 1 unit rumah sakit yaitu untuk tipe D. Untuk rumah sakit umum swasta, Kota Surakarta memiliki rumah sakit tipe B sebanyak 1 unit, tipe C sebanyak 7 unit dan tipe D sebanyak 1 unit. Untuk rumah sakit khusus tahun 2011 terdapat 3 unit. Dibandingkan tahun 2010 untuk rumah sakit swasta ada peningkatan 1 unit untuk tipe B, tetapi untuk tipe C dan D terjadi penurunan jumlah masing-masing 2 unit dan 1 unit. Tabel 14 Jumlah Rumah Sakit Menurut Tipe Rumah Sakit No Rumah Sakit keterangan a. Rumah Sakit Umum Daerah 1). Tipe A Unit 2). Tipe B Unit 3). Tipe C Unit 4). Tipe D Unit b. Rumah Sakit Umum Swasta 1). Tipe A Unit 2). Tipe B Unit 3). Tipe C Unit 4). Tipe D Unit c. Rumah Sakit Khusus Unit Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta (31 Desember 2011) 36

42 2. Sarana Industri, Distribusi Obat dan Alat Kesehatan Secara umum sarana industri kesehatan pada tahun 2011 meningkat jumlahnya dibanding dengan tahun 2010 yaitu apotek sebanyak 150 unit, penyalur obat kesehatan sebanyak 9 unit, cabang penyalur alat kesehatan sebanyak 13 unit, gudang farmasi sebanyak 1 unt. Sedangkan yang mengalami penurunan adalah jumlah toko obat dari 24 di tahun 2010 menjadi 20 di tahun Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat tabel dibawah ini. Tabel 15. Sarana Industri Kesehatan SARANA INDUSTRI KESEHATAN Ket 1. Industri Farmasi a. Farmas buah b. Apotik buah c. Narkotika buah d. Gudang Farmasi buah 2. Industri & Distribusi Obat & Alat Kesehatan a. Apotik unit b. PBF unit c. Produsen Alat Kesehatan unit d. Penyalur Obat Kesehatan unit e. Cabang Penyalur Alat unit Kesehatan f. Sub Cabang Penyalur Alat unit Kesehatan g. Gudang Farmasi unit h. Toko Obat unit 3. Pedagang Farmasi a. Pedagang Besar Farmasi unit b. Pedagang Besar Narkotika unit c. Apotik unit d. Toko Obat unit Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta (31 Desember 2011) 3. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan disini terdiri dari tenaga dokter, keperawatan, gizi, farmasi teknis medis, kesehatan masyarakat, dan sanitasi. Secara umum jumlah tenaga 37

43 kesehatan dari tahun 2007 s/d 2011 meningkat, dibandingkan tahun 2010 jumlah tenaga kesehatan tahun 2011 meningkat 1,82 % Tabel 16. Tenaga Kesehatan di Kota Surakarta No. Tenaga Kesehatan Ket 1 Dokter Umum orang 2 Dokter Spesialis orang 3 Dokter Gigi orang 4 Perawat orang 5 Bidan orang 6 Ahli Kesehatan Masyarakat orang 7 Apoteker orang 8 Ahli Gizi orang 9 Analis Laboratorium orang 10 Ahli Rontgen orang 11 Mantri Kesehatan orang 12 Ahli Penyehatan orang Lingkungan JUMLAH orang Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta (31 Desember 2011) Untuk tahun 2011 jumlah tenaga dokter yang ada di wilayah Surakarta mengalami penurunan dari sisi jumlah, Tahun 2010 jumlah dokter sebanyak 709 dokter menjadi 632 di tahun 2011, penurunan jumlah dokter sebesar 10,86%. Walaupun dokter jumlah dokter umum mengalami peningkatan sebesar 52 % dan dokter gigi meningkat 3 %, karena jumlah dokter spesialis turun mencapai 61,5 % maka secara komulatif jumlah dokter mengalami penurunan jumlah. Tidak hanya tenaga dokter yang mengalami penurunan jumlah, tenaga Perawat juga berkurang dari di tahun 2010 menjadi di tahun 2011 atau turun 3,7%. Untuk tenaga kesehatan yang mengalami kenaikan cukup besar adalah apoteker sebesar 81,9 %, Ahli penyehatan lingkungan 80,9%, Ahli Kesehatan Masyarakat 52,8 %, Bidan 23,8% dan Ahli gizi 20,6%. Sedangkan 38

44 untuk Analis laboratorium dan Ahli rontgen juga mengalami peningkatan walaupun jumlahnya hanya sedikit yaitu 3,7% dan 1,7%. C. Pendidikan 1. Sarana Pendidikan Kualitas pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ini didasarkan kepada pemikiran bahwa pendidikan tidak sekedar menyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam pasaran kerja, namun lebih dari itu, pendidikan merupakan salah satu pembangunan watak bangsa (national character building), seperti kejujuran, keadilan, keikhlasan, kesederhanaan dan keteladanan. Dengan meningkatnya pendapatan penduduk dan semakin majunya ilmu pengetahuan, maka masyarakat mulai menuntut adanya peningkatan sarana dan mutu pendidikan. Pemerintah beserta pihak swasta harus mampu memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi yang berkualitas. Untuk itu beberapa upaya pemerintah telah banyak dilakukan antara lain pengadaan sarana dan peralatan belajar, penyempurnaan kurikulum, penataran guru, dan perbaikan gedung sekolah dasar. Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan bagi anak-anaknya cukup tinggi. Dilihat selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2007 sampai sekarang jumlah siswa TK mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2010 dan baru mengalami penurunan di tahun 2011, jika dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2011 memang mengalami penurunan jumlah siswa sebanyak 518 siswa. Ini bukan berarti menurunnya tingkat pendidikan penduduk tetapi lebih pada berkurangnya anak usia taman-kanak. 39

45 Tabel 17. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa TK No. Taman Kanak-Kanak Ket 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri 5,76 7,35 7,35 7,26 7,02 % Swasta 7,18 7,72 7,72 15,71 8,14 % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) Jml Guru Jml Siswa Jml Sekolah Gambar 14. Grafik jumlah Sekolah, Siswa dan Guru TK Negeri Sw asta Gambar 15 Rasio guru : siswa TK 40

46 Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Dari Tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 jumlah sekolah negeri dan swasta untuk jenjang SD didominasi oleh pendidikan Negeri. Tahun 2011 dominasi sekolah negeri sebesar 71,22 % dimana jumlah SD negeri terdapat 193 unit sekolah dan swasta hanya 78 unit (28,78%). Jumlah murid SD Negeri sebanyak orang dan SD swasta orang. Jumlah guru SD negeri sebanyak guru sehingga tingkat rasio guru terhadap murid sebesar 5,69 %. Sedangkan jumlah guru SD swasta sebanyak 1420 guru. Dengan demikian maka tingkat rasio guru dan siswa sebesar 6,20 % Tabel 18. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SD No. Sekolah Dasar Ket 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri 5,37 5,54 5,34 5,58 5,69 % Swasta 5,79 6,19 6,05 6,09 6,20 % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) Jml Sekolah Jml Sisw a Jml Guru Gambar 16. Grafik jumlah Sekolah, Siswa dan Guru SD 41

47 2011 Swasta Negeri 2010 Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri 2007 Swasta Negeri Gambar 17. Rasio guru : siswa SD Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Jumlah sekolah negeri dan swasta untuk jenjang SMP didominasi oleh pendidikan swasta sebesar 61,97 % dimana pada tahun 2011 jumlah SMP Swasta berjumlah 47 sedangkan jumlah SMPN sebanyak 27 unit. Tetapi jika dibandingkan dengan jumlah murid yang masuk, maka jumlah murid SMP Negeri jauh lebih banyak yang masuk ke sekolah negeri dengan porsi untuk SMP Negeri hingga 57 % pada tahun hal ini menunjukkan bahwa sekolah lanjutan negeri masih lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan sekolah swasta. Jumlah siswa SMP sejak tahun 2007 mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan 0,49%. Tahun 2011 rasio guru terhadap siswa SMP Negeri sebesar 7,10 % sedangkan untuk SMP swasta sebesar 7,95 %. 42

48 Tabel 19. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SMP No. Sekolah Menengah Pertama Ket 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri 6,70 6,84 7,02 7,12 7,10 % Swasta 7,60 7,80 7,81 7,96 7,95 % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) Jml Sekolah Jml Guru Jml Siswa Gambar 18. Grafik jumlah Sekolah, Siswa dan Guru SMP 10 7,6 7,8 7,81 7,96 7,95 6,7 6,84 7,02 7,12 7,1 5 Negeri Sw asta Gambar 19. Rasio guru : siswa SMP 43

49 Untuk Sekolah SMU jumlah sekolah sekolah negeri tidak mengalami perunahan hanya SMU swasta yang mengalami penurunan sebesar 13,8%, jumlah murid dan jumlah guru secara umum juga mengalami penurunan. Jumlah siswa SMU secara umum sejak tahun 2007 mengalami penurunan rata-rata 5.98%. Tahun 2011 adalah yang paling besar penurunannya rata-rata 20%, untuk SMU negeri sebesar 15,63% dan 24,39 untuk SMU swasta. Sedangkan jumlah guru SLTA secara umum juga mengalami penurunan 5%. Tahun 2011 penurunan ratarata sebesar 16%. Tabel 20. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SMU No. Sekolah Menengah Umum Ket 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri 7,79 7,76 7,76 8,17 8,29 % Swasta 9,07 8,95 8,95 9,29 9,27 % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) Jml Sekolah Jml Sisw a Jml Guru Gambar 20. Grafik jumlah Sekolah, Siswa dan Guru SMU 44

50 Negeri Sw asta Gambar 21. Rasio guru : siswa SMU Di Kota Surakarta selain SMU, sekolah kejuruan juga menjadi alternatif masyarakat yang ingin memberikan pendidikan bagi putra-putrinya. Jika dibandingkan dengan SMU, minat masyarakat hampir berimbang untuk menyekolahkan anaknya ke SMK. Selain memberikan pengetahuan umum sekolah kejuruan juga memberikan pendidikan ketrampilan yang mencukupi sehingga lulusan SMK dapat bersaing di dunia usaha. Bisa dilihat di tahun 2011, dengan jumlah sekolah 47 buah, SMK mempunyai jumlah siswa sebanyak orang, bila dibandingkan dengan sekolah SMU sejumlah 33 yang menampung siswa sebanyak murid, prosentase ratio sekolahan dan jumlah siswa hampir sama sekitar 0.02%. Tabel 21. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SMK No. Sekolah Menengah Kejuruan Ket 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri 9,47 8,99 8,99 10,47 8,51 % Swasta 8,61 8,36 8,36 7,20 9,05 % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) 45

51 Jml Sekolah Jml Siswa Jml Guru Gambar 22. Grafik jumlah Sekolah, Siswa dan Guru SMK Negeri Swasta Gambar 23. Rasio guru : siswa SMK Untuk sebaran sekolahan, jumlah murid dan jumlah guru untuk TK, SD, SMP, SMU dan SMK dapat dilihat pada tabel berikut : 46

52 Tabel 22. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SD Tahun 2011 No. Sekolah Menengah Laweyan Banjarsari Serengan Jebres Ps.Kliwon Ket Kejuruan 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri 5,59 5,49 5,74 5,88 6,06 % Swasta 6,44 6,22 5,78 8,10 5,38 % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) Tabel 23. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SMP Tahun 2011 No. Sekolah Menengah Laweyan Banjarsari Serengan Jebres Ps.Kliwon Ket Kejuruan 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri % Swasta % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) 47

53 Tabel 24. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SMU Tahun 2011 No. Sekolah Menengah Laweyan Banjarsari Serengan Jebres Ps.Kliwon Ket Umum/Atas 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri % Swasta % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) Tabel 25. Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Guru/Siswa SMK Tahun 2011 No. Sekolah Menengah Laweyan Banjarsari Serengan Jebres Ps.Kliwon Ket Kejuruan 1 Jumlah Sekolah Negeri buah Swasta buah 2 Jumlah Siswa Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 3 Jumlah Guru Negeri orang Swasta orang Jumlah orang 4 Rasio Guru : Siswa Negeri % Swasta % Sumber : Dinas Dikpora Kota Surakarta (31 Desember 2011) 48

54 Sebaran murid SD terbanyak ada di Kecamatan Banjarsari, sebanyak siswa yang dilayani oleh sejumlah guru sebanyak orang. Angka ini dirasakan sudah cukup dengan nilai rasio murid : guru sebesar 1:17,4 artinya 1 guru mendidik 17 siswa SD. Untuk empat kecamatan lain, rasio murid dan guru dapat dihitung sebagai berikut = Laweyan memiliki rasio 1:17,1; Kecamatan Serengan memiliki rasio 1:17,4; Kecamatan Pasar kliwon memiliki rasio 1:17,5; Kecamatan Jebres memiliki rasio 1:15,7. Dilihat dari nilai rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing kecamatan telah memiliki rasio murid dan guru yang relatif sama. D. Kesejahteraan 1. Penduduk Rawan Sosial Tabel 26 Penduduk Rawan Sosial Wilayah Kota Surakarta No keterangan Keterangan 1 Fakir Miskin 37,528 32,196 32,196 18, KK 2 Balita Terlantar jiwa 3 Anak Terlantar jiwa 4 Lanjut Usia Terlantar jiwa 5 Gepeng jiwa 6 Penyandang Cacat 1,495 1,491 1,491 2, jiwa 7 Yatim/Piatu jiwa 8 Panti Jompo jiwa 9 Tempat rehabilitasi Sosial jiwa 10 Jumlah Pekerja Sosial jiwa 11 Jumlah Penderita HIV/AIDS jiwa 12 Jumlah Penderita Narkoba jiwa Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta (31 Desember 2011) Jika dilihat perkembangannya tampak bahwa jumlah keluarga fakir miskin di Kota Surakarta dari tahun 2007 hingga tahun 2011 secara terus menerus mengalami penurunan, terhitung mencapai 54,3% sejak tahun Penurunan terbesar adalah ditahun 2010 dari KK ditahun 2009 menjadi KK ditahun 2010, penurunan sebesar 43,2%. Hal ini keberhasilan program-program pembangunan dalam pengentasan kemiskinan. Beberapa program yang berhasil dalam pengentasan kemiskinan antara lain program 49

55 PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta), dengan meningkatnya derajat kesehatan diikuti pula dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Program lain yang juga memberikan andil dalam menekan angka kemiskinan adalan pemberian dana BPMKS (Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta), dengan kesempatan pendidikan yang terbuka bagi masyarakat miskin akan menciptakan sumber daya yang mampu meningkatkan taraf hidup mereka. Jika dibandingkan dengan Tahun 2010, secara keseluruhan penduduk rawan sosial Kota Surakarta saat ini mengalami penurunan fakir miskin Gambar 24 Grafik penurunan jumlah fakir miskin Penduduk miskin di Kota Surakarta tersebar di wilayah 5 kecamatan 51 kelurahan. Penduduk miskin terbanyak ada di Kecamatan Banjarsari yaitu penduduk, dan yang paling sedikit adalah kecamatan serengan sebanyak penduduk. Dengan luas 1.481,1 ha, kecamatan Banjarsari mempunyai kepadatan penduduk miskin Kecamatan Serengan dengan luas 319,4 ha mempunyai kepadatan penduduk miskin Jika dilihat dari jumlah penduduk miskin Kecamatan Banjarsari adalah wilayah dimana terdapat paling besar jumlah penduduk miskin, tetapi jika dilihat dari luasan wilayah yang dimiliki, kepadatan penduduk miskin untuk kecamatan Banjarsari lebih kecil dibanding Kecamatan Serengan yang memiliki jumlah penduduk miskin paling sedikit. 50

56 Tabel 27. Jumlah penduduk miskin per kelurahan Tahun 2011 NO KELURAHAN JUMLAH RTS ART I KECAMATAN LAWEYAN 1 PAJANG 1,589 5,275 2 LAWEYAN BUMI 569 1,612 4 PANULARAN 737 2,021 5 SRIWEDARI PENUMPING PURWOSARI 843 2,475 8 SONDAKAN 1,081 3,395 9 KERTEN 572 1, JAJAR 308 1, KARANG ASEM 426 1,225 JUMLAH 6,915 21,040 II KECAMATAN SERENGAN 1 JOYONTAKAN 819 2,703 2 DANUKUSUMAN 865 2,776 3 SERENGAN 605 1,823 4 TIPES 1,059 3,182 5 KRATONAN 418 1,253 6 JAYENGAN KEMLAYAN JUMLAH 4,142 12,680 III KECAMATAN PASAR KLIWON 1 JOYOSURAN 940 2,750 2 SEMANGGI 3,557 9,726 3 PASAR KLIWON 529 1,692 4 GAJAHAN BALUWARTI 592 1,941 6 KAMPUNG BARU KEDUNG LUMBU 443 1,347 8 SANGKRAH 1,733 5,583 9 KAUMAN JUMLAH 8,559 25,321 IV KECAMATAN JEBRES 1 KEPATIHAN KULON KEPATIHAN WETAN SUDIROPRAJAN 329 1,153 4 GANDEKAN 665 2,169 5 SEWU 605 1,851 6 PUCANG SAWIT 1,081 3,372 7 JAGALAN 835 2,559 8 PURWODININGRATAN JEBRES 1,597 4, MOJOSONGO 1,453 4, TEGAL HARJO JUMLAH 7,485 22,819 51

57 V KECAMATAN BANJARSARI 1 MANGKUBUMEN 854 2,680 2 TIMURAN KEPRABON 363 1,114 4 KETELAN 417 1,313 5 PUNGGAWAN KESTALAN SETABELAN 377 1,215 8 GILINGAN 2,028 7,109 9 MANAHAN 732 2, SUMBER 1,079 3, NUSUKAN 2,426 7, KADIPIRO 3,945 12, BANYUANYAR 709 2,474 JUMLAH 13,700 43,872 JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA SURAKARTA 40, ,732 Sumber : ( 31 Desember 2011) Untuk wilayah kelurahan, Kelurahan Kadipiro dan Semanggi termasuk kelurahan dengan jumlah penduduk miskinnya paling banyak yaitu jiwa dan jiwa. Kelurahan lainnya seperti Pajang, Sangkrah, Nusukan, dan Gilingan termasuk memiliki jumlah penduduk miskin cukup tinggi yaitu antara 5000 jiwa hingga 6000 jiwa. E. Keagamaan Pemeluk agama di Kota Surakarta cukup beragam. Pemeluk agama Islam masih dominan dengan jumlah 77%. Sedangkan pemeluk agama Kristen dan Katolik menempati urutan kedua dan ketiga masing-masing 14,6 % dan 7,7 %. Untuk pemeluk agama yang lain jumlahnya sangat kecil di bawah 1%. Sarana ibadah yang mengalami penambahan jumlah terbesar adalah masjid dengan 99 buah. Masjid hampir tersebar merata di setiap kelurahan yang di Kota Surakarta. Sedangkan untuk sarana ibadah gereja Nasrani mengalami kenaikan sebanyak 29 buah. Jumlah gereja Katolik pada tahun 2011 hanya mengalami kenaikan 1 buah dari tahun Sarana ibadah yang mengalami penurunan jumlah cukup banyak adalah mushola/langgar, pada tahun 2010 sebanyak 307 buah dan pada tahun 2011 menjadi 232 buah. 52

58 Penurunan ini disebabkan karena banyak mushola/langgar yang berubah status menjadi masjid. Tabel 28. Jumlah Pemeluk Agama dan Sarana Ibadah KETERANGAN Ket 1. Jumlah Pemeluk Agama a. Islam orang b. Kristen orang c. Katolik orang d. Hindu orang e. Budha orang f. Konghucu orang g. Lainnya orang 2. Sarana Ibadah 1). Mesjid buah 2). Langgar/Mushola buah 4). Gereja Kristen buah 5) Gereja Katolik/Kapel buah 6). Pura/Kuil/Sanggah buah 7). Vihara/Cetya/Klenteng buah Sumber : Bagian Administrasi Kesra Setda Kota Surakarta ( 31 Desember 2011) Islam Kristen Katolik Hindu Buda Konghucu lainnya Gambar 25 Pemeluk agama di Kota Surakarta 53

59 Mesjid Gereja kristen Gereja katholik Pura/kuil Vihara/klenten g Mushola/langg ar Gambar 26 Sarana Ibadah di Kota Surakarta 54

60 BAB V SUMBER DAYA ALAM A. Pertanian Kota Surakarta Sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk karena migrasi yang cepat. Pertumbuhan ini mengakibatkan luas lahan produktif pertanian setiap tahun menurun. Penurunan ini disebabkan beralih fungsinya lahan sawah menjadi daerah pemukiman dan ekonomi. Penurunan lahan produksi pertanian mengakibatkan jumlah produksi beras dan singkong dan umbi-umbian juga turun. Area pertanian di Kota Surakarta sebagian besar digunakan untuk menanam padi dan singkong dan umbi-umbian. menggambarkan turunnya potensi kedua komoditas pertanian ini. Tabel 29 Potensi Pertanian di Kota Surakarta Berikut ini data yang No Pertanian keterangan Potensi Padi 1 Luas Areal Produksi (Panen) ha 2 Jumlah produksi Gabah ton 3 Produksi beras ton 4 Jumlah konsumsi Beras ton/thn Potensi Singkong dan umbi 1 Luas Areal Produksi (Panen) ha 2 Jumlah produksi ton 3 Jumlah konsumsi Sumber : Dinas Pertanian Kota Surakarta (31 Desember 2011) Produksi beras Tahun 2011 mengalami penurunan yang cukup besar. Dari 725 ton di tahun 2010 menjadi 417 ton di tahun ini. Penurunan tersebut mencapai %. Hal tersebut disebabkan karena turunnya lahan produksi sebesar 44,58%. Tetapi apabila dibandingkan antara penurunan lahan produksi dan hasil produksi beras, di tahun 2011 mengalami kenaikan produksi beras. Tahun 2010 produksi beras per hektarnya sebesar 3 ton, sedangkan tahun 2011 produksi beras 3,14 ton/ha. Irigasi / pengairan di Kota Surakarta terdiri 55

61 atas irigasi setengah teknis dan non-teknis. Panjang total sarana irigasi ini dari tahun 2011 mengalami enurunan. Irigasi non teknis mengairi area pertanian seluas 27 ha sedangkan irigasi setengah teknis mengairi area pertanian seluas 76 ha. Untuk produksi singkong dan umbi-umbian mengalami penurunan sebesar 47,22%. Dengan luas lahan yang meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 hasil produksi turun drastis. Tahun 2010 hasil produksi 12 ton/ha, sedangkan tahun 2011 hasil produksi 5,8 ton/ha. Penurunan lebih dari 50% Singkong/umbi Beras Gambar 27. Grafik hasil produksi beras dan singkong / umbi Selain menghasilkan beras dan singkong, tahun 2011 di Kota Surakarta terdapat juga produksi hasil buah-buahan, banyaknya pohon dan hasil produksi buah-buahan. Diantaranya Pisang, Mangga, Rambutan dan sebagainya. Mangga merupakan komoditi buah-buahan terbesar di Kota Surakarta, di Tahun 2011 hasil produksi mangga sekitar ku dengan banyak pohon pohon. Produksi sekitar 0,15 ku/pohon. Penghasil buah kedua adalah pisang sebesar ku dengan jumlah pohon pohon. 56

62 Tabel 30. Jumlah pohon dan hasil produksi buah-buahan tahun 2011 BUAH-BUAHAN 2011 KET A Mangga 1). Banyaknya pohon (Panen) pohon ku 3) Jumlah konsumsi - ton B Rambutan 1). Banyaknya pohon (Panen) pohon 55 ku 3) Jumlah konsumsi - ton C Belimbing 1). Banyaknya pohon (Panen) ha ku 3) Jumlah konsumsi - ton D Pisang 1). Banyaknya pohon (Panen) pohon ku 3) Jumlah konsumsi - ton E Jeruk 1). Banyaknya pohon (Panen) 683 pohon - ku 3) Jumlah konsumsi - ton F Pepaya 1). Banyaknya pohon (Panen) pohon ku 3) Jumlah konsumsi - ton Sumber : Dinas Pertanian Kota Surakarta (31 Desember 2011) Sektor pertanian di Kota Surakarta juga diwarnai adanya produksi perikanan darat (sungai dan kolam) dengan jumlah luasan yang diusahakan 89,65 Ha. Luasan ini sejak 5 tahun terakhir hamper sama. Hasil ikan yang 57

63 dapat dipanen tahun 2011 sebanyak 18,87 ton. Jumlah ini meningkat 4,67 ton dibanding tahun 2010 yang memnghasilan 14,2 ton. Tabel 31. Produksi perikanan Kota Surakarta PERIKANAN Ket 1. Kolam - luas 0,50 0,55 0,55 0,60 0,55 ha - Jumlah produksi 5, , ,37 ton - Jumlah rumah tangga perikanan 222, kk 2. Perikanan Perairan Umum - Luas 89, ,10 89,10 89,10 ha - Produksi (Rawa, Danau, 3, ,80 5,20 5,50 ton Sungai dll) - Jumlah rumah tangga kk produksi Jumlah lahan 89,6 89,65 89,65 89,7 89,65 ha Jumlah Produksi 8,78 13,8 12,54 14,2 18,87 ton Sumber : Dinas Pertanian Kota Surakarta (31 Desember 2011) Produksi ikan Luas lahan Gambar 28. Jumlah Produksi Ikan Tahun Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, masyarakat Kota Surakarta memelihara beberapa hewan ternak seperti sapi potong, sapi perah, kambing dan domba. Untuk sapi potong jumlah populasi mengalami penurunan sebanyak 654 ekor atau sekitar 38,95%. Berdasarkan data yang ada jumlah sapi yang dipotong 2,5 kali lipat dari jumlah sapi yang ada di Kota Surakarta. Pada tahun 2011, kebutuhan akan hewan sapi potong sebesar ekor sedangkan jumlah sapi yang ada di kota ini pada tahun yang sama hanya

64 ekor sapi potong. Jadi kebutuhan protein hewan Kota ini masih banyak dipasok oleh kabupaten lain di sekitarnya. Untuk sapi perah populasi mengalami kenaikan 18,5 % dibandingkan tahun Dengan meningkatnya populasi sapi perah ini produksi susu sapi perah juga meningkat. Tahun 2010 menghasilkan liter sedangkan tahun 2011 menghasilkan liter, kenaikan produksi susu sekitar 8.6%. Jika dibandingkan tahun 2010 yang mempunyai produksi susu rata 414 liter/ekor tahun 2011 meningkat menjadi 416 liter/ekor. Kambing dan domba untuk tahun 2011 mengalami perkembangan yang berbanding terbalik, dimana ternak kambing meningkat sangat besar mencapai 266 % sedangkan untuk domba turun mencapai 56 % dari tahun Ini menunjukkan minat masyarakat untuk memelihara kambing lebih besar daripada domba ekor Sapi Potong Sapi perah Kambing Domba Gambar 29. Potensi Ternak Hewan di Kota Surakarta Hewan ternak yang banyak dipelihara penduduk Surakarta adalah ayam buras, hewan ini dapat hidup tanta memerlukan lahan khusus, hewan ini biasa dipeliara di halaman sekitar rumah. Jumlah ayam buras setiap tahun meningkat. Berbeda dengan ayam buras, ayam pedaging jumlahnya mengalami penurunan secara signifikan. Penurunan ini diakibatkan peternakan ayam pedaging membutuhkan lahan yang luas dan ini sulit tersedia di kota. Disamping itu 59

65 adanya wabah flu burung juga menekan populasi ayam pedaging yang sangat rentan terhadap penyakit ini ekor Ayam buras Ayam petelur Ayam pedaging Itik Gambar 30. Potensi Unggas di Surakarta B. Pertambangan dan Energi Kebutuhan akan energi masyarakat Kota Surakarta sebagian besar berupa listrik dan bahan bakar minyak (BBM). PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah mampu memberikan pelayanan bagi seluruh rumah tangga dan perusahaan yang ada wilayah di Surakarta. Jangkauan pelayanan listrik telah mencapai rt atau sekitar 97%. Sedangkan kebutuhan BBM dapat diperoleh di agen elpiji dan SPBU. Tahun 2011 agen elpiji 11 buah naik 100% dan depo minyak tidak ada, ini disebabkan karena program pemerintah yang mengkonversi pemakaian bahan bakar dari minyak tanah ke gas. Selain itu juga arena tingginya harga minyak tanah sehingga gas menjadi alternatif pengganti karena harganya terjangkau. SPBU di Kota Surakarta sebanyak 21 unit yang tersebar di 5 wilayah kecamatan. 60

66 C. Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Pertanahan Lingkungan hidup bagi masyarakat kota sudah menjadi kebutuhan pokok. Disamping sebagai penyeimbang pesatnya pertumbuhan dan perkemabangan kota, juga sebagai sarana rekreasi keuarga, tempat olah raga, sarana sosialisasi dan kegiatan sosial lainnya. Kota Surakarta memiliki area hijau berupa taman/ hutan kota sebagai paru-paru kota dengan luas 3,45 Ha. Luas taman ini jika dibandingkan dengan luas total kota Surakarta ( Ha) hanya sebesar 0,0078%. Dengan nilai persentase ini terlihat sangat kecil, karena itu tentunya dengan kecilnya lahan hutan kota perlu kesadaran oleh masyarakat kota untuk berpartisipasi membantu menghijaukan kota dengan cara menanam pohon besar / keras di halaman rumah, di kantor maupun di tempat usaha. Sebagai kota budaya Surakarta memiliki tempat cagar budaya sebanyak 70 buah. Cagar budaya merupakan salah satu daya tarik baik bagi wisatawan maupun investor. Kasus pencemaran di Kota Surakarta perlu mendapat perhatian yang serius, karena tahun 2011 mengalami kenaikan kasus teruama kasus pencemaran udara. Jika pada tahun 2010 terjadi 1 kasus pencemaran udara, tahun 2011 meningkat menjadi 7 kasus pencemaran udara. Untuk kasus pencemaran air menurun dari 4 kasus di tahun 2010 menjadi 1 kasus di tahun Untuk pemanfaatan ruang, kawasan industri mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan ini juga diikuti dengan kenaikan industri yang telah memiliki Amdal. Sumber dari Badan Lingkungan Hidup menyebutkan, di Kota Surakarta sebanyak 245 buah telah memiliki Amdal. Kenaikan sebesar 194 industri. Tanah yang bersertifikat di wilayah Kota Surakarta menurut Badan Pertanahan Kota Surakarta dapat dilihat sebagai berikut : 61

67 Tabel 32. Status kepemilikan tanah Jumlah Tanah yang bersertifikat Ket 1). Hak Milik buah 2). Hak guna Bangunan buah 3). Hak Guna Usaha buah 4). Hak pakai buah 5). Girik ). Hak Pengelolaan buah 7). Hak Tanggungan buah 8). Wakaf buah Sumber : BPN Kota Surakarta (31 Desember 2011) 62

68 BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar proses pembangunan ekonomi, kesehatan dan pendidikan serta bidang lainnya secara keseluruhan. A. Perumahan dan Permukiman Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan semakin lengkapnya sarana kebutuhan masyarakat, Kota Surakarta telah menjadi salah satu magnet bagi migrasi dari daerah lain, khususnya dari beberapa kabupaten di sekitarnya. Dengan kondisi ini permasalahan yang muncul adalah adanya kebutuhan perumahan sangat tinggi. Untuk mengatasi kebutuhan yang tinggi sedangkan daya tampung atau lahan kosong terbatas, maka Pemerintah Kota telah menyediakan rumah susun sewa. Sedangkan masyarakat juga berpartisipasi dengan menyediakan rumah sewa bagi masyarakat yang belum mampu membeli rumah tetapi bekerja di Kota Surakarta. Dari tahun 2007 sampai tahun 2011 rumah sewa mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dari 176 unit menjadi 658 unit. Jika dihitung dari tahun 2010 saja kenaikan sebesar 43%. 700 unit Rumah sewa Gambar 31. Grafik perkembangan rumah sewa 63

69 B. Pekerjaan Umum Kota Surakarta merupakan kota dengan basis pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan jasa dan industri. Bidang yang paling menonjol adalah bidang perdagangan. Sektor perdagangan ini akan terus tumbuh berkembang jika ditunjang dengan sektor perhubungan dan transportasi yang memadai, karena fungsi utama perhubungan dan transportasi ialah menjamin kelancaran hubungan transportasi yang baik antara pusat-pusat industri dengan daerah penghasil bahan baku dan pusat perdagangan hasil produksi. Tentunya hal ini hanya bisa dicapai jika adanya jaminan kualitas dari infrastruktur jalan, jembatan, terminal, gudang, dan sarana transportasi yang baik Tabel 33 Perkembangan Status dan Kondisi Jalan dan Jembatan KETERANGAN SATUAN TAHUN Status Jalan a. Nasional Km b. Propinsi Km , c. Kabupaten Km d. Desa/Lokal Km e. Toll Km Kondisi Jalan a. Aspal Km 468,73 469, b. Hotmix Km c. Berbatu Km d. Kerikil Km e. Tanah Km 0,57 0,27 1, Jembatan a. Panjang Km 0,234 0, b. Jumlah Buah Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta (31 Desember 2011) Sistem jaringan jalan di Kota Surakarta meliputi jalan nasional, propinsi, kabupaten dan lokal. Panjang jalan di Kota Surakarta sejak tahun 2007 hingga 2011 sedikit sekali mengalami perubahan. Jalan nasional tidak mengalami perubahan samasekali. Jalan Provinsi tahun ,33 km dan sampai tahun 2011 menjadi 15,48 km. Berdasarkan SK Mendagri (terakhir SK Mendagri Otda No. 55/2000), maka panjang jalan kabupaten juga tidak mengalami perubahan, 64

70 yaitu sebesar 204,32 Km. Untuk jalan lokal terdapat sedikit perubahan. Tahun 2007 panjang jalan 471,54 km ditahun 2011 menjadi 472,34 km. Status Jalan Desa/Lokal 67% Kabupaten 29% Propinsi 2% Nasional 2% Gambar 32. Persentase Panjang Jalan di Kota Surakarta Tahun 2011 Sedangkan untuk kondisi jalan dari tahun 2007 hingga tahun 2011 Kota Surakarta terdapat tiga kondisi yaitu jalan aspal termasuk didalamnya hotmix, jalan kerikil dan jalan tanah. Untuk jalan aspal tidak mengalami perubahan, pembangunan jalan lebih pada perbaikan untuk jalan yang telah rusak terutama jalan aspal yang berlobang. Kondisi jalan kerikil dan tanah cenderung sama belum ada perubahan yang sifnifikan. Kerikil, 98 Tanah, 1.07 Aspal, Aspal Kerikil Tanah Gambar 33. kondisi jalan Kota Surakarta 65

71 C. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Pariwisata telah menjadi salah satu sektor andalan bagi Kota Surakarta dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah melalui pajak dan retribusi. Indikator yang dapat menunjukkan aktivitas kepariwisataan antara lain dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan serta rata-rata lama menginap para wisatawan selama berkunjung di Surakarta. Untuk kunjungan wisatawan baik asing maupun lokal, tahun 2011 meningkat secara signifikan. Jumlah wisatawan tahun 2010 sebanyak , tahun 2011 sebanyak Peningkatan sebesar 107 %. Tabel. 34 Jumlah wisatawan di Kota Surakarta No. Wisatawan Asing a Asia Pasifik b Eropa c Amerika d Timur Tengah e Lainnya JUMLAH Domestik Sumber : Dinas Pariwisata Kota Surakarta (31 Desember 2011) Asing Lokal Gambar 34. Grafik Kunjungan Wisatawan Asing dan Lokal 66

72 Objek wisata yang ada di Kota Surakarta cukup beragam, mulai dari wisata sejarah, pendidikan, alam, belanja maupun wisata buatan/ modern. Berdasarkan data Dinas Pariwisata objek wisata ada 17 tempat yang dapat dikunjungi oleh wisatawan, terdiri dari 12 wisata buatan dan 5 wisata budaya. Wisata budaya seperti Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegara, Musium Batik, dan Musium Pustaka Riyadi. Untuk wisata belanja Surakarta memiliki pusat belanja seperti Ngarsopuro, batik Pasar Klewer, Pasar Modern SGM, PGS. Taman rekreasi seperti Taman Satwataru Jurug, Taman Balekambang. Surakarta juga memiliki Objek wisata Kampoeng Batik Laweyan dan Kauman yang dapat dikategorikan wisata sejarah (bangunan Kuno), wisata Belanja (outlet batik) dan wisata pendidikan (proses membuat batik) Tabel 35. Obyek Wisata dan Hotel di Kota Surakarta NO KETERANGAN Ket 1 Jumlah Obyek Wisata buah 1) Alam buah 2) Buatan buah 3) Budaya buah 2 Jumlah Hotel buah 1) Hotel Bintang buah 2) Hotel Non Bintang buah Sumber : Dinas Pariwisata Kota Surakarta (31 Desember 2011) Untuk akomodasi para wisatawan yang berkunjung ke Surakarta pada tahun 2011, Kota Surakarta memiliki 20 hotel berbintang dari bintang 1 sampai dengan bintang 4. Sedangkan jumlah hotel non-bintang 131 buah hotel terdiri melati I, II, dan III. Hotel non bintang mengalami kenaikan 21 hotel, peningkatan karena kebutuhan akan penginapan bagi para wisatawan yang meningkat. Untuk bidang pos dan telekomunikasi Kota Surakarta mempunyai 23 buah yang tersebar di wilayah Kota Surakarta. Untuk komunikasi terdapat beberapa radio dan BTS yang sebarannya dapat dilihat pada gambar dibawah. 67

73 Gambar 35. Peta Sebaran Media Komunikasi di Kota Surakarta D. Perhubungan dan Transportasi Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Surakarta tersedia dengan cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari adanya terminal bus, terminal petikemas, stasiun KA. Untuk angkutan jalan raya terminal bus kelas A sebanyak 1 buah dan kelas C sebanyak 5 unit. Alat angkut barang maupun penumpang berkembang melalui asosiasi pengusaha kendaraan angkutan. Tabel 36. Potensi perhubungan dan trasportasi Angkutan Jalan Ket 1). Terminal - Kelas A unit - Kelas B unit - Kelas C unit 2). Bus (AKAP) unit 3). Jumlah Jembatan Timbang buah Sumber : Dinas Pariwisata Kota Surakarta (31 Desember 2011) 68

BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA

BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA A. Riwayat Pemerintahan Kota Surakarta Kota Surakarta didirikan tahun 1745, yang ditandai dengan dimulainya pembangunan Keraton Kasunanan sebagai ganti keraton di

Lebih terperinci

BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN

BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN A. Geografi Dari sisi letak geografis, Kota Surakarta atau Kota Solo berada di cekungan antara lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bappeda Kota Surakarta sebagai bagian integral dari pemerintah Kota Surakarta mempunyai tugas pokok pada perencanaan pembangunan daerah yang dapat dijadikan acuan bagi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN 2016-2021 H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN PEKALONGAN YANG BERKARAKTER, MANDIRI, BERAKHLAQ,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mencermati kondisi aktual daerah dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang tahun 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Pemerintah Kabupaten Demak Perencanaan strategik, sebagai bagian sistem akuntabilitas kinerja merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 VISI Visi Kabupaten Bintan Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut : Menuju Bintan Yang Maju, Sejahtera dan Berbudaya A. Bintan Yang Maju : Bahwa

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun 2016-2021 Terwujudnya Ketahanan Pangan bagi Masyarakat Kabupaten Kediri yang Religius, Cerdas, Sehat, Sejahtera, Kreatif, dan Berkeadilan, yang didukung oleh

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan Kabupaten Pati tidak terlepas dari hirarki perencanaan pembangunan nasional, dengan merujuk pada pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB VI KEBIJAKAN UMUM BAB VI KEBIJAKAN UMUM Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun 2005-2010 adalah SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS BERBASIS PERDAGANGAN DAN JASA sebagai landasan bagi

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kehidupan politik yang demokratis.

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan visualisasi dari apa yang ingin dicapai oleh Kota Sorong dalam 5 (lima) tahun mendatang melalui Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk periode

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan; BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII.1 Program Pembangunan Daerah Berdasarkan visi, misi serta tujuan yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya dijabarkan secara sistematik melalui

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat 5.1 Visi Visi adalah suatu gambaran keadaan masa depan yang ingin diwujudkan berdasarkan segala sumber daya yang dimiliki. Visi yang ditetapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh aparatur serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Proses Pembangunan Kabupaten Musi Rawas lima tahun ke depan tidak bisa dilepaskan dari capaian kinerja lima tahun terakhir, selain telah menghasilkan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam perumusan strategi didasarkan pada kriteria : 1. Strategi yang realistis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan 2. Menganalisis dan mengevaluasi faktor faktor

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

BAB V VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN BAB V VISI DAN MISI Secara Nasional, isu strategis yang telah dirumuskan pada RPJM nasionaldalam sembilan agenda prioritas dan dikenal dengan Nawa Cita adalah sebagai berikut: 1. Menghadirkan kembali Negara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing

Lebih terperinci

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo Taget Sasaran Sasaran Target KET. 2016 2017 2018 2019 2020 Membentuk budaya keteladanan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Kabupaten Grobogan pada saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 disebutkan Visi Pembangunan Nasional adalah Indonesia yang Maju, Mandiri, adil dan Makmur,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan merupakan upaya pemerintah daerah secara keseluruhan mengenai cara untuk mencapai visi dan melaksanakan misi, melalui penetapan kebijakan dan program

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012 BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013 BAB IV 1 Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan No Visi / Misi Tujuan Sasaran 1 2 3 4 Misi : 1 Mengembangkan Masyarakat Lombok Barat yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN RANCANGAN LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR : TANGGAL : INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN VISI : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Magetan yang adil, mandiri dan bermartabat

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Visi Pemerintah 2014-2019 adalah : Terwujudnya Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Perumusan dan penjelasan terhadap visi di maksud, menghasilkan pokok-pokok visi yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BLITAR NOMOR : 188/ 955 / HK / 410.010.2 / 2015 TENTANG PENYEMPURNAAN UKURAN KINERJA PEMERINTAH KOTA BLITAR TAHUN 2011 2015 WALIKOTA BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

Strategi dan Arah Kebijakan

Strategi dan Arah Kebijakan dan Dalam rangka pencapaian visi dan misi yang diuraikan dalam tujuan dan sasaran, penyusunan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan. adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, adapun visi Kabupaten Simeulue yang ditetapkan untuk tahun 2012

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode VISI, MISI dan AGENDA PRIORITAS Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Periode 2016-2021 1 INDIKATOR MAKRO KOTA SAMARINDA TARGET TAHAP 3 RPJPD KOTA SAMARINDA 2005-2025 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS KOTA

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci