menyusun Rencana Strategis (Renstra-SKPD), dan dalam pelaksanaannya akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "menyusun Rencana Strategis (Renstra-SKPD), dan dalam pelaksanaannya akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)."

Transkripsi

1

2 menyusun Rencana Strategis (Renstra-SKPD), dan dalam pelaksanaannya akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Bone sebagai berikut : 1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 23 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 29 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 559); 3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 28 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 24 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 24 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47); 7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 27 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373); 9) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 25 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 1) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 25 tentang Pedoman Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 25 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 27 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 27 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera I - 2

3 12) Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 28 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 13) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 28 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 14) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 21 tentang Penyelenggaran Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 21 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 513); 15) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 27 Tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; 16) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 211 Tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Maminasata; 17) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 21 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah; 18) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 212 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. 19) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun 28 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 28, Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 243); 2) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 29 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 29; 21) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 21 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SPPD) Provinsi Sulawesi Selatan 22) Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 7 Tahun 28 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bone Tahun ; 23) Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 2 Tahun 213 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Hubungan Antar Dokumen Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dokumen RPJMD Kabupaten Bone Tahun yang merupakan penjabaran visi dan misi Bupati terpilih merupakan bagian integral sistem perencanaan pembangunan nasional. Acuan utama dalam penyusunan RPJMD yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bone Tahun RPJMD Kabupaten Bone tahun 213- Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera I - 3

4 218 merupakan separuh dari pelaksanaan tahap kedua RPJPD (Tahun 21 s/d Tahun 214) dan tahap ketiga RPJPD (Tahun 215 s/d 22). Penyusunan RPJMD memperhatikan RTRW Kabupaten Bone Tahun , RPJM Nasional tahun , RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun , RTRW Sulawesi Selatan tahun , dan dokumen perencanaan pembangunan sektoral lainnya. Penyusunan RPJMD juga memperhatikan amanat nasional, seperti Standar Pelayanan Minimal (SPM), Millenium Development Goal s (MDG s) dan Inpres Nomor 3 tahun 21 tentang Pembangunan Berkeadilan. RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), yang menjabarkan RPJMD menjadi kebijakan, program strategis dan operasional dalam rangka menangani isu strategis dan peningkatan pelayanan publik untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan. Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Bone dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan pemerintah daerah yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. 1.4 Maksud dan Tujuan Penyusunan RPJMD Kabupaten Bone dimaksudkan untuk menghasilkan rumusan strategi, arah kebijakan dan program pembangunan secara terarah, efektif, efesien dan terpadu dalam mendorong terwujudnya visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Maksud lain dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah ini adalah tersedianya sebuah dokumen yang menggambarkan kondisi masa depan Kabupaten Bone pada Tahun 218 yang hendak dicapai dan diwujudkan serta upaya-upaya yang akan ditempuh. Dokumen ini dimaksudkan untuk menjadi bahan sosialisasi dan sasaran pembangunan yang hendak dicapai hingga tahun 218 dan arah kebijakan serta program prioritas yang akan dijalankan untuk mencapainya. Tujuan dilaksanakannya Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone adalah untuk : 1. Menjabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan serta program Bupati dan Wakil Bupati Bone kearah kebijakan dan program pembangunan yang lebih rinci, terarah,terukur, dan dapat dilaksanakan selama Menyediakan satu rujukan resmi bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SPKD) lingkup Kabupaten Bone, dalam menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan dengan sumberdana APBD dan APBN serta sumberdana lainnya yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Bupati. 3. Untuk mempermudah dalam mengukur kinerja dan mengevaluasi kinerja setiap 4. Memberikan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan Daerah (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita pembangunan daerah sesuai dengan visi jangka menengah yang telah disepakati bersama. 5. Memberikan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD tahun Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera I - 4

5 1.5 Sistematika Penulisan RPJMD Kabupaten Bone tahun disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, dan sistematika RPJMD. BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah, menguraikan tentang kondisi geografis dan demografi, kondisi perekonomian daerah, kondisi kesejahteraan masyarakat, kondisi pelayanan umum, dan kondisi daya saing daerah. BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan, menguraikan tentang kinerja keuangan yang lalu, kebijakan pengelolaan keuangan yang lalu, dan kerangka pendanaan. BAB IV Analisis Isu-Isu Strategis, menguraikan tentang permasalahan pembangunan yang dikelompokkan berdasarkan urusan kewenangan wajib dan urusan pilihan, dan isu strategis daerah. BAB V BAB VI Bab VII Bab VIII Bab IX Bab X Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, menguraikan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah. Strategi dan Arah Kebijakan, menguraikan tentang strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah. Kebijakan Umum dan Pembangunan Daerah, menguraikan tentang kebijakan umum pembangunan jangka menengah dan perincian program-program pembangunan berdasarkan pengelompokan urusan. Indikasi Rencana Prioritas Disertai Kebutuhan Pendanaan, menguraikan tentang indikator kinerja program dan pendanaan indikatif. Penetapan Indikator Kinerja Daerah, menguraikan tentang indikator kinerja dari masing-masing program pembangunan daerah. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan, menguraikan tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan RPJMD. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera I - 5

6 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik Lokasi dan Wilayah Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukota Watampone dengan luas wilayah keseluruhan mencapai km 2. Kabupaten Bone secara administratif terbagi kedalam 27 kecamatan, 329 desa dan 43 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Bonto Cani yaitu seluas 463,35 km 2 sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tanete Riatang yaitu seluar,52 km 2. Kabupaten Bone terletak pada posisi 4 13'- 5 6' LS dan antara '-12 4' BT dengan garis pantai sepanjang 138 km yang membentang dari selatan ke utara. Kabupaten Bone secara langsung berbatasan dengan beberapa kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu: Sebelah Utara : Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa Sebelah Timur : Teluk Bone Sebelah Barat : Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru Kabupaten Bone ditinjau dari ketinggian tempat dapat diklasifikasikan kedalam 6 kategori dengan variasi ketiggian antara hingga lebih dari 1. meter dpal. Kategori pertama (-25 meter) yaitu seluas ,2 Ha, kategori kedua (25-1 meter) seluas Ha, kategori ketiga (1-25 meter) seluas ,2 Ha, kategori keempat (25-75 meter) seluas 62.64,6 Ha, kategori kelima (75-1 meter) seluas 4.8 Ha, dan kategori keenam (diatas 1. meter) seluas 6.9 Ha. Ketinggian wilayah di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone No Kecamatan Ketinggian Wilayah (meter dpal) 1. Bonto Cani 1 > Kahu Kajuara 5 4. Salomekko 5 5. Tonra 5 6. Patimpeng Libureng Mare Sibulue 5 1. Cina Barebbo Ponre Lappariaja Lamuru Tellu Limpoe 1 - > Bengo Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 1

7 No Kecamatan Ketinggian Wilayah (meter dpal) 17. Ulaweng Palakka Awangpone 5 2. Tellu Siattinge Amali Ajangale Dua Boccoe Cenrana T. R Barat Tanette Riantang T. R. Timur - 25 Sumber: Bappeda Kabupaten Bone Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Bone bervariasi mulai dari datar, landai hingga daerah kemiringan yang curam. Daerah yang memiliki kemiringan datar hingga landai banyak terdapat di daerah dengan kontur wilayah pantai atau dataran rendah, daerah ini terletak di sepanjang bagian timur Kabupaten Bone hingga di sebagian daerah bagian utara. Adapun daerah dengan kemiringan curam berada pada bagian Selatan dan Barat yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan. Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95% - 99% dengan temperatur berkisar 26C 43C. Pada periode April-September, bertiup angin timur yang membawa hujan. Sebaliknya pada Bulan Oktober-Maret bertiup Angin Barat, saat dimana mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone. Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu: Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Rata-rata curah hujan tahunan diwilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-rata<1.75 mm; mm; 2-25 mm dan 25-3 mm. Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bone berasal dari jenis Alluvial, Gleihumus, Litosol, Regosol, Grumosol, Rasial dan Litosol, Mediteranian dan Latosol. Jenis tanah yang paling dominan di Kabupaten Bone adalah jenis Mediteranian dan Latosol yang tersebar hampir di seluruh kecamatan. Potensi sumberdaya mineral yang terkandung di Kabupaten Bone termasuk besar baik kandungan mineral logam maupun non-logam. Kandungan mineral logam di Kabupaten Bone yang berhasil teridentifikasi antara lain: 1. Emas, terdapat di daerah Patimpeng, diindikasikan memiliki kandungan emas dengan luasan sebaran mencapai 2. ha. 2. Tembaga, terdapat di Kecamatan Libureng dengan indikasi sebaran mencapai 67,5 ha. 3. Mangan, terdapat di Kecamatan Ponre, Bontocani dan Salomekko dengan luasan sebaran mencapai 5.56,5 ha. 4. Endapan besi, terdapat di Kecamatan Bontocani dan Kahu dengan luas sebaran mencapai 1.2 ha. Selain potensi mineral logam, Kabupaten Bone juga memiliki potensi mineral non logam, antara lain: batu bara, gamping, marmer, kuarsa, batu sabak dan basal yang tersebar di beberapa wilayah seperti Bontocani, Patimpeng, Kahu, Lamuru, Lappariaja, Ponre, dan Cina. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 2

8 Kabupaten Bone memiliki 19 sungai besar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum. Sejumlah sungai tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat sebagai sumber pengairan untuk pertanian maupun sebagai sarana pengembangan perikanan air tawar. Beberapa nama sungai yang dikelola oleh PU antara lain: 1) Sungai Cenrana, 2) Sungai Walannae, 3) Sungai Palakka, 4) Sungai Pattiro, 5) Sungai Jaling, 6) Sungai Unyi, 7) Sungai Maradda, 8) Sungai Lerang, 9) Sungai Pallengoreng, 1) Sungai Bengo, 11) Sungai Malinrung, 12) Sungai Dekko, 13) Sungai Melle, 14) Sungai Seko Balle, 15) Sungai Coppo Bulu, 16) Sungai Tanette Buang, 17) Sungai Mico, 18) Sungai Paccing, dan 19) Sungai Corowali. Selain digunakan sebagai sarana pendukung perikanan dan pertanian, beberapa sungai di Kabupaten Bone juga akan digunakan sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air, yaitu melalui PLTA dan PLTMH. Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air akan dilakukan di: 1) PLTA di sekitar DAS Walane dengan kapasitas 1. (sepuluh ribu) mega watt hour, 2) PLTMH 1 (Cenranae) di sekitar Sungai Cenranae dengan kapasitas 12 kilowatt hour, 3) PLTMH 2 (Ponre) di sekitar Sungai Ponre dengan kapasitas 12 kilowatt hour, 4) PLTMH 3 (Salomekko) di sekitar Sungai Salomekko dengan kapasitas 12 kilowatt hour Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Bone dilaksanakan dalam rangka peningkatan ekonomi. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Bone Tahun kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya sebagai berikut. NO. 1. Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi di Kabupaten Bone dibagi kedalam 2 kategori, yaitu hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.2 Rincian Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Berdasarkan Kecamatan KECAMATAN HUTAN PRODUKSI TETAP LUAS (HA) % HUTAN PRODUKSI KONVERSI LUAS (HA) HUTAN PRODUK. TERBATAS % LUAS (HA) % 1 Kec. Tonra 8.93,83 49, ,16 3,97 2 Kec. Sibulue 926,48 5, Kec. Cina 222,64 1, ,34 2,23 4 Kec. Ponre 695,35 4, ,89 19,64 5 Kec. Lappariaja 951,1 5, ,26 3,9 6 Kec. Ulaweng 395,25 2, ,24 2,37 7 Kec. Salomekko 487,36 2, Kec. Libureng 3.221,21 19, ,47 4,63 9 Kec. Mare 1.316,52 8, ,78 2,27 1 Kec. Kahu ,77,91 11 Kec. Bontocani ,75 4,42 12 Kec. Lamuru ,42 16,29 13 Kec. Tellusiattingnge ,62,35 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 3

9 14 Kec. Awangpone ,1,58 15 Kec. Palakka ,1 1,5 16 Kec. Barebbo ,11,93 JUMLAH 16, Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun NO. Hutan produksi tetap di Kabupaten Bone adalah seluas 16.39,73 hektar yang tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan Mare. Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Bone adalah seluas hektar dengan sebaran wilayah di Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattingnge, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dan sebagian wilayah Kecamatan Barebbo. 2. Kawasan Pertanian Kawasan pengembangan untuk pertanian di Kabupaten Bone terbagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1) Pertanian tanaman pangan, 2) pertanian holtikultura, 3) perkebunan, dan 4) peternakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.3 Rincian Kawasan Peruntukan Pertanian Berdasarkan Kecamatan KECAMATAN PERTANIAN LAHAN BASAH LUAS (HA) PERSENTASE % LUAS LAHAN TANAMAN HOLTIKULTURA (HA) PERSENTASE % 1 Kec. Ajangale 5, ,2 6,31 2 Kec. Awangpone 5, ,3 3,47 3 Kec. Barebbo 3, ,69 3,39 4 Kec. Bontocani 4, ,24 5,58 5 Kec. Cenrana 5, ,38 1,41 6 Kec. Cina 4, ,2 4,76 7 Kec. Duaboccoe 1, ,5 7,66 8 Kec. Kahu 9, ,54 3,96 9 Kec. Kajuara 4, ,58 2,22 1 Kec. Lamuru 6, ,29 1,5 11 Kec. Lappariaja 5, ,33 9,8 12 Kec. Libureng 19, ,18 4,59 13 Kec. Mare 3, ,67 5,8 14 Kec. Palakka 1, ,1,8 15 Kec. Ponre 1, ,4 4,75 16 Kec. Salomekko 8, ,98 2,1 17 Kec. Sibulue 6, ,12 2,52 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 4

10 18 Kec. Tanete Riattang ,14,31 19 Kec. TR. Barat ,82,81 2 Kec. TR. Timur 1, ,7,23 21 Kec. Tellusiattinge 1, ,93 6,97 22 Kec. Tonra 7, ,43 3,16 23 Kec. Ulaweng 1, ,73 1,44 JUMLAH 119, ,18 1. Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun NO. Selanjutnya kawasan perkebunan tanaman rakyat dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4 Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Rakyat Berdasarkan Kecamatan 1 Kec. Ajangale KECAMATAN JENIS KOMODITAS DIKEMBANGKAN/DIUSAHAKAN 2 Kec. Awangpone 3 Kec. Barebbo 4 Kec. Bontocani 5 Kec. Cenrana 6 Kec. Cina 7 Kec. Duaboccoe 8 Kec. Kahu 9 Kec. Kajuara 1 Kec. Lamuru 11 Kec. Lappariaja kopi, jambu mente, kemiri, tebu, vanili, 12 Kec. Libureng kelapa, kakao, lada, dan kelapa hibrida 13 Kec. Mare 14 Kec. Palakka 15 Kec. Ponre 16 Kec. Salomekko 17 Kec. Sibulue 18 Kec. Tanete Riattang 19 Kec. Tanete Riattang Barat 2 Kec. Tanete Riattang Timur 21 Kec. Tellusiattinge 22 Kec. Tonra 23 Kec. Ulaweng Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun Jenis komoditi yang di kembangkan pada kawasan perkebunan tanaman rakyat terdiri dari ; kopi, jambu mente, kemiri, tebu, vanili, kelapa, kakao, lada, dan kelapa hibrida. Sedangkan Jenis komoditi yang di kembangkan pada kawasan perkebunan tanaman khusus yaitu hanya tebu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 5

11 Tabel 2.5 Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Khusus Berdasarkan Kecamatan NO KECAMATAN JENIS KOMODITI PERUNTUKAN Kecamatan Libureng, Kecamatan Ponre, Kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Tonra, Kecamatan Cina, Kecamatan Mare, Kecamatan Salomekko. Tebu Tebu Tebu Tebu Tebu Tebu Tebu Tebu Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun Bahan baku Industri Pabrik Gula Caming dan Pabrik Gula Arasoe Kawasan pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bone adalah seluas (seratus sembilan belas ribu dua ratus enam belas) hektar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja dengan luasan (lima ribu tujuh ratus enam puluh lima) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Libureng dengan luasan (sembilan belas ribu tujuh ratus tiga puluh dua) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Mare dengan luasan (tiga ribu delapan ratus delapan puluh lima) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dengan luasan (sepuluh ribu tiga ratus sebelas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Ponre dengan luasan 1.7 (seribu tujuh ratus) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko dengan luasan (delapan ribu sembilan ratus lima belas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue dengan luasan 6.9 (enam ribu sembilan) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang dengan luasan 276 (dua ratus tujuh puluh enam) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat dengan luasan 98 (sembilan ratus delapan) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur dengan luasan 1.21 (seribu dua ratus sepuluh) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge dengan luasan (seribu sembilan ratus enam belas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tonra dengan luasan (tujuh ribu dua ratus delapan puluh lima) hektar dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng dengan luasan 1.25 (seribu dua ratus lima puluh) hektar. Kawasan pertanian Holtikultura tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 6

12 Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng. Kawasan untuk perkebunan tersebar di daerah sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng. Kawasan peruntukan peternakan diperuntukan pengembangan ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Kawasan tersebut ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng. 3. Kawasan Perikanan Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Bone dibagi kedalam 4 kategori utama, yaitu: 1) kawasan perikanan tangkap, 2) kawasan perikanan budidaya, 3) kawasan pengolahan ikan, dan 4) kawasan pelabuhan perikanan. Kawasan peruntukan perikanan tangkap ditetapkan pada kawasan pesisir dan laut Kecamatan Kajuara, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Salomekko, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tonra, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Mare, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Sibulue, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Barebbo, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang Barat, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang Timur, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Awangpone, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tellusiattinge, dan kawasan pesisir dan laut Kecamatan Cenrana dengan wilayah penangkapan mencakup kawasan perairan Teluk Bone berdasarkan cakupan batas wilayah kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Kawasan peruntukan budidaya perikanan ditetapkan dengan luasan sebesar hektar, yang tersebar di sebagian daerah di Kecamatan Bone Borong, Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 7

13 sebagian wilayah Kecamatan Bone Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bone Barat, Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagain wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagain wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, dan sebagian wilayah Kecamatan Kajuara. Kawasan pengolahan ikan akan dikembangkan secara terpadu dan terintegrasi sebagai kawasan minapolitan di sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, dan sebagian wilayah Kecamatan Barebbo. Pelabuhan perikanan dikembangkan dalam dua kategori, yaitu Pelabuhan Perikanan Ancu di Kecamatan Kajuara, Pelabuhan Perikanan Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra, dan Pelabuhan Perikanan LonraE di Kecamatan Tanete Riattang Timur; dan Rencana pembangunan Pelabuhan Perikanan ditetapkan di Kecamatan Cenrana, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Ajangale, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Mare, Kecamatan Tonra, Kecamatan Salomekko, dan Kecamatan Kajuara. 4. Kawasan Pertambangan Kawasan pengembangan pertambangan di Kabupaten Bone dibedakan kedalam 2 kategori penambangan, yaitu: pertambangan mineral dan batubara tersebar di daerah Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, Kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Bontocani dan sebagian wilayah Kajuara, Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Palakka. Pertambangan minyak dan gas tersebar dalam beberapa blok, yaitu: Blok Bone, Blok Sengkang, dan Blok Kambuno ditetapkan di wilayah perairan laut Kabupaten Bone yang meliputi sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagain wilayah Kecamatan Sibulue, sebagain wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagain wilayah Kecamatan Salomekko,sebagian wilayah Kecamatan Kajuara dan sebagian wilayah Kecamatan Dua Boccoe 5. Kawasan Industri Kawasan pengembangan industri di Kabupaten Bone diklasifikasikan kedalam dua kategori industri, yaitu industri besar dan industri rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.6 Rincian Kawasan Industri NO KAWASAN INDUSTRI LOKASI A. Industri Besar 1 Pabrik Gula Camming Kecamatan Libureng 2 Pabrik Gula Arasoe Kecamatan Cina 3 Pengolahan Alkohol/Spritus Kecamatan Cina Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 8

14 NO KAWASAN INDUSTRI LOKASI B. Industri Kecil dan Rumah Tangga 1 Aglomerasi Industri Kecil dan Industri Rumah tangga, dengan Kegiatan Usaha : - Pengolahan hasil pertanian - Industri Makanan - Industri kerajinan Industri Meubel dan Pertukangan Tersebar di Kecamatan Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe, Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare, Kecamatan Palakka, Kecamatan Ponre, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra, Kecamatan Amali, Kecamatan Bengo, Kecamatan Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan Kecamatan Ulaweng. Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun Kawasan industri besar saat ini tersebar pada 3 perusahaan besar utama, yaitu: 1) Kawasan pabrik gula Camming yang terletak di Kecamatan Libureng, 2) Kawasan pabrik gula Arasoe ditetapkan di Kecamatan Cina, dan 3) Kawasan pabrik pengolahan alkohol/spritus ditetapkan di Kecamatan Cina. Adapun kawasan industri yang dikategorikan dalam industri rumah tangga merupakan industri kerajinan dan industri pengolahan hasil-hasil pertanian ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng. 6. Kawasan Pariwisata Kawasan pengembangan wisata di Kabupaten Bone dikategorikan kedalam 3 kategoti pariwisata, yaitu pariwisata alam, pariwisata budaya dan pariwisata buatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.7 Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Alam No. Obyek Wisata Alam Lokasi 1. Kawasan Tanjung Palette Kecamatan Tanete Riattang Timur 2. Kawasan Dermaga BajoE Kecamatan Tanete Riattang Timur 3. Kawasan Gua Jepang Kecamatan Barebbo 4. Kawasan Goa Janci Kecamatan Awangpone; 5. Kawasan Pantai Ujung Pattiro Kecamatan Sibulue; Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 9

15 6. kawasan Permandian alam Lanca Kecamatan Tellu Siattinge 7. kawasan Mattanempunga Kecamatan Tellu Siattinge 8. kawasan Lagole Kecamatan Tellu Siattinge 9. kawasan Permandian alam Otting Kecamatan Tellu Siattinge 1. Kawasan Gua Mampu Kecamatan Dua Boccoe 11. Kawasan Sumpang Labbu Kecamatan Ulaweng 12. kawasan Air terjun Baruttung Kecamatan Ulaweng 13. kawasan Permandian alam Alinge Kecamatan Ulaweng 14. Kawasan Permandian alam Taretta Kecamatan Amali 15. Kawasan Goa Lagaroang Kecamatan Bengo 16. Kawasan Air Terjun Ladenring Kecamatan Lamuru 17. Kawasan Goa Bola Batu Kecamatan Mare 18. Kawasan Pantai Bone Lampe Kecamatan Tonra 19. kawasan Pasir putih Gareccing Kecamatan Tonra 2. Kawasan Pantai Ancu Allapurangeng Kecamatan Kajuara 21. kawasan Permandian Waetuwo Kecamatan Kajuara 22. Kawasan Bendungan sanrego Kecamatan Kahu 23. Kawasan Air terjun Ulu Ere Kecamatan Bontocani 24. Kawasan Mata air Panassaweng Kecamatan Ponre 25. Kawasan Uttang Menroja Kecamatan Tanete Riattang Barat 26. Kawasam Bendungan Salomekko Kecamatan Salmekko 27. Kawasan Permandian Alam Duppamatae Kecamatan Palakka Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun Kawasan pariwisata budaya di Kabupaten Bone tersebar di beberapa kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.8 Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Budaya No. Obyek Wisata Budaya Lokasi 1. Kawasan Museum Arajange Kecamatan Tanete Riattang 2. Kawasan Manurunge di Matajang Kecamatan Tanete Riattang 3. Kawasan Bola Soba Kecamatan Tanete Riattang 4. Kawasan Tana Bangkalae Kecamatan Tanete Riattang 5. Kompleks Makam Kalokkoe Kecamatan Tanete Riattang 6. Kawasan Bubungtello Kecamatan Tanete Riattang 7. Kawasan Masjid Raya Watampone Kecamatan Tanete Riattang 8. Komplek Mesjid tua Lalebata Kecamatan Tanete Riattang 9. Kawasan Museum Lapawawoi Kecamatan Tanete Riattang Barat 1. kawasan Makam Laummasa Kecamatan Tanete Riattang Barat 11. kawasan Kuburan Petta Betae Kecamatan Tanete Riattang Barat 12. kawasan Sungai Jeppe E Kecamatan Tanete Riattang Barat 13. kawasan Bubung ParaniE Kecamatan Tanete Riattang Barat 14. Kawasan Manurunge ri Toro Kecamatan Tanete Riattang Timur 15. kawasan Perkampungan Suku Bajo Kecamatan Tanete Riattang Timur 16. Kawasan Kompleks Makam Petta PonggawaE Kecamatan Awangpone 17. Kawasan Bubung Assengireng Kecamatan Awangpone Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 1

16 18. Kawasan Rakkala Manurung Kecamatan Tellu Siattinge 19. Kawasan Makam Laulio Bote E Kecamatan Tellu Siattinge 2. Kawasan Petta Makkarame Kecamatan Tellu Siattinge 21. Kawasan Permainan Rakyat Sijujju Solo Kecamatan Tellu Siattinge 22. Kawasan Makam Lapatau Matannatikka Kecamatan Cenrana 23. Kawasan Tugu Malamungpatu Kecamatan Ajangale 24. Kawasan Kerajinan Perak dan Kuningan Kecamatan Ajangale 25. Kawasan Pembuatan Baju Bodo Kecamatan Ajangale 26. Kawasan Makam Raja-Raja Watang Lamuru Kecamatan Lamuru 27. Kawasan Serewara Kecamatan Lamuru 28. Kawasan Mangngiri Kecamatan Lamuru 29. Kawasan Makam Datu Salomekko Kecamatan Salomekko 3. Kawasan Kerajinan Tangan Anemmi Kecamatan Barebbo 31. Kawasan Ajjongang Kecamatan Patimpeng Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun Kawasan pariwisata buatan di Kabupaten Bone tersebar di beberapa kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.9 Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Buatan No. Obyek Wisata Budaya Lokasi 1. Kawasan Wisata Waterboom Tanjung Palatte Kecamatan Tanete Riattang Timur 2. Kawasan Wisata Kuliner Pusat Jajan Tanete Riatang Barat 3. Kawasan Wisata Kuliner Pantai Kering Kecamatan Tanete Riattang Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun Kawasan Permukiman Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Bone menurut RTRW Kabupaten Bone dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan merupakan kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan non agraris dengan tatanan kawasan permukiman yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, serta prasarana wilayah perkotaan lainnya. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Rincian Kawasan Permukiman No. Kawasan Permukiman Lokasi A. Perkotaan 1. Kawasan Perkotaan Watampone Sebagian Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, dan sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur 2. Kawasan Perkotaan Pattiro Bajo Kecamatan Sibulue 3. Kawasan Perkotaan Taccipi Kecamatan Ulaweng Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 11

17 4. Kawasan Perkotaan Camming Kecamatan Libureng 5. Kawasan Perkotaan Matango Kecamatan Lappariaja 6. Kawasan Perkotaan Lalebbata Kecamatan Lamuru 7. Kawasan Perkotaan Componge Kecamatan Awangpone 8. Perkotaan Pompanua Kecamatan Ajangale 9. Kawasan Perkotaan Bojo Kecamatan Kajuara B. Perdesaan 1. Kawasan Bulu-Bulu Kecamatan Tonra 2. Kawasan Kada Kecamatan Mare 3. Kawasan Tanete Harapan Kecamatan Cina 4. Kawasan Appala Kecamatan Barebbo 5. Kawasan Lonrong Kecamatan Ponre 6. Kawasan Passippo Kecamatan Palakka 7. Kawasan Kahu Kecamatan Bontocani 8. Kawasan Manera Kecamatan Salomekko 9. Kawasan Latobang Kecamatan Patimpeng 1. Kawasan Tujue Kecamatan Tellu Limpoe 11. Kawasan Bengo Kecamatan Bengo 12. Kawasan Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge 13. Kawasan Taretta Kecamatan Amali 14. Kawasan Uloe Kecamatan Dua Boccoe 15. Kawasan Ujung Tanah Kecamatan Cenrana Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun Kawasan peruntukan permukiman perdesaan merupakan kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk yang rendah dan kurang intensif dalam pemanfaatan daerah terbangun. 8. Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya meliputi, 1) kawasan peruntukan perdagangan, 2) kawasan peruntukan olahraga, 3) kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, dan 4) kawasan keselamatan operasi penerbangan. Kawasan peruntukan olahraga ditetapkan di Kawasan Sstadion La Patau di Kecamatan Tanete Riattang Barat. Kawasan peruntukan perdagangan merupakan kawasan yang dikhususkan untuk melakukan pengembangan kegiatan perdagangan. Kawasan ini dikategorikan menjadi dua, yaitu kawasan perdagangan skala kabupaten dan skala kecamatan. Kawasan perdagangan skala kabupaten ditetapkan di Kawasan Perkotaan Watampone di Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, dan Kecamatan Tanete Riattang Timur; Kawasan Perkotaan Palattae di Kecamatan Kahu, kawasan Perkotaan Pattiro Bajo di Kecamatan Sibulue; kawasan Perkotaan Taccipi di Kecamatan Ulaweng; kawasan Perkotaan Camming di Kecamatan Libureng; kawasan Perkotaan Matango di Kecamatan Lappariaja; kawasan Perkotaan Lalebbata di Kecamatan Lamuru; kawasan Perkotaan Componge di Kecamatan Awangpone; kawasan Perkoataan Pompanua di Kecamatan Ajangale; dan kawasan Perkotaan Bojo di Kecamatan Kajuara. Kawasan perdagangan skala kecamatan ditetapkan di kawasan Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra; kawasan Kadai di Kecamatan Mare; kawasan Tanete Harapan di Kecamatan Cina; kawasan Appala di Kecamatan Barebbo; kawasan Lonrong di Kecamatan Ponre; kawasan Passippo di Kecamatan Palakka; kawasan Kahu di Kecamatan Bontocani; kawasan Manera di Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 12

18 Kecamatan Salomekko; kawasan Latobang di Kecamatan Patimpeng; kawasan Tujue di Kecamatan Tellu Limpoe; kawasan Bengo di Kecamatan Bengo; kawasan Tokaseng di Kecamatan Tellu Siattinge; kawasan Taretta di Kecamatan Amali; kawasan Uloe di Kecamatan Dua Boccoe; dan kawasan Ujung Tanah di Kecamatan Cenrana. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang merupakan aset-aset pertahanan dan keamanan/tni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Element yang terbentuk dalam kesatuan ini antara lain: 1) Kantor Kepolisian Resort (KAPOLRES) di Kecamatan Tanete Riattang Timur; 2) Kantor Komando Resort Militer (KOREM) 141Toddopuli di Kecamatan Tanete Riattang; 3) Kantor Komando Distrik Militer (KODIM) 147 Bone di Kecamatan Tanete Riattang; 4) Kantor Kepolisian Sektor (KAPOLSEK) ditetapkan akan ditempatkan di Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe, Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare, Kecamatan Palakka, Kecamatan Ponre, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra, Kecamatan Amali, Kecamatan Bengo, Kecamatan Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan Kecamatan Ulaweng; 5) Kantor Komando Rayon Militer (KORAMIL) ditetapkan akan ditempatkan di Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe, Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare, Kecamatan Palakka, Kecamatan Ponre, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra, Kecamatan Amali, Kecamatan Bengo, Kecamatan Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan Kecamatan Ulaweng; 6) kawasan Komando Pendidikan dan latihan tempur Bancee di Kecamatan Libureng; 7) kawasan Kompi Senapan (Kipan) B Yonif 726 Tamalatea di Lappacenrana Kecamatan Bengo; 8) kawasan Kompi Senapan (Kipan) C Yonif 726 Tamalatea di Kecamatan Mare; dan 9) kawasan latihan Militer Rawa Laut di Kecamatan Tonra Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan kawasan udara sekitar bandar udara Kabupaten Bone berupa ruang udara bagi keselamatan pergerakan pesawat kawasan ini berada di sebagian wilayah Kecamatan Awangpone Wilayah Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 213 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Bone adalah adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 13

19 menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Kawasan bencana di kabupaten Bone meliputi: kawasan rawan banjir; kawasan rawan angin puting beliung; dan kawasan rawan tanah longsor. 1. Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang potensial terjadinya perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Kawasan ini ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Dua Boccoe, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, dan sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja. 2. Kawasan rawan angin puting beliung terdapat di Kecamatan Amali, Sibulue, dan Libureng. 3. Kawasan rawan tanah longsor adalah kawasan yang potensial terjadinya perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Kawasan ini ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, dan sebagian wilayah Kecamatan Ponre Demografi Penduduk Kabupaten Bone menurut hasil Pendataaan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Tahun 212 sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Ini berarti bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki dengan perbandingan 47,71% penduduk laki-laki dan 52,29 penduduk perempuan. Seluruh penduduk Kabupaten Bone terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah sebanyak KK. Rata-rata anggota keluarga sebesar 4,43 jiwa, artinya setiap keluarga memiliki anggota rata-rata 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Bone menurut luas wilayah pada Tahun 211 rata-rata sebesar 166 jiwa/km2. Tiga kecamatan dengan kepadatan penduduk paling banyak, yakni Kecamatan Tanete Riattang sekitar 2.77 jiwa/km2, disusul Kecamatan Tanete Riattang Timur sekitar 1.3/km2, kemudian Kecamatan Tanete Riattang Barat sekitar 833 jiwa/km2. Sementara itu kepadatan penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Bontocani sebesar 33 jiwa/km2, disusul Kecamatan Tellu Limpoe sebesar 44 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Ponre sebesar 46 jiwa/km2. Data terinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.11 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bone Tahun 212 No Kecamatan Jumlah Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Desa/Kel. Km 2 L P L+P Km 2 1 Bontocani , Kahu 2 189, Kajuara , Salomekko 8 84, Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 14

20 No Kecamatan Jumlah Luas Jumlah Penduduk Kepadatan 5 Tonra 11 2, Libureng 2 344, Mare , Sibulue 2 155, Cina , Barebbo , Ponre Lappariaja Lamuru Ulaweng , Palakka , Tanete Riattang 8 23, Awangpone 18 11, Dua Boccoe , Tellu Siattinge , Ajangale Cenrana , Tanete R.Barat 8 53, Tanete R.Timur 8 48, Amali , Tellu LimpoE , Patimpeng 1 13, Bengo JUMLAH Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 213 Masyarakat Kabupaten Bone, sebagaimana masyarakat kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya, merupakan pemeluk Agama Islam yang taat, kehidupan mereka selalu diwarnai oleh keadaan yang serba Religius. Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat-tempat ibadah dan Pendidikan Agama Islam. Sekalipun demikian Penduduk Kabupaten Bone yang mayoritas pemeluk agama Islam, tetapi di kota Watampone juga ada Gereja dan Wihara dalam arti pemeluk agama lain cukup leluasa untuk menunaikan Ibadahnya. Keadaan ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan keagamaan karena mereka saling hormat menghormati dan menghargai satu dengan lainnya. Disamping itu peran pemuka agama teruatama para alim ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan bahkan alim ulama merupakan figur kharismatik yang menjadi panutan masyarakat. Data jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama di Kabupaten Bone Tahun 211 No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha 1 Bontocani Kahu Kajuara Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 15

21 No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha 4 Salomekko Tonra Libureng Mare Sibulue Cina Barebbo Ponre Lappariaja Lamuru Ulaweng Palakka Tanete Riattang Awangpone Dua Boccoe Tellu Siattinge Ajangale Cenrana Tanete R.Barat Tanete R.Timur Amali Tellu LimpoE Patimpeng Bengo JUMLAH Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 212 Berdasarkan sebaran penduduk perwilayahan pemeluk agama Islam tersebar merata di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone, sedangkan pemeluk agama Kristen terdapat di 15 (Limabelas) kecamatan, Katolik 6 (Enam) kecamatan dan pemeluk agama Hindu 3 (tiga) kecamatan dan Budha hanya terdapat 2(Dua) kecamatan dengan jumlah yang relatif sedikit. Penyebaran jumlah penduduk dalam suatu wilayah berkorelasi langsung dengan tingkat ketersediaan fasilitas peribadatan, sehingga semakin mayoritas suatu agama maka sebaran fasilitas peribadatannya dapat ditemui setiap tempat. Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 23 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diperuntukan bagi seluruh masyarakat indonesia dan salah satu tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk secara maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika penduduk dan masalah yang ditemui dalam masyarakat akan sangat mempengaruhi pendidikan. Dengan demikian, aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pendidikan. Data keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 16

22 Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan (7 Tahun ke atas) di Kabupaten Bone Tahun 21 No Tingkat Pendidikan Penduduk (7 tahun ke atas) Jumlah Persentase (%) 1 Belum Pernah Sekolah Belum Tamat SD Tamat SD/MI Tamat SMP/MTs Tamat SMA Tamat SMK Tamat Diploma I/II Tamat Diploma III/Sarmud Tamat Sarjana Tak Terjawab Jumlah Sumber : Profil Pendidikan Tahun 21/211 Dinas Pendidikan Kab. Bone, Tahun 211 Tingkat pendidikan penduduk 7 tahun ke atas yang dirinci menjadi 9 kategori dapat digambarkan sebagai berikut; 1) belum pernah sekolah sebanyak orang (13,35%), 2) belum tamat SD sebanyak orang (16,12%), 3) Tamat SD/MI orang (3,97%), 4) Tamat SMP/MTs sebanyak orang (12,7%), 5) Tamat SMA sebanyak orang (9,24%), 6) Tamat SMK sebanyak orang (1,78%), 7) Tamat Diploma I/II sebanyak orang (2,7%), 8) Tamat Diploma III/Sarmud sebanyak orang (1,%), 9) Tamat Sarjana sebanyak orang (3,27%) Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Pertumbuhan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) PDRB Kabupaten Bone dalam kurun waktu lima tahun (28-212) atas dasar harga berlaku mengalami perkembangan rata-rata sebesar 17,67% yaitu dari Rp triliun pada Tahun 28 dan pada Tahun 212 diproyeksikan menjadi Rp triliun. PDRB atas dasar harga konstan mengalami pertumbuhan rata-rata 7,78% dari Rp triliun pada tahun 28 dan mencapai Rp triliun pada Tahun 212 sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tahun Tabel 2.14 Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun PDRB adh Berlaku (Juta Rp.) Pertumbuhan (Persen) PDRB adh Konstan ( Juta Rp) Pertumbuhan ( Persen ) ,99, ,8, ,4 19, ,41 7, ,81 17, ,5 7,63 211* ,68 17, ,68 7,8 212** ,72 16, ,6 8,16 Rata-Rata 17,67 7,78 Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone * angka sementara; * angka sangat sementara (proyeksi) Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 17

23 PDRB dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB harga konstan digunakan untk mengukur pertumbuhan ekonomi karena tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat besar dan struktur ekonomi suatu daerah. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB dari tahun ketahun terus meningkat termasuk proyeksi sampai tahun 212 sebagaimana grafik berikut ini : Grafik 2.1 Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun Peningkatan PDRB ini tidak terlepas dari kontribusi sembilan sektor lapangan usaha. Pada tahun 29, sektor pertanian berkontribusi 49,94% bagi peningkatan PDRB Kabupaten Bone, dan mengalami kenaikan pada tahun 21 dengan nilai kontribusi 5,87%, namun diprediksikan akan menurun di tahun 211 sampai mencapai 48,81%. Sektor lainnya yang berkontribusi cukup besar bagi PDRB Kabupaten Bone adalah sektor jasa-jasa, perdagangan/hotel/restoran dan Industri yaitu masing-masing berkontribusi sebesar 17,87%, 7,14% dan 6,98% pada tahun 29 sedangkan pada tahun 21 berkontribusi sebesar 17,1%, 7,17% dan 6,69%. Secara keseluruhan kontribusi sektor lapangan usaha terhadap PDRB 21 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan Tahun 29, demikian pula halnya dengan proyeksi PDRB pada tahun 211 yang akan terus meningkat khususnya sektor pertanian dan jasa. Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.15 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku No Sektor * Rp (Jt) % Rp (Jt) % Rp (Jt) % 1 Pertanian ,63 49, ,94 5, ,81 2 Pertambangan 39.72,97, , ,,67 3 Industri ,97 6, ,89 6, ,89 6,49 4 Listrik/gas/air ,74, ,59, ,9,67 5 Konstruksi ,64 6, ,29 7, ,88 7,74 6 Perd/Htl/Rest ,16 7, ,94 7, ,14 7,4 7 Pengangkutan ,87 4, ,64 4, ,58 4,67 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 18

24 8 Keuangan/sewa ,76 5, ,2 5, ,76 5,27 9 Jasa-jasa ,66 17, ,35 17, ,24 18,62 PDRB ,4 1, ,81 1, ,39 1, Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone 211 *) angka sementara (proyeksi) 2. Inflasi Perkembangan barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat daya beli dan biaya hidup penduduk. Jika harga-harga secara umum meningkat maka bisa terjadi daya beli penduduk menurun. Hal tersebut dialami Kabupaten Bone pada tahun 28 di mana tingkat inflasi mencapai 12,99%. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah dalam mengatasi inflasi tersebut, sehingga pada tahun 21 inflasi Kabupaten Bone menurun menjadi 9,13% dan pada tahun 211 tingkat inflasi Kabupaten Bone diproyeksikan berada pada kisaran 8,53%. Penurunan tingkat Inflasi juga dipengaruhi oleh faktor stabilitas ekonomi terhadap kebutuhan pokok masyarakat. Gambaran tingkat Inflasi Kabupaten Bone dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.2 Tingkat Inflasi Kabupaten Bone Tahun * 212* 213* Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone, diolah 3. Penduduk Miskin Kemiskinan merupakan permasalahan yang multidimensi yang masih dihadapi Kabupaten Bone. Berdasarkan Garis Kemiskinan Daerah (GKD) sumber data BPS, jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bone mengalami penurunan dari tahun 28 sampai dengan 212. Jumlah penduduk miskin pada tahun 28 sebesar 17,4%, angka ini menurun pada tahun 29 menjadi 15,9% demikian pula pada tahun 21 mengalami penurunan sebesar 14,8% dan tahun 211 menjadi 12,69 %. Penurunan angka kemiskinan tersebut menunjukkan bahwa intervensi program/kegiatan yang selama ini dilakukan telah berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bone tetap konsisten untuk mengakselerasi pencapaian target penurunan angka kemiskinan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 19

25 sampai tahun 215 sebesar 9%. Berbagai strategi kebijakan telah dilakukan terutama penguatan implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan dari pemerintah pusat, antara lain program PPLS yang berbasis rumah tangga, program pemberdayaan masyarakat dan program pengembangan ekonomi kecil dan mikro. Grafik 2.3 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bone Tahun Sumber : Data Olah Bappeda Tahun 213 Berdasarkan hasil PPLS tahun 211, jumlah penduduk miskin Kabupaten Bone yang masuk kedalam kategori I (sangat miskin) sebanyak 92.2 jiwa yang tersebar di 27 kecamatan. Kecamatan Sibulue, merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk sangat miskin tertinggi sebanyak jiwa, kemudian Kecamatan Tellu Limpoe sebanyak jiwa, Kecamatan Awangpone jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk sangat miskin terkecil adalah Kecamatan Tanete Riattang sebanyak jiwa. Relevansi dan efektifitas program merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan program yang mengitegrasikan antara kebijakan pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah. Tingkat kemiskinan Kabupaten Bone mulai tahun relevan dengan tingkat kemiskinan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Hal ini berarti dampak kebijakan program penanggulangan kemiskinan dari Pemerintah Pusat untuk ditindaklanjuti ditingkat provinsi dan daerah berkontribusi positif untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah. Sejauhmana relevansi dampak intevensi program Pro Poor antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten terhadap penurunan garis kemiskinan daerah, dapat dilihat uraian gambar berikut : Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 2

26 Grafik 2.4 Analisis Relevansi Tingkat Kemiskinan Kabupaten Bone tahun Sumber data : Olahan Data PPLS 211, Bappeda & Statistik, 213 Mencermati gambar tersebut menunjukkan bahwa angka kemiskinan Kabupaten Bone mulai tahun capaiannya di atas rata-rata provinsi dan nasional. Kondisi tersebut menginsyaratkan pada Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan seluruh program/kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi positif terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Misalnya meningkatkan proporsi anggaran dalam mendukung 3 kluster program percepatan penanggulangan kemiskinan, antara lain (1) perlindungan sosial berbasis rumah tangga, (2) Pemberdayaan masyarakat, dan (3) pengembangan ekonomi kecil dan mikro. 4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bone selama kurun waktu mengalami penurunan yang baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 28, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Bone sebesar 8,27% menjadi 3,15% di tahun 212. Grafik 2.5 Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Bone Tahun Analisis Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Bone Tahun Sumber : Data Olah Bappeda Tahun 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 21

27 Sejauhmana relevansi intervensi program/kegiatan yang telah dilaksanakan di daerah ini dapat dilihat pada uraian analisis berikut : Grafik 2.6 Analisis Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Bone tahun Sumber : Data TNP2K dan Disnakertrans Kab. Bone, 212. Persentase tingkat pengangguran di Kabupaten Bone periode tahun , mengalami fluktuasi khususnya pada tahun 211 mengalami peningkatan dari 4,29% tahun 21 naik menjadi 5,53% tahun 211. Besarnya tingkat pengangguran di daerah ini lebih rendah dibandingkan dengan angka provinsi dan nasional, namun perlu diantisipasi melalui intervensi program nyata dan langsung berkontribusi terhadap upaya pengurangan angka pengangguran. Misalnya program padat karya, terciptanya lapangan kerja baru, dst. Arah kebijakan pemerintah daerah 5 tahun ke depan adalah bagaimana Angka Pengangguran Terbuka (TPT) dapat terus diturunkan agar berimplikasi terhadap peningkatan income perkapita masyarakat Fokus Kesejahteraan Masyarakat 1.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui atau menilai sejauhmana keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan suatau Negara atau daerah. IPM memiliki 3 (tiga) aspek utama, antara lain : Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat pendidikan, serta daya beli riil per kapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak. Perkembangan IPM Kabupaten Bone dalam kurun waktu tahun menunjukkan peningkatan dari sebesar 68,96 pada tahun 28 menjadi 69,63 pada tahun 29, dan sebesar 7,17 pada tahun 21, dan 7,77 pada tahun 211. Kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup penduduk Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 22

28 Kabupaten Bone dalam hal pendidikan, kesehatan dan pengeluaran belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. Tantangan Pemerintah Kabupaten Bone 5 tahun ke depan adalah mengkaselerasi pertumbuhan pencapaian IPM agar target capainnya dapat diwujudkan. Capaian IPM dari tahun ke tahun belum menggembirakan dibandingkan dengan capaian beberapa kabupaten tetangga, provinsi ataupun capaian nasional. Beberapa faktor mendasar yang mempengaruhi kondisi tersebut, salah satu diantaranya adalah rendahnya angka rata-rata lama sekolah serta tingginya angka buta aksara di Kabupaten Bone terutama usia yang tidak produktif lagi. Lebih jelasnya capaian IPM Bone terhadap provinsi dan nasional. Grafik 2.7 Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun Salah satu bukti nyata capaian IPM Bone yang kurang memuaskan adalah IPM Kabupaten Bone peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.16 Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Kode Provinsi / Kabupaten SULAWESI SELATAN Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IPM ,22 7,94 71,62 72,14 68,23 68,86 69,34 7, 69,87 7,55 71,19 71,77 68,87 69,4 7,1 7,66 64,4 64,54 64,92 65,27 67,49 68,4 68,62 69,9 69,37 7 7,67 71,29 68,74 69,21 69,53 7,16 69,85 7,55 71,12 71,74 68,3 69,7 69,43 69,89 69,54 7,3 7,86 71,19 68,96 69,63 7,17 7,77 II - 23

29 Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makasar Kota Pare Pare Kota Palopo 7,76 68,72 71,74 71,91 73,76 72,96 73,15 71,73 71,73 68,41 77,92 76,97 75,8 71,26 69,44 72,6 72,61 74,19 73,59 73,65 72,29 72,29 68,92 78,24 77,45 76,11 71,89 7,22 72,37 73,21 74,55 73,98 74,32 72,79 72,79 69,56 78,79 77,78 76,55 72,23 71,4 72,74 73,8 74,84 74,42 74,69 73,1 73,1 7,15 79,11 78,19 76,85 Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun Sebagaimana uraian tersebut, ada 3 aspek utama tentang IPM, antara lain : 1. Angka Melek Huruf (AMH) Angka melek huruf memberikan gambaran mengenai seberapa banyak penduduk berusia 15 tahun ke atas pada suatu daerah dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf Kabupaten Bone dalam kurun waktu tahun 29 sampai dengan 211 menunjukkan peningkatan dari 84,85 % pada tahun 29, sebesar 84,86% pada tahun 21, dan 86,41% pada tahun 211. Tetapi pencapaian Angka melek huruf Kabupaten Bone tersebut menempati ranking 16 dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan berarti perlu kerja keras untuk mengimbangi pencapaian beberapa kabupaten/kota diwilayah provinsi Sulsel. Tabel 2.17 Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun No Provinsi SULAWESI SELATAN Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera Angka Melek Huruf (%) ,2 87,75 88,7 89,23 89,23 9,86 85,35 85,35 85,45 77,51 78,98 79,3 77,2 77,27 77,31 8,75 81,8 81,85 8,27 81,92 82,32 86,45 86,45 86,59 82,9 82,97 83,1 86,86 87,55 87,59 88,48 89,23 89,25 84,85 84,86 86,41 85,8 86,67 86,71 82,69 83,53 84,97 89,57 89,63 89,77 89,74 89,9 91,48 9,44 9,44 9,49 91,48 91,48 91,63 85,45 86,28 87,76 92,5 92,36 92,86 II - 24

30 No Provinsi Luwu Timur Toraja Utara Kota Makasar Kota Pare Pare Kota Palopo Angka Melek Huruf (%) ,24 93,24 93,28 83,3 83,8 83,83 96,68 96,79 96,82 97,6 97,16 97,17 97,32 97,33 97,34 Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun Angka Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bone pada tahun 211 baru mencapai 6,72 tahun. Berarti rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bone baru kelas 2 jenjang Sekolah Dasar. Capaian ini jauh tertinggal dibandingkan capaian Provinsi Sulawesi Selatan yang telah mencapai 7,92 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk kabupaten Bone tergolong rendah dibanding kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan. Capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Bone termasuk 5 terendah dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 2.18 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Kode Provinsi SULAWESI SELATAN Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makasar Kota Pare Pare Kota Palopo Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 25

31 3.Angka Harapan Hidup (AHH) Angka Harapan Hidup adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indeks usia harapan hidup digunakan nilai maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai usia 85 tahun dan terendah adalah usia 25 tahun (BPS Indonesia, 29). Tingkat perkembangan usia harapan hidup di Kabupaten Bone tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8, dan AHH Kabupaten Bone masih menempati posisi ke 19 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Tabel 2.19 Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun) SULAWESI SELATAN Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makasar Kota Pare Pare Kota Palopo Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun No Provinsi 4.Indeks Pembangunan Gender Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah Indeks komposit yang dihitung dari beberapa variabel untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia dengan memperhatikan disparitas gender. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Perkembangan IPG Kabupaten Bone dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan bahwa capaian IPG Kabupaten Bone masih jauh dibawah capaian IPG Provinsi dan Nasional. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kinerja pemerintah daerah untuk Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 26

32 mengurangi disparitas gender disetiap tahapan dan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan. Gambaran IPG Kabupaten Bone terhadap provinsi dan nasional, lebih jelasnya dilihat pada grafik di bawah ini. Grafik 2.8 Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun Grafik tersebut menunjukkan bahwa IPG Kabupaten Bone mengalami kenaikan yang tidak telalu signifikan dan menempati peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Lebih jelasnya pada uraian tabel 2.9. Tabel 2.2 Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun No Provinsi / Kabupaten SULAWESI SELATAN Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IPG 28 61,4 59,32 62,6 62,37 53,21 56,71 61,52 6,4 57,13 6,7 53,74 58,87 6,55 54,71 6,97 65,49 68,53 68,91 67, ,24 59,61 62,41 62,7 53,45 56,94 61,65 6,51 57,69 61,1 53,97 59,17 61,11 55,1 61,15 65,95 68,97 69,36 67, ,99 6,36 63,47 63,81 54,81 56,87 62,6 61,51 58,4 61,31 55,15 6,36 62,12 56,7 62,22 66,37 69,59 69,51 68, ,75 61,16 64,28 64,48 55,57 57,59 63,53 62,43 59,4 61,73 55,83 61,15 62,85 57,17 62,88 67,28 7,24 7,16 69,17 II - 27

33 No Provinsi / Kabupaten Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makasar Kota Pare Pare Kota Palopo 28 52,89 56,29 6,56 72,3 66,82 69,15 IPG ,3 54,13 56,66 57,88 63,92 72,23 72,49 67,8 67,8 69,72 7, ,71 58,18 64,72 73,4 68,43 7,54 Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun Peningkatan IPG di Kabupaten Bone selama ini dipengaruhi oleh peningkatan beberapa komponen IPG itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.21 IPG menurut komponen yang mempengaruhi Di Kabupaten Bone tahun 21 Angka Harapan Hidup (Tahun) L P 67,81 71,77 Angka Melek Huruf (%) L 87,47 P 83,54 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) L 7,21 Pengeluaran Per Kapita P L P 5,89 69,93 3,7 Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 212 Dari tabel tersebut terlihat bahwa level AHH yang dicapai penduduk laki-laki masih dibawah level AHH yang dicapai perempuan. Penyebab rendahnya AHH lakilaki, salah satunya mengungkapkan bahwa banyaknya kejadian kematian pada lakilaki umumnya bersifat prematur termasuk perilaku dan kemampuan bertahan hidup laki-laki yang cenderung lebih buruk daripada perempuan. Dari sisi AMH, perempuan masih lebih rendah dibanding laki-laki, namun suatu hal yang menggembirakan adalah peningkatan AMH perempuan sekitar 4% lebih cepat dibandingkan dengan AMH laki-laki yang hanya berkisar 1,7%. Seperti halnya komposisi AMH, untuk ratarata lama sekolah penduduk laki-laki secara umum lebih tinggi pada kisaran 1 tahun dibanding rata-rata lama sekolah penduduk perempuan. Sedangkan pengeluaran per kapita sangat dpengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya perbedaan upah yang diterima laki-laki dan perempuan. Salah satu faktor yang berpengaruh pada perbedaan tingkat upah adalah tingkat pendidikan. Kecenderungan pendidikan perempuan lebih rendah dibanding pendidikan laki-laki jelas berpengaruh pada perbedaan upah yang diterima antara laki-laki dan perempuan. Faktor lain juga erat kaitannya dengan faktor lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. 5.Indeks Pemberdayaan Gender Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang mengukur peran aktiv perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDG Kabupaten Bone dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan perkembangan yang positif, dari sebesar 6,2 pada tahun 28 menjadi sebesar 6,68 pada tahun 29, sebesar 65,54 pada tahun 21 dan sebesar 65,37 pada tahun 211. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran aktif penduduk perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik semakin baik. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 28

34 Grafik 2.9 Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun Capaian IDG Kabupaten Bone menduduki posisi ke 5 dari 24 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selata, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.22 Perbandingan IDG Kabupaten Bone dengan Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun No Provinsi / Kabupaten SULAWESI SELATAN IDG Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 29

35 No Provinsi / Kabupaten IDG Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makasar Kota Pare Pare Kota Palopo Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib 1. Pendidikan Upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui pembangunan pendidikan. Tujuan Pembangunan Bidang Pendidikan adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, menjadikan pendidikan murah, bermutu dan berdaya saing tinggi. Penyelenggaraan Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal maupun penyelenggaraan pendidikan non formal. Upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui pembangunan pendidikan. Tujuan Pembangunan Bidang Pendidikan adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, menjadikan pendidikan murah, bermutu dan berdaya saing tinggi. Penyelenggaraan Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal maupun penyelenggaraan pendidikan non formal. Undang-Undang Nomor 2 tahun 23 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah 19 tahun 25 tentang Standar Nasional Pendidikan, PP No. 48 tahun 28, tentang Pendanaan Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 21 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 21 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 21 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan merupakan dasar pelaksanaan pembangunan pendidikan bagi pemerintah baik Pusat maupun Daerah.Ketentuan dalam peraturan tersebut harus diacu oleh pemerintah darah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun non formal. Upaya untuk memenuhi ketentuan perundangan tersebut merupakan pekerjaan yang tidak mudah melihat kondisi pendidikan pada umumnya banyak yang masih belum memenuhi criteria atau standar yang telah ditentukan. Tentu saja hal ini menjadikan pemerintah Kabupaten/Kota harus bekerja keras dengan menyusun perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan kondisi keuangan daerah dan kondisi pembangunan pendidikan di daerah. Pembangunan pendidikan juga didasarkan pada Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun keberhasilan pembangunan pendidikan diukur melalui lima K, yaitu Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Keterjaminan. Ketersediaan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa layanan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 3

36 pendidikan tersedia di seluruh pelosok nusantara. Keterjangkauan dimaksudkan bahwa layanan pendidikan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kualitas dimaksudkan bahwa layanan pendidikan bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Kesetaraan dimaksudkan bahwa pelayanan pendidikan berkualitas adalah setara untuk warga negara Indonesia dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya, ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; Keterjaminan dimaksudkan bahwa pelayanan pendidikan menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri. Kondisi pembangunan pendidikan Kabupaten Bone digambarkan dengan pengelompokkan kelima aspek tersebut. Kondisi pendidikan Kabupaten Bone digambarkan sebagai berikut: a Ketersediaan Pelayanan Pendidikan 1) PAUD Pendidikan anak usaia dini (PAUD) memiliki fungsi strategis dalam rangka menanamkan nilai-nlai kebajikan serta budi pekerti luhur sejak awal. Pelayanan PAUD di Kabupaten Bone relative cukup berkembang. Gambaran kondisi PAUD di Kabupaten Bone terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.23 Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Bone tahun 212 No PAUD Formal Non Formal Informal Jumlah Jumlah Lembaga (TK. RA, BA)/KB, TPA SPS Jumlah Anak terlayani Guru / Pendidik Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Bone, 212 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah lembaga PAUD di Kabupaten Bone pada tahun 212 sebanyak 737 lembaga. Angka tersebut belum menunjukkan upaya akselerasi pencapaian target APK PAUD usia -6 tahun sebesar 75 % tahun 213, sementara APK PAUD usia -6 tahun tahun 212 sebesar 56,15 % dan APK usia 4-6 tahun sebesar 36,35%. 2) Pendidikan Dasar Jumlah SD/MI di Kabupaten Bone pada tahun 212 sebanyak 751 Unit. Jumlah tersebut relative mampu melayani pendidikan dasar di Kabupaten Bone. Sedangkan Jumlah SMP/MTs baik negeri maupun swasta di Kabupaten Bone sebesar 199 Unit. Ketersediaan SMP/MTs merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Bone. Gambaran Kondisi sarana dan prasarana baru SD dan SMP di Kabupaten Bone selama kurun waktu dapat dilihat pada tabel berikut: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 31

37 Tabel 2.24 Kondisi Sarana dan prasarana SD dan SMP Di Kabupaten Bone Tahun No Sarana dan Prasarana 28 SD/MI Setiap sekolah memiliki minimal 73,83 6 ruang kelas (%) 2 Setiap sekolah memiliki ruang 1,25 guru lengkap dengan prabotnya (%) 3 Setiap sekolah memiliki 7,43 perpustakan lengkap dengan prabotnya (%) 4 Setiap ruang kelas dalam 34,57 kondisi baik dan layak dipergunakan (%) 5 Rasio siswa / buku / 25, matapelajaran 1:1 (%) 6 23,69 Setiap sekolah memiliki alat peraga IPA (%) 7 Setiap Sekolah memiliki 1 7,43 judul buku pengayaan dan 1 buku referensi (%) B SMP/MTs 1 Rasio Rombel / Kelas 1 : 1 (%) 77,42 2 Setiap sekolah memiliki ruang 78,38 guru lengkap dengan prabotnya (%) 3 Setiap sekolah memiliki 73,23 perpustakan lengkap dengan prabotnya (%) 4 Setiap sekolah memiliki Lab ipa 67,56 lengkap dengan prabotnya (%) 5 Setiap sekolah memiliki Lab 5,6 Komputer lengkap dengan prabotnya (unit) 6 Setiap ruang kelas dalam 77,38 kondisi baik dan layak dipergunakan (%) 7 Rasio siswa / buku / 16,67 matapelajaran 1:1 (%) 8 Setiap sekolah memiliki alat peraga IPA (%) 9 Setiap Sekolah memiliki 2 25,96 judul buku pengayaan dan 2 buku referensi(%) Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone 213 A Tahun ,46 85,76 9,71 93,25 34,46 37,61 4,27 43,44 2,47 25,12 32,37 38,9 56,34 67,48 75,37 87,45 5, 62,5 75, 89 38,86 47,58 56, ,47 25,12 32, ,65 82, ,57 74,19 82,57 87, ,45 86,77 9, 93 69,28 75,49 75,49 78% 1,45 27,49 32, ,76 76,713 81,66 74,96 33,33 5, 75, 83, ,96 62,5 69,23 Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi sarana-prasarana sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI masih belum memadai. Perlu upaya keras untuk mewujudkan sarana dan prasarana sesuai dengan standard Pelayanan Minimal. Untuk Jenjang SMP/MTs juga demikian. Sarana dan prasarana yang dimiliki belum Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II

38 memenuhi standar pelayanan minimal dan untuk memenuhinya memerlukan upaya keras dari pemerintah Kabupaten Bone. Sejauhmana relevansi capaian APK jenjang SD/MI antara Kabupaten dengan Provinsi dapat dilihat pada uraian gambar berikut. Grafik 2.1 Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Kabupaten Bone tahun Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone Gambar tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anak bersekolah jenjang SD/MI sudah mencapai angka yang cukup maksimal. Hal ini berarti bahwa anak usia 7-12 tahun sudah mendapat layanan pendidikan meskipun ada sekitar 2,3 persen anak yang masuk jenjang sekolah di bawah usia 7 tahun. Relevansi capain APK jenjang SMP/MTs, dapat dilihat uraian berikut : Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 33

39 Grafik 2.11 Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTsKabupaten Bone tahun Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone Capai APM jenjang SMP/MTs di Kabupaten Bone tahun mengalami fluktuasi masih perlu ditingkatkan agar dukungan pencapaian target dapat diwujudkan bersama. Gambar 2.12 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA Kabupaten Bone terhadap Nasional tahun Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 34

40 Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta ketersediaan guru dapat dilihat dari rasio antara guru terhadap murid, murid terhadap jmlah kelas, murid terhadap sekolah dan murid terhadap rombel. Kondisi rasio tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.25 Rasio Siswa/kelas, Siswa /Guru, Siswa Sekolah, ruang kelas/rombel SD/MI dan SMP/MTs Di Kabupaten Bone Tahun No. Uraian A SD/MI Rasio siswa / kelas Rasio Siswa / Guru Rasio Siswa / sekolah Rasio R. Kls / rombel Target SPM 28 1:32 1:32 1:192 1: ,18 SMP/MTs Rasio siswa / kelas 1:36 26,4 Rasio Guru / siswa 1:32 26 Rasio R. Kls / rombel 1:1 3,48 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Tahun , , , ,12 19,76 12,12 11,96 132,93 13,81 1,1 1,1 B. 31, ,99 24,96 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa secara rata-rata SD/MI di kabupaten Bone kekurangan murid. Sedangkan dari rasio guru /siswa terlihat di Kabupaten Bone kelebihan guru pada jenjang pendidikan SD/MI maupun SMP/MTs. 3) Pendidikan Menengah Gambaran Kondisi sarana dan prasarana baru SMA/SMK/MA di Kabupaten Bone selama kurun waktu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.26 Kondisi Sarana dan prasarana SMA/SMK/MA Di Kabupaten Bone Tahun No Sarana dan Prasarana Rasio Rombel / Kelas 1 : 1 (%) Setiap sekolah memiliki ruang guru lengkap dengan prabotnya (%) Setiap sekolah memiliki perpustakan lengkap dengan prabotnya (%) Setiap sekolah memiliki Lab IPA lengkap dengan prabotnya (%) Setiap sekolah memiliki Lab Komputer lengkap dengan prabotnya (unit) Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera 28 1,91 62, ,63 81,48 Tahun 21 1,46 85, ,48 88, ,68 92,59 85,19 88,89 9,74 94,44 94,44 77,78 79,63 79,63 81,48 81,48 3,7 11,11 27,78 48,15 59,26 II - 35

41 No Sarana dan Prasarana 28 Setiap ruang kelas dalam 48,15 kondisi baik dan layak dipergunakan (%) 7 Rasio siswa / buku / 33,33 matapelajaran 1:1 (%) 8 Setiap sekolah memiliki alat 29,63 peraga IPA (%) 9 Setiap Sekolah memiliki 2 44,44 judul buku pengayaan dan 2 buku referensi(%) Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Tahun ,85 57, , ,52 41,67 58,33 66,67 75, 48,15 53,7 62,96 7,37 51,85 53,7 59,26 66,67 Tabel 2.27 Rasio Siswa/kelas, Siswa /Guru, Siswa Sekolah, ruang kelas/rombel SMA/SMK/MA Di Kabupaten Bone Tahun No Uraian Rasio siswa / kelas Rasio Guru / siswa Rasio R. Kls / rombel Target SPM 1:36 1:24 1: : :3 Tahun :13 1: :13 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, 213 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa secara rata-rata SMA/SMK/MA di kabupaten Bone kelebihan murid. Dengan kata lain Jumlah sekolah SMA/SMK/MA di Kabupaten Bone masih kurang. Sedangkan dari rasio guru /siswa terlihat di Kabupaten Bone kelebihan guru pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA. b Keterjangkauan Pelayanan Pendidikan Penyelenggaraan pelayanan pendidikan harus dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik dari aspek biaya maupun geografis. Keterjangkauan diukur melalui beberapa indikator yaitu Angka Partisapasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Melanjutkan (AM) pada tiap jenjang pendidikan. Gambaran tingkat keterjangkauan pelayanan pendidikan masing-masing jenjang pendidikan adalah sebagai berikut: a.) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Gambaran tingkat pelayanan pendidikan dalam jenjang pendidikan PAUD diukur melalui indikator APK dan APM PAUD. Capaian APK dan APM PAUD terlihat pada tabel berikut: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 36

42 Tabel 2.28 Jumlah Murid Tingkat PAUD/TK Kabupaten Bone tahun No Tahun Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, 213 b.) Pendidikan Dasar APK dan APM Pendidikan Dasar yaitu SD dan SMP di kabupaten Bone relatif rendah bila dibandingkan dengan capaian provinsi maupun nasional. Gambaran capaian APK dan APM pendidikan dasar selama kurun waktu terlihat dari tabel berikut: Tabel 2.29 APK dan APM Jenjang Pendidikan SD/MI//Paket A dan SMP/MTs/Paket B Kabupaten Bone tahun No 1 2 Uraian SD/MI (%) APK (%) APM (%) SMP/MTs APK (%) APM (%) Tahun ,6 98,79 115,11 97,68 115,16 97,77 11,75 98,9 17,29 99,21 86,86 67,94 92,51 68,37 92,19 76,8 91,97 76,25 89,83 8, Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone 212 Tabel di atas menggambarkan bahwa APK dan APM SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B selama kurun waktu mengalami peningkatan. Sebagaimana target capaian APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs yang tercantum dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun capaian APK dan APM SD/MI/Paket A di atas target Renstra Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sedangkan APK dan APM jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B Kabupten Bone masih di bawah APK dan APM Nasional. Target APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI/Paket A tingkat nasional sebesar 1,% APK dan 95,53% APM sedangkan untuk SMP/MTs/Paket B sebesar 95% APK dan 9% APM. Data tersebut menggambarkan bahwa di Kabupaten Bone tingkat partisipasi penduduk usia sekolah SMP relatif rendah. Masih banyak penduduk usia sekolah SMP/MTs yaitu tahun tidak dapat menikmati pendidikan di SMP. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 37

43 Angka melanjutkan ke jenjang pendidikan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Angka Melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP dan SMA selama kurun waktu terihat pada tabel berikut: No 1 2 Tabel 2.3 Angka Melanjutkan Ke SMP/MTs dan ke SMA/SMK Di Kabupaten Bone tahun Uraian Angka Melenjutkan (AM) dari 82,36 91,11 9,1 92,79 93,6 SD/MI ke SMP/MTs (%) Angka Melanjutkan (AM) dari 8,41 85,85 89,75 91,42 92,2 SMP/MTs ke SMA/SMK/MA (%) Sumber Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Tahun 212 Tabel diatas menggambarkan lulusan SD yang melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP selama kurun waktu fluktuatif, namun apabila dibandingkan dengan tahun 28 cenderung meningkat. Pada tahun 212 jumlah lulusan SD/MI yang melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs sebesar 93,6%. Hal ini berarti pada tahun 212 lulusan SD/MI yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs sebesar 6,4%. Angka melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA/SMK/MA lebih rendah dibandingkan angka melanjutkan ke SMP/MTs. Pada tahun 212 angka melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA/SMK/MA sebesar 92,2%. Dengan demikian banyak lulusan SMP/MTs di Kabupaten Bone yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebesar 7,8%. Angka Putus sekolah pada pendidikan dasar relatif cukup tinggi. Target yang ditetapkan dalam Renstra kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan angka putus sekolah untuk Pendidikan Dasar ditargetkan sebesar,12% untuk SD/MI dan,22 untuk SMP/MTs. Di Kabupaten Bone Angka Putus sekolah untuk jenjang pendidikan dasar pada tahun 212 mencapai,13% untuk SD/MI. Dengan demikian angka putus sekolah di Kabupaten Bone termasuk kategori rendah pada jenjang pendidikan SD/MI. Perkembangan APS jenjang pendidikan Dasar selama kurun waktu terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.31 Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Bone Tahun No INDIKATOR Angka Putus Sekolah (APS),59,32,21,17,13 SD/MI (%) 2 Angka Putus Sekolah (APS) 1,54,69,44,37,18 SMP/MTs (%) Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Tahun 212 c.) Pendidikan Menengah APK dan APM Pendidikan menengah yaitu SMA/SMK/MA di kabupaten Bone relatif rendah. Gambaran capaian APK dan APM pendidikan dasar selama kurun waktu terlihat dari tabel berikut: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 38

44 Tabel 2.32 APK dan APM Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C Kabupten Bone tahun Tahun ,71 56,74 58,84 6,97 63,54 35,83 43,52 46,52 53,32 54,21 NO. Uraian 1. APK 2. APM Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Tahun 212 Tabel di atas menggambarkan bahwa APK dan APM SMA/SMK/MA/Paket C selama kurun waktu mengalami peningkatan. Capaian APK dan APM SMA/SMK/MA/Paket C di Kabupten Bone masih di bawah APK dan APM Nasional. Target APK dan APM jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/paket C tingkat nasional sebesar 85% APK dan 8% APM. Data tersebut menggambarkan bahwa di Kabupaten Bone tingkat partisipasi penduduk usia relatif rendah. Masih banyak penduduk usia sekolah SMA yang tidak menempuh pendidikan di SMA. Angka Putus sekolah pada pendidikan menengah relatif cukup tinggi. Target yang ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebesar kurang dari 1%, Di Kabupaten Bone Angka Putus sekolah untuk jenjang pendidikan menengah pada tahun 212 mencapai,4%. Dengan demikian angka putus sekolah di Kabupaten Bone termasuk kategori sangat baik. Perkembangan APS jenjang pendidikan menengah selama kurun waktu terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.33 Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C Kabupten Bone tahun Tahun APS,9%,71%,53%,22%,4% Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, 212 c Kualitas Pelayanan Pendidikan Kualitas pelayanan pendidikan akan tercapai apabila satuan pendidikan memenuhi standar sebagaimana yang ditetapkan dalam PP 19 tahun 25 tentang Standar Nasional Pendidikan. Delapan standar tersebut merupakan bench mark agar sebuah satuan pendidikan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Upaya pemerintah untuk mendorong satuan pendidikan memenuhi standar tersebut sudah sejak lama dilakukan namun belum memperoleh hasil yang maksimal. Pelayanan pendidikan yang berkualitas menjadi harapan masyarakat selain juga harus dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan diukur melalui beberapa indikator Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 39

45 yaitu angka kelulusan, rasio guru terhadap murid dan kualitas. Gambaran kualitas pelayanan pendidikan di Kabupaten Bone terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.34 Capaian Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan Kabupaten Bone Tahun No Indikator SD/MI 1 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%) 2 Guru yang telah bersertifikasi (%) 3 Kepala Sekolah berkulifikasi S-1 4 Kepala Sekolah nyang memiliki sertifikasi Pendidik SMP/MTs 1 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV/S2 (%) 2 Guru yang telah bersertifikasi (%) 3 Kepala Sekolah berkulifikasi S-1 4 Kepala Sekolah nyang memiliki sertifikasi Pendidik SMA/SMK 1 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%) 2 Guru yang telah bersertifikasi (%) 3 Kepala Sekolah berkulifikasi S-1 4 Kepala Sekolah nyang memiliki sertifikasi Pendidik ,27 38,25 5,92 53,36 51,14 17,33 27,56 29,91 42,73 62,72 72,23 65,2 75,53 68,21 78,26 69,78 81,13 7,23 82,13 71,6 84,59 84,36 95,86 95,1 96,11 36,43 57,36 6,34 63,28 64, , , , , ,56 5,76 67,1 79,51 89,1 92,42 4,61 49,8 5,1 55,2 57, , , , , ,47 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Tahun Kesehatan Indikator utama pembangunan kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH), menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu melahirkan (AKI), dan presentase gizi buruk balita. UHH di Kabupaten Bone pada tahun 211 sebesar 7 tahun meningkat dari tahun 21 sebesar 69,73 tahun, tahun 29 sebesar 69,4 tahun dan tahun 28 = 69, tahun, sedangkan AKB di Kabupaten Bone cenderung mengalami penurunan dari tahun Pada tahun 28 AKB sebesar 3,46 per 1. kelahiran hidup menurun pada tahun 212 menjadi 3,23 per 1. kelahiran hidup. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 4

46 Gambar 2.13 Analisis Relevansi Angka Kematian Bayi Kabupaten Bone tahun Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone Gambar 2.14 Analisis relevansi Angka Kematian Balita (AKABA) Kabupaten Bone tahun Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 41

47 Grafik 2.15 Perkembangan AKB per 1. kelahiran hidup tahun Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 29 AKI Kabupaten Bone sebesar 24,2 per 1. kelahiran hidup meningkat pada tahun 212 menjadi 29,32 per 1. kelahiran hidup. Tingginya kasus kematian ibu melahirkan disebabkan oleh terlambatnya penanganan pada ibu hamil yang mengalami komplikasi (jantung, hipertensi dan DM). Gambar 2.16 Analisis Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan Kabupaten Bone tahun Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 42

48 Grafik 2.17 Perkembangan AKI per 1. kelahiran hidup Kabupaten Bone Tahun Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone Persentasi gizi buruk balita di Kabupaten Bone mengalami penurunan dari tahun Pada tahun 21 persentase gizi buruk balita pada tahun 21 sebesar,58% menurun pada tahun 212 menjadi,5%, sedangkan gizi kurang pada tahun 21 sebesar 5,5% menurun menjadi,15%. Berdasarkan hasil evaluasi pencapaian indikator SPM Bidang Kesehatan (Permenkes 741 tahun 28), sebagian besar target telah tercapai pada tahun 212. Terdapat 3 capaian yang belum tercapai yaitu cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani, cakupan neo-natal dengan komplikasi yang ditangani, cakupan kunjungan balita, cakupan Desa dengan UCI (Universal Child Immunization), cakupan penemuan AFP rate per 1. penduduk< 15 tahun, dan cakupan penemuan pasien baru TB BTA posistif. Tabel 2.35 Kinerja Pencapaian Standar Pelayanan Dinas Kesehatan Tahun NO Indikator SPM Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan Ibu Hamil dengan komplikasi yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan pelayanan ibu nifas Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani 28 92, ,23 Tahun 21 98,78 51,96 15,3 51,3 71,74 61,28 75,65 76,63 88,17 9,29 93,43 75,65 78,63 88,17 9,29 93,43 48,34 69,97 11,4 71,57 62,69 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera , ,1 II - 43

49 NO Indikator SPM Cakupan kunjungan bayi Cakupan desa/kelurahan dengan UCI (Universal Child Immunization) Cakupan pelayanan anak balita Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat Cakupan peserta KB aktif Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit a. AFP rate per 1. penduduk< 15 tahun b. Penemuan penderita Pneumonia balita c. Penemuan pasien baru TB BTA posistif d. Penderita DBD yang ditangani e. Penemuan penderita Diare Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab./Kota Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi< 24 jam Cakupan Desa Siaga Aktif 28 8,91 89, ,27 89,79 Tahun 21 94,94 88,17 46,43 47,1 19, ,5 89, ,83 89,79 49,65 55, ,7 4,27 78,63 16,26 95,1 66,4 72,2 54,39 85,78 63,47,93 1,39,93 2,31 1, ,83 7,89 3,61 3,54 43,4 56,87 49,12 1 1, ,43 1,41, ,78 66,52 52,59 26,9 4,58 1,3,78,9 1 95,12 1 3, ,53 59,14 67,74 1 Sumber : Data Olahan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, 213 Upaya pendukung peningkatan kinerja pelayanan kesehatan adalah upaya Pembinaan Kesehatan Lingkungan pada kegiatan Pemeriksaan Tempat-Tempat Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 44

50 Umum (TTU), Penyediaan air bersih dan penggunaan Jamban Keluarga. TTU yang diperiksa di Kabupaten Bone relatif meningkat setiap tahunnya, sedangkan pemeriksaaan pada sarana air bersih relatif kecil, dari tahun sebanyak 4,97%-58,53%. Penggunaan Jamban Keluarga (Jaga) masyarakat Bone mengalami peningkatan namun kondisinya masih dibawah target Indikator Indonesia Sehat. Penggunaan Jaga pada tahun 212 hanya 48,7% dengan target 65%. Grafik 2.18 Perkembangan Sarana Sanitasi Kabupaten Bone Tahun Sumber : Data Olahan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, 213 Sumber daya Kesehatan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ketersediaan sumber daya kesehatan sesuai dengan kebutuhan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Sumber daya kesehatan yang diperlukan didalam pembangunan kesehatan antara lain tenaga,dana, sarana dan prsarana serta teknologi. Sesuai Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang termasuk tenaga kesehatan adalah tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. Tenaga keperawatan meliputi tenaga perawat dan bidan. Tenaga kefamasian meliputi apoteker, analis farmasi, asisten apoteker. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi epidemologi kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrasi keseahtan serta tenaga saitasi. Tenaga Gizi meliputi tenaga nutrisionis, dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterafis, okuterapis, dan terapi wicara. Tenaga keteknisan medis meliputi radiografis, radioterapis, teknisi gigi, teknis elektromedis, analisis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknis transfusi dan perekam medis serta tenaga non kesehatan. Berikut ini sumber daya manusia yang dimiliki oleh Kabupaten Bone yang tersebar di Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit serta sarana kesehatan yang lain: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 45

51 Tabel 2.36 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Kabupaten Bone Tahun 212 No Tenaga Kesehatan Medis Perawat Dan Bidan Kefarmasian Kesehatan Masyarakat PUSKESMAS (Termasuk Pustu, Polindes & Balai Kesehatan Gigi) Institusi Diklat/ Diknakes Rumah Sakit Sarana Kesehatan Lain Dinas Kesehatan Sanitarian Ahli Gizi Keteknisan Gizi T O T AL Sumber : Sub Bagian Umum dan Perencanaan (Dinkes Bone) 1. Tenaga Medis Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1966 tentang Tenaga Kesehatan. Total tenaga medis pada tahun 212 adalah sebesar 78 orang dengan rincian, dokter spesialis sebanyak 13 orang, dokter umum sebanyak 47 orang dan dokter gigi sebanyak 21 orang. Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga medis, Kabupaten Bone masih memerlukan tenaga medis cukup banyak. Dokter Spesialis berdasarkan perhitungan dibutuhkan sejumlah 3 dokter spesialis untuk jumlah penduduk jiwa, sedangkan dokter umum yang dibutuhkan adalah 243 dokter umum dan kebutuhan dokter gigi sebanyak 59 orang. Tabel 2.37 Persebaran Tenaga Medis Menurut Unit Kerja Kabupaten Bone Tahun 212 No Jenis Tenaga Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi T O T AL Unit Kerja Rumah Sakit Balai Kesehatan Gigi Puskesmas DINKES Sumber : Sub Bag Umum dan Perencanaan (Dinkes Bone) Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 46

52 2. Tenaga Keperawatan Tenaga Keperawatan terdiri dari tenaga perawat dan bidan. Total tenaga keperawatan adalah 255 orang dan jumlah tenaga perawat yang berada di Puskesmas sebanyak 14 orang, Rumah Sakit sebanyak 114 orang,dan di Dinas Kesehatan sebanyak 1 orang. Tenaga Bidan yang bertugas di Puskesmas sebanyak 195 orang, di Rumah Sakit sebanyak 25 orang dan Dinas Kesehatan sebanyak 1 orang. Tenaga Bidan ini memiliki status sebagai PNS, dalam rangka memenuhi kebutuhan bidan, kebijakan yang dilakukan Dinas Kesehatan adalah menempatkan bidan baru sebagai tenaga honorer. Pada tahun 212 jumlah bidan honorer sebanyak 177 bidan sehingga seluruh Desa (372 desa) telah terisi bidan. Bidan yang telah mendapat pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) sebanyak 77 bidan. Tabel 2.38 Persebaran Tenaga Keperawatan Menurut Unit Kerja Dikabupaten Bone Tahun 212 Unit Kerja No Jenis Tenaga Puskesmas Rumah Sakit Balai Kesehatan Gigi Dinkes 1 Bidan Perawat T O T AL Sumber : Sub bag Umum dan Perencanaan (Dinkes Bone) Jumlah UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Puskesmas di Kabupaten Bone sampai dengan tahun 213 adalah 15 UPTD Puskesmas Perawatan dan 23 UPTD Puskesmas non Perawatan. Kondisi Puskesmas yang rusak berat sebanyak 6 unit, rusak ringan 17 unit dan kondisi baik sebanyak 15 unit. Jumlah tempat tidur di puskesmas perawatan sebanyak 15 unit. Jumlah puskesmas PONED ( Pelayanan Obstetrik Neonatus Emergency Dasar) sebanyak 4 unit. Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bone sebanyak 75 unit dengan kondisi baik sebanyak 17 unit, rusak ringan 35 unit dan rusak berat 23 unit. Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Bone sampai dengan tahun 213 yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bone adalah sesuai tabel berikut : Tabel 2.39 Jumlah Pelayanan Sarana Kesehatan Di Kabupaten Bone Tahun 213 No Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Bersalin Puskesmas Perawatan Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Keliling Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera Pemilikan/Pengelolaan Pemerintah Swasta Jumlah Kab II - 47

53 No Fasilitas Kesehatan Puskesmas Pembantu (Pustu) Rumah Bersalin Balai Pengobatan/Klinik Praktik Dokter Bersama Posyandu Apotek Toko Obat Gudang Farmasi Kesehatan Industri Obat Tradiosional Industri Kecil Obat Tradiosional Pemilikan/Pengelolaan Pemerintah Swasta Jumlah Kab Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bone 3. Pekerjaan Umum Kondisi jalan dan jembatan di Kabupaten Bone selama 5 tahun terakhir mengalami perkembangan yang baik. Kondisi jalan rusak berat masih tinggi, dimana tahun 212 kondisi jalan rusak berat sepanjang 799,917 km. Sementara untuk kondisi jembatan di Kabupaten Bone tahun 212 sepanjang 15,2 m dalam kondisi baik, 2,5 m dalam kodisi sedang, 18 m dalam kondisi rusak ringan dan sepanjang 288,7 m dalam kondisi rusak berat. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat padaa tabel sebagai berikut : Tabel 2.4 Kondisi Jalan dan Jembatan No. a. B Uraian Kondisi Jalan (km) Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Kondisi Jembatan (m) Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat , ,47 479,95 799, ,2 2, ,7 1.39,2 2, ,7 1.5,2 2, ,7 1.5,2 2, ,7 1.5,2 2, ,7 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Kab Bone, 212 Berdasarkan Data Dasar Prasarana Jalan Kabupaten (DD-1) Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air Kabupaten Bone Tahun 213 masih ada sekitar 39,7 % panjang ruas jalan kabupaten dalam kondisi rusak berat dan 2,81 % kondisi rusak ringan. Hal ini akan menjadi perhatian pemerintah daerah agar mampu menuntaskan persoalan fisik dan prasarana yang menjadi salah satu kendala pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 48

54 1. Kondisi Jaringan Irigasi Kondisi jaringan irigasi di Kabupaten Bone selama 5 tahun terakhir mengalami perkembangan yang fluktuaktif. Perkembangan Selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.41 Kondisi Jaringan Irigasi No. Uraian Baik 73, 5.679,58 71, 2. Sedang , , , 3. Rusak Ringan 124, 126,74 124, , , 173, , 3.26, 163, Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Kab Bone, Kondisi Alat-Alat Kebinamargaan Kondisi Alat-alat berat kebinamargaan di Kabupaten Bone, masih jauh dari kebutuhan. Selama 5 tahun terakhir mengalami perkembangan yang fluktuaktif. Perkembangan Selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : No Tabel 2.42 Kondisi Alat-Alat Kebinamargaan Uraian Baik Rusak Ringan Rusak Berat Rusak Sama Sekali Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Kab Bone, Perumahan Rakyat Rasio rumah tangga pengguna air bersih tahun 212 sebesar 76,8%, kondisi ini menunjukan masih ada 23,2% masyarakat Kabupaten Bone yang belum mengakses air bersih. Sementara itu untuk rumah tangga yang memiliki sanitasi masih sangat rendah, dimana tahun 212 prosentase rumah tangga bersanitasi baru mencapai 54,4%. Untuk kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Bone masih cukup besar dimana tahun 212 prosentase luas kawasan permukiman kumuh mencapai 18,68%. Sedangkan cakupan rumah tidak layak huni tahun 212 sebesar 28,84%. Perkembangan kondisi perumahan di Kabupaten Boner selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini : Tabel 2.43 Capaian Indikator Kinerja Perumahan Tahun NO Indikator Kinerja Capaian Tahun Rasio Rumah tangga pengguna air bersih 33,7 41,85 51,37 6,17 76,8 2. Prosentase Rumah tangga ber-sanitasi 39,84 49,76 51,13 52,64 54,4 3. Prosentase jalan setapak/lingkungan yang layak 4,7 42,85 5,75 53, Prosentase Luas kawasan kumuh 14,9 15,17 16,8 17,1 18,68 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 49

55 NO Indikator Kinerja Capaian Tahun Cakupan rumah tidak layak huni (%) 19,97 22,15 25,8 26,18 28,84 6. Jumlah septik tank komunal (%) 39,88 47,45 49,3 5,75 55 Sumber : Dinas Tarkim Kabupaten Bone, Tahun Tata Ruang Penataan ruang pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengatur ruang agar aktivitas kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya berkembang secara harmonis dan lestari. Di sini terdapat dua hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian secara serius, yaitu: Pertama, adanya tiga unsur penting dalam penataan ruang, yaitu: manusia beserta aktivitasnya, lingkungan alam sebagai tempat, dan pemanfaatan ruang oleh manusia di lingkungan alam tersebut. Kedua, proses pemanfaatan ruang haruslah bersifat terbuka, berkeadilan, memiliki perlindungan hukum dan mampu memenuhi kepentingan semua pihak (petaruh/stakeholder) secara terpadu dan berdayaguna serta serasi. Terkait dengan penataan ruang, Kabupaten Bone telah menyusun Perda Nomor 2 Tahun 213 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone Tahun Dalam Perda tersebut disebutkan bahwa tujuan penataan ruang Kabupaten Bone adalah mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan di dukung masyarakat melalui pengembangan pertanian, perikanan dan kelautan berbasis konservasi dan mitigasi bencana. Dalam Perda tersebut dikemukakan bahwa kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dilakukan melalui: (1) kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, (2) kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang; dan (3) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis. Terkait dengan berbagai aktivitas pembangunan di Kabupaten Bone, ada beberapa aspek penataan ruang yang perlu mendapatkan perhatian pada masa mendatang, yaitu kawasan lindung, kawasan ruang terbuka hijau, kawasan rawan bencana alam, kawasan budidaya, kawasan pariwisata. Pengaturan tersebut perlu dilakukan untuk mengendalikan kebutuhan masing-masing kawasan agar tetap sinkron dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat. Secara rinci kinerja urusan Penataan Ruang di Kabupaten Bone tahun tergambarkan pada tabel berikut: Tabel 2.44 Kondisi Capaian kinerja Tata Ruang NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Capaian Tahun Target SPM Jumlah peraturan perizinan pemanfaatan ruang (%) Peningkatan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang (%) Kecamatan (%) ,82 18,52 18,54 29,63 3 Tersedianya Informasi Penataan Ruang (peta analog dan digital) Kelurahan (%) 9 58,34 58,34 58,34 58,34 58,34 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 5

56 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Capaian Tahun Target SPM luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik (%) Rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan (%) Rata-rata alih fungsi lahan di perkotaan (%) 1,1 2,1 3,7 4,2 5,8 Sumber : Dinas Tarkim Kabupaten Bone, Tahun Perencanaan Penyelarasan dokumen perencanaan pembangunan secara nasional yaitu RPJM Nasional , RPJM Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan RPJM Daerah Kabupaten Bone untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan UndangUndang No. 25 tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No. 32 tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah, perlu semakin dimantapkan. Penyusunan RPJMD Kabupaten Bone mengacu pada penataan ruang sebagaimana Perda Nomor 2 Tahun 213 tentang RTRW Kabupaten Bone. Penyusunan dokumen perencanaan perlu pula memperhatikan pengarusutamaan dalam perencanaan pembangunan daerah, yaitu: (1) tata pemerintahan yang amanah (good governance); (2) peningkatan pencapaian standar pelaksanaan minimal (SPM) meliputi 15 urusan wajib yang targetnya harus disusun oleh pemerintah Kabupaten Bone; (3) perencanaan dan penganggaran yang pro-poor dan penganggaran responsif gender, serta (4) kelestarian lingkungan dan pengurangan resiko bencana. Amanat Selain itu, perlu diperhatikan kebijakan dan arahan Inpres No. 3 tahun 21 tentang Pembangunan Nasional Berkeadilan, mengamanatkan bahwa pemerintah daerah memberikan sumbangan dalam rangka pencapaian Pendidikan Untuk Semua (PUS), Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDG`s) pada tahun 215 dan RAD Pangan dan Gizi maka Kabupaten Bone harus memberikan konstribusi dalam pencapaian target-target tersebut. Gambaran kondisi pelaksanaan dan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang telah disusun, antara lain sebagai berikut : Tabel 2.45 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Bone No 1 Indikator Ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah 1)RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 2)RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 51

57 No Indikator 3)RKPD yang telah ditetapkan dengan Perbup Jumlah dokumen perencanaan pembangunan ekonomi Jumlah dokumen perencanaan pembangunan sosial budaya Jumlah dokumen perencanan bidang infrastruktur Sumber : Bappeda dan Statistik Kabupaten Bone, Tahun 213 Sejalan dengan kebijakan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah, pada tahun-tahun mendatang banyak dokumen perencanaan pembangunan kepada Pemerintah Daerah di berbagai bidang pembangunan, baik bidang ekonomi, sosial budaya dan sarana - prasarana wilayah, sumberdaya alam dan lingkungan perlu diwujudkan. 7. Perhubungan 1. Perhubungan Darat a. Kondisi Pelayanan Angkutan Jalan Jumlah penumpang angkutan umum di Kabupaten Bone mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Tahun 28 jumlah penumpang angkutan umum sebanyak orang meningkat menjadi orang tahun 212. Tabel 2.46 Kondisi Pelayanan Angkutan Darat Indikator Jumlah Arus Penumpangan Angkutan Umum Rasio ijin trayek Jumlah uji kir angkutan umum Kepemilikan KIR angkutan umum Lama pengujian KIR 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan (Kelayakan Angkutan Umum) Biaya pengujian kelayakan angkutan Rp.5. Rp.5. Rp. 5. Rp. 5. Rp. 5. umum Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 52

58 b. Kondisi Pelayanan Angkutan Sarana dan Prasarana Angkutan Darat Kondisi pajang jalan yang memliki trotoar di Kabupaten Bone tahun 212 telah mencukupi dimana antara kebutuhan trotoar dengan trotoar yang dibangun lebih besar trotoar yang terbangun. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.47 Panjang Jalan yang Memiliki Trotoar, Lebar Rata-Rata Trotoar, serta Panjang Jalan yang masih perlu Dibangun Trotoar Tahun 212 No Status Dibutuhkan Terbangun Lebar (Km) (Km) rata-rata (m) 1 Jalan Nasional 3 5, 1 2 Jalan Propinsi 3 5, 2 3 Jalan Kabupaten/Kota 5 7,5 1 Jumlah rata-rata 11 18, 4 Sumber : Dinas PU dan SDA Kabupaten Bone, Tahun 213 Sementara itu untuk kondisi jumlah apil, juga menunjukan kondisi yang dibaik dimana anatara kebutuhan apil dengan apil yang terpasang lebih bersar yang terpasang dan semuanya dalam kondisi berfungsi dengan baik. Selengkapnya dpat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.48 Data Jumlah Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalu Lintas yang dibutuhkan, terpasang dan kondisinya Tahun 212 Kondisi (buah) Dibutuhkan Terpasang No Jenis lokasi Tidak (buah) (buah) Berfungsi Berfungsi Simpang 4/lebih Simpang 3 Penyeberangan Jalan Ruas jalan (Lampu Kuning/ Warning Light Jumlah Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 213 Untuk kebutuhan marka jalan dalam Kota yang masih belum terpenuhi adalah jalan kabupaten/kota dimana dari 25 km yang diperluakan baru dilengkapi sepanjang 1 km. Meskipun demikian secara keseluruhan kondisi marka dalam keadaan baik dan jelas. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pata tabel berikut : Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 53

59 Tabel 2.49 Data Fasilitas Perlengkapan Jalan Dalam Kota Watampone ( Marka Jalan ) Tahun 212 Kondisi Sudah Dibutuhkan Status dilengkapi Baik/Jelas Sedang Pudar (km) (km) (%) (%) (%) No Jalan Nasional Jalan Propinsi Jalan Kabupaten/Kota Jumlah 13,12 1,6 25, 13,12 12, 1, ,72 35,12 145, 5, 35, Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 213 Kebutuhan fasilitas lampu penerangan jalan yang selama ini masih kurang berada pada jalan nasional dan provinsi dimana untuk jalan nasional dibutuhkan 5 titik lampu, namun kondisi lampu yang terpasang baru 34 titik. Untuk jalan provinsi dari kebutuhan 4 titik lampu baru terpasang 298 titi. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.5 Data Fasilitas Perlengkapan Jalan Dalam Kota Lampu penerangan jalan No Status Jalan Nasional Jalan Propinsi Jalan Kabupaten/Kota Jumlah Dibutuhkan (titik lampu) Terpasang (titik lampu) Berfungsi (titik lampu) Sumber : Dinas PU dan SDA Kabupaten Bone, Tahun 213 Kondisi rambu-rambu lalu lintas di Kabupaten Bone tahun 212 menunjukan kondisi yang kurang baik dimana anata kebutuhan rambu dengan rambu yang terpasang masih terjadi gap yang cukup besar. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.51 Data Fasilitas Perlengkapan Jalan dalam Kota (Perambuan) Yang dibutuhkan dan terpasang No Status Jalan Nasional Jalan Propinsi Jalan Kabupaten/Kota Jumlah Dibutuhkan Terpasang Kondisi Baik Rusak Sumber : Dinas PU dan SDA Kabupaten Bone, Tahun 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 54

60 Terminal penumpang merupakan prasarana untuk keperluan menurunkan dan rnenaikkan penumpang, pemindahan intra dan atau moda tranportasi serta untuk rnengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan penumpang. Kabupaten Bone memilki 1 terminal panumpang yaitu terminal Petta PonggawaE dengan type A, dan Jumlah Terminal Pembantu sebanyak 3 unit. Sementara itu untuk fasilitas terminal tipe A dapat lihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.52 Data Fasilitas Terminal Petta Ponggawae No Fasilitas Pelataran kedatangan bus Pelataran parkir bus Kantor Terminal Ruang tunggu penumpang WC/toilet Pelataran parkir pengunjung Jalan lingkungan Papan pengumuman Daftar/papan tarif pertrayek Daftar/papan petunjuk jurusan Pelataran keberangkatan bus Pelataran tunggu penumpang Menara Pengawas Kafetaria Mushola Ruang perwakilan agen Taman/penghijauan Keberadaan Tidak Ada ada Kondisi Tidak Baik baik Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 213 Penyelenggaraan angkutan umum jalan raya di Kabupaten Bone dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu: Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Lokal yang berupa Angkutan Kota (ANGKOT) Angkutan Pedesaan ( ANGDES) c. Kondisi Pelayanan Pengujian Kendaran Bermotor Kabupaten Bone memiliki 1unit pengujian kendaraan bermotor, yang memiliki populasi kendaraan wajib uji sebanyak kendaraan wajib uji. 2. Angkutan Laut Angkutan Laut (Kapal) salah satu sarana Transportasi masyarakat antar pulau untuk memperlancar perekonomian masyarakat dengan menggunakan kapal laut. Dalam rangka pergerakan Angkutan Laut untuk dapat menunjang mendorong pertumbuhan perdagangan lokal antar pulau maupun antar Negara dengan ditunjang pelabuhan laut yang ada sehingga dapat digunakan untuk melayani kegiatan Angkutan Laut atau penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 55

61 Salah satu penunjang angkutan laut tentunya pelabuhan utnuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang serta perpindahan antar moda transportasi, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi PAD kepada Pemerintah Daerah. Adapun gambaran singkat Pelabuhan yang ada di Kabupaten Bone diantaranya: 1. Pelabuhan penyeberangan ASDP dikelolah oleh Pusat (PT.ASDP) terletak di Kelurahan Bajoe Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone 2. Pelabuhan Pattiro Bajo (PR) dikelolah oleh Pusat (Dirjen Hubla) terletak di Desa Pattiro Sompe Kec. Sibulue Kab. Bone 3. Pelabuhan Uloe (PL) dikelolah oleh Pusat (Dirjen Hubla) terletak di Desa Uloe Kec. Dua Boccoe Kab. Bone 4. Pelabuhan Tuju-Tuju (PR) dikelolah oleh Pusat (Dirjen Hubla) terletak di Desa Tarasu Kec. Kajuara Kab. Bone 5. Pelabuhan Kading (PL) dikelolah oleh Pemerintah Daerah Dinas Perhubungan Kabupaten Bone terletak di Desa Kading Kec. Barebbo Kab. Bone 6. Pelabuhan Waetuo masih alami Tradisionil) terletak di Kelurahan Waetuo Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone 7. Pelabuhan Cenrana masih alarni (Tradisionil) terletak di Kelurahan Cenrana Kec. Cenrana Kab. Bone 8. Pelabuhan Lapongkong masih alami (Tradisionil) terletak di Desa Malimongeng Kec. Salomekko Kab. Bone 9. Pelabuhan Pallime masih alami (Tradisionil) terletak di Desa Pallime Kec. Cenrana Kab. Bone 3. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan - Sungai : Sungai walannae Cenrana mengalir dari danau Tempe ke arah timur menuju muara di Teluk Bone panjang + 69 km, lebar sungai rata - rata 4-5 meter Pelabuhan penyeberangan Bajoe yang dikelola oleh PT. ASDP mengoperasikan 9 Kapal Roro yaitu : 1. KR. Merak (Pemilik Kapal PT. ASDP) 2. KR. Tuna (Pemilik Kapal PT. ASDP) 3. KR. Kota Bumi (Pemilik kapal PT. Jemla Ferry) 4. KR. Mishima (Pemilik kapal PT. Jemla Ferry) 5. KR. Muchlisa (Pemilik kapal PT. Bukaka Lintas Tama) 6. KR. Poncan Moale (Pemilik kapal PT. ASDP) 7. KR. Marina Terteira (Pemilik kapal PT. Jembatan Madura) 8. KR. Reny II (Pemilik kapal PT. Jembatan Madura) 9. KR. Kota Muna (Pemilik kapal PT. Juli Rahayu) Kepadatan angkutan perbulan : - Pejalan kaki orang - Diatas kendaraan orang Jumlah orang - Kendaraan roda 2 : buah - Kendaraan roda 4 : buah 4. Angkutan Udara Transportasi Udara yang cepat,aman dan nyaman sangat dibutuhkan masyarakat kabupaten Bone. Kabupaten Bone telah memiliki jaringan transportasi darat dan laut. Peran dan kedudukannya sebagai pusat perdagangan barang dan jasa sehingga transportasi udara sebagai komplemen Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 56

62 dari sistim angkutan darat dan laut yang telah berkembang, untuk itu pemerintah Kabupaten Bone membangun Bandar Udara sebagai langkah mengembangkan transportasi udara sesuai dengan tingkat kebutuhan wilayah. Bandar udara sebagai program dalam penyelenggaraan penerbangan sehingga pemerintah kabupaten Bone membangun Bandar Udara mulai tahun 27 dengan luas lahan ± 6 Ha. Bandara Mappalo Ulaweng Kabupaten Bone mulai beroperasi 18 April 213. Bandara Mappalo Ulaweng terletak di Desa Mappalo Ulaweng Kecamatan Awangpone. Jarak dari Provinsi ke bandara 183 km, jarak kabupaten ke bandara 1 km, jarak dari Kab/kota kecamatan 2,5 km. luas lahan ± 6 Ha. Pembangunan disisi udara antara lain landasan pacu 9m x 23m, appron 7x8 m, taxiway 99,5 km x 15m. Sisi darat terminal 12m2, bangunan gedung PKP-PK 7m2, jalan akses sementara masuk bandara 3m x 3 m. Lahan parkiran 3 mx 6 m. Saat ini maskapai penerbangan yang baru masuk ke melayani penerbangan di Bandara Mappalo Ulaweng baru Susi Airlines. Rute penerbangan yang dilalui makasar-bone dan Bone-kolaka-kendari Rencana Pembangunan kedepan. Pembangunan landasan pacu 14 m, pembangunan tower Air Traffic Control 1m2, Pembangunan akeses jalan ke bandara 5m x23 m, Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana, penyedian rambu, kendaraaan oprasial, pembangunan rumah ibadah, pengaspalan akses jalan masuk pembangunan pintu gerbang, pembangunan pagar lokasi bandara, bangunan meteorologi 24 m2, bangunan Kantor 12m2, pembanguan rumah dinas tipe 72 7 unit dan tipe 45 sebanyak 15 unit, tipe 36 sebanyak 27 unit, terminal kargo 2m2, taxi pengemudi 3 m2, kantin karyawan 2 m2, pos penjagaan 1m2, bangunan serbaguna 2m, bangunan operasi 14 m2. 8. Lingkungan Hidup Capaian kinerja Pembangunan Lingkungan Hidup Kabupaten Bone dalam kurun waktu lima tahun (28-212) menunjukkan peningkatan, baik dalam pencegahan pencemaran air, tanah maupun udara dan pencegahan kerusakan lingkungan; penghijauan dalam rangka pelestarian sumber-sumber mata air; perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan; pelestarian ekosistem pesisir; pengembangan ruang terbuka hijau; maupun pengelolaan sampah melalui sistem 3R (Reuse, Reduce and Recycle). Cakupan pelayanan pencegahan pencemaran air pada tahun 212 mencapai 75,%, masih lebih rendah dari target SPM sebesar 1% pada tahun 213. Capaian pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup telah mencapai 1% pada tahun 212, lebih tinggi dari target SPM sebesar 9%. Kondisi serupa juga terjadi pada indikator pemantauan pencemaran status mutu air yang telah mencapai 1%. Sementara itu cakupan penegakan hukum lingkungan baru mencapai 67,% pada tahun 212, disebabkan beberapa kasus masih dalam proses hukum. Terkait pelayanan pencegahan pencemaran udara, Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak capaiannya masih rendah, yaitu baru mencapai 22,% pada tahun 212, jauh lebih rendah dari target SPM sebesar 1%. Penghijauan dalam rangka pelestarian sumber-sumber mata air capaiannya masih rendah, terlihat dari indikator cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air sebesar 28,% pada tahun 212. Terkait perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan, cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL di Kabupaten Bone mencapai sebesar 1%, sedangkan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 57

63 cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL-UPL masih kurang, yaitu baru mencapai sebesar 6,%. Kinerja pelestarian ekosistem pesisir di Kabupaten Bone terlihat dari luas kerusakan kawasan mangrove yang cukup tinggi, yaitu mencapai sebanyak 745, hektar pada tahun 212. Terkait ketersediaan ruang terbuka hijau, capaian persentase luas Ruang Terbuka Hijau wilayah perkotaan di Kabupaten Bone sebesar 15, ha. Sampai dengan tahun 212 pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa belum diketahui capaiannya, karena belum ada penetapan kawasan produksi biomassa. Terkait pengelolaan sampah, persentase volume sampah perkotaan yang terkelola melalui 3R sebesar 3,%. Perkembangan kinerja pelayanan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bone dalam kurun waktu lima tahun (28-212) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.53 Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bone Tahun No Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD 1 Pelayanan pencegahan pencemaran air (%) 2 Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup (%) 3 Pencemaran status mutu air (%) 4 Penegakan hukum lingkungan (%) 5 Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak (%) 6 Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air (%) 7 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL (%) 8 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL-UPL (%) 9 Luas kerusakan kawasan mangrove (ha) 1 Persentase luas Ruang Terbuka Hijau wilayah perkotaan (ha) 11 Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa (%) 12 Persentase volume sampah perkotaan yang terkelola melalui 3R (%) Realisasi Capaian Tahun ke28 55, 29 6, 21 56, , , 1, 1, 1, 1, 1, 1, 6, 2, 1, 66,67 2, 1, 1, 2, 1, 8, 21, 1, 67, 22, 4, 1, 16, 22, 28, 1, 1, 1, 1, 1, 4, 45, 5, 55, 6, 495, 545, 595, 695, 745, 3, 6, 9, 12, 15,,5 1, 1,5 2, 3, Sumber : BLHD Kabupaten Bone, Tahun 213 Terdapat beberapa tantangan atau ancaman yang dihadapi berkaitan dengan pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Bone. Pertama ancaman pencemaran lingkungan akibat peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat, diantaranya oleh aktivitas industri, aktivitas rumah tangga (domestik), dan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 58

64 pertanian dengan adanya pemakaian pupuk anorganik dan pestisida. Pembangunan industri menghasilkan limbah cair, gas dan padatan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan air, udara dan tanah. Kedua, degradasi hutan, lahan dan sumber-sumber mata air. Kerusakan lahan di Kabupaten Bone ditandai dengan semakin luasnya lahan-lahan yang tidak produktif atau lahan kritis yang diakibatkan oleh pembukaan lahan pada daerah kemiringan, penambangan bahan galian secara liar (Penambangan Tanpa Ijin/PETI), dan pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Ketiga, degrasi pesisir dan laut yang ditandai oleh adanya kerusakan ekosistem mangrove. Kawasan mangrove di pesisir Teluk Bone Kabupaten Bone sepanjang 138 km, sebagian besar mengalami kerusakan yang parah. Kerusakan tersebut disebabkan oleh konversi hutan mangrove menjadi areal tambak, permukiman/persawahan, dan penggunaan lainnya. Keempat perubahan iklim yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup dan dapat menjadi ancaman terjadinya bencana alam. 9. Pertanahan Pembangunan urusan pertanahan mencakup administrasi pertanahan, penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, penyelesaian konflik-konflik pertanahan, dan pengembangan sistem informasi pertanahan. Pembangunan pertanahan diarahkan untuk menjamin kepastian hukum akan penggunaan tanah untuk berbagai kepentingan, baik yang bersifat kepentingan pribadi, keperluan usaha, maupun kepentingan umum. Luas lahan bersertifikat di Kabupaten Bone pada tahun mengalami peningkatan dari sebanyak bidang pada tahun 28, menjadi bidang pada tahun 212. Persentase luas petak lahan yang bersertifikat pada tahun 28 sebesar 12,8%, tahun 212 meningkat menjadi 13,7%. Jumlah petak tanah bersertifikat hak milik mengalami peningkatan dari sebanyak 2.57 sertifikat pada tahun 28, menjadi petak pada tahun 212. Tanah bersertifikat hak pakai juga meningkat dari sebanyak 1 petak pada tahun 28 menjadi sebanyak 7 petak pada tahun 212. Sementara itu petak tanah Hak Guna bangunan mengalami penurunan dari sebanyak 4 petak pada tahun 28 menjadi sebanyak 2 petak. Rincian indikator kinerja terlihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.54 Indikator Kinerja Urusan Pertanahan Kaupaten Bone No a. Indikator Luas lahan bersertifikat (ha/bidang) Persentase luas lahan 12,8 12,44 bersertifikat (%) b. Jumlah petak lahan bersertifikat (petak) Hak milik Hak Pakai 1 3 Hak Guna Bangunan 4 74 c. Penyelesaian kasus tanah Negara d. % Penyelesaian izin lokasi Sumber: Badan Pertanahan Negara Kabupaten Bone, 212 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera ,77 12,82 13, II - 59

65 Jumlah tanah asset pemerintah Kabupaten Bone cukup banyak, namun yang tersretifikasi masih relative sedikit. Gambaran jumlah tanah Pemerintah Kabupaten Bone yang bersertifikai adalah sebagai berikut: Tabel 2.55 Perkembangan Jumlah Asset Pemerintah Kabupaten Bone Yang sudah bersertifikat Tahun No. Tahun Jumlah tanah Asset Pemda (persil) Jumlah tanah Asset Pemda yang bersertifikat (persil) Persentase (%) 13,54 1,12 Sumber: Bagian Keagrariaan Setda Kabupaten Bone 1.Kependudukkan dan Catatan Sipil Administrasi kependudukan menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 26 tentang Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan public dan pembangunan sector lain. Administrasi Kependudukan memiliki peran penting bagi masyarakat dalam rangka mendapatkan pelayanan kebutuhan dasar sebagai warga Negara Indonesia. Cakupan penerbitan Kartu Keluarga di Kabupaten Bone dalam kurun waktu secara umum memiliki kinerja yang baik. Hal tersebut terlihat dari capaian indikator cakupan penerbitan KK dalam kurun waktu tersebut yang cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 28, cakupan penerbitan KK mencapai meningkat menjadi pada tahun 29. Kenaikan juga terjadi pada tahun 21 dan 211 yaitu secara berturut-turut naik menjadi dan Pada tahun 212, cakupan penerbitan KK menurun menjadi Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP menurut UU nomor 23 Tahun 26, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. KTP berguna sebagai bukti resmi identitas diri sebagai syarat kelengkapan administrasi dalam mengurus berbagai kepentingan dan hak sebagai Warga Negara Indonesia dalam mendapatkan pelayanan dasar. Cakupan penerbitan E-KTP di Kabupaten Bone hingga tahun 212 mencapai 79,72% dari total penduduk yang terdaftar dalam SIAK Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. sebanyak 2,28% wajib KTP yang tidak mendaftarkan diri dalam perekaman E-KTP merupakan masyarakat yang berada pada daerah pedalaman, dan sebagian lainnya dikarenakan bekerja di luar kota. Cakupan penerbitan Akta Kelahiran di Kabupaten Bone dalam kurun waktu cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 28, cakupan penerbitan akta kelahiran adalah sebesar , meningkat menjadi pada tahun 29 dan pada tahun 21. Kenaikan yang cukup tajam terjadi pada tahun 211 dimana cakupan penerbita Akta Kelahiran Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 6

66 mencapai 38.5 dan kembali mengalami peningakatan menjadi pada tahun 212. Untuk mengetahui perkembangan cakupan penerbitan adminduk di Kabupaten Bone, kita dapat melihat tabel yang ada di bawah ini : Tabel 2.56 Cakupan Penerbitan KTP, KK dan Akta Kelahiran di Kabupaten Bone Tahun No Indikator Kinerja Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga 2 Cakupan Penerbitan Kartu Tanda Penduduk - Laki-laki Perempuan Cakupan Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran - Laki-laki Perempuan Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Bone, Tahun Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bone masih sangat tinggi. Hal tersebut terlihat dari jumlah kekerasan yang terjadi di Kabupaten Bone dalam rentang waktu cenderung mengalami kenaikan. Jumlah kekerasan di Kabupaten Bone pada tahun 28 tercatat sebanyak 77 kasus, mengalami kenaikan pada tahun 29 menjadi 92 kasus dan kembali meningkat pada tahun 21 sebanyak 12 kasus. Kasus kekerasan mengalami penurunan pada tahun 211 yaitu sebanyak 82 kasus namun kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 212 menjadi 98 kasus. Jenis kekerasan yang sering terjadi adalah KDRT, yaitu sebanyak 173 kasus dalam kurun waktu 28212, disusul kemudian oleh penganiayaan (139 kasus) dan pemerkosaan (87 kasus). Untuk mengetahui perkembangan jumlah kekerasan yang terjadi di Kabupaten Bone berdasarkan jenis kekerasan yang terjadi dapat kita lihat pada tabel yang berada di bawah ini: No Tabel 2.57 Jumlah Kekerasan berdasarkan Jenis Kekerasan Jenis Kekerasan KDRT Pemerkosaan Pencabulan membawa lari anak di bawah umur Penganiayaan Total Sumber : KPP & PA Kabupaten Bone, Tahun 213 Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menurut UU nomor 23 Tahun 24 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaranrumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 61

67 pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 Butir 1). KDRT yang tercatat oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Bone cenderung meningkat dalam kurun waktu Jumlah KDRT pada tahun 28 adalah sebanyak 37 kasus menurun menjadi 27 pada tahun 29 dan mengalami kenaikan pada tahun 21. Pada tahun 211, jumlah kasus KDRT kembali mengalami kenaikan menjadi 34 kasus dan kembali naik pada tahun 212 menjadi 44 kasus. Meningkatnya jumlah kasus penemuan KDRT di Kabupaten Bone bukan merupakan sebuah kemunduran kinerja dari pemerintah, akan tetapi merupakan sebuah akibat dari keterbukaan masyarakat terhadap fenomena KDRT. Latar belakang terjadinya KDRT antara lain disebabkan oleh faktor ekonomi dan kesalahpahaman antar anggota keluarga. Tabel 2.58 Jumlah KDRT berdasarkan Jenis KDRT KDRT KDRT KDRT KDRT Jenis KDRT (fisik) (penelataran keluarga) (psiskis) ( Seksual) Sumber : KPP & PA Kabupaten Bone, Tahun 213 Meningkatnya jumlah kasus KDRT di Kabupaten Bone berbanding lurus dengan capaian rasio KDRT. Pada tahun 28 rasio KDRT adalah sebesar,5% mengalami kenaikan menjadi,7% pada tahun 29 dan bertahan hingga tahun 212. Cakupan penyelesasian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan di Kabupaten Bone pada tahun dapat dikategorikan kedalam kondisi baik meskipun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 28, cakupan pelayanan penyelesaian pengaduan adalah sebesar 1% begitupula pada tahun 29 sebesar 1%. Pada tahun 21 cakupan penyelesaian pengaduan menurun menjadi 9,47% dan kembali mengalami penurunan menjadi 9,35% pada tahun 28. Cakupan penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak kembali mengalami kenaikan pada tahun 212 yaitu sebesar 93,46%. Tabel 2.59 Indikator Kinerja Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bone Tahun No Indikator Kinerja 1 Rasio KDRT 2 Penyelesaian Pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan 28,5 1% 29,7 1% 21,7 9,47% 211,7 9,35% 212,7 93,46 Sumber : KPP & PA Kabupaten Bone, Tahun 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 62

68 12.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera selama periode pada masing indikator sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 2.6 Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan KB dan KS No. Indikator Kinerja 1 2 Cakupan Pasangan Usia Subur yang istrinya dibawah usia 2 tahun Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB Aktif Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber KB tidak terpenuhi (Unmet Need) Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ,5 % Tahun % % % Target SPM 5 Cakupan PUS Peserta KB Anggota UPPKS yang ber KB 1% Ratio Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB (PLKB/PKB) 1 petugas di setiap 2(dua) Desa/Kelurahan Ratio PPKBD 1 petugas di setiap Desa/Kelurahan 1: : Cakupan Penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat setiap tahun Cakupan Penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap Desa/Kelurahan Rata-rata jumlah anakper keluarga Ratio akseptor KB Keluarga Pra Sejahtera dan KS.1 Cakupan peserta KB Aktif Cakupan Toga yang terlatif program KB Cakupan Toma yang terlatif program KB % target PIK Remaja yang terbentuk dibandingkan jumlah PIK Remaja yang terbentuk 3% 1% Sumber : Badan KB&KS Kabupaten Bone, Tahun 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 63

69 13.Sosial Kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 29 tentang Kesejahteraan Sosial, yaitu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Pendirian sarana sosial merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan sosial. Kabupaten Bone sejak tahun hanya memiliki 3 panti asuhan, hal ini tentu tidak seimbang dengan jumlah anak yang memiliki masalah sosial yang berjumlah sebanyak anak. Selain itu sarana sosial lain seperti panti jompo dan panti rehabilitasi belum terdapat di Kabupaten Bone. Sementara jumlah lanjut usia terlantar tahun 212 sebanyak 168 orang. Berikut ini adalah tabel perkembangan kinerja urusan sosial selama kurun waktu tahun Tabel 2.61 Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Tahun NO. a. 1) 2) 3) b. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 1) JENIS PMKS Jumlah Sarana Sosial seperti Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi Panti Asuhan Panti Jompo Panti Rehabilitasi Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Anak Balita Terlantar (ABT) Anak Terlantar (AT) Anak Nakal Anak Jalanan Anak dengan kedisabilitasan (AKD/Cacat) Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) Wanita yang menjadi Korban Tindak Kekerasan Lanjut Usia Terlantar Lanjut Usia yang menjadi Korban Tindak Kekerasan atau Diperlakukan Salah Penyandang Cacat Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 64

70 NO. 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 2) 21) 22) c. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) JENIS PMKS Penyandang Cacat Bekas Penderita Penyakit Kronis Tuna Susila Pengemis Gelandangan Bekas Narapidana Korban Penyalahgunaan NAPZA Fakir Miskin (FM) Keluarga Berumah tak Layak Huni Keluarga yang Bermasalah Sosial Psikologis Keluarga Rentan Korban Bencana Alam Korban Bencana Sosial Jumlah Kelembangan Sosial Masyarakat Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Organisasi Sosial/Yayasan Organisasi Sosial Embrional Organisasi Sosial Desa Karang Taruna (KT) Wanita Pemimpin Pendayagunaan Sosial Dunia Usaha JUMLAH Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Bone, 213 Dalam mencapai pelayan minimal kepada masyarakat telah disusun Peraturan Menteri Sosial Nomor: 129/HUK/28 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Dalam SPM ini terdapat tujuh indikator yang harus dicapai pada 215. Target capai SPM bidang sosial Kabupaten Bone yang telah tercapai ada 1 indikator yaitu (1) Persentase (%) korban bencana skala kabupaten /kota dalam 1 (satu) tahun yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat.. Sementara capaian target SPM yang belum tercapai ada 6 indikator yaitu Persentase (%) PMKS dalam 1 (satu) tahun yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar; (2) Persentase (%) jumlah PMKS dalam 1 (satu) tahun skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya; (3) Persentase (%) panti sosial skala kabupaten/ kota dalam 1 (satu) tahun yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial; (4) Persentase (%) Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKBSM) dalam 1 (satu) tahun yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial; (5) Persentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap dalam 1 (satu) tahun; (6) Persentase (%) penyandang cacat fisik dan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 65

71 mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial dalam 1 (satu) tahun. Capaian SPM bidang sosial Kabupaten Bone sampai dengan tahun 212 adalah sebagai berikut : Tabel 2.62 Pencapaian SPM Bidang Sosial Kabupaten Bone Tahun No SPM Bidang Sosial PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN BIDANG SOSIAL Persentase (%) PMKS dalam 1 (satu) tahun yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar Persentase (%) jumlah PMKS dalam 1 (satu) tahun skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA SOSIAL Persentase (%) panti sosial skala kabupaten/ kota dalam 1 (satu) tahun yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Persentase (%) Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKBSM) dalam 1 (satu) tahun yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial PENANGGULANGAN KORBAN BENCANA Persentase (%) korban bencana skala kabupaten /kota dalam 1 (satu) tahun yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat. Persentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana Target SPM (215), , ,5 8, , , Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 66

72 No. SPM Bidang Sosial Target SPM (215) prasarana tanggap darurat lengkap dalam 1 (satu) tahun 1. PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN JAMINAN SOSIAL Persentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial dalam 1 (satu) tahun. 4 Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Bone, Ketenagakerjaan Seiring dengan perkembangan penduduk, bahwa jumlah Penduduk Kabupaten Bone berdasarkan BPS Tahun 211 sebanyak jiwa, yang terdiri dari Laki-Laki sebanyak jiwa dan perempuan, sedangkan Angkatan Kerja Tahun 212 sebanyak jiwa dan pengangguran sebanyak orang. Masalah Ketenagakerjaan saat ini samakin kompleks dan multidimensional dimana pada satu sisi terdapat pertumbuhan angkatan kerja yang masih cukup tinggi, sedangkan pada sisi lain perluasan kesempatan kerja belum memadai, sehingga mengakibatkan meningkatanya jumlah pengangguran, hal ini merupakan penghambatan program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar dan lapangan kerja sangat terbatas. Oleh karena itu masalah ini tidak cukup untuk dihadapi oleh pemerintah saja, walaupun demikian peran yang dimainkan oleh pemerintah dapat sangat menentukan melalui pembangunan yang secara sadar dan konsistensi dirancang berbasis ketenagakerjaan bagi investasi. Lapangan kerja mayoritas masyarakat Kabupaten Bone sekarang ini, masih bergerak di sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan rakyat dan perikanan tradisional. Terbatasnya kuantitas dan kualitas Lapangan Kerja seperti itu, membatasi pula kesempatan kerja bagi masyarakat. Oleh karena itu, ke depan diperlukan upaya-upaya pengembangan kesempatan kerja, utamanya di sektor industri, kepariwisataan dan usaha-usaha pengembangan sistem perikanan modern seperti pemeliharaan komoditas ikan yang bernilai eksport tinggi di sepanjang kawasan-kawasan pantai kabupaten Bone. Selain itu, terlihat pula bahwa di lingkungan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian tanaman pangan dan perkebunan, perlu pula didukung oleh ketersedian kebutuhan pokok yang mudah di dapat, mudah terjangkau dalam mendorong laju pertumbuhan produksi padi, plawija, komoditas perkebunan dan perikanan yang bernilai eksport tinggi. Pelayanan umum berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ( MENPAN ) Nomor 81 tahun 1993, Yaitu segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di Daerah dan lingkungan Badan Usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang undangan. Gambaran tentang pencapian target kinerja pelayanan dasar Tenaga Kerja dapat disajikan dalam tabel berikut ini. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 67

73 Tabel 2.63 Pencapaian Kinerja Pelayanan Ketenagakerjaan Kabupaten Bone NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Dinas Tenaga Target Kerja dan Transmigrasi SPM Kabupaten Bone SPM Bidang Ketenagakerjaan Pelayanan Pelatihan Kerja a. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan berbasis Kompetensi b. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan berbasis masyarakati c. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan kewirausahaan Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja * Besaran Pencaker yang terdaftar yang ditempatkan Pelayanan Hubungan Industrial * Besaran kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama Pelayanan Kepesertaan Jamsostek * Besaran Pekerja/Buruh yang menjadi peserta program Jamsostek Pelayanan Pengawasan ketenagakerjaan a. Besaran pemeriksaan perusahaan b. Besaran pengujian peralatan di perusahaan Angka partisipasi angkatan kerja Angka sengketa pengusahapekerja per tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja Pencari kerja yang ditempatkan Tingkat pengangguran terbuka Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah Target MDGs a. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 Realisasi Capaian Tahun ke % 5,11% 5,11% 12,35% 27,15% 24,11% 6% 3,83% 7,52% 3,71% 6,79% 11,57% 6%,8% 1,17% 1,54% % 1,21% 7% 14,7% 9,8% 16,3% 16,6% 16,5% 5% 1% 1% % 8% 33,3% 5% 19,9% 21,68% 25,63% 33,73% 37,52% 45% 38,73% 3,21% 25,78% 28,16% 28,46% 5% 1,11% 2,43% 3,69% 3,2% 1,17% ,73% 7,36% 64,67% 56,6% 62,5% 185 8,27% 21 5,59% 212 4,29% 235 3,7% 274 3,51% Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II

74 NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Dinas Tenaga Target Kerja dan Transmigrasi SPM Kabupaten Bone tahun ke atas b. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja Rasio penduduk yang bekerja Realisasi Capaian Tahun ke Sumber : Disnaker Kabupaten Bone, tahun 213 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa beberapa aspek pelayanan seperti halnya Hubungan Industrial, dapat dikatakan berhasil pencapaian. Hal ini, disebabkan target realisasi melebihi target capaian Standar Pelayanan Minimal. Namun hal ini terdapat pula beberapa aspek pelayanan yang tidak tercapai seperti Pelayanan Kerja, Pelayanan Kepesertaan Jamsostek, Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja. Dari capaian target yang terpenuhi terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukungnya yaitu terdapatnya Sumberdaya pelatihan yang memadai, tingginya minat pencari kerja untuk mengikuti program-program pelatihan ketenagakerjaan Kabupaten Bone. Adapun faktor yang menghambat pelaksanaan program tersebut adalah sumber dana yang masih terbatas, lemahnya pengawasan ketenagakerjaan yang dikarenakan minimnya tenaga pengawas. Tidak terdapatnya gap disebabkan karena belum dimilki target capaian Standar pelayanan minimal ketenagakerjaan serta standar capaian SKPD tahun sebelumnya. 15.Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kinerja urusan Koperasi dan UMKM terjabar ke dalam beberapa indikator kinerja yang harus dicapai sesuai dengan target yang telah ditentukan. Penilaian terhadap capaian indikator kinerja SKPD dilakukan dalam rangka memberikan gambaran kinerja SKPD dalam masa periode pembangunan yang lalu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing agar tercipta sebuah pelayanan yang efisien, efektif dan ekonomis serta memiliki keberpihakan terhadap pro-job, pro-poor dan pro-gender. Hasil yang telah dicapai dalam Pembangunan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan pada beberapa indikator kinerja yang telah ditentukan. Jumlah UMKM di Kabupaten Bone cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan tingkat konsentrasi berada pada usaha skala Mikro dan Kecil. Dalam rangka meningkatkan akses pemasaran dan permodalan sektor Koperasi dan UMKM di Kabupaten Bone, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone telah melakukan fasilitasi temu kemitraan antara pelaku usaha dengan pengusaha pada tingkat provinsi maupun nasional. Kegiatan tersebut secara nyata memberikan kontribusi positif terhadap keberlangsungan pengelolaan dan produktivitas koperasi dimana terlihat dari capaian pertumbuhan omzet koperasi yang meningkat setiap tahunnya hingga tahun 212. Untuk mengetahui kinerja Urusan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Bone, dapat kita lihat pada data yang tersaji di bawah ini: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 69

75 Tabel 2.64 Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UKM Kabupaten Bone Tahun No Indikator Kinerja sesuai Tugas dan 28 Fungsi SKPD Persentase koperasi aktif Jumlah UKM non 95 BPR/LKM UKM Usaha Mikro 6 Usaha Kecil 3 Usaha Menengah 5 Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil 94,74 Jumlah kegiatan fasilitasi 1 kemitraan antara KUMKM dengan pengusaha provinsi/nasional Jumlah anggota koperasi Jumlah pegawai koperasi Jumlah pegawai UMKM Pertumbuhan aset koperasi Pertumbuhan aset UMKM Pertumbuhan omzet koperasi Pertumbuhan omzet UMKM , , , , , *) Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM, Tahun Penanaman Modal Sasaran pembangunan pada urusan penanaman modal adalah untuk meningkatkan investasi di Kabupaten Bone. Keberhasilan pembangunan di bidang penanaman modal memberikan dampak yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi di Kabupaten Bone, dengan meningkatnya investor di Kabupaten Bone dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta dapat meningkatkan kontribusai terhadap Pendapatan Daerah. Undang-Undang Nomor 25 tahun 27 tentang Penanaman Modal mengamanatkan kepada Kabupaten/Kota dalam hal penanaman modal untuk (1) menyusun perencanaan penanaman modal; (2) meningkatkan fasilitasi bagi peningkatan penanaman modal di kab/kota; dan (3) meningkatkan kinerja perijinan dan pelayanan penanaman modal. Selanjutnya dalam Perpres 27 tahun 29 tentang Pelayanan satu Pintu Penanaman Modal mengamanatkan kepada Kabupaten/Kota untuk: (1) mengurangi hambatan dalam pelayanan Publik dan perjinan usaha bagi penanaman modal di kab/kota; (2) mekanisme pelayanan perijinan dan penanaman modal di daerah; dan (3) mengurangi hambatan struktural dan ekonomi biaya tinggi dalam penanaman modal di daerah. Sebagai bentuk tindak lanjut dari amanat Undang-Undang 25 tahun 27 dan Perpres 27 tahun 29 Pemerintah Kabupaten Bone berupaya untuk Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 7

76 meningkatkan investasi, antara lain kegiatan promosi kerjasama investasi serta pelayanan perijinan yang yang berorientasi pada kebutuhan klien serta mendorong minat investor menginvestasikan usahanya di Kabupaten Bone. Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal selama periode dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.65 Pencapaian Kinerja Pelayanan Penanaman Modal Kabupaten Bone No Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Terget RPJMD (213) Realisasi Capaian Kinerja tahun ke bid/thn 1 kali /thn 2 kali /thn 1 kali /thn Dokumen hasil kajian tentang peluang usaha sektor/usaha unggulan 2 Jumlah kegiatan promosi 2 kali/thn peluang penanaman modal 3 Jumlah pemohon penanaman modal dalam negeri Jumlah izin usaha penanaman modal dalam negeri Jumlah Tanda Daftar Perusahaan yang diterbitkan Jumlah SIUP yang diterbitkan Jumlah penyelenggaraan 1 kali /thn BINTEK kegiatan penanaman modal kepada masyarakat dan dunia usaha 5 Data base system informasi penanaman modal yang mudah diakses masyarakat dan dunia usaha 9% 1% 1% 6 Jumlah kegiatan sosialisasi kebijakan penanaman modal kepada masyarakat dan dunia usaha 4 kali/ thn 1 kali 1 kali /thn /thn 1% 1% 1% Sumber : Kantor Promosi dan Penanaman Modal Kab. Bone, 212 Secara umum, iklim investasi di Kabupaten Bone sangat baik namun tidak didukung dengan kebijakan maupun regulasi terhadap kegiatan promosi sehingga Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 71

77 menghambat kemajuan dunia usaha maupun kegiatan penanaman modal lainnya. SPM Bidang Penanaman modal menargetkan jumlah kegiatan promosi peluang penanaman modal dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam setahun, kenyataannya sejak tahun hanya dilaksanakan sebanyak 1 kali dalam setahun. Demikian pula halnya dengan jumlah pemohon penanaman modal dalam negeri yang ditargetkan sesuai SPM sebesar 3% setiap tahun, namun sepanjang tahun belum ada investor yang mengajukan permohonan melalui leading sector yang ada. Kelemahan investasi di Kabupaten Bone juga sangat dipengaruhi oleh rendahnya kegiatan pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan pengembangan investasi dan penanaman modal, termasuk belum terwujudnya kerjasama yang sinergis antar SKPD, dunia usaha maupun stakeholder terkait lainnya dalam pengembangan investasi dan penanaman modal. Peluang investasi di Kabupaten Bone cukup besar, hal ini ditandai dengan adanya kawasan-kawasan investasi dan lingkup organisasi bisnis di berbagai wilayah yang semakin bertambah dan mudah diakses termasuk penerapan jaringan komunikasi dan teknologi informasi semakin meluas dan berperan dalam dunia ecommers dan bisnis investasi. Disisi lain, pemerintah ditantang untuk menyiapkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pemenuhan investasi serta membangun kesiapan dunia usaha pada tingkat wilayah lokal. 17.Kebudayaan Kabupaten Bone adalah salah satu wilayah yang memiliki kekayaan budaya beraneka ragam. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah Kabupaten Bone yang merupakan salah satu wilayah kerajaan besar di nusantara yang tentunya meninggalkan banyak kebudayaan dan adat istiadat yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga sekarang. Keberadaan budaya-budaya lokal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam melandasi pembangunan sebuah wilayah. Nilai-nilai budaya lokal yang luhur tentunya akan memberikan sumbangsih yang cukup baik dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan sehingga dampak-dampak negatif pembangunan dapat diminimalisir. Seni dan budaya yang ada di Kabupaten Bone sangat dipengaruhi oleh budaya yang ditinggalkan oleh Kerajaan Bone dan juga budaya Islam, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Kabupaten Bone menganut agama islam. Peninggalan budaya yang ada di Kabupaten Bone antara lain berupa masjid kuno, makam para tokoh, dan bangunan-bangunan istana. Untuk menjaga kelestarian benda-benda yang menjadi cagar budaya di Kabupaten Bone, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara rutin melakukan kegiatan perawatan terhadap situs-situs peninggalan budaya tersebut. Capaian kinerja bidang kebudayaan Kabupaten Bone secara rinci adalah sebagai berikut. Tabel 2.66 Capaian Kinerja Bidang Kebudayaan Kabupaten Bone Tahun No Indikator 1. Jumlah kelompok seni per 1. penduduk 2. Jumlah gedung kesenian per 1. penduduk Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera (,13) 2 (,2) II - 72

78 Penyelenggaraan festival seni dan budaya Sarana Penyelenggaraan festival seni dan budaya Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan Misi kesenian Cakupan sumber daya kesenian Cakupan tempat/ gedung kesenian Cakupan organisasi kesenian Cakupan Kajian Seni Cakupan Fasilitas Seni Cakupan Gelar Seni % 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 5% 3% 75% Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, Tahun 213 Melihat capaian kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bone Tahun maka perkembangan seni dan budaya di Kabupaten Bone dinilai masih rendah khususnya dalam hal belum optimalnya pengembangan destinasi pariwisata dan Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) serta pembinaan/pemeliharaan benda dan cagar budaya. Disisi lain, cakupan kajian seni, fasilitas seni dan gelar seni belum maksimal dalam mendorong pengembangan kepariwisataan dan peningkatan PAD Kabupaten Bone. Disamping tantangan akan kurangnya akses dan promosi terhadap daya tarik wisata, besarnya potensi objek dan daya tarik wisata akan menjadi peluang bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan seni dan budaya di Kabupaten Bone, melalui dukungan kebijakan yang member ruang terhadap pengembangan kepariwisataan. 18.Pemuda dan Olah Raga Pemuda merupakan potensi utama dalam pembangunan daerah. Pembangunan kepemudaan mendasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan kehidupan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan pembangunan kepemudaan adalah untuk mewujudkan pemuda yang memiliki jiwa kepemimpinan dan kebangsaan dengan berasaskan pada keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tumbuh sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Sedangkan olahraga merupakan bagian dari upaya menumbuhkan karakter kuat bagi jiwa pemuda melalui kegiatan olah tubuh. Melalui olahraga pemuda diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, identitas bangsa dan kebanggaan bagi dirinya. Olahraga merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan diri yang nantinya mampu berprestasi dan memiliki jiwa yang kompetitif. Peran aktif pemuda dalam pembangunan dapat dapat dimanifesatiskan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, sosial kemasyarakatan, politik dan budaya. Sebagai sarana dalam mengembangkan kepemudaan dan olahraga di Kabupaten Bone telah tersedia berbagai fasilitas pendukung. Saat ini saran yang dimiliki oleh Kabupaten Bone adalah jumlah organisasi pemuda sebanyak 114 organisasi, jumlah organisasi olahraga sebanyak 39 organisasi, Jumlah kegiatan kepemudaan sebanyak 5 kegiatan, Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) sebanyak 2 buah dan lapangan olahraga sebanyak 334 buah. Sampai pada tahun 212, kegiatan olahraga yan berkembang di Kabupaten Bone adalah Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 73

79 soft ball, bulutangkis, tenis lapangan, pusat kesejagaran jasmani, tenis meja, takraw, bola volly dan sepak bola. Tabel 2.67 Perkembangan Kinerja Pembangunan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bone Tahun No I Indikator Peran pemuda dalam pembangunan Jumlah Organisasi Pemuda Jumlah Organisasi Pemuda yang dikoordinir oleh KNPI Kabupaten (unit) a. Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga dan kesehatan jasmani II Jumlah Organisasi Olahraga (klub) 1) Prestasi Olahraga tingkat Provinsi dan Nasional yang pernah diraih III Sarana dan prasarana olahraga 1) Jumlah Gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta 2) Jumlah lapangan Olahraga Sumber : Dispora Kabupaten Bone, Tahun Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Dalam upaya menjaga ketertiban umum dan ketenteraman dalam masyarakat di Kabupaten Bone diperlukan dukungan dan partisipasi warga masyarakat, terutama dalam meningkatkan tertib hukum, kesadaran politik dan perlindungan masyarakat. Partisipasi masyarakat dari tahun ke tahun meningkat cukup baik, sejalan dengan meningkatnya pendidikan dan tingkt sosial ekonomi masyarakat. Ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat sangat diperlukan agar kegiatan pembangunan daerah, pelayanan umum dan investasi dari kalangan dunia usaha guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembukkan lapangan kerja baru. Meningkatnya jumlah investasi baik dari dalam negeri dan luar negeri di kabuateen Bone dipengaruhi oleh iklim yang kondusif di wilayah tersebut. Kondisi kemanan dan ketertiban serta kegiatan perlindungan masyarakat, dengan jumlah anggta linmas sebenyal orang yang tersebar di desa/kelurahan. Gangguan kamtibmas ini berupa tindakan kriminalitas, penyalah gunaan narkoba, traficking dan pertikaian warga dan unjuk rasa. Seacara rinci berikut ini adalah angka kejadian gangguan kamtibmas di Kabupaten Brebes selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 74

80 Tabel 2.68 Gangguan Kamtibmas di Kabupaten Bone Tahun No a b c Indikator Jumlah tindak pidana kriminal (kasus) Jumlah Kasus pertikaian antar warga Jumlah unjuk rasa Sumber: Badan Kesbangpollinmas, 212 Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan demokrasi di Kabupaten Bone dalam pelaksanaan pemilu (29) baik pemilu legislatif, pemilihan presiden maupun Pilkada Gubernur Sulawesi Selatan dan Pilkada Kabupaten Bone (212) cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilihan umum, pada Pilgub dan Pilkada Kabupaten Bone rata-rata 7 72% peenggunaan hak pilih dari jumlah sebesar orang. Demikian pula jumlah organisasi masyarakat dan lembaga swdaya masyarakat telah dibina sebanyak 135 lembaga. 2.Otonomi Daerah Penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan pada UU No. 32 tahun 24 juncto UU No. 12 tahun 28 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 33 tahun 24 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 tahun 27 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan peraturan tersebut Kabupaten Bone melaksanakan sebanyak 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Penyelenggaraan urusan otonomi daerah tidak terlepas dari kemampuan daerah dalam menyelenggarakan 34 urusan tersebut, baik dari sumberdaya aparatur, kemampuan pendanaan, kelembagaan dan organisasi serta dukungan kalangan dunia usaha dan swadaya masyarakat. Selain itu, secara nasional maka pemerintah daerah melaksanakan pula urusan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dari Pemerintah Pusat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Penyelenggaraan 34 urusan kewenangan setiap tahun dilaporkan kepada pemerintah provinsi dan pusat serta masyarakat dalam bentuk Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban dan Akhir Masa jabatan (LKPJ dan AMJ) dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah (LPPD) sebagaimana diatur dalam PP No. 3 tahun 27 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tata kelola pemerintahan di Kabupaten Bone adalah meliputi: a. Efisiensi dan Efektivitas pengelolaan sumber daya Pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten Bone terkendala pada kapasitas SDM dan tidak adanya data potensi SDA yang bersifat kewilayahan sehingga Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 75

81 b. c. d. e. f. mengurangi nilai dan produktivitas SDA terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Kualitas Pelayanan Publik Indeks Kepuasan Masyarakat belum dilakukan secara berkala (tidak ada data riil) untuk meningkatkan transparansi dan kinerja pelayanan publik. Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Bone memiliki Luas wilayah mencapai km2. Wilayah yang demikian luas itu, secara administratif terbagi ke dalam 27 kecamatan, 372 desa/kelurahan dengan dihuni oleh penduduk sebanyak jiwa. Kondisi wilayah pemerintahan yang demikian, mengindikasikan rentang kendali pemerintahan yang panjang, sistem dan prosedur yang rumit dan berbelit, serta masih menjauhkan masyarakat dari sentuhan pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan, utamanya di sektor kesehatan, pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk lebih mendekatkan mayarakat dengan sentuhan pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan yang efektif, diperlukan sistem tata kelola pemerintahan yang lebih efisien dan dan efektif. Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia) Tantangan Pemerintah Kabupaten Bone 5 tahun ke depan adalah mengkaselerasi pertumbuhan pencapaian IPM agar target capainnya dapat diwujudkan. Capaian IPM dari tahun ke tahun belum menggembirakan dibandingkan dengan capaian beberapa kabupaten tetangga, provinsi ataupun capaian nasional. Beberapa faktor mendasar yang mempengaruhi kondisi tersebut, salah satu diantaranya adalah rendahnya angka rata-rata lama sekolah serta tingginya angka buta aksara di Kabupaten Bone terutama usia yang tidak produktif lagi. Lebih jelasnya capaian IPM Bone terhadap provinsi dan nasional. Salah satu bukti nyata capaian IPM Bone yang kurang memuaskan adalah IPM Kabupaten Bone peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Partisipasi masyarakat, Rendahnya partisipasi masyarakat dalam setiap proses perencanaan pembangunan. Pemerintah daerah harus mampu mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah yang pro poor, pro job dan pro growth. Transparansi dan Akuntabilitas Opini BPK RI terhadap pengelolaan keuangan daerah dari tahun adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Artinya pemerintah ditantang untuk meraih predikat WTP hingga 5 tahun kedepan Angka Kesempatan Kerja, dan Masalah Ketenagakerjaan saat ini samakin kompleks dan multidimensional dimana pada satu sisi terdapat pertumbuhan angkatan kerja yang masih cukup tinggi, sedangkan pada sisi lain perluasan kesempatan kerja belum memadai, sehingga mengakibatkan meningkatanya jumlah pengangguran, hal ini merupakan penghambatan program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar dan lapangan kerja sangat terbatas. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 76

82 g. Angka Kemiskinan Jumlah penduduk miskin pada tahun 28 sebesar 17,4%, angka ini menurun pada tahun 29 menjadi 15,9% demikian pula pada tahun 21 mengalami penurunan sebesar 14,8% dan tahun 211 menjadi 12,69 %. angka kemiskinan Kabupaten Bone mulai tahun capaiannya di atas rata-rata provinsi dan nasional. Kondisi tersebut menginsyaratkan pada Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan seluruh program/kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi positif terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan angka kemiskinan hingga 9%. penataan peraturan perundangan di Kabupaten Bone dilaksanakan melalui penetapan Daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbup) baru, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, menjamin kepastian hukum dari tahun telah diterbitkan Perda dan Perbup sebagai berikut : Tabel 2.69 Perkembangan Jumlah Produk Hukum yang dihasilkan Kabupaten Bone Tahun No. Tahun Perda Perbup SK Bupati Perda 72 Perbup SK Bupati Perda 19 perbup 612 SK Bupati Perda 11 Perda 2 Perda 34 Perbup 22 Perbup 35 Perbup 754 SK Bupati 311 SK Bupati 477 SK Bupati Sumber : Bagian Hukum Setda Kab. Bone, 212 Bagian Pemerintahan Desa memiliki tugas memberikan atau menyerahkan Dana Alokasi Dana Desa (ADD) setiap tahunnya. Perkembangan jumlah ADD yang diberikan kepada desa terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.7 Perkembangan Jumlah ADD Kabupaten Bone Tahun No. Tahun Jumlah ADD (Rp) Pertumbuhan (%) 9,98 -,7 24,43 Jumlah Desa Sumber : Bagian Pemdes Setda Kab. Bone, 212 Penegakan peraturan daerah sudah berjalan dengan baik. Jumlah aparat penegak hukum dan perlindungan Masyarakat di Kabupaten Bone relatif memadai. Jumlah satuan Polisi pamong praja relatif masih kurang untuk melindungi seluruh penduduk dan wilayah kabupaten Bone. Secara rinci jumlah Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 77

83 petugas penegak hukum dan jenis kasus pelanggaran hukum dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.71 Jumlah Polisi Pamong Praja, Petugas Linmas, Kasus Pelanggaran Perda dan penyelesaian Perda Kabupaten Bone tahun Uraian a. Jumlah Polisi Pamong Praja - PNS - Honorer b. Jumlah Linmas c. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan administrasi Pemerintah Ada/Tidak d. Jumlah kasus pelanggaran perda e. Persentase penegakan PERDA f. Cakupan patroli petugas Satpol PP (Jumlah patroli petugas Satpol PP pemantauan dan penyelesaian pelanggaran K3 dalam 24 Jam) g. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten 28 L Tidak Tidak P Ada Ada 29 L Tidak Tidak P Ada Ada 21 L Tidak Tidak P Ada Ada 211 L Tidak Tidak P Ada Ada 212 L Tidak Tidak P Ada Ada % 1% 1% 1% 1% 3 kali patroli/ hari 3 kali patroli/ hari 3 kali patroli/ hari 3 kali patroli/ hari 3 kali patroli/ hari 1% 1% 1% 1% 1% Sumber : Kantor Satpol PP, 212 Pembaharuan atau perubahan Perda dan Perbub dalam rangka peningkatan kinerja pemerintahan, pelayanan publik dan jaminan kepastian hukum masyarakat terus dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Perubahan dan pembaharuan Perda atau Perbup direncanakan melalui program legislasi daerah. legislasi daerah ditujukan untuk meningkatkan kelengkapan peraturan perundangan, kepastian hukum dan peningkatan pelayanan umum serta promosi daerah. Untuk meningkatkan pelayanan publik dan standar kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, baik dengan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi urusan kewenangan wajib dan standar kinerja bagi urusan pilihan. Kepada pemerintah pemerintah provinsi dan kabupaten/kota telah ditetapkan lima belas (15) urusan wajib yang telah disahkan oleh kementerian teknis. Dalam upaya meningkatkan pelayanan publik maka segenap warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam penilaian kinerja penyelenggaraan urusan melalui monitoring capaian. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Bone belum secara hukum menetapkan target capaian ke 15 SPM tersebut. Jumlah PNS di Kabupaten Bone pada tahun 212 sebesar orang, dan jumlah pegawai honorer pada tahun 212 sebesar orang. Rincian jummlah PNS di Kabupaten Bone adalah sebagai berikut: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 78

84 Tabel 2.72 Jumlah PNS Pemerintah Kabupaten Bone Menurut Golongan Tahun NO Golongan 1 IV 2 Tahun L P Jmlh , III L 3 4 P Jmlh II L P Jmlh I L P Jmlh Total L P Sumber : BKDD Kab. Bone, 213 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah pegawai negeri sipil di Kabupaten Bone sebagian besar golongan IV dan III. Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Bone sebagian besar sudah memiliki kualifikasi yang baik. Kualitas PNS juga terlihat dari jenjang pendidikan mereka. PNS menurut pendidikan terlihat pada tabel berikut : NO Pendidkan 1 SD - SMP L P Tabel 2.73 Jumlah PNS Pemerintah Kabupaten Bone menurut Pendidikan Tahun Tahun Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 79

85 SMA/SMK atau sederajat L P D1, L P D2 L P D3 L P D4 L P S1 L P S2 L P S3 L P Total L P Sumber : BKDD Kab. Bone, 213 SPM dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang diterima masyarakat. Evaluasi IKM dapat dilakukan secara berkala maka akan meningkatkan transparansi dan kinerja pelayanan publik. 21.Ketahanan Pangan Pembangunan ketahanan pangan mencakup empat aspek, yaitu: ketersediaan pangan, aksesibilitas dan distribusi pangan, konsumsi dan penganekaragaman pangan, serta mutu dan keamanan pangan. Ketersediaan pangan mencakup aspek produksi, cadangan serta keseimbangan antara impor dan ekspor pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Distribusi pangan mencakup aspek aksesibilitas secara fisik dan ekonomi atas pangan secara merata. Distribusi pangan perlu dikelola secara optimal dan tidak Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 8

86 bertentangan dengan mekanisme pasar terbuka agar tercapai efisiensi dalam proses pemerataan akses pangan bagi seluruh penduduk. Konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar memiliki pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal. Diversifikasi pangan merupakan suatu cara untuk memperoleh keragaman konsumsi zat gizi sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat atas satu jenis pangan pokok tertentu, yaitu beras. Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Bone dari aspek ketersediaan pangan, tergolong baik. Ketersediaan pangan utama di Kabupaten Bone pada tahun 212 mencapai sebesar 63%. Pada tingkat rumah tangga, ketersediaan energi per kapita pada tahun 212 mencapai sebesar kkal/kap/hr, sedangkan ketersediaan protein per-kapita sebesar 81,2 gram/kap/hr. Ketersediaan energi dan protein tersebut telah melebihi standar Widayakarya Nasional Pangan dan Gizi sebesar 2.2 kkal/kap/hr untuk ketersediaan energi dan 58 gram/kap/hr. Capaian penguatan cadangan pangan di daerah mencapai sebesar 55 dari target SPM sebesar 6%. Berkaitan dengan distribusi pangan, capaian ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah pada tahun 212 sebesar 7% dari target SPM sebesar 9%. Stabilitas harga pangan pada tahun 212 sebesar 8% dari target SPM sebesar 9%. Stabilitas harga pangan di Kabupaten Bone sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan bahan pangan dan kondisi perekonomian nasional. Berkaitan dengan konsumsi dan penganekaragaman pangan, tingkat konsumsi energi per kapita di Kabupaten Bone pada tahun 212 mencapai sebesar 1.45 kkal/kap/hr dari Standar WNPG sebesar 2. kkal/kap/hr. Adapun tingkat konsumsi protein perkapita sebesar 48 gram/kap/hr, dari standar WNPG sebesar 57 gram/kap/hr. Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Bone masih bertumpu pada bahan pangan utama berupa beras, dengan skor Pola Pangan Harapan sebesar 85,8% Penganekaragaman konsumsi pangan masih terkendala oleh perilaku masyarakat yang masih cenderung sulit diubah karena kebiasaan sejak kecil. Berkaitan dengan mutu dan keamanan pangan, saat ini ada kecenderungan masyarakat yang mengkonsumsi makanan cepat saji dari bahan impor yang belum tentu termasuk dalam makanan sehat dan aman dikonsumsi. Ancaman terjadinya keracunan makanan dan kasus-kasus makanan yang mengandung bahan kimia dan berbahaya, serta makanan kadaluarsa semakin meningkat. Dalam upaya pencegahan, dilakukan pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan. Tabel 2.74 Kinerja Pembangunan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Tahun No 1 Indikator Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita (%) Ketersediaan Energi Per Kapita (kkal/kap/hr) Target Realisasi Capaian Tahun ke- SPM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 81

87 No Indikator Ketersediaan Protein Per Kapita (gram/kap/hr) Penguatan Cadangan Pangan (%) Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah (%) Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (%) Skor Pola Pangan Harapan (SPPH) Penanganan Daerah Rawan Pangan (%) Regulasi ketahanan pangan Ketersediaan pangan utama (%) Konsumsi Energi Per Kapita (kkal/kap/hr) Konsumsi Protein Per Kapita (gram/kap/hr) Target Realisasi Capaian Tahun ke- SPM , , , % 63% Sumber : Kantor Ketahanan Pangan, Tahun Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Capaian pembangunan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 212 antara lain yaitu, Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) sebanyak 36,59 %, sementara jumlah LPM berprestasi sebanyak 5 LPM. Jumlah desa yang telah menyusun RPJMDes sampai dengan tahun 212 sebanyak 173 desa atau 52,74%. Selain itu dari 1.34 program pemberdayaan masyarakat sebanyak 888 program diantaranya melibatkan swadaya masyarakat. Sebanyak 3% pelaksanaan musrenbang desa telah memenuhi peserta minimal 4 orang dengan proporsi perempuan 3%. Nilai budaya yang berkembang sampai dengan tahun 212 baru tersebar di 4% wilayah kecamatan. Posyandu aktif terdapat di seluruh wilayah Kabupaten bone. PAUD Holistik Integratif (Paditungka) baru terdapat di 5% dari jumlah desa yang ada. Secara keseluruhan organisasi kemasyarakatan PKK aktif dan terbina. Desa yang memiliki BUMDes hanya sebanyak 2,44%. Pasar desa yang sudah dibina baru mencapai 14%. Sementara jumlah kelompok usaha ekonomi keluarga yang telah dibina sebanyak 3%. Posyantek yang telah dibina sebanyak 29,63%. Secara lengkap kinerja pelayanan Badan Pemberdayaan Masyarakat dapat di lihat pada tabel berikut : Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 82

88 Tabel 2.75 Kinerja Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun No Indikator Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) (%) LPM Berprestasi (unit) Jumlah Desa yang telah menyusun RPJMDes (desa) Swadaya Masyarakat terhadap pemberdayaan masyarakat (%) Pemeliharaan Pasca pemberdayaan masyarakat (%) Jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki Profil Desa/kelurahan Meningkatnya kualitas pelaksanaan musrenbang Desa (jumlah peserta minimal 4 orang dengan proporsi perempuan 3%) Berkembangnya nilai budaya lokal (1 kecamatan 1 nilai budaya lokal) Posyandu aktif Jumlah PAUD Holistik Integratif (Paditungka) PKK aktif Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Desa yang memiliki BUMDES Jumlah Pasar Desa yang dibina Realisasi ,59 3% 4% 939 (1%) 939 (1%) 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 2,44% 14% 5 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera 52,74% (173 desa) 888 swadaya masyarak at dari 134 (66,28%) (1%) (1%) 939 (1%) 5% II - 83

89 No Indikator 15 Kelompok usaha ekonomi keluarga yang diina Jumlah Warung teknologi yang dibina Jumlah Posyantek yang dibina Realisasi % 29,63% Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat Tahun Statistik Secara umum pengertian statistik adalah kumpulan data dalam bentuk angka maupun bukan angka yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau diagram yang menggambarkan atau berkaitan dengan suatu masalah tertentu. Sementara itu berdasarkan undang-undang nomor 16 Tahun 27 adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur dalam penyelenggaraan statistik. Tujuan dari statistik adalah membantu seseorang di dalam pengembangan daya kritik dalam suatu kegiatan pengambilan keputusan dengan menggunakan cara-cara kuantitatif yang dilakukan melalui suatu pendekatan metode statistik. Dengan demikian penggunaan statistik penting sifatnya didalam rangka membantu memberi bobot didalam mengambil keputusan. Dengan demikian apakah yang dibutuhkan statistik didalam usaha untuk membantu mengambil keputusan. Dalam perencanaan pembangunan daerah, data statistik diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang berupa dokumen atau laporan. Beberapa dokumen statistik yang disusun oleh Badan Pusat Statistik antara lain, Kabupaten Bone Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka, PDRB, pertumbuhan ekonomi, IHK dan inflasi. Sementara itu ada data statistik yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sendiri yang antara lain profil daerah yang menggambarkan capaian pembangunan berdasarkan 8 jenis kelompok data, meliputi: 1) data umum, 2) sosial budaya, 3) sumberdaya alam, 4) infrastruktur, 5) Industri, perdagangan, lembaga keuangan, koperasi, usaha, dan investasi, 6) ekonomi dan keuangan, 7) Politik, hukum dan keamanan, serta 8) Insidensial. Dokumen ataupun laporan data yang dikeluarkan baik oleh BPS maupun pemerintah daerah dilakukan pemutakhiran secara berkala sesuai dengan karakteristik datanya. Data yang diterbitkan oleh BPS dan pemerintah daerah digunakan sebagai landasan dalam berbagai perencanaan dan pembangunan. Selain itu data yang diterbitkan sebagai bahan untuk melakukan kajian evaluasi hasil-hasil pembangunan di Kabupaten Bone. 24.Kearsipan Undang-undang nomor 43 tahun 29 tentang Kearsipan mengamanatkan bahwa kegiatan pengelolaan kearsipan dimulai sejak penciptaan arsip, penyusutan arsip sampai dengan tahap pelestarian arsip. Selain itu juga diterangkan bahwa pengelolaan kearsipan dilakukan pada semua jenis arsip, yaitu arsip statis dan arsip dinamis. Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 84

90 maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga kearsipan, sedangkan yang dimaksud dengan arsip dinamis yaitu arsip yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu. Pengelolaan arsip secara baik diharapkan akan mampu menopang kegiatan pembangunan karena arsip adalah sumber informasi, acuan dan bahan pertanggungjawaban bagi pemerintah daerah. Melihat sisi penting dari pengelolaan arsip, maka perlu dibangun sebuah sistem/keseragaman pengelolaan sistem kearsipan yang baku. Hal ini bertujuan agar semua SKPD dapat memperlakukan arsip secara baik dan benar di institusinya masingmasing. Kinerja kearsipan di Kabupaten Bone pada tahun masih jauh dari apa yang diharapkan. Selama 5 tahun tersebut baru ada 5 SKPD yang melakukan akuisisi dan menyetorkan arsip kepada Badan Perpustakaan, Arsip dan PDE untuk dilakukan pengelolaan. Selain itu juga kegiatan peningkatan kapasitas para arsiparis juga sangat minim, hanya dilaksanakan 1 kali selama 5 tahun yaitu pada tahun Komunikasi dan Informatika Kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi dewasa ini sangat luar biasa. Selain semakin mudah dan murahnya mendapatkan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi, arus komunikasi dan laju informasi semakin cepat. Kita bisa dengan cepat dan tepat mengetahui kejadian-kejadian ataupun berita yang terjadi di wilayah lain. Telepon merupakan salah satu media untuk mempermudah dan mempercepat komunikasi antar masyarakat. Berdasarkan data PT Telkom Indonesia, di Kabupaten Bone pada tahun 212 terdapat Satuan sambungan telepon yang terpasang dan sebanyak SST terpakai. Sementara pada tahun 211 terdapat sebanyak SST dan SST terpakai. Media massa memiliki fungsi sebagai penyebar informasi kepada masyarakat. Jumlah media massa yang ada di Kabupaten Bone sebanyak 13, terdiri dari media cetak (surat kabar nasional dan lokal) sebanyak 11 dan media elektronik (radio ddan TV lokal) sebanyak 2. Tabel 2.76 Jumlah Media Cetak dan Elektronik di Kabupaten Bone Tahun No Tahun Jumlah media cetak (surat kabar nasional dan lokal) Jumlah media elektronik (radio ddan TV lokal) Sumber: Bagian Humas Setda Kab. Bone, 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 85

91 Salah satu indikator dari pemerintahan yang baik (good governance) yaitu adanya keterbukaan informasi. Keterbukaan informasi disini baik pada saat penyusunan perencanaan pembangunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 28 tentang Keterbukaan Informasi Publik, setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengakses dan mendapatkan informasi publik. Dalam bidang komunikasi dan informasi telah ditetapkan SPM sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 22/Per/M.Kominfo/12/21 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Komunikasi dan Informatika Di Kabupaten/Kota. Terdapat 2 jenis pelayanan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah kabupaten/kota yaitu : 1. Pelaksanaan Diseminasi Informasi Nasional Kegiatan Diseminasi Informasi ini harus dilakukan paling tidak 12 kali dalam satu tahun melalui media massa (cetak maupun elektronik), website, media tradisional (pertunjukan kesenian rakyat), media interpersonal (sarasehan, ceramah, workshop, dll), dan melalui media luar ruang seperti brosur, spanduk baliho, dll 2. Pengembangan dan Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat Kecamatan, menurut SPM pada tahun 214 sekurangkurangnya 5% dari seluruh kecamatan harus sudah memiliki KIM. 26.Perpustakaan Pemerintah kabupaten memiliki wewenang dalam bidang perpustakaan untuk menyusun pedoman penyelenggaraan perpustakaan, pengembangan jaringan perpustakaan, pengembangan SDM, pelestarian koleksi daerah di tingkat kabupaten, pembinaan teknis perpustakaan, penyelamatan dan pelestarian koleksi nasional, pengembangan jabatan fungsional pustakawan, dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis dibidang perpustakaan. Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, dan pelestarian budaya. Dilihat dari fungsi perpustakaan tersebut, tentunya perpustakaan memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan kecerdasan dan kapasitas sumberdaya manusia. Gambaran mengenai penyelenggaraan perpustakaan di tingkat kabupaten secara luas dapat dilihat dari tingkat partisipasi dan kunjungan masyarakat, perkembangan jumlah perpustakaan serta sarana prasarana pendukungnya termasuk didalamnya adalah koleksi perpustakaan dan kegiatan promosi perpustakaan dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat. Data terakhir tahun 212 di Kabupaten Bone sudah terdapat 48 perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan daerah, perpustakaan desa, dan perpustakaan-perpustakaan yang ada di lingkungan lembaga pendidikan. Adapun untuk tingkat kunjungan ke perpustakaan daerah kondisinya mengalami penurunan dari 9.43 pengunjung pada tahun 21 menjadi 6.37 pengunjung pada tahun 212. Kondisi capaian kinerja bidang perpustakaan di Kabupaten Bone dari tahun dapat dilihat dalam tabel berikut. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 86

92 Tabel 2.77 Gambaran Data Perpustakaan Kabupaten Bone Tahun NO Indikator Kinerja (1) (2) Realisasi Capaian per Tahun (11) (12) (13) (14) (15) 1 Jumlah perpustakaan A Perpustakaan daerah B Perpustakaan desa C Perpustakaan SD 24 D Perpustakaan SMP 16 E Pepustakaan SMA 76 F Perpustakaan Perguruan Tinggi 11 2 Perpustakaan yang mendapatkan bantuan (perpustakaan desa) Perpustakaan yang dibina Pustakawan yang bersertifikat Jumlah pengunjung Jumlah koleksi bahan bacaan Sumber : Badan Perpustakaan, Arsip dan PDE Kabupaten Bone tahun Fokus Layanan Urusan Pilihan 1. Pertanian Produksi tanaman pangan utama yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar rata-rata mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu lima tahun (28-212), rata-rata pertumbuhan produksi padi sebesar 3,58%, jagung sebesar 22,32%, kedelai sebesar 1,96%, kacang tanah sebesar 6,62%, kacang hijau sebesar 21,79%, ubi kayu sebesar 16,64%, dan ubi jalar sebesar 19,34%. Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan selama ini lebih banyak dipengaruhi oleh luas panen, belum oleh peningkatan produktivitas lahan. Dari data yang ada hanya tanaman jagung, kacang tanah, dan ubi kayu yang produktivitasnya meningkat. Peningkatan luas panen dipengaruhi oleh perubahan pola tanam yang dilakukan oleh petani dan kondisi musim. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.78 Capaian Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Bone Tahun Tahun No 1 Komoditas Padi Uraian Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kwt/Ha) Rata-rata `Kenaikan (%) 4,7 3,58 58,6 54,75 58,66 58,15 58,15 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 87

93 Tahun No 2 Komoditas Jagung Uraian Luas panen (Ha) Produksi (Ton) 3 Produktivitas (Kwt/Ha) Luas panen (Ha) Kedelai Produksi (Ton) 4 K.Tanah Rata-rata `Kenaikan (%) 14, ,32 41,52 5,24 47,96 49,88 51,47 5, , ,3 Produktivitas (Kwt/Ha) Luas panen (Ha) 18,48 18,16 17,51 17,96 18,36 (,13) ,62 Produksi (Ton) ,63 Produktivitas (Kwt/Ha) Luas panen (Ha) 15,93 16,89 16,67 16,1 16,99 1, ,39 Produksi (Ton) ,79 Produktivitas (Kwt/Ha) Luas panen (Ha) 14,25 13,82 13,82 13,31 13,57 (1,19) ,64 Produksi (Ton) ,82 Produktivitas (Kwt/Ha) Luas panen (Ha) 98,57 99,14 99,91 98,81 99,8, ,34 Produksi (Ton) ,45 Produktivitas 82,38 82,56 83,79 (Kwt/Ha) Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura, Tahun ,18 82,35 (,) K.Hijau Ubi Kayu Ubi jalar Produksi tanaman hortikultura jenis sayur sayuran Kabupaten Bone secara umum menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan pada masing-masing komoditas. Namun demikian untuk beberapa komoditas seperti bayam, ketimun, labu siam, dan tomat mengalami penurunan. Perkembangan produksi tanaman hortikultura jenis sayur-sayuran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.79 Luas Panen dan Produksi Sayuran Kabupaten Bone Tahun No Komoditas Uraian (1) 1 (2) (3) Bawang merah Luas panen (Ha) 2 Bawang Putih Produksi (Kw) Luas panen (Ha) Produksi (Kw) 3 Bawang Daun Luas panen (Ha) Produksi (Kw) Tahun (4) 111 (5) 126 (6) 235 (7) , , , , ,6 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera (8) Rata-rata Pertumbuhan (%) (9) 35,18 II - 88

94 No Komoditas (1) 4 (2) Bayam Uraian (3) Luas panen (Ha) Tahun (4) Produksi (Kw) 5 Buncis Cabe Luas panen (Ha) Produksi (Kw) 7 Kac. Panjang Luas panen (Ha) Produksi (Kw) 8 Kangkung Luas panen (Ha) Produksi (Kw) 9 Ketimun Luas panen (Ha) Kentang 11 Petsai/Sawi Terung (11,2) , , , , (12,74) , (1,26) , (,87) (,58) ,61 Produksi (Kw) ,78 Luas panen (Ha) (1,31) (1,38) , ,17 Luas panen (Ha) Luas panen (Ha) Tomat (11,28) Produksi (Kw) (8) 464 Produksi (Kw) 13 (7) Produksi (Kw) 12 (6) Luas panen (Ha) Labu Siam Produksi (Kw) (5) 538 Luas panen (Ha) Produksi (Kw) 6 21 Rata-rata Pertumbuhan (%) (9) Luas panen (Ha) Produksi (Ton) , , , (,22) Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura, Tahun 213 Produksi tanaman buah-buahan Kabupaten Bone secara umum menunjukkan peningkatan, namun untuk beberapa komoditas seperti nanas, pepaya dan pisang mengalami penurunan. Terjadi pula penurunan jumlah tanaman yang menghasilkan (Pohon), khususnya pada tanaman alpukat, durian, jambu biji, mangga, pisang, dan sukun. Hal ini perlu diantisipasi dengan penambahan jumlah tanaman, sehingga produksi dapat dipertahankan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Bone. Perkembangan produksi tanaman buah-buahan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.8 Jumlah Tanaman dan Produksi Buah-Buahan Kabupaten Bone Tahun No 1 2 Komoditas Alpukat Belimbing Uraian Tahun Rata-rata Pertumbuha n (%) Tan.menghslkan (Pohon) (15,84) Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) Produksi (Kw) , , ,52 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 89

95 No Komoditas Uraian Tahun Tan.menghslkan (Pohon) , ,44 Durian Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) (1,77) ,93 Jambu Biji Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) (7,37) ,75 Jambu Air Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) , ,39 Jeruk Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) , ,78 Mangga Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) (,21) ,95 9 Nangka Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) ,4 1 Nenas Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) Pepaya Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) Duku/Langsat 212 Rata-rata Pertumbuha n (%) , (1,17) (,34) , (9,46) (11,59) (6,65) Tan.menghslkan (Pohon) ,62 Petai Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) ,15 Salak Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) , ,35 16 Sawo Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) ,2 17 Sirsak Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) Sukun Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Pohon) Produksi (Kw) Tan.menghslkan (Rmpn) Produksi (Kw) Pisang Rambutan Produksi (Kw) , , , (,89) ,48 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura, Tahun 213 Jenis tanaman Perkebunan di Kabupaten Bone yang dibudidayakan masyarakat tergolong banyak, namun yang termasuk dalam komoditas andalan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 9

96 Kabupaten Bone hanya mencakup beberapa komoditas. Jenis tanaman perkebunan yang produksinya relatif banyak yaitu Kakao (coklat), kelapa dalam, tebu, kapas, kemiri, dan cengkeh. Perkembangan produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.81 Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Bone Tahun No Komoditas Tahun (1) 1. (2) Kelapa Dalam (3) (4) (5) (6) 9.62 (7) Kelapa Hybrida Kopi Kakao Kemiri Kapuk Jambu Mete Cengkeh Lada Pala Vanili 12. Pinang 13. Aren 14. Rata-rata Pertumbuhan (%) (8) Siwalan Sagu Asam Jawa Nipa Kayu Manis Jarak Pagar ,8 14,8 38, Tebu Rakyat , Tembakau 22. Kapas , Jahe Kunyit Kencur Sereh Wangi Temu Lawak Lempuyang Lengkuas Wijen Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bone, 212 Hewan ternak yang paling potensial dan menjadi unggulan di Kabupaten Bone adalah sapi. Populasi sapi pada tahun 212 mencapai sebanyak Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 91

97 ekor. Populasi kambing masih terbatas, yaitu hanya sebanyak ekor, sedangkan kuda sebanyak ekor, dan paling sedikit kerbau hanya ekor. Untuk jenis unggas, populasi terbesar pada ayam buras sebanyak ekor, selanjutnya ayam petelur sebanyak ekor, ayam pedaging sebanyak ekor. Dari sebanyak delapan jenis hewan ternak di Kabupaten Bone, sebagian besar memiliki rata-rata pertumbuhan positif (meningkat), hanya kerbau dan kuda yang pertumbuhannya negatif (menurun). Perkembangan populasi hewan ternak selama kurun waktu lima tahun (28212) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.82 Populasi Ternak di Kabupaten Bone Tahun No Komoditas Rata-rata Pertumbuhan (%) , (13,97) 1 Sapi 2 Kerbau 3 Kuda (1,85) 4 Kambing ,33 5 Itik ,19 6 Ayam buras ,73 7 Ayam petelur ,78 8 Ayam pedaging Sumber : Dinas Peternakan Kab. Bone, ,4 Perkembangan penyakit pada hewan ternak perlu diwaspadai, sebab dapat dimungkinkan penyebaraan penyakit zoonosis yang menular ke manusia. Jumlah kasus penemuan penyakit pada hewan ternak di Kabupaten Bone pada tahun 212 sebanyak 94 kasus. Sementara itu angka kesakitan ternak sebanyak ekor. Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit, pada tahun 212 dilakukan pemberian vaksin kepada sejumlah ekor ternak. 2. Kehutanan Sejalan pelaksanaan otonomi daerah dengan azas desentralisasi, paradigma pembangunan kehutanan di Kabupaten Bone adalah domestic resources based (community and resource based development), yaitu (1) menetapkan sumber daya hutan dalam tiga sisi manfaat yang seimbang yakni ekonomi, ekologi dan sosial; dan (2) memfasilitasi dan mendorong terciptanya pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan memberi peluang yang luas kepada lembaga usaha masyarakat kecil dan menengah yang berbasis hutan dalam menuju pengelolaan hutan yang lestari, demokratis dan berkeadilan. Paradigma pembanguna kehutanan ini menjawab target capaian tujuan MDGs sektor kehutanan yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Indikator yang dinilai adalah (1) Proporsi luas lahan yang tertutup hutan, (2) Rasio luas kawasan hutan lindung/konservasi terhadap luas wilayah daratan. Luas pada tahun 28 kawasan hutan di Kabupaten Bone sekitar ha yang terdiri dari hutan lindung ha, hutan produksi ha, hutan wisata (Cani Sidenreng ) +-1,612 Ha dan hutan mangrove Ha. Hutan produksi di Kabupaten terdiri dari Hutan Pinus (+-1.5 Ha ), Hutan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 92

98 Rotan (+-2.5 Ha), huta jati (+-7.5 Ha ) dan Hutan lainnya ( Ha ). Tahun 212 kondisi ini menurun yaitu hutan lindung menjadi ha, hutan mangrove tinggal 75 ha, namun hutan wisata bertambah menjadi 1.674,8 ha Dilihat dari kepemilikan terdapat ha hutan rakyat dan hutan negara seluas Hutan pinus berada di Kecamatan Bontocani, Teluk Limpoe, Bengo, Ponre, dan Libureng dan hutan jati tersebar di 18 kecamatan. Hutan lindung berada di Kecamatan Bontotani teluk Limpie, Tonra, Dua Boccoe, Lappariaja, Ponre dan Tanete Riattang Timur. Hutan wisata Cani Sedenreng berada di Kecamatan Ulaweng. Hutan mangrove tersebar di 1 kecamatan yaitu Cendrana, Tellusiatinge, Awangpone, Tanete Riattang Timur, Barebbo, Mare, Sibulue, Tonra, Salomekko dan Kajuara. Tabel 2.83 Realisasi Capaian Urusan Kehutanan No Indikator Kinerja Realisasi Capaian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (%) 2. Kerusakan Hutan (%) 3. Luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total kawasan hutan Pembuatan Bangunan Konservasi , ,73 3,66 3,1, Dam Penahan (Unit) Embung Air (Unit) Gully Plug (Unit) Sumber : Dishutbun Kabupaten Bone, Tahun Energi dan Sumberdaya Mineral Kinerja pembangunan pada pelayanan yang dikelola oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bone selama periode pada masingmasing indikator sebagaimana tabel berikut : Tabel 2.84 Gambaran Pelayanan Dinas ESDM Kab. Bone Thn No. Jenis Izin 1. Izin Usaha Pelayanan BBM 2. Izin Usaha Kelistrikan Untuk Jumlah Izin Tahun Total Izin kepentingan Sendiri 3. IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 93

99 4. IUP OP Khusus Pengolahan IUP OP Batuan Izin Pemanfaatan Mataair Surat Keterangan Terdaftar Sumber : Dinas ESDM Kab. Bone, 212 Sedangkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terbit melalui Surat Keputusan Bupati Bone untuk mineral logam, bukan logam dan batubara periode tahun adalah sebagai berikut : Tabel 2.85 Gambaran Penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Thn Melalui Surat Keputusan Bupati No. 1. Jenis Izin IUP Periode Penerbitan Bahan Galian Jumlah Izin Logam Eksplorasi 2. IUP OP Logam IUP Batubara 3 3 Eksplorasi 4. IUP OP Batubara IUP Bukan 2 2 Eksplorasi Logam Sumber : Dinas ESDM Kab. Bone, Pariwisata Kabupaten Bone yang secara geografis memiliki letak yang strategis di jalur pesisir timur Sulawesi Selatan. Letak yang strategis tentunya memiliki nilai yang lebih, khususnya dalam bidang pariwisata. Kabupaten Bone memiliki keanekaragaman daya tarik alam dan budaya yang patut untuk dijadikan salah satu tujuan utama pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan. Obyek wisata budaya yang potensial di Kabupaten Bone antara lain adalah rumah adat Bola Soba yang ada di Kelurahan Manurunge Kecamatan Tatene Raittang, Museum Lapawawoi di pusat Kota Watampone, komplek pemakaman Raja Kalokkoe (Laleng Bata) sekitar 3 km dari kota Watampone dan Makam raja-raja Watang Lamuru di Desa Labalata, kompleks makam Labalata dan Kalokkoe serta makam Lapatau Matanna Tikka di Desa Nagauleng, Kecamatan Cenrana. Sedangkan obyek wisata alam yang potensial antara lain Gua Mampu di Desa Labbeng yang memiliki stalaktit dan stalagmit, Gua Cempalagi di Desa Mallari, dan dua gua lainnya yaitu Lagaroang dan gua Jepang. Selain itu sejumlah air terjun juga tersebar di berbagai kecamatan seperti air terjun Ulu Ere dan air terjun Pammusurang di Desa Bontojai dan air terjun Ladenring di Kecamatan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 94

100 Lamutu. Adapun obyek wisata bahari ada pantai Ancue, Pantai Tete, Pantai Pasir Putih Bone Lampe dan Pantai Ujung Pattiro. Obyek wisata lain yang ada di Kabupaten Bone adalah pusat kerajinan tangan rumput Anemi atau pita di Desa Wollangi, kerajinan songkok To Bone di Desa Paccing. Kerajinan perak di Desa Pinceng Pute dan perkampungan Suku Bajo yang di Desa Bajoe. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di Kabupaten Bone, telah terdapat sarana pendukung pariwisata berupa hotel dan penginapan. Data dari Kabupaten Bone dalam angka tahun 212, terdapat 28 hotel dan penginapan yang dapat mendukung kepariwisataan Kabupaten Bone. Angka kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bone dari tahun 28 sampai tahun 212 mengalami kondisi yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Tingkat kunjungan teringgi terjadi pada tahun 29 yang mencapai wisatawan yang berkunjung. Sedangkan terendah adalah tahun 212 yang hanya mampu mencapai kunjungan saja. Adapun kontribusi dari sektor pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Bone justru mengalami peningkatan dari,4% pada tahun 28 menjadi,8% pada tahun 212. Tabel 2.86 Capaian Kinerja Bidang Pariwisata Kabupaten Bone Tahun No Indikator Kunjungan wisata (orang) Konstribusi sektor pariwisata,4 terhadap PDRB,63,71,8,8 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Perikanan Kelautan Pembangunan urusan kelautan dan perikanan periode tahun secara umum menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam pada tahun berkenaan, antara lain cuaca yaitu curah hujan dan gelombang laut yang mempengaruhi produktivitas hasil produksi nelayan dan pembudidaya ikan. Produksi perikanan di Kabupaten Bone menunjukkan peningkatan, dari sebanyak ton pada tahun 28 menjadi ,5 ton pada tahun 212. Perikanan budidaya terlihat mengalami peningkatan dari sebesar ton pada tahun 28 menjadi ton pada tahun 212. Sementara itu produksi perikanan tangkap yang berasal dari perikanan laut justru mengalami penurunan dari sebesar ton pada tahun 28 menjadi ton pada tahun 212. Adapun produksi ikan olahan menunjukkan penurunan produksi, dari sebesar ton pada tahun 28 dan sebesar ton pada tahun 211 menjadi hanya sebanyak ton pada tahun 212. Perkembangan produksi perikanan selama kurun waktu lima tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 95

101 Tabel 2.87 Produksi Perikanan di Kabupaten Bone Tahun No Indikator Kinerja Produksi 1 Perikanan a. Tangkap - Laut - Perairan Umum b. Budidaya - Tambak - Kolam - Mina Padi - Laut (rumput laut) - Perairan Umum 2 Jumlah produksi ikan olahan (ton) Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 212 Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Bone mengalami menurunan dari sebesar 45,9 kg/kapita/tahun pada tahun 28 menjadi 43,5 kg/kapita/tahun pada tahun 212. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah produksi perikanan, dengan asumsi ikan yang dipasarkan keluar daerah dianggap tetap. Kemungkinan sebab lainnya adalah pola masyarakat yang cenderung beralih konsumsi selain ikan. Dalam rangka peningkatan produksi perikanan, baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun hasil olahan ikan, pemerintah Kabupaten Bone melakukan pembinaan dan fasilitasi kelompok usaha masyarakat di bidang perikanan. Jumlah kelompok perikanan tangkap di Kabupaten Bone sampai dengan tahun 212 mencapai sebanyak 179 kelompok. Dari jumlah tersebut, jumlah kelompok Usaha Bersama (KUB) yang berkembang sampai dengan tahun 212 sebanyak 16 KUB, dan kelompok Usaha Bersama (KUB) yang mendapat alat tangkap dan alat bantu penangkapan dalam kurun waktu lima tahun sebanyak 163 KUB. Sementara itu jumlah kelompok pembudidaya ikan di Kabupaten Bone sampai dengan tahun 212 sebanyak 323 kelompok. Dari jumlah tersebut, kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang berkembang sebanyak 1 kelompok, sedangkan kelompok pembudidaya ikan yang mendapat Bantuan sarana produksi budidaya dalam kurun waktu lima tahun sebanyak 164 kelompok. Terkait usaha pengolahan ikan, jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran (Poklahsar) yang berkembang sampai dengan tahun 212 sebanyak 77 kelompok, dan kelompok (Poklahsar) yang mendapat bantuan sarana prasarana pengolahan hasil perikanan dan pemasaran ikan dalam kurun waktu lima tahun sebanyak 2 kelompok dari sebanyak 77 kelompok yang ada. Pembinaan kelompok juga dilakukan terhadap kelompok masyarakat Swakarsa Pengamanan Sumber Daya kelautan (Pokmaswas). Pembinaan Pokmaswas dilakukan untuk mempertahankan keaktifan kelompok, sehingga dapat berperan serta dalam pencegahan praktek-praktek illegal fishing di perairan Kabupaten Bone, diantaranya penggunaan alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 96

102 Perkembangan pembinaan kelompok bidang kelautan dan perikanan selama kurun waktu lima tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.88 Pembinaan Kelompok Bidang Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Bone Tahun No Indikator Kinerja 28 A 1 Bina Kelompok Nelayan (KUB) Jumlah kelompok perikanan tangkap 2 Jumlah kelompok Usaha Bersama (KUB) yang mendapat alat tangkap dan alat bantu penangkapan 3 Jumlah kelompok Usaha Bersama (KUB) yang berkembang B Bina Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) 1 Jumlah kelompok pembudidaya Ikan 2 Jumlah kelompok pembudidaya Ikan (POKDAKAN) yang mendapat Bantuan sarana produksi budidaya 3 Jumlah kelompok Pembudidaya Ikan (pokdakan) yang berkembang C Bina Kelompok Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (POKLAHSAR) 1 Jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 2 Jumlah kelompok (POKLAHSAR) yang mendapat bantuan sarana prasarana pengolahan hasil perikanan dan pemasaran ikan. 3 Jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran (POKLAHSAR) yang berkembang D Bina kelompok masyarakat Swakarsa Pengamanan Sumber Daya kelautan (POKMASWAS) 1 Jumlah kelompok masyarakat Swakarsa Pengamanan Sumber Daya kelautan (POKMASWAS) 2 Jumlah kelompok masyarakat Swakarsa Pengamanan Sumber Daya kelautan yang dibina (POKMASWAS) Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 97

103 6. Perdagangan Kontribusi sektor perdagangan dalam PDRB dari tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 28 kontribusi perdagangan sebesar 7,31% meningkat pada tahun 211 menjadi 7,69%. Kontribusi terbesar dalam sektor perdagangan adalah usaha dagang kecil, dengan rata-rata kontribusi sebesar 4%. Gambar 2.19 Kontribusi Sektor Perdagangan pada PDRB Tahun (%) Kabupaten Bone Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sarana perdagangan di Kabupaten Bone mengalami pertumbuhan utamanya sarana gudang, swalayan dan toko modern. Sedangkan jumlah Jumlah Pasar Kabupaten sampai dengan tahun 212 sebanyak 2 unit dan Pasar Desa sebanyak 8 unit. Jumlah gudang mengalami peningkatan dari tahun Pada tahun 28 sebanyak 19 unit dan meningkat pada tahun 212 menjadi 48 unit. Pada tahun 211 di Kabupaten Bone mulai muncul swalayan modern yaitu alfa mart, indomart dan alfa midi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran tabel. Tabel 2.89 Perkembangan Sarana Perdagangan Dan Sarana Penunjang Perdagangan Tahun 28/212 N Jenis Gudang Swalayan Alfa Midi Indo Maret Alfa Maret Pasar Kabupaten Pasar Desa Jumlah Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 212 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 98

104 Jumlah eksportir selama kurun cenderung menurun, pada tahun 21 jumlah eksportir sebanyak 1.13 orang menurun pada tahun 211 menjadi 7.93 orang. Nilai ekspor pada tahun 21 sebesar Rp , menurun menjadi ,. Kabupaten Bone memiliki komiditi perdagangan sebanyak 8 jenis. Jumlah realisasi penjualan sampai dengan tahun 212 cenderung mengalami penurunan. Walaupun volume komoditi perdagangan mengalami penurunan namun nilai jualnya mengalami mengalami kenaikan, hal ini dapat dilihat dalam tabel realisasi penjualan Kabupaten Bone. Jenis komoditi perdagangan yang memiliki volume dan nilai kontribusi tertinggi adalah Jagung. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.9 Realisasi Penjualan Perdagangan Komoditi Unggulan Kabupaten Bone Tahun No Jenis Volume Kakao Kemiri Jambu Mente Jagung Kacang Ijo Kedelai Kacang Tanah Jumlah Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 212 Nilai (Rp ) Jumlah Usaha perdagangan di Kabupaten Bone selama kurung waktu mengalami pertumbuhan dimana untuk usaha dagang kecil berdasarkan jumlah unit usaha pada tahun 28 sebanyak 1.56 meningkat pada tahun 212 menjadi Usaha dagang menengah juga mengalami peningkatan. Pada tahun 28 sebanyak 248 unit meningkat pada tahun 212 menjadi 4 unit. Sedangkan usaha dagang besar juga mengalami peningkatan. Pada tahun 28 jumlah usaha dagang sebanyak 23 unit meningkat pada tahun 212 menjadi 12 unit. Pelaku Usaha Dagang ini terutama yang dengan skala kecil dan menengah masih memiliki kekurangan yaitu terbatasnya modal, kurangnya kemampuan manajemen, dan teknologi. Jumlah pengusaha UDKM yang dibina ini masih sangat kecil. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.91 Jumlah Usaha Perdagangan Di Kabupaten Bone Tahun No 1 Uraian Usaha Dagang K a.unit Usaha (unit) b.tenaga Kerja (orang) c.modal (Rp) Tahun Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 99

105 2 Usaha Dagang M a.unit Usaha (unit) b.tenaga Kerja (orang) c.modal (Rp) 3 Usaha Dagang B a.unit Usaha (unit) b.tenaga Kerja (orang) c.modal (Rp) Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 212 Dalam memperlancar pelaksanaan pembangunan perdagangan dilakukan peneraan dan pengawasan alat perdagangan. Pelaksanaan peneraan dan pengawasan alat UTTP (Ukur, Takar,Timbang, dan Perlengkapanya) selama kurun waktu mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: No Tabel 2.92 Hasil UTTP (Ukur, Takar,Timbang, Perlengkapan) Tahun 28/212 Tahun Jenis UTTP Ukuran Panjang Takaran Kering Takaran Basah Anak Timbangan Biasa Anak Timbangan Halus Neraca Emas Anak Timbangan Milligram Timbanga Sentisimal Timbangan Meja Dacin Logam Timbangan Pegas Timbangan Elektronik Halus Timbangan Elektronik Kasar Meter Kadar Air Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 212 Pengawasan perdagangan ini masih sangat terbatas hal ini dikarenakan rendahnya SDM dan instrumen untuk melakukan pengawasan. Selain itu juga kesadaran konsumen dan pedagang juga masih kurang dalam rangka perlindungan hak konsumen. 7. Perindustrian Berdasarkan data PDRB Kabupaten Bone atas dasar harga berlaku, sektor industri selama kurun waktu memberikan kontribusi antara 6,85% 7,61%. Kontribusi sektor industri ini dari tahun ke tahun sejak 28 sampai Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 1

106 dengan tahun 211 mengalami penurunan. Pada tahun 28 kontribusi sektor industri sebesar 7,61% menurun pada tahun 211 menjadi 6,85%. Sektor industri ini terdiri dari industri besar, industri, menengah dan kecil. Sektor industri kecil memberikan sumbangan terbesar pada pencapaian kontribusi sektor industri, yaitu antara 3%-4%. Grafik 2.2 Kontribusi Sektor Industri pada PDRB (Berdasarkan Harga Berlaku) Tahun Kabupaten Bone Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 212 Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dari tahun fluktuatif. Pada tahun 28 jumlah IKM sebanyak 3.45 unit meningkat pada tahun 21 menjadi 5.69 unit kemudian menurun pada tahun 212 menjadi 3.55 unit. Jumlah IKM terbanyak pada tahun 21 yaitu sebesar 5.69 unit. Penurunan jumlah IKM terbesar terjadi pada tahun 29 ke tahun 21. IKM di Kabupaten Bone mampu menyerap tenaga kerja antara tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi pada tahun 21 yaitu mencapai orang. IKM di Kabupaten Bone memiliki nilai produksi yang cukup besar. Nilai produksi IKM tertinggi terjadi pada tahun 21 yaitu sebesar Rp , dengan nilai investasi Rp ,. Sentra industri di Kabupaten Bone mengalami peningkatan dari tahun Pada tahun 28 Sentra industri kecil sebanyak 5 sentra meningkat pada tahun 212 menjadi 18 buah. Kabupaten Bone juga memiliki Kelompok Usaha Bersama (KUB). Sampai dengan tahun 212 KUB yang yang dibina juga mengalami peningkatan. Pada tahun 28 jumlah KUB yang dibina sebanyak 6 unit meningkat pada tahun 212 menjadi 17 unit Namun demikian jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah desa yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk berusaha masih relatif kecil. Sebagian besar pelaku usaha IKM dan KUB masih memiliki banyak permasalahan antara lain ketrampilan produksi, manajemen pengelolaan usaha, permodalan dan penguasan ketrampilan. Selain itu juga masih kurangnya jaringan pemasaran produk IKM. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 11

107 Tabel 2.93 Perkembangan IKM Tahun No Uraian 1 Unit Usaha 2 Tenaga Kerja (orang) 3 Tahun , Nilai Produksi () Nilai Investasi () Sentra IK KUB Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Transmigrasi Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu wilayah yang padat penduduknya ke area wilayah pulau lain yang penduduknya masih sedikit atau belum ada penduduknya sama sekali. Transmigrasi di Indonesia biasanya diatur dan didanai oleh pemerintah kepada warga yang umumnya golongan menengah ke bawah. Sesampainya di tempat transmigrasi para transmigran akan diberikan sebidang tanah, rumah sederhana dan perangkat lain untuk penunjang hidup di lokasi tempat tinggal yang baru. Tujuan utama dilaksanakannya transmigrasi penduduk adalah sebagai upaya untuk pemerataan persebaran penduduk dari penduduk yang terlalu padat ke wilayah dengan penduduk yang masih relatif kosong atau bahkan belum berpenduduk. Transmigrasi diupayakan sebagai bagian dari upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan kesempatan untuk perubahan nasib. Melalui transmigrasi ini diharapakan penduduk padat yang ada di Kabupaten Bone memiliki peluang dan harapan untuk perubahan hidup yang lebih baik dengan kesejahteraan yang meningkat. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera II - 12

108 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Keuangan daerah adalah semua perhitungan tentang hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD, sehingga analisis mengenai pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pengelolaan keuangan daerah sekurangkurangnya 5 (lima) tahun sebelumnya yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Analisis tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan pendanaan di masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan peluang dan hambatan yang dihadapi Kinerja Pelaksanaan APBD a. Pendapatan Daerah Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Bone dapat diukur dari kontribusi masingmasing unsur pendapatan terhadap total pendapatan daerah dalam menunjang pelaksanaan pembangunan daerah. Pendapatan Daerah Kabupaten Bone selama kurun waktu tahun mengalami peningkatan dari sebesar Rp , atpada tahun 28 menjadi sebesar Rp , pada tahun 212. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bone tahun fluktuatif dengan kecenderungan meningkat dari sebesar Rp , pada tahun 28 menjadi Rp , pada tahun 212. Perkembangan capaian pensdapatan daerah Kabupaten Bone dalam kurun waktu tahun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun (rupiah) No Uraian A Pendapatan Asli Daerah 1 Pendapatan Pajak Daerah 2 Pendapatan Retribusi Daerah 3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Realisasi 28 (Rp) Realisasi 29 (Rp) Realisasi 21 (Rp) Realisasi 211 (Rp) Realisasi 212 (Rp) Rata2 Pertumb. (%) , , , , ,65 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 1

109 No Uraian B Dana Perimbangan a Dana Bagi Hasil Pajak/bukan pajak c Dana Alokasi Umum d Dana Alokasi Khusus C Lain-lain pendapatan yang sah 1 Pendapatan Hibah 2 Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 3 Dana Penyesuaian Realisasi 28 (Rp) Realisasi 29 (Rp) Realisasi 21 (Rp) Realisasi 211 (Rp) Realisasi 212 (Rp) Rata2 Pertumb. (%) , , , , , , , ,92 4 Bantuan Keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya Total Pendapatan Daerah , ,61 Sumber: DPKAD Kabupaten Bone, 213 Dilihat dari proporsinya, keuangan daerah Kabupaten Bone masih bertumpu pada pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan, baik Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah rata-rata selama kurun waktu tahun hanya sebesar 4,96%. Kontribusi terbesar pendapatan daerah Kabupaten Bone berasal dari dana perimbangan, dengan rata-rata selama kurun waktu tahun sebesar 78,87%. Kondisi ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Bone dalam kategori rendah, artinya tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap bantuan keuangan dari pemerintah pusat masih sangat tinggi. Proporsi PAD, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap total pendapatan daerah terlihat pada Grafik 3.1 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 2

110 Grafik 3.1 Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah Terhadap Total Pendapatan Daerah (%) Sumber: DPKAD Kabupaten Bone, 213 b. Belanja Daerah Perkembangan belanja daerah Kabupaten Bone selama kurun waktu tahun menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Bone, yaitu dari sebesar Rp , pada tahun 28 menjadi sebesar Rp , pada tahun 212. Belanja tidak langsung mengalami peningkatan dari sebesar Rp , pada tahun 28 menjadi sebesar Rp , pada tahun 212, sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai. Belanja langsung juga menunjukkan peningkatan namun peningkatannya kecil dari sebesar Rp , pada tahun 28 menjadi sebesar Rp , pada tahun 212. Secara lengkap belanja daerah Kabupaten Bone selama kurun waktu tahun dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Rata-Rata Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Bone Tahun No. Uraian Realisasi 28 Realisasi 29 Realisasi 21 Realisasi 211 Realisasi 212 Rata2 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) A Belanja Tidak Langsung 14,45 1 Belanja Pegawai ,98 2 Belanja Bunga ,21 3 Belanja Subsidi 4 Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial 6 Belanja Bagi Hasil kepada Desa 7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa 8 Belanja Tidak Terduga Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah , ,39 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 3

111 No. Uraian Realisasi 28 Realisasi 29 Realisasi 21 Realisasi 211 Realisasi 212 Rata2 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) B Belanja langsung 8,2 1 Belanja Pegawai ,82 2 Belanja Barang dan Jasa 18,14 3 Belanja Modal ,16 Total Belanja Daerah 11,29 Surplus / (Defisit) , 86 Sumber: DPKAD Kabupaten Bone, 213 Belanja daerah Kabupaten Bone lebih didominasi oleh belanja tidak langsung. Proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah dalam kurun waktu lima tahun (28-212) fluktuatif, dari sebesar 58,71% pada tahun 28, mencapai tertinggi 72,18% pada tahun 21, dan pada tahun 212 sebesar 67,34%. Kondisi ini menunjukkan bahwa alokasi dana untuk belanja pembangunan yang langsung menyentuh masyarakat lebih kecil dibandingkan belanja pegawai (gaji dan tunjangan), belanja hibah, belanja bantuan sosial, bantuan keuangan kepada pemerintah desa, dan belanja tidak terduga. Perkembangan proporsi belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah Kabupaten Bone selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 3.2. Grafik 3.2 Proporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Terhadap Total Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Sumber: DPKAD Kabupaten Bone, 213 Dilihat secara detail belanja langsung Kabupaten Bone didominasi belanja modal dan belanja barang dan jasa. Proporsi belanja barang dan jasa menunjukkan peningkatan proporsi dari sebesar Rp 28,16% pada tahun 28 menjadi 49,8% (211), kemudian menurun menjadi 43,13%. Sementara itu belanja modal proporsinya cenderung menurun dari sebesar 59,11% pada tahun 28 menjadi 41,87% pada tahun 211, dan pada tahun 212 meningkat menjadi 5,94%. Kondisi demikian menunjukkan bahwa alokasi belanja pembangunan pada tahun 28, 29, dan tahun 212 sebagian besar mengarah pada peningkatan infrastruktur, sedangkan pada tahun 21 dan tahun 211 berorientasi pada kegiatan yang lebih bersifat pengadaan barang dan jasa. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 4

112 Perkembangan proporsi masing-masing unsur belanja langsung Kabupaten Bone dapat dilihat pada Grafik 3.3. Grafik 3.3 Perbandingan Masing-masing Unsur Belanja Langsung Terhadap Total Belanja Langsung Kabupaten Bone Tahun Belanja Pegawai Belanja Barang Dan Jasa Belanja Modal Sumber: DPKAD Kabupaten Bone, Neraca Daerah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 21, Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi menjadi sub rekening sampai level rincian obyek. Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 25 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Neraca Daerah Pemerintah Kabupaten Bone selama kurun waktu mengalami pertumbuhan seperti terlihat pada Tabel 3.3 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 5

113 Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Bone Tahun No Uraian A ASET Rata-Rata Pertumbuhan (%) 1 ASET LANCAR , , , , ,84 39,45 Kas , , , , ,65 66,57 Kas di Kas daerah , , , , ,65 597,41 Kas di Bendahara , , , , , 45,54 Penerimaan Kas di Bendahara , , , , , 12,71 Pengeluaran Kas di BLUD , , - Investasi Jangka Pendek Investasi dalam Saham Investasi dalam Obligasi Piutang , , , , ,4 122,88 Piutang Pajak , , , , ,4 13,55 Piutang Retribusi , , , , , 29,91 Piutang Dana Bagi Hasil , , Piutang Dana Alokasi Umum Piutang Dana Alokasi Khusus Bagian Lancar Pinjaman Kepada BUMD Bagian Lancar Tagihan , , , , , 164,56 Penjualan Angsuran Bagian Lancar Tuntutan , Ganti Kerugian Daerah Piutang Lain-lain , , , - Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 6

114 Rata-Rata Pertumbuhan (%) Persediaan , , , , ,79 26,14 Persediaan , , , , ,79 26,14 No Uraian INVESTASI JANGKA , , , , ,7 5,13 PANJANG Investasi Non 4.., Permanen Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Investasi dalam Surat Utang Negara Investasi Dana Bergulir 4.., Investasi Non Permanen Lainnya Investasi Permanen ,45 Penyertaan Modal ,45 Pemerintah Daerah Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan Penyertaan Modal Perusahaan Patungan Investasi Permanen - Lainnya ,11 3 ASET TETAP , Tanah (1,49) Tanah (1,49) Peralatan dan Mesin ,61 Alat-alat Berat ,47 Alat-alat Angkutan ,29 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 7

115 Rata-Rata No Uraian Pertumbuhan (%) Alat Bengkel ,81 Alat Pertanian dan ,74 Peternakan Alat-alat Kantor dan ,17 Rumah Tangga Alat Studio dan Alat ,88 Komunikasi Alat Ukur (16,54) Alat-alat Kedokteran ,75 Alat Laboratorium ,83 Alat Keamanan ,5 Alat Kebersihan dan Persampahan Gedung dan ,21 Bangunan Bangunan Gedung ,19 Bangunan Monumen ,86 Jalan, Irigasi dan ,2 Jaringan Jalan dan Jembatan ,45 Bangunan Air (Irigasi) ,8 Instalasi ,52 Jaringan ,4 Aset Tetap Lainnya , Buku dan Perpustakaan ,28 Barang Bercorak ,87 Kesenian/Kebudayaan Hewan/Ternak dan ,78 Tumbuhan Taman Bermain Konstruksi dalam ,68 Pengerjaan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 8

116 No Uraian Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 4 DANA CADANGAN Rata-Rata Pertumbuhan (%) , Dana Cadangan ASET LAINNYA Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kemitraan dengan Fihak Ketiga Aset Tak Berwujud Aset Lain-lain JUMLAH ASET ,7 - B KEWAJIBAN ,39 1 KEWAJIBAN JANGKA ,52 PENDEK Utang Perhitungan Fihak ,6 Ketiga Utang Bunga (23,57) Utang Pajak (,65) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Pendapatan Diterima Dimuka Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 9

117 No Uraian Utang Kepada Pihak Ketiga Utang Jangka Pendek Lainnya Rata-Rata Pertumbuhan (%) KEWAJIBAN JANGKA Utang Dalam Negeri Utang Luar Negeri (12,39) PANJANG (12,39) Utang Jangka Panjang Lainnya C EKUITAS DANA ,91 Ekuitas Dana Lancar ( ) ,91 Sisa lebih Perhitungan ,5 Anggaran Cadangan Piutang ,8 Cadangan Persediaan ,14 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 234,47 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka pendek Pendapatan Piutang ,54 yang Ditanggungkan Ekuitas Dana Investasi , ,13 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan dalam Aset Tetap Dinvestasikan dalam Aset Lainnya Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang , ( ) ( ) ( ) ( ) (55,48) Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 1

118 Rata-Rata No Uraian Pertumbuhan (%) Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan JUMLAH KEWAJIBAN ,9 DAN EKUITAS DANA Sumber : DPKAD Kab. Bone, 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 11

119 Analisis neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4. Analisa Rasio Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Bone Tahun No. URAIAN Tahun 28 Tahun 29 Tahun 21 Tahun 211 Tahun A. Rasio Likuiditas 1 Rasio Quick (Quick Ratio) 39% 83 % 85% 142% 164% B. Rasio Solvabilitas 1 Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset 2 Rasio Total Hutang Terhadap Ekuitas Sumber : DPKAD Kab. Bone, 213 2,37% 5,5% 3,28% 2,88% 2,64% 97,63% 94,95% 96,72% 97,12% 97,36% Analisis neraca daerah Kabupaten Bone pada tahun 212 secara ringkas sebagai berikut: a) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan yaitu rasio cair (Quick Ratio). Rasio Cair dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aset lancar, dan hasilnya dibagi dengan hutang jangka pendek. Biasanya aset lancar terdiri dari kas di kas daerah, kas di pemegang kas bagian lancar tagihan penjualan, bagian lancar pinjaman, bagian lancar TPTGR, piutang pajak, piutang lain-lain dan persediaan. Persediaan merupakan unsur aset lancar yang paling tidak likuid sehingga harus dikeluarkan dari perhitungan. Analisis rasio ini bertujuan menilai kemampuan pemerintah Kabupaten Bone untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Secara umum angka diatas 1% menunjukkan hasil yang baik, artinya Pemerintah Daerah dapat menjamin kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar non persediaan yang ada. Sementara itu angka dibawah 1% menunjukkan hasil yang kurang baik. Rasio Cair (Quick Ratio) = (Aset Lancar Persedian) Hutang Jangka Pendek Hasil perhitungan rasio cair tahun 28 sebesar 39%, tahun 29 sebesar 83 %, tahun 21 sebesar 85%, tahun 211 sebesar 142%, dan tahun 212 sebesar 164%. Capaian rasio cair tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan Kabupaten Bone pada tahun 28 dan tahun 212 baik, namun pada tahun 29, 21 dan 211 kurang baik. Artinya Pemerintah Kabupaten Bone pada tahun 28 dan tahun 212 mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam menjamin pembayaran kewajiban jangka pendeknya. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 12

120 b) Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio yang digunakan yaitu: (1) Rasio Hutang Terhadap Aset (Debt Ratio); dan (2) Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset. Rasio hutang terhadap total aset dihitung dengan membandingkan total hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dengan total aset yang dikuasai Pemerintah Kabupaten Bone. Kewajiban tersebut terdiri dari Hutang pada pihak ketiga, Hutang Luar Negeri, Hutang pada Pemerintah Pusat dan Hutang Bunga. Analisis ini bertujuan mengukur persentase jumlah dana yang berasal dari kreditor/donatur/pihak ketiga dalam membiayai pembangunan. Rasio Hutang Terhadap Aset (Debt Ratio) = Total Kewajiban Total Aset Hasil perhitungan rasio hutang terhadap aset pada tahun 28 sebesar 2,37%, tahun 29 sebesar 5,5%, tahun 21 sebesar 3,28%, tahun 211 sebesar 2,88%, dan tahun 212 sebesar 2,64%. Capaian rasio hutang terhadap aset tersebut menunjukkan bahwa kinerja keuangan Kabupaten Bone sangat baik, artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung hasil aktifitas operasi bukan dari pinjaman. Rasio ekuitas dana terhadap total aset dihitung dengan membandingkan total ekuitas dana dengan total Aset yang dikuasai Pemerintah. Ekuitas dana tersebut terdiri dari Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dan Ekuitas Dana Cadangan. Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio hutang terhadap total Aset, sehingga yang diukur adalah persentase jumlah dana yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Bone sendiri dalam membiayai pembangunan. Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset = Total Ekuitas Dana Total Aset Hasil perhitungan rasio ekuitas dana terhadap aset pada tahun 28 sebesar 97,63%, tahun 29 sebesar 94,95%, tahun 21 sebesar 96,72%, tahun 211 sebesar 97,12% dan tahun 212 sebesar 97,36%. Angka yang mendekati 1% berarti baik, artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung oleh kemampuan sendiri. Kondisi ini berarti bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Bone sangat baik, artinya hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi, bukan dari pinjaman. 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi Penggunaan Anggaran Kebijakan pengelolaan keuangan daerah sangat menentukan hasil pembangunan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu, sehingga perlu mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap program-program strategis daerah. Pos-pos belanja Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 13

121 daerah Kabupaten Bone terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing kelompok dirinci kedalam jenis belanja. Untuk belanja tidak langsung, jenis belanja meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, dan belanja tidak terduga. Sementara itu belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Tabel 3.5 dibawah ini akan menampilkan perbandingan antara total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur dengan total belanja lainnya ditambah dengan pengeluaran pembiayaan. NO. URAIAN Tabel 3.5. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Bone Tahun Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp.) Total Pengeluaran (Belanja+ Pembiayaan Pengeluaran) (Rp.) Persentase (a) (b) (a)/(b)x 1% 1 Tahun ,31 2 Tahun ,44 3 Tahun ,98 4 Tahun ,66 5 Tahun , 1,99% Sumber : DPKAD Kab. Bone Tahun Analisis Pembiayaan Daerah Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan Pembiayaan mencakup: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; (2) Transfer dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan. Sementara itu pengeluaran pembiayaan mencakup: (1) Transfer ke Dana Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan. Sumber penerimaan pembiayaan daerah Kabupaten Bone selama kurun waktu tahun fluktuatif, dari sebesar Rp , (28) menjadi Rp , (212). Penerimaan pembiayaan daerah sebagian besar berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun yang lalu. Sementara itu pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Bone tergolong kecil, yaitu sebesar Rp pada tahun 28, dan sebesar pada tahun 212, dengan penggunaan utama untuk pembayaran pokok utang, dan pembayaran utang Pemda. Dilihat perkembangannya setiap tahun, pelaksanaan pembangunan daerah setiap tahunnya menyisakan SILPA dalam jumlah yang tergolong besar, selanjutnya dijadikan sumber penerimaan daerah untuk penyelenggaraan pembangunan tahun berikutnya. Perkembangan pembiayaan daerah Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 3.6. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 14

122 No Uraian Penerimaan A pembiayaan daerah 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 2 Pencairan Dana Cadangan 3 Penerimaan Pinjaman Daerah 4 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Pengeluaran B pembiayaan daerah 1 Pembentukan Dana Cadangan 2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 3 Pembayaran Pokok Utang 4 Pemberian Pinjaman Daerah 5 Pembayaran Utang Pemda Tabel 3.6 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Bone Tahun Realisasi 28 (Rp) Realisasi 29 (Rp) Realisasi 21 (Rp) Realisasi 211 (Rp) Realisasi 212 (Rp) Pembiayaan Netto Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Sumber: DPKAD Kabupaten Bone, 213 Terdapat beberapa jenis belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat periodik, wajib dan mengikat, serta prioritas utama. Belanja periodik yang temasuk kategori wajib dan mengikat serta prioritas utama di Kabupaten Bone meliputi: belanja pegawai, belanja bunga, dan belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa (pada pos belanja tidak langsung), dan belanja pegawai pada pos belanja langsung. Sementara itu pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama meliputi pembentukan dana cadangan dan pembayaran pokok hutang. Perkembangan Belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama di Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel 3.7 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 15

123 Tabel 3.7 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bone Tahun No Uraian A Belanja Tidak Langsung 1 Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja bagi hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 4 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa B Pembiayaan Pengeluaran 1 Pembentukan Dana Cadangan 2 Pembayaran pokok utang TOTAL Sumber: DPKAD Kabupaten Bone, 213 NO URAIAN Realisasi Pendapatan Daerah Dikurangi realisasi : Belanja Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah Tabel 3.8. Defisit Riil Anggaran Kabupaten Bone Tahun Tahun 28 Tahun 29 Tahun 21 Tahun 211 Tahun 212 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) , , , , , , , , , , , , , , ,66 Defisit Riil , , , , ,41 Sumber : DPKAD Kabupaten Bone Tahun 213 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 16

124 NO. URAIAN 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya Tabel 3.9 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Bone Tahun Tahun 28 (%) Proporsi dari total defisit riil Tahun 29 (%) Tahun 21 (%) Tahun 211 (%) Tahun 212 (%) -158,94-232,95 13,25 32,82 58,94 2 Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah -23, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah 2, Penerimaan Pembayaran ASKES Penerimaan Pembayaran Pihak ke III Penerimaan Piutang Pihak ke III Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Sumber : DPKAD Kabupaten Bone Tahun ,26-132,95 48,41 52,84 77, Kerangka Pendanaan Berdasarkan hasil pengkajian potensi sumber Pendapatan Asli Daerah, belum optimal pengelolaannya sehingga sangat memungkinkan dimaksimalkan penerimaannya melalui pendekatan intensifikasi dan ekstensifikasi termasuk meningkatkan kegiatankegiatan pengawasan. Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Bone untuk mendanai pembangunan daerah pada lima tahun mendatang diprediksikan mengalami peningkatan, namun relatif kecil. Pendapatan daerah diproyeksi secara moderat dengan rata-rata pertumbuhan 9,73% untuk PAD, sekitar 1,18% untuk dana perimbangan, dan sebesar 3,66% untuk lain-lain pendapatan yang sah. Sementara itu untuk menutup defisit anggaran menggunakan penerimaaan pembiayaan terutama berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) tahun lalu. Dalam penyusunan kerangka pendanaan, terdapat beberapa jenis belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat periodik, wajib dan mengikat, serta prioritas utama. Belanja periodik yang temasuk kategori wajib dan mengikat serta prioritas utama di Kabupaten Bone meliputi: belanja pegawai, belanja bunga, dan belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa (pada pos belanja tidak langsung), dan belanja pegawai pada pos belanja langsung. Sementara itu pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama meliputi pembentukan dana cadangan untuk persiapan pemilu/pemilukada dan pembayaran pokok hutang. Dengan memperhatikan kinerja selama tahun , pengeluaran belanja tidak langsung yang bersifat wajib dan mengikat di Kabupaten Bone yang paling besar Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 17

125 adalah pada belanja pegawai, diproyeksikan rata-rata tumbuh sebesar 7%. Peningkatan belanja pegawai dipengaruhi oleh peningkatan gaji berkala, gaji ke-13 dan penambahan cadangan sekitar 2,5% dengan catatan tidak terjadi keputusan dari pemerintah mengenai kenaikan gaji pegawai. Belanja tidak langsung lainnya yang cukup besar adalah belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa, ditetapkan tidak mengalami kenaikan dengan harapan meningkatkan pembangunan di wilayah perdesaan. Belanja bagi hasil kepada pemerintah desa juga diasumsikan tidak mengalami peningkatan. Belanja bunga diperkirakan tidak mengalami perubahan. Pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat khususnya pembayaran pokok utang diperkirakan tidak mengalami perubahan sebab tidak ada penambahan hutang daerah kepada pihak lain. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 18

126 Tabel 3.1 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bone Tahun No Uraian A Belanja Tidak Langsung 1 Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja bagi hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 4 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa B Pembiayaan Pengeluaran 1 Pembentukan Dana Cadangan 2 Pembayaran pokok utang TOTAL Alokasi belanja langsung terhadap belanja daerah Kabupaten Bone diproyeksikan mengalami peningkatan. Namun demikian harus dipastikan bahwa kebijakan pengangkatan PNS di Kabupaten Bone mengarah pada zero growth, artinya pengangkatan pegawai di hanya dilakukan untuk menggantikan pegawai yang telah pensiun tanpa adanya penambahan pegawai baru. Kerangka pendanaan pembangunan 8tahun dapat dilihat pada Tabel 3.7. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 19

127 Tabel 3.11 Prediksi Keuangan Kabupaten Bone Tahun No Uraian I PENDAPATAN DAERAH Rata2 (%) A Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah , 2 Retribusi Daerah ,7 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah , , 9,73 B Dana Perimbangan ,18 1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak ,6 2 Dana Alokasi Umum ,7 3 Dana Alokasi Khusus ,27 C Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ,66 1 Hibah Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Dan Pemerintah Daerah Lainnya 4 Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus 5 Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya JUMLAH PENDAPATAN ,13 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 2

128 No Uraian Rata2 (%) II BELANJA DAERAH A Belanja Tidak Langsung ,77 Proporsi Belanja Tidak Langsung 67,34 63,8 62,42 61,2 59,59 58,14-2,89 1 Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 8 Belanja Tidak Terduga B Belanja Langsung ,5 Proporsi Belanja 32,66 36,2 37,58 38,98 4,41 41,86 5,13 Langsung 1 Belanja Pegawai ,52 2 Belanja Barang Dan Jasa , 3 Belanja Modal ,15 JUMLAH BELANJA , SURPLUS / (DEFISIT) ,73 9,73 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 21

129 No Uraian Rata2 (%) III PEMBIAYAAN DAERAH A Penerimaan Pembiayaan 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) ,5 2 Pencairan Dana Cadangan 5, 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4 Penerimaan Pinjaman 1,18 Daerah 5 Penerimaan Kembali 9,6 Pemberian Pinjaman 6 Penerimaan Piutang Daerah , ,27 Jumlah Penerimaan Pembiayaan 15, 18,7 B Pengeluaran Pembiayaan 1 Pembentukan Dana Cadangan 2 Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah 5 Pembayaran Utang Pemda Jumlah Pengeluaran Pembiayaan ,13 3,66 PEMBIAYAAN NETTO Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 22

130 No Uraian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan (SiLPA) Rata2 (%) Berdasarkan tabel diatas, diproyeksikan Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan rata-rata setiap tahun sebesar 9,73 %, dan khusus untuk lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah mengalami peningkatan rata-rata 5% dan didominasi oleh sumber pendapatan dari BLUD RSU yaitu sebesar 5,16 % terhadap PAD. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera III - 23

131 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini. Visi diharapkan mampu memberikan spirit atau semangat kepada seluruh pihak dalam organisasi pemerintah daerah untuk mencapainya dan sebagai pengarah bagi stakeholder untuk dapat mendukung tercapainya tujuan ideal tersebut. Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Bone tahun disusun dengan mendasarkan pada visi pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih sebagaimana telah disebarluaskan kepada masyarakat dalam kampanye yang akan dipenuhi selama periode kepemimpinannya. Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Bone tahun adalah: Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera Rumusan visi tersebut terdiri dari 3 unsur frasa (pembentuk kalimat), dengan arti masing-masing sebagai berikut : 1. Sehat, mengandung makna meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan memperluas aksesibilitas pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas. 2. Cerdas, mengandung makna terciptanya pemerataan pendidikan bagi laki-laki dan perempuan, berkebutuhan khusus, difable dan marginal yang berkualitas untuk mewujudkan kualitas manusia mandiri berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal. 3. Sejahtera, mengandung makna masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidup berkelanjutan dalam aspek ekonomi, politik, sosial budaya, lingkungan hidup, didukung infrastruktrur dan tata kelola pemerintahan yang baik. 5.2 Misi Misi merupakan rumusan umum mengenai cara atau upaya yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya visi. Untuk mewujudkan visi jangka menengah Kabupaten Bone tahun , maka dirumuskan 6 (enam) misi pembangunan Kabupaten Bone, yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, adil dan merata. 2. Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal untuk mewujudkan manusia mandiri. 3. Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak-hak dasar masyarakat yang berkeadilan 5. Mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat. 6. Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas KKN. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera V - 1

132 5.3 Tujuan dan Sasaran Menurut Permendagri Nomor 54 tahun 21, tujuan adalah pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan permasalahan, dan menangani isu strategis yang dihadapi. Kalimat tujuan tersebut dirumuskan dengan menjabarkan lebih operasional dari misi. Satu kalimat misi dapat dirumuskan dalam beberapa tujuan, penyusunannya memperhatikan isu-isu strategis daerah. Tujuan dapat pula diartikan sebagai penjabaran/implementasi dari pernyataan misi yang menunjukkan apa yang akan dihasilkan dalam kurun waktu periode perencanaan, dalam hal ini untuk jangka waktu lima tahun ( ). Sementara itu sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, bisa dicapai, rasional untuk jangka waktu 5 tahun. Perumusan sasaran perlu memperhatikan indikator kinerja pembangunan daerah. berikut: Tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah Kabupaten Bone sebagai Misi 1 : Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas terjangkau adil dan merata Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten Bone Misi Tujuan Sasaran 1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ReMisi 2 : Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan 2. Meningkatkan pencegahan dan penanganan penyakit menular maupun tidak menular 3. Mengurangi kematian ibu, bayi dan balita serta memperbaiki status gizi masyarakat 4. Meningkatkan cakupan air bersih dan sanitasi masyarakat 5. Mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk. 1. Meningkatkan akses, kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilainilai agama sehingga mampu mendorong a. Tersedianya sarana prasarana kesehatan yang merata. b. Tersebarnya tenaga medis terlatih dan responsif gender c. Terjalinnya Hubungan sinergis antar penyedia layanan kesehatan d. Tersedianya jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan marginal e. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat f. Berkurangnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit g. Berkurangnya angka kematian ibu, bayi dan balita h. Meningkatnya status gizi masyarakat. i. Meningkatnya cakupan rumah tangga memiliki sarana air bersih dan sanitasi j. Meningkatnya pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif. k. Meningkatnya kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi. a. Meningkatnya akes pendidikan bagi seluruh masyarakat yang makin setara dan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. b. Meningkatnya kualitas pendidikan yang Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera V - 2

133 Misi Tujuan Sasaran berbasis nilai-nilai agama dan tercapainya manusia yang mandiri dan sejahtera mampu mendorong inovasi dan kreatifitas dalam berkarya kearifan lokal untuk mewujudkan 2. Meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat c. Meningkatnya kualitas pelayanan dan jumlah kunjungan ke perpustakaan manusia mandiri 3. Meningkatkan prestasi olahraga dan peran pemuda dalam pembangunan d. Meningkatnya prestasi olahraga dan kemajuan organisasi pemuda, serta jiwa kewirausahaan pemuda. Misi 3 : Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan 1. Meningkatkan investasi, pengembangan industri, koperasi UMKM, perdagangan dan pariwisata untuk mengurangi pengangguran 2. Meningkatkan produksi dan produktivitas hasil-hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan untuk mewujudkan ketahanan pangan 3. Meningkatkan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pelestarian hutan dan lingkungan hidup. a. Meningkatnya realisasi investasi daerah berskala nasional. b. Tersedianya lapangan kerja dan berkurangnya pengangguran, serta meningkatnya perlindungan tenaga kerja. c. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di berbagai obyek wisata daerah d. Meningkatnya jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang berkembang dan bertambahnya jumlah wirausahawan baru. e. Meningkatnya koperasi aktif dan koperasi sehat. f. Meningkatnya jumlah IKM yang berkembang yang jumlah tenaga kerja yang terserap g. Meningkatnya aktivitas perdagangan dalam dan luar negeri h. Meningkatnya produktivitas dan pemasaran hasil pertanian/perkebunan i. Meningkatnya populasi ternak dan hasil ikutannya. j. Meningkatnya produksi, mutu dan nilai jual hasil perikanan tangkap, budidaya dan produk olahan ikan. k. Meningkatnya ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bermutu, bergizi dan aman. l. Terwujudnya perlindungan lahanlahan produktif sebagai cadangan pangan dan pendukung ekonomi lokal. m. Meningkatnya tertib administrasi pertanahan dan terselesaikannya Konflik-Konflik Pertanahan n. Berkurangnya hutan dan lahan kritis, serta bertambahnya luas hutan rakyat. o. Berkurangnya kasus-kasus pencemaran air, tanah dan udara, dan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera V - 3

134 Misi Tujuan Sasaran terjaganya kelestarian sumber-sumber mata air. p. Meningkatnya luas ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan q. Berkurangnya Penambangan Tanpa Ijin (PETI), meningkatnya rumah tangga berlistrik, dan meningkatnya pemanfaatan energi alternatif Misi 4 : Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak-hak dasar masyarakat yang berkeadilan Misi 5 : Mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat. 4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah 1. Meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, perlindungan sosial. 2. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan perempuan, serta perlindungan terhadap perempuan dan anak Meningkatkan apresiasi seni dan budaya di kalangan lembaga pendidikan dan masyarakat. r. Meningkatnya kondisi jalan dan jembatan berkondisi baik s. Meningkatnya luas dan tingkat pelayanan jaringan irigasi. t. Meningkatnya ketersediaan air baku untuk kebutuhan pokok sehari-hari, perkotaan dan industri. u. Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan sistem jaringan transportasi. v. Meningkatnya ketersediaan rumah layak huni bagi masyarakat. w. Berkurangnya kawasan kumuh dan meningkatnya cakupan keluarga memiliki sarana air bersih dan sanitasi. a. Meningkatnya kepemilikan dokumen administrasi kependudukan dan catatan sipil. b. Meningkatnya penanganan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) c. Semakin berkembangnya lembaga ekonomi perdesaan dan meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan desa dan pelayanan administrasi desa d. Meningkatnya indeks pembangunan gender dan indeks pemberdayaan gender. e. Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan dan meningkatnya keberdayaan perempuan. f. Meningkatnya rasa aman, nyaman transmigran di Lokasi Pemukiman Transmigrasi. Meningkatnya penyelenggaraan eventeven seni budaya daerah dan pelestarian kekayaan budaya daerah. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera V - 4

135 Misi Tujuan Sasaran 1. Meningkatkan partisipasi politik dan kondusifitas lingkungan masyarakat. Misi 6 : Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas KKN 2. Menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih, transparan, partisipatif, dan akuntabel 3. Meningkatkan ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas didukung data statistik. a. Meningkatnya partisipasi politik dalam pemilihan umum dan kesadaran bela negara. b. Meningkatnya keamanan, ketentraman dan ketertiban dilingkungan masyarakat. c. Meningkatnya pendapatan asli daerah dan meningkatnya status audit keuangan daerah oleh BPK. d. Meningkatnya kompetensi aparatur pemerintah daerah dan DPRD dalam menjalankan tugas dan fungsinya. e. Terjalinnya kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjamin kepastian hukum dan terjalinnya kerjasama antar pemerintah daerah. f. Meningkatnya pengelolaan arsip daerah secara baku g. Meningkatnya jaringan komunikasi dan informatika sesuai kebutuhan h. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas penyelenggaran pemerintahan daerah i. Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan perencanaanperencanaan normatif lainnya sesuai kebutuhan. j. Tersusunnya data dan informasi statistik daerah yang valid dan up to date sesuai kebutuhan. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera V - 5

136 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Sebagaimana tertuang dalam RPJPD Kabupaten Bone , maka RPJM Daerah tahap kedua (periode ) ditujukan untuk merealisasikan visi pembangunan daerah hingga tahun 225, yaitu Bone lebih maju dan berdaya saing dalam tatanan masyarakat religius, berbudaya, mandiri dan demokratis. Sasaran pokok pembangunan yang ingin dicapai meliputi: (1) mengembangkan kualitas SDM; (2) meningkatkan kinerja pemerintahan daerah; (3) mewujudkan pemerintahan yang professional, efektif, efisien, akuntabel, dan transparan dan Berkelanjutan; serta (4) meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (5) meningkatkan partisipasi masyarakat; (6) membangun jejaring kerja; (7) mendorong investasi; (8) membangun sarana dan prasarana; (9) pengembangan budaya daerah. Jika dicermati pencapainnya sampai saat ini, maka seluruh sasaran tersebut belum mampu dicapai secara optimal. Permasalahan secara umum yang masih dihadapi adalah : Urusan Kewenangan Wajib 1. Pendidikan a. Kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu belum sepenuhnya terwujud. b. Dengan APK untuk pendidikan dasar khususnya di SD 11 % sudah mencapai standar nasional dan APM-nya sudah mencapai 99 %, maka pelayanan akses pendidikan sudah memenuhi strandar yang ada. Olehnya itu isu yang diangkat untuk dipenuhi dalam jangka waktu lima tahun kedepan adalah pelayanan pendidikan yang bermutu yang dapat menjamin tercapainya visi bupati terpilih yaitu cerdas. c. Dengan rasio siswa / kelas pada jenjang SD yaitu 1 : 19 jauh dari standar nasional yaitu 1 : 32, maka perlu peninjauan kelembagaan yang sudah jenuh yang berdampak pada pembiayaan pendidikan yang tinggi. d. Dengan kompetensi kelayakan guru yang masih rendah baru mencapai angka 53 %, maka untuk mencapai output pendidikan yang cerdas harus meningkatkan mutu pendidik khususnya dalam mengakat kualifikasi pendidik menjadi S-1. e. Untuk pendidikan menengah capaian APK baru 58% berarti perluasan akses untuk pendidikan menengah perlu menjadi perhatian untuk menyongsong program nasional yaitu Pendidikan Menegah Universal dimana target APK Pendidikan Menengah pada tahun 22 mencapai 95 %. 2. Kesehatan a. Kurangnya jumlah SDM Kesehatan (Dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan dan perawat b. Kurangnya kompetensi tenaga kesehatan pada puskesmas dalam penanganan persalinan, deteksi tumbuh kembang anak c. Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan (puskesmas perawatan) d. Masih tingginya komplikasi kebidanan dan neonatus komplokasi yang belum ditangani. e. Masih adanya kasus BGM (Balita dibawah Garis Merah) dan gizi buruk Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 1

137 f. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kunjungan posyandu, hal ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan anak balita. g. Masih kurangnya cakupan desa dengan UCI h. Masih Tingginya angka kesakitan penyakit degeneratif (Jantung, stroke, i. Masih kurangnya penemuan kasus penyakit (TB, HIV AIDs dan pneumonia) j. Masih kurangnya rumah tangga dengan PHBS yang ditandai dengan rendahnya cakupan ASI Eksklusif, cakupan SPAL, cakupan penggunaan jamban keluarg) k. Belum optimalnya posyandu dalam peningkatan kesehatan berbasis kompetensi 3. Pekerjaan Umum a. Tingkat kerusakan pada jaringan jalan kabupaten/kota maupun jalan-jalan pedesaan cukup tinggi. b. Belum tersedianya data base jalan/jembatan yang memadai dan relevan dengan kondisi saat ini. c. Belum optimalnya aksesibilitas dan mobilitas pada daerah terisolir, terpencil, dan daerah perbatasan. d. Masih tingginya kerusakan jaringan irigasi yang diakibatkan oleh umur konstruksi, bencana alam. e. Masih terdapatnya DAS kritis yang belum tertangani f. Masih kurangnya sarana dan prasarana Kebinamargaan, serta belum tersedianya tenaga mekanik yang berkompeten dalam menangani alat-alat berat 4. Penataan Ruang a. Regulasi terkait dengan pengaturan dan pemanfaatan tata ruang di kabupaten Bone, dimana pada saat ini Perda RTRW yang ada baru saja ditetapkan dan belum ada rencana tata ruang lainnya. b. Fungsi pengawasan dalam pemanfaatan tata ruang belum dapat berjalan optimal, sehingga masih banyak terjadi alih fungsi lahan terutama di wilayah perkotaan. c. Informasi rencana tata ruang kepada masyarakat masih belum optimal terkait dengan terbatasnya sarana informasi. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya wilayah kecamatan dan kelurahan yang belum mempunyai peta digital maupun analog tata ruang. 5. Perumahan Rakyat a. Masih rendahnya akses rumah tangga terhadap air bersih dan sanitasi b. Masih rendahnya cakupan rumah layak huni c. Masih terdapatnya kawasan permukiman kumuh yang belum tertangani 6. Perencanaan Pembangunan a. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana dilihat dari kualifikasi pendikan formal. b. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana dilihat dari kemampuan teknis perencanaan. c. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana administratif dari segi kemampuan teknis manajemen perkantoran dan keuangan. d. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kualifikasi pendikan formal. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 2

138 e. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kemampuan teknis perencanaan. f. Kurangnya prasarana gedung berupa ruang kerja untuk masing-masing bidang terpisah. g. Kurangnya prasaranan gedung berupa ruang rapat, utnuk rapat-rapat koordinasi bidang dengan SKPD dan ruang rapat pleno perencanaan pembagnunan daerah. h. Kurangnya peralatan kerja dan peralatan penunjang lainya dalam hal ini adalah peralatan kantor dan komputer. i. Masih kurang sinergisnya koordinasi antar bidang pada lembaga Bappeda dan Satistik dan masih kurang sinergisnya koordinasi eksternal dengan SKPD j. Masih rendahnya konsistensi produk perencanaan Kabupaten Bone dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Nasional. k. Sejumlah SKPD yang telah memiliki dokumen Renstra SKPD kualitasnya masih belum bagus, belum sistematis, logical framework nya masih belum sesuai den target capaiannya belum terukur. l. Terhadap dokumen-dokumen yang ada belum pernah dilakukan evaluasi, baik evaluasi tahunan, evaluasi tengah periode (mid term evaluation) maupun evaluasi akhir (ex post evaluation). 7. Perhubungan a. Belum lengkapnya sarana dan prasarana perhubungan darat, laut, ASDP, dan udara b. Rendahnya investasi penyediaan transportasi masal yang aman c. Belum optimalnya keselamatan dan keamanan transportasi yang diberikan kepada masyarakat pengguna jasa transportasi. d. Rendahnya partisipasi swasta dalam pengembangan transportasi yang efisiensi, berpihak pada kepentingan masyarakat serta kepentingan terkait dengan jaminan kelangsungan usaha 8. Lingkungan Hidup a. Masih rendahnya cakupan pelayanan pencegahan pencemaran air b. Masih rendahnya cakupan pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak c. Masih rendahnya cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air. d. Masih rendahnya cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL). e. Masih luasnya kerusakan pada kawasan mangrove, disebabkan oleh konversi hutan mangrove menjadi areal tambak, penebangan pohon mangrove untuk berbagai keperluan; dan konversi areal mangrove menjadi permukiman/ persawahan. f. Masih rendahnya persentase luas Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan. g. Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa. h. Masih rendahnya persentase volume sampah perkotaan yang terkelola melalui 3R (Reuse, Reduce and Recycle). Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 3

139 9. Pertanahan a. Penyelesaian kasus tanah negara masih sangat kurang dan baru kurang lebih 23,66% yang bersertifikat. b. Masih banyak tanah milik perseorangan di Kabupaten Bone yang belum bersertifikat. 1.Kependudukan dan Catatan Sipil a. Kurangnya informasi tentang administrasi kependudukan dan catatan sipil di masyarakat. b. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya dokumen kependudukan dan Catatan Sipil c. Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM pengelola administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil. d. Kurang representatifnya sarana dan prasarana layanan e. Kurangnya dukungan dari lembaga penerbit persyaratan administrasi kependudukan dan catatan sipil terkait. f. Lemahnya sanksi ketidaktertipan administrasi kependudukan dan catatan sipil. 11.Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a. Belum terbangunnya system informasi data terpadu yang dapat diakses oleh semua pihak, dalam bentuk website b. Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang keberadaan P2TPA, baik mekanisme pelayanan dan pengaduan. c. Masyarakat masih belum memahami tentang peraturan dan produk hukum mengenai kebijakan pemerintah dalam rangka penanganan KDRT. d. Masih tingginya angka kejadian KDRT di Kabupaten Bone. e. Masih banyaknya masyarakat yang menganggap bahwa KDRT merupakan aib yang harus ditutupi, sehingga cakupan penemuan dan pelaporan KDRT diperkirakan masih banyak yang belum tercover di lapangan 12.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Belum senergisnya kebijakan pengendalian jumlah penduduk dan pelaksanaan program KB. b. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untut ber-kb, dapat dilihat dari tingginya unmetneed, masih kurangnya partisipasi PUS untuk ber KB terutama laki-laki serta masih rendahnya kesadaran penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). c. Masih terbatasnya kapasitas tenaga dan kelembagaan program KB. d. Masih tingginya PUS yang memiliki istri dengan usia dibawah 2 tahun. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi. e. Masih terbatasnya kelembagaan kelompok bina keluarga. f. Kurangnya optimalnya kelembagaan dalam peningkatan tumbuh kembang balita g. Kurangnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 13.Sosial a. Belum optimalnya penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) b. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan sosial, baik panti maupun diluar panti, sampai dengan tahun 212 hanya terdapat 3 panti asuhan. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 4

140 c. Belum optimalnya penyediaan jaminan sosial dan pembinaan terhadap anak. Tahun 212 jumlah anak yang memiliki masalah kesejahteraan sebanyak anak. d. Belum optimalnya penanganan dan pembinaan terhadap penyandang cacat.tahun 212 jumlah penyandang cacat sebanyak orang. e. Belum optimalnya penananganan dan pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba). f. Belum optimalnya peran lembaga sosial masyarakat dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial. g. Masih rendah peran pemerintah dan lembaga swasta dalam pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). 14.Ketenagakerjaan a. Tingginya angka pengangguran b. Kemampuan dan ketrampilan kerja sangat rendah c. Jiwa wirausaha yang lemah dan tidak tersedianya modal usaha bagi pengusaha pemula. d. Perusahaan-perusahaan kurang memberikan informasi ketenagakerjaan yang ada. e. Penempatan dan Perlindungan TKI masih belum maksimal karena TKI pada umumnya tidak memenuhi prosedur sesuai dengan ketentuan f. Kepastian hukum, penegakan aturan dan Perundang-Undangan ketenagakerjaan, khususnya hubungan Industrial masih lemah g. Kurangnya kesepakatan tentang persyaratan kerja, perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja antara pihak pengusaha dan pekerja h. Pelaksanaan ketentuan pengupahan (UMP) belum dilaksanakan sepenuhnya oleh perusahaan i. Masih rendahnya kesadaran untuk mengikuti program jamsostek j. Keselamatan dan Kesehatan Kerja masih kurang dipraktekkan di perusahaan k. Rendahnya tingkat penerapan norma kerja di Perusahaan 15.Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah a. Tidak lengkapnya data base koperasi dan UMKM b. Lemahnya jaringan usaha koperasi dan UMKM dengan pelaku usaha sedang dan besar c. Masih rendahnya akses UMKM terhadap akses permodalan, teknologi produksi dan pemasaran produk. d. Banyaknya koperasi yang tidak aktif dan tidak sehat e. Rendahnya kualitas SDM pengurus koperasi dalam pengelolaan Koperasi f. Belum terbentuk Kerja sama koperasi dengan lembaga lain 16.Penanaman Modal a. Belum efektifnya materi maupun media promosi yang mendorong minat investor untuk melakukan investasi di Kabupaten Bone b. Belum secara rutin dan berkelanjutan kegiatan pameran dalam rangka promosi investasi di Kabupaten Bone c. Belum optimalnya pengembangan sistem dan teknologi informasi pemasaran potensi/produk Investasi/Penanaman Modal; d. Belum terwujudnya kemitraan/kerjasama seluruh stakeholder terkait (kalangan dunia usaha) dalam pengembangan investasi. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 5

141 e. Belum terwujudnya kerjasama yang sinergis antar SKPD dalam pengembangan investasi dan penanaman modal. 17.Kebudayaan a. Belum optimalnya penyelenggaraan festival seni dan budaya b. Ketersediaan Sarana belum optimal dalam mendukung penyelenggaraan festival seni dan budaya c. Kurang terawatnya benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan dikarenakan minimnya SDM dan anggaran yang tersedia. d. Keterbatasan SDM pelaku seni yang belum mampu memperkenalkan dan menginformasikan kesenian daerah keluar Daerah e. Tempat untuk menggelar dan memasarkan karya seni daerah belum bisa dimanfaatkan dengan optimal f. Belum tercatatnya dengan baik seluruh organisasi kesenian yang ada sehingga menyulitkan untuk melakukan pembinaan 18.Pemuda dan Olah Raga a. Belum terbangunnya pemahaman dan sinergisitas para stackholder terhadap pembinaan dan pelayanan kepemudaan dan keolahragaan yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya organisasi kepemudaan sebagai wadah pengkaderan pemimpin masa depan dan wahana meraih prestasi. b. Belum optimalnya partisipasi masyarakat terhadap pelayanan pelayanan kepemudaan dan keolahragaan disebabkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap keberadaan organisasi kepemudaan dan keolahragaan. c. Belum optimalnya pengelolaan organisasi kepemudaan dan keolahragaan pada masing-masing tingkatan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan SDM dalam pengelolaan organisasi d. Belum terpenuhinya anggaran yang dibutuhkan pada setiap program kegiatan pembinaan dan pelayanan kepemudaan dan keolahragaan disebabkan terbatasnya kemampuan pemerintah daerah dalam hal penganggaran. 19.Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri a. Masih perlunya ditingkatkan partisipasi politik, pendidikan politik dan partisipasi politik dalam Pemilihan Umum. b. Masih terdapat penyakit masyarakat (Perkat) antara lain prostitusi, trafficking, penyalah gunaan Narkoba, illegal logging, penggunaan minuman keras (Miras) dan penyakit masyarakat lainnya. c. Munculnya isu-isu terorisme, munculnya potensi konflik berbasis SARA dan tuntutan pemekaran wilayah. d. Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai budaya dan kebangsaan dalam rangka menghadapi globalisasi dan teknologi informasi yang tidak terbendung. e. Jumlah anggota Linmas yang belum sebanding dengan jumlah penduduk serta belum ditunjang dengan sarana dan prasarana pengamanan yang lebih canggih. 2.Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Kepegawaian, dan Persandian a. Masih lemahnya koordinasi ekstern dan intern di antara SKPD b. Pelaksanaan Tupoksi masing-masing SKPD belum optimal dan merata sering terjadi tumpang tindih tupoksi antar SKPD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 6

142 c. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan program belum dilksanakan secara optimal. d. Kemampuan masing-masing individu aparatur dalam penguasaan teknis tugas pokok dan fungsi yang diemban masih kurang e. Jumlah satpol PP dan Linmas masih kurang. f. Responsibilitas SKPD dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Kabupaten Bone belum Optimal g. Akuntabilitas pengelolaan keuangan belum optimal. h. Tuntutan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pelayanan prima tinggi, namun tidak diimbangi dengan pemberian formasi untuk kebutuhan pegawai dengan jumlah pegawai pensiun didaerah ; i. Jumlah pegawai honorer pada masing-masing SKPD cukup banyak orang tersebar ke seluruh SKPD. j. Penyebaran SDM aparatur termasuk guru belum merata pada masingmasing SKPD khususnya di tingkat kecamatan, kelurahan; 21.Ketahanan Pangan a. Belum optimalnya ketersediaan pangan pada bahan pangan tertentu, ditandai produksi beberapa jenis bahan pangan pokok yang belum mencukupi kebutuhan. b. Belum meratanya distribusi pangan ke seluruh wilayah dengan harga yang terjangkau, sehingga mempengaruhi akses masyarakat terhadap bahan pangan. c. Belum optimalnya penganekaragaman konsumsi pangan bagi masyarakat, disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan pola konsumsi pangan yang masih rendah. d. Banyaknya makanan instan yang mempengaruhi mutu dan keamanan pangan dan belum optimalnya pengawasan terhadap bahan pangan segar dan produk pangan. 22.Pemberdayaan masyarakat a. Kurangnya sarana dan prasarana b. Anggaran yang terbatas c. Kurangnya profesionalisme SDM d. Kurangnya kapasitas kepala desa dalam mengimplementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat e. Luasnya daerah binaan dan banyaknya daerah binaan f. Cepatnya rotasi Pegawai di lingkup BPM g. Akan berakhirnya program pemberdayaan masyarakat dari lembaga donor h. Kurangnya kosistensi calon kepala desa dalam mengimplementasi kebijakan emberdayaan masyarakat i. Kurangnya koordinasi pelaksanaanprogram pemberdayaan masyarakat dari tingkat pusat daearh dan desa. j. pengaruh modernisasi makin lama makin dominan dan mempengaruhi partisipasi masyarakat (kegotongroyongan) 23.Statistik a. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana dilihat dari kualifikasi pendikan formal. b. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana administratif dari segi kemampuan teknis manajemen perkantoran dan keuangan. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 7

143 c. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kualifikasi pendikan formal. d. Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kemampuan teknis perencanaan. e. Kurangnya prasarana gedung berupa ruang kerja untuk masing-masing bidang terpisah. f. Kurangnya peralatan kerja dan peralatan penunjang lainya dalam hal ini adalah peralatan kantor dan komputer. g. Kurangnya peralatan komunikasi berbasis infomarasi tehnology (IT), dalam hal ini adalah website. h. Belum dimilikinya Prosedur Operasi Standar/Standar Operating Procedure (SOP) untuk seluruh unit kerja. i. Masih kurang sinergisnya koordinasi antar bidang pada lembaga Bappeda dan Satistik dan masih kurang sinergisnya koordinasi eksternal dengan SKPD j. Masih rendanya kualitas produk perencanaan terlihat dari rumusan target kinerja yang belum SMART-C (specific, measurable, achievable, relevant, time-bond and continous to improvement) k. Belum adanya data yang akurat, valid dan relevant serta up to date yang dapat mendukung terwujudanya kualitas produk perencanaan yang baik. 24.Kearsipan a. Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM bidang kearsipan. b. Rendahnya kesadaran SKPD dalam pengelolaan arsip. c. Belum optimalnya sarana dan prasarana kearsipan. 25.Komunikasi dan Informasi a. Masih terbatasnya kerjasama informasi pemerintah daerah dengan media massa dalam penyebarluasan program dan hasil pembangunan daerah. b. Terbatasnya jaringan komunikasi dan informatika di berbagai wilayah dalam menunjang akses masyarakat untuk memperoleh informasi melalui teknologi informasi. c. Belum meratanya ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi, dan terbatasnya Kelompok Informasi Masyarakat (KIM). d. Belum adanya rencana aksi untuk percepatan pencapaian target SPM. 26.Perpustakaan a. Rendahnya minat baca masyarakat. b. Belum berkembangnya berbagai jenis perpustakaan yang ada. c. Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM bidang perpustakaan. d. Terbatasnya jumlah koleksi bahan pustaka. e. Kurangnya pengetahuan dalam bidang teknologi informasi dan perkembangan teknologi informasi. f. Terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan Urusan Kewenangan Pilihan 1. Pertanian 1) Masih rendahnya tingkat keuntungan usahatani, dan belum berkembangnya kelembagaan petani dan peternak disebabkan pengetahuan dan kemampuan SDM yang masih rendah. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 8

144 2) Masih terbatasnya kemampuan SDM petani dalam mengakses informasi pasar hasil produksi pertanian/perkebunan. 3) Masih rendahnya kualitas SDM aparat dan petani sebagai pelaku agribisnis, ditandai dalam berusahatani petani masih menggunakan cara tradisional/ konvensional atau belum menerapkan sistem usahatani yang dan benar (Good Agricultural Practices). 4) Masih rendahnya Produksi, Produktivitas dan mutu hasil pertanian disebabkan belum optimalnya dukungan infrastruktur pertanian dan sarana produksi, seperti: irigasi, jalan usaha tani, alat mesin, benih/bibit dan pupuk. 5) Masih terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi perkebunan berupa bangunan konservasi untuk sumber-sumber air di musim kemarau. 6) Belum optimalnya penyuluhan pertanian/perkebunan kepada petani dan pelaku agribisnis mengenai teknologi terbaru dalam peningkatan produksi pertanian. 7) Masih adanya ancaman penyakit zoonosis penyakit hewan lainnya di Kabupaten Bone 8) Belum optimalnya produksi hasil peternakan, disebabkan masih rendahnya kualitas SDM peternak mengenai mekanisme peternakan yang baik, terbatasnya petugas peternakan dalam menjangkau luas Wilayah, meningkatnya pemotongan betina produktif 9) Masih terbatasnya jangkauan pemasaran hewan ternak dan hasil produksi peternakan. 1) Belum optimalnya penerapan teknologi peternakan dalam menunjang peningkatan populasi ternak dan produksi hasil peternakan. 2. Kehutanan 1) Masih rendahnya cakupan luasan hutan yang direhabilitasi yaitu rata-rata 6,7 % 2) Masih tingginya kerusakan hutan yaitu 43.3 ha. 3) Belum semua kawasan hutan dikelola dalam unit-unit pengelolaan, khususnya pada kawasan hutan produksi dan hutan lindung. 4) Tingginya gangguan keamanan hutan baik terhadap kawasan maupun hasil-hasilnya, termasuk ancaman kebakaran hutan dan lahan. 5) Lahan kritis termasuk kategori sangat kritis masih luas yang berdampak pada menurunnya daya dukung DAS, terutama dalam kaitannya dengan sistem tata air dalam hubungannya dengan masalah bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor. 6) Kurangnya data informasi kehutanan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan para pihak. 7) Kapasitas kelembagaan kehutanan yang masih terbatas termasuk kapasitas (kualitas dan kuantitas) sumberdaya manusia (SDM), baik pada tatanan bagian kehutanan maupun perkebunan. 8) Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air yang kurang memadai. 9) Rendahnya produksi dan produktivitas komoditas andalan perkebunan khususnya kakau, cengkeh, kelapa dalam, kopi dan kapas. 1) Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian 11) Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 9

145 3. Energi dan Sumberdaya Mineral 1. Masih terdapat pengelola usaha pertambangan dan penggalian bahan tambang yang kurang menyadari pentingnya upaya pelestarian lingkungan. 2. Masih adanya usaha pertambangan tidak memiliki ijin usaha, yang berpotensi merusak lingkungan. 3. Masih banyaknya keluarga yang belum dapat mengakses listrik, karena berada di desa terpencil tanpa adanya jaringan listrik PLN, dan belum optimalnya pengembangan energi terbarukan. 4. Tingginya tingkat penggunaan energi listrik dan bahan bakar minyak disebabkan kesadaran masyarakat yang rendah. 4. Pariwisata 1) Menurunnya konstribusi sektor pariwisata pada PAD akibat melamahnya daya saing Obyek wisata yang dikelolah oleh Pemda. 2) Belum optimalnya pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata baru yang potensial. 3) Belum optimalnya partisipasi sektor swasta dalam penyediaan fasilitas pendukung dalam hal ini ialah biro perjalanan wisata dan pemandu wisata. 5. Kelautan dan Perikanan 1) Masih kurangnya keberdayaan nelayan dan kemandirian pelaku usaha kelautan perikanan dan kelautan. 2) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan. 3) Belum optimalnya produksi perikanan budidaya, dipengaruhi oleh fluktuasi harga dan penyakit ikan, serta keterbatasan sarana produksi, dan penerapan teknologi yang masih rendah. 4) Menurunnya produksi perikanan tangkap disebabkan perubahan iklim, kerusakan habitat terumbu karang dan mangrove, perubahan iklim, dan kerusakan habitat terumbu karang dan mangrove. 5) Masih rendahnya mutu hasil perikanan disebabkan penerapan teknologi pengolahan pasca panen yang masih rendah. 6) Belum optimalnya penyuluhan perikanan untuk menunjang peningkatan produksi perikanan. 7) Masih terbatasnya produk olahan ikan yang bermutu dan berdaya jual, disebabkan jumlah kelompok pengolah yang masih kurang, penerapan teknologi produksi yang masih rendah, dan penggunaan alat pemasaran yang kurang higienis. 6. Perdagangan 1) Rendahnya kontribusi perdagangan dalam PDRB dibandingkan sektor lainnya. 2) Masih kurangnya ketrampilan (produksi, manajemen, teknologi dan akses permodalan) pelaku usaha (UDKM) tentang pengelolaan usaha 3) Minimnya instrumen pengawasan barang beredar yang tersedia; 4) Keterbatasan jumlah dan kualifikasi teknis sumber daya manusia; 5) Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen dan pelaku usaha akan hak dan kewajibannya serta ketentuan yang berlaku; 6) Kurangnya publikasi dan sosialisasi aspek perlindungan konsumenmasih kurang networkning dalam pembinaan 7) Masih kurangnya permodalan dan infrastruktur pendukung usaha 8) Masih kurangnya cakupan dan volume pembinaan UDKM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 1

146 7. Industri 1) Masih Rendahnya kontribusi industri dalam PDRB 2) Masih rendahnya cakupan KUB yang dibina. 3) Masih kurangnya ketrampilan (produksi, manajemen, teknologi dan akses permodalan) pelaku usaha IKM tentang pengelolaan usaha 4) Masih kurangnya permodalan dan infrastruktur pendukung usaha 5) Rendahnya minat masyarakat untuk menjadi wirasusahawan 8. Ketransmigrasian 1) Belum optimalnya pengembangan wilayah penempatan transmigrasi yang aman dan nyaman. 4.2 Isu-Isu Strategis Berdasarkan berbagai permasalahan diatas, maka isu strategis pembangunan sebagai berikut: 1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas Rendahnya derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bone dipengaruhi oleh Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 29 AKI Kabupaten Bone sebesar 24,2 per 1. kelahiran hidup meningkat pada tahun 212 menjadi 29,32 per 1. kelahiran hidup. Terdapat 3 capaian yang belum tercapai yaitu cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani, cakupan neo-natal dengan komplikasi yang ditangani, cakupan kunjungan balita, cakupan Desa dengan UCI (Universal Child Immunization), cakupan penemuan AFP rate per 1. penduduk< 15 tahun, dan cakupan penemuan pasien baru TB BTA posistif. Kondisi Jamban Keluarga (Jaga) masyarakat Bone masih dibawah target Indikator Indonesia Sehat. Penggunaan Jaga pada tahun 212 hanya 48,7% dengan target 65%. Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga medis, Kabupaten Bone masih memerlukan tenaga medis cukup banyak. Dokter Spesialis berdasarkan perhitungan dibutuhkan sejumlah 3 dokter spesialis untuk jumlah penduduk jiwa, sedangkan dokter umum yang dibutuhkan adalah 243 dokter umum dan kebutuhan dokter gigi sebanyak 59 orang. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat secara optimal Keterjangkauan diukur melalui beberapa indikator yaitu Angka Partisapasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Melanjutkan (AM) pada tiap jenjang pendidikan. APK dan APM Pendidikan Dasar yaitu SD dan SMP di kabupaten Bone relatif rendah bila dibandingkan dengan capaian provinsi maupun nasional. Dengan rasio siswa / kelas pada jenjang SD yaitu 1 : 19 jauh dari standar nasional yaitu 1 : 32, maka perlu peninjauan kelembagaan yang sudah jenuh yang berdampak pada pembiayaan pendidikan yang tinggi, melalui program Manajemen Pelayanan Pendidikan (Regrouping). Kompetensi kelayakan guru juga masih rendah baru mencapai angka 53 %, maka untuk mencapai output pendidikan yang cerdas harus meningkatkan mutu pendidik khususnya dalam meningkatkan kualifikasi pendidik menjadi S-1. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 11

147 3. Pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran Berdasarkan indikator kemiskinan Kabupaten/Kota (Susenas 212), jumlah penduduk miskin Kabupaten Bone sebanyak 88.8 jiwa (12,25 %). Angka tersebut masih lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional dan provinsi. 4. Realisasi investasi dan pengembangan Industri dan UMKM secara optimal Secara umum, iklim investasi di Kabupaten Bone sangat baik namun tidak didukung dengan kebijakan maupun regulasi terhadap kegiatan promosi sehingga menghambat kemajuan dunia usaha maupun kegiatan penanaman modal lainnya. SPM Bidang Penanaman modal menargetkan jumlah kegiatan promosi peluang penanaman modal dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam setahun, kenyataannya sejak tahun hanya dilaksanakan sebanyak 1 kali dalam setahun. Demikian pula halnya dengan jumlah pemohon penanaman modal dalam negeri yang ditargetkan sesuai SPM sebesar 3% setiap tahun, namun sepanjang tahun belum ada investor yang mengajukan permohonan melalui leading sector yang ada. Kelemahan investasi di Kabupaten Bone juga sangat dipengaruhi oleh rendahnya kegiatan pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan pengembangan investasi dan penanaman modal, termasuk belum terwujudnya kerjasama yang sinergis antar SKPD, dunia usaha maupun stakeholder terkait lainnya dalam pengembangan investasi dan penanaman modal. 5. Penyediaan dan pemerataan infrastruktur di seluruh wilayah perkotaa, perdesaan dan perbatasan Berdasarkan Data Dasar Prasarana Jalan Kabupaten (DD-1) Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air Kabupaten Bone Tahun 213 masih ada sekitar 39,7 % panjang ruas jalan kabupaten dalam kondisi rusak berat dan 2,81 % kondisi rusak ringan. Hal ini akan menjadi perhatian pemerintah daerah agar mampu menuntaskan persoalan fisik dan prasarana yang menjadi salah satu kendala pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone. 6. Peningkatan sistem tata kelola pemerintahan yang baik dalam dukungan sumber daya aparatur pemerintah yang profesional Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan di kabupaten Bone belum maksimal, masih terdapat beberapa kelemahan dalam pencapaian indikator good governance yang belum dapat dicapai secara optimal seperti : efisiensi dan efektifitas Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah, Opini BPK yang belum berhasil mencapai WTP, termasuk panjangnya rentang kendali pelayanan publik. 7. Peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan Perkembangan IPG Kabupaten Bone dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan bahwa capaian IPG Kabupaten Bone masih jauh dibawah capaian IPG Provinsi dan Nasional. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kinerja pemerintah daerah untuk mengurangi disparitas gender disetiap tahapan dan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan. 8. Peningkatan kualitas lingkungan dan penanggulangan potensi bencana alam Terdapat beberapa tantangan atau ancaman yang dihadapi berkaitan dengan pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Bone. Pertama ancaman pencemaran lingkungan akibat peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat, diantaranya oleh aktivitas industri, aktivitas rumah tangga (domestik), dan pertanian dengan adanya pemakaian pupuk anorganik dan pestisida. Pembangunan industri menghasilkan limbah cair, gas dan padatan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 12

148 lingkungan air, udara dan tanah. Kedua, degradasi hutan, lahan dan sumber-sumber mata air. Kerusakan lahan di Kabupaten Bone ditandai dengan semakin luasnya lahan-lahan yang tidak produktif atau lahan kritis yang diakibatkan oleh pembukaan lahan pada daerah kemiringan, penambangan bahan galian secara liar (Penambangan Tanpa Ijin/PETI), dan pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Ketiga, degrasi pesisir dan laut yang ditandai oleh adanya kerusakan ekosistem mangrove. Kawasan mangrove di pesisir Teluk Bone Kabupaten Bone sepanjang 138 km, sebagian besar mengalami kerusakan yang parah. Kerusakan tersebut disebabkan oleh konversi hutan mangrove menjadi areal tambak, permukiman/persawahan, dan penggunaan lainnya. Keempat perubahan iklim yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup dan dapat menjadi ancaman terjadinya bencana alam. 9. Pengembangan seni dan budaya daerah yang berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokals Melihat capaian kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bone Tahun maka perkembangan seni dan budaya di Kabupaten Bone dinilai masih rendah khususnya dalam hal belum optimalnya pengembangan destinasi pariwisata dan Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) serta pembinaan/pemeliharaan benda dan cagar budaya. Disisi lain, cakupan kajian seni, fasilitas seni dan gelar seni belum maksimal dalam mendorong pengembangan kepariwisataan dan peningkatan PAD Kabupaten Bone. Disamping tantangan akan kurangnya akses dan promosi terhadap daya tarik wisata, besarnya potensi objek dan daya tarik wisata akan menjadi peluang bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan seni dan budaya di Kabupaten Bone, melalui dukungan kebijakan yang memberi ruang terhadap pengembangan kepariwisataan. 1. Pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah utamanya Pendapatan Asli Daerah Kontribusi PAD terhadap APBD masih sangat rendah, baru mencapai sekitar 4% pertahun. Hal ini masih sangat jauh dari standar nasional minimal sebesar 3 %. Kondisi ini disebabkan oleh belum optimalnya kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, dan pengawasan. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IV - 13

149 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi (UU No. 25 tahun 24 dan PP No. 8 tahun 28). Menurut Permendagri No. 54 tahun 21, strategi merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai. Strategi diperlukan untuk memperjelas cara implementasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan kebijakan adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran. Strategi dan kebijakan pembangunan jangka menengah Kabupaten Bone yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran sebagai berikut: Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Bone Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan Meningkatkan Tersedianya kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan yang kesehatan merata. Misi 1 : Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas terjangkau adil dan merata Tersebarnya tenaga medis terlatih dan responsif gender Terjalinnya Hubungan sinergis antar penyedia layanan kesehatan Tersedianya jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan marginal Mencukupi kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan seperti PONED dan PONEK serta menerapkan sertifikasi dan akreditasi RS dan Puskesmas. Meningkatkan mutu sumber daya kesehatan melalui penerapan budaya kerja dan pengembangan profesionalisme tenaga kesehatan, serta pemberian kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan. Meningkatkan kerjasama dalam pelayanan kesehatan dalam bentuk MoU antara pemerintah daerah dengan penyedia layanan kesehatan swasta Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin melalui jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), dan peningkatan jaminan Peningkatan sarana prasarana dan perbaikan mutu pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) dan rujukan (rumah sakit). Peningkatan penyediaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta pengawasan obat dan makanan. Peningkatan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan profesionalisme tenaga kesehatan. Peningkatan kemitraan dalam peningkatan pelayanan kesehatan antara pemerintah dengan penyedia layanan kesehatan swasta. Peningkatan pelayanan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), dan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 1

150 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan kesehatan daerah (Jamkesda) Meningkatkan pencegahan dan penanganan penyakit menular maupun tidak menular Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat Meningkatkan promosi kesehatan dan perilaku hidup sehat melalui sarana informasi dan optimalisasi tenaga kesehatan di Puskesmas dan kelompok masyarakat. Peningkatan promosi kesehatan dan perilaku hidup sehat kepada masyarakat dalam mencegah penyakit serta penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). Misi 2 : Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilainilai agama dan kearifan lokal untuk mewujudkan manusia mandiri Mengurangi kematian ibu, bayi dan balita serta memperbaiki status gizi masyarakat Meningkatkan cakupan air bersih dan sanitasi masyarakat Mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk. Meningkatkan akses, kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilainilai agama sehingga mampu mendorong tercapainya manusia yang mandiri dan Berkurangnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit Berkurangnya angka kematian ibu, bayi dan balita Meningkatnya status gizi masyarakat. Meningkatnya cakupan rumah tangga memiliki sarana air bersih dan sanitasi Meningkatnya pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif. Meningkatnya kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi. Meningkatnya akes pendidikan bagi seluruh masyarakat yang makin setara dan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Meningkatkan pencegahan melalui promosi kesehatan dan meningkatkan pelayanan dalam penanggulangan penyakit. Meningkatkan kapasitas bidan dalam kesiapsiagaan persalinan dan mengembangkan desa siaga aktif. Optimalisasi Posyandu dan tenaga kesehatan dalam pemantauan tumbuh kembang anak. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya sarana air bersih dan sanitasi bagi kesehatan keluarga. Meningkatkan peserta KB aktif melalui komunikasi, informasi dan edukasi dengan mengoptimalkan peran kader Posyandu dan tenaga kesehatan di Puskesmas. Optimalisasi Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR Meningkatkan penyediaan bantuan operasional pendidikan, pemberian bantuan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, serta penerapan efisiensi penyelenggaraan pendidikan pada masing-masing satuan pendidikan. Meningkatkan Peningkatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Penyakit Menular dan tidak menular Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Peningkatan perbaikan gizi masyarakat. Peningkatan pengembangan lingkungan sehat. Peningkatan pelayanan Keluarga Berencana dan Komunikasi Informasi dan Edukasi mengenai alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi Peningkatan pengembangan Pusat Pelayanan Informasi Dan Konseling KRR Peningkatan penyediaan bantuan operasional pendidikan, dan bantuan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin pada jenjang PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan. Peningkatan rehabilitasi ruang kelas rusak, penambahan kelas baru, Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 2

151 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan sejahtera pemerataan sarana prasarana pendidikan melalui perbaikan ruang kelas rusak, penambahan kelas dan pembangunan sekolah baru sesuai kebutuhan. pembangunan sekolah baru sesuai kebutuhan dan Regrouping Sekolah Misi 3 : Mengembangka n dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan Meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat melalui perpustakaan Meningkatkan prestasi olahraga dan peran pemuda dalam pembangunan Meningkatkan investasi, pengembangan industri, koperasi UMKM, perdagangan dan pariwisata untuk mengurangi pengangguran Meningkatnya kualitas pendidikan yang mampu mendorong inovasi dan kreatifitas dalam berkarya Meningkatnya kualitas pelayanan dan jumlah kunjungan ke perpustakaan Meningkatnya prestasi olahraga dan kemajuan organisasi pemuda, serta jiwa kewirausahaan pemuda. Meningkatnya realisasi investasi daerah berskala nasional. Tersedianya lapangan kerja dan berkurangnya pengangguran, Meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberian kesempatan studi lanjut atau mengikuti pendidikan dan latihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Meningkatkan pelayanan perpustakaan daerah melalui peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan, penambahan koleksi perpustakaan, serta pengembangan minat baca masyarakat. Meningkatkan pembinaan dan kompetisi olahraga unggulan, pembinaan organisasi kepemudaan dan organisasi kesiswaan serta peningkatan kapasitas pemuda tentang kecakapan hidup dan kewirausahaan bekerjasama dengan pihak swasta. Optimalisasi kinerja dan peningkatan kualitas pelayanan perijinan satu pintu, pemindahan perijinan yang masih ditangani oleh dinas/instansi tertentu ke SKPD yang menangani perizinan, peningkatan kerjasama dengan stakeholder investasi, peningkatan infrastruktur pendukung investasi, dan pemberian insentif daerah bagi calon investor. Meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja melalui pelatihan kerja sesuai permintaan Peningkatan kesempatan studi lanjut atau mengikuti pendidikan dan latihan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan, penambahan koleksi perpustakaan, serta pengembangan minat baca masyarakat. Peningkatan pembinaan dan kompetisi olahraga unggulan. Peningkatan pembinaan organisasi kepemudaan. Peningkatan kemampuan kewirausahaan pemuda. Peningkatan kuantitas jenis perijinan, peningkatan kualitas pelayanan perijinan satu pintu, dan pemberian insentif daerah bagi calon investor. Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi daerah Peningkatan pelatihan calon tenaga kerja dan pengembangan kerjasama dengan pihak Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 3

152 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan serta meningkatnya perlindungan tenaga kerja. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di berbagai obyek wisata daerah Meningkatnya jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang berkembang dan bertambahnya jumlah wirausahawan baru. Meningkatnya koperasi aktif dan koperasi sehat. Meningkatnya jumlah IKM yang berkembang yang jumlah tenaga kerja yang terserap Meningkatnya aktivitas perdagangan dalam dan luar negeri pasar kerja, serta peningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam pendidikan dan pelatihan kerja, dan magang kerja. Mengembangkan destinasi wisata melalui optimalisasi sarana dan prasarana pariwisata, pengelolaan obyek wisata, dan pengembangan industri dan jasa pariwisata bekerjasama dengan swasta dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Meningkatkan kapasitas pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah melalui pelatihan manajemen usaha dan pemasaran produk UMKM dan pelatihan kewirausahaan. Mengembangkan usaha koperasi melalui peningkatan kapasitas pengurus Koperasi mengenai manajemen koperasi bekerjasama dengan lembaga perbankan. Meningkatkan kapasitas pelaku IKM melalui fasilitasi alat, pelatihan manajemen usaha dan pemasaran produk, fasilitasi dalam mengakses permodalan, dan fasilitasi temu usaha dengan usaha skala besar. Meningkatkan perbaikan/pembangunan sarana dan prasarana perdagangan, penataan pedagang kakilima, pengendalian pasar retail swasta dalam pendidikan dan pelatihan kerja, serta magang kerja. Peningkatan penempatan tenaga kerja Peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja Pengembangan destinasi wisata unggulan, peningkatan promosi wisata serta pengembangan industri dan jasa pariwisata. Peningkatan kapasitas manajemen usaha dan pemasaran produk, serta fasilitasi akses permodalan bagi UMKM. Peningkatan pelatihan kewirausahaan. Peningkatan SDM koperasi dalam manajemen koperasi Peningkatan kapasitas manajemen usaha dan pemasaran produk, serta fasilitasi akses permodalan bagi pelaku IKM, serta fasilitasi sarana produksi. Pengembangan sentrasentra industri potensial. Peningkatan sarana dan prasarana perdagangan khususnya pasar tradisional, dan penataan pedagang kakilima. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 4

153 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan modern, serta pengembangan jaringan kerjasama perdagangan. Peningkatan perlindungan terhadap konsumen Meningkatkan produksi dan produktivitas hasil-hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan untuk mewujudkan ketahanan pangan Meningkatnya produktivitas dan pemasaran hasil pertanian/perkebu nan Meningkatnya populasi ternak dan hasil ikutannya. Meningkatnya produksi, mutu dan nilai jual hasil perikanan tangkap, budidaya dan produk olahan ikan. Meningkatnya ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani, penyediaan sarana produksi (bibit unggul, pupuk dan pestisida), alsintan dan jaringan irigasi serta jalan usaha tani dan pencegahan, pengendalian dan pemantauan organisme pengganggu tanaman (OPT), bencana alam banjir/kekeringan, dan mengoptimalkan penyuluhan pertanian/perkebunan. Meningkatkan populasi ternak dan hasil peternakan melalui penerapan inseminasi buatan, pengembangan hijauan makanan ternak, menekan pemotongan betina produktif dan mengatasi kelangkaan pejantan Meningkatkan produksi, mutu dan nilai jual hasil perikanan dan produk olahan ikan melalui peningkatan sarana dan prasarana, penerapan sistem rantai dingin, serta meningkatkan pemberdayaan kelompok nelayan, pembudidaya ikan dan kelompok pengolahan dan pemasaran. Meningkatkan penanganan wilayah rawan pangan melalui pengembangan Penguatan kelembagaan petani dalam berusaha tani. Pengembangan agribisnis pertanian mencakup usaha produksi, pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan. Mengembangkan industri pertanian melalui pengolahan hasil, manajemen usaha dan penguatan sistem pemasaran. Peningkatan pelatihan dan pembinaan mengenai teknik budidaya ternak yang baik Peningkatan fasilitasi sarana dan prasarana teknologi peternakan dan penerapan inseminasi buatan. Peningkatan pencegahan penyebaran penyakit zoonosis dan pengobatan ternak yang sakit. Meningkatkan promosi potensi hewan ternak dan hasil ikutan Peningkatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir Peningkatan produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Peningkatan Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan Peningkatan penanganan wilayah rawan pangan, percepatan penganekaragaman Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 5

154 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan bermutu, bergizi dan aman. Meningkatkan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Terwujudnya perlindungan lahan-lahan produktif sebagai cadangan pangan dan pendukung ekonomi lokal. Meningkatnya tertib administrasi pertanahan dan terselesaikannya Konflik-Konflik Pertanahan Berkurangnya hutan dan lahan kritis, serta bertambahnya luas hutan rakyat. Berkurangnya kasus-kasus pencemaran air, tanah dan udara, dan terjaganya kelestarian sumber-sumber mata air. Meningkatnya luas ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan Berkurangnya penambangan tanpa ijin, meningkatnya rumah tangga lumbung pangan dan penguatan LDPM, percepatan penganekaragaman konsumsi pangan beragam melalui sosialisasi, promosi dan edukasi, bergizi seimbang dan aman, serta meningkatkan pengawasan terhadap mutu dan keamanan pangan. Menetapkan sawah lestari dan mengendalikan ijin alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian bekerjasama dengan Badan Pertanahan Negara. Peningkatan tertib administrasi pertanahan melalui peningkatan pelayanan bekerjasama dengan Kantor Pertanahan Negara. Mengurangi hutan dan lahan kritis melalui reboisasi, penanganan lahan kritis dan pengembangan hutan rakyat, dan penertiban industri hasil hutan dengan mengoptimalkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Meningkatkan pemantauan kualitas air, tanah dan udara dengan mengoptimalkan laboratorium BLHD, pelayanan pengaduan dan penegakan hukum terhadap kasus-kasus lingkungan Meningkatkan pembangunan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan pada kawasan padat lalu lintas. Mengembangkan sistem pengawasan dan pelaporan aktivitas pertambangan, dan bekerjasama dengan PLN pangan dan pengawasan mutu dan keamanan pangan Peningkatan penataan ruang pada kawasan strategis dan cepat tumbuh. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum pelanggaran tata ruang. Peningkatan Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah dan Penyelesaian Konflik- Konflik Pertanahan. Penanganan lahan kritis dan pengembangan hutan rakyat terutama di wilayah rawan longsor dan erosi. Peningkatan pembinaan dan penertiban industri hasil hutan. Peningkatan pencegahan pengawasan kegiatan usaha masyarakat yang berpotensi merusak lingkungan dan pengembangan instalasi pengolahan limbah komunal. Peningkatan pembangunan dan peningkatan kualitas ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Peningkatan pengawasan aktivitas pertambangan baik berijin maupun tanpa ijin. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 6

155 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan berlistrik, dan dalam penyediaan Peningkatan jaringan meningkatnya jaringan listrik pada listrik dan energi pemanfaatan wilayah terpencil, serta alternatif yang ramah energi alternatif mengembangkan energi alternatif melalui sistem demplot. lingkungan. Misi 4 : Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hakhak dasar masyarakat Meningkatkan pembangunan infrastruktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah Meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, perlindungan sosial. Meningkatnya kondisi jalan dan jembatan berkondisi baik Meningkatnya luas dan tingkat pelayanan jaringan irigasi. Meningkatnya ketersediaan air baku untuk kebutuhan pokok sehari-hari, perkotaan dan industri. Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan sistem jaringan transportasi. Meningkatnya ketersediaan rumah layak huni bagi masyarakat. Berkurangnya kawasan kumuh dan meningkatnya cakupan keluarga memiliki sarana air bersih dan sanitasi. Meningkatnya kepemilikan dokumen administrasi kependudukan dan catatan sipil. Meningkatnya penanganan Meningkatkan pembangunan jalan dan jembatan kabupaten yang berkondisi rusak berat, dan melakukan perbaikan jalan berkondisi rusak ringan. Meningkatkan perbaikan jaringan irigasi baik primer, sekunder maupun tersier Meningkatkan penyediaan air baku dan pengelolaan melalui pemeliharaan sumber mata air dan pengembangan PDAM Meningkatkan pelayanan transportasi melalui peningkatan fasilitas terminal, penyediaan sarana keselamatan lalu lintas, perbaikan manajemen transportasi, dan peningkatan ketertiban lalu lintas bekerjasama dengan kepolisian, swasta dan masyarakat Mendorong pengembang dalam penyediaan rumah sederhana. Meningkatkan rehabilitasi rumah tidak layak huni pada kawasan permukiman kumuh dan memberikan dana stimulan dalam pembangunan sarana air bersih dan sanitasi. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil. Optimalisasi potensi kelembagaan sosial Peningkatan pembangunan/ rehabilitasi jalan dan jembatan kabupaten yang berkondisi rusak. Peningkatan pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa Peningkatan penyediaan dan pengelolaan air baku Peningkatan fasilitas terminal, sarana keselamatan lalu lintas, perbaikan manajemen transportasi, dan peningkatan ketertiban lalu lintas. pengembangan perumahan sederhana dan sarana prasarana yang memadai. Peningkatan rehabilitasi rumah tidak layak huni dan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi bagi bagi keluarga tidak mampu. Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil Peningkatan penanganan Penyandang Masalah Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 7

156 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan yang berkeadilan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) masyarakat dan penguatan gerakan sosial masyarakat dalam penanganan penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kesejahteraan Sosial. Misi 5 : Mengembangka n seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan perempuan, serta perlindungan terhadap perempuan dan anak Meningkatkan apresiasi seni dan budaya di kalangan lembaga pendidikan dan masyarakat. Semakin berkembangnya lembaga ekonomi perdesaan dan meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan desa dan pelayanan administrasi desa Meningkatnya indeks pembangunan gender dan indeks pemberdayaan gender. Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan dan meningkatnya keberdayaan perempuan. Meningkatnya rasa aman, nyaman transmigran di Lokasi Pemukiman Transmigrasi. Meningkatnya penyelenggaraan event-even seni budaya daerah dan pelestarian kekayaan budaya daerah. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa melalui pengembangan lembaga ekonomi desa, pengembangan potensi desa, dan pemberdayaan kelompok ekonomi masyarakat. Meningkatkan pembangunan gender melalui pengembangan dukungan dan komitmen kepala daerah dan kepala SKPD dalam penyelenggaraan PUG, meningkatkan peran aktif Kelompok Kerja PUG, meningkatkan kapasitas Tim Teknis Pokja PUG dan Focal Point SKPD. Optimalisasi P2TP2A dalam penanganan perempuan dan anak korban kekerasan, serta pemberdayaan perempuan dalam peningkatan usaha ekonomi produktif. Meningkatkan sarana dan prasarana di lokasi permukiman transmigrasi Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana dan pendidikan seni budaya, penyelenggaraan eventeven seni budaya daerah dan pelestarian kekayaan budaya daerah. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha ekonomi perdesaan Peningkatan Kapasitas aparatur desa. Peningkatan penyelenggaraan kegiatan anggaran responsif gender di masing-masing SKPD. Peningkatan koordinasi kelembagaan PUG, pembentukan regulasi daerah untuk mendukung kebijakan pembangunan yang responsif gender, serta advokasi, sosialisasi, pelatihan, seminar untuk mensosialisasikan PUG. Peningkatan kualitas penanganan terhadap korban kekerasan dan peningkatan pemberdayaan perempuan. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana transmigrasi Peningkatan penyelenggaraan dan partisipasi event-event budaya di tingkat daerah, provinsi dan nasional, serta pelestarian kekayaan budaya. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 8

157 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan Misi 6 : Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas KKN Meningkatkan partisipasi politik dan kondusifitas lingkungan masyarakat. Meningkatnya partisipasi politik dalam pemilihan umum dan kesadaran bela negara. Meningkatkan pengetahuan mengenai hak politik masyarakat melalui pendidikan politik dan edukasi menengai wawasan kebangsaan. Peningkatan pendidikan politik masyarakat. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai wawasan kebangsaan Menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih, transparan, partisipatif, dan akuntabel Meningkatnya keamanan, ketentraman dan ketertiban dilingkungan masyarakat. Meningkatnya pendapatan asli daerah dan meningkatnya status audit keuangan daerah oleh BPK. Meningkatkan patroli penegakan perda dan pencegahan tindak kriminal melalui optimalisasi linmas di setiap desa/kelurahan. Optimalisasi PAD melalui pembukaan potensi sumber pendapatan daerah, meningkatkan kinerja sumber pendapatan daerah, mencegah kebocoran pendapatan, memberikan penghargaan dan sanksi kepada pengelola sumber pendapatan daerah. Peningkatan komitmen pimpinan daerah dan seluruh aparat, mempercepat penyelesaian tindak lanjut LHP dan action plan, memperbaiki sistem keuangan daerah, meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan, memperkuat regulasi daerah dalam mencapai WTP. Optimalisasi pengelolaan aset daerah melalui kajian evaluasi aset-aset daerah, memperbaiki managemen aset, perbaikan kinerja pengelola aset, dan peningkatan kapasitas pengelolaan aset. Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan Pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal. Peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat). Peningkatan pendapatan dan pengelolaan keuangan dan aset daerah. Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pembangunan daerah dan dan tindak lanjut hasil pengawasan. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 9

158 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan a. Meningkatnya kompetensi aparatur pemerintah daerah dan DPRD dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Meningkatkan kompetensi aparatur pemerintah daerah dan DPRD dalam menjalankan tugas dan fungsinya melalui pendidikan kedinasan, bimbingan teknis, pelatihan. Peningkatan pendidikan kedinasan, peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur, tenaga pemeriksa dan pengawas. Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah mengenai tugas dan fungsi DPRD. b. Terjalinnya kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjamin kepastian hukum dan terjalinnya kerjasama antar pemerintah daerah. Meningkatnya pengelolaan arsip daerah secara baku Meningkatnya jaringan komunikasi dan informatika sesuai kebutuhan Meningkatnya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah, terbentuknya produk-produk hukum daerah, penyediaan informasi dan pelayanan pengaduan masyarakat. Meningkatkan pengelolaan arsip secara baku dengan mengoptimalkan arsiparis dan aparatur di masing-masing SKPD Meningkatkan pemanfaatan jaringan komunikasi dan informasi berbasis internet melalui fasilitasi sarana prasarana teknologi informasi secara merata di SKPD dan ruang publik Meningkatkan penyelenggaran pemerintahan yang lebih efektif dan efisien melalui rasionalisasi Struktur Organisasi dan Tata Kerja pemerintahan daerah Peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan penanganan pengaduan masyarakat. Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah. Peningkatan pembentukan produkproduk hukum daerah sesuai kebutuhan. Peningkatan kapasitas arsiparis dan aparatur di SKPD dalam pengelolaan arsip secara baku Peningkatan sarana prasarana teknologi informasi secara merata di SKPD dan ruang publik. - Rasionalisasi SKPD dan Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati kepada Camat - Fasilitasi pemekaran wilayah Bone Selatan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 1

159 Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan Meningkatkan ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas didukung data statistik. Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan perencanaanperencanaan normatif lainnya sesuai kebutuhan. Pelaksanaan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan perencanaanperencanaan normatif lainnya melaui pemanfaatan optimal potensi aparatur perencana dan aparatur perencana SKPD terkait serta pelibatan stakeholder profesional yaitu konsultan dan perguruan tinggi. Penetapan prioritas penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah dan sektoral dengan mempertimbangkan amanat peraturan perundang-undangan serta kemendesakan kebutuhan. Tersusunnya data dan informasi statistik daerah yang valid dan up to date sesuai kebutuhan. Pelaksanaan penyusunan data dan informasi statistik daerah dilakukan melalui kerjasama dengan BPS. Peningkatan modifikasi dan penyempurnaan terhadap isi (jenis dan ragam data) serta upaya untuk up dating penyajian data dan informasi statistik daerah. Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VI - 11

160 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN Kebijakan umum sesuai dengan Permendagri 54 tahun 21 berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih yang selanjutnya ditentukan program pembangunan daerah dan ditetapkan indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan atas pencapaian sasaran pembangunan daerah dalam rangka mencapai visi jangka menengah Kabupaten Bone. Tabel 7.1 Kebijakan Umum dan Pembangunan Kabupaten Bone Tahun No Sasaran Kebijakan Tersedianya sarana prasarana kesehatan yang merata. Peningkatan sarana prasarana dan perbaikan mutu pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) dan rujukan (rumah sakit). Peningkatan penyediaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta pengawasan obat dan makanan Indikator Kinerja (outcome) Kondisi Baik Sarana Prasarana : - Puskesmas - Pustu - Poskesdes Jumlah Rumah Sakit yang dibangun Tersedianya sarana dan prasarana Rumah Sakit Pendidikan Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di UPTD dan jaringannya Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 21,5 % 23,67 % 9% Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1% 1% 1% Urusan SKPD Pengadaan, Peningkatan, Perbaikan Sarana Dan Prasarana Puskesmas / Puskesmas Pembantu Dan Jaringannya % 1% Pengadaan, Kesehatan Dinkes Kesehatan Dinkes Peningkatan, Perbaikan Sarana Dan Prasarana 55% 8% Rumah Sakit/ Rumah Sakit BLUD Jiwa, Rumah Sakit Paru- RSUD Paru/Rumah Sakit Mata. 95 % 1% Obat Dan Perbekalan Kesehatan Kesehatan Dinkes Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 1

161 No Sasaran Kebijakan Tersebarnya tenaga medis terlatih dan responsif gender Terjalinnya Hubungan sinergis antar penyedia layanan kesehatan Tersedianya jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan marginal Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membudayakan Peningkatan kapasitas dan profesionalisme tenaga kesehatan. Peningkatan kemitraan pelayanan kesehatan antara pemerintah dengan penyedia layanan kesehatan swasta. Peningkatan pelayanan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), Jampersal dan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) Peningkatan promosi kesehatan dan perilaku hidup sehat kepada masyarakat dalam Indikator Kinerja (outcome) Jumlah apotek, took obat yang terpantau Rasio tenaga kesehatan Meningkatnya profesionalisme dan kompetensi tenaga medis dan non medis Jumlah sarana kesehatan yang bermitra dengan pemerintah Terjaminnya sistem dan kontinuitas pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan ibu bersalin di semua unit pelayanan kesehatan strata I Pelayanan kesehatan masyarakat yang diluar tanggungan Jamkesmas, Jampersal dan Askes - Persalinan ditolong tenaga kesehatan - Memberi bayi ASI ekslusif Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 95% 1% Pengawasan Obat Dan Makanan Urusan SKPD Kesehatan Dinkes 79,19% 1% Peningkatan Kesehatan Dinkes Kapasitas Sumber Daya 123 orang 8 orang Aparatur BLUD RSUD 1% 1% Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan 74,59% (88.8 jiwa penduduk miskin) 1% dari total penduduk miskin yang ditargetkan sebesar 9 % tahun ,92% 1% 93,5% 27,85% 95% 75% Upaya Kesehatan Masyarakat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan Dinkes Kesehatan Dinkes Kesehatan Dinkes Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 2

162 No Sasaran Kebijakan perilaku hidup bersih dan sehat Berkurangnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit mencegah penyakit serta penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). Peningkatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Penyakit Menular dan tidak menular Indikator Kinerja (outcome) - Menimbang balita setiap bulan - Menggunakan air bersih. - Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun - Menggunakan jamban sehat - Memberantas jentik dirumah sekali seminggu - Makan buah dan sayur setiap hari - Melakukan aktivitas fisik setiap hari - Tidak merokok didalam rumah. - Berkurangnya Insiden Rate Angka Kesakitan akibat penyakit DBD - Berkurangnya API (Annual Parasit Insiden) Penyakit Malaria - Meningkatnya cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ). - CDR TB Paru Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 32,64% 72,6% 79,27% 66,89% 75,3% 81,71% 86,21% 4,92% IR 54/1. Penduduk API (,5)/1. Penduduk ABJ 64,5% 49% Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 8% 1% 1% 8% 1% 1% 1% 7% IR <11/1. Penduduk API < 1 / 1. Penduduk ABJ > 95% 95% Urusan SKPD Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular dan tidak menular Kesehatan Dinkes Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 3

163 No Sasaran Kebijakan Berkurangnya angka kematian ibu, bayi dan balita Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Indikator Kinerja (outcome) - Qure Rate (Angka Kesembuhan) TB Paru - Prevalensi Rate Kusta - CDR Kusta - Berkurangnya penyakit/ kematian yang disebabkan oleh diare - Peningkatan penanganan penderita dengan VAR (Vaksin ant Rabies) - Meningkatnya cakupan penermuan dan penanganan penderita IPA (target 16% Balita) - AFP (Acute Flaccid Paralysis) < 15 Tahun AKI (Angka Kematian Ibu) AKABA (Angka Kematian Balita) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 91% 2,6/1. Penduduk 86/1. Penduduk Kasus ditangani kasus (67%) 6%,41% 2/1. Penduduk < 15 tahun (8,4)% 27,7/1.KH 3,23/1.KH Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 95% 1% 1%,2% 25,92% 27,1/1.KH 3,17/1.KH Urusan SKPD peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Kesehatan Dinkes AKB (Angka 3,11/1.KH 2,95/1.KH Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 4

164 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya status gizi masyarakat. Meningkatnya cakupan rumah tangga memiliki sarana air bersih dan sanitasi Meningkatnya pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif. Meningkatnya kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi. Meningkatnya akes pendidikan bagi seluruh masyarakat yang Peningkatan perbaikan gizi masyarakat. Peningkatan pengembangan lingkungan sehat. Peningkatan pelayanan Keluarga Berencana dan Komunikasi Informasi dan Edukasi mengenai alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi Peningkatan pengembangan Pusat Pelayanan Informasi Dan Konseling KRR Peningkatan penyediaan bantuan operasional pendidikan, dan bantuan pendidikan bagi anak dari Indikator Kinerja (outcome) Kematian Bayi) K1 K4 Status Gizi Masyarakat - Gizi Buruk - Gizi Kurang - Gizi Baik - Gizi Lebih - Cakupan Air Bersih - Jamban Keluarga - Tempat-tempat Umum - Tempat pengolahan makanan - Rumah sehat Rasio Aseptor KB aktif % Kehamilan PUS dengan Kehamilan resiko tinggi (4T) Jumlah PIK Remaja yang terbentuk di SLTP/SLTA dan Sederajat APK, APM PAUD usia -6 th (Taman Paditungka) dan usia 2-4 tahun Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 98,1% 92,18%,14% 4,14% 93,99% 1,41% 72,6% 66,89% 72% 64% 63,18% Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1% 98%,5%,15% 95% 1,5% 1% 8% 85% 78% 8% Urusan SKPD Perbaikan Gizi Masyarakat Pengembangan Lingkungan Sehat 7,64% 73% Keluarga Berencana 15% 9% Pelayanan Kontrasepsi Kelompok Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi Dan Konseling KRR 32,35 % 24 unit 75 % 48 unit PAUD Formal dan Non Formal Kesehatan Dinkes Kesehatan Dinkes KB dan KS KBKS KB dan KS KBKS KB dan KS KBKS Pendidikan Disdik, Dinkes, Badan KBKS dan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 5

165 No Sasaran Kebijakan makin setara dan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. keluarga miskin pada jenjang PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan. Peningkatan rehabilitasi ruang kelas rusak, penambahan kelas baru, pembangunan sekolah baru sesuai kebutuhan dan Regrouping Sekolah Indikator Kinerja (outcome) Pembangunan TK negeri pada ibukota kecamatan APM jenjang SD/MI APK jenjang SD/MI APK SMP/MTs APM SMP/MTs Angka Putus Sekolah jenjang SD/MI Angka putus sekolah jenjang SMP/MTs APK jenjang SM/MA/SMK APM jenjang SM/MA/SMK Angka Putus Sekolah Jenjang SM/MA/SMK Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 17,29 % 99,21 % 89,83 % 8,12 %,13 %,15 % 63,54 % 54,21 %,3 % Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 99,99 % 15 % 1 % 95 %,1 %,1 % 85 % 8 %.1 % Urusan SKPD pendidikan Dasar 9 Tahun Pendidikan Menengah PP & PA Pendidikan Disdik Pendidikan Disdik APK, APM PAUD usia -6 th dan usia 2-4 tahun Pembangunan TK negeri pada ibukota kecamatan 32,35 % 24 unit 75 % 48 unit PAUD Formal dan Non Formal Pendidikan Disdik - Kepala sekolah berkualifikasi S1 - Kepala sekolah yang memiliki sertifikasi pendidik - Pengawas sekolah 82,13% 91,6% 1% 1% 1% 1% Manajemen Pelayanan Pendidikan Pendidikan Disdik Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 6

166 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya kualitas pendidikan yang mampu mendorong inovasi dan kreatifitas dalam berkarya Peningkatan kesempatan studi lanjut atau mengikuti pendidikan dan latihan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Indikator Kinerja (outcome) yang berkualifikasi S1 - Pengawas sekolah yang meiliki sertifikasi - Guru memiliki kualifikasi S1 - Guru bersertifikasi - Jumlah sekolah yang di Regrouping - Tersedianya perseediaan calon kepala sekolah berdasarkan kebutuhan (18 SD + 15 SMP + 5 SMA) - Workshop managemen Kepala Sekolah SD - Workshop managemen Kepala Sekolah SMP - Pelatihan dan Pendalaman mata pelajaran UN SD - Pelatihan Sport Developmen - Pelatihan Guru SD - Pelatihanpengawas, kepala sekolah dan guru berprestasi Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 98,26% 94,14% 62,22% 128 orang 45 orang 115 orang 669 orang 529 orang 669 orang 45 orang Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1% 87,% 9,% 6 sekolah 176 orang 45 orang 115 orang 45 orang 365 orang 81 orang 45 orang Urusan SKPD Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Disdik Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 7

167 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya kualitas pelayanan dan jumlah kunjungan ke perpustakaan Meningkatnya prestasi olahraga dan kemajuan organisasi pemuda, serta jiwa kewirausahaan pemuda. Peningkatan sistem pengelola perpustakaan, dan pengembangan minat baca masyarakat. Peningkatan pembinaan organisasi kepemudaan. Peningkatan kemampuan kewirausahaan pemuda. Peningkatan pembinaan dan kompetisi olahraga unggulan. Indikator Kinerja (outcome) - Pelatihan Kinerja Guru (SD) - Pelatihan Kinerja Guru (SMP) Jumlah perpustakaan - Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun - Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Lahirnya kewirausahaan pemuda Pengelolaan olahraga yang profesional Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 669 orang 115 orang Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 675 orang 575 orang 48 (unit) 458 (unit) Pengembangan Budaya Baca dan Pembinanan Perpustakaan 6.37 (orang) ( buku) 9. (orang ) (buku) Urusan SKPD Pengembangan Budaya Baca dan Pembinanan Perpustakaan - 55 paket pengembangan dan keserasian kebijakan pemuda 4 orang 2 orang peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan Perpustakaan Badan Perpus Arsip & PDE Perpustakaan Badan Pemuda dan OR Pemuda dan OR Perpus Arsip & PDE Dispora Dispora kecakapan hidup pemuda Jumlah cabang 5 Kegiatan 16 Kegiatan pengembangan Pemuda dan Dispora olahraga prestasi olahraga olahraga kebijakan dan manajemen OR olah raga Jumlah cabor 1 cabor 3 cabor pembinaan dan Pemuda dan Dispora prestasi yang dibina pemasyarakatan olah raga OR Jumlah sarana dan peningkatan Pemuda dan Dispora Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 8

168 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya realisasi investasi daerah berskala nasional. Peningkatan kuantitas jenis perijinan, peningkatan kualitas pelayanan perijinan satu pintu, dan pemberian insentif daerah bagi calon investor. Indikator Kinerja (outcome) prasarana cab.olahraga prestasi Jumlah kegiatan promosi peluang penanaman modal Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) sarana/prasara na Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) sarana/prasarana sarana dan prasarana olah raga 5 Peningkatan Urusan SKPD Promosi Dan Kerjasama Investasi OR Penanaman Modal KPPM Tersedianya lapangan kerja dan berkurangnya pengangguran, serta meningkatnya perlindungan tenaga kerja. Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi daerah Peningkatan pelatihan calon tenaga kerja dan pengembangan kerjasama dengan pihak swasta dalam pendidikan dan pelatihan kerja, serta magang kerja. - Jumlah SIUP yang diterbitkan - Jumlah Tanda Daftar Perushaan yang diterbitkan - Jumlah penyelenggaraan BINTEK kegiatan penanaman modal kepada masyarakat dan dunia usaha - Meningkatnya keterampilan pencari kerja sesuai bidangnya - Tersedianya data informasi profil ketenagakerjaan dan ketransmigrasian (KK) - Berfungsinya % % 6% 6% Peningkatan Iklim Investasi Dan Realisasi Investasi 5 Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana Dan Prasarana Daerah 1 Paket Paket 5 Buku 5 Jaringan Peningkatan Kualitas Dan Produktivitas Tenaga Kerja. Penanaman Modal Penanaman Modal Ketenagakerja an KPPM KPPM Disnakertr ans Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 9

169 No Sasaran Kebijakan Peningkatan penempatan tenaga kerja Indikator Kinerja (outcome) jaringan komputer sebagai penunjang system informasi ketenagakerjaan & ketransmigrasian - Meningkatnya produktivitas tenaga kerja - Tersedianya tenaga kerja yang terampil - Terbinanya kelompok usaha mandiri - Tersedianya data informasi penempatan tenaga kerja - Tersedianya data penempatan tenaga kerja luar negeri - Terbinanya kelompok usaha produktif dan terpeliharanya sarana dan prasarana infrastruktur - Terbinanya kelompok wirausaha tenaga kerja produktif Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 2 Paket 27 Paket 27 Paket 5 bursa kerja online 5 kunjungan 27 paket 27 paket Urusan SKPD Peningkatan Kesempatan Kerja Ketenagakerja an Disnakertr ans Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 1

170 No Sasaran Kebijakan Peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja Indikator Kinerja (outcome) - Tercegahnya dan terselesainya perselisihan hubungan industrial dengan baik dan benar - Terpahaminya proses penetapan UMP sampai dengan tahap pelaksanaan di lapangan - Terlaksananya syarat-syarat kerja sesuai dengan aturan yang berlaku - Meningkatnya peran LKS tripartite dan hubungan industrial berjalan kondusif (pekerja, pengusaha dan pemerintah) - Meningkatnya kesejahteraan purna kerja dan penetapan serta pengembangan UMP dan system pengupahan - K3 menjadi Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 2 perusahaan - 2 perusahaan (4 orang) - 1 Paket - Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 2 perusahaan 1 paket 2 perusahaan (4 orang) 15 kali 1 Paket 2 Perusahaan Urusan SKPD Perlindungan Dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Ketenagakerja an Disnakertr ans Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 11

171 No Sasaran Kebijakan Indikator Kinerja (outcome) pengetahuan dan perilaku masyarakat pekerja - Meningkatnya kepedulian perusahaan dalam menanggulangi HIV/AIDs - Terlaksananya system pemantauan pekerja anak - Tertanganinya kasus-kasus ketenagakerjaan diperusahaan - Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan tenaga kerja tentang pelaksanaan K3 - Meningkatnya pengetahuan perusahaan tentang K3 dan terlindunginya tenaga kerja dalam melaksanakan tugas pokoknya. Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 1 perusahaan 7 Shelter 7 Kasus - - Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1 perusahaan 21 shelter 6 kasus 6 perusahaan 6 perusahaan Urusan SKPD Meningkatnya jumlah kunjungan Pengembangan destinasi wisata unggulan, Meningkatnya kunjungan wisatawan 13. wisatawan Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pariwisata Dinas Budpar Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 12

172 No Sasaran Kebijakan wisatawan di berbagai obyek wisata daerah peningkatan promosi wisata serta pengembangan industri dan jasa pariwisata. Indikator Kinerja (outcome) wisatawan Meningkatnya kualitas dan kuantitas ODTW Meningkatnya kualitas SDM pendukung kepariwisataan Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1 ODTW 15 ODTW Pengembangan Destinasi Pariwisata - 7 Pok Darwis Pengembangan Kemitraan Urusan SKPD Pariwisata Dinas Budpar Pariwisata Dinas Budpar Meningkatnya jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang berkembang dan bertambahnya jumlah wirausahawan baru. Meningkatnya koperasi aktif dan koperasi sehat. Meningkatnya jumlah IKM yang berkembang yang jumlah tenaga Peningkatan pelatihan kewirausahaan. Peningkatan kapasitas manajemen usaha dan pemasaran produk, serta fasilitasi akses permodalan bagi UMKM. Peningkatan SDM koperasi dalam manajemen koperasi Peningkatan kapasitas manajemen usaha dan pemasaran produk, serta fasilitasi akses permodalan Jumlah SDM yang dilatih manajemen usaha kewirausahaan Jumlah kemitraan yang terjalin antara koperasi dan swasta Jumlah jejaring koperasi Persentase jumlah koperasi aktif Terbentuknya unit usaha IKM Jumlah Tenaga Kerja yang diserap 35 orang 38 orang Pengembangan Kewirausahaan Dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah 1 Kemitraan 42 Kemitraan Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah 5 Jejaring Koperasi 18 Jejaring Koperasi Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah Yang Kondusif. 53% 1% Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 583 unit orang Unit orang Peningkatan Kapasitas Dan Penggunaan Iptek Dalam Sistem Produksi. Koperasi dan UKM Koperasi dan UKM Koperasi dan UKM Koperasi dan UKM Perindustrian Dinas Koperasi & UKM Dinas Koperasi & UKM Dinas Koperasi & UKM Dinas Koperasi & UKM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 13

173 No Sasaran Kebijakan kerja yang terserap bagi pelaku IKM, serta fasilitasi sarana produksi. Pengembangan sentrasentra industri potensial. Indikator Kinerja (outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) Terbentuknya KUB 17 Unit 24 unit Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Terbentuknya Sentra Industri Kecil 18 IK 26 IK Pengembangan Urusan SKPD Sentra-Sentra Industri Potensial. Perindustrian Dinas Perindag Perindustrian Dinas Perindag Meningkatnya aktivitas perdagangan dalam dan luar negeri Meningkatnya produktivitas dan pemasaran hasil pertanian/perkebu nan Peningkatan sarana dan prasarana perdagangan khususnya pasar tradisional, dan penataan pedagang kakilima. Peningkatan perlindungan terhadap konsumen Peningkatan Penguatan kelembagaan dan keterampilan petani Jumlah Pasar Desa yang di Rehabilitasi Persentase Bina Kelompok Pedagang/Usaha informal Jumlah Kecamatan yang Mendapatkan Data Pengawasan UTTP Meningkatnya pendapatan petani dan keluarganya Penguatan poktan menjadi kelembagaan petani yang kuat, mandiri, dan terampil sehinggal dapat mengakses teknologi, modal usaha dan pasar. Meningkatnya pendapatan peternak 1 Unit 16 Unit Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri 2% 1% Pembinaan (17Kec.) (27Kec) Pedagang Kaki Lima Dan Asongan 126 Klp 245 Klp Peningkatan Kesejahteraan Petani Perdagangan Dinas Perindag Perdagangan Dinas Perindag Perdagangan Dinas Perindag Pertanian Dinas Pertanian Gapoktan BP4K 57 Klp 135 klp Disnak Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 14

174 No Sasaran Kebijakan Pengembangan agribisnis pertanian mencakup usaha produksi, pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan. Indikator Kinerja (outcome) Meningkatnya produksi pangan dan hortikultura - Padi - Jagung - Kedelai - Durian - Nangka - Sukun - Bawang Merah Meningkatnya Produksi dan Produktifitas tanaman pangan melalui penerapan teknologi spesifik lokasi - Hand Traktor - Pompa Air - Power Tresher - Rice Mile Unit (RMU) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Ton Ton Ton 13.5 Ton 2.4 Ton 37.5 Ton 1.15 Ton 122 Unit 2 Unit 23 Unit 1 Unit Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) Ton Ton Ton 16. Ton 4. Ton 48.2 Ton 2.15 Ton 163 Unit 5 Unit 51 Unit 4 Unit Urusan SKPD Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Pertanian Dinas Pertanian Pertanian Dinas Pertanian - Jalan Usaha Tani 35 Paket 184 Paket (JUT) - Jaringan Irigasi Air 6 Paket 71 Paket Meningkatnya Poktan Pemberdayaan Pertanian BP4K kemampuan poktan/ Penyuluh Pertanian/ petani dalam Perkebunan Lapangan pengembangan agribisnis on farm dan off farm Mengembangkan industri Terlaksananya Peningkatan Pertanian Dinas Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 15

175 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya populasi ternak dan hasil ikutannya. pertanian melalui pengolahan hasil, manajemen usaha dan penguatan sistem pemasaran. Peningkatan pelatihan dan pembinaan mengenai teknik budidaya ternak yang baik Indikator Kinerja (outcome) pameran, promosi produk unggulan tanaman pangan dan hortikultura ditingkat local maupun regional - Tingkat Kabupaten - Tingkat Propinsi - Tingkat Regional Terfasilitasinya bantuan sosial sarana pasca panen : - Power Tresher - Power Riaver - Sabit Bergerigi - Penggilingan Padi (RMU) - Dryer - Terpal Meningaktnya industri rumah tangga pertanian dalam pengolahan hasil melalui usaha koperasi dan pemasaran hasil. - jumlah populasi sapi - jumlah populasi kerbau - jumlah populasi kambing Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 1 Kali 3 Kali 2 Kali 3 Unit 2 Unit 15 Buah 1 Unit 15 Unit Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 3 Kali 3 Kali 2 Kali 5 Unit 45 Unit 45 Unit 4 Unit 5 Unit 317 Unit - 3 Unit Koperasi Tani Urusan SKPD Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Pertanian BP4K Pertanian Disnak Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 16

176 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya produksi, mutu dan nilai jual hasil perikanan tangkap, budidaya dan produk olahan ikan. Peningkatan promosi potensi hewan ternak dan hasil ikutan Peningkatan fasilitasi sarana dan prasarana teknologi peternakan dan penerapan inseminasi buatan. Peningkatan pencegahan penyebaran penyakit zoonosis dan pengobatan ternak yang sakit. Peningkatan Kapasitas dan Keterampilan Masyarakat Pesisir Indikator Kinerja (outcome) - jumlah populasi itik - jumlah populasi ayam buras - jumlah populasi ayam petelur - jumlah populasi ayam pedaging - jumlah populasi kuda - Meningkatnya permintaan ternak - Meningkatnya permintaan daging Jumlah ternak lahir hasil IB - Angka Kesakitan Ternak - Jumlah Ternak yang diberikan vaksin Jumlah kelompok masyarakat pesisir yang terberdayakan (KUB) Jumlah Pokmaswas (Klp) Jumlah Pokmaswas yang dibina Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) Urusan SKPD Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan 75 ekor 7.25 ekor Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Ternak Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Pemberdayaan Masyarakat Dalam 17 Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan Pertanian Disnak Pertanian Disnak Pertanian Disnak Perikanan dan kelautan Perikanan dan kelautan DKP DKP Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 17

177 No Sasaran Kebijakan Peningkatan produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Peningkatan Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan Indikator Kinerja (outcome) - Produksi perikanan budidaya (ton) - Jumlah kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) - Jumlah kelompok pembudidaya ikan yang terberdayakan (Pokdakan) - Produksi perikanan tangkap (ton) - Jumlah kelompok perikanan tangkap (KUB) - Jumlah kelompok perikanan tangkap yang terberdayakan (KUB) Jumlah sarana dan prasarana penyuluh perikanan (unit) - Produksi ikan olahan (ton) - Jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran yang berkembang (Poklahsar) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) , , Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) , , Urusan SKPD Pengembangan Budidaya Perikanan Pengembangan Perikanan Tangkap Pengembangan Sistem Penyuluhan 2.673, , 83 Perikanan Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan Perikanan dan kelautan Perikanan dan kelautan Perikanan dan kelautan Perikanan dan kelautan DKP DKP DKP DKP Meningkatnya ketersediaan dan Peningkatan penanganan wilayah rawan pangan, - Terbentuknya kelompok Usaha 15 Klp 24 Klp Peningkatan Ketahanan Pangan Ketahanan Pangan Kantor Ketapang Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 18

178 No Sasaran Kebijakan konsumsi pangan yang beragam, bermutu, bergizi dan aman. Terwujudnya perlindungan lahan-lahan produktif sebagai cadangan pangan dan pendukung ekonomi lokal. Meningkatnya tertib administrasi pertanahan dan terselesaikannya Konflik-Konflik Pertanahan percepatan penganekaragaman pangan dan pengawasan mutu dan keamanan pangan Peningkatan penataan ruang pada kawasan strategis dan cepat tumbuh. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum pelanggaran tata ruang. Peningkatan Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah dan Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan. Indikator Kinerja (outcome) produktif - Terwujudnya pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman dimasyarakat - Meningkatnya mutu dan keamanan pangan masyarakat Tersusunnya dokumen RTR Persentase pemanfaatan ruang sesuai fungsi Tersedianya informasi peta RTR di tingkat kec. dank el. Sertifikasi asset tanah milik pemerintah Terbentuknya tim fasilitasi penyelesaian konflik pertanahan Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 3 Klp - Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 8 Klp 55% 1 dokumen 2 dokumen Perencanaan Tata Ruang 8% 5% Pemanfaatan Ruang 22% 1% Pengendalian Pemanfaatan Ruang 2 bidang 13 Bidang Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Tanah 1 tim 5 tim Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan Urusan SKPD Penataan ruang Penataan ruang Penataan ruang Dinas Tarkim Dinas Tarkim Dinas Tarkim Pertanahan Setda Pertanahan Setda Berkurangnya Penanganan lahan kritis Meningkatnya produksi hasil hutan 8 26 Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Kehutanan Dishutbun Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 19

179 No Sasaran Kebijakan hutan dan lahan kritis, serta bertambahnya luas hutan rakyat. Berkurangnya kasus-kasus pencemaran air, tanah dan udara, dan terjaganya kelestarian sumber-sumber mata air. dan pengembangan hutan rakyat terutama di wilayah rawan longsor dan erosi. Pemantapan Kawasan Hutan Peningkatan pencegahan pengawasan kegiatan usaha masyarakat yang berpotensi merusak lingkungan dan pengembangan instalasi pengolahan limbah komunal. Indikator Kinerja (outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) non kayu (unit) Hutan. Luas lahan kritis Rehabilitasi tertutupi (Ha) Hutan Dan Lahan. Terjaminnya keamanan hutan dan lahan (Kegiatan) Terkukuhkannya luas kawasan hutan dan tersedianya data produksi hasil hutan (Km/Kecamatan) - Pelayanan pencegahan pencemaran air - Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup - Pencemaran status mutu air - Penegakan hukum lingkungan Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak 1 31 Perlindungan Dan Urusan SKPD Konservasi Sumber Daya Hutan. - 1/27 Pemantapan Kawasan Hutan 75% 57% 1% 67% 1% 1% 1% 1% Pengendalian Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup 22% 52% Peningkatan Pengendalian Polusi Kehutanan Dishutbun Kehutanan Dishutbun Kehutanan Dishutbun Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup BLHD BLHD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 2

180 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya luas ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan Berkurangnya penambangan tanpa ijin, meningkatnya rumah tangga berlistrik, dan meningkatnya pemanfaatan energi alternatif Peningkatan pembangunan dan peningkatan kualitas ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Peningkatan pengawasan aktivitas pertambangan baik berijin maupun tanpa ijin Indikator Kinerja (outcome) bergerak Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa Persentase luas Ruang Terbuka Hijau wilayah perkotaan - IUP Logam - IUP Batubara - IUP Eksplorasi bukan logam - IUP Operasi Produksi Batuan Terlaksananya penataan wilayah pertambangan, konservasi lingkungan, geologi, pertambangan dan air bawah tanah. Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 28% 1% Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam % 75% Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup. 15 Ha 45 Ha pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) IUP OP Batubara, 146 OP Batuan, 2 Izin Pemanfaatan Mata Air/ Air Bawah Tanah IUP OP Logam, 5 IUP OP Batubara, 2 IUP OP Bukan Logam, 12 OP Batuan, 2 Izin Pemanfaatan Urusan SKPD pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan penataan wilayah dan usaha konservasi lingkungan, geologi, pertambangan dan air bawah tanah Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup BLHD BLHD BLHD ESDM Dinas ESDM ESDM Dinas ESDM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 21

181 No Sasaran Kebijakan Indikator Kinerja (outcome) Penyelidikan pendahuluan potensi tambang Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) Mata Air/ Air Bawah Tanah 1 potensi 5 potensi inventarisasi dan pengembangan potensi dan teknologi geologi, pertambangan dan air bawah tanah Urusan SKPD ESDM Dinas ESDM Meningkatnya kondisi jalan dan jembatan berkondisi baik Meningkatnya luas dan tingkat pelayanan jaringan irigasi. Meningkatnya ketersediaan air baku untuk kebutuhan pokok sehari-hari, Peningkatan jaringan listrik dan energi alternatif yang ramah lingkungan. Peningkatan pembangunan/ rehabilitasi jalan dan jembatan yang berkondisi rusak dan pembangunan drainase Peningkatan pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa Peningkatan penyediaan dan pengelolaan air baku Pengembangan energi alternatif Pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan Persentase pembangunan jalan Persentase pemeliharaan jalan Tersedianya infrastruktur pedesaan Tersedianya jaringan irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan air irigasi pertanian Pengelolaan DAS dan Konservasi SDA 4% 8% pengembangan energi alternatif 4% 8% pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan 4% 8% Pembangunan Jalan Dan Jembatan 4% 8% Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 2% 6% Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 6% 8% Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa Dan Jaringan Pengairan Lainnya 1% 6% Penyediaan dan pengelolaan air baku ESDM Dinas ESDM ESDM Dinas ESDM Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Dinas PU & SDA Dinas PU & SDA Dinas PU & SDA Dinas PU & SDA Dinas PU & SDA Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 22

182 No Sasaran Kebijakan perkotaan dan industri. Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan sistem jaringan transportasi. Meningkatnya ketersediaan rumah layak huni bagi masyarakat. Berkurangnya kawasan kumuh dan meningkatnya cakupan keluarga memiliki sarana air bersih dan sanitasi. Meningkatnya kepemilikan Peningkatan fasilitas terminal, sarana keselamatan lalu lintas, perbaikan manajemen transportasi, dan peningkatan ketertiban lalu lintas. pengembangan perumahan sederhana dan sarana prasarana yang memadai. Peningkatan rehabilitasi rumah tidak layak huni dan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi bagi bagi keluarga tidak mampu. Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan Indikator Kinerja (outcome) Tersedianya terminal angkutan, bandara dan dermaga pelabuhan Terpeliharanya prasarana dan fasilitas LLAJ Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi Terpenuhinya standar keselamatan bagi pengguna jalan Berkurangnya jumlah rumah tidak layak huni Tersedianya rumah terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah Berkurangnya kawasan kumuh di wilayah perkotaan - Masyarakat yang memilki KTP )e- Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1 Buah 1 Buah Pembangunan Prasarana Dan Fasilitas Perhubungan 1 Unit 1 Unit Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Dan Fasilitas LLAJ 75% 9% Peningkatan Pelayanan Angkutan 65% 9% Peningkatan Dan Pengamanan Lalu Lintas 3% 4% pengembangan perumahan 17,5 % 25 % pemberdayaan komunitas perumahan 2% 35% lingkungan sehat perumahan 79,12 % 1 % penataan administrasi Urusan SKPD Perhubungan Dishub Perhubungan Dishub Perhubungan Dishub Perhubungan Dishub Perumahan Dinas Tarkim Perumahan Dinas Tarkim Perumahan Dinas Tarkim Kependuduka n dan Catatan Dinas Dukcapil Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 23

183 No Sasaran Kebijakan dokumen administrasi kependudukan dan catatan sipil. Meningkatnya penanganan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Indikator Kinerja (outcome) dan catatan sipil KTP) - Kepemilikan kartu keluarga (KK) - Kepemilikan akte kelahiran - Kepemilikan akte kematian Peningkatan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Meningkatkan pemberdayaan fakir miskin, KAT dan PMKS Meningkatnya penanganan PMKS Meningkatnya pembinaan anak terlantar Meningkatnya pembinaan penyandang cacat Pembinaan Panti Sosial Pembinaan eks penyandang penyakit sosial Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 1 % 45,5 % 17 % 1 KUBE 1 Kec. Peserta PKH - - Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1 % 1 % 1 % 7 KUBE 27 Kec. Peserta PKH 25 Org, Penyandang Cacat 25 Org, Korban Penyalahgunaan Napza Urusan SKPD kependudukan Sipil pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya. pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial. 15 Orang 12 Orang pembinaan anak terlantar. 7 orang 35 orang pembinaan para penyandang cacat dan 3 unit Panti Sosial (153 org) unit Panti Sosial (23 org) 5 org, Eks Narapidana 5 org, Eks Napza trauma. pembinaan panti asuhan/ panti jompo. pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, MeiPSK, narkoba dan Sosial Dinas Kesos Sosial Dinas Kesos Sosial Dinas Kesos Sosial Dinas Kesos Sosial Dinas Kesos Sosial Dinas Kesos Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 24

184 No Sasaran Kebijakan Semakin berkembangnya lembaga ekonomi perdesaan dan meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan desa dan pelayanan administrasi desa Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha ekonomi perdesaan Peningkatan Kapasitas aparatur desa. Indikator Kinerja (outcome) Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial - Meningkatnya kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) - Meningkatnya LPM Berprestasi - Meningkatnya perkembangan nilai budaya local - Meningkatnya jumlah warung teknologi yang dibina - Meningkatnya jumlah Posyantek yang dibina - BUMDES - Jumlah Pasar Desa yang dibina - Kelompok usaha ekonomi keluarga yang dibina - Jumlah Desa yang telah menyusun RPJMDes - Meningkatnya Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 2 Kr. Taruna Unit P. Sosial 36,59% 5 Unit 4% - 4 Unit 8 Unit - 3% 173 Desa 66,28% Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1 Karang Taruna 27 Org TKSK 1 Unit LK3 4 Unit Panti Sosial 1% 3 Unit 27 Kec. 27 Unit 27 Unit 83 Unit 5 Unit 1% 328 Desa 85% Urusan SKPD penyakit sosial lainnya). pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial. peningkatan keberdayaan masyarakat desa dan kelurahan pengembangan lembaga ekonomi pedesaan peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa dan kelurahan Sosial Dinas Kesos Pemberdayaa n Masyarakatda n Desa Pemberdayaa n Masyarakatda n Desa Pemberdayaa n Masyarakatda n Desa BPM BPM BPM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 25

185 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya indeks pembangunan gender dan indeks pemberdayaan gender. Peningkatan penyelenggaraan kegiatan anggaran responsif gender di masing-masing SKPD. Indikator Kinerja (outcome) swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat - Jumlah desa/kel yang memiliki profil desa/kel. Meningkatnya kualitas pelaksanaan musrenbang desa - Meningkatnya Posyandu Aktif - Meningkatnya jumlah PAUD Holistik Integratif - Meningkatnya PKK aktif - Meningkatnya jumlah kelompok binaan PKK Untuk mengidentifikasi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh manfaat dari kebijakan dan program pembangunan dalam berbagai aspek Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) desa/kel 3% 1% peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa 1% 45 Unit 1% 1% 1% 55 Unit 1% 1% Urusan SKPD Peningkatan Peran Perempuan di Perdesaan 6% 4% peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan Pemberdayaa n Masyarakatda n Desa Pemberdayaa n Masyarakatda n Desa BPM BPM PP dan PA Kantor PPPA Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 26

186 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan dan meningkatnya keberdayaan perempuan. Meningkatnya rasa aman, nyaman transmigran di Lokasi Pemukiman Peningkatan koordinasi kelembagaan PUG, pembentukan regulasi daerah untuk mendukung kebijakan pembangunan yang responsif gender, serta advokasi, sosialisasi, pelatihan, seminar untuk mensosialisasikan PUG. Peningkatan kualitas penanganan terhadap korban kekerasan dan peningkatan pemberdayaan perempuan. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana transmigrasi Indikator Kinerja (outcome) Pembentukan Pokja PUG dan Tim Focal Point masing-masing SKPD Mengurangi angka terjadinya kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dan anak Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah rangga dan memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera. Peningkatan kerjasama antar wilayah antar sektor dalam rangka Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 6% 4% penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak 7% 3% keserasian kebijakan peningkatan kualitas perempuan dan anak 7% 3% peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak % 5% pengembangan wilayah transmigrasi Urusan SKPD PP dan PA Kantor PPPA PP dan PA Kantor PPPA PP dan PA Kantor PPPA Transmigrasi Disnaker Trans Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 27

187 No Sasaran Kebijakan Indikator Kinerja (outcome) Transmigrasi. pengembangan kawawasan Meningkatnya penyelenggaraan event-even seni budaya daerah dan pelestarian kekayaan budaya daerah. Meningkatnya partisipasi politik dalam pemilihan umum dan kesadaran bela negara. Meningkatnya keamanan, ketentraman dan ketertiban dilingkungan Peningkatan penyelenggaraan dan partisipasi event-event budaya di tingkat daerah, provinsi dan nasional, serta pelestarian kekayaan budaya. Peningkatan pendidikan politik masyarakat. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai wawasan kebangsaan Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan transmigrasi Berkembangnya dan tertanamnya nilainilai budaya lokal di masyarakat Terpeliharanya kelestarian kekayaan lokal, dikenalnya kekayaan budaya bone oleh masyarakat luas. Terpeliharanya kelestarian keragaman budaya local Meningkatnya peran parpol dalam pendidikan politik masyarakat Terwujudnya pengembangan budaya bangsa Terciptanya kerukunan umat beragama - Tersedianya tenaga pengendali keamanan dan kenyamanan lingkungan Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 3 kegiatan budaya 5 orang pelaksana Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 15 kegiatan budaya 25 orang pelaksana Urusan SKPD Pengembangan Nilai Budaya. Pengelolaan Kekayaan Budaya 2 obyek 1 obyek Pengelolaan Keragaman Budaya 1 Parpol 12 Parpol pendidikan politik masyarakat 15 Etnis 31 Etnis pengembangan wawasan kebangsaan 1% 1% kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan 1 orang 1 orang peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan Kebudayaan Disbudpar Kebudayaan Disbudpar Kebudayaan Disbudpar Kesbangpol dagri Kesbangpol dagri Kesbangpol dagri Kesbangpol dagri Badan Kesbang Badan Kesbang Badan Kesbang Badan Kesbang Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 28

188 No Sasaran Kebijakan Indikator Kinerja (outcome) masyarakat. - Pembangunan pos jaga/ ronda - Meningkatnya sinergi antara pimpinan daerah dan kepala organisasi daerah dalam menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan lingkungan - Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mencegah potensi ancaman dan gangguan kantibmas - Rakor Polkam tingkat kabupaten dan kecamatan Pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal. Peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat). - Pelaksanaan sosialisasi/ penyuluhan kepada masyarakat - Jumlah pelatihan pengendalian keamanan dan kenyamanan lingkungan - jumlah tenaga pengendali Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 6 unit 1% 1% 4 kali Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 24 unit 1% 1% 28 Kali 2 Kali 2 kali pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal 3 Kali 6 3 Kali 9 Urusan SKPD peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat). Kesbangpol dagri Kesbangpol dagri Kantor Satpol PP Kantor Satpol PP Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 29

189 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya pendapatan asli daerah dan meningkatnya status audit keuangan daerah oleh BPK. Meningkatnya kompetensi aparatur pemerintah daerah dan DPRD dalam Peningkatan pendapatan dan pengelolaan keuangan dan aset daerah. Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pembangunan daerah dan dan tindak lanjut hasil pengawasan. Peningkatan pendidikan kedinasan, peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur, tenaga pemeriksa Indikator Kinerja (outcome) keamanan lingkungan Trend Kenaikan PAD 1 % per tahun Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah Meningkatnya kompetensi aparatur pemerintah desa - Opini BPK RI terhadap laporan Keuangan Daerah - Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) per tahun - Rasio penyelesaian Tindak Lanjut BPK- RI sesuai dengan Rekomendasi Jumlah paket produser dan kebijakan pengawasan - Diklatpim II - Diklatpim III - Diklatpim IV - Diklat Teknis Fungsional Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 1% Rp ,- Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 5% Rp ,- Urusan SKPD peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah 1% 1% pembinaan dan fasilitasi pengelolaan WDP % 1 Paket Produser 27 Orang 15 Orang 916 Orang - WTP 125 9% 5 Paket Sistem dan Produser 16 Orang 24 Orang 4 Orang 1.4 Orang keuangan desa peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan pendidikan kedinasan Otonomi daerah Otonomi daerah Otonomi daerah Otonomi daerah Otonomi daerah DPKAD/ Dispenda Setda/ BPM DPKAD /Irda Irda BKDD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 3

190 No Sasaran Kebijakan menjalankan tugas dan fungsinya. Indikator Kinerja (outcome) dan pengawas. - Tugas Belajar - Izin Belajar Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah mengenai tugas dan fungsi DPRD. Jumlah tenaga aparatur fungsional pemeriksa yang bersertifikat - Persentase jumlah Perda atau Produk Hukum yang dihasilkan oleh DPRD sesuai usulan eksekutif atau legislatif (%) - Persentase jumlah Rapat Komisi dan alat kelengkapan dewan lain yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan Komisi. - Persentase jumlah Rapat Kerja yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan DPRD - Persentase jumlah Rapat dengar pendapat yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) 1 org 243 org Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 12 org 9 org Urusan SKPD peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur 13 orang 25 orang peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah Otonomi daerah Otonomi daerah Otonomi daerah BKDD Irda Set DPRD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 31

191 No Sasaran Kebijakan Terjalinnya kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjamin kepastian hukum dan terjalinnya kerjasama antar pemerintah daerah. Peningkatan pelayanan kedinasan Indikator Kinerja (outcome) sesuai usulan DPRD. - Persentase jumlah Rapat Paripurna yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan BAMUS DPRD. - Persentase jumlah rapat pimpinan yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan pimpinan DPRD. - Persentase jumlah Aspirasi Masyarakat yang sudah ditindak lanjuti oleh DPRD (%) - Jumlah perda inisiatif yang ditetapkan Mengatur Persiapan Tempat Acara Ditingkat Kab. & Kec. Meningkatnya pelayanan administrasi perkantoran Meningkatnya sarana dan prasarana Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) % 1% peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah % 1% Pelayanan Administrasi Perkantoran 1% 1% peningkatan sarana dan prasarana Urusan SKPD Otonomi daerah Setda Semua SKPD Semua SKPD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 32

192 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya pengelolaan arsip daerah secara baku Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan penanganan pengaduan masyarakat. Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah. Peningkatan pembentukan produk-produk hukum daerah sesuai kebutuhan. Peningkatan kapasitas arsiparis dan aparatur di SKPD dalam pengelolaan Indikator Kinerja (outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) aparatur aparatur Meningkatnya pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Meningkatnya proses pengadaan yang transparansi dan akuntabel Tertanganinya pengaduan masyarakat secara maksimal Tersedianya Dokumen LKPJ,LPPD dan ILPPD Kelembagaan daerah yang lebih baik sebagai wujud pelaksanaan tugas sesuaidengan struktur organisasidan rincian tupoksi Pengelolaan arsip secara baku 1% 1% peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 1% 1% optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi 8% 1% mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat 1% 1% peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah 1% 1% penataan Urusan SKPD peraturan perundangundangan 5/71 71/71 perbaikan sistem administrasi kearsipan Otonomi daerah Otonomi daerah Otonomi daerah Otonomi daerah Semua SKPD Setda Irda Setda kearsipan Badan Perpus, Arsip& PDE Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 33

193 No Sasaran Kebijakan Meningkatnya jaringan komunikasi dan informatika sesuai kebutuhan Meningkatnya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah Indikator Kinerja (outcome) arsip secara baku Peningkatan SDM pengelola kearsipan Peningkatan sarana prasarana teknologi informasi secara merata di SKPD dan ruang publik. - Rasionalisasi SKPD dan Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati kepada Camat Web site milik pemerintah daerah Pembinaan & PengembanganJarin gan Komunikasi & Infomasi Tersedianya informasi pembangunan daerah yangdapat dilihat dan diketahui masyarakat melalui pemberitaan media massa - Jumlah SKPD / Unit Kerja yang dirasionalisasi - Jumlah SK Pelimpahan kewenangan yang diterbitkan Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 1 16 penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah ada ada peningkatan kualitas pelayanan informasi kearsipan 84.76% 1% pengembangan komunikasi, informasi dan media massa 6 Media 75 Media kerjasama informasi dan media massa Sesuai hasil kajian 1 SK Urusan SKPD Reformasi Birokrasi kearsipan Badan Perpus, Arsip& PDE kearsipan Badan Komunikasi dan Informatika Komunikasi dan Informatika Perpus, Arsip& PDE Setda Setda Setda - Fasilitasi pemekaran wilayah Bone Selatan Terbentuknya Kabupaten Bone Selatan 1 Kabupaten Penataan Daerah Otonomi Baru Pemerintahan Umum Setda Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 34

194 No Sasaran Kebijakan Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan perencanaanperencanaan normatif lainnya sesuai kebutuhan. Penetapan prioritas penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah dan sektoral dengan mempertimbangkan amanat peraturan perundang-undangan serta kemendesakan kebutuhan. Indikator Kinerja (outcome) Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi dengan eksekutif-legislatif, lembaga donor dan Perguruan Tinggi Dokumen Masterplan sarana dan prasarana kawasan perkotaan Sosialisasi Kebijakan perencanaan pembangunan daerah Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten Dokumen Perencanaan Pembangunan Ekonomi Dokumen Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya Dokumen Perencanaan Fisik dan Prasarana/SDA Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) 8% 1% Kerjasama Pembangunan - 1 dok Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh - 5 kali Peningkatan Kapasitas Urusan SKPD Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah. 1 kali/thn 1 kali/thn Perencanaan Pembangunan Daerah. 1 dok 4 dok Perencanaan Pembangunan Ekonomi. 2 dok 4 dok Perencanaan Sosial Budaya. 1 dok 2 dok Perencanaan Prasarana Wilayah Dan Sumber Daya Alam. Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 35

195 No Sasaran Kebijakan Tersusunnya data dan informasi statistik daerah yang valid dan up to date sesuai kebutuhan. Peningkatan modifikasi dan penyempurnaan terhadap isi (jenis dan ragam data) serta upaya untuk up dating penyajian data dan informasi statistik daerah. Indikator Kinerja (outcome) Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (212) Capaian Kinerja Kondisi Kinerja Akhir RPJMD (218) - 1 % Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah Urusan SKPD Statistik Bappeda & Statistik Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VII - 36

196 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan yang bersifat indikatif sebagaimana tercantum pada Tabel 8.1 akan menjadi pedoman bagi SKPD dalam melakukan perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Renstra SKPD dan RKPD. Tabel 8.1 Indikasi Rencana Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Bone Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. PROGRAM PADA SETIAP SKPD Pelayanan Administrasi Perkantoran Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 78,378,544,39 78,577,984,28 9,828,131,12 97,139,458,56 112,561,7, ,278,985,782 43,447,942,266 36,712,189,645 47,225,28,598 53,871,838,7 61,944,961,8 7,44,569,949 7,298,664,754 5,564,927,517 7,175,296,967 8,773,248,531 1,459,143,349 11,826,727,889 24,54,366,66 32,774,976,655 32,897,14,34 3,7,747,46 35,43,43,124 4,32,572,57 3,577,571,223 3,525,89,391 3,53,611,142 4,423,623,924 4,753,563,516 5,375,115,374 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 1

197 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. URUSAN WAJIB 154,25,162, ,733,834, ,891,283, ,448,375, ,559,155, ,289,686, Pendidikan 52,663,524,34 63,5,135,862 72,141,356,751 81,634,557,94 92,739,483,819 14,865,628,41 Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Menengah Pendidikan Non Formal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Manajemen Pelayanan Pendidikan Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan 1,13,193,871 1,41,793,584 1,617,144,674 1,857,769,81 1,74,787,863 1,968,44,455 4,722,76,614 3,986,77,267 3,696,786,15 3,9,564,61 3,53,224,45 3,991,818, ,448,237 9,566,328 1,32,288,534 1,185,888,778 1,354,591,83 1,531,711,388 1,212,144,651 1,25,76,21 1,261,339,295 1,36,412,511 1,492,261,118 1,687,381,614 42,7,746,96 52,437,251,94 6,17,36,411 69,36,838,193 78,967,442,581 89,292,824,895 58,539,153 2,869,913,755 3,6,148,236 4,426,761,822 5,157,84,776 5,654,175,977 6,393,487,353 Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Badan Perpustakaa n, Arsip dan PDE 1.2 Kesehatan 27,639,691,543 37,512,628,313 4,333,921,681 47,399,917,142 51,66,224,948 58,353,993,25 Kemitraan Peningkatan 8,428,486 25,641,84 15,795,739 3,286,928 34,247,93 Dinas Kesehatan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 2

198 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pelayanan Kesehatan Obat dan Perbekalan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin Pencegahan dan Penanggulanga n Penyakit Menular Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Pus kesmas Pembantu dan Jaringannya Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru- Paru/Rumah Sakit Mata Pengawasan 9,313,675,185 2,841,194,35 7,779,344,426 5,227,84,489 11,55,718,299 13,1,147,673 44,951, ,824,95 69,51,253 14,215,31 158,549,152 61,315,68 33,923, ,529, ,428,124 1,191,468,6 1,347,258,32 5,355,479,622 22,458,263,183 13,354,27,146 26,152,718,57 16,261,446,835 18,387,711,154 4,463,695,711 1,236,177,965 3,12,662,611 1,911,284,47 3,855,921,16 4,36,11,693 46,868,85 141,598,567 38,77,462 26,54,354 57,341,56 64,838,682 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 3

199 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Obat dan Makanan Pengembangan Lingkungan Sehat Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak Perbaikan Gizi Masyarakat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Upaya Kesehatan Masyarakat Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru- Paru/Rumah Sakit Mata 295,14, ,95, ,9, ,655, ,321, ,363,76 157,1,497 89,93, ,648,19 139,2,57 279,666, ,234, ,131, ,75, ,845, ,961,97 676,692, ,173,874 95,411, ,816, ,659,62 359,712,66 723,33, ,99, ,3,488 1,2,95,516 1,513,99, ,934,835 1,56,171,853 1,764,172,12 396,588,25 1,316,975,54 3,331,185,491 2,7,141,313 4,191,494,86 4,739,553,49 4,194,418,896 7,215,661,81 7,96,637,69 9,26,484,125 1,21,111,498 11,534,957,13 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 4

200 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 1,58,78,96 176,82,7 345,713, ,41,77 388,37,53 438,775,35 Rumah Sakit Umum Daerah 1.3 Pekerjaan Umum Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Pembangunan Jalan dan Jembatan Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya Penyediaan dan Pengolahan Air Baku Rehabilitasi/Pe meliharaan Jalan dan Jembatan 4,766,297,751 5,847,755,921 6,6,512,939 7,458,392,92 8,431,888,139 9,534,399,71 713,631, ,411,5 284,571, ,511, ,747,273 54,215,83 215,669,74 3,571,55,91 3,877,159,747 4,726,918,235 5,596,128,76 6,327,85,115 1,228,664,194 1,58,256,325 1,841,323,453 1,881,31,882 1,854,777,45 2,97,298,743 29,58,9 23,219,761 24,467,158 24,994,677 32,228,983 36,443,81 2,578,753, ,317, ,99, ,935, ,5, ,592,48 Dinas PU dan SDA Dinas PU dan SDA Dinas PU dan SDA Dinas PU dan SDA Dinas PU dan SDA 1.5 Penataan Ruang 3,669,826,654 4,412,538,566 8,763,864,228 9,897,457,282 11,184,95,99 12,646,471,571 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 5

201 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Perencanaan Tata Ruang 214,526,11 235,746, ,35, ,48, ,152,483 57,881, ,715, ,592,434 31,736, ,474,34 399,894, ,182,581 3,326,584,878 4,21,2,19 8,3,821,954 9,19,52,578 1,335,49,11 11,686,47,66 Dinas Tarkim Dinas Tarkim Dinas Tarkim Perencanaan 1.6 Pembangunan Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Ekonomi Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam Perencanaan Sosial Budaya Kerjasama Pembangunan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan 3,7,625,727 3,713,356,13 4,19,462,29 4,732,349,144 5,347,157,825 6,46,325,64 1,947,243,59 2,199,578,531 2,475,69,845 2,788,2,535 3,141,99,65 3,551,813,249 Bappeda 413,399, ,968, ,571, ,89, ,854, ,48,869 Bappeda 21,178, ,247,35 255,766,12 288,41,23 324,519, ,951,759 Bappeda 25,387, ,834,35 318,327, ,496,536 43,898, ,79,847 Bappeda 18,782, ,433, ,882, ,345,45 175,657,634 Bappeda 195,417,686 22,741,86 248,441, ,791, ,227, ,445,54 Bappeda Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 6

202 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Daerah Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 27,24, ,312, ,243,688 34,213, ,698,166 Bappeda 1.7 Perhubungan 765,76,779 1,68,929,792 1,35,474,61 1,871,85,634 1,823,386,538 2,61,83,315 Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Peningkatan Pelayanan Angkutan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ 473,618,958 68,34, ,699,463 1,11,786, ,285,387 1,117,58,572 Dishub 255,25, ,141, ,64, ,84, ,331, ,956,343 Dishub 36,432,228 63,753,268 59,169,946 11,178,683 13,769, ,338,4 Dishub 1.8 Lingkungan Hidup Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 12,1,943,225 14,329,826,252 16,,17,61 18,69,151,638 2,281,745,38 22,933,683,161 7,298,262,114 8,49,742,48 9,49,43,948 1,542,686,336 11,925,953,448 13,485,33,639 KPKPP 33,262, ,435, ,62,78 42,13,387 43,133, ,375,299 BLHD 1,89,944,973 2,71,424,669 2,559,697,366 2,753,469,13 3,1,928,881 3,56,39,615 BLHD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 7

203 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Peningkatan Pengendalian Polusi Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 1,71,236,34 2,26,99,154 2,54,688,73 2,694,296,169 3,34,289,24 3,431,37,269 BLHD 96,6, ,823, ,834,433 92,335,38 1,16,2,569 1,149,73,82 BLHD 694,231,3 76,491, ,772, ,234, ,239,86 875,475,537 BLHD 1.1 Kependudukan dan Catatan Sipil Penataan Administrasi Kependudukan 1,845,956,591 1,65,12,73 3,113,294,663 3,434,741,83 3,861,62,313 4,366,546,21 1,845,956,591 1,65,12,73 3,113,294,663 3,434,741,83 3,861,62,313 4,366,546,21 Disdukcapil Pemberdayaan 1.11 Perempuan Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak 3,715,3,724 4,92,37,568 4,535,265,935 4,488,157,79 4,95,557,685 5,546,983, ,26, ,725,17 671,493, ,96,113 96,852,443 1,86,488,635 KPPPA Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 8

204 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. dan Perempuan Penguatan Kelembagaan Pengarusutam aan Gender dan Anak Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Jender dalam Pembangunan 1,78,858,988 1,898,357,17 1,837,52,395 2,185,445,16 2,388,692,374 2,71,25,675 KPPPA 1,332,118,418 1,5,225,29 2,26,252,287 1,423,615,951 1,556,12,867 1,759,469,219 KPPPA 1.12 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi Remaja Pelayanan Kontrasepsi Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR 3,576,437,99 7,628,515,893 7,691,267,57 9,697,52,952 1,858,548,659 12,278,357,413 2,579,584,843 2,748,424,259 2,746,391,647 2,972,214,684 3,848,26,28 4,351,174,397 Badan KBKS 547,165, ,513, ,337, ,345, ,377, ,325,887 Badan KBKS 4,425,648,972 4,3,675,669 5,789,764,976 6,2,116,387 6,87,276,275 Badan KBKS 449,687,94 1,929,137 22,862,6 294,195, ,28,388 42,58,855 Badan KBKS 1.13 Sosial 3,778,423,4 4,956,839,211 5,58,78,336 6,37,844,63 7,176,685,472 8,115,72,469 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 9

205 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Pembinaan Anak Terlantar Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo Pembinaan Para 485,298, ,371, ,1, ,23, ,764,61 Dinkesos 1,876,79,146 2,785,613,576 2,938,857,6 3,136,69,947 3,48,274,283 3,935,337,299 Dinkesos 889,261,515 85,11, ,697,73 1,24,451,772 1,415,464,64 1,6,543,578 Dinkesos 187,67, ,854,486 29,429, ,13, ,621, ,667,421 Dinkesos 262,651,8 237,796, ,21, ,745, ,69, ,734,39 Dinkesos 187,67, ,457,96 129,29,95 123,255, ,89, ,69,877 Dinkesos 375,215, ,78, ,859,79 58,27, ,242, ,334,843 Dinkesos Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 1

206 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Penyandang Cacat dan Trauma 1.14 Tenaga Kerja 7,191,957,816 8,847,553,922 9,878,387,95 11,1,49,46 12,431,82,524 14,57,321,975 Peningkatan Kesempatan Kerja Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaa n 36,62, ,11,28 451,68, ,842,521 7,449,11 792,36,171 4,334,573,816 5,773,31,627 6,436,516,758 6,778,942,45 7,25,285,489 8,147,412,79 2,551,321,111 2,521,232,266 2,99,261,873 3,767,75,12 4,526,68,24 5,117,873,725 Disnakertra ns Disnakertra ns Disnakertra ns 1.15 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah 2,916,261,178 3,675,155,261 4,46,31,13 5,125,181,782 5,913,62,296 6,686,855,295 17,13, ,777, ,11,83 217,557, ,4,71 1,238,31,66 1,364,636,391 1,53,145,187 1,661,351,521 1,878,581,421 Diskop dan UMKM Diskop dan UMKM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 11

207 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 1,577,429,67 978,41,718 1,347,994,483 1,521,255,37 1,76,241,493 1,99,41,743 1,338,831,57 1,351,429,85 1,597,623,91 1,919,679,395 2,274,469,344 2,571,867,421 Diskop dan UMKM Diskop dan UMKM Penanaman 1.16 Modal Daerah Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Daerah 4,82,538,366 4,921,149,876 5,555,312,164 6,275,899,863 7,93,835,926 8,21,389, ,178, ,471,42 366,284, ,795, ,725, ,882,853 KPPM 2,691,783,538 3,244,714,24 3,662,843,185 4,137,955,954 4,677,254,457 5,288,828,529 KPPM 1,121,576,474 1,351,964,252 1,526,184,66 1,724,148,314 1,948,856,24 2,23,678,554 KPPM 1.17 Kebudayaan 3,198,493,29 3,723,6,75 3,818,759,431 4,291,628,95 4,611,632,314 5,214,625,967 Pengelolaan Kekayaan 98,822,983 1,119,233,559 1,124,542,655 1,327,566,154 1,399,331,179 1,582,3,627 Disbudpar Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 12

208 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Budaya Pengelolaan Keragaman Budaya Pengembangan Nilai Budaya 1,56,77,911 1,165,868,291 1,249,491,838 1,335,915,627 1,496,14,254 1,691,767,966 Disbudpar 1,232,899,396 1,437,94,225 1,444,724,938 1,628,147,17 1,716,16,88 1,94,557,373 Disbudpar Pemuda dan 1.18 Olah Raga Pembinaan dan Pemasyarakata n Olahraga Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda 1,522,544,3 4,88,888,656 4,75,96,35 5,643,414,385 6,584,422,1 7,445,367, ,281,175 1,569,76,5 1,387,818,163 1,365,288,44 1,58,956,559 1,787,674,49 Dispora 195,187, ,678, ,657, ,316,28 28,784,915 Dispora 223,751,51 84,191,71 71,79,43 7,624,943 81,781,253 92,474,554 Dispora 42,323,925 3,52,223,516 2,727,291,632 3,74,789,131 4,29,18,287 4,85,959,291 Dispora 175,398,64 336,517, ,54,42 383,349, ,474,472 Dispora Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 13

209 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan Pendidikan Politik Masyarakat Pengembangan Wawasan Kebangsaan Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Peningkatan Pemberantasa n Penyakit Masyarakat (pekat) 3,53,63,94 4,371,671,79 4,798,462,461 5,421,888,987 6,24,749,619 7,16,51,213 97,87,98 96,64,2 129,924, ,777, ,97,61 187,6, ,626,717 1,13,923, ,72,71 44,121, ,79, ,517,73 174,186, ,932, ,236,33 261,23,33 295,276, ,885,27 2,74,21,772 2,849,197,487 3,734,814,71 4,219,263,1 4,769,158,226 5,392,749, ,719,114 24,13, ,765,914 39,496,92 517,617,81 585,298,879 Badan Kesbang Badan Kesbang Badan Kesbang Badan Kesbang Kantor Satpol PP 1.2 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Kerjasama Informasi dengan Mass 1,653,453,991 14,88,189,3 15,27,168,4 17,952,217,542 19,856,687,361 22,453,47,98 273,75,919 31,955,457 32,223,2 368,92, ,131,389 45,189,3 Sekretariat Daerah Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 14

210 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Media Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa Penataan Daerah Otonomi Baru Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Penataan Peraturan Perundangundangan Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Peningkatan 95,39, ,4, ,266, ,592,95 177,264,173 2,442,337 36,582,995 76,8,678 73,165,99 73,614,529 9,989, ,751, ,625,437 27,676,746 26,851,918 3,86,258 37,187,277 43,271,87 48,929,89 47,557,893 52,634,388 65,57,262 75,71,84 85,6, ,43, ,173,5 684,44,64 295,549, ,47, ,766,219 15,691, ,669, ,16,58 142,324, ,267, ,831,379 65,25,27 65,172,65 73,49,537 88,843,281 11,629, ,918,245 Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 15

211 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Kerjasama antar Pemerintah Daerah Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH Penyelesaian Konflik-konflik Pertanahan Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Peningkatan dan 1,85,231,931 2,467,413,257 2,624,647,7 3,122,254,646 3,51,441,466 3,959,272, ,533,69 21,26, ,683, ,242,264 32,277,15 362,154,813 46,54,633 46,916,29 49,564,662 58,478,331 64,953,65 73,446,69 3,93,336,654 3,92,4,181 3,583,562,262 5,6,926,63 5,663,291,98 6,43,795,237 22,321,33 26,96,449 3,373,739 34,313,561 38,785,637 43,857,5 DPKAD 45,465, ,997, ,97, ,479, ,73, ,76,397 DPKAD Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 16

212 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Mengintensifka n Penanganan Pengaduan Masyarakat Peningkatan Profesionalism e Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH Pendidikan Kedinasan Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah 44,894,583 43,985,639 52,581,378 54,611,539 61,752, ,674,4 271,782, ,42, ,992,51 369,328, ,62,465 2,646,5,117 3,221,754,647 3,378,799,825 4,25,491,979 4,256,762,55 4,813,355, ,582,25 1,221,667,48 1,697,942,116 1,565,993,29 1,925,415,375 2,177,172,925 BKDD Inspektorat Daerah Inspektorat Daerah Inspektorat Daerah 883,57,928 1,72,476,198 1,198,299,697 1,334,827,74 1,488,599,545 1,683,241,273 Dispenda 1.22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 3,16,316,544 5,773,521,844 5,557,68,493 5,685,113,1 6,394,194,155 7,23,266,555 2,733,246,741 5,744,65,1 5,247,347,34 5,129,989,723 5,714,37,831 6,461,176,44 BPM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 17

213 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan Peningkatan Peran Perempuan di Perdesaan 427,69,83 29,456,744 39,721, ,123,278 68,156, ,9,116 BPM 1.23 Statistik 356,32,441 42,494, ,3,862 51,167,57 574,779, ,934,69 Pengembangan Data/Informasi /Statistik Daerah 356,32,441 42,494, ,3,862 51,167,57 574,779, ,934,69 Bappeda 1.24 Kearsipan 18,865, ,267, ,849,19 45,478, ,37, ,563,211 Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsi p Daerah Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan 39,896,855 33,131,685 95,921, ,38,67 182,983,41 26,98,976 13,199, ,169, ,455, ,486, ,89, ,194,943 37,769,23 41,966,81 16,472, ,61,76 162,244, ,459,292 Badan Perpustakaa n, Arsip dan PDE Badan Perpustakaa n, Arsip dan PDE Badan Perpustakaa n, Arsip dan PDE URUSAN PILIHAN 34,286,911,19 43,377,824,124 47,424,653,573 55,66,184,938 62,595,288,185 7,779,93,621 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 18

214 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. 2.1 Pertanian 16,66,778,338 2,147,862,274 22,91,296,468 26,34,76,655 29,47,821,933 33,253,39,589 Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perk ebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perk ebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perk ebunan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perk ebunan Lapangan Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perk ebunan 22,485,46 139,643,982 56,967,868 64,357,254 72,744,914 82,256,67 1,423,592 41,2,672 46,92,34 53,6,446 59,914,76 67,748,91 5,242,54,18 6,161,587,267 7,5,851,933 7,965,428,292 9,3,56,65 1,18,819,918 5,278,973 83,337,533 95,365,136 17,735,88 121,776, ,699,2 1,28,466, ,917,96 2,157,546,194 2,217,173,41 2,475,155,56 2,798,794,287 BP4K 351,37, ,24,328 98,44,53 1,59,564,623 1,523,172,619 1,722,334,946 BP4K 414,16, ,642,276 66,434, ,586,39 861,167,473 BP4K 3,28,357,764 3,765,92,897 2,546,472,284 2,759,672,827 3,331,94,14 3,767,67,694 BP4K Dinas Pertanian Dinas Pertanian Dinas Pertanian Dinas Pertanian Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 19

215 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perk ebunan Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Peningkatan Produksi Pertanian/Perk ebunan Pencegahan dan Penanggulanga n Penyakit Ternak Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan Peningkatan Penerapan Teknologi Petemakan Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perk ebunan 276,16, ,266,75 122,652, ,757, ,939,714 BP4K 454,22, ,738, ,189, ,875,65 BP4K 98,134,326 1,171,67,627 1,39,298,785 1,463,689,18 1,635,668,689 1,849,54, ,114, ,47,483 1,112,93,967 1,244,135,666 1,39,318,385 1,572,19, ,33, ,43, ,62, ,42, ,695, ,978,36 1,47,21,488 1,756,61,44 1,963,948,177 2,195,533,527 2,453,53,33 2,774,31,647 2,912,371,874 3,672,652,457 4,175,389,798 4,712,542,76 5,284,838,241 5,975,856,887 Dinas Peternakan Dinas Peternakan Dinas Peternakan Dinas Peternakan Kantor Ketapan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 2

216 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. 2.2 Kehutanan 4,532,979,328 6,28,11,217 4,962,491,935 7,892,479,554 8,21,55,469 9,69,848,4 Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Pemantapan Kawasan Hutan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan 128,781,297 6,376, 198,24,419 74,93, ,83,91 336,743,239 Dishutbun 13,814, ,55,873 99,96,86 446,75,865 55,114,858 Dishutbun 5,313,333 24,625,233 87,668,269 36,342,731 47,459,319 Dishutbun 4,44,198,3 6,38,66,219 4,147,291,411 7,629,974,281 6,916,22,964 7,82,53,588 Dishutbun 2.3 Energi dan Sumber Daya Mineral Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrik an Inventarisasi dan Pengembangan 1,41,161,557 1,255,3,966 1,416,76,1 1,6,53,133 1,89,126,724 2,45,678,959 28,232, ,6, ,352,2 32,16,27 361,825,345 49,135,792 Dinas ESDM 28,232, ,6, ,352,2 32,16,27 361,825,345 49,135,792 Dinas ESDM 28,232, ,6, ,352,2 32,16,27 361,825,345 49,135,792 Dinas ESDM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 21

217 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Potensi dan Teknologi Geologi, Pertambangan dan Air Bawah Tanah Penataan Wilayah dan Usaha Konservasi Lingkungan, Geologi, Pertambangan, dan Air Bawah Tanah Pengembangan Energi Alternatif 28,232, ,6, ,352,2 32,16,27 361,825,345 49,135,792 Dinas ESDM 28,232, ,6, ,352,2 32,16,27 361,825,345 49,135,792 Dinas ESDM 2.4 Pariwisata 2,347,44,45 2,953,533,3 3,748,475,515 4,191,435,278 4,928,462,14 5,572,882,713 Pengembangan Destinasi Pariwisata Pengembangan Kemitraan Pengembangan Pemasaran Pariwisata 1,49,27,881 1,865,389,265 2,342,797,197 2,922,315,433 3,52,33,1 3,98,63,59 Disbudpar 387,482, ,347, ,885, ,715, ,57, ,61,339 Disbudpar 55,929,91 621,796, ,792, ,44, ,74, ,641,865 Disbudpar 2.5 Kelautan dan Perikanan Optimalisasi 5,157,691,78 6,263,946,668 7,48,17,611 7,648,812,679 8,995,524,99 1,171,733,21 372,55,25 4,6,79 476,39, ,918, ,644,16 692,75,43 Dinas Perikanan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 22

218 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan Pengembangan Budidaya Perikanan Pengembangan Perikanan Tangkap Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan 65,676, ,812, ,587,255 1,54,8,95 1,69,85,994 1,29,688,41 272,746,48 293,341,87 348,546, ,88, ,577,458 57,231,172 2,265,86,535 2,531,75,739 3,8,275,338 39,612,327 3,87,739,6 4,376,857,269 1,557,646,599 2,285,78,279 2,32,241,275 4,145,587,364 2,912,118,257 3,292,892,72 38,985,999 53,362,66 63,417,73 114,85,51 81,639,17 92,313,894 dan Kalautan Dinas Perikanan dan Kalautan Dinas Perikanan dan Kalautan Dinas Perikanan dan Kalautan Dinas Perikanan dan Kalautan Dinas Perikanan dan Kalautan 2.6 Perdagangan 3,541,693,586 5,64,324,276 5,797,885,49 6,55,17,621 7,21,14,64 8,152,86,76 Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan 83,973,541 81,352,422 91,873,658 27,889,388 31,536,63 Disperindag Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 23

219 Kode Indikator Kinerja (Outcome) Kondisi Kinerja Awal RPJMD (Tahun 212) Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja pada akhir periode SKPD Penanggung jawab Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Trg Rp. Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan 3,46,21,258 4,918,45,239 5,16,794,256 5,828,235,193 7,76,932,236 8,2,276,5 Disperindag 135,483,328 61,9, ,738, ,98,769 15,282,44 119,48,638 Disperindag 2.7 Perindustrian 1,4,17,549 1,267,76,54 1,343,331,864 1,517,63,781 1,931,34,127 2,183,872,368 Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi 255,27,441 5,2, ,87, ,327, ,764,63 922,429,845 Disperindag 637,568,62 686,183, ,87,27 821,12,82 997,45,625 1,127,414,255 Disperindag 111,574,55 81,574,297 86,436,948 97,615, ,529,9 134,28,268 Disperindag 2.8 Transmigrasi 54,995, ,256,18 197,34, ,139, ,853,754 33,15,71 Pengembangan Wilayah Transmigrasi 54,995, ,256,18 197,34, ,139, ,853,754 33,15,71 Jumlah 266,87,618, ,689,642, ,144,68,272 41,248,18, ,715,514, ,348,63,384 Lain-lain 177,913,745,43 214,459,761, ,96,45, ,498,679,12 39,143,676, ,565,735,589 Disnakertra ns Total 444,784,363, ,149,44,972 65,24,113, ,746,697,81 772,859,19,72 873,914,338,973 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera VIII - 24

220 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah Kabupaten Bone disusun dengan mendasarkan pada capaian masing-masing indikator kinerja selama kurun waktu tahun Indikator kinerja ini menjadi target bagi SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Bone dalam melaksanakan berbagai program pembangunan daerah. Indikator kinerja daerah sekaligus menjadi indikator kinerja utama (IKU) atau indikator kinerja kunci (IKK) bagi SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Bone. Indikator kinerja ini menjadi dasar dalam penganggaran pembangunan daerah yang akan diacu setiap tahunnya dalam penyusunan RKPD dan Renja SKPD. Pencapaian indikator kinerja daerah ini menjadi acuan dalam melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah setiap tahunnya. Indikator kinerja daerah dikelompokkan berdasarkan aspek dan fokus pembangunan, terdiri indikator agregat dan indikator makro pembangunan daerah, serta indikator urusan pembangunan daerah, seperti tercantum pada Tabel 9.1 Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 1

221 Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Bone No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1) Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2) Pertumbuhan ekonomi (%) 7,69 7,14 7,2 7,6 7,34 7,2 7,14 7,14 3) Laju inflasi (%) 7,56 6,78 7,25 6,35 6, 5,77 5,5 5,5 4) PDRB Konstan Th. 2 (juta) ) PDRB berlaku (juta) ) PDRB per kapita (ADHB) ) Persentase penduduk diatas garis kemiskinan (%) 11,24 1,19 9,23 8,25 7,43 6,71 6, 6, SKPD 1. Fokus Kesejahteraan Sosial IPM 2. Angka usia harapan hidup Angka melek huruf Angka rata-rata lama sekolah 71,42 72,4 72,65 73,3 73,93 74,57 75,21 75,21 Dinas Pendidikan 72,5 Dinas 7,8 7,5 71, 71,5 72, 72,5 72,5 Pendidikan 86,94 87,74 88,8 89,48 9,44 91,33 92,17 92,17 Dinas Pendidikan 6,95 7,13 7,32 7,47 7,7 7,88 8,8 8,8 Dinas Pendidikan 5. IPG 61,92 62,75 63,74 64,53 65,43 66,36 67,28 67,28 KPP& PA 6. IDG 68,31 7,62 73,22 74,98 78,6 8,47 83,11 83,11 KPP& PA 1. Pendidikan 1) APK TK/RA 5-6 Tahun (%) % 65.17% 7% 72.28% 73% 73% 73% Dinas Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 2

222 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Pendidikan 2) APK PAUD Formal + Non 24.27% 36.9% 4.8% 45% 44.75% 47.74% 47.74% 47.74% Dinas Formal( 4-6 TH) Pendidikan 3) APK PAUD Formal + Non 52.11% 6.8% 65.18% 7.16% 75% 84.9% 84.9% 84.9% Dinas Formal ( -6 TH) Pendidikan 4) APK SD/MI (%) 17,29 17,9 16,83 16,37 15,91 15,45 15,45 15,45 Dinas Pendidikan 5) APM SD/MI (%) 99,21 99,21 99,37 99,53 99,69 99,85 99,85 99,85 Dinas Pendidikan 6) Angka Putus Sekolah SD/MI,13.13,12,11,1,1,1,1 Dinas (%) Pendidiakn 7) Rasio Rang Kelas/Rombel Dinas Pendidikan 8) Angka Melanjutkan Ke 93,6 93,6 94,28 94,96 95,64 96,32 96,32 96,32 Dinas SMP/MTs (%) Pendidikan 9) Setiap sekolah memiliki 93, ,71 9,71 Dinas minimal 6 ruang kelas (%) Pendidikan 1) Setiap sekolah memiliki 43, ,74 54,4 59,34 64, ,64 Dinas Pendidikan ruang guru lengkap dengan prabotnya (%) 11) Setiap sekolah memiliki perpustakan lengkap dengan prabotnya (%) 12) Setiap ruang kelas dalam kondisi baik dan layak dipergunakan (%) 13) Rasio siswa / buku / matapelajaran 1:1 (%) 14) Setiap sekolah memiliki alat peraga IPA (%) 15) Setiap Sekolah memiliki 1 judul buku pengayaan dan SKPD Dinas Pendidikan 87, Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 3

223 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD 1 buku referensi (%) 16) APK SMP/MTs (%) 89, Dinas Pendidikan 17) APM SMP/MTs (%) 8, Dinas Pendidikan 18) Angka Putus Sekolah < Dinas SMP/MTs (%) Pendidikan 19) Rasio Ruang Kelas/Rombel Dinas Pendidikan 2) Angka Melanjutkan ke 92, Dinas SMA/SMK/MA (%) Pendidikan 21) Setiap sekolah memiliki Dinas Pendidikan ruang guru lengkap dengan prabotnya (%) 22) Setiap sekolah memiliki perpustakan lengkap dengan perabotnya (%) 23) Setiap sekolah memiliki Lab IPA lengkap dengan perabotnya (%) 24) Setiap sekolah memiliki Lab Komputer lengkap dengan perabotnya (%) 25) Setiap ruang kelas dalam kondisi baik dan layak dipergunakan (%) 26) Rasio siswa / buku / matapelajaran 1:1 (%) 27) Setiap sekolah memiliki alat peraga IPA (%) 28) Setiap Sekolah memiliki 2 judul buku pengayaan dan SKPD Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan 86, Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 4

224 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD 2 buku referensi(%) 29) APK SMA/MA/SMK (%) 63, Dinas Pendidikan 3) APM SMA/MA/SMK (%) 54, Dinas Pendidikan 31) Angka Putus Sekolah Dinas SMA/MA/SMK (%) Pendidikan 32) Rasio Ruang Kelas/Rombel Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan 33) Setiap sekolah memiliki ruang guru lengkap dengan prabotnya (%) 34) Setiap sekolah memiliki perpustakan lengkap dengan prabotnya (%) 35) Setiap sekolah memiliki Lab IPA lengkap dengan perabotnya (%) 36) Setiap sekolah memiliki Lab Komputer lengkap dengan prabotnya (unit) 37) Setiap ruang kelas dalam kondisi baik dan layak dipergunakan (%) 38) Rasio siswa / buku / matapelajaran 1:1 (%) 39) Setiap sekolah memiliki alat peraga IPA (%) 4) Setiap Sekolah memiliki 2 judul buku pengayaan dan 2 buku referensi(%) SKPD Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 5

225 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD ) Angka Kelulusan Paket A (%) 1,435 1,435 1,248 1, Dinas Pendidikan 42) Angka Kelulusan Paket B (%) 6,17 6,17 5,36 3,92 2,768 1,634 1,634 1,634 Dinas Pendidikan 43) Angka Kelulusan Paket C (%) 3,272 3,272 2,817 2,362 1,97 1,452 1,452 1,452 Dinas Pendidikan 43 i Gerakan Kembali Sekolah - 2 Kec 5 Kec 1 Kec 15 Kec 27 kec 27 kec 27 kec Dinas Pendikan 44) Jumlah Sekolah Dasar yang di Re-Grouping (unit) SKPD Dinas Pendidikan 45) Pendidikan Dasar (SD/MI) a. Kepala Sekolah Dinas Pendidikan berkualifikasi S-1 b. Kepala Sekolah yang Dinas memiliki sertifikasi pendidik Pendidikan c. Pengawas sekolah yang Dinas berkualifikasi S-1 Pendidikan d. Pengawas sekolah yang Dinas memiliki sertifikasi pendidik Pendidikan e. Guru yang memiliki Dinas Kualifikasi S-1 Pendidikan f. Guru yang memiliki Dinas Sertifikasi pendidik Pendidikan g. TOP Sport bagi 3 Kec 5 kec 1 Kec 15 Kec 2 Kec 27 kec 27 kec 27 kec Dinas guru pendidikan jasmani Pendidikan 46) SMP/MTs a. Kepala Sekolah Dinas berkualifikasi S-1 Pendidikan b. Kepala Sekolah yang Dinas memiliki sertifikasi pendidik Pendidikan c. Pengawas sekolah yang Dinas Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 6

226 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun berkualifikasi S-1 Pendidikan d. Guru yang memiliki Kualifikasi S-1 e. Guru yang memiliki Sertifikasi pendidik f. Guru yang mengajar 24 jam 5 Pendidikan Menengah a. Kepala Sekolah berkualifikasi S-1 b. Kepala Sekolah yang memiliki sertifikasi pendidik c. Pengawas sekolah yang berkualifikasi S-1 d. Pengawas sekolah yang memiliki sertifikasi pendidik e. Guru yang memiliki Kualifikasi S-1 f. Guru yang memiliki Sertifikasi pendidik 2. Kesehatan 1) Rasio Posyandu per 1 Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 Dinas Kesehatan Balita 2) Cakupan Puskesmas dan,32,46,59,73, Dinas Pustu (per 1 penduduk) Kesehatan 3) BOR RSUD RSUD 4) ALOS RSUD RSUD 5) TOI RSUD RSUD 6) BTO RSUD RSUD 6) Persentase tingkat RSUD/ Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 7

227 No Indikator kecukupan ketersediaan obat di RSUD dan Puskesmas (%) 7) Cakupan TTU yang memenuhi syarat (%) 8) Rasio dokter per satuan penduduk (per 1 penduduk) 9) Rasio Tenaga Medis (per 1 penduduk) 1) Persentase RS swasta yang menjalin kerjasama dengan Pemda (%) 11) Cakupan pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin (%) 12) Cakupan pelayanan Kesehatan rujukan Pasien Masyarakat Miskin (%) 13) Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (%) 14) Cakupan Desa Siaga Aktif (%) 15) Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Imunization) (%) 16) AFP rate per 1. penduduk< 15 tahun 17) Penemuan penderita Pneumonia balita (%) 18) Penemuan pasien baru TB BTA posistif (%) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Dinas Kesehatan 87,9 89,67 91,45 93, Dinas Kesehatan,11,29,47,64, Dinas Kesehatan,76,81,86,9, Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan 89,79 93,2 96, Dinas Kesehatan 2 < 1,5 < 1,5 < 1,5 < 1,5 < 1,5 < 1,5 <1,5 Dinas Kesehatan 33 44,4 55,8 67,2 71, Dinas Kesehatan 49,12 56,1 63, 7 72, Dinas Kesehatan Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 8

228 No Indikator 19) Penderita DBD yang ditangani (%) 2) Penemuan penderita Diare (%) 21) Penemuan dan penanganan HIV AIDs (%) 22) Angka usia harapan hidup (tahun) 23) Angka kelangsungan hidup bayi (per 1. kelahiran) 24) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) (%) 25) Cakupan Ibu Hamil dengan komplikasi yang ditangani (%) 26) Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (%) 27) Cakupan pelayanan ibu nifas (%) 28) Cakupan neonatal dengan 29) komplikasi yang ditangani (%) Cakupan kunjungan bayi (%) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Dinas Kesehatan 89, Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan 7,8 7,5 71, 71,5 72, 72,5 72, Dinas Kesehatan 996,8 996, ,1 997,2 997,3 997,4 997,4 Dinas Kesehatan 98,1 98,2 98,4 98,6 98, Dinas Kesehatan 61,28 72,52 83,76 96, 97, Dinas Kesehatan 61,28 72,52 83,76 96, 97, Dinas Kesehatan 93,43 94, 94,5 95, 97, Dinas Kesehatan 62,69 71,8 8,9 9 92, Dinas Kesehatan 96,83 97,2 97, , Dinas Kesehatan 3) Persentase Balita gizi kurang,15 <,1 <,1 <,1 <,1 <,1 <,1 <,1 Dinas (%) Kesehatan 31) Prevalensi Balita Stunting Dinas (%) Kesehatan 32) Cakupan Pelayanan Anak 55,92 68,9 82, 95 96, Dinas Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 9

229 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Balita (D/S) (%) Kesehatan 33) Persentase Balita Gizi Buruk,5 <,5 <,5 <,5 <,5 <,5 <,5 <,5 Dinas (%) Kesehatan 34) Cakupan Balita Gzi Buruk mendapat perawatan (%) 35) Bayi Usia -6 Bulan yang mendapat ASI Eksklusif (%) 36) Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anakusia 6-24 bulan keluarga miskin (%) 37) Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat (%) 38) Rasio Posyandu per 1. balita 3. Pekerjaan Umum 1) Panjang jalan dalam kondisi SKPD Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan 95, Dinas Kesehatan 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 17,84 Dinas Kesehatan Dinas PU & SDA Baik (Km) 2) Panjang jalan dalam kondisi Dinas PU Sedang (Km) & SDA 3) Panjang jalan dalam kondisi Dinas PU Rusak Ringan (Km) & SDA 4) Panjang jalan dalam kondisi Dinas PU Rusak Berat (Km) & SDA 5) Panjang Jembatan dalam Dinas PU kondisi Baik (Km) & SDA 6) Panjang Jembatan dalam Dinas PU kondisi Sedang (Km) & SDA 7) Panjang Jembatan dalam Dinas PU kondisi Rusak Ringan (Km) & SDA 8) Panjang Jembatan dalam Dinas PU Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 1

230 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun kondisi Rusak Berat (Km) & SDA 4. Perumahan 1) Berkurangnya kawasan kumuh di wilayah perkotaan (%) 2) Berkurangnya jumlah rumah tidak layak huni (%) 5. Penataan Ruang 1) Jumlah rencana detail tata ruang kota yang telah disusun (buah) 2) tersedianya buku pedoman rencana detail tata ruang kawasan (paket) 3) Terlaksananya Informasi Pemanfaatan Ruang Dalam Kecamatan,Kelurahan/Desa 4) terlaksananya pengawasan pemanfaatan ruang dalam wilayah Kab. Bone. (Kecamatan) 6. Perencanaan 1) Hasil Evaluasi RKPD (dokumen) 2) Hasil Evaluasi RPJMD (dokumen) 3) Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA (dokumen) 4) Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg - Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Dinas Tarkim Dinas Tarkim Dinas Tarkim Dinas Tarkim Dinas Tarkim Dinas Tarkim Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 11

231 No Indikator telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA (dokumen) 5) Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA (dokumen) 6) Penjabaran RPJMD kedalam RKPD (%) 7) Persentase ketersediaan dokumen perencanaan bidang ekonomi sesuai amanat pemerintah (%) 8) Persentase ketersediaan dokumen perencanaan sosial budaya sesuai amanat pemerintah (%) 9) Persentase ketersediaan dokumen perencanaan prasarana wilayah dan SDA sesuai amanat pemerintah (%) 7. Perhubungan 1) Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 2) Jumlah arus penumpang angkutan umum 3) Rasio ijin trayek per jumlah penduduk Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Dinas Perhubung an Dinas Perhubung an Dinas 4) Sosialisasi/penyuluhan 1 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 1 kali 1 kali Dinas Perhubung an Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 12

232 No Indikator ketertiban lalu lintas dan angkutan 5) Kegiatan uji kelayakan saran transportasi guna keselamtan penumpang 6) Pemasangan Rambu-rambu pada titik rawan kecelakaan (%) 7) Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) 8) Jumlah uji kir angkutan umum (buah) 8. Lingkungan Hidup 1) Pelayanan pencegahan pencemaran air (%) 2) Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup (%) 3) Pencemaran status mutu air (%) 4) Penegakan hukum lingkungan (%) 5) Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak (%) 6) Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Perhubung an 1 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 2 kali 1 kali 1 kali Dinas Perhubung an Dinas Perhubung an 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan Dinas Perhubung an Dinas Perhubung an 75, 8, 85, 9, 95, 1, 1, 1, BLHD 57, 77, 85, 1, 1, 1, 1, 1, BLHD 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, BLHD 67, 82, 97, 1, 1, 1, 1, 1, BLHD 22, 27, 32, 37, 42, 47, 52, 52, BLHD 28, 4, 52, 64, 76, 88, 1, 1, BLHD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 13

233 No Indikator Sumber Mata Air (%) 7) Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL (%) 8) Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL- UPL (%) 9) Luas kerusakan kawasan mangrove (ha) 1) Persentase luas Ruang Terbuka Hijau wilayah perkotaan (ha) 11) Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa (%) 12) Persentase volume sampah perkotaan yang terkelola melalui 3R (%) 9. Kependudukan Dan Catatan Sipil 1) Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-ktp) (%) Kepemilikan Kartu Keluarga (%) 1. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 1) Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender (Klp) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, BLHD 6, 65, 7, 75, 8, 85, 9, 95, BLHD 745, 695, 645, 595, 545, 495, 445, 445, BLHD 15, 2, 25, 3, 35, 4, 45, 45, BLHD 25, 35, 45, 6, 75, 75, BLHD 3, 3, 7, 7, 7, 8, 9, 9, BLHD 79,72 81,72 86,72 91,72 96, Disduk Capil Disduk Capil KPP & PA Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 14

234 No Indikator 2) Peningkatan Peranan Wanita Munuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) (Klp) 3) Fasilitasi Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) (Orang 4) Peningkatan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan anak (orang) 5) Meningkatnya pengetahuan siswa sekolah dasar dan menengah mengenai permasalahan anak dan remaja (orang) 6) Meningkatnya pemahaman anak sekolah menenga mengenai pencegahan narkoba (orang) 7) Penyusunan Profil Statistik dan Analisis Gender 8) Pengembangan Restorative Jastice Anaka yang berhadapan dengan hukum (orang) 9) Fasilitas Pembentukan Forum Anak 11. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 1) Rata-rata jumlah anak per keluarga Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD KPP & PA KPP & PA KPP & PA KPP & PA KPP & PA Profil 1 Profil 1 Profil 1 Profil 1 Profil 5 Profil 5 Profil KPP & PA KPP & PA - 6 Forum 5 Forum 5 Forum 5 Forum 27 Forum 27 Forum 27 Forum KPP & PA Badan KB dan KS Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 15

235 No Indikator 2) % Pemuka masyarakat yg aktif mendukung program KB 3) Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (%) 4) Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 2 tahun (%) 5) Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif (%) 6) Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-kb tidak terpenuhi (Unmet Need) (%) 7) Ratio Petugas Lapangan Keluarga Berencana/ Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB/PKB) di setiap Desa/Kelurahan 8) Ratio PembantuPembina Keluarga Berencana (PPKBD) di setiap Desa/Kelurahan 9) Cakupan penyediaan alat dan obat Kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat setiap tahun 1) Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap Desa/Kelurahan setiap tahun 11) Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-kb Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Badan KB dan KS ,5 27,3 26, , 23, 23, Badan KB dan KS Badan KB dan KS , Badan KB dan KS Badan KB dan KS Badan KB dan KS Badan KB dan KS Badan KB dan KS Badan KB dan KS Badan KB dan KS Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 16

236 No Indikator (%) 12) Cakupan PUS Peserta KB Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber- KB (%) 13) Cakupan tenaga terlatih aktif pada kelompok PIK KRR (Pelatih Sebaya dan Konselor Sebaya) 12. Sosial 1) Koordinasi dan Pelayanan bagi Keluarga Harapan (Kec) 2) Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendukung Usaha bagi Keluarga Miskin. (klp) 3) Pemberian Penghargaan bagi Siswa dari RTSM Berprestasi (Kec) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD 9 SKPD Badan KB dan KS Badan KB dan KS Dinkesos Dinkesos Dinkesos 4) Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomin (org) 5) Bantuan Jaminan Hidup bagi Eks Kusta (KK) Dinkesos Dinkesos 6) Penanggulangan Kemiskinan Pedesaan (KK) Dinkesos 7) Penanggulangan Dinkesos Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 17

237 No Indikator Kemiskinan Perkotaan (KK) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD 13. Ketenagakerjaan Antar Kerja Antar Lokal 1) (AKAL) (orang) Penempatan Tenaga Kerja 2) Indonesia (TKI) (orang) Penempatan di Perusahaan 3) (orang) Jumlah tenaga kerja 4) kepesertaan Jamsostek (orang) 14. Koperasi Dan Usaha Kecil menengah 1. Persentase koperasi aktif 2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM 3. Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah LKM 4. Jumlah kegiatan fasilitasi kemitraan antara KUMKM dengan pengusaha provinsi/nasional 95 1,26 1,3 1,35 1, Disnaker & Trans Disnaker & Trans Disnaker & Trans ,1 1,25 1,5 2, Disnaker & Trans - 18,83 26,91 34,98 43,6 51,13 51,13 51,13 Diskop & UMKM Diskop & UMKM Diskop & UMKM Diskop & UMKM Diskop & UMKM Diskop & UMKM Diskop & UMKM 5. Jumlah anggota koperasi Diskop & UMKM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 18

238 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Jumlah pegawai koperasi Diskop & UMKM 7. Jumlah pegawai UMKM Diskop & UMKM 8. Pertumbuhan aset koperasi Diskop & UMKM 9. Pertumbuhan aset UMKM Diskop & (Milyar) UMKM 1. Pertumbuhan omzet koperasi Diskop & UMKM 11. Pertumbuhan omzet UMKM Diskop & (Milyar) UMKM 15. Penanaman Modal 1) Jumlah kegiatan promosi peluang penanaman modal ) Jumlah penyelenggaraan BINTEK kegiatan penanaman modal kepada masyarakat dan dunia usaha 3) Tersedianya informasi peluang usaha sektor/bidang usaha unggulan 4) Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) (investor) 5) Jumlah izin usaha penanaman modal dalam negeri (%) 16. Kebudayaan 1. Suaka peninggalan sejarah dan budaya tradisional % 3% 4 % 4 % 5 % 6 % 6 % SKPD Kantor Promosi dan PM Kantor Promosi dan PM Kantor Promosi dan PM Kantor Promosi dan PM Kantor Promosi dan PM Disbudpar Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 19

239 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Jenis budaya daerah Disbudpar 3. Jenis kesenian tradisional Disbudpar 4. Regulasi dan kebijakan tentang seni, budaya dan pariwisata SKPD Disbudpar 5. Cakupan Kajian Seni Disbudpar 6. Cakupan Fasilitasi Seni Disbudpar 7. Cakupan Gelar Seni Disbudpar 8. Misi Kesenian Disbudpar 9. Cakupan Sumber Daya Manusia Kesenian 1. Jumlah Gedung/ Panggung Kesenian/Pasar Seni Disbudpar Disbudpar 11. Cakupan Organisasi Disbudpar 12. Jumlah kelompok seni Disbudpar 17. Pemuda Dan Olah Raga 1. Jumlah organisasi pemuda Dispora 2. Jumlah organisasi olahraga Dispora 3. Jumlah kegiatan kepemudaan Dispora 4. Jumlah kegiatan olahraga Dispora Dispora 5. Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) 6. Lapangan olahraga Dispora 18. Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri 1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP (organisasi ) 2. Kegiatan pembinaan politik daerah (Orang) Badan Kesbangp ol Badan Kesbangp ol Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 2

240 No Indikator 3. Tingkat partisipasi pemilih dalam pelaksanaan pemilu (%) 4. Jumlah Linmas per Jumlah 1. Penduduk (orang) 5. Jumlah Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten Bone 6. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/ kelurahan (unit) 19. Otonomi Daerah 1. Target capaian pendapatan Pajak (Milyar) 2. Realisasi capaian Pajak (Milyar) 3. Target capaian Retribusi (Milyar) 4. Realisasi capaian Retribusi (Milyar) 5. Perbaikan Sarana prasarana penghasil Retribusi 6. Persentase Urusan yang sudah diterapkan SPM nya berdasarkan pedoman yang diterbitkan oleh Pemerintah (%). 7. Pengembangan Sistem Aplikasi Layanan Kepegawaian ( SAPK ) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Badan Kesbangp ol Badan Kesbangp ol Badan Kesbangp ol Badan Kesbangp ol 12,448,8, 14,895,85,55 24,48,395,333 34,64,94,611 43,649,485,889 53,234,31,167 62,818,576,445 24,48,395,333 Dispenda 14,648,182,111 27,41,31,755 36,994,577,33 46,579,122,311 56,163,667,589 14,648,182,111 Dispenda 17,577,818,533 65,748,212,867 11,329,87, 13,446,184,227 15,96,62,677 18,945,256,744 22,488,19,755 26,693,279,45 31,684,922,77 11,329,87, Dispenda 11,719,239,389 15,181,12,75 25,474,226,367 32,998,929,114 11,719,239,389 Dispenda 19,665,371,768 42,746,315,77 55,372,933, Dispenda - 1% Sekretariat Daerah 1 Keg. 1 Keg. 1 Keg. 1Keg. 1Keg. 1Keg. 1Keg. 5 Keg. BKDD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 21

241 No Indikator (kegiatan) 8. Kegiatan Pengadaan CPNSD (kegiatan) 9. Penanganan Kasus pelanggaran disiplin PNS (%) 1. Tugas Belajar dan Izin Belajar (Orang) 11. Penyelenggaraan Diklat PIM Tk. II (Orang) 12. Penyelenggaraan Diklat PIM Tk. III (Orang) 13. Penyelenggaraan Diklat PIM Tk. II (Orang) 14. Penyelenggaraan Diklat Teknis/Fungsional 15. Persentase jumlah Perda atau Produk Hukum yang dihasilkan oleh DPRD sesuai usulan eksekutif atau legislatif (%) 16. Persentase jumlah Rapat Komisi dan alat kelengkapan dewan lain yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan Komisi (%) 17. Persentase jumlah Rapat Kerja yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan DPRD (%) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Keg. 1 Keg. 1Keg. 1Keg. 1Keg. 1Keg. 5 Keg. BKDD BKDD TB 1 Orang IB 243 Pertahun TB 2 Orang 15 TB 2 Orang IB 15 TB 2 Orang IB 15 TB 2 Orang IB 15 TB 2 Orang IB 15 TB 2 Orang IB 15 TB 12 Orang IB 9 pertahun BKDD BKDD BKDD BKDD BKDD Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 22

242 No Indikator 18. Persentase jumlah Rapat dengar pendapat yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan DPRD (%) 19. Rapat Paripurna yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan BAMUS DPRD (%) 2. Persentase jumlah rapat pimpinan yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD sesuai usulan pimpinan DPRD (%) 21. Persentase jumlah Aspirasi Masyarakat yang sudah ditindak lanjuti oleh DPRD (%) 22. Jumlah perda inisiatif yang ditetapkan. 2. Ketahanan Pangan 1) Penyusunan pola konsumsi dan suplai pangan (Paket) 2) Rasio Jumlah Penduduk terhadap Kebutuhan Pangan (Paket) 3) Pemanfaatan perkarangan untuk pengembangan pangan (Kec) 4) Pemantauan dan akses pangan pokok (Paket) 5) Pengembangan cadangan pangan daerah (Paket) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD Kantor Ketapang Kantor Ketapang Kantor Ketapang Kantor Ketapang Kantor Ketapang Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 23

243 No Indikator 6) Pengembangan Desa Mandiri Pangan 7) Pengembangan Lumbung Pangan Desa (Unit) 8) Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan (Sekolah) 9) Penanganan Daerah Rawan Pangan (Paket) 21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) (%) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Kantor Ketapang Kantor Ketapang Kantor Ketapang Kantor Ketapang 36,59 49,27 61,95 74,64 87, ,59 BPM 2. LPM Berprestasi (unit) BPM 3. Jumlah Desa yang telah menyusun RPJMDes (desa) 4. Swadaya Masyarakat terhadap (%) 5. Jumlah Desa/Kelurahan yang memiliki Profil Desa/kelurahan (desa/kelurahan) 6. Meningkatnya kualitas pelaksanaan musrenbang Desa (jumlah peserta minimal 4 orang dengan proporsi perempuan 3%) (persen) 7. Berkembangnya nilai budaya lokal (1 kecamatan 1 nilai budaya lokal (%) BPM BPM BPM BPM Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 24

244 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Posyandu aktif (persen) BPM 9. Jumlah PAUD Holistik Integratif (Paditungka) (unit) BPM 1. PKK aktif (%) BPM BPM 11. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK 12. Desa yang memiliki BUMDES (unit) 13. Jumlah Pasar Desa yang dibina (unit) 14. Kelompok usaha ekonomi keluarga yang dibina (%) 15. Jumlah Warung teknologi yang dibina (unit) 16. Jumlah Posyantek yang di bina (unit) BPM BPM BPM BPM BPM SKPD 22. Statistik 1. Buku Kabupaten dalam Angka (Dokumen) 2. Buku PDRB kabupaten (Dokumen) 3. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi (Dokumen) 4. Sistem Informasi Profil Daerah (Dokumen) 5. Buku Kecamatan dalam Angka (Dokumen) 23. Kearsipan 1 Pengelolaan arsip secara baku Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik Bappeda & Statistik 5/71 14/71 28/71 42/71 56/71 71/71 71/71 71/71 Badan Perpustak Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 25

245 No Indikator 2 Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Peningkatan SDM pengelola kearsipan Perpustakaan 1 Jumlah perpustakaan 2 3 Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah SKPD aan & PDE Badan Perpustak aan & PDE Badan Perpustak aan & PDE Badan Perpustak aan & PDE Badan Perpustak aan & PDE 25. Pertanian 1. Produktivitas Padi 58,15 58,27 58,38 58,5 58,62 58,73 58,85 58,85 Dinas PTPH 2. Produktivitas Jagung 51,47 51,57 51,68 51,78 51,88 51,99 52,9 52,9 Dinas PTPH 3. Produktivitas Kedelai 18,36 18,38 18,4 18,42 18,43 18,45 18,47 18,47 Dinas PTPH 4. Produktivitas K.Tanah 16,99 17,1 17,2 17,4 17,6 17,8 17,9 17,9 Dinas PTPH 5. Produktivitas K.Hijau 13,57 13,6 13,62 13,65 13,68 13,71 13,73 13,73 Dinas PTPH 6. Produktivitas Ubi Kayu 99,8 99,28 99,48 99,68 99,88 1,7 1,27 1,27 Dinas PTPH 7. Produktivitas Ubi jalar 82,35 82,6 82,84 83,9 83,34 83,59 83,84 83,84 Dishutbun 8. Produksi Kakao Dishutbun 9. Produksi kelapa Dishutbun 1. Produksi tebu Dishutbun 11. Produksi kapas Dishutbun 12. Produksi kemiri Dishutbun 13. Produksi cengkeh Dishutbun 14. Jumlah populasi sapi Disnak 15. Jumlah populasi kambing Disnak 16. Jumlah populasi itik Disnak Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 26

246 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Jumlah populasi ayam buras Disnak 18. Jumlah populasi ayam petelur Disnak 19. Jumlah populasi ayam Disnak pedaging 2. Angka Kesakitan Ternak Disnak Disnak 21. Jumlah Ternak yang diberikan vaksin 22. Jumlah kasus penemuan penyakit pada hewan ternak 23. Jumlah permintaan ternak (ekor) 24. Jumlah permintaan daging (ton) Disnak Disnak Disnak SKPD 26. Kehutanan 1. Luas lahan kritis yang tertutupi dalam kawasan hutan mangrove (Ha) 2. Luas lahan kritis yang tertutupi di luar kawasan hutan (Ha) 3. Luas lahan kritis yang tertutupi di luar kawasan hutan ( Unit ) Dishutbun Dishutbun Dishutbun 4. Berkurangnya lahan kritis Dishutbun Dishutbun 5. Berkurangnya lahan kritis di dalam kawasan hutan (Ha) 6. Berkurangnya lahan kritis Dishutbun di dalam kawasan hutan (Ha) 7. Tertanamnya bibit tanaman Dishutbun Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 27

247 No Indikator kehutanan dalam rangka penghijauan lingkungan (pohon) 8. Terbangunnya bangunan - bangunan konservasi (Unit) 9. Hasil pemetaan hutan sebagai Batas kawasan Hutan (Km) 1. Tersedianya laporan monitoring dan evaluasi kegiatan (kegiatan) 11. Meningkatnya Pemahaman Masyarakat tentang dampak kebakaran hutan dan lahan (Klp Tani Hutan) 12. Terbentuknya lembaga / Organisasi Masyarakat Peduli Api (Klp Tani Hutan) Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD SKPD Dishutbun Dishutbun Dishutbun Dishutbun Dishutbun 27. Pariwisata 1. Perkembangan obyek wisata Disbudpar 2. Perkembangan hotel Disbudpar 3. Perkembangan rumah makan Disbudpar 4. Obyek wisata budaya Disbudpar 5. Jumlah museum Disbudpar 6. Jumlah peninggalan purbakala Disbudpar 7. Jumlah galeri Disbudpar 8. Jumlah kunjungan wisman Disbudpar 9. Jumlah kunjungan wisnus Disbudpar Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 28

248 No Indikator Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Jumlah biro perjalanan Disbudpar 11. Jumlah pemandu wisata Disbudpar 12. Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata SKPD Disbudpar 13. PAD sektor wisata (Juta) Disbudpar 28. Perikanan Kelautan 1. Produksi Perikanan Tangkap (Ton) 2. Jumlah Kelompok Masyarakat Kelautan dan Perikanan yang Terbedayakan (KUB) 3. Produksi Perikanan Budidaya (Ton) 4. Jumlah Kelompok Pembudidaya yang mendapat sarana Produksi Budidaya (Pokdakan) 5. Jumlah Produksi Ikan Olahan (Ton) 6. Jumlah Poklahsar yang berkembang (kelompok) 7. Jumlah Kelompok Masyarakat Pengawas (pokmaswas) aktif 8. Jumlah Sarana dan Prasarana Penyuluhan Perikanan (Unit) , , , , , , , ,12 DKP DKP DKP DKP 2.673, , , , , ,87 3.1,91 3.1,91 DKP DKP DKP DKP 29. Perdagangan 1. Peningkatan Pasar daerah Disperindag 2. Pembinaan Pasar Desa Disperindag Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 29

249 No Indikator Usaha Dagang K 5. Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD Data Pengawasan UTTP (Kec.) 7834 UTTP SKPD Disperindag a. Unit Usaha Disperindag b.tenaga Kerja Disperindag c. Modal Disperindag Perkembangan Usaha Dagang M a. Unit Usaha Disperindag b. Tenaga Kerja Disperindag c. Modal Disperindag 6. Usaha Dagang B a. Unit Usaha Disperindag b. Tenaga Kerja Disperindag c. Modal Disperindag Kontribusi Perdagangan 7. dalam PDRB (%) Perdagangan 7,69 8,23 8,8 9,42 1,8 1,79 11,54 11,54 Disperindag Dagang Besar 1,38 1,48 1,58 1,69 1,81 1,94 2,7 2,7 Disperindag Dagang Menengah 1,8 1,93 2,6 2,21 2,36 2,52 2,7 2,7 Disperindag Dagang Kecil 4,51 4,83 5,16 5,52 5,91 6,33 6,77 6,77 Disperindag Cakupan bina kelompok 2 3,6 5,2 6,8 8, Disperindag 8. pedagang/usaha informal %) Cakupan bina kelompok 2 3,6 5,2 5,2 5, Disperindag 9. pengrajin (%) 3. Perindustrian 1. Perkembangan IKM Jumlah Unit Usaha (unit) Disperindag Jumlah Tenaga Kerja (orang) Disperindag Nilai Produksi () Disperindag Nilai Investasi () Disperindag Sentra IK Disperindag Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 3

250 No Indikator 2. Kondisi Kinerja pada Awal RPJMD Tahun Target Capaian setiap Tahun Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD KUB Disperindag Kontribusi Perindustrian dalam PDRB Industri 7,1 7,6 8,13 8,7 9,31 9,96 9,96 9,96 Disperindag Industri Besar 1,8 1,93 2,6 2,21 2,36 2,52 2,52 2,52 Disperindag Industri Menengah 1,21 1,29 1,39 1,48 1,59 1,7 1,7 1,7 Disperindag Industri Kecil 4,9 4,38 4,68 5,1 5,36 5,74 5,74 5,74 Disperindag SKPD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera IX - 31

251 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 1.1 Pedoman Transisi Periodesasi RPJMD Kabupaten Bone sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 24 juncto Undang-Undang Nomor 12 tahun 28 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, adalah sama dengan masa jabatan pasangan Bupati-Wakil Bupati Bone, yaitu tahun Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan perencanaan pembangunan setelah RPJMD berakhir, maka RPJPD Tahun dapat diberlakukan sebagai pedoman penyusunan RKPD tahun 219 sebelum tersusunnya RPJMD tahun Hal ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembangunan yang belum sepenuhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD. Arah kebijakan untuk tahun 219 selain mengacu pada RPJPD Tahun , tetap memperhatikan arahan/hasil evaluasi RPJMD tahun sebelumnya. 1.2 Kaidah Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone Tahun adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah 5 (lima) tahunan yang menjabarkan visi, misi dan program Bupati. Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan jangka menengah daerah, maka kaidah-kaidah pelaksanaan RPJMD yang perlu dipedomani adalah sebagai berikut: 1) SKPD berkewajiban menyusun Rencana Strategis (Renstra SKPD) tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan SKPD sesuai tugas pokok dan fungsinya, dengan berpedoman pada RPJMD. 2) Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD, Bappeda berkewajiban melakukan pemantauan dan supervisi untuk menjamin perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah dalam penyusunan RKPD kabupaten, sesuai dengan program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD. Termasuk rencana program dan kegiatan prioritas dalam menyusun RKPD kabupaten, sesuai dengan indikasi rencana program prioritas yang ditetapkan dalam RPJMD. 3) RPJMD ini menjadi dasar bagi pemerintah daerah, DPRD dan masyarakat dalam melakukan monitoring dan evaluasi, serta berpartisipasi dalam pembangunan daerah. 4) Bappeda menggunakan laporan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan renstra SKPD sebagai bahan evaluasi pelaksanaan RPJMD. 5) RPJMD ini memiliki jangka waktu 5 tahun, maka untuk mengetahui sejauhmana tingkat pencapaian tujuan, sasaran dan target kinerja yang telah ditetapkan dapat dilakukan evaluasi paruh waktu (mid term evaluation). 6) RPJMD tetap memperhatikan RTRW Kabupaten Bone dan Kabupaten tetangga lainnya 7) Revisi RPJMD dapat dilakukan apabila hasil evaluasi menunjukkan capaian indikator kinerja memerlukan penyesuaian, sebelum masa waktu 3 (tiga) tahun pelaksanaan RPJMD 8) Penyusunan LKPJ Bupati di akhir masa jabatan mengacu pada RPJMD Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera X - 1

252 BAB XI P E N U T U P Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone Tahun merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah 5 (Lima) tahunan yang menjabarkan visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati hasil pemilihan Kepala Daerah Tahun 212. Penyusunan RPJMD merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 24 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 21 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 28 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. RPJMD juga menjadi acuan bagi penyusunan RKPD sebagai dokumen rencana pembangunan tahunan. Pembangunan Kabupaten Bone merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan Sulawesi Selatan dan nasional sehingga seluruh kekuatan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha harus sinergis dalam menyukseskan Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Bone tahun yaitu Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera Watampone, Oktober 213 BUPATI BONE DR. H. A. FAHSAR M. PADJALANGI, M.Si Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera XI - 1

253 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Hubungan Antar Dokumen 1.4. Maksud dan Tujuan Sistematika Penulisan I - 1 I - 1 I - 2 I - 3 I - 4 I - 5 BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik Lokasi dan Wilayah Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Rawan Bencana Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Fokus Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Fokus Layanan Urusan Pilihan II - 1 II - 1 II - 1 II - 3 II - 13 II - 14 II - 17 II - 17 II - 22 II - 3 II - 3 II 87 BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi Penggunaan Anggaran Analisis Pembiayaan Daerah Kerangka Pendanaan... III - 1 III - 1 III - 13 III - 13 III - 14 III 17 BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Permasalahan Pembangunan IV - 1 IV - 1 i

254 Urusan Kewenangan Wajib Urusan Kewenangan Pilihan 4.2. Isu- Isu Strategis IV - 1 IV - 9 IV - 11 BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 5.2. Misi 5.3. Tujuan dan Sasaran V - 1 V - 1 V - 1 V - 2 BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN.. BABVIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH.. BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN.. BAB XI. PENUTUP.. VI - 1 VII - 1 VIII - 1 IX - 1 X - 1 XI - 1 ii

255 DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone II - 1 Tabel 2.2 Rincian Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Berdasarkan Kecamatan II - 3 Tabel 2.3 Rincian Kawasan Peruntukan Pertanian Berdasarkan Kecamatan II - 4 Tabel 2.4 Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Rakyat Berdasarkan Kecamatan II - 5 Tabel 2.5 Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Khusus Berdasarkan II - 6 Kecamatan Tabel 2.6 Rincian Kawasan Industri II - 8 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Alam Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Budaya Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Buatan II - 9 II - 1 II - 11 Tabel 2.1 Rincian Kawasan Permukiman II - 11 Tabel 2.11 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bone Tahun 212 II - 14 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama di Kabupaten Bone Tahun 211 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan (7 Tahun ke atas) di Kabupaten Bone Tahun 21 II - 15 II - 17 Tabel 2.14 Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun II - 17 Tabel 2.15 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku II - 18 Tabel 2.16 Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun II - 23 Tabel 2.17 Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun II - 24 iii

256 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun II - 25 II - 26 Tabel 2.2 Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun II - 27 Tabel 2.21 Tabel 2.22 IPG Menurut Komponen yang Mempengaruhi di Kabupaten Bone Tahun 21 Perbandingan IDG Kabupaten Bone dengan Kabupaten Bone dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun II - 28 II - 29 Tabel 2.23 Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Bone tahun 212 II - 31 Tabel 2.24 Kondisi Sarana dan prasarana SD dan SMP Di Kabupaten Bone Tahun II - 32 Tabel 2.25 Rasio Siswa/kelas, Siswa /Guru, Siswa Sekolah, ruang kelas/rombelsd/mi dan SMP/MTs Di Kabupaten Bone Tahun II - 35 Tabel 2.26 Tabel 2.27 Kondisi Sarana dan prasarana SMA/SMK/MADi Kabupaten Bone Tahun Rasio Siswa/kelas, Siswa /Guru, Siswa Sekolah, ruang kelas/rombel SMA/SMK/MA Di Kabupaten Bone Tahun II - 35 II - 36 Tabel 2.28 Jumlah Murid Tingkat PAUD/TK Kabupaten Bone tahun II - 37 Tabel 2.29 APKdanAPMJenjangPendidikanSD/MI//PaketAdanSMP/MTs/Paket BKabupaten Bone tahun II - 37 Tabel 2.3 Angka Melanjutkan Ke SMP/MTs dan ke SMA/SMK Di Kabupaten Bone tahun II - 38 Tabel 2.31 Tabel 2.32 Tabel 2.33 Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Bone Tahun APK dan APM Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C Kabupten Bone tahun Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C Kabupten Bone tahun II - 38 II - 39 II - 39 Tabel 2.34 Capaian Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan Kabupaten Bone Tahun II - 4 iv

257 Tabel 2.35 Kinerja Pencapaian Standar Pelayanan Dinas Kesehatan Tahun II - 43 Tabel 2.36 Tabel 2.37 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Kabupaten Bone Tahun 212 Persebaran Tenaga Medis Menurut Unit Kerja Kabupaten Bone Tahun 212 II - 46 II - 46 Tabel 2.38 Persebaran Tenaga Keperawatan Menurut Unit Kerja Dikabupaten Bone Tahun 212 II - 47 Tabel 2.39 Jumlah Pelayanan Sarana KesehatanDi Kabupaten Bone Tahun 213 II - 47 Tabel 2.4 Kondisi Jalan dan Jembatan II - 48 Tabel 2.41 Kondisi Jaringan Irigasi II - 49 Tabel 2.42 Kondisi Alat-Alat Kebinamargaan II - 49 Tabel 2.43 Capaian Indikator Kinerja Perumahan Tahun II - 49 Tabel 2.44 Kondisi Capaian kinerja Tata Ruang II - 5 Tabel 2.45 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Bone II - 51 Tabel 2.46 Kondisi Pelayanan Angkutan Darat II - 52 Tabel 2.47 Panjang Jalan yang Memiliki Trotoar, Lebar Rata-Rata Trotoar,serta Panjang Jalan yang masih perlu Dibangun Trotoar Tahun 212 II - 53 Tabel 2.48 Tabel 2.49 Tabel 2.5 Tabel 2.51 Data Jumlah Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalu Lintas yang dibutuhkan, terpasang dan kondisinya Tahun 212 Data Fasilitas Perlengkapan Jalan Dalam Kota Watampone (Marka Jalan ) Tahun 212 Data Fasilitas Perlengkapan Jalan Dalam Kota Lampu penerangan jalan Data Fasilitas Perlengkapan Jalan dalam Kota (Perambuan) Yang dibutuhkan dan terpasang II - 53 II - 54 II - 54 II - 54 Tabel 2.52 Data Fasilitas Terminal Petta Ponggawae II - 55 Tabel 2.53 Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bone Tahun v II - 58

258 Tabel 2.54 Indikator Kinerja Urusan Pertanahan Kabupaten Bone II - 59 Tabel 2.55 Perkembangan Jumlah Asset Pemerintah Kabupaten Bone Yang sudah bersertifikat Tahun II - 6 Tabel 2.56 Cakupan Penerbitan KTP, KK dan Akta Kelahiran di Kabupaten Bone II - 61 Tahun Tabel 2.57 Jumlah Kekerasan berdasarkan Jenis Kekerasan II - 61 Tabel 2.58 Jumlah KDRT berdasarkan Jenis KDRT II - 62 Tabel 2.59 Indikator Kinerja Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bone Tahun II - 62 Tabel 2.6 Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan KB dan KS II - 63 Tabel 2.61 Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Tahun II - 64 Tabel 2.62 Pencapaian SPM Bidang Sosial Kabupaten Bone Tahun II - 66 Tabel 2.63 Pencapaian Kinerja Pelayanan Ketenagakerjaan Kabupaten Bone II - 68 Tabel 2.64 Capaian Konerja Urusan Koperasi dan UKM Kabupaten Bone Tahun II - 7 Tabel 2.65 Pencapaian Kinerja Pelayanan Pennaman Modal Kabupaten Bone II - 71 Tabel 2.66 Capaian Kinerja Bidang Kebudayaan Kabupaten Bone Tahun Tabel 2.67 Perkembangan Kinerja Pembangunan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bone Tahun II - 73 II - 74 Tabel 2.68 Gangguan Kamtibmas di Kabupaten Bone Tahun II - 75 Tabel 2.69 Perkembangan Jumlah Produk Hukum yang dihasilkan Kabupaten Bone Tahun II - 77 Tabel 2.7 Perkembangan Jumlah ADD Kabupaten Bone Tahun II - 77 Tabel 2.71 Tabel 2.72 Tabel 2.73 Jumlah Polisi Pamong Praja, Petugas Linmas, Kasus Pelanggaran Perda dan penyelesaian Perda Kabupaten Bone tahun Jumlah PNS Pemerintah Kabupaten Bone Menurut Golongan Tahun Jumlah PNS Pemerintah Kabupaten Bone menurut Pendidikan Tahun vi II - 78 II - 79 II - 8

259 Tabel 2.74 Tabel 2.75 Kinerja Pembangunan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Tahun Kinerja Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun II - 82 II - 83 Tabel 2.76 Jumlah SST dan SST terpakai di Kabupaten Bone tahun II - 85 Tabel 2.77 Jumlah Media Cetak dan Elektronik di Kabupaten Bone tahun II - 87 Tabel 2.78 Capaian Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Bone Tahun II - 87 Tabel 2.79 Luas Panen dan Produksi Sayuran Kabupaten Bone Tahun II - 88 Tabel 2.8 Tabel 2.81 Jumlah Tanaman dan Produksi Buah-Buahan Kabupaten Bone Tahun Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Bone Tahun II - 89 II - 91 Tabel 2.82 Populasi Ternak di Kabupaten Bone Tahun II - 92 Tabel 2.83 Realisasi Capaian Urusan Kehutanan II - 93 Tabel 2.84 Gambaran Pelayanan Dinas ESDM Kab. Bone Thn II - 93 Tabel 2.85 Gambaran Penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Thn Melalui Surat Keputusan Bupati II - 94 Tabel 2.86 Capaian Kinerja Bidang Pariwisata Kabupaten Bone Tahun II - 95 Tabel 2.87 Produksi Perikanan di Kabupaten Bone Tahun II - 96 Tabel 2.88 Pembinaan Kelompok Bidang Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Bone Tahun II - 97 Tabel 2.89 Perkembangan Sarana Perdagangan Dan Sarana Penunjang Perdagangan Tahun 28/212 II - 98 Tabel 2.9 Realisasi Penjualan Perdagangan Komoditi Unggulan Kabupaten Bone Tahun II - 99 Tabel 2.91 Jumlah Usaha Perdagangan Di Kabupaten Bone Tahun II - 99 vii

260 Tabel 2.92 Hasil UTTP (Ukur, Takar,Timbang, Perlengkapan) Tahun 28/212 II - 1 Tabel 2.92 Perkembangan IKM Tahun II - 12 Tabel 3.1 Rata-Rata Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Bone Tahun (rupiah) III - 1 Tabel 3.2 Rata-Rata Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Bone Tahun III - 3 Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Bone Tahun III - 6 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Analisa Rasio Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Bone Tahun Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Bone Tahun III - 12 III - 14 Tabel 3.6 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Bone Tahun III - 15 Tabel 3.7 Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bone Tahun III - 16 Tabel 3.8 Defisit Riil Anggaran Kabupaten Bone Tahun III - 16 Tabel 3.9 Tabel 3.1 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Bone Tahun Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bone Tahun III - 17 III - 19 Tabel 3.11 Prediksi Keuangan Kabupaten Bone Tahun III - 2 Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan SasaranKabupaten Bone V - 2 Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Bone VI - 1 Tabel 7.1 Kebijakan Umum dan Pembangunan Kabupaten Bone Tahun Tabel 8.1 Indikasi Rencana Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Bone VII - 1 VIII - 1 viii

261 DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun Hal II - 18 Grafik 2.2 Tingkat Inflasi Kabupaten Bone Tahun II - 19 Grafik 2.3 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bone Tahun Grafik 2.4 Analisis Relevansi Tingkat Kemiskinan Kabupaten Bone tahun Grafik 2.5 Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Bone Tahun II - 2 II - 21 II - 21 Grafik 2.6 Analisis Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Bone tahun II - 22 Grafik 2.7 Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun II - 23 Grafik 2.8 Grafik 2.9 Grafik 2.1 Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional Tahun Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Kabupaten Bone tahun II - 27 II - 29 II - 33 Grafik 2.11 Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTsKabupaten Bone tahun II - 34 Grafik 2.12 Grafik 2.13 Grafik 2.14 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA Kabupaten Bone Terhadap Nasional tahun Analisis Relevansi Angka Kematian Bayi Kabupaten Bone tahun Analisis relevansi Angka Kematian Balita (AKABA) Kabupaten Bone Tahun II - 34 II - 41 II - 41 Grafik 2.15 Perkembangan AKB per 1. kelahiran hidup tahun II - 42 ix

262 Grafik 2.16 Analisis Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan Kabupaten Bone tahun II - 42 Grafik 2.17 Perkembangan AKI per 1. kelahiran hidup Kabupaten Bone Tahun II - 43 Grafik 2.18 Perkembangan Sarana Sanitasi Kabupaten BoneTahun II - 45 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah Terhadap Total Pendapatan Daerah (%) Proporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Terhadap Total Belanja Daerah Perbandingan Masing-masing Unsur Belanja Langsung Terhadap Total Belanja Langsung Kabupaten Bone Tahun III - 3 III - 4 III - 5 x

263 RUMUSAN KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BONE DENGAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI, KABUPATEN WAJO DAN KABUPATEN SOPPENG NO Lampiran I RPJMD KAB.BONE RPJMD KAB.SINJAI V I S I Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas, dan Sejahtera Terwujudnya Sinjai Bersatu yang sejahtera, unggul dalam kualitas hidup, terdepan dalam pelayanan publik 2 M I S I (1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, adil dan merata (2) Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal untuk mewujudkan manusia mandiri (3) Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan (1) Meningkatkan Produktivitas dan pendapatan masyarakat melalui kebijakan ekonomi kerakyatan dan peningkatan infrastruktur pedesaan dan perkotaan (2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam berbagai aspek kehidupan (3) Mewujudkan manajemen pemerintahan yang profesional, kepemimpinan yang profesional, kepemimpinan yang amanah dalam pelayanan publik yang berkualitas RPJMD KAB.WAJO Menjadikan Kab.Wajo sebagai salah satu kabupaten terbaik di Sulawesi Selatan dalam pelayanan hak dasar masyarakat dan tata pemerintahan yang profesional (1) Menciptakan iklim yang kondusif bagi kehidupan yang aman, damai, religius dan inovatif serta implementasi pemberdayaan masyarakat (2) Menguatkan kelembagaan dan sumber Daya aparatur dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik (3) Mengakselerasi jangkauan dan kualitas pelayanan dalam pemenuhan hak dasar masyarakat RPJMD KAB.SOPPENG Terwujudnya Soppeng yang lebih maju, berdaya saing dan religius (1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata dan adil (2) Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia (3) Mewujudkan pengelolaan potensi Sumber daya Alam yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan 1

264 (4) Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak-hak dasar masyarakat yang berkeadilan (5) Mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat (6) Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas KKN (4) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana daerah (5) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan memperkuat otonomi desa (6)Mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang agamis, toleran dan harmonis Penjelasan : Berdasarkan sandingan RPJMD Kab.Bone dengan RPJMD kabupaten tetangga yaitu Kabupaten Sinjai Tahun , Kabupaten Wajo Tahun , dan Kabupaten Soppeng Tahun tentang visi dan misi, sebagaimana tergambar pada tabel di atas maka disimpulkan sebagai berikut : 1. Visi Kabupaten Bone yang akan mewujudkan masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera pada Tahun 218 pada dasarnya sejalan dengan visi RPJMD kabupaten tetangga meskipun ada 2 (dua) kabupaten tetangga yang juga akan menyusun RPJMD pada Tahun Harapan Kabupaten Bone untuk menjadikan masyarakat menjadi lebih Sehat, Cerdas dan meningkat kesejahteraan hidupnya, ditunjang oleh Visi RPJMD kabupaten tetangga yang kesemuanya menginginkan peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat melalui pemenuhan hak-hak dasar. 2. Kesinergian/keselarasan Misi RPJMD Kabupaten Bone Tahun dengan RPJMD kabupaten tetangga dapat digambarkan pada tabel di bawah ini : 3. NO BONE (6 misi) SINJAI (3 misi) WAJO (3 misi) SOPPENG (6 misi) ~ 3 1 ~ 2 1 ~ 1, 2, ~ 4 2 ~ 6 2 ~ 1, 2, ~ 6 3 ~ 1, 2, 3 3 ~ ~ ~ ~ 2 Lampiran I 2

265 Keterangan : Kesinergian/keselarasan misi kabupaten tetangga ditunjukkan menurut nomor urut misi masing- : baris 1 pada masing kabupaten dengan nomor urut misi Kabupaten Bone. Sebagai contoh kolom Sinjai yaitu 1 ~ 3, berarti misi 1 Sinjai bersinergi/selaras dengan misi 3 Bone. BUPATI BONE DR. H. A. FAHSAR M. PADJALANGI, M.Si Lampiran I 3

266 PROGRAM PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BONE SELARAS DENGAN PEMANFAATAN STRUKTUR DAN POLA RUANG KABUPATEN SINJAI DAN KABUPATEN SOPPENG RTRW KAB.BONE TAHUN PERATURAN DAERAH NO. 2 TAHUN 213 RTRW KAB.SINJAI TAHUN PERATURAN DAERAH NO.7 TAHUN 26 ARAHAN POLA RUANG (KLASIFIKASI RUANG) RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG WILAYAH RTRW KAB.WAJO TAHUN PERATURAN DAERAH NO. 12 TAHUN 212 RENCANA POLA RUANG WILAYAH A. Rencana Peruntukan Kawasan Lindung : a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya b. Kawasan perlindungan setempat c. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya; d. Kawasan rawan bencana alam e. Kawasan lindung geologi f. Kawasan lindung lainnya B. Rencana Peruntukan Kawasan Budidaya a. Kawasan peruntukan hutan produksi b. Kawasan peruntukan pertanian c. Kawasan peruntukan perikanan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Rencana pola pemanfaatan ruang menggambarkan sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya Kawasan Lindung di Kabupaten Sinjai terdiri dari : a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; b. Kawasan perlindungan setempat; c. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya; dan d. Kawasan Rawan Bencana. Kawasan yang memberikan perlindungan Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung, terdiri atas: a. kawasan hutan lindung; b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya c. kawasan perlindungan setempat; d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; e. kawasan rawan bencana alam; f. kawasan lindung geologi; dan g. kawasan lindung lainnya. Kawasan budidaya, terdiri atas Lampiran II 1

267 d. Kawasan peruntukan pertambangan e. Kawasan peruntukan industri f. Kawasan peruntukan pariwisata g. Kawasan peruntukan pemukiman h. Kawasan peruntukan lainnya RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bone meliputi : A. Pusat-Pusat Kegiatan, meliputi : a. PKW yaitu kawasan Perkotaan Watampone yang meliputi Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, dan Kecamatan Tanete Riattang Timur b. PKLp adalah kawasan perkotaan Palattae di Kecamatan Kahu c. PPK, meliputi : - Kawasan Perkotaan Pattiro Bajo di Kecamatan Sibulue - Kawasan Perkotaan Taccipi di Kecamatan Ulaweng - Kawasan Perkotaan Camming di Kecamatan Libureng - Kawasan Perkotaan Matango di Kecamatan Lappariaja Lampiran II terhadap kawasan bawahannya mencakup : 1. Kawasan Hutan Lindung ditetapkan di Kecamatan Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan, Sinjai Borong dan Tellulimpoe; 2. Kawasan penyangga dalam bentuk hutan produksi tetersebar di Kecamatan Bulupoddo, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Barat; 3. Kawasan resapan air ditetapkan tersebar di seluruh wilayah kecamatan baik dalam bentuk embung-embung, situ, check dam maupun tambak dan kolam-kolam budidaya perikanan darat serta disetiap kapling bangunan dalam bentuk kolam-kolam resapan khususnya di kawasan-kawasan perkotaan. (1) Kawasan perlindungan setempat mencakup: a. Kawasan sempadan sungai bertujuan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat a. kawasan peruntukan hutan produksi b. kawasan peruntukan hutan rakyat c. kawasan peruntukan pertanian d. kawasan peruntukan perikanan e. kawasan peruntukan peternakan f. kawasan peruntukan pertambangan g. kawasan peruntukan industri h. kawasan peruntukan pariwisata i. kawasan peruntukan permukiman j. kawasan peruntukan lainnya RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH (1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di daerah, terdiri atas: a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL); b. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp); c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan d. Pusat Pelayanan Lokal (PPL). (2) PKL yaitu kawasan perkotaan Sengkang. (3) PKLp yaitu kawasan perkotaan Siwa Kecamatan Pitumpanua, kawasan perkotaan Keera Kecamatan Keera dan kawasan perkotaan Anabanua Kecamatan Maniangpajo. 2

268 - Kawasan Perkotaan Lalebbata di Kecamatan Lamuru - Kawasan Perkotaan Componge di Kecamatan Awangpone - Kawasan Perkotaan Pompanua di Kecamatan Ajangale - Kawasan Perkotaan Bojo di Kecamatan Kajuara d. PPL, meliputi : - Kawasan Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra - Kawasan Kadai di Kecamatan Mare - Kawasan Tanete Harapan di Kecamatan Cina - Kawasan Apala di Kecamatan Barebbo - Kawasan Lonrong di Kecamatan Ponre - Kawasan Passippo di Kecamatan Palakka - Kawasan Kahu di Kecamatan Bontocani - Kawasan Manera di Kecamatan Salomekko - Kawasan Latobang di Kecamatan Lampiran II mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai, ditetapkan untuk semua sungai yang ada di seluruh wilayah kecamatan, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Sempadan sungai untuk kategori sungai besar yaitu Sungai Tangka, Appareng, Garaccing, Mangottong, Kampala, Jepeng dan Kalamisu ditetapkan 1 meter di kiri kanan sungai yang berada di luar permukiman; 2. Sempadan sungai untuk kategori sungai kecil/anak sungai ditetapkan 5 meter di kiri dan kanan sungai yang di luar permukiman; 3. Sempadan sungai di kawasan permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jaringan jalan (4) PPK, terdiri atas: a. Kawasan Perkotaan Paria dan Atapange Kecamatan Majauleng; b. Kawasan Perkotaan Doping Kecamatan Penrang. (5) PPL, terdiri atas: a. Gilireng Kecamatan Gilireng; b. Menge Kecamatan Belawa; c. Tancung dan Wewangrewu Kecamatan Tanasitolo; d. Kota Baru Kecamatan Sabbangparu; e. Maroangin Kecamatan Pammana; f. Solo Kecamatan Bola; g. Jalang dan Salo Bulo Kecamatan Sajoanging; dan h. Peneki dan Botto Kecamatan Takkalalla. (1) Sistem jaringan jalan, terdiri atas: a. Jaringan jalan arteri yang merupakan sistem jaringan jalan nasional yang ada di Daerah, terdiri atas: 1. Tarumpakkae Batas Kab. Luwu; 2. Anabanua Tarumpakkae; dan b. Kalalo (batas Kab. Sidenreng Rappang) Anabanua Jaringan jalan 3

269 Patimpeng - Kawasan Tujue di Kecamatan Tellu Limpoe - Kawasan Bengo di Kecamatan Bengo - Kawasan Tokaseng di Kecamatan Tellu Siattinge - Kawasan Taretta di Kecamatan Amali - Kawasan Uloe di Kecamatan Dua Boccoe - Kawasan Ujung Tanah di Kecamatan Cenrana B. Sistem Jaringan Prasarana Utama a. Sistem jaringan transportasi darat a) Sistem jaringan jalan, terdiri atas : i. Jaringan jalan a. Jalan Arteri : Jalan Watampone Pelabuhan Bajoe, Jalan MH.Thamrin, Jalan Yos Sudarso, Jalan Batas Kab.Maros-Ujung Lamuru, Jalan Ujung Lamuru- Batas Kota Watampone, Jalan MT Haryono, Jalan Ahmad Yani, Jalan Petta Ponggawae; Lampiran II inspeksi ditetapkan sempadannya antar 1-15 meter; 4. Di atas sempadan sungai yang telah ditetapkan sama sekali tidak diperbolehkan adanya kawasan terbangun. b. Kegiatan budidaya yang telah ada saat ini (permukiman, obyek wisata, pertambangan, persawahan dan lain-lain) di daerah aliran sungai sepanjang tidak merusak lingkungan tetap diperkenankan dan harus dibatasi perkembangannya baik saat ini maupun di masa mendatang untuk menjaga fungsi lindung yang diemban dan kelestarian lingkungan. Namun jika ada gejala mengarah pada perusakan, maka kegiatan budidaya tersebut harus direlokasi; c. Kegiatan budidaya yang ada dan akan dikembangkan pada kawasan ini sepanjang tidak merusak fungsi kolektor primer K1 yang merupakan system jaringan jalan nasional yang ada di daerah, terdiri atas: 1. Pompanua - Ulugalung (Tampangeng); 2. Ulugalung (Tampangeng) - Batas Kota Sengkang; 3. Jalan Bosowa; 4. Jalan Sultan Hasanuddin; 5. Jalan AP. Pettarani; 6. Jalan Monginsidi; 7. Batas Kota Sengkang Impa Impa; 8. Jalan Sudirman; 9. Jalan Andi Ninnong; 1. Jalan Supratman; 11. Jalan Budi Utomo; 12. Jalan AP. Pettarani; 13. Jalan Jend. Ahmad Yani; 14. Jalan Malingkaan; dan 15. Impa Impa Tarumpakkae. c. jaringan jalan kolektor primer K2 yang 4

270 b. Jalan Kolektor K1 : Bajo- Arasoe, Arasoe-Batas Kota Watampone, Jalan Gatot Subroto, Jalan Jend.Sudirman, Jalan Merdeka, Jalan WR.Supratman, Jalan Veteran, Jalan Urip Sumoharjo; c. Jalan Kolektor K2 : Jalan Tanabatue-Sanrego, Jalan Ujung Lamuru-Batas Soppeng, Batas Soppeng- Pompanua, Jalan Ujung Lamuru-Palattae, Jalan Palattae - Bojo, Jalan Taccipi Waempubbu - Pompanua d. Jalan Kolektor K4 dan Jalan Lokal ii. Lalu lintas dan angkutan jalan a. Trayek Angkutan barang : Kota Makassar Bajoe Kolaka - Kendari (Sulawesi Tenggara), Kota Watampone Maros - Makassar, Kabupaten Bone Lampiran II lindung, juga harus dapat memberikan dokumen AMDAL maupun UKL-UPL sebagai tindakan pengelolaan lingkungan secara terencana. (2) Kawasan sekitar mata air ditetapkan di seluruh potensi mata air yang ada di wilayah Kabupaten Sinjai dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jari-jari kawasan yang harus dilindungi minimal 2 meter; b. Di dalam radius perlindungan yang telah ditetapkan pada huruf a, tidak diperbolehkan adanya kegiatan budidaya (terbangun), kecuali untuk kepentingan umumdan kepentingan ekonomi masyarakat, seperti jaringan jalan dan prasarana pariwisata; d. Kegiatan budidaya yang telah ada saat ini (kegiatan wisata, kebun campuran, tegalan dan lain-lain) sepanjang tidak merusak potensi mata air dan lingkungan sekitarnya dapat dipertahankan merupakan sistem jaringan jalan provinsi yang ada di daerah, terdiri atas: 1. Batas Kab. Soppeng Ulugalung ; 2. Impa Impa Anabanua; dan 3. Solo Peneki Kulampu. (2) Lalu lintas dan angkutan jalan meliputi: a. Trayek angkutan yang meliputi: 1. Trayek angkutan barang; 2. Trayek angkutan penumpang antar kota antar provinsi (AKAP); 3. Trayek angkutan penumpang antar kota dalam provinsi (AKDP); dan 4. Trayek angkutan penumpang perdesaan b. Terminal yang meliputi: 1. terminal penumpang tipe B di kawasan perkotaan Sengkang Kelurahan Cempalagi Kecamatan Tempe; 2. terminal penumpang tipe C di 5

271 Palopo - Palu (Sulawesi Tengah), Kabupaten Bone- Mamuju, Kabupaten Bone- Polewali (Sulawesi Barat) b. Trayek Angkutan Penumpang antar kota dalam provinsi (AKDP) : Bone-Maros- Makassar, Bone- Watangsoppeng, Bone- Sengkang, Bone-Sinjai- Bulukumba-Selayar, Bone- Sinjai, Bone-Wajo-Luwu- Palopo, Bone-Wajo-Luwu- Palopo-Luwu Utara (Malangke dan Masamba) dan Bone- Wajo-Luwu-Palopo-Masamba- Luwu Timur (Tomoni, Mangkutana dan kalaena) c. Trayek Angkutan Penumpang antar kota antar provinsi (AKAP) : Kota Makassar-Bajoe- Kolaka-Kendari, Bone-Palopo- Palu, Bone-Mamuju (Sulawesi Barat) dan Bone-Polewali (Sulawesi Barat) Lampiran II keberadaannya. Namun jika ada gejala mengarah pada perusakan, maka kegiatan budidaya tersebut harus direlokasi; e. Kegiatan budidaya yang ada dan akan dikembangkan pada kawasan ini sepanjang tidak merusak fungsi lindung, juga harus dapat memberikan dokumen AMDAL maupun UKL-UPL sebagai tindakan pengelolaan lingkungan secara terencana. (3) Kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sekeliling tepi danau/waduk yang memiliki lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk, dengan lebar 5-1 meter diukur dari garis pasang tertinggi kearah darat. (4) Kawasan sempadan pantai ditetapkan di Kecamatan Sinjai Utara, Sinjai Timur, Tellulimpoe dan Pulau-Pulau Sembilan dengan ketentuan sempadan minimal 1 meter diukur dari garis pasang tertinggi, kecuali kawasan perkotaan Sengkang Kelurahan Teddaopu Kecamatan Tempe; 3. terminal pembantu terdapat pada setiap ibukota kecamatan; dan 4. terminal barang terdapat di Kecamatan Tempe dan Kecamatan Pitumpanua. c. Fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan meliputi: a. Sistem jaringan transportasi sungai dan danau dikembangkan di Sungai Siwa Kecamatan Pitumpanua, Sungai Walanae, Sungai Cenranae, dan Danau Tempe; Kecamatan Tempe, Kecamatan Sabbangparu dan Kematan Pammana. b. Sistem jaringan transportasi penyeberangan berupa pelabuhan 6

272 d. Trayek Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan dalam Kabupaten Bone : Angkutan umum dalam kota, Terminal Petta Ponggawae, watampone-palattae, Watampone-Bengo, Watampone-Lappariaja, Watampone-Camming, Watampone-Awangpone, Watampone-Ajangale, Watampone-Cenrana, Watampone-Uloe e. Terminal : rencana pengembangan terminal penumpang tipe B Petta Ponggawae di Kelurahan Bulu Tempe Kecamatan Tanete Riattang Barat, terminal tipe B di Palattae, tipe C di Bengo, tipe C di Ulaweng-Kajuara- Lappariaja-Tellulimpoe- Ajangale-Mare-Sibulue, terminal agro di kawasan Agropolitan Pasaka Kecamatan Lampiran II pada kawasan Pulau-Pulau Sembilan dan Kota Sinjai dapat dietapkan berdasarkan fungsi kawasan (pariwisata dan perkotaan) termasuk fungsi pelabuhan. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya mencakup : 1. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan yang meliputi Kawasan Rumah Adat Karampuang Kecamatan Bulupoddo, Kawasan Taman Purbakala Gojeng dan Kawasan Benteng Balangnipa Kecamatan Sinjai Utara; 2. Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) meliputi Kawasan hutan bakau di Kecamatan Sinjai Timur, Taman Wisata Bukit Belerang Kecamatan Sinjai Borong, Taman Pegunungan Bawakaraeng, dan Taman Wisata Alam Hutan Pinus Kecamatan Sinjai Tengah dan Sinjai Barat. Kawasan Rawan Bencana meliputi : a. Kawasan rawan bencana tanah penyeberangan dikembangkan untuk yang melayani pergerakan keluar masuk arus penumpang dan barang antara Daerah dengan: 1. Pusat permukiman di Kabupaten Bone, Kabupaten Soppeng, dan Kabupaten Sidenreng Rappang; dan 2. pusat permukiman di Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Tenggara; c. Simpul transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi Pelabuhan Bangsalae di Kecamatan Pitumpanua, Pelabuhan Cenranae di Kecamatan Sajoanging, dan Pelabuhan Penrang di Kecamatan Penrang; (4) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (4) di Daerah ditetapkan dalam rangka mengembangkan interkoneksi dengan sistem jaringan jalur Pulau Sulawesi, terdiri atas: 7

273 Kahu, terminal barang di Kecamatan Tanete Riattang Timur, terminal angkutan antar moda transportasi di Pelabuhan Bajoe dan bandar Udara di Kecamatan Awangpone, unit jembatan timbang di Kelurahan tanabatue Kecamatan Libureng, dan unit pengujian kendaraan bermotor di Desa pasippo Kecamatan Palakka b) Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan berupa pelabuhan penyeberangan ditetapkan di Pelabuhan Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur c) Sistem jaringan perkeretaapian merupakan jaringan jalur kereta api umum antarkota Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat-parepare- Barru-Pangkajene-Maros-Makassar- Sungguminasa-Takalar-Bulukumba- Watampone-Pareparwe b. Sistem jaringan transportasi laut, terdiri Lampiran II longsor tersebar di kecamatan Sinjai Barat, Sinjai Borong, Sinjai Tengah, Bulupoddo, Sinjai Barat dan Sinjai Selatan; Kawasan rawan banjir berada di Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH Sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Sinjai sebagai berikut : 1. Kawasan permukiman perdesaan sebagai sentra produksi merupakan kawasan yang berfungsi sebagai pusat produksi pertanian mempunyai khirarki III; 2. Kawasan permukiman perdesaan sebagai pusat pengumpul kawasan permukiman merupakan kawasan yang mempunyai khirarki II; dan 3. Kawasan permukiman perdesaan sebagai pusat pengumpul kawasan permukiman merupakan kawasan yang mempunyai khirirki I atau disebut sebagai Desa Pusat a. jaringan jalur kereta api yang merupakan jaringan jalur kereta api umum antarkota Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan yang menghubungkan Malili Masamba Palopo Belopa - Parepare; b. stasiun kereta api direncanakan di Kawasan BangsalaE Kecamatan Pitumpanua dan Kawasan Cappabalatue Kecamatan Sajoanging dan Sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas: a. sistem jaringan energi; b. sistem jaringan telekomunikasi; c. sistem jaringan sumber daya air; dan d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan. Sistem jaringan energi, meliputi: (1) Jaringan pipa minyak dan gas bumi, meliputi: a. Fasilitas penyimpanan dan jaringan pipa minyak dan gas bumi berupa depo minyak dan gas bumi di Kecamatan Gilireng, Kecamatan 8

274 dari : a) Pelabuhan pengumpul, yaitu Pelabuhan Bajoe di Kecamatan Tanete Riattang Timur b) Pelabuhan pengumpan : Pelabuhan Uloe di Kecamatan Dua Boccoe, Waetuwo di Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kading di Kecamatan Barebbo, Pattiro di Kecamatan Sibulue, Lapangkong di Kecamatan Kajuara dan Tuju-Tuju di Kecamatan Kajuara c. Sistem jaringan transportasi udara, berupa bandar udara pengumpan di Kecamatan Awangpone C. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya berupa : a. Sistem Jaringan Energi : Pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi tenaga listrik dan jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. Sistem Jaringan Telekomunikasi : jaringan teresterial dan jaringan satelit; c. Sistem Jaringan Sumber Daya Air : Wilayah Sungai (WS) (Walanae- Cenranae, Jeneberang dan Saddang), Lampiran II Pertumbuhan. Sistem permukiman perkotaan ditentukan berdasarkan fungsi dan khirarkinya yaitu : 1. Kawasan permukiman perkotaan sebagai pusat utama pengembangan dan atau Kota Pusat Pengembangan Wilayah (PPW) merupakan khirarki I yang berkedudukan sebagai Ibukota Kabupaten; 2. Kawasan permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan kawasan merupakan khirarki II, yang berkedudukan sebagai ibukota kecamatan yang telah ditetapkan sebagai pusat pelayanan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) dan atau Pusat Pelayanan Lokal I (PPL I). 3. Kawasan permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan sub kawasan merupakan khirarki III, yang berkedudukan sebagai ibukota kecamatan di luar pusat pelayanan SKP dan atau Pusat Pelayanan Lokal II (PPL II). Majauleng, Kecamatan Sajoanging, Kecamatan Takkalalla dan Kecamatan Bola. b. Jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas: 1. jaringan pipa gas bumi yang melintas dari Kampung Baru Kecamatan Gilireng ke Desa Patila Kecamatan Pammana melintas di wilayah Kecamatan Tanasitolo, Kecamatan Tempe, dan Kecamatan Majauleng, Kecamatan Keera dan Kecamatan Sajoanging (untuk pengembangan LNG); 2. jaringan pipa gas untuk distribusi rumah tangga yang melintas dari Desa Patila Kecamatan Pammana ke perkotaan Sengkang Kecamatan Tempe; dan 3. pembangunan SPDN di wilayah pesisir teluk Bone. (2) Pembangkit tenaga listrik, terdiri atas: a. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tonrongpatila dengan kapasitas 315 9

275 Bendungan (Sanrego), Waduk (Paccapaseng, Waru-Waru), Bendung (Pattiro, Lekoballo, Calinrung, Wollangi, Palakka, Jaling, Lanca, Bengo), Embung : Linre, Tellongeng, Padaidi, Tempe- Tempe, Cinnong, Ujung, dan Mattirobulu, Mata air (Wollangi 1 dan 2, Panyili, Cinnong, Batu-Batu, Barebbo, Lamuru, Maccedde), Cekungan Air Tanah (CAT) : CAT Siwa-Pompanua dan CAT Sinjai yang meliputi Kajuara; d. Sistem Jaringan Irigasi; e. Sistem Pengendalian Banjir; f. Sistem Pengamanan Pantai; Lampiran II Perwilayahan Pembangunan Kabupaten Sinjai meliputi : 1. Kota Sinjai sebagai Pusat Pengembangan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) A sekaligus sebagai Pusat Pengembangan Kabupaten Sinjai; 2. Kota Bikeru sebagai Pusat Pengembangan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) B; 3. Kota Manipi sebagai Pusat Pengembangan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) C. (1) Sistem prasarana (perangkutan, kelistrikan, irigasi dan telekomunikasi) diarahkan untuk menunjang perkembangan sosial, ekonomi, perdagangan, pariwisata dan pertahanan keamanan. (2) Jaringan perhubungan darat terdiri dari : a. Jalan arteri regional adalah ruas jalan yang berfungsi sebagai jalan MW di Desa Patila Kecamatan Pammana; dan b. Pengembangan energi listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan untuk mendukung ketersediaan energi listrik pada daerah-daerah terpencil dan terisolir di Daerah; (3) Jaringan transmisi tenaga listrik, terdiri atas: a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) kapasitas 15 KV yang menghubungkan Gardu Induk (GI) di Kabupaten Soppeng dengan GI di Daerah; b. Gardu induk (GI) Sengkang di Kecamatan Tempe c. Rencana Pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) kapasitas 15 KV yang terdiri dari: 1. SUTT yang menghubungkan GI Sengkang dengan GI Siwa/Keera; 2. SUTT yang menghubungkan GI Siwa dengan GI di Kota Palopo; dan 1

276 Lampiran II yang menghubungkan antar kabupaten dan kota yang melintasi Kabupaten Sinjai dari arah utara Kabupaten Bone ke selatan Kabupaten Bulukumba dan ke arah barat Kabupaten Gowa; b. Jalan kolektor adalah ruas jalan yang berfungsi sebagai penghubung antar kecamatan diluar jalan arteri dan penghubung antar kawasan di dalam kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan; c. Jalan lokal adalah ruas jalan yang berfungsi sebagai penghubung kawasan-kawasan di dalam wilayah kecamatan dan dalam kawasan perkotaan dan perdesaan di luar jalan kolektor dan arteri. (3) Terminal Bus Regional adalah terminal yang difungsikan sebagai terminal angkutan antar kota dalam wilayah propinsi, yang berlokasi di Kecamatan Sinjai Timur. (4) Pelabuhan Laut adalah pelabuhan 3. SUTT yang menghubungkan GI Sengkang dengan GI di Kabupaten Sidrap. d. Rencana Gardu induk (GI) Siwa di Kecamatan Keera. Sumber air terdiri atas: a. Wilayah Sungai (WS) Walanae Cenranae sebagai sungai strategis nasional yang meliputi DAS Walanae, DAS Cenranae, DAS Awo, DAS Peneki, dan DAS Keera; b. Waduk yaitu Waduk Kalola di Kecamatan Maniangpajo; c. Bendung dan Bendungan, yang meliputi: Bendung yaitu Bendung Cilellang di Kecamatan Sabbangparu, Bendung Gilireng dan Bendung Benteng di Kecamatan Gilireng, Bendung Alakarajae di Kecamatan Sajoanging, Bendung Bila di Kecamatan Maniang Pajo, Bendung Wetteli di Kecamatan Pammana, Bendung Bilokka di Kecamatan Sajoanging, Bendungan Paselloreng di Kecamatan Gilireng; d. Embung, yang meliputi : Embung Mamminassae di Kecamatan Gilireng, Embung Uraiyang, Embung Teppo 11

277 Lampiran II yang difungsikan sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan jasa antar pulau dan atau nusantara, yang berlokasi di Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai Timur. (5) Lapangan Udara adalah prasarana perangkutan udara yang difungsikan sebagai bandar udara bongkar muat barang dan jasa antar kabupaten dan propinsi, yang berlokasi di Kecamatan Bulupoddo. (6) Prasarana kelisrikan meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), jaringan listrik, gardu induk, gardu pembantu, travo, pembangkit listrik hidro-mikro (turbin) khususnya di kawasan perdesaan yang mempunyai sumber air sungai dan tidak terlayani jaringan lisrik, dan tenaga surya khususnya di kawasan Kecamatan Pulau-Pulau Sembilan yang tidak terjangkau jaringan listrik konvensional termasuk di kawasan perdesaan. (7) Prasarana irigasi meliputi sumber air Pannasae, Embung Pasa Pasa, Embung Labukkang, Embung Kalidengnge, Embung Maroanging, Embung Botto Benteng, Embung Bontto Tanre di Kecamatan Majauleng, Embung Bekke di Kecamatan Penrang, Embung Kulampu, Embung Barangmamase, Embung Folla, Embung Lompo Mallopie, Embung Sakkoli di Kecamatan Sajoangingg, Embung Keera, Embung Teppo Balanda di Kecamatan Keera, Embung Lompo Labawi Masara di Kecamatan Pitumpanua, Embung Malimongeng, Embung Tobatang, Embung Wecudai, Embung Palaguna di Kecamatan Pammana, Embung Manurung, Embung Rajamawellang, Embung Aluppalang, Embung Tocule, Embung Pasir Putih di Kecamatan Bola, Embung Soro, Embung Parigi, Embung Laceppung I, Embung Laceppung II, Embung Donri-Donri, Embung Jarakania di Kecamatan Tanasitolo, Embung Sakkoli, Embung Saloampu di Kecamatan Sabbangparu, Embung Ukka e, Embung Lakadaung, Embung Lamate, Embung Callacu I, Embung Callacu II, Embung Lamessi, Embung Lapoloaju, Embung Lamaria di Kecamatan Maniangpajo. e. Danau yaitu Danau Tempe yang meliputi Kecamatan Tempe, Kecamatan Belawa, 12

278 Lampiran II baku (sungai dan mata air), jaringan Kecamatan Tanasitolo, dan Kecamatan Kec primer, jaringan sekunder, jaringan Sabbanngparu; tersier dan embung-embung (situ) dan f. Cekungan Air Tanah (CAT) yang meliputi: atau checkdam/waduk. Cekungan Air Tanah (CAT) lintas kabupaten, yaitu CAT Pinrang-Sidenreng Pinrang di Kecamatan Maniangpajo, dan CAT Siwa-Pompanua Siwa di Kecamatan Pitumpanua (8) Prasarana telekomunikasi adalah prasarana telepon meliputi Stasiun Telepon Otomat (STO), jaringan telepon, rumah kabel, kotak pembagi dan telepon umum. Khusus untuk kawasan yang tidak atau sulit terjangkau system jaringan, dikembangkan system telepon radio dan atau satelit. BUPATI BONE DR. H. A. FAHSAR M. PADJALANGI, M.Si 13

279 SINKRONISASI RPJM NASIONAL TAHUN , RPJMD SULAWESI SELATAN TAHUN , RPJPD KABUPATEN BONE TAHUN DENGAN RPJMD KABUPATEN BONE TAHUN RPJM NASIONAL RPJMD PROVINSI SULSEL RPJPD KAB.BONE RPJMD KAB.BONE VISI VISI VISI VISI Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan Sulawesi Selatan sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan pada Tahun 218 Bone yang lebih Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai, dan Agamis Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas, dan Sejahtera MISI MISI MISI MISI 1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang Sejahtera; 2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi; 3. Memperkuat Dimensi Keadilan di semua bidang. 1. Mendorong semakin berkembangnya masyarakat yang religius dan kerukunan intra dan antar ummat beragama; 2. Meningkatkan kualitas kemakmuran ekonomi kesejahteraan sosial dan kelestariaan lingkungan; 1. Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia yang tangguh dengan prioritas mencerdaskan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; 2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, adil dan merata; 2. Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal untuk mewujudkan manusia mandiri; Lampiran III 1

280 Lampiran III 3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur wilayah; 4. Meningkatakan daya saing daerah dan sinergitas regional, nasional dan global; 5. Meningkatkan kualitas demokrasi dan kepastian hukum; 6. Meningkatkan kualitas ketertiban, keamanan dan kesatuan bangsa; 7. Meningkatkan perwujudan Kepemerintahan yang baik. bertanggung jawab; 3. Mewujudkan demokratisasi dalam segala aspek kehidupan dan menjamin tegaknya supremasi hukum; 4. Mewujudkan peningkatan produksi, produktivitas dan nilai tambah hasil-hasil potensi daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; 5. Mewujudkan stabilitas keuangan daerah, peningkatan investasi, dan penanggulangan kemiskinan; 6. Mewujudkan kesejahteraan sosial, kualitas beragama, pengembangan budaya, peranan perempuan dan perlindungan anak serta pemuda dan olahraga; 7. Mewujudkan keamanan, ketertiban dan harmonisasi antar kelompok masyarakat. 3. Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan; 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak-hak dasar masyarakat yang berkeadilan; 5. Mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat; 6. Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas KKN. 2

281 PRIORITAS TUJUAN PRIORITAS TUJUAN Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi Lampiran III 1. Meningkatkan kualitas kehidupan religius masyarakat dan kerukunan intra dan antar umat beragama; 2. Meningkatkan kualitas kemakmuran ekonomi, meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial, meningkatkan kelestarian lingkungan dan Sumber Daya Alam; 3. Meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan, meningkatkan akses dan layanan kesehatan, meningkatkan akses dan kualitas layanan Infrastruktur; 4. Meningkatkan daya saing daerah, meningkatkan kerja sama antar kabupaten/kota serta sinergitas nasional dan global; RPJM I : Menciptakan landasan yang kokoh bagi upaya untuk mengakselerasi pembangunan Kabupaten Bone di masa yang akan datang; RPJM II : Medorong tercapainya peningkatan kemampuan dan kontribusi daerah dalam menciptakan kemandirian lokal dibidang ekonomi, pemerintahan yang bersih dan profesional dalam mewujudkan tatanan Indonesia yang lebih maju, adil dan berkembang kearah yang lebih baik; RPJM III : Mengakselerasi usahausaha untuk mengejar ketertinggalan atau memenuhi target yang belum tercapai di segala bidang pembangunan;] 1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan; 2. Meningkatkan pencegahan dan penanganan penyakit menular maupun tidak menular; 3. Mengurangi kematian ibu, bayi dan balita serta memperbaiki status gizi masyarakat 4. Meningkatkan cakupan air bersih dan sanitasi masyarakat; 5. Mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk; 6. Meningkatkan akses, kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilai-nilai agama sehingga mampu mendorong tercapainya manusia yang mandiri dan sejahtera; 7. Meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat; 8. Meningkatkan prestasi olahraga dan peran pemuda dalam pembangunan; 3

282 Lampiran III 5. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan demokrasi dan penegakan hukum, meningkatkan kesetaraan gender dan perlindungan anak; 6. Memelihara ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat, memelihara harmoni sosial dan kesatuan bangsa; 7. Mewujudkan pemerintahan yang baik. RPJM IV : Mewujudkan Kabupaten Bone yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur ekonomi lokal yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif regional, nasional dan internasional 9. Meningkatkan investasi, pengembangan industri, koperasi UMKM, perdagangan dan pariwisata untuk mengurangi pengangguran; 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas hasil-hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan untuk mewujudkan ketahanan pangan; 11. Meningkatkan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pelestarian hutan dan lingkungan hidup; 12. Meningkatkan pembangunan infrastruktur guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah; 13. Meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, perlindungan sosial; 4

283 Lampiran III 14. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan perempuan, serta perlindungan terhadap perempuan dan anak; 15. Meningkatkan apresiasi seni dan budaya di kalangan lembaga pendidikan dan masyarakat; 16. Meningkatkan partisipasi politik dan kondusifitas lingkungan masyarakat; 17. Menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih, transparan, partisipatif, dan akuntabel; 18. Meningkatkan ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas didukung data statistik. 5

284 Penjelasan : Berdasarkan kajian hubungan anatara RPJM Nasional Tahun , RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun , RPJPD Kabupaten Bone Tahun dan RPJMD Kabupaten Bone Tahun , digambarkan sebagai berikut: 1. Visi Kabupaten Bone sesuai/sejalan/selaras dengan Visi RPJM Nasional (29 214), Visi RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan ( ) dan Visi RPJPD Kabupaten Bone (25 225); 2. Misi Kabupaten Bone sesuai/sejalan/selaras dengan Misi RPJM Nasional (29 214), Misi RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan ( ) dan Misi RPJPD Kabupaten Bone (25 225); BUPATI BONE DR. H. A. FAHSAR M. PADJALANGI, M.Si Lampiran III 6

285 SANDINGAN RPJPD KABUPATEN BONE THN , RPJMD KABUPATEN BONE DENGAN RTRW KAB. BONE TAHUN RPJPD KAB.BONE RPJMD KAB.BONE RTRW KAB.BONE Visi : Bone yang lebih Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis Visi : Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera di Tahun 218 MISI MISI ARAHAN POLA RUANG (KLASIFIKASI RUANG) 1. Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia yang tangguh dengan prioritas mencerdaskan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; 2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab; 3. Mewujudkan demokratisasi dalam segala aspek kehidupan dan menjamin tegaknya supremasi hukum; 4. Mewujudkan peningkatan produksi, produktivitas dan nilai tambah hasil-hasil potensi daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; 5. Mewujudkan stabilitas keuangan daerah, peningkatan investasi, dan penanggulangan kemiskinan; 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, adil dan merata; 2. Meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan yang berkeadilan berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal untuk mewujudkan manusia mandiri; 3. Mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan; 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memenuhi hak-hak dasar masyarakat yang berkeadilan; 5. Mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat; 6. Menguatkan budaya politik dan hukum yang demokratis dan bebas KKN. A. Rencana Peruntukan Kawasan Lindung : a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya b. Kawasan perlindungan setempat c. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya; d. Kawasan rawan bencana alam e. Kawasan lindung geologi f. Kawasan lindung lainnya B. Rencana Peruntukan Kawasan Budidaya a. Kawasan peruntukan hutan produksi b. Kawasan peruntukan pertanian c. Kawasan peruntukan perikanan d. Kawasan peruntukan pertambangan e. Kawasan peruntukan industri Lampiran IV 1

286 6. Mewujudkan kesejahteraan sosial, kualitas beragama, pengembangan budaya, peranan perempuan dan perlindungan anak serta pemuda dan olahraga; 7. Mewujudkan keamanan, ketertiban dan harmonisasi antar kelompokn masyarakat. f. Kawasan peruntukan pariwisata g. Kawasan peruntukan pemukiman h. Kawasan peruntukan lainnya TUJUAN (ARAH KEBIJAKAN) STRATEGI STRUKTUR RUANG A. Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia yang tangguh dengan prioritas mencerdaskan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat : 1. Reorientasi kebijakan pendidikan dan pelatihan agar tanggap terhadap dinamika pembangunan dan permintaan pasar tenaga kerja 2. Demokratisasi pendidikan bagi seluruh warga masyarakat untuk mendapatkan haknya dalam pendidikan 3. Peningkatan kemampuan konseptual, teknis dan manajerial 4. Peningkatan kualitas pendidikan 5. Peningkatan cakupan dan pelayanan mutu kesehatan masyarakat terutama penduduk miskin 1. Mencukupi kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan seperti PONED dan PONEK serta menerapkan sertifikasi dan akreditasi RS dan Puskesmas. 2. Meningkatkan mutu sumber daya kesehatan melalui penerapan budaya kerja dan pengembangan profesionalisme tenaga kesehatan, serta pemberian kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan. 3. Meningkatkan kerjasama dalam pelayanan kesehatan dalam bentuk MoU antara pemerintah daerah dengan penyedia layanan kesehatan swasta 4. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin melalui jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), dan peningkatan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bone meliputi : A. Pusat-Pusat Kegiatan, meliputi : a. PKW yaitu kawasan Perkotaan Watampone yang meliputi Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, dan Kecamatan Tanete Riattang Timur b. PKLp adalah kawasan perkotaan Palattae di Kecamatan Kahu c. PPK, meliputi : - Kawasan Perkotaan Pattiro Bajo di Kecamatan Sibulue - Kawasan Perkotaan Taccipi di Kecamatan Ulaweng - Kawasan Perkotaan Camming di Kecamatan Libureng - Kawasan Perkotaan Matango di Kecamatan Lappariaja Lampiran IV 2

287 6. Penanaman kebiasaan pola hidup sehat, pola makan gizi seimbang dan peningkatan kegiatan olahraga dilingkungan keluarga dan masyarakat 7. Peningkatan upaya terpadu untuk menjamin kecukupan pangan dan perbaikan gizi masyarakat 8. Meningkatkan kegiatan olahraga ditengah masyarakat sejak dini B. Mewujudkan penyelenggaran pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab : 1. Meningkatnya penerapan prinsipprinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan lini pemerintahan 2. Meningkatkan efektifitas pengawasan aparat melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat 3. Peningkatan pemberdayaan pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat 4. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan pemerintah daerah secara efektif dan responsif 5. Peningkatan efektifitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur 6. Peningkatan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan pelayanan unggulan Lampiran IV 5. Meningkatkan promosi kesehatan dan perilaku hidup sehat melalui sarana informasi dan optimalisasi tenaga kesehatan di Puskesmas dan kelompok masyarakat. 6. Meningkatkan pencegahan melalui promosi kesehatan dan meningkatkan pelayanan dalam penanggulangan penyakit. 7. Meningkatkan kapasitas bidan dalam kesiapsiagaan persalinan dan mengembangkan desa siaga aktif. 8. Optimalisasi Posyandu dan tenaga kesehatan dalam pemantauan tumbuh kembang anak. 9. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya sarana air bersih dan sanitasi bagi kesehatan keluarga. 1. Meningkatkan peserta KB aktif melalui komunikasi, informasi dan edukasi dengan mengoptimalkan peran kader Posyandu dan tenaga kesehatan di Puskesmas. 11. Optimalisasi Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR 12. Meningkatkan penyediaan bantuan operasional pendidikan, pemberian bantuan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, serta penerapan efisiensi penyelenggaraan pendidikan pada masing-masing satuan pendidikan. - Kawasan Perkotaan Lalebbata di Kecamatan Lamuru - Kawasan Perkotaan Componge di Kecamatan Awangpone - Kawasan Perkotaan Pompanua di Kecamatan Ajangale - Kawasan Perkotaan Bojo di Kecamatan Kajuara d. PPL, meliputi : - Kawasan Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra - Kawasan Kadai di Kecamatan Mare - Kawasan Tanete Harapan di Kecamatan Cina - Kawasan Apala di Kecamatan Barebbo - Kawasan Lonrong di Kecamatan Ponre - Kawasan Passippo di Kecamatan Palakka - Kawasan Kahu di Kecamatan Bontocani - Kawasan Manera di Kecamatan Salomekko - Kawasan Latobang di Kecamatan Patimpeng - Kawasan Tujue di Kecamatan Tellu Limpoe - Kawasan Bengo di Kecamatan Bengo - Kawasan Tokaseng di Kecamatan Tellu Siattinge 3

288 C. Mewujudkan demokratisasi dalam segala aspek kehidupan dan menjamin tegaknya supremasi hukum : 1. Memperkuat tatanan masyarakat sipil 2. Peningkatan kualitas pelaksanaan otonomi daerah 3. Mewujudkan demokrasi melalui pendidikan dan pelatihan untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat 4. Mewujudkan tegaknya supremasi hukum disegala bidang untuk menciptakan rasa aman dan tentram bagi seluruh masyarakat D. Mewujudkan peningkatan produksi, produktifitas dan nilai tambah hasil-hasil potensi daerah secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan : 1. Peningkatan pengamanan lahan sawah didaerah irigasi berproduktifitas tinggi menuju kemandirian pangan 2. Peningkatan populasi hewan ternak 3. Peningkatan diversifikasi pangan 4. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan 5. Pengembangan usaha pertanian secara terpadu dengan konsep agribisnis 6. Peningkatan daya saing produksi pertanian dan perikanan melalui Lampiran IV 13. Meningkatkan pemerataan sarana prasarana pendidikan melalui perbaikan ruang kelas rusak, penambahan kelas dan pembangunan sekolah baru sesuai kebutuhan. 14. Meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberian kesempatan studi lanjut atau mengikuti pendidikan dan latihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. 15. Meningkatkan pelayanan perpustakaan daerah melalui peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan, penambahan koleksi perpustakaan, serta pengembangan minat baca masyarakat. 16. Meningkatkan pembinaan dan kompetisi olahraga unggulan, pembinaan organisasi kepemudaan dan organisasi kesiswaan serta peningkatan kapasitas pemuda tentang kecakapan hidup dan kewirausahaan bekerjasama dengan pihak swasta. 17. Optimalisasi kinerja dan peningkatan kualitas pelayanan perijinan satu pintu, pemindahan perijinan yang masih ditangani oleh dinas/instansi tertentu ke SKPD yang menangani perizinan, peningkatan kerjasama dengan stakeholder investasi, peningkatan infrastruktur pendukung investasi, dan pemberian insentif daerah bagi calon investor. - Kawasan Taretta di Kecamatan Amali - Kawasan Uloe di Kecamatan Dua Boccoe - Kawasan Ujung Tanah di Kecamatan Cenrana B. Sistem Jaringan Prasarana Utama a. Sistem jaringan transportasi darat a) Sistem jaringan jalan, terdiri atas : i. Jaringan jalan a. Jalan Arteri : Jalan Watampone Pelabuhan Bajoe, Jalan MH.Thamrin, Jalan Yos Sudarso, Jalan Batas Kab.Maros-Ujung Lamuru, Jalan Ujung Lamuru- Batas Kota Watampone, Jalan MT Haryono, Jalan Ahmad Yani, Jalan Petta Ponggawae; b. Jalan Kolektor K1 : Bajo- Arasoe, Arasoe-Batas Kota Watampone, Jalan Gatot Subroto, Jalan Jend.Sudirman, Jalan Merdeka, Jalan WR.Supratman, Jalan Veteran, Jalan Urip Sumoharjo; c. Jalan Kolektor K2 : Jalan Tanabatue-Sanrego, Jalan Ujung Lamuru-Batas 4

289 upaya peningkatan pasca panen dan pengolahan 7. Penguatan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk kelola resiko usaha pertanian dalam mendukung pengembangan agroindustri 8. Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan hutan tanaman industri 9. Perkuatan kelembagaan pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sarana produksi dan meningkatkan skala pengusahaan yang dapat meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan 1. Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup diwilayah pesisir, laut dan air tawar 11. Pengarusutamaan prisip-prinsip pembangunan berkelanjutan keseluruh bidang pembangunan 12. Peningkatan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup 13. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan aktif sebagai kontrol sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup Lampiran IV 18. Meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja melalui pelatihan kerja sesuai permintaan pasar kerja, serta peningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam pendidikan dan pelatihan kerja, dan magang kerja. 19. Mengembangkan destinasi wisata melalui optimalisasi sarana dan prasarana pariwisata, pengelolaan obyek wisata, dan pengembangan industri dan jasa pariwisata bekerjasama dengan swasta dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). 2. Meningkatkan kapasitas pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah melalui pelatihan manajemen usaha dan pemasaran produk UMKM dan pelatihan kewirausahaan. 21. Mengembangkan usaha koperasi melalui peningkatan kapasitas pengurus Koperasi mengenai manajemen koperasi bekerjasama dengan lembaga perbankan; 22. Meningkatkan kapasitas pelaku IKM melalui fasilitasi alat, pelatihan manajemen usaha dan pemasaran produk, fasilitasi dalam mengakses permodalan, dan fasilitasi temu usaha dengan usaha skala besar; Soppeng, Batas Soppeng- Pompanua, Jalan Ujung Lamuru-Palattae, Jalan Palattae-Bojo, Jalan Taccipi- Waempubbu-Pompanua d. Jalan Kolektor K4 dan Jalan Lokal ii. Lalu lintas dan angkutan jalan a. Trayek Angkutan barang : Kota Makassar-Bajoe-Kolaka- Kendari (Sulawesi Tenggara), Kota Watampone-Maros- Makassar, Kabupaten Bone- Palopo-Palu (Sulawesi Tengah), Kabupaten Bone- Mamuju, Kabupaten Bone- Polewali (Sulawesi Barat) b. Trayek Angkutan Penumpang antar kota dalam provinsi (AKDP) : Bone-Maros- Makassar, Bone- Watangsoppeng, Bone- Sengkang, Bone-Sinjai- Bulukumba-Selayar, Bone- Sinjai, Bone-Wajo-Luwu- Palopo, Bone-Wajo-Luwu- Palopo-Luwu Utara (Malangke dan Masamba) dan Bone- Wajo-Luwu-Palopo-Masamba- Luwu Timur (Tomoni, Mangkutana dan kalaena) 5

290 14. Pemanfaatan keunggulan kompetitif dalam rangka menciptakan struktur ekonomi produktif dan berbasis masyarakat E. Mengembangkan kemampuan untuk memperluas target pasar regional, nasional dan internasional secara proporsional dan berkelanjutan : 1. Kota Watampone sebagai pusat perdagangan regional 2. Integrasi pengembangan kota-desa 3. Pengentasan kemiskinan secara terpadu 4. Pemanfaatan teknologi jasa (eservices) F. Mewujudkan ketahanan sosial budaya melalui peningkatan kesejahteraan sosial, kualitas beragama, pengembangan budaya dan pariwisata, peran perempuan dan olahraga : 1. Terwujudnya Bone sebagai pusat studi budaya bugis 2. Peningkatan peran perempuan dan pengarusutamaan gender 3. Pembinaan pemuda dan olahraga 4. Terwujudnya kerukunan beragama melalui peningkatan pemahaman nilai-nilai dan ajaran agama G. Mewujudkan keamanan, ketertiban dan harmonisasi antar kelompok masyarakat : 1. Meningkatnya peran serta masyarakat Lampiran IV 23. Meningkatkan perbaikan/pembangunan sarana dan prasarana perdagangan, penataan pedagang kakilima, pengendalian pasar retail modern, serta pengembangan jaringan kerjasama perdagangan; 24. Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani, penyediaan sarana produksi (bibit unggul, pupuk dan pestisida), alsintan dan jaringan irigasi serta jalan usaha tani dan pencegahan, pengendalian dan pemantauan organisme pengganggu tanaman (OPT), bencana alam banjir/kekeringan, dan mengoptimalkan penyuluhan pertanian/perkebunan; 25. Meningkatkan populasi ternak dan hasil peternakan melalui penerapan inseminasi buatan, pengembangan hijauan makanan ternak, menekan pemotongan betina produktif dan mengatasi kelangkaan pejantan; 26. Meningkatkan produksi, mutu dan nilai jual hasil perikanan dan produk olahan ikan melalui peningkatan sarana dan prasarana, penerapan sistem rantai dingin, serta meningkatkan pemberdayaan kelompok nelayan, pembudidaya ikan dan kelompok pengolahan dan pemasaran; c. Trayek Angkutan Penumpang antar kota antar provinsi (AKAP) : Kota Makassar-Bajoe- Kolaka-Kendari, Bone-Palopo- Palu, Bone-Mamuju (Sulawesi Barat) dan Bone-Polewali (Sulawesi Barat) d. Trayek Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan dalam Kabupaten Bone : Angkutan umum dalam kota, Terminal Petta Ponggawae, watampone-palattae, Watampone-Bengo, Watampone-Lappariaja, Watampone-Camming, Watampone-Awangpone, Watampone-Ajangale, Watampone-Cenrana, Watampone-Uloe e. Terminal : rencana pengembangan terminal penumpang tipe B Petta Ponggawae di Kelurahan Bulu Tempe Kecamatan Tanete Riattang Barat, terminal tipe B di Palattae, tipe C di Bengo, tipe C di Ulaweng-Kajuara- Lappariaja-Tellulimpoe- Ajangale-Mare-Sibulue, 6

291 dan profesionalisme institusi yang terkait dengan masalah keamanan 2. Terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat 3. Pemberdayaan organisasi kemasyarakatan, sosial keagamaan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam mencegah dan mengoreksi keadilan, diskriminasi dan ketimpangan sosial 4. Memantapkan peran pemerintah daerah sebagai fasilitator dan mediator dalam menjaga dan memelihara keamanan, perdamaian dan harmoni dalam masyarakat Lampiran IV 27. Meningkatkan penanganan wilayah rawan pangan melalui pengembangan lumbung pangan dan penguatan LDPM, percepatan penganekaragaman konsumsi pangan beragam melalui sosialisasi, promosi dan edukasi, bergizi seimbang dan aman, serta meningkatkan pengawasan terhadap mutu dan keamanan pangan; 28. Menetapkan sawah lestari dan mengendalikan ijin alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian bekerjasama dengan Badan Pertanahan Negara; 29. Peningkatan tertib administrasi pertanahan melalui peningkatan pelayanan bekerjasama dengan Kantor Pertanahan Negara; 3. Mengurangi hutan dan lahan kritis melalui reboisasi, penanganan lahan kritis dan pengembangan hutan rakyat, dan penertiban industri hasil hutan dengan mengoptimalkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH); 31. Meningkatkan pemantauan kualitas air, tanah dan udara dengan mengoptimalkan laboratorium BLHD, pelayanan pengaduan dan penegakan hukum terhadap kasus-kasus lingkungan; 32. Meningkatkan pembangunan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan pada kawasan padat lalu lintas; terminal agro di kawasan Agropolitan Pasaka Kecamatan Kahu, terminal barang di Kecamatan Tanete Riattang Timur, terminal angkutan antar moda transportasi di Pelabuhan Bajoe dan bandar Udara di Kecamatan Awangpone, unit jembatan timbang di Kelurahan tanabatue Kecamatan Libureng, dan unit pengujian kendaraan bermotor di Desa pasippo Kecamatan Palakka b) Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan berupa pelabuhan penyeberangan ditetapkan di Pelabuhan Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur c) Sistem jaringan perkeretaapian merupakan jaringan jalur kereta api umum antarkota Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat-parepare- Barru-Pangkajene-Maros-Makassar- Sungguminasa-Takalar-Bulukumba- Watampone-Pareparwe b. Sistem jaringan transportasi laut, terdiri dari : a) Pelabuhan pengumpul, yaitu Pelabuhan Bajoe di Kecamatan Tanete Riattang Timur 7

292 Lampiran IV 33. Mengembangkan sistem pengawasan dan pelaporan aktivitas pertambangan, dan bekerjasama dengan PLN dalam penyediaan jaringan listrik pada wilayah terpencil, serta mengembangkan energi alternatif melalui sistem demplot; 34. Meningkatkan pembangunan jalan dan jembatan kabupaten yang berkondisi rusak berat, dan melakukan perbaikan jalan berkondisi rusak ringan; 35. Meningkatkan perbaikan jaringan irigasi baik primer, sekunder maupun tersier; 36. Meningkatkan penyediaan air baku dan pengelolaan melalui pemeliharaan sumber mata air dan pengembangan PDAM; 37. Meningkatkan pelayanan transportasi melalui peningkatan fasilitas terminal, penyediaan sarana keselamatan lalu lintas, perbaikan manajemen transportasi, dan peningkatan ketertiban lalu lintas bekerjasama dengan kepolisian, swasta dan masyarakat; 38. Mendorong pengembang dalam penyediaan rumah sederhana; 39. Meningkatkan rehabilitasi rumah tidak layak huni pada kawasan permukiman kumuh dan memberikan dana stimulan dalam pembangunan sarana air bersih dan sanitasi; b) Pelabuhan pengumpan : Pelabuhan Uloe di Kecamatan Dua Boccoe, Waetuwo di Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kading di Kecamatan Barebbo, Pattiro di Kecamatan Sibulue, Lapangkong di Kecamatan Kajuara dan Tuju-Tuju di Kecamatan Kajuara c. Sistem jaringan transportasi udara, berupa bandar udara pengumpan di Kecamatan Awangpone C. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya berupa : a. Sistem Jaringan Energi : Pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi tenaga listrik dan jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. Sistem Jaringan Telekomunikasi : jaringan teresterial dan jaringan satelit; c. Sistem Jaringan Sumber Daya Air : Wilayah Sungai (WS) (Walanae- Cenranae, Jeneberang dan Saddang), Bendungan (Sanrego), Waduk (Paccapaseng, Waru-Waru), Bendung (Pattiro, Lekoballo, Calinrung, Wollangi, Palakka, Jaling, Lanca, Bengo), Embung : Linre, Tellongeng, Padaidi, Tempe- Tempe, Cinnong, Ujung, dan Mattirobulu, Mata air (Wollangi 1 dan 2, Panyili, Cinnong, Batu-Batu, Barebbo, Lamuru, Maccedde), Cekungan Air Tanah (CAT) : CAT Siwa-Pompanua dan 8

293 Lampiran IV 4. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil; 41. Optimalisasi potensi kelembagaan sosial masyarakat dan penguatan gerakan sosial masyarakat dalam penanganan penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS); 42. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa melalui pengembangan lembaga ekonomi desa, pengembangan potensi desa, dan pemberdayaan kelompok ekonomi masyarakat; 43. Meningkatkan pembangunan gender melalui pengembangan dukungan dan komitmen kepala daerah dan kepala SKPD dalam penyelenggaraan PUG, meningkatkan peran aktif Kelompok Kerja PUG, meningkatkan kapasitas Tim Teknis Pokja PUG dan Focal Point SKPD; 44. Optimalisasi P2TP2A dalam penanganan perempuan dan anak korban kekerasan, serta pemberdayaan perempuan dalam peningkatan usaha ekonomi produktif; 45. Meningkatkan sarana dan prasarana di lokasi permukiman transmigrasi; CAT Sinjai yang meliputi Kajuara; d. Sistem Jaringan Irigasi; e. Sistem Pengendalian Banjir; f. Sistem Pengamanan Pantai; 9

294 Lampiran IV 46. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana dan pendidikan seni budaya, penyelenggaraan event-even seni budaya daerah dan pelestarian kekayaan budaya daerah; 47. Meningkatkan pengetahuan mengenai hak politik masyarakat melalui pendidikan politik dan edukasi menengai wawasan kebangsaan; 48. Meningkatkan patroli penegakan perda dan pencegahan tindak kriminal melalui optimalisasi linmas di setiap desa/kelurahan; 49. Optimalisasi PAD melalui pembukaan potensi sumber pendapatan daerah, meningkatkan kinerja sumber pendapatan daerah, mencegah kebocoran pendapatan, memberikan penghargaan dan sanksi kepada pengelola sumber pendapatan daerah; 5. Peningkatan komitmen pimpinan daerah dan seluruh aparat, mempercepat penyelesaian tindak lanjut LHP dan action plan, memperbaiki sistem keuangan daerah, meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan, memperkuat regulasi daerah dalam mencapai WTP; 1

295 Lampiran IV 51. Optimalisasi pengelolaan aset daerah melalui kajian evaluasi aset-aset daerah, memperbaiki managemen aset, perbaikan kinerja pengelola aset, dan peningkatan kapasitas pengelolaan aset; 52. Meningkatkan kompetensi aparatur pemerintah daerah dan DPRD dalam menjalankan tugas dan fungsinya melalui pendidikan kedinasan, bimbingan teknis dan pelatihan; 53. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah daerah, terbentuknya produk-produk hukum daerah, penyediaan informasi dan pelayanan pengaduan masyarakat; 54. Meningkatkan pengelolaan arsip secara baku dengan mengoptimalkan arsiparis dan aparatur di masing-masing SKPD; 55. Meningkatkan pemanfaatan jaringan komunikasi dan informasi berbasis internet melalui fasilitasi sarana prasarana teknologi informasi secara merata di SKPD dan ruang publik; 11

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 174 km dari Kota Makassar. Mempunyai garis

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2008 0 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN BONE T E N T A N G DISUSUN OLEH BAGIAN

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN BONE.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN BONE. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN BONE. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Bone berkantor dijalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 1 Watampone, Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BONE

PEMERINTAH KABUPATEN BONE 1 PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONE TAHUN 2012 2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE, Menimbang

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS)

Memorandum Program Sanitasi (MPS) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

katalog

katalog katalog 110.1002.7311.720 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TANETE RIATTANG 2015 Statistik Daerah Kecamatan Tanete Riattang 2015 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TANETE RIATTANG 2015 Katalog BPS : 1103001.7311.720

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bone Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bone Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bone Tahun 2013 sebanyak 114.209 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bone Tahun 2013 sebanyak 6 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

KATALOG BPS :

KATALOG BPS : KATALOG BPS : 1101002.7311.010 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR Katalog BPS : 11030001.7311.730 Nomor Publiksai : 73110.15062 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman Naskah : : iv; 15

Lebih terperinci

Penentuan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

Penentuan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan TEMU ILMIAH IPLBI 16 Penentuan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan Susilawati (1), Isfa Sastrawati (1), Shirly Wunas (2) (1) Laboratorium Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BUKU PUTIH SANITASI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Batas Wilayah Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pewilayahan Hujan Provinsi Sulawesi Selatan Karakteristik pola hujan wilayah Berdasarkan hasil pengolahan data curah hujan bulanan dari 142 stasiun hujan, wilayah Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumen perencanaan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan kewajiban

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Potensi Lahan Untuk Pemanfaatan Lahan Padi Penilaian potensi lahan merupakan kegiatan penilaian lahan berdasarkan karakteristik alamiah dari komponen-komponen lahan. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BUPATI BREBES RANCANGAN

BUPATI BREBES RANCANGAN BUPATI BREBES RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-Krpl) Di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-Krpl) Di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-Krpl) Di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Ir. A h y a r, dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Geografis Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tanggal 21 Juni 2001, Kota Tanjungpinang membawahi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan 68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kabupten Bantul a. Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah seluruhnya

Lebih terperinci