BUPATI BREBES RANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUPATI BREBES RANCANGAN"

Transkripsi

1

2 BUPATI BREBES RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi dan misi Kepala Daerah, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 150 ayat (3) Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto Pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu mengatur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Brebes tahun ; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

3 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

4 11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Propinsi

5 Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8); 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3); 21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4); 22. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun ((Lembaran Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2009 Nomor 38A); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2011 Nomor 2); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BREBES dan BUPATI BREBES MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN

6 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Brebes. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Brebes dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Brebes. 3. Bupati adalah Bupati Brebes. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Kabupaten Brebes. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten Brebes. 6. Peraturan Daerah selanjutnya disingkat Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten Brebes. 7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD adalah Dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. 8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Brebes Tahun yang selanjutnya disebut adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 9. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renstra SKPD, adalah Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahunan. 10. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah Dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun yang selanjutnya disingkat RPJMN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima tahun). 12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD Provinsi Jawa Tengah adalah Dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. 13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut

7 Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahun. 14. Visi adalah kondisi yang diinginkan untuk diwujudkan di masa mendatang. 15. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 16. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 17. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. 18. adalah Bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat. BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Pasal 2 (1) merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2012; (2) berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 3 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes tahun , dan memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Pasal 3 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam RKPD.

8 Pasal 4 menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di daerah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan selama kurun waktu tahun Pasal 5 wajib dilaksanakan oleh Bupati dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di daerah. BAB III SISTEMATIKA Pasal 6 Dokumen terdiri atas sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan BAB II Gambaran Umum Daerah BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan BAB IV Analisis Isu Isu Strategis BAB V Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran BAB VI Strategi dan Arah Kebijakan BAB VII Kebijakan Umum dan Pembangunan Daerah BAB VIII Indikasi Rencana Prioritas Disertai Kebutuhan Pendanaan BAB IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah BAB X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Pasal 7 Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

9 BAB IV PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 8 (1) Bupati melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan ; (2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 9 (1) Perubahan hanya dapat dilakukan apabila : a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan; b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukan bahwa substansi yang dirumuskan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. terjadi hal-hal yang mendasar, dan/atau; d. merugikan kepentingan nasional/masyarakat luas. (2) Perubahan yang mendasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, mencakup antara lain terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah, atau perubahan kebijakan nasional; (3) Merugikan kepentingan nasional/masyarakat luas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, apab ila bertentangan dengan kebijakan nasional/kepentingan masyarakat luas. Pasal 10 perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

10 BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku maka menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun 2017 dan dapat diperlakukan sebagai transisi, sebagai pedoman penyusunan RKPD 2018 sebelum tersusunnya tahun yang memuat visi dan misi Bupati terpilih. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Brebes. Ditetapkan di Brebes pada tanggal 10 Juni 2013 BUPATI BREBES, Diundangkan di Brebes pada tanggal 11 Juni 2013 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BREBES Kepala BPMDK, IDZA PRIYANTI EMASTONI EZAM

11 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN I. UMUM Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang disusun dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, dan dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. Perencanaan pembangunan daerah tersebut dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing- masing. Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan. Sejalan dengan perkembangan dinamika perencanaan pembangunan daerah telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sebagai penjabaran dari Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perencanaan pembangunan daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten sesuai dengan kewenangannya dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Kabupaten Brebes digunakan sebagai pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kabupaten Brebes Tahun bahan penyusunan dan evaluasi Renstra SKPD dengan memperhatikan tugas dan kewenangan SKPD dalam mencapai sasaran pembangunan Kabupaten Brebes yang termuat dalam Tahun , serta pedoman dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). tersebut dijabarkan ke dalam RKPD yang merupakan rencana

12 pembangunan tahunan daerah. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Perda tentang Tahun adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan pembangunan daerah, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi, baik antar ruang, antar waktu, maupun antar fungsi pemerintah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Peraturan Daerah tentang Kabupaten Brebes Tahun , terdiri dari 7 bab dan 1 2 pasal yang mengatur mengenai pengertian - pengertian, sistematika penulisan Kabupaten Brebes, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan, serta lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perda tentang Kabupaten Brebes Tahun II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas. Pasal 4 Cukup Jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

13 Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Ayat (3) Cukup Jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas.

14 DAFTAR ISI Daftar isi... i BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Landasan Hukum... I Tujuan... I Hubungan Dengan Dokumen Perencanaan Daerah Lainnya... I Sistematika... I-4 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi dan Demografi... II Geografis... II Demografis... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan ekonomi... II Fokus Kesejahteraan Sosial... II Aspek Pelayanan Umum... II Pelayanan Urusan Wajib... II Pelayanan Urusan Pilihan... II Aspek Daya Saing Daerah... II Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... II Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur... II-86 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN... III Kinerja Keuangan Masa Lalu... III Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu... III Proporsi Penggunaan Anggaran... III Analisis Pembiayaan Daerah... III Analisis Neraca Daerah... III Kerangka Pendanaan... III-12 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... IV Lingkungan Strategis... IV Permasalahan Pembangunan... IV Isu-Isu Strategis... IV-13 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN... V Visi... V Misi... V Tujuan dan Sasaran... V-3 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... VI Strategi... VI Arah Kebijakan... VI-6 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VII Kebijakan Umum... VII Pembangunan... VII-1 i

15 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN... BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... VIII-1 IX-1 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN... X Pedoman Transisi... X Kaidah Pelaksanaan... X-1 ii

16 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR : 4 Tahun 2013 TANGGAL : 10 Juni 2013 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH () KABUPATEN BREBES TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih maju dan peningkatan kualitas hidup manusia yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara merata. Pembangunan diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh stakeholder pembangunan melalui beberapa tahapan, meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut merupakan sebuah siklus pembangunan yang berkelanjutan. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, mengimplementasikan rencana pembangunan daerah, memonitor dan mengevaluasi hasil pembangunan daerah sehingga terjamin keterkaitan dan konsistensi dalam pembangunan daerah. Amanat kepada pemerintah daerah untuk menyusun sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun Kedua Undang-Undang tersebut mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun rencana pembangunan daerah, meliputi: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP D) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah () dengan jangka waktu 5 tahun, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan jangka waktu 1 tahun. Rencana pembangunan daerah tersebut menjadi bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Rencana pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, sehingga penyusunannya harus dilakukan secara terpadu, terukur, dapat dilaksanakan dan berkelanjutan. Kabupaten Brebes pada bulan Oktober tahun 2012 telah menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, dan telah berhasil menetapkan pasangan bupati dan wakil bupati terpilih Periode yang pelatikannya telah dilaksanakan pada tanggal 4 Desember Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, maka perlu disusun Kabupaten Brebes tahun Dokumen ini disusun guna menjabarkan visi dan misi serta program Kepala Daerah kedalam tujuan dan sasaran, arah kebijakan, strategi, kebijakan umum dan program pembangunan, program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan, serta indikator kinerja pembangunan. I - 1

17 Pada pasal 19 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 ayat (2) disebutkan bahwa RPJM-D ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kepala daerah dilantik. Sementara itu dalam pasal 150 ayat (3) huruf c Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa ditetapkan dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Terkait dengan hal ini Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dimana dalam PP ini disebutkan bahwa RPJM-D ditetapkan paling lambat 6 bulan setelah kepala daerah dilantik dengan Peraturan Daerah. Penyusunan Kabupaten Brebes tahun berpedoman pada Permendagri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Tahapan penyusunan meliputi tahap persiapan, penyusunan rancangan awal, penyusunan kebijakan umum anggaran, konsultasi publik, penyusunan rancangan, penyusunan rancangan akhir sampai dengan proses legislasi oleh DPRD untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah (Perda). Kabupaten Brebes tahun menjadi pedoman kerja bagi seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah selama 5 tahun kedepan. ini juga menjadi acuan bagi KPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Brebes dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra-SKPD). Untuk pelaksanaan lebih lanjut, ini akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). 1.2 Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan Kabupaten Brebes tahun adalah sebagai berikut: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah beberapa kali, dan perubahan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; I - 2

18 13. Peraturan Pemerintahan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 14. Peraturan Pemerintahan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional; 17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 19. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanan Pembangunan Wilayah dan Pelaksanaan Musyawarah Pembangunan Propinsi Jawa Tengah; 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah T ahun ; 21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun ; 22. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah tahun ; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun ; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun Tujuan Tujuan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) Kabupaten Brebes tahun ini adalah: 1. Memberikan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan Daerah (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang telah disepakati bersama. 2. Memberikan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD tahun Hubungan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Dokumen Kabupaten Brebes Tahun merupakan penjabaran visi dan misi kepala daerah terpilih untuk kurun waktu lima tahun. Dokumen Kabupaten Brebes Tahun menjadi bagian integral sistem perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun Kabupaten Brebes tahun merupakan separuh dari pelaksanaan tahap kedua RPJPD (Tahun 2010 s/d Tahun 2014) dan tahap ketiga RPJPD (Tahun 2015 s/d 2019). Penyusunan juga memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan Kabupaten Brebes tahun , RTRW Kabupaten Brebes Tahun , RPJM Nasional tahun , Provinsi Jawa Tengah Tahun , RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan dokumen perencanaan pembangunan sektoral lainnya I - 3

19 seperti Rencana Aksi Daerah (RAD) MDG s, RAD Pangan dan Gizi, Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPKD), RAD Pendidikan Untuk Semua (PUS), dan sebagainya. Penyusunan juga memperhatikan amanat nasional, seperti Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Inpres Nomor 3 tentang Pembangunan Berkeadilan. Posisi Kabupaten Brebes sebagaimana diatur dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah tahun , merupakan bagian dari sistem wilayah Bregasmalang yang mencakup Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Slawi (Kabupaten Tegal), dan Kabupaten Pemalang, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional. Sesuai dengan RTRW Kabupaten Brebes tahun Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Kabupaten Brebes terbagi menjadi tiga. Pertama, Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Utara terdiri dari Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec. Bulakamba, Kec. Tanjung, dan Kec. Losari, dengan pusat SWP Utara adalah Perkotaan Brebes. Kedua, Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Tengah terdiri atas Kec. Jatibarang, Kec. Songgom, Kec. Larangan, Kec. Ketanggungan, Kec. Kersana, dan Kec. Banjarharjo, dengan pusat dari SWP Tengah adalah Perkotaan Ketanggungan. Ketiga, Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Selatan terdiri atas Kec. Tonjong, Kec. Bumiayu, Kec. Sirampog, Kec. Paguyangan, Kec. Bantarkawung, dan Kec. Salem, dengan pusat dari SWP Selatan adalah Perkotaan Bumiayu. Kabupaten Brebes Tahun menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) setiap tahun anggaran yang selanjutnya akan dijabarkan menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Kabupaten Brebes Tahun juga akan menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah Kabupaten Brebes dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra -SKPD) Tahun Sistematika Kabupaten Brebes tahun disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, landasan hukum, tujuan hubungan dengan dokumen perencanaan lainnya, dan sistematika Kabupaten Brebes tahun BAB II Gambaran Umum Daerah, menguraikan tentang kondisi geografis dan demografi, kondisi perekonomian daerah, kondisi kesejahteraan masyarakat, kondisi pelayanan umum, dan kondisi daya saing daerah. BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan, menguraikan tentang kinerja keuangan yang lalu, kebijakan pengelolaan keuangan yang lalu, dan kerangka pendanaan. BAB IV Analisis Isu-Isu Strategis, menguraikan tentang permasalahan pembangunan yang dikelompokkan berdasarkan urusan kewenangan wajib dan urusan pilihan, dan isu strategis daerah. BAB V BAB VI Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, menguraikan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah dan uraian ringkas pentahapan pembangunan selama 5 tahun ke depan. Strategi dan Arah Kebijakan, menguraikan tentang strategi dan arah kebijakan pembangunan lima tahun dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan daerah. I - 4

20 Bab VII Kebijakan Umum dan Pembangunan Daerah, menguraikan tentang kebijakan umum pembangunan jangka menengah dan perincian program-program pembangunan berdasarkan pengelompokkan urusan kewenangan. Bab VIII Indikasi Rencana Prioritas Disertai Kebutuhan Pendanaan, menguraikan tentang indikator kinerja program dan pendanaan indikatif. Bab IX Bab X Penetapan Indikator Kinerja Daerah, menguraikan tentang indikator kinerja dari masing-masing program pembangunan daerah. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan, menguraikan tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan Kabupaten Brebes tahun I - 5

21 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi Geografis Secara geografis Kabupaten Brebes terletak antara 6 o 44-7 o 21 Lintang Selatan dan antara 108 o o 11 Bujur Timur dengan bentuk memanjang dari utara ke selatan sepanjang 87 km dan dari barat ke timur sepanjang 50 km dan memiliki garis pantai sepanjang 65,48 km dengan batas wilayah laut 12 mil laut. Secara administratif Kabupaten Brebes berada pada posisi ujung barat laut dari Provinsi Jawa tengah, berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, laut Jawa di sebelah utara, Kota dan Kabupaten Tegal di sebelah timur, Kabupaten Banyumas dan Cilacap di sebelah selatan. Kabupaten Brebes memiliki luas wilayah sebesar Ha yang terbagi menjadi 17 kecamatan dan 297 desa/kelurahan. Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Brebes Wilayah Kabupaten Brebes memiliki ketinggian antara m di atas permukaan laut. Beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes memiliki topografi yang sama, yaitu 5 kecamatan berupa daerah pesisir/pantai, 9 kecamatan dataran rendah, dan 3 kecamatan dataran tinggi atau pegunungan. Terdapat beberapa tipe kelerengan lahan di wilayah Kabupaten Brebes, yaitu: wilayah datar (0-2%) seluas ,04 ha, II - 1

22 wilayah bergelombang (2-15%) seluas ha, wilayah curam (15-40%) seluas ha, dan wilayah sangat curam (>40%) seluas ha. wilayah yang beranekaragam menjadikan Kabupaten Brebes memiliki berbagai potensi sumber daya, baik di sektor pertanian, perikanan dan kelautan, maupun kehutanan. Dengan topografi wilayah yang bervariasi, beberapa wilayah di Kabupaten Brebes termasuk dalam kawasan rawan bencana, yaitu adalah kawasan yang mempunyai potensi rawan terjadinya bencana, dengan pengelompokan sebagai berikut: 1. Kawasan Rawan Bencana Banjir Kawasan rawan bencana banjir seluas kurang lebih 703 ha (0,42%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes, yang meliputi wilayah yang sering terkena banjir meliputi kawasan utara (Kecamatan Tanjung, Brebes, Ketanggungan, Bulakamba, Losari, Wanasari). 2. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor Kawasan rawan bencana gerakan tanah seluas kurang lebih 901 Ha (0,54%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes. Wilayah yang sering terkena bencana longsor adalah wilayah yang berlereng seperti Salem, Sirampog, Paguyangan, Bumiayu, Tonjong dan Bantarkawung. 3. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi seluas kurang lebih Ha (0,86%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes. Wilayah rawan bencana gempa meliputi Kecamatan Tonjong, Ketanggungan, dan Bantarkawung. Kabupaten Brebes merupakan kawasan dengan curah hujan yang tinggi. Jumlah curah hujan rata-rata di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar 2.075,07 mm, rata-rata jumlah curah hujan per bulan 173 mm Dengan curah hujan tinggi itu, menjadikan Kabupaten Brebes kaya akan sumber daya air yang sekaligus menjadi ancaman, berupa banjir longsor dan bencana lainnya apabila Daerah Aliran Sungai (DAS hulu) tidak memiliki daya resap/tampung air yang tinggi. DAS pada Kabupaten Brebes dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) DAS Kabuyan dengan 3 Sub DAS, yaitu Sub DAS Kabuyatan Hulu (Kec. Banjarharjo), Sub DAS Kabuyatan Hilir (Kec. Banjarharjo, Kersana, Tanjung dan Ketanggungan), Sub DAS Babakan (Kec. Kersana, Tanjung dan Bulakamba), Sub DAS Kluwut (Kec. Ketanggungan, Bulakamba dan Larangan), Sub DAS Pakijangan (Kec. Larangan dan Bulakamba), dan Sub DAS Tanjung (Kec. Banjarharjo, Kersana dan Tanjung); (2) DAS Pemali dengan 3 Sub DAS, yaitu: Sub DAS Cigunung (Kec. Salem, Bantarkawung), Sub DAS Pemali (Kec. Bantarkawung, dan Bumiayu), Sub DAS Keruh (Kec. Paguyangan, Sirampog, dan Bumiayu), Sub DAS Glagah (kec. Tonjong dan Sirampog), dan Sub DAS Kumisik (Kec. Tonjong, Ketanggungan, Larangan, Songom, Jatibarang, Wanasari, Brebes); dan (3) DAS Gangsa, dengan 1 sub DAS, yaitu Sub DAS Gangsa (Kec. Brebes dan Jatibarang). Ditinjau dari susunan batuan pembentuk, bentuk alam dan morfologinya, wilayah Kabupaten Brebes termasuk bagian pegunungan Pulau Jawa. Morfologi daerah pegunungan pada Kabupaten Brebes dibedakan menjadi: 1. Daerah bukit berlereng sedang dengan batuan gamping; 2. Daerah pegunungan berlereng curam dengan batuan lava; dan 3. Dataran alluvial sebagai dataran rendah berlereng datar terletak pada daerah endapan. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Brebes sebagian besar adalah jenis Alluvial Kelabu. Berikut luasan dan penyebaran jenis tanah di Kabupaten Brebes: 1. Alluvial kelabu bercampur dengan alluvial coklat tua tersebar di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Salem ha dan Kecamatan Bantarkawung ha. II - 2

23 2. Latosol tua kecoklatan dan kemerahan tersebar di Kecamatan Salem (6.090 ha), Bantarkawung ha, dan Bumiayu ha. 3. Assosiasi alluvial kelabu dan coklat kelabu terdapat di Kecamatan Salem ha dan Kecamatan Bantarkawung ha. 4. Assosiasi gromosol kelabu kekuningan dan regosol kelabu di Kecamatan Salem seluas ha. 5. Assosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol coklat tersebar di Kecamatan Bantarkawung ha, Kecamatan Larangan ha, Kecamatan Ketanggungan dan Kecamatan Banjarharjo ha. 6. Komplek latosol coklat merak kekuningan dan litosol tersebar di Kecamatan Bantarkawung ha, Bumiayu ha, Paguyangan 5.419ha, Sirampog 380 ha dan Tonjong ha. 7. Assosiasi latosol coklat dan pegosol kelabu tersebar di Kecamatan Bumiayu ha, Paguyangan ha dan Tonjong ha. 8. Latosol tersebar di Kecamatan Bumiayu ha, Paguyangan 208 ha dan Tonjong ha. 9. Latosol coklat tersebar pada tersebar di Kecamatan Paguyangan 526 ha dan Kecamatan Sirampog ha. 10. Assoiasi andosol coklat dan regosol coklat tersebar di Kecamatan Paguyangan 321 ha dan Kecamatan Sirampog ha. 11. Latosol coklat tua kemerahan tersebar pada Kecamatan Sirampog seluas ha. 12. Alluvial kelabu tersebar di Kecamatan Larangan ha, Kecamatan Ketanggungan ha, Kecamatan Banjarharjo ha, Kecamatan Losari ha, Kecamatan Tanjung 1136, Kecamatan Kersana 1307 ha, Kecamatan Bulakamba ha, Kecamatan Wanasari 1552 ha, Kecamatan Jatibarang 2585 ha, Kecamatan Songgom ha, dan Kecamatan Brebes ha. 13. Alluvial kelabu dan alluvial coklat kelabu tersebar di Kecamatan Tonjong 448 ha, Kecamatan Larangan (408 ha), Kecamatan Ketanggungan (994 ha) dan Kecamatan Banjarharjo (896), Kecamatan Wanasari ha, Kecamatan Jatibarang 932 ha, Kecamatan Songgom ha, dan Kecamatan Brebes ha. 14. Gromosol kelabu tua tersebar pada Kecamatan Larangan 452 ha dan Kecamatan Ketanggungan ha. 15. Assosiasi gley humus dan alluvial kelabu tersebar pada Kecamatan Ketanggungan ha, Losari 832 ha, Tanjung ha, Kersana ha, Bulakamba 903 ha, dan Wanasari ha. 16. Andosol coklat dan andosol coklat kemerahan tersebar di Kecamatan Banjarharjo ha dan Kecamatan Losari ha. 17. Alluvial hidromorf tersebar di Kecamatan Tanjung ha, Bulakamba ha, dan Wanasari 957 ha 18. Regosol kelabu terdapat di Kecamatan Songgom seluas ha. 19. Komplek Latosol merah kekuningan dan litosol tersebar di Kecamatan Sirampog ha dan Kecamatan Brebes 528 ha. Sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Brebes adalah sumber daya mineral yang tergolong bahan galian golongan C. Inventarisasi sumberdaya mineral bahab galian golongan C dibedakan menurut cadangan tereka, eksploitasi dan cadangan terindikasi. Berdasarkan cadangan tereka, sumber daya mineral bahan galian golongan C di Kabupaten Brebes di bedakan menjadi 8 jenis, yaitu pasir sungai, trass, batu pasir, andesit, lempung gerabah, bentonit, gipsum dan batu gamping. Berdasarkan cadangan II - 3

24 eksploitasi, sumber daya mineral bahan galian golongan C di Kabupaten Brebes dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pasir sungai, andesit dan lempung grabah. c. Berdasarkan cadangan terindikasi, sumber daya mineral bahan galian golongan C di Kabupaten Brebes yaitu batu gamping (batu kapur), terdapat di Desa Songgom Kecamatan Songgom. Potensi pengembangan wilayah untuk kepentingan budidaya di Kabupaten Brebes sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Brebes tahun adalah sebagai berikut: 1. Kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan pengembangan kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas Ha dengan sebaran meliputi Kecamatan Larangan, Kecamatan Songgom, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Losari, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Bantarkawung, dan Kecamatan Salem. Sementara itu pengembangan kawasan hutan produksi terbatas kurang lebih seluas Ha dengan sebaran meliputi Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Bumiayu, dan Kecamatan Sirampog. 2. Kawasan peruntukan pertanian Kawasan pengembangan pertanian lahan basah (sawah) di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas Ha meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Brebes, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Kersana, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Songgom, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Sirampog, dan Kecamatan Paguyangan. Pengembangan pertanian lahan kering kurang lebih seluas Ha meliputi Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Salem, dan Kecamatan Banjarharjo. Pengembangan pertanian hortikultura kurang lebih seluas Ha meliputi Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Songgom, Kecamatan Salem, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Losari, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Brebes, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bumiayau, dan Kecamatan Ketanggungan. Kawasan pengembangan pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Brebes akan diarahkan menjadi lahan pertanian berkelanjutan. 3. Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan pengembangan perkebunan di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas Ha meliputi: a. pengembangan sentra tanaman Kelapa berada di Kecamatan Tonjong, Kecamatan Bumiayu, dan Kecamatan Bantarkawung; b. pengembangan sentra tanaman Kopi berada di Kecamatan Sirampog, Kecamatan Paguyangan, dan Kecamatan Salem; c. pengembangan sentra tanaman Kakao berada di Kecamatan Salem; d. pengembangan sentra tanaman Aren berada di Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Salem; II - 4

25 e. pengembangan sentra tanaman Teh berada di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Sirampog; f. pengembangan sentra tanaman Lada berada di Kecamatan Tonjong dan Kecamatan Paguyangan; g. pengembangan sentra tanaman Panili berada di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Tonjong; h. pengembangan sentra tanaman Jambu mete berada di Kecamatan Tonjong dan Kecamatan Banjarharjo; i. pengembangan sentra tanaman Kapas berada di Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Losari dan Kecamatan Bulakamba; j. pengembangan sentra tanaman Nilam berada di Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, dan Kecamatan Paguyangan; k. pengembangan sentra tanaman Kapulaga berada di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Bantarkawung; l. pengembangan sentra tanaman Kapuk berada di Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Ketanggungan; m. pengembangan sentra tanaman Cengkeh berada di Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Sirampog, dan Kecamatan Paguyangan; dan n. pengembangan sentra tanaman Tebu berada di Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Songgom, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Kersana. 4. Kawasan peruntukan perikanan Kawasan pengembangan budidaya perikanan tambak di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas Ha dengan persebaran meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Brebes. Pengembangan budidaya perikanan air tawar kurang lebih 114 Ha dengan persebaran meliputi Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, dan Kecamatan Tonjong. Sementara itu kawasan pengembangan pengolahan ikan meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Brebes. 5. Kawasan peruntukan peternakan Kawasan pengembangan Kawasan Peternakan di Kabupaten Brebes menyebar di hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ternak besar dan ternak kecil melalui pengembangan sentra ternak. 6. Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Brebes meliputi : a. pertambangan bahan galian mineral, batubara dan non logam terdiri atas pasir sungai, trass, batu pasir, andesit, lempung grabah, bentonit, gipsum dan batu gamping di Kecamatan Brebes, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Songgom, Kecamatan Losari, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Salem; b. batu gamping di Kecamatan Songgom dan Kecamatan Larangan; c. emas, perak dan platina di Kecamatan Salem; d. minyak bumi dan pirit (fes) di Kecamatan Bantarkawung, e. batubara di Kecamatan Salem dan Kecamatan Bantarkawung; II - 5

26 f. pasir besi di Kecamatan Brebes; dan g. panas bumi di Kecamatan Sirampog, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Tonjong, Bumiayu dan Kecamatan Bantarkawung. 7. Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan industri menengah dan besar di Kabupaten Brebes dikembangkan di sepanjang jalan Arteri Primer Pantura yang meliputi wilayah Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Wanasari dengan sifat kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri. Adapun daerah industri menengah dengan sifat kegiatan agro industri di sekitar jalan arteri di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Bumiayu. 8. Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan untuk pengembangan pariwisata alam di Kabupaten Brebes meliputi: a. Telaga Renjeng, di Kecamatan Paguyangan; b. Waduk Penjalin, di Kecamatan Paguyangan; c. Waduk Malahayu, di Kecamatan Banjarharjo; d. Air Terjun Curug Puteri dan Sumur Penganten, di Kecamatan Sirampog; e. Pantai Randusanga Indah, di Kecamatan Brebes; dan f. kawasan perkebunan teh Kaligua di Kecamatan Paguyangan. Kawasan untuk pengembangan pariwisata buatan di Kabupaten Brebes meliputi: a. pemandian air panas Cipanas Buaran, di Kecamatan Bantarkawung; dan b. pemandian air panas Tirta Husada Kedungoleng, di Kecamatan Paguyangan. Kawasan untuk pengembangan wisata di Kabupaten Brebes meliputi: a. wisata budaya Masjid Agung Brebes di Kecamatan Brebes; b. wisata budaya Makam Bupati Brebes dan Makam Mbah Rubi di Kecamatan Wanasari; c. wisata budaya Makam Mbah Junet di Randusanga Kecamatan Brebes; d. wisata budaya Makam Pangeran Angka Wijaya di Kecamatan Losari; e. wisata budaya Makam Dawa, Makam Panembahan Syeh Padalangu, dan Makam Keluarga Bupati Raja Urip di Kecamatan Tonjong; f. wisata budaya Gedong Jimat di Kecamatan Ketanggungan; dan g. wisata budaya Candi Jimat dan Candi Kyai di Kecamatan Tonjong. 9. Kawasan peruntukan permukiman. Kawasan peruntukan permukiman direncanakan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Brebes, dengan penyebaran mengikuti pola perkampungan di masingmasing kecamatan di Kabupaten Brebes dan pada lahan-lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman. Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Brebes meliputi: a. permukiman perkotaan yang tersebar pada kawasan perkotaan yaitu: Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Brebes, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Kersana, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Bumiayu; serta b. permukiman perdesaan yang tersebar pada kawasan perdesaan yaitu: Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Songgom, Kecamatan Larangan, Kecamatan Salem, II - 6

27 Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Paguyangan, dan Kecamatan Tonjong Demografis Jumlah penduduk Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Terlihat bahwa penduduk lebih banyak laki-laki, dengan angka sex rasio sebesar 101 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Brebes cukup rendah, yaitu hanya sebesar 0,22% per tahun. Distribusi penduduk Kabupaten Brebes antar kecamatan belum merata. Tiga kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Bulakamba ( jiwa), Kecamatan Brebes jiwa (9,05%), dan Kecamatan Wanasari jiwa (8,09%). Sementara itu kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Salem sejumlah jiwa (3,29%). Diperhitungkan dengan luas wilayahnya, Kecamatan Jatibarang menempati urutan pertama sebagai kecamatan yang paling padat penduduknya di Kabupaten Brebes, yaitu sebesar jiwa/km2. Sementara itu kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Salem, yaitu sebanyak 377 jiwa/km2. Jumlah penduduk per kecamatan dan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Brebes dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Brebes Tahun No Kecamatan Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan L+P Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1. Salem , Bantarkawung , Bumiayu , Paguyangan , Sirampog , Tonjong , Larangan , Ketanggungan , Banjarhardjo , Losari , Tanjung , Kersana , Bulakamba , Wanasari , Songgom , Jatibarang , Brebes , Jumlah , Jumlah , Jumlah , Jumlah , Jumlah , Sumber: BPS Kabupaten Brebes, II - 7

28 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi PDRB menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Produk domestik regional Bruto Kabupaten Brebes baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (ADHK) menunjukkan peningkatan. ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Brebes terjadi pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari tahun ke tahun, seperti ditunjukkan oleh peningkatan PDRB ADHK dari tahun ke tahun selama kurun waktu Struktur PDRB Kabupaten Brebes masih didominasi oleh sektor pertanian, selanjutnya sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; dan sektor Industri Pengolahan. Perkembangan PDRB Kabupaten Brebes dari tahun dapat dilihat pada Grafik Sumber: Badan Pusat Statistik, PDRB ADHB (ribu rupiah) , , , ,40 PDRB ADHK (ribu rupiah) , , , ,86 Grafik 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Brebes Tahun Pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil oleh pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi juga menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan yang tinggi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tergambar dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes selama kurun waktu menunjukkan kecenderungan meningkat, namun peningkatannya relatif kecil. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes tergolong pada kategori rendah, berada pada kisaran antara 4,81% hingga 4,99%. Persentase pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes masih jauh dibawah persentase pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan persentase pertumbuhan ekonomi nasional, dan target Kabupaten Brebes. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes hanya 4,97%, sementara pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 6%, dan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 6,5%. Dalam Kabupaten Brebes tahun , pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes ditargetkan sebesar 5-5,5% per tahun. ini menunjukkan bahwa Kabupaten Brebes mengalami banyak II - 8

29 ketertinggalan dalam bidang ekonomi dari kabupaten dan kota lainnya di Jawa Tengah, sehingga memerlukan berbagai terobosan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes dengan capaian pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional dapat dilihat pada Grafik ,5 6,1 6,1 5,5 6 5,8 4,99 4,81 4,7 4,94 4,97 4,5 PE Brebes (%) PE Jawa Tengah (%) PE Nasional (%) Sumber: Badan Pusat Statistik, Grafik 2.2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Brebes dengan Provinsi dan Nasional Tahun B. Inflasi Laju inflasi menunjukkan tingkat perubahan harga-harga yang terjadi di suatu daerah. Laju inflasi di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu menunjukkan kecenderungan menurun, dan searah dengan perkembangan laju inflasi di Jawa Tengah dan Nasional. Laju inflasi mencapai angka tertinggi pada tahun Tingginya angka inflasi pada tahun tersebut dipengaruhi kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi, yaitu premium dari sebesar rupiah menjadi rupiah, solar dari sebesar rupiah menjadi rupiah, dan minyak tanah dari rupiah menjadi rupiah. Kenaikan harga BBM tersebut tentu saja memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan harga-harga berbagai barang dan jasa. Setelah tahun 2008 perubahan harga barang dan jasa di Kabupaten Brebes relatif stabil, ditunjukkan tingkat laju inflasi dibawah 7%. Capaian inflasi tersebut sesuai dengan target Kabupaten Brebes, yaitu tingkat inflasi selama 5 tahun berada dibawah 10%. Beberapa hal yang mempengaruhi penurunan laju inflasi adalah relatif terjaganya pasokan komoditas bahan pangan, dan relatif stabilnya perubahan harga barang-barang yang diatur oleh pemerintah, terutama bahan bakar minyak. Dibandingkan dengan laju inflasi di Jawa Tengah dan inflasi nasional, inflasi di Kabupaten Brebes pada tahun 2008 dan 2009 ternyata lebih tinggi. Pada tahun 2010 laju inflasi Kabupaten Brebes lebih rendah dibandingkan laju inflasi di Jawa Tengah dan nasional. Sementara itu pada tahun 2011 laju inflasi Kabupaten Brebes berada dibawah inflasi nasional, dan sedikit di atas inflasi di Jawa Tengah. Perbandingan laju inflasi di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dan nasional dapat dilihat pada Grafik 2.3 II - 9

30 ,06 9,55 11,81 3,32 4,25 2,78 6,96 6,04 6,88 2,68 4,42 3,09 Inflas i B rebes (%) Inflasi Jawa T engah (%) Inflas i Nasional (%) Sumber: Badan Pusat Statistik, Grafik 2.3 Perbandingan Laju Inflasi Kabupaten Brebes dengan Provinsi dan Nasional Tahun C. PDRB per Kapita PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu daerah. Semakin tinggi nilai PDRB per kapita maka dapat dikatakan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan. Nilai PDRB per kapita di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu menunjukan peningkatan dari sebesar Rp ,06 pada tahun 2008 menjadi Rp ,23 pada tahun 2009, sebesar Rp ,98 pada tahun 2010, dan Rp ,97 pada tahun Perkembangan sektor-sektor ekonomi produktif baik dalam skala besar maupun skala rumah tangga menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya nilai Perkapita di Kabupaten Brebes. Walaupun demikian capaian PDRB Kabupaten Brebes masih jauh lebih rendah dibandingkan capaian daerah-daerah lain di Jawa Tengah. Berdasarkan berita resmi BPS Jawa Tengah bulan Februari 2012, PDRB perkapita penduduk Jawa Tengah pada tahun 2011 telah mencapai 15,4 juta rupiah, meningkat dari tahun 2010 sebesar 13,7 juta rupiah. ini menunjukkan bahwa pendapatan penduduk Kabupaten Brebes secara umum lebih rendah dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Perbandingan PDRB Perkapita Kabupaten Brebes dengan Provinsi Jawa Tengah tahun dapat dilihat pada Grafik 2.4 II - 10

31 , , , , , , , , Brebes Jawa Tengah Sumber: Badan Pusat Statistik, Grafik 2.4 Perbandingan PDRB Perkapita Kabupaten Brebes dengan Provinsi Jawa Tengah tahun (Rp) D. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Brebes masih menjadi Kabupaten dengan persentase penduduk miskin terbesar, walaupun persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu empat tahun ( ) menunjukkan penurunan dari sebesar 25,98% pada tahun 2008 menjadi sebesar 24,39% pada tahun 2009, sebesar 23,01% pada tahun 2010, dan sebesar 22,72% pada tahun Persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 jauh lebih tinggi dari capaian Jawa Tengah sebesar 16,21% dan capaian nasional sebesar 12,36%. Kabupaten Brebes berada pada kelompok Kabupaten dengan tingkat kemiskinan di atas angka provinsi dan nasional. Dibandingkan kabupaten/kota lain di Bakorwil III persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes lebih rendah dari Kabupaten Purbalingga namun lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes yang masih tinggi yaitu sebesar 22,72% pada tahun 2011, apabila dibandingkan target MDG s nasional (tahun 2015) sebesar 7,55% dan target provinsi (tahun 2015) sebesar 10%, maka akan sangat sulit bagi Kabupaten Brebes untuk dapat mencapainya. Dengan mendasarkan pada analisis diatas, maka permasalahan kemiskinan menjadi permasalahan utama di Kabupaten Brebes yang perlu menjadi perhatian serius dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk menangani permasalahan kemiskinan di Kabupaten Brebes. Perbandingan persentase penduduk miskin Kabupaten Brebes dengan 10 kabupaten/kota lain di Bakorwil III, Jawa Tengah dan nasional terlihat pada Grafik 2.5 II - 11

32 Sumber: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Brebes 25,98 24,39 23,01 22,72 Kabupaten Tegal 15,78 13,98 13,11 11,54 Kabupaten Pemalang 23,92 22,17 19,96 20,68 Kabupaten Pekalongan 19,52 17,93 16,29 15,00 Kabupaten Batang 18,08 16,61 14,67 13,47 Kabupaten cilacap 21,4 19,88 18,11 17,15 Kabupaten Banyumas 22,93 21,52 20,2 21,11 Kabupaten Purbalingga 27,12 24,97 24,58 23,06 Kabupaten Banjarnegara 23,34 21,36 19,17 20,38 Kota Tegal 11,28 9,88 10,62 11,54 Kota Pekalongan 10,29 8,56 9,37 10,04 Jawa Tengah 18,99 17,48 16,11 16,21 Nasional 15,42 14,15 13,33 12,36 Grafik 2.5 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/Kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah Berdasarkan Basis Data Terpadu untuk Perlindungan Sosial (Maret 2012), penduduk miskin di Kabupaten Brebes mencakup 3 kelompok, yaitu: kelompok I Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia; kelompok II Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah di Indonesia; dan kelompok III Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah di Indonesia. Jumlah penduduk miskin (Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia) di Kabupaten Brebes mencapai sebanyak jiwa, dengan distribusi paling banyak di Kecamatan Bulakamba, selanjutnya Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Ketanggungan, seperti terlihat pada Grafik 2.6 II - 12

33 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 Grafik 2.6 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Brebes Di Tiap Kecamatan E. Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu empat tahun ( ) cenderung penurunan dari sebesar 7,92% pada tahun 2008 menjadi sebesar 9,42% pada tahun 2009, sebesar 8,21% pada tahun 2010, dan sebesar 6,63% pada tahun TPT di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 lebih tinggi dari capaian Jawa Tengah sebesar 5,93% dan capaian nasional sebesar 6,56%. Dibandingkan kabupaten/kota lain di Bakorwil III TPT di Kabupaten Brebes lebih rendah dari Kabupaten Tegal, namun lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Pemalang, Pekalongan, Batang, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan, seperti terlihat pada Grafik 2.7 II - 13

34 Sumber: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Brebes 7,92 9,42 8,21 6,63 Kabupaten Tegal 9,56 9,24 7,48 6,89 Kabupaten Pemalang 9,97 12,26 11,45 6,33 Kabupaten Pekalongan 7,38 4,18 4,04 6,12 Kabupaten Batang 8,77 7,11 6,48 5,91 Kabupaten cilacap 10,16 11,45 9,75 6,52 Kabupaten Banyumas 8,05 11,45 7,37 4,95 Kabupaten Purbalingga 7,08 8,05 3,82 5,54 Kabupaten Banjarnegara 4,91 5,07 3,10 5,57 Kota Tegal 13,32 15,74 14,22 6,33 Kota Pekalongan 9,75 8,61 7,00 6,12 Jawa Tengah 7,35 7,33 6,21 5,93 Nasional 8,46 8,14 7,14 6,56 Grafik 2.7 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/Kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah Fokus Kesejahteraan Sosial A. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, meliputi: Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup; rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat pendidikan; serta pengeluaran rill per kapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak. Perkembangan IPM Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun menunjukkan peningkatan dari sebesar 67,08 pada tahun 2008 menjadi 67,69 pada tahun 2009, dan sebesar 68,2 pada tahun 2010, dan 68,61 pada tahun ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup penduduk Kabupaten Brebes dalam hal pendidikan, kesehatan dan pengeluaran belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. IPM Kabupaten Brebes merupakan peringkat terakhir (ranking ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah). Dengan demikian dibandingkan dengan kabupaten lain II - 14

35 di Bakorwil III, IPM Kabupaten Brebes merupakan yang paling rendah, seperti terlihat pada Grafik Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Brebes 67,08 67,69 68,2 68,61 Kabupaten Tegal 69,54 70,08 70,59 71,09 Kabupaten Pemalang 68,38 69,02 69,89 70,22 Kabupaten Pekalongan 70,31 70,83 71,40 71,86 Kabupaten Batang 69,23 69,84 70,41 71,06 Kabupaten cilacap 70,91 71,39 71,73 72,34 Kabupaten Banyumas 71,80 72,27 72,60 72,96 Kabupaten Purbalingga 70,90 71,51 72,07 72,5 Kabupaten Banjarnegara 68,99 69,63 69,91 70,39 Kota Tegal 73,20 73,63 73,89 74,2 Kota Pekalongan 73,49 74,01 74,47 74,9 Jawa Tengah 71,60 72,10 72,49 72,94 Grafik 2.8 Perbandingan IPM Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah Tahun B. Angka Usia Harapan Hidup Angka usia harapan hidup penduduk Kabupaten Brebes mengalami peningkatan dari sebesar 67,1 tahun pada tahun 2008 menjadi 67,4 tahun pada tahun 2009, sebesar 67,7 tahun pada tahun 2010, dan sebesar 67,96 tahun pada tahun Peningkatan angka usia harapan hidup ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat Kabupaten Brebes, sehingga menambah harapan bagi penduduk untuk memiliki usia yang panjang. Usia harapan hidup Kabupaten Brebes masih menempati posisi ke-34 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Perbandingan UHH Kabupaten Brebes dengan capaian 11 kabupaten/kota lain di Bakorwil III, dan dibandingkan dengan rata-rata Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.9 II - 15

36 Kabupaten Brebes 67,1 67,4 67,7 67,96 Kabupaten Tegal 68,19 68,49 67,67 69,08 Kabupaten Pemalang 67,24 67,46 68,79 67,90 Kabupaten Pekalongan 68,45 68,37 67,68 69,28 Kabupaten Batang 69,66 69,88 70,11 70,34 Kabupaten cilacap 70,20 70,51 70,82 71,12 Kabupaten Banyumas 69,60 69,67 69,72 69,78 Kabupaten Purbalingga 69,70 69,94 70,19 70,44 Kabupaten Banjarnegara 68,72 68,88 69,04 69,20 Kota Tegal 68,37 68,56 68,74 68,93 Kota Pekalongan 70,01 70,16 70,32 70,48 Jawa Tengah 71,10 71,25 71,40 71,55 Sumber : Badan Pusat Statistik, Grafik 2.9 Perbandingan Angka Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah C. Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 baru mencapai 5,72 tahun atau setara dengan kelas 6 SD. Capaian ini jauh tertinggal dibandingkan capaian Jawa Tengah yang telah mencapai 7,29 tahun. ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Brebes lebih rendah dari tingkat pendidikan penduduk kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Brebes menempati ranking ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Capaian rata-rata lama sekolah yang rendah di Kabupaten Brebes terutama disebabkan tingkat kesadaran penduduk untuk menyekolahkan anak pada jaman dahulu masih rendah, sehingga banyak penduduk usia diatas 15 tahun keatas yang hanya sekolah sampai tamat SD, bahkan untuk penduduk usia lanjut banyak yang tidak tamat SD dan tidak sekolah. Perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Brebes dibandingkan dengan 10 kabupaten/kota lain di Bakorwil III dan Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.10 II - 16

37 Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Brebes 5,5 5,62 5,70 5,72 Kabupaten Tegal 6,24 6,42 6,56 6,60 Kabupaten Pemalang 6,10 6,49 6,49 6,51 Kabupaten Pekalongan 6,50 6,66 6,66 6,70 Kabupaten Batang 6,02 6,34 6,71 6,72 Kabupaten cilacap 6,60 6,72 6,85 6,86 Kabupaten Banyumas 7,50 7,72 7,73 7,76 Kabupaten Purbalingga 6,50 6,81 7,18 7,21 Kabupaten Banjarnegara 5,98 6,20 6,33 6,34 Kota Tegal 8,06 8,25 8,25 8,27 Kota Pekalongan 8,52 8,66 8,66 8,69 Jawa Tengah 6,86 7,07 7,24 7,29 Grafik 2.10 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah D. Angka Melek Huruf Angka melek huruf memberikan gambaran mengenai seberapa banyak penduduk berusia 15 tahun keatas pada suatu daerah dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun menunjukkan peningkatan dari 84,85% pada tahun 2008 menjadi 85,21% pada tahun 2009, sebesar 86,14% pada tahun 2010, dan 86,15% pada tahun Angka melek huruf Kabupaten Brebes merupakan yang terendah dibandingkan 11 kabupaten/kota lain di Bakorwil III, dan menempati ranking ke-32 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Masih banyaknya penduduk yang buta huruf di Kabupaten Brebes disebabkan masih banyak penduduk usia lanjut yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Kemauan dan kemampuan belajar mereka untuk mengikuti pendidikan keaksaraan juga tidak ada, sehingga tidak dapat berpengaruh terhadap penurunan angka buta aksara. Perkembangan angka melek huruf di Kabupaten Brebes dibandingkan dengan 10 kabupaten/kota lain di Bakorwil III dan Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.11 II - 17

38 Kabupaten Brebes 84,85 85,21 86,14 86,15 Kabupaten Tegal 89,09 89,21 89,26 89,47 Kabupaten Pemalang 87,34 87,75 90,76 90,79 Kabupaten Pekalongan 89,94 90,60 92,05 92,08 Kabupaten Batang 87,62 87,74 88,09 89,9 Kabupaten cilacap 90,10 90,28 90,28 91,48 Kabupaten Banyumas 93,90 93,98 93,98 94,06 Kabupaten Purbalingga 93,00 93,02 93,48 93,5 Kabupaten Banjarnegara 88,24 88,43 88,43 88,48 Kota Tegal 94,87 94,88 94,88 94,9 Kota Pekalongan 95,37 95,48 95,68 95,93 Jawa Tengah 89,24 89,46 89,95 90,34 Sumber : Badan Pusat Statistik, Grafik 2.11 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah E. Pengeluaran Perkapita yang Disesuaikan (Daya Beli) Indikator ini menunjukkan derajat daya beli masyarakat terhadap barang atau jasa. Rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar Rp 637,29,00. Capaian tersebut masih lebih rendah dari standar yang ditetapkan UNDP. Seperti diketahui, bahwa batas teratas dalam perhitungan indeks daya beli sebesar Rp ,00, sedangkan batas terbawah sebesar Rp 360,000,00. Rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Brebes menempati peringkat ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dibandingkan kabupaten/kota lain di Bakorwil III, pengeluaran perkapita di Kabupaten Brebes lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Batang, Purbalingga, dan Banjarnegara namun lebih rendah dibandingkan Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Cilacap, Banyumas, Kota Tegal, Kota Pekalongan. Dibandingkan rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Jawa Tengah, capaian Kabupaten Brebes juga lebih rendah. Secara rinci perbandingan rata-rata pengeluaran perkapita Kabupaten Brebes dengan kabupaten/kota lain di Bakorwil III dan Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik II - 18

39 Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Brebes 629,64 633,23 634,36 637,29 Kabupaten Tegal 634,24 637,09 639,95 643,48 Kabupaten Pemalang 632,39 634,26 635,26 637,71 Kabupaten Pekalongan 637,47 638,79 639,95 643,53 Kabupaten Batang 626,02 628,82 630,11 631,55 Kabupaten cilacap 631,17 633,50 634,50 636,62 Kabupaten Banyumas 626,94 630,75 634,52 638,27 Kabupaten Purbalingga 627,57 630,44 631,04 634,44 Kabupaten Banjarnegara 628,33 632,76 634,04 638,79 Kota Tegal 646,30 648,66 650,72 653,11 Kota Pekalongan 632,38 636,28 640,55 644,01 Jawa Tengah 633,59 636,39 637,27 640,41 Grafik 2.12 Perbandingan Pengeluaran per Kapita Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah. F. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhitungkan ketimpangan gender. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan nilai IPG. Perkembangan IPG Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun tiga tahun menunjukkan peningkatan dari sebesar 53,64 pada tahun 2008 menjadi sebesar 54,08 pada tahun 2009, sebesar 54,29 pada tahun 2010, dan 54,81 pada tahun Peningkatan IPG ini menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia perempuan di Kabupaten Brebes semakin membaik, khususnya pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. IPG Kabupaten Brebes menempati peringkat ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Bakorwil III Jawa Tengah, capaian IPG Kabupaten Brebes tentu lebih rendah. Begitu pula apabila dibandingkan dengan capaian IPG Provinsi Jawa Tengah yang mencapai sebesar 66,45 pada tahun 2011, seperti terlihat pada Grafik 2.13 II - 19

40 Kabupaten Brebes 53,6 54,08 54,29 54,81 Kabupaten Tegal 58,50 59,05 59,32 60,18 Kabupaten Pemalang 61,80 62,20 63,28 63,84 Kabupaten Pekalongan 55,80 56,49 57,60 58,20 Kabupaten Batang 58,83 59,14 59,17 60,02 Kabupaten cilacap 57,55 57,97 58,41 59,37 Kabupaten Banyumas 63,46 63,83 64,01 64,65 Kabupaten Purbalingga 61,35 61,64 62,48 62,89 Kabupaten Banjarnegara 58,35 58,89 59,76 60,50 Kota Tegal 61,71 62,29 63,34 63,92 Kota Pekalongan 62,43 62,49 63,47 64,04 Jawa Tengah 64,60 65,03 65,79 66,45 Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Grafik 2.13 Perbandingan Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Brebes dengan kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah Indikator komposit IPG meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, ratarata lama sekolah, dan sumbangan pendapatan. Sampai dengan tahun 2011, Angka Harapan Hidup perempuan sebesar 69,71 tahun, lebih tinggi dibandingkan laki-laki 65,74 tahun. Sementara itu Angka Melek Huruf perempuan sebesar 84,06%, lebih rendah dibandingkan laki-laki 91,63%. Rata-rata lama sekolah perempuan sebesar 5,39 tahun, juga lebih rendah dibandingkan laki-laki 6,75 tahun. Begitu pula sumbangan pendapatan perempuan sebesar 23,14% juga lebih rendah dibandingkan laki-laki 76,86%. Perkembangan capaian indikator IPG dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Perkembangan Capaian Indikator IPG Kabupaten Brebes Tahun No Indikator L P L P L P L P 1 Angka Harapan Hidup 65,17 69,11 65,46 69,41 65,74 69,71 65,74 69,71 2 Angka Melek Huruf 91,26 81,55 91,44 81,76 91,62 84,05 91,63 84,06 3 Rata-rata Lama Sekolah 6,69 5,28 6,71 5,29 6,74 5,31 6,75 5,39 4 Sumbangan terhadap Pendapatan Kerja (%) 63,02 36,98 74,56 25,44 77,83 22,17 76,86 23,14 Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan, II - 20

41 F. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDG Kabupaten Brebes dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan perkembangan yang positif, dari sebesar 47,44 pada tahun 2008 menjadi sebesar 48,1 pada tahun 2009, sebesar 53,94 pada tahun 2010, dan sebesar 53,95 pada tahun ini menunjukkan bahwa peran aktif penduduk perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik semakin baik. Namun demikian capaian IDG Kabupaten Brebes menempati ranking ke-32 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dibandingkan kabupaten/kota lain di Bakorwil III, IDG Kabupaten Brebes lebih rendah dibandingkan Kabupaten Pemalang, Pekalongan, Batang, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan, serta rata-rata Jawa Tengah. IDG Kabupaten Brebes hanya lebih baik dibandingkan Kabupaten Tegal. Perbandingan Indeks Pemberdayaan Gender Kabupaten Brebes dengan kabupaten/kota lain di Bakorwil III dapat dilihat pada Grafik ,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Kabupaten Brebes 47,44 48,10 53,94 53,95 Kabupaten Tegal 54,65 54,80 49,07 51,7 Kabupaten Pemalang 60,38 60,59 70,26 69,95 Kabupaten Pekalongan 54,00 54,27 55,20 56,81 Kabupaten Batang 54,11 54,53 62,29 64,74 Kabupaten cilacap 58,38 58,44 55,17 57,72 Kabupaten Banyumas 62,51 62,59 66,57 67,64 Kabupaten Purbalingga 63,70 63,98 66,33 67,47 Kabupaten Banjarnegara 50,83 51,04 57,80 59,23 Kota Tegal 62,08 62,18 67,77 69,18 Kota Pekalongan 54,24 54,82 64,69 68,44 Jawa Tengah 59,70 59,96 67,96 68,99 Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Grafik 2.14 Perbandingan Indeks Pemberdayaan Gender Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah Indikator komposit Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) meliputi keterwakilan perempuan di lembaga legislatif; tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai tenaga manager, profesional, administrasi, dan teknisi; dan sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Keterlibatan perempuan di DPRD Kabupaten Brebes sampai dengan II - 21

42 tahun 2011 baru mencapai sebesar 12,00%. Sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja baru mencapai sebesar 23,17%. Sementara itu persentase tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai tenaga manager, profesional, administrasi, teknisi telah mencapai sebesar 44,05%. ini menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam bidang politik dan pengambilan keputusan pembangunan masih rendah. Penguasaan perempuan atas sumberdaya ekonomi untuk memperoleh pendapatan juga masih rendah, sehingga sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja tergolong kecil. Perkembangan capaian indikator komposit IDG Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2.3 Perkembangan Capaian Indikator IDG Kabupaten Brebes Tahun Tahun No Indikator Keterlibatan perempuan di parlemen (%) 8,89 8,89 12,00 12,00 2. Perempuan sebagai tenaga Manager, 34,21 35,50 44,72 44,05 Profesional, Administrasi, Teknisi (%) 3. Sumbangan Perempuan dalam Pendapatan Kerja (%) 36,98 25,44 22,17 23,14 Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Aspek Pelayanan Umum Pelayanan Urusan Wajib 1. Pendidikan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar bagi pemerintah baik Pusat maupun Daerah dalam melaksanakan pembangunan pendidikan. Pembangunan pendidikan juga didasarkan pada Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Di dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun keberhasilan pembangunan pendidikan diukur melalui lima K, yaitu Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Keterjaminan. Ketersediaan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa pelayanan pendidikan tersedia di seluruh pelosok nusantara. Keterjangkauan dimaksudkan bahwa layanan pendidikan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kualitas dimaksudkan bahwa layanan pendidikan bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Kualitas pelayanan pendidikan akan tercapai apabila satuan pendidikan memenuhi standar sebagaimana yang ditetapkan dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Delapan standar tersebut merupakan bench mark agar sebuah satuan pendidikan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Upaya pemerintah untuk mendorong satuan pendidikan memenuhi standar tersebut sudah sejak lama dilakukan namun belum memperoleh hasil yang maksimal. Kesetaraan dimaksudkan bahwa pelayanan pendidikan berkualitas adalah setara untuk warga negara Indonesia dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya, ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; Keterjaminan dimaksudkan bahwa pelayanan pendidikan menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia mengenyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri. Tujuan Pembangunan Bidang Pendidikan adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, menjadikan pendidikan murah, bermutu dan berdaya saing tinggi. II - 22

43 Penyelenggaraan Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal maupun penyelenggaraan pendidikan non formal. pembangunan pendidikan Kabupaten Brebes digambarkan sebagai berikut: 1) PAUD Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki fungsi strategis dalam rangka menciptakan insan yang berbudi pekerti luhur. Pelayanan PAUD di Kabupaten Brebes relatif cukup berkembang. Jumlah lembaga PAUD di Kabupaten Brebes pada tahun 2010 sebanyak 726 lembaga. Jumlah yang relatif besar walaupun untuk PAUD formal lebih sedikit dibandingkan PAUD Non Formal. Jumlah murid juga menunjukkan jumlah yang relatif besar. Rasio Guru terhadap murid PAUD sebesar 1:13, mengindikasikan bahwa dari sisi jumlah guru PAUD sudah mencukupi bahkan cenderung kelebihan. Rasio guru terhadap murid PAUD yang ideal adalah 1:20. Dari lembaga tersebut yang telah memiliki tata kelola yang baik sebesar 42,1% pada tahun Gambaran kondisi PAUD di Kabupaten Brebes terlihat pada Tabel berikut: Tabel 2.4 Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Brebes tahun 2010 No PAUD Jumlah Lembaga (TK. RA, BA)/KB, TPA SPS Jumlah Anak terlayani Guru / Pendidik 1 Formal Non Formal Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Brebes, 2010 ruang kelas PAUD/TK di Kabupaten Brebes sebagian besar dalam kondisi baik (71,19%), selanjutnya berkondisi rusak berat 21,56%, dan kondisi rusak ringan 7,25%). ini menunjukkan bahwa diperlukan upaya rehabilitasi khususnya pada sekolah dengan ruang kelas berkondisi rusak berat. Secara rinci perkembangan kondisi ruang kelas PAUD/TK dapat dilihat pada Tabel 2.5 Tabel 2.5 Ruang Kelas PAUD/TK Di Kabupaten Brebes Tahun Tahun Baik Sekolah Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, II - 23

44 Penyelenggaraan pelayanan pendidikan harus dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik dari aspek biaya maupun geografis. Gambaran tingkat keterjangkauan pelayanan pendidikan pada jenjang pendidikan PAUD diukur melalui indikator APK PAUD. APK PAUD selama kurun waktu menunjukkan kecenderungan peningkatan, namun capaian angka APK termasuk kategori rendah. Pada tahun 2012 capaian APK PAUD sebesar 15,66%, artinya anak usia 3 6 tahun di kabupaten Brebes hanya 15,66% yang mengenyam pendidikan PAUD. ini menggambarkan bahwa pelayanan pendidikan PAUD belum optimal dari aspek pemerataan atau keterjangkauannya. Capaian APK PAUD terlihat pada Gambar ,97 13,02 13,09 13,17 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, Grafik 2.15 APK Tingkat PAUD/TK Kabupaten Brebes tahun ) Pendidikan Dasar Jumlah SD Negeri maupun Swasta di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebanyak 889 unit. Jumlah tersebut relatif mampu melayani pendidikan dasar di Kabupaten Brebes. Sedangkan jumlah SMP baik negeri maupun swasta di Kabupaten Brebes sebanyak 122 unit. Ketersediaan SMP merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Brebes. Rasio guru/murid pada jenjang SD dan SMP juga tergolong baik. Secara rinci jumlah sekolah, murid dan guru SD dan SMP di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 2.6 Tabel 2.6 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru SD dan SMP Negeri dan Swasta Di Kabupaten Brebes Tahun Sekolah Murid Guru Rasio Jenjang Guru/ Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml Murid SD , II - 24

45 Sekolah Murid Guru Rasio Jenjang Guru/ Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml Murid SMP Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, ruang kelas SMP/MTs di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebagian besar berkondisi baik, yaitu mencapai 77,61%, dan sisanya sebanyak 15,74% berkondisi rusak ringan, dan 6,64% berkondisi rusak berat, seperti tercantum pada Tabel 2.7 Tabel 2.7 Ruang Kelas SMP/MTs Di Kabupaten Brebes Tahun Jumlah ruang kelas Tahun Jumlah Rusak Rusak Baik Ringan Berat Sumber: Dinas Pendidikan, Keterjangkauan pendidikan dasar diukur melalui beberapa indikator yaitu: Angka Partisipasi Sekolah, Angka Partisapasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Melanjutkan (AM), dan Angka Putus Sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah murid sekolah usia tertentu dengan jumlah penduduk usia tertentu. Angka partisipasi penduduk usia 7-12 tahun pada tahun 2012 baru mencapai 98,17%, sedangkan usia tahun sebesar 67,21%. Dalam kurun waktu tahun terjadi peningkatan angka partisipasi sekolah seperti terlihat pada Tabel 2.8. II - 25

46 Tabel 2.8 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7-12 Tahun dan Usia Tahun Kabupaten Brebes Tahun Tahun Angka Partisipasi Sekolah Usia 7-12 tahun Usia tahun ,65 49, ,65 52, ,03 63, ,27 64, ,75 67,21 Sumber: Dinas Pendidikan, APK dan APM SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B selama kurun waktu mengalami peningkatan. Capaian APK dan APM SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B Kabupaten Brebes untuk jenjang pendidikan SD/MI/Paket A masih di bawah APK dan APM Nasional dan Provinsi Jawa Tengah, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B capaian Kabupaten Brebes lebih tinggi. Hal ini dapat diketahui dari target capaian APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs yang tercantum dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun serta Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Target APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI/Paket A tingkat nasional sebesar 98,00% APK dan 85,53% APM, sedangkan untuk SMP/MTs/Paket B sebesar 73,3% APK dan 56,8% APM. Apabila dibandingkan dengan Jawa Tengah, capaian Kabupaten Brebes masih lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah APK SD/MI provinsi Jawa Tengah sebesar 108,00%dan APM SD/MI sebesar 97,08%. APK SMP/MTs Provinsi Jawa Tengah sebesar 99,40% dan APM sebesar 76,87%. Data tersebut menggambarkan bahwa di Kabupaten Brebes tingkat partisipasi penduduk usia sekolah SD dan SMP relatif rendah. Masih banyak penduduk usia sekolah SD yang tidak menempuh pendidikan di SD dan juga penduduk usia tahun tidak menikmati pendidikan di SMP. Gambaran capaian APK dan APM pendidikan dasar selama kurun waktu terlihat pada Tabel 2.9 Tabel 2.9 APK dan APM Jenjang Pendidikan SD/MI//Paket A dan SMP/MTs/Paket B Kabupaten Brebes tahun Tahun SD/MI/Paket A (%) SMP/MTs/Paket B (%) APK APM APK APM ,74 72,07 87,12 51, ,78 72,18 88,23 52, ,65 73,86 89,51 55, ,65 77,16 89,94 58, ,76 85,78 80,05 57,03 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, II - 26

47 Persentase lulusan SD yang melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP selama kurun waktu meningkat. Pada tahun 2012 jumlah lulusan SD/MI yang melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs sebesar 87,35%. Hal ini berarti pada tahun 2012 lulusan SD/MI yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs sebesar 12,65% tidak melanjutkan ke SMP/MTs. Angka melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA/SMK/MA lebih rendah dibandingkan angka melanjutkan ke SMP/MTs. Pada tahun 2012 angka melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA/SMK/MA sebesar 64,23%. Dengan demikian banyak lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Angka Melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA selama kurun waktu terihat pada Tabel 2.10 Tabel 2.10 Angka Melanjutkan Ke SMP/MTs dan ke SMA/SMK/MA Di Kabupaten Brebes Tahun No Uraian Angka Melenjutkan (AM) dari 85,87 85,98 86,39 87,18 87,35 SD/MI ke SMP/MTs (%) 2 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA (%) 60,95 61,13 61,28 63,28 64,23 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, Angka Putus sekolah pada pendidikan dasar relatif cukup tinggi. Target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas pendidikan Provinsi Jawa Tengah, angka putus sekolah untuk Pendidikan Dasar sebesar 0,12% untuk SD/MI dan 0,22 untuk SMP/MTs. Di Kabupaten Brebes Angka Putus sekolah untuk jenjang pendidikan dasar pada tahun 2012 mencapai 0,34% untuk SD/MI dan 0,50% untuk SMP/MTs. Dengan demikian angka putus sekolah di Kabupaten Brebes termasuk kategori tinggi. Perkembangan angka putus sekolah jenjang pendidikan Dasar selama kurun waktu terlihat pada Tabel 2.11 Tabel 2.11 Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Brebes Tahun No INDIKATOR Angka Putus Sekolah (APS) 0,47 0,54 0,52 0,48 0,34 SD/MI (%) 2 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs (%) 1,74 1,86 0,98 0,82 0,50 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, 2012 Pelayanan pendidikan yang berkualitas menjadi harapan masyarakat. Kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan diukur melalui beberapa indikator, yaitu angka kelulusan, dan kelayakan tenaga pendidik dalam mengajar. Dari segi kelulusan siswa, angka kelulusan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs sudah baik. Angka lulus Pendidikan Kesetaraan Paket A dan Paket B belum optimal. yang kurang baik ada pada tingkat pendidikan pendidik yang belum sesuai standar kelayakan mengajar, untuk jenjang SD/MI guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV baru sebesar 56,90%, untuk jenjang SMP/MTs II - 27

48 capaiannya baru sebesar 60,71%. Perkembangan kualitas pelayanan pendidikan jenjang pendidikan Dasar selama kurun waktu terlihat pada Tabel 2.12 Tabel 2.12 Capaian Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Brebes Tahun No Indikator A. Angka Kelulusan: 1 Angka Kelulusan (AL) 98,09 98,17 98,18 99,31 99,36 SD/MI (%) 2 Angka Kelulusan (AL) 99,21 99,08 99,12 99,21 99,31 SMP/MTs (%) B. Kualitas Pendidik: 1 Guru SD/MI yang 47,28 52,31 53,28 54,13 56,90 memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%) 2 Guru SMP/MTs yang 52,17 53,19 56,41 57,09 60,71 memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%) C. Angka Kelulusan Pendidikan Kesetaraan: 1 Angka lulus Pendidikan 54,99 67,61 69,85 87,28 87,31 Kesetaraan Paket A (%) 2 Angka lulus Pendidikan Kesetaraan Paket B (%) 71,97 68,08 73,66 96,95 96,97 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, ) Pendidikan Menengah Jumlah SMA di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebanyak 32 unit, sedangkan SMK sebanyak 58 unit. Jumlah tersebut relatif mampu melayani pendidikan menengah di Kabupaten Brebes, walaupun terjadi penambahan jumlah murid. Penambahan jumlah murid pada SMK dapat diantisipasi melalui penambahan ruang kelas sesuai dengan kebutuhan. Secara rinci jumlah sekolah, murid dan guru SMA dan SMK dapat dilihat pada Tabel 2.13 Tabel 2.13 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru SMK Negeri dan Swasta Di Kabupaten Brebes Tahun Tahun SMA Sekolah Murid Guru Rasio Neg Swas Jml Neg Swas Jml Neg Swas Jml Guru/ Murid II - 28

49 Sekolah Murid Guru Rasio Tahun Guru/ Neg Swas Jml Neg Swas Jml Neg Swas Jml Murid SMK Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, ruang kelas SMA/MA di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebagian besar berkondisi baik, yaitu mencapai 88,81%, dan sisanya sebanyak 6,29% berkondisi rusak ringan, dan 4,90% berkondisi rusak berat, seperti tercantum pada Tabel 2.14 Tabel 2.14 Ruang Kelas SMA/MA Di Kabupaten Brebes Tahun Tahun Baik Jumlah ruang kelas Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan, ruang kelas SMK di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebagian besar berkondisi baik, yaitu mencapai 88,43%, dan sisanya sebanyak 9,08% berkondisi rusak ringan, dan 2,49,90% berkondisi rusak berat, seperti tercantum pada Tabel Tabel 2.15 Ruang Kelas SMA/MA Di Kabupaten Brebes Tahun Tahun Baik Jumlah ruang kelas Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan, II - 29

50 Dalam hal keterjangkauan pendidikan, angka partisipasi penduduk usia tahun sebesar 33,24%. Dalam kurun waktu tahun terjadi peningkatan angka partisipasi sekolah seperti terlihat pada Tabel Tabel 2.16 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7-12 Tahun dan Usia Tahun Kabupaten Brebes Tahun Tahun Angka Partisipasi Sekolah Usia tahun , , , , ,24 Sumber: Dinas Pendidikan, APK dan APM SMA/SMK/MA/Paket C selama kurun waktu mengalami peningkatan, namun Capaian APK dan APM SMA/SMK/MA/Paket C di Kabupaten Brebes masih di bawah APK dan APM Nasional dan Provinsi Jawa Tengah. Target APK dan APM jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/paket C tingkat nasional sebesar 36,7% untuk APK dan 27,8% untuk APM. Capaian APK jenjang SMA/SMK/MA/Paket C Kabupaten Brebes sebesar 47,05% dan APM sebesar 33,03%. Data tersebut menggambarkan bahwa di Kabupaten Brebes tingkat partisipasi penduduk usia relatif rendah. Masih banyak penduduk usia sekolah SMA yang tidak menempuh pendidikan di SMA. Gambaran capaian APK dan APM pendidikan menengah selama kurun waktu terlihat dari Tabel 2.17 Tabel 2.17 APK dan APM Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C Kabupten Brebes tahun Tahun SMA/SMK/MA / Paket C (%) APK APM ,15 28, ,65 29, ,80 29, ,36 31, ,05 33,03 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, Angka Putus sekolah pada pendidikan menengah relatif cukup tinggi. Target yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, angka putus sekolah untuk SMA/MA/SMK sebesar 0,07%. Di Kabupaten Brebes Angka Putus sekolah untuk jenjang pendidikan menengah pada tahun 2012 mencapai 0,56%. Dengan demikian angka putus sekolah di Kabupaten Brebes termasuk kategori tinggi. Perkembangan APS jenjang pendidikan menengah selama kurun waktu terlihat pada Gambar 2.16 II - 30

51 1,8 1,6 1,61 1,4 1,2 1 1,21 1,12 0,99 0,8 0,6 0,4 0,56 0, Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, Grafik 2.16 Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C Kabupaten Brebes tahun Terkait kualitas pendidikan pada jenjang SMA/SMK/MA/Paket C, angka kelulusan pada jenjang SMA/MA/SMK sudah baik, telah mencapai 99,97% pada tahun Sementara itu, tingkat pendidikan pendidik sebagian (31,18%) belum sesuai standar kelayakan mengajar S1/D-IV. Gambaran kualitas pelayanan pendidikan di Kabupaten Brebes terlihat pada Tabel 2.18 Tabel 2.18 Capaian Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Angka Kelulusan (AL) 99,89 99,96 99,96 99,98 99,97 SMA/SMK/MA (%) 2 Guru SMA/SMK/MA yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%) 62,31 64,26 65,81 67,08 68,82 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes, Kesehatan Tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana tertuang di dalam dokumen Sistem Kesehatan Nasional adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Derajat kesehatan dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), Angka Kematian Ibu (AKI), Morbiditas dan Gizi Buruk. Pencapaian indikator tersebut didukung oleh sarana dan prasarana kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Manusia, dan Anggaran. Secara rinci kondisi pembangunan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun dapat dilihat pada Tabel II - 31

52 Tabel 2.19 Capaian Indikator Pelayanan Kesehatan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator ) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) (%) 2) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (%) 3) Cak. Komplikasi Kebidanan yang ditangani (%) 95,08 93,15 91,56 94,95 93,37 89,03 88,82 90,27 95,02 96,07 69,95 7,89 95,40 109,9 141,90 4) AKI/ KLH 183,39 132,31 108,51 100,7 150,0 5) Cak. Kunjungan Neonatal (%) 96,53 99,51 90,95 94,09 96,60 6) Cak. Kunjungan Bayi (%) 99, ,61 104,32 7) Cak. Neonatal Risti yang ditangani (%) 91 48, ,3 47,28 8) AKB per KLH 8,4 10,0 9,6 9,3 14,9 9) Prevalensi Balita dg BB Rendah (%) NA NA NA 16,53 0,34 10) Prevalensi Balita Stunting (%) NA NA NA 47 0,19 11) Cak. Pelayanan Anak Balita (D/S) 87,10 72,29 69,40 71,17 69,29 (%) 12) Cak. Balita Gizi Buruk mendapat perawatan (%) 13) Bayi Usia 0-6 Bulan yg mendapat ASI eksklusif (%) 6,06 28, ,52 52,17 58,43 32,12 14) Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 75,70 72,45 68,60 58,79 27,45 (%) 15) Prevalensi Gizi Buruk (%) 0,17 0,05 0,05 0,33 0,91 16) Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Imunization) (%) 17) Cak. Imunisasi Dasar Lengkap (%) 18) AFP Rate/ penduduk <15 Th 19) Cak. Penderita DBD yang Ditangani (%) 81,82 72,39 94,28 98, ,12 87,91 85,99 93,47 94,16 2,41 1,43 0, (Kasus) ) CFR DBD 4,42 3,49 5,14 1,5 3,4 21) IR DBD (per pnddk) 18,14 13,07 16,82 7,6 205 (kasus) 22) Cak. Penemuan & penanganan penderita Pneumonia Balita (%) 63,13 42,28 34,85 40,5 31,86 23) Cak. Penanganan Pasien baru TB BTA + (%) ) Angka Kesembuhan TB Paru (%) 76,12 78,84 80,60 73,83 NA 25) Angka Penemuan Pasien baru TB (BTA+) / CDR TB (%) 45,98 45,06 46,88 48,47 NA II - 32

53 No Indikator ) Angka Kematian TB ( pddk) NA NA NA 51 kasus 27) CDR Kusta / RFT 72,90 72,18 29,83 29, (kasus) 28) Cak. Penemuan HIV/AIDS tertangani (%) ) Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Mayarakat Miskin (%) NA 66,17 57,47 46,81 36,16 26,34 30) Cakupan Rumah Sehat (%) 46,43 45,51 53,53 41,51 42,09 31) Cakupan Desa/Kelurahan Siaga Aktif (%) 32) Cakupan Penjaringan Kehatan Siswa SD dan Setingkat (%) 33) Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SMP/MTs, SMA/SMK/MA(%) 34) Peningkatan dan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan (%) Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, ,57 76, , ,96 24,17 37,45 76,06 67,69 31,06 20,91 22, Angka Kematian Ibu (AKI). Penurunan AKI pada tahun 2015 telah menjadi kesepakatan Bangsa Indonesia dengan dunia. Kasus kematian ibu di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun mengalami peningkatan dari 183 per KH, menjadi 150 per KH. Namun demikian angka ini masih sangat tinggi, sehingga perlu perhatian. Penurunan jumlah kasus kematian ibu menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kinerja dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Brebes. Kasus kematian bayi pada tahun 2012 tersebar hampir di seluruh kecamatan, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Kersana dan Bulakamba. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebesar 14,9 per kelahiran hidup. ini apabila dibandingkan dengan target MDGs Jawa Tengah (Pergub No. 20 tahun 2011) pada tahun 2015 sebesar 8,5 per kelahiran hidup, kabupaten Brebes masih lebih rendah. Jumlah kasus kematian bayi terbanyak terdapat di Kecamatan Bulakamba 56 kasus, selanjutnya kecamatan Brebes 55 kasus, dan Kecamatan Wanasari 55 kasus, seperti terlihat pada Grafik 2.17 II - 33

54 AKI AKB Grafik 2.17 Jumlah Kasus Kematian Ibu dan Kematian Bayi Per Kecamatan di Kabupaten Brebes Tahun 2012 Permasalahan kematian ibu dan bayi di Kabupaten Brebes antara lain berkaitan dengan akses terhadap sarana dan prasarana kesehatan yang belum merata ke seluruh wilayah, terutama desa terpencil sehingga mengalami keterlambatan dalam penanganan oleh tenaga kesehatan, pengambilan keputusan dalam penentuan tempat melahirkan, serta faktor kerentanan yang dimiliki ibu hamil dengan risiko tinggi. Cakupan Kunjungan Bayi. Cakupan Kunjungan Bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini adalah indikator antara dalam rangka penurunan AKB. Pada tahun 2012 cakupan kunjungan bayi sebesar 104,32%. ini telah melampaui target SPM bidang kesehatan (Permenkes 741/2008) yaitu 90% pada tahun Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Capaian cakupan neonates dengan komplikasi yang ditangani di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebesar 47,28%. ini perlu perhatian, karena capaian cakupan neonates dengan komplikasi yang ditangani masih dibawah target capaian SPM Bidang kesehatan pada tahun 2015 (80%). Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah desa/kelurahan dimana >80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11bulan) meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosishepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT. Tujuan Imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi, anak dan balita akibat penyakit PD3I (seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B dan Campak). Capaian UCI di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar 100%. ini sesuai dengan target SPM Bidang Kesehatan yaitu 100%. II - 34

55 Di Kabupaten Brebes penanganan gizi buruk belum memberikan hasil yang memuaskan, terlihat dari capaian persentase balita gizi buruk sebesar 0,91% pada tahun Gizi buruk dan gizi kurang ini terutama berkaitan dengan akses terhadap bahan pangan yang rendah, khususnya pada penduduk miskin sehingga asupan gizi kurang. Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Anak balita adalah anak berumur bulan. Setiap anak umur bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8x dalam setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Cakupan pelayanan anak balita di Kabupaten Brebes dari tahun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 cakupan pelayanan anak balita turun cukup signifikan menjadi 69,29%, kondisi ini perlu mendapat perhatian karena target SPM tahun 2015 sebesar 90%. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI pada anak usia 6 24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari tahun mengalami penurunan signifikan. Pada tahun 2012 cakupan ini hanya 0%, sehingga perlu perhatian. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan ini di Kabupaten Brebes dari tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 capaian cakupan ini sebesar 67,69%. Namun demikian apabila dibandingkan dengan target SPM, kondisi capaian ini perlu mendapat perhatian. Penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular di Kabupaten Brebes belum menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya penemuan kasus TB (CDR TB), berkurangnya Cure Rate (CR)/Angka Kesembuhan TB, tingginya angka kematian DBD dan berkurangnya penanganan kasus diare. 3. Pekerjaan Umum a. Jalan dan Jembatan jalan kabupaten dalam kondisi baik di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan selama kurun waktu 5 tahun terakhir ( ). Meskipun demikian masih terdapat jalan rusak dan rusak berat yang perlu penanganan serius. Tahun 2012 persentase jalan yang rusak ringan sebesar 15%, sedangkan untuk persentase kondisi jalan rusak berat sebesar 10%. Sementara itu untuk kondisi jalan poros desa yang mengalami kerusakan tahun 2012 sebesar 7%. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II - 35

56 Tabel 2.20 Jalan dan Jembatan di Kabupaten Brebes Tahun No. Indikator Sat a Panjang jalan Kabupaten km 674,84 674,84 674,84 674,84 674,84 baik km 269,94 303,67 236,19 269,94 337,42 sedang km 303,67 236,19 167,48 168,71 168,71 rusak km 671,48 101,23 303,68 202,45 101,23 rusak berat km 33,75 33,75 67,48 33,74 67,48 Persentase panjang jalan % ,00 kab kondisi baik (%) b. Panjang jalan poros desa km 293,32 315,02 324,47 332,72 342,92 (km) baik km 219,90 226,81 243,35 246,21 267,47 sedang km 43,60 56,70 58,40 53,23 51,44 rusak km 29,82 31,51 22,72 33,28 24,01 Persentase panjang jalan 74,97 72,00 75,00 74,00 78,00 poros desa kondisi baik (%) c. Total Panjang Jembatan (m) m 3,235,5 3,235,5 3,235,5 3,235,5 3,235,5 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, 2012 b. Drainase drainase di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Tahun 2008 dan 2009 saluran drainase baik sebesar 60%, pada tahun 2010 meningkat menjadi 65%, selanjutnya pada tahun 2011 dan tahun 2012 meningkat menjadi 70%. Dengan demikian masih terdapat 30% saluran drainase dalam kondisi rusak. drainase yang mengalami kerusakan disebabkan perawatan yang kurang baik, sehingga menimbulkan masalah genangan bahkan banjir. c. Persampahan dan Air Limbah Penanganan sampah di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan dari tahun meskipun cakupan penanganannya masih sangat rendah. Tahun 2008 persentase sampah yang tertangani sebesar 26,135, tahun 2008 meningkat menjadi 29,40%. Dalam rangka menunjang pengelolaan sampah, Kabupaten Brebes memiliki satu Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Selain itu dilakukan pula pengelolaan sampah melalui sistem 3R oleh kelompok-kelompok masyarakat. Perkembangan produksi sampah dan penanganan sampah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.21 Tabel 2.21 Produksi Sampah dan Penanganan Sampah di Kabupaten Brebes Tahun No. Indikator Sat Total Volume sampah m Volume sampah yang m3 196,00 208,00 250,00 250,00 250,00 tertangani Persentase sampah yang tertangani % 26,13 26,00 29,40 29,40 29,40 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, 2012 II - 36

57 Pengelolaan limbah cair domestik di daerah perkotaan dan perdesaan masih sederhana dengan mengandalkan septictank dengan peresapan atau septictank tanpa peresapan atau dengan cubluk sederhana, tanpa ada pengelolaan limbah padat maupun cair dalam sistem tersebut. Melalui Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) penanganan air limbah dilakukan dengan pembangunan MCK++ yang menggabungkan fungsi MCK dan pengolahan limbah domestik melalui IPAL sederhana dengan kolam anaerobik dan digester untuk pengolahan limbah padat yang menghasilkan biogas. Namun demikian cakupannya masih sangat sedikit. Off site system atau pembuangan dan pengolahan limbah tinja secara terpusat untuk skala kota belum diaplikasikan di Kabupaten Brebes. d. Sumberdaya air Jumlah sumberdaya air di Kabupaten Brebes berupa waduk dan embung cukup banyak yaitu sebesar 97 waduk/embung. Meskipun demikian jumlah waduk dan embung yang mengalami kerusakan sebesar 69 buah atu sebesar 71,14%. waduk/embung selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.22 Embung/Waduk di Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Sat Jumlah embung/waduk m Jumlah embung/ waduk m kondisi baik 3. Jumlah embung/waduk kondisi m rusak 4. Persentase embung/ waduk kondisi baik % 22,78 22,78 22,78 22,78 28,86 Sumber: Dinas Pengairan, Energi dan Sumberdaya Mineral, 2012 e. Jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya Irigasi di Kabupaten Brebes terbagi atas 3 jenis yaitu saluran irigasi primer, saluran irigasi sekunder dan saluran irigasi tersier. saluran irigasi dalam kondisi baik tahun 2012 sebesar 40%, sementara sisanya dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat. Untuk kondisi irigasi sekunder dalam kondisi baik sebesar 45%, dan saluran tersier dalam kondisi baik sebesar 30%. Jumlah bendungan sungai di Kabupaten Brebes sebanyak 2 buah, dengan kondisi rusak ringan. Sungai di Kabupaten Brebes sebanyak 113 sungai, dengan panjang total mencapai 1.191,21 km. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.23 Tabel 2.23 Jaringan Irigasi di Kabupaten Brebes Tahun No. Indikator Sat Panjang saluran irigasi m primer Baik m Rusak ringan m Rusak berat m II - 37

58 No. Indikator Sat Panjang saluran irigasi % 25 28, kondisi baik 2. Panjang saluran irigasi m sekunder Baik m Rusak ringan m Rusak berat m Persentase panjang % saluran irigasi sekunder kondisi baik 3. Panjang Saluran Irigasi m Tersier Baik m Rusak ringan m Rusak berat m Persentase panjang % 25 25, saluran irigasi tersier kondisi baik 4 Jumlah bendungan bh Baik bh Rusak Ringan bh Rusak Berat bh Panjang Sungai km 1.191, , , , ,21 Sumber: Dinas Pengairan, Energi dan Sumberdaya Mineral, Perumahan Pemenuhan kebutuhan perumahan di Kabupaten Brebes cukup baik, dengan capaian pada tahun 2011 mencapai sebesar 91,25% berdasarkan hasil perhitungan jumlah rumah yang telah ada di Kabupaten Brebes dengan jumlah keluarga di Kabupaten Brebes. Capaian tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar 89,36%. Penyediaan rumah masih mengalami kendala terkait ketersediaan lahan untuk perumahan, dan daya beli masyarakat akan perumahan yang masih rendah sehingga mempengaruhi kemampuan pengembang dalam penyediaan perumahan di Kabupaten Brebes. Dilihat dari sisi penyediaan air bersih, jumlah rumah tangga yang telah mendapatkan akses pada air bersih sebesar 90,08%. ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 90,54% dan lebih tinggi dibandingkan dengan target MDGs. Cakupan layanan air bersih perkotaan saat ini hampir merata di seluruh KK di Kabupaten Brebes kecuali Kecamatan Songgom, Larangan, Tanjung dan Losari, dengan cakupan pelayanan air bersih perkotaan sebesar 7,29%. Untuk air bersih perdesaan cakupannya adalah daerah yang tidak mendapatkan layanan air bersih perkotaan. Hampir semua desa di Kabupaten Brebes telah terpenuhi air bersihnya baik dengan sistem mata air permukaan, sumur dangkal maupun sumur dalam. Cakupan pelayanan air bersih perdesaan mencapai sebesar 82,71%. Untuk di daerah tengah dan utara Kab. Brebes saat ini cakupannya masih sangat kecil, di beberapa desa masih mengandalkan saluran irigasi untuk kegiatan MCK, saat musim kemarau tidak ada air baku untuk air bersih sehingga harus didrop oleh tangki PDAM untuk mencukupi kebutuhan air bersihnya. II - 38

59 Jumlah rumah tangga yang bersanitasi kondisinya masih berada dibawah target MDGs Nasional. Pada tahun 2011 rumah tangga bersanitasi baru mencapai rumah tangga, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak rumah tangga. Sementara itu jumlah rumah tidak layak huni di kabupaten Brebes mengalami peningkatan tahun 2010 sebesar rumah meningkat menjadi rumah. Permukiman kumuh merupakan salah satu hal yang harus mendapatkan perhatian dari pemerintah Kabupaten Brebes, meskipun jumlahnya kecil sebesar 2% pada tahun Secara rinci perkembangan kinerja pembangunan urusan perumahan dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.24 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perumahan di Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Satuan Persentase Ketersediaan % 89,36 87,39 83,13 84,11 85 rumah 2. Persentase Rumah Tangga % 58,74 76,78 90,54 90,08 NA memiliki akses Air Bersih 3. Persentase Rumah Tangga % 46,38 46,55 46,68 44,4 44,0 ber Sanitasi 4. Persentase Lingkungan % 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 Permukiman Kumuh 5. Persentase Rumah Tidak layak huni % 18,92 18,92 21,81 21,19 21,00 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Penataan Ruang Penataan ruang pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengatur ruang agar aktivitas kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya berkembang secara harmonis dan lestari. Di sini terdapat dua hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian secara serius, yaitu: Pertama, adanya tiga unsur penting dalam penataan ruang, yaitu: manusia beserta aktivitasnya, lingkungan alam sebagai tempat, dan pemanfaatan ruang oleh manusia di lingkungan alam tersebut. Kedua, proses pemanfaatan ruang haruslah bersifat terbuka, berkeadilan, memiliki perlindungan hukum dan mampu memenuhi kepentingan semua pihak (petaruh/stakeholder) secara terpadu dan berdayaguna serta serasi. Terkait dengan penataan ruang, Kabupaten Brebes telah menyusun Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun Dalam Perda tersebut disebutkan bahwa tujuan penataan ruang Kabupaten Brebes adalah terwujudnya ruang Kabupaten Brebes sebagai kabupaten yang berbasis pertanian unggul dan berwawasan lingkungan. Dalam Perda tersebut dikemukakan bahwa kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dilakukan melalui: (1) kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, (2) kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang; dan (3) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis. Terkait dengan berbagai aktivitas pembangunan di Kabupaten Brebes, ada beberapa aspek penataan ruang yang perlu mendapatkan perhatian pada masa mendatang, yaitu kawasan lindung, kawasan ruang terbuka hijau, kawasan rawan bencana alam, kawasan budidaya, kawasan pariwisata. Pengaturan tersebut perlu II - 39

60 dilakukan untuk mengendalikan kebutuhan masing-masing kawasan agar tetap sinkron dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat. Jumlah ruang terbuka hijau perkotaan di Kabupaten Brebes pada tahun sebanyak 2.724,38 Ha, dengan rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB sebesar 1:3. Sementara itu untuk pelanggaran kasus tata ruang meningkat dari sebanyak 12 kasus pada tahun 2011 menjadi sebanyak 17 kasus pada tahun Alih fungsi lahan di Kabupaten Brebes cukup banyak, dengan jumlah ijin alih fungsi lahan sampai dengan tahun 2012 mencapai seluas 163,06 ha, dari lahan pertanian dijadikan perumahan, gudang, rumah sakit, perguruan tinggi, asrama haji, dan kegiatan usaha seperti pencucian benang, SPBU, peternakan ayam, dan rice mill. Alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian ini tentunya bertentangan dengan Undang- Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dalam rangka meningkatkan pengaturan terhadap penggunaan ruang, di Kabupaten Brebes diperlukan rencana rinci tata ruang, hingga tahun 2012 jumlah Rencana Rinci Tata Ruang yang dimiliki baru mencapai sebanyak 3 dokumen. Terkait perijinan mendirikan bangunan, jumlah bangunan ber IMB di Kabupaten Brebes setiap tahun mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Pada tahun 2008 jumlah penerbitan IMB sebanyak unit, Tahun 2009 jumlah penerbitan IMB sebanyak unit. Tahun 2011 jumlah penerbitan IMB sebanyak unit. Sampai dengan bulan September tahun 2012 jumlah penerbitan IMB sebanyak 448 unit. Secara rinci kinerja urusan Penataan Ruang di Kabupaten Brebes tahun tergambarkan pada Tabel Tabel 2.25 Capaian Indikator Kinerja Urusan Penataan Ruang Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Satuan a. Rasio ruang terbuka hijau per 1:3 1:3 1:3 1:3 1:3 satuan luas wilayah ber HPL/HGB b. Luas Ruang terbuka Hijau ha 2.724, , , , ,38 Perkotaan c. Jumlah Bangunan ber-imb unit d. Jumlah kasus pelanggaran tata kasus )* )* )* ruang f. Jenis jenis rencana tata ruang bh rinci yang telah disusun g. Jumlah ijin alih fungsi lahan ha tad tad tad tad 163,06 h. Jumlah MoU Kerjasama Pemerintah daerah Brebes dengan daerah di wilayah perbatasan MoU tad tad tad tad 2 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, II - 40

61 6. Perencanaan Pembangunan Penyelarasan secara terpadu dokumen perencanaan pembangunan nasional yaitu RPJM Nasional , Provinsi Jawa Tengah dengan Kabupaten Brebes untuk menyelesaikan permasalahan dan isu strategis sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-undang No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, perlu semakin ditingkatkan. Penyusunan Rencana Pembangungan Jangka Menengah Daerah harus mengacu pada penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penyusunan dokumen perencanaan perlu pula memperhatikan pengarusutamaan dalam perencanaan pembangunan daerah, yaitu: (1) tata pemerintahan yang amanah (good governance); (2) peningkatan pencapaian standar pelaksanaan minimal (SPM) meliputi 15 urusan wajib yang targetnya harus disusun oleh pemerintah Kabupaten Brebes; (3) perencanaan dan penganggaran yang pro-poor dan penganggaran responsif gender, serta (4) memperhatikan kelestarian lingkungan dan pengurangan resiko bencana. Selain itu, perlu diperhatikan kebijakan dan arahan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Pembangunan Nasional Berkeadilan, mengamanatkan bahwa pemerintah daerah memberikan sumbangan dalam rangka pencapaian Pendidikan Untuk Semua (PUS), Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDG`s) pada tahun 2015; RAD Pangan dan Gizi; Pengembangan ICT dan lain-lain. Gambaran kondisi pelaksanaan dan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah dalam bidang ekonomi, perencanaan bidang sosial budaya berdasarkan arahan pemerintah Pusat yang telah disusun, antara lain dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.26 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah 1) RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 2) yang telah ditetapkan dengan Perda 3) RKPD yang telah ditetapkan dengan Perbup 2 Jumlah dokumen perencanaan pembangunan ekonomi 3 Jumlah dokumen perencanaan pembangunan sosial budaya 4 Jumlah dokumen perencanan bidang infrastruktur Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, II - 41

62 Seiring dengan peningkatan tuntutan kualitas perencanaan pembangunan daerah, pada masa mendatang akan sangat banyak dokumen perencanaan pembangunan yang diamanatkan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah di berbagai bidang. Dengan demikian untuk menjaga sinergitas pembangunan daerah, dengan pembangunan nasional dan provinsi, maka kedepan penyusunan dokumen perencanaan baik bidang ekonomi, sosial budaya dan prasarana wilayah dan sumberdaya alam perlu diwujudkan. 7. Perhubungan Jumlah angkutan darat di Kabupaten Brebes tidak mengalami peningkatan selama 5 tahun yaitu sebanyak 407 AKAP dan sebanyak 285 unit AKDP. Sementara itu untuk jumlah penumpang moda angkutan umum mengalami penurunan, tahun 2008 jumlah penumpang moda angkutan umum sebanyak orang tahun 2012 menurun menjadi orang. Penurunan minat masyarakat menggunakan moda angkutan umum dikarenakan rendahnya fasilitas angkutan umum. Jumlah trayek angkutan pedesaan di Kabupaten Brebes mengalami penurunan dalam kurun waktu tahun Pada tahun 2008 jumlah trayek angkutan pedesaan sebanyak 53 trayek, pada tahun 2012 turun menjadi 47 trayek. Sementara itu untuk angkutan kendaraan yang memiliki ijin KIR selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan. Untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas telah terpasang rambu-rambu lalu lintas di Kabupaten Brebes. Pada tahun 2012 terpasang 580 unit rambu-rambu lalu lintas, meningkat dari tahun 2008 yang hanya terpasang sebanyak 119 unit. Perkembangan kinerja urusan perhubungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.27 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perhubungan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Satuan (s.d Sept) a. Jumlah penumpang orang semua moda angkutan umum 0 b. Jumlah Terminal Bis Unit Kelas B Kelas C c. Jumlah Angkutan Darat Unit Bus AKAP Bus AKDP d. Jumlah rambu Unit rambu lalu lintas yang telah terpasang e. Jumlah trayek Trayek angkutan perdesaan Jumlah ijin trayek angkutan umum perkotaan/ perdesaan yang dikeluarkan Buah II - 42

63 No Indikator Satuan (s.d Sept) f. Jumlah trayek Trayek angkutan perdesaan Jumlah ijin trayek Buah angkutan umum perdesaan yang dikeluarkan g. Jumlah kendaraan Buah angkutan umum Jumlah kendaraan Buah angkutan umum yang memiliki KIR angkutan umum Persentase kepemilikan KIR angkutan umum % Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 2012 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mengamanatkan bagi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika sebagai salah satu stakeholder untuk menyediakan sarana dan prasarana LLAJ untuk mendukung keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Selama tahun 2012 kasus kecelakaan di Kabupaten Brebes masih cukup tinggi. ini menunjukan masih rendahnya tingkat keselamatan berlalu lintas. Berikut ini adalah data Kecelakaan Lalu Lintas pada Tahun 2012, yang bersumber dari Satlantas Polres Brebes sampai dengan September Data kecelakaan lalu lintas dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.28 Data Kecelakaan Lalu Lintas s/d September 2012 No Klasifikasi Kecelakaan dan Kerugian Jumlah 1. Kasus Kecelakaan 593 Kasus Meninggal Dunia 148 Orang Luka Berat 79 Orang Luka Ringan 721 Orang Kerugian Materiil Rp ,- Sumber : Satlantas Polres Brebes, 2012 Melihat tingginya kasus kecelakaan di Kabupaten Brebes, maka diperlukan peningkatan sarana prasarana LLAJ untuk meningkatkan keselamatan berlalu lintas. Selain itu perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan keselamatan dalam berlalu lintas. Sarana prasarana pendukung dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.29 Prasarana Penunjang Keselamatan LLAJ Tahun 2012 Prasarana LLAJ: Satuan Jumlah - Rambu Lalu Lintas Terpasang - Rambu Lalu Lintas Portabel - Pagar Pengaman Jalan - Water Barrier - Concrete Barrier unit unit meter unit unit II - 43

64 Prasarana LLAJ: Satuan Jumlah - Traffic Cone - Traffic Light - Warning Light - Pos Jaga Perlintasan Sebidang unit unit unit unit Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 2012 Dari Tabel 2.29 dapat dilihat bahwa kebutuhan akan prasarana penunjang keselamatan LLAJ masih sangat kurang. Jumlah prasarana penunjang seperti tertera pada tabel belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Brebes dalam hal penyediaan prasarana penunjang keselamatan LLAJ. Ketersediaan pelabuhan/dermaga penyeberangan yang representatif juga perlu untuk diperhatikan, melihat fakta bahwa di Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin belum memiliki fasilitas tersebut. Keberadaan dermaga penyeberangan akan mempermudah aksesibilitas antar desa di sekeliling waduk, sekaligus menunjang pariwisata. Data angkutan waduk dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.30 Angkutan Waduk Malahayu dan Penjalin Lokasi Luasan Jumlah Angkutan Keterangan Waduk Malahayu 944 hektare 7 unit Kapasitas 15 orang Motor Tempel 12 PK Waduk Penjalin 1,25 km2 21 unit Kapasitas 15 orang Manual / Penggerak Dayung Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Lingkungan Hidup Kinerja pembangunan lingkungan hidup terkait dengan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di Kabupaten Brebes relatif kurang, terlihat dari banyaknya jumlah usaha yang berpotensi mencemari lingkungan yaitu sebanyak 34 unit. Dari jumlah usaha tersebut, baru sebanyak 16 unit usaha (47,06%) yang telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Capaian cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL di Kabupaten Brebes cukup baik, yaitu sebanyak 8 unit usaha. Pelayanan pencegahan pencemaran air di Kabupaten Brebes baru mencapai 17,5% pada tahun 2011 dan 0% pada tahun 2012, lebih rendah dari target SPM Bidang LH sebesar 100% pada tahun Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak baru mencapai 25% pada tahun 2011, dan 0% pada tahun 2012 dari target SPM sebesar 100% pada tahun Untuk indikator Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup (%) dalam kurun waktu tahun telah mencapai 100% sesuai dengan target SPM. Berkaitan dengan rehabilitasi ekosistem dan konservasi lingkungan capaian cukup baik, terlihat dari capaian indikator cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air sebesar 265 ha pada tahun 2011, namun untuk tahun 2012 hanya 5 ha. Upaya rehabilitasi ekosistem dan konservasi lingkungan perlu terus ditingkatkan, sehingga daya dukung dan daya tampung lingkungan semakin optimal. Perkembangan capaian kinerja pembangunan lingkungan hidup dapat dilihat pada Tabel 2.31 II - 44

65 Tabel 2.31 Capaian Indikator Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Jumlah kawasan lindung (kawasan) Cagar alam Hutan suaka alam Hutan lindung Jumlah usaha yang berpotensi mencemari lingkungan (unit) 3 Jumlah usaha yang telah memiliki IPAL (unit) 4 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL (unit) 5 Pelayanan pencegahan pencemaran air ,5 0 (%) 6 Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak (%) 7 Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup (%) 8 Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air (ha) Sumber: Kantor Lingkungan Hidup, Pertanahan Pembangunan urusan pertanahan mencakup administrasi pertanahan, penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, penyelesaian konflikkonflik pertanahan, dan pengembangan sistem informasi pertanahan. Pembangunan pertanahan diarahkan untuk menjamin kepastian hukum akan penggunaan tanah untuk berbagai kepentingan, baik yang bersifat kepentingan pribadi, keperluan usaha, maupun kepentingan masyarakat umum. Luas lahan bersertifikat di Kabupaten Brebes pada tahun mengalami peningkatan, dari sebanyak ,8 ha pada tahun 2008, menjadi ,5 ha pada tahun Persentase luas petak lahan yang bersertifikat pada tahun 2008 sebesar 23,90%, tahun 2012 meningkat menjadi 24,42%. Jumlah petak tanah bersertifikat hak milik mengalami peningkatan dari sebanyak sertifikat pada tahun 2008, menjadi petak pada tahun Tanah bersertifikat hak pakai juga meningkat dari sebanyak petak pada tahun 2008 menjadi sebanyak petak pada tahun Sementara itu petak tanah Hak Guna bangunan mengalami peningkatan dari sebanyak petak pada tahun 2008 menjadi sebanyak petak. Dalam kurun waktu lima tahun ( ) tidak ditemui kasus sengketa tanah. Perkembangan capaian kinerja pembangunan urusan pertanahan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II - 45

66 Tabel 2.32 Indikator Kinerja Urusan Pertanahan Kabupaten Brebes No Indikator a. Luas lahan bersertifikat , , , , ,5 (ha) Persentase luas lahan 23,90 24,05 24,21 24,35 24,42 bersertifikat (%) b. Jumlah petak lahan bersertifikat (petak) Hak milik Hak Pakai Hak Guna Bangunan c. Penyelesaian kasus tanah Negara (%) Sumber: Badan Pertanahan Negara Kabupaten Brebes, 2012 Beberapa permasalahan berkaitan dengan pertanahan diantaranya adalah masalah tanah timbul di wilayah pantai. Munculnya "tanah timbul" tersebut sering menjadi pemicu perselisihan antar warga yang mengincar dan ingin memiliki tanah tersebut. Bahkan tidak jarang, kawasan yang masih berupa pantai dan masih tergenang sebagai kawasan laut pun sudah dipatok dan dikavling oleh warga karena diyakini suatu saat akan berubah menjadi daratan. 10.Kependudukan dan Catatan Sipil Pelayanan bidang kependudukan dan pencatatan sipil menjadi salah satu sasaran utama dalam pembangunan. Keberadaan penduduk yang merupakan salah satu modal utama pembangunan perlu mendapatkan perhatian agar penerapan adminsitrasi kependudukan berjalan sesuai dengan amanat undang-undang yang berlaku. Penerapan sistem informasi administrasi kependudukan seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Pendudukan dan Pencatatan Sipil serta Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Secara Nasional, memerlukan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan di bidang kependudukan dan catatan sipil yang baik antara Pemerintah Pusat, Provinsi dengan Kabupaten/Kota. Implementasi sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK ) on line perlu mendapatkan dukungan dengan peningkatan kapasitas SDM dalam rangka pengoperasiannya termasuk pelatihan pemeliharaan peralatan jaringan SIAK on line. Jumlah penduduk Kabupaten Brebes berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2010 mencapai angka dengan komposisi penduduk perempuan sebanyak jiwa dan jiwa penduduk laki-laki. Pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Brebes yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil antara lain pelayanan KTP, KK, Akta kelahiran, akta perkawinan dan perceraian. Pelayanan ini harus diberikan kepada semua masyarakat dan juga ada beberapa jenis pelayanan yang telah mempunyai standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dicapai. Persentase kepemilikan KTP pada penduduk wajib KTP mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sampai tahun 2012 data menunjukan bahwa penduduk yang telah memiliki KTP mencapai 76% dari total penduduk wajib KTP. Capaian ini meningkat 12% dibandingkan dengan capaian pada tahun 2011 yakni 64%. Meskipun sudah II - 46

67 menerapkan penerbitan KTP berbasis NIK namun angka ini masih sangat jauh dibawah target SPM tentang kepemilikan KTP. Pelayanan administrasi kependudukan masyarakat Kabupaten Brebes saat ini sudah dilayani di 17 unit pelayanan yang berada di semua Kecamatan. Semua unit pelayanan ini sudah terhubung secara on line sehingga pelayanannya diharapkan akan lebih optimal. Gambaran kinerja pelayanan bidang kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.33 Capaian Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Jumlah anak (0-18 tahun) yang berakte kelahiran. (pertahun) 2 Rasio bayi berakte kelahiran (%) 7,95 10,88 9,94 12,31 10,56 3 Rasio pasangan berakte nikah (%) 4 Persentase kepemilikan KTP (%) 18,00 34,00 48,00 64,00 76,00 5 Jumlah tempat perekaman data kec 17 kec. 17 kec. kependudukan kecamatan yang terhubung dengan jaringan SIAK 6 Persentase kepemilikan KK bagi setiap keluarga (%) 7 Penerapan KTP Nasional berbasis sudah sudah sudah sudah sudah NIK sudah/belum 8 Persentase capaian pelayanan E- KTP (%) ,81 % Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sasaran utama pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah terjaminnya kesetaraan gender dan perlindungan anak. Kesetaraan gender dalam pembangunan tergambarkan dari capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IPG Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun tiga tahun menunjukkan peningkatan dari sebesar 53,6 pada tahun 2008 menjadi sebesar 54,08 pada tahun 2009, dan sebesar 54,29 pada tahun Peningkatan IPG ini menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia perempuan di Kabupaten Brebes semakin membaik, khususnya pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. Indikator komposit IPG meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan sumbangan pendapatan. Sampai dengan tahun 2010, Angka Harapan Hidup perempuan sebesar 69,71 tahun, lebih tinggi dibandingkan laki-laki (65,74 t ahun). Sementara itu Angka melek huruf perempuan sebesar 84,05%, lebih rendah dibandingkan laki-laki (92,67%). Rata-rata lama sekolah perempuan sebesar 5,31 tahun, juga lebih rendah dibandingkan laki-laki (6,73 tahun). Begitu pula sumbangan pendapatan perempuan pada tahun 2010 sebesar 22,17% juga lebih rendah dibandingkan laki-laki (77,83%). IDG Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tiga tahun ( ) menunjukkan perkembangan yang positif dari sebesar 47,44 pada tahun 2008 menjadi sebesar 48,1 pada tahun 2009, dan sebesar 53,94 pada tahun Indikator komposit IDG meliputi keterwakilan perempuan di lembaga legislatif; tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai tenaga manager, profesional, administrasi, dan teknisi; dan sumbangan II - 47

68 perempuan dalam pendapatan kerja. Keterlibatan perempuan di DPRD Kabupaten Brebes sampai dengan tahun 2010 baru mencapai sebesar 12,00%. Sumbangan Perempuan dalam Pendapatan Kerja pada tahun yang sama baru mencapai sebesar 22,17%. Sementara itu persentase tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai tenaga manager, profesional, administrasi, dan teknisi telah mencapai sebesar 44,72%. ini menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam bidang politik dan pengambilan keputusan pembangunan masih rendah. Secara umum pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan belum optimal. Kesiapan unsur-unsur kelembagaan penanganan korban kekerasan maupun kemampuan SDM dalam pelayanan terhadap Korban kekerasan masih rendah. Perlindungan anak di Kabupaten Brebes menunjukkan kinerja yang baik, terlihat dari beberapa langkah kemajuan penyelenggaraan Kabupaten Layak Anak di Kabupaten Brebes. Di Kabupaten Brebes telah dilakukan Launching Kabupaten Brebes Menuju Kabupaten Layak Anak. Telah dilaksanakan pula sosialisasi KLA ke seluruh lapisan masyarakat, dan pengembangan rintisan desa layak anak di 50 dari 297 desa intervensi kesehatan dan pendidikan. Di Kabupaten Brebes juga terdapat Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak TIARA. Perkembangan capaian indicator kinerja urusan perlindungan perempuan dan perlindungan anak dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.34 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Brebes No Indikator a. IPG 53,64 54,08 54,29 54,81 NA 1) Angka Usia Harapan Hidup (tahun) NA Laki-laki 65,17 65,46 65,74 65,74 Perempuan 69,11 69,41 69,71 69,71 2) Rata-rata Lama Sekolah (tahun) NA Laki-laki 6,69 6,71 6,73 6,75 Perempuan 5,28 5,29 5,31 5,39 3) Angka Melek Huruf (%) NA Laki-laki 91,26 91,44 92,67 91,63 Perempuan 81,55 81,76 82,99 84,06 4) Persentase (%) dalam Angkatan Kerja Laki-laki 63,02 74,562 77,83 76,86 NA Perempuan 36,98 5,44 22,17 23,14 b. IDG 47,44 48,10 53,94 53,95 NA 1) Perempuan di Parlemen (%) 8,89 8,9 12,0 12,00 NA 2) Perempuan Pekerja Profesional (%) 34,21 35,50 44,72 44,05 NA 3) Perempuan dalam Angkatan Kerja (%) 36,98 25,44 22,17 23,14 NA c. Jumlah kasus KDRT d. Jumlah rintisan desa layak anak e. Jumlah peraturan menunjang Kota Layak Anak - Perda Perbup f. Jumlah forum anak tingkat kabupaten g. Jumlah forum anak tingkat kecamatan II - 48

69 No Indikator h. Jumlah forum anak tingkat desa/kelurahan i. Jumlah pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) di tingkat kecamatan dan kabupaten (unit) j. Cakupan perempuan dan anak korban NA kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan oleh petugas terlatih didalam unit pelayanan terpadu (%) k. Cakupan ketersediaan petugas di Unit NA NA NA NA NA Pelayanan Terpadu yang memiliki kemampuan untuk menindaklanjuti pengaduan/laporan Masyarakat (%) l. cakupan perempuan dan anak korban NA NA NA NA NA kekerasan yang mendapat layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas maupun tata laksana KTP/A dan PPT/PKT di RS (%) m. Cakupan puskesmas mampu tatalaksana NA NA NA NA NA kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (%) n. Cakupan RSU Vertikal/RSUD/RS NA NA Swasta/RS Polri yang melaksanakan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan (%) o. Cakupan tenaga kesehatan terlatih NA NA tad 5 NA tentang tatalaksana kasus korban kekerasan terhadap perempuan dan anak (KtP/A) di Puskesmas (%) p. Cakupan tenaga kesehatan terlatih NA NA tentang tatalaksana kasus korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di Rumah Sakit (%) q. Cakupan layanan rehabilitasi sosial yang NA NA diberikan oleh petugas rehabilitasi sosial terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu (%) r. Cakupan penegakan hukum dari tingkat NA NA NA NA NA penyelidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (%) s. Cakupan layanan pemulangan bagi perempuan dan anak korban kekerasan (%) NA NA NA NA NA Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, 2012 II - 49

70 12.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera TFR (Total Fertility Rate) atau Angka Kelahiran Total Kabupaten Brebes Tahun 2011 artinya kemampuan perempuan melahirkan dalam masa peroide adalah sebesar 2,6 artinya perempuan Kabupaten Brebes memiliki kemampuan melahirkan lebih dari 2 kali. Melihat tidak adanya penurunan TFR ini memiliki pengertian bahwa PUS belum mengikuti program keluarga berencana. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya cakupan peserta KB aktif, tingginya DO KB, dan tingginya unmetneed. Cakupan peserta KB aktif tahun di Kabupaten Brebes tidak mengalami peningkatan yang cukup baik, atau dapat dikatakan stabil. Pada tahun 2008 cakupan peserta KB aktif sebesar 75,56% meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar 75,59%. Peningkatan cakupan PUS yang menjadi peserta KB aktif di Kabupaten Brebes dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengaturan kelahiran anak, dan pentingnya mewujudkan keluarga yang sejahtera dan berkualitas. Cakupan peserta KB aktif juga didukung dengan peningkatan jumlah peserta KB baru dalam kurun waktu empat tahun dari sebesar orang pada tahun 2008 menjadi orang pada tahun Peningkatan peserta KB baru ini menunjukkan bahwa kesadaran pasangan usia subur usia muda untuk ber-kb semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi semakin mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi mengenai pentingnya ber-kb, dan semakin berkembangnya pola pikir masyarakat bahwa memiliki anak harus mampu memberikan penghidupan yang layak bagi anak. Tingkat kualitas pelayanan KB di Kabupaten Brebes dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti: cakupan PUS yang ingin ber-kb tidak terpenuhi (unmetneed) KB; persentase Drop Out (DO) KB; dan cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat. Persentase Drop Out KB di Kabupaten Brebes masih cukup tinggi, yaitu sebesar 10,61% pada tahun 2011, sampai Bulan Juni 2012 DO KB sebesar 4,28%. Cakupan PUS yang ingin ber-kb tidak terpenuhi (Unmetneed) KB di Kabupaten Brebes juga masih tinggi, yaitu sebesar 12,05% pada bulan juni 2012, lebih tinggi dibandingkan target SPM yang harus dicapai pada tahun 2014 sebesar 5%. Perkembangan capaian indikator kinerja urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.35 Capaian Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Brebes No Indikator Jumlah anak per Keluarga Angka Kelahiran Total 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2. Kepesertaan KB Jumlah Pasangan Usia Subur Jumlah peserta KB aktif (pasangan) Jumlah peserta KB baru (pasangan) Cakupan PUS menjadi peserta 75,56 75,15 77,78 75,59 79,50 KB aktif (%) 3. Pelayanan KB Cakupan penyediaan alat dan obat Kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat (%) II - 50

71 No Indikator Persentase Drop Out (DO) KB 16,36 19,97 18,57 10,61 4,28 (%) Cakupan PUS yang ingin ber-kb 14,81 15,49 15,59 14,81 12,05 tidak terpenuhi (Unmetneed) KB (%) 4. Kelompok Bina Keluarga Balita Jumlah kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) Cakupan Anggota Bina Keluarga Tad tad tad 72,82 49,82 Balita (BKB) ber-kb (%) 5. Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Keluarga (UPPKS) Cakupan Anggota UPPKS yang ber-kb Tad tad tad 76,83 80,86 Sumber: Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, Sosial Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang dimaksud kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan istilah yang dipakai untuk orang-orang yang memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual dan sosial untuk hidup layak. Salah satu upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi PMKS, yaitu dengan mendirikan sarana sosial, sehingga PMKS bisa memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Sarana sosial yang terdapat di Kabupaten Brebes tahun tetap berjumlah 12 unit, terdiri dari 10 (sepuluh) panti asuhan, 1 (satu) panti jompo dan 1 (satu) panti rehabilitasi. Jumlah sarana sosial yang ada tidak sebanding dengan jumlah PMKS. Pada tahun 2012 jumlah PMKS di Kabupaten Brebes sebanyak jiwa. Jenis PMKS terbanyak adalah Keluarga Fakir Miskin sebanyak KK, Keluarga Berumah tak layak huni sebanyak KK, Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) sebanyak orang, Penyandang cacat orang, dan Lanjut Usia Terlantar orang. Selain sarana sosial, untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi PMKS terdapat kelembagaan sosial masyarakat. Tahun 2012, kelembagaan sosial masyarakat meliputi 17 pekerja sosial masyarakat, 12 organisasi sosial/yayasan, 297 karang taruna, dan 2 wanita pemimpin pendayagunaan sosial. Jumlah ini tetap sama dari tahun , kecuali organisasi sosial/ yayasan yang bertambah 1 unit pada tahun Perkembangan kinerja urusan sosial selama kurun waktu tahun dapat dilihat pada Tabel II - 51

72 Tabel 2.36 Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Tahun No Indikator a. Jumlah Sarana Sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi 1) Panti asuhan ) Panti jompo ) Panti rehabilitasi b. Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) 1) Anak Balita Terlantar ) Anak Terlantar ) Anak nakal ) Anak jalanan ) Anak cacat ) Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) 7) Wanita yang menjadi korban Tindak kekerasan 8) Lanjut Usia Terlantar ) Lanjut usia yang menjadi Korban tindak Kekerasan atau Diperlakukan salah 10) Penyandang cacat ) Penyandang cacat bekas Penderita penyakit kronis 12) Tuna Susila ) Pengemis ) Gelandangan ) Bekas Narapidana ) Korban penyalahgunaan NAPZA ) Keluarga Fakir Miskin ) Keluarga Berumah tak layak huni ) Keluarga yang bermasalah Sosial Spikologis 20) Keluarga Rentan ) Korban Bencana Alam ) Korban Bencana Sosial c. Jumlah kelembagaan sosial masyarakat 1) Pekerja Sosial Masyarakat ) Organisasi Sosial/Yayasan ) Karang Taruna II - 52

73 No Indikator ) Wanita Pemimpin Pendayagunaan Sosial 5) Jumlah Sarana Sosial Sumber : Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Kab. Brebes, 2011 Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota ada tujuh indikator yang harus dicapai pada Target capai SPM bidang sosial Kabupaten Brebes yang telah tercapai ada 4 indikator yaitu (1) Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar; (2) Presentase (%) panti sosial skala kabupaten/kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial; (3) Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/ kota yang menerima bantuan sosial selama masa tanggal darurat; dan (4) Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap. Sementara capaian target SPM yang belum tercapai ada 3 indikator yaitu (1) Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok social ekonomi sejenis lainnya; (2) Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial; dan (3) Presentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial. Capaian SPM bidang sosial Kabupaten Brebes sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.37 Pencapaian SPM Bidang Sosial Kabupaten Brebes Tahun Target SPM (2015) No SPM Bidang Sosial Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. 2. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok social ekonomi sejenis lainnya 3. Presentase (%) panti sosial skala kabupaten/kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. 4. Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. 0,05 0,1 0,15 0, II - 53

74 2012 Target SPM (2015) No SPM Bidang Sosial Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/ kota yang menerima bantuan sosial selama masa tanggal darurat. 6. Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap 7. Presentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial. Sumber : Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Kab. Brebes, , Ketenagakerjaan Jumlah penduduk usia kerja tahun pada tahun 2008 sebanyak orang, dalam kurun waktu lima tahun meningkat menjadi pada tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja dalam kurun waktu yang sama meningkat dari 77,21% pada tahun 2008 menjadi 77,26% pada tahun Penempatan tenaga kerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi masih sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Pada tahun 2008 pencari kerja yang ditempatkan baik melalui AKAD maupun AKAN sebanyak 3,87%, tahun 2009 sebanyak 4,57%, tahun ,18%, tahun 2011 sebanyak 1,60%, dan tahun 2012 sebanyak 2,97%. Penempatan tenagakerja yang lebih sedikit dibandingkan jumlah pencari kerja menunjukkan bahwa daya saing tenaga kerja maupun kesempatan kerja masih terbatas. Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan penurunan, dari sebanyak orang (7,92%) pada tahun 2008 menjadi sebanyak orang (6,54%). Walaupun dilihat dari persentase tingkat pengangguran terbuka kecil, namun dilihat dari angka nominal cukup banyak. Keberadaan penganggur ini tentunya menuntut pemerintah daerah untuk menciptakan lapangan pekerjaan atau mempersiapkan keterampilan tenaga kerja, sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang layak. Kasus perselisihan tenaga kerja pada tahun masing-masing 1 kasus, tahun 2011 sebanyak 7 kasus, dan tahun 2012 sejumlah 3 kasus. Penyelesaian kasus perselisihan tenaga kerja selama kurun waktu lima tahun Kasus perselisihan industri sebagian besar diselesaikan melalui lembaga bipatrit dan tripartit. Sampai dengan tahun 2012 jumlah lembaga bipatrit sebanyak 13 lembaga. Apabila perselisihan tenaga kerja tidak bisa diselesaikan di lembaga bipatrit maka akan diselesaikan melalui lembaga tripartit yang terdiri dari perwakilan pekerja, pengusaha dan pemerintah. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) menyalurkan tenaga kerja keluar negeri. Sampai dengan tahun 2011 jumlah PJTKI sebanyak 56 perusahaan. Sementara itu jumlah Balai Latihan Kerja yang ada di Kabupaten Brebes berjumlah 1 Unit, terdiri dari 1 Unit milik pemerintah dan 0 unit milik swasta. Perkembangan kondisi pembangunan ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel II - 54

75 Tabel 2.38 Perkembangan Data Ketenagakerjaan Kabupaten Brebes Tahun No Uraian Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) (orang) 2. Jumlah angkatan kerja (orang) 3. Jumlah angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikannya a. SD b. SMP c. SMA d. D1,D2,D e. D4 dan S f. S2, S Tingkat Partisipasi Angkatan 77,21 77,22 77,24 77,24 77,26 Kerja (%) 5. Jumlah angkatan kerja yang bekerja (orang) 6. Jumlah angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (orang) 7. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) (7,92%) (9,42%) (8,21%) (6,63%) (6,54) 8. Pencari kerja yang ditempatkan a. Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Negara (AKAN) (orang) b. Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) (orang) 9. Jumlah perusahaan yang menerapkan K3 10. Jumlah kasus perselisihan tenaga kerja (kasus) 11. Persentase kasus perselisihan tenaga kerja yang terselesaikan (%) 12. Jumlah lembaga bipatrit Jumlah lembaga tripartit Jumlah Balai Latihan Kerja a. Milik Pemerintah b. Milik Swasta Jumlah kasus PHK Persentase Upah Minimum Kabupaten terhadap Kebutuhan Hidup Layak (%) Sumber: Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Kab. Brebes, 2012 II - 55

76 Selain indikator dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 seperti tabel diatas, ada beberapa indikator yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan. Indikator tersebut berjumlah 8 (delapan) yang terdiri dari (1) Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi; (2) Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan; (3) Besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat (4) Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan; (5) Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek; (6) Besaran Kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB); (7) Besaran Pengujian Peralatan di Perusahaan; (8) Besaran Pemeriksaan Perusahaan. Kedelapan indikator ini memiliki target yang harus dicapai pada tahun Perkembangan capaian SPM Bidang Ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.39 Pencapaian SPM Bidang Ketenagakerjaan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Target SPM (2016) 1. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan 0,15 0,26 75 pelatihan berbasis kompetensi (%) 2. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan 0,09 0,16 60 pelatihan kewirausahaan (%) 3. Besaran tenaga kerja yang mendapatkan 0,15 0,26 60 pelatihan berbasis masyarakat (%) 4. Besaran pencari kerja yang terdaftar yang 0,1 0,15 70 ditempatkan (%) 5. Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek (%) 6. Besaran Kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama (PB) (%) 7. Besaran Pengujian Peralatan di Perusahaan (%) 8. Besaran Pemeriksaan Perusahaan (%) Sumber: Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Kab. Brebes, 2012 Millenium Development Goals (MDGs) juga mengamanatkan beberapa indikator di bidang tenaga kerja yang harus dicapai pada tahun Indikator ini terdapat pada tujuan 1, target 1B: mewujudkan kesempatan kerja penuh dan dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda. Indikator yang dimaksud yaitu (1) Laju Pertumbuhan PDRB per tenaga kerja (%); (2) Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas (%) dan (3) Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja (%). Perkembangan capaian MDGs Tujuan 1, Target 1B Bidang Ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel II - 56

77 Tabel 2.40 Capaian MDGs Tujuan 1, Target 1B Bidang Ketenagakerjaan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator MDGs Target MDGs (2015) 1. Laju Pertumbuhan PDRB per tenaga kerja (%) 3,75 3,90 4,22 7,43%-7,55% (target MDGs Prov. Jateng) 2. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas (%) 23,12% 27,56 34,45 63,78 (target MDGs Prov. Jateng) 3. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja (%) Sumber: Dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi Kab. Brebes, ,23% 26,52 35,34 64,65 (target MDGs Prov. Jateng) 15.Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Brebes Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Brebes merupakan aktivitas ekonomi masyarakat yang memiliki prospek baik. Sektor koperasi dan UMKM dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di Kabupaten Brebes, apabila usaha berkembang dengan baik. Perkembangan jumlah koperasi di Kabupaten Brebes menunjukkan peningkatan menjadi sebanyak 329 unit pada tahun 2012, dari tahun 2008 sebanyak 318 koperasi. Kemajuan pembangunan perkoperasian juga dapat dilihat dari tingkat keaktifan koperasi, dan kondisi kesehatan koperasi. Tingkat keaktifan koperasi di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun semakin baik, terlihat dari peningkatan persentase koperasi aktif dari sebesar 70,75% pada tahun 2008 menjadi sebesar 74,77% pada tahun Dalam kurun waktu tahun terjadi peningkatan persentase koperasi kategori sehat, namun pada tahun 2011 mengalami penurunan. Tahun 2011 persentase koperasi sehat sebesar 31,90% dan tahun 2012 persentase koperasi sehat meningkat menjadi 33,33%. Kemajuan pembangunan UMKM dapat dilihat dari peningkatan jumlah UMKM, jumlah tenaga kerja yang terserap, kepemilikan ijin usaha pada UMKM, dan akses terhadap permodalan usaha. Pada tahun 2008 di Kabupaten Brebes terdapat sejumlah unit UMKM, dengan jumlah tenaga kerja yang mampu terserap sebanyak orang. Pada tahun 2012 jumlah UMKM telah mencapai sebanyak unit dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak orang. Kepemilikan ijin UMKM di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan dari sebanyak 490 unit UMKM (26,39%) pada tahun 2008 menjadi sebanyak unit (53,61%) pada tahun Untuk menunjang kemajuan koperasi dan UKM, lembaga BPR, dan KSP/USP, KJKS/UJKS sangat diperlukan. Dalam kurun waktu lima tahun ( ), jumlah BPR tetap, yaitu sebanyak 8 unit. Sementara itu jumlah KSP/USP, KJKS/UJKS bertambah, dari sebanyak 142 unit pada tahun 2008 menjadi sejumlah 168 unit pada tahun Perkembangan kinerja pembangunan koperasi dan UMKM dapat dilihat pada Tabel II - 57

78 Tabel 2.41 Capaian Indikator Kinerja Urusan Koperasi dan UMKM Kabupaten Brebes No Indikator a. Jumlah Koperasi b. Keaktifan koperasi - Koperasi Aktif Koperasi Tidak Aktif Persentase Koperasi Aktif 70,75 71,21 71,21 74,54 74,85 (%) b. Jumlah Koperasi Kategori Sehat (%) 105 (33,02%) 110 (34,05%) 113 (34,24%) 104 (31,90%) 110 (33,33%) - Kop. Sehat (unit) Kop. Cukup Sehat (unit) c. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Unit) Mikro Kecil Menengah d. Jumlah Tenaga Kerja UMKM (orang) Mikro Kecil Menengah e. Jumlah UMKM yang telah memiliki Ijin Usaha (unit) Persentase UMKM yang ,44 50,24 52, telah memiliki Ijin Usaha (%) f. Jumlah BPR g. Jumlah KSP/USP, KJKS/UJKS Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Brebes, Penanaman Modal Sasaran pembangunan pada urusan penanaman modal adalah untuk meningkatkan investasi di Kabupaten Brebes. Keberhasilan pembangunan di bidang penanaman modal memberikan dampak yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi di Kabupaten Brebes. Peningkatan jumlah investor di Kabupaten Brebes dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta dapat meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengamanatkan kepada Kabupaten/Kota dalam hal penanaman modal untuk (1) Menyusun perencanaan penanaman modal; (2) Meningkatkan fasilitasi bagi peningkatan penanaman modal di kab/kota; dan (3) Meningkatkan kinerja perijinan dan pelayanan penanaman modal. Selanjutnya dalam Perpres 27 tahun 2009 tentang Pelayanan satu Pintu Penanaman Modal mengamanatkan kepada Kabupaten/Kota untuk: (1) mengurangi hambatan dalam pelayanan Public dan perjinan usaha bagi penanaman modal di kab/kota; (2) Mekanisme pelayanan perijinan dan penanaman modal di II - 58

79 daerah; dan (3) Mengurangi hambatan struktural dan ekonomi biaya tinggi dalam penanaman modal di daerah. Sebagai bentuk tindak lanjut dari amanat Undang-Undang 25 tahun 2007 dan Perpres 27 tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Brebes berupaya untuk meningkatkan investasi, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik khususnya pelayanan perizinan antara lain kegiatan promosi kerjasama investasi, meningkatkan mutu pelayanan pelayanan perizinan yang yang berorientasi pada kebutuhan klien/pemohon, meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pelayanan perizinan dan mendorong minat investor menginvestasikan usahanya di Kabupaten Brebes. Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal selama periode dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.42 Capaian Indikator Kinerja Urusan Penanaman Modal Kabupaten Brebes No Indikator Jumlah Investasi a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) PMA PMDN b. Nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) PMA PMDN (juta rupiah) , , , , ,7 2. Promosi dan kerjasama investasi a. Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal kabupaten/kota b. Tersedianya informasi peluang usaha sektor/bidang usaha unggulan (sektor) c. Terselenggaranya fasilitasi pemerintah daerah dalam rangka kerjasama kemitraan: Antara usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) tingkat kabupaten/kota dengan pengusaha tingkat provinsi/nasional d. Terselenggaranya bimbingan pelaksanaan kegiatan penanaman modal kepada masyarakat dunia usaha (kali dalam setahun) e. Terselenggaranya sosialisasi kebijakan penanaman modal kepada masyarakat dunia usaha (kali dalam setahun). II - 59

80 No Indikator Pelayanan Perijinan a. Jumlah ijin yang dilayani KPPT (jenis) b. Jumlah izin yang diterbitkan KPPT (buah) c. Terselenggaranya pelayanan perijinan bidang penanaman modal melalui pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal: Pendaftaran penanaman modal dalam negeri, ijin prinsip penanaman modal dalam negeri, ijin usaha penanaman modal dalam negeri, perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing (RPTKA), dan perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing yang bekerja di lebih dari 1 kabupaten/kota (%) d. Terimplementasikannya sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE) (%) Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu, 2012 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah investasi PMDN di Kabupaten Brebes fluktuatif, dari sebanyak 499 investor pada tahun 2008 terus meningkat sampai tahun 2011 menjadi investor, dan tahun 2012 jumlah investor PMDN sedikit menurun menjadi investor. Nilai realisasi investasi yang dicapai oleh kabupaten Brebes sampai dengan tahun 2012 sebesar Rp ,00. Disisi lain minat investor (pemodal) asing memembuka atau mengembangkan usahanya di Kabupaten Brebes belum terwujud selama kurun waktu lima tahun tersebut. Peningkatan investasi di Kabupaten Brebes didorong oleh adanya peningkatan iklim investasi diantaranya kondusifitas daerah, semakin gencarnya promosi dan kerjasama investasi dan kemudahan pelayanan investasi. Promosi peluang penanaman modal di Kabupaten Brebes setiap tahunnya rata-rata dilakukan sebanyak 4 kali, diantaranya melalui partisipasi dalam event tingkat nasional maupun regional seperti Pameran Investasi Daerah Expo, Sampan Expo, Brebes Expo, dan CJIBF, Jateng Fair, dan De Syukron 2 Bandung. Untuk mendukung promosi investasi, di Kabupaten Brebes telah tersedianya informasi peluang usaha sektor/bidang usaha unggulan sebanyak 8 sektor pada tahun Terselenggara pula fasilitasi pemerintah daerah dalam rangka kerjasama kemitraan antara usaha mikro, kecil, dengan usaha menengah dan besar tingkat kabupaten dengan pengusaha tingkat provinsi/nasional sebanyak 1 kali. Kemajuan pelayanan perijinan di Kabupaten Brebes sangat terlihat dari jumlah jenis perijinan yang dilayani oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Brebes yang mengalami peningkatan sangat signifikan, dari sebanyak 14 jenis perijinan menjadi II - 60

81 sebanyak 81 jenis perijinan. Termasuk di dalamnya sebanyak 8 jenis perijinan yang wajib disediakan oleh sebuah unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 juga telah dioperasikan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE), SPIPISE ini dikhususkan untuk melayani dan pemproses 8 jenis izin tersebut. Terkait dengan kerjasama kemitraan antara usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) tingkat kabupaten/kota den gan pengusaha tingkat provinsi/nasional antar daerah dalam rangka peningkatan penanaman modal di Kabupaten Brebes belum dapat diwujudkan secara optimal, hal ini terbukti selama kurun waktu 5 tahun hanya terealisasi 1 (satu) kegiatan fasilitasi kerjasama kemitraan dan kerjasama yang telah dituangkan dalam MOU belum sepunuhnya dapat ditindaklanjuti. Beberapa kemajuan pembangunan urusan penanaman modal perlu didorong dengan penyederhanaan prosedur dan peningkatan kualitas pelayanan perijinan investasi, peningkatan promosi dan kerjasama investasi terutama untuk memfasilitasi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dengan pelaku usaha skala besar dalam upaya pemasaran hasil produksi UMKM di Kabupaten Brebes. 17.Kebudayaan Kabupaten Brebes dalam proses pembangunan juga memandang bahwa faktorfaktor budaya dapat dijadikan sebagai modal dalam proses pembangunan. Kesenian merupakan salah satu peninggalan kebudayaan yang ada di Kabupaten Brebes. Kesenian yang berkembang di Kabupaten Brebes banyak dipengaruhi oleh beberapa unsur budaya daerah, seperi pengaruh budaya sunda, Banyumasan, Cirebonan dan juga pesisiran. Beberapa kesenian yang berkembang di Kabupaten Brebes antara lain, Wayang Golek, Wayang Kulit, Buroq/Orkes Melayu, Sintren, Kuda Lumping, Rebana dan Kuntulan, Singa deprok, Kuda renggong, Digul, Tek-tek, Kecapi Suling, Umbul, dan Ronggeng. Kesenian tersebut diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Brebes karena masuk kedalam agenda festival seni tahunan dan dilaksanakan dalam beberapa peringatan hari besar di Kabupaten Brebes seperti Peringatan Hari Jadi Kabupaten Brebes serta beberapa kegiatan lainnya. Kegiatan berkesenian di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan, tergambarkan dari jumlah Penyelenggaraan Festival seni dan budaya, pada tahun 2012 dilaksanakan sebanyak 6 kali. Maksud dan tujuan dari kegiatan festival ini adalah untuk meningkatkan dan melestarikan budaya kesenian yang ada di kabupaten Brebes. Ketersediaan sarana dan prasarana berkesenian bagi masyarakat tergambarkan dari indikator jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya dengan capaian tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu tahun Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan daerah tergambarkan dari jumlah grup kesenian tradisional, dan jumlah seniman. Kedua indikator tersebut menunjukkan kinerja yang positif sesuai target dalam Kabupaten Brebes tahun Perkembangan kelompok kesenian di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel II - 61

82 Tabel 2.43 Jumlah dan Jenis Kelompok Kesenian Budaya di Kabupaten Brebes Tahun No Indikator a. Jumlah Penyelenggaraan Festival seni 5 Kali 6 Kali 6 Kali 6 Kali 6 Kali dan budaya b. Jumlah Sarana penyelenggaraan seni dan budaya c. Jumlah Grup Kesenian tradisional (kelompok) Buroq/Orkes Melayu Sintren Kuda Lumping Rebana dan Kuntulan Singa deprok Kuda renggong Digul Tek-tek Kecapi Suling Umbul Ronggeng d. Jumlah seniman (orang) Penari Pemain Teater Pelukis Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Kepemudaan dan Olah Raga Pembangunan dan pembinaan generasi muda dilakukan melalui organisasi kepemudaan yang ada. Jumlah organisasi pemuda di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebanyak 18 organisasi pemuda, sedangkan organisasi pemuda dibawah koordinasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Brebes sebanyak 23 organisasi. Pada bidang olahraga jumlah organisasi olahraga selama kurun waktu juga tidak mengalami perubahan, yaitu organisasi sepakbola sebanyak 25 organisasi, bola volley sebanyak 29 organisasi, bulutangkis 18 organisasi dan karate 7 organisasi. Sarana dan prasarana olahraga juga tidak mengalami pengurangan, yaitu sebanyak 1 unit gelangang olahraga dan 145 unit lapangan olahraga, walaupun kondisinya memerlukan peningkatan terutama dalam penyediaan fasilitas penunjang. Prestasi olahraga di Kabupaten Brebes pada tahun 2008 adalah gulat dan pada tahun 2012 karate. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi olahraga di Kabupaten Brebes pada tingkat provinsi maupun nasional masih minim. Minimnya prestasi olahraga Kabupaten Brebes tentunya perlu terus didorong, diantaranya melalui pemberian reward (penghargaan) bagi atlet berprestasi agar mereka semangat dalam menorehkan prestasi di berbagai pertandingan olahraga di tingkat provinsi maupun nasional. Diperlukan pembinaan olahraga secara konsisten dan berkelanjutan agar organisasi olahraga dapat tetap eksis, dan prestasi olahraga para atlet dari Kabupaten Brebes semakin meningkat. Lebih lengkapnya perkembangan organisasi pemuda dan olahraga Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel II - 62

83 Tabel 2.44 Perkembangan Kinerja Pembangunan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Brebes Tahun No Indikator a. Peran pemuda dalam pembangunan Jumlah Organisasi Pemuda Jumlah Organisasi Pemuda yang dikoordinir oleh KNPI Kabupaten (unit) b. Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga dan kesehatan jasmani 1) Jumlah Organisasi Olahraga (klub) Sepak Bola Bola Voley Bulu Tangkis Karate ) Prestasi Olahraga tingkat Provinsi dan Gulat Karate Nasional yang pernah diraih c. Sarana dan prasarana olahraga 1) Jumlah Gelanggang/ balai remaja (selain milik swasta 2) Jumlah lapangan Olahraga Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri Salah satu penunjang kemajuan daerah adalah meningkatnya jumlah investasi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Masuknya investor di sebuah wilayah salah satunya dipengaruhi oleh iklim yang kondusif di wilayah tersebut. kemanan dan ketertiban di Kabupaten Brebes dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang fluktuatif. Gangguan kamtibmas di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Gangguan kamtibmas ini berupa tindakan kriminalitas, pertikaian warga dan unjuk rasa. Secara rinci angka kejadian gangguan kamtibmas di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.45 Perkembangan Gangguan Kamtibmas di Kabupaten Brebes Tahun No Indikator (s.d Sept) a Jumlah tindak pidana kriminal (kasus) b Jumlah Kasus pertikaian antar warga c Jumlah Unjuk rasa Sumber: Kantor Kesbangpollinmas 2012 Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan demokrasi di Kabupaten Brebes dalam pelaksanaan pemilu baik pemilu legislatif, pemilihan presiden maupun pilkada masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilihan umum. Pada pelaksanaan pemilihan gubernur tahun 2008 tingkat partisipasi pemilih hanya mencapai 49,04% dari total pemilih II - 63

84 sebanyak jiwa. Sementara itu pada pemilu 2009 angka partisipasi pemilih mengamai kenaikan menjadi 62,2% pada pemilihan legislatif dan 61,69% pada pemilihan presiden dan wakil presiden. Pada pelaksaaan pemilihan kepala daerah (bupati) pada tahun 2012 angka partisipasinya hanya sebesar 60,74% dari total pemilih sebesar jiwa. 20.Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian. Penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan pada UU No. 32 tahun 2004 juncto UU No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan peraturan tersebut diketahui Kabupaten Brebes melaksanakan sebanyak 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Selain itu pemerintah daerah juga melaksanakan urusan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dari Pemerintah Pusat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Penyelenggaraan 34 urusan kewenangan setiap tahun dilaporkan kepada pemerintah provinsi dan pusat serta masyarakat dalam bentuk Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban dan Akhir Masa jabatan (LKPJ dan AMJ) dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) sebagaimana diatur dalam PP No. 3 tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. penataan peraturan perundangan di Kabupaten Brebes dilaksanakan melalui penetapan Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbup) baru, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, menjamin kepastian hukum dari tahun telah diterbitkan Perda dan Perbup. Data jumlah perda dan perbup yang telah diterbitkan dapat dilihat pada Tabel 2.46 Tabel 2.46 Jumlah Peraturan Perundangan yang Diterbitkan Tahun No Uraian Peraturan Daerah Peraturan Bupati Sumber : Bagian Hukum Setda Kab. Brebes, Penegakan peraturan daerah sudah berjalan dengan baik. Jumlah aparat penegak hukum dan perlindungan Masyarakat di Kabupaten Brebes relatif memadai. Jumlah satuan Polisi Pamong Praja relatif masih kurang untuk melindungi seluruh penduduk dan wilayah kabupaten Brebes. Jumlah kasus pelanggaran Perda selama kurun waktu cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap perda masih rendah. Di sisi lain kemampuan aparat menyelesaikan kasus pelanggaran perda meningkat. Secara rinci jumlah Polisi Pamong Praja, Petugas Linmas, Kasus Pelanggaran Perda dan Penyelesaian Perda dapat dilihat pada tabel berikut: II - 64

85 Tabel 2.47 Jumlah Polisi Pamong Praja, Petugas Linmas, Kasus Pelanggaran Perda dan Penyelesaian Perda Kabupaten Brebes Tahun No Uraian a. Jumlah Polisi Pamong Praja (orang) b. Jumlah Linmas (orang) c. Jumlah kasus pelanggaran perda (kasus) d. Persentase penegakan PERDA (%) e. Cakupan patroli petugas Satpol PP (Jumlah patroli petugas Satpol PP pemantauan dan penyelesaian pelanggaran K3 dalam 24 Jam) (%) f. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten (%) Sumber : Setda Kabupaten Brebes Pembaruan Perda dan Perbub dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja pemerintahan, pelayanan publik dan jaminan kepastian hukum masyarakat. legislasi daerah ditujukan untuk meningkatkan kelengkapan peraturan perundangan, kepastian hukum dan peningkatan pelayanan umum serta promosi daerah. Untuk meningkatkan pelayanan publik dan standar kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, baik dengan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi urusan kewenangan wajib dan standar kinerja bagi urusan pilihan. Kepada pemerintah pemerintah provinsi dan kabupaten/kota telah ditetapkan lima belas (15) urusan wajib yang telah disahkan oleh kementerian teknis di Jakarta. Dalam upaya meningkatkan pelayanan publik maka segenap warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam penilaian kinerja penyelenggaraan urusan melalui monitoring capaian SPM dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang diterima masyarakat. Evaluasi IKM dapat dilakukan secara berkala maka akan meningkatkan transparansi dan kinerja pelayanan publik. 21.Ketahanan Pangan Pembangunan pangan pada dasarnya merupakan bagian dari ketahanan bangsa. Sesuai dengan kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri atas 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator menegaskan bahwa pada tahun 2015, setiap negara telah menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi tahun Untuk mencapai tujuan tersebut, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke IX, 2008, merekomendasikan perlunya mengoptimalkan bahan pangan lokal yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk setempat dengan mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) didukung oleh cita rasa (palatability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat ( acceptability), kualitas dan kemampuan daya beli (affordability). Ketersediaan pangan utama di Kabupaten Brebes tergolong baik. Sampai dengan tahun 2012, dari sebanyak 14 jenis bahan pangan utama, sebanyak 9 jenis bahan pangan mengalami surplus yaitu beras ( ton), jagung ( ton), ubi kayu (3.756 ton), kacang hijau (1.113 ton), bawang merah ( ton), cabe merah (8.104 ton), gula (715 ton), telur ( ton) dan ikan (6.875 ton). Sementara itu sebanyak 6 II - 65

86 jenis bahan pangan utama lainnya seperti kedelai, kacang tanah, ubi jalar, kacang hijau, daging sapi, dan susu masih mengalami kekurangan (defisit), sehingga memiliki ketergantungan dengan produksi daerah lain. Beberapa komoditas seperti kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar mengalami kekurangan stok dipengaruhi oleh keengganan petani untuk menanam komoditas tersebut karena dipandang kurang menguntungkan bagi petani dengan harga jual yang rendah. Untuk komoditas kedelai kurang laku dipasaran karena banyaknya kedelai impor dengan kualitas yang lebih baik. Ketersediaan energi per Kapita, ketersediaan protein perkapita, dan Konsumsi energi per kapita penduduk Kabupaten Brebes lebih tinggi dibandingkan standar nasional yang ditetapkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun Namun untuk konsumsi protein per Kapita penduduk Kabupaten Brebes lebih rendah daripada standar WNPG Adapun Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang menunjukkan tingkat keberagaman jenis bahan pangan yang dikonsumsi oleh penduduk mengarah pada pencapaian target SPM Ketahanan Pangan, dengan capaian tahun 2011 mencapai sebesar 86,9%. Beberapa kendala yang dihadapi berkaitan dengan pencapaian Skor Pola Pangan Harapan adalah pola konsumsi masyarakat yang cenderung tetap, tidak mau beralih dari beras ke bahan pangan lainnya. Kabupaten Brebes pada prinsipnya dapat mencapai sasaran dalam MDGs bila ketersediaan bahan pangan utama dapat ditingkatkan antara 2 5% per tahun. Besaran persentase ini didasarkan pada evaluasi capaian kinerja pembangunan ketahanan pangan tahun sebagaimana tercantum pada Tabel Tabel 2.48 Capaian Indikator Kinerja Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Ketersediaan pangan utama Ketersediaan (Ton) Beras Jagung Ubi kayu Ubi Jalar Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Bawang Merah Cabe Merah Gula Daging Telur Susu Ikan Kebutuhan (Ton) Beras Jagung Ubi kayu Ubi Jalar Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau II - 66

87 No Indikator Bawang Merah Cabe Merah Gula Daging sapi Telur Susu Ikan Surplus/defisit (Ton) Beras Jagung Ubi kayu (1.620) Ubi Jalar (8.311) (7.141) (7.532) (6.916) (10.787) Kedelai (12.109) (11.218) (10.320) (12.209) (13.100) Kacang Tanah (5.415) (7.134) (6.688) (5.361) (5.527) Kacang Hijau (1.113) Bawang Merah Cabe Merah Gula (1.246) (2.267) (2.219) 715 Daging sapi (2.490) (252) (985) (41) Telur Susu (6.369) (6.415) (6.427) (6.405) (6.357) Ikan Ketersediaan energi per Kapita (Kkal/kap/hari) Ketersediaan protein per Kapita 67,75 88,01 88,89 84,48 84,76 (Gram/kap/hari) 4. Konsumsi energi per Kapita 209,1 2002, ,1 52,8 (Kkal/kap/hari) 5. Konsumsi protein per Kapita 52,9 62,1 60,7 58, (Gr/kap/hari) 6. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 73,95 74,7 80,5 82,8 86,9 7. Jumlah desa mandiri pangan (desa) 8. Jumlah lumbung pangan (unit) Jumlah kelompok Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan/P2KP (kelompok) 10. Jumlah cadangan pangan kabupaten (ton) ,25 15 Sumber: Kantor Ketahanan Pangan, Pemberdayaan masyarakat dan Desa Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses kegiatan pembangunan dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat desa, dengan pemberdayaan masyarakat desa diharapkan dapat terwujud masyarakat desa yang berdaya dari aspek kualitas SDM, berdaya dari aspek ekonomi dan berdaya dari aspek lingkungan yang berkualitas. Dengan 3 aspek tersebut terwujud dapat tumbuh kemandirian masyarakat desa dalam menggali potensi untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Pelaksanaan pembangunan urusan pemberdayaan masyarakat desa bertumpu pada beberapa tujuan yaitu: 1). meningkatkan keberdayaan masyarakat desa, 2). II - 67

88 Mengembangkan lembaga-lembaga ekonomi desa, 3). meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan sarana prasarana prasana wilayah, proses kelurahan dan institusi kemasyarakatan lainnya agar mampu mengidentifikasi permasalahan dan potensi masyarakat yang ada dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan publik, serta mampu menjawab permasalahan yang berkembang dalam lingkungannya. 4). meningkatkan kapasitas aparatur pemerintahan desa dan 5). Meningkatkan peran serta perempuan kegiatan usaha ekonomi profuktif dan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Berdasarkan capaian target pembangunan pemberdayaan masyarakat tahun , maka dapat diketahui indikator kelembagaan perekonomian di desa yang meliputi jumlah unit kegiatan ekonomi desa simpan pinjam (UED -SP) dan jumlah BKM/LKM menunjukkan bahwa jumlah UED-SP selama kurun waktu tahun tidak mengalami penigkatan yaitu tetap sejumlah 21 UED-SP demikian halnya jumlah BKM/LKM tidak ada peningkatan yaitu tetap sebanyak 38 BKM/LKM. Capaian indikator kelembagaan perekonomian di desa ini lebih rendah dari target, yaitu meningkat. Keberadaan usaha ekonomi desa simpan pinjam dan BKM/LKM ini sangat dipengaruhi aktivitas Nasional Pemberdayaan Masyarakat (P NPM) Mandiri Perdesaan yang ada di Kabupaten Brebes Dikaji dari indikator keaktifan PKK dan keaktifan Posyandu dapat diketahui bahwa keaktifan PKK capaian kinerja tiap tahun meningkat sedangkan untuk jumlah Posyandu pada tahun 2010 jumlah Posyandu menurun 50 posyandu apabila dibandingkan dengan jumlah Posyandu tahun sebelum dan sesudahnya. Selanjutnya indikator peningkatan dan kelancaran pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) target capaian kinerja menunjukkan penurunan. Hal ini terbukti pada tahun 2008 jumlah ADD sebesar 26 milya, pada tahun 2009 dan 2010 turun menjadi 16 milyar dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 17,9 milyar. Selanjutnya terkait dengan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan terutama dalam kegiatan perencanaan belum berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini dikarenakan dominasi elit-elit desa masih kuat sehingga akses masyarakat dalam kegiatan perencanaan masih sangat rendah. Capaian indikator keluaran tersebut tergambarkan dari capaian beberapa beberapa indikator kinerja utama sebagaimana tercantum pada Tabel Tabel 2.49 Capaian Indikator Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Kelembagaan Perekonomian di Desa Jumlah unit ekonomi desa simpan pinjam (UED SP) Jumlah BKM/LKM Keaktifan PKK Jumlah kelompok PKK Persentase PKK Aktif (%) 90% 92% 95% 97% 100% 3 Keaktifan posyandu Jumlah Posyandu Persentase Posyandu aktif (%) 78% 80% 80% 82% 85% 4 Alokasi Dana Desa (milyar) ,9 17,9 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dan Kelurahan, 2012 II - 68

89 23.Statistik Statistik menurut Undang-undang nomor 16 Tahun 2007 adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur dalam penyelenggaraan statistik. Dalam pemanfaatannya, statistik dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1) statistik dasar, 2) statistik sektoral, 3) statistik khusus. Upaya penyediaan, penyebarluasan data serta upaya pengembangan ilmu statistik memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap Kegiatan perencanaan pembangunan dimana keterkaitan keputusan terhadap suatu kebijakan, program, dan kegiatan sangat bergantung kepada ketersediaan data. Beberapa dokumen statistik yang disusun oleh Badan Pusat Statistik yang bekerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Brebes antara lain, Brebes Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka, PDRB, IHK dan inflasi. Adapun Pemerintah Daerah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) juga menyusun data statistik yaitu profil daerah yang menggambarkan capaian pembangunan berdasarkan 8 jenis kelompok data, meliputi: 1) data umum, 2) sosial budaya, 3) sumberdaya alam, 4) infrastruktur, 5) Industri, perdagangan, lembaga keuangan, koperasi, usaha, dan investasi, 6) ekonomi dan keuangan, 7) Politik, hukum dan keamanan, serta 8) Insidensial. Penyusunan data statistik menurut pasal 2 huruf c Undang-undang Nomor 16 tahun 2007 tentang Statistik, harus menganut asas kemutakhiran dimana dalam penjelasannya menyatakan bahwa data yang tersaji harus dapat menggambarkan fenomena dan atau perubahan menurut keadaan yang terbaru. Oleh karena itu, pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data statistik harus senantiasa diupayakan secara terus menerus, berkesinambungan, dan runtun waktu. Dalam pelaksanaannya, data statistik yang disajikan oleh pemerintah masih mengalami keterlambatan sebanyak 2 tahun dari tahun perencanaan. Disamping itu, masih terdapat overlapping data capaian antar institusi yang berwenang melakukan kegiatan pendataan statistik. Keadaan ini muncul akibat dari belum optimalnya koordinasi SKPD dalam menentukan kriteria serta metode pelaksanaan pengumpulan data. Jenis data statistik yang dimiliki oleh Kabupaten Brebes dan disusun setiap tahun adalah Brebes dalam angka, Kecamatan dalam angka, PDRB, IHK dan Inflasi, dan profil daerah. Berbagai jenis data statistik tersebut digunakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam mengkaji kemajuan pembangunan di Kabupaten Brebes. 24.Kearsipan Pengertian arsip menurut PP No. 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai salah satu unsur penunjang dalam pelaksanan kegiatan pembangunan, keberadaan arsip dalam pemerintah memegang peranan penting. Arsip digunakan sebagai sumber informasi, acuan serta bahan pertanggungjawaban dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, keberadaan arsip serta keterbukaan akses masyarakat terhadap kearsipan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi pemerintah dalam menjalankan system pemerintahan yang akuntabel. II - 69

90 Capaian kinerja dalam pengelolaan arsip secara baku pada tingkat desa/kelurahan pada kurun waktu sudah mencapai 285 kelurahan/desa (96%) dari total 297 kelurahan/desa yang ada. Pengelolaan arsip secara baku tersebut ditunjang dengan peningkatan kapasitas SDM pengelola kearsipan yang mencapai 262 orang pada kurun waktu Peningkatan kapasitas SDM pengelola kearsipan bertujuan untuk meningkatkan keahlian, keterampilan, dan kompetensi serta menciptakaan kesamaan visi dan misi dari SDM bidang kearsipan. Lingkup pembinaan kearsipan tersebut meliputi, 1) koordinasi penyelenggaran kearsipan, 2) penyusunan pedoman kearsipan, bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan kearsipan, 3) sosialisasi kearsipan, 4) pendidikan dan pelatihan kearsipan, dan 5) perencanaan, pemantauan dan evaluasi. Jumlah SDM yang mendapatkan pelatihan pengelolaan kearsipan pada kurun waktu menurun dibandingkan dengan jumlah pada tahun Pada tahun 2008 jumlah SDM yang mendapatkan pelatihan pengelolaan arsip mencapai 94 orang dan pada tahun 2012 jumlahnya menurun menjadi 40 orang. Pelaksanaan akuisisi arsip oleh Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Brebes hingga tahun 2012 telah mencakup 36 SKPD dengan total arsip sebanyak arsip yang telah dialih-mediakan menjadi arsip tekstual, kartugrafi, dan foto. Sesuai dengan PP No 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, pengalih-mediaan arsip diperbolehkan selama mengikuti prosedur yang berlaku. Pengalih-mediaan arsip ini dilakukan dalam rangka preservasi kearsipan serta mempermudah bagi lembaga kearsipan untuk memanfaatkan, mendayagunakan dan melakukan pelayanan publik terkait dengan kearsipan. Untuk mengetahui capaian urusan kearsipan, kita dapat melihat pada Tabel Tabel 2.50 Capaian Indikator Kinerja Urusan Kearsipan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator a Pengelolaan arsip secara baku * SKPD * Desa/Kelurahan b Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan (orang) c Penarikan arsip dari instansi pemerintah (SKPD) d Jumlah arsip yang tersimpan * arsip tekstual (berkas) * kartugrafi (lembar) * foto (buah) Sumber: Kantor Perpustakaan dan Kearsipan, Komunikasi dan Informasi Perkembangan teknologi komunikasi dan informasitika saat ini sungguh sangat bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Semakin mudah dan murahnya mendapatkan sarana prasarana teknologi komunikasi dan informasi menjadi salah satu alasan penyebabnya. Dengan gadget yang dimiliki, masyarakat dengan mudah mengakses informasi dengan cepat dari wilayah lain. Salah satu media yang semakin memermudah komuniasi adalah telepon. Data dari PT Telkom Kabupaten Brebes, sampai tahun 2012 terdapat satuan sambungan telepon yang terpasang, dan SST yang terpakai. Jumlah ini lebih tinggi II - 70

91 dibandingkan tahun 2009 sebanyak SST, dan yang terpakai sebanyak SST. Lebih lengkap tentang jumlah satuan sambungan telepon yang terpasang dan terpakai selama 5 tahun terakhir dapat dilihat dalam Grafik 2.18 Kapasitas s Satuan Sambungan Telepon (SST) terpasang Satuan Sambungan Telepon (SST) terpakai (pelanggan) Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 2012 Grafik 2.18 Grafik Kapasitas Satuan Sambungan Telepon di Kabupaten Brebes Penyebaran informasi media massa. Secara lengkap dilihat pada Grafik kepada masyarakat juga menjadi salah satu fungsi dari jumlah media massa yang ada di Kabupaten Brebes dapat Jumlah surat kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah Jumlah penyiaran radio/tv lokal yang masuk ke daerah Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 2012 Grafik 2.19 Grafik Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Yang Masuk Ke Daerah Keterbukaan informasi di bidang pemerintahan saat ini menjadi salah satu indikator dari tata pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance). Untuk menjamin ketersediaan dan kemudahan akses lembaga yakni Komisi Informasi Daerah yang mempunyai fungsi mengawal keterbukaan informasi sektor publik di daerah. Hal tersebut seperti yang diatur dalam UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi II - 71

92 Publik. Dalam UU tersebut jelas disebutkan bahwa semua orang mempunyai hak untuk mengakses dan mendapatkan informasi publik yang tidak dikecualikan. Pemerintah daerah juga diwajibkan untuk mencapai target-target yang yang ada dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Komunikasi dan informasi seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 22/Per/M.Kominfo/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Komunikasi dan Informatika Di Kabupaten/Kota, maka setiap pemerintah kabupaten/kota wajib melakukan kegiatan Diseminasi Informasi Nasional. Kegiatan Diseminasi Informasi ini harus dilakukan paling tidak 12 kali dalam satu tahun melalui media massa (cetak maupun elektronik), website, media tradisional (p ertunjukan kesenian rakyat), media interpersonal (sarasehan, ceramah, workshop, dll), dan melalui media luar ruang seperti brosur, spanduk baliho, dll. Satu hal lain yang juga menjadi indikator dalam SPM bidang komunikasi dan Informasi adalah pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) di tingkat kecamatan yang ada. Sampai tahun 2010 belum ada satupun kecamatan yang telah mempunyai kelompok informasi masyarakat ini, padahal menurut SPM pada tahun 2014 sekurang-kurangnya 50% dari seluruh kecamatan harus sudah memiliki KIM. Untuk menjembatani hubungan antara pemerintah dengan masyarakat luas saat ini pemerintah Kabupaten Brebes juga telah mempunyai website resmi yaitu Melalui website ini masyarakat luas dapat memperoleh semua informasi mengenai Kabupaten Brebes yang sifatnya publik. Keberadaan website tersebut memang masih belum optimal karena belum semua SKPD yang ada mempunyai website yang resmi. Sampai tahun 2012 baru ada 7 SKPD yang mempunyai website resmi yang bisa diakses. 26.Perpustakaan Menurut Undang-undang nomor 43 Tahun 2007, perpustakaan adalah sebuah wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Perpustakaan bertujuan untuk memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketersediaan perpustakaan di Kabupaten Brebes menunjukkan perkembangan ke arah positif selama kurun waktu Jumlah perpustakaan di Kabupaten Brebes pada tahun 2008 sebanyak 150 unit naik menjadi 211 unit pada tahun 2012 atau bertambah sebanyak 61 unit selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Perpustakaan tersebut terdiri dari perpustakaan daerah 2 unit, perpustakaan keliling 2 unit, perpustakaan sekolah 198 unit, dan perpustakaan rumah ibadah sebanyak 9 unit. Selama kurun waktu tahun terjadi penurunan jumlah anggota dan pengunjung perpustakaan daerah. Pada tahun 2012 jumlah anggota perpustakaan sebanyak 241 orang. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 37,55% atau sebanyak 177 orang dibandingkan dengan capaian pada tahun 2011 yang mencapai 418 orang. Hal ini disebabkan menurunnya kesadaran masyarakat akan arti penting membaca. Selain itu, rendahnya kunjungan perpustakaan juga diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi yang menjadikan transfer pengetahuan beralih kepada penggunaan Information and Communication Technology (ICT) oleh masyarakat. Menurunnya jumlah keanggotaan baru di perpustakaan daerah berbanding lurus dengan jumlah kunjungan masyarakat. Pemerintah daerah, melalui Kantor Data Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Brebes mencoba menjembatani kesenjangan II - 72

93 tersebut dengan meluncurkan perpustakaan keliling yang telah beroperasi sebanyak 2 unit serta meningkatkan koleksi perpustakaan yang mencapai buku pada tahun Perkembangan jumlah perpustakaan, jumlah anggota perpustakaan serta jumlah pengunjung perpustakaan daerah dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.51 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perpustakaan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Jumlah Perpustakaan * Perpustakaan Daerah * Perpustakaan Keliling *Perpustakaan kecamatan * Perpustakaan Sekolah (negri dan swasta) * Perpustakaan rumah ibadah * taman bacaan masyarakat non pemda Taman bacaan masyarakat desa Jumlah anggota perpustakaan daerah Jumlah Pengunjung perpustakaan daerah Jumlah koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Sumber: Kantor Perpustakaan dan Kearsipan, Pelayanan Urusan Pilihan 1. Pertanian Kabupaten Brebes berada pada ujung barat Jawa Tengah, di jalur transportasi utama Pantura dengan posisi memanjang ke selatan, sampai hampir separuh lebar lintang pulau Jawa. Di bagian utara berbatasan dengan laut Jawa sedang di bagian seltan merupakan wilayah pegunungan. Dengan kondisi dan luasan seperti ini, Kabupaten Brebes sangat berpotensi sebagai penghasil tanaman pangan khususnya padi dan tanaman palawija, serta tanaman hortikultura (buah -buahan dan sayuran), serta produk-produk peternakan. Brebes juga telah menjadi ikon produksi tanaman hortikultura bawang merah dan salah satu produk peternakannya juga telah menjadi ikon wisata belanja, yaitu telur asin. Capaian pembangunan pertanian Kabupaten Brebes dalam kurun waktu menunjukkan perkembangan yang positif. Hampir seluruh komoditas pertanian tanaman tanaman pangan meningkat produktivitasnya, kecuali ketela pohon dan kacang tanah. Begitu pula dengan Produksi tanaman hortikultura yang hampir sebagian besar menunjukkan peningkatan pada kurun waktu yang sama, yaitu tahun Beberapa komoditas tanaman hortikultura yang produksinya cenderung menurun adalah rambutan, pisang, cabe rawit, melinjo, dan sirsak. Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Brebes juga mengalami peningkatan untuk jenis cengkeh, teh, kopi robusta, dan kopi arabika. Sementara itu untuk jenis komoditas kelapa, jambu mete, dan kapuk randu terjadi penurunan produksi. Perkebunan jenis komoditas ini sebagian dialihkan menjadi perkebunan jenis tanaman lain, atau jenis penggunaan lainnya. Populasi ternak di Kabupaten Brebes, baik ternak ruminansia maupun ternak unggas menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu tahun , kecuali kerbau dan kuda. Populasi kerbau mengalami penurunan disebabkan beberapa faktor, antara II - 73

94 lain proses perkawinan yang hanya bisa dilakukan secara alami, belum bisa dilakukan dengan kawin suntik; pemeliharaan kerbau memerlukan kubangan air sehingga agak menyulitkan; penggunaan kerbau sebagai bajak yang telah beralih ke traktor, dan permintaan akan daging kerbau yang semakin berkurang. Sementara itu penurunan populasi kuda disebabkan penggunaan kuda yang jarang, transportasi kuda telah tergantikan moda transportasi yang lain. Perkembangan capaian indikator kinerja urusan pertanian dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.52 Capaian Indikator Kinerja Urusan Pertanian Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Produksi padi atau bahan pangan utama lokal lainnya (ton) Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar (kw/ha) Padi 58,05 58,3 61,09 63,06 Jagung 44,07 57,13 71,35 64,62 Ubi Kayu 132,22 136,86 131,28 118,71 Ubi Jalar 119,40 122,26 127,52 118,71 Kacang Kedelai 12,38 13,83 14,43 14,04 Kacang Tanah 12,91 12,91 12,15 11,98 Kacang Hijau 12,24 13,52 13,39 13,38 2. Produksi tanaman hortikultura (kw) Bawang Merah Kentang Sawi / Petsai Kacang Panjang Cabe Besar Terong Buncis Ketimun Kubis Tomat Alpukat Mangga Rambutan Duku Jeruk Durian Pepaya II - 74

95 No Indikator Pisang Nanas Nangka Jambu Biji Bawang Putih Bawang Daun Wortel Cabe Rawit Labu Siam Kangkung Petai Melinjo Manggis Sawo Sirsak Sukun Produksi Tanaman Perkebunan Kelapa (butir) Cengkeh (Ton) 234,00 234,20 239,00 242,00 Teh (Ton) 34,00 38,00 55,42 56,50 Kopi Robusta (Ton) Kopi Arabika (Ton) Jambu Mete (Kg) Kapuk Randu (Ton) 36,33 20,59 19,74 18,83 4. Populasi Ternak (ekor) Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda Kambing Domba Ayam ras layer Ayam ras broiler Ayam Buras Itik Kelinci Puyuh Entok Angsa Produksi Daging (ton/thn) Sapi 795,90 764,75 932,48 736,50 Kerbau 222,37 274,46 188,42 153,60 Kambing 241,53 187,90 259,41 164,22 Domba 1.081,33 921,52 962,32 538,22 Ayam ras 2.570, , , ,01 Ayam Buras 2.675, , , ,75 Itik 273,43 288,85 308,43 182,56 6. Produksi telur (ton/thn) Ayam ras , , , ,52 Ayam buras 2.986, , , ,52 II - 75

96 No Indikator Itik 4.157, , , ,86 Puyuh 26,64 29,94 29,95 30,20 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan Dinas Peternakan, 2012 Beras merupakan makanan pokok masyarakat Kabupaten Brebes, produksi padi diharapkan terus meningkat antara 2 5% per tahun. Peningkatan ini terutama diharapkan dapat terjadi karena peningkatan produktivitas, dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari rata -rata 150 per tahun menjadi IP 200 per tahun disebabkan perbaikan infrastruktur jaringan irigasi desa (JIDES), jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT), irigasi air permukaan, irigasi air tanah dangkal, embung, irigasi air dalam, optimasi lahan, bantuan pompa sehingga meningkatkan luas tanam, luas panen. Peningkatan produksi diharapkan juga terjadi pada tanaman palawija. Untuk tanaman jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan kacang hijau, peningkatan ini diperkirakan berkisar antara 2 3% per tahun, baik melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas panen, agar prestasi Kabupaten Brebes yang selama ini selalu surplus terhadap bahan-bahan pangan tersebut, dapat terus dipertahankan. Demikian juga untuk tanaman-tanaman kedelai, diharapkan dapat meningkat sebesar 3 5%. Peningkatan yang lebih besar ini diajukan, karena ketersediaan kedua jenis bahan pangan ini dibawah kebutuhan, atau selalu devisit, sehingga dengan persentase peningkatan yang lebih besar, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pasokan dari daerah lain. Peningkatan produksi sayuran juga diharapkan antara 2 3% per tahun, baik melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas panen. Terutama Produksi bawang merah, Cabe Besar, Kentang dan Kubis yang selama ini mendominasi produksi sayuran di Kabupaten Brebes diharapkan juga terus meningkat. Peningkatan produksi ini dapat diimbangi dengan penataan jaringan pemasaran, penyediaan mekanisme tata niaganya, sehingga fluktuasi harganya dapat diperkecil. Penyediaan teknologi pasca panen dan prasarananya di tingkat kelompok tani juga sangat diharapkan sehingga dapat lebih menjamin kestabilan harga dan kepastian penerimaan petani. Peningkatan produksi tanaman sayuran lainnya diharapkan sebesar 2 5%. Peningkatan produksi ini diharapkan dapat terwujud dari peningkatan produktivitas dan perluasan luas tanam. Khusus cabe, kentang dan kubis yang produksinya relatif tinggi namun harganya relatif fluktuatif, upaya pengembangannya perlu dilengkapi dengan peningkatan minat petani untuk terus mempertahankan luas panen dan produktivitasnya. Produksi buah-buahan juga diharapkan terus meningkat, dengan laju pertumbuhan antara 2 5%. Peningkatan diharapkan dari terbentuknya kawasan pengembangan buah-buahan. Teknologi dan manajemen penanganan pasca panen perlu dikembangkan dan disosialisasikan kepada para petani. pemasaran produk-produk buah-buahan dapat dijadikan sebagai pengikut pasar komoditas bawang merah dan telur asin. Produksi biofarmaka juga diharapakan terus meningkat, dengan laju peningkatan anatar 2-5%. Peningkatan ini diharapakan dari penggunaan lahan lahan tidur dan pekarangan. Peningkatan ini diharapakan mampu meningkatkan pendapatan petani. Produksi peternakan dan produk-produk hasil ternak di Kabupaten Brebes diharapkan juga terus meningkat dengan laju pertumbuhan antara 1 6%. Untuk ternak ruminansia, baik ruminansia besar maupun kecil yang produksi daging maupun susunya masih rendah, upaya peningkatannya diharapkan mencapai sebesar 3 6%. Relatif rendahnya produksi kedua jenis produk ternak disebabkan oleh masih tingginya II - 76

97 persentase peternak ruminansia yang menganggap beternak sebagai sambilan atau tabungan. Akibatnya sumbangannya terhadap ketersediaan bahan pangan baik daging maupun susu relatif rendah. Upaya pengembangannya disamping meningkatkan kemampuan membudidayakan ternak, juga perlu menambahkan aspek-aspek komersialisasi usaha ternak, bagi para peternak tradisional tersebut. Pada ternak unggas, khususnya itik yang telah memiliki ikon komersial dan sistem produksinya telah membentuk sistem usaha komunal, perlu didukung dengan penyelamatan genetis itik petelor, sehingga dapat menjamin keseragaman mutu telor jangka panjang. Upaya-upaya penetapan standardisasi budidaya dan proses produksi telur asin perlu dilakukan agar diperoleh keseragaman produk. Untuk ternak unggas lain diharapkan dapat terus ditingkatkan produksinya guna meningkatkan pendapatan peternak dan meningkatkan ketersediaan bahan pangan hewani. Perlu dikembangkan produk-produk olahan hasil peternakan yang dapat memperkuat pasar telor asin, baik sebagai pengikut pasar, penyela pasar, maupun periak pasar, sehingga semakin luas dan intensif menjangkau segmen pasar produk olahan hasil peternakan. 2. Kehutanan Luas lahan hutan lindung dan hutan konservasi di Kabupaten Brebes dapat terpelihara secara lestari dengan luasan yang tetap. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) juga mendukung pengelolaan hutan bersama masyarakat yang diprogramkan oleh pemerintah, terlihat dari persentase LMDH yang aktif di Kabupaten Brebes mencapai sebesar 100% pada tahun Lahan kritis di Kabupaten Brebes seluas 5.967,50 ha pada tahun 2010 juga telah diupayakan perbaikan kondisi melalui rehabilitasi lahan, dengan capaian persentase luas lahan kritis yang direhabilitasi telah mencapai sebesar 50,87% pada tahun Produksi hasil hutan di Kabupaten Brebes untuk jenis kayu bulat menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu lima tahun ( ). Namun demikian untuk jenis kayu olahan fluktuatif, terakhir pada tahun 2011 produksi kayu olahan hanya sebanyak 144,99 m3, padahal pada tahun 2010 produksinya bisa mencapai 1.810,48 m3. Begitu pula produksi kayu pinus yang mengalami penurunan hanya menjadi sebanyak 2.688,05 ton pada tahun 2011, dari sebanyak 7.628,95 ton. Penurunan produksi kayu bulat, kayu olahan, dan getah pinus ini berkaitan dengan pola tebang yang diterapkan oleh KPH. Perkembangan capaian kinerja urusan kehutanan dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.53 Capaian Indikator Kinerja Urusan Kehutanan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Luas Hutan - Hutan Lindung (Ha) Hutan Konservasi/ Cagar Alam 48,50 48,50 48,50 48,50 48,50 (Ha) - Hutan Rakyat Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jumlah LMDH Persentase LMDH aktif (%) Lahan kritis dan rehabilitasi Luas Lahan Kritis 6.615, , , ,50 II - 77

98 No Indikator Luas lahan kritis yang direhabilitasi Persentase luas lahan kritis yang direhabilitasi (%) ,07 50,87 4. Produksi Hasil Hutan - Kayu bulat 4.108, , , ,39 - Kayu Olahan 1.071,04 566, ,48 144,99 - Getah Pinus 7.175, , , , ,05 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Brebes, Energi dan Sumberdaya Mineral Pertambangan di Kabupaten Brebes menghadapi permasalahan terkait Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) yang kurang memperhatikan kelesta rian lingkungan. Keberadaan penambangan tanpa ijin ini dapat diketahui dari kepemilikan Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) oleh pelaku kegiatan penambangan yang ada di Kabupaten Brebes. Jumlah SIPD di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebanyak 2 SIPD. Jumlah Penambangan Tanpa Ijin di Kabupaten Brebes masih cukup banyak, meskipun semakin berkurang dari tahun Jumlah PETI pada tahun 2008 dan 2009 sejumlah 28 kasus, pada tahun 2012 jumlah PETI menurun menjadi sebanyak 24 kasus. Pengembangan energi terbarukan di Kabupaten Brebes diupayakan melalui penggunaan PLTA mikrohidro sejumlah 4 unit, penggunaan Biogas sebanyak 4 unit, dan penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebanyak 6 unit. Secara rinci perkembangan capaian indikator ESDM seperti tercantum pada Tabel Tabel 2.54 Capaian Indikator Kinerja Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Brebes Tahun No Indikator a. Penambangan bahan galian golongan C - Jumlah Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) - Jumlah Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) b. Potensi energi Baru Terbarukan (EBT) Mikro Hidro Tenaga Surya Biogas Bahan Bakar Nabati (BBN) Jumlah Sumber: Dinas Pengairan dan ESDM Kabupaten Brebes, Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pertambangan secara open dumping adalah pengenalan dan pengawasan lingkungan hidup, menurunnya sumber air tanah, konflik kepentingan dengan usaha pertanian, perkebunan dan pemukiman dan mitigasi bencana (tanah longsor dan kekeringan). Rasio elektrifikasi rumah tangga di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 telah mencapai sebesar 99,79%. Capaian ini meningkat secara konsisten setiap tahunnya dalam kurun waktu empat tahun. ini menunjukkan bahwa akses rumah tangga II - 78

99 terhadap listrik semakin meningkat. Perkembangan capaian Rasio elektrifikasi rumah tangga di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Grafik ,90 99,28 99, , Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.20 Rasio Elektrifikasi Rumah Tangga di Kabupaten Brebes 4. Pariwisata Jumlah obyek wisata di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan meskipun tidak besar, dalam kurun waktu lima tahun terjadi peningkatan dari sebanyak 7 obyek wisata pada tahun 2008, menjadi sebanyak 9 obyek wisata pada tahun Obyek wisata tersebtu tersebar di wilayah Kabupaten Brebes, di bagian selatan terdapat obyek wisata Air Panas Buaran, Air Panas Tirta Husada Kedungoleng, Waduk Penjalin, Telaga Renjeng, dan Argo Wisata Pabrik Teh Kaligua. Dibagian barat terdapat Waduk Malahayu, dan di bagian utara ada Pantai Randusanga Indah, Khusus untuk obyek wisata Argo wisata teh kaligua pengelolaannya dilelola oleh PTPN IX Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Dan Olah Raga hanya mendapatkan bagi hasil sebesar 10 % dari pendapatan Karcis. Potensi wisata di Kabupaten Brebes secara umum belum dikelola optimal, sehingga belum mampu meningkatkan jumlah pengunjung maupun lama tinggal wisatawan di Kabupaten Brebes secara signifikan. Jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun 2008 hingga tahun 2011 hanya mengalami peningkatan dari sebanyak orang menjadi orang. Rata-rata lama tinggal wisatawan di Kabupaten Brebes hanya 1 hari, umumnya mereka adalah penduduk Kabupaten Brebes atau bagi wisatawan dari luar daerah hanya sekedar mampir disela-sela aktivitas lainnya, jadi berwisata di obyek wisata Kabupaten Brebes belum menjadi tujuan utama. Jasa penunjang pariwisata di Kabupaten Brebes cukup berkembang, ditandai keberadaan hotel dan restoran yang mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebanyak 51 restoran hingga tahun 2012 menjadi 67 restoran. Di Kabupaten Brebes terdapat sebanyak 12 hotel dan 67 restoran/rumah makan. Namun demikian pariwisata di Kabupaten Brebes belum didukung pengembangan industri pariwisata. Dukungan industri pariwisata untuk memberikan kesan, apa yang bisa dilihat, apa yang bisa dinikmati, dan apa yang bisa dibawa oleh pengunjung belum begitu nampak. ini menjadikan kemauan wisatawan untuk kembali berkunjung ke obyek wisata yang bersangkutan semakin berkurang. II - 79

100 Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata sebagai salah satu sumber PAD di Kabupaten Brebes, perlu digali potensi-potensi wisata lainnya, baik di daerah pantai maupun daerah dataran tinggi (gunung), sebagai pilihan berwisata di Kabupaten Brebes. Selain itu perlu pula dilakukan peningkatan jenis produk industri dan jasa yang dapat menunjang pariwisata di Kabupaten Brebes. PAD yang berasal dari sektor pariwisata pada tahun 2008 berjumlah Rp , tahun 2009 meningkat sebesar 5% menjadi sejumlah Rp tahun 2010 turun sebesar 5% menjadi jumlah Rp Dan tahun 2011 meningkat sebesar 16% menjadi sejumlah Rp PAD yang bersumber dari pariwisata menyumbang % dari jumlah PAD keseluruhan. 5. Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes dengan garis pantai sepanjang 65,48 km memiliki potensi perikanan yang cukup besar, mencakup perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan laut meliputi usaha penangkapan ikan di laut dan usaha budidaya ikan di laut, sedangkan perikanan darat meliputi perikanan budidaya air payau (budidaya di tambak) dan perikanan budidaya air tawar (kolam dan perairan umum). Luas areal tambak di Kabupaten Brebes sebesar ha, terdiri dari tambak udang, bandeng, rumput laut, dan jenis ikan lainnya. Produksi perikanan tangkap di perairan laut Kabupaten Brebes menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan produksi perikanan tangkap sampai dengan tahun 2011 sebesar kg dengan nilai produksi mencapai sebesar Rp ,00, mendekati target pada tahun 2013 sebesar kg. Jumlah nelayan di Kabupaten Brebes sampai dengan tahun 2012 sebanyak orang nelayan juragan dan orang nelayan pandega. Rata-rata penghasilan nelayan di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 sebesar Rp ,- per bulan. Aktivitas penangkapan ikan sebagian besar menggunakan kapal motor tempel sejumlah unit, selanjutnya menggunakan perahu tanpa motor 306 unit, dan kapal motor 144 unit. Aktivitas perikanan tangkap ini menghadapi persoalan terkait penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, dan semakin menurunnya kualitas perairan laut, sehingga mempengaruhi produktivitas perairan. Produksi perikanan budidaya di Kabupaten Brebes selama kurun waktu tahun juga menunjukkan peningkatan, sampai dengan tahun 2011 produksi perikanan budidaya air payau mencapai sebanyak kg, melebihi target yang harus dicapai tahun 2013 yaitu sebanyak kg. Namun demikian terjadi penurunan nilai produksi pada tahun 2011 dari nilai produksi tahun 2010 sebesar Rp ,- tahun 2011 menjadi Rp ,-, hal ini disebabkan pada menurunnya harga rumput laut dari rata rata tahun 2010 Rp s/d menjadi Rp s/d per kilogram. Akan tetapi trend tahun 2012 cenderung stabil dan prediksi tahun tahun mendatang harapannya harga semakin meningkat. Produksi budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes juga menunjukkan peningkatan, pada tahun 2011 produksinya mencapai kg, telah melampaui target sebanyak kg. Perikanan Budidaya air tawar pada tahun 2012 telah mencapai produksi sebesar kg dengan nilai produksi sebesar Rp ,-, melebihi target sebesar kg. Walaupun produksi perikanan budidaya maupun budidaya rumput laut menunjukkan peningkatan, namun tingkat pendapatan pembudidaya ikan masih rendah, rata-rata hanya sebesar Rp ,00 per bulan. II - 80

101 Tingkat Konsumsi ikan di Kabupaten Brebes menunjukkan peningkatan selama kurun waktu tahun , dari sebesar 14,83 kg/kapita/tahun menjadi sebesar 19,38 kg/kapita/tahun. Capaian ini lebih rendah dari capaian Jawa Tengah sebesar 17 kg/kapita/tahun dan capaian nasional sebesar 31,6 kg/kapita/tahun. Kendala yang masih dihadapi berkaitan dengan tingkat konsumsi ikan masyarakat yaitu tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dalam mengkonsumsi ikan, serta faktor tingginya angka kemiskinan yang mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap hasil perikanan. Usaha pengolahan ikan di Kabupaten Brebes cukup banyak. Jumlah usaha pengolahan ikan juga mengalami peningkatan dari sebanyak 254 unit pada tahun 2008 menjadi sebanyak 310 unit pada tahun Namun demikian usaha pengolahan ikan di Kabupaten Brebes sebagian besar masih tradisional dengan penggunaan teknologi produksi yang minim, baik dalam proses pengolahan maupun proses pengemasan. Pemasaran produksi produk olahan ikan di Kabupaten Brebes juga hanya di dalam daerah (lokal). Perkembangan capaian urusan perikanan dan kelautan tercantum pada Tabel Tabel 2.55 Pembangunan Urusan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Produksi perikanan Perikanan Tangkap (kg) Perikanan Budidaya air payau (kg) Perikanan Budidaya air tawar (kg) Rumput laut Nilai Produksi Perikanan Tangkap (rupiah) Perikanan Budidaya air payau (rupiah) Perikanan Budidaya air tawar (rupiah) Jumlah nelayan Nelayan Juragan (orang) Nelayan Pandega (orang) Jumlah kapal Kapal Motor (unit) Perahu Motor Tempel (unit) Perahu tanpa motor (unit) 5. Jumlah pembudidaya ikan air payau (orang) 6. Jumlah pembudidaya ikan air tawar (orang) II - 81

102 No Indikator Cakupan bina kelompok nelayan (kelompok) 8. Cakupan bina *) kelompok pembudidaya ikan (kelompok) 9. Rata-rata pendapatan nelayan (rupiah/bulan) 10. Rata-rata pendapatan pembudidaya ikan (rupiah/bulan) 11. Tingkat Konsumsi 14,83 15,38 17,61 19,38 NA ikan (kg/kapita/ tahun) 12. Jumlah usaha pengolahan ikan (unit) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012 Berkaitan dengan sumberdaya pesisir, luas mangrove di Kabupaten Brebes seluas 852 hektar. kerusakan komunitas mangrove tergolong cukup besar, hampir 50% kondisinya rusak akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan pantai. 6. Perdagangan Perdagangan internasional di Kabupaten Brebes tergambar dari ekspor dan impor dan Nilai Tambah Bruto (NTB) yang merupakan selisih antara ekspor dengan impor. Dalam kurun waktu tahun perkembangan ekspor di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan, dari sebesar 4.686,4 milyar pada tahun 2008 menjadi sebanyak 5.475,1 milyar pada tahun Nilai ekspor di Kabupaten Brebes mencapai 6.520,88 milyar tahun Nilai impor barang di Kabupaten Brebes juga mengalami peningkatan, dari sebesar 2.420,02 milyar rupiah pada tahun 2008 menjadi 3.285,39 milyar rupiah pada tahun Jenis komoditas utama impor Kabupaten Brebes adalah Bawang Merah dari Negara Thailand. Bawang merah impor ini oleh digunakan para petani sebagai bibit dalam budidaya bawang merah. Secara keseluruhan selisih antara nilai ekspor dan impor di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun terjadi peningkatan dari sebesar 2.134,90 milyar pada tahun 2008 menjadi 2.300,55 milyar pada tahun 2009, dan sebesar 2.965,24 milyar pada tahun ini menunjukkan bahwa kinerja perdagangan di Kabupaten Brebes semakin baik. Kinerja perdagangan dalam negeri di Kabupaten Brebes tergambarkan dari indikator jumlah pasar dan jumlah usaha perdagangan. Jumlah pasar di Kabupaten Brebes mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun , dari sebanyak 93 unit pada tahun 2008 menjadi sebanyak 131 unit pada tahun Namun demikian peningkatan jumlah pasar di Kabupaten Brebes seluruhnya adalah pasar retail/swalayan sebanyak 72 unit tahun Jumlah pasar tradisional hingga saat ini jumlahnya tetap yaitu sebanyak 59 unit, sebanyak 25 pasar diantaranya pengelolaannya oleh pemerintah Kabupaten Brebes. II - 82

103 Usaha dagang di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun 2008 hingga tahun 2012 terjadi peningkatan yang signifikan, dari sebanyak unit pada tahun 2008 menjadi unit tahun Penambahan jumlah usaha perdagangan ini juga diikuti dengan peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada usaha perdagangan, yaitu sebanyak orang pada tahun 2008 menjadi orang pada tahun Peningkatan usaha dagang di Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan di Kabupaten Brebes semakin baik. Aktivitas perdagangan di Kabupaten Brebes juga terdapat beberapa permasalahan berkaitan dengan hubungan konsumen dan produsen. Berdasarkan sidak yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, banyak pedagang di pasar tradisional yang alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) belum ditera ulang, sehingga dapat merugikan konsumen karena nilai takaran barang tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya diberikan. Selain itu juga pada beberapa toko dan kios-kios di pasar masih ditemukan pelaku usaha yang masih memajang produk yang pelabelannya belum lengkap, produk yang kemasannya rusak dan produk yang sudah kadaluarsa. Perkembangan capaian urusan perdagangan tercantum pada Tabel Tabel 2.56 Capaian Indikator Kinerja Urusan Perdagangan Kabupaten Brebes Tahun No Indikator a. Perdagangan Internasional - Nilai Ekspor (milyar rupiah) 4.686, , , , ,88 - Nilai Impor (milyar rupiah) 2.420, , , , ,51 - Nilai Tambah Bruto (NTB) 2.134, , , , ,24 (milyar rupiah) b. Jumlah Pasar Pasar Induk Pasar Tradisional Pasar Swalayan Supermarket c. Jumlah Usaha Perdagangan (unit) - Skala Besar Skala Kecil dan menengah d Tenaga Kerja terserap pada usaha perdagangan (orang) Skala Besar Skala Kecil dan menengah e Jumlah pedagang Kaki lima (unit) Jumlah pedagang kaki lima yang telah terbina (unit) f Kasus kerugian konsumen Persentase laporan kasus kerugian konsumen yang ditindaklanjuti (%) Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012 II - 83

104 7. Perindustrian Perkembangan industri di Kabupaten Brebes, khususnya industri kecil dan menengah (IKM) cukup baik. Industri kecil dan menengah dari tahun mengalami peningkatan dari sebanyak unit usaha pada tahun 2008 menjadi sebanyak unit usaha pada tahun Seiring dengan peningkatan unit usaha, terjadi pula peningkatan nilai produksi dari sebanyak Rp ,90 juta pada tahun 2008 meningkat menjadi sebanyak Rp ,40 juta pada tahun Peningkatan nilai produksi pada industri kecil dan menengah formal ini dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan tenaga kerja dan penerapan teknologi produksi dan sehingga mampu meningkatkan kapasitas dan mutu hasil produksi, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan IKM. Banyaknya tenaga kerja (tahun 2012) sejumlah orang, kondisi ini menunjukkan bahwa industri kecil dan menengah memiliki peran yang semakin penting dalam meningkatkan perekonomian daerah. Sedangkan jumlah industri besar pada tahun 2008 sebanyak 2 unit dengan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak orang dan tahun 2012 berkurang menjadi menjadi 1 unit dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja sebanyak 334 orang. Banyaknya IKM non formal pada kurun waktu yang sama juga tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak unit usaha dengan jumlah tenaga kerja sebanyak orang. Pengembangan sentra-sentra industri potensial sebanyak 41 sentra industri potensial yang cukup berkembang dalam menunjang perekonomian masyarakat, menyerap tenaga kerja dan menggunakan bahan baku lokal. Pengembangan sentra industri memerlukan jalinan kemitraan usaha agar kualitas produk meningkat dan memiliki pasar yang lebih luas. Berbagai indikator keluaran tersebut diatas tergambarkan dari capaian beberapa indikator kinerja utama pembangunan perindustrian dapat dilihat pada Tabel 2.57 Tabel 2.57 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Perkembangan Industri a. Industri Besar Unit Usaha Nilai Produksi (Rp juta) NA NA NA NA ,26 Tenaga Kerja terserap (orang) b. Industri Kecil dan menengah Formal Unit Usaha Nilai Produksi (Rp juta) , , , , ,40 Tenaga Kerja terserap (orang) c. Industri Kecil dan menengah Non Formal Unit Usaha Nilai Produksi (Rp juta) NA NA NA NA NA Tenaga Kerja terserap (orang) II - 84

105 No Indikator Sentra Industri Jumlah sentra industri yang berkembang (sentra) Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Ketransmigrasian Transmigrasi menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Transmigrasi juga merupakan alternatif cara bagi pemerintah dalam mengurangi kepadatan serta tingkat kemiskinan di daerah padat penduduk. Melalui transmigrasi masyarakat kurang mampu dan memiliki kehidupan yang kurang baik di Kabupaten Brebes, akan memiliki harapan untuk maju dan berkembang di wilayah tujuan penempatan transmigrasi. Kinerja transmigrasi di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu cenderung menurun. Animo masyarakat untuk mengikuti transmigrasi tergolong tinggi, namun tidak sepenuhnya dapat terakomodir untuk dapat diberangkatkan ke daerah transmigrasi. Pemerintah Kabupaten Brebes dalam kurun waktu hanya memberangkatkan sekitar 60 rumah tangga (225 orang) dari total 307 rumah tangga (1.043 orang). Dengan demikian persentase jumlah rumah tangga yang diberangkatkan dengan calon transmigran yang mendaftar hanya sebesar 19,54%. Kendala utama yang dihadapi berkaitan dengan pemberangkatan transmigrasi ini adalah alokasi pemberangkatan transmigran dari pemerintah pusat yang terbatas, sebab berkaitan dengan kerjasama antar daerah, dan kesiapan lokasi transmigrasi untuk menerima transmigrasi agar transmigrasi dapat memperoleh kehidupan yang layak. Perkembangan kinerja pembangunan transmigrasi dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.58 Capaian Indikator Kinerja Urusan Transmigrasi Kabupaten Brebes Tahun No Ketransmigrasian a. Pemberangkatan 1). Jumlah Calon Transmigran yang mendaftar Jumlah Rumah Tangga Jumlah Calon Transmigran (orang) ). Jumlah Transmigran yang diberangkatkan Jumlah Rumah Tangga Jumlah Transmigran (orang) Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan propinsi dan kabupaten/kota lainnya yang berdekatan, nasional, atau internasional Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Salah satu indikator untuk mengukur kemampuan ekonomi suatu daerah adalah pengeluaran konsumsi per kapita yang disesuaikan. Indikator ini menunjukkan derajat daya beli masyarakat terhadap barang atau jasa. Rata-rata pengeluaran perkapita II - 85

106 penduduk Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar Rp 637,29,00. Capaian tersebut masih lebih rendah dari standar yang ditetapkan UNDP. Seperti diketahui, bahwa batas teratas dalam perhitungan indeks daya beli sebesar Rp ,00, sedangkan batas terbawah sebesar Rp 360,000,00. Rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Brebes menempati peringkat ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Ibukota kabupaten Brebes terletak sekitar 177 km sebelah barat Kota Semarang, atau 330 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini dilalui jalur pantura, dan menjadi pintu masuk utama Jawa Tengah dari sisi barat dari arah Jakarta/Cirebon, sehingga Brebes memiliki posisi yang cukup strategis. Selain itu, juga terdapat jalan provinsi sebagai jalur alternatif menuju ke kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan seperti Purwokerto, Kebumen, dan Yogyakarta. Terdapat pula Jalan Tol yang menghubungkan Propinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah, yaitu ruas jalan tol Kanci - Pejagan sepanjang 35 Km, sepanjang 12 Km diantaranya melintasi wilayah Kabupaten Brebes dengan pintu gerbangnya di desa Tegongan. Keberadaan jalan tol ini, memperlancar lalu-lintas yang menuju arah Purwokerto/Yogyakarta. Dalam peningkatan pelayanan angkutan umum bagi masyarakat, sampai dengan tahun 2012 Kabupaten Brebes memiliki 3 unit terminal tipe B yang berada di Kecamatan Bumiayu, Tanjung dan Ketanggungan untuk melayani penumpang antar kota antar provinsi dan antar kota dalam provinsi. Terdapat Pula 4 unit terminal tipe C yang diperuntukkan bagi angkutan kota dan angkutan desa. Jumlah bus yang beroperasi di Kabupaten Brebes sebanyak 407 unit Bus AKAP dan 285 Bus AKDP. Di Kabupaten Brebes juga terdapat dua jalur rel kereta api dari arah Jakarta/Cirebon, yakni jalur menuju timur (Semarang) dan jalur menuju selatan (Purwokerto), dengan stasiun kereta api utama yaitu Stasiun Brebes. Fasilitas untuk menunjang aktivitas bisnis dan wisata di Kabupaten Brebes diantaranya adalah Hotel sebanyak 12 unit, Restoran/ Rumah Makan sebanyak 67 unit, pasar retail 72 unit, pasar Induk 1 unit, pasar tradisional 58 unit. Terdapat pula fasilitas perbankan sebanyak 8 kantor bank umum, meliputi Bank Jateng 1 unit, BCA 4 unit, BNI 1 unit, BRI 1 unit, dan Bank Mandiri 1 unit. Secara rinci fasilitas infrastruktur wilayah di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.59 Perkembangan Jumlah Fasilitas Infrastruktur di Kabupaten Brebes Tahun No Indikator Terminal Jumlah Terminal Kelas B (unit) Jumlah Terminal Kelas C (unit) Angkutan Darat Jumlah bus AKAP Jumlah bus AKDP Panjang jalan (km) Panjang jalan Nasional 61,19 61,19 61,19 61,19 61,19 Panjang jalan Provinsi 167,49 167,49 167,49 167,49 167,49 Panjang jalan Kabupaten 674,84 674,84 674,84 674,84 674,84 4 Hotel dan Restoran Jumlah Hotel II - 86

107 No Indikator Jumlah Restoran/ Rumah Makan Pasar Pasar Induk Pasar Tradisional Pasar Swalayan Supermarket Kantor Bank umum (unit) Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Fokus Iklim Berinvestasi Iklim investasi di Kabupaten Brebes sudah cukup baik, terlihat dari tingkat kondusifitas daerah yang terjamin, dan meningkatnya kulitas pelayanan terpadu satu pintu ( One Stop Service) melalui Kantor Pelayanan Perijinan terpadu (KPPT) Kabupaten Brebes, walaupun perlu terus dioptimalkan. Beberapa data capaian terkait iklim investasi di Kabupaten Brebes tercantum pada Tabel 2.60 Tabel 2.60 Perkembangan Capaian Indikator Terkait Iklim Berinvestasi di Kabupaten Brebes Tahun No Indikator a. Tingkat Kondusivitas daerah Jumlah tindak pidana kriminal (kasus) Jumlah Kasus pertikaian antar warga Jumlah Unjuk rasa (demo) b. Lama proses perijinan Daerah (81 jenis perijinan) 1-12 hari kerja 1-12 hari kerja 1-12 hari kerja 1-12 hari kerja 1-12 hari kerja Sumber : Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu, II - 87

108 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan pemerintahan berjalan secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan penerimaan sumber-sumber pendapatan daerah yang cukup dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Analisis keuangan daerah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Brebes terus mengupayakan berbagai upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, peningkatan koordinasi dengan SKPD penghasil PAD, peningkatan pengendalian dan pengawasan pengelolaan asset daerah, peningkatan dan pengembangan manajemen BUMD, peningkatan profesionalisme SDM pengelola pendapatan daerah, pengembangan sarana prasarana pengelolaan pendapatan daerah, dan perbaikan sistem administrasi pengelolaan pendapatan daerah yang berkesinambungan. Sementara itu pengelolaan dana perimbangan dan bagi hasil dilakukan melalui tiga kebijakan, yaitu: pengelolaan DAU untuk membiayai belanja pegawai dan urusan wajib dalam rangka pelayanan dasar dan pelayanan umum, peningkatan DAK melalui penyusunan program unggulan strategis daerah, dan peningkatan dana bagi hasil pajak/bukan pajak melalui intensifikasi dan meningkatkan aktivitas perekonomian daerah. Kinerja keuangan daerah Kabupaten Brebes dapat diukur dari kontribusi masingmasing unsur pendapatan terhadap total pendapatan daerah dalam menunjang pelaksanaan pembangunan daerah. Pendapatan Daerah Kabupaten Brebes selama kurun waktu tahun mengalami peningkatan dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp pada tahun Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Brebes fluktuatif dengan kecenderungan meningkat dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2008 menjadi Rp ,00 pada tahun 2011, dan pada APBD Perubahan tahun 2012 sebesar Rp ,00. Perkembangan capaian pendapatan daerah Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Brebes Tahun (rupiah) No Uraian Pendapatan A Asli Daerah 1 Pendapatan Pajak Daerah 2 Pendapatan Retribusi Daerah 3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Realisasi 2008 Realisasi 2009 Realisasi 2010 Realisasi 2011 APBD P 2012 Rata2 Proporsi (%) , III- 1

109 No Uraian Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah B Dana Perimbangan a Dana Bagi Hasil Pajak/bukan pajak c Dana Alokasi Umum d Dana Alokasi Khusus C Lain-lain pendapatan yang sah 1 Pendapatan Hibah 2 Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 3 Dana Penyesuaian 4 Bantuan Keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya Total Pendapatan Daerah Realisasi 2008 Realisasi 2009 Realisasi 2010 Realisasi 2011 APBD P Rata2 Proporsi (%) , Sumber: DPPK Kabupaten Brebes, 2012 Dilihat dari proporsinya, keuangan daerah Kabupaten Brebes masih bertumpu pada pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan, baik Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah rata-rata selama kurun waktu tahun hanya sebesar 7,10%. Kontribusi terbesar pendapatan daerah Kabupaten Brebes berasal dari dana perimbangan, rata-rata selama kurun waktu tahun sebesar 70,17%. ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Brebes dalam kategori rendah, artinya tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap bantuan keuangan dari pemerintah pusat masih sangat tinggi. Proporsi PAD, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap total pendapatan daerah terlihat pada Grafik ,69 III- 2

110 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 7,79 84,08 8,13 8,30 83,50 8,19 6,44 78,60 14,96 5,95 70,17 23,88 7,01 79, ,79 Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Sumber: DPPK Kabupaten Brebes, 2012 Grafik 3.1 Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah Terhadap Total Pendapatan Daerah (%) 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Analisis kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu mencakup penggunaan anggaran (belanja daerah) dan pembiayaan daerah. Kebijakan pengelolaan keuangan daerah sangat menentukan hasil pembangunan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu, sehingga perlu mengedepankan efisiensi, efektivitas dan penghematan sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap programprogram strategis daerah Proporsi Penggunaan Anggaran Pos-pos belanja daerah Kabupaten Brebes terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing kelompok dirinci kedalam jenis belanja. Untuk belanja tidak langsung, jenis belanja meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, dan belanja tidak terduga. Sementara itu belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja daerah Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun sebagaimana tertuang dalam Kabupaten Brebes tahun diarahkan untuk mencapai visi dan misi pembangunan daerah selama kurun waktu lima tahun, dan upaya untuk meningkatkan proporsi belanja yang berpihak pada kepentingan masyarakat. Secara rinci, kebijakan pengelolaan belanja daerah tahun diarahkan pada : 1. Penyusunan alokasi belanja menggunakan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi kepada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. 2. Prioritas anggaran belanja adalah untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD dalam melaksanakan kewajiban daerah yang menjadi urusannya. 3. Setiap peningkatan alokasi belanja harus diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. III- 3

111 4. Besarnya plafon anggaran harus realistis yaitu disesuaikan dengan kondisi kemampuan keuangan daerah dan prioritas kebutuhan daerah serta pertimbangan kinerja. 5. Penentuan kebijakan belanja daerah selain didasarkan pada prioritas kegiatan SKPD dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi penganggaran tahun sebelumnya dengan tetap berpedoman pada Renstra SKPD. 6. Pemerintah daerah dapat melakukan intervensi kebijakan belanja pada sektor-sektor strategis yang dapat mempengaruhi sistem dan mekanisme pasar secara menyeluruh. 7. Dalam kerangka kebijakan kemitraan swasta-pemerintah daerah, untuk mendukung belanja daerah harus dilandasi kajian yang seksama terhadap masa produktif dan pembagian keuntungan yang didasari atas prinsip keadilan. Adapun kebijakan umum anggaran pembangunan daerah dititikberatkan pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Penyusunan anggaran daerah dilandasi prinsip-prinsip partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, serta efisiensi dan efektivitas anggaran. 2. Penyusunan anggaran daerah harus sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan artinya tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan tidak tumpang tindih dengan peraturan daerah lainnya. 3. Penyusunan anggaran daerah diupayakan agar tercapai keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan. 4. Dengan diberlakukannya anggaran kinerja, maka dalam penyusunan APBD dimungkinkan adanya defisit maupun surplus. Defisit terjadi ketika pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan belanja, sedangkan surplus terjadi ketika pendapatan lebih besar dibandingkan belanja. Untuk menutup defisit diperlukan pembiayaan daerah. 5. Pembiayaan defisit anggaran antara lain bersumber dari pinjaman daerah, sisa lebih perhitungan anggaran, dana cadangan dan penjualan asset daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, pemerintah daerah berhak melakukan pinjaman daerah dengan Debt Service Coverage Ratio (DCSR) tidak melebihi 2,5. 6. Berdasarkan realisasi pembiayaan tahun 2007, total defisit yang diperbolehkan dalam penyusunan APBD lima tahun kedepan tidak boleh lebih dari 2 persen terhadap PDRB. Perkembangan belanja daerah Kabupaten Brebes selama kurun waktu tahun menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Brebes, yaitu dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp ,00 pada APBD Perubahan tahun Belanja tidak langsung mengalami peningkatan dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp ,00 pada APBD perubahan 2012, sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai. Belanja langsung juga menunjukkan peningkatan, dari sebesar Rp ,00 pada tahun 2008 menjadi Rp ,00 pada APBD tahun Secara lengkap belanja daerah Kabupaten Brebes selama kurun waktu tahun dapat dilihat pada Tabel 3.2. III- 4

112 No. Tabel 3.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Brebes Tahun APBD P 2012 URAIAN (rupiah) (rupiah) (rupiah) (rupiah) (rupiah) Belanja A Belanja Tidak Langsung 1 Belanja Pegawai 2 Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial 6 Belanja Bagi Hasil kepada Desa 7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa 8 Belanja Tidak Terduga B Belanja langsung 1 Belanja Pegawai 2 Belanja Barang dan Jasa 3 Belanja Modal Surplus / (Defisit) Sumber: DPPK Kabupaten Brebes, 2012 Belanja daerah Kabupaten Brebes lebih didominasi oleh belanja tidak langsung. Proporsi belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah dalam kurun waktu lima tahun ( ) fluktuatif, dari sebesar 62,56% pada tahun 2008, mencapai tertinggi 70,99% pada tahun 2010, dan pada tahun 2012 sebesar 66,36%. ini menunjukkan bahwa alokasi dana untuk belanja pembangunan yang langsung menyentuh masyarakat lebih kecil dibandingkan belanja pegawai (gaji dan tunjangan), belanja hibah, belanja bantuan sosial, bantuan keuangan kepada pemerintah desa, dan belanja tidak terduga. Perkembangan proporsi belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap total belanja daerah Kabupaten Brebes selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 3.2. III- 5

113 80,00 70,00 62,56 70,08 70,99 67,33 66,36 60,00 50,00 40,00 30,00 37,44 29,92 29,01 32,67 33,64 Belanja Tidak Langsung Belanja langsung 20,00 10,00 0, Sumber: DPPK Kabupaten Brebes, 2012 Grafik 3.2 Proporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Terhadap Total Belanja Daerah Dilihat secara detail belanja langsung Kabupaten Brebes didominasi belanja modal dan belanja barang dan jasa. Proporsi belanja barang dan jasa menunjukkan peningkatan proporsi dari sebesar Rp 36,93% (2008) menjadi 56,72% (2011), kemudian menurun menjadi 41,73%. Sementara itu belanja modal proporsinya cenderung menurun dari sebesar 53,57% pada tahun 2008 menjadi 51,33% pada tahun 2011, dan pada APBD Perubahan tahun 2012 meningkat menjadi 51,33%. demikian menunjukkan bahwa alokasi belanja pembangunan pada tahun 2008, 2009, dan tahun 2012 sebagian besar mengarah pada peningkatan infrastruktur, sedangkan pada tahun 2010 dan tahun 2011 berorientasi pada kegiatan yang lebih bersifat pengadaan barang dan jasa. Perkembangan proporsi masing-masing unsur belanja langsung Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Grafik ,00 50,00 40,00 36,93 53,57 47,15 44,29 51,98 41,18 56,72 33,51 41,76 51,33 30,00 20,00 10,00 9,50 8,56 6,84 9,77 6,91 0, Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Sumber: DPPK Kabupaten Brebes, 2012 Grafik 3.3 Perbandingan Masing-masing Unsur Belanja Langsung Terhadap Total Belanja Langsung Kabupaten Brebes Tahun III- 6

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

-1- WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG

-1- WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG -1- WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017-2022 DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

lainnya Lahan yang sebagian besar ditutupi oleh tumbuhan atau bentuk alami lainnya

lainnya Lahan yang sebagian besar ditutupi oleh tumbuhan atau bentuk alami lainnya KEAN PERWUJUDAN POLA RUANG (DENGAN KRITERIANYA) DIBANDINGKAN DENGAN HASIL ANALISIS TUTUPAN LAHAN (CITRA SATELIT) Klasifikasi Tutupan Lahan disesuaikan dengan SNI 7645:2010 Klasifikasi penutup lahan. 1.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016 2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU,

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 28 Tahun 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 28 Tahun 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 28 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN S A L I N A N l PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN 2009 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016 BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN NATUNA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATENKEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LEBAK TAHUN salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2005 2025

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BURU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BURU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN BURU TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang a.

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan. Peraturan ini merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 1 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Brebes Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Gambar 4.1 Peta Administratif Kabupaten Brebes 4.1.1 Geografi Kabupaten Brebes sebagai

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JENEPONTO TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2016 2021 PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BANJARMASIN TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KOTA BLITAR PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci