ANALISIS PENERAPAN DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA BAGIAN AUTOMOTIVE COMPONENT PT DPM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA BAGIAN AUTOMOTIVE COMPONENT PT DPM"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERAPAN DAN USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA BAGIAN AUTOMOTIVE COMPONENT PT DPM Mario Silda; Gunawarman Hartono; Robertus Tang Herman Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat ABSTRACT Accidents often occur in the company. In order to prevent accidents, the company must consider the Occupational Health and Safety (K3) of its employees. This study discussed about K3, especially the calculation and analysis of the value of the Frequency Rate (FR), Severity Rate (SR), and Medical Treatment Injury Frequency Rate (MTIFR) Company from 2009 to downy mildew in June of The values of FR, SR, and MTIFR obtained varied because of differences in the number of accidents and total working hours of existing employees. After that, an analysis is conducted on the causes of these accidents. Direct cause of the accident consisted of 2 reasons, namely unsafe act and unsafe condition. Basic causes of accidents were 2 factors, namely individual factors and work factors. Individual factors that cause the highest accidents are due to employee motivation blunders and job factors are the highest cause of work accidents are due to poor design of equipment and workplaces. Keywords: working accident, unsafe act, unsafe condition ABSTRAK Kecelakaan kerja sering terjadi di dalam perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, perusahaan harus memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari para karyawannya. Dalam penelitian ini, hal-hal mengenai K3 yang dibahas adalah mengenai perhitungan dan analisis nilai dari Frequency Rate (FR), Severity Rate (SR), dan Medical Treatment Injury Frequency Rate (MTIFR) perusahaan dari 2009 sampai bulai Juni Nilai-nilai FR, SR, dan MTIFR yang didapat beragam karena perbedaan jumlah kecelakaan dan jam kerja total karyawan yang ada. Setelah itu, dilakukan analisis mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja dibagi menjadi 2, yaitu penyebab langsung dan penyebab dasar. Penyebab-penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor perorangan dan faktor pekerjaan. Faktor perorangan yang menjadi penyebab tertinggi terjadinya kecelakaan kerja adalah motivasi karyawan yang keliru dan faktor pekerjaan yang menjadi penyebab tertinggi adalah desain yang kurang baik dari peralatan dan tempat kerja. Kata kunci: kecelakaan kerja, faktor perorangan, faktor pekerjaan 68 INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 68-79

2 PENDAHULUAN Kecelakaan kerja seringkali terjadi di dalam perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, perusahaan harus memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari para karyawannya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan di dalam suatu industri manufaktur. Dengan semakin majunya ilmu pegetahuan dan teknologi, maka semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan untuk menanggulangi masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalam perusahaannya. Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka muncullah ide dan konsep pemikiran pencegahan dan penanggulangannya. Penelitian ini akan menghitung nilai dari FR, SR, dan MTIFR dari kecelakaan yang terjadi di dalam perusahaan untuk selanjutnya memberikan salah satu alternatif penyelesaian dengan menentukan penyebab-penyebab langsung terjadinya kecelakaan kerja di dalam pabrik, yaitu unsafe act dan unsafe condition, lalu dilanjutkan dengan mencari penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja yang dapat disebabkan oleh faktor manusia dan faktor pekerjaan, dan menentukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kemudian hari. METODE Perumusan Masalah Setelah melakukan penelitian pendahuluan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah merumuskan masalah yang akan diteliti. Perumusan masalah merupakan tahap akhir dari penemuan masalah setelah penulis memilih bidang dan pokok masalah yang akan diteliti. Perumusan masalah dibuat sebagai batasan ruang lingkup terhadap masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini, yaitu bagaimana agar perusahaan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Studi Literatur Setelah merumuskan masalah, kemudian dilakukan pencarian buku-buku referensi, baik berupa text book, jurnal, dan informasi dari internet yang berkaitan dengan topik penelitian. Studi literatur ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang tepat dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan. Hasil dari studi literatur ini akan dimasukkan dalam landasan teori (Simanjuntak, 1994; Suma mur, 1995; Suardi, 2005; Syartini, 2010). Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis. Data-data primer ini dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Pengolahan Data Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data terhadap data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Pengolahan data yang dilakukan mempunyai dua sifat, yaitu bersifat kuantitatif dan bersifat kualitatif. Analisis Penerapan dan (Mario Silda; dkk) 69

3 Analisis Data Pada bagian ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis yang dilakukan berupa: (1) menganalisis penerapan-penerapan K3 pada bagian AC; (2) menganalisis hasil perhitungan Frequency Rate (PT DPM, 2007), Severity Rate (PT DPM, 2007), dan Medical Treatment Injury Frequency Rate (Australian Government, 2009) bagian AC dari bulan Januari tahun 2009 sampai bulan Juni tahun 2010 dan membandingkan hasilnya; (3) menganalisis penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja; dan (4) menganalisis tindakantindakan yang dapat dilakukan bagian AC untuk memperbaiki keadaan dan mencegah terjadinya kecelakaan di kemudian hari. Usulan Perbaikan atau Implementasi Pada bagian ini, penulis berusaha untuk memberikan masukan-masukan berupa upayaupaya yang dapat dilakukan bagian AC untuk melakukan perbaikan terhadap K3 bagian AC. Usulan-usulan perbaikan ini berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan analisis data yang telah dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan-penerapan K3 lainnya masih belum berjalan dengan baik. Untuk kebijakan LK3 perusahaan, kebijakan tersebut sudah dibuat sejak tahun 2009 dan sudah ditempel di papan pengumuman safety, tetapi sampai sekarang masih banyak karyawan yang belum mengetahui isi dari kebijakan K3 tersebut karena kurangnya sosialisasi dari bagian safety. Untuk kegiatan safety talk yang dilakukan setiap pagi, penulis merasa hal tersebut belum optimal dilakukan karena kegiatan safety talk hanya dilakukan oleh beberapa karyawan bagian safety sehingga informasi yang disampaikan tidak merata kepada setiap bagian. Tabel 1 Penerapan-penerapan K3 yang dilakukan Sudah dilakukan dengan baik kegiatan pengukuran-pengukuran Audit internal dan eksternal Pembuatan spanduk dan safety sign Briefing kontraktor Papan pengumuman safety Belum dilakukan dengan baik kebijakan LK3 Safety talk Kegiatan genba Tim kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (TKTD) Tabel 2 Jumlah kecelakaan kerja dan hari hilang yang terjadi pada tahun 2009 Bulan Kecelakaanhari hilang Jumlah Hari Hilang Kecelakaantanpa hari hilang Januari Februari Maret April Mei INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 68-79

4 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber: PT DPM (2010) Tabel 3 Jumlah kecelakaan kerja dan hari hilang yang terjadi pada tahun 2010 Bulan Kecelakaanhari hilang Jumlah Hari Hilang Kecelakaantanpa hari hilang Januari Februari Maret April Mei Juni Total Sumber: PT. DPM (2010) Tabel 4 Tingkat Keparahan Cedera akibat kecelakaan kerja Tingkat Keparahan Cedera Tahun Ringan Sedang 5 7 Berat 1 5 Total Sumber: Hasil Pengolahan Data (2011) Keterangan tingkat keparahan cedera: (1) ringan: kecelakaan yang tidak menyebabkan hari hilang; (2) sedang: kecelakaan yang menyebabkan hari hilang kurang dari lima hari atau tepat lima hari; (3) berat: kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang lebih dari lima hari. Tabel 5 Jumlah jam kerja karyawan pada tahun 2009 Bulan Jam Kerja Jam Lembur Total Januari Februari Analisis Penerapan dan (Mario Silda; dkk) 71

5 Maret , ,5 April Mei Juni Juli Agustus , ,1 September Oktober November Desember Total , ,6 Sumber: PT. DPM (2010) Tabel 6 Jumlah jam kerja karyawan pada tahun 2010 Hasil Perhitungan Bulan Jam Kerja Jam Lembur Total Januari , , ,96 Februari , , ,48 Maret April , , Mei , , Juni Total , , ,44 Sumber: PT DPM (2010) Contoh perhitungan FR pada bulan Januari tahun 2009; diketahui: Jumlah kecelakaan yang menyebabkan hari hilang = 1 kecelakaan Jumlah jam kerja total karyawan dalam bulan Januari = jam Jumlah kecelakaan yang menyebabkan hari hilang FR = Jumlah jam kerja karyawan 1 FR = = 2,29 kecelakaan x x Pada bulan Januari 2009, bagian AC mempunyai nilai FR sebesar 2,29 kecelakaan. Artinya adalah pada bulan Januari, setiap jam kerja, terjadi 2,29 kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh. Nilai FR bagian AC selama tahun Pada tahun tersebut, pada bulan Februari, Maret, April, Mei, Juni, September, Oktober, dan Desember, bagian AC mempunyai nilai FR sebesar 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut tidak terdapat kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang 72 INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 68-79

6 minimal selama satu shift penuh. Sedangkan pada bulan Januari, Juli, Agustus, dan November, bagian AC mempunyai nilai FR yang tidak 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut terdapat kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh. Nilai FR terbesar terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 4,19 kecelakaan. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terjadi 2 kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh dan kecilnya jam kerja karyawan pada bulan tersebut. Nilai rata-rata FR bagian AC pada tahun 2009 adalah sebesar 0,56 kecelakaan. Artinya adalah pada tahun 2009, setiap jam kerja, terjadi 0,56 kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh. Nilai FR bagian AC bulan Januari sampai Juni tahun Pada tahun tersebut, pada bulan Juni, bagian AC mempunyai nilai FR sebesar 0. Ini berarti pada bulan tersebut tidak terdapat kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh. Sedangkan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Mei, bagian AC mempunyai nilai FR yang tidak 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut terdapat kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh. Nilai FR terbesar terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 7,04 kecelakaan. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terjadi 3 kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh dan kecilnya jam kerja karyawan pada bulan tersebut. Nilai rata-rata FR bagian dari bulan Januari sampai Juni tahun 2010 adalah sebesar 2,53 kecelakaan. Artinya adalah dari bulan Januari sampai Juni tahun 2010, setiap jam kerja, terjadi 2,53 kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang minimal selama satu shift penuh. Gambar 1 Grafik hasil perhitungan FR Sumber: Hasil Pengolahan Data (2011) Gambar 1 (grafik hasil perhitungan FR), menggambarkan nilai-nilai FR bagian selama 18 bulan, dimulai dari bulan Januari tahun 2009 sampai Juni tahun Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai FR dari PT. DPM bagian AC selama 18 bulan tersebut mempunyai nilai yang beragam. Hal ini menunjukkan tidak konsistennya kinerja karyawan bagian safety. Tinggirendahnya nilai FR disebabkan oleh perbedaan jumlah kecelakaan kerja yang menyebabkan hari hilang dan jumlah jam kerja karyawan setiap bulannya di bagian AC tersebut. Semakin tinggi jumlah kecelakaan yang menyebabkan hari hilang, semakin tinggi pula nilai FR yang dihasilkan sedangkan semakin tinggi jumlah jam kerja karyawan, semakin kecil nilai FR yang dihasilkan. Contoh perhitungan SR pada bulan Januari tahun 2009; diketahui: Analisis Penerapan dan (Mario Silda; dkk) 73

7 Jumlah hari hilang akibat kecelakaan kerja = 1 kecelakaan Jumlah jam kerja total karyawan dalam bulan Januari = jam Jumlah hari hilang akibat kecelakaan kerja SR = Jumlah jam kerja karyawan 1 SR = = 2,29 hari x x Pada bulan Januari 2009, bagian AC mempunyai nilai SR sebesar 2,29 hari. Artinya adalah pada bulan Januari, setiap jam kerja, terdapat 2,29 hari hilang yang disebabkan karena terjadinya kecelakaan kerja. Nilai SR bagian AC selama tahun Pada tahun tersebut, pada bulan Februari, Maret, April, Mei, Juni, September, Oktober, dan Desember, bagian AC mempunyai nilai FR sebesar 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut tidak terdapat hari hilang akibat dari terjadinya kecelakaan kerja. Sedangkan pada bulan Januari, Juli, Agustus, dan November, bagian AC mempunyai nilai SR yang tidak 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut hari hilang akibat dari terjadinya kecelakaan kerja. Nilai SR tersebar terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 157,16 hari hilang akibat dari terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terjadi kecelakaan kerja yang parah, yaitu terjepitnya jari korban pada saat membersihkan mesin expander yang sedang beroperasi. Akibat dari kecelakaan tersebut, korban memerlukan 50 hari untuk memulihkan kondisinya. Rata-rata nilai SR bagian AC pada tahun 2009 adalah sebesar 5,90 hari. Artinya adalah pada tahun 2009, setiap jam kerja, terdapat 5,90 hari hilang yang disebabkan karena terjadinya kecelakaan kerja. Nilai SR bagian AC dari bulan Januari sampai Juni tahun Pada tahun tersebut, pada bulan Juni, bagian AC mempunyai nilai SR sebesar 0. Ini berarti pada bulan tersebut tidak terdapat hari hilang akibat dari terjadinya kecelakaan kerja. Sedangkan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Mei, bagian AC mempunyai nilai SR yang tidak 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut terdapat hari hilang akibat dari terjadinya kecelakaan kerja. Nilai SR terbesar terjadi pada bulan Mei, yaitu sebanyak 253, 34 hari hilang akibat dari terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terjadi kecelakaan kerja yang parah, yaitu putusnya jari korban pada saat memperbaiki posisi material yang berada di mesin expander yang sedang beroperasi. Akibat dari kecelakaan tersebut, korban memerlukan 100 hari untuk memulihkan kondisinya. Rata-rata nilai SR bagian AC dari bulan Januari sampai Juni tahun 2010 adalah sebesar 5,90 hari. Artinya adalah dari bulan Januari sampai Juni tahun 2010, setiap jam kerja, terdapat 5,90 hari hilang yang disebabkan karena terjadinya kecelakaan kerja. Gambar 2 (grafik hasil perhitungan SR), menggambarkan nilai-nilai SR bagian AC selama 18 bulan, dimulai dari bulan Januari tahun 2009 sampai bulan Juni tahun Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai SR dari PT. DPM bagian AC selama 18 bulan tersebut mempunyai nilai yang beragam. Hal ini menunjukkan tidak konsistennya kinerja dari karyawan bagian safety. Tinggi-rendahnya nilai SR disebabkan oleh perbedaan tingkat keparahan cedera yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan jumlah jam kerja karyawan setiap bulannya di perusahaan tersebut. Semakin parah cedera yang dialami seorang karyawan, maka semakin tinggi nilai dari SR yang dihasilkan sedangkan semakin tinggi jumlah jam kerja karyawan, semakin kecil nilai SR yang dihasilkan. Contoh perhitungan MTIFR pada bulan Januari tahun 2009; diketahui: Jumlah kecelakaan yang menyebabkan hari hilang = 1 kecelakaan Jumlah jam kerja total karyawan dalam bulan Januari = jam 74 INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 68-79

8 MTIFR = MTIFR = Jumlah kecelakaan kerja yang tidak menyebabkan hari hilang Jumlah jam kerja karyawan 1 x = 2,29 kecelakaan x Gambar 2 Grafik hasil perhitungan SR Sumber: Hasil Pengolahan Data (2011) Pada bulan Januari 2009, bagian AC mempunyai nilai MTIFR sebesar 2,29 kecelakaan. Artinya adalah pada bulan Januari, setiap jam kerja, terjadi 2,29 kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh. Nilai MTIFR bagian AC selama tahun Pada tahun tersebut, pada bulan Maret, Mei, Juni, Juli, September,dan Desember, bagian AC mempunyai nilai MTIFR sebesar 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut tidak terdapat kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh. Sedangkan pada bulan Januari, Februari, April, Agustus, Oktober, dan November, bagian AC mempunyai nilai MTIFR yang tidak 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut terdapat kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh. Nilai MTIFR terbesar terjadi pada bulan Februari, yaitu sebesar 6,75 kecelakaan. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terjadi 3 kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh dan kecilnya jam kerja karyawan pada bulan tersebut. Rata-rata nilai MTIFR bagian AC pada tahun 2009 adalah sebesar 1,03 kecelakaan. Artinya adalah pada tahun 2009, setiap jam kerja, terdapat 1,03 kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh. Nilai MTIFR bagian AC dari bulan Januari sampai Juni tahun Pada tahun tersebut, pada Februari dan Mei, bagian AC mempunyai nilai MTIFR sebesar 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut tidak terdapat kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh. Sedangkan pada bulan Januari, Maret, April, dan Juni, bagian AC mempunyai nilai FR yang tidak 0. Ini berarti pada bulan-bulan tersebut terdapat kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi Analisis Penerapan dan (Mario Silda; dkk) 75

9 syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh. Nilai MTIFR terbesar terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 14,08 kecelakaan. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terjadi 6 kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh dan kecilnya jam kerja karyawan pada bulan tersebut. Rata-rata nilai MTIFR bagian AC dari bulan Januari sampai Juni tahun 2010 adalah sebesar 2.32 kecelakaan. Artinya adalah dari bulan Januari sampai Juni tahun 2010, setiap jam kerja, terdapat 2,32 kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh. Gambar 3 Grafik hasil perhitungan MTIFR Sumber: Hasil pengolahan Data (2011) Gambar 3 (grafik hasil perhitungan MTIFR), menggambarkan nilai-nilai MTIFR bagian AC selama 18 bulan, dimulai dari bulan Januari tahun 2009 sampai bulan Juni tahun Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai MTIFR dari PT. DPM bagian AC selama 18 bulan tersebut mempunyai nilai yang beragam. Hal ini menunjukkan tidak konsistennya kinerja dari karyawan bagian safety. Tinggi-rendahnya nilai MTIFR disebabkan oleh perbedaan jumlah kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh dan jumlah jam kerja karyawan per bulannya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi jumlah kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh, maka semakin tinggi nilai MTIFR yang dihasilkan sedangkan semakin tinggi jumlah jam kerja karyawan, semakin kecil nilai MTIFR yang dihasilkan. Penyebab-Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2009 sampai bulan juni 2010 selanjutnya diidentifikasi penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. Penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan ini diidentifikasi berdasarkan dua penyebab langsung, yaitu unsafe act dan unsafe condition, dua penyebab dasar, yaitu faktor perorangan dan faktor pekerjaan, serta penyebab kecelakaan yang diakibatkan oleh kesalahan dari pihak manajemen. Penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyebab langsung dari terjadinya kecelakaan kerja dan penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Ada dua penyebab langsung terjadinya kecelakaan kerja, yaitu unsafe act dan unsafe 76 INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 68-79

10 condition. Untuk unsafe act, berdasarkan tabel 1 dan 2, kecelakaan kerja yang terjadi paling banyak disebabkan karena karyawan tersebut gagal mengamankan atau mengencangkan, yaitu terdapat 6 kecelakaan dan untuk unsafe condition, berdasarkan tabel 1 dan 2, kecelakaan kerja paling banyak disebabkan karena alat kerja tidak memadai atau aman, yaitu sebanyak 10 kecelakaan. Ada dua penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja, yaitu faktor manusia dan faktor pekerjaan. Untuk faktor manusia, berdasarkan tabel 1 dan 2, kecelakaan kerja yang terjadi paling banyak disebabkan karena motivasi yang keliru dari para karyawan, yaitu sebanyak 17 kecelakaan dan untuk faktor pekerjaan, berdasarkan tabel 1 dan 2, kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan karena desain yang kurang baik (baik desain alat maupun tempat kerja), yaitu sebanyak 16 kecelakaan. Sedangkan untuk kesalahan yang dilakukan oleh pihak manajemen sehingga terjadinya kecelakaan kerja, berdasarkan tabel 1 dan 2, kecelakaan kerja yang terjadi paling banyak disebabkan karena pihak manajemen belum mengadakan alat kerja yang memadai atau aman, yaitu sebanyak 9 kecelakaan. Usulan Penerapan Berdasarkan analisis mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja dari bulan Januari tahun 2009 sampai bulan Juni tahun 2010, ada beberapa usulan penerapan untuk memperbaiki keadaan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kemudian hari, yaitu: (1) menetapkan standar untuk setiap peralatan kerja; (2) menambahkan pengaman pada setiap mesin; (3) menyediakan APD yang memadai bagi seluruh pihak yang ada di dalam perusahaan; (4) memberikan pelatihan atau training kepada para karyawan mengenai pekerjaan yang akan mereka lakukan agar mereka terampil atau kompeten dalam melakukan pekerjaannya; (5) memperbanyak dilakukannya kegiatan genba oleh bagian safety untuk mengidentifikasi unsafe act dan unsafe condition yang ada di dalam perusahaan; (6) memastikan semua WI (Work Instruction) untuk setiap pekerjaan lengkap, terpasang dengan baik, dan diletakkan di tempat yang mudah dibaca oleh para karyawan. hal ini dikarenakan pada bagian bawah WI terdapat daftar APD apa saja yang harus digunakan karyawan pada saat melakukan suatu pekerjaan. Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat melakukan kegiatan genba; (7) sebaiknya karyawan bagian safety yang melakukan safety talk tidak hanya beberapa karyawan saja melainkan seluruh karyawan bagian safety termasuk pimpinannya. Hal ini dilakukan agar semakin banyak karyawan yang mendapatkan informasi pada safety talk; (8) Merekrut karyawan bagian safety yang bertanggung jawab untuk shift malam. Dengan adanya karyawan safety pada shift malam, maka dapat dilakukan safety talk sebelum shift malam dilakukan dan kegiatan genba selama shift malam berjalan; (9) Merekrut karyawan bagian safety yang bertanggung jawab untuk setiap plant. Karyawan safety ini sebaiknya mempunyai meja kerja di plant tersebut sehingga dapat berkonsentrasi penuh untuk plant tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja kinerja bagian safety. PENUTUP Simpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah: (1) pihak perusahaan (AC) telah melakukan penerapan-penerapan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ada penerapan-penerapan yang sudah berjalan dengan baik dan ada penerapanpenerapan yang belum berjalan dengan baik. Penerapan-penerapan yang sudah berjalan dengan baik adalah kegiatan pengukuran-pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan perusahaan, audit internal maupun audit eksternal, pembuatan spanduk dan safety sign, briefing kontraktor, dan informasi-informasi yang berada di papan pengumuman safety. Sedangkan penerapan-penerapan yang belum berjalan dengan baik adalah kegiatan genba, safety talk, Tim Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (TKTD), dan kebijakan LK3 perusahaan; (2) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai FR perusahaan mempunyai nilai yang beragam untuk setiap bulannya. Tinggi-rendahnya nilai FR tersebut Analisis Penerapan dan (Mario Silda; dkk) 77

11 dipengaruhi oleh jumlah kecelakaan kerja yang membuat adanya hari hilang minimal selama satu shift penuh dan jumlah jam kerja yang dilakukan karyawan setiap bulannya. Sedangkan untuk nilai SR, perusahaan juga mempunyai nilai SR yang beragam untuk setiap bulannya. Tinggi-rendahnya nilai SR dipengaruhi oleh tingkat keparahan dari kecelakaan yang dialami karyawan yang ditandai dengan jumlah hari hilang yang terjadi dan jumlah jam kerja yang dilakukan karyawan setiap bulannya. Sedangkan untuk nilai MTIFR, perusahaan juga mempunyai nilai MTIFR yang beragam untuk setiap bulannya. Tinggi-rendahnya nilai MTIFR dipengaruhi oleh jumlah kecelakaan kerja yang memerlukan perawatan medis yang memenuhi syarat tetapi tidak menyebabkan hilangnya hari kerja selama satu shift penuh dan jumlah jam kerja yang dilakukan karyawan setiap bulannya. Dari nilai rata-rata FR, SR, dan MTIFR yang dihasilkan, terdapat peningkatan nilai rata-rata FR, SR, dan MTIFR perusahaan pada tahun 2010 dibandingkan tahun hal ini menunjukkan penurunan kinerja karyawan bagian safety pada tahun (3) Penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyebab langsung dari terjadinya kecelakaan kerja dan penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Ada dua penyebab langsung terjadinya kecelakaan kerja, yaitu unsafe act dan unsafe condition. Untuk unsafe act, kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan karena karyawan tersebut tidak memakai APD, salah memakai APD atau memakai APD dengan cara yang salah, menggunakan APD rusak, mengoperasikan alat yang bukan wewenangnya, gagal mengamankan atau mengencangkan (penyebab terbanyak), gagal memberi peringatan, memasukkan material pada saat mesin menyala, memperbaiki mesin yang sedang menyala, membersihkan mesin yang sedang menyala, berada pada posisi yang salah, dan mengangkut material secara berlebihan. Untuk unsafe condition, kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan karena lingkungan kerja yang berbahaya, APD rusak atau tidak memadai, peralatan kerja rusak, material licin, tata rumah tangga yang buruk, peralatan kerja tidak terpasang dengan baik, peralatan kerja kurang memadai atau aman (penyebab terbanyak), dan sistem peringatan kurang memadai. Ada dua penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja, yaitu faktor perorangan dan faktor pekerjaan. Untuk faktor perorangan, kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan karena motivasi yang keliru (penyebab terbanyak), kurangnya pengetahuan karyawan, dan kemampuan fisik yang tidak layak. Untuk faktor pekerjaan, kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh kurangnya perawatan alat atau tempat kerja, desain yang kurang baik (penyebab terbanyak), APD tidak memadai, dan supervisi tidak memadai. Sedangkan untuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pihak manajemen sehingga terjadi kecelakaan kerja adalah karena kurangnya sosialisasi job description, belum ada standarisasi, belum mengadakan alat kerja yang memadai (penyebab terbanyak), mengijinkan alat rusak tetap beroperasi, belum ada WI atau WI kurang lengkap, kurangnya perawatan alat atau tempat kerja, karyawan belum ditraining, APD tidak memadai, belum ada jalur untuk pejalan kaki, dan perintah yang tidak jelas; dan (4) Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki keadaan dan mencegah agar kecelakaan kerja tidak terjadi lagi antara lain, memastikan semua WI terpasang dan diletakkan di tempat yang mudah dibaca oleh para karyawan, membuat standar untuk setiap peralatan kerja, menyediakan APD yang memadai bagi seluruh karyawan,memperbanyak dilakukannya genba oleh bagian safety untuk mengidentifikasi unsafe act dan unsafe condition yang ada di perusahaan, memberikan training kepada para karyawan agar mereka kompeten dalam melakuan pekerjaannya, merekrut safety staff untuk shift malam sehingga dapat dilakukan safety talk dan genba untuk shift malam, dan merekrut safety staff yang bertanggung jawab untuk setiap plant dan karyawan tersebut juga mempunyai meja kerja di plant tersebut untuk mengoptimalkan kinerja bagian safety. Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah semua karyawan harus berperan aktif dalam menciptakan suasana yang aman dan sehat karena hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak manajemen saja melainkan semua pihak yang berada di dalam perusahaan tersebut dan dalam melakukan pekerjaannya, setiap karyawan harus meningkatkan kedisiplinannya dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), bekerja sesuai 78 INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 68-79

12 aturan yang ada, dan selalu waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan bahaya yang mungkin muncul dari pekerjaannya tersebut. Selain itu, para pengawas atau pimpinan harus selalu menegur dan memperingatkan karyawan yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Australian Government. (2009). The Australian Government Building and Construction OHS Accreditation Scheme. Diakses pada 28 Mei 2010, dari PT DPM. (2007). Perhitungan angka kecelakaan. Tangerang: DPM. Simanjuntak, P. J. (1994). Manajemen keselamatan kerja. Jakarta: Himpunan Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia (HIPSMI). Suardi, R. (2005). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: PPM. Suma mur, P. K. (1995). Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan (8th ed.). Jakarta: Gunung Agung. Syartini, T. (2010). Penerapan SMK3 dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT Indofood CBP Sukses Makmur divisi noodle cabang Semarang. Diakses pada 6 Desember 2010, dari Analisis Penerapan dan (Mario Silda; dkk) 79

Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Mananejem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK

Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Mananejem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Mananejem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK Ferraz Romadiaty 1 dan Eko Nurmianto 2 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Sebelumnya Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pustaka-pustaka yang mendukung. Pustakapustaka yang digunakan adalah penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, pandangan terhadap posisi sumber daya manusia di perusahaan atau organisasi sudah mulai mengalami perubahan. Tanggapan bahwa sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESELAMATAN KERJA RUANG PLATTING MENGGUNAKAN FREQUENCY RATE & SEVERITY RATE

MEMPELAJARI KESELAMATAN KERJA RUANG PLATTING MENGGUNAKAN FREQUENCY RATE & SEVERITY RATE MEMPELAJARI KESELAMATAN KERJA RUANG PLATTING MENGGUNAKAN FREQUENCY RATE & SEVERITY RATE Created by: Nama : Anak Agung T K NPM : 30410629 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Industri Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalahmasalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

1 Universitas Esa Unggul

1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah penelitian selesai dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Hasil identifikasi terhadap manajemen K3 menunjukkan bahwa perusahaan belum

Lebih terperinci

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Hubungan Kelengkapan Alat Pelindung Diri, Lama Pembagian Waktu Kerja, dan Pemahaman Pekerja Tentang Briefing dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit PT. Bukit Barisan Indah Prima Jambi Armaidi Darmawan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Hasil penilaian awal terhadap SMK3 di CV Roda Jati menunjukkan bahwa dari 25 klausul yang disyaratkan oleh OHSAS 18001:2007, hanya ada 4 klausul yang dapat

Lebih terperinci

PERTEMUAN #1 PENGANTAR K3I (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI) TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PERTEMUAN #1 PENGANTAR K3I (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI) TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGANTAR K3I (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI) PERTEMUAN #1 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini dunia perindustrian selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pekerjaan yang ada dan memperluas lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang terus

Lebih terperinci

KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA AREA PT. XXX (PERSERO) TUAL MALUKU

KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA AREA PT. XXX (PERSERO) TUAL MALUKU KAJIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA AREA PT. XXX (PERSERO) TUAL MALUKU Esthi Kusdarini, Fitri Nurmala Sade, Dwi Poetranto Waloejo Adjie Jurusan Teknik Pertambangan, Email: Esthi_kusdarini@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memproduksinya lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memproduksinya lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kepopuleran mi instan di era serba modern saat ini membuat perusahaan yang memproduksinya lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas bahan baku serta produktivitas

Lebih terperinci

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN 204 PT. Pacific Lubritama Indonesia 204 WORK DAYS JANUARY 204 FEBRUARY 204 MARET 204 APRIL 204 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 25 26 27 28 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KERJA PADA PEMBUATAN NATA DE COCO DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DI CV SEMPURNA BOGA MAKMUR

ANALISIS RESIKO KERJA PADA PEMBUATAN NATA DE COCO DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DI CV SEMPURNA BOGA MAKMUR ANALISIS RESIKO KERJA PADA PEMBUATAN NATA DE COCO DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DI CV SEMPURNA BOGA MAKMUR Mar atus Sholicha, Hery Suliantoro *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X B-15-1 EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X Suharman Hamzah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, 90245

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan aset yang penting bagi perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran dalam kegiatan perusahaan. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

Bab 5 Analisis 5.1. Merencanakan ( plan Analisis Data Kecelakaan

Bab 5 Analisis 5.1. Merencanakan ( plan Analisis Data Kecelakaan Bab 5 Analisis Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasana dari hasil pengumpulan dan pengolahan data terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya yaitu analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Bantuan mesin

Lebih terperinci

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style MEMPELAJARI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. INDOLAKTO JAKARTA Created by: Esa Rahmanda H 32410439 Click to edit Master title style Latar Belakang Kebutuhan Manusia Meningkat Perusahaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU Journal Industrial Manufacturing Vol. 2, No. 2, Juli 2017, pp.70-76 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: Penerapan K3, SMK3

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci: Penerapan K3, SMK3 ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK NASIONAL (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO SEKTOR PEMBANGKIT MINAHASA PLTP LAHENDONG Christine A. Johannes*, Paul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia sebagai sumber daya dan salah satu aset perusahaan yang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan diri, juga diharapkan mewaspadai pemanfaatan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (Studi di PT Tata Mulia Nusantara Indah, Proyek Java Cocoa Plant Gresik)

TUGAS AKHIR. DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (Studi di PT Tata Mulia Nusantara Indah, Proyek Java Cocoa Plant Gresik) TUGAS AKHIR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (Studi di PT Tata Mulia Nusantara Indah, Proyek Java Cocoa Plant Gresik) Oleh UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki yang dapat menyebabkan cidera, sakit, atau kerusakan material. Kecelakaan tidak terjadi begitu

Lebih terperinci

diakses pada tanggal 6 Agustus 2009

diakses pada tanggal 6 Agustus 2009 www.okleqs.worpress.com/2008/01/01/tanggap-darurat-kecelakaan-industri/, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009 www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/emergensi-respons, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009 www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/was-dal-tanggap-darurat/,

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP TINGKAT KECELAKAAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT ABC. Benny Winandri, M.

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP TINGKAT KECELAKAAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT ABC. Benny Winandri, M. ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP TINGKAT KECELAKAAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT ABC Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT ABC perusahaan yang bergerak pada industri pembuatan

Lebih terperinci

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Universitas Diponegoro   2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 13, Volume, Nomor 1, Tahun 13 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEKERJA DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor industri. Demikian juga kemajuan industri di Indonesia. Setiap industri banyak melakukan perubahan

Lebih terperinci

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG Mega Tristanto Nrp : 0621037 Pembimbing : Maksum Tanubrata,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA Nama : Indah Wulandari NPM : 34413373 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Stephanus Benedictus Bera

Lebih terperinci

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan K3 KONSTRUKSI BANGUNAN Latar Belakang Permasalahan -Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan -Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA 1. Kecelakaan kerja a. Bagaimana cara mengetahui gambaran jumlah unsafe action dan unsafe condition penyebab kecelakaan kerja? b. Apa yang anda lakukan apabila terjadi kecelakaan

Lebih terperinci

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK EVALUASI SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK RS. LIMIJATI Fadly Utama (0321054), Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil,, 2010. Konstruksi merupakan sektor industri yang

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART Disusun oleh: Diki Alnastain 32411082 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja KESELAMATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja SEJARAH KESELAMATAN KERJA DUNIA - Revolusi Industri Serap Banyak Buruh - Kecelakaan Kerja = Resiko Kerja - Buruh Desak Work Compensation - Buruh Desak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pecegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN DI DIVISI KAPAL NIAGA (DKN) PT. PAL INDONESIA (Persero) SURABAYA

ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN DI DIVISI KAPAL NIAGA (DKN) PT. PAL INDONESIA (Persero) SURABAYA ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN DI DIVISI KAPAL NIAGA (DKN) PT. PAL INDONESIA (Persero) SURABAYA Fransiskus Madai Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. Sajiyo, M.Kes dan Handy Febri Satoto, ST., MT Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Johanes Jiman¹, Eka Pramudita², Andi³ ABSTRAK : Konstruksi merupakan salah satu industri yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pemerintah Indonesia banyak menghadapi tantangan yang tidak dapat dihindari yang mana ditandai dengan perdangan bebas. Meningkatnya teknologi informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin kerja adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib (Anoraga, 2006). Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri pada umumnya memiliki tujuan utama pada kualitas produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah peningkatan kualitas suatu

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal Andri Kurniawan 1, Mardi Santoso 2, Mey Rohma Dhani 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi agar mampu

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum PT. Charoen Pokphand Indonesia Semarang merupakan salah satu pabrik yang berada di Semarang yang memproduksi pakan ternak yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 02 Juli 2012 Artikel Penelitian ANALISIS PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA DAN RISIKO KECELAKAAN SECARA ADMINISTRATIF DI BETARA GAS PLANT PETROCHINA INTERNATIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008 tercatat sebesar 4.678 unit perusahaan dengan 1694,45 ribu orang tenaga kerja. Sektor industri dibedakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN Iswahyudi Dwi Nurcahyo; Gunawarman Hartono Industrial Engineering Department,

Lebih terperinci

PENERAPAN KEBIJAKAN MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA DI DALAM PERUSAHAAN

PENERAPAN KEBIJAKAN MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA DI DALAM PERUSAHAAN PENERAPAN KEBIJAKAN MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA DI DALAM PERUSAHAAN Oleh Sriwahyuningsih Abstract: This article study about factors causing the accident of activity, affect to company in the event of accident

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor terpenting dari suatu pekerjaan. Dalam pemenuhan kebutuhannya,

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor terpenting dari suatu pekerjaan. Dalam pemenuhan kebutuhannya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era modern seperti sekarang ini, manusia dituntut untuk bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional dari satu pekerjaan merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

ANALISIS STATISTIK KECELAKAAN KERJA

ANALISIS STATISTIK KECELAKAAN KERJA Tugas Kelompok : Keselamatan Kesehatan Kerja Dosen Pembimbing : ANALISIS STATISTIK KECELAKAAN KERJA O L E H : KELOMPOK II DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA (PT. PDSI)

MEMPELAJARI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA (PT. PDSI) MEMPELAJARI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI PT. PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA (PT. PDSI) Disusun oleh: Atiek Handayani 31411283 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Keywords :deliveryman, work accident in highway, PT. Coca Cola Amatil Indonesia Central Java

Keywords :deliveryman, work accident in highway, PT. Coca Cola Amatil Indonesia Central Java ANALISIS PENYEBAB DAN PENGENDALIAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI JALAN RAYA PADA DELIVERYMAN TAHUN 2014-2015 (STUDI KASUS PADA DELIVERYMAN PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA) Zhagita Puspa Trisna

Lebih terperinci

Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan Erik Adi Gunawan 2

Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan Erik Adi Gunawan 2 EVALUASI PERILAKU TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACT) DAN KONDISI TIDAK AMAN (UNSAFE CONDITION) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG RUKO BERTINGKAT DI PALANGKA RAYA (058K) Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan didefinisikan sebagai suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan segala daya-upaya yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk mendapatkan perlindungan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan 1. Identifikasi faktor-faktor yang dibutuhkan untuk perancangan SMK3 didapat berdasarkan analisis poinpoin PP RI no 50 Tahun 2012 yang belum terpenuhi pada saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki perusahaan. Dalam usahanya memperoleh keuntungan

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki perusahaan. Dalam usahanya memperoleh keuntungan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan sebagai organisasi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan finansial sangat dipengaruhi oleh karyawan sebagai salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah BAB V PEMBAHASAN 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.3 yaitu objektif dan program K3. Ada kemungkinan didapatkan temuan-temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dari waktu ke waktu semakin meningkat. Dengan bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan dalam aneka bentuk proses produksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini semakin ketat, sehingga perusahaan harus memiliki strategi dalam memenangkan persaingan bisnis tersebut. Jika di masa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

kejadian yang mengganggu proses kerja? (Jika tidak pernah lanjut ke pertanyaan C) 5. Apabila pernah, jenis kejadian apa yang anda alami?

kejadian yang mengganggu proses kerja? (Jika tidak pernah lanjut ke pertanyaan C) 5. Apabila pernah, jenis kejadian apa yang anda alami? Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN LOADING RAMP DI PABRIK NEGERI LAMA SATU PT. HARI SAWIT JAYA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2017 A. Identitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri yang pesat tidak hanya ditandai dengan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan. Namun, penggunaan teknologi dan material yang berbahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja saat ini menjadi kewajiban dan kebutuhan perusahaan dalam segala bentuk kegiatan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS SUMATERA SELATAN SIMPANG EMPAT ABSTRAK

EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS SUMATERA SELATAN SIMPANG EMPAT ABSTRAK EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS SUMATERA SELATAN SIMPANG EMPAT Dewa Ayu Putu Putri Parwita NRP : 1021028 Pembimbing : Deni Setiawan, S.T., M.T. ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TINDAKAN TIDAK AMAN DAN HUMAN RELIABILITY ANALYSIS (STUDI KASUS : OPERATOR FORKLIFT

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TINDAKAN TIDAK AMAN DAN HUMAN RELIABILITY ANALYSIS (STUDI KASUS : OPERATOR FORKLIFT ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TINDAKAN TIDAK AMAN DAN HUMAN RELIABILITY ANALYSIS (STUDI KASUS : OPERATOR FORKLIFT-PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA) Dwi Iin Novianti, Anda Iviana Juniani,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pekerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Sebuah Pabrik Kimia Di Kota Tangerang,

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pekerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Sebuah Pabrik Kimia Di Kota Tangerang, ABSTRAK Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pekerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Sebuah Pabrik Kimia Di Kota Tangerang, Acintya Dimitri, 2007, Pembimbing : 1. Felix Kasim, dr. M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko kecelakaan kerja. Lingkungan kerja ada beberapa macam, salah satunya ialah industri mebel yang merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X Yohana Amelia Gabriella, Baju Widjasena, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan sistem pengukuran implementasi OHSAS 18001 dan uji coba penggunaan sistem tersebut untuk mengukur kinerja di PT. Trakindo Utama Cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan wujud dari kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi pekerja berdasarkan amanah undang-undang (UU).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang memerlukan penggunaan teknologi yang sangat maju. Adanya teknologi bisa memudahkan proses produksi

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA Nama : Fidhini Nurfidiah Firanti NPM : 33413439 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Implementasi Kesehatandan Keselamatan Kerja (K3) Dalam KegiatanPenambangan Batuan Andesit Evaluation Implentation of The Health and Workplace Safety

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

pembinaan dan operasi. Audit keselamatan jalan pada awalnya diperiksa oleh orang atau tim yang berkualitas secara mandiri untuk

pembinaan dan operasi. Audit keselamatan jalan pada awalnya diperiksa oleh orang atau tim yang berkualitas secara mandiri untuk 15 pada semua perangkat jalan mulai dari perancangan, bentuk jalan, pembinaan dan operasi. Audit keselamatan jalan pada awalnya dikembangkan untuk jalan-jalan baru, akan tetapi semakin banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Umum Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Umum Penelitian Objek penelitian ini adalah karyawan pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan

Lebih terperinci

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetisi global yang semakin intensif, deregulasi dan kemajuan mencetuskan suatu ide - ide perubahan, yang telah membuat banyak perusahaan tidak bisa bertahan

Lebih terperinci