ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TINDAKAN TIDAK AMAN DAN HUMAN RELIABILITY ANALYSIS (STUDI KASUS : OPERATOR FORKLIFT

Transkripsi

1 ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA TINDAKAN TIDAK AMAN DAN HUMAN RELIABILITY ANALYSIS (STUDI KASUS : OPERATOR FORKLIFT-PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA) Dwi Iin Novianti, Anda Iviana Juniani, Wiediartini Prodi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia dwi_iin88@yahoo.co.id ABSTRAK Pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia, East Java (PT.CCBI), sering terjadi kecelakaan forklift yang disebabkan oleh tindakan tidak aman yang dilakukan operator forklift. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisa untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman tersebut. Untuk mengetahui faktor penyebab tindakan tidak aman, maka digunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu pengamatan lansung dan kuesioner. Data yang telah dikumpulkan, diolah menggunakan metode statistika, yaitu uji Cochran, analisa regresi logistik, dan menggunakan Human Reliability Analysis (HRA) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada tindakan tidak aman. Dari hasil pengujian perbedaan dengan uji Cochran didapatkan bahwa hasil pengamatan terhadap tindakan tidak aman pada 3 waktu pengamatan yang berbeda, yaitu berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa waktu kerja berpengaruh terhadap tindakan tidak aman. Sedangkan dari hasil analisa regresi logistik secara berganda pada masing-masing shift, didapatkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap tindakan tidak aman pada shift pagi ( ) adalah faktor pengalaman, sedangkan shift siang ( ) adalah faktor jumlah anak, dan shift malam ( ) adalah faktor pelanggaran. Dan dari HRA, didapatkan bahwa urutan pekerjaan yang memiliki kemungkinan kegagalan tertinggi ke rendah, yaitu pemeriksaan harian, memarkir forklift, mengoperasikan forklift, mengemudikan forklift, membersihkan badan forklift, dan menggerakkan forklift. Kata kunci: tindakan tidak aman, pengamatan langsung, kuisioner, uji Cochran, analisis regresi logistik, dan HRA. PENDAHULUAN Berdasarkan Permenaker No. 3 tahun 1998, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan berdasar pada Permenaker No. 4 tahun 1998, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Menurut HW. Heinrich (1980), kecelakaan kerja terjadi akibat adanya 88% tindakan tidak aman ( unsafe action) dan 10% kondisi tidak aman ( unsafe condition) yang keduanya dapat dicegah keberadaannya, dan hanya 2% saja yang merupakan

2 kecelakaan kerja yang unpreventable (tidak dapat dicegah), yaitu disebabkan oleh act of God. Tindakan tidak aman disebabkan oleh perilaku, cara kerja, dan proses kerja manusia yang salah. Sedangkan kondisi tidak aman disebabkan oleh lingkungan, mesin, dan alat kerja yang tidak memenuhi standar. Dan menurutnya, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman. Suma mur, P.K (1985) juga menyatakan bahwa, ada suatu pendapat yang menyatakan bahwa akhirnya secara langsung maupun tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan oleh faktor manusia. James Reason (1990) menekankan bahwa penyebab kecelakaan adalah kelalaian/kesalahan manusia, yang dikenal dengan Swiss Cheese Model. Dari ketiga teori tersebut, maka karena penyebab terbesar kecelakaan kerja di industri adalah unsafe acts atau tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja, maka tanpa mengurangi perhatian terhadap penyebab lainnya, sangat perlu untuk lebih fokus terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan atau mereduksi tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja yaitu dengan menganalisa faktorfaktor yang berpengaruh atau yang melatarbelakangi pekerja melakukan tindakan tidak aman. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab pekerja melakukan tindakan tidak aman, maka akan lebih mudah untuk merancang cara pencegahan baik secara engineering, maupun secara administrative. Pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia, East Java (selanjutnya ditulis PT. CCBI) menggunakan forklift sebagai alat angkat dan angkut untuk mengangkat dan mengangkut bahan baku dan hasil produksi dari dan ke alat transportsi lain (truk atau trailer). Alat angkat dan angkut inipun tidak terlepas dari terjadinya kecelakaan. Beberapa kecelakaan yang disebabkan karena kontak dengan forklift telah terjadi pada PT. CCBI. Seperti yang terjadi pada bulan Oktober 2010, terjadi kecelakaan forklift, yaitu forklift yang menabrak seorang supervisor yang sedang menyebrang. Kecelakaan ini disebabkan karena supervisor tersebut tidak menyebrang pada pedestrian route dan dalam keadaan sedang menelpon (sumber : PT.CCBI). Walaupun kejadian ini sebagian besar disebabkan karena supervisor tersebut melakukan tindakan tidak aman, tetapi sebagai operator forklift, operator tersebut bertanggung jawab untuk mengemudikan kendaraannya dengan baik dan menyediakan lingkungan yang aman bagi dirinya dan bagi orang yang berada disekelilingnya. Memiliki tanggung jawab besar itu, maka operator forklift harus tidak melakukan tindakan tidak aman. Untuk mencegahnya, maka harus diketahui faktorfaktor penyebab operator forklift melakukan tindakan tidak aman agar dapat dilakukan pencegahan pada akar permasalahannya. METODE Metode yang digunakan adalah Human Reliability Analysis, Uji cochran, dan Uji Regresi Logistik. Human Reliability Analysis digunakan untuk mengidentifikasi task (tugas) yang rawan untuk menjadi penyebab kecelakaan. Untuk melakukan uji Cochran dan Uji Regresi Logistik diperlukan tool yang berupa : 1. Kuesioner 2. Lembar pengamatan langsung A-23-2

3 Uji cochran digunakan untuk menguji apakah waktu kerja mempengaruhi tindakan tidak aman yang dilakukan operator forklift atau tidak. Pengujian dilakukan pada hasil pengamatan langsung terhadap tindakan tidak aman. Uji analisa regresi logistik berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada tindakan tidak aman pada tiap shift kerja. Flow chart pengerjaan seperti pada gambar di bawah ini: HASIL DAN DISKUSI Gambar 1. Flow Chart Penelitian Uji cochran Dari hasil uji Cochran dengan menggunakan SPSS 16.0, didapatkan bahwa shift kerja mempengaruhi tindakan tidaka aman pekerja yang ditandai dengan nilai Q A-23-3

4 (33.273) yang dihasilkan dari uji SPSS lebih besar dari nilai x 2 α,v (x 2 α,v = 26.51) dengan v = 40 (jumlah responden 1). Analisa regresi logistik Dari analisa regresi logistik univariate dan multivariable didapatkan pada shift pagi ( ) faktor yang berpengaruh pada tindakan tidak aman adalah faktor pengalaman kerja, pada shift siang ( ) adalah faktor jumlah anak, dan pada shift malam ( ) adalah faktor jumlah pelanggaran. Semakin banyak pengalaman kerja seseorang, maka pekerja tersebut semakin jarang melakukan tindakan tidak aman. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pengetahuan pekerja tersebut pada resiko pekerjaannya, sehingga dapat bekerja dengan lebih berhati-hati. Semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak pula tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja. Hal ini dikarenakan semakin banyak pula permasalahan yang harus dipikirkan pekerja sehingga fokus untuk bekerja-pun berkurang. Semakin sering pekerja melakukan pelanggaran, maka semakin sedikit jumlah tindakan tidak aman tidak aman yang dilakukan pekerja. Pelanggaran digunakan sebagai pengalaman yang tidak boleh diulangi lagi oleh pekerja. Human Reliability Analisis Dari hasil Human reliability analisis didapatkan bahwa urutan task yang mempunyai probability of failure (kemungkinan terjadinya kegagalan) tertinggi ke terendah adalah: 1. pemeriksaan harian 2. memarkir forklift 3. mengoperasikan forklift 4. mengemudikan forklift 5. membersihkan badan forklift 6. menggerakkan forlift Nilai probabability of failure ini juga dapat berarti seberapa besar resiko yang mungkin terjadi dari suatu task sehingga juga mempengaruhi tingkat kewaspadaan dan ketelitian dalam pengerjaannya. Evaluasi Pemerintah Indonesia telah membuat peraturan-peraturan untuk pengoperasian forklift. Peraturan-peraturan tersebut adalah: 1. Permenaker no. 05 tahun 1985 mengenai pesawat angkat dan angkut. Pada Permenaker ini disebutkan bahwa: a. Forklift, yang merupakan salah satu pesawat angkutan di atas landasan dengan motor bakar, harus dijalankan dengan aman sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan. b. Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus: 1) Dikontruksi cukup kuat dan rata dengan memperhatikan kecepatan, jenis roda dan ban yang digunakan 2) Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang terjal, jalan yang bebas dan pelataran yang rendah 3) Mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi di sepanjang jalan. c. Forklift harus dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan dan peringatan yang efektif A-23-4

5 d. Forklift harus dilengkapi dengan atap pelindung operator dan bagian yang bergerak atau berputar diberi tutup pengaman. e. Dalam keadaan jalan garpu harus berjarak setinggi-tingginya 15 cm dari permukaan jalan. f. Bila mengendarai forklift dibelakang kendaraan lain harus berjarak sekurangkurangnya 10 meter dari belakang kendaraan depannya. g. Dilarang menggunakan forklift untuk tujuan lain selain untuk mengangkat, mengangkut dan menumpuk barang. 2. Permenaker no 09 tahun 2010 mengenai Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut. Forklift yang digunakan berkapasitas 2.5 ton. Pada lampiran Permenaker ini disebutkan bahwa forklift dengan beban 15 ton, harus dioperasikan oleh 1 orang operator kelas II. 3. SNI mengenai demarkasi di lorong, jalan lintas, daerah bebas rintangan, dan tempat penyimpangan barang. SNI ini yang akan digunakan sebagai dasar untuk perancangan ulang jalur forklift dan jalur pejalan kaki. 4. Permenaker no. 08 tahun 2010 mengenai Alat Pelindung Diri (APD). Pada Permenaker ini disebutkan bahwa: a. APD digunakan untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. b. Pengusaha wajib menyediakan APD di tempat kerja secara cuma-cuma. APD yang diberikan kepada pekerja harus berstandar SNI (Standar Nasional Indonesia) yang berlaku. APD yang diberikan juga harus disesuaikan dengan jenis dari potensi bahaya dan resiko dan tidak melupakan dari segi kenyamanan penggunaan. Permenaker ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan APD yang sesuai untuk operator forklift. APD yang seharusnya disediakan adalah : 1) Alat pelindung kepala yang berupa helm. 2) Alat pelindung mata dan muka yang berupa safety glasses dan masker. 3) Alat pelindung telinga berupa earplug (sumbat telinga). 4) Alat pelindung kaki atau biasa disebut safety shoes. 5) Pakaian pelindung yang berwarna terang (visible). 6) Rompi pengaman digunakan jika warna baju yang digunakan kurang terang dan sulit untuk dilihat. 7) Jas hujan digunakan ketika hujan dan warnanya harus terang dan dapat dilihat dengan mudah. Selain mengikuti peraturan pemerintah, perusahaan juga harus mempunyai standar operasional prosedur (SOP) dan work instruction (WI). Ini berguna untuk menunjukkan bagaimana tata cara bekerja yang benar. Program penggairahan juga perlu untuk diberikan. Program ini berupa pemberian hadiah jika mencapai suatu prestasi dan memberikan hukuman (sanksi) saat melakukan pelanggaran. Program ini biasa disebut Reward and Punishment Program. A-23-5

6 KESIMPULAN Dari hasil penelitian faktor-faktor yang berpengaruh pada tindakan tidak aman, dapat disimpulkan bahwa: 1. Shift kerja berpengaruh pada tindakan tidak aman. Dimana frekuensi tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja pada shift pagi ( paling banyak daripada shift siang ( ) dan shift malam ( ). 2. Faktor-faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap tindakan tidak aman pada shift pagi ( ) yaitu faktor pengalaman kerja. Sedangkan pada shift siang ( ) yaitu faktor jumlah anak. Dan shift malam ( ), faktor yang berpengaruh yaitu faktor pelanggaran. Faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh positif terhadap tindakan tidak aman. Metode yang dapat digunakan untuk menganalisa resiko dari sisi pekerja adalah menggunakan metode Human Reliability Analysis (HRA). Dari hasil Human Reliability Analysis (HRA), dapat disimpulkan bahwa: Urutan task yang mempunyai resiko paling besar untuk melakukan tindakan tidak aman adalah pemeriksaan harian, memarkir forklift, mengoperasikan forklift, mengemudikan forklift, membersihkan badan forklift, dan menggerakkan forklift. DAFTAR PUSTAKA Anwar, M.I, M.Pd Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Penerbit Alfabeta Departemen Tenaga kerja, Ditjen Binawas, Dit. PNKK, Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Himpunan Peraturan Heinrich, H.W Industrial Accident Prevention. New York : McGraw-Hill Book Company Kirwan, B. (1994) A Guide to Practical Human Reliability Assessment. CPC Press Munandar, A.S Psikologi Industri dan Organisasi. Tangerang : Penerbit Universitas Indonesia Nisa, T.A Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Tindakan Tidak Aman (Study Kasus : Pekerja pada Bengkel Assembly, Divisi Kapal Niaga, PT. PAL Indonesia (Persero) Surabaya). Surabaya Reason,J Human Error. New York : Cambridge University Press Rustini, I Hand Out Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Surabaya: Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Santoso, S Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Suma mur Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV. Haji Masagung A-23-6