Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan Erik Adi Gunawan 2
|
|
- Leony Farida Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI PERILAKU TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACT) DAN KONDISI TIDAK AMAN (UNSAFE CONDITION) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG RUKO BERTINGKAT DI PALANGKA RAYA (058K) Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan Erik Adi Gunawan 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Palangka Raya Jl.Yos Sudarso Kompl Tunjung Nyaho Palangka Raya subrata_aditama@yahoo.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Laboratorium Komputasi Sipil UNPAR, Jl.Yos Sudarso Palangka Raya ABSTRAK Kecelakaan kerja pada suatu proyek konstruksi sering terjadi. Pada umumnya, kecelakaan kerja diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Berdasarkan statistik di Indonesia yang mengacu pada tulisan Silalahi (1995), 80% kecelakaan diakibatkan oleh tindakan tidak aman (Unsafe Act) dan 20% oleh kondisi tidak aman (Unsafe Condition), sedangkan di Amerika, 85% kecelakaan diakibatkan oleh tindakan tidak aman (Unsafe Act) dan 15% oleh kondisi tidak aman (Unsafe Condition) (Clough and Sears, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsafe act index dan unsafe condition index yang menentukan tingkat keamanan kondisi lapangan proyek. Penelitian ini juga menghasilkan jenis tindakan tidak aman yang sering dilakukan oleh para pekerja serta kondisi tidak aman yang ada pada suatu proyek. Data penelitian ini didapatkan dari observasi pada proyek pembangunan gedung ruko bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali, Kota Palangka Raya. Hasil analisa menunjukkan bahwa unsafe act index untuk alat pelindung diri (APD) adalah sebesar 98,4%, unsafe act index tingkah laku (TL) sebesar 62,1% dan unsafe condition sebesar 66,1%. Tindakan tidak aman yang paling banyak dilakukan oleh para pekerja untuk alat pelindung diri (APD) adalah dalam hal penggunaan helm selama proyek berlangsung, sedangkan untuk unsafe act tingkah laku (TL) yang paling sering dilakukan oleh para pekerja adalah memanjat. Jenis kondisi tidak aman (unsafe condition) yang sering membahayakan para pekerja adalah house keeping yang tidak baik, tidak adanya peringatan perlindungan terhadap kecelakaan, serta konstruksi tangga yang buruk selama proyek berlangsung. Kata kunci: kecelakaan kerja, gedung ruko bertingkat, konstruksi, tindakan tidak aman, kondisi tidak aman, unsafe act index, unsafe condition index. 1. PENDAHULUAN Pada saat ini penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap pekerjaan konstruksi merupakan suatu keharusan bagi perusahaan jika ingin tetap bersaing. Hal ini menjadi sangat penting mengingat bahwa nyawa manusia merupakan suatu hal yang sangat berharga. Tetapi pada kenyataannya masih banyak dijumpai perusahaan kontraktor yang kurang memperhatikan keselamatan kerja karyawan maupun pekerjanya. Saat ini, pembangunan gedung ruko bertingkat yang ada di Jl. Rajawali kota Palangka Raya termasuk yang paling pesat. Namun, kontraktor yang mendapat proyek pembangunan gedung ruko bertingkat ini seringkali lalai dalam memperhatikan dan mengawasi pekerjaan para pekerja dan karyawannya sehingga mereka sering kali tidak memperhatikan keselamatannya sendiri karena hampir keseluruhan kecelakaan ini disebabkan oleh banyaknya Unsafe Act (tindakan tidak aman) yang dilakukan oleh para pekerja dan karyawan dalam proses kegiatan konstruksi. Hal ini tidak dapat diabaikan mengingat bahwa unsafe act memegang pengaruh yang besar terhadap kecelakaan kerja dibandingkan Unsafe Condition. Walaupun nilai persentase terlihat lebih besar untuk Unsafe Act, bukan berarti Unsafe Condition tidak diperhitungkan. Tetapi justru kedua hal tersebut saling terkait, terutama saat kondisi tidak aman maka akan terjadi tindakan tidak anam. Menyadari betapa pentingnya peninjauan terhadap tindakan tidak aman (Unsafe Act) terhadap kondisi tidak aman (Unsafe Condition) pada proyek konstruksi dewasa ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman terhadap para pekerja yang berada di lapangan Tujuan dari penelitian ini adalah mencari Unsafe Act Index dan Unsafe Condition Index secara total pada suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya serta Menentukan jenis tindakan tidak aman (Unsafe Act) dan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) yang sering dilakukan oleh para pekerja pada suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 K - 67
2 2. METODOLOGI PENELITIAN Kawasan Penelitian dan Waktu Penelitian Kawasan penelitian berada padaa Jl. Rajawali Kota Palangka Raya. Waktu penelitiann dilakukan selama tiga bulan dengan pengumpulan data dilakukan pada gedung ruko bertingkat yang memenuhi persyaratan. Pengamatan kalibrasi dilakukan pada tanggal 10 Januari 2012 s.d 5 April Berikut Gambar Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data Data yang diperoleh adalah dataa dari pengamatan di lapangan dengan lokasi penelitian di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya pada bangunan gedungg ruko bertingkat yang sedang dibangun. Data yang dianalisis adalah data Unsafe Act dan Unsafe Condition yang ada di lokasi proyek selama penelitian berlangsung dengan cara mengisi form pengambilan data sesuai dengan observed item. Observed Item yang maksud di sini adalah semua jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah laku) dan Unsafe Condition yang akan ditelititi di lapangan. Tidak semua jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah laku) dan Unsafe Condition yang tersebut akan digunakan sebagai Observed Item melainkann jenis-jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah laku) dan Unsafe Condition yang sering terjadi dan secara objektif dapat dilihat oleh peneliti. Di bawah ini Observed Iteim yang akan digunakan dalam form pengambilan data: Unsafe Act Alat Pelindung Diri Tidak menggunakan atribut perlindungan diri atau menggunakan peralatan yang tidak layak pakai, yaitu: 1. Tidak memakai helm. 2. Tidak memakai sarung tangan. 3. Tidak memakai sepatu boot. Unsafe Act Tingkah Laku Tingkah Laku pekerja di lapangan 1. Melempar. 2. Melompat. 3. Memanjat. 4. Berlari. 5. Merokok. 6. Bergurau. 7. Berdiri. Gambar 1. Lokasi Penelitian yang berbahaya, yaitu: Unsafe Condition 1. House keeping a. Jalan akses yang tidak bersih dan tidak rata. b. Daerah pekerjaan / lantai kerja banyak sampah, sehingga jalannya pekerjaan terhambat. 2. Elektrikal dan Pencahayaan a. Kabel yang terkelupas / terbuka dan terpotong. b. Tidak adanya lampu / penerangan pada area proyek yang gelap. c. Peralatan listrik dalam kondisi yang tidak baik. 3. Scaffolding dan Tangga. a. Pemasangan tangga yang tidak aman (dalam hal sudut kemiringan dan ikatan tangga). b. Scaffolding tidak dibracing dengan baik dan tidak diikat dengan benar. 4. Perlindungan terhadap kecelakaan a. Tidak adanya tanda peringatan dan perlindungan di area bangunan. b. Tidak adanya tanda peringatan penggunaan alat pelindung diri. c. Adanya material pada bangunan yang berbahaya K - 68 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
3 Analisis Data Dari hasil form pengambilan data yang sudah didata peneliti, maka nilai dari Unsafe Act Index untuk alat pelindung diri dan tingkah laku dapat diambil persentase tiap minggunya selama masa penelitian sehingga dapat dibuat diagram hubungan Unsafe Act Index dengan waktu yang bersangkutan (minggu). Selain itu dikumpulkan juga data-data dari perhitungan form pengambilan data alat pelindung diri dan tingkah laku untuk Unsafe Act. Form pengambilan data yang nantinya dibuatkan dalam bentuk tabel perhitungan dan diagram dalam bentuk persentase sehingga dapat dibandingkan secara keseluruhan dari setiap jenis Unsafe Act yang diteliti, jenis apa yang paling sering dilakukan kemudian masih dipecah lagi menjadi subkategori. Contoh dari alat pelindung diri tersebut yaitu persentase antara helm, boot, dan sarung tangan sendiri untuk tiap minggunya maupun secara total dapat dibandingkan. Untuk Unsafe Condition Index, peneliti membandingkan nilai Unsafe Condition Index dengan waktu penelitian (minggu). Selain itu Unsafe Condition dapat dipecah lagi menjadi subkategori, sehingga dalam Unsafe Condition dapat membandingkan tiap jenis kondisi setiap minggunya. Safe / Unsafe Index Setelah Observed Item ditentukan, maka penelitian akan dilakukan dengan mengisi kolom penilaian Safe / Unsafe yang kemudian setiap kolom akan dijumlahkan sesuai dengan data yang diisi kemudian dicantumkan dengan kolom total. Setelah per kategori ditotal maka keseluruhan total Safe dan Unsafe akan di subtotal yang kemudian akan digunakan sebagai variabel dalam perhitungan Unsafe Act Index. Unsafe Act Index adalah suatu Index pendekatan yang digunakan untuk menghitung sampel dari total pekerja pada suatu proyek di mana total Unsafe Act dibagi dengan total Unsafe Act ditambah dengan total Safe Act yang hasilnya dikali dengan 100% sehingga didapat persentasi yang bervariasi antara 0 100%. Singkatnya, jika Index observasi didapat 60% artinyaa 60 dari 100 unit observasi telah melakukan tindakan tidak aman (Unsafe Act). Tidak jauh beda dengan Unsafe Act, Unsafe Condition juga dapat menghasilkann sebuah Index pendekatan terhadap nilai safety-nya karena prinsip pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara dan metode yang sama. Penelitian Unsafe Condition ini mendata jumlah Unsafe Condition yang ada di lapangan / suatu area tertentu dengan memperhitungkan adanya Safe Condition yang terdapat di daerah tersebut. Data Unsafe Condition yang tercatat tersebut, kemudian dioleh dengan metode yang sama dari Unsafe Act, yaitu dengan menggunakan metode Unsafe Condition Index, sehingga menghasilkan nilai Index. Dari nilai Index ini, baru dapat diketahui daerah mana yang memiliki kadar bahaya untuk suatu kondisi proyek. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2. Rumus Unsafe Act Index dan Unsafe Condition Index Proyek ini secara garis besar terdapat 3 jenis pekerjaan yaitu pekerjaan pembesian, pekerjaan formwork dan pekerjaan dinding. Sedangkan pekerjaan mengecor beton dimasukkan ke dalam pekerjaan pembesian dan pekerjaan scaffolding dimasukkan ke dalam pekerjaan formwork. Data observasi selama masa penelitian tersebut dapat dilihat dalam rekapitulasi data selama penelitian. Jumlah data observasi dapat dilihat pada Tabel 1. No Tabel 1 Jumlah Data Observasi Total Jenis Safe Unsafe Total Alat Pelindung Diri Tingkah Laku Kondisi Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 K - 69
4 Unsafe Act Index Alat Pelindung Diri (APD) Total Setelah dilakukan penelitian pada suatu proyek, didapatkan data Unsafe Act Index untuk alat pelindung diri 98,4% dan safe Act Index untuk alat pelindung diri sebesar 1,6%. peneliti juga menampilkan persentase perbandingan Unsafe Index dan Safe Act Index alat pelindung diri berdasarkan pekerjaan yang terbagi menjadi 3 (tiga) pekerjaan. Jumlah data observasi alat pelindung diri dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Jumlah Data Observasi Alat Pelindung Diri No Jenis Safe (%) Unsafe (%) Total (%) 1. APD Pembesian 0 (0%) 444 (100%) 444 (100%) 2. APD Formwork 13 (2,7%) 461 (97,3%) 474 (100%) 3. APD Dinding 2 (5,1%) 37 (94,9%) 39 (100%) 4. Alat Pelindung Diri (Total) 15 (1,6%) 942 (98,4%) 957 (100%) Nilai persentase untuk unsafe act alat pelindung diri (APD) mempunyai nilai yang sangat tinggi yaitu 95% - 100%. Dari nilai unsafe act yang yang dihasilkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proyek tersebut tergolong rendah untuk alat pelindung diri. Unsafe Act Index Tingkah Laku Total Setelah data diolah lebih lanjut maka didapat nilai Unsafe Act Index tingkah laku sebesar 62,1% di mana nilai tersebut masih lebih tinggi dibandingkan safe Act Index tingkah laku yang bernilai 37,9% saja. Untuk Unsafe Act Index tingkah laku juga dihasilkan persentase tiap pekerjaan yang terbagi menjadi tiga pekerjaan. Jumlah data observasi tingkah laku dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 3 Jumlah Data Observasi Tingkah Laku No. Jenis Safe (%) Unsafe (%) Total (%) 1. TL Pembesian 233 (42,4%) 316 (57,6%) 549 (100%) 2. TL Formwork 181 (33,2%) 364 (66,8%) 545 (100%) 3. TL Dinding 13 (61,9%) 8 (38,1%) 21 (100%) 4. TL (Total) 427 (37,9%) 701 (62,1%) 1128 (100%) Berdasarkan dari hasil di atas, secara total maupun dibagi menurut pekerjaan nilai persentase untuk unsafe act tingkah laku mempunyai nilai yang relatif lebih bervariasi yang berkisar 33% - 67%. Dari nilai unsafe act yang dihasilkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proyek tersebut masih tergolong tidak baik untuk aktivitas tingkah laku pekerja di lapangan. Unsafe Condition Index Total Unsafe Condition Index adalah indeks kondisi tidak aman yang ada pada suatu proyek, di mana indeks yang terjadi antara 0% - 100% dan semakin besar indeks maka semakin banyak kondisi tidak aman yang terjadi pada proyek tersebut. Di mana dalam penelitian ini indeks kondisi tidak aman diteliti berdasarkan 4 faktor yang mempengaruhi kondisi tidak aman. Penelitian terhadap kondisi pada proyek pembagunan gedung ruko bertingkat telah dilakukan. Peneliti mengumpulkan data sebanyak 663 data sehingga indeks kondisi tidak aman setelah data diolah mempunyai nilai persentase sebesar 66,1% dan indeks kondisi aman sebesar 33,9%. Di mana nilai indeks kondisi tidak aman lebih tinggi daripada indeks kondisi aman itu sendiri. Jumlah data dan persentase untuk tiap point pengamatan kondisi tidak aman dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Persentase Unsafe Condition No Jenis Kondisi Jumlah Persentase 1 Unsafe House Keeping ,7% 2 Unsafe Elektrikal dan Pencahayaan 52 7,8% 3 Unsafe Scaffold dan Tangga % 4 Unsafe Perlindungan Terhadap Kecelakaan 90 13,6% 5 Safe Condition ,9% 6 Total % K - 70 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
5 4. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Unsafe Act dalam proyek pembangunan gedung ruko bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya, didapat bahwa alat pelindung diri (APD) memiliki Unsafe Act Index sebesar 98,4%. Berbeda dengan Unsafe Act tingkah laku yang menghasilkan Unsafe Act Index sebesar 62,1%. Sedangkan untuk Unsafe Condition Index sebesar 66,1%. Dari kedua pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peluang kecelakaan kerja lebih dipengaruhi oleh faktor Unsafe Act daripada Unsafe Condition. Hal ini membuktikan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Unsafe Act berpengaruh lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja daripada Unsafe Condition. Jenis tindakan tidak aman (Unsafe Act) yang sering dilakukan oleh para pekerja dalam proyek pembangunan gedung ruko bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya, didapat bahwa untuk Unsafe Act alat pelindung diri (APD) para pekerja untuk penggunaan helm sebesar 100%, penggunakan sepatu boot dan sarung tangan hanya digunakan pada saat-saat tertentu seperti pada saat pelaksanaan proses pengecoran. Sedangkan untuk Unsafe Act tingkah laku yang paling sering dilakukan oleh para pekerja adalah memanjat. Jenis kondisi tidak aman (Unsafe Condition) pada suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya yang sering membahayakan para pekerja adalah house keeping yang tidak baik, tidak adanya peringatan perlindungan terhadap kecelakaan, serta konstruksi tangga yang buruk selama proyek berlangsung. 5. SARAN Pihak kontraktor harus lebih tegas dalam penerapkan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terutama dalam poin alat pelindung diri (APD) dan tingkah laku pekerja yang bekerja/berada di lokasi proyek. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi salah satu cara agar program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat diaplikasikan dalam proyek dengan baik. Faktor house keeping, tangga dan perlindungan terhadap kecelakaan menjadi poin yang harus digarisbawahi untuk menciptakan kondisi yang aman bagi para pekerja maupun masyarakat yang berada di sekitar bangunan. Hal ini dapat diatasi dengan penerapan manajemen yang tepat, baik internal maupun eksternal dalam aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) selama pelaksanaan proyek. Hasil Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penelitian berikutnya dengan menambahkan kuesioner kepada para pekerja untuk mengetahui penyebab akan kurangnya kesadaran dalam penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang lebih spesifik. DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari., (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung. Hinze. (1997), Construction safety. Gainesville: University of Florida. Holt, A. (2006), Principles of construction safety. UK: Blackwell Science Ltd. Nunnally. 1998, Construction methods and management. Ohio: Prentice Hall. Oshman.(2009), Workplace injury glossary, Retrieved March 2, 2009 from : Silalahi, B. (1995), Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: PPM. Simanjuntak, P.J. (1994), Manajemen keselamatan kerja. Jakarta: Himpunan Pembina Sumber Daya Manusia Indonesia (HIPSMI). Work Cover New South Wales. (2001), Safety meter positive performance measurement tools, Retrieved February 22, 2009 from: Readings/gen safetymeter 977.pdf. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 K - 71
BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko kecelakaan kerja. Lingkungan kerja ada beberapa macam, salah satunya ialah industri mebel yang merupakan
Lebih terperinciKECELAKAAN KERJA DAN ANALISIS PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN GALIAN TANAH PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
KECELAKAAN KERJA DAN ANALISIS PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN GALIAN TANAH PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Yonathan 1, Andreas 2 dan Andi 3 ABSTRAK : Dari permasalahan pekerjaan galian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun dari hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan : 1. Dari data perbandingan lima proyek konstruksi gedung yang terbaik dalam melakukan
Lebih terperinciEVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3
EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN Patricia 1, David 2 and Andi 3 ABSTRAK : Perkembangan dunia properti menimbulkan berbagai
Lebih terperinciPANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA
PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Johanes Jiman¹, Eka Pramudita², Andi³ ABSTRAK : Konstruksi merupakan salah satu industri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apa itu Keselamatan Konstruksi? Keselamatan Konstruksi adalah Kegiatan yang dilakukan untuk melindungi pekerja dan orangorang yang ada di tempat kerja, masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketua umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan program pemerintah yang lahir dari keprihatinan karena banyaknya kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Kuesioner 4.1.1 Kuesioner Pakar Butir kuesioner yang digunakan diambil berdasarkan studi literatur terdahulu. Sebelum kuesioner diberikan ke responden, maka kuesioner
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Untuk mendapat data di dalam penelitian ini digunakan teknik pengamatan langsung, wawancara dan meminta data data dari proyek. Tolok ukur dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri pada umumnya memiliki tujuan utama pada kualitas produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah peningkatan kualitas suatu
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (04) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) D-3 Analisis Tata Letak Fasilitas Proyek Menggunakan Activity Relationship Chart dan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja
Lebih terperinciMONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA
MONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA Agnes Maria Wijaya 1, Ayu Wirastuti 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita 4 ABSTRAK
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di industri menuntut penerapan teknologi maju dan penggunaan mesin mesin pengganti tenaga manusia yang memberikan kemudahan dalam proses produksi
Lebih terperinciPelaksanaan Pekerjaan Balok Dan Plat Lantai Pada Gedung 2 Lantai 5 Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan
Pelaksanaan Pekerjaan Balok Dan Plat Lantai Pada Gedung 2 Lantai 5 Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan Nama : Bias Cahya Islami NPM : 21312452 Dosen Pembimbing : Remigius Hari S, ST.,M.Ars Latar
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM MANAJEMEN K3 TERHADAP METODE PEMANCANGAN JACK-IN PILE
EVALUASI SISTEM MANAJEMEN K3 TERHADAP METODE PEMANCANGAN JACK-IN PILE Filbert 1, Garry 2, Sugie 3, Jonathan 4 ABSTRAK : Pekerjaan Pekerjaan pondasi menggunakan metode jack-in pile sering kali menjadi pilihan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses pengelolaannya
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (Juli, 2014) ISSN: ( Print)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (Juli, 04) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Analisis Tata Letak Fasilitas Proyek Menggunakan Activity Relationship Chart dan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan
Lebih terperinciSL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah
No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE
Lebih terperinciANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K)
ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K) Farida Rahmawati 1 dan Diana Wahyu Hayati 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN MASALAH
Proyek Apartemen Nine Residence BAB VII PEMBAHASAN MASALAH Dalam suatu proyek tentu terdapat kendala dalam hal proses pembangunannya. Dan permasalahan yang terjadi dalam suatu proyek tentu ada solusi dan
Lebih terperinciVARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)
VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K) Yervi Hesna 1, Radhi Alfalah 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )
ANALISA DAN PENGUKURAN POTENSI RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE APMM (ACCIDENT POTENTIAL MEASUREMENT METHOD) PADA PROYEK PEMBANGUNAN DORMITORY 5 LANTAI AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN DAN PENERBANGAN
Lebih terperinciBAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai
BAB VII MANAJEMEN RESIKO 7.1 Pendahuluan Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai permasalahan.namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus dicari jalan keluarnya.segala sesuatu
Lebih terperincipada tabel 6.1 tentang penyebab kecelakaan akibat tidakan tidak aman ( Unsafe
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Penyebab Kecelakaan Berdasarkan daftar pertanyaan yang telah diajukan maka penyebab kecelakaan dari 18 kali kejadian kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek Pembangunan Sport Center
Lebih terperinciAbstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GUNAWANGSA MERR APARTMENT (RISK ANALYSIS OF SAFETY AND EALT OCCUPATION AT GUNAWANGSA MERR APARTMENT) Enny A Muslim, Anik Ratnaningsih, Sri
Lebih terperinciOptimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-22 Optimasi Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya Handi Destianno Adhika
Lebih terperinciANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING: STUDI KASUS PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING: STUDI KASUS PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 Derian Asher Prasetyo 1, Anthony 2, Herry Pintardi Chandra 3, dan Soehendro Ratnawidjaja 4 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya merupakan situasi yang berpotensi menimbulkan cidera atau kerusakan pada manusia, bahaya sangat alamiah dan melekat pada zat, sistem atau peralatan. (1), sedangkan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang terdapat pada Laboratorium 1 IT, Laboratorium 2 IT, dan Laboratorium 3 IT, ternyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Dalam dunia konstruksi, perkembangan IPTEK menunjukkan kemajuan
Lebih terperinciBAB I STANDAR KOMPETENSI
BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Kode Unit : 1.2 Judl Unit : Melaksanakan Peraturan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan Ketentuan Mutu 1.3 Deskripsi Unit : Unit ini menggambarkan ruang lingkup pengetahuan,
Lebih terperinciKETERKAITAN KUANTITAS PEKERJAAN DENGAN DURASI DAN TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
KETERKAITAN KUANTITAS PEKERJAAN DENGAN DURASI DAN TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI Phillip Wijaya 1, Susanto Leman 2, Budiman Proboyo 3, Indriani Santoso 4 ABSTRAK : Dalam
Lebih terperinciCARA PENDEKATAN PERHITUNGAN KUANTITAS PEMBESIAN PADA KOLOM STRUKTUR BETON BERTULANG
CARA PENDEKATAN PERHITUNGAN KUANTITAS PEMBESIAN PADA KOLOM STRUKTUR BETON BERTULANG David Christiando Angir 1, Daniel Erwin Ekajaya 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 ABSTRAK : Estimasi khususnya
Lebih terperinciInformed Consent. Pesetujuan menjadi Responden
Informed Consent Pesetujuan menjadi Responden Selamat Pagi/Siang/Sore Perkenalkan nama saya Rian Krisna Pratiwi mahasiswi S1 Kesehatan Masyarakat, Jurusan K3, Universitas Esa Unggul, saya bermaksud melakukan
Lebih terperinciMODEL PENGUKURAN TINGKAT KESELAMATAN KERJA PENGGUNAAN TOWER CRANE. KATA KUNCI: tower crane, keselamatan kerja, model pengukuran
MODEL PENGUKURAN TINGKAT KESELAMATAN KERJA PENGGUNAAN TOWER CRANE Michelle Kwan 1, Irvan Anggrawan 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK: Tower crane sering digunakan sebagai alat pemindah material secara
Lebih terperinciANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI
ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI F. Simhanandi 1, W. Budiharjo 2, Andi 3 ABSTRAK : Dalam setiap proyek konstruksi selalu
Lebih terperinciSTUDI TENTANG HARGA SATUAN UPAH PADA PROYEK KONSTRUKSI
STUDI TENTANG HARGA SATUAN UPAH PADA PROYEK KONSTRUKSI Daniel Kusnanto 1, Aditya Ronald Dohar 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 ABSTRAK :Upah merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan
Lebih terperinciMateri Pelatihan Bekerja di Ketinggian
Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas
Lebih terperinciSelamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1
Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian
Lebih terperinciSTUDI TENTANG UPAH DAN UPAH LEMBUR TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
STUDI TENTANG UPAH DAN UPAH LEMBUR TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI Willy Frederick Kurniawan 1, Liong Wandy Lionardy 2, Budiman Proboyo 3, Indriani Santoso 4 ABSTRAK : Pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek merupakan gabungan dari sumber daya manusia, material, peralatan, dan modal dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan (Husen,
Lebih terperinciTANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA
TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA 1. Kecelakaan kerja a. Bagaimana cara mengetahui gambaran jumlah unsafe action dan unsafe condition penyebab kecelakaan kerja? b. Apa yang anda lakukan apabila terjadi kecelakaan
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Atlet) Kemayoran Blok D10-3 yang dijalankan oleh Kontraktor WIKA-CAKRA KSO sangatlah
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Tinjauan Umum Setelah melaksanakan kegiatan Kerja Praktik selama dua bulan yaitu mulai dari 15 Agustus sampai dengan 15 Oktober 2016 di Proyek Pembangunan Rumah Susun
Lebih terperinciEvaluasi dan Perbaikan pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior pada Pekerja. (Studi Kasus : PT.
Evaluasi dan Perbaikan pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior pada Pekerja (Studi Kasus : PT.DPS) Danis Maulana 2507.100.101 Dosen Pembimbing Ir.Sritomo
Lebih terperinciKONSTRUKSI PONDASI TAPAK DAN SLOOF PADA STRUKTUR BAWAH RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI (171S)
KONSTRUKSI PONDASI TAPAK DAN SLOOF PADA STRUKTUR BAWAH RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI (171S) Sentosa Limanto 1, Johanes I. Suwono 2, Danny Wuisan 3 dan Christian Raharjo 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian mengenai pengaruh dan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap produktivitas tenaga kerja pada proyek konstruksi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta merupakan kota wisata dan kota pendidikan, d oleh sebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ang Kota Yogyakarta merupakan kota wisata dan kota pendidikan, d oleh sebab itu pembangunan di kota ini sangat pesat. Pembangunan gedung bertingkat semakin banyak, ak,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pekerja dalam penerapan peralatan K3 pada proyek konstruksi. Sesuai dengan Kesadaran Pekerja Akan Peralatan K3
40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kajian K3 pada pekerja konstruksi di Indonesia, diperoleh beberapa informasi mengenai penerapan peralatan K3 pada proyek
Lebih terperinciTAHAPAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN KOLOM BALOK DAN PLAT LANTAI PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN LAPORAN
TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN KOLOM BALOK DAN PLAT LANTAI PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan
Lebih terperinciBab 5 Analisis 5.1. Merencanakan ( plan Analisis Data Kecelakaan
Bab 5 Analisis Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasana dari hasil pengumpulan dan pengolahan data terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya yaitu analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proyek yang berhasil adalah penggunaan biaya yang efisien. Material adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu parameter yang digunakan dalam upaya melaksanakan sebuah proyek yang berhasil adalah penggunaan biaya yang efisien. Material adalah salah satu komponen
Lebih terperinciKata kunci : bekisting Table Form System, zoning, siklus, biaya, waktu
ANALISIS PERBANDINGAN ZONING DAN SIKLUS BEKISTING TABLE FORM SYSTEM PADA PROYEK PEMBANGUNAN PRIMA ORCHARD APARTEMENT Anggraeni Utami, Budi Santosa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mercu
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA INSPEKSI K3
LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA INSPEKSI K3 DISUSUN OLEH : 1. DENA SHOUM MELLIAN (021500426) 2. KHOLISA ROHMATUN NIKMAH (021500438) 3. RAFA RUMAISHA RUBAWAN A (021500450) PRODI JURUSAN
Lebih terperinciAPPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI
APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI Hendra Kwandoko 1, Chaisen Nawir 2, Budiman Proboyo 3, dan Indriani Santoso 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari sumber-sumber potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Ditempat kerja, tenaga kerja kemungkinan
Lebih terperinciPT.AMAN BERKAH SEJAHTERA
JSA Worksheet Form PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA No DESKRIPSI PEKERJAAN POTENSIAL BAHAYA MITIGASI si Penangkal Petir Menggunakan sarung tangan kain dan APD wajib lainnya seperti Safety Helmet,Safety Shoes,
Lebih terperinciKEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Laporan Kemajuan Proyek Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU
Journal Industrial Manufacturing Vol. 2, No. 2, Juli 2017, pp.70-76 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan atau K3L masih menjadi sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan atau K3L masih menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat umum. Jangankan bagi orang awam, bagi professional dan
Lebih terperinciPENGARUH RESOURCE LEVELING TERHADAP ALOKASI TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI
PENGARUH RESOURCE LEVELING TERHADAP ALOKASI TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI Rudi Waluyo dan Subrata Aditama Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, Palangka Raya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, pandangan terhadap posisi sumber daya manusia di perusahaan atau organisasi sudah mulai mengalami perubahan. Tanggapan bahwa sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk
kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN EVALUASI KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN PEMANCANGAN PADA PROYEK X DI SURABAYA
PERENCANAAN DAN EVALUASI KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN PEMANCANGAN PADA PROYEK X DI SURABAYA Billy Susilo 1, Jessica Adelia 2 dan Andi 3 ABSTRAK : Pondasi adalah salah satu bagian struktur yang paling penting.
Lebih terperinciBAB VI PENGENDALIAN PROYEK
BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Tinjauan Umum Pengendalian dan pengawasan proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara suatu rencana dengan
Lebih terperinciOptimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-114 Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan tanah atau yang sering disebut konsolidasi merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, terutama di kota kota besar seperti
Lebih terperinciPENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA
PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA Nama : Asep Dian Heryadiana Nrp : 0221109 Pembimbing : Maksum Tanubrata,Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke - 18 dan awal abad ke-19, industri mulai berkembang ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri yang pesat tidak hanya ditandai dengan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan. Namun, penggunaan teknologi dan material yang berbahaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal. Banyak pekerja konstruksi yang mengalami kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
Lebih terperinciKAJIAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN BETON DAN BATA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 KAJIAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN BETON DAN BATA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG Dewi Yustiarini Program Studi Pendidikan Teknik
Lebih terperinciDIPLOMA III TEKNIK SIPIL - FTSP STEFANUS HENDY L DIANA WAHYU HAYATI DISUSUN OLEH : DOSEN PEMBIMBING :
PERENCANAAN PROGRAM PENGENDALIAN WAKTU, BIAYA, MUTU DAN CONSTRUCTION SAFETY PADA PEMBANGUNAN PROYEK THE MILLENIUM BUILDING SD MUHAMMADIYAH 4 PUCANG SURABAYA DISUSUN OLEH : STEFANUS HENDY L. 3108.030.031
Lebih terperinciEVALUASI PRODUKTIVITAS KERJA STRUKTUR KOLOM, BALOK, DAN PLAT DI PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6
EVALUASI PRODUKTIVITAS KERJA STRUKTUR KOLOM, BALOK, DAN PLAT DI PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 Benaya A. S. Turangan, Andrew D. Saputra 2, Sentosa Limanto 3, Yusuf D. E. Wicaksono 4 ABSTRAK: Berkembangnya zaman
Lebih terperinciBAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan
Lebih terperinciUSULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK
USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG Mega Tristanto Nrp : 0621037 Pembimbing : Maksum Tanubrata,
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR
Lebih terperinciPERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN
PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN Stanislaus Tjahjadi 1, Yonathan Hans Christian 2 dan Ratna Setiawardani Alifen 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19, industri mulai berkembang ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia konstruksi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia
Lebih terperinciABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 3 1.3 Tujuan Studi...
Lebih terperinciPROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI Laurensia Nadia 1, Cindy Aristia 2, Indriani Santoso 3, and Budiman Proboyo
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan Kerja Menurut modul dasar-dasar K3 tahun 2005, Keselamatan kerja adalah suatu ilmu dan teknologi yang terdiri dari metode-metode yang diterapkan dengan tujuan mencapai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terjadinya tindakan tidak aman (unsafe act) di kalangan para pekerja konstruksi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan analisis faktor penyebab terjadinya tindakan tidak aman (unsafe act) di kalangan para pekerja konstruksi serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi merupakan keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,
Lebih terperinciSeminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:
Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Praktikum Pengelasan (Studi Kasus: di Welding Centre Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya) Retno Ningsih, Ayu Raisa Azhar, M. Puspita Adi Paripurno
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK
MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK Samsuri 1), Lusiana 2), Endang Mulyani 2) Abstrak Risiko Kecelakaan kerja adalah salah satu risiko yang
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN
LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN JL. CIKINI RAYA NO 79 JAKARTA PUSAT Disusun oleh : FEBRIANA ZIARANTIKA ( 41110010011
Lebih terperinciJOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM
JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG OLEH: Hendra Wahyu NIM. 131158003 PASCA SARJANA MAGISTER TERAPAN REKAYASA INFRASTRUKTUR POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Lebih terperinciKEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR
KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR Oleh : Muhammad Dzulfikar 1004105059 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciTINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,
BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah mempengaruhi kemajuan dunia industri dan usaha untuk sekarang ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya
Lebih terperinciBAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Menurut Setiadi dan Andi (2013), monitoring pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan kegiatan pengamatan jalannya aktivitas
Lebih terperinci