HASIL DAN PEMBAHASAN. 2 atau sekitar 3,73

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. 2 atau sekitar 3,73"

Transkripsi

1 76 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang dipilih mewakili daerah sebelah utara berupa dataran rendah yang luas dengan karakteristik daerah persawahan beririgasi teknis dan Kabupaten Cianjur dipilih untuk mewakili daerah sebelah selatan sebagai daerah pegunungan yang relatif lebih terbatas dengan karakteristik daerah persawahan beririgasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana/desa. Gambaran umum lokasi penelitian yakni Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada uraian berikut. Keadaan Umum Kabupaten Karawang Berdasarkan posisi geografis Kabupaten Karawang terletak di antara Bujur Timur dan Lintang Selatan dengan ibu kota Karawang sekitar 70 km sebelah Timur ibu kota Jakarta. Berdasarkan kondisi topografis Kabupaten Karawang sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara 0-5 meter diatas pemukaan laut (dpl). Secara administratif pemerintah Kabupaten Karawang sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Subang dan kabupaten Purwakarta, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bogor, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi seperti terlihat pada peta Kabupaten Karawang (Lampiran 1). Wilayah pemerintahan Kabupaten Karawang terbagi dalam 30 kecamatan, 297 desa dan 12 kelurahan dengan luas 1.753,27 km 2 atau sekitar 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Wilayah sebelah Utara sebagian besar tertutup dataran pantai merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh bahanbahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Kabupaten Karawang dilalui oleh sungai Citarum dan sungai Cilamaya dengan saluran irigasi besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang bersumber dari bendungan Jatiluhur. Kabupaten Karawang memiliki lahan pertanian seluas ha terdiri dari lahan sawah ha dan lahan kering ha. Produksi pertanian tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai masing-masing mencapai ton GKG

2 77 (Gabah Kering Giling), ton dan ton. Produktivitas padi mencapai rata-rata 6,4 ton per ha (BPS Kabupaten Karawang, 2008). Jumlah penduduk Kabupaten Karawang mencapai jiwa pada tahun 2006 yang terdiri dari jiwa laki-laki dan perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 1,94 persen. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Karawang Barat yakni sebesar jiwa, hal ini disebabkan karena Kecamatan Karawang Barat sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan perekonomian sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Klari yaitu sebanyak jiwa. Keadaan Umum Kabupaten Cianjur Berdasarkan posisi geografis Kabupaten Cianjur terletak di antara Bujur Timur dan Lintang Selatan atau sekitar 120 km sebelah selatan Jakarta dan sekitar 65 km sebelah utara Bandung. Berdasarkan kondisi topografis Kabupaten Cianjur sebagian besar terdiri dari pegunungan dengan ketinggian bervariasi antara m dpl (dari pemukaan laut). Secara administratif Pemerintah Kabupaten Cianjur sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi seperti terlihat pada Peta Kabupaten Cianjur (Lampiran 2). Ibukota daerah pemerintahan Kabupaten Cianjur adalah Kota Cianjur dengan wilayah pemerintahan terbagi dalam 30 kecamatan, 342 desa dan 6 kelurahan yang terdiri dari tiga wilayah pembangunan yakni wilayah Utara, tengah dan wilayah Selatan dengan luas ha yang terdiri dari lahan sawah ha dan lahan darat ha. Komoditas prioritas tanaman pangan yang paling strategis di Kabupaten Cianjur adalah padi, jagung dan kedelai. Luas sawah di Kabupeten Cianjur adalah ha yang terdiri dari irigasi teknis ha, irigasi setengah teknis ha, irigasi sederhana ha, irigasi desa ha dan tadah hujan ha. Pada tahun 2008 produksi padi di Kabupaten Cianjur mencapai ton GKG dengan luas tanam tanam ha, luas panen ha dan produktivitas rata-rata mencapai ton per ha (BPS Kabupaten Cianjur, 2008).

3 78 Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur mencapai jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 2,11 persen. Jumlah penduduk usia bekerja berumur 15 tahun ke atas adalah jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Penduduk terbanyak berada di Kota Cianjur dan Kecamatan Karangtengah yakni jiwa dan jiwa, sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Campakamulya yakni jiwa (BPS Kabupaten Cianjur, 2008). Keadaan Umum KUD di Lokasi Penelitian Pada tahun 2006 di Jawa Barat tercatat sebanyak unit koperasi, terdapat peningkatan dari tahun 2004 sebanyak unit dan unit di tahun Peranan UKM terhadap PDRB Jawa Barat mencapai 63,15 persen terdiri dari usaha kecil sebesar 41,36 persen dan usaha menengah 21,79 persen, dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 12,79 juta jiwa atau 88,28 persen dari total tenaga kerja. Secara umum KUD sebagai organisasi ekonomi petani telah tumbuh dan berkembang di Jawa Barat terutama di sentra-sentra produksi padi di pedesaan sejak tahun 80-an. Namun, sejak dikeluarkan Inpres No. 18 Tahun 1998, di mana masyarakat diberi kebebasan untuk mendirikan koperasi dan KUD tidak lagi menjadi monopoli berbagai program pemerintah seperti distribusi pupuk, benih dan pengadaan gabah mengakibatkan KUD mengalami penurunan kinerja dan kapasitas organisasi sehingga banyak KUD yang bangkrut atau hanya tinggal papan nama. Jumlah koperasi yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Karawang sebanyak 42 KUD dan nonkud yang tersebar di seluruh kecamatan dan di Kabupaten Cianjur terdapat 36 KUD dan koperasi nonkud yang tersebar di seluruh kecamatan. Kegiatan KUD pada era Orde Baru di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur memiliki peran penting dalam pengembangan usahatani atau agribisnis padi. Kegiatan utama usaha KUD secara umum meliputi pengadaan saprodi, perdagangan beras/gabah, penggilingan padi, simpan pinjam dan usaha perlistrikan. Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas dan kuantitas unit-unit usaha KUD akibat dari kebijakan pemerintah yang mencabut berbagai fasilitas usahatani

4 79 serta bantuan modal dan peralatan terutama dalam mendukung program pengadaan pangan dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional. Tingkat keaktivan KUD di lokasi penelitian di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelompok yakni: (1) KUD cukup aktif, (2) masih aktif dan (3) KUD tidak aktif. KUD cukup aktif adalah KUD yang mempunyai kegiatan berbagai usaha termasuk usaha penggilingan padi dan melakukan RAT lima tahun terakhir, KUD masih aktif adalah KUD yang masih mempunyai kegiatan usaha dan melakukan RAT lima tahun terakhir dan KUD tidak aktif adalah KUD yang tidak ada lagi kegiatan usaha dan tidak melakukan RAT lima tahun terakhir. Hasil pengamatan atas 42 KUD di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria keaktivan KUD terdapat 9 KUD cukup aktif (21,4 persen), 18 KUD masih aktif (42,9 persen) dan 15 KUD tidak aktif (35,7 persen). Kondisi KUD di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa dari 36 KUD terdapat 8 KUD cukup aktif (22,2 persen), 16 KUD masih aktif (44,5 persen) dan 12 KUD tidak aktif (33,3 persen). Kondisi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur yang semakin melemah sejak era reformasi tahun 1998 berkaitan dengan kebijakan pemerintah pusat yang mencabut berbagai fasilitas pembinaan dan bantuan terhadap KUD dan meningkatnya daya saing akibat dari globalisasi perdagangan. Namun secara umum masih ditemukan aset KUD masih tetap ada terutama terdiri dari lahan, gudang, lantai jemur dan kantor KUD walaupun terlihat tidak berfungsi optimal dan tidak terawat. Penggunaan aset KUD yang tidak produktif terutama pada KUD yang tidak aktif sudah banyak yang beralih fungsi sehingga perlu ada kebijakan pemerintah agar aset-aset tersebut tetap menjadi modal KUD sebagai milik anggota. Secara umum anggota KUD dan petani di sekitar KUD tetap mengharapkan peran dan fungsi KUD dapat ditingkatkan kembali karena tantangan dalam membangun usahatani ke arah yang lebih maju semakin tinggi terutama akibat meningkatnya peran tengkulak dan pengusaha pemilik modal besar dalam menguasai kegiatan agribisnis gabah atau beras dan saprotan di pedesaan. Akibat dari semakin menurunnya kegiatan KUD dalam penangaan usahatani sawah terutama dalam pengadaan saprodi dan perdagangan gabah telah

5 80 banyak diambil alih oleh para bandar (tengkulak) dengan mengembangkan sayapsayap (kaki tangan) ke pelosok-pelosok desa. Kondisi petani yang serba lemah yakni lemah dalam permodalan, luas pemilikan lahan yang semakin sempit, adopsi teknologi yang lambat, pola usahata tani yang subsistem dan akses komunikasi yang masih sulit menyebabkan kemandirian dan daya saing petani menjadi rendah. Dengan kondisi petani yang serba lemah sangat sulit dapat bangkit jika tidak berhimpun melalui suatu wadah yang terkait dengan kepentingan bersama mengantisipasi tumbuhnya kekukatan modal yang semakin menekan kepentingan petani. Atas dasar pemikiran tersebut dikaitkan dengan hasil wawancara di lokasi penelitian di mana sebagian besar anggota KUD menyatakan bahwa peran KUD perlu ditingkatkan kembali agar tidak semakin terjerat oleh para tengkulak dan pemodal kuat. Sehingga dapat ditekankan bahwa perlu segera menata KUD dengan paradigma baru agar dapat kembali berperan di lingkungan petani di pedesaan. Untuk kegiatan penelitian ini ditentukan masing-masing 5 KUD contoh sebagai unit analisis yakni diambil dari 9 KUD cukup aktip di Kabupaten Karawang dan dari 8 KUD cukup aktip di Kabupaten Cianjur. KUD contoh ditentukan secara berstrata atau stratified sample dengan memperhatikan penyebaran dan saran-saran dari pemerintah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Lokasi, nomor badan hukum dan kegiatan KUD contoh untuk penelitian di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Lokasi dan badan hukum KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No Nama KUD Lokasi KUD Badan Hukum contoh (Kecamatan) Kabupaten Karawang*) 1 Sri Mulya Jaryakerta No.6265/BH/KWK-10/IX/ Sumber Padi Tempuran No.5792/BH/PAD/KWK-10/XII/ Warga Bakti Telagasari No.6305/BH/PAD/KWK.10/IV/ Warga Tani Lemahabang No.6507/BH/PAD/KWK-10/XII/ Mitra Tani Jatisari No.5840/BH/PAD/KWK-10/IX/1996 Kabupaten Cianjur**) 1 Pelita Jaya Pagelaran No.5613/BH/PAD/KWK.10/X/ Betah Cibeber No.5586C/BH/PAD/KWK-10/7/ Karya Simpati Cilaku No.7435/BH/PAD/KWK/10/V/ Sari Mekar Bojongpicung No.7566/BH/PAD/KWK-10/IX/ Karya Mekar Ciranjang No.5530/BH/PAD/KWK-10/V/1996 Sumber: *) BPS Kabupaten Karawang (2008) **) BPS Kabupaten Cianjur (2008)

6 81 Dari ke lima KUD contoh, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur secara umum mempunyai jenis kegiatan yang relatif sama. Kegiatan KUD yang menonjol di Kabupaten Karawang adalah KUD Warga Bakti dengan kegiatan pengadaan pangan dan penggilingan padi besar (PBB) kerjasama dengan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum-BULOG) untuk pengadaan pangan dan dengan Super Market Giant untuk pemasaran beras berkualitas (labeling). Kegiatan lain yang mendukung pengembangan usahatani padi seperti pengadaan saprodi, simpan-pinjam terlihat semakin menurun. Kegiatan jasa kelistrikan merupakan kerjasama KUD dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan dengan rekanan PLN banyak dilakukan KUD khususnya dalam kegiatan penagihan pembayaran secara online bagi pelanggan pemakai lisrik. Ditinjau dari luas sawah pada wilayah kelima kecamatan KUD contoh di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa lahan sawah yang paling besar adalah Kecamatan Tempuran yaitu seluas ha dan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Jayakerta ha. Hampir seluruh areal sawah adalah irigasi teknis dari pengairan Jatiluhur. Potensi sawah di lokasi KUD contoh Kabupaten Cianjur yang paling besar adalah di Kecamatan Pagelaran yaitu seluas ha yang terdiri dari 585 ha irigasi teknis, ha irigasi setengah teknis, 577 ha irigasi sederhana, 500 ha irigasi desa dan ha tadah hujan. Lahan sawah yang paling sedikit adalah di Kecamatan Ciranjang seluas 585 ha dan seluruhnya irigasi teknis. Luas sawah dan penyebaran penduduk lokasi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 6. Ditinjau dari kelengkapan pengurus KUD contoh di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa seluruh personalia KUD contoh masih lengkap (4-5 orang) dengan anggota yang terdaftar masih cukup besar. Manajer dan karyawan kegiatan usaha masih terbatas yakni antara 4 hingga 7 orang kecuali KUD Warga Bakti yang mencapai 15 orang karyawan tetap dan 20 orang karyawan lepas. Pelaksanaan RAT KUD contoh sudah semakin tidak teratur kecuali KUD Warga Bakti dan KUD Sri Mulya yang masih melakukan RAT secara teratur. Sedangkan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa seluruh personalia KUD contoh masih lengkap dengan anggota yang terdaftar masih cukup besar. Manajer dan karyawan kegiatan usaha masih terbatas yakni antara 4 hingga 7 orang.

7 82 Tabel 6. Luas sawah, distribusi penduduk lokasi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No Nama KUD contoh Lokasi KUD (Kec) Luas sawah (ha) Penduduk (jiwa) Jumlah (jiwa) Kabupaten Karawang*) 1 Sri Mulya Jaryakerta Sumber Padi Tempuran Warga Bakti Telagasari Warga tani Lemahabang Mitra Tani Jatisari Kabupaten Cianjur**) 1 Pelita Jaya Pagelaran Betah Cibeber Karya Simpati Cilaku Sari Mekar Bojongpicung Karya Mekar Ciranjang Sumber: *) BPS Kabupaten Karawang (2008) **) BPS Kabupaten Cianjur (2008) Pelaksanaan RAT KUD contoh dilakukan secara teratur kecuali KUD Sari Mekar di Kecamatan Bojongpicung yang pelaksanaannya sudah tidak teratur. Keanggotaan KUD contoh pada umumnya masih terdaftar secara utuh yang berasal dari keanggotaan KUD sebagai KUD inti. Beberapa pengurus KUD sedang mengadakan proses penataan di antaranya adalah pada KUD Betah dan KUD Sari Mekar, sehingga pengurus belum dapat menentukan jumlah anggota secara pasti. Jumlah personalia kepengurusan (pengurus, pengawas, karyawan) dan anggota KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kepengururan dan jumlah anggota KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No Nama KUD Pengurus (orang) Pengawas (orang) Anggota (orang) Keterangan Kabupaten Karawang 1 Sri Mulya Berdasarkan ket pengurus KUD 2 Sumber Padi Berdasarkan ket ketua KUD 3 Warga Bakti Berdasarkan hasil RAT Warga Tani Berdasarkan hasil RAT Mitra Tani Berdasarkan ket pengurus KUD Kabupaten Cianjur 1 Pelita Jaya Berdasarkan RAT (2007) 2 Betah Berdasarkan RAT (2008) 3 Karya Simpati Berdasarkan RAT (2007) 4 Sari Mekar Berdasarkan ket. sekr KUD 5 Karya Mekar Berdasarkan RAT (2008)

8 83 Karakteristik Responden Hasil analisa data karakteristik personil KUD di Kabupaten Karawang ditinjau dari kategori umur ternyata karakteristik personil KUD sebagian besar adalah petani yang sudah berumur 41 tahun yakni berada pada kisaran 63,4-76,7 persen. Petani dengan umur 60 tahun paling tinggi terdapat pada KUD Warga Tani di Kecamatan Telagasari yakni 16,7 persen dan yang berumur 30 tahun paling tinggi terdapat pada KUD Warga tani dan KUD Mitra Tani masingmasing 6,7 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk yang berumur di bawah 30 tahun masih sedikit yang menjadi personil KUD, belum terjadi proses regenerasi di lingkungan KUD. Sebaran persentase karakteristik personal KUD secara rinci di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 8. Karakteristik responden Umur (%) Pendidikan formal (%) Banyaknya kursus yang diikuti (%) Tabel 8. Sebaran persentase karakteristik personil KUD contoh di Kabupaten Karawang Kategori - sangat tua 61 thn - tua (51-60) - sedang (41-50 thn) - Muda (31-40 thn) - Sangat muda ( 30 thn) Sri Mulya 13,3 26,7 30,0 23,3 6,7 KUD contoh Sumber Warga Warga Padi Bakti Tani 6,7 13,3 16,7 30,0 23,3 33,3 26,7 30,0 26,7 30,0 30,0 20,0 6,7 3,3 3,3 Mitra Tani 6,7 33,3 33,3 23,3 3,3 Jumlah -perguruan tinggi 3,3-6,7 3,3 - -SMU 23,4 26,6 29,0 23,3 36,7 -SLTP 33,3 30,0 31,0 40,0 30,0 -tamat SD 30,0 36,7 30,0 26,7 26,7 -tdk tamat SD 10,0 6,7 3,3 6,7 6,7 Jumlah -sangat banyak (> 24 jam) - 3, banyak (17-24 jam) 6,7 3,3 3, sedang (9-16 jam) 10,0 16,7 3,3 20,0 6,7 -sedikit (1-8 jam) 16,7 26,7 13,3 16,7 36,7 -sangat sedikit ( 1 66,7 50,0 80,0 63,3 56,7 jam/tdk pernah) Jumlah Rataan 11,3 29,2 29,3 25,3 4,9 2,7 27,8 32,9 29,9 6,7 0,7 2,7 10,7 22,0 63,8 Ditinjau dari segi pendidikan responden di Kabupaten Karawang masih banyak yang berpendidikan tamat/tidak tamat SD yakni mencapai kisaran 33,4-40,0 persen. Personil KUD yang berpendidikan perguruan tinggi terdapat pada tiga KUDcontoh yakni KUD Sri Mulia, KUD Warga Bakti dan KUD Warga Tani dengan rataan 2,7 persen. Pada umumnya personil KUD adalah pengurus KUD

9 84 dan petani yang drop out dari Perguruan Tinggi. Pelatihan yang diikuti selama ini di Kabupaten Karawang hanya KUD Sumber Padi yang pernah mengikuti pelatihan lebih dari 24 jam yakni sekitar 3,3 persen dan yang kategori sedikit, yakni kurang dari 1 jam/tidak pernah sama sekali mengikuti pelatihan atau kursus terkait dengan perkoperasian mencapai sekitar 50,0 hingga 80,0 persen, dengan rataan sekitar 63,8 persen personil KUD yang sedikit pernah mengikuti pelatihan perkoperasian. Sebaran persentase karakteristik personal KUD secara rinci di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 9. Karakteristik responden Umur (%) Pendidikan formal (%) Banyaknya kursus yang diikuti (%) Tabel 9. Sebaran persentase karakteristik personil KUD contoh di Kabupaten Cianjur Kategori - sangat tua 61 thn - tua (51-60) - sedang (41-50 tthn) - Muda (31-40 thn) - Sangat muda ( 30 thn) Pelita Jaya 3,3 13,3 36,7 40,0 6,7 KUD Contoh Betah Karya Sari Simpati Mekar 10,0 3,3 6,7 20,0 20,0 30,0 33,3 53,4 36,6 33,4 20,0 16,7 3,3 3,3 10,0 Karya Mekar 10,0 23,3 40,0 23,4 3,3 Jumlah -perti - 6, SMU 16,7 26,7 16,7 16,7 20,0 -SLTP 33,3 40,0 30,0 26,7 26,7 -tamat SD 36,7 23,3 43,3 36,6 46,7 -tdk tamat SD 13,3 3,3 10,0 16,7 6,6 Jumlah -sangat banyak ( 24 jam) 3,3-3,3-6,7 -banyak (17-24 jam) 6,7 10,0 13,3 10,0 13,3 -sedang (9-16 jam) 6,7 10,0 13,4 6,7 13,3 -sedikit (1-8 jam) 10,0 16,7 20,0 6,7 16,7 -sangat sedikit ( 1 73,3 63,3 50,0 76,6 50,0 jam/ tdk pernah) Jumlah Rataan 6,7 21,3 40,0 26,7 5,3 1,3 19,4 31,3 37,3 10,7 2,7 10,7 10,0 14,0 62,6 Personil KUD di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa yang tergolong sudah berumur sangat tua (umur 61 tahun) mencapai pada kisaran 3,3-10,0 persen sedangkan yang sangat muda yakni umur 30 tahun juga berada pada kisaran 3,3-10,0 persen. Sebagian besar umur personil KUD sekitar tahun yakni pada kisaran 53,3-76,7 persen. Ditinjau dari segi pendidikan responden tamat/tidak tamat SD di Kabupaten Cianjur mencapai sekitar 49,0 persen. Sebagian besar personal KUD di Kabupaten Cianjur sudah berpendidikan SLTP dan SMU. Pelatihan KUD di Kabupaten Cianjur sekitar 63,3 persen personil KUD

10 85 dengan kategori sedikt yakni yang pernah mengikuti pelatihan atau kursus 1 jam atau tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus yang terkait dengan perkoperasian. Untuk mendorong generasi muda memasuki lapangan kerja pertanian diperlukan daya tarik berupa teknologi, kenyamanan, kepastian usaha dan kemudahan mendapat informasi dalam pengembangan usahatani ke arah yang lebih modern. Pendekatan agribisnis dan agroindustri merupakan pilihan yang tepat untuk dikembangkan melalui suatu manajemen isaha kolektif dalam wadah koperasi pertanian yang lebih profesional. Peningkatan kemampuan manajemen usahatani para petani muda sangat tergantung kepada paket-paket pendidikan nonformal yang aplikatif yang secara nyata dapat dikembangkan di sekitar pemukiman atau pedesaan di mana mereka tinggal. Pola pendampingan manajemen usahatani yang pernah dikembangkan oleh pemerintah masih dapat dikembangkan dengan pola baru yang menekankan terjadinya proses alih iptek secara bertahap. Peran pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah sangat penting karena karakteristik lokal yang sangat beragam akan mempengaruhi sistem pembinaan dan pengembangan usahatani yang lebih modern dan kelembagaan perkoperasian yang lebih profesional. Perkembangan Mekanisasi Pertanian di Lokasi Penelitian Mekanisasi pertanian yang meliputi penggunaan alsintan baik kegiatan prapanen maupun kegiatan pascapanen dalam usahatani padi di lokasi penelitian sebagai sentra-sentra produksi beras telah berkembang dengan pesat. Petani di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dalam pengolahan usahatani padi telah mengembangkan mekanisasi pertanian utuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi. Sesuai dengan pendapat Adjid (2001) bahwa peranan alsintan semakin besar artinya untuk menunjang pengembangan mekanisasi pertanian dalam program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, pengembangan agroindustri, peningkatan kualitas produksi dan perluasan lapangan kerja pada kegiatan pascapanen dan jasa. Sejak di kembangkannya BIMAS (Bimbingan Massal) yang dimulai dari penelitian IPB di Kabupaten Karawang, perkembangan penggunaan alsintan dalam rangka pengembangan mekanisasi pertanian telah berlangsung di

11 86 lingkungan pedesaan. Peranan KUD sebagai organisasi ekonomi petani yang telah ikut berperan dalam meningkatkan ketahanan pangan telah turut berperan mengembangkan mekanisasi pertanian secara nasional. Seiring dengan peningkatan pemanfaatan alsintan yang berorientasi pada peningkatkan produktivitas, efisiensi, nilai tambah melalui pengolahan hasil dan perbaikan mutu telah mempengaruhi perkembangan mekanisasi pertanian di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur sebagai lumbung pangan nasional. Perkembangan Alsintan Prapanen dan Pascapanen Alsintan yang meliputi alsinta perapanen dan pascapanen telah berkembang di Indonesia seiring dengan perkembangan mekanisasi dalam berbagai komoditas. Penerapan alsintan dalam usahatani komoditas pangan khusunya sawah mengalami percepatan sebagai dampak dari program intensifikasi dan ekstensifikasi dama mencapai swasembada pangan khususnya besras. Program intensifikasi usaha tani padi di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur telah dilakukan oleh petani antara lain dengan penggunaan beberapa alsintan prapanen seperti traktor tangan, pompa air dan alat pemberantas hama (sprayer) adan beberapa alsintan pascapanen seperti penggunaan alat perontok gabah (thresher), pembersih gabah (cleaner) dan penggilingan padi. Jenis alsintan pada usahatani sawah yang paling berkembang di lingkungan petani adalah penggunaan traktor tangan dan penggilingan padi. Hampir seluruh petani sawah di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur telah menggunakan traktor tangan untuk pengolahan lahan, kecuali lahanlahan sawah di daerah terjal yang sulit dilalui oleh traktor tangan. Traktor tangan sudah merupakan kebutuhan petani karena tenaga kerja manusia dan tenaga kerja ternak untuk pengolahan lahan semakin sulit di pedesaan. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengolahan gabah menjadi beras telah terjadi transformasi teknologi dari cara tradisional dengan menggunakan lesung ke cara modern dengan menggunakan penggilingan padi. Penggunaan penggilingan padi oleh petani di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dengan berbagai karakteristik juga telah berkembang melalui usaha KUD, perorangan dan usaha swasta. Penerapan alsintan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur telah berdampak terhadap lapangan kerja di pedesaan yang perlu diperhatikan

12 87 pemerintah daerah agar dapat diciptakan lapangan kerja baru melalui pengembangan agroindustri. Menurut BPS Kabupaten Karawang (2008) penggunaan traktor tangan di Kabupetan Karawang unit traktor tangan dan yang terbanyak adalah di Kecamatan Kutawaluya sebanyak 132 unit traktor tangan dan jumlah terkecil adalah di Kecamatan Cikampek yakni sepuluh unit traktor tangan. Penggunaan pompa air di Kabupaten Karawang mencapai unit pompa air dan penggunaan alat penyemprot hama mencapai unit. Penggunaan alsintan di Kabupaten Karawang oleh petani berkembang melalui berbagai cara yakni sistem sewa, pemilikan perorangan atau pengusaha swasta dan melalui KUD. Menurut data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur (2008) terdapat 765 unit traktor yang dioperasikan oleh perorangan dan melalui Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Penggunaan alsintan melalui intensifikasi usaha tani padi di Kabupaten Cianjur melalui program Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) terdapat 66 unit traktor tangan, 11 unit RMU, 13 unit perontok dan 27 unit pompa air. Perkembangan alsintan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dikaitkan dengan kebutuhan petani masih belum optimal karena pendekatan yang dilakukan pada umumnya adalah top down yang sering mengalami kegagalan dalam penerapannya di lapangan. Untuk menghindari kegagalan penggunaan alsintan dan percepatan transformasi teknologi alsintan di masa depan perlu dilakukan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up) berdasarkan kebutuhan dan kesesuaian karakteristik sumberda daya lokal. Untuk memperoleh alsintan yang tepat guna menurut peruntukannya berdasakan komoditas di pedesaan perlu dikembangkan sistem seleksi agar pemilihan alsintan oleh petani benar-benar selektif sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal. Perkembangan Penggunaan Penggilingan Padi Menurut BPS Kabupaten Karawang (2008) di Kabupaten Karawang terdapat unit penggilingan padi yang terdiri dari 66 unit penggilingan padi kecil dan unit penggilingan padi besar. Menurut BPS Kabupaten Cianjur (2009) terdapat penggilingan padi sebanyak unit yang terdiri dari 198 unit penggilingan padi besar dan unit penggilingan padi kecil. Secara teknis

13 88 menunjukkan bahwa penggilingan padi KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur sudah berumur tua yakni rata-rata diatas 15 tahun dan mempunyai karakteristik yang beragam sehingga sering mengalami kesulitan dalam teknis pemeliharaan. Kondisi penggilingan padi yang sudah berumur tua berdampak terhadap rendemen hasil pengolahan beras dan pemeliharaan dengan biaya tinggi yang berpengaruh kepada tingkat pendapatan usha penggilingan padi. Secara umum penggilingan padi yang ada di KUD sudah saatnya dilakukan peremajaan dengan memberi kewenangan penuh kepada KUD dengan kebijakan hibah penggilingan padi bantuan pemerintah sebagai aset milik utuh KUD. Pada umumnya pengurus KUD ragu-ragu untuk melakukan peremajaan penggilingan padi terkait dengan status penggilingan padi sebagai bantuan pemerintah pada masa lalu. Data sebaran penggilingan padi di lokasi KUD contoh di Kabupaten Karawang Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 10. No Tabel 10. Sebaran penggilingan padi di lokasi KUD contoh Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi KUD contoh (Kecamatan) Penggilingan padi kecil (unit) Penggilingan padi besar (unit) Produksi padi (ton/tahun) Kabupaten Karawang*) 1 Jaryakerta ,574 2 Tempuran Lemahabang Telagasari Jatisari Kabupaten Cianjur**) 1 Pagelaran Cibeber Cilaku Bojongpicung Ciranjang Sumber: *) Data BPS Kabupaten Karawang (2008) **) Dinas Tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur (2008) Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penyebaran penggilingan padi yang terdapat di lima kecamatan lokasi penelitian KUD contoh yakni Kecamatan Jayakerta, Tempuran, Telagasari, Lemahabang dan Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang terdapat 191 unit penggilingan padi yang terdiri dari 31 unit penggilingan padi kecil dan 160 unit penggilingan padi besar.

14 89 Penyebaran penggilingan padi terbanyak adalah di Kecamatan Telagasari yakni 46 unit dan penyebaran terkecil adalah di Kecamatan Jatisari yakni 24 unit. Secara umum terlihat bahwa kapasitas penggilingan padi di tiap Kecamatan KUD contoh telah didominasi oleh penggilingan padi besar sehingga penggilingan padi KUD dengan kategori penggilingan padi kecil semakin sulit untuk dapat bersaing. Penyebaran penggilingan padi yang terdapat di Kecamatan lokasi penelitian KUD contoh di Kabupaten Cianjur terdiri dari 104 unit penggilingan padi kecil (PPK) dan 418 unit penggilingan padi kecil (PPB). Penyebaran penggilingan padi terbanyak adalah di Kecamatan Cibeber yakni 171 unit dengan kapasitas ton GKG/jam dan jumlah penggilingan padi terkecil di Kecamatan Cilaku yakni 53 unit dengan kapasitas ton GKG/jam. Sebagai dampak dari adanya persaingan antar penggilingan padi maka telah terjadi perburuan bahan baku gabah di lingkungan petani dengan berbagai macam informasi yang bisa merugikan petani sebagai produsen gabah. Dalam hal ini peran tengkulak semakin meningkat dan semakin merugikan petani akibat terjadinya persaingan tidak sehat pada para pedagang gabah atau beras. Secara keseluruhan ternyata penggilingan padi milik KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur tergolong penggilingan padi kecil (PPK) kecuali penggilingan padi KUD Warga Bakti yang tergolong penggilingan padi besar (PPB). Penggilingan padi besar dikuasai oleh pemilik modal besar, baik milik perorangan maupun milik pengusaha (swasta). Kapasitas penggilingan padi milik KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur hanya berkisar kg GKG/jam. Teknis pengolahan gabah menjadi beras yang berkualitas dengan menggunakan penggilingan padi dilakukan secara bertahap mulai dari penyiapan gabah yang berkualitas, proses pemecahan kulit gabah dan proses penyosohan beras. Untuk penyiapan gabah yang berkualitas dalam proses penggilingan padi ditentukan oleh beberapa faktor yakni: varietas, asal gabah, waktu panen dan kadar air gabah. Proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran memanfaatkan sinar matahari pada lantai jemur (lamporan) milik KUD contoh hingga mencapai kadar air sekitar 14 persen. Setelah petani melakukan panen gabah di sawah, petani pada umumnya langsung melakukan penjemuran karena

15 90 penundaan pengeringan gabah kering panen lebih 2-3 hari akan menimbulkan beras berwarna kuning atau kualitas akan menurun. Ditinjau dari aspek rendemen penggilingan padi KUD contoh menunjukkan bahwa secara umum rendemen rendah yakni rata-rata 63 persen di Kabupaten Karawang dan 61 persen di Kabupaten Cianjur. Rata-rata rendemen pengilingan padi KUD contoh di Kabupaten Karawang karena salah satu penggilingan padi KUD contoh yakni KUD Warga Bakti cukup tinggi yakni mencapai 68 persen. Jika penggilingan padi KUD dapat diremajakan akan berdampak terhadap peningkatan rendemen dan kualitas produksi yang berarti dapat menghemat produksi dan mendukung program ketahahan pangan nasional. Karakteristik penggilingan padi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 11. Karakteristik penggilingan padi KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur No Nama KUD Merek Umur (tahun) Kapasitas giling (kg GKG/jam) Rendemen (persen) Kabupaten Karawang 1 Sri Mulya Ichi Sumber Padi Ichi Warga Bakti Warga Tani Ichi Mitra Tani Iseki Kabupaten Cianjur 1 Pelita Jaya Ichi Betah Koyo Karya Simpati Agrindo Sari Mekar Iseki Karya Mekar Ichi Jika diperhatikan produksi padi tiap tahun di Kabupetan Karawang sekitar ton GKG/tahun dan dikaitkan dengan jumlah penggilingan padi unit dengan kapasitas giling total sekitar ton GKG/tahun, terjadi ketidakseimbangan pada musim-musim tertentu. Pada saat musim panen kekurangan kapasitas giling dan pada saat paceklik terjadi kelebihan kapasitas giling. Demikian halnya di Kabupaten Cianjur dengan produksi sebesar ton GKG ton/tahun, dikaitkan dengan jumlah penggilingan padi unit dengan kapasitas giling total sekitar ton/tahun (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, 2008), maka dapat diprediksi bahwa

16 91 penggilingan padi pada sat-saat tertentu akan terjadi kekurangan atau kelebihan bahan baku sehingga para pemilik penggilingan padi membutuhkan modal besar untuk membeli gabah pasa saat panen. Secara umum menunjukkan bahwa berbagai manfaat teknologi penggilingan padi yang dapat diperoleh petani antara lain aspek teknis, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek waktu. Sebagai pertimbangan utama para petani dalam memilih penggilingan padi adalah aspek ekonomi yakni yang memberi keuntungan financial bagi petani dan aspek kepercayaan terutama dalam proses pengolahan dan keamanan bahan baku. Pertimbangan aspek waktu tidak menjadi prioritas, terlihat dari para pengguna penggilingan padi KUD ternyata banyak yang datang dari jarak yang relatif jauh dari lokasi penggilingan padi KUD walaupun di sekitar pemukimannya ada penggilingan padi milik perorangan atau pengusaha swasta. Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat berbagai masalah teknis pascapanen padi terutama kegiatan perontokkan dan pengeringan gabah. Kehilangan panen akibat cara perontokan yang masih tradisional dengan cara di banting masih menimbulkan kehilangan panen yang besar mencapai sekitar 10 persen. Kesulitan dalam proses pengeringan gabah terutama pada musim hujan karena belum tersedia alsintan pengering gabah. Berbagai penelitian alat perontik gabah dan alat pengering yang pernah dilakukan di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur perlu ditingkatkan karena sebagian besar responden mengharapkan penerapan yang tepat dan lebih berdaya guna. Berdasarkan analisa kebutuhan penggilingan padi dikaitkan dengan potensi yang ada dan produktivitas lahan sawah di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa prospek usaha penggilingan padi oleh KUD masih terbuka luas jika dapat meningkatkan manfaat ekonomis, teknis, sosial dan efisiensi waktu bagi anggota dan pelanggan lainnya dalam setiap penggunaan penggilingan padi milik KUD. Responden sebagai pengguna penggilingan padi KUD pada umumnya menyatakan bahwa yang menjadi pertimbangan utama dalam pemanfaatan penggilingan padi milik KUD adalah adanya rasa ikut memiliki, kualitas pelayanan yang lebih baik dan rasa kepercayaan kepada pengelolaan penggilingan padi KUD.

17 92 Deskripsi Variabel Utama Komunikasi Organisasi dalam Pemanfaatan Penggilingan Padi KUD Untuk memanfaatan perkembangan teknologi mekanisasi pertanian khususnya penggilingan padi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan KUD kepada para anggota sangat tergantung kepada kinerja dan kapasitas KUD. Kinerja KUD perlu terus ditingkatkan agar produktivitas hasil kerja KUD dapat berhasil secara optimal sehingga dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada para anggota sesuai dengan kapasitasnya sebagai organisasi ekonomi petani berasas pada karakter kebersamaan dan kekeluargaan. Dalam pengembangan kapasitas KUD sangat tergantung kepada kualitas personil KUD dan proses komunikasi organisasi KUD, baik di lingkungan internal maupun eksternal organisasi KUD. Deskripsi variabel utama dalam pemanfaatan penggilingan padi KUD yang meliputi: kualitas informasi komunikasi organisasi KUD, iklim komunikasi organisasi KUD, intensitas komunikasi publik organisasi KUD, karakteristik personil organisasi KUD, proses komunikasi organisasi KUD, kinerja KUD, kapasitas KUD dan kualitas pelayanan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur diuraikan dalam hasil dan bahasan berikut. Informasi Komunikasi Organisasi KUD Kualitas informasi dalam meningkatkan kinerja KUD sangat dipengaruhi oleh tingkat relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu. Komunikasi organisasi KUD selama ini banyak didorong dan diprakarsai oleh pemerintah dalam rangka membina dan memperkokoh KUD sebagai organisasi ekonomi petani terutama dalam upaya mengembangkan usahatani padi. Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur selalu mendapat perhatian dalam mendorong peningkatan produktivitas usahatani padi dalam rangka membangun ketahanan pangan nasional. Dengan berbagai bantuan dan fasilitas serta pembinaan dari pemerintah melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan PPL dan petugas koperasi terhadap KUD selama ini telah menunjukkan peran KUD yang sangat besar bagi petani padi dalam upaya mewujudkan swasembada beras pada tahun 80-an. Pada dasarnya program penyuluhan yang dilakukan oleh PPL adalah salah satu bentuk proses transformasi teknologi kepada petani untuk percepatan adopsi

18 93 inovasi teknologi baru berdasarkan kebutuhan petani. Kemampuan PPL dalam menyampaikan informasi kepada petani sebagai anggota KUD pada masa lalu dapat diandalkan karena sistem dan mekanisme penyuluhan didukung oleh kebijakan pemerintah. Kualitas informasi sangat dikuasai dan dipahami oleh PPL karena sumber informasi masih terbatas dari instansi atau lembaga pemerintah berupa hasil penelitian. Di samping itu petani terkoordinir dalam kelompok tani yang tersebar di pedesaan yang juga sebagai basis utama dari KUD. Dengan adanya perkembangan teknologi pertanian dan teknologi komunikasi yang sangat cepat muncul berbagai sumber informasi yang masuk ke pedesaan sehingga memerlukan kemampuan PPL yang lebih tinggi dalam memahami setiap informasi baru. Sebagai akibatnya petani mempunyai banyak pilihan informasi dalam meningkatkan kualitas usahataninya. Karena kondisi petani yang belum mampu memilih informasi yang berkualitas banyak terjadi kasus-kasus adopsi inovasi teknologi yang merugikan petani dan keadaan ini didorong lagi oleh menurunnya peran PPL di pedesaan. Petani sebagai personil KUD semakin sulit mendapatkan informasi yang berkualitas yang mempunyai tingkat relevansi, akurasi, kelengkapan dan ketepatan waktu sesuai dengan kebutuhan. Menurut hasil wawancara dengan beberapa orang respoden mengatakan bahwa mereka sering mengalami kerugian seperti beredarnya pupuk palsu, semakin banyaknya jenis alsintan yang beredar dengan kualitas yang belum terjamin dan sebagainya sehingga semakin sulit mendapatkan informasi yang dapat dipercaya untuk membangun KUD dan usahatani yang mereka tekuni. Dengan menurunnya peran pemerintah dalam memberi informasi kepada KUD dan petani telah menimbulkan pergeseran peran sebagai sumber informasi yang layak dipercaya kepada tokoh masyarakat. Namun peran tokoh masyarakat ini ternyata semakin tergusur oleh peran para tengkulak yang setiap saat menyebarkan informasi di lingkungan sentra-sentra produksi padi yang sering sangat merugikan para petani. Para tengkulak telah banyak mengambil alih peran PPL dan pemerintah yang selama ini memberikan informasi yang berkualitas kepada KUD dan petani. Kondisi ini sangat merugikan para petani karena di

19 94 dalam informasi tersebut sangat erat kaitannya kegiatan perdagangan dengan memanfaatkan modal sebagai kekuatan kegiatan agribisnis di pedesaan. Berbagai faktor informasi komunikasi organisasi KUD yang mempengaruhi kualitas informasi yang diterima oleh personil KUD erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah terhadap pembangunan KUD dan perkembangan aktivitas perdagangan gabah atau beras di pedesaan. Hal ini senada dengan pendapat Suryana (2005) yang menyatakan bahwa terhambatnya pembangunan pedesaan antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) kesadaran masyarakat pedesaan masih rendah akan perlunya informasi, (2) masih sulit mendapat informasi yang tepat waktu, (3) sebagian besar informasi dalam bentuk tertulis dan sulit dimengerti petani, (4) masih sulit memanfaatkan informasi secara bersama-sama dan (5) petugas lapang mempunyai akses yang terbatas terhadap informasi. Tamba (2007) mempertegas bahwa keberhasilan akses petani ke sumber informasi secara tepat dan akurat sangat ditentukan oleh tersedianya sistem informasi pembangunan pertanian. Tersedianya informasi pertanian dari berbagai sumber dikaitkan dengan kebutuhan patani sangat tergantung kepada: (1) relevansi informasi, (2) akurasi informasi, (3) kelengkapan informasi, (4) ketajaman informasi, (5) ketepatan waktu informasi dan (6) keterwakilan informasi. Seiring dengan kondisi tersebut maka diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas informasi agar dapat bermanfaat secara optimal dalam mengadopsi inovasi dari berbagai sumber informasi seperti lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas yang terkait, media massa, tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga komersial lainnya. Dari hasil analisa data yang digambarkan pada Tabel 12 dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan peran infomasi KUD di Kabupaten Karawang masih tergolong rendah dengan nilai rataan mencapai 72,2 persen dan hampir merata diseluruh KUD dengan kisaran 73,1-75,9 persen. Peran informasi terhadap kinerja KUD yang paling tinggi pada kategori tinggi adalah pada KUD Warga Bakti dengan nilai 5,8 persen dan yang paling rendah dengan kategori tinggi adalah pada KUD Mitra Tani yakni 3, 7 persen. Peran informasi terhadap kinerja KUD di Kabupaten Cianjur tidak jauh berbeda dengan di Kabupaten Karawang yakni nilai

20 95 rataan yang tergolong rendah mencapai 73,3 persen dengan kisaran 60,1-88,8 persen dan yang tergolong tinggi mencapai 9,5 persen pada kisaran 3,2-13,6 persen. Peran informasi yang paling rendah dalam meningkatkan kinerja KUD di Kabupaten Cianjur adalah di KUD Karya Mekar dengan nilai 88,8 persen. dan yang tertinggi dalam kategori tinggi adalah di KUD Betah dengan nilai 13,6 persen. Untuk meningkatkan kinerja KUD diperlukan peningkatan kualitas informasi di seluruh KUD melalui suatu sistem informasi yang memberi peluang bagi anggota KUD mendapatkan informasi yang berkualitas, baik relevansi, akurasi, kelengkapan maupun ketepatan waktu. Tabel 12. Sebaran persentase informasi organisasi terhadap kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh* Tingkat peran informasi organisasi KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar 4,7 4,4 5,8 4,4 3, ,7 21,1 19,7 21,1 75,9 75,9 73,1 75,8 75, Rataan 4,6 21,2 72, ,3 13,6 5,2 7,3 3,2 7,9 24,0 26,3 11,6 13,3 8,0 16,6 65,7 60,1 83,2 79,4 88,8 75, Rataan 9,5 17,2 73, Iklim Komunikasi Organisasi KUD Peran iklim organisasi KUD dalam meningkatkan kinerja KUD juga terlihat masih tergolong rendah mencakup dukungan anggota, keterbukaan, kebersamaan, kepercayaan dan rasa keadilan. Faktor-faktor tersebut belum mampu menciptakan iklim komunikasi organisasi KUD yang kondusif untuk membangun suatu kebersamaan dan kekeluargaan mendorong peningkatan kinerja KUD dalam meningkatkan peran dan fungsinya bagi kepentingan anggota. Bila diteliti lebih mendalam faktor kepercayaan dan rasa keadilan menempati posisi tingkat peran yang paling rendah. Tingkat kepercayaan responden yang rendah terhadap KUD sebagai akibat dari kurang mampunya pengurus melakukan manajemen yang optimal untuk memberikan manfaat optimal kepada anggota

21 96 telah menimbulkan kecurigaan terhadap KUD. Ditemukan berbagai istilah seperti ketua untung duluan, kredit untuk memperkaya pengurus dan sebagainya merupakan bentuk adanya rasa ketidakadilan yang menimbulkan rasa ketidakpercayaan anggota kepada KUD. Adanya rasa ketidakpercayaan dan ketidakadilan dari petani sebagai anggota KUD terhadap keberadaan KUD telah memberi dampak pada rendahnya kinerja KUD. Kinerja KUD yang rendah akan mempengaruhi proses aktivitas KUD dalam melaksanakan program-programnya sesuai dengan harapan anggota. Agar kinerja KUD dapat ditingkatkan maka pengembangan iklim yang kondusif di lingkungan organisasi KUD menjadi penting, hal ini seiring dengan pendapat Pace dan Faules (1989) yang mengatakan bahwa iklim komunikasi yang lemah cenderung menghambat kinerja KUD, karena iklim komunikasi yang kuat dapat menghasilkan praktik-praktik pengelolaan organisasi dan kegiatan organisasi yang lebih mendukung tercapainya tujuan suatu organisasi. Dari hasil analisa data sebagaimana terlihat pada Tabel 13 menunjukkan bahwa presentase tingkat peran iklim komunikasi organisasi KUD secara keseluruhan tergolong rendah dengan nilai rataan maing-masing 73,9 di Kabupaten Karawang dan 81,9 persen di Kabupaten Cianjur. Persentase tingkat peran iklim organisasi komunikasi KUD di Kabupaten Karawang yang paling tinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Warga Bakti mencapai 8,0 persen dan paling rendah pada kategori rendah pada KUD Mitra Tani yakni 79,4 persen. Tingkat peran iklim komunikasi organisasi KUD contoh Di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa presentase yang paling tinggi dalam kategori tinggi adalah di KUD Betah yakni 4,8 persen dan yang paling tergolong rendah dalam kategori rendah adalah pada KUD Sari Mekar yakni mencapai 90,0 persen. Sebagaimana dikemukakan oleh Redding diacu dalam Goldhaber (1986) bahwa ada lima dimensi penting dari iklim komunikasi yakni: (1) supportiveness (dukungan), (2) partisipasi membuat keputusan, (3) kepercayaan, (4) keterbukaan, dan (5) tujuan penampilan (kinerja) yang tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan pengembangan iklim organisasi KUD agar terjadi percepatan penataan KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Faktor nilai-nilai budaya lokal ternyata ikut mempengaruhi iklim komunikasi organisasi KUD

22 97 sebagaimana diterapkan oleh KUD Betah di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Tabel 13. Peran iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Tingkat peran iklim organisasi KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar 1,3 4,0 8,0 2,7 2,7 24,0 28,0 26,7 16,0 17,9 74,7 68,0 65,3 71,3 79,4 Rataan 3,7 22,4 73,9 4,3 4,8 3,0 2,9 2,1 21,3 22,7 11,2 10,5 7,9 74,4 72,5 85,8 86,6 90,0 Rataan 3,4 14,7 81,9 Peran iklim komunikasi organisasi KUD terlihat semakin penting seiring dengan penegasan dari Tagiuri et al., (1968) yang menyatakan bahwa iklim organisasi adalah kualitas yang relatif dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya dan mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu karakteristik tertentu dari lingkungan. Iklim organisasi sebagai konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Intensitas Komunikasi Publik Organisasi KUD Secara umum menunjukkan bahwa intensitas komunikasi publik organisasi KUD dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kinerja KUD yakni dengan pemerintah (dinas koperasi dan PPL), pengusaha, pelanggan, tokoh masyarakat dan internal KUD tergolong rendah. Dengan menurunnya peran PPL dan petugas penyuluh lainnya dari pemerintah secara langsung menurunkan intensitas komunikasi publik organisasi KUD. Pihak swasta dam LSM belum dapat melakukan komunikasi publik secara intensif dengan organisasi KUD, bahkan peran LSM masih belum dirasakan oleh personil KUD dalam memberi konstribusi terhadap peningkatan kinerja KUD.

23 98 Dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa petani dalam memperoleh informasi telah berupaya melakukan komunikasi publik organisasi dengan berbagai pihak secara intensif. Ternyata intensitas komunikasi publik organisasi yang paling tinggi adalah dengan tokoh masyarakat setelah peran pemerintah dalam memberi informasi mengalami penurunan. Peran swasta untuk memberikan informasi kepada petani dalam meningkatkan kegiatan usahatani di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur belum berkembang, hal ini terlihat bahwa tingkat intensitas komunikasi publik organisasi yang paling rendah adalah dengan pihak swasta. Kondisi intensitas komunikasi publik organisasi yang tergolong masih rendah telah memberi pengaruh terhadap rendahnya kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Sebagaimana terlihat pada Tabel 14 menunjukkan bahwa di Kabupaten Karawang peran intensitas komunikasi publik tertinggi terdapat pada KUD Sri Mulya yakni 10,6 persen dalam kategori tinggi dan terendah dalam kategori rendah di KUD Warga Tani yakni 76,0 persen. Sedangkan di Kabupaten Cianjur terlihat bahwa peran intensitas komunikasi publik tertinggi dalam kategori tinggi terdapat pada KUD Pelita Jaya yakni 8,9 persen dan terendah dalam kategori rendah di KUD Warga Tani yakni 85,3 persen. Secara keseluruhan intensitas komunikasi publik organisasi KUD lebih tinggi di Kabupaten Cianjur dibandingkan dengan di Kabupaten Karawang, hal ini disebabkan karena personil KUD di Kabupaten Cianjur mempunyai lebih banyak waktu yang tersedia untuk melakukan komunikasi publik dengan pihak luar organisasi KUD. Seiring dengan pendapat Muhammad (2007) bahwa efek komunikasi publik organisasi dapat diukur untuk mengetahui sejauh mana dampak dari intensitasnya terhadap tingkat keberhasilan suatu pelaksanaan dari rencana organisasi yang telah ditetapkan, sehingga dapat dikatakan terdapat kaitan dari komunikasi publik terhadap kinerja KUD. Jika diperhatikan akses komunikasi personal KUD dengan publik terlihat bahwa peran tokoh masyarakat di lingkungan pemukiman personil KUD masih besar, akan tetapi keberadaan para tokoh masyarakat mulai membaur dengan tengkulak karena banyak tokoh masyarakat yang sudah memasuki kegiatan perdagangan komoditas padi. Masyarakat semakin sulit menghindari peran para tengkulak yang sering

24 99 merugikan KUD karena sistem perdagangan yang berkembang adalah berdasarkan pada kekuatan modal. Tabel 14. Peran intensitas komunikasi publik terhadap kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dankabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Tingkat peran intensitas komunikasi publik KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar 10,6 8,3 6,7 4,0 1,4 22,7 29,1 24,0 20,0 25,3 66,7 62,6 69,3 76,0 73,3 Rataan 6,2 24,2 69,6 8,9 8,8 3,7 4,0 2,4 20,3 23,3 11,0 18,5 15,2 70,8 67,9 85,3 77,5 82,4 Rataan 5,7 17,6 76,7 Karakteristik Personil Organisasi KUD Ditinjau dari faktor karakteristik personil KUD terhadap pengembangan kapasitas KUD dan kualitas pelayanan sebagai organisasi ekonomi petani dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni: umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan nonformal, pengalaman berkoperasi, keberanian menghadapi resiko dan kekosmopolitan. Dari segi waktu lamanya personil menjadi anggota KUD menunjukkan bahwa pada umumnya seluruh personil KUD telah menjadi anggota bersamaan dengan berdirinya KUD karena sebagian besar petani langsung menjadi anggota KUD pada saat didirikan. Sejak berdirinya KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur hanya beberapa orang saja yang baru masuk menjadi anggota sehingga tidak menunjukkan peran yang besar terhadap kapasitas dan pelayanan KUD. Dari Tabel 15, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur rataan peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD tergolong rendah dalam kategori rendah yaitu masingmasing 55,3 dan 58,2 persen. Peran pengalaman yang tertinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Warga Bakti mencapai 22,2 persen dan yang paling rendah dalam kategori rendah pada KUD Sri Mulya sebesar 77,5 persen.

25 100 Sedangkan di Kabupaten Cianjur peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD yang tertinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Betah mencapai 14,4 persen dan yang paling rendah dalam kategori rendah pada KUD Karya Mekar sebesar 66,6 persen. Apabila diteliti lebih mendalam ternyata kondisi peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD relatif sama tidak jauh berbeda. Untuk meningkatkan peran personil KUD terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD perlu diperhatikan faktor karakteristik lainnya seperti pendidikan, kekosmopolitanan dan keberanian menghadapi resiko. Tabel 15. Peran pengalaman berkoperasi terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Tingkat peran pengalaman berkoperasi (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar 8,9 18,3 22,2 13,2 13,3 13,6 37,3 40,8 37,9 17,8 77,5 44,4 37,0 48,9 68,9 Rataan 15,2 29,5 55,3 13,3 14,4 13,3 11,1 8,9 27,9 33,3 34,5 27,8 24,5 58,8 52,3 52,2 61,1 66,6 Rataan 12,2 29,6 58,2 Peran aspek keberanian menghadapi resiko dalam penerapan teknologi pertanian secara keseluruhan menunjukkan cukup menonjol dibandingkan dengan aspek lainnya. Hal ini terlihat dari pesatnya penggunaan teknologi alsintan dalam usahatani padi di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur. Personil KUD mempunyai keberanian dalam menghadapi resiko penggunaan teknologi alsintan dalam kategori tinggi dan sedang mencapai 58,7 persen di Kabupaten Karawang dan 53,4 persen di Kabupaten Cianjur. Hasil analisa data terkait dengan peran keberanian menghadapi resiko di Kabupaten Karawang sebagaimana terlihat pada Tabel 15 menunjukkan bahwa KUD Warga Bakti tergolong tertinggi dalam kategori tinggi mencapai 20,0 persen dan KUD Sri Mulya paling rendah dalam kategori rendah mencapai 46,7 persen.

26 101 Sedangkan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa KUD Betah tergolong paling tinggi dalam kategori tinggi sebesar 18,5 persen dan KUD Pelita Jaya tergolong paling rendah dalam kategori rendah sebesar 55,6 persen. Dari beberapa penerapan alsintan untuk usahatani sawah yang sudah diperkenalkan kepada petani, terlihat bahwa pengunaan traktor tangan dan pemanfaatan penggilingan padi yang sudah berkembang dan sangat dibutuhkan oleh petani. Sedangkan penggunaan alat perontok gabah masih dalam taraf pengenalan, belum digunakan secara umum oleh petani walaupun para petani sudah paham bahwa dengan menggunakan alat perontok gabah dapat mengurangi kehilangan gabah di lapangan. Untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah yang diperoleh petani sebagai produsen gabah/beras personil KUD sebagai petani memerlukan pengujian di lapangan yang dapat disaksikan langsung dan dirasakan manfaatnya. Petani mengharapkan adanya demplot-demplot sebagai uji coba yang dapat disaksikan langsung oleh petani di lapangan dan diikuti dengan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Tabel 16. Peran keberanian menghadapi resiko terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Tingkat peran keberanian menghadapi resiko (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar 15,5 17,8 20,0 17,8 18,9 37,8 47,8 38,9 37,7 41,1 46,7 34,4 41,1 44,5 40,0 Rataan 18,0 40,7 41,3 12,2 18,5 14,4 12,8 11,1 32,2 38,2 38,8 37,8 51,1 55,6 43,3 46,8 49,4 37,8 Rataan 13,8 39,6 46,6 Peran tingkat kekosmopolitan personil KUD contoh di Kabupaten Karawang dan di Kabupaten Cianjur secara umum masih tergolong rendah, hal ini disebabkan masih rendahnya akses personil KUD dengan berbagai sumber informasi yang berkualitas dan layak dipercaya. Petani secara umum masih sulit mendapatkan informasi di perkotaan, disamping lokasi yang relatif jauh juga

27 102 masih belum banyak dikenal oleh petani sumber-sumber informasi yang mereka butuhkan. Di samping itu para petani pada umumnya belum siap secara mental untuk mencari informasi ke berbagai sumber terutama sumber-sumber informasi formal seperti kantor-kantor pengusaha swasta dan kantor-kantor pemerintah. Dengan keterbatasan pendidikan dan pengalaman petani dalam mencari informasi ke kota-kota perlu ada paradigma yang berupaya mendekatkan sumber informasi kepada personil KUD sehingga mereka dapat dengan mudah memperoleh akses ke sumber informasi sesuai dengan kebutuhan. Ditinjau dari pola pemukiman yang berbeda antara Kabupaten Karawang yang lebih terpusat dengan pola pemukiman di Kabupaten Cianjur yang lebih menyebar memerlukan sistem informasi yang berbeda untuk memperoleh hasil optimal. Untuk mendorong meningkatkan kekosmopolitanan personil KUD dan para petani di pedesaan diperlukan pusat informasi pertanian yang relevan dengan kebutuhan informasi petani dalam mengembangkan usahatani yang lebih maju atau modern ditengah-tengah sentra-sentra produksi pertanian. Pusat informasi pertanian di sentra-sentra produksi unggulan wilayah pertanian akan mendekatkan akses informasi kepada para petani. Sistem informasi dan kelembagaan merupakan kebutuhan petani sebagai sumber informasi yang terkontrol dari berbagai sumber yang semakin luas dan terbuka, sehingga petani dapat memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan teknologi pertanian secara optimal. Kerugian petani akibat dari kesalahan dalam memanfaatkan informasi dapat dihindari seperti penggunaan teknologi pertanian yang tidak berkualitas atau tidak mempunyai jaminan mutu dari yang berwenang. Dari Tabel 17 menunjukkan bahwa peran kekosmopolitan personal KUD Warga Bakti merupakan KUD yang memiliki peran tertinggi dalam kategori tinggi hanya sebesar 3,3 persen dan KUD Sri Mulya tergolong paling rendah dalam kategori rendah mencapai 90,0 persen. Tidak jauh berbeda dengan kondisi di Kabupaten Karawang, bahwa di Kabupaten Cianjur juga ditemui peran kekosmopolitanan di KUD Betah dalam kategori tinggi hanya mencapai 1,6 persen dan KUD Sari Mekar mencapai 92,2 persen dalam kategori rendah. Peran kekosmopolitan personil KUD yang rendah telah memberi dampak terhadap

28 103 rendahnya kapasitas KUD dan kualitas pelayanan KUD di Kabupetan Karawang dan Kabupaten Cianjur. Tabel 17. Peran kekosmopolitan terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Tingkat kekosmopolitan (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 10,0 6,7 11,2 11,1 3,7 90,0 93,3 86,5 88,9 97,3 Rataan 0,7 8,5 90,8 0,0 1,6 1,1 0,0 1,2 12,2 16,1 11,1 7,8 6,7 87,8 83,3 87,8 92,2 91,1 Rataan 0,7 10,9 88,4 Proses Komunikasi Organisasi KUD Hasil analisa data tentang tingkat peran proses komunikasi organisasi KUD terhadap kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh yang dibatasi dengan lima indikator yaitu arus komunikasi, tingkat umpan balik, kualitas saluran komunikasi, efektivitas komunikasi dan pemanfaatan komunikasi menunjukkan bahwa secara umum di Kabupaten Karawang lebih tinggi dibandingkan dengan di Kabupaten Cianjur. Hal ini terkait dengan pola pemukiman yang berbeda antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Cianjur di mana pemukiman di Kabupaten Karawang adalah terkonsentrasi (terpusat) dalam kelomppok-kelompok pemukiman (desa) sedangkan di Kabupaten Cianjur pola pemukiman adalah menyebar. Pola pemukiman terpusat akan lebih memudahkan dalam interaksi komunikasi dibandingkan dengan pola pemukiman menyebar. Berkaitan dengan teori proses komunikasi organisasi dengan organisasi KUD sebagai kelembagaan ekonomi masyarakat yang bersifat terbuka pada dasarnya proses komunikasi organisasi KUD bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program organisasi KUD. Hal ini seiring dengan pendapat (Effendy, 2001) di mana komunikasi organisasi yang terjadi

29 104 dalam suatu organisasi bersifat formal dan informal dan berlangsung dalam suatu jaringan melalui proses pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan KUD diperlukan peningkatan proses komunikasi organisasi KUD yang mampu meningkatkan efektivitas arus komunikasi, umpan balik, saluran komunikasi, efektivitas komunikasi dan pemanfaatan informasi yang diperoleh personil KUD, sehingga diperlukan pengembangan jaringan komunikasi yang disesuaikan dengan kultur dan pola pemukiman daerah setempat. Seiring dengan pendapat Sendjaja et al., (1994) di mana komunikasi dalam organisasi bertujuan menciptakan saling sepemahaman antara anggota-anggota dalam organisasi tersebut melalui suatu proses komunikasi, maka untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan KUD perlu pengembangan jaringan komunikasi organisasi dalam suatu model yang tepat. Komunikasi organisasi sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain, baik vertikal maupun horisontal. Sebagaimana terlihat pada Tabel 18 peran proses komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa KUD Warga Bakti merupakan KUD yang tertinggi dalam kategori tinggi yakni 16,0 persen dan KUD Mitra Tani yang tergolong terendah dalam kategori rendah yakni 66,7 persen. Sedangkan di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa peran proses komunikasi organisasi KUD tertinggi dalam kategori tinggi adalah pada KUD Karya Simpati yakni 7,3 persen dan yang tergolong terendah dalam kategori rendah adalah KUD Karya Mekar yakni dengan 76,3 persen. Secara keseluruhan terlihat bahwa peran proses komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten Cianjur, hal ini sesuai dengan analisa lapangan di mana komunikasi dengan pola pemukiman terpusat lebih berpaluang untuk berkomunikasi dibandingkan dengan pola pemukiman terpencar. Jika diteliti lebih mendalam proses komunikasi organisasi KUD menunjukkan bahwa KUD dengan penggilingan padi yang memiliki kapasitas yang lebih besar mendukung peningkatan peran proses komunikasi organisasi KUD. Hal ini terjadi karena personil KUD pengguna penggilingan padi KUD lebih banyak yang memperoleh manfaatnya.

30 105 Tabel 18. Peran proses komunikasi organisasi terhadap peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Lokasi/KUD contoh Tingkat peran proses komunikasi KUD (%) Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kabupaten Karawang 1. KUD Sri Mulya 2. KUD Sumber Padi 3. KUD Warga Bakti 4.KUD Warga Tani 5. KUD Mitra Tani Kabupaten Cianjur 1. KUD Pelita Jaya 2. KUD Betah 3. KUD Karya Simpati 4. KUD Sari Mekar 5. KUD Karya Mekar 14,7 14,7 16,0 5, ,0 25,3 29,4 28,0 25,3 53,3 60,0 54,6 66,7 65,4 Rataan 12,0 28,0 60,0 4,2 4,9 7,3 2,9 2,7 28,4 26,9 24,7 27,3 21,1 67,3 68,2 71,0 70,2 76,3 Rataan 3,6 25,6 70,8 Tingkat Kinerja KUD Peran tingkat kinerja KUD terhadap peningkatan kapasitas KUD dilakukan analisa terhadap peran kepemimpinan, peran pengawas, pelaksanaan program, penerapan teknologi dan pelaksanaan RAT. Secara umum menunjukkan bahwa pelaksanaan RAT merupakan aspek yang menonjol dalam tingkat kinerja KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Pelaksanaan RAT ternyata sangat dipahami oleh personil KUD bahwa forum RAT merupakan kegiatan yang harus diutamakan sebagai forum demokrasi yang dikembangkan di lingkungan organisasi perkoperasian untuk meningkatkan kinerja KUD sebagai organisasi ekonomi petani yang berasaskan kebersamaan dan kekeluargaan. Aspek penerapan teknologi menempati posisi kedua setelah pelaksanana RAT dalam membangun kinerja KUD yang berarti personil KUD sangat mendambakan adanya inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan kinerja KUD sebagai upaya untuk pengembangan usahatani anggota. Sebagaimana terlihat pada Tabel 19 menunjukan bahwa tingkat kinerja KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur masih belum optimal yakni dengan nilai rataan skor masing-masing 30 dan 32. Sebaran persentase dan rataan skor tertinggi adalah pada peran aspek pelaksaan RAT dengan nilai masingmasing 48 di Kabupaten Karawang dan 52 di Kabupaten Cianjur. Sedangkan yang

31 106 paling rendah adalah rataan pada aspek peran pengawas KUD dengan nilai masing-masing 18 di Kabupaten Karawang dan 22 di Kabupaten Cianjur. Peran KUD Tabel 19. Sebaran persentase dan rataan skor kinerja KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Kinerja Kepemimpinan (Y 1.1) Peran pengawas (Y 1.2) Pelaksanaan program (Y 1.3) Penerapan teknologi (Y 1.4) Pelaksanaan RAT (Y 1.5) Tingkat kinerja KUD (Y 1) Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Karawang (n=150) Cianjur (n=150) % RS % RS 72, ,2 20,7 12,7 6,9 11,1 73,4 19,2 10,1 79,4 18,7 1,9 39,4 28,2 32,4 16,5 11,1 72,4 62,4 25,9 11, ,3 11,2 17, ,4 10,7 7, ,1 23,5 30, ,1 11,7 76, ,3 24,7 10,0 Tinggi Keterangan: RS = Rataan Skor 0-33 = rendah, = sedang, = tinggi Rataan (%) 30 74,3 16, ,4 15,2 12, ,4 14,7 4, ,8 25,9 31, ,9 9,7 74, ,9 25,3 10,85 Rataan Skor Tingkat Kapasitas KUD Peran tingkat kapasitas KUD terhadap peningkatan kualitas pelayanan KUD dilakukan analisa terhadap peran permodalan, pemasaran hasil, input saprotan, kualitas SDM dan SHU. Secara umum menunjukkan bahwa pemasaran hasil merupakan aspek yang menonjol dalam tingkat kapasitas KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Aspek pemasaran hasil ternyata mempunyai peran penting dan sangat diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh personil KUD dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota, oleh karena itu perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam pengembangan KUD ke depan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat kapasitas KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur belum optimal yakni dengan nilai rataan skor masing-masing 31 dan 28. Sebaran persentase dan rataan

32 107 skor tertinggi adalah pada peran aspek pemasaran hasil dengan nilai masingmasing 42 di Kabupaten Karawang dan 38 di Kabupaten Cianjur. Sedangkan yang paling rendah adalah rataan pada aspek input saprotan dengan nilai masingmasing 17 di Kabupaten Karawang dan 16 di Kabupaten Cianjur. Tabel 20. Sebaran persentase dan rataan skor kapasitas KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Peran Kapasitas KUD Permodalan (Y 2.1) Pemasaran hasil (Y 2.2) Input saprotan (Y 2.3) Kualitas (Y 2.4) SHU (Y 2.5) SDM Tingkat kapasitas KUD (Y 2) Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Karawang (n=150) Cianjur (n=150) % RS % RS 81, ,4 15,7 12,9 2,9 8,7 70,4 16,2 13,4 77,4 18,7 1,9 73,1 18,4 8,5 72,5 21,1 6,4 67,3 22,9 9, ,3 11,4 17, ,4 16,9 7, ,2 13,5 10, ,1 18,7 5, ,8 19,4 5,8 Keterangan: RS = Rataan Skor 0-33 = rendah, = sedang, = tinggi Rataan (%) 20 79,9 14,3 5, ,8 15, ,4 17,8 5, ,7 15,9 9, ,3 19,9 5, ,1 21,2 7,7 Rataan Skor Tingkat Kualitas Pelayanan KUD Peran tingkat kualitas pelayanan KUD terhadap anggota KUD dilakukan analisa terhadap peran aspek teknis, ekonomis, sosial dan waktu. Secara umum menunjukkan bahwa aspek ekonomis merupakan aspek yang menonjol dalam tingkat kualitas pelayanan KUD, baik di Kabupaten Karawang maupun di Kabupaten Cianjur. Aspek ekonomis mempunyai peran penting dan sangat diharapkan dapat ditingkatkan lebih lanjut oleh personil KUD dalam upaya meningkatkan pendapatan atau nilai tambah dari hasil usahatani petani. Sebagaimana terlihat pada Tabel 21 menunjukkan bahwa tingkat kualitas pelayanan KUD terhadap anggota KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur belum optimal yakni dengan nilai rataan skor masing-masing 38 dan 42.

33 108 Sebaran persentase dan rataan skor tertinggi adalah pada peran aspek ekonomis dengan nilai masing-masing 29 di Kabupaten Karawang dan 32 di Kabupaten Cianjur. Sedangkan yang paling rendah adalah rataan pada aspek waktu dengan nilai masing-masing 18 di Kabupaten Karawang dan 20 di Kabupaten Cianjur. Hal ini terkait dengan tingkat pertimbangan faktor waktu tidak menjadi prioritas bagi petani. Dari tingkat aspek teknis dan sosial terlihat bahwa keduanya mempunyai peran yang hampir sama dengan nilai rataan skor 29 dan 28 di Kabupaten Karawang dan nilai rataan skor 30 dan 29 di Kabupaten Cianjur. Tabel 21. Sebaran persentase dan rataan skor kualitas pelayanan KUD contoh di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur Peran Kualitas Pelayanan KUD Aspek teknis (Y 3.1) Aspek ekonomis (Y 3.2) Aspek sosial (Y 3.3) Aspek waktu (Y 3.4) Tingkat kualitas pelayanan KUD (Y 3) Kategori Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Karawang (n=150) Cianjur (n=150) % RS % RS 62, ,5 22,7 22,8 14,6 10,7 53,4 29,2 17,4 67,1 18,7 14,2 79,4 17,2 3,4 16,5 11,1 72, ,7 31,2 17, ,9 10,7 27, ,6 15,5 7, ,1 11,7 76,2 Keterangan: RS = Rataan Skor 0-33 = rendah, = sedang, = tinggi Rataan (%) 30 64,5 22,8 12, ,4 15,2 12, ,5 14,7 20, ,0 16,4 5, ,9 9,7 74,4 Rataan Skor Dari hasil wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa aspek teknis yang banyak mendapat pertimbangan adalah kualitas beras dan rendemen pengolahan hasil penggilingan padi KUD. Sedangkan dari aspek sosial yang banyak mendapat perhatian adalah faktor rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara pengguna penggilingan padi dengan pengurus dan manajer penggilingan padi serta adanya keleluasaan pemanfaatan lantai jemur, gudang penyimpanan dan pemanfaatan hasil sampingan berupa sekam, dedak dan sebagainya

34 109 Uji Model Komunikasi Organisasi KUD Uji Kecocokan Model Menurut Kusnendi (2008) model adalah merupakan kerangka pemikiran atau konstruksi teoritis penelitian yang dirumuskan dalam bentuk diagram dan atau persamaan matematik tertentu dan esensinya menyatakan hipotetsis penelitian. Untuk mengetahui kecocokan atau kesesuaian model komunikasi organisasi yang sudah didesain dilakukan uji kecocokan model dengan analisis jalur diagram atau path analysis. Model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dalam penelitian ini dianalisis dengan model persamaan struktural atau SEM. Dalam analisa SEM model pengukuran dan model struktural diintegrasikan sehingga membentuk sebuah model basic atau hybrid model yang menggunakan matriks kovariansi antar indikator variabel. Terhadap data primer dari 150 responden tiap lokasi penelitian yakni di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur dilakukan analisa dengan bantuan program LISREL Dari gambar diagram jalur hasil SEM dapat diketahui koefisien jalur antar variabel, nilai kesalahan pengukuran (error), koefisien faktor konfirmatori dan kesalahan pengukuran tiap indikator variabel serta hasil analisa hubungan antar variabel. Menurut Kusnendi (2008) dan Sugiyono (2010) uji kesesuaian antar model teoritis dan data empiris dapat dilihat pada tingkat Goodness of Fit (GOF) dari hasil diagram jalur SEM yakni nilai dari : Chi-square, Goodness-of-fit Index (GFI), Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) dan Comparative Fit Index (CFI). Sebagai acuan dari uji kecocokan model struktural hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada setiap variabel digunakan beberapa kriteria yakni: nilai Chi-square yang semakin kecil semakin baik, nilai RSMEA 0,08; nilai GFI 0,90; nilai AGFI 0,90; nilai CFI 0,90. Menurut Kusnandi (2008) ukuran kesesuaian absolut yang paling utama versi analisis LISREL adalah adalah nilai Chi square dan RMSEA yang dapat diketahui dari tampilan diagram jalur keluaran analisis LISREL. Lebih lanjut Wijanto (2010) menegaskan bahwa chi square digunakan untuk menguji seberapa dekat kecocokan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian model yang merupakan distribusi chi square yang ditunjukkan oleh nilai p 0.05.

35 110 Untuk melengkapi hasil chi-square digunakan nilai RMSEA yang ditunjukkan oleh nilai 0,08. Dari diagram jalur model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang sebagaimana terlihat dapad Gambar 8 menunjukkan bahwa di Kabupaten Karawang nilai p-hitung = 0,000 < 0,05; nilai Chi-square 1431,07; nilai RMSEA = 0,069 < dari 0,08; nilai AGFI = 0,910 > 0,90; nilai GFI = 0,850 mendekati 0,90; nilai CFI = 0,830 mendekati 0,90. Gambar 8. Diagram jalur model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang Menurut diagram jalur model komunikasi organisasi KUDdi Kabupaten Cianjur sebagaimana terlihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai p-hitung = 0,000 < 0,05; nilai Chi-square 1328,39; nilai RMSEA = 0,078 > dari 0,08; nilai AGFI = 0,930 > 0,90; nilai GFI = 0,870 mendekati 0,90; nilai CFI = 0,840 mendekati 0,90. Hasil diagram jalur pada masing-masing estimasi parameter model komunikasi organisasi KUD di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cianjur terlihat bahwa nilai-nilai kriteria terkait dengan uji kecocokan model berdasarkan uji GOF menunjukkan bahwa secara keseluruhan tergolong fit (baik) dan mendekati (marginal fit).

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Alur Pikir Penelitian Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan kepada posisi strategis koperasi pertanian khususnya KUD sebagai organisasi ekonomi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Komoditi padi sebagai bahan konsumsi pangan pokok masyarakat, tentunya telah diletakkan sebagai prioritas dan fokus kegiatan program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun 2000-2010 jumlah penduduk Indonesia meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kota Metro Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara geografis terletak pada 5,6 0 5,8 0 lintang selatan dan 105,17 0-105,19

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dua kecamatan yang dipilih di Kabupaten Indramayu, yaitu: Kecamatan Patrol dan Lelea. Batas administratif Kabupaten Indramayu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Wilayah dan Topografi Kabupaten Demak berada di bagian utara Propinsi Jawa Tengah yang terletak antara 6º43'26" - 7º09'43" LS dan 110º48'47" BT dan terletak sekitar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nawa Cita (Sembilan Program Prioritas) merupakan agenda prioritas Kabinet Kerja Pemerintah Indonesia periode 2015 2019 mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat 33 5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 50 50 70 50 lintang selatan dan 1040 48-1080

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS PERTANIAN

POHON KINERJA DINAS PERTANIAN POHON KINERJA DINAS PERTANIAN II 1. Meningkatnya peningkatan produksi tanaman pangan, palawija dan 2. Mengembangkan Kegiatan Agribisnis menuju usaha tani modern 3. Meningkatnya pemanfaatan jaringan irigasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan

Lebih terperinci